130 ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN LEASING PADA PT. UNITED TRACTORS DI KOTA JAYAPURA Oleh : Endra Marpaung Mahasiswa Program Strata Satu Fakultas Hukum Universitas YAPIS Papua ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian Leasing pada PT. United Kota Tractors Di Jayapura, serta untuk mengetahui upaya penyelesaian terhadap kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian Leasing pada PT. United Tractors Di Kota Jayapura. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis nomatif dan yuridis empiris yang penekannya pada data lapangan dan ditunjang dengan penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh dari lapangan disusun yang selanjutnya dianalisa, diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai pokok pemasalahannya. Data tersebut diolah secara kualitatif untuk menggambarkan pemasalahan yang sebenamya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perjanjian leasing pada PT. United Tractors merupakan suatu perjanjian jual beli dengan angsuran. Penyelesaian masalah yang timbul dalam pelaksanaan Leasing pada PT.United Tractors yaitu pihak pemberi modal akan memberikan sampai 3 kali surat teguran kepada lesse yang lalai membayar sebelum memutuskan tindakan yang akan diambil sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kata Kunci: Pelaksanaan Perjanjian Leasing PENDAHULUAN Dalam perusahaan leasing, lessor dan lessee adalah suatu lembaga yang baru di Indonesia, yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembiayaan modal atau alat produksi. Dengan adanya lembaga ini dapat dimanfaatkan oleh pengusaha lemah untuk mendapatkan dana dalam arti bahwa antara pengusaha kuat dan pegusaha lemah dapat saling mendukung untuk memajukan pembangunan kita dewasa ini. Dengan demikian berbagai aktifitas masyarakat dalam pembangunan pada gilirannya akan memahami berbagai kendala, salah satu kendala itu adalah mengenai masalah pemodalan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan modal yang sangat dibutuhkan oleh para pengusaha lemah sebagai salah satu pelaksana pembangunan, maka hal ini tidak terlepas dari keberadaan bank dan lembaga non bank seperti perusahaan yang melaksanakan Leasing, Lessor dan Lessee sebagai badan usaha yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan. Di Indonesia perusahaan Leasing, baru mulai muncul pada tahun 1974, tetapi sampai dengan tahun 1980 belum dapat melakukan kegiatan yang berarti, JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 131 karena keengganan perusahaan leasing, untuk mengadakan investasi di Indonesia, dan kekurangan tenaga ahli dalam bidang ini seta kegiatan pemasarannya belum efektif. Dua tahun kemudian usaha, leasingmulai berkembang dengan pesat sebagai akibat perkembangan ekonomi dan meningkatnya pemakaian teknologi yang maju. Menyadari hal tersebut di atas, Pemerintah Negara kita mendukung sepenuhnya perkembangan bidang usaha leasing, yaitu dengan mengeluarkan 20 buah surat izin usaha leasing, sehingga dalam 12 bulan tersebut surat izin telah beredar mencapai 40 buah. Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di Indonesia setelah keluarsurat keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor 30/kpb/1/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan Usaha Leasing di Indonesia. Di Papua sebagai bagian Timur wilayah Indonesia, dimana pembangunannya agak tertinggal apabila dibandingkan dengan bagian indonesia lainnya. Dengan melihat kondisi yang demikian pemerintah sedang mengusahakan untuk mengejar ketertinggalan tersebut dengan berusaha untuk mensejajarkan dengan pembangunan di seluruh wilayah indonesia dengan membangun di segala bidang, agar kerinduan mereka untuk mengambil bagian dalam pembangunan dapat terwujud dan hasilnya boleh nampak dan dapat dinikmati oleh masyarakat banyak khususnya pengusaha itu sendiri. Peraturan mengenai hak sewa guna usaha (Leasing) ini belum diatur secara tegas dengan Undang-Undang namun pada tahun 1999 Presiden telah pengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan sebagai langkah awal untuk menumbuhkan perekonomian yang sehat. 1Lembaga pembiayaan Leasing dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. Kep.-122/MK/IV/2/1974, Nomor.32/M/SK/2/1974, 30/Kpb/I/1974 tertanggal 7 Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing. Lembaga pembiayaan leasing dalam terjemahan di Indonesia disebut dengan sewa guna usaha, yaitu suatu lembaga pembiayaan yang berorientasi pada pemberian atau peminjaman sejumlah modal kerja dalam bentuk alat-alat produksi. Fasilitas yang diadakan oleh perusahan leasing sebagai perusahaan pembiayaan, sangat meringankan konsumen/pasar yang kekurangan modal untuk membeli alat pendukung usaha, maka leasing menjadialternatif. Konsep dasar leasing sendiri bisa kita kaji dari Pasal 1313 KUH Perdata mengenai perikatan karena pada prinsipnya leasing harus dilandasi oleh suatu perjanjian atau perikatan. Selain itu, Perjanjian mengenai leasing ini juga bisa kita kaitkan dengan Pasal 1548-1580 KUH Perdata sebagai dasar dari peraturan sewa menyewa. Untuk mengetahui konsep leasing sebagai sewa guna usaha yaitu bentuk khusus dari sewa menyewa, perlu di telaah ketentuan yang terdapat dalam 1 Pranata hukum awal di tanah air tentang sewa guna usaha (leasing), yaitu : surat keputusan bersama Menteri keuangan, Menteri Perindustrian dan menteri perdagangan Nomor 122, Nomor 32, Nomor 30 tahun 1974tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 132 perjanjian usaha leasing. Dalam perjanjian leasing dimaksudkan untuk membiayai atau pembiayaan perusahaan dalam bentuk barang modal yang digunakan untuk usaha dimana barang-barang tersebut antara lain : mesin pabrik, kapal, traktor, kendaraan bemotor dan lain-lain. Dengan demikian pelaksanaan leasing tidak terlepas dari Buku III KUH Perdata tentang perikatan, sehingga mengikat pihakpihak dalam perjanjian leasing tersebut. Dengan demikian pihak lessor tetap mempertahankan hak milik aktiva itu, sehingga barang itu tidak pemah menjadi hak penuh milik si lessee ataupun pihak ke tiga yang bersangkutan paling kurang sampai berakhimya masa kontrak sewa yang telah ditetapkan, pada waktu mana pihal lessee peroleh peluang membeli barang tersebut. Pemisahaan pemilikan dan penggunaan aktiva secara pemanen itu adalah inti dari seluruh konsep “equipment leasing” sehingga membedakannya dari jenis transaksi lainnya berdasarkan angsuran. Dikontrak itu umumnya adalah menyebutkan mengenai equipment tersebut pada akhir masa kontrak apakah itu dapat dimiliki oleh pihak lessee ataukah harus dikembalikan lagi kepada pihak lessee atau dikembalikan kepada pihak lessor atau kontrak itu bisa di perbaharui lagi untuk masa kontrak yang kedua kalinya, ataukah dijual sama sekali dan hasilya untuk keuntungan kedua belah pihak. Untuk mengajukan bisnis leasing, pertama sekali yang perlukan adalah memperkenalkannya lebih jauh kepada masyarakat indonesia, dalam hal ini pemerintah sangat besar. Ia memuji cara yang ditempuh Menteri Perdagangan Rachmat Sale,2 dimana hampir setiap kunjungannya keluar negeri selalu menyertakan eksportir kita. Dalam beberapa kesempatan ini Menteri Keuangan dalam kunjungan kerjanya ke daerah daerah, mengikutsertakan beberapa orang pimpinan perusahaan upapaya memperkenalkan lebih jauh tentang bisnis leasing kepada penduduk nusantara ini. Saat ini baru segelintir masyarakat kita yang mengerti apa itu bisnis leasing. Memahami liku liku bisnis leasing, arti kata leasing ini saja belum ditemukan dalam bahasa indonesia yang tepat. Pemasalahan lainnya yang dihadapi usaha masyarakat bisnis leasing adalah soal sikap mental sebagian besar masyarakat kita, yaitu ; masyarakat kita merasa bangga ia dikenal memiliki banyak barang sehingga di mata masyarakat ia punya tempat sendiri, tegasnya masalah status sedangkan mereka menggunakan jasa leasing, misalnya, sebuah traktor, maka ia hanya sebagai si penyewa (lessee) sedangkan sipemilik/ lessor adalah perusahaan leasing. Fenomena realitas sosial yang terjadi dimasyarakat Papua khususnya di Kota Jayapura, Perjanjian Leasing kurang begitu dikenal bahkan mereka menyamakannya dengan perjanjian-perjanjian lainnya seperti sewa-menyewa atau kontrak dan lain-lain. Lalu demikian perjanjian leasing ini tetap berlangsung mengingat kota Jayapura sedang giat-giatnya membangun sektor infomal seperti pembangunan jalan dan lain-lain yang diselenggarakan guna meningkatkan efektifitas perekonomian dalam kota. 2 Menteri Keuangan.Perindustrian.Perdagangan dan Koperasi, 1987, Leasing di Indonesia, PT.GhaliaIndonesia, Jakarta, h.10 JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 133 Mengingat akan banyaknya pembangunan di sektor infomal di Kota Jayapura, tentu akan banyak proyek-proyek yang digelontorkan oleh pihak pemerintah untuk membantu peningkatan pembangunan. Disinilah peran pihak Leasing khususnya PT.United Tractors dalam meningkatkan efektifitas pembangunan tersebut. PT. United Tractors bergerak dibidang leasing yang menyewakan alat-alat berat kepada perusahaan-perusahaan atau kontraktor yang membutuhkan alat-alat berat untuk mengoftimalkan pekerjaan agar lebih efektif dan ekonomis. Bagi perusahaan-perusahaan atau kontraktor yang kekurangan modal khususnya dibidang alat-alat berat, memungkinkan bagi mereka untuk mengadakan perjanjian Leasing dengan PT. United Tractors dalam hal pemakaian alat-alat berat. Hal ini juga saling menguntungkan bagi kedua belah pihak karena melalui perjanjian leasing ini bisa jadi sarana untuk mencapai keuntungan dalam konsep pemikiran seorang pengusaha. Leasing merupakan salah satu altematif pembiayaan barang barang modal, harapan yang begitu besar itu sendirinya mendorong pemerintah untuk menyediakan kondisi-kondisi dan iklim yang memadai guna merancang perkembangan sektor-sektor usahan perekonomian yang telah memilki pedomanpedoman pengusaha itu sendiri. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas selanjutnya akan diklasifikasikan beberapa masalah yang menjadi pokok pembahasan untuk dikaji secara sistematis, logis dan ilmiah. Adapun pemasalahan hukum yang ada adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian Leasing pada PT. United Kota Tractors Di Jayapura ? 2. Bagaimana upaya penyelesaian terhadap kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian Leasing pada PT. United Tractors Di Kota Jayapura ? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian nomatif empiris yang penekannya pada data lapangan dan ditunjang dengan penelitian nomatif yang menelaah serta mengkaji data sekunder. Sifat penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif analisis, karena dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh gambaran secara menyeluruh dan sistematis mengenai perjanjian leasing di Kota Jayapura Khususnya pada PT. United Traktor. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengertian dan Dasar Hukum Berlakunya Leasing Abdulkadir Muhammad mengatakan bahwa “Sewaguna (Leasing) adalah perjanjian dengan mana pihak yang menyewakan mengikatkan diri untuk membiayai usaha menyewaguna dalam bentuk penyediaan barang modal selama jangka waktu tertentu, dan pihak penyewaguna mengikatkan diri kepada yang menyewagunakan untuk membayar secara berkala harga sewa yang disepakati JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 134 dengan hak opsi atau tanpa hak opsi.” 3 Sedangkan Sri Suyatmi,SE dan J.Sadiarto berpendapat bahwa: “Leasing atau leasing company adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara Finance, lease maupun operating lease yang digunakan oleh penyewaguna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala” 4 Sementara itu Djoko Prakoso berpendapat bahwa : “Perusahaan Leasing merupakan perusahaan yang menawarkan jasa dalam bentuk penyewaan barangbarang modal atau alat produksi dengan batas waktu menengah atau panjang, dan disini pihak penyewa (lease) harus membayar sejumlah uang secara berkala yang terdiri dari nilai penyusutan suatu objek lessee ditambah dengan bunga, biayabiaya lain serta profit yang diharapkan oleh lessor.”5 Menurut Pasal 1 Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. Kep122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, No. 30/Kpb/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, bahwa yang dimaksud dengan : “Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.”6 Sedangkan menurut pasal 1 butir (a) Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 48/KMK.013/1993 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing) mengatakan bahwa : “Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan opsi (“finance Lease”) maupun sewa guna usaha tanpa opsi (“operating lease”) untuk digunakan oleh lease selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala .”7 Dengan melihat istilah dan beberapa pengertian/ defenisi diatas maka terdapat dua pengertian yaitu melihat dari aspek ekonomi dan aspek hukum sebagai berikut : Aspek ekonominya yaitu menyengkut kegiatan lesssor dalam pembiayaan menyediakan barang modal bagi lessee untuk dipergunakan dalam menjalankan usahanya sementara lessee memberi imbalan kepada lessor sejumlah pembayaran secara berkala sesuai kesepakatan bersama. Dari aspek hukumnya yaitu dengan adanya kesepakatan anatara kedua belah pihak untuk saling mengikatkan diri dengan membuat perjanjian secara tertulis, karena belum adanya undang-undang yang mengatur mengenai leasing maka dengan perjanjian secara tertulis merupakan dasar hukum bagi para pihak. 3 Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan.PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h,14 4 Sri Suyatmi dan Sadiarto. 1983 Problematika Leasing di Indonesia. Arikha MediaCipta, Jakarta, h 8. 5 Soekanto. 1980, Inventarisasi Perundang-undangan Mengenai Leasing, Laboratorium Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pancasila, .h. 8 6 Ibid,hal.15 7 Abdulkadir Muhammad, op cit,h.145 JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 135 Dengan demikian antara antar pihak dapat mengikatkan diri dimana oihak yang menyewagunakan mengikatkan diri untuk membiayai usaha menyewa guna dalam bentuk penyediaan barang modal dan penyewa guna mengikatkan diri kepada yang menyewagunakan untuk membayar secara berkala dengan harga yang telah disepakati dengan hak opsi atau tanpa hak opsi, (pasal 8 ayat (1) SK. Menkeu No.48 tahun 1991). Jaminan Dalam Perjanjian Leasing Dalam perjanjian sewa guna (leasing) dikenal penyediaan jaminan tunai yang disebut simpananjaminan (security deposit), simpanan jaminan adalah jumlah uang yang diterima oleh yang menyewagunakan dari penyewaguna pada pemulaan masa sewa guna sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran sewa guna. Jaminanini sifatnya harus tunai, dikuasai langsung oleh yang menyewakan dan bukan sebagai uang muka. Simpananjaminanini berfungsi sebagai dana yang dicadangkan untuk menutupi pembayaran uang sewa yang belum dilunasi oleh penyewa guna. Jumlah simpanan jaminan tunai ini senantiasa tetap, jika jumlahnya menurun karena difungsikan, penyewa guna wajib menyetor lagi, dari simpanan ini akan dikembalikan oleh yang menyewagunakan kepada penyewa guna tanpa hunga pada waktu berakhimya sewa guna. Sementara itu, Eddy P. Soekadi8 menyatakan bahwa mengingat bahwa transaksi leasing merupakan suatu transaksi yang melibatkan sejumtah besar modal dan kemungkinan terjadinya kelalaian oleh pihak lessee maka untukmenjamin kelancaran dan ketertiban kerugian bagi lessor, maka lessor dapat meminta jaminan-jaminan dan leassee. Jaminan-jaminantersebut antara lain sebagai berikut: 1. Jaminan Pribadi (personal quarantee) Yaitu yang dapat diberikan oleh para direksi secara pribadi atau oleh pihak ketiga lainnya sebagai penjamin. 2. Jaminan Perusahaan (corporate quarantee) Yaitu di dalam Anggaran Dasar dari perusahaan penjamin biasanya disebutkan siapa-siapa yang berwenang untuk mengikat perusahaan itu sebagai penjamin. 3. Cross Quiarantee Yaitu dalam suatu group dimana terdapat beberapa perusahaan di dalamnya maka diantara perusahaan-perusahaan tersebut bisa saling tanggung menanggung dalam pemberian jaminan. 4. Jaminan Kebendaan Yaitu berupa barang-barang milik lessee, yang tidak menjadi obyek lease, penggadaian saham-saham serta lain-lain barang bergerak, hipotik atas tanah dan lain-lain harta tidak bergerak, serta penyerahan tagihan-tagihan uang untuk waktu sekarang dan di masa yang akan datang. 5. Security Deposit Yaitu berupa jaminan uang yang didepositokan yang dijaminkan kepada lessor. 6. Jaminan Asuransi 8 . Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia Indonesia,1986, Jakarta, h. 25 JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 136 Yaitu asuransi yang menunjuk lessor sebagai pihak yang berkepentingan yang berhak menerima bayaran uang asuransi jika terjadi kerusakan atau barang hilang. Sejarah Singkat PT. United Tractors PT. United tractors adalah merupakan suatu perusahaan yang bersifat tertutup (perusahaan keluarga) karena modal yang berupa saham-sahamnya hanya dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga saja dan tidak diperjual belikan dalam masyarakat (non go publik). Perusahaan ini mempunyai usaha yang utama adalah penyaluran dan pemasaran alat-alat berat seperti dozer, salai, dll. PT. United tractors Intemational sebagai induk perusahaan mempunyai banyak anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT. United tractors yang merupakan hasil kerja sama patungan antara PT. United tractors Intemational dengan pihak United Tractors Cooperation, sebagai pihak yang menyewa alat-alat berat di Jepang. PT. United tractors adalah sebagai agen di Indonesia yang bertugas mengimport/mendatangkan alat-alat berat dan Jepang. Perusahaan ini tidak melakukan penjualan langsung kepada masyarakat, tetapi menunjuk atau mendirikan lima cabang perusahaan sebagai dealer di seluruh Indonesia, yang bertugas melakukan penjualan dan pemasaran langsung kepada masyarakat. PT. United tractors sebagai salah satu dealer utama mempunyai daerah pemasaran untuk wilayah Indonesia Timur yang berpusat di Manado. Untuk daerah Kota Jayapura PT. United tractors mempunyai berbagai sub dealer yang tersebar di beberapa kabupaten yang ada di Kota Jayapura. Pada mulanya sebelum PT. United tractors Tbk di dirikan di Jayapura PT. United tractors dalam melakukan kegiatan usahanya di Kota Jayapura telah menunjuk sebuah perusahaan yang ada di Jayapura sebagai mitra dagang untuk melakukan penyaluran dan pemasaran alat-alat berat di Kota Jayapura terutama di Jayapura. Tetapi dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan tersebut dirasa tidak dapat berkembang sehingga PT. United tractors mengadakan pemutusan hubungan dagang dengan perusahaan tersebut dan sebagai gantinya didirikan PT. United tractors yang didirikan dengan akta pendirian (Akta Notaris) Perseroan Terbatas No. 34 Tanggal 10 Maret 1988 dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 1802/858-P/09-01/P13/1X1916, dengan masa berlaku tidak terbatas. Analisa Tentang Pelaksanaan Perjanjian Leasing Pada PT. United Tractors Di Kota Jayapura Sebagaimana hasil penelitian yang penulis peroleh dari tempat/obyek penelilian ternyata bahwa pelaksanaan perjanjian leasing pada PT. United Tractors, berbeda dengan yang penulis peroleh dari penelitian kepustakaan. Dimana perjanjian yang dilaksanakan pada PT. United Tractors adalah “Perjanjian pembiayaan Konsumen” yang memang sejenis dengan perjanjian leasing, yang mempunyai persamaan dan perbedaan. Pembiayaan konsumen adalah merupakan suatu industri yang sangat mirip dengan kegiatan leasing dan perbedaannya sangat terbatas, yang juga berwadahkan kelompok pembiayaan. Jadi satu kelompok dengan leasing, dimana JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 137 cara pemberian pembiayaan dalam prakteknya sama, tetapi dalam pembiayaan konsumen lease tidak mempunyai hak opsi. Hal ini juga berbeda dengan yang dilaksanakan dengan operating lease cara pembiayaan sama, cara melakukan angsuran sama, perbedaannya adalah mengenai hak atas barang siolah masa kontrak berakhir. Kalau di dalam pembiayaankonsumen hak atas barang setelah masa kontrak berakhir adalah secara penuh miliklessee. Sedangkan pada operating lease hak milik atas barang sepenuhnya miliklessor. Karena dalam operating lease. Lease hanya membayar sewa dan barang yang dipakai dan berhak untuk memperpanjang perjanjian untuk tahap selanjutnya. Sedangkan apabila dilihat dan pelaksanaannya perjanjian leasing pada PT. United Tractors bukanlah merupakan perjanjian leasing, sebagaimana yang terdapat dalam icon melainkan sama dengan pelaksanaan perjanjian suatu beli dengan angsuran. Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai pelaksanaan perjanjian Leasing pada PT. United tractors di Kota Jayapura ada baiknya kita mengetahui bagaimana prosedur untuk mendapatkan barang modal melalui Leasing, bagaimana bentuk ketentuan dan syarat-syarat perjanjian Leasing, bagaimana hak dan kewajiban para pihak, bagaimana isi dan berlakunya perjanjian (lahir dan berlakunya perjanjian) dan bagaimana pelaksanaan perjanjian leasing pada PT. United tractors di Kota Jayapura. 1. Prosedur Mendapatkan Barang Modal Melalul Leasing Di dalam setiap kegiatan akan selalu menimbulkan hak dan kewajiban dan selalu melaiui suatu proses yang merupakan suatu tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk memperoleh hak dan kewajiban tersebut. Demikian halnya dalam suatu perjanjian leasing. Dengan demikian dalam perjanjian leasing prosedur untuk mendapatkan barang adalah sebagai berikut: a. Pemohonan untuk mendapatkan barang modal Pada tahap ini calon lessee berusaha untuk mencari infomasi sehubungan dengan keinginannya me-lease/membeli barang modal baik itu melalui “sales” maupun dengan mendatangi langsung perusahaan (calon lessor) untuk mencari keterangan, apabila lessee datang langsung ke perusahaan (lessor) lessee akan memperoleh keterangan yang lebih lengkap dan “counter sales”, akan dilayani dengan baik. Pada saat itu juga calon lessee akan diberitahukan segala hal-hal yang bersangkutan dengan masalah perolehan barang modal melaiui leasing, apabila calon lessee setuju kadang-kadang terjadi tawar menawar harga, setelah kedua belah pihak sepakat maka calon lessee akan mengajukan pemohonan secara lisan kepada calon lessor/perusahaan untuk mengadakan suatu perjanjian leasing guna mendapatkan barang modal. Sementara pihak perusahaan sudah menyediakan fomulir pemohonan. Calon lessee dapat langsung mengisi fomulir pemohonan yang telah disediakan oleh perusahaan. Pada tahap ini merupakan tahap pertama diadakannya kontak langsung antara calon lessee (pembeli) dengan cafon lessor (perusahaan) yang disebut dengan tahap negosiasi. b. Penandataganan Perjanjian/Kontrak JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 138 Setelah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak pada tahap negosiasi baik itu mengenai harga, bunga dan syarat-syaratnya maka tahap selanjutnya ialah penandatanganan surat perjanjian/kontrak yang berkaitan dengan peroleh barang modal melalui leasing (pembiayaan konsumen). Adapun syarat-syarat yang harus ditandatangani dalam perjanjian adalah sebagai berikut: 1) Perjanjian pembiayaan konsumen yang merupakan/berisi hal-hal pokok dan surat perjanjian. 2) Surat pemyataan bersama dimana pihak pertama mengakui dan membenarkan telah menjual barang modal/alat-alat berat secara tunai, telah menerima pembayaran harga sisa barang dari dana yang diperoleh pihak kedua dan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh PT. United Tractor Multifinance kepada pihak kedua. Pihak kedua mengikat diri dan menyerahkan hak kepemilikan barang sebagai jaminan kepada pihak pertama (perusahaan) dan kesiapan pihak pertama untuk mengurus dan menyediakan surat-surat yang bersangkutan dengan kendaraan/barang modal. 3) Surat kuasa yang berisi suatu pcmyataan untuk memberi kuasa kepada pihak perusahaan untuk melakukan tindakan apabila memberi kuasa (lessee) lalai dalam melakukan kewajihannya sesuai dengan perjanjian, untuk mengambil langsung barang yang telah diserahkan sebagai jaminan oleh pemberi kuasa, dan semua tindakan yang dianggap perlu oleh pihak penerima kuasa. 2. Ketentuan Dan Syarat-Syarat Perjanjian Di dalam setiap perjanjian, selalu ada ketentuan/syarat-syarat yang harus dipenuhi, baik ketentuan atau syarat yang telah ditentukan oleh UndangUndangsebagaimana yang terdapat dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikat diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Adapun syarat-syarat yang dimaksud dalam pembiayaan konsumen (leasing) pada PT. United tractors di Jayapura adalah: a. Seorang customer (calon lessee) hanis mampu atau bersedia membayar uang muka sekitar 40% dari harga total yaitu harga barang ditambah bunga dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mengurus barang serta profit atau keuntungan yang diharapkan oleh lessor (perusahaan). b. Lessee bersedia nenandatangani surat perjanjian dengan segala konsekuensinya. Bagi lessee yang sudah berkeluarga harus ada kesepakatan antara suami dan istri dan hersama-sama menandatangani surat penjanjian serta menyerahkan tanda pengenal (Kartu Tanda Penduduk). Maksud ketentuan tersebut adalah agar suami istri saling mengetahui, menyetujui atau bertanggung jawab bersama-sama terhadap penyelesaian dan pelunasan barang yang di-lease. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang yang menyatakan bahwa harta yang diperoleh setelah perkawinan adalah harta bersama suaini dan istri. Oleh karena itu, apabila JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 139 suatu saat terjadi perceraian yang menyebabkan pemisahan harta kekayaan maka pelunasan angsuran masih menjadi tanggung jawab bersama, kecuali ada ketentuan sebelumnya. c. Adanya kejelasan mengenai ekonomi dan latar belakang sosial lessee, seperti: 1) Mempunyai penghasilan yang tetap dan memadai yang dapat menjamin kelangsungan pembayaran angsuran/pelunasan hutang yang dibuktikan dengan foto copy “daftar gaji”/”daftar penghasilan” lessee. Dengan melihat “daftar penghasilan” lessee tersebut lessee dapat mempertimbangkan apakah lessee nantinya akan mampu atau tidak, untuk membayar angsuran utangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Jika lessor (perusahaan) merasa bahwa lessee tidak akan mampu membayar angsurannya maka pemohonan lessee tidak disetujui. 2) Memberikan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan surat-surat keterangan domisili dari Lurah, dengan maksud untuk mengetahui domisili dan identitas yang sebenarnya dari lessee untuk memudahkan pencegahan, penagihan dan penarikan kembali barang/kendaraan jika lessee lalai melaksanakan kewajibannya. Juga untuk mengantisipasi si lessee memiliki KTP ganda (lebih dan sath), karena lessee mempunyai niat tidak baik, maka dengan adanya surat keterangan dari Lurah dapat membantu lessor (perusahaan) untuk mengontrol keadaan lessee dan mempemudah melakukan penagihan atau memberi teguran. 3) Bagi calon lessee yang keadaan ekonominya kurang memadai perlu ada pihak ketiga untuk menanggung dan dibuktikan dengan surat pernyataan bersedia menanggung yang dibuat oleh pihak ketiga di hadapan lessor (perusahaan) sehingga apabila lessee wanprestasi maka pihak ketiga yang akan bertanggung jawab untuk membayar angsuran dari lessee. d. Tidak mempunyai tunggakan pada PT. United Tractors. Hal ini berlaku bagi calon lessee pelanggan atau pernah membeli barang/kendaraan baik itu secara kredit/melalui leasing, yang belum melunasi angsurannya dan apabila ada tunggakannya maka pemohonannya ditolak, tetapi sekalipun angsurannya masih ada kalau pembayaran angsurannya lancar atau tidak ada tunggakan maka permohonannya dapat diterima atau disetujui. e. Pembayaran Pembayaran dilakukan pada setiap bulan di tempat yang telah ditetapkan dalam perjanjian, tempat pembayaran baik itu uang muka atau pembayaran argsuran dilakukan di perusahaan kepada kasir di jalan Abepura II No. I Jayapura. Pembayaran ini dilakukan oleh lessee atau pihak lain yang diberi kuasa untuk melakukan pembayaran atas nama lessee. Para pihak menyetujui bahwa jumlah uang yang wajib dibayar pihak kedua kepada pihak pertama akan dilaksanakan pada saat-saat dan dengan jumlah pembayaran sebagai berikut: 1) Pada saat penandatanganan perjanjian pihak kedua wajib membayar jumlah uang muka sebesar 40% dari total harga yaitu harga barang JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 140 ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dari profit atau keuntungan yang diharapkan oleh lessor (perusahaan). 2) Jumlah hutang yang harus dibayar secara berangsur oleh pihak kedua kepada pihak pertama adalah merupakan sisa dari jumlah harga total barang/kendaraan dikurangi uang muka yang telah dibayar, yaitu sekitar 60% lagi, pembayaran ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan jumlah yang telah ditentukan pada tanggal yang sama pada setiap bulan sampai pembayaran angsuran berakhir atau selesai. 3) Untuk setiap pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak kedua/lessee kepada pihak pertama/lessor, pihak pertama akan memberikan suatu tanda terima (kwitansi). Apabila pembayaran dilakukan dengan cek atau giro bilyet apabila sudah diuangkan atau dipindah bukukan dengan cara sebagaimana mestinya. 4) Penyerahan alat-alat berat dan surat-suratnya oleh lessor kepada lessee dimana biaya pengurusannya dibayar oleh lessee. 5) Apabila dalam penyelesaian perjanjian, pihak lessee terlambat membayar angsuran seperti yang telah diperjanjikan maka pihak kedua harus bersedia membayar denda keterlambatan kepada lessor sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,15 % untuk setiap hari keterlambatan. f. Pengakuan Hutang Dengan adanya penandatanganan perjanjian, pihak lessee mengakui secara otomatis sejumlah hutang yang telah ditetapkan dalam perjanjian, dan pihak lessee wajib membayar lunas hutangnya kepada lessor atau perusahaan. Demikian pula jika lessee tenlambat membayar angsuran harus membayar denda keterlambatan membayar angsuran. Jumlah hutang yang telah ditentukan tersebut dapat ditagih oleh pihak lessor sekaligus tanpa mengindahkan penentuan saat pembayaran apabila: 1) Pihak lessee meninggal dunia/dengan meninggalnya lessee maka dengan sendirinya perjanjian dianggap batas, oleh karena itu lessor dapat melakukan penagihan atau menarik kembali barang, kendaraan yang di lease, kecuali apabila ada ahli waris atau pihak penanggung yang bersedia melanjutkan pembayaran angsurannya. 2) Apabila kekayaan lessee sebagian/keseluruhannya terancam akan disita oleh pengadilan dengan nama atau sifat ataupun sitaan itu akan diletakkan. 3) Adanya pemohonan yang diajukan kepada instansi yang berwenang agar pihak lessee dinyatakan pailit atau agar diberi penundaan pembayaran ataupun agar dirinya diletakkan di bawah pengampunan (curatele). Apabila pihak lessee dinyatakan pailit, maka segala kekayaan lessee akan disita oleh instansi yang berwenang untuk membayar semua hutanghutangnya kepada lessor/perusahaan. Atas pertimbangan inilah maka sebelum lessee dinyatakan pailit dan segala kekayaannya disita maka lessor sudah harus melakukan penagihan atas segala piutangnya. 4) Sebagai pertimbangan lessor, lessee akan melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan kepentingan lessor/perusahaan yang bersangkutan dengan harta kekayaan lessor, seperti bila lessee berkeinginan/berniat memindahtangankan atau memindahkan barang kepada pihak ketiga JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 141 secara diam-diam atau dengan tidak memberitahukan hal tersebut kepada lessor. g. Mengenai Jaminan 1) Sebagai jaminan agar seluruh pembayaran jumlah hutang yang merupakan kewajiban lessee terhadap lessor dapat terlaksana, makalessee meinindahkan dan menyerahkan hak milik atas barang tersebut kepada lessor. 2) Pemindahan dan penyerahan tersebut dilakukan dan diterima dengan pengertian yang jelas dan tegas bahwa lessee akan tunduk pada syaratsyarat yang lazim berlaku untuk suatu penyerahan hak milik secara kepercayaan dan yang dilakukan dengan mengindahkan syarat-syarat dan perjanjian sebagai berikut: a) Barang yang telah di-lease dapat dikuasi olehnya sebagai pihak yang memakai/mempergunakan barang tersebut dan bukan sebagai pemegang hak milik atas barang tersebut, hak mana telah diserahkan sebagai jaminan kepada lessor. b) Jika terjadi sesuatu atau setelah saat-saat ‘yang telah ditentukan lessee belum membayar angsurannya kepada lessor, maka lessor berhak dan berwenang untuk mengambil atau menarik serta menguasai barang tersebut dan lesse atau pihak lain, jika perlu dengan bantuan pihak keamanan (polisi). c) Hak dan wewenang lessor tersebut di dasarkan pada “kuasa mutlak” yang timbul seiak diadakannya penandatangan perjanjian. Sebagai kepentingan lessor yang tidak dapat ditarik kembali oleh lessee atau tidak dapat berakhir karena apapun juga, karena hal tersebutmerupakan syarat mwlak dan perjanjian ini, yang tanpa adanya kuasa tersebut, maka perjanjian ini tidak akan dilaksanakan. Kuasa ini dapat pula dinyatakan secara terpisah dalam suatu surat kuasa yang tidak berbeda atau tidak mengurangi kuasa daripada petjanjian yang bersangkutan. d) Dalam melaksanakan haknya, lessor berwenang memperbaiki, menjual dan menyerahkan barang tersebut kepada pihak lain, baik melalui sesuatu lelang maupun dengan hak untuk menentukan harga jual sesuai dengan harga pasar saat itu, menerima uang harga penjualan, memberi dan menandatangani kwitansi dan memperhitungkan secara langsung seluruh jumlah hasil bersih dari penjualan itu terhadap seluruh jumlah hutang yang masih harus dibayar oleh lessee, sesuai dengan yang telah ditentukan dalam perjanjian. 1) Selama kewajiban pihak lessee terhadap lessor yang timbul dan perjanjian ini belum terpenuhi maka lessor tetap merupakan pihak pemegang hak milik atas barang/kendaraan tersebut, walaupun barang itu secara fisik dikuasai oleh lessee. Hal ini dapat dilakukan dengan tetap memegang surat-surat oleh lessor sampai lessee harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kebutuhan dan keselamatan dan barang tersebut dan lessee tidak akan menerima suatu pengecualian apapun yang dapat membebaskan lessee dan tanggung jawab itu. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 142 2) Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut di atas maka lessee harus menyatakan, mengerti dan terikat pada hal-hal berikut: a) Barang tersebut dengan cara dan alasan apapun dilarang berpindah tangan secara fisik dan kekuasaan lessee ke pihak lain. Begitu pula barang tersebut dilarang untuk dipindahkan dan wilayah/pulau dimana barang itu didaftar/berada semula ke wilayah/pulau yang lain. Perpindahan ini hanya dibenarkan apabila ada persetujuan tertulis dan pihak lessor. b) Hak milik atas barang tersebut, dengan cara dan karena alasan apapun dilarang dipindahkan, diserahkan atau diikatkan dengan suatu perjanjian pada pihak lain temasuk bank-bank. (Buku Pemilik Kendaraan Bemotor wajib diserahkan kepada pihak lessor). c) Lessee mengetahui dan mengakui bahwa apabila ketentuan-ketentuan ini dilanggar olehnya, maka dia dinyatakan telah berniat tidak baikdan sengaja melakukan tindakan yang diancam dengan hukum pidana. 3) Semua biaya yang harus dikeluarkan oleh lessor dalam rangka pelaksanaan hak dan wewenang ini, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan barang sehingga dapat dijual dengan harga yang wajar, merupakan tanggungan dari lessee yang sekaligus merupakan hutangnya yang dapat diperhitungkan oleh lessor dan hasil penjualan barang tersebut. h. Mengenai Kelalaian dan Akibatnya 1) Apabila lessee tidak membayar salah satu angsuran seperti yang telah diperjanjikan dan atau dia melanggar salah satu kewajiban, janji, ketentuan/azas dan perjanjian ini, maka lessor dapat menganggap lesseetelah lalai, tanpa memerlukan suatu pemyataan atau teguran resmi (somasi). 2) Akibat dan kelalaian lessee akan menimbulkan hak bagi lessor untuk mengambil tindakan-tindakan pengamanan kepentingannya yang dapat berupa: a) Pembatalan perjanjian secara sepihak oleh lessor dan jika demikian, lessee dengan ini berjanji akan segera mengembalikan barang tersebut ditambah dengan penggantian semua kerugian yang telah diderita oleh lessor karena pembatalan ini atau. b) Lessor melaksanakan hak dan wewenangnya yang timbul karena pemberian jaminan oleh lessee kepada lessor, dan atau c) Lessor melaksanakan hak dan wewenangnya yang timbul karena pemberian jaminan barang lain yang telah diserahkan olehlessee. i. Tentang Penyelesaian Apabila setelah diadakan perhitungan, ternyata hasil yang diterima oleh lessor dari penjualan barang jaminan itu tidak cukup untuk melunasi seluruh sisa hutang dan kewajiban-kewajiban darilessee seperti yang telah diperjanjikan sebelumnya di dalam perjanjian, maka jumlah kekurangan tetap merupakan hutang darilessee yang belum terbayar dan dapat ditagih sekaligus oleh lessor. Sedangkan apabila setelah diadakan perhitungan masih ada JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 143 sisanya/kelebihannya harus segera diserahkan oleh lessor kepada lessee. Apabila seluruh kewajiban lessee telah terpenuhi, maka lessor wajib menyerahkan kepada lessee semua bukti-bukti yang dipenlukan oleh lessee, temasuk faktur, BPKB untuk menentukan hak milik si lessee atas barang/kendaraan yang telah di-lesseenya. Mengenai hal-hal lain yang belum diatur dalam perjanjian ini, akan ditentukan kemudian dan dirundingkan secara bersama oleh kedua belah pihak/lessor dan lessee untuk mendapatkan persetujuan. 3. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Pada umumnya setiap perjanjian akan selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Demikian juga dalam perjanjian leasing pada PT. United Tractor di Jayapura. Hak dan kewajiban para pihak adalah sebagai berikut: a. Hak dan Kewajihan Lessee 1) Hak Lessee a) Lessee berhak mendapat atau menerima barang modal/kendaraan untuk dinikmati kegunaannya, yaitu ia dapat mengoperasikan barangtersebut untuk kepentingan asalkan tidak menyimpang dari apa yang telah disepakati bersama dengan lessor. b) Mempergunakan barang tersebut tanpa gangguan apapun dan orang lain, dalam arti bahwa lessee telah me-lease barang tersebut dan dia dapat mempergunakan dengan aman tanpa adanya gangguan yang dapat menghambat usaha lessee. 2) Kewajiban Lessee a) Membayar secara berkala harga sewaguna atas barang yang di leasenya, yaitu lessee harus membayar angsurannya setiap bulan kepada lessor sesuai dengan yang telah ditentukan oleh lessor, yang menjadi kewajibannya setiap bulannya juga harus membayar denda keterlambatannya, membayar angsuran, jika lessee terlambat membayamya. b) Menyediakan pembayaran pajak dan biaya-biaya lainnya, mengasuransikan barang modal serta memberi laporan keuangankepada yang menyewagunakan (lessor). b. Hak dan Kewajiban Lessor 1) Hak Lessor a) Mendapat pembayaran secara berkala atas barang modal yang di leasekan kepada lessee. b) Berhak mengontrol pengoperasian barang lessee, yaitu melihat apakah lessee benar-benar mengoperasikan barang sesuai dengan yang ditentukan oleh lessor. c) Berhak menarik kembali barang lease jika lessee tidak memenuhi kewajibannya dan menjualnya untuk pembayaran hutang lessee juga berhak menuntut kekurangan jika dari harga penjualan barang hutang lessee belum tertutupi kepada lessee. 2) Kewajiban Lessor JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 144 a) Menyediakan atau menyerahkan barang lease kepada lessee untuk dipergunakan dalam menjalankan usahanya atau kebutuhan lainnya. b) Memberikan kenikmatan (genot) tanpa gangguan kepada lessee atas barang lease selama masa waktu atau periode yang telah diperjanjikan. 4. Isi dan Penentuan berlakunya perjanjian (lahir dan berakhirnya perjanjian) Isi dari pada perjanjian leasing pada PT. United Tractor di Jayapura sesuai dengan kondisi dan berdasarkan atas ketentuan dan syarat-syarat perjanjian adalah sebagai berikut: a. Menyangkut identitas dan kedudukan masing-masing pihak dalam perjanjian yaitu pihak pertama (lessor) dan pihak kedua (lessee). Mengenai jumlah keseluruhan fasilitas dari lessor yang menjadi hutang lessee adalah sebagai berikut: 1) Hutang pokok 2) Bunga 3) Jumlah huang keseluruhan Mengenai pembayaran/pengembalian hutang Hal ini meliputi waktu pembayaran uang muka, besarnya angsuran, yang harus dibayar oleh lessee setiap bulannya, waktu pembayaran setiap bulannya atau penetapan tanggal dan tempat pembayaran serta denda. b. Pengakuan hutang Pada bagian ini dinyatakan bahwa lessee mengakui memiliki hutangsebesarjumlah yang ditetapkan oleh lessor dan dimana lessee berjanji akan melunasi jumlah hutang tersebut kepada lessor sesuai dengan yang telah ditetapkan. c. Mengenai jaminan Disini dijelaskan bahwa lessee menjaminkan barang yang dileasenya dari lessor sebagai jaminan atas hutangnya, sehingga lessee hanya memiliki barang lease tersebut secara fisik. Sedangkan hak milik atas barang tersebut berada pada lessor sampai lessee memenuhi semua kewajibannya. d. Mengenai kelalaian dan akibatnya. Pada bagian ini menjelaskan bahwa jika lessee melanggar perjanjian atau lalai melaksanakan kewajibannya baik disengaja maupun tidak disengaja,maka akan dikenakan denda sesuai dengan ketentuan dan akibatakibat lainnya yang harus ditanggung oleh lessee. e. Mengenai penyelesaian Hal ini menjelaskan tentang penyelesaian yang diambil oleh pihak lessor atau perusahaan terhadap kelalaian lessee dan akibat-akibat yang timbul dan kelalaiannya. f. Ketentuan utama Pada bagian ini menjelaskan bahwa jika ada hal-hal yang dirasa perlu olehpara pihak, tetapi belum ditetapkan dalam perjanjian, maka akan dirundingkan bersama, juga mengenai domisili kantor Panitera Pengadilan Negeri yang dipilih dan ditunjuk oleh para pihak sebagai kuasa hukumnya apabila di kemudian hari terjadi perselisihan. Kemudian kedua belah pihak JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 145 membubuhkan tandatangan atas perjanjian tersebut sebagai bukti sahnyaperjanjian dimulainya hak dan kewajiban dan masing-masing pihak. Sebagaimana perjanjian pada umumnya, demikian juga dengan kekuatan mengikat dari perjanjian leasing atas kedua belah pihak adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian tersebut oleh kedua belah pihak setuju dan sanggup melaksanakan isi perjanjian. Oleh sebab itu sejak penandatanganan perjanjian kedua belah pihak mulai terikat oleh suatu perjanjian yang mereka telah sepakati bersama dan perjanjian tersebut merupakan undang-undang bagi mereka, yang mengharuskan mereka untuk melaksanakan segala kewajibannya sesuai dengan isi perjanjian. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 1338 ayat I KUHPerdata bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sedangkan kekuatan mengikatnya akan berakhir apabila kedua belah pihak telah memenuhi kewajibannya masing-masing yang dibuktikan dengan penyerahan (levering) secara yuridis oleh lessor kepada lessee. Dengan demikian kekuatan mengikat dan perjanjian tersebut terhadap kedua belah pihak sudah tidak ada lagi, dan ini berarti perjanjian tersebut telah selesai/sudah berakhir. Pelaksanaan Perjanjian Leasing Pada PT. United Tractor Pelaksanaan ini merupakan perwujudan daripada perjanjian yang sebenarnya yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pembayaran uang muka sebesar yang telah ditetapkan dalam perjanjian oleh lessor kepada lessee, yang merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh lessee agar dapat memperoleh barang modal seperti yang dikehendakinya. b. Penyerahan barang secara kekuasaan dan lessor kepada lessee, yang dilakukan setelah pembayaran uang muka oleh lessee yang disertai dengan penandatangan surat perjanjian dan penyerahan barang tanpa BPKBnya. c. Penyerahan barang sebagai jaminan oleh lessee kepada lessor, setelah lessor menyerahkan barang secara kekuasaan belaka kepada lessee, maka pihak lessee menyerahkan kembali hak atas barang tersebut kepada lessor/ perusahaan berupa BPKB dan kendaraan yang telah diserahkan oleh lessor kepada lessee. Jadi yang dijadikan jaminan oleh lessee kepada lessor adalah barang yang di-lease dengan pemindahan hak milik, sampai pembayaran yang dilakukan secara berkala berakhir/selesai. d. Pembayaran angsuran/bulanan oleh lessee kepada lessor, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Angsuran ini harus dibayar oleh lessee sesuai ketentuan sampai hutang-hutangnya dilunasi. e. Penyerahan secara yuridis barang/kendaraan yang dilakukan oleh lessor kepada lessee yaitu penyerahan surat-surat bukti kepemilikan dan barang tersebut. Penyerahan secara yuridis ini merupakan tahap akhir dari perjanjian, sebagai bukti perjanjian telah dilaksanakan sebagaimana yang diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian telah berakhir. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 146 Kendala Pelaksanaan Perjanjian Leasing Dan Upaya-Upaya Penyelesaian Masalah Pelaksanaan Perjanjian Leasing Pada PT. United Tractor 1. Faktor-Faktor Yang Mendukung Pada umunnya suatu perusahaan dalam melaksanakan suatu usaha akan maju jika ada faktor-faktor tertentu yang mendukung dalam pelaksanaannva dengan PT. United Tractor dalam melaksanakan perjanjian leasing adapun faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan perjanjian leasing pada PT. United Tractor sebagai berikut : a. Teknik dan kemampuan karyawan Hal ini mengangkut kemampuan dan karyawan dalam menproseskan barang yang akan dijual atau di-lease serta cara-cara yang ditempuh agar dapat menarik minat masyarakat untuk membeli atau me-lease barang/kendaraan. seperti pelayanannya yang membuat pelanggan senang. b. Modal yang cukup Dimana dalam penyediaan barang/kendaraan dan barang lainnya, PT. United Tractor mempunyai modal yang cukup, disamping itu PT. United Tractor dapat memesan Iangsung alat-alat berat yang dibutuhkan kepada PT. United Tractor sebagai agen tunggal alat-alat berat United Tractor di Indonesia; dimana PT. United Tractor ini hasil kerjasama patungan antara PT. United Tractor Intemational dengan pihak United Tractor cooperation (TMC) sebagai pihak yang pengelola alat-alat berat merk Jepang. Dengan demikian PT. United Tractor dalam memperoleh barang/alatalat berat yang dibutuhkan untuk dijual atau di-lease tidak sulit mendapatkannya.Demikian halnya dengan mutu alat-alat berat dinilai oleh masyarakat lebih baik bila dibandingkan dengan alat-alat merk lain juga cocok atau sesuai dengan kondisi di Papua. 2. Faktor-faktor yang menghambat Setiap perusahaan dalammenjalankan usahanya akan menghadapi masalah-masalah yang dapat menghambat jalannya perusahaan. Demikian pula yang dialami oleh PT. United Tractor dalam menjalankan/ melaksanakan perjanjian leasing. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. United Tractors sebagai berikut: a. Ketidak telitian dan kelalaian sales Dalam hal ini terjadi karena sales dalam meneliti/menilai keadaan lessee kurang teliti. Pada waktu lessee mengajukan pemohonan. Dimana pada saat itu lessee harus selesai menjual tanah sehingga memiliki sejumlah uang tunai yang cukup banyak, namun karena uangnya dalam bentuk tunai maka sangat mudah untuk dibelanjakan untuk memperoleh kebutuhan lainnya. Dengan demikian lessee cepat kehabisan uangnya sehingga tidak dapat lagi melaksanakan kewajibannya dalam membayar angsurannya setiap bulan sebagaimana mestinya. Karena uang yang dimiliki oleh lessee tadi sudah dipergunakan untuk kebutuhan lain maka lessee macet dalam membayar angsuran, dengan terjadinya hal demikian maka perusahaan menyelidiki penyebab terjadinya hal tersebut di atas temyata bahwa pada saat pertama sales kurang teliti, dalam menilai keadaan ekonomi lessee. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 147 b. Resiko (cacat tersembunyi) Pada umumnya setiap pembeli ataupun penyewa guna menghendaki barang yang terbaik, sementara penjual dan penyewa guna sudah berusaha untuk menyediakan dan menyerahkan barang yang terbaik, tetapi kadangkadang kendaraan yang telah diserahkan setelah dipergunakan beberapa hari mengalami kerusakan seperti pada kerusakan mesin kendaraan. Kerusakan tersebut di luar pengetahuankedua belah pihak, karena menurut pihak lessor sejak kendaraan datang/tiba di tempat kendaraan tersebut tidak pemah dites mesinnya, sehingga kendaraan yang diserahkan benarbenar dalam keadaan baru atau belum pemah dikorek-korek oleh lessor. 3. Upaya-Upaya Penyelesaian Masalah Dalam mengatasi masalah yang diakibatkan karena ketidaktelitian dan kelalaian sales maka dapat dilakukan upaya antara lain biasanya terhadap sales tersebut diberi teguran dan sebagai sanksinya dia harus mengurus pemasalahan tersebut sampai selesai bahkan bila dirasa perlu sales tersebut dipecat dan pekerjaannya. Sedangkan terhadap lessee yang lalai melaksanakan kewajibannya dapat ditindak sebagai berikut: 1. Apabila lessee telah terhukti lalai dalam melaksanakan kewajibannya, maka lessor/perusahaan membuat surat teguran dan dikirim kepada lessee denganjangka waktu 3 minggu. 2. Bila surat teguran pertama dan lessor tidak dipindahkan oleh lessee dan setelah 3 minggu itu lessee belum juga membayar angsurannya, maka lessormengirim surat teguran yang kedua dengan tenggang waktu yangsama dengan surat teguran pertama. 3. Jika temyata surat teguran yang kedua juga tidak diindahkan oleh lessee, maka lessor kembali membuat dan mengirim surat teguran yang ketiga dengan memberi jangka waklu yang sama pula. Apabila temyatasurat teguran yang ketiga juga tidak dipindahkan, maka lessor membuatsurat kuasa penarikan barang yang dilakukan oleh sie penarikan, didalam melaksanakan penarikan ini kadang-kadang pihak lessor meminta bantuan pihak keamanan (polisi) untuk menjaga kemungkinan adanya perlawanan dan pihak lessee. Setelah penarikan dilakukan pihak lessor memutuskan perjanjian/kontrak yang telah disepakati sebelumnya dan perjanjian tersebut dinyatakan batas/hapus. Tetapi apabila setelah surat teguran temyata lessee bersedia untuk melunasi tunggakan dan semua kewajibannya maka perjanjian dapat dilanjutkan kembali seperti semula. Dalam hal ini lessee dapat dikenakan sanksi berupa denda atas keterlambatannya membayar angsuran, dan pihak lessee harus bersedia membayar sesuai dengan yang ditentukan oleh lessor. Tetapi jika hak tersebut tidak dipindahkan dapat diperbaiki/diperlengkapi kembali dan dapat dijual oleh pihak lessor kepada pihak orang lain. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA 148 PENUTUP Kesimpulan 1. Dalam pelaksanaan perjanjian leasing pada PT. United Tractor timbul suatu hambatan yang mana terjadinya karena kurang telitinya sales dalam menilai keadaan ekonomi lessee pada saat lessee mengajukan permohonan untuk mengadakan perjanjian dengan lessor, dan juga karena resiko (cacat tersembunyi) yaitu adanya kerusakan pada mesin kendaraan yang sebelumnya tidak diketahui oleh kedua belah pihak. 2. Prosedur penyelesaian masalah yang ditempuh oleh perusahaan/lessor apabila lessee lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya adalah lessor membuat surat teguran dan mengirimkannya kepada lessee dengan tenggang waktu 3 minggu selama tiga kali dengan tenggang waktu yang sama. Apabila selama tiga kali surat teguran itu tidak dipindahkan oleh lessee, maka lessor membuat surat kuasa penarikan kembali atas barang lessee. Dengan demikian perjanjian menjadi batas/hapus tetapi apabila lessee segera memenuhi kewajibannya maka perjanjian dapat dilanjutkan kembali. Saran 1. Demi kepastian hukum khususnya mengenai perjanjian leasing, maka hendaknya pemerintah membuat Undang-undang yang mengatur secara pasti. tentang perusahaan leasing baik itu mengenai obyeknya, pelaksanaannya dan cara-cara penyelesaiannya terhadap hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya, agar antara pihak tidak ada yang merasa dirugikan. 2. Hendaknya instansi terkait yaitu Disperindag untuk mensosialisasikan tentang leasing, karena masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap adanya leasing ini, disamping itu literatur tentang leasing masih sangat terbatas, sehingga masyarakat kurang mengetahui dan tidak mengerti bagaimana caranya untuk mendapatkan barang melalui leasing yang mungkin masyarakat pernah membaca dan sempat mendapal infomasi tentang adanya leasing pada PT. United Tractor, tetapi tidak begitu memahami sehingga masyarakat kurang mengerti karena pelaksanaan dan teori agak berbeda. DAFTAR PUSTAKA Menteri Keuangan Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Leasing di Indonesia, PT.GhaliaIndonesia, Jakarta, 1987; Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992; Sri Suyatmi dan Sadiarto, Problematika Leasing di Indonesia, Arikha MediaCipta, Jakarta, 1983; Soekanto, 1980, Inventarisasi Perundang-undangan Mengenai Leasing, Laboratorium Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pancasila, 1980; Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986. JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW” Volume 1 Nomor 1, Februari 2013 UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA