6 Esofagoskopi Esofagoskopi adalah pemeriksaan endoskopi yang dilakukan untuk mengevaluasi lumen dan mukosa esofagus. Esofagus merupakan otot yang berbentuk pipa panjang yang mengantarkan bolus makanan dari rongga mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik. Sepertiga atas esofagus merupakan otot lurik yang tertutup oleh jaringan submukosa yang tebal dan jaringan ikat. Bagian bawah esofagus merupakan otot polos yang semakin menebal dan berinteraksi terhadap faktor neurogenik dan hormon (Barret 2006). Berdasarkan letaknya, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu esofagus cervicalis, esofagus thoracalis, dan esofagus abdominalis (Moore 2008). Pemeriksaan esofagoskopi dilakukan untuk mengevaluasi hewan yang menunjukkan gejala gangguan esofagus seperti regurgitasi, dysphagia, odynophagia, dan hipersalivasi (Tams 2005). Esofagoskopi juga dapat dilakukan pada hewan yang dicurigai menelan benda yang berpotensi menjadi benda asing dalam esofagus (Tams dan Rawlings 2011). Umumnya, endoskopi menjadi alternatif lain setelah diagnosa penunjang yang lain seperti radiografi dan USG telah dilakukan namun penyebab penyakit belum dapat ditentukan Gastroskopi Gastroskopi merupakan pemeriksaan endoskopi yang dilakukan untuk memeriksa lambung. Tams dan Rawlings (2011) menyatakan pemeriksaan gastroskopi diindikasikan untuk penyakit lambung seperti chronic gastritis, gastric erosions, gastrict foreign bodies, dan gastrict motility disorders. Lambung merupakan tempat terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi. Lambung dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian proksimal dan distal lambung. Lambung bagian proksimal kemudian dibagi kembali menjadi tiga bagian yaitu cardia, fundus, dan corpus. Cardia merupakan bagian yang tipis yang berada dekat dengan esofagus sedangkan fundus terletak di sebelah kiri lambung dan di sebelah cranial corpus lambung. Corpus lambung merupakan bagian terbesar dari lambung yang menghubungkan fundus dengan pylorus. Keseluruhan bagian lambung proksimal berfungsi untuk menghasilkan sekresi cairan lambung. Lambung distal terdiri atas antrum pylorus, canal pylorus, dan spincter pylorus. Lambung distal berfungsi menggiling dan membantu pengosongan lambung (Steiner 2008). METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan 5 ekor kucing lokal (Felis catus) jantan dewasa yang berbobot badan 3–4 kg. Bahan-bahan penelitian yang digunakan antara lain: sediaan anthelmintik Zypiran®, sediaan antibiotik 7 amoxicillin, sediaan premedikasi atropine sulfat, sediaan anatesi ilium ketamil® dan ilium xylazil®, alkohol 70%, gel pelumas, dan kapas. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah satu set endoskop fleksibel tipe Small Animal Gastroscope VET-G1580® dengan diameter scope 8.0 mm dan panjang 1.5 m, mesin radiografi tipe mobile, perlengkapan pelindung, laringoskop, stetoskop, termometer, stopwatch, syringe 1 ml, dan sarung tangan. Prosedur Percobaan Persiapan dan Aklimatisasi Hewan Aklimatisasi terhadap kucing dilakukan terlebih dahulu sebelum kucing tersebut digunakan. Selama aklimatisasi, kucing diberi antibiotik dan anthelmintik. Antibiotik yang diberikan adalah sediaan amoxicillin dengan dosis 20 mg/KgBB selama 3 hari. Pemberian anthelmintik dilakukan dengan memberikan sediaan Zypiran® dengan dosis 5 mg/KgBB dengan satu kali pemberian. Pemberian antibiotik dan anthelmintik dilakukan untuk menghilangkan gangguan saluran pencernaan yang diakibatkan oleh infeksi bakteri atau cacing. Selama aklimatisasi, kucing diberi makan secara teratur dan diberi minum secara ad libitum. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kondisi umum hewan dan memastikan tidak ada resiko sebelum dilakukan anastesi. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang diawali dengan pemeriksaan sinyalemen, keadaan umum dan status present. Sinyalemen merupakan identitas yang melekat pada hewan yang meliputi spesies, ras, umur, jenis kelamin, dan ciri khas lain yang membedakan dengan individu yang lain. Keadaan umum hewan yang diamati meliputi perawatan, pertumbuhan badan, dan kondisi vital hewan yang meliputi frekuensi denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, capillary refill time (CRT), dan warna mukosa. Untuk memastikan hewan tidak mengalami gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi jantung, auskultasi dilakukan terhadap suara pernapasan dan suara jantung. Anastesi Hewan Pemeriksaan endoskopi didahului dengan menghilangkan kesadaran hewan untuk menghindari tindakan yang tidak kooperatif hewan selama pemeriksaan. Sebelum dilakukan anastesi, kucing dipuasakan terlebih dahulu selama minimal 12 jam agar lambung berada dalam keadaan kosong. Anastesi dilakukan dengan memberikan kombinasi sediaan ilium ketamil® dengan dosis 10 mg/KgBB dan ilium xylazil® dengan dosis 2 mg/KgBB. Sebelum dianastesi, hewan diberi atropine sulfat dengan dosis 0.025 mg/KgBB sebagai premedikasi. 8 Pemeriksaan Endoskopi Hewan yang telah teranastesi kemudian dibaringkan dengan posisi right recumbency dengan kepala sedikit ditegakkan. Laringoscope dimasukan ke dalam mulut hewan untuk mempermudah pemasukan scope ke dalam saluran pencernaan hewan. Scope diberi gel pelumas pada permukaannya kemudian secara perlahan dimasukan ke dalam mulut hewan hingga mencapai regio faring. Pada saat scope sudah mencapai faring dan organ laring mulai terlihat, pengamatan dan pengambilan gambar dilakukan. Setelah itu, secara perlahan scope dimasukan melalui spinchter esofagus atas menuju esofagus. Insuflasi udara dapat dilakukan agar esofagus mengembang dan mukosa esofagus dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan gambar dilakukan setiap scope maju sejauh 1 cm. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil pencitraan endoskopi pada berbagai bagian esofagus. Scope kemudian diteruskan hingga mencapai lambung. Esofagus dan lambung dibatasi oleh spinchter esofagus bawah yang dalam keadaan normal berada dalam keadaan tertutup. Dengan sedikit insuflasi udara, spinchter esofagus bawah akan terbuka dan scope dapat dimasukan menuju lambung hingga ujung lambung proksimal yang ditandai dengan adanya incisura angularis. Pengamatan terhadap mukosa dilakukan dengan membagi daerah pengamatan menjadi 4 kuadran/lapang pandang yaitu kuadran I arah jam 10 hingga jam 2, kuadran II arah jam 2 hingga jam 5, kuadran III arah jam 5 hingga jam 7, dan kuadran IV arah jam 7 hingga jam 10 (Steiner 2008). Konfirmasi Pencapaian Scope dengan Pengambilan Gambar Radiografi Kedalaman scope yang dimasukkan ke dalam tubuh kucing kemudian dikonfirmasi dengan pengambilan gambar radiografi. Gambar radiografi diambil pada regio kepala, thoraks, dan abdominalis dengan posisi left lateral. Pengambilan gambar radiografi daerah kepala diambil dengan menggunakan Miliamperage second esecond dan Kilovoltage Peak diatur pada besaran 2.0 dan 54 serta 2.0 dan 56 untuk daerah thoraks dan abdomen. Keseluruhan gambar radiografi diambil dengan FFD 40 inchi Analisis Data Data yang didapat dari penelitian ini dikaji dan dibahas dengan metode deskriptif untuk kemudian diambil simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Fisik Kucing Lokal Penelitian Keseluruhan hewan yang digunakan sebagai hewan penelitian merupakan kucing lokal berjenis kelamin jantan yang memiliki bobot badan 3-4 Kg. Pemeriksaan fisik terhadap kucing-kucing tersebut dilakukan untuk mengetahui status kesehatan dan mendeteksi kelainan-kelainan yang menjadi resiko bila