JURNAL PERGESERAN POLA KOMUNIKASI DARI INTERPERSONAL KE INTERPERSONAL BERMEDIA (Studi Kasus Pergeseran Pola Komunikasi dari Interpersonal ke Interpersonal Bermedia di Kalangan Pengguna BlackBerry Messenger Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014) Disusun oleh: Nisa Rachmania Anggasta D0209060 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PERGESERAN POLA KOMUNIKASI DARI INTERPERSONAL KE INTERPERSONAL BERMEDIA (Studi Kasus Pergeseran Pola Komunikasi dari Interpersonal ke Interpersonal Bermedia di Kalangan Pengguna BlackBerry Messenger Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014) Nisa Rachmania Anggasta Prahastiwi Utari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Nowadays, interpersonal communication can be mediated. We often meet a group of people sitting together but everyone is busy with their own BlackBerry when they are supposed to be communicating each other. BlackBerry was first introduced in Indonesia in mid-December 2004. This smartphone brings BlackBerry Messenger (BBM), an instant messenger application taht is equipped with facilities, like a space to update status or write anything desired by the user that can be read by all friends in the BBM contact list, also it comes with a variety of emoticons that can represent the user’s feelings or emotions. This research was conducted to determine how shifting patterns of interpersonal communication to mediated interpersonal communication among students of Non-Reg Communication Major UNS 2014. The research subjects were chosen because this group is one group that is very active to communicate either directly or communicate through the media of communication, as well as they are very open about the development of communication technologies. This research is a descriptive qualitative-case study using indepth interview and purposive sampling. Interviews were conduced using the interview guidelines that have been made in accordance with the formulation of the problems. The conclusions pf this research indicate that interpersonal comunication of Non-Reg Communication Major UNS 2014 has minimal barriers but has limited space and time. Mediated Interpersonal Comunication of Non-Reg Communication Major UNS 2014 by BBM supported by the richness and social media presence but prone to missed communication. Shifting patterns of interpersonal comunication to mediated interpersonal communication among 1 students of Non-Reg Communication Major UNS 2014 occured in verbal cues, extebded time, and the emergence of anti-social behaviour. Keywords: case study, interpersonal communication, mediate interpersonal communication, new media, BlackBerry Messenger (BBM) Pendahuluan Manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Manusia membentuk berbagai macam hubungan dengan keluarga, teman, dan orang-orang di sekelilingnya. Setiap hubungan yang terjalin membawa pengaruhnya masing-masing dalam proses perkembangan dan hidup setiap individu. Dengan kata lain, komunikasi dan interaksi merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan akibat atau hasil apa (Lasswell, 1960, dalam Liliweri, 1991:7). Analisisnya, komunikasi mempunyai lima unsur, yaitu komunikator, pesan, saluran atau media, komunikan, dan dampak atau efek. Komunikasi yang paling mendasar adalah komunikasi interpersonal, dimana komunikasi ini berlangsung di antara dua orang atau lebih yang saling bertatap muka. Salah satu ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah komunikator dapat berubah statusnya menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi komunikator, kemudian seterusnya berputar berganti-ganti selama proses komunikasi interpersonal berlangsung. Komunikator utama adalah pembawa pesan yang pertama menyampaikan pesan, sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan. Dari unsur-unsur komunikasi tersebut, jelas bahwa komunikasi membutuhkan saluran atau media untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan dalam berkomunikasi, berbagai teknologi canggih terus bermunculan guna membantu proses penyampaian pesan tersebut. 2 Pada dasarnya, teknologi diciptakan untuk membantu dan mempermudah kehidupan manusia. Kemudahan dan kenyamanan tersebut kemudian membuat manusia menjadi sangat lekat dengan teknologi, yang salah satunya adalah telepon seluler (ponsel). Menurut Everret M. Rogers, proses komunikasi yang menggunakan telepon kurang kena bila digolongkan sebagai komunikasi massa atau komunikasi antar pribadi. Namun, Mc-Croskey memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang udara dan cahaya seperti halnya telepon sebagai saluran komunikasi antar pribadi. Maka, kemudian muncul kelompok yang lebih senang memakai istilah komunikasi interpersonal dan komunikasi interpersonal bermedia. Ponsel telah menjadi kebutuhan mutlak bagi setiap individu yang memiliki mobilitas tinggi. Hampir 70% dari dunia menggunakan ponsel (U.S. Census Bureau, 2011). Ponsel pun akhirnya bertransformasi ke dalam bentuk yang lebih canggih dan serba bisa, yang kemudian disebut dengan telepon cerdas (smartphone). Sistem dan kemampuan smartphone terus meningkat, hingga tercipta suatu bentuk kemudahan baru berkomunikasi, dalam sebuah perangkat bernama BlackBerry, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 oleh sebuah perusahaan Kanada, BlackBerry. Diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada pertengahan Desember 2004, smartphone ini dilengkapi dengan kemampuan layanan push-email, telepon, short message service (SMS), penjelajah internet, dan berbagai kemampuan nirkabel lainnya. BlackBerry mengusung BlackBerry Messenger (BBM), sebuah aplikasi pengirim pesan instan, sebagai fitur andalannya yang menjadi pembeda dari smartphone lainnya. Kini smartphone telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Keterikatan manusia dengan teknologi ini memunculkan istilah ketakutan baru yang disebut Nomophobia, yang merupakan singkatan dari no-mobile-phone-phobia. Istilah ini diciptakan berdasarkan studi oleh UK Post Office pada tahun 2010 dengan menugaskan YouGov, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Inggris, untuk melihat kecemasan yang diderita 3 oleh pengguna ponsel. Berdasarkan penelitian tahun 2012 oleh Securenvoy, sebuah perusahaan informasi dan teknologi di Inggris, dari seribu responden yang memberikan suara, sekitar 66% memiliki rasa takut kehilangan atau terpisah dari ponsel mereka. Fenomena bersahabatnya manusia dengan smartphone tersebut jelas membawa efek positif dan negatif terhadap kehidupan sosial dan bermasyarakat. Serupa dengan teori Lasswell di atas bahwa komunikasi mempunyai dampak atau efek sebagai salah satu unsurnya. Hans Geser (2003) menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakannya. Kedua, terhadap interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap kelompok dan organisasi. Kelima, terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaan di masyarakat. Teknologi baru dapat dilihat sebagai pembentuk hubungan—mereka tidak hanya menambahkan bentuk-bentuk baru komunikasi interpersonal, tetapi mereka secara fundamental mengubah bagaimana individu berinteraksi (Konijn et.al., 2008:3). Sementara pengertian dari komunikasi interpersonal itu sendiri merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Devito, 1989). Banyak komunikasi interpersonal kini dimediasi oleh teknologi, tapi teknologi melalui komputer (misalnya SMS, chat room, MSN, email, virtual group work, weblog, perangkat lunak sosial) kadang-kadang bisa memfasilitasi atau menghambat komunikasi dan dapat mengubah interaksi interpersonal (Konijn et.al., 2008). Secara umum, pada sisi positifnya, teknologi tersebut mempermudah terbentuknya komunikasi dengan lebih baik, cepat, dan luas jangkauannya. Pada sisi lainnya, dengan kemampuan teknologi komunikasi tersebut, perlahan-lahan bentuk komunikasi interpersonal langsung (tatap muka) mulai bergeser ke komunikasi interpersonal bermedia. Pergeseran ini membawa 4 perubahan bukan hanya pada diri setiap inidividu, namun juga dalam skala yang lebih luas, yaitu pola komunikasi suatu kelompok orang. Pada masa sekarang ini, tak jarang dijumpai sekelompok orang duduk bersama, namun setiap orang sibuk dengan BlackBerrynya masing-masing, dimana seharusnya mereka berkomunikasi langsung satu dengan lainnya. Berdasarkan Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari respondennya lebih senang mengirim dan membaca SMS atau memainkan games ponselnya di tengah acara keluarga yang dianggap membosankan (Nurudin, 2005). Maka terdapat indikasi bahwa munculnya komunikasi interpersonal bermedia tersebut membawa pengaruh yang signifikan terhadap menurunnya kualitas komunikasi interpersonal langsung, bahkan seakan membentuk manusia menjadi anti-sosial, justru terhadap lingkungan terdekat di sekitarnya. Pattiradjawane telah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan penggunaan ponsel di Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa persentase terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu 15-24 tahun (31%), berdasarkan kota-desa yaitu kota (71%), dan berdasarkan kota-desa pada lima pulau (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali) yaitu kota (lebih dari 55% dari masing-masing pulau). Sementara untuk perbandingan berdasarkan masing-masing pulau tersebut, persentase terbesar adalah pulau Jawa (71%). Hasil tersebut menunjukkan pengguna ponsel terbesar adalah kelompok remaja perkotaan, terutama di pulau Jawa. Pada umumnya, individu usia 15-24 tahun merupakan anggota masyarakat yang sangat tinggi tingkat kebutuhannya dalam bergaul dan bersosialisasi. Reaksi mereka terhadap perkembangan perangkat teknologi, khususnya smartphone juga cukup tinggi, meskipun belum tentu pemanfaatannya maksimal. Dari uraian tersebut, kemudian muncul pertanyaan yang menarik untuk diteliti tentang kemampuan smartphone, dalam hal ini adalah BBM, dan pergeseran pola komunikasi dari interpersonal ke interpersonal bermedia. 5 Pergeseran ini akan dilihat dari aspek komunikator dan komunikan dalam masing-masing proses komunikasi tersebut. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pergeseran pola komunikasi dari interpersonal ke interpersonal bermedia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014? Dengan rumusan masalah khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi interpersonal di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014? 2. Bagaimana pola komunikasi interpersonal bermedia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014? 3. Bagaimana pergeseran pola komunikasi dari interpersonal ke interpersonal bermedia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014? Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Shannon dan Weaver (dalam Cangara, 2006:19) mengemukakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Paradigma Harold Laswell adalah salah satu yang paling sering digunakan. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who says what in which channel to whom with what effect. Pada penelitian ini, aspek komunikasi yang dilihat adalah komunikator dan komunikan. Kotler (dalam Effendy, 2003:18) mengatakan bahwa sender (pengirim) yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya dan receiver (penerima) yaitu komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 6 Komunikasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 sesuai dengan unsur-unsur tersebut, yaitu komunikator mengirim pesan yang kemudian akan diterima dan direspon oleh komunikan dengan adanya gangguan dan efek tertentu. 2. Pola Komunikasi Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi antara dua orang atau lebih, atau dalam suatu kelompok. Dalam suatu proses komunikasi yang berkelanjutan pasti terbangun suatu bentuk sistem atau kebiasaan yang kemudian membentuk suatu pola. Maka, pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses komunikasi suatu kelompok dalam berinteraksi dan bertukar informasi pada jangka waktu tertentu. Berdasarkan modelnya, secara umum pola komunikasi interpersonal digambarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu pola komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah, dan pola komunikasi multi arah. Komunikasi satu arah merupakan pola yang menitikberatkan pada penyampaian informasi atau pesan dari komunikator ke komunikan tanpa adanya umpan balik. Komunikasi dua arah terjadi apabila komunikan memberikan timbal balik, sehingga terbentuk suatu interaksi antara komunikator dan komunikan. Sedangkan komunikasi multi arah adalah komunikasi yang melibatkan interaksi antara komunikator dengan komunikan, serta interaksi antara komunikan satu dengan yang lainnya. 3. Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito (1989:4) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. 7 Menurut paradigma DeVito, komunikasi interpersonal merupakan suatu proses transaksional yang mengandung hal-hal seperti suatu proses, komponen yang saling berhubungan, serta ada aksi dan reaksi. Paradigma tersebut menjelaskan bahwa segala kegiatan dalam komunikasi interpersonal bukanlah suatu yang statis, tapi merupakan proses yang dinamis dan selalu dalam kondisi yang berubah, dimana setiap elemen dalam komunikasi interpersonal secara keseluruhan berkaitan satu sama lain. Selanjutnya DeVito juga mengatakan bahwa reaksi individu dalam komunikasi interpersonal tidak hanya berdasarkan pada apa yang dikatakan oleh gerakan tubuhnya, tapi juga pada seluruh kejadiannya, pengalaman, emosi, pengetahuan, kesehatan fisik, dan hal-hal lainnya dari individu. 4. New Media Creeber dan Martin (2009:2) menjelaskan bahwa media baru mungkin bukanlah istilah yang ideal, namun istilah ini adalah salah satu yang semakin diakui secara internasional dan salah satu yang umumnya terkait dengan transformasi teknologi komunikasi yang baru-baru ini telah mengambil alih. Sehingga menurut Creeber dan Martin, New Media didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital. New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008:13) Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004:114) McQuail (2000) mengelompokkan media baru menjadi empat kategori. Pertama, media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telepon, handphone, e-mail. Kedua, media bermain interaktif seperti komputer, videogame, permainan dalam internet. Ketiga, media pencarian informasi yang berupa 8 portal atau search engine. Keempat, media partisipasi kolektif seperti penggunaan internet untuk berbagi dan pertukaran informasi, pendapat, pengalaman, dan menjalin melalui komputer dimana penggunaannya tidak semata-mata untuk alat, namun juga dapat menimbulkan afeksi dan emosional. Pavlik (1998:2-4) melihat kehadiran media baru dihubungkan dengan fungsi teknisnya yang meliputi beberapa hal. Pertama, produksi, merujuk pada pengumpulan dan pemrosesan informasi yang meliputi komputer, fotografi elektronik, scanner optikal, remotes yang tak lagi mengumpulkan dan memproses informasi melainkan juga menyelesaikan masalah secara lebih cepat dan efisien. Kedua, distribusi merujuk pada pengiriman dan pemindahan informasi elektronik. Ketiga, display, merujuk beragam teknologi untuk menampilkan informasi kepada pengguna terakhir, audiens yng menjadi konsumen informasi. Keempat, storage, merujuk pada media yang menggunakan penyimpanan informasi dalam format elektronik. McQuail (2000:127) mengungkapkan bahwa melalui tingkat interaktif penggunaan media yang diindikasikan oleh rasio respon pengguna terhadap pengirim pesan, tingkat sosialisasi pengguna dimana media baru kebih bersifat individual dan bukan bersifat interaksi sosial secara langsung, tingkat kebebasan dalam penggunaan media, tingkat kesenangan dan menariknya media yang digunakan sesuai keinginan serta tingkat privasi yang tinggi untuk media baru. Maka new media pada bagian ini terkait dengan penggunaan telepon seluler, khususnya fasilitas BlackBerry Messenger dalam perangkat BlackBerry sebagai media sarana komunikasi interpersonal, dimana kemudian sangat erat kaitannya dengan munculnya pola komunikasi interpersonal bermedia. Di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 merebaknya pola komunikasi interpersonal bermedia sebagai bagian dari munculnya ew media ini terlihat dalam bentuk komunikasi melalui media komunikais yang sering merak lakukan. 9 5. Komunikasi Interpersonal Bermedia Banyak komunikasi interpersonal kini dimediasi oleh teknologi, tapi teknologi melalui komputer (misalnya SMS, chat room, MSN, email, virtual group work, weblog, perangkat lunak sosial) kadang-kadang bisa memfasilitasi atau menghambat komunikasi dan dapat mengubah interaksi interpersonal (Konijn et.al., 2008) Selanjutnya Elly A. Konijn dan Henriette C. Van Vugt (2008) menggambarkan bahwa teknologi modern semakin memungkinkan emosi untuk dikomunikasikan secara canggih melalui perangkat dan layar elektronik, baik antara orang-orang yang secara fisik terpisah (computer-mediated communication, CMC) maupun antara manusia dengan komputer (humancomputer interaction, HCI). Komunikasi bermedia mempunyai dua tipe yang ditetukan dari jenis komunikasi yang terjadi, yaitu synchronous communication atau asynchronous communication (Pearson dkk, 2006:276) Synchronous communication adalah komunikasi yang terjadi bila peserta komunikasi berinteraksi secara real time, dimana peserta komunikasi disini berperan sebagai pengirim sekaligus penerima. Sedangkan asynchronous communication adalah komunikasi yang interaksinya tertunda dan setiap peserta komunikasi harus bergantian menjadi pengirim dan penerima. Ada dua aspek dari komunikasi bermedia yang membedakannya dengan komunikasi tatap muka, yaitu isyarat verbal (verbal cues) dan waktu yang lebih panjang (extended time) (Griffin, 2006:143) Terdapat juga dua teori yang sesuai dengan pembahasan ini, yaitu: Teori Media Richness Sitkin, Sutcliffe, dan Barrios-Choplin (dalam Newberry, 2001) mengidentifikasi dua komponen kemampuan media untuk membawa informasi, yaitu kapasitas pendukung data dan kapasitas pendukung simbol. Newberry (2001) mengatakan bahwa terdapat beberapa kriteria yang ditentukan untuk menilai kekayaan media, diantaranya adalah kemampuan media untuk memberikan umpan balik (feedback), memberikan isyarat yang 10 mewakili bahasa tubuh, memungkinkan pesan untuk dibuat dan diolah sesuai penerima, serta menyalurkan perasaan atau emosi komunikator. Teori Social Presence Short (dalam Newberry, 2001) menjelaskan teori kehadiran sosial (social presence) sebagai arti-penting dari orang lain dalam lingkungan yang dimediasi. Russo (dalam Newberry, 2001) mendefinisikan kehadiran sosial sebagai sejauh mana seeorang dianggap nyata dalam lingkungan dimediasi. Komunikasi bermedia Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014, yang dalam hal ini menggunakan media BBM, tergolong dalam synchronous communication. Komunikator disini sekaligus berperan sebagai komunikan karena umpan balik (feed back) bisa dilakukan seketika. Hal tersebut didukung oleh kemampuan BBM yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi dengan sistem chat. Fasilitas BBM tersebut merupakan salah satu dari kekayaan media (media richness) yang dimilikinya. BBM juga memungkinkan penggunanya untuk menyampaikan perasaan atau emosi yang diwujudkan melalui emoticon. Maka kehadiran sosial (social presence) pun dapat terpenuhi. Metodologi Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berbentuk studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan fenomena bergesernya pola komunikasi interpersonal ke pola komunikasi interpersonal bermedia di kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014. Peneliti ingin mengetahui adakah perubahan dan seberapa banyak perubahan tersebut terjadi, seperti munculnya atau hilangnya suatu aspek komunikasi akibat dari pergeseran tersebut dengan cara menelaah secara cermat. 11 Sajian dan Analisis Data A. Pola Komunikasi Interpersonal di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 Pada pola komunikasi interpersonal langsung, mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 tidak menemui banyak hambatan yang berarti dalam prosesnya. Hanya saja komunikasi tersebut dapat dilakukan hanya pada saat mereka sedang bertemu langsung atau bertatap muka. Dengan kata lain, komunikasi model ini terbatas ruang dan waktu. Komunikasi interpersonal langsung didukung oleh isyarat non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan tubuh yang dapat dikirim dan diterima secara langsung di antara komunikator dan komunikannya. Hal tersebut jelas mempermudah dan memperlancar proses komunikasi yang terjadi. B. Pola Komunikasi Interpersonal Bermedia di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 Komunikasi bermedia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi NonReg UNS 2014, yang dalam hal ini bermedia BBM, didukung oleh fitur-fitur canggih, seperti sistem chat, emoticon, dan kemampuan mengirim berbagai jenis file. BBM dianggap mampu mempermudah terjadinya proses komunikasi, sehingga komunikasi interpersonal dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Namun, komunikasi model ini lebih memungkinkan terjadinya komunikasi satu arah. Selain melalui chat room, pesan juga dapat disampaikan oleh komunikator melalui display picture maupun status yang ditulisnya, dimana sangat mungkin pesan tersebut tidak mendapat respon dari komunikannya. Komunikasi bermedia tersebut juga rentan terhadap terjadinya missed communication. Pesan dikirim dan diterima dalam bentuk teks tertulis. Hal tersebut dapat menyebabkan perbedaan makna pesan antara komunikator dan komunikannya yang kemudian berujung pada missed communicationn. C. Pergerseran Pola Komunikasi Interpersonal ke Komunikasi Interpersonal Bermedia di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 12 Pergeseran dapat dimaknai sebagai peralihan, perpindahan, dan pergantian. Pergeseran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terkait halhal yang berubah, muncul, atau hilang ketika pola komunikasi interpersonal langsung bertransformasi ke pola komunikasi interpersonal bermedia. Dari penjabaran masing-masing pola komunikasi tersebut, maka dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran dari pola komunikasi interpersonal ke interpersonal bermedia. Isyarat verbal dari komunikasi interpersonal langsung ke komunikasi interpersonal bermedia menjadi salah satu aspek yang menonjol. Isyarat verbal pada pola komunikasi interpersonal langsung terwujud dalam ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang dapat dikirim dan diterima secara langsung oleh komunikator dan komunikannya. Isyarat verbal tersebut kemudian bergeser menjadi bentuk lain yaitu emoticon pada komunikasi interpersonal bermedia. BBM dilengkapi berbagai bentuk emoticon yang dapat mengekspresikan perasaan bahagia, sedih, marah dan sebagainya. Terjadinya pergeseran pada aspek ini jelas berpengaruh pada keberhasilan tersampainya rasa, emosi, dan ekspresi itu sendiri. Emosi dan ekspresi yang semula bisa ditunjukkan secara jelas dan langsung pada komunikasi interpersonal langsung, pengiriman dan penangkapannya menjadi kurang sempurna pada komunikasi interpersonal bermedia. Komunikasi interpersonal bermedia cenderung berlangsung dalam waktu yang lebih lama dibanding dengan komunikasi interpersonal langsung. Pada komunikasi interpersonal bermedia BBM, penggunanya memilih kata yang sesuai sebelum akhirnya mengirimnya, sehingga kemudian proses komunikasi memakan waktu yang lebih lama. Hal tersebut dilakukan agar penerima pesan dapat mengolah pesan yang diterimanya dalam bentuk tulisan tersebut sesuai dengan makna yang dimaksud oleh pengirim. BBM yang berbentuk sistem chat memungkinkan penggunanya memberikan dan menerima umpan balik dengan segera, yang kemudian dengan mudah memicu percakapan menjadi lebih panjang dan lama. 13 Terjadinya pergeseran dalam hal tersebut membawa pengaruh pada terminimalisirnya hambatan dalam menciptakan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan setiap saat dibutuhkan dan dapat diwujudkan dalam bentuk yang detail dan jelas melalui BBM. Pada pola komunikasi interpersonal langsung, setiap individu menjadi makhluk sosial yang selalu membangun komunikasi dan interaksi satu sama lain. Manusia cenderung lebih bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Ketika pola komunikasi interpersonal tersebut bergeser menjadi pola komunikasi interpersonal bermedia, individu pengguna media komunikasi menjadi lebih akrab dengan gadgetnya. Adiksi terhadap gadget tersebut menyebabkan munculnya gejala sikap anti-sosial, dimana individu bisa jadi sangat paham dengan perkembangan dunia luar namun menjadi kurang bersosialisasi dan cenderung acuh terhadap orang-orang dan lingkungan terdekatnya. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan analisis yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan bahwa: 1. Komunikasi interpersonal Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 didukung ekspresi wajah, bersifat dua arah, minim hambatan, namun terbatas ruang dan waktu Komunikasi interpersonal langsung tatap muka mampu berjalan dengan lancar dan bersifat dua arah karena proses penyampaian dan penerimaan pesan didukung oleh ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang dapat secara langsung dikirim oleh komunikator kepada komunikannya. Namun di lain hal, komunikasi interpersonal langsung ini tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu. Komunikasi hanya bisa terjadi ketika komunikator dan komunikannya saling bertemu satu sama lain, seperti ketika di kampus. Dengan kata lain, komunikasi bentuk ini hanya bisa terjadi pada waktu-waktu tertentu. 14 2. Komunikasi interpersonal bermedia Mahasiswa Ilmu Komunikasi NonReg UNS 2014 melalui BBM didukung fitur-fitur yang canggih, namun lebih memungkinkan terjadinya komunikasi satu arah dan rentan missed communication BBM memiliki sistem dan fasilitas yang memungkinkan terjadinya komunikasi kapanpun dan dimanapun tanpa terbatas ruang dan waktu. Kemampuan yang diusungnya juga memungkinkan terwujudnya kehadiran sosial bagi para penggunanya tanpa mengharuskan individu-individu yang bersangkutan hadir secara fisik. Namun di luar kemampuan-kemampuan tersebut, komunikasi yang terbangun di BBM lebih berpeluang untuk terjadi satu arah. Komunikasi interpersonal bermedia juga lebih rentan terhadap missed communication. Pengiriman dan penerimaan pesan yang berbentuk teks tertulis tersebut mudah menimbulkan salah pemahaman makna. Sehingga pada pola komunikasi ini pemilihan kata-kata dan ekspresi yang sesuai sangat diutamakan. 3. Pergeseran pola komunikasi interpersonal ke pola komunikasi interpersonal bermedia Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 terjadi pada aspek verbal cues, extended time dan munculnya sikap antisocial Pergeseran di antara kedua pola tersebut terjadi pada aspek verbal cues dan extended time. Isyarat verbal pada komunikasi interpersonal langsung berbentuk kata-kata yang didukung dengan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang sesuai dengan pesan dan dapat langsung diterima oleh komunikannya. Pergeseran terjadi ketika pada pola komunikasi interpersonal bermedia, isyarat verbal tersebut digantikan oleh teks tertulis dan ekspresi-ekspresi dalam bentuk emoticon. Komunikasi interpersonal langsung umumnya berjalan lancar tanpa hambatan sehingga tidak membutuhkan waktu banyak untuk menyampaikan dan menerima pesan. Untuk menyampaikan pesan yang sama, pada komunikasi interpersonal bermedia, waktu yang dibutuhkan menjadi lebih 15 panjang. Pemilihan kata dan ekspresi yang sesuai membutuhkan lebih banyak pemikiran agar pesan yang dimaksud oleh pengirim dapat dipahami dengan makna yang sama oleh penerimanya. Selain itu, sistem komunikasi BBM yang berbentuk chat juga memungkinkan penggunanya untuk berbicara lebih banyak dengan feedback yang cepat, sehingga komunikasi pada pola ini berlangusng dengan waktu yang lebih panjang. Keterikatan manusia dengan media komunikasi tersebut memunculkan adiksi yang berdampak pada timbulnya gejala sikap anti-sosial, dimana seseorang menjadi lebih peduli dengan dunia luar yang diaksesnya melalui media komunikasi dan cenderung kurang bersosialisasi dan acuh terhadap lingkungan terdekatnya. Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti setelah menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan media komunikasi secara efisien untuk menghindari munculnya gejala sikap anti-social Hasil analisis menunjukkan bahwa gadget dalam hal ini sebagai media komunikasi, keberadaannya sudah sangat lekat dan tidak bisa dipisahkan dengan individu penggunanya. Selain memudahan terbentuknya komunikasi, hal ini berdampak pada berkurangnya intensitas komunikasi interpersonal langsung. Gejala tersebut mudah memicu timbulnya sikap anti-sosial. Maka, untuk mengurangi efek buruk penggunaan media komunikasi, langkah yang harus diambil adalah menggunakan media komunikasi secara efisien. Penggunaan media komunikasi secara tepat guna akan mengurangi munculnya dampak buruk, seperti anti-sosial tersebut. 2. Meminimalisir terjadinya missed communication Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa missed communication sering dna mudah terjadi pada komunikasi interpersonal bermedia. Missed communication tersebut terjadi karena penggunaan kata-kata 16 yang sulit dimengerti atau bermakna ganda. Sehingga pesan yang disampaikan pengirim dipahami dengan cara yang berbeda oleh penerimanya. Maka, untuk meminalisir terjadinya missed communication tersebut, hal yang harus dilakukan adalah memilih kata-kata yang paling sesuai dan tidak bermakna ganda agar penerima memahami satu makna yang sama dengan pengirim. Selain itu, penggunaan emoticon bisa membantu menyampaikan ekspresi yang sebenernya dimaksud oleh pengirim pesan. Daftar Pustaka Bagdakian, B. H. (2004) The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press Cangara, Hafied (2006) Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Creeber, Glen & Royston Martin (2009) Digital Cultures Understanding New Media. England: McGraw Hill DeVito, Joseph, A. (1989) The Interpersonal Communication Book, Professional Book. Jakarta Effendy, Onong Uchjana (2003) Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Cetakan Kesembilanbelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Griffin, E. M. (2006) A First Look at Communication Theory 6th Edition. London: McGraw Hill Konijn, Elly A., Sonja Utz, Martin Tanis & Susan B. Barnes (2008) Mediated Interpersonal Communication. New York: Routledge Liliweri, Alo (1991) Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti McQuail, Dennis (2000) McQuail’s Communication Theory (4th Edition). London: Sage Publications Mondry (2008) Pemahaman Teori dan Ptaktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia Nurudin (2005) Sistem-sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Pavlik, John V. (1998) New Media Technology: Cultural and Commercial Perspectives. Boston: Allyn and Bacon Pearson, J. Nelson, P. Titsworth, S. & Harter, L. (2006) Human Communication, 2nd Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc 17