ANALISIS MANFAAT PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN SISIK NAGA DIBANDINGKAN PENGGUNAAN OBAT JERAWAT YANG ADA SEBAGAI PENGENDALI BAKTERI P. ACNE (Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Epizotiologi dan Analisis resiko) Oleh: WENTI DWI FEBRIANI NRP. B253140091 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI MEDIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 2 2014 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam beserta isinya yang senantiasa melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kami hingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan cepat dan tanpa kendala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi penutup akhir zaman, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabat, keluarga, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Laporan ini kami buat sebagai gambaran atas hasil tugas Analisis manfaat yang kami laksanakan untuk memenuhi tugas Epizotiologi dan analisis resiko. Laporan ini berisikan naskah dan hasil diskusi mendalam mengenai “Analisis Manfaat Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”. Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu penyemangat untuk teman-teman di MKMIPB bahwa membangun kesadaran pribadi melalui diskusi ilmiah itu sangatlah penting, dan juga bisa memberikan sumbangsih nyata kita kepada masyarakat sekitar dengan beragam program dan penyelesaian masalah yang kita tawarkan sebagai hasil diskusi ilmiah tersebut. Demi tersempurnanya laporan ini kami nantikan kritik dan saran dari pembaca yang membangun guna penulisan laporan berikutnya. Penulis Wenti Dwi F. NRP. B253140091 3 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 7 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 7 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 9 1.3 Batasan Masalah......................................................................... 9 1.4 Tujuan......................................................................................... 10 1.5 Manfaat Penelitian...................................................................... 10 1.6 Hipotesis..................................................................................... 11 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12 2.1 Tanaman sisik naga..................................................................... 12 2.2 Bakteri Propionibacterium acne................................................ 16 2.3 Zat antimikroba.......................................................................... 17 2.4 Obat antibakteri.......................................................................... 20 BAB 3. ANALISIS MANFAAT..................................................................... 22 3.1 Variabel Penelitian...................................................................... 22 3.2 Definisi Operasional................................................................... 22 3.3 Analisis Data............................................................................... 23 3.4 Analisis Keefisienan daun sisik naga......................................... 23 4 3.5 Alur Penelitian............................................................................ 25 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26 4.1 Hasil Penelitian........................................................................... 26 4.2 Pembahasan................................................................................ 27 BAB 5. PENUTUP ........................................................................................ 40 5.1 Kesimpulan................................................................................. 40 5.2 Saran........................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41 5 DAFTAR TABEL 4.1 Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik......................................................... 4.2 Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku ................................................... 4.3 Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi .................................... 4.4 Tabel 4. Analisis keekonomisan antibiotik dengan obat jerawat ............. 4.5 Tabel 5. Input............................................................................................ 29 31 33 34 34 6 DAFTAR GAMBAR 2.1 Morfologi Daun Sisik naga...................................................................... 2.2 Morfologi Bakteri Propionibacterium acne............................................. 2.3 Struktur kimia kloramphenikol................................................................ 3.1 Skema alur penelitian .............................................................................. 4.1 Sel Propionibacterium acne..................................................................... BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang 13 16 20 25 26 7 Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup popular saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tumbuhan obat. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman obat berkhasiat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat. Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada pengalaman yang secara turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya yang lebih dikenal sebagai tanaman obat tradisional. Saat ini pemilihan bahan-bahan alami untuk pengobatan didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahanbahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Tanaman berkhasiat obat mempunyai nilai lebih ekonomis dan efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat sintetis, karena itu penggunaan tumbuhan obat dengan memanfaatkan tumbuhan tentunya lebih aman dan efektif (Wasitaatmadja dalam Tjokronegoro, 1997). Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa hingga 80% penduduk di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju telah menggunakan obat herbal (Dalimartha, 2005;12). Eksplorasi dan pengembangan budidaya tanaman obat terus dikembangkan, karena diharapkan dapat mengurangi impor bahan baku obat kimia.Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sisik naga merupakan tanaman epifit yang tumbuh liar di batang dan dahan pohon, sehingga dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman ini untuk mengobati radang gusi, sariawan, dan pendarahan. Berdasarkanliteraturdanhasil-hasilpenelitian sebelumnya diketahuibahwa kandungan kimia yang terdapat dalam sisik naga yaitu saponin, polifenol, minyak atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula (Wattimena, J.R., et al. 1991). Daun sisik naga mengandung senyawa flavonoida, 8 saponin, dan tanin yang diketahui sebagai senyawa aktif antibakteri (Wattimena, J.R., et al. 1991). Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul dan nodus pada daerah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi bakteri, faktor makanan, kosmetik, dan bahan kimia lain (Wasitaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Penyakit ini tidak fatal, namun cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Apabila hal ini dibiarkan maka akan terjadi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori. Bakteri yang berperan dalam peradangan kulit khususnya penyebab jerawat adalah Propionobacteriumacne (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Obatjerawat yang beredar di pasaran selama ini tidak semua aman, diantaranya banyak mengandung bahan kimia obat (BKO) dengan kadar tinggi yang berbahaya dan menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Bahan aktif yang terkandung dalam beberapa obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam retinoat, dan hidrokuinon, dimana bahan ini memiliki efek samping seperti rasa terbakar pada kulit, bercak, hingga pengelupasan pada kulit, kemandulan dan cacat pada janin pada ibu hamil (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Penyakit jerawat disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit peradangan kulit (Fardiaz, 1992:132), sehingga diperlukan adanya suatu upaya penelitian, pengujian dan pengembangan sumber antibakteri dari tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri terhadap infeksi P. acne. Salah satu yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber alternatif antibakteri terhadap infeksi P. acne adalah daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Somchit (2011) ditemukan bahwa ekstrak etanol daun sisik naga memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis, Escherecia coli, Staphylococcus aureus. 9 Keberadaan tanaman sisik naga yang melimpah di Indonesia dan belum dibudidayagunakan tanaman ini sebagai bahan baku obat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Manfaat Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”. 1.2. Rumusan masalah Adapunperumusanmasalahdaripenelitianiniadalah: a. Berapa KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) terhadap bakteri P. acne? b. Adakah perbedaan tingkat keefektifitasan antara penggunaan ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.)sebagai antijerawat dengan antibiotik biasa? c. Adakah perbedaan tingkat keefisienan antara penggunaan ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) sebagai antijerawat dengan antibiotik biasa? 1.3. Batasan Masalah Untuk mempermudah pemahaman dan mengurangi kerancuan dalam menafsirkan masalah yang terkandung di dalam penelitian ini, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut. a. Penelitian ini menggunakan daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.)dengan mengambil daun fertil yang berwarna hijau tua, diperoleh dari kawasan kampus IPB. b. Pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) ini adalah pelarut etanol 70%. c. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri P. acne yang diperoleh dari laboratorium mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. d. Daya hambat ditentukan oleh zona bening yang terbentuk selama perlakuan. Diameter zona bening diukur dengan menggunakan jangka sorong. 10 e. Tingkat keefektifitasan dilihat dari pemberian perlakuan bakteri P.acne yang diinjeksikan dengan dosis tertentu dan ekstrak daun sisik naga sebagai obat terhadap hewan coba (kelinci) f. Tingkat keefisienan dilihat dari biaya yang diperoleh dari produk obat jerawat ekstrak daun sisik naga dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi obat jerawat dari ekstrak daun sisik naga per satu kali produksi. 1.4. Tujuan Tujuanpenelitianiniadalah : a. Untuk menganalisis besarnya keefektifan dan keefisienan ekstrak daun sisik naga yang dikombinasikan dengan kuning telur yang diformulasikan sebagai masker kering sebagai obat jerawat. b. Untuk menganalisis besarnya kemampuan ekstrak daun sisik naga dalam menghambat bakteri jerawat dalam hewan coba. 1.5. ManfaatPenelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Manfaat akademik, dapat menambah pengetahuan tentang khasiat daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) sebagai zat antibakteri. b. Bagi masyarakat untuk memperoleh terobosan obat herbal dari tumbuhan yang dikombinasikan dengan kuning telur dalam bentuk masker yang dapat dimanfaatkan sebagai obat jerawat dilihat dari segi keefektifan dan keekonomisan. c. Bagi peneliti lain dalam bidang yang sama, dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan. d. Bagi proses belajar mengajar, sebagai acuan dalam ilmu pengetahuan bioteknologi dan ilmu tanaman pangan. 1.6. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) terhadap bakteriP.acne. mempunyai 11 b. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) memiliki tingakt keefektifitasan dan keekonomisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan antibiotik sebagai masker jerawat. 12 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides L. ) 2.1.1 Klasifikasi tanaman sisik naga Tanaman sisik naga memiliki nama latin Drymoglossum piloselloidesLinn. Klasifikasi sisik naga menurut Plantamor.com (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Sub Kelas : Polypoditae Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Drymoglossum Spesies : Drymoglossum piloselloides(L) Presl. Nama lain sisik naga adalah D. heterophyllum C.Chr., D. microphyllum (Pr.) C.Chr., Lemmaphyllum microphyllum Presl, picisan, sisik naga, sakat ribu-ribu (Sumatera); pakis duwitan (Jawa), paku duduwitan (Sunda). Nama asing dari sisik naga ini adalah dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (Belanda); bao shu lian (Cina) (Sumber: Iptek.net.id, 2005). 2.1.2 Deskripsi tanaman sisik naga a. Akar Akar daun sisik naga ini termasuk rimpang merayap atau berdiri, mempunyai ruas-ruas yang panjang dan jarang memperlihatkan batang yang nyata. Akar rimpang panjang, kecil, merayap, bersisik, melekat kuat pada tumbuhan yang ditumpangi dan berwarna coklat. Alat reproduksinya berupa spora (Sumber: Iptek.net.id, 2005). b. Daun 13 Daun sisik naga antara satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Daun tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang dengan ujung tumpul atau membundar, tepi daun rata dan pangkalnya runcing. Permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada permukaan bawah daun. Daun steril Daun fertil Sori Gambar 2.1 Morfologi daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sumber: (http://Plantamor.com) Daun ada 2 jenis yaitu daun fertil dan daun steril yang tidak berspora. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk, berbentuk oval memanjang (biasanya lebih panjang dari daun steril) dan berbentuk garis dengan tangkai sepanjang 1-2 cm. Warna daun hijau sampai kecoklatan. Sori panjang dan sejajar dengan jarak tertentu dengan tulang daun tengah. Daun fertil (sporofil) biasanya berkumpul diujung batang merupakan sebuah rangkaian berbentuk bulir yang disebut strobilus. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm. Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi daun, dapat pula pada urat-urat daun sehingga membentuk garis, memanjang, bulat (Sumber: Iptek.net.id, 2005). 14 2.1.3 Habitat Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, merupakan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl(Sumber: Iptek.net.id, 2005). 2.1.4 Kandungan kimia Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun sisik naga mengandung minyak atsiri, sterol (Triterpen), fenol, flavonoid, tanin, saponin dan gula. Berkhasiat sebagai antiradang, antitoksik, peluruh dahak, pencahar (laksan), antibakteri dan menghentikan pendarahan(Hariana, 2006).Senyawa aktif daun sisik naga yang berkhasiat sebagaiantibakteri adalah saponin, flavonoid, dan tanin (Sumastuti dan Sonlimar, 2002). Berikut ini merupakan zat-zat aktif yang terkandung dalamdaun sisik naga : a. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid juga termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Flavonoid yang biasanya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya (Markham, 1988). Flavonoid diketahui mempunyai efek farmakologik yaitu kemampuan untuk melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung koroner, anti-inflamasi, mengurangi kandungan kolestrol, antioksidan, mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah (Robinson, 1991:155). b. Tanin (polifenol) Tanin merupakan zat komplek yang terdapat hampir di sebagian besar tanaman. Tanin biasa terdapat di bagian tertentu dari tanaman seperti daun, buah, 15 kulit kayu dan di batang. Berbagai teori menyebutkan bahwa tanin mempunyai efek antiseptik, dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh seranggadan jamur.Tanin dapat mengendapkan protein suatu larutan yang akan membuat resisten terhadap enzim proteolitik.Tanin juga termasuk senyawa heterosiklik oksigen aromatik yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat rendah hingga tingkat tinggi, zat tersebut mampu berikatan dengan adhesion faktor, protein ekstraseluler yang menyebabkan denaturasi protein (proteolisis) penyususn dinding sel, sehingga sel akan mengalami gangguan metabolisme, fisiologis, dan menyebabkan proses kerusakan sel (Cowan, 1999). Tanin juga berkhasiat dalam perawatan luka bakar karena menyebabkan protein dapat terendap pada jaringan yang terbuka sehingga dapat melindungi lapisan dibawahnya dan merangsang regenerasi (Claus, 1960 : 168). c. Saponin Saponin merupakan kelompok glikosid yang tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi. Saponin mempunyai karakteristik antara lain membentuk larutan koloid dalam air dan jika dikocok menghasilkan busa dan bersifat hemolitik. Rasanya pahit, pedas, sehingga obat yang mengandung zat ini biasanya bersifat keras dan kadang mengiritasi membran mukosa. Selain itu, dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah dengan hemolisis dan toksik pada hewan yang berdarah dingin. Selama hidrolisis menghasilkan zat yang disebut sapogenin yaitu zat yang dapat mengkristal selama proses asetilisasi. 2.1.5 Manfaat tanaman sisik naga Seluruh tanaman sisik naga, baik segar maupun yang dikeringkan, dapat digunakan untuk mengatasi beragam penyakit seperti: radang gusi, sariawan, pendarahan, rematik pada jaringan lunak, TBC paru-paru disertai batuk darah, dan kanker payudara (Hariana, 2006). Sisik naga dapat juga digunakan untuk pengobatan gondongan (parotitis), sakit kuning (jaundice), sakit perut, sembelit, keputihan. Pemakaian luar untuk penyakit kulit, seperti kudis dan kurap (Dalimartha, 2002) 2.2 Bakteri Propionibacterium acne 2.2.1 Klasifikasi Propionibacteriumacne 16 Adapun klasifikasi secara ilmiah dari P. acne adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Filum : Actinobacteria Famili : Actinomycetales Genus : Propoinibacterium Spesies : Propionibacterium acne ( Douglas and Gunter, 1964). 2.2.2 Deskripsi Propionibacterium acne Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput lendir manusia. Pada pewarnaan Gram, kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang, dengan ujung melengkung, berbentuk lancip, dengan pewarnaan yang tidak rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat hingga batang (Triayu, 2009). Gambar 2.2 Morfologi bakteri Propionibacterium acne. Sumber: http://scienceofacne.com P. acne ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acne bersifat aerotoleran dan bisa hidup dalam suasana aerob (Brooks et al., 2007). Putri (2010) dalam penelitiannya bakteri P. acne ini tergolong bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap udara. 17 Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam propionate (Irianto, 2006). P.acne termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Genom dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa genyang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (Pramasanti, 2008). Bakteri ini juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan katalase beserta indol, nitrat, atau kedua-duanya indol dan nitrat. Propionibacterium menyerupai Corynebacterium secara morfologi dan susunannya, tetapi tidak bersifat toksigenik (Brahman, 2007). 2.2.3 Habitat dan distribusi Bakteri ini sebagian besar komensal dan bagian dari flora kulit yang ada pada orang kulit kebanyakan, dan hidup di asam lemak dalam kelenjar sebaceous pada sebum disekresikan oleh folikel . Hal ini juga dapat ditemukan di seluruh saluran pencernaan pada manusia dan hewan lainnya. 2.3 Zat antimikroba Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat membunuh mikroorganisme (mikrobicidal) atau menghambat pertumbuha mikroorganisme (mikrobiostatic). Bahan antimikroba menurut Pelczar dan Chan (1998:450) diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan mikroba. Sedangkan Volk dan Wheeler (1990:48) mendefinisikan bahan antimikroba sebagai suatu komponen kimia yang berkemampuan mematikan mikroorganisme. Secara umum dapat dinyatakan bahwa antimikroba merupakan penghambatan pertumbuhan dan bila dimaksudkan untuk kelompok-kelompok organisme yang khusus, sering digunakan istilah seperti antibakteri. 2.3.1 Mekanisme Kerja Zat Antimikroba Zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler (1990:219) harus mampu untuk mempengaruhi bagian sel yang vital seperti membran sitoplasmanya, enzim-enzim dan protein struktural. Pelczar dan Chan (1998:457) menyatakan bahwa cara kerja zat 18 antimikroba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut: a. Mengganggu pembentukan dinding sel Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang terdapat pada dinding sel atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. b. Bereaksi dengan membran sel Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel. c. Menginaktivasi enzim Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif). d. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Konsentrasi tinggi pada beberapa zat kimia dapat mengakibatkan denaturasi komponen seluler yang vital ini. Sehingga pertumbuhan organisme terhambat atau akan menyebabkan kematian sel. e. Menginaktivasi fungsi material genetik Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan. 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba 19 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba tersebut adalah : a. Konsentrasi zat antimikroba Semakin tinggi konsentrasi zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler (1990:221) maka semakin tinggi daya antiseptiknya b. Jumlah mikroorganisme Perusakan oleh suatu zat merupakan suatu proses yang teratur dan tidak mungkin semua mikroorganisme akan mati dalam waktu yang bersamaan. Semakin besar populasi mikroorganisme yang diujikan dengan zat antimikroba, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme tersebut. Semakin lama suatu mikroba berada di bawah pengaruh zat antimikroba, semakin besar kemungkinan matinya mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1998:453). c. Keasaman atau kebasaan (pH) Konsentrasi H+ dalam suatu larutan dapat mempengaruhi efektifitas dari bahan antimikroba. Mikroba yang akan diuji pada bahan antimikroba dengan pH sangat asam, maka akan semakin cepat mikroba tersebut terbunuh (Pelczar dan Chan, 1998:140-141) d. Adanya bahan organik Adanya bahan organik asing dapat menurunkan efektifitas suatu zat antiseptik terhadap mikroorganisme. Penggabungan antiseptik dengan bahan organik akan membentuk produk yang tidak bersifat antimikrobial. Penggabungan antiseptik dengan bahan organik akan menghasilkan suatu endapan, sehingga antiseptik tidak mungkin efektif lagi (Pelczar dan Chan, 1998:455) 2.4 Obat antibakteri Kloramfenikol merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai aktifitasbakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol 20 memiliki nama kimia 1-(pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol, rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki struktur: Gambar 2.3 Struktur kimia kloramfenikol. Sumber: http://eol.org 2.4.1 Pembagian obat jerawat Topikal Obat jerawat terdapat dalam bentuk sediaan topikal atau obat jerawat luar berupa salep, krim, lotion, jeli dan sabun. Obat jerawat topikal dibagi menjadi 2 yaitu: dengan komedolitik dan antibiotik. a) Obat jerawat jenis komedolitik/ keratolitik Obat jenis ini bisa didapat di pasaran sebagai obat bebas. Zat aktif yang terkandung dalam obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam salisilat, resorsinol. Benzoil peroksida bekerja secara perlahan-lahan melepaskan oksigen aktif yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek keratolitik dan mengeringkan. Resorsinol mempunyai efek antibakteri, sedangkan asam salisilat mempunyai sifat keratolitik yang dapat melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerapan obat. Sedangkan obat jerawat dengan resep dokter adalah azelaic acid, tretinoin. 21 b) Obat jerawat jenis antimikrobia Antibiotika untuk obat jerawat adalah klindamisin, eritromisin, dalam sediaannya bisa tunggal atau kombinasi dengan tretinoin atau benzoil peroksida yang dapat mengurangi jerawat. 2.4.2 Efek samping Obat jerawat yang mengandung asam salisilat dan resorsinol tidak boleh digunakan pada permukaan kulit yang luas terutama anak-anak dapat menimbulkan alergi pada kulit. BAB 3. ANALISIS MANFAAT 3.1 Variabel Penelitian 3.1.1 Variabel Bebas Serial konsentrasi bakteri P.acne yang diinjeksi tehadap hewan coba 3.1.2 Variabel Terikat Pertumbuhan P.acne pada epidermis hewan coba 3.1.3 Variabel Terkendali Suhu, kelembaban udara, biakan bakteri P. acne, media Nutrient Agar, cara pengukuran daya hambat P. acne. 3.2 Definisi Operasional Variabel Peneliti memberikan pengertian untuk menjelaskan operasional penelitian agar tidak menimbulkan pengertian ganda yaitu sebagai berikut: a. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) adalah sari pekat yang dibuat dari daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) dengan memilih daun yang fertil dalam beberapa serial konsentrasi, yang diperoleh dari ekstraksi daun dengan suatu metode umum yang digunakan untuk mengambil produk dari bahan alami seperti dari jaringan tumbuhan dan mikroorganisme. 22 b. Kuning telur ayam memiliki kandungan zat besi, fosfor, vitamin A,D,E,K, ataupun vitamin B, termasuk vitamin B12. Kuning telur mengandung senyawa kompleks dari lipid netral, fosfolipid dan protein (Bruley, 1970). Kuning telur sebagai sumber protein yang berkisar antara 15-16% dan vitamin A. Lemak dalam kuning telur tidak bersifat bebas, akan tetapi terikat dalam bentuk partikel lipoprotein. c. P. acne adalah flora normal kulit terutama di wajah yang tergolong dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini berperan pada patogenesis jerawat yang dapat menyebabkan inflamasi. Bakteri ini berbentuk batang hingga coccus dan tergolong bakteri gram positif 3.3 Analisis data Analisis baiaya manfaat dilakukan dengan tahapan: a. Ditentukan biaya variabel yang diperlukan untuk melaksanakan program produksi pembuatan obat anti jerawat. b. Ditentukan lamanya waktu dari manfaat dan biaya serta tahun dimana manfaat sepenuhnya bisa dirasakan. c. Dibuat daftar biaya awal (biaya investasi) yang akan diperlukan dan tetapkan kapan biaya-biaya tersebut disertakan d. Analisa data menggunakan kriteria: Benefit Cost Ratio (BCR) Selain tahapan-tersebut diatas juga terdapat langkah yang penting dalam melakukan analisa biaya manfaat yang berkaitan dengan obat jerawat, adalah dilakukan analisis biaya produksi. Biaya produksi dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya kebutuhan dan permintaan pasar yang akan datang, saranasarana pemeliharaan, investasi dan produktivitas obat (Gittinger 1986). Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah: Cost benefit ratio = Output input = >1 3.4 Analisis keefisienan ekstrak daun sisik naga: 23 1. Aspek Produksi a) Letak usaha b) Produksi bahan baku c) Transportasi d) Upah tenaga kerja e) Fasilitas (alat) f) Proses 2. Analisis biaya a) Input b) Out put c) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada tahun ke- ) dengan menggunakan rumus: 1. ROI = Total manfaat −total biaya Total biaya x 100% 2. Analisa Net Present Value (NPV) 24 3.5 Alur Penelitian Pembuatan ekstrak etanol daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) Penyiapan Propionibacteriumacne Persiapan pembuatan serbuk kuning telur Pemeriksaan AGPT Pembuatan medium Daun sisik naga450 gram Pembuatan inokulum P.acne Pengeringan kuning telur Dicuci, dipotong,dikering anginkananginkan Hasil inokulum P.acne Pembuatan suspensi Kuning telur halus Daun sisik naga kering Diblender/dihaluskan Serbuk Serbuk halus 100kuning gram telur dikombinasikan dengan ekstrak daun sisik naga dentifikasi (Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram), Kurva pertumbuhan bakteri P.acne (sebagai masker) Dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 750 ml Simplisia diuapkan dengan vacuum Rotary Evaporator Ekstrak etanol daun sisik naga Serial dosis Serial dosis Uji KLT Pengolesan ke hewan coba Injeksi ke hewan coba Uji Akhir Cek epidermis hewan coba Cek epidermis hewan coba Hasil Hasil Analisis Analisis Kesimpulan Kesimpulan 25 Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian perbedaan daya hambat ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) terhadap bakteri Propionibacterium acne . 4.1.1 Hasil Karakterisasi Propionibacterium acne Karakterisasi bakteri Propionibacterium acne dilakukan dengan cara pewarnaan Gram. Hasil pengamatan sel P. acne dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Karakterisasi Morfologi dan Biokomia Karakterisasi Bakteri 1 Bentuk koloni Batang Warna Gram Positif Nitrat Positif Indol Positif Methyl merah Karbohidrat Pengecatan endospora Negatif Nama spesies Propionibacterium acne Keterangan: - tidak dilakukan uji : bakteri 1adalah bakteri gram positif : bakteri 1adalah bakteri gram negatif Bakteri 2 Batang Negatif Positif Positif Negatif Shigella dysentriae Hasil pewarnaan Gram pada bakteri P. acne dapat dilihat pada Gambar 4.2 . Sel P. acne 26 Gambar 4.1 Sel P. acne perbesaran 100x Sumber: dokumen pribadi Dari hasil pewarnaan di atas didapatkan hasil berwarna biru, kemudian diamati di bawah mikroskop. Bakteri tersebut berbentuk batang/ filamen dengan bentuk kokoid.Hal ini menandakan bahwa bakteri yang digunakan dalam uji adalah benar bakteri Propionibacterium acneyang tergolong bakteri Gram positif, berbentuk batang, tidak berspora, tidak bergerak, dan berkoloni. Dari hasil uji biokimia, pada bakteri 1menunujukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan nitrat, indol dan tidak menghasilkan spora pada pewarnaan endospora. Maka sesuai dengan literatur (Jawetz, Ernest, 1996: 235) bakteri 1 adalah bakteri Propionibacterium acne. 4.2 Pembahasan Penyakit peradangan kulit sering terjadi dikalangan remaja umumnya, terutama peradangan di daerah muka. Sehingga hal ini memicu penurunan tingkat percaya diri pada remaja. Faktor timbulnya peradangan kulit pada muka/ jerawat umumnya disebabkan faktor genetik, makanan, pengaruh musim, kosmetik, dan infeksi bakteri. Apabila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan peradangan yang kronis. Peradangan merupakan suatu proses alami pertahanan tubuh melawan adanya bakteri penyebab radang kulit. Menurut Lawyer et al(1992:9) respon peradangan merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami yang penting terhadap luka jaringan. Pada penelitian ini menggunakan daun sisik naga dengan ciri-ciri: berwarna hijau tua, dengan mengambil daun yang fertil (terdapat spora), masih segar dan tidak mudah rusak. Pengambilan daun sisik naga yang fertil ini bertujuan karena terdapat spora hasil fotosintesis, yang notabene hasil tersebut mengumpul pada daun yang fertil. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dikarakterisasi dahulu dengan cara pewarnaan Gram, sehingga dapat diketahui morfologi bahwa bakteri tersebut adalah Propionibacterium acne. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri P. acne yang 27 diamati dengan mikroskop berbentuk batang dan berwarna biru, hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang diamati adalah benar bakteri P. acne yang merupakan bakteri Gram positif sesuai dengan literatur (Jawetz, 2005). Penelitian analisis manfaat penggunaan ekstrak daun Sisik naga dibandingkan penggunaan obat jerawat yang ada sebagai pengendali bakteri P. acne dilakukan secara in vivo. Pengujian tingkat keefisienan dan keefektifan senyawa antibakteri dengan memformulasikan ekstrak daun sisik naga dengan serbuk kuning telur (yolk) menjadi formulasi masker serbuk kering yang dioleskan pada hewan coba (kelinci) pada permukaan epidermis. Ekstrak etanol daun sisik naga mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. acne dikarenakan aktivitas antibakteri yaitu senyawa Gossipetin yang merupakan senyawa anggota flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun sisik naga terlarut. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol, etanol adalah senyawa hidrokarbon dengan rumus senyawa C2H5OH. Flavonoid ini terkandung Gossipetin yang bersifat polar, dapat larut dalam air dan alkohol (Harbone, 1978:84).Gossipetin adalah golongan antosianin yang merupakan turunan flavonoid (Maryani dan kristiana, 2008:6). Sedangkan tanin sendiri dalam mekanisme merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tannin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat, tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga mengganggu aktivitas enzim-enzim pencernaan, akibatnya akan menurunkan bioaktivitabilitas zat gizi dan akan menghambat pertumbuhan. Khasiat antiseptik tanin membantu mencegah pertumbuhan bakteri (Iradisa, 2009:18). Flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak daun sisik naga memilki sifat antibakteri yang terbukti menghambat pertumbuhan bakteri P. acne. Cara kerja flavonoid, saponin, dan tanin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel, dengan terdenaturasinya protein sel maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein 28 (Pelczar dan chan, 1998:88). Dari sinilah pertumbuhan bakteri P. acne terhambat oleh aktivitas tersebut. Pengujian pada hewan coba dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifitasan dari cara kerja ekstrak daun sisik naga dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.acne yang sebelumnya hewan coba diinjeksi dengan bakteri P.acne dengan dosis bertingkat 1%, 10%, 20%, 30%, 40%, antibiotik 0,1% sebagai kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Indikator tingkat keefektifitasan kerja ekstrak daaun sisik naga ini adalah dilihat dari terbentuknya papul/ nodus di epidermis kulit kelinci selama proses injeksi bakteri selama kurang lebih 3-5 hari dimana sebelumnya probandus/ hewan coba ini pada permukaan kulit epidermis diberi perlakuan olesan formulasi masker (kuning telur dan ekstrak daun sisik naga). Hasil perlakuan pemberian formulasi ini pada probandus akan dibandingkan dengan hasil aktifitas antibiotik (kontrol positif) dan aquades steril (kontrol negatif). Perbedaan pemberian dosis bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif pemberian formulasi masker dalam menghambat bakteri P.acne. Keefisiensian Penggunaan Daun Sisik naga (Teknik Analisis Manfaat) Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga No Antibiotik Tidak Langsung: 1. Lebih diarahkan menghilangkan 2. Ekstrak sisik naga Diarahkan pada sumber penyebab gejala penyakit dan perbaikan fungsi organ- Bersifat sympthomatis organ yang rusak Bersifat rekonstruktif (memperbaiki dan membangun kembali organ dan 3. 4. Penyembuhan bersifat spekulatif jaringan yang rusak Bersifat kuratif (menyembuhkan (bila tepat penyakit, akan sembuh pada sumber penyebab penyakit) bila salah akan menjadi racun) Diutamakan untuk penyakit akut Untuk mencegah penyakit, 29 No Antibiotik saja Ekstrak sisik naga pemulihan penyakit komplikasi 5. Reaksi cepat, namun melemahkan menahun Reaksi lambat namun bersifat organ tubuh lain jika dipakai terus konstruktif . menerus dalam jangka waktu lama Langsung 1. Dapat menyebabkan iritasi dan Hampir tidak ada efek samping 2. peradangan, gangguan fungsi hati, - Nilai Produksi daun sisik naga 3. - meningkat Kesehatan terhadap jerawat - meningkat Perekrutan tenaga kerja, 4. meningkatnya kualitas perekonomian 1. Aspek Produksi a) Letak usaha Letak usaha yang didrikan harus memenuhi beberapa kriteria dan persyaratan yakni : strategis, mudah dalam pemasaran, tingkat target pemasaran dan sasaran penjualan produk, bebas dari pencemaran, mempunyai sarana penyediaan air bersih, mempunyai sarana pembuangan air selokan dan kotoran, mempunyai sarana toilet, konstruksi bangunan sesuai dengan yang diinginkan, dll. b) Produksi bahan baku Dalam produksi bahan baku yang digunakan adalah tanaman sisik naga yang diperoleh dari area kampus IPB, dan area kawasan gunung salak(Ciapus). Dimana Ciapus adalah salah satu tempat yang dingin sehingga memungkinkan daun sisik naga tumbuh lebat dan subur di pohon 30 besar dan memiliki struktur yang lebih tebal, sehinggga diasumsikan memiliki kandungan senyawa herba yang memadai. Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku : Tahapan Pengambilan daun sisik naga dari - Keterangan Terhindar dari polusi udara - dan toksik Pemilihan daun yang segar - dan hijau Sanitasi yang bersih Dilihat dari bentuk dan ada - tidaknya spora Memisahkan kotoran yang pohon Pemilihan daun yang fertil dan non fertil Pencucian terdapat Proses pengeringan dengan - dikeringanginkan selama 3-7 hari pada permukaan daun Tidak boleh langsung terkena sinar matahari untuk menjaga kandungan dan senyawa alami yang terdapat pada Proses pengeringan dengan - daun sisik naga Dengan selalu memantau menggunakan inkubaror pada suhu suhu dan tidak boleh terlalu kamar kering untuk menjaga struktur dan kandungan alami agar Proses simplisia (diblender, dan di - campur dengan etanol) tidak rusak proses pengeringan Ditujukan mendapatkan selama untuk dan memisahkan senyawa yang terdapat pada sisik naga untuk selanjutnya dilakukan Pengeekstrakan - pengekstrak an Dengan menggunakan rotari 31 evaporator, untuk memisahkan senyawa etanol, agar didapatkan ekstrak daun Penyimpanan - sisik naga Disimpan dalam suhu dingin c) Transportasi Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas obat herbal yang dihasilkan. Maka dilakukan pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya semata didasarkan atas harga yang murah. Dalam menjaga kulaitas juga sarana transportasi yang penting untuk dipertimbangkan. Baik dari segi pengemasan dan distribusi bahan baku. d) Upah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi yang digunakan. Jumlah tenaga kerja yang menangani bagian pengolahan, produksi, dan pengemasan sekitar 10 – 20 orang. Untuk itu perlu efisiensi untuk perekrutan tenaga kerja, agar mengahsilkan benefit yang diinginkan. Per satu kali produksi @Rp. 700.000,00 e) Fasilitas (alat) Proses produksi yang dilakukan hanya sedikit menggunakan mesin, prosesnya relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan berupa serbuk. Mesin yang dapat digunakan pada teknologi ini adalah mesin penyortir, mesin pencuci, dan mesin pengahncur bahan, dan mesin packaging. Mesin yang dapat digunakan pada teknologi yang lebih modern ini adalah ekstraktor, evaporator, aroma recovery, dan retrifikasi (pemurnian). f) Proses Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi Tahapan Penyiapan bahan baku Penyortiran bahan baku Sarana dan Prasarana, indikasi. Pemilihan daun segar Pemilihan daun fertil 32 Pencucian Pengeringan Pengahalusan Pengekstrakan Alat cuci ±3-7 tidak langsung terkena sinar matahari Alat penghalus bahan, freedryer Rotary evaporator, timbangan, simplisia Pencampuran dengan serbuk yolk Pengujian terhadap hewan coba Uji mutu kering 450gr, pelarut etanol 70%, refluks Alat pengaduk Speed, hewan coba (kelinci) Pengujian mutu (organoleptik, kadar air,keseragaman bobot, mikroba, pertumbuhanjamur) Mesin pengemas Alat, dan mesin labeling Suhu kamar/ suhu dingin Pemantauan Pengemasan Pelebelan Penyimpanan Distribusi 2. Analisis biaya Tabel 4. Analisis ekonomis antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga No Jenis Antibiotik Efek samping Harga 1. Antibiotik Klindamisin (kapsul Alergi kulit Rp. 51.400,00 2. 3. 4. 300mg) Eritromicin Vancomycin Azithromycin Gangguan hati dan ginjal Peradangan saluran cerna Gangguan fungsi hati dan Rp. 87.900,00 Rp. 123.400,00 Rp. 93.425,00 ginjal a) Tabel 5. Input N Tahun 0 Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Input Biaya o 1. Pengeekstrakan 450gr daun 2. 3. 4. 5. sisik naga Penyiapan 100 kuning telur Penyiapan 20 hewan coba Penyiapan bakteri P.acne /isolat Penyiapan label dan tempat Rp. 250.000,00 Produk 250 masker Output Hasil Penjuala n per pcs Rp. 1.000.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 500.000,00 @Rp. 50.000,0 0 Rp. 12.500.000,00 33 6. 7. 8. 9. N kemasan 250pcs Transportasi Sewa alat dan sewa tempat Upah pegawai Lain-lain Total Rp. 300.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 14.000.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 21.400.000,00 Tahun pertama Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Input Biaya o 1. Pengeekstrakan 900gr daun Rp. 2. 3. sisik naga Penyiapan 200 kuning telur Penyiapan bakteri P.acne Rp. 2.000.000,00 Rp. 150.000,00 4. /isolat Penyiapan label dan tempat Rp. 5. 7. N kemasan 400pcs Transportasi Upah pegawai Total Benefit 250.000,00 Rp. 12.500.000,00 Rp. -8.900.000,00 Produk 400 masker Output Hasil Penjualan Rp. 20.000.000,00 per pcs @Rp. 50.000,00 1.000.000,00 Rp. 300.000,00 Rp. 14.000.000,00 Rp. 17.700.000,00 Rp. 20.000.000,00 Rp. 2.300.000,00 Tahun kedua Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Input Biaya o 1. Pengeekstrakan 900gr daun Rp. 2. 3. sisik naga Penyiapan 200 kuning telur Penyiapan bakteri P.acne Rp. 2.000.000,00 Rp. 150.000,00 4. /isolat Penyiapan label dan tempat Rp. 5. 7. kemasan 600pcs Transportasi Upah pegawai Rp. 300.000,00 Rp. 14.000.000,00 250.000,00 Produk 600 masker Output Hasil Penjualan per pcs 1.000.000,00 @Rp. 50.000,00 Rp. 30.000.000,00 34 Total Benefit N Rp. 17.700.000,00 Tahun ketiga Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Input Biaya o 1. Pengeekstrakan 900gr daun Rp. 2. 3. sisik naga Penyiapan 200 kuning telur Penyiapan bakteri P.acne Rp. 2.000.000,00 Rp. 150.000,00 4. /isolat Penyiapan label dan tempat Rp. 5. 7. Rp. 30.000.000,00 Rp. 12.300.000,00 Produk 7500 masker Output Hasil 250.000,00 Penjualan Rp. 37.500.000,00 per pcs kemasan 750pcs Transportasi Upah pegawai Total Benefit @Rp. 50.000,00 1.000.000,00 Rp. 300.000,00 Rp. 14.000.000,00 Rp. 17.700.000,00 Rp. 37.500.000,00 Rp. 19.900.000,00 b) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada tahun ke- ) dengan menggunakan rumus: ROI = Total manfaat −total biaya Total biaya x 100% Analisis Payback Periode Perhitungan Analisis periode ada sebagai berikut : Total Biaya pada tahun ke-0 : Rp. 21. 400.000 Proceed pada tahun ke-1 : Rp. Sisa biaya proyek pada tahun ke-1 : Rp. 19.100.000 Proceed pada tahun ke-2 : Rp. 12.300.000 (-) Sisa Biaya proyek tahun ke-2 : Rp. 6.800.000 2.300.000 (-) 35 Sisa = 6.8 00.000 21.4 00.000 x 1 tahun = 0,32 Dari perhitungan payback diatas maka di tahun kedua sudah dapat mengembalikan modal yang diharapkan dengan periode waktu 2,32 tahun, maka dari perhitungan mencapai titik impas (Break Even Point) pada waktu 2,32 tahun yang berarti bahwa pada tahun ke 3 mulai dapat mengambil keuntungannya dari produksi masker herbal daun sisik naga. Analisa Return On Investment (ROI) Untuk mengetahui berapa persentase manfaat yang dihasilkan oleh produksi obat herbal tersebut dapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan usaha ini. Adapun perhitungan ROI usaha ini adalah : - Biaya produksi usaha tahun 0 : Rp. 21.400.000 - Biaya pemeliharaan usaha tahun 1 : Rp. 1.000.000 - Biaya pemeliharaan usaha tahun 2 : Rp. 1.500.000 - Biaya pemeliharaan usaha tahun 3 : Rp. 2.500.000(+) Total Biaya : Rp. 26.400.000 Sedangkan total keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut : - Benefit pada tahun 1 : Rp. 2.300.000 - Benefit pada tahun 2 : Rp. 12.300.000 - Benefit pada tahun 1 : Rp. 19.900.000 Total Manfaat : Rp. 34.500.000 Rumusan ROI adalah : 36 ROI = = Total manfaat −total biaya Total biaya 3 4 . 5 0 0.000−600.0 00.000 6 00.000 x 100% x 100% = 5.65% Dari analisa ROI diketahui bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan pada tahun ke 3 sebesar 5.65 % dari biaya pengembangannya sehingga usaha ini layak dikembangkan. Analisis manfaat selain dilihat dari segi keefektifitasan juga dilihat dari segi keekonomisan/ harga. Di pasaran banyak antibiotik yang beredar sebagai obat antijerawat, dimana kandungan antibiotik tersebut dapat mengakibatkan hal yang tidak diinginkan (gangguan fungsi ginjal dan hati), metabolisme, hingga peradangan. Ditinjau dari segi ekonomis antibiotik relatif mahal dibandingkan dengan obat herbal, karena antibiotik cara kerjanya lebih cepat namun mempunyai resiko dan dampak tertentu dan dapat merusak organ/ target yang lain. Hal ini jika dibandingkan dengan obat herbal/ alam khususnya ekstrak daun sisik naga yang dikombinasikan dengan yolk/ kuning telur dalam sediian/ formulasi masker tentu akan jauh berbeda dari segi manfaat dan dampak yang hampir tidak menimbulkan efek samping, sehingga mudah dan aman untuk tujuan komersil. Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah: total manfaat Cost benefit ratio = = >1 Total biaya Cost benefit ratio = Rp . 34 .5 00.000,00 Rp . 26.4 00.000,00 = 1,3 Dari perhitungan analisis cost benefit ratio diatas didapatkan hasil bahwa nilai menunjukkan 1,3 dimana syarat dari uji kelayakan pada analisis disini nilai yang didapat adalah >1. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari tingkat keefektifitasan dan 37 keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis menggunakan masker herbal sisik naga. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor utama yang menentukan cara zat antimikrobial bekerja adalah jumlah mikroorganisme, dosis, pH, suhu, dan masa pengeraman (Volk and Wheler, 1990: 219). BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukandapatdisimpulkansebagaiberikut: 38 a. Ekstrak Daun Sisik naga(Drymoglossum piloselloides Linn.)mempunyaitingkat keefektifitasan dan keefisienan dari hasil analisis manfaat untuk mengendalikan bakteri P.acne yang dijadikan formulasi masker jerawat b. Tingkat keefektifitasan dilihat dari jumlah nodul yang terbentuk pada epidermis kulit hewan coba (kelinci) dengan tingkat dosis yang berbeda. Semakin sedikit nodus yang terbentuk maka dpat dikatakan bahwa formulasi tersebut efektif. c. Tingkat keefektifitasan dan keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis menggunakan masker herbal sisik naga yang dapat dilihat dari segi produksi dan analisis manfaat dari formulasi masker kering (ekstrak daun sisik naga dan yolk), analisis BCR >1 sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan dan mendapatkan keuntungan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai: a. Uji antibakteri dari bagian daun sisik naga lainnya sepertiakar, dan batang. b. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai manfaat daun sisik nagas selain sebagai antibakteri. c. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil atau produk daun sisik naga sebagai obat antibakteri. 39 DAFTAR PUSTAKA Agtini, Soeharno, Lesmana, Punjabi, Simanjuntak, Wangsaputra, dan Nurdin. 2005. The Burden of Diarrhoea, Shigellosis, and Cholera in North Jakarta, Indonesia: Findings from 24 Months Surveillance. Biomed Central. {serial online}. http://biomedcentral.com [28 Desember 2014]. Ardiansyah, T. 2001. AntimikrobadariTumbuhan (http://www.beritaiptek.com_2007.shtm) [28 Desember 2014] (Bagiankedua). Broillard, 1982. AntimicrobialActivity of Thai Traditional Medicinal Plants Extract. (http://www.unhas.ac.id/gdln/.pdf). [28 Desember 2014]. Cowan M.M. 1999. Clinical Microbiology Reviews, Plant Products as Antimicrobial Agents.Amerika: American Society for Microbiology. Dalimartha. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Puspa swara. Jakarta. Dalimartha. 2002.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Puspa swara. Jakarta. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasarMikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hariana, A. 2006. TumbuhanObatdanKhasiatnya. Depok: PenebarSwadaya. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi: MengaukDuniaMikroorganismeJilid I. Bandung: YramaWidya. Jawetz, MelnickdanAdelberg. BinarupaAksara. 2005. MikrobiologiKedokteran. Jakarta: PelczardanChan. 1998. Dasar-DasarMikrobiologiJilid 2. Jakarta:UI Press Plantamorf. 2012. Klasifikasi Drymoglossum piloselloides Linn. http://Plantamor.com [28 Desember 2014] Robinson, T. 1991. KandunganOrganikTumbuhanTingkat Tinggi. Bandung: ITB. Somchit MN. 2011. In vitro anti-fungal and anti-bacterial activity of Drymoglossumpiloselloides L. Presl. against several fungi responsible for Athlete’s foot and common pathogenic bacteria. African Journal of Microbiology Research. Vol. 5(21).Hlm.3537-3541. Solomon, Breg, Maetin,.dan Ville. 1993. Biologi Fourth Edition. Florida: SaundersCollege Publishing. Sya’roni, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Keempat Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 40 Tjokronegoro A dan Utama A. 2002. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak Remaja. Jakarta: FK-UJ Tim MikrobiologiFakultasKedokteran U.I. PenentuanPraktikumMikrobiologiKedokteran.Jakarta: BinarupaAksara. 2008. Triayu, S.I. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dan Uji Daya Antibakteri Secara In Vitro.etd.eprints.ums.ac.id/3382/I/K100040238.pdf.[28 Desember 2014] Volk danWheeler. 1990. MikrobiologiDasarJilid II. Jakarta: Erlangga. Volk danWheeler .1989. MikrobiologiDasarJilid I. Jakarta: Erlangga. Waluyo, J danWahyuni, D. 2011: PetunjukPraktikumMikrobiologiUmum. Jember: FKIP UNEJ. Wattimena, J.R.et al. 1991. FarmakodinamikadanTerapiAntibiotik. Yogyakarta: GajahMadaUniversity Press. World Health Organization (WHO). 2004. Traditional Medicine. Geneva: WHO Document Production Service