analisis manfaat penggunaan ekstrak daun sisik naga

advertisement
ANALISIS MANFAAT PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN SISIK NAGA
DIBANDINGKAN PENGGUNAAN OBAT JERAWAT YANG ADA SEBAGAI
PENGENDALI BAKTERI P. ACNE
(Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Epizotiologi dan Analisis resiko)
Oleh:
WENTI DWI FEBRIANI
NRP. B253140091
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI MEDIK
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
VETERINER
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
2
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam beserta isinya yang senantiasa
melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kami hingga dapat menyelesaikan
laporan ini dengan cepat dan tanpa kendala. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi penutup akhir zaman, Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, para sahabat, keluarga, dan semoga sampai kepada kita selaku
umatnya.
Laporan ini kami buat sebagai gambaran atas hasil tugas Analisis manfaat yang
kami laksanakan untuk memenuhi tugas Epizotiologi dan analisis resiko. Laporan ini
berisikan naskah dan hasil diskusi mendalam mengenai “Analisis Manfaat
Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang
Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”.
Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu penyemangat untuk teman-teman di
MKMIPB bahwa membangun kesadaran pribadi melalui diskusi ilmiah itu sangatlah
penting, dan juga bisa memberikan sumbangsih nyata kita kepada masyarakat sekitar
dengan beragam program dan penyelesaian masalah yang kita tawarkan sebagai hasil
diskusi ilmiah tersebut.
Demi tersempurnanya laporan ini kami nantikan kritik dan saran dari pembaca
yang membangun guna penulisan laporan berikutnya.
Penulis
Wenti Dwi F.
NRP. B253140091
3
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
vii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................
7
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
7
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
9
1.3 Batasan Masalah.........................................................................
9
1.4 Tujuan.........................................................................................
10
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................
10
1.6 Hipotesis.....................................................................................
11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
12
2.1 Tanaman sisik naga.....................................................................
12
2.2 Bakteri Propionibacterium acne................................................
16
2.3 Zat antimikroba..........................................................................
17
2.4 Obat antibakteri..........................................................................
20
BAB 3. ANALISIS MANFAAT.....................................................................
22
3.1 Variabel Penelitian......................................................................
22
3.2 Definisi Operasional...................................................................
22
3.3 Analisis Data...............................................................................
23
3.4 Analisis Keefisienan daun sisik naga.........................................
23
4
3.5 Alur Penelitian............................................................................
25
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
26
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................
26
4.2 Pembahasan................................................................................
27
BAB 5. PENUTUP ........................................................................................
40
5.1 Kesimpulan.................................................................................
40
5.2 Saran...........................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
41
5
DAFTAR TABEL
4.1 Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik.........................................................
4.2 Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku ...................................................
4.3 Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi ....................................
4.4 Tabel 4. Analisis keekonomisan antibiotik dengan obat jerawat .............
4.5 Tabel 5. Input............................................................................................
29
31
33
34
34
6
DAFTAR GAMBAR
2.1 Morfologi Daun Sisik naga......................................................................
2.2 Morfologi Bakteri Propionibacterium acne.............................................
2.3 Struktur kimia kloramphenikol................................................................
3.1 Skema alur penelitian ..............................................................................
4.1 Sel Propionibacterium acne.....................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
13
16
20
25
26
7
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup popular saat ini
sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk
pengobatan dengan tumbuhan obat. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia
mengenal dan menggunakan tanaman obat berkhasiat sebagai salah satu upaya untuk
menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat. Penggunaan tanaman
obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada pengalaman yang secara
turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya yang
lebih dikenal sebagai tanaman obat tradisional. Saat ini pemilihan bahan-bahan alami
untuk pengobatan didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahanbahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Tanaman
berkhasiat obat mempunyai nilai lebih ekonomis dan efek samping lebih kecil
dibandingkan dengan obat-obat sintetis, karena itu penggunaan tumbuhan obat
dengan memanfaatkan tumbuhan tentunya lebih aman dan efektif (Wasitaatmadja
dalam Tjokronegoro, 1997).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa hingga 80% penduduk
di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju telah menggunakan obat
herbal (Dalimartha, 2005;12). Eksplorasi dan pengembangan budidaya tanaman obat
terus dikembangkan, karena diharapkan dapat mengurangi impor bahan baku obat
kimia.Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu sisik naga
(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sisik naga merupakan tanaman epifit yang
tumbuh liar di batang dan dahan pohon, sehingga dapat dengan mudah ditemukan di
lingkungan sekitar.
Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman ini untuk mengobati
radang gusi, sariawan, dan pendarahan. Berdasarkanliteraturdanhasil-hasilpenelitian
sebelumnya diketahuibahwa kandungan kimia yang terdapat dalam sisik naga yaitu
saponin, polifenol, minyak atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula
(Wattimena, J.R., et al. 1991). Daun sisik naga mengandung senyawa flavonoida,
8
saponin, dan tanin yang diketahui sebagai senyawa aktif antibakteri (Wattimena, J.R.,
et al. 1991).
Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel
polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papul dan nodus pada daerah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas
dan lengan bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit terbuka dan tersumbat
dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi bakteri, faktor makanan, kosmetik, dan
bahan kimia lain (Wasitaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Penyakit ini tidak fatal,
namun cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri
akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Apabila hal ini dibiarkan maka akan
terjadi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada
pori-pori. Bakteri yang berperan dalam peradangan kulit khususnya penyebab jerawat
adalah Propionobacteriumacne (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).
Obatjerawat yang beredar di pasaran selama ini tidak semua aman,
diantaranya banyak mengandung bahan kimia obat (BKO) dengan kadar tinggi yang
berbahaya dan menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Bahan aktif yang
terkandung dalam beberapa obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam retinoat, dan
hidrokuinon, dimana bahan ini memiliki efek samping seperti rasa terbakar pada
kulit, bercak, hingga pengelupasan pada kulit, kemandulan dan cacat pada janin pada
ibu hamil (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).
Penyakit jerawat disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut dapat menyebabkan
penyakit peradangan kulit (Fardiaz, 1992:132), sehingga diperlukan adanya suatu
upaya penelitian, pengujian dan pengembangan sumber antibakteri dari tanaman yang
dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri terhadap infeksi P. acne. Salah satu
yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber alternatif antibakteri terhadap infeksi
P. acne
adalah daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) karena dalam
penelitian yang dilakukan oleh Somchit (2011) ditemukan bahwa ekstrak etanol daun
sisik naga memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis,
Escherecia coli, Staphylococcus aureus.
9
Keberadaan tanaman sisik naga yang melimpah di Indonesia dan belum
dibudidayagunakan tanaman ini sebagai bahan baku obat. Berdasarkan uraian di atas,
peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Manfaat
Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang
Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”.
1.2. Rumusan masalah
Adapunperumusanmasalahdaripenelitianiniadalah:
a. Berapa KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) ekstrak daun sisik naga
(Drymoglossum piloselloides L.) terhadap bakteri P. acne?
b. Adakah perbedaan tingkat keefektifitasan antara penggunaan ekstrak daun
sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.)sebagai antijerawat dengan
antibiotik biasa?
c. Adakah perbedaan tingkat keefisienan antara penggunaan ekstrak daun
sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) sebagai antijerawat dengan
antibiotik biasa?
1.3. Batasan Masalah
Untuk mempermudah
pemahaman dan mengurangi
kerancuan
dalam
menafsirkan masalah yang terkandung di dalam penelitian ini, maka
permasalahan dibatasi sebagai berikut.
a. Penelitian ini menggunakan daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides
L.)dengan mengambil daun fertil yang berwarna hijau tua, diperoleh dari
kawasan kampus IPB.
b. Pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun sisik naga
(Drymoglossum piloselloides L.) ini adalah pelarut etanol 70%.
c. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri P. acne yang
diperoleh dari laboratorium mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas
Indonesia.
d. Daya hambat ditentukan oleh zona bening yang terbentuk selama perlakuan.
Diameter zona bening diukur dengan menggunakan jangka sorong.
10
e. Tingkat keefektifitasan dilihat dari pemberian perlakuan bakteri P.acne yang
diinjeksikan dengan dosis tertentu dan ekstrak daun sisik naga sebagai obat
terhadap hewan coba (kelinci)
f. Tingkat keefisienan dilihat dari biaya yang diperoleh dari produk obat
jerawat ekstrak daun sisik naga dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi obat jerawat dari ekstrak daun sisik naga per satu kali
produksi.
1.4. Tujuan
Tujuanpenelitianiniadalah :
a. Untuk menganalisis besarnya keefektifan dan keefisienan ekstrak daun
sisik naga yang dikombinasikan dengan kuning telur yang diformulasikan
sebagai masker kering sebagai obat jerawat.
b. Untuk menganalisis besarnya kemampuan ekstrak daun sisik naga dalam
menghambat bakteri jerawat dalam hewan coba.
1.5. ManfaatPenelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat akademik, dapat menambah pengetahuan tentang khasiat daun sisik
naga (Drymoglossum piloselloides) sebagai zat antibakteri.
b. Bagi masyarakat untuk memperoleh terobosan obat herbal dari tumbuhan
yang dikombinasikan dengan kuning telur dalam bentuk masker yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat jerawat dilihat dari segi keefektifan dan
keekonomisan.
c. Bagi peneliti lain dalam bidang yang sama, dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian berikutnya yang berkaitan.
d. Bagi proses belajar mengajar, sebagai acuan dalam ilmu pengetahuan
bioteknologi dan ilmu tanaman pangan.
1.6. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Ekstrak
daun
sisik
naga
(Drymoglossum
piloselloides)
Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) terhadap bakteriP.acne.
mempunyai
11
b. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) memiliki tingakt
keefektifitasan dan keekonomisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
antibiotik sebagai masker jerawat.
12
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides L. )
2.1.1 Klasifikasi tanaman sisik naga
Tanaman sisik naga memiliki nama latin Drymoglossum piloselloidesLinn.
Klasifikasi sisik naga menurut Plantamor.com (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Polypoditae
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Drymoglossum
Spesies
: Drymoglossum piloselloides(L) Presl.
Nama lain sisik naga adalah D. heterophyllum C.Chr., D. microphyllum (Pr.)
C.Chr., Lemmaphyllum microphyllum Presl, picisan, sisik naga, sakat ribu-ribu
(Sumatera); pakis duwitan (Jawa), paku duduwitan (Sunda). Nama asing dari sisik
naga ini adalah dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (Belanda); bao shu lian (Cina)
(Sumber: Iptek.net.id, 2005).
2.1.2 Deskripsi tanaman sisik naga
a. Akar
Akar daun sisik naga ini termasuk rimpang merayap atau berdiri, mempunyai
ruas-ruas yang panjang dan jarang memperlihatkan batang yang nyata. Akar rimpang
panjang, kecil, merayap, bersisik, melekat kuat pada tumbuhan yang ditumpangi dan
berwarna coklat. Alat reproduksinya berupa spora (Sumber: Iptek.net.id, 2005).
b. Daun
13
Daun sisik naga antara satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai
pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah
tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Daun tebal berdaging, berbentuk jorong atau
jorong memanjang dengan ujung tumpul atau membundar, tepi daun rata dan
pangkalnya runcing. Permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada
permukaan bawah daun.
Daun
steril
Daun
fertil
Sori
Gambar 2.1 Morfologi daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.]
Presl.).
Sumber: (http://Plantamor.com)
Daun ada 2 jenis yaitu daun fertil dan daun steril yang tidak berspora. Daun
fertil bertangkai pendek atau duduk, berbentuk oval memanjang (biasanya lebih
panjang dari daun steril) dan berbentuk garis dengan tangkai sepanjang 1-2 cm.
Warna daun hijau sampai kecoklatan. Sori panjang dan sejajar dengan jarak tertentu
dengan tulang daun tengah. Daun fertil (sporofil) biasanya berkumpul diujung batang
merupakan sebuah rangkaian berbentuk bulir yang disebut strobilus. Daun fertil
bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm.
Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam
picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi
daun, dapat pula pada urat-urat daun sehingga membentuk garis, memanjang, bulat
(Sumber: Iptek.net.id, 2005).
14
2.1.3
Habitat
Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, merupakan tumbuhan
epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena
dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di
ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl(Sumber: Iptek.net.id, 2005).
2.1.4
Kandungan kimia
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun sisik naga mengandung
minyak atsiri, sterol (Triterpen), fenol, flavonoid, tanin, saponin dan gula. Berkhasiat
sebagai antiradang, antitoksik, peluruh dahak, pencahar (laksan), antibakteri dan
menghentikan pendarahan(Hariana, 2006).Senyawa aktif daun sisik naga yang
berkhasiat sebagaiantibakteri adalah saponin, flavonoid, dan tanin (Sumastuti dan
Sonlimar, 2002).
Berikut ini merupakan zat-zat aktif yang terkandung dalamdaun sisik naga :
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau, kecuali alga. Flavonoid juga termasuk senyawa fenolik alam yang potensial
sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Flavonoid yang
biasanya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon
dan flavonol. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, sering ditemukan
dalam bentuk aglikonnya (Markham, 1988).
Flavonoid diketahui mempunyai efek farmakologik yaitu kemampuan untuk
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung
koroner, anti-inflamasi, mengurangi kandungan kolestrol, antioksidan, mengurangi
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah (Robinson, 1991:155).
b. Tanin (polifenol)
Tanin merupakan zat komplek yang terdapat hampir di sebagian besar
tanaman. Tanin biasa terdapat di bagian tertentu dari tanaman seperti daun, buah,
15
kulit kayu dan di batang. Berbagai teori menyebutkan bahwa tanin mempunyai
efek antiseptik, dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh seranggadan
jamur.Tanin dapat mengendapkan protein suatu larutan yang akan membuat
resisten terhadap enzim proteolitik.Tanin juga termasuk senyawa heterosiklik
oksigen aromatik yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat rendah hingga tingkat
tinggi, zat tersebut mampu berikatan dengan adhesion faktor, protein ekstraseluler
yang menyebabkan denaturasi protein (proteolisis) penyususn dinding sel,
sehingga sel akan mengalami gangguan metabolisme, fisiologis, dan menyebabkan
proses kerusakan sel (Cowan, 1999).
Tanin juga berkhasiat dalam perawatan luka bakar karena menyebabkan protein
dapat terendap pada jaringan yang terbuka sehingga dapat melindungi lapisan
dibawahnya dan merangsang regenerasi (Claus, 1960 : 168).
c. Saponin
Saponin merupakan kelompok glikosid yang tersebar luas pada tanaman
tingkat tinggi. Saponin mempunyai karakteristik antara lain membentuk larutan
koloid dalam air dan jika dikocok menghasilkan busa dan bersifat hemolitik.
Rasanya pahit, pedas, sehingga obat yang mengandung zat ini biasanya bersifat
keras dan kadang mengiritasi membran mukosa. Selain itu, dapat menyebabkan
kerusakan sel darah merah dengan hemolisis dan toksik pada hewan yang berdarah
dingin. Selama hidrolisis menghasilkan zat yang disebut sapogenin yaitu zat yang
dapat mengkristal selama proses asetilisasi.
2.1.5
Manfaat tanaman sisik naga
Seluruh tanaman sisik naga, baik segar maupun yang dikeringkan, dapat
digunakan untuk mengatasi beragam penyakit seperti: radang gusi, sariawan,
pendarahan, rematik pada jaringan lunak, TBC paru-paru disertai batuk darah, dan
kanker payudara (Hariana, 2006). Sisik naga dapat juga digunakan untuk pengobatan
gondongan (parotitis), sakit kuning (jaundice), sakit perut, sembelit, keputihan.
Pemakaian luar untuk penyakit kulit, seperti kudis dan kurap (Dalimartha, 2002)
2.2 Bakteri Propionibacterium acne
2.2.1 Klasifikasi Propionibacteriumacne
16
Adapun klasifikasi secara ilmiah dari P. acne adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Actinobacteria
Famili
: Actinomycetales
Genus
: Propoinibacterium
Spesies
: Propionibacterium acne ( Douglas and Gunter, 1964).
2.2.2 Deskripsi Propionibacterium acne
Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput lendir
manusia. Pada pewarnaan Gram, kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang,
dengan ujung melengkung, berbentuk lancip, dengan pewarnaan yang tidak rata dan
bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat hingga batang
(Triayu, 2009).
Gambar 2.2 Morfologi bakteri Propionibacterium acne.
Sumber: http://scienceofacne.com
P. acne ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase, yang
memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan
radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acne bersifat aerotoleran dan bisa
hidup dalam suasana aerob (Brooks et al., 2007). Putri (2010) dalam penelitiannya
bakteri P. acne ini tergolong bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap
udara.
17
Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam propionate
(Irianto, 2006). P.acne termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Genom dari
bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa genyang
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin
immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (Pramasanti, 2008). Bakteri ini
juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan katalase beserta indol, nitrat, atau
kedua-duanya indol dan nitrat. Propionibacterium menyerupai Corynebacterium
secara morfologi dan susunannya, tetapi tidak bersifat toksigenik (Brahman, 2007).
2.2.3
Habitat dan distribusi
Bakteri ini sebagian besar komensal dan bagian dari flora kulit yang ada pada
orang
kulit
kebanyakan,
dan
hidup
di asam
lemak dalam kelenjar
sebaceous pada sebum disekresikan oleh folikel . Hal ini juga dapat ditemukan di
seluruh saluran pencernaan pada manusia dan hewan lainnya.
2.3 Zat antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat membunuh mikroorganisme
(mikrobicidal) atau menghambat pertumbuha mikroorganisme (mikrobiostatic).
Bahan antimikroba menurut Pelczar dan Chan (1998:450) diartikan sebagai
bahan yang mengganggu pertumbuhan mikroba. Sedangkan Volk dan Wheeler
(1990:48) mendefinisikan bahan antimikroba sebagai suatu komponen kimia yang
berkemampuan mematikan mikroorganisme. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
antimikroba merupakan penghambatan pertumbuhan dan bila dimaksudkan untuk
kelompok-kelompok organisme yang khusus, sering digunakan istilah seperti
antibakteri.
2.3.1
Mekanisme Kerja Zat Antimikroba
Zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler (1990:219) harus mampu untuk
mempengaruhi bagian sel yang vital seperti membran sitoplasmanya, enzim-enzim
dan protein struktural. Pelczar dan Chan (1998:457) menyatakan bahwa cara kerja zat
18
antimikroba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai
berikut:
a. Mengganggu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang
terdapat pada dinding sel atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan
komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba
dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi.
b. Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran
sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti
senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi
protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan
menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel.
c. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu
dalam
mempertahankan
kelangsungan
aktivitas
mikroba,
sehingga
mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk
mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi
terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).
d. Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul protein dan asam
nukleat dalam keadaan alamiah. Konsentrasi tinggi pada beberapa zat kimia
dapat mengakibatkan denaturasi komponen seluler yang vital ini. Sehingga
pertumbuhan organisme terhambat atau akan menyebabkan kematian sel.
e. Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan
DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya
akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses
pembelahan sel untuk pembiakan.
2.3.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba tersebut adalah :
a. Konsentrasi zat antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler
(1990:221) maka semakin tinggi daya antiseptiknya
b. Jumlah mikroorganisme
Perusakan oleh suatu zat merupakan suatu proses yang teratur dan tidak
mungkin semua mikroorganisme akan mati dalam waktu yang bersamaan.
Semakin besar populasi mikroorganisme yang diujikan dengan zat
antimikroba, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk membunuh
mikroorganisme tersebut. Semakin lama suatu mikroba berada di bawah
pengaruh
zat
antimikroba,
semakin
besar
kemungkinan
matinya
mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1998:453).
c. Keasaman atau kebasaan (pH)
Konsentrasi H+ dalam suatu larutan dapat mempengaruhi efektifitas dari
bahan antimikroba. Mikroba yang akan diuji pada bahan antimikroba dengan
pH sangat asam, maka akan semakin cepat mikroba tersebut terbunuh (Pelczar
dan Chan, 1998:140-141)
d. Adanya bahan organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan efektifitas suatu zat antiseptik
terhadap mikroorganisme. Penggabungan antiseptik dengan bahan organik
akan membentuk produk yang tidak bersifat antimikrobial. Penggabungan
antiseptik dengan bahan organik akan menghasilkan suatu endapan, sehingga
antiseptik tidak mungkin efektif lagi (Pelczar dan Chan, 1998:455)
2.4 Obat antibakteri
Kloramfenikol merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat
sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA
dan tRNA.
Kloramfenikol
adalah
antibiotik
berspektrum
luas
yang
mempunyai
aktifitasbakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol
20
memiliki nama kimia 1-(pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol, rumus
molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki struktur:
Gambar 2.3 Struktur kimia kloramfenikol.
Sumber: http://eol.org
2.4.1
Pembagian obat jerawat Topikal
Obat jerawat terdapat dalam bentuk sediaan topikal atau obat jerawat luar
berupa salep, krim, lotion, jeli dan sabun. Obat jerawat topikal dibagi menjadi 2
yaitu: dengan komedolitik dan antibiotik.
a) Obat jerawat jenis komedolitik/ keratolitik
Obat jenis ini bisa didapat di pasaran sebagai obat bebas. Zat aktif yang
terkandung dalam obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam salisilat,
resorsinol. Benzoil peroksida bekerja secara perlahan-lahan melepaskan
oksigen aktif yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek
keratolitik dan mengeringkan. Resorsinol mempunyai efek antibakteri,
sedangkan asam salisilat mempunyai sifat keratolitik yang dapat
melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerapan obat. Sedangkan
obat jerawat dengan resep dokter adalah azelaic acid, tretinoin.
21
b) Obat jerawat jenis antimikrobia
Antibiotika untuk obat jerawat adalah klindamisin, eritromisin, dalam
sediaannya bisa tunggal atau kombinasi dengan tretinoin atau benzoil
peroksida yang dapat mengurangi jerawat.
2.4.2
Efek samping
Obat jerawat yang mengandung asam salisilat dan resorsinol tidak boleh
digunakan pada permukaan kulit yang luas terutama anak-anak dapat
menimbulkan alergi pada kulit.
BAB 3. ANALISIS MANFAAT
3.1 Variabel Penelitian
3.1.1 Variabel Bebas
Serial konsentrasi bakteri P.acne yang diinjeksi tehadap hewan coba
3.1.2 Variabel Terikat
Pertumbuhan P.acne pada epidermis hewan coba
3.1.3 Variabel Terkendali
Suhu, kelembaban udara, biakan bakteri P. acne, media Nutrient Agar, cara
pengukuran daya hambat P. acne.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Peneliti memberikan pengertian untuk menjelaskan operasional penelitian agar
tidak menimbulkan pengertian ganda yaitu sebagai berikut:
a. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) adalah sari pekat yang
dibuat dari daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) dengan memilih
daun yang fertil dalam beberapa serial konsentrasi, yang diperoleh dari
ekstraksi daun dengan suatu metode umum yang digunakan untuk mengambil
produk dari bahan alami seperti dari jaringan tumbuhan dan mikroorganisme.
22
b. Kuning telur ayam memiliki kandungan zat besi, fosfor, vitamin A,D,E,K,
ataupun vitamin B, termasuk vitamin B12. Kuning telur mengandung senyawa
kompleks dari lipid netral, fosfolipid dan protein (Bruley, 1970). Kuning telur
sebagai sumber protein yang berkisar antara 15-16% dan vitamin A. Lemak
dalam kuning telur tidak bersifat bebas, akan tetapi terikat dalam bentuk
partikel lipoprotein.
c. P. acne adalah flora normal kulit terutama di wajah yang tergolong dalam
kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini berperan pada patogenesis
jerawat yang dapat menyebabkan inflamasi. Bakteri ini berbentuk batang
hingga coccus dan tergolong bakteri gram positif
3.3 Analisis data
Analisis baiaya manfaat dilakukan dengan tahapan:
a. Ditentukan biaya variabel yang diperlukan untuk melaksanakan program
produksi pembuatan obat anti jerawat.
b. Ditentukan lamanya waktu dari manfaat dan biaya serta tahun dimana manfaat
sepenuhnya bisa dirasakan.
c. Dibuat daftar biaya awal (biaya investasi) yang akan diperlukan dan tetapkan
kapan biaya-biaya tersebut disertakan
d. Analisa data menggunakan kriteria: Benefit Cost Ratio (BCR)
Selain tahapan-tersebut diatas juga terdapat langkah yang penting dalam
melakukan analisa biaya manfaat yang berkaitan dengan obat jerawat, adalah
dilakukan
analisis
biaya
produksi.
Biaya
produksi
dimaksudkan
untuk
memperkirakan besarnya kebutuhan dan permintaan pasar yang akan datang, saranasarana pemeliharaan, investasi dan produktivitas obat (Gittinger 1986).
Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat
adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:
Cost benefit ratio =
Output
input
= >1
3.4 Analisis keefisienan ekstrak daun sisik naga:
23
1. Aspek Produksi
a) Letak usaha
b) Produksi bahan baku
c) Transportasi
d) Upah tenaga kerja
e) Fasilitas (alat)
f) Proses
2. Analisis biaya
a) Input
b) Out put
c) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada
tahun ke- ) dengan menggunakan rumus:
1. ROI =
Total manfaat −total biaya
Total biaya
x 100%
2. Analisa Net Present Value (NPV)
24
3.5 Alur Penelitian
Pembuatan ekstrak etanol daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides)
Penyiapan Propionibacteriumacne
Persiapan pembuatan serbuk kuning telur
Pemeriksaan AGPT
Pembuatan
medium
Daun sisik naga450 gram
Pembuatan inokulum P.acne
Pengeringan kuning telur
Dicuci, dipotong,dikering anginkananginkan
Hasil inokulum P.acne
Pembuatan
suspensi
Kuning telur halus
Daun sisik naga kering
Diblender/dihaluskan
Serbuk
Serbuk halus
100kuning
gram telur dikombinasikan dengan ekstrak daun sisik naga
dentifikasi (Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram), Kurva pertumbuhan
bakteri
P.acne
(sebagai masker)
Dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 750 ml
Simplisia
diuapkan dengan vacuum Rotary Evaporator
Ekstrak etanol daun sisik naga
Serial dosis
Serial dosis
Uji KLT
Pengolesan ke hewan coba
Injeksi ke hewan coba
Uji Akhir
Cek epidermis hewan coba
Cek epidermis hewan coba
Hasil
Hasil
Analisis
Analisis
Kesimpulan
Kesimpulan
25
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian perbedaan daya hambat ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum
piloselloides L.) terhadap bakteri Propionibacterium acne .
4.1.1
Hasil Karakterisasi Propionibacterium acne
Karakterisasi bakteri Propionibacterium acne dilakukan dengan cara pewarnaan
Gram. Hasil pengamatan sel P. acne dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakterisasi Morfologi dan Biokomia
Karakterisasi
Bakteri 1
Bentuk koloni
Batang
Warna Gram
Positif
Nitrat
Positif
Indol
Positif
Methyl merah
Karbohidrat
Pengecatan endospora
Negatif
Nama spesies
Propionibacterium acne
Keterangan: - tidak dilakukan uji
: bakteri 1adalah bakteri gram positif
: bakteri 1adalah bakteri gram negatif
Bakteri 2
Batang
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Shigella dysentriae
Hasil pewarnaan Gram pada bakteri P. acne dapat dilihat pada Gambar 4.2 .
Sel P.
acne
26
Gambar 4.1 Sel P. acne perbesaran 100x
Sumber: dokumen pribadi
Dari hasil pewarnaan di atas didapatkan hasil berwarna biru, kemudian diamati
di bawah mikroskop. Bakteri tersebut berbentuk batang/ filamen dengan bentuk
kokoid.Hal ini menandakan bahwa bakteri yang digunakan dalam uji adalah benar
bakteri Propionibacterium acneyang tergolong bakteri Gram positif, berbentuk
batang, tidak berspora, tidak bergerak, dan berkoloni. Dari hasil uji biokimia, pada
bakteri 1menunujukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan nitrat, indol dan tidak
menghasilkan spora pada pewarnaan endospora. Maka sesuai dengan literatur
(Jawetz, Ernest, 1996: 235) bakteri 1 adalah bakteri Propionibacterium acne.
4.2 Pembahasan
Penyakit peradangan kulit sering terjadi dikalangan remaja umumnya,
terutama peradangan di daerah muka. Sehingga hal ini memicu penurunan tingkat
percaya diri pada remaja. Faktor timbulnya peradangan kulit pada muka/ jerawat
umumnya disebabkan faktor genetik, makanan, pengaruh musim, kosmetik, dan
infeksi bakteri. Apabila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama maka akan
menyebabkan peradangan yang kronis. Peradangan merupakan suatu proses alami
pertahanan tubuh melawan adanya bakteri penyebab radang kulit. Menurut Lawyer et
al(1992:9) respon peradangan merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami
yang penting terhadap luka jaringan.
Pada penelitian ini menggunakan daun sisik naga dengan ciri-ciri: berwarna
hijau tua, dengan mengambil daun yang fertil (terdapat spora), masih segar dan tidak
mudah rusak. Pengambilan daun sisik naga yang fertil ini bertujuan karena terdapat
spora hasil fotosintesis, yang notabene hasil tersebut mengumpul pada daun yang
fertil.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dikarakterisasi dahulu dengan
cara pewarnaan Gram, sehingga dapat diketahui morfologi bahwa bakteri tersebut
adalah Propionibacterium acne. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri P. acne yang
27
diamati dengan mikroskop berbentuk batang dan berwarna biru, hal ini menunjukkan
bahwa bakteri yang diamati adalah benar bakteri P. acne yang merupakan bakteri
Gram positif sesuai dengan literatur (Jawetz, 2005).
Penelitian analisis manfaat penggunaan ekstrak daun Sisik naga dibandingkan
penggunaan obat jerawat yang ada sebagai pengendali bakteri P. acne dilakukan
secara in vivo. Pengujian tingkat keefisienan dan keefektifan senyawa antibakteri
dengan memformulasikan ekstrak daun sisik naga dengan serbuk kuning telur (yolk)
menjadi formulasi masker serbuk kering yang dioleskan pada hewan coba (kelinci)
pada permukaan epidermis.
Ekstrak etanol daun sisik naga mampu menghambat pertumbuhan bakteri P.
acne dikarenakan aktivitas antibakteri yaitu senyawa Gossipetin yang merupakan
senyawa anggota flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun sisik naga terlarut.
Penelitian ini menggunakan pelarut etanol, etanol adalah senyawa hidrokarbon
dengan rumus senyawa C2H5OH.
Flavonoid ini terkandung Gossipetin yang bersifat polar, dapat larut dalam air
dan alkohol (Harbone, 1978:84).Gossipetin adalah golongan antosianin yang
merupakan turunan flavonoid (Maryani dan kristiana, 2008:6). Sedangkan tanin
sendiri dalam mekanisme merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tannin
dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau
substrat, tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Tanin adalah
senyawa polifenol yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga
mengganggu aktivitas enzim-enzim pencernaan, akibatnya akan menurunkan
bioaktivitabilitas zat gizi dan akan menghambat pertumbuhan. Khasiat antiseptik
tanin membantu mencegah pertumbuhan bakteri (Iradisa, 2009:18).
Flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak daun sisik naga memilki sifat
antibakteri yang terbukti menghambat pertumbuhan bakteri P. acne. Cara kerja
flavonoid, saponin, dan tanin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu
dengan cara mendenaturasi protein sel, dengan terdenaturasinya protein sel maka
semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein
28
(Pelczar dan chan, 1998:88). Dari sinilah pertumbuhan bakteri P. acne terhambat oleh
aktivitas tersebut.
Pengujian
pada
hewan
coba
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
keefektifitasan dari cara kerja ekstrak daun sisik naga dalam menghambat
pertumbuhan bakteri P.acne yang sebelumnya hewan coba diinjeksi dengan bakteri
P.acne dengan dosis bertingkat 1%, 10%, 20%, 30%, 40%, antibiotik 0,1% sebagai
kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Indikator tingkat
keefektifitasan kerja ekstrak daaun sisik naga ini adalah dilihat dari terbentuknya
papul/ nodus di epidermis kulit kelinci selama proses injeksi bakteri selama kurang
lebih 3-5 hari dimana sebelumnya probandus/ hewan coba ini pada permukaan kulit
epidermis diberi perlakuan olesan formulasi masker (kuning telur dan ekstrak daun
sisik naga). Hasil perlakuan pemberian formulasi ini pada probandus akan
dibandingkan dengan hasil aktifitas antibiotik (kontrol positif) dan aquades steril
(kontrol negatif). Perbedaan pemberian dosis bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif pemberian formulasi masker dalam menghambat bakteri P.acne.
Keefisiensian Penggunaan Daun Sisik naga (Teknik Analisis Manfaat)
Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga
No Antibiotik
Tidak Langsung:
1.
Lebih diarahkan menghilangkan
2.
Ekstrak sisik naga
Diarahkan pada sumber penyebab
gejala
penyakit dan perbaikan fungsi organ-
Bersifat sympthomatis
organ yang rusak
Bersifat rekonstruktif (memperbaiki
dan membangun kembali organ dan
3.
4.
Penyembuhan bersifat spekulatif
jaringan yang rusak
Bersifat kuratif (menyembuhkan
(bila tepat penyakit, akan sembuh
pada sumber penyebab penyakit)
bila salah akan menjadi racun)
Diutamakan untuk penyakit akut
Untuk mencegah penyakit,
29
No
Antibiotik
saja
Ekstrak sisik naga
pemulihan penyakit komplikasi
5.
Reaksi cepat, namun melemahkan
menahun
Reaksi lambat namun bersifat
organ tubuh lain jika dipakai terus
konstruktif .
menerus dalam jangka waktu
lama
Langsung
1.
Dapat menyebabkan iritasi dan
Hampir tidak ada efek samping
2.
peradangan, gangguan fungsi hati,
-
Nilai Produksi daun sisik naga
3.
-
meningkat
Kesehatan terhadap jerawat
-
meningkat
Perekrutan tenaga kerja,
4.
meningkatnya kualitas perekonomian
1. Aspek Produksi
a) Letak usaha
Letak usaha yang didrikan harus memenuhi beberapa kriteria dan
persyaratan yakni : strategis, mudah dalam pemasaran, tingkat target
pemasaran dan sasaran penjualan produk, bebas dari pencemaran,
mempunyai sarana penyediaan air bersih, mempunyai sarana pembuangan
air selokan dan kotoran, mempunyai sarana toilet, konstruksi bangunan
sesuai dengan yang diinginkan, dll.
b) Produksi bahan baku
Dalam produksi bahan baku yang digunakan adalah tanaman sisik naga
yang diperoleh dari area kampus IPB, dan area kawasan gunung
salak(Ciapus). Dimana Ciapus adalah salah satu tempat yang dingin
sehingga memungkinkan daun sisik naga tumbuh lebat dan subur di pohon
30
besar dan memiliki struktur yang lebih tebal, sehinggga diasumsikan
memiliki kandungan senyawa herba yang memadai.
Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku :
Tahapan
Pengambilan daun sisik naga dari
-
Keterangan
Terhindar dari polusi udara
-
dan toksik
Pemilihan daun yang segar
-
dan hijau
Sanitasi yang bersih
Dilihat dari bentuk dan ada
-
tidaknya spora
Memisahkan kotoran yang
pohon
Pemilihan daun yang fertil dan non
fertil
Pencucian
terdapat
Proses
pengeringan
dengan
-
dikeringanginkan selama 3-7 hari
pada
permukaan
daun
Tidak boleh langsung terkena
sinar matahari untuk menjaga
kandungan
dan
senyawa
alami yang terdapat pada
Proses
pengeringan
dengan
-
daun sisik naga
Dengan selalu
memantau
menggunakan inkubaror pada suhu
suhu dan tidak boleh terlalu
kamar
kering
untuk
menjaga
struktur dan kandungan alami
agar
Proses simplisia (diblender, dan di
-
campur dengan etanol)
tidak
rusak
proses pengeringan
Ditujukan
mendapatkan
selama
untuk
dan
memisahkan senyawa yang
terdapat
pada
sisik
naga
untuk selanjutnya dilakukan
Pengeekstrakan
-
pengekstrak an
Dengan menggunakan rotari
31
evaporator,
untuk
memisahkan senyawa etanol,
agar didapatkan ekstrak daun
Penyimpanan
-
sisik naga
Disimpan dalam suhu dingin
c) Transportasi
Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas obat
herbal yang dihasilkan. Maka dilakukan pemilihan bahan baku yang
berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya
semata didasarkan atas harga yang murah. Dalam menjaga kulaitas juga
sarana transportasi yang penting untuk dipertimbangkan. Baik dari segi
pengemasan dan distribusi bahan baku.
d) Upah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi
yang digunakan. Jumlah tenaga kerja yang menangani bagian pengolahan,
produksi, dan pengemasan sekitar 10 – 20 orang. Untuk itu perlu efisiensi
untuk perekrutan tenaga kerja, agar mengahsilkan benefit yang diinginkan.
Per satu kali produksi @Rp. 700.000,00
e) Fasilitas (alat)
Proses produksi yang dilakukan hanya sedikit menggunakan mesin,
prosesnya relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan berupa serbuk.
Mesin yang dapat digunakan pada teknologi ini adalah mesin penyortir,
mesin pencuci, dan mesin pengahncur bahan, dan mesin packaging. Mesin
yang dapat digunakan pada teknologi yang lebih modern ini adalah
ekstraktor, evaporator, aroma recovery, dan retrifikasi (pemurnian).
f) Proses
Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi
Tahapan
Penyiapan bahan baku
Penyortiran bahan baku
Sarana dan Prasarana, indikasi.
Pemilihan daun segar
Pemilihan daun fertil
32
Pencucian
Pengeringan
Pengahalusan
Pengekstrakan
Alat cuci
±3-7 tidak langsung terkena sinar matahari
Alat penghalus bahan, freedryer
Rotary evaporator, timbangan, simplisia
Pencampuran dengan serbuk yolk
Pengujian terhadap hewan coba
Uji mutu
kering 450gr, pelarut etanol 70%, refluks
Alat pengaduk
Speed, hewan coba (kelinci)
Pengujian mutu (organoleptik, kadar
air,keseragaman
bobot,
mikroba,
pertumbuhanjamur)
Mesin pengemas
Alat, dan mesin labeling
Suhu kamar/ suhu dingin
Pemantauan
Pengemasan
Pelebelan
Penyimpanan
Distribusi
2. Analisis biaya
Tabel 4. Analisis ekonomis antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga
No Jenis Antibiotik
Efek samping
Harga
1.
Antibiotik
Klindamisin (kapsul
Alergi kulit
Rp. 51.400,00
2.
3.
4.
300mg)
Eritromicin
Vancomycin
Azithromycin
Gangguan hati dan ginjal
Peradangan saluran cerna
Gangguan fungsi hati dan
Rp. 87.900,00
Rp. 123.400,00
Rp. 93.425,00
ginjal
a) Tabel 5. Input
N
Tahun 0
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Pengeekstrakan 450gr daun
2.
3.
4.
5.
sisik naga
Penyiapan 100 kuning telur
Penyiapan 20 hewan coba
Penyiapan bakteri P.acne /isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
250.000,00
Produk 250 masker
Output
Hasil
Penjuala
n per pcs
Rp. 1.000.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 500.000,00
@Rp.
50.000,0
0
Rp. 12.500.000,00
33
6.
7.
8.
9.
N
kemasan 250pcs
Transportasi
Sewa alat dan sewa tempat
Upah pegawai
Lain-lain
Total
Rp. 300.000,00
Rp. 5.000.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 21.400.000,00
Tahun pertama
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Pengeekstrakan 900gr daun
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
N
kemasan 400pcs
Transportasi
Upah pegawai
Total
Benefit
250.000,00
Rp. 12.500.000,00
Rp. -8.900.000,00
Produk 400 masker
Output
Hasil
Penjualan
Rp. 20.000.000,00
per pcs
@Rp.
50.000,00
1.000.000,00
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 17.700.000,00
Rp. 20.000.000,00
Rp. 2.300.000,00
Tahun kedua
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Pengeekstrakan 900gr daun
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
kemasan 600pcs
Transportasi
Upah pegawai
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
250.000,00
Produk 600 masker
Output
Hasil
Penjualan
per pcs
1.000.000,00
@Rp.
50.000,00
Rp. 30.000.000,00
34
Total
Benefit
N
Rp. 17.700.000,00
Tahun ketiga
Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi
Input
Biaya
o
1.
Pengeekstrakan 900gr daun
Rp.
2.
3.
sisik naga
Penyiapan 200 kuning telur
Penyiapan bakteri P.acne
Rp. 2.000.000,00
Rp. 150.000,00
4.
/isolat
Penyiapan label dan tempat
Rp.
5.
7.
Rp. 30.000.000,00
Rp. 12.300.000,00
Produk 7500 masker
Output
Hasil
250.000,00
Penjualan
Rp. 37.500.000,00
per pcs
kemasan 750pcs
Transportasi
Upah pegawai
Total
Benefit
@Rp.
50.000,00
1.000.000,00
Rp. 300.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp. 17.700.000,00
Rp. 37.500.000,00
Rp. 19.900.000,00
b) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada
tahun ke- ) dengan menggunakan rumus:
 ROI =
Total manfaat −total biaya
Total biaya
x 100%
Analisis Payback Periode
Perhitungan Analisis periode ada sebagai berikut :
Total Biaya pada tahun ke-0
: Rp. 21. 400.000
Proceed pada tahun ke-1
: Rp.
Sisa biaya proyek pada tahun ke-1
: Rp. 19.100.000
Proceed pada tahun ke-2
: Rp. 12.300.000 (-)
Sisa Biaya proyek tahun ke-2
: Rp. 6.800.000
2.300.000 (-)
35
Sisa =
6.8 00.000
21.4 00.000
x 1 tahun = 0,32
Dari perhitungan payback diatas maka di tahun kedua sudah dapat mengembalikan
modal yang diharapkan dengan periode waktu 2,32 tahun, maka dari perhitungan
mencapai titik impas (Break Even Point) pada waktu 2,32 tahun yang berarti bahwa
pada tahun ke 3 mulai dapat mengambil keuntungannya dari produksi masker herbal
daun sisik naga.
Analisa Return On Investment (ROI)
Untuk mengetahui berapa persentase manfaat yang dihasilkan oleh produksi obat
herbal tersebut dapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
usaha ini.
Adapun perhitungan ROI usaha ini adalah :
-
Biaya produksi usaha tahun 0
: Rp. 21.400.000
-
Biaya pemeliharaan usaha tahun 1
: Rp. 1.000.000
-
Biaya pemeliharaan usaha tahun 2
: Rp. 1.500.000
-
Biaya pemeliharaan usaha tahun 3
: Rp. 2.500.000(+)
Total Biaya
: Rp. 26.400.000
Sedangkan total keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut :
-
Benefit pada tahun 1
: Rp. 2.300.000
-
Benefit pada tahun 2
: Rp. 12.300.000
-
Benefit pada tahun 1
: Rp. 19.900.000
Total Manfaat
: Rp. 34.500.000
Rumusan ROI adalah :
36
ROI =
=
Total manfaat −total biaya
Total biaya
3 4 . 5 0 0.000−600.0 00.000
6 00.000
x 100%
x 100% = 5.65%
Dari analisa ROI diketahui bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan pada tahun
ke 3 sebesar 5.65 % dari biaya pengembangannya sehingga usaha ini layak
dikembangkan.
Analisis manfaat selain dilihat dari segi keefektifitasan juga dilihat dari segi
keekonomisan/ harga. Di pasaran banyak antibiotik yang beredar sebagai obat
antijerawat, dimana kandungan antibiotik tersebut dapat mengakibatkan hal yang
tidak diinginkan (gangguan fungsi ginjal dan hati), metabolisme, hingga peradangan.
Ditinjau dari segi ekonomis antibiotik relatif mahal dibandingkan dengan obat herbal,
karena antibiotik cara kerjanya lebih cepat namun mempunyai resiko dan dampak
tertentu dan dapat merusak organ/ target yang lain. Hal ini jika dibandingkan dengan
obat herbal/ alam khususnya ekstrak daun sisik naga yang dikombinasikan dengan
yolk/ kuning telur dalam sediian/ formulasi masker tentu akan jauh berbeda dari segi
manfaat dan dampak yang hampir tidak menimbulkan efek samping, sehingga mudah
dan aman untuk tujuan komersil.
Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat
adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:
total manfaat
Cost benefit ratio =
= >1
Total biaya
Cost benefit ratio =
Rp . 34 .5 00.000,00
Rp . 26.4 00.000,00
= 1,3
Dari perhitungan analisis cost benefit ratio diatas didapatkan hasil bahwa nilai
menunjukkan 1,3 dimana syarat dari uji kelayakan pada analisis disini nilai yang
didapat adalah >1. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari tingkat keefektifitasan dan
37
keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis menggunakan masker herbal sisik
naga.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor utama yang menentukan
cara zat antimikrobial bekerja adalah jumlah mikroorganisme, dosis, pH, suhu, dan
masa pengeraman (Volk and Wheler, 1990: 219).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukandapatdisimpulkansebagaiberikut:
38
a. Ekstrak Daun Sisik naga(Drymoglossum piloselloides Linn.)mempunyaitingkat
keefektifitasan dan keefisienan dari hasil analisis manfaat untuk mengendalikan
bakteri P.acne yang dijadikan formulasi masker jerawat
b. Tingkat keefektifitasan dilihat dari jumlah nodul yang terbentuk pada epidermis
kulit hewan coba (kelinci) dengan tingkat dosis yang berbeda. Semakin sedikit
nodus yang terbentuk maka dpat dikatakan bahwa formulasi tersebut efektif.
c. Tingkat keefektifitasan dan keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis
menggunakan masker herbal sisik naga yang dapat dilihat dari segi produksi dan
analisis manfaat dari formulasi masker kering (ekstrak daun sisik naga dan yolk),
analisis BCR >1 sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan dan mendapatkan
keuntungan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai:
a. Uji antibakteri dari bagian daun sisik naga lainnya sepertiakar, dan batang.
b. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai manfaat daun sisik nagas selain
sebagai antibakteri.
c. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil atau produk daun sisik naga
sebagai obat antibakteri.
39
DAFTAR PUSTAKA
Agtini, Soeharno, Lesmana, Punjabi, Simanjuntak, Wangsaputra, dan Nurdin. 2005.
The Burden of Diarrhoea, Shigellosis, and Cholera in North Jakarta,
Indonesia: Findings from 24 Months Surveillance. Biomed Central. {serial
online}. http://biomedcentral.com [28 Desember 2014].
Ardiansyah,
T.
2001.
AntimikrobadariTumbuhan
(http://www.beritaiptek.com_2007.shtm) [28 Desember 2014]
(Bagiankedua).
Broillard, 1982. AntimicrobialActivity of Thai Traditional Medicinal Plants Extract.
(http://www.unhas.ac.id/gdln/.pdf). [28 Desember 2014].
Cowan M.M. 1999. Clinical Microbiology Reviews, Plant Products as Antimicrobial
Agents.Amerika: American Society for Microbiology.
Dalimartha. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Puspa swara. Jakarta.
Dalimartha. 2002.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Puspa swara. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasarMikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hariana, A. 2006. TumbuhanObatdanKhasiatnya. Depok: PenebarSwadaya.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi: MengaukDuniaMikroorganismeJilid I. Bandung:
YramaWidya.
Jawetz,
MelnickdanAdelberg.
BinarupaAksara.
2005.
MikrobiologiKedokteran.
Jakarta:
PelczardanChan. 1998. Dasar-DasarMikrobiologiJilid 2. Jakarta:UI Press
Plantamorf. 2012. Klasifikasi Drymoglossum piloselloides Linn. http://Plantamor.com
[28 Desember 2014]
Robinson, T. 1991. KandunganOrganikTumbuhanTingkat Tinggi. Bandung: ITB.
Somchit MN. 2011.
In vitro anti-fungal and anti-bacterial activity of
Drymoglossumpiloselloides L. Presl. against several fungi responsible for
Athlete’s foot and common pathogenic bacteria.
African Journal of
Microbiology Research. Vol. 5(21).Hlm.3537-3541.
Solomon, Breg, Maetin,.dan Ville. 1993. Biologi Fourth Edition. Florida:
SaundersCollege Publishing.
Sya’roni, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Keempat Jilid III. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
40
Tjokronegoro A dan Utama A. 2002. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak
Remaja. Jakarta: FK-UJ
Tim
MikrobiologiFakultasKedokteran
U.I.
PenentuanPraktikumMikrobiologiKedokteran.Jakarta: BinarupaAksara.
2008.
Triayu, S.I. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis
(Citrus
Aurantifolia)
dan
Uji
Daya
Antibakteri
Secara
In
Vitro.etd.eprints.ums.ac.id/3382/I/K100040238.pdf.[28 Desember 2014]
Volk danWheeler. 1990. MikrobiologiDasarJilid II. Jakarta: Erlangga.
Volk danWheeler .1989. MikrobiologiDasarJilid I. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, J danWahyuni, D. 2011: PetunjukPraktikumMikrobiologiUmum. Jember:
FKIP UNEJ.
Wattimena, J.R.et al. 1991. FarmakodinamikadanTerapiAntibiotik. Yogyakarta:
GajahMadaUniversity Press.
World Health Organization (WHO). 2004. Traditional Medicine. Geneva: WHO
Document Production Service
Download