BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menyumbang 1,5 - 2% dari berat tubuh manusia (Ghany & Hoofnagle, 2004). Hati memiliki beberapa fungsi metabolik, seperti metabolisme karbohidrat (menyimpan glikogen, mengubah glukosa, serta (mengoksidasi galaktosa dan glukoneogenesis), asam lemak, fruktosa menjadi metabolisme mensintesis lemak kolesterol; fosfolipid; dan lipoprotein, serta mensintesis lemak dari protein dan karbohidrat), dan metabolisme protein (mendeaminasi protein asam plasma). amino serta mensintesis urea itu, hati berfungsi Selain juga dan sebagai tempat penyimpanan vitamin (A, B12, dan D) dan besi (dalam bentuk feritin), pembentuk faktor koagulasi darah (fibrinogen, protrombin, dan Faktor VII), serta berperan sebagai organ ekskresi substansi lain (Guyton & Hall, pada hati yang disebabkan hormon, obat, dan 2006). Adanya kerusakan oleh berbagai hal, dapat menyebabkan penurunan fungsi hati. Salah satu kondisi 1 2 yang ditandai dengan kerusakan hati adalah sirosis hati kronis, hati. Sirosis hati merupakan penyakit ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan parenkim hati, fibrosis, dan pembentukan nodul regeneratif yang bersifat irreversible (Lingappa, 2006). WHO (disitasi oleh Gunnarsdóttir, hati merupakan ditandai 2008) proses dengan menyebutkan yang adanya terjadi bahwa secara fibrosis dan sirosis diffuse, perubahan struktural hati normal menjadi nodul abnormal. Secara histopatologi, bridging pada fibrous sirosis septa hati (jaringan terdapat ikat adanya fibrosa yang membentuk pseudolobuli) pada parenkim hati dan terjadi perkembangan nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan ikat sebagai respon terhadap kerusakan hati kronis. Kerusakan hepatosit yang menyebar ke seluruh hati akan menyebabkan perubahan struktural pada hati (Kumar et.al., 2007). Di negara barat, penyebab sirosis hati didominasi oleh tingginya 2005). konsumsi Sedangkan di alkohol Asia, (Chung penyebab & Podolsky, sirosis hati didominasi oleh infeksi kronis virus hepatitis B dan C. 3 Hal tersebut dikarenakan hepatitis B dan C merupakan penyakit endemik di Asia (Lavanchy, 2004). Sirosis hati menjadi penyebab kematian ke delapan belas di seluruh dunia (WHO Global Burden of Disease, 2004). Berdasarkan data WHO pada tahun 2002, sirosis hati menyebabkan dunia (Perz 783.000 et.al., kasus 2006). kematian Di Amerika, di seluruh penderita sirosis hati mencapai 310.665 jiwa (0,096% populasi) dan menyebabkan 30.000 kematian setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia, jumlah keseluruhan penderita sirosis hati sebesar 227.295 jiwa (0,09% populasi) dan menyebabkan kematian sebesar 23.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2011). Penelitian 1986 hingga pasien yang 1996 sirosis dilakukan menyebutkan hati di Italia bahwa mengalami pada tahun sebanyak 32,6% komplikasi, dengan karsinoma hepatoselular sebagai komplikasi terbanyak. Sedangkan jumlah kematian seluruh pasien sirosis hati sebesar 18,6%, dimana 70% disebabkan oleh komplikasi (Benvegnu et al., 2004). Seperi yang telah disebutkan sebelumnya, banyak ditemukan kejadian komplikasi pada penderita sirosis hati serta tingginya mortalitas yang disebabkan oleh 4 komplikasi tersebut. Oleh sebab itu, perlu didalami kembali hubungan antara komplikasi sirosis hati dengan mortalitas. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah komplikasi penyakit merupakan faktor risiko mortalitas pasien sirosis hati? 2. Apakah jumlah komplikasi berpengaruh terhadap peningkatan mortalitas pasien sirosis hati? 3. Berapa besar risiko relatif jumlah komplikasi terhadap mortalitas pasien sirosis hati? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan komplikasi terhadap mortalitas pasien sirosis hati. Tujuan khusus penelitian adalah mengetahui risiko relatif jumlah komplikasi terhadap mortalitas pasien sirosis hati. 5 1.4. Manfaat Penelitian Dengan diketahuinya hubungan komplikasi terhadap mortalitas pasien sirosis hati, akan memberikan beberapa manfaat yang akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagi praktisi kesehatan, diharapkan dapat menghambat progresifitas sirosis hati menjadi berbagai komplikasi serta dapat mengupayakan prevensi terjadinya komplikasi sirosis hati. 2. Bagi prevensi satunya pasien, terjadinya dengan diharapkan komplikasi perubahan pola dapat sirosis hidup, mengupayakan hati, salah sehingga dapat mengurangi angka kejadian komplikasi sirosis hati. 3. Bagi penyedia dapat meningkatkan salah satunya layanan pelayanan dengan kesehatan, yang mengadakan lebih program diharapkan menyeluruh, follow up pasien sirosis hati, sehingga perjalanan sirosis hati dapat terus dipantau untuk mencegah terjadinya komplikasi sirosis hati. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan komplikasi dengan mortalitas pada pasien sirosis hati telah beberapa kali dilakukan. Data tersebut dapat diamati pada Tabel 1. 6 Tabel 1. Keaslian Penelitian Penulis Metodologi Hasil Karina (2007) Case control Cika Tio Anggela Simamora (2013) Case control Kondisi ensefalopati hepatikum, syok septik serta peningkatan skor Child-Pugh dan MELD merupakan faktor risiko kematian dan perdarahan varises esofagus meningkatkan risiko kematian penderita sirosis hati. Kondisi koma hepatikum, syok septik, ensefalopati hepatikum, skor Child-Turcotte C, perdarahan saluran makanan bagian atas, dan karsinoma hepatoseluler. Kedua penelitian tersebut menganalisis hubungan setiap komplikasi terhadap mortalitas pasien sirosis hati. Sedangkan menganalisis diderita Selain hubungan pasien itu, penulis, antara sirosis kedua dalam penelitian jumlah ini akan komplikasi yang hati terhadap mortalitas. penelitian tersebut menggunakan desain studi case control, berbeda dengan penulis yang menggunakan desain studi cohort retrospektif. Selain itu, lokasi Sehingga, penelitian. dilakukannya terdapat penelitian kemungkinan juga perbedaan berbeda. hasil