BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added – EVA), perbedaan laba usaha bersih setelah pajak (NOPAT) dan beban modal untuk periode tersebut (yaitu, produk dari biaya modal perusahaan dan modal yang diinvestasikan pada awal periode). EVA menurut (Brigham & Houston, 2006:69), menyatakan bahwa: Economic Value Added (EVA) adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dengan laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal,termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas. Menurut jones (2007:283),menyatakan bahwa : Eva adalah perbedaan atau selisih antara laba operasi dengan biaya modal murni perusahaan, baik biaya hutang dan biaya saham, sehingga eva menekankan pada tingkat pengembalian dari modal. Jika selisih ini bernilai positif,berarti perusahaan berusaha menciptakan nilai. 2. Keunggulan Economic Value Added (EVA) Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA menurut Brigham & Houston, 2006:70) yaitu : 9 10 a. EVA bermanfaat untuk digunakan sebagai alat penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation). b. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modalnya. c. perhitungan EVA relatif lebih mendalam dibandingkan dengan rasio – rasio keuangan lainnya. 3. Kelemahan Economic Value Added (EVA) Meskipun economic value added memiliki beberapa keunggulan, namun economic value added juga memiliki beberapa kelemahan menurut Dwi Martiningrum, dalam Praditha (2010 : 09) yaitu: a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result). b. EVA sangat tergantung pada transparasi internal dalam memperhitungkan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya perusahaan seringkali kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. c. Data yang disajikan berupa data yang berbentuk nominal bukan persentase, sehingga pihak manajemen tidak mengetahui berapa persen kemajuan atau kemunduran yang dicapai perusahaan. d. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu. EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan adalah pada penciptaan nilai. Dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan investor atau pemilik perusahaan. Para manajer akan berfikir dan juga bertindak seperti halnya investor, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 11 4. Tahap Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added Stern Stewart dan Co. dalam Praditha (2010:11), penerapan konsep EVA memiliki lima tahap yang saling terkait yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Memperkenalkannya pada manajemen dan karyawan. Membangun center dan pelatihan. Membuat sistem pelaporan kinerja. Memperkuat sistem insentif. Melatih manajer-manajer lini. 5. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Angka EVA berarti mencerminkan keuntungan yang sebenar- benarnya dari investasi perusahaan (true economic profit). Bagi pemegang saham atau pemodal, hal ini memudahkannya menilai seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan (manajemen) perusahaan dari kegiatan bisnis atau investasinya. Jadi, bila EVA tinggi, pemegang saham bisa melihat secara lebih pasti bahwa perusahaan tersebut mampu memberdayakan kapitalnya dengan baik. Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung EVA (Arief Sugiono, 2009:149) adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. 6. Menghitung biaya modal hutang (Cost of Debt). Menghitung biaya modal sendiri (Cost of Equity). Menghitung struktur permodalan (dari neraca). Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT). Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Menghitung EVA yang bersangkutan. Konsep Biaya Modal (Cost of Capital) Arief sugiono (2009 : 150) mendefinisikan “Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi sahamnya. proyek perusahaan untuk mempertahankan nilai pasar 12 Biaya modal merupakan biaya riil yang harus ditanggung dari masing – masing sumber dana yang digunakan dalam perusahaan. Dikatakan biaya riil karena besarnya biaya modal didasarkan pada tingkat hasil pengembalian yang diharapkan investor. Konsep Cost of Capital dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya nilai penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan tersebut. Maka untuk menghitung biaya modal di suatu perusahaan harus mengetahui biaya dari berbagai sumber pembiayaan dan proporsi dari sumber pembiayaan yang berbeda dalam struktur modal suatu perusahaan. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), semua biaya dihitung berdasarkan setelah pajak. Masing-masing dana yang digunakan untuk membiayai perusahaan mempunyai biaya tersendiri misalnya, biaya modal sendiri (cost of equity), biaya hutang (cost of debt), biaya struktur permodalan, dan net operating profit after tax (NOPAT). 7. Menghitung Biaya Modal Seperti yang telah disebutkan diatas struktur modal perusahaan terdiri dari hutang (debt) dan ekuitas (equity). Di dalam neraca keuangan kita dapat melihat struktur serta proporsi modal yang membiayai perusahaan. Equity terdiri dari commom stock, preferred stock dan 13 retained earning. Proporsi modal yang dipilih perusahaan merefleksikan kebijakan perusahaan dalam menyiasati pengoptimalan biaya modal. a. Biaya Hutang (Cost of Debt) Brigham dan Houston (2006:470), mendefinisikan biaya hutang sebagai berikut: Biaya hutang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru, dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga; digunakan untuk menghitung WACC. Brigham dan Houston (2006:470), Cost of Debt setelah pajak dapat dicari dengan cara sebagai berikut: Komponen biaya utang setelah pajak = Kd (1 – T) Dimana: Kd = Tingkat suku bunga. T = Tingkat pajak (beban pajak dibagi dengan laba sebelum dikenai pajak). b. Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity) Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity (Ke). Bila para investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada perusahaan, maka mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tetap tergantung kepada kinerja perusahaan di masa mendatang (perolehan retained earning). Hal ini berbeda dengan modal utang karena pada utang telah ada kepastian terhadap tingkat bunga. Untuk menghitung Ke digunakan pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. 14 Didalam teori keuangan ada banyak pendekatan yang dapat dipakai untuk menghitung besarnya biaya modal sendiri (cost of equity), akan tetapi Discounted Cash Flow (DCF) dan Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan dua model yang sudah umum dan sangat populer. Setiap model atau metode mempunyai asumsi yang berbeda-beda dalam membangun fondasi rumusan model atau metode tersebut. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang berbeda-beda pula. 1) Discounted Cash Flow (DCF) DCF menghitung biaya modal sendiri (Ke) sebagai nilai dividen atau harga saham ditambah dengan persentase pertumbuhan dari dividen tersebut dengan asumsi pertumbuhan konstan, (Brigham dan Houston (2006:477) sebagai berikut: Ke = D1/P0 + g Ke = Dividend Yield + g Ke = Dividend Yield + (plowback ratio x r) Ke = Dividend Yield + [(1 – Dividend Payout) x r] Dimana: Ke = Biaya modal sendiri. g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan. r = Tingkat pengembalian. 2) Capital Assets Pricing Model (CAPM) Model ini mencoba menganalisis antara resiko dan tingkat pengembalian yang didasari oleh setiap required rate of return saham sama dengan risk – free rate ditambah dengan suatu risk premium (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010 :83). c. Menghitung Struktur Permodalan 1) Menghitung Struktur Modal Riyanto (2010:22), mendefinisikan struktur modal sebagai berikut: Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 15 Struktur permodalan dinyatakan dalam persentase dari kelompok hutang dan modal, yang terdiri dari modal pinjaman dan modal sendiri. Modal pinjaman terdiri dari hutang jangka panjang. Sedangkan modal sendiri terdiri dari modal saham dan surplus dalam segala bentuknya. Sumber dana jangka panjang terdiri dari hutang jangka panjang, modal saham preferen dan modal saham biasa. Proporsi Utang (WD) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: WD = ____D____ x 100 % D+E Keterangan: D = Total Hutang Jangka Panjang. D+E = Jumlah Modal (Hutang + Ekuitas). WD = Proporsi Kewajiban. Proporsi Ekuitas (WE) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: WE = ____E____ x 100% D+E Keterangan: E = Total Ekuitas. D+E = Jumlah Modal (Hutang + Ekuitas). WE = Proporsi Ekuitas. d. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba bersih operasi setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak, termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookeeping entries seperti biaya penyusutan. NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba perusahaan 16 yaitu data mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan (Tunggal, 2009:5) : NOPAT = EAT + IAT = EAT + [ i (1 – T)] = = = = Net Operating Profit After Tax. Earning After Tax. Beban Bunga Tahunan. Tingkat Pajak. Dimana: NOPAT EAT i T e. Menghitung Tingkat Pengembalian (r) Tingkat pengembalian (rate of return) merupakan tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang diukur melalui produktivitas modal. Tingkat pengembalian dapat dihitung dengan rumus (Tunggal,2009:6): r = NOPAT Capital Dimana: NOPAT Capital = Net Operating Profit After Tax. = Total hutang + Modal saham. f. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) Investor dan kreditur yang melakukan investasi dalam sebuah perusahaan menginginkan opportunity cost yang minimal sama dengan pengembalian yang mereka terima dari investasi lain. Opportunity cost ini adalah biaya modal perusahaan yaitu tingkat pengembalian minimum yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan asset yang ada dan tetap memenuhi harapan daripada pemberi modal. 17 Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah gabungan dari masing-masing biaya modal dari perusahaan dan persentase dari masingmasing capital structure, yaitu hutang jangka panjang dan saham biasa dimana tujuan WACC adalah menghitung cost of capital perusahaan secara keseluruhan. Adapun rumus menghitung WACC (Brigham dan Houston, 2006:484) sebagai berikut: WACC = wdkd (1 – T) + wpkp + wcks Dimana: WACC = kd = Wd = T = wp = kp = wc = ks = 8. Biaya modal rata-rata tertimbang. Cost of Debt setelah pajak (%). Persentase (bobot) untuk utang. Tarif pajak marginal perusahaan. Persentase (bobot) untuk saham preferen. Biaya saham preferen. Persentase (bobot) untuk ekuitas biasa. Biaya saldo laba ditahan. Menghitung Economic Value Added Setelah semua variabel diatas diketahui langkah selanjutnya adalah menghitung EVA yaitu dengan rumus (Hansen dan Mowen, 2005:126): EVA = NOPAT – (WACC x Capital) Dimana: NOPAT Capital = Laba Operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax). = Jumlah dana yang terdiri dari hutang dan modal saham ekuitas yang tersedia di perusahaan untuk mendanai usaha perusahaan. 18 Untuk itu perlu dipahami dalam rumusan sederhana sebagai berikut: a. Jika EVA > 0, nilai EVA positif berarti menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan selama masa operasionalnya. b. Jika EVA = 0, berarti perusahaan berada pada kondisi impas selama masa operasionalnya. c. Jika EVA < 0, nilai EVA negatif berarti menunjukkan kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan. B. Market Value Added (MVA) 1. Definisi Market Value Added (MVA) Pengertian Market Value Added (MVA) adalah “perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan ” (Brigham dan Houston, 2006:68). Tujuan utama semua perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan (kekayaan) pemilik. Tujuan ini secara jelas menguntungkan pemegang saham dan semua itu mengharuskan pengalokasian sumber daya secara efisien. Menurut Brigham dan Houston (2006:68) menyatakan bahwa “Kesejahteraan (kekayaan) pemegang saham akan dimaksimalkan dengan meminimalkan perbedaan antara nilai pasar dari saham perusahaan dengan jumlah modal ekuitas yang telah diberikan oleh pemegang saham. Perbedaan ini disebut Market Value Added (MVA)”. 19 Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikannya. Modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, maka semakin baik pula kinerja perusahaan. Apabila MVA bernilai negatif berarti kekayaan dari pemegang saham tidak digunakan secara efektif oleh perusahaan. Market Value Added digunakan lebih kepada tujuan utama manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kesejahteraan (kekayaan) para investor. MVA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkapasitas sebagai penurun dari kesejahteraan pemegang saham bukan pencipta kesejahteraan. Jika dilihat dalam periode waktu, penerapan EVA berjangka waktu lebih fleksibel dalam arti dapat ditentukan oleh manajemen, sementara MVA memiliki jangka waktu perhitungan paling tidak lima sampai sepuluh tahun sehingga dalam penerapannya MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan selama usia perusahaan. MVA memang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan EVA karena tidak hanya menghitung periode tertentu tetapi untuk kurun waktu yang panjang dimasa depan. 2. Keunggulan Market Value Added (MVA) Praditha (2010:27), keuntungan dari penggunaan Market Value Added adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh percaya diri 20 memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian juga akan maksimal. 3. Kelemahan Market Value Added (MVA) Praditha (2010:27), kelemahan Market Value Added adalah: MVA mengabaikan kesempatan biaya oportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan. 4. Menghitung Nilai Market Value Added (MVA) Menurut (Hansen dan Mowen, 2005:127) : MVA = Market Value of Equity – Invested Capital = (closing price x Σ saham yang beredar) – ((EPS/ROE) x Σ saham yang beredar). = (closing price – (EPS/ROE)) x Σ saham yang beredar Dimana: Market Value of Equity = Invested Capital = Number of share (Jumlah saham yang beredar) x Closing Price (Harga saham individual). Total nilai modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. 5. Penelitian Terdahulu Penelitian dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah: 21 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1. Nama Penelitian dan Tahun Mieke Rousana (1997) Variabel Penelitian Return saham. EVA, MVA, perubahan persentase kepemilikan saham-saham oleh investor asing, dan struktur modal Metode Penelitian Hasil Penelitian korelasi Spearman’s Rank dan test statistik Pearson ChiSquare MVA tidak signifikan terhadap return saham, kaitan antara perubahan persentase kepemilikan saham oleh investor dengan perubahan nilai EVA adalah tidak relevan, proporsi hutang dalam struktur modal menyebabkan EVA meningkat dan terdapat hubungan antara perubahan EVA terhadap perubahan struktur saham. 2. Imam Ghozali dan Irwansyah (2002) Independen : 1.EVA 2. MVA 3. ROA Dependen :. Return Saham Regresi Linear ROA dan EVA tidak berpengaruh terhadap Return Saham. MVA berpengaruh terhadap return saham 3. Purnomo (2003) Independen : 1.EVA 2.ROE 3.ROA 4.SIZE 5.GROWTH Dependen : MVA Multiple Regression Hipotesis EVA berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham dengan ditambah variabel kontrol (ROA,ROE,SIZE). Hipotesis EVA berpengaruh langsung positif terhadap MVA, pengaruh ini ditemukan baik secara simultan maupun parsial. 22 Ramana (2003) Independen : EVA, dan NOPAT Dependen : MVA Multiple Regression 5. Wijaya dan kurniasih (2006) Independen : EVA,ROE Dependen : Nilai perusahaan Regresi Linear dengan Metode Ordinary Least Square 6. Mulya Yoga Prakasa (2007) Analisis Hubungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di (BEI) Regresi Linear 4. Economic value added (EVA) dan NOPAT berhubungan secara positif dengan market value added (MVA), dan EVA memiliki korelasi tertinggi dibandingkan dengan NOPAT. Bahwa EVA lebih memiliki hubungan dengan nilai perusahaan dibandingkan dengan Return On Equity (ROE) EVA tidak berkorelasi signifikan dengan MVA, hal ini disebabkan karena tidak adanya efisiensi pasar modal di Indonesia