6 STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER - e

advertisement
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO
DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
Jumalia Ali 1), Yusmet Rizal2), dan Nurhayati Lukman3)
*)
FMIPA UNP, email: [email protected]
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
**)
ABSTRACT
In lessons, teacher always use conventional method. Most students only receive the materials
submitted by teachers without analyzing and rethinking. This situasion makes them difficult to convey an
idea. In mathematics, communication is one of the competencies which are crucial. Communication skills
help them to express ideas orally and in writing, so as to create an inference and give reasons for a
solution. This paper will discuss the communication skill of mathematics and one of the strategies that can
be done to develop these skills is a active learning strategy the power of two, .
Keywords: The Power of two, Communication Skills of Mathematic
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika merupakan
upaya guru mendorong atau menfasilitasi siswa
mengkonstruksi
pemahamannya
tentang
matematika. Suherman, dkk (2003: 15)
mendefenisikan bahwa “matematika adalah
sarana berfikir logis, sistematis, terstruktur dan
memiliki keterkaitan yang kuat dan jelas antar
konsepnya”.
Siswa
dapat
membangun,
menginterpretasi
dan
mengekspresikan
pemahamannya, ketika mereka secara mudah
dapat mengkomunikasikan gagasan atau ide
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Di dalam Permendiknas nomor 22 tahun
2006 disebutkan bahwa matematika bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan
untuk
mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. Oleh karena
itu, guru sebagai fasilitator harus dapat
menentukan strategi, model ataupun metode yang
dapat membantu siswa untuk mewujudkan tujuan
tersebut.
Kemampuan berkomunikasi menjadi
salah satu syarat yang memegang peranan
penting, karena membantu siswa menyusun ide,
dan menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain. Ketika siswa berusaha menyusun ide dengan
jelas, berarti mereka telah mengembangkan
pemahaman yang lebih baik dari pemikirannya.
Banyak cara yang dapat dilakukan siswa untuk
menyampaikan persoalan matematika agar dapat
dimengerti oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan
Depdiknas yang dikutip oleh Fadjar (2009: 20):
“banyak
persoalan
ataupun
informasi
disampaikan dengan bahasa matematika,
misalnya: untuk merobah masalah verbal ke
dalam model matematika, yang dapat berupa
diagram, persamaan matematika, grafik ataupun
tabel”.
Kenyataan yang ditemukan di lapangan
adalah masih banyaknya siswa yang kurang
mampu untuk menyampaikan ide atau
gagasannya, bahkan hal ini menjadi kendala ikut
dirasakan oleh siswa-siswa pintar. Jika hal ini
terus dibiarkan maka kemampuan komunikasi
matematika siswa akan semakin berkurang dan
akan berdampak buruk pada hasil belajar siswa.
Untuk itu perlu dilakukan inovasi pembelajaran
agar
siswa
dapat
menumbukaan
dan
meningkatkan kemampuan
komunikasi
matematika mereka.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
melalui penerapan strategi pembelajaran aktif
6
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
The Power of Two. Strategi pembelajaran the
power of two menekankan pada proses belajar
aktif, berfikir dan bekerja sama untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada
strategi pembelajaran aktif the power of two,
siswa diminta berpasangan untuk memecahkan
masalah dalam matematika. Dalam proses
pembelajaran, strategi ini menggunakan Lembar
Kerja Siswa (LKS). Siswa akan mencoba untuk
menjawab pertanyaan yang ada pada LKS.
Selanjutnya pada akhir pembelajaran diberikan
Kuis, untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diberikan serta
melihat kemampuan komunikasi matematika
siswa.
Silberman (2009:161) mengemukakan
bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan
strategi the power of two adalah (1) Ajukan satu
atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan
dan pemikiran; (2) Peserta didik diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individu; (3) Setelah semua peserta didik
menjawab dengan lengkap semua pertanyaan,
mintalah mereka untuk berpasangan dan saling
bertukar jawaban satu sama lain dan
membahasnya; (4) Mintalah pasangan-pasangan
tersebut membuat jawaban baru untuk setiap
pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban
individual mereka; (5) Ketika semua pasangan
telah menulis jawaban-jawaban baru, bandingkan
jawaban setiap pasangan didalam kelas.
Langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Silberman dimodifikasi oleh peneliti dalam
pelaksanaannya, yaitu (1) Guru menerangkan
materi dan meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan yang ada pada LKS; (2) Siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pada LKS secara individu; (3) Setelah semua
siswa menjawab dengan lengkap semua
pertanyaan, mereka diminta untuk berpasangan
dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan
membahasnya; (4) Pasangan-pasangan tersebut
membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan,
sekaligus memperbaiki jawaban individual
mereka; (5) Untuk meninjau hasil pekerjaan
siswa, guru akan memanggil seorang siswa dan
siswa tersebut harus menjelaskan jawaban dari
hasil
diskusi
berpasangan
yang
telah
dilakukannya; (6) Guru memberikan kuis
mengenai materi yang diajarkan.
Kegiatan peninjauan bertujuan untuk
meninjau kembali pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Silberman (2009: 149)
menyatakan “Materi yang telah dibahas oleh
siswa cenderung lima kali lebih melekat di
dalam pikiran ketimbang materi yang tidak. Itu
karena pembahasan kembali memungkinkan
siswa untuk memikirkan ulang informasi tersebut
dan menemukan cara untuk menyimpannya di
dalam otak”.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau
sarana pendukung pembelajaran. LKS berupa
informasi maupun soal-soal (pertanyaanpertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa.
Penggunaan LKS dalam penelitian ini bertujuan
untuk membantu siswa memahami materi dalam
pembelajaran matematika, sehingga dapat
meningkatkan perkembangan komunikasi siswa.
Pada setiap akhir pertemuan, guru akan
memberikan Kuis. Kuis diberikan untuk melihat
penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan. Berdasarkan hasil kuis dapat dilihat
sejauh
mana
perkembangan
komunikasi
matematika. Pemberian kuis yang berulang kali
ini akan memberikan manfaat yang besar bagi
siswa. Hal ini senada dengan yang diungkapkan
oleh Sounder dalam Prayitno (1985:10) kebaikan
tes yang diberikan berulang kali adalah
(1)Penilaian ini mempunyai kepercayaan yang
tinggi dengan alasan bahwa penilaian dilakukan
berkali-kali dan siswa langsung mengetahui dan
memberikan komentar terhadap penilaian; (2)
Adanya kesempatan siswa untuk memperbaiki
dan mengembangkan dirinya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya; (3) Penilaian
yang berkelanjutan lebih mementingkan usahausaha siswa, bukan mementingkan hasil sematamata, mereka yang tidak meningkatkan hasil
belajar tidak mungkin mendapatkan nilai yang
baik.
Menurut Depdiknas (dalam Fadjar,
2009:18), kemampuan komunikasi matematis
ditunjukkan oleh beberapa indikator yaitu
menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
tulisan, gambar dan diagram, melakukan
7
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
manipulasi matematika dan menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan terhadap
kebebasan solusi.
Kebanyakan metode yang digunakan di
sekolah adalah metode konvensional, dimana
guru masih mendominasi pembelajaran. Hal ini
dapat menyebabkan sebagian siswa kurang
mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan
pemikirannya, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam matematika karena mereka
hanya meniru apa yang diberikan guru.
Berdasarkan yang telah dikemukakan maka
rumusan masalah yang ingin dibahas dalam
penelitian ini adalah “Apakah hasil tes
kemampuan komunikasi matematika yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif the
power of two dalam pembelajaran lebih baik dari
pada hasil tes kemampuan komunikasi
matematika siswa dengan metode konvensional?”
dan “Apakah kemampuan komunikasi siswa
mengalami peningkatan selama penerapan
strategi pembelajaran aktif the power of two
dalam pembelajaran matematika”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang telah dilakukan
adalah eksperimen. Model rancangan yang
digunakan adalah Randomized Control Group
Only Design. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 3
Padang yang terdaftar tahun pelajaran 2011/2012.
Cara pengambilan sampel dengan random
sampling, dengan kelas X6 sebagai kelas
eksperimen dan X7 sebagai kelas kontrol. Jenis
data dalam penelitian ini ada dua yaitu data
primer dan sekunder. Data primer diambil dari
sampel melalui tes untuk melihat kemampuan
komunikasi matematika dari kelas eksperimen
dan kontrol serta Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
Kuis untuk melihat peningkatan komunikasi
matematika siswa kelas eksperimen.
Data
sekunder mengenai jumlah siswa yang menjadi
populasi dan sampel serta nilai ujian tengah
semester II siswa kelas X SMA Negeri 3 Padang
tahun pelajaran 2011/2012.
Instrumen dalam penelitian ini adalah
soal tes kemampuan komunikasi matematika,
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Kuis. Indikator
yang digunakan yaitu
(1)menyajikan
pernyataan matematika melalui tulisan dan
gambar; (2) melakukan manipulasi matematika;
(3) menarik kesimpulan, menyusun bukti atau
memberi alasan terhadap solusi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisis data, hasil tes
kemampuan komunikasi matematika pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel I.
Tabel I. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
X
X
Kelas
N
s
x
max
min
Eksperimen
32
30
Kontrol
93,75
80
45
5
71,13
49,29
14,50
15,17
Keterangan:
N = banyak siswa
x = rata-rata
S = standar deviasi
X m ax = skor tertinggi
X m in = skor terendah
Berdasarkan Tabel I terlihat bahwa ratarata nilai kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nilai kelas kontrol dan
Nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 71,13 dan
nilai rata-rata kelas
kontrol yaitu 49,29.
Simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah
daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan skor
pada kelas eksperimen lebih seragam.
Peningkatan komunikasi matematika
siswa diperoleh dari LKS dan Kuis. Berdasarkan
rata-rata skor LKS siswa, dapat dilihat
peningkatan kemampuan komunikasi matematika
sebagai berikut:
Tabel II. Rata-rata Skor LKS
x
Indikator
1
Indikator
2
Indikator
3
LKS
1
2,72
LKS
2
2,20
LKS
3
2,30
LKS
4
3,10
LKS
5
2,40
2,30
3,27
2,47
2,64
2,0
2,55
3,20
2,97
2,90
2,0
Keterangan:
8
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
Indikator 1: menyajikan pernyataan matematika
secara tertulis dan gambar.
Indikator 2: melakukan manipulasi matematika
Indikator 3: menarik kesimpulan, menyusun
bukti atau memberi alasan
terhadap solusi.
Dari Tabel II diketahui bahwa pada LKS
2, Indikator 2 dan Indikator 3 dalam penelitian
ini mengalami peningkatan, namun Indikator 1
mengalami penurunan. Pada LKS 3 kemampuan
komunikasi siswa untuk indikator 2 dan 3
mengalami penurunan. Pada LKS 4, indikator 1
kemampuan komunikasi mengalami peningkatan.
Pada LKS 5 ketiga indikator kemampuan
komunikasi mengalami penurunan.
Hal ini
disebabkan karena materi yang semakin sulit.
Berdasarkan kuis yang dikerjakan siswa,
dapat
dilihat
peningkatan
kemampuan
komunikasi matematika sebagai berikut:
Tabel III. Rata-rata Skor Kuis
x
Indikator
1
Indikator
2
Indikator
3
Kuis
1
3,26
Kuis
2
2,13
Kuis
3
2,40
Kuis
4
2,61
Kuis
5
2,63
3,93
2,00
2,40
2,46
2,40
2,96
1,43
2,80
2,89
2,40
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tes kemampuan komunikasi matematika
siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada
kelas kontrol.
Berdasarkan nilai rata-rata yang
diperoleh kedua kelas sampel pada tes hasil
belajar dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis kelas eksperimen lebih
baik daripada kemampuan komunikasi matematis
kelas kontrol. Dilihat dari nilai terendah dari
kedua kelas juga terlihat bahwa kelas kontrol
memiliki nilai yang lebih rendah dari pada kelas
eksperimen.
Indikator kemampuan komunikasi yang
pertama yang digunakan dalam LKS adalah
menyajikan pernyataan matematika melalui
tulisan dan gambar. Dari hasil yang diperoleh
terlihat bahwa pada pertemuan pertama
persentase peningkatan kemampuan komunikasi
siswa berdasarkan LKS dan Kuis yang dijawab
oleh siswa sangat baik. Hal ini disebabkan karna
materi yang diberikan sudah pernah diajarkan
sebelumnya serta siswa terlihat sangat antusias
dikarenakan proses pembelajaran yang berbeda
dari sebelumnya. Berikut contoh jawaban siswa
dalam menyelesaikan soal.
Siswa 1
Keterangan:
Indikator 1: menyajikan pernyataan matematika
secara tertulis dan gambar.
Indikator 2: melakukan manipulasi matematika
Indikator 3: menarik kesimpulan, menyusun
bukti atau memberi alasan
terhadap solusi.
Dari Tabel III diketahui peningkatan
kemampuan komunikasi matematika untuk ketika
indikator pada Kuis 2 mengalami penurunan
yang signifikan. Pada Kuis 3, ketiga indikator
mengalami peningkatan, begitu pula pada Kuis 4,
namun peningkatan pada Kuis 3 dan Kuis 4 tidak
lebih baik dari Kuis 1.
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data tes kemampuan
komunikasi diperoleh rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol
Gambar I. Lembar jawaban siswa 1 tentang titik
dengan garis dan titik dengan bidang
Ini adalah salah satu jawaban siswa untuk
LKS 1, siswa diminta untuk menggambarkan
jarak titik dengan titik dan jarak titik dengan
garis. Pada soal tersebut terdapat tiga pertanyaan
yang meminta siswa untuk melukis gambar, dari
jawaban yang ditulis siswa terlihat bahwa siswa
sudah dapat mengkomunikasikan soal yang ada
9
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
pada LKS. Sebelum memulai menjawab soal,
siswa mencoba untuk membuat gambar yang
nantinya akan membantu siswa dalam
menyelesaikan soal.
Pada pertemuan kedua indikator pertama
mengalami penurunan begitu pula dengan
pertemuan ketiga. Hal ini dikarenakan, jam mata
pelajaran matematika yang dipakai oleh mata
pelajaran yang lain. Pada pertemuan keempat
indikator ini mengalami peningkatan, namun
pada pertemuan kelima indikator ini mengalami
penurunan. Hal in disebabkan karena materi yang
dirasakan sulit oleh siswa.
Indikator kedua pada LKS adalah
melakukan manipulasi matematika. Pada
pertemuan pertama terlihat bahwa siswa masih
mengalami kesalahan dalam menjawab soal-soal
yang diberikan. Berikut jawaban dari siswa.
Siswa 2
Gambar II. Lembar jawaban siswa 2 dalam
melakukan manipulasi matematika
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa siswa
salah memasukkan nilai GB, sehingga hasil akhir
dari jawaban siswa salah. Berdasarkan gambar
diatas, GB merupakan diagonal bidang dan
panjangnya adalah
. Indikator kedua ini
mengalami peningkatan pada pertemuan kedua
namun mengalami penuruan pada tiga pertemuan
terakhir.
Indikator ketiga pada LKS adalah menarik
kesimpulan, menyusun bukti atau memberi
alasan. Serupa dengan indikator kedua,
peningkatan juga terjadi pada pertemuan kedua,
namun pada pertemuan ketiga, empat dan lima
mengalami penurunan.
Peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa juga
dilihat melalui Kuis. Indikator pada Kuis sama
dengan indikator pada LKS. Berdasarkan
deskripsi dan analisis data dapat dilihat bahwa
secara umum kemampuan komunikasi siswa
kelas eksperimen melalui Kuis, cenderung
mengalami penurunan selama diterapkannya
strategi pembelajaran aktif the power of two.
Penurunan kemampuan komunikasi siswa terjadi
karena jam mata pelajaran matematika yang
berada pada jam terakhir proses pembelajaran.
Sering sekali, waktu proses pembelajaran
matematika terpakai oleh guru yang mengajar
sebelumnya, sehingga mengakibatkan siswa
tergesa-gesa dalam menjawab peranyaan Kuis,
sehingga proses kemampuan komunikasi siswa
tidak berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa
kemampuan komunikasi matematika siswa yang
pembelajarannya
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif the power of two lebih baik
daripada kemampuan komunikasi matematika
siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode pembelajaran konvensional. Namun,
kemampuan komunikasi matematika siswa pada
kelas
eksperimen
tidak
menunjukkan
peningkatan yang positif setelah diterapkan
strategi pembelajaran aktif the power of two.
Berdasarkan
simpulan
tersebut,
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
Diharapkan kepada guru matematika untuk
menggunakan strategi pembelajaran aktif The
Power of Two dalam pembelajaran di kelas. Bagi
peneliti lain yang tertarik, diharapkan untuk
dapat melanjutkan penelitian dengan variabel
serta pokok bahasan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Erman Suherman & dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung:
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Fadjar.2009.
Kemahiran
Yogyakarta: Depdiknas
Matematika.
10
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 6-11
Melvin, Silberman. 2009. Active Learning 101
cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia
Pratiknyo Prawironegoro. 1985. Evaluasi Hasil
Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi
Matematika. Jakarta: Dept & Dirjen Dikti
PPLTK.
Tim Penyusun. 2006. KTSP: Standar Isi dan
Standar
Kompetensi
untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Depdiknas:Jakarta.
11
Download