PROYEK AKHIR MATA KULIAH SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SEMESTER GANJIL 2013-2014 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Disusun oleh: Kelompok D Kelas F 1. Okky Cintia Devi (115060801111042) 2. Indana Zulfa (115060800111107) 3. Fauziatul Munawaroh (115060807111115) 4. Desyy Rizky K (115060807111138) Dosen Pengajar: Wayan Firdaus Mahmudy, Ph.D. PROGRAM STUDI INFORMATIKA PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal ini dengan sebaikbaiknya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan makalah final project ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari semua pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Wayan Firdaus Mahmudy, Ph.D. selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Pendukung Keputusan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi hingga makalahfinal project ini dapat terselesaikan. 2. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang. 3. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, nasihat dan doa. 4. Teman-teman Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasinya. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah project akhir ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menyusun makalah project akhir ini mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah project akhir ini tidak sempurna dan tidak luput dari kesalahan, sehingga penulis menerima apabila terdapat kritik dan saran. Semoga makalah final project ini dapat bermanfaat. Malang, Januari 2014 Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………..... i DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ii DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. v BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 1.1 Latar belakang …………………………………………...………. 1 1.2 Rumusan masalah ………..……………………………………… 1 1.3 Batasan masalah ……………………………...………………….. 2 1.4 Tujuan…………. …………………...…………………………… 3 1.5 Manfaat…………. ………………………………………………. 3 1.6 Sistematika penulisan …………………………………………… 4 1.7 Jadwal penelitian..………………………………………………... 5 BAB II DASAR TEORI ………................................................................ 6 2.1 Sistem pakar……………………………………………………... 6 2.1.1 Pengertian sistem pakar …………………………………... 6 2.1.2 Ciri-ciri sistem pakar ……………………………………... 7 2.1.3 Konsep dasar sistem pakar ………………………………... 7 2.1.4 Struktur sistem pakar ……………………………………... 9 2.2 Analitycal Hierarchy Process(AHP) ……………………... 18 2.3 Bakat dan Minat.………………………………………………… 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 27 3.1 Studi pustaka…………………………………………………... 28 3.2 Analisa kebutuhan……………………………………………... 28 3.3 Perancangan umum ……..…………………………………….. 28 3.4 Implementasi ………………………………………………….. 31 3.5 Pengujian ……………………………………………………... 31 3.6 Kesimpulan dan saran ………………………………………… 32 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN .................................. 4.1 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak 33 33 iii 4.1.1 Identifikasi Aktor 33 4.1.2 Daftar Kebutuhan Sistem 34 4.1.2.1 Kebutuhan Fungsional 35 4.1.2.2 Kebutuhan Non Fungsional 36 4.1.3 Diagram Usecase 36 4.1.4 Skenario Usecase 37 4.2 Perancangan Sistem Pendukung Keputusan 39 4.2.1 Hasil keputusan menggunakan PHP 39 4.2.2 Metode yang digunakan dalam PHP 39 4.2.3 User Interface 40 Lampiran 1 : Diagram Alir Sistem Penjurusan SMA...................... 44 Lampiran 2 : Soal Kuis Keminatan………………......................... 45 DAFTAR PUSTAKA 48 iv DAFTAR TABEL No. Judul Halaman Tabel 1.1 Jadwal penelitian 5 Tabel 2.1 Skema bidang minat kerja 24 Table 4.1 Deskripsi Aktor 34 Table 4.2 Daftar kebutuhan system 34 Table 4.3 Skenario Usecase 37 v DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman Gambar 2.1 Struktur sistem pakar 9 Gambar 2.2 Tim pengembang sistem pakar 16 Gambar 2.3 Pemecahan masalah pada pakar 17 Gambar 2.4 Struktur pemecahan masalah pada sistem pakar 17 Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian 27 Gambar 3.2 Diagram blok sistem pakar pemilihan bidang studi 29 Gambar 3.3 Konsep pengetahuan sistem pakar pemilihan bidang 31 studi Gambar 4.1 Susunan Rancangan 33 Gambar 4.2 Usecase Sistem 36 Gambar 4.3 tampilan awal pada web site penjurusan sma 40 Gambar 4.4 tampilan setelah login 41 Gambar 4.5 Tampilan nilai akademik 41 Gambar 4.6 Tampilan nilai psikotest 42 Gambar 4.7 Tampilan kuis keminatan 42 Gambar 4.8 Tampilan hasil kuis keminatan 43 Gambar 4.9 Hasil keputusan 43 Gambar 4.10 Flowchart 44 vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penjurusan bagi siswa SMA dilaksanakan pada semester ganjil kelas XI. Pelaksanaan penjurusan bagi mereka diperkenalkan sebagai upaya untuk mengarahkan siswa terhadap bakat dan minat seta kemampuan akademik siswa tersebut. Penjurusan ini dimaksutkan agar siswa lebih mudah dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi kelak yang akan mengarah ke profesinya juga. Tetapi penjurusan bagi siswa SMA tidak selalu sesuai dengan kemampuan, bakat, minat serta prestasi akademiknya. Hal tersebut mungkin dikarenakan faktor kebingungan dari para siswa ketika diberikan pilihan penjurusan. Bahkan mereka banyak yang sekedar ikut-ikutan dengan teman-temannya yang memilih salah satu jurusan. Di sekolah-sekolah SMA, kebanyakan penentu penjurusan itu berdasarkan 3 faktor. Pertama yaitu berdasarkan referensi orang tua siswa. Kedua, pemilihan jurusan didasarkan pada ikut-ikutan teman dan berdasarkan tren jurusan masa kini. Faktor ketiga yaitu prestasi akademik siswa itu sendiri. Penentuan penjurusan berdasarkan ketiga faktor tersebut tentunya akan membuat penyesalan bagi siswa yang penjurusannya tidak sesuai dengan bakat , minat serta kesukaan mereka terhadap jurusan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi komputerisasi untuk pengambil keputusan penjurusan di Sekolah Menengah Atas. Sistem ini diharapkan mampu membantu siswa SMA dalam memilih jurusan. Penjurusan tersebut disesuaikan dengan bakat, minat dan juga nilai akademik siswa. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) yang digunakan dalam system ini akan mampu melakukan analisis uji komparasi berpasangan. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka didapat rumusan masalah yang meliputi : 1. Bagaimana rancangan dari sistem pakar pemilihan jurusan dengan menggunakan metode AHP ? 1 2. Bagaimana akuisisi pengetahuan dari sistem pakar pemilihan jurusan dengan menggunakan metode AHP? 3. Bagaimana implementasi dari sistem pakar pemilihan jurusan dengan menggunakan metode AHP? 4. Bagaimana pengujian dari sistem pakar pemilihan jurusan dengan menggunakan metode AHP? 1.3 Batasan masalah Penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Kelompok jurusan yang digunakan sebagai keluaran yakni sebanyak 3 jurusan, yaitu: IPA, IPS dan Bahasa. Pemilihan jurusan tersebut berdasarkan peminat yang cukup tinggi. 2. Kriteria yang digunakan terdiri dari : a. Hasil tes bakat yang terdiri dari : Analogis verbal (verbal reasoning) Kemampuan angka (numerical ability) Analogis simbol-simbol (abstract reasoning) Kecepatan dan ketelitian klerikal (clerical speed and accuracy) Penalaran mekanikal (mechanical reasoning) Penggunaan bahasa (mengeja dan tata bahasa) [SUK-02] b. Menggunakan hasil tes minat yang terdiri dari bidang minat kerja : bahasa, seni, fisik, eksperimen, organisasi, bisnis dan sosial [BAR-04]. c. Nilai akademik dari siswa, meliputi nilai mata pelajaran pada kelas X yaitu: Bahasa: yaitu mata pelajaran yang terkait dengan ilmu bahasa dan sastra, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman/Arab/Jepang. Logika Teknologi dan Informasi: yaitu mata pelajaran yang terkait dengan kemampuan logika dan teknologi, diantaranya: teknologi informasi, matematika dan fisika. 2 Sains: yaitu mata pelajaran yang terkait dengan ilmu sains, diantaranya: biologi dan kimia. Praktek: yaitu mata pelajaran yang terkait dengan aktivitas praktik, diantaranya: seni budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Sosial: yaitu mata pelajaran yang terkait dengan ilmu sosial, diantaranya: sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan pendidikan kewarganegaraan. 3. Bahasa pemrograman yang digunakan menggunakan bahasa pemrograman berorientasi objek. 4. Metode yang digunakan dalam menentukan bakat dan minat siswa dibatasi pada metode AHP dengan pembobotan yang telah ditentukan oleh pakar psikologi. 5. Pengujian disesuaikan dengan kebutuhan konsentrasi komputasi cerdas dan visualisasi. 1.4 Tujuan Tujuan perancangan sistem pakar ini adalah merancang dan membangun sistem pakar untuk pemilihan jurusan bagi siswa SMA dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Prosess(AHP). 1.5 Manfaat Diharapkan dengan adanya perancangan sistem pakar ini dapat bermanfaat bagi : a. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan sistem pakar ini dapat memudahkan para pendidik dan pakar psikologi untuk mengarahkan siswa pada pemilihan jurusan yang sesuai. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan perancangan aplikasi ini dapat menambah referensi terhadap penelitian baru dengan jurusan terkait. c. Bagi Masyarakat 3 Diharapkan sistem pakar ini dapat menjadi sarana informasi untuk membantu siswa dalam memilih jurusan yang tepat. d. Bagi Penulis Diharapkan dengan adanya tugas akhir ini dapat menjadi pembelajaran dan dapat menambah pengalaman di jurusan keilmuan yang terkait. 1.6 Sistematika penulisan Penyusunan tugas akhir ini menggunakan kerangka pembahasan yang tersusun sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Memuat latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Bab II Dasar teori Menguraikan teori dasar dan teori penunjang yang berkaitan dengan sistem pakar, Multi Criteria Decision Making (MCDM), metode AHP serta bakat dan minat. Bab III Metode Penelitian Membahas metode yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari studi pustaka, metode pengambilan data, metode perancangan, metode implementasi, metode pengujian dan analisis serta pengambilan kesimpulan dan saran. Bab IV Perancangan Membahas analisis kebutuhan dan perancangan Sistem Pakar Pemilihan jurusan siswa Dengan Metode Analytical Hierarchy Prosess(AHP). Bab V Implementasi Membahas tentang implementasi dari Sistem Pakar Pemilihan jurusan siswa Dengan Metode Dengan Metode Analytical Hierarchy Prosess(AHP). Bab VI Pengujian dan Analisis Memuat strategi , teknik dan hasil pengujian terhadap sistem 4 pakar yang telah diimplementasikan Bab VII Penutup Memuat kesimpulan serta saran yang diperoleh dari pengujian dan analisis sistem pakar untuk pengembangan lebih lanjut. 1.7 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1.1 Jadwal Penelitian No Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1. Merancang sistem 2. Mengumpulkan data 3. Konsultasi dengan pakar 4. Membuat sistem 5. Menguji sistem 6. Membuat laporan 2 3 4 5 BAB II DASAR TEORI Pada penelitian ini, dasar teori yang diperlukan untuk membuat system pendukung keputusan pemilihan jurusan SMA berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah adalah : system pakar, Analytical Hierarchy Process (AHP), dan minat dan bakat. 2.1 Sistem pakar Sistem pakar merupakan cabang dari Artificial Itellegence (AI) yang cukup tua karena sistem ini mulai dikembangkan pada pertengahan 1960. Sistem pakar yang muncul pertama kali adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh Newel dan Simon. Sampai saat ini banyak sistem pakar yang dibuat, seperti MYCIN untuk diagnosis penyakit, DENDRAL untuk mengidentifikasi struktur molekul campuran yang tak dikenal, XCON dan XSEL untuk membantu konfigurasi sistem komputer besar, SOPHIE untuk analisis sirkuit elektronik, Prospector digunakan di bidang geologi untuk membantu mencari dan menemukan deposit, FOLIO digunakan untuk membantu memberikan keputusan bagi seorang manajer dalam stok dan investasi, DELTA dipakai untuk pemeliharaan lokomotif listrik diesel, dan sebagainya [SUT-11: 159]. 2.1.1 Pengertian sistem pakar Istilah sistem pakar berasal dari istilah knowledge-based expert system. Istilah knowledge-based expert system muncul karena untuk memasukkan masalah, sistem pakar menggunakan pengetahuan seorang pakar yang dimasukkan ke dalam komputer. Seseorang yang bukan pakar menggunakan sistem pakar untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan seorang pakar menggunakan sistem pakar untuk knowledge assistant [SUT-11:160]. Menurut Edward Feigenbaum dari Universitas Standford mendefiniskan sistem pakar sebagai “sebuah program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan dan prosedur inferensi untuk memecahkan masalah yang cukup sulit, 6 yang membutuhkan keahlian manusia yang signifikan sebagai solusi”. Sebuah sistem pakar adalah sebuah program komputer yang menyamai kemampuan pengambilan keputusan dan kemampuan pemecahan masalah dari seorang pakar [KUM-08:417]. 2.1.2 Ciri-ciri sistem pakar Ciri-ciri sistem pakar adalah sebagai berikut : a. Terbatas pada domain keahlian tertentu. b. Mampu memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti. c. Mampu menjelaskan alasan-alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami. d. Bekerja berdasarkan kaidah atau rule tertentu. e. Mudah dimodifikasi. f. Basis pengetahuan dan mekanisme inferensi terpisah. g. Keluarannya atau output bersifat anjuran. h. Sistem dapat mengaktifkan kaidah secara searah sesuai, dituntun oleh dialog dengan pengguna [SUT-11:162]. 2.1.3 Konsep Dasar Sistem Pakar Konsep dasar sistem pakar meliputi : a. Kepakaran (expertise) Kepakaran merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan, membaca dan pengalaman. Kepakaran memungkinkan para ahli dapat mengambil keputusan lebih cepat dan lebih baik daripada seorang yang bukan pakar. Kepakaran meliputi pengetahuan tentang : Fakta-fakta tentang bidang permasalahan tertentu Teori-teori tentang bidang permasalahan tertentu Aturan-aturan dan prosedur-prosedur menurut bidang permasalahan umumnya. Aturan heuristic yang harus dikerjakan dalam suatu situasi tertentu Strategi global untuk memecahkan permasalahan Pengetahuan tentang pengetahuan (meta knowledge) [SUT-11:163] [TUR05:715]. 7 b. Pakar (expert) Pakar adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan metode khusus serta mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah atau memberi nasihat. Seorang pakar harus mampu menjelaskan dan mempelajari halhal baru yang berkaitan dengan topik permasalahan, jika perlu harus mampu menyusun kembali pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dan dapat memecahkan aturan-aturan serta menentukan relevansi kepakarannya. Seorang pakar mampu melakukan kegiatan-kegiatan berikut ; Mengenali dan memformulasikan permasalahan Memecahkan permasalahan secara cepat dan tepat Menerangkan pemecahannya Belajar dari pengalaman Merestrukturisasi pengetahuan Memecahkan aturan-aturan Menentukan relevansi [SUT-11:163] [TUR-05:714]. c. Pemindahan kepakaran (transferring expertise) Tujuan dari sistem pakar adalah memindahkan kepakaran dari seorang pakar ke dalam komputer, kemudian ditransfer kepada orang lain yang bukan pakar. Proses ini melibatkan empat kegiatan, yaitu : Akusisi pengetahuan (dari pakar atau sumber lain) Representasi pengetahuan (pada komputer) Inferensi pengetahuan Pemindahan pengetahuan ke pengguna [SUT-11:164]. d. Inferensi (inferencing) Inferensi adalah sebuah prosedur (program) yang mempunyai kemampuan dalam melakukan penalaran. Inferensi ditampilkan pada suatu komponen yang disebut mesin inferensi yang mencakup prosedur-prosedur mengenai pemecahan masalah. Semua pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pakar disimpan pada basis pengetahuan oleh sistem pakar. Tugas mesin inferensi adalah mengambil kesimpulan berdasarkan basis pengetahuan yang dimilikinya [SUT-11:164]. e. Aturan-aturan (rule) 8 Kebanyakan software sistem pakar komersial adalah sistem yang berbasis rule (rule based systems), yaitu pengetahuan disimpan terutama dalam bentuk rule, sebagai prosedur-prosedur pemecahan masalah [SUT-11:165]. f. Kemampuan menjelaskan (explanation capability) Fasilitas lain dari sistem pakar adalah kemampuannya untuk menjelaskan saran atau rekomendasi yang diberikan oleh sistem pakar. Penjelasan dilakukan dalam subsistem yang disebut subsistem pejelasan (explanation). Bagian dari sistem ini memungkinkan sistem untuk memeriksa penalaran yang dibuatnya sendiri dan menjelaskan operasi-operasinya [SUT-11:165]. 2.1.4 Struktur sistem pakar Ada dua pengembangan bagian penting (development dari sistem environment) pakar, dan yaitu lingkungan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan oleh pembuat sistem pakar untuk membangun komponen-komponenya dan memasukkan pengetahuan ke dalam knowledge base (basis pengetahuan). Lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna untuk berkonsultasi sehingga pengguna mendapatkan pengetahuan dan nasihat dari sistem pakar layaknya berkonsultasi dengan sistem pakar [SUT-11:166] [TUR-05:721]. Lingkungan Konsultasi Pengguna Fakta tentang kejadian khusus Lingkungan Pengembangan Basis pengetahuan Fakta : Apa yang diketahui tentang area dominan Aturan : referensi logika (misalnya antara gejala dan penyebab) Antarmuka Pengguna Knowledge engineer Fasilitas penjelas Pengetahuan terdokumentasi Aksi yang direkomendasikan Mesin Inferensi Menarik kesimpulan - Penerjemah - Pembuat jadwal -Penguat konsisten Akuisisi pengetahuan Pengetahuan pakar Blackboard (tempat kerja) Rencana Agenda Solusi Deskripsi masalah Perbaikan pengetahuan Gambar 2.1 Struktur sistem pakar Sumber : Efraim Turban (2005:722) 9 Keterangan gambar: : Pemisah antara lingkungan konsultasi dan pengembang : Langsung : Komunikasi dua arah : Tidak langsung Keterangan : a. Basis pengetahuan (knowledge base) Setelah menerima bidang kepakaran yang telah diaplikasikan pada sistem pakar, kemudian mengumpulkan pengetahuan yang sesuai dengan domain keahlian tersebut. Pengetahuan yang dikumpulkan tersebut tidak bisa diaplikasikan begitu saja dalam sistem. Pengetahuan harus direpresentasikan dalam format tertentu dan dihimpun dalam suatu basis pengetahuan [ROH08:7]. Basis pengetahuan merupakan inti program sistem pakar [KUS-07:70]. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan yang diperlukan untuk memahami, merumuskan dan menyelesaikan malasah. Basis pengetahuan terdiri dari dua elemen dasar, yaitu : Fakta, misalnya situasi, kondisi atau permasalahan yang ada. Aturan (rule), untuk mengarahkan penggunaan pengetahuan dalam memecahkan masalah [SUT-11:168] [TUR-05:723]. Pengetahuan yang dilakukan pada sistem pakar merupakan serangkaian informasi pada domain tertentu. Noise merupakan suatu item yang tidak mempunyai maksud (interest). Noise merupakan data yang masih kabur atau tidak jelas. Data adalah item yang mempunyai makna potensial. Data diolah menjadi pengetahuan. Meta knowledge adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan keahlian [ROH-08:7]. Karakteristik pengetahuan yang diperoleh tergantung pada sifat masalah yang akan diselesaikan, tipe dan tingkat pengetahuan seorang pakar. Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural [ROH-08:7]. 10 Pengetahuan deklaratif mengacu pada fakta, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada serangkaian tindakan dan konsekuensinya. Pengetahuan deklaratif juga terlibat dalam pemecahan masalah, sedangkan pengetahuan prosedural diasosiasikan dengan bagaimana menerapkan strategi atau prosedur penggunaan pengetahuan yang tepat untuk memecahkan masalah [ROH-08:7]. Pengetahuan deklaratif menggunakan basis logika dan pendekatan relasi. Representasi logika menggunakan logika proporsional dan logika predikat. Model relasi menggunakan jaringan semantik, graf dan pohon keputusan (decision tree). Pengetahuan prosedural menggunakan algoritma sebagai prosedural pemecahan masalah [ROH-08:7]. Contoh dari beberapa representasi pengetahuan yaitu : Aturan produksi Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk pasangan kondisi-aksi. IF kondisi ini (atau premis atau enteseden) terjadi, THEN beberapa tindakan (atau hasil atau kesimpualan atau konsekuensi) akan (atau sebaiknya) tejadi. Dua tipe aturan yang umum dalam Artificial Intellegence (AI): pengetahuan dan inferensi. Aturan pengetahuan atau aturan deduktif, menyatakan semua fakta dan hubungan tentang persoalan. Aturan inferensi atau aturan prosedural, sebaliknya, menyarankan tentang bagaimana memecahkan persoalan dengan mengetahui fakta tertentu. Knowledge engineer memisahkan dua tipe aturan : aturan pengetahuan ke basis pengetahuan, sedangkan aturan inferensi menjadi bagian mesin inferensi [TUR-05:787]. Jaringan semantik Jaingan semamtik berfokus pada hubungan antara konsep yang berbeda. Jaringan semantik adalah gambaran grafis pengetahuan terdiri dari node dan link. Node merepresentasikan objek dan informasi deskriptif tentang objek [TUR-05:789]. Node diinterkoneksikan dengan link atau busur yang menunjukkan hubungan antara berbagai objek dan faktor deskriptif [TUR05:790]. Frame 11 Frame adalah struktur data yang menyertakan semua pengetahuan tentang objek tertentu [TUR-05:790]. Frame mencakup objek kompleks, seluruh situasi atau persoalan manajerial sebagai entitas tunggal. Pengetahuan dalam frame dipartisi dalam slot. Slot dapat mendeskripsikan pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prosedural. Frame mencakup dua elemen dasar : slot dan facet (subslot). Slot adalah set atribut yang mendeskripsikan objek yang direpresentasikan oleh frame. Facet mendeskripsikan beberapa pengetahuan atau informasi prosedural tentang informasi dalam slot [TUR-05:792]. Logika formal Dua bentuk dasar logika komputasi adalah logika proporsional dan logika predikat. Pada logika proporsional digunakan simbol misalnya huruf alfabet, untuk merepresentasikan proposisi, premis atau kesimpulan [TUR-05:798]. Pada logika predikat, fakta dan observasi dalam domain persoalan didefinisikan sebagai premis, yang digunakan oleh proses logika untuk mendapatkan fakta baru dan kesimpulan [TUR-05:797]. b. Mesin inferensi (inference engine) Mesin inferensi adalah sebuah program yang berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model dan fakta yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk mencapai solusi atau kesimpulan [SUT-11:168]. Secara deduktif, mesin inferensi memilih pegetahuan yang relevan dalam rangka mencapai kesimpulan. Sistem pakar ini dapat menjawab pertanyaan pemakai meskipun jawaban tersebut tidak tersimpan secara eksplisit di dalam basis pengetahuan. Mesin inferensi memulai pelacakannya dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan faktafakta yang ada [KUS-07:71]. Pada prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi pengendalian, yaitu strategi yang befungsi sebagai panduan arah dalam melakukan proses penalaran. Ada tiga teknik pengendalian yang digunakan, yaitu : Runut maju (forward chaining) 12 Forward chaining adalah teknik pencarian yang dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian mencocokan fakta-fakta tersebut dengan bagian IF dari rules IF-THEN. Jika ada fakta yang cocok dengan bagian IF, maka rule tersebut dieksekusi. Bila sebuah rule dieksekusi maka sebuah fakta baru (bagian THEN) ditambahkan ke dalam database. Setiap kali pencocokan, dimulai dari rule teratas. Setiap rule hanya boleh dieksekusi sekali saja. Proses pencocokan berhenti bila tidak ada lagi rule yang bisa dieksekusi [SUT11:171]. Pada metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan. Metode inferensi forward chaining cocok digunakan untuk menangani masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) [KUS-08:8]. Runut balik (backward chaining) Backward chaining adalah metode inferensi yang bekerja mundur ke arah kondisi awal. Proses diawali dari goal (yang berada dibagian THEN dari rule IF-THEN), kemudian pencarian mulai dijalankan untuk mencocokan apakah fakta-fakta yang ada cocok dengan premis-premis di bagian IF. Jika cocok, rule dieksekusi, kemudian hipotesis di bagian THEN ditempatkan di basis data sebagai fakta baru. Jika tidak cocok, simpan premis di bagian IF ke dalam stack sebagai subgoal. Proses berakhir jika goal ditemukan atau tidak ada rule yang bisa membuktikan kebenaran dari subgoal atau goal [SUT11:178]. Backward chaining disebut juga sebagai goal-driven reasoning, merupakan cara yang efisien untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai pemilihan terstruktur. Tujuan inferensi adalah mengambil pilihan terbaik dari banyak kemungkinan. Metode inferensi backward chaining ini cocok digunakan untuk memecahkan masalah diagnosis [KUS-08:11]. Metode gabungan Selain menggunkan metode runut maju dan runut balik, sebuah aplikasi sistem pakar juga bisa menggunakan gabungan dari kedua metode tersebut [KUS-08:12] [SUT-11:168]. c. Antarmuka pemakai (user interface) 13 Digunakan sebagai media komunikasi antara pengguna dan sistem pakar. Komunikasi ini paling bagus bila disajikan dalam bahasa alami (natural language) dan dilengkapi dengan grafik, menu dan formulir elektronik. Pada bagian ini akan terjadi dialog antara sistem pakar dan pengguna [SUT-11:168] [TUR-05:723]. d. Akusisi pengetahuan Subsistem ini digunakan untuk memasukkan pengetahuan dari seorang pakar dengan cara merekayasa pengetahuan agar bisa diproses oleh komputer dan menaruhnya ke dalam basis pengetahuan dengan format tertentu (dalam bentuk representasi pengetahuan). Sumber-sumber pengetahuan bisa diperoleh dari pakar, buku, dokumen multimedia, basis data, laporan riset khusus, dan informasi yang terdapat di web [SUT-11:167]. Saat membangun sistem besar, seseorang memerlukan knowledge engineer atau pakar elisitasi pengetahuan (pemodelan pengetahuan) untuk berinteraksi dengan satu atau lebih pakar manusia dalam membangun basis pengetahuan. Knowledge engineer membantu pakar menyusun area persoalan dengan menginterpretasikan dan mengintegrasikan jawaban manusia, menyusun analogi, mengajukan contoh pembanding dan menjelaskan kesulitan konseptual [TUR-05:723]. Elisitasi pengetahuan dari pakar dapat dilihat sebagai proses pemodelan pengetahuan dan dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer [TUR-05:760]. Metode elisitasi pengetahuan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu : Metode manual Metode manual pada dasarnya terdiri dari beberapa jenis wawancara. Knowledge engineer mendapatkan pengetahuan dari pakar atau sumber lain dan kemudian mengodekannya ke dalam basis pengetahuan. Tiga metode manual utama adalah wawancara (terstruktur, semiterstruktur, tidak terstruktur), memantau proses pertimbangan dan mengamati [TUR05:761]. Metode semiotomatis 14 Metode semiotomatis dibagi ke dalam dua kategori: yang bertujuan mendukung pakar dengan memungkinkan mereka membangun basis pengetahuan dengan sedikit atau tanpa bantuan dari knowledge engineer dan yang ditujukan untuk membantu knowledge engineer dengan memungkinkan mereka mengeksekusi tugas yang diperlukan secara lebih efisien atau efektif [TUR-05:761]. Metode otomatis Pada metode diminimalisasi otomatis atau peranan bahkan pakar dan dieleminasi. knowledge Istilah engineer “otomatis” mengindikasikan bahwa jika dibandingkan dengan metode lain, maka kontribusi dari knowledge engineer dan pakar relatif kecil [TUR-05:762]. e. Daerah kerja (blackboard) Untuk merekam hasil sementara yang akan dijadikan sebagai keputusan dan untuk menjelaskan sebuah masalah yang sedang terjadi, sistem pakar membutuhkan blackboard, yaitu area pada memori yang berfungsi sebagai basis data. Tiga tipe keputusan yang dapat direkam pada blackboard yaitu : Rencana : bagaimana menghadapi masalah Agenda : aksi-aksi potensial yang sedang menunggu untuk dieksekusi Solusi : calon aksi yang akan dibangkitkan [SUT-11:168] f. Subsistem penjelas (explanation subsystem / justifier) Subsistem penjelas berfungsi memberi penjelasan kepada pengguna, bagaimana suatu kesimpulan dapat diambil. Kemampuan seperti ini sangat penting bagi pengguna untuk mengetahui proses pemindahan keahlian pakar maupun dalam pemecahan masalah [SUT-11:169]. g. Sistem perbaikan pengetahuan (knowledge refining system) Kemampuan memperbaiki pengetahuan (knowledge refining system) dari seorang pakar diperlukan untuk menganalisis pengetahuan belajar dari kesalahan masa lalu, kemudian memperbaiki pengetahuannya sehingga dapat digunakan di masa mendatang. Kemampuan evaluasi diri seperti itu diperlukan oleh program agar dapat menganalisis alasan-alasan kesuksesan 15 dan kegagalannya dalam mengambil kesimpulan. Cara ini dapat menghasilkan basis pengetahuan yang lebih baik dan penalaran yang lebih efektif [SUT11:169] [TUR-05:724]. h. Pengguna (user) Pada umumnya pengguna sistem pakar bukanlah seorang pakar (nonexpert) yang membutuhkan solusi, saran atau pelatihan (training) dari berbagai permasalahan yang ada [SUT-11:169]. Berikut ini adalah tim pengembangan sistem pakar : Project Manager Domain Expert Knowledge Engineer Programmer Sistem Pakar End User Gambar 2.2 Tim pengembang sistem pakar Sumber : T. Sutojo, Edi Mulyanto dan Vincent Suhartono (2011: 169) Tim pengembangan sistem pakar terdiri dari : a. Domain expert adalah pengetahuan dan kemampuan seorang pakar untuk menyelesaikan masalah terbatas pada keahliannya saja. b. Knowledge engineer (perekayasa pengetahuan) adalah orang yang mampu mendesain, membangun dan menguji sebuah sistem pakar. c. Programmer adalah orang yang membuat program sistem pakar, mengode domain pengetahuan agar dapat dimengerti oleh komputer. d. Project manager adalah pemimpin dalam tim pengembangan sistem pakar. e. End user (biasanya disebut user saja) adalah orang yang mengggunakan sistem pakar [SUT-11:170]. 16 Seorang pakar mempunyai pengetahuan tentang masalah yang khusus. Pada hal ini disebut domain knowledge. Penggunaan kata “domain” untuk memberikan penekanan pengetahuan pada problem yang spesifik. Pakar menyimpan domain knowledge pada Long Term Memory (LTM) atau ingatan jangka panjangnya [ROH-08:5]. Ingatan Jangka Panjang Bidang Pengetahuan Proses Saran Pemecahan masalah Ingatan Jangka Pendek Kaidah dan Fakta Gambar 2.3 Pemecahan masalah pada pakar Sumber : Feri Fahrur Rohman dan Ami Fauzijah (2008:5) Ketika pakar akan memberikan nasihat atau solusi kepada seseorang, pakar terlebih dahulu menentukan fakta-fakta dan menyimpannya ke dalam Short Term Memory (STM) atau ingatan jangka pendek. Kemudian pakar memberikan solusi tentang masalah tersebut dengan mengkombinasikan fakta-fakta pada STM dengan pengetahuan LTM. Dengan menggunakan proses ini pakar mendapatkan informasi baru dan sampai pada kesimpulan masalah. Gambar 2.3 menunjukan berkas diagram pemecahan masalah dengan pendekatan yang digunakan pakar [ROH-08:5]. Kumpulan Pengetahuan Bidang Pengetahuan Mesin Inferensi Pemakai Pemecahan masalah Memori Bekerja Kaidah dan Fakta Gambar 2.4 Struktur pemecahan masalah pada sistem pakar Sumber : Feri Fahrur Rohman dan Ami Fauzijah (2008:5) Sistem pakar dapat memecahkan masalah menggunakan proses yang sama dengan metode yang digunakan oleh pakar, struktur yang digunakan ditunjukan pada gambar 2.4 [ROH-08:6]. Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya 17 bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubstitusikan pengetahuan manusia ke dalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak [ROH-08:4]. 2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang dapat ditetapkan maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria yang tunggal. Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Kelebihan Analitycal Hierarchy Process (AHP) Struktur yang berhirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria yang paling dalam memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan, memperhitugkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan. 18 Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif Prinsip Dasar Pemikiran AHP Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Prinsip Menyusun Hirarki Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan persoalan menjadi unsurunsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperincikan pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis. Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala subyektif. 2.3 Bakat dan Minat Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Kemampuan potensial itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Pada perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai 19 kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Itulah yang kemudian disebut sebagai bakat khusus (specific aptitude) atau talenta (talent) yang oleh sejumlah pakar tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pembawaan sejak lahir [ALI-09: 134]. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian hilang. Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, “anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras”. Anak yang mempunyai bakat biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya [ACA-10]. Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu: 1. Melihat tingkah laku anak 2. Mengikuti perkembangan anak dengan cermat. 3. Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak 4. Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak [ACA-10]. Pada banyak kasus, bakat mempengaruhi hasil belajar. Apabila pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, hasil belajarnya akan lebih baik. Proses pendidikan sudah semestinya memperhatikan bakat-bakat khusus yang ada pada diri peserta didik untuk menemukan dan menumbuhkembangkan bakat peserta didik. Pelaksanaan pendidikan yang memperhatikan bakat akan memperoleh hasil yang lebih optimal [ALI-09:134]. Tes bakat dapat digunakan secara efektif untuk menentukan potensi seseorang dalam belajar keterampilan yang diperlukan guna suatu karier tertentu, terutama apabila mengambil pelatihan tertentu. Tes bakat menyoroti kemungkinan pilihan bidang studi yang sesuai, bila diinterpretasikan dengan teliti, maka skor tes bakat akan sangat reliable dan valid [SUK-02:2]. Tes bakat terdiri dari : a. Penalaran verbal (verbal reasoning) 20 Tes penalaran verbal menyajikan suatu pasangan kata dan mengarahkan untuk menyeleksi pasangan kata lain yang ada kaitannya. Pada tes ini lebih menekankan hubungan di antara kata-kata daripada dengan simbol-simbol [SUK02:6]. Pertanyaan analogis dalam subtes ini mengungkap tentang kemampuan kosakata dan kemampuan menalar, sehingga bagian ini merupakan komponen penting pada beberapa tes inteligensi umum dan kemampuan verbal. Kemampuan dalam bagian ini penting dalam bermacam-macam bidang studi yang memerlukan pengambilan keputusan dan kemampuan menalar. Analogis adalah suatu proporsi verbal yang disajikan dalam bentuk A dihubungkan dengan B, maka C dihubungkan dengan D. (… dihubungkan dengan B, maka C dihubungkan dengan ….) [SUK-02:7]. b. Kemampuan angka (numerical ability) Bagian tes kemampuan angka akan mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk angka-angka dan bagaimana jelasnya seseorang dapat berpikir dan menalar angka-angka. Kemampuan angka khususnya, penting dalam mata pelajaran di sekolah atau perguruan tinggi seperti matematika, fisika dan kimia [SUK-02:16]. Orang-orang yang dapat mengerjakan subtes ini dengan baik, juga memungkinkan memiliki kecenderungan dapat mengerjakan dengan baik perhitungan dan pengukuran yang bersifat umum di kantor-kantor perdagangan, pabrik-pabrik, perusahaan atau perbankan. Skor-skor dalam kemampuan angka ini menafsirkan cukup luas keberhasilan sesorang pada hampir semua mata pelajaran di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Kemampuan angka merupakan suatu unsur dari semua kemampuan untuk menguasai tugas-tugas akademis [SUK02:16]. c. Penalaran abstrak (abstract reasoning) Tes penalaran abstrak dalam hal tes analogis simbol-simbol dimaksudkan sebagai instrument non-verbal yang mengungkap kemampuan penalaran. Rangkaian dalam soal tes ini disajikan dalam masing-masing persoalan yang memerlukan persepsi pengoperasian prinsip dalam mengubah diagram-diagram [SUK-02:33]. 21 Tes penalaran abstrak yang dalam hal tes analogis simbol-simbol akan dapat mengungkapkan bagaimana baiknya dalam memahami ide-ide yang dinyatakan dengan kata-kata atau angka-angka, dan bagaimana baiknya dapat memikirkan masalah-masalah sekalipun tanpa petunjuk yang berbentuk kata-kata. Tes analogis menggunakan diagram-diagram untuk mengungkap bagaimana seseorang dapat menalar dengan mudah dan jelas bila masalah yang diajukan dengan ukuran, bentuk, potongan, posisi, jumlah atau bentuk-bentuk non-verbal dan non-angka lainnya [SUK-02:33]. d. Kecepatan dan ketelitian klerikal (clerical speed and accuracy) Pertanyaan dalam tes kecepatan dan ketelitian klerikal berkaitan dengan pekerjaan administrasi dan ketatausahaan. Subtes ini mengungkap kemampuan dalam menyusun dan menyusun kembali angka-angka, huruf-huruf, atau kodekode secara mental. Tes kecepatan dan ketelitian yang berhubungan dengan administrasi dan ketatausahaan (klerikal) dimaksud untuk mengungkap kecepatan memberikan jawaban terhadap suatu tugas yang sederhana [SUK-02:41]. Tes kecepatan dan ketelitian klerikal juga mengungkap bagaimana baiknya dan cepatnya seseorang mengerjakan pembuatan kertas kerja yang penting untuk di kantor-kantor, laboratorium sains, toko-toko, gudang-gudang dan percetakan [SUK-02:41]. e. Penalaran mekanikal (mechanical reasoning) Pertanyaan pada tes penalaran mekanikal dirancang untuk mengungkap bakat mekanikal dan perasaan yang melekat berkenaan dengan peralatan, perlengkapan dan mesin-mesin. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya sangat sederhana dan sering ditemui dalam mesin-mesin dan peralatan tertentu [SUK-02:49]. Subtes penalaran mekanikal digunakan untuk mengungkap bagaimana mudahnya dalam menangkap prinsip-prinsip umum fisika pada saat Anda melihatnya dalam kejadian sehari-hari dan bagaimana baiknya pemahaman akan hukum-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin dan gerakan-gerakan yang sederhana. Apabila soal tes ini dapat dikerjakan dengan baik, maka menunjukkan kecenderungan untuk mencari dan menemukan bagaimana bekerjanya, dan 22 mampu mengkonstruksi, mengoperasikan atau memperbaiki perlengkapan atau alat-alat yang cukup rumit [SU-02:49]. f. Penggunaan bahasa : mengeja dan tata bahasa Tes penggunaan bahasa : mengeja dan tata bahasa dapat mengungkap bagaimana baiknya seseorang menggunakan Bahasa Indonesia, bagaimana kompetensi seseorang dalam mengeja, memberikan tanda-tanda baca, huruf besar dan pemilihan kata. Tes penggunaan bahasa terdiri dari dua bagian yaitu mengeja dan tata bahasa. Subtes mengeja mengungkap bagaimana baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam Bahasa Indonesia. Subtes tata bahasa mengungkap bagaimana baiknya seseorang dapat mengenal kesalahan-kesalahan tata bahasa, tanda baca dan pemakaian kata-kata dalam kalimat-kalimat yang mudah [SUK-02:67]. Beberapa bidang karier seperti pengarang dan pengajar menuntut kompetensi bahasa yang tinggi. Semua karier yang memerlukan tingkatan pendidikan memerlukan keterampilan berbahasa yang baik, begitu juga pada hampir semua kantor dan tugas-tugas kepemimpinan dalam usaha, jasa dan perindustrian [SUK-02:67]. Selain bakat, anak juga mempunyai minat terhadap bidang yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut [ACA-10]. Minat adalah keinginan atau kemauan yang menetap dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada sesuatu hal tertentu dan merasa senang berada dalam bidang studi tersebut. Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatiannya terhadap sesuatu [HUT-09:28]. Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Pada minat terkandung beberapa unsur-unsur sebagai berikut: a. Adanya sesuatu yang memberi stimulus, b. Adanya kesediaan jiwa yang menerima stimulus, c. Berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama [HUT-09:33]. Kuisioner minat berfungsi sebagaimana layaknya tes kepribadian. Kuisioner minat dapat berupa keinginan untuk mencari suatu bentuk pekerjaan 23 yang bersifat ekspresif yang memungkinkan untuk kreatif [BAR-04:16]. Kuisioner minat akan mengarahkan menuju karier yang sesuai dengan minat. Kuisioner minat meskipun tampak sederhana dan mudah dimanipulasi, seseungguhnya merupakan instrument yang rumit jika diterapkan dengan sungguh-sungguh. Kuisioner minat dapat dimanfaatkan untuk mengetahui karier yang mungkin dan tidak mungkin dipilih [BAR-04:17]. Kuisioner minat menggunakan pilihan wajib sehingga pengguna dipaksa memilih beberapa jenis pekerjaan daripada pekerjaan lain [BAR-04:17]. Kuisioner minat terdiri atas beberapa jenis pekerjaan yang dilengkapi dengan deskripsi aktivitas kerja masing-masing. Jenis-jenis pekerjaan dalam kuisioner didesain untuk menentukan pekerjaan yang sesuai berdasarkan kemampuan[BAR-04:18]. Kuisioner minat terdiri dari : a. Bagian 1 : Bagian pertama meminta untuk memilih satu diantara dua jenis pekerjaan. Tujuannya ialah mengetahui jenis pekerjaan yang paling menarik [BAR-04:18]. b. Bagian 2 : Pada bagian kedua meminta memilih satu diantara dua kegiatan [BAR-04:21]. Bidang minat kerja membentuk suatu skema yang diperoleh dari tiga area yang bersifat lebih mendasar, yaitu : seni, sains dan ilmu sosial. Ketujuh bidang minat kerja saling mempengaruh sehingga bidang-bidang tersebut saling terkait secara logis [BAR-04:26]. Tabel 2.1 Skema bidang minat kerja Seni Minat Utama Minat Gabungan Minat Campuran sosial sosial dan bahasa sosial dan seni bahasa bahasa dan seni sosial dan fisik seni seni dan fisik sosial dan eksperimen bahasa dan fisik seni dan eksperimen Sains fisik fisik dan eksperimen fisik dan organisasi 24 eksperimen eksperimen dan fisik dan bisnis organisasi eksperimen dan bisnis eksperimen dan bahasa Ilmu Sosial organisasi organisasi dan bisnis organisasi dan sosial bisnis bisnis dan sosial organisasi dan bahasa sosial organisasi dan seni bisnis dan bahasa bisnis dan seni Sumber : Jim Barret (2004:27) Tujuh bidang minat kerja terdiri dari : a. Bahasa Karir apapun akan selalu menggunakan bahasa. Keinginan seseorang pada bahasa adalah menggunakan bahasa secara kreatif atau menekuni karir yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi [BAR-04:29]. b. Seni Ketertarikan pada bidang seni hampir pasti menunjukkan bahwa seseorang ingin menggunakan imajinasi dan mengekspresikan diri melalui seni, musik atau tari. Secara lebih mendalam dapat dikatakan bahwa meskipun seseorang secara artistik tidak berbakat, namun menginginkan sebuah karir yang memberinya kebebasan dan kesempatan untuk menggunakan intuisi [BAR-04:29]. c. Fisik Bidang minat kerja fisik meliputi pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk aktif secara fisik, seperti pekerjaan yang berkaitan dengan olahraga atau bekerja di luar ruangan. Pada pekerjaan bidang fisik , diperlukan kecakapan yang bersifat visual dan mekanis. Seseorang yang memiliki minat pada bidang fisik, menggunakan pengalaman dan akal untuk memahami dan berinteraksi dengan lingkungan. Peminat bidang fisik berkeinginan untuk bekerja sendiri dan siap untuk melakukan pekerjaan kasar dan kadang berbahaya [BAR-04:30]. 25 d. Eksperimen Minat pada bidang eksperimen terletak pada kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan teknik menganalisis hasil. Minat eksperimen cocok dengan bidang sains karena seseorang akan menikmati kegiatan mengobservasi, mencatat dan membuat simpulan. Karir pada bidang eksperimen membutuhkan kebiasaan belajar dan bekerja secara tepat. Meskipun sains tampak sangat bergantung pada peralatan, bidang eksperimen tetap membutuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme yang dimiliki oleh manusia [BAR-04:32]. e. Organisasi Minat organisasi berkaitan dengan administrasi yang menyangkut masalah finansial dan hukum. Topik bidang organisasi berkaitan dengan upaya untuk memastikan agar pengambilan keputusan dilakukan dengan bijaksana, sehingga perlu dikoordinasikan dengan kinerja orang lain [BAR-04:32]. f. Bisnis Seseorang yang memiliki minat di bidang bisnis akan termotivasi oleh peluang untuk mendapatkan nafkah dengan caranya sendiri. Orang yang paling berhasil di bidang bisnis mengelola bisnisnya seolah-olah usaha itu merupakan milik mereka pribadi. Pada karir ini diharapkan seseorang memiliki semangat dan keteguhan pribadi yang prima. Daya tarik utama bidang bisnis adalah kesempatan yang terbuka bagi siapa saja tanpa memperhitungkan kualifikasi seseorang [BAR04:33]. g. Sosial Seseorang yang memiliki minat di bidang sosial mengungkapkan seberapa siap seseorang dalam membantu orang lain agar berkembang. Karier semacam ini tidak mudah dan menuntut kebesaran hati seseorang. Keberhasilan dalam karir sosial bergantung pada penilaian individual [BAR-04:34]. 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas metode yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari studi pustaka, metode pengambilan data, metode perancangan, metode implementasi, metode pengujian dan analisis serta pengambilan kesimpulan dan saran. Berikut adalah diagram alir dari metodologi penelitian yang dilakukan : Mulai Studi Pustaka Analisis Kebutuhan Perancangan Implementasi Pengujian Pengambilan Keputusan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 27 3.1 Studi pustaka Literatur yang digunakan mengacu pada sumber dari buku dan internet. Mempelajari pustaka terkait dengan : Sistem pakar Multi Criteria Decision Making (MCDM) Metode AHP Bakat dan minat 3.2 Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan untuk mendapatkan semua kebutuhan dalam membangun sistem pakar untuk pemilihan bidang studi. Metode analisis yang digunakan adalah Object Oriented Analysis dengan menggunakan bahasa pemodelan UML (Unified Modeling Language). Diagram Use Case digunakan untuk mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan dan fungsionalitas sistem dari perspektif end-user. Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi semua kebutuhan (requirements) sistem. Sumber data yang digunakan berasal dari data tes bakat dan minat dari siswa dan nilai akademik dari siswa pada saat SMA kelas X. Penyusunan soal tes bakat dan minat yang digunakan bersumber dari buku dengan pengarahan dari pakar psikologi sehingga dapat disesuaikan antara pertanyaan dengan rekomendasi bidang studi yang diberikan. Pengambilan data tes bakat dan minat serta nilai akademik ini dilakukan melalui kuisioner yang diberikan pada siswa SMA. Pada tahap ini juga dilakukan wawancara dengan pakar untuk menentukan nilai bobot pada masing-masing kriteria yang digunakan dalam perhitungan metode AHP. 3.3 Perancangan umum Perancangan aplikasi dilakukan setelah semua kebutuhan sistem didapatkan melalui tahap analisis kebutuhan. Perancangan aplikasi berdasarkan Object Oriented Analysis dan Object Oriented Design yaitu menggunakan 28 pemodelan UML (Unified Modeling Language). Sistem pakar memilih bidang studi ini dibentuk dengan blok diagram seperti gambar dibawah ini : Lingkungan Konsultasi Siswa Fakta tentang kejadian khusus yaitu bakat dan minat Lingkungan Pengembangan BASIS PENGETAHUAN Fakta : tes bakat, minat Aturan : metode AHP yang memadukan hasil dari tes bakat, minat dan kemampuan akademik Antarmuka Pengguna Knowledge engineer Fasilitas penjelas tentang alasan rekomendasi bidang studi yang diberikan Pengetahuan terdokumentasi Jurusan yang direkomendasikan Akuisisi pengetahuan tentang bakat, minat dan bidang studi Pengetahuan pakar psikolog Mesin Inferensi Menarik kesimpulan Blackboard (tempat kerja) Agenda Solusi Deskripsi masalah Perbaikan pengetahuan Gambar 3.2 Diagram blok sistem pakar pemilihan bidang studi. Sumber : Perancangan Proses yang dapat dijelaskan dari diagram alir di atas yakni, pertama siswa akan mendapatkan pertanyaan untuk mengetahui bakat dan minatnya, serta siswa akan menginputkan nilai akademiknya. Selanjutnya jawaban serta nilai akademik dari siswa tersebut, akan menentukan rekomendasi bidang studi yang diberikan. Proses interaksi user dengan sistem dilakukan melalui antarmuka pengguna. Pada antarmuka juga dilengkapi dengan fasilitas penjelas yang memberikan penjelasan bagaimana hasil kesimpulan diperoleh sehingga dapat meyakinkan pengguna. Kesimpulan yang diperoleh dari tes yang diberikan berupa rekomendasi bidang studi yang sesuai dengan bakat dan minat siswa serta disesuaikan dengan nilai akademik siswa tersebut. Pakar mengambil peranan sangat aktif dalam pembuatan basis pengetahuan. Tempat kerja disediakan bagi pakar untuk membantu memberikan solusi bagi permasalahan saat sistem dijalankan dan menyedikan fasilitas untuk 29 menulis agenda dan deskripsi terhadap permasalahan khusus yang belum diprediksi. Knowledge engineer bertanggung jawab membuat kesan yang tepat, secara positif mengomunikasikan informasi tentang proyek, memahami tipe pakar, mempersiapkan sesi, dan seterusnya [TUR-05:759]. Metode akuisisi pengetahuan yang digunakan adalah metode manual, yang terdiri dari: a. Metode wawancara terstuktur Teknik wawancara melibatkan dialog langsung antara pakar dan knowledge engineer. Informasi dikumpulkan dengan bantuan instrument konvensional (misalnya tape recorder atau kuisioner) dan selanjutnya ditranskip, dianalisis dan dikodekan [TUR-05:762]. Metode wawancara terstruktur adalah proses berorientasi tujuan yang sistematik. Proses berorientasi tujuan menekankan komunikasi terorganisasi antara knowledge engineer dan pakar. Struktur sistematik mengurangi persoalan interpretasi yang inheren dan memungkinkan knowledge engineer mencegah distorsi yang disebabkan oleh subjektivitas pakar domain [TUR-05:765]. b. Metode analisis kasus Pada metode analisis kasus, pakar ditanya bagaimana mereka menangani kasus khusus di masa sebelumnya. biasanya metode ini melibatkan analisis dokumentasi [TUR-05:768]. Pada basis pengetahuan sistem pakar ini, berisi pengetahuan setara pakar yang telah diisi oleh knowedge engineer. Basis pengetahuan berisi fakta yang berhubungan dengan bakat dan minat serta aturan yang berhubungan dengan metode AHP. Representasi yang digunakan yaitu aturan produksi, karena pada basis pengetahuan digunakan aturan pengetahuan sedangkan pada mesin inferensi dapat digunakan aturan inferensi dengan menerapkan metode AHP. Konsep pengetahuan yang dibangun digambarkan pada gambar 3.3 berikut. 30 REKOMENDASI BIDANG STUDI TES MINAT TES BAKAT NILAI AKADEMIK PENALARAN VERBAL AKTIVITAS PEKERJAAN BAHASA LOGIKA SAINS PRAKTE K SOSIAL B.INDONESIA TIK BIOLOGI SENI BUDAYA SEJARAH KEMAMPUAN ANGKA BAHASA PENALARAN ABSTRAK B.INGGRIS MATEMATIKA KIMIA PENJASKES GEOGRAFI SENI FISIK EKSPERIMEN KECEPATAN DAN KETELITIAN KLERIKAL B.JERMAN FISIKA PENALARAN MEKANIKAL BISNIS SOSIOLOGI PKN ORGANISASI SOSIAL EKONOMI PENGGUNAAN BAHASA: MENGEJA PENGGUNAAN BAHASA: TATA BAHASA Gambar 3.3 Konsep pengetahuan sistem pakar pemilihan bidang studi Sumber : perancangan Basis pengetahuan berinteraksi dua arah dengan mesin inferensi dimana pada mesin inferensi ini sendiri dilakukan proses pengambilan kesimpulan. Metode penalaran yang dilakukan adalah forward chaining, yaitu berjalan dari fakta menuju kesimpulan. Pada sistem ini dilakukan update pengetahuan dan perbaikan secara teratur sehingga informasi yang diberikan tetap valid. Diagram alir sistem pakar pemilihan bidang studi ditunjukkan pada lampiran 1. 3.4 Implementasi Implementasi aplikasi dilakukan dengan mengacu kepada perancangan aplikasi. Implementasi perangkat lunak dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman berorientasi objek yaitu menggunakan bahasa pemrograman Java dengan software netbeans 6.7.1. Pada pembuatan database sistem pakar, digunakan Database Management System (DBMS) MySQL dengan software XAMPP 1.7.7. 3.5 Pengujian Melakukan pengujian berdasarkan implementasi yang telah dibuat melalui perhitungan akurasi efektifitas penggunaan sistem pakar bila dibandingkan 31 dengan sistem manual. Parameter yang digunakan meliputi: hasil tes bakat dan minat serta nilai akademik dari siswa. 3.6 Kesimpulan dan saran Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah dilakukan proses pengujian sistem pakar sehingga dapat diketahui efektifitas kinerja sistem pakar. Tahap terakhir yaitu penulisan saran yang dapat membantu dalam pengembangan sistem pakar selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang akurat dan efektif. 32 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini membahas analisis kebutuhan dan perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan SMA Menggunakan metode AHP untuk membantu pihak sekolah memproleh hasil yang lebih akurat. Perancangan ini meliputi 2 tahap yaitu proses analisis kebutuhan perangkat lunak dan perancangan sistem pendukung keputusan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Tahap analisis kebutuhan perangkat lunak terdiri dari identifikasi aktor, daftar kebutuhan sistem, dan use case diagram. Tahap perancangan sistem pendukung keputusan terdiri dari Langkah metode AHP, hasil keputusan metode AHP dan user interface. Gambar 4.1 Susunan Rancangan 4.1 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak Beberapa fungsi perangkat lunak yang dibutuhkan oleh perangkat lunak terdiri dari identifikasi aktor, daftar kebutuhan sistem dan use case diagram sistem. 4.1.1 Identifikasi Aktor Didalam sistem ini terdapat 1 aktor yang berperan dalam sistem, yaitu User 33 User Aktor yang merupakan pengguna yang menginputkan data dan dapat mengakses fitur : Tambah matrik perbandingan kriteria, Melihat hasil keputusan dan Tambah matrik perbandingan alternatif. Table 4.1 Deskripsi Aktor Aktor Deskripsi Aktor User Pada program ini user merupakan pengguna yang menginputkan data dan dapat mengakses fitur : Tambah matrik perbandingan kriteria, Melihat hasil keputusan dan Tambah matrik perbandingan alternatif. 4.1.2 Daftar Kebutuhan Sistem Daftar kebutuhan ini menjelaskan tentang kebutuhan user yang harus di sediakan oleh system. Dari setiap kolom yang terdapat pada tabel di bawah ini menampilkan nama masing-masing use case dan menunjukan masing-masing kebutuhan yang di perlukan. Daftar kebutuhan sistem dapat dilihat pada Tabel 4.2 Daftar Kebutuhan Sistem Kebutuhan Aktor Nama Use Case Sistem harus menyediakan antar User Tambah matrik muka untuk memasukkan inputan perbandingan user berupa matrik perbandingan kriteria kriteria sehingga memproses dan sistem bisa menampilkan hasil keputusan. 34 Sistem harus menyediakan antar User Melihat hasil muka untuk menampilkan hasil keputusan keputusan untuk di lihat oleh user. Sistem harus menyediakan antar User Tambah matrik muka untuk memasukkan inputan perbandingan user berupa matrik perbandingan alternatif alternatif sehingga sistem bisa memproses dan menampilkan hasil keputusan. 4.1.2.1 Kebutuhan Fungsional Dalam sistem ini terdapat beberapa kebutuhan fungsioanal yang melengkapi fitur-fitur dalam sistem. Berikut adalah kebutuhan fungsional dalam sistem : Akses sistem untuk tambah matrik perbandingan kriteria menyediakan fasilitas: Memasukkan data Nama siswa Memasukkan data Nomer induk Memasukkan data tempat lahir Memasukkan data Tanggal lahir Memasukkan data Alamat Memilih salah satu (bakat, minat, nilai akademik) Akses sistem untuk penyelesaian masalah menggunakan AHP terdapat 4 prinsip dasar yang menyediakan fasilitas: Dekomposisi Penilian Komparasi (Comparative Judgement) Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority) Konsistensi Logis (Logical Consistency) 35 4.1.2.2 Kebutuhan Non-Fungsional Sistem dapat menyimpan data siswa dan hasil yang di diperoleh siswa secara aman tanpa perlu takut data tersebut dapat diketahui oleh orang lain. Orang yang memiliki hak akses terhadap sistem hanya petugas sekolah (admin), sistem ini di lengkapi dengan tampilan yang menarik dan mudah di akses sehingga siswa tidak perlu bingung saat menggunakan. 4.1.3 Use Case Diagram Diagram usecase merupakan salah satu model UML yang digunakan untuk mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan dan fungsionalitas dari sebuah sistem dari prespektif end user dan menunjukkan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh user memasukkan nilai psikotest Admin/TU memasukkan nilai akademik Login melihat nilai akademik <<include>> <<include>> melihat nilai psikotest <<include>> isi kuis keminatan User <<include>> Melihat nilai kuis keminatan <<include>> melihat hasil keputusan Gambar 4.2 usecase system 36 4.1.4 Skenario Use case Dalam use case pada gambar 4.2 diatas diketahui bahwa user dapat mengisi kuis keminatan. Setelah itu sistem menerima data masukan user kemudian mengolahnya dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), setelah itu user dapat melihat hasil keputusan yang di tampilkan . User dapat melakukan proses menginputkan data dimana data yang dimasukkan yaitu berupa : mengisi kuis keminatan. Dan user juga dapat melihat : melihat nilai akademik, melihat nilai psikotes, melihat nilai kuis keminatan, melihat hasil keputusan. Admin atau petugas tata usaha melakukan proses penginputan data dimana data yang dimasukkan yaitu berupa : memasukkan nilai akademik dan memasukkan nilai psikotes Tabel 4.3 Skenario Usecase Usecase Input data User User Tujuan Inputan data yang dimasukkan user ini akan digunakan untuk mendapatkan nilai dari perhitungan yang dilakukan Deskripsi Usecase ini menjelaskan bagaimana proses user memasukkan inputan data. Kondisi awal Akan ditampilkan beberapa soal pilihan ganda yang digunakan user untuk menginputkan jawaban Kondisi akhir Input dari user akan digunakan untuk menentukan hasil Scenario : mengisi kuis keminatan Aksi dari user Tanggapan dari system 1. User mengisikan jawaban kuis Sistem menghitung hasil dari kuis 37 keminatan keminatan user Usecase Input data Admin Admin Tujuan Inputan data yang dimasukkan admin ini akan digunakan untuk menampilkan nilai akademik dan nilai psikotes yang dilihat oleh user. Deskripsi Usecase ini menjelaskan bagaimana proses admin memasukkan data kedalam database. Kondisi awal Database dalam keadaan kosong Kondisi akhir Database akan terisi dengan data siswa yang telah diinputkan oleh admin Scenario : memasukkan nilai akademik Aksi dari admin Tanggapan dari system Admin memasukkan inputan data Sistem menyimpan kedalam data base berupa nilai akademik Scenario : memasukkan nilai psikotes Aksi dari admin Tanggapan dari system Admin memasukkan inputan data Sistem menyimpan kedalam data base berupa nilai psikotes 38 4.2 Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Tahap perancangan sistem pendukung keputusan penjurusan SMA menggunakan metode AHP terdiri dari : Hsil keputusan menggunakan AHP, Metode yang digunakan dalam AHP dan User interface. 4.2.1 Hasil keputusan menggunakan AHP Pada tampilan user interface sistem ini akan menampilkan hasil kriteria dari inputan yang telah di masukkan oleh user, data yang diolah dan memproleh hasil kriteria yang sesuai dengan siswa. 4.2.2 Metode yang di gunakan dalam AHP Dalam sistem manajemen model ini akan dibahas mengenai langkahlangkah yang digunakan dalam metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Berikut langkah-langkahnya : Dekomposisi Setelah mengartikan masalah yang ada, maka dapat dilakukan dekomposisi, adalah: menguraikan unsur-unsur yang ada dalam masalah tersebut. Hal ini dapat dilakukan sampai menemukan penyelesaian masalah.Sehingga proses analisa ini diberi nama hierarki (hierarchy). Penilian Komparasi (Comparative Judgement) Pada tingkatan tertentu terdapat hubungan dengan tingkatan di atasnya pedoman ini dapat menghasilkan penilian tentang relative dua elemen. Hasil penilian tersebut dapat ditampilkan dengan cara perbandingan yang berpasangan dan menghasilkan suatu matriks. (Pairwise Comparasion). Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority) Setiap matriks pairwise comparison dapat menghasilkan prioritas lokal. Sebab dalam setiap tingkatan memiliki matriks pairwise comparison, sehingga dalam penentuan prioritas global dapat melakukan sintesis di setiap prioritas lokal. Menurut suatu hierarki persyratan melakukan sintesis tidak sama.Dalam berbagai masalah, Suatu cara menujukan pendapat adalah dengan skala terbaik yaitu skala 1 sampai 9. 39 Konsistensi Logis (Logical Consistency) Konsistensi mempunyai dua arti. Pertama ialah suatu Suatu Evevansi dan kesamaan dapat disatukan dan menghasilkaan suatu objek yang sama. Kedua ialah Suatu persyarat tertentu yang memiliki dasar tingkat hubungan sesama objek. 4.2.3 User Interface Pada sistem ini user menginputkan data dirinya secara lengkap sesuai dengan data yang diminta oleh sistem. Sistem akan memproses data inputan dan menampilkan hasil kriteria penjurusan yang sesuai dengan keminatan siswa. a. Input Data Halaman ini menampilkan inputan apa saja yang harus di masukkan oleh user untuk melakukan percobaan penjurusan sma Gambar 4.3 tampilan awal pada web site penjurusan sma 40 Pada tampilan awal halaman web site ini terdapat menu login yang wajib di isi oleh siswa yang akan melakukan percobaan penjurusan sma, dalam menu login ini siswa harus mengisikan nomer induk siswa dan password yang telah diperoleh. Gambar 4.4 tampilan setelah login Pada halaman web site di atas adalah utama halaman web site ini disini siswa dapat membaca informasi apa saja yang tersapat dalam website ini, kemudian siswa dapat memilih menu lanjut untuk mengakses halaman selanjutnya. Gambar 4.5 Tampilan nilai akademik 41 Pada tampilan di atas menunjukan rata-rata nilai akademik siswa per bidang jurusan, kemudian siswa dapat memilih menu lanjut untuk mengakses halaman selanjutnya. Gambar 4.6 Tampilan nilai psikotest Pada tampilan diatas menunjukan rata-rata akademik siswa menurut presentase (tinggi,rendah,sedang), kemudian siswa dapat memilih menu lanjut untuk mengikuti tes minat dan bakat. Gambar 4.7 Tampilan kuis keminatan Pada tampilan diatas menunjukan soal – soal kuis minat dan bakat yang wajib di isi oleh siswa, kemudian siswa dapat memilih menu lanjut untuk melihat hasil tes minat dan bakatnya. 42 b.Output Gambar 4.8 Tampilan hasil kuis keminatan Pada tampilan diatas menampilkan presentasi hasil kuis minat dan bakat yang telah diisi oleh siswa tersebut, kemudian siswa dapat memilih menu lanjut untuk melihat hasil penjurusannya. Gambar 4.9 Hasil keputusan Pada tampilan di atas menampilkan hasil penjurusan yang sesuai untuk siswa tersebut, kemudian siswa dapat memilih menu logout untuk meninggalkan halaman web site tersebut. 43 Lampiran 1: Activity Diagram Sistem Mulai Login (Masukkan username dan password) Manampilkan proses dari pemilihan jurusan Menampilkan nilai rata – rata akademik Menampilkan nilai rata – rata psikotes Kuis keminatan Menampilkan hasil kuis keminatan Menampilkan hasil penjurusan selesai Gambar 4.10 menampikan alur dalam proses penentuan keminatan Gambar diatas menampilkan alur yang harus di lalui oleh siswa dalam melakukan penjurusan sma yang akan di ambil, setelah langkah – langkah di atas di lakukan akan diperoleh hasil penjurusan yang sesuai untuk siswa tersebut sesuai dengan diagnosa sistem. 44 Lampiran 2 : Soal tes keminatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pekerjaan mana yang menurut anda lebih menarik dan menyenangkan? a. Dokter b. Pengusaha c. Sastrawan d. Seniman Seberapa sering anda mengikuti perkembangan politik dan ekonomi? a. Tidak pernah b. Tidak Sering c. Sering d. Sangat Sering Berapa banyak jenis bahasa yang anda kuasai? </td> a. 1 b. 2 c. 3 d. Lebih dari 3 Bergerak dibidang apakah kebanyakan keluarga anda?? a. Bisnis / pengusaha b. Entertaiment c. Kesehatan (Dokter, perawat, analis gizi, dsb) d. Relegius Berapa banyak anda menghabiskan waktu untuk merawat tubuh?? (baik untuk kecantikan maupun kesehatan)? a. Tidak pernah b. Sedikit c. Banyak d. Sangat banyak Manakah sifat dibawah ini yang sesuai dengan karakter anda?? </td> a. keras, tegas, selalu mengikuti perkembangan (update) b. pendiam, suka mencari tahu sesuatu, teliti c. Suka mencoba hal baru, kreatif, pemberani d. tertutup, malu-malu Apa yang sering anda lakukan untuk mengisi waktu luang?? </td> a. tidur b. Belajar c. Game d. Internet-an mencari informasi baru Tugas apa yang paling anda benci?? </td> a. berhitung, serba menggunakan rumus b. mengarang c. menghafal d. menciptakan sesuatu yang baru Apakah anda takut atau merasa kesulitan untuk berbicara di depan umum?? a. sangat takut 45 b. tidak takut c. kadang-kadang d. awalnya saja, seterusnya tidak 10. Manakah yang lebih menakutkan? a. melihat ceceran darah b. berdebat dan mempertahankan pendapat c. ber-acting d. presentasi didepan orang banyakwalnya saja, seterusnya tidak 46 47 DAFTAR PUSTAKA [ACA-10] Acandra. 2010. “Cara Mengenali dan Mengasah Bakat Anak”. Kompas (Jakarta), 10 Maret. [ALI-09] Ali, Mohammad. 2009, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional : Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi, Grasindo, Jakarta. [BAR-04] Barret, Jim. Alih bahasa oleh : Kristina, Diah., Dewi, I., Kusuma dan Nababan, Heriyanto. 2004. Tes Karier, Bakat dan Seleksi (Career, Aptitude And Selection Test), Tiga Serangkai, Solo. [HUT-09] Hutagaol, Y. M. R. 2009. Minat Dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan Di Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis tidak dipublikasikan. Medan : Universitas Sumatera Utara. [KUM-08] Kumar, Ela. 2008. Artificial Intellegenc. New Delhi. LK. International Publishing House Pvt. Ltd. [KUS-07] Kusumawati, Ririn. 2007, Artificial Intelligece Menyamai Kecerdasan Buatan Ilahi?, UIN-Malang Press, Malang. [KUS-08] Kusrini. 2008, Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan, ANDI, Yogyakarta. [ROH-08 ] Rohman, F. F., dan Fauzijah, Ami. 2008, “Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan Pada Anak”, Media Informatika, Vol 6. No.1, hal. 1-23. [SUK-02] Sukardi, D., Ketut. 2002. Tes Bakat Karier Anda (Tes Penjelajahan Karier Anda), PT. Rineka Cipta, Jakarta. [SUT-11] Sutojo, T., Mulyanto, Edi. dan Suhartono, Vincent. 2011. Kecerdasan Buatan, Andi, Yogyakarta. [TUR-05] Turban, Efraim. Aranson, Jay, E. dan Liang, Ting-Peng. Alih bahasa oleh Primaningrum, Siska. 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems, 7th edition, Prentice Hall Internasional, Inc., USA. 48