BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, kami akan membahas teori mengenai Promotion mix, Integrated Marketing Communications, Nine building blocks, TOWS Analysis, PESTEL analysis, Porter Five Forces Analysis, Beacon, Net Present Value, Internal Rate of Return, Payback Period, Free Cash Flow, dan Discount Rate. 2.1 Promotion Mix Dalam memasarkan produknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan melakukan promotion mix atau yang sering disebut sebagai marketing communications mix. Menurut Kotler & Keller (2014, hal 429), terdapat lima alat utama untuk mengkomunikasikan nilai dan membangun hubungan dengan pelanggan sebagai berikut: 1. Advertising Merupakan segala bentuk dari presentasi non personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. 2. Sales Promotion Merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan barang atau jasa. 17 18 3. Personal Selling Merupakan presentasi personal oleh tim penjualan perusahaan untuk melakukan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. 4. Public Relations Merupakan usaha membangun hubungan baik dengan perusahaan dengan menciptakan publikasi yang baik, membangun image baik perusahaan, dan menghadapi rumor, cerita, dan kejadian yang kurang baik. 5. Direct Marketing Merupakan hubungan langsung yang ditargetkan pada pelanggan individual untuk mendapatkan respon yang cepat dan membangun hubungan baik jangka panjang dengan pelanggan. 2.2 Integrated Marketing Communications Seiring dengan perkembangan jaman, marketing communications mix kemudian berkembang menjadi integrated communications. Menurut Kotler & Keller (2014, hal 429), di beberapa dekade sebelumnya, pemasar menggunakan mass marketing di mana mereka menjual produk massal standar untuk seluruh pelanggan. Dalam prosesnya, pemasar tersebut mengembangkan teknik komunikasi media massa yang efektif untuk mendukung strategi ini. Perusahaan besar secara rutin menginvestasikan sejumlah besar uang untuk melakukan advertising di televisi, majalah, atau media massa lainnya untuk mencapai seluruh pelanggan dengan satu iklan. 19 Perubahan ini secara garis besar disebabkan oleh: 1. Perubahan pelanggan Di era digital dan wireless, seperti sekarang ini, pelanggan mendapatkan informasi yang lebih baik dan lebih memberdayakan komunikasi. Daripada mengandalkan informasi yang disediakan di pasar, pelanggan dapat mencari informasi sendiri melalui internet dan alat teknologi lainnya. Pelanggan bisa secara mudah menjalin hubungan dengan pelanggan lainnya untuk bertukar informasi atau bahkan menciptakan pesan pemasarannya sendiri. 2. Perubahan strategi pemasaran Seiring dengan perkembangan pasar, para pemasar bergeser dari pemasaran secara massal. Pemasar mengembangkan program pemasaran yang secara fokus di desain untuk membangun hubungan lebih dengan dengan pelanggan di pasar yang lebih sempit. 3. Kemajuan dalam teknologi komunikasi Perubahan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam cara perusahaan dan pelanggan berkomunikasi satu dengan lainnya. Era digital telah melahirkan sejumlah alat informasi dan komunikasi baru, mulai dari smartphone dan iPad ke satelit dan sistem televisi kabel. Pengembangan ini memberikan dampak yang besar pada komunikasi pemasaran. Dengan perkembangan ini, media digital yang baru melahirkan model komunikasi pemasaran yang baru. Ahli periklanan dalam Kotler & Keller (2014, hal 430) menyarankan pemasar untuk memindahkan dana pemasaran dari media cetak menjadi media digital dan new age 20 media lainnya. Di dunia komunikasi pemasaran, dibandingkan dengan pendekatan lama yang menginterupsi pelanggan dan mengirimkan pesan massal, bentuk media baru membuat pemasar menggapai grup pelanggan yang lebih kecil dengan cara yang lebih interaktif dan menarik. 2.3 Nine Building Blocks Osterwalder & Pigneur (2010, hal 14), mendefinisikan bahwa sebuah model bisnis menggambarkan alasan tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Konsep bisnis model harusnya yang bisa di mengerti semua orang, sebuah model yang memfasilitasi deskripsi dan diskusi. Tantangannya adalah bahwa konsep tersebut haruslah sederhana, relevan, dan mudah di mengerti, sementara tidak terlalu menyederhanakan bagaimana kompleksitas fungsional perusahaan. Osterwalder & Pigneur (2010, hal 15) kemudian menciptakan suatu konsep model bisnis yang dapat menjadi bahasa bersama yang memudahkan untuk menggambarkan dan memanipulasi bisnis model untuk menciptakan alternatif strategi baru. Konsep ini merupakan konsep sembilan blok (nine basic building blocks) yang menunjukkan logika bagaimana perusahaan berusaha mendapatkan uang. 21 Menurut Trimi & Berbegal – Mirabent (2012, hal 457), bisnis model diharapkan dapat membantu pengusaha dengan empat cara: 1. Melibatkan pengusaha dalam melakukan refleksi secara konstan, melakukan pengembangan bisnis dengan menggunakan alat grafis di mana seluruh elemen terkait satu dengan lainnya, dan menyediakan kohesi untuk keseluruhan model bisnis. 2. Memungkinkan pengusaha, pelanggan, karyawan, eksekutif, dan bahkan pesaing untuk mengerti bagaimana bisnis tersebut mengartikulasikan komponenkomponen yang berbeda. 3. Memaksa pengusaha untuk secara bersama-sama mempertimbangkan elemen bisnis secara individual maupun sercara keseluruhan. 4. Penggunaan alat grafis berkontribusi untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi. 22 Gambar berikut menjelaskan mengenai sembilan blok tersebut: Gambar 2.1 Nine building blocks Sumber : Osterwalder & Pigneur (2010, hal 18 - 19) Berikut pemaparan mendetail dari nine building blocks yang digambarkan di atas menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 21 - 41) : 1. Customer Segments Segmentasi pelanggan mendefinisikan kelompok orang atau organisasi yang mau dijangkau dan dilayani oleh perusahaan. Beberapa tipe segmentasi pelanggan sebagai berikut: 23 Mass market Value propositions, saluran distribusi, dan hubungan dengan pelanggan fokus pada satu kelompok besar pelanggan dengan kebutuhan dan masalah yang sejenis. Niche market Model bisnis ini menargetkan pada ceruk pasar yang melayani segmen pasar yang spesifik. Segmented Menargetkan beberapa segmen pasar dengan sedikit perbedaan kebutuhan dan masalah. Diversified Melayani dua segmentasi pasar yang berbeda kebutuhan dan masalahnya. Multi-sided platforms Melayani dua atau lebih segmen pasar yang saling bergantung. 2. Value Propositions Value propositions didefinisikan sebagai kumpulan barang dan jasa yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan yang spesifik. Value propositions biasanya merupakan campuran dari beberapa elemen nilai tunggal. Nilai yang ditawarkan bisa berupa kuantitatif (seperti harga dan kecepatan pelayanan) atau kualitatif (seperti desain dan pengalaman pelanggan). 24 Ada 11 macam nilai tunggal sebagai berikut: Newness Beberapa value propositions dapat memuaskan kebutuhan pelanggan yang belum pernah terpenuhi karena belum pernah ada penawaran yang sejenis sebelumnya. Umumnya nilai ini ditawarkan oleh produk yang berkaitan dengan teknologi. Performance Meningkatkan kinerja produk dan jasa secara tradisional merupakan cara paling umum untuk menciptakan nilai. Customization Membuat produk atau jasa yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan individual atau segmen pelanggan menciptakan nilai. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep mass-customization dan customer co-creation menjadi penting. Pendekatan ini memungkinkan produk dan jasa yang customized dengan tetap memperoleh keuntungan dari economies of scale. “Getting the job done” Nilai dapat diciptakan secara sederhana dengan membantu pelanggan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Design Desain merupakan elemen yang penting tetapi sulit untuk diukur. Sebuah produk bisa dinilai baik karena desain atau tampilan yang baik. 25 Brand / Status Pelanggan bisa mendapatkan nilai dari menggunakan atau memamerkan merk tertentu. Price Menawarkan nilai dengan memberikan harga yang lebih rendah merupakan cara sederhana untuk memuaskan pelanggan yang sensitif terhadap harga. Cost reduction Membantu pelanggan mengurangi biaya merupakan cara yang penting untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Risk reduction Nilai bagi pelanggan adalah dengan mengurangi resiko yang terjadi ketika terjadi pembelian barang dan jasa. Contoh dari penawaran nilai ini adalah dengan memberikan garansi kepada pelanggan. Accessibility Membuat produk dan jasa tersedia untuk pelanggan yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk mendapatkan produk dan jasa tersebut merupakan salah satu cara untuk menciptakan nilai. Hal ini bisa dihasilkan dari inovasi model bisnis, teknologi, maupun kombinasi antara keduanya. Convenience / Usability Menciptakan nilai dengan membuat suatu hal menjadi lebih mudah untuk pelanggan. 26 3. Channels Channels mendeskripsikan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan menjangkau segmen pelanggannya untuk menyampaikan value proposition. Channels memiliki beberapa fungsi, antara lain: Meningkatkan kesadaran pelanggan mengenai produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition perusahaan Membantu pelanggan untuk membeli produk dan jasa yang spesifik. Menyampaikan value proposition kepada pelanggan. Menyediakan dukungan pasca pembelian kepada pelanggan. 4. Customer Relationship Customer relationship mendeskripsikan tipe hubungan yang dibangun perusahaan dengan segmen pelanggan yang spesifik. Motivasi hubungan dengan pelanggan antara lain untuk akuisisi dan retensi pelanggan serta untuk meningkatkan penjualan. Terdapat beberapa kategori hubungan dengan pelanggan antara lain: Personal assistance Hubungan ini didasarkan pada interaksi manusia. Pelanggan bisa berkomunikasi dengan perwakilan perusahaan untuk mendapatkan bantuan dalam proses penjualan atau setelah pembelian selesai. 27 Dedicated personal assistance Hubungan ini melibatkan perwakilan perusahaan yang didedikasikan secara spesifik untuk pelanggan. Hal ini melambangkan hubungan yang dekat dan umumnya terjadi dalam periode yang panjang. Self service Perusahaan tidak menjaga hubungan secara langsung dengan pelanggan. Automated services Tipe hubungan ini mengkombinasikan self-service dengan proses yang terotomatisasi. Automated services dapat mengenail pelanggan individual dan karakternya sehingga bisa memberikan informasi yang terkait dengan transaksi atau permintaan pelanggan. Communities Penggunaan komunitas mulai banyak digunakan oleh perushaan baik secara online maupun offline untuk bertukar pengetahuan maupun saling membantu dalam pemecahan masalah. Melalui komunitas, perusahaan juga dapat lebih mengenal pelanggannya. Co-creation Perusahaan mengubah hubungan tradisional antara pelanggan dan perusahaan untuk bersama-sama menciptakan nilai dengan pelanggan. Perusahaan melibatkan pelanggan untuk membantu dalam membuat desain dari produk baru yang inovatif. 28 5. Revenue Streams Revenue streams menggambarkan bagaimana perusahaan menghasilkan uang dari setiap segmen pelanggan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan revenue streams, antara lain: Asset sale Penjualan aset merupakan cara yang paling umum dengan menjual kepemilikan dari produk fisik. Usage fee Pendapatan ini diperoleh dengan penggunaan jasa tertentu. Semakin banyak jasa yang digunakan, semakin banyak pula biaya yang harus dibayarkan oleh pelanggan. Subscription fees Pendapatan ini diperoleh dengan menjual akses terhadap jasa yang kontinu. Contohnya adalah keanggotaan bulanan atau tahunan di pusat kebugaran. Lending / renting / leasing Pendapatan ini diperoleh dengan memberikan akses eksklusif secara sementara untuk menggunakan aset untuk periode tertentu. Licensing Pendapatan ini didapatkan dengan memberikan ijin kepada pelanggan untuk menggunakan protected intellectual property. 29 Brokerage fees Pendapatan ini didapatkan dari jasa sebagai intermediasi yang dilakukan antara beberapa pihak. Advertising Pendapatan ini merupakan hasil dari mengiklankan suatu produk, jasa, atau merk. Setiap revenue streams dapat memiliki mekanisme penetapan harga yang berbeda. Tipe penetapan harga yang dipilih dapat memberikan perbedaan dalam mendapatkan pendapatan. Ada dua jenis mekanisme penetapan harga sebagai berikut: Fixed menu pricing Menetapkan harga berdasarkan variabel statis. o List price Harga tetap untuk produk dan jasa. o Product feature dependent Harga tergantung dari jumlah atau kualitas dari fitur value propositions. o Customer segment dependent Harga tergantung dari tipe dan karakter dari segmen pasar. o Volume dependent Harga sebagai fungsi dari kuantiti yang dibeli. 30 Dynamic pricing Harga dasar berubah berdasarkan kondisi pasar o Negotiation (bargaining) Harga merupakan hasil negosiasi antara dua atau lebih rekan dan sangat tergantung dari kekuatan dan keahlian negosiasi. o Yield management Harga tergantung dari persediaan dan waktu pembelian. Umumnya digunakan untuk hotel dan penerbangan. o Real-time market Harga ditetapkan secara dinamis berdasarkan permintaan dan penawaran. o Auctions Harga ditetapkan dari hasil lelang yang dilakukan secara kompetitif. 6. Key Resources Key resources mendiskripsikan aset yang paling penting untuk membuat model bisnis berhasil. Setiap model bisnis memerlukan key resources. Key resources ini memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan value proposition, mencapai pasar, menjaga hubungan dengan pelanggan, dan mendapatkan keungungan. Key resources bisa dikategorikan sebagai berikut: Physical Meliputi aset fisik seperti fasilitas manufaktur, bangunan, kendataan, mesin, sistem, dan jaringan distribusi. 31 Intellectual Meliputi merek, paten dan hak cipta, kemitraan, dan data pelanggan yang merupakan komponen penting dari sebuah bisnis model yang kuat. Human Sumber daya manusia merupakan aspek yang penting dalam setiap bisnis model. Financial Meliputi kas, lini kredit, atau saham. 7. Key Activities Key activities mendeskripsikan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan untuk membuat bisnis modelnya berhasil. Key activities merupakan tindakan yang paling penting dilakukan agar perusahaan bisa beroperasi secara sukses. Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut: Production Aktivitas ini terkait perancangan, pembuatan, dan menyampaikan produk tersebut dalam jumlah yang besar atau dengan kualitas yang baik. Kegiatan produksi mendominasi model bisnis perusahaan manufaktur. Problem Solving Tipe aktivitas ini berhubungan dengan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi pelanggan. Perusahaan yang kegiatannya didominasi oleh problem solving adalah konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lainnya. 32 Platform / Network Model bisnis yang menggunakan platform sebagai sumber daya utamanya didominasi oleh platform atau aktivitas yang berhubungan dengan jaringan. 8. Key Partnership Key partnership mendeskripsikan jaringan pemasok dan rekan yang membuat bisnis model bekerja. Ada 4 jenis kemitraan sebagai berikut: Aliansi strategis antara non kompetitor Kemitraan strategis antara kompetitor Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru Hubungan pembeli – pemasok untuk memastikan ketersediaan pasokan. 9. Cost Structure Cost structure mendeskripsikan seluruh biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan sebuah model bisnis. Cost structure dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Cost driven Fokus pada meminimalisir biaya. Pendekatan ini mencoba untuk menciptakan dan memelihara struktur biaya yang paling ramping. Value driven Fokus pada penciptaan nilai dan tidak terlalu memperhatikan terhadap implikasi biaya dari model bisnis yang dibuat. 33 Berikut adalah empat karakteristik dari cost structure: Fixed cost Merupakan biaya yang tetap dan tidak terpengaruh volume produk atau jasa yang dihasilkan. Variable cost Biaya yang besarmya bervariasi secara proporsional terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Economies of scale Keuntungan biaya yang diterima perusahaan karena adanya peningkatan volume produksi. Economies of scope Keuntungan yang diperoleh karena ruang lingkup operasional perusahaan yang lebih besar. 2.4 PESTEL Analysis Lingkungan makro merupakan unsur penting yang perlu dipertimbangkan dalam bisnis. Thompson et al. (2014, hal 46) menyebutkan bahwa setiap perusahaan beroperasi di lingkungan makro yang luas yang terdiri dari enam komponen utama yaitu faktor politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, lingkungan, dan hukum. 34 Setiap komponen ini memiliki potensi untuk mempengaruhi industri dan lingkungan kompetitif. Analisa akibat dari keenam faktor ini yang disebut dengan PESTEL Analysis. Gambar berikut mengilustrasikan komponen lingkungan makro perusahaan. Macro Environment Economic Conditions Immediate Industry & Competitive Environment Sociocultural Political Factors Substitute Products Suppliers Forces Compan y Environental Rival Firms Buyers Technologica l Factors Forces New Entrants Legal / Regulatory Factors Gambar 2.2 PESTEL Analysis Sumber : Thompson et al. (2014) Kkondisi 35 Berikut merupakan penjelasan detail mengenai enam kompoten dari lingkungan makro seperti dijelaskan oleh Thompson et al. (2014, hal 48): Faktor politik Faktor politik melingkupi kebijakan dan proses politik, termasuk sejauh mana pemerintah campur tangan dalam perekonomian. Contoh nyata dari faktor politik adalah kebijakan pajak, kebijakan fiskal, tarif, iklim politik, dan kekuatan institusi seperti sistem perbankan. Kondisi ekonomi Kondisi ekonomi meliputi iklim umum ekonomi dan faktor-faktor spesifik seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, defisit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan, dan produk domestik per kapita. Faktor ekonomi juga mencakup kondisi di pasar saham dan obligasi, yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pendapatan tambahan. Tekanan sosial budaya Tekanan sosial budaya termasuk nilai-nilai sosial, sikap, faktor budaya, dan gaya hidup yang berdampak pada bisnis, serta faktor-faktor demografi seperti ukuran populasi, tingkat pertumbuhan, dan distribusi usia. Faktor teknologi Faktor teknologi meliputi laju perubahan teknologi dan perkembangan teknis yang memiliki potensi efek luas pada masyarakat, seperti rekayasa genetika dan 36 nanoteknologi. Perubahan teknologi dapat mendorong lahirnya industri-industri baru, seperti yang industri yang didasarkan pada nanoteknologi. Tekanan lingkungan Tekanan lingkungan termasuk tekanan ekologi dan lingkungan seperti cuaca, iklim, perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti kelangkaan air. Faktorfaktor tersebut dapat langsung berdampak industri seperti asuransi, pertanian, produksi energi, dan pariwisata. Faktor hukum dan peraturan Faktor-faktor ini meliputi peraturan dan undang-undang yang harus dipatuhi perusahaan seperti undang-undang konsumen, undang-undang ketenagakerjaan, dan peraturan keselamatan kesehatan kerja (K3). 2.5 TOWS Analysis Analisis SWOT menurut Helms & Nixon (2010, hal 216), telah digunakan oleh banyak praktisi, peneliti dan merupakan alat yang paling sering digunakan dan paling popular untuk siswa bisnis dan strategi pemasaran. Dalam arena bisnis, pengelompokkan masalah internal dan eksternal seringkali menjadi titik awal untuk perencanaan strategis. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, & threats) menurut Thompson et al. (2014, hal 150-151) merupakan elemen penting dalam mengevaluasi situasi keseluruhan perusahaan dengan memeriksa sumber daya perusahaan dan kemampuan kompetitif perusahaan terhadap ancaman eksternal. Analisis ini 37 merupakan alat yang paling mudah dan sederhana dan dikenal dengan nama analisis SWOT. Analisis SWOT memberikan dasar untuk menyusun strategi yang memfokuskan pada kekuatan sumber daya perusahaan, mengatasi kelemahan sumber daya perusahaan, menangkap peluang terbaik perusahaan, dan membuat pertahanan terhadap ancaman yang akan dihadapi perusahaan. Berikut merupakan penjelasan mendetail mengenai SWOT yang dipaparkan oleh Thompson et al. (2014, hal 151-155): 1. Strengths Strengths merupakan sesuatu yang dapat dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau atribut yang meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan di pasar. Kekuatan perusahaan berganting pada kualitas dan kemampuan sumber daya perusahaan. 2. Weaknesses Weakness atau competitive deficiency merupakan sesuatu yang dilakukan perusahaan dengan kurang baik atau sebuah kondisi yang membuat competitive disadvantage di pasar. 3. Opportunities Market opportunity merupakan faktor besar dalam membentuk strategi perusahaan. Manajer tidak dapat membuat strategi yang sesuai dengan situasi perusahaan tanpa mengidentifikasi peluang pasar dan menilai potensi pertumbuhan dan keuntungan dari masing – masing peluang tersebut. 38 4. Threats Beberapa faktor di lingkungan eksternal perusahaan dapat menjadi ancaman bagi profitabilitas perusahaan. Ancaman dapat muncul dari adanya teknologi yang lebih murah dan lebih baik, produk baru yang diperkenalkan oleh pesaing, masuknya kompetitor yang berbasis biaya rendah, kebijakan baru yang kurang menguntungkan perusahaan, meningkatnya suku bunga atau sulitnya kredit, dan lain – lain. Analisa terhadap threats menurut Helms & Nixon (2010, hal 216) memberikan landasan bagi variabel atau masalah yang dihadapi organisasi. Dengan membuat daftar masalah internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan dalam empat kuadran analisis SWOT, perusahaan bisa lebih dapat memahami bagaimana strengths dapat meningkatkan opportunities dan mengerti bagaimana weaknesses dapat memperlambat perkembangan atau memperbesar threats di organisasi. 2.6 Porter Five Forces Analysis Porter’s five forces merupakan alat sederhana untuk mempelajari kekuatan perusahaan dan posisi perusahaan di dalam bisnis. Gambar berikut menjelaskan mengenai Porter’s five forces: 39 Gambar 2.3 Porter’s five forces Sumber : Wheelen & Hunger (2006) Penjelasan detail mengenai komponen Porter’s five forces seperti dijelaskan oleh Wheelen & Hunger (2006, hal 83) sebagai berikut: Threat of new entrants Pendatang baru di industri menjadi ancaman bagi perusahaan yang sudah ada. Tingkat ancaman tergantung dari adanya hambatan masuk ke industri. Beberapa hambatan masuk ke industri antara lain: Skala ekonomi Diferensiasi produk 40 Kebutuhan modal (sumber daya modal atau finansial) Switching cost Akses ke saluran distribusi Kebijakan pemerintah Rivalry among existing firms Dalam sebagian besar industri, perusahaan umumnya bergantung satu sama lain. Langkah kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat oleh pesaingnya dan pesaing tersebut dapat melakukan langkah balasan. Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kompetisi di industri: Jumlah pesaing Tingkat pertumbuhan industri Karakteristik produk dan jasa Nilai biaya tetap Kapasitas produksi Halangan untuk keluar dari industri Keragaman pesaing Threat of substitute products or services Produk substitusi merupakan produk yang terlihat berbeda tetapi bisa memenuhi kebutuhan yang sama seperti produk lain. Switching cost yang rendah akan mengakibatkan tingginya efek terhadap industri. 41 Bargaining power of buyers Pembeli memberi efek pada industri melalu kemampuannya untuk menekan harga, menawar untuk kualitas dan jada yang lebih baik, serta membuat perusahaan berkompetisi. Pembeli memiliki posisi yang kuat ketika: Pembeli membeli dalam jumlah besar. Pembeli memiliki potensi besar untuk dapat memproduksi barang tersebut sendiri. Ada banyak alternatif supplier karena produk yang standar atau tidak terdiferensiasi. Biaya mengganti dari supplier satu ke supplier lainnya rendah. Pembeli mendapatkan keuntungan yang minimal sehingga sangat sensitif terhadap biaya dan perbedaan layanan / jasa. Produk yang dibeli tidak memiliki dampak yang penting terhadap kualitas produk dan harga dari produk dan jasa yang dijual oleh pembeli sehingga pembeli dapat dengan mudah melakukan substitusi. Bargaining power of suppliers Supplier dapat memberi efek pada industri melalui kemampuannya untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas dari barang dan jasa. Supplier memiliki kekuatan daya tawar yang tinggi ketika: Industri supplier hanya didominasi oleh beberapa perusahaan namun menjual barang tersebut kepada banyak pembeli. Produk dan jasa yang dijual unik sehingga menimbulkan switching cost. 42 Barang substitusi tidak tersedia. Supplier bersedia melakukan integrasi dengan pembeli dan bersaing secara langsung dengan pelanggannya. 2.7 Beacon “5 Minute Overview – What is iBeacon?” (McWilliams, 2014) menjelaskan bahwa iBeacon adalah sebuah sistem proximity. Hal ini berarti bahwa aplikasi di smartphone, tablet, ataupun perangkat komputer lainnya dapat merespon sinyal berjarak dari “beacon”. Beacon merupakan sebuah perangkat fisik yang kecil dan murah yang dapat ditempatkan di beberapa lokasi untuk membaca data sesuai radius jarak yang dapat diraih oleh beacon. Istilah iBeacon merupakan merek dari Apple untuk produk beacon mereka akan tetapi banyak produsen lain yang juga memproduksi alat beacon tersebut. Dalam iBeacon Bible 2.0 (Cavallini) menyatakan bahwa iBeacons memancarkan sinyal melalui Bluetooth Low Energy yang memungkinkan fitur geolokasi dalam ruangan yang tepat atau sering disebut juga sebagai micro-location. Cavallini juga menjelaskan bahwa ada 2 konsep dasar dari iBeacon, yaitu: Micro-location Teknologi iBeacon memungkinkan perangkat mobile untuk mengetahui posisinya, bahkan di lokasi dalam ruangan di mana smartphone atau tablet tidak dapat mengambil sinyal GPS dari satelit. 43 Interaction / Engagement / Context Sinyal iBeacon memungkinkan interaksi dengan aplikasi mobile dengan memicu fungsi dari aplikasi tersebut untuk melakukan tindakan tertentu pada perangkat mobile yang spesifik, pada waktu dan lokasi yang spesifik. Teknologi iBeacon dapat merubah bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pelanggan dan meningkatkan pengalaman berbelanja mereka. Dengan iBeacon, retailer dapat menargetkan pelanggan yang tepat, di waktu yang tepat, di lokasi yang tepat, secara interaktif melibatkan pelanggan dengan cara yang baru sambil mempelajari pola dan perilaku berbelanja pelanggan tersebut. Berikut adalah komparasi spesifikasi Beacon dengan beberapa perangkat wireless lainnya. Tabel 2.1 Komparasi Perangkat Wireless Keterangan Infrared Wifi Bluetooth Beacon (Bluetooth Low Energy) Jangkauan (Meter) Jenis Jaringan 0-1 0 - 300 0 - 10 0 < 100 Infrared LAN PAN PAN Transfer Rate ≤ 115 kbps 802 byte - 11 Mbps ≤ 250 kbps ≤ 1 Mbps Transfer File Besar Tidak Ya Ya Ya Konektivitas Pairing 1 Device Banyak device dalam range Access Point Pairing 1 Device Banyak device dalam range pemancar Beacon Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya 850 - 900 nm Radio, 2.4 GHz Radio, 2.4 2.485 GHz Radio, 2.4 - 2.485 GHz Transfer Suara Location Taging Frekuensi Sumber : Analisa penulis dari beberapa sumber 44 2.8 Net Present Value Net present value merupakan salah satu cara perhitungan kelayakan investasi. Titman et al (2014, hal 360-361) menjelaskan net present value adalah perbedaan antara nilai saat ini dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Maka, net present value memperkirakan atau menghitung jumlah kekayaan yang dihasilkan dari sebuah proyek atau bisnis. Berikut adalah rumus perhitungan net present value atau biasa disebut NPV: ( ( ( ( ) ( ) ( ( ( )) ) ( )) ) ( )) Kriteria keputusan NPV : NPV > 0 , maka proyek akan menambah nilai dan harus diterima NPV< 0, maka proyek harus ditolak 2.9 Internal Rate of Return Internal rate of return atau sering disingkat IRR juga merupakan salah satu cara perhitungan untuk mengukur kelayakan investasi. IRR menurut Titman et al (2014, hal 370) adalah discount rate yang menghasilkan NPV nol. Berikut adalah rumus perhitungan IRR: ( ( ) ( ) ( ) ) 45 Kriteria keputusan IRR: Terima proyek jika IRR lebih besar daripada tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV proyek. Tolak proyek jika IRR lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV proyek 2.10 Payback Period Payback period didefinisikan oleh Titman et al (2014, hal 381) sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memulihkan pengeluaran kas awal yang dibutuhkan untuk sebuah investasi. Kriteria dari payback period adalah terima proyek jika payback period kurang dari jumlah tahun yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada 2 cara untuk menghitung payback period sebagai berikut: Jika kas masuk nilainya sama rata setiap tahun Jika kas masuk nilainya berfluktuasi setiap tahun Dimana: A = periode terakhir dengan arus kas kumulatif negatif B = nilai absolut dari arus kas kumulatif pada akhir periode A C = total arus kas pada periode A 46 2.11 Free Cash Flow Free cash flow menurut Titman et al (2014, hal 413) adalah sisa uang tunai yang dimiliki perusahaan dari seluruh operasional perusahaan sepanjang tahun yang bisa digunakan untuk membayar hutang lebih cepat dan memberikan dividen kepada para pemegang saham atau bisa juga digunakan untuk membeli kembali saham perusahaan. Berikut adalah cara menghitung free cash flow: Free Cash Flow = Operating Cash Flow – Increase in Capital Expenditures (CAPEX) – Increase in Net Operating Working Capital = Net Operating Income (profit) – Taxes + Depreciation expense – Increase in Capital Expenditures (CAPEX) – Increase in Net Operating Working Capital 2.12 Discount Rate Discount rate atau bunga diskonto dijelaskan oleh Guinan (2010, hal 92) sebagai berikut: Suku bunga yang memenui syarat institusi penyimpanan yang dikenakan untuk pinjaman jangka pendek langsung dari bank sentral. Suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai saat ini dari arus kas di masa yang akan datang. 47 Dalam bab selanjutnya, akan dibahas mengenai analisa terhadap business model canvas dan analisa bisnis yang terdiri dari analisa PESTEL, TOWS Analysis, dan Porter Five Forces Analysis.