BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit, expertise komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan index disclosure terhadap manajemen laba perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Beberapa kesimpulannya sebagai berikut: Pertama, hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,024 dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka variabel independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi independensi komite audit, semakin rendah manajemen laba dan sebaliknya semakin rendah independensi komite audit maka manajemen laba semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis pertama “Independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba” penelitian ini didukung. Indepensi merupakan karakteristik dari komite audit yang harus dimiliki. BAPEPAM mengeluarkan peraturan terkait dengan independensi komite audit yang bertujuan untuk menciptakan laporan keuangan yang transparan sehingga meningkatkan kepercayaan pelaku pasar modal. Penelitian yang dilakukan oleh Pamudji dan Trihartati (2008) menjelaskan bahwa independensi dari komite audit secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Discretionary accruals (DACC) hasil dari penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang 91 dilakukan Klein (2002) dan Xie et al. (2003). Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen karena komite audit merupakan pihak perantara antara eksternal auditor perusahaan dan sekaligus antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor perusahaan. Kedua, hipotesis kedua berhasil membuktikan secara statistik menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,045 dengan nilai signifikansi sebesar 0,029 kurang dari 0,05 menyatakan expertise komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Arah negatif pada koefisien regresi berarti semakin tinggi expertise komite audit, semakin rendah manajemen laba dan sebaliknya semakin rendah expertise komite audit maka manajemen laba semakin tinggi. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2012) tentang efektivitas komite audit terhadap fraud menunjukkan bahwa komite audit yang berasal dari latar belakang pendidikan yang relevan mendukung efektivitas komite audit. Selain itu juga oleh Yusof (2010) menyatakan bahwa keahlian keuangan yang lebih besar yang dimiliki komite audit menghasilkan laporan keuangan yang kredibel. Seorang akuntan maupun komite audit di suatu perusahaan tentunya memiliki keahlian di bidang keuangan yang memadai dalam mengelola keuangan perusahaan. Latar belakang keahlian komite audit dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan pengaturan tentang laba perusahaan. Pendidikan maupun pengetahuan komite audit yang baik mengenai keuangan, maka akan meminimalisisr tindakan yang kurang baik dalam manajemen 92 laba. Hal tersebut berkaitan dengan pengalaman yang telah didapatkan oleh komite audit yang berkaitan dengan keuangan ataupun latar belakang pendidikan. Pengetahuan tersebut berguna dalam proses mengawasi kinerja dari manajemen, sehingga praktik manajemen laba dalam perusahaan dapat berkurang. Ketiga, hipotesis ketiga yang merepresentasikan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, tidak didukung secara statistik oleh penelitian empiris. Nilai koefisien kepemilikan institusional menunjukkan arah yang sesuai dengan dengan hipotesis yaitu -0,0002, namun nilai signifikansinya 0,301 lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan arah negatif, tetapi tidak berpengaruh. Menurut Wardani (2012) mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan institusional tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba pada perusahaan yang dilakukan oleh manajer, alasannya karena persentase kepemilikan institusional di negara ASEAN kecil akibatnya tidak mampu dalam mendeteksi dan menghalangi praktik manajemen laba. Indonesia juga termasuk salah satu negara ASEAN dan merupakan negara berkembang juga, yang kurang maksimal mengendalikan praktik manajeman laba. Sehingga dengan alasan ini dapat memperkuat alasan mengapa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian sebelumnya oleh Kholis (2012) menunjukkan bahwa pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap manajemen laba yang terdapat di Jerman dan Inggris bahwa stuktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Penyebab dari kepemilikan instiusional belum mampu dalam mengurangi 93 tindakan manajer dalam manajemen laba karena kepemililikan institusional berorientasi jangka pendek dalam kinerja laba saat ini. Keempat, hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba didukung oleh penelitian empiris. Nilai koefisien regresi sebesar -0,047 dengan nilai signifikansi sebesar 0,036 kurang dari 0,05 maka variabel kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Koefisien yang menunjukkan arah negatif dapat diartikan apabila semakin tinggi kepemilikan publik maka semakin rendah manajeman laba perusahaan. Manajemen perusahaan publik akan memiliki keinginan yang lebih besar dalam mengelola laba, yang mengakibatkan berkurangnya keandalan dan kegunaan laporan keuangan. Proporsi kepemilikan perusahaan dapat berpengaruh kepada kebijakan perusahaan. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Arsono (2003) dalam mengukur struktur kepemilikan publik adalah dengan membandingkan persentase kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan perusahaan, artinya semakin besar kepemilikan publik maka semakin besar dari struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan dapat mengurangi konflik yang terjadi antara pihak manajemen dan agen. Kelima, hasil penelitian ini menyatakan bahwa index disclosure berpengaruh negatif terhadap manajemen laba tidak didukung secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,075 lebih besar dari 0,05, meskipun nilai 94 koefisien regresi sebesar -0,114 yang berarah negatif. Walaupun manajemen telah mengungkapkan item-item yang penting dalam laporan keuangan, pengungkapan informasi tidak selalu berpengaruh dalam manajemen laba. Informasi yang dikeluarkan oleh manajemen harus dianalisis lagi sehingga informasi tersebut memang sesuai dengan keadaan perusahan, terkait dengan kegiatan dan peristiwa ekonomi yang terjadi. Selain itu, perlu adanya kehati-hatian para pemegang saham atas saham yang ditanamkan, karena biasanya mereka tidak mengawasi langsung pergerakan sahamnya. Broker yang ditunjuk seharusnya dapat memberikan nasehat investasi yang menguntungkan bagi pemegang saham, sehingga dapat melakukan analisis informasi keuangan secara tepat. 5.2. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, yaitu: 1. Periode penelitian yang dilakukan adalah 3 tahun yaitu dari tahun 2010-2012. Penelitian mendatang diharapkan dapat menambah rentang waktu, sehingga hasil yang didapatkan lebih tepat. 2. Penelitian belum dapat menggunakan data laporan keuangan terbaru pada tahun 2013 karena perusahaan belum mengeluarkan laporan keuangan auditan. 3. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan data penelitian perusahaan yang masuk dalam saham LQ 45, sehingga dalam penelitian mendatang dapat 95 menggunakan data penelitian perusahaan yang listed di BEI yang berasal dari perusahaan manufaktur, pertambangan, telekomunikasi, dll. 5.3. Saran Berdasarkan temuan dalam penelitian, berikut ini saran yang perlu diperhatikan: 5.3.1. Bagi Manajemen Perusahaan Perusahaan sebaiknya memperhatikan kinerja para manajer agar praktik kecurangan pada manajeman laba yang digunakan untuk kepentingan pribadi daripada memaksimalkan nilai perusahaan dapat diminimalisasi. Melalui pendekatan yang disesuaikan dengan iklim perusahaan dan tujuan perusahaan yang jelas diharapkan manajemen dapat berpartisipasi dengan baik. Pengendalian internal yang efektif dapat mengawasi kinerja dari para manajer terhadap kemungkinan kekeliruan atau kecurangan dalam suatu organisasi. 5.3.2. Bagi Investor Disarankan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di suatu perusahaan sebaiknya lebih selektif dalam memilih perusahaan yang dirasa kredibel. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan sebaiknya dipelajari secara mendalam. Karena pada kenyataanya investor tidak memeriksa langsung laporan keuangan perusahaan karena keterbatasan waktu dan keahlian yang dimiliki. Keputusan yang diambil oleh investor biasanya hanya berasal dari broker, sehingga dengan mencari 96 informasi lebih detail mengenai kondisi perusahaan tersebut sebelum memutuskan untuk menanamkan modal dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 5.3.3. Bagi Regulator Bagi regulator, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat peraturan ataupun kebijakan yang diperlukan untuk membatasi tindakan manajemen laba. Peraturan yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Regulator harus lebih bijaksana dan objektif dalam membuat kebijakan dalam membuat peraturan yang ada di perusahaan, khususnya terkait dengan hal melakukan manajemen laba. 5.3.4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian yang sejenis mengenai manajemen laba, hendaknya mengembangkan penelitian ini dengan menambah faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen laba, karena sisa kontribusi dalam penelitian ini sebesar 82,2% manajemen laba masih dipengaruhi faktor lain; misalnya tingkat hutang, leverage, profitabilitas, reputasi auditor, jumlah dewan direksi, kualitas KAP, dan sebagainya yang diduga juga berpengaruh terhadap manajemen laba. Untuk membuktikan kebenaran dugaan tersebut peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian untuk mengembangkan model ini. 97