bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, kami akan membahas teori mengenai Promotion mix, Integrated
Marketing Communications, Nine building blocks, TOWS Analysis, PESTEL
analysis, Porter Five Forces Analysis, Beacon, Net Present Value, Internal Rate of
Return, Payback Period, Free Cash Flow, dan Discount Rate.
2.1 Promotion Mix
Dalam memasarkan produknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh
perusahaan yaitu dengan melakukan promotion mix atau yang sering disebut sebagai
marketing communications mix. Menurut Kotler & Keller (2014, hal 429), terdapat
lima alat utama untuk mengkomunikasikan nilai dan membangun hubungan dengan
pelanggan sebagai berikut:
1. Advertising
Merupakan segala bentuk dari presentasi non personal dan promosi ide, barang,
atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi.
2. Sales Promotion
Merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan
barang atau jasa.
17
18
3. Personal Selling
Merupakan presentasi personal oleh tim penjualan perusahaan untuk melakukan
penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
4. Public Relations
Merupakan usaha membangun hubungan baik dengan perusahaan dengan
menciptakan publikasi yang baik, membangun image baik perusahaan, dan
menghadapi rumor, cerita, dan kejadian yang kurang baik.
5. Direct Marketing
Merupakan hubungan langsung yang ditargetkan pada pelanggan individual untuk
mendapatkan respon yang cepat dan membangun hubungan baik jangka panjang
dengan pelanggan.
2.2 Integrated Marketing Communications
Seiring dengan perkembangan jaman, marketing communications mix kemudian
berkembang menjadi integrated communications. Menurut Kotler & Keller (2014,
hal 429), di beberapa dekade sebelumnya, pemasar menggunakan mass marketing di
mana mereka menjual produk massal standar untuk seluruh pelanggan. Dalam
prosesnya, pemasar tersebut mengembangkan teknik komunikasi media massa yang
efektif untuk mendukung strategi ini. Perusahaan besar secara rutin menginvestasikan
sejumlah besar uang untuk melakukan advertising di televisi, majalah, atau media
massa lainnya untuk mencapai seluruh pelanggan dengan satu iklan.
19
Perubahan ini secara garis besar disebabkan oleh:
1. Perubahan pelanggan
Di era digital dan wireless, seperti sekarang ini, pelanggan mendapatkan
informasi yang lebih baik dan lebih memberdayakan komunikasi. Daripada
mengandalkan informasi yang disediakan di pasar, pelanggan dapat mencari
informasi sendiri melalui internet dan alat teknologi lainnya. Pelanggan bisa
secara mudah menjalin hubungan dengan pelanggan lainnya untuk bertukar
informasi atau bahkan menciptakan pesan pemasarannya sendiri.
2. Perubahan strategi pemasaran
Seiring dengan perkembangan pasar, para pemasar bergeser dari pemasaran
secara massal. Pemasar mengembangkan program pemasaran yang secara fokus
di desain untuk membangun hubungan lebih dengan dengan pelanggan di pasar
yang lebih sempit.
3. Kemajuan dalam teknologi komunikasi
Perubahan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam cara perusahaan
dan pelanggan berkomunikasi satu dengan lainnya. Era digital telah melahirkan
sejumlah alat informasi dan komunikasi baru, mulai dari smartphone dan iPad ke
satelit dan sistem televisi kabel. Pengembangan ini memberikan dampak yang
besar pada komunikasi pemasaran. Dengan perkembangan ini, media digital yang
baru melahirkan model komunikasi pemasaran yang baru.
Ahli periklanan dalam Kotler & Keller (2014, hal 430) menyarankan pemasar untuk
memindahkan dana pemasaran dari media cetak menjadi media digital dan new age
20
media lainnya. Di dunia komunikasi pemasaran, dibandingkan dengan pendekatan
lama yang menginterupsi pelanggan dan mengirimkan pesan massal, bentuk media
baru membuat pemasar menggapai grup pelanggan yang lebih kecil dengan cara yang
lebih interaktif dan menarik.
2.3 Nine Building Blocks
Osterwalder & Pigneur (2010, hal 14), mendefinisikan bahwa sebuah model
bisnis
menggambarkan
alasan
tentang
bagaimana
organisasi
menciptakan,
memberikan, dan menangkap nilai. Konsep bisnis model harusnya yang bisa di
mengerti semua orang, sebuah model yang memfasilitasi deskripsi dan diskusi.
Tantangannya adalah bahwa konsep tersebut haruslah sederhana, relevan, dan mudah
di mengerti, sementara tidak terlalu menyederhanakan bagaimana kompleksitas
fungsional perusahaan.
Osterwalder & Pigneur (2010, hal 15) kemudian menciptakan suatu konsep
model bisnis yang dapat menjadi bahasa bersama yang memudahkan untuk
menggambarkan dan memanipulasi bisnis model untuk menciptakan alternatif
strategi baru. Konsep ini merupakan konsep sembilan blok (nine basic building
blocks) yang menunjukkan logika bagaimana perusahaan berusaha mendapatkan
uang.
21
Menurut Trimi & Berbegal – Mirabent (2012, hal 457), bisnis model diharapkan
dapat membantu pengusaha dengan empat cara:
1. Melibatkan pengusaha dalam melakukan refleksi secara konstan, melakukan
pengembangan bisnis dengan menggunakan alat grafis di mana seluruh elemen
terkait satu dengan lainnya, dan menyediakan kohesi untuk keseluruhan model
bisnis.
2. Memungkinkan pengusaha, pelanggan, karyawan, eksekutif, dan bahkan pesaing
untuk mengerti bagaimana bisnis tersebut mengartikulasikan komponenkomponen yang berbeda.
3. Memaksa pengusaha untuk secara bersama-sama mempertimbangkan elemen
bisnis secara individual maupun sercara keseluruhan.
4. Penggunaan alat grafis berkontribusi untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi.
22
Gambar berikut menjelaskan mengenai sembilan blok tersebut:
Gambar 2.1 Nine building blocks
Sumber : Osterwalder & Pigneur (2010, hal 18 - 19)
Berikut pemaparan mendetail dari nine building blocks yang digambarkan di atas
menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 21 - 41) :
1. Customer Segments
Segmentasi pelanggan mendefinisikan kelompok orang atau organisasi yang mau
dijangkau dan dilayani oleh perusahaan. Beberapa tipe segmentasi pelanggan
sebagai berikut:
23

Mass market
Value propositions, saluran distribusi, dan hubungan dengan pelanggan fokus
pada satu kelompok besar pelanggan dengan kebutuhan dan masalah yang
sejenis.

Niche market
Model bisnis ini menargetkan pada ceruk pasar yang melayani segmen pasar
yang spesifik.

Segmented
Menargetkan beberapa segmen pasar dengan sedikit perbedaan kebutuhan dan
masalah.

Diversified
Melayani dua segmentasi pasar yang berbeda kebutuhan dan masalahnya.

Multi-sided platforms
Melayani dua atau lebih segmen pasar yang saling bergantung.
2. Value Propositions
Value propositions didefinisikan sebagai kumpulan barang dan jasa yang
menciptakan nilai untuk segmen pelanggan yang spesifik. Value propositions
biasanya merupakan campuran dari beberapa elemen nilai tunggal. Nilai yang
ditawarkan bisa berupa kuantitatif (seperti harga dan kecepatan pelayanan) atau
kualitatif (seperti desain dan pengalaman pelanggan).
24
Ada 11 macam nilai tunggal sebagai berikut:

Newness
Beberapa value propositions dapat memuaskan kebutuhan pelanggan yang
belum pernah terpenuhi karena belum pernah ada penawaran yang sejenis
sebelumnya. Umumnya nilai ini ditawarkan oleh produk yang berkaitan
dengan teknologi.

Performance
Meningkatkan kinerja produk dan jasa secara tradisional merupakan cara
paling umum untuk menciptakan nilai.

Customization
Membuat produk atau jasa yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan individual atau segmen pelanggan menciptakan nilai. Dalam
beberapa tahun terakhir, konsep mass-customization dan customer co-creation
menjadi penting. Pendekatan ini memungkinkan produk dan jasa yang
customized dengan tetap memperoleh keuntungan dari economies of scale.

“Getting the job done”
Nilai dapat diciptakan secara sederhana dengan membantu pelanggan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Design
Desain merupakan elemen yang penting tetapi sulit untuk diukur. Sebuah
produk bisa dinilai baik karena desain atau tampilan yang baik.
25

Brand / Status
Pelanggan bisa mendapatkan nilai dari menggunakan atau memamerkan merk
tertentu.

Price
Menawarkan nilai dengan memberikan harga yang lebih rendah merupakan
cara sederhana untuk memuaskan pelanggan yang sensitif terhadap harga.

Cost reduction
Membantu pelanggan mengurangi biaya merupakan cara yang penting untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan.

Risk reduction
Nilai bagi pelanggan adalah dengan mengurangi resiko yang terjadi ketika
terjadi pembelian barang dan jasa. Contoh dari penawaran nilai ini adalah
dengan memberikan garansi kepada pelanggan.

Accessibility
Membuat produk dan jasa tersedia untuk pelanggan yang sebelumnya
mengalami kesulitan untuk mendapatkan produk dan jasa tersebut merupakan
salah satu cara untuk menciptakan nilai. Hal ini bisa dihasilkan dari inovasi
model bisnis, teknologi, maupun kombinasi antara keduanya.

Convenience / Usability
Menciptakan nilai dengan membuat suatu hal menjadi lebih mudah untuk
pelanggan.
26
3. Channels
Channels
mendeskripsikan
bagaimana
perusahaan
berkomunikasi
dan
menjangkau segmen pelanggannya untuk menyampaikan value proposition.
Channels memiliki beberapa fungsi, antara lain:

Meningkatkan kesadaran pelanggan mengenai produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan.

Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition perusahaan

Membantu pelanggan untuk membeli produk dan jasa yang spesifik.

Menyampaikan value proposition kepada pelanggan.

Menyediakan dukungan pasca pembelian kepada pelanggan.
4. Customer Relationship
Customer relationship mendeskripsikan tipe hubungan yang dibangun perusahaan
dengan segmen pelanggan yang spesifik. Motivasi hubungan dengan pelanggan
antara lain untuk akuisisi dan retensi pelanggan serta untuk meningkatkan
penjualan.
Terdapat beberapa kategori hubungan dengan pelanggan antara lain:

Personal assistance
Hubungan
ini
didasarkan
pada
interaksi
manusia.
Pelanggan
bisa
berkomunikasi dengan perwakilan perusahaan untuk mendapatkan bantuan
dalam proses penjualan atau setelah pembelian selesai.
27

Dedicated personal assistance
Hubungan ini melibatkan perwakilan perusahaan yang didedikasikan secara
spesifik untuk pelanggan. Hal ini melambangkan hubungan yang dekat dan
umumnya terjadi dalam periode yang panjang.

Self service
Perusahaan tidak menjaga hubungan secara langsung dengan pelanggan.

Automated services
Tipe hubungan ini mengkombinasikan self-service dengan proses yang terotomatisasi. Automated services dapat mengenail pelanggan individual dan
karakternya sehingga bisa memberikan informasi yang terkait dengan
transaksi atau permintaan pelanggan.

Communities
Penggunaan komunitas mulai banyak digunakan oleh perushaan baik secara
online maupun offline untuk bertukar pengetahuan maupun saling membantu
dalam pemecahan masalah. Melalui komunitas, perusahaan juga dapat lebih
mengenal pelanggannya.

Co-creation
Perusahaan mengubah hubungan tradisional antara pelanggan dan perusahaan
untuk bersama-sama menciptakan nilai dengan pelanggan. Perusahaan
melibatkan pelanggan untuk membantu dalam membuat desain dari produk
baru yang inovatif.
28
5. Revenue Streams
Revenue streams menggambarkan bagaimana perusahaan menghasilkan uang dari
setiap segmen pelanggan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan
untuk mendapatkan revenue streams, antara lain:

Asset sale
Penjualan aset merupakan cara yang paling umum dengan menjual
kepemilikan dari produk fisik.

Usage fee
Pendapatan ini diperoleh dengan penggunaan jasa tertentu. Semakin banyak
jasa yang digunakan, semakin banyak pula biaya yang harus dibayarkan oleh
pelanggan.

Subscription fees
Pendapatan ini diperoleh dengan menjual akses terhadap jasa yang kontinu.
Contohnya adalah keanggotaan bulanan atau tahunan di pusat kebugaran.

Lending / renting / leasing
Pendapatan ini diperoleh dengan memberikan akses eksklusif secara
sementara untuk menggunakan aset untuk periode tertentu.

Licensing
Pendapatan ini didapatkan dengan memberikan ijin kepada pelanggan untuk
menggunakan protected intellectual property.
29

Brokerage fees
Pendapatan ini didapatkan dari jasa sebagai intermediasi yang dilakukan
antara beberapa pihak.

Advertising
Pendapatan ini merupakan hasil dari mengiklankan suatu produk, jasa, atau
merk.
Setiap revenue streams dapat memiliki mekanisme penetapan harga yang
berbeda. Tipe penetapan harga yang dipilih dapat memberikan perbedaan dalam
mendapatkan pendapatan. Ada dua jenis mekanisme penetapan harga sebagai
berikut:

Fixed menu pricing
 Menetapkan harga berdasarkan variabel statis.
o List price
 Harga tetap untuk produk dan jasa.
o Product feature dependent
 Harga tergantung dari jumlah atau kualitas dari fitur value
propositions.
o Customer segment dependent
 Harga tergantung dari tipe dan karakter dari segmen pasar.
o Volume dependent
 Harga sebagai fungsi dari kuantiti yang dibeli.
30

Dynamic pricing
 Harga dasar berubah berdasarkan kondisi pasar
o Negotiation (bargaining)
 Harga merupakan hasil negosiasi antara dua atau lebih rekan dan
sangat tergantung dari kekuatan dan keahlian negosiasi.
o Yield management
 Harga tergantung dari persediaan dan waktu pembelian. Umumnya
digunakan untuk hotel dan penerbangan.
o Real-time market
 Harga ditetapkan secara dinamis berdasarkan permintaan dan
penawaran.
o Auctions
 Harga ditetapkan dari hasil lelang yang dilakukan secara kompetitif.
6. Key Resources
Key resources mendiskripsikan aset yang paling penting untuk membuat model
bisnis berhasil. Setiap model bisnis memerlukan key resources. Key resources ini
memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan value proposition,
mencapai pasar, menjaga hubungan dengan pelanggan, dan mendapatkan
keungungan. Key resources bisa dikategorikan sebagai berikut:

Physical
Meliputi aset fisik seperti fasilitas manufaktur, bangunan, kendataan, mesin,
sistem, dan jaringan distribusi.
31

Intellectual
Meliputi merek, paten dan hak cipta, kemitraan, dan data pelanggan yang
merupakan komponen penting dari sebuah bisnis model yang kuat.

Human
Sumber daya manusia merupakan aspek yang penting dalam setiap bisnis
model.

Financial
Meliputi kas, lini kredit, atau saham.
7. Key Activities
Key activities mendeskripsikan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan
untuk membuat bisnis modelnya berhasil. Key activities merupakan tindakan yang
paling penting dilakukan agar perusahaan bisa beroperasi secara sukses. Key
activities dapat dikategorikan sebagai berikut:

Production
Aktivitas ini terkait perancangan, pembuatan, dan menyampaikan produk
tersebut dalam jumlah yang besar atau dengan kualitas yang baik. Kegiatan
produksi mendominasi model bisnis perusahaan manufaktur.

Problem Solving
Tipe aktivitas ini berhubungan dengan memberikan solusi terhadap masalah
yang dihadapi pelanggan. Perusahaan yang kegiatannya didominasi oleh
problem solving adalah konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lainnya.
32

Platform / Network
Model bisnis yang menggunakan platform sebagai sumber daya utamanya
didominasi oleh platform atau aktivitas yang berhubungan dengan jaringan.
8. Key Partnership
Key partnership mendeskripsikan jaringan pemasok dan rekan yang membuat
bisnis model bekerja. Ada 4 jenis kemitraan sebagai berikut:

Aliansi strategis antara non kompetitor

Kemitraan strategis antara kompetitor

Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru

Hubungan pembeli – pemasok untuk memastikan ketersediaan pasokan.
9. Cost Structure
Cost
structure
mendeskripsikan
seluruh
biaya
yang
diperlukan
untuk
mengoperasikan sebuah model bisnis. Cost structure dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

Cost driven
 Fokus pada meminimalisir biaya. Pendekatan ini mencoba untuk
menciptakan dan memelihara struktur biaya yang paling ramping.

Value driven
 Fokus pada penciptaan nilai dan tidak terlalu memperhatikan terhadap
implikasi biaya dari model bisnis yang dibuat.
33
Berikut adalah empat karakteristik dari cost structure:

Fixed cost
 Merupakan biaya yang tetap dan tidak terpengaruh volume produk atau
jasa yang dihasilkan.

Variable cost
 Biaya yang besarmya bervariasi secara proporsional terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan.

Economies of scale
 Keuntungan biaya yang diterima perusahaan karena adanya peningkatan
volume produksi.

Economies of scope
 Keuntungan yang diperoleh karena ruang lingkup operasional perusahaan
yang lebih besar.
2.4 PESTEL Analysis
Lingkungan makro merupakan unsur penting yang perlu dipertimbangkan
dalam bisnis. Thompson et al. (2014, hal 46) menyebutkan bahwa setiap perusahaan
beroperasi di lingkungan makro yang luas yang terdiri dari enam komponen utama
yaitu faktor politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, lingkungan, dan hukum.
34
Setiap komponen ini memiliki potensi untuk mempengaruhi industri dan
lingkungan kompetitif. Analisa akibat dari keenam faktor ini yang disebut dengan
PESTEL Analysis. Gambar berikut mengilustrasikan komponen lingkungan makro
perusahaan.
Macro Environment
Economic Conditions
Immediate Industry
& Competitive Environment
Sociocultural
Political
Factors
Substitute
Products
Suppliers
Forces
Compan
y
Environental
Rival
Firms
Buyers
Technologica
l Factors
Forces
New
Entrants
Legal / Regulatory Factors
Gambar 2.2 PESTEL Analysis
Sumber : Thompson et al. (2014)
Kkondisi
35
Berikut merupakan penjelasan detail mengenai enam kompoten dari lingkungan
makro seperti dijelaskan oleh Thompson et al. (2014, hal 48):

Faktor politik
Faktor politik melingkupi kebijakan dan proses politik, termasuk sejauh mana
pemerintah campur tangan dalam perekonomian. Contoh nyata dari faktor politik
adalah kebijakan pajak, kebijakan fiskal, tarif, iklim politik, dan kekuatan institusi
seperti sistem perbankan.

Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi meliputi iklim umum ekonomi dan faktor-faktor spesifik seperti
tingkat suku bunga, nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat
pertumbuhan ekonomi, defisit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan, dan
produk domestik per kapita. Faktor ekonomi juga mencakup kondisi di pasar
saham dan obligasi, yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan
pendapatan tambahan.

Tekanan sosial budaya
Tekanan sosial budaya termasuk nilai-nilai sosial, sikap, faktor budaya, dan gaya
hidup yang berdampak pada bisnis, serta faktor-faktor demografi seperti ukuran
populasi, tingkat pertumbuhan, dan distribusi usia.

Faktor teknologi
Faktor teknologi meliputi laju perubahan teknologi dan perkembangan teknis
yang memiliki potensi efek luas pada masyarakat, seperti rekayasa genetika dan
36
nanoteknologi. Perubahan teknologi dapat mendorong lahirnya industri-industri
baru, seperti yang industri yang didasarkan pada nanoteknologi.

Tekanan lingkungan
Tekanan lingkungan termasuk tekanan ekologi dan lingkungan seperti cuaca,
iklim, perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti kelangkaan air. Faktorfaktor tersebut dapat langsung berdampak industri seperti asuransi, pertanian,
produksi energi, dan pariwisata.

Faktor hukum dan peraturan
Faktor-faktor ini meliputi peraturan dan undang-undang yang harus dipatuhi
perusahaan seperti undang-undang konsumen, undang-undang ketenagakerjaan,
dan peraturan keselamatan kesehatan kerja (K3).
2.5 TOWS Analysis
Analisis SWOT menurut Helms & Nixon (2010, hal 216), telah digunakan oleh
banyak praktisi, peneliti dan merupakan alat yang paling sering digunakan dan paling
popular untuk siswa bisnis dan strategi pemasaran. Dalam arena bisnis,
pengelompokkan masalah internal dan eksternal seringkali menjadi titik awal untuk
perencanaan strategis.
Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, & threats) menurut
Thompson et al. (2014, hal 150-151) merupakan elemen penting dalam mengevaluasi
situasi keseluruhan perusahaan dengan memeriksa sumber daya perusahaan dan
kemampuan kompetitif perusahaan terhadap ancaman eksternal. Analisis ini
37
merupakan alat yang paling mudah dan sederhana dan dikenal dengan nama analisis
SWOT. Analisis SWOT memberikan dasar untuk menyusun strategi yang
memfokuskan pada kekuatan sumber daya perusahaan, mengatasi kelemahan sumber
daya perusahaan, menangkap peluang terbaik perusahaan, dan membuat pertahanan
terhadap ancaman yang akan dihadapi perusahaan.
Berikut merupakan penjelasan mendetail mengenai SWOT yang dipaparkan
oleh Thompson et al. (2014, hal 151-155):
1. Strengths
Strengths merupakan sesuatu yang dapat dilakukan dengan baik oleh perusahaan
atau atribut yang meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan di pasar. Kekuatan
perusahaan berganting pada kualitas dan kemampuan sumber daya perusahaan.
2. Weaknesses
Weakness atau competitive deficiency merupakan sesuatu yang dilakukan
perusahaan dengan kurang baik atau sebuah kondisi yang membuat competitive
disadvantage di pasar.
3. Opportunities
Market opportunity merupakan faktor besar dalam membentuk strategi
perusahaan. Manajer tidak dapat membuat strategi yang sesuai dengan situasi
perusahaan tanpa mengidentifikasi peluang pasar dan
menilai potensi
pertumbuhan dan keuntungan dari masing – masing peluang tersebut.
38
4. Threats
Beberapa faktor di lingkungan eksternal perusahaan dapat menjadi ancaman bagi
profitabilitas perusahaan. Ancaman dapat muncul dari adanya teknologi yang
lebih murah dan lebih baik, produk baru yang diperkenalkan oleh pesaing,
masuknya kompetitor yang berbasis biaya rendah, kebijakan baru yang kurang
menguntungkan perusahaan, meningkatnya suku bunga atau sulitnya kredit, dan
lain – lain.
Analisa terhadap threats menurut Helms & Nixon (2010, hal 216) memberikan
landasan bagi variabel atau masalah yang dihadapi organisasi. Dengan membuat
daftar masalah internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan dalam empat kuadran
analisis SWOT, perusahaan bisa lebih dapat memahami bagaimana strengths dapat
meningkatkan
opportunities
dan
mengerti
bagaimana
weaknesses
dapat
memperlambat perkembangan atau memperbesar threats di organisasi.
2.6 Porter Five Forces Analysis
Porter’s five forces merupakan alat sederhana untuk mempelajari kekuatan
perusahaan dan posisi perusahaan di dalam bisnis. Gambar berikut menjelaskan
mengenai Porter’s five forces:
39
Gambar 2.3 Porter’s five forces
Sumber : Wheelen & Hunger (2006)
Penjelasan detail mengenai komponen Porter’s five forces seperti dijelaskan oleh
Wheelen & Hunger (2006, hal 83) sebagai berikut:

Threat of new entrants
Pendatang baru di industri menjadi ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.
Tingkat ancaman tergantung dari adanya hambatan masuk ke industri. Beberapa
hambatan masuk ke industri antara lain:
 Skala ekonomi
 Diferensiasi produk
40
 Kebutuhan modal (sumber daya modal atau finansial)
 Switching cost
 Akses ke saluran distribusi
 Kebijakan pemerintah

Rivalry among existing firms
Dalam sebagian besar industri, perusahaan umumnya bergantung satu sama lain.
Langkah kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat oleh
pesaingnya dan pesaing tersebut dapat melakukan langkah balasan. Berikut
adalah beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kompetisi di industri:
 Jumlah pesaing
 Tingkat pertumbuhan industri
 Karakteristik produk dan jasa
 Nilai biaya tetap
 Kapasitas produksi
 Halangan untuk keluar dari industri
 Keragaman pesaing

Threat of substitute products or services
Produk substitusi merupakan produk yang terlihat berbeda tetapi bisa memenuhi
kebutuhan yang sama seperti produk lain. Switching cost yang rendah akan
mengakibatkan tingginya efek terhadap industri.
41

Bargaining power of buyers
Pembeli memberi efek pada industri melalu kemampuannya untuk menekan
harga, menawar untuk kualitas dan jada yang lebih baik, serta membuat
perusahaan berkompetisi. Pembeli memiliki posisi yang kuat ketika:
 Pembeli membeli dalam jumlah besar.
 Pembeli memiliki potensi besar untuk dapat memproduksi barang tersebut
sendiri.
 Ada banyak alternatif supplier karena produk yang standar atau tidak
terdiferensiasi.
 Biaya mengganti dari supplier satu ke supplier lainnya rendah.
 Pembeli mendapatkan keuntungan yang minimal sehingga sangat sensitif
terhadap biaya dan perbedaan layanan / jasa.
 Produk yang dibeli tidak memiliki dampak yang penting terhadap kualitas
produk dan harga dari produk dan jasa yang dijual oleh pembeli sehingga
pembeli dapat dengan mudah melakukan substitusi.

Bargaining power of suppliers
Supplier dapat memberi efek pada industri melalui kemampuannya untuk
menaikkan harga atau menurunkan kualitas dari barang dan jasa. Supplier
memiliki kekuatan daya tawar yang tinggi ketika:
 Industri supplier hanya didominasi oleh beberapa perusahaan namun menjual
barang tersebut kepada banyak pembeli.
 Produk dan jasa yang dijual unik sehingga menimbulkan switching cost.
42
 Barang substitusi tidak tersedia.
 Supplier bersedia melakukan integrasi dengan pembeli dan bersaing secara
langsung dengan pelanggannya.
2.7 Beacon
“5 Minute Overview – What is iBeacon?” (McWilliams, 2014) menjelaskan
bahwa iBeacon adalah sebuah sistem proximity. Hal ini berarti bahwa aplikasi di
smartphone, tablet, ataupun perangkat komputer lainnya dapat merespon sinyal
berjarak dari “beacon”. Beacon merupakan sebuah perangkat fisik yang kecil dan
murah yang dapat ditempatkan di beberapa lokasi untuk membaca data sesuai radius
jarak yang dapat diraih oleh beacon. Istilah iBeacon merupakan merek dari Apple
untuk produk beacon mereka akan tetapi banyak produsen lain yang juga
memproduksi alat beacon tersebut.
Dalam iBeacon Bible 2.0 (Cavallini) menyatakan bahwa iBeacons
memancarkan sinyal melalui Bluetooth Low Energy yang memungkinkan fitur geolokasi dalam ruangan yang tepat atau sering disebut juga sebagai micro-location.
Cavallini juga menjelaskan bahwa ada 2 konsep dasar dari iBeacon, yaitu:

Micro-location
Teknologi iBeacon memungkinkan perangkat mobile untuk mengetahui
posisinya, bahkan di lokasi dalam ruangan di mana smartphone atau tablet tidak
dapat mengambil sinyal GPS dari satelit.
43

Interaction / Engagement / Context
Sinyal iBeacon memungkinkan interaksi dengan aplikasi mobile dengan memicu
fungsi dari aplikasi tersebut untuk melakukan tindakan tertentu pada perangkat
mobile yang spesifik, pada waktu dan lokasi yang spesifik.
Teknologi iBeacon dapat merubah bagaimana perusahaan berinteraksi dengan
pelanggan dan meningkatkan pengalaman berbelanja mereka. Dengan iBeacon,
retailer dapat menargetkan pelanggan yang tepat, di waktu yang tepat, di lokasi yang
tepat, secara interaktif melibatkan pelanggan dengan cara yang baru sambil
mempelajari pola dan perilaku berbelanja pelanggan tersebut.
Berikut adalah komparasi spesifikasi Beacon dengan beberapa perangkat
wireless lainnya.
Tabel 2.1 Komparasi Perangkat Wireless
Keterangan
Infrared
Wifi
Bluetooth
Beacon
(Bluetooth Low
Energy)
Jangkauan
(Meter)
Jenis Jaringan
0-1
0 - 300
0 - 10
0 < 100
Infrared
LAN
PAN
PAN
Transfer Rate
≤ 115 kbps
802 byte - 11
Mbps
≤ 250 kbps
≤ 1 Mbps
Transfer File
Besar
Tidak
Ya
Ya
Ya
Konektivitas
Pairing 1
Device
Banyak device
dalam range
Access Point
Pairing 1
Device
Banyak device
dalam range
pemancar Beacon
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
850 - 900 nm
Radio, 2.4 GHz
Radio, 2.4 2.485 GHz
Radio, 2.4 - 2.485
GHz
Transfer Suara
Location Taging
Frekuensi
Sumber : Analisa penulis dari beberapa sumber
44
2.8
Net Present Value
Net present value merupakan salah satu cara perhitungan kelayakan investasi.
Titman et al (2014, hal 360-361) menjelaskan net present value adalah perbedaan
antara nilai saat ini dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Maka, net present value
memperkirakan atau menghitung jumlah kekayaan yang dihasilkan dari sebuah
proyek atau bisnis. Berikut adalah rumus perhitungan net present value atau biasa
disebut NPV:
(
(
(
(
)
(
)
(
(
( ))
)
( ))
)
( ))
Kriteria keputusan NPV :
NPV > 0 , maka proyek akan menambah nilai dan harus diterima
NPV< 0, maka proyek harus ditolak
2.9
Internal Rate of Return
Internal rate of return atau sering disingkat IRR juga merupakan salah satu
cara perhitungan untuk mengukur kelayakan investasi. IRR menurut Titman et al
(2014, hal 370) adalah discount rate yang menghasilkan NPV nol. Berikut adalah
rumus perhitungan IRR:
(
(
)
(
)
(
)
)
45
Kriteria keputusan IRR:
Terima proyek jika IRR lebih besar daripada tingkat pengembalian yang dibutuhkan
atau discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV proyek.
Tolak proyek jika IRR lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang dibutuhkan
atau discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV proyek
2.10 Payback Period
Payback period didefinisikan oleh Titman et al (2014, hal 381) sebagai
jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memulihkan pengeluaran kas awal yang
dibutuhkan untuk sebuah investasi. Kriteria dari payback period adalah terima proyek
jika payback period kurang dari jumlah tahun yang sudah ditentukan sebelumnya.
Ada 2 cara untuk menghitung payback period sebagai berikut:

Jika kas masuk nilainya sama rata setiap tahun

Jika kas masuk nilainya berfluktuasi setiap tahun
Dimana:
A = periode terakhir dengan arus kas kumulatif negatif
B = nilai absolut dari arus kas kumulatif pada akhir periode A
C = total arus kas pada periode A
46
2.11 Free Cash Flow
Free cash flow menurut Titman et al (2014, hal 413) adalah sisa uang tunai
yang dimiliki perusahaan dari seluruh operasional perusahaan sepanjang tahun yang
bisa digunakan untuk membayar hutang lebih cepat dan memberikan dividen kepada
para pemegang saham atau bisa juga digunakan untuk membeli kembali saham
perusahaan. Berikut adalah cara menghitung free cash flow:
Free Cash Flow
= Operating Cash Flow – Increase in Capital Expenditures
(CAPEX) – Increase in Net Operating Working Capital
= Net Operating Income (profit) – Taxes + Depreciation expense
– Increase in Capital Expenditures (CAPEX) – Increase in Net
Operating Working Capital
2.12 Discount Rate
Discount rate atau bunga diskonto dijelaskan oleh Guinan (2010, hal 92)
sebagai berikut:

Suku bunga yang memenui syarat institusi penyimpanan yang dikenakan untuk
pinjaman jangka pendek langsung dari bank sentral.

Suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai saat ini dari arus kas di masa
yang akan datang.
47
Dalam bab selanjutnya, akan dibahas mengenai analisa terhadap business
model canvas dan analisa bisnis yang terdiri dari analisa PESTEL, TOWS
Analysis, dan Porter Five Forces Analysis.
Download