Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 DAFTAR ISI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ian Nugraha ......................................................................... 1 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Bank, Good Corporate Governance, Dan Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Nurhaiyani Dan Maria Magdalena. ............................................ 21 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dalam Membatasi Praktik Manajemen Laba Sigit Susilo Broto................................................................... 41 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Yoes Sumbaji ....................................................................... 55 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Elizabeth Linandi ............................................................... 67 Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan Dan Faktor - Faktor Lainnya Yang Mempengaruhi Tingkat Hutang Perusahaan Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N..................................... 83 Pengaruh Perubahan Dividend Per Share, Perubahan Earnings Per Share, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Book Value Equity To Market Value Equity Terhadap Profitabilitas Dan Cumulative Abnormal Return Steven Yap .......................................................................... 97 Pengaruh Leverage Keuangan, Risiko Saham, Roa, Kapitalisasi Pasar, Volume Perdagangan, Dan Institutional Ownership Terhadap Likuiditas Saham Syahrian ............................................................................... 119 Pengaruh Earnings Per Share, Diskresioner Akrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size, Dan Debt To Equity Terhadap Return Tita Deitiana ......................................................................... 133 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Yusuf Wijaya ......................................................................... 155 The Influence Of Earning Per Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size, Beta To Dividend Per Share On Trade And Services Companies Listed On Indonesia Stock Exchange Period 2007-2012 Yupiter Gulo .......................................................................... 165 Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 1-20 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA IAN NUGRAHA STIE Trisakti [email protected] Abstract: This research aim was to examine and analyze the effect of managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, investment opportunities, dividend policy, and company growth to firm value. The object of this research is all manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2010 until 2012. There are only 37 companies meet the criteria and took as samples. The samples of this research collected by using purposive sampling. The hypothesis were tested by using multiple regression. The results of this research indicated that financial leverage, profitability, firm size, and investment opportunities have influence toward firm value, while managerial ownership, dividend policy, and company growth have no influence toward firm value. Keywords: Managerial Ownership, Financial Leverage, Investment Opportunities, Dividend Policy, Company Growth, and Firm Value Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. Obyek dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2012. Terdapat 37 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hipotesis diuji menggunakan metode analisa regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kesempatan investasi memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Kesempatan Investasi, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, dan Nilai Perusahaan PENDAHULUAN Pada zaman perekonomian saat ini, perkembangan dalam dunia bisnis sangatlah pesat. Hal ini mulai hangat dibicarakan masyarakat yaitu tentang pasar bebas ASEAN pada tahun 2015 nanti, dimana perusahaanperusahaan asing dapat menawarkan barang dan jasanya langsung di Indonesia. Isu ini terkait dengan tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan yaitu untuk mencapai keuntungan maksimal dan memakmurkan kesejahteraan pemilik (pemegang saham) dengan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan adanya pasar bebas tersebut, banyak kompetitor asing yang masuk ke dalam negeri. Masuknya kompetitor asing tentu mengharuskan perusahaan yang ada di Indonesia untuk lebih meningkatkan lagi kinerjanya, agar kinerja keuangannya dapat menarik minat para investor. Salah satu kinerja keuangan yang cukup vital adalah nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang yang harus dicapai perusahaan dan akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di 2 bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Go public merupakan salah satu cara yang efisien untuk mendapatkan sumber dana tambahan, namun diperlukan tata kelola manajemen yang baik dalam membuat suatu laporan keuangan. Informasi berupa laporan keuangan dibutuhkan para investor dalam melakukan pertimbangan berinvestasi pada suatu perusahaan. Dalam pasar modal, harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan dan akan bereaksi apabila terdapat informasi terbaru mengenai perusahaan itu. Naik turunnya harga saham merupakan fenomena yang menarik untuk dibicarakan, seperti krisis ekonomi global yang terjadi di Indonesia pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40 – 60% dari posisi awal tahun 2008. Lalu kasus Enron di Amerika Serikat tentang manipulasi laporan keuangan yang membuat masyarakat publik tidak lagi percaya kepada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini tentu saja berdampak negatif terhadap nilai suatu perusahaan. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai ISSN: 1410 -9875 oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Alasan peneliti melakukan penelitian terkait dengan nilai perusahaan adalah dikarenakan suatu perusahaan harus dapat memaksimalkan nilai perusahaannya agar mampu bersaing dengan perusahaan asing yang melakukan ekspansi di Indonesia pada pasar bebas ASEAN 2015 nanti. Selain itu salah satu tujuan dari suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran politik para pemegang saham. Pemegang saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan kepentingan dan perspektif berkenaan dengan perusahaan. Pemegang saham akan cenderung memaksimalkan nilai saham dan memaksa manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka melalui pengawasan yang mereka lakukan. Kreditor di sisi lain cenderung akan berusaha melindungi dana yang sudah Ian Nugraha mereka investasikan dalam perusahaan dengan jaminan dan kebijakan pengawasan yang ketat pula. Manajer juga memiliki dorongan untuk mengejar kepentingan pribadi mereka. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Rizqia et al. (2013). Pada penelitian sebelumnya, dengan periode penelitian selama 6 tahun yakni dari tahun 2006 – 2011. Sedangkan periode penelitian ini selama 3 tahun yaitu tahun 2010 – 2012. Selain itu, pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan 5 variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kesempatan investasi dan satu variabel intervening yaitu kebijakan dividen. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011) dan kebijakan dividen dalam penelitian ini dijadikan variabel independen (Rizqia et al., 2013). Namun, variabel dependen yang digunakan tetap sama yaitu menggunakan nilai perusahaan. Alasan peneliti menambahkan pertumbuhan perusahaan karena pertumbuhan perusahaan merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan manajemen. Perubahan kondisi bisnis tentunya berubah-ubah, dengan variabel ini 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 kita dapat mengetahui stabilitas keuntungan perusahaan dan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap naik turunnya nilai perusahaan. Banyak investor cenderung menyukai perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi karena dianggap nilai perusahaannya juga tinggi dan prospek yang bagus di masa depan. Hal inilah yang menyebabkan peneliti menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Sudiyatno dan Puspitasari (2010), menyatakan bahwa antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent) mempunyai kepentingan yang berbeda dalam mengelola perusahaan. Teori ini membahas tentang pihak yang memberi wewenang (principal) dengan pihak yang diberi wewenang (agent). Pihak yang memberi wewenang di sini adalah investor dan pihak yang diberi wewenang adalah manajer perusahaan. Setiap pihak pada dasarnya selalu mementingkan kepentingannya sendiri. Pemilik selalu ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sebagai return atas investasi yang telah dilakukannya. Sedangkan manajer juga ingin mendapatkan kompensasi (bonus) yang sebesarbesarnya dari perusahaan sesuai 4 November 2013 dengan kinerja yang dilakukannya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Signalling Theory Dalam signaling theory yang dikemukakan oleh Bringham dan Houston (2006) dalam Rosy (2013), menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memberikan sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan tidak mudah mengalami kebangkrutan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan harga saham. Selain itu dalam signaling theory juga dijelaskan bahwa kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham dan sebaliknya yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam Wijaya et al. (2010), menyatakan bahwa signaling theory merupakan pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan. Trade-off Theory Teori ini membahas tentang adanya hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan terdapat satu tingkat leverage (debt ratio) yang optimal. Myers (1984) dalam Sudiyatno dan Puspitasari (2010), mengemukakan bahwa penggunaan kebijakan hutang yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage optimal, lalu ISSN: 1410 -9875 manajemen harus mengelola kebijakan hutang tersebut sampai pada batas tertentu, karena sesudahnya penggunaan hutang yang berlebihan akan menurunkan nilai perusahaan dan bahkan menimbulkan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) yang lebih besar. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat dijadikan sebagai indikator peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Erlangga dan Suryandari (2009) dalam Afzal dan Rohman (2012), menyatakan nilai perusahaan atau dapat disebut juga nilai pasar perusahaan, yaitu harga yang bersedia dibayar calon pembeli apabila perusahaan itu ingin dijual. Perlu diketahui bahwa nilai perusahaan tidak disebutkan dalam neraca perusahaan, karena perusahaan memiliki kekayaan yang tidak dapat dilaporkan dalam neraca seperti manajemen yang baik, nama baik, dan proyeksi di masa depan yang baik. Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan manajerial menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan (Rizqia et al., 2013). Dalam laporan keuangan, kepemilikan manajerial dapat dilihat melalui besarnya persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer. Karena hal ini cukup penting bagi pengguna laporan keuangan (stakeholders) Ian Nugraha maka harus diungkapkan dalam laporan keuangan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Hasil penelitian Rizqia et al. (2013) menunjukkan kepemilikan manajerial memiliki memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitan Rao (1995) dalam Rizqia et al. (2013) menyatakan bahwa agency theory mendasari hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan, dimana agency problem dapat menghalangi perusahaan untuk memaksimalkan tujuan perusahaan. Penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yaitu tentang peran manajer yang memiliki saham akan mempunyai kepentingan yang sama dengan pemegang saham lainnya. Penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh McConnell dan Servaes (1990), Chen dan Steiner (1999), Chen et al. (2003), yaitu kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh selama persentase kepemilikan manajerial di perusahaan tersebut berada pada rentang 0% - < 1%. Pada umumnya memang kepemilikan manajerial akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Samisi dan Sardiana (2013), menunjukkan kepemilikan manajerial dengan persentase >2% - 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 <5% mempunyai pengaruh negatif terhadap perusahaan. Karena saat persentase kepemilikan manajerial sampai rentang >5% akan menurunkan nilai perusahaan. Mulai terjadi perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham. Jadi dapat disimpulkan idealnya pemilik perusahaan harus membatasi kepemilikan manajerial sampai batas di bawah 5%, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Menurut Putra (2008) dalam Nuraina (2012), menyatakan bahwa kebijakan perusahaan berkaitan dengan struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Meningkatnya hutang juga akan meningkatkan aktiva, yaitu berupa dana yang didapat dari hutang. Di sisi lain, peningkatan jumlah hutang juga akan memperbesar kemungkinan risiko gagal bayar perusahaan atau mengalami kebangkrutan. Kebijakan hutang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap harga saham, begitu pula dengan nilai perusahaan. Akibat adanya informasi-informasi mengenai kebangkrutan perusahaan, maka akan langsung 6 November 2013 direspon oleh publik yang menyebabkan turunnya volume perdagangan saham dan harga saham lalu berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Rizqia et al. (2013) berpendapat bahwa kebijakan hutang (financial leverage) adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan pinjaman dari obligasi yang bertujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan, tepatnya laba per saham (earnings per share). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasternak dan Rosenberg (2002) dalam Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menunjukkan bahwa kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Siahaan (2011) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002), Santika dan Ratnawati (2002) dalam Siahaan (2011). Hasil penelitian Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menyatakan bahwa kebijakan hutang mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi penggunaaan hutang, semakin tinggi nilai perusahaan. Namun demikian ada batas maksimalnya, yakni ketika marginal income dari present value penghematan pajak sama dengan marginal cost dari biaya kebangkrutannya. Hasil penelitian ISSN: 1410 -9875 tersebut konsisten dengan penelitian Rosy (2013), hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung juga oleh teori Modigliani Miller yang menyatakan bahwa salah satu faktor internal perusahaan yaitu hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan, semakin tinggi hutang perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan dikarenakan biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Terdapat pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Rizqia et al. (2013) menyatakan bahwa profitabilitas adalah sebuah efektifitas manajemen perusahaan yang diukur berdasarkan penjualan dan investasi. Menurut Saidi (2004) dalam Dewi dan Wirajaya (2013), menyebutkan bahwa pada dasarnya investor melakukan investasi untuk mendapatkan tingkat pengembalian. Jika semakin tinggi profit yang dapat dihasilkan perusahaan maka secara tidak langsung akan menyebabkan return yang didapat investor juga tinggi. Sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat di mata investor. Sebelum melakukan investasi, calon investor pasti akan berpikir secara logis jika perusahaan itu saja tidak Ian Nugraha menghasilkan laba bagaimana dengan nasib pengembalian untuk investor, kemungkinan besar tidak mendapatkan dividen. Menurut hasil penelitian Dewi dan Wirajaya (2013) menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rizqia et al. (2013) yang menyatakan profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan adalah berdasarkan signaling theory, jika perusahaan dapat menghasilkan profit yang stabil dan besar maka itu akan menjadi sinyal yang positif bagi investor. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Chen dan Steiner (2000), Iturriaga dan Sanz (2001) dalam Rizqia et al. (2013), yang menyatakan profit yang besar meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Moniaga (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan tetapi tidak signifikan. Hasil penelitian Rosy (2013) menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian Kusumajaya (2011) yang menyatakan bahwa probabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu signaling teory juga menyatakan bahwa profitabiltas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 profitable merupakan sinyal positif bagi investor yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan harga saham yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dijadikan pertimbangan investor untuk berinvestasi. Variabel ukuran perusahaan menunjukkan perbedaan risiko antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar. Besarnya skala suatu perusahaan juga dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan kredit. Menurut Weston dan Copeland (1992) dalam Rizqia et al. (2013), perusahaan yang memiliki aktiva besar cenderung mudah untuk melakukan akses ke pasar modal. Dalam penelitian Jati (2009), ukuran perusahaan adalah variabel penduga yang digunakan beberapa orang dalam menjelaskan variasi pengungkapan di laporan keuangan tahunan. Dewi dan Wirajaya (2013) pada penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraina (2012) yang menunjukkan ukuran perusahaan 8 November 2013 mempunyai pengaruh positif dan signifkan terhadap nilai perusahaan. Kemudahan untuk mengakses ke pasar modal berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana, karena kemudahan aksebilitas ke pasar modal dan kemapuannya untuk memunculkan dana lebih besar. Adanya kemudahan tersebut ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dan prospek yang baik sehingga size bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizqia et al. (2013) bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Midiastuty (2003) dalam Rizqia et al. (2013) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahan. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Kesempatan Investasi terhadap Nilai Perusahaan Myers (1977) dalam Rizqia et al. (2013), berpendapat bahwa kesempatan investasi adalah ISSN: 1410 -9875 keputusan seseorang untuk berinvestasi yang merupakan kombinasi antara pilihan penempatan aset dan untuk ke depannya dapat menghasilkan net present value yang positif serta memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Hidayat (2010), kesempatan investasi merupakan nilai perusahaan yang nilainya ditetapkan manajemen sebesar pengeluaran-pengeluaran untuk melakukan investasi pada saat ini yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Hasil penelitian Rizqia et al. (2013) menunjukkan bahwa kesempatan investasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Siahaan (2011) yang juga menunjukkan terdapat pengaruh positif signifikan antara kesempatan investasi terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kesempatan investasi perusahaan melalui proyekproyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian Afzal dan Rohman (2012) sejalan dengan penelitian Fama dan French (1998) dalam Afzal dan Rohman (2012), yang menunjukkan kesempatan investasi Ian Nugraha berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Menurut Fama dan French (1998) dalam Afzal dan Rohman (2012) menyatakan pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) sangat penting untuk meningkatkan nilai perusahaan karena jenis investasi tersebut memberikan sinyal tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha5 Terdapat pengaruh kesempatan investasi terhadap nilai perusahaan. Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Menurut Susanti (2010) dalam Rosy (2013), kebijakan dividen adalah keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menentukan seberapa besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham pada periode tertentu. Jika dividen yang dibayarkan lebih kecil dari pada laba yang ditahan perusahaan, berarti dividend payout ratio perusahaan kecil. Hasil penelitian Rosy (2013) menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Afzal dan Rohman (2012) yang menyatakan kebijakan dividen 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga besarnya dividen yang diberikan perusahaan kepada investor tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian Rizqia et al. (2013) menunjukkan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Karena pada kenyataannya kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan didasari oleh asymmetric information. Investor tidak mempunyai informasi sebanyak yang dimiliki manajemen perusahaan. Sehingga investor hanya melihat dari informasi tentang cash flows dan prospek keuntungan perusahaan di masa depan yang dapat meningkatkan kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6 Terdapat pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Pertumbuhan perusahaan adalah ukuran kenaikan yang dihitung melalui pertumbuhan penjualan perusahaan dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) pertumbuhan 10 November 2013 penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang didapat perusahaan tiap tahunnya menunjukkan kemampuan perusahaan untuk survive di industrinya. Hasil penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Sriwardany (2006) dalam Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang membuktikan bahwa pertumbuhan berdampak positif pada nilai perusahaan. Adanya pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan dikarenakan penjualan yang mencerminkan kinerja dengan catatan tidak diikuti dengan peningkatan biaya yang melebihi tingkat pertumbuhan penjualan. Penjualan yang meningkat memberikan keyakinan terhadap investor bahwa perusahaan akan memberikan imbal hasil yang tinggi apabila diikuti dengan efisiensi operasi yang tinggi. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. ISSN: 1410 -9875 Ian Nugraha Gambar 1. Model Penelitian METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 – 2012. Teknik pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel ini adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 hingga tahun 2012. 2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. 3. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam penyajian laporan keuangannya. 4. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba. 5. Perusahaan yang melakukan pembagian dividen. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Nilai perusahaan adalah nilai suatu perusahaan yang menghasilkan laba di masa depan dan digambarkan oleh harga pasar saham. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q dalam Rizqia et al. (2013). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Cara pengukuran Tobin’s Q adalah dengan rumus: 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tobin’s Q = Market Value of Equity + Book Value of Equity Book Value of Assets Kepemilikan manajerial menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Pada penelitian ini pengukuran kepemilikan manajerial ini diadaptasi dari Christiawan dan Tarigan (2007) dengan tidak melihat berapa persentase kepemilikan di tiap perusahaan. Karena sampel yang ada di Indonesia jarang yang memiliki kepemilikan manajerial, sehingga untuk variabel ini menggunakan variabel dummy. “0” = untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial “1” = untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial Kebijakan hutang adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan kewajiban keuangan yang tetap seperti obligasi, dalam rangka memaksimalkan keuntungan per lembar saham. Variabel kebijakan hutang diukur dengan debt ratio. Pengukuran variabel ini diadaptasi dari penelitian Rizqia et al. (2013) menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut: Kebijakan Hutang = Total Debt Total Assets yang diukur berdasarkan penjualan dan investasi. Variabel profitabilitas diukur dengan rasio Return on Assets yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang ada dalam menghasilkan profit (laba), yaitu laba bersih dibagi total aset. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio berdasarkan persentase ROA (Rizqia et al., 2013). ROA dapat diukur dengan rumus: Return on Assets = Net Income Total Assets Ukuran perusahaan menunjukkan level dari sebuah perusahaan dalam bisnisnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Perhitungan ukuran perusahaan diadaptasi dari penelitian Rizqia et al. (2013), yaitu sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Log natural dari total aktiva Kesempatan investasi merupakan sebuah keputusan investasi yang berbentuk dalam kombinasi penempatan aset dan pilihan investasi yang diperkirakan akan menguntungkan (Rizqia et al., 2013). Variabel ini menggunakan Profitabilitas adalah sebuah skala rasio sesuai dengan penelitian efektifitas manajemen perusahaan Rizqia et al. (2013), dengan rumus: CAPX / A = Book Value of Fixed Assets t + Book Value of Fixed Assets t-1 Total Assets 12 ISSN: 1410 -9875 Ian Nugraha Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat berkaitan dengan pengalokasian net income yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan untuk didistribusikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau disimpan sebagai retained earnings. Pengukuran variabel kebijakan dividen diadaptasi dari penelitian Rizqia et al. (2013) dengan skala rasio. Berikut rumus dari DPR: DPR = Dividend per share Earnings per share Pertumbuhan perusahaan (growth) dalam penelitian diukur Sales Growth Ratio = Volume Penjualan t – Volume Penjualan Volume Penjualan t-1 HASIL PENELITIAN Pemilihan Sampel Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam Tabel 1. Pemilihan Sampel No 1. 2. 3. 4. 5. 6. dengan pertumbuhan penjualan (sales growth ratio). Menurut Weston dan Copeland (1992) dalam Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan adalah rasio yang mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Variabel pertumbuhan perusahaan menggunakan skala rasio. Pengukuran variabel ini mengadaptasi dari penelitian Sofyaningsih dan Hardingsih (2011), dengan rumus: t-1 pengambilan sampel untuk diobservasi. Berikut ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel: Statistik Deskriptif Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan setiap tanggal 31 Desember Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah Perusahaan yang tidak memperoleh laba Perusahaan yang tidak melakukan pembagian dividen Sampel data yang digunakan dalam penelitian Perusahaan 126 Data 378 (5) (15) (25) (75) (28) (31) (84) (93) 37 111 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran data yang digunakan dalam penelitian ini November 2013 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum Mean firm_value manajerial leverage Profit firm_size IOS Dividend Growth 111 111 111 111 111 111 111 111 0,30600 0 0,0977 0,0074 25,3084 0,1005 0,0349 -0,8797 15,1807 1 0,7611 0,4172 32,9970 1,4741 1,1610 0,5301 3,2736 0,46 0,3729 0,1495 28,7919 0,6103 0,4083 0,1449 Kepemilikan Manajerial memiliki nilai terendah sebesar 0 dengan data sebanyak 60 data dan nilai tertinggi sebesar 1 dengan data sebanyak 62 data. Standar deviasi 2,7535 0,501 0,1636 0,0949 1,7435 0,3125 0,2434 0,1440 Uji Normalitas Data Residual Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas residual dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Asymp. Sig (2-tailed) Kesimpulan 0,262 Data berdistribusi normal Berdasarkan tabel 3 di atas, pengujian normalitas residual menunjukkan data sudah memiliki nilai residual yang berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai asymp sig (2-tailed) 0,262 berada di atas 0,05. 14 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukannya pengujian hipotesis. Tujuan pengujian asumsi klasik dalam penelitian adalah untuk memenuhi sifat dari estimasi regresi ganda yang bersifat BLUES (Best Linier Unbiased Estimator) yang meliputi: ISSN: 1410 -9875 Ian Nugraha autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas (Ghozali, 2011). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (sekarang) dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya) dalam suatu model regresi linear. Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel (Constant) manajerial leverage profit firm_size IOS dividend growth Multikolinearitas Tolerance VIF 0,929 0,845 0,563 0,910 0,865 0,552 0,962 1,077 1,183 1,777 1,099 1,155 1,813 1,039 Res_2 Hasil pengujian multikolinearitas pada tabel 4 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas. Berdasarkan hasil itu menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, sementara He teroskedastisita s Sig. 0,381 0,005 0,017 0,000 0,141 0,057 0,613 0,789 Autokore lasi Sig. 0,001 variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan profitabilitas mengalami masalah heteroskedastisitas. Dari tabel di atas res_2 sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan terjadi masalah autokorelasi. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 pengaruh antara kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan (Ghozali, 2011). Analisis koefisien korelasi digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan November 2013 variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen dan sisanya tidak dapat dijelaskan, yang merupakan bagian variansi dari variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model regresi fit atau tidak untuk digunakan dalam model penelitian. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah adanya pengaruh secara individual antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis Uji t Variabel Sig. B (Constant) -8,685 0,000 Manajerial 0,476 0,064 Leverage 2,091 0,012 Profit 24,290 0,000 firm_size 0,205 0,006 IOS 1,451 0,001 Dividend 1,319 0,054 Growth 0,053 0,951 Model Uji Koefisien R = 0,892 Adj. R Square= 0,782 Nilai R sebesar 0,892 dimana nilai R tersebut terletak diantara 0,5 – 1. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan 16 Uji F Sig.= 0,000(a) dividen, dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan adalah kuat. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,782. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variasi variabel nilai perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel ISSN: 1410 -9875 kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan adalah sebesar 78,2% dan sisanya sebesar 21,8% dijelaskan oleh variasi variabel lainnya yang tidak terdapat dalam model penelitian. Nilai signifikansi uji F sebesar 0,000 dimana hasil ini lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa model penelitian yang digunakan adalah layak (fit) untuk pengujian data. Berdasarkan tabel 3 di atas persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = -8,685 + 0,476 manajerial + 2,091 leverage + 24,290 profit + 0,205 firm_size + 1,451 IOS + 1,319 dividend + 0,053 growth + e Dari persamaan regresi berganda tersebut, apabila variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan bernilai nol, maka variabel nilai perusahaan akan memiliki nilai sebesar -8,685. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,064 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti variabel kepemilikan manajerial (Ha1) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel nilai perusahaan, karena perusahaan di Indonesia masih jarang yang memiliki kepemilikan manajerial. Ian Nugraha Variabel kebijakan hutang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,012 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel kebijakan hutang (Ha2) memiliki pengaruh positif terhadap variabel nilai perusahaan. Manajemen dapat mengoptimalkan penggunaan hutang untuk meningkatkan nilai perusahaan, karena penggunaan kebijakan hutang yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage optimal, lalu manajemen harus mengelola kebijakan hutang tersebut sampai pada batas tertentu. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel profitabilitas (Ha3) memiliki pengaruh positif terhadap variabel nilai perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit terus-menerus tentu nilai perusahaannya akan meningkat, karena semakin tinggi profit yang dapat dihasilkan perusahaan maka secara tidak langsung akan menyebabkan return yang didapat investor juga tinggi Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel ukuran perusahaan (Ha4) memiliki pengaruh positif terhadap variabel nilai perusahaan. Besarnya skala suatu perusahaan juga dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan kredit. Perusahaan yang memiliki aktiva besar cenderung mudah untuk melakukan akses ke pasar modal. 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Adanya kemudahan tersebut ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dan prospek yang baik sehingga size bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Variabel kesempatan investasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel kesempatan investasi (Ha5) memiliki pengaruh positif terhadap variabel nilai perusahaan. Pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) sangat penting untuk meningkatkan nilai perusahaan karena jenis investasi tersebut memberikan sinyal tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan. Variabel kebijakan dividen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,054 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti variabel kebijakan dividen (Ha6) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel nilai perusahaan, karena tidak semua investor mengharapkan dividen. Teori tax preference menyatakan bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan dividen dikenakan pajak, sehingga banyak investor tidak menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,951 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti 18 November 2013 variabel pertumbuhan perusahaan (Ha7) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel nilai perusahaan. Tidak semua investor mempunyai anggapan bahwa perusahaan yang tumbuh itu nilai perusahaan yang tinggi, karena pertumbuhan perusahaan yang terkendali dapat dicerminkan sebagai manajemen laba dari perusahaan tersebut dan dapat dimanipulasi oleh manajemen. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kesempatan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keterbatasan penelitian ini adalah periode penelitian yang terbatas dengan jangka waktu 3 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang tidak dapat mewakili secara spesifik keadaan yang terjadi. Penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen, yaitu kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan. Terdapat 3 variabel yang terdapat heterokedastisitas, yaitu kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan ISSN: 1410 -9875 profitabilitas. Model regresi juga terjadi masalah autokorelasi. Rekomendasi yang dapat diajukan oleh peneliti untuk memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah sampel perusahaan yang akan dijadikan obyek penelitian. Agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, peneliti selanjutnya dapat menambah periode pengambilan sampel, memperluas jenis perusahaan agar Ian Nugraha dapat meminimalisir terjadinya masalah autokorelasi. Penambahan variabel independen lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini seperti variabel umur perusahaan, kepemilikan institusional, likuiditas, struktur modal, dan kinerja perusahaan. Untuk mengatasi heterokedastisitas dapat melakukan transformasi data penelitian pada sampel yang digunakan dalam penelitian selanjutnya. REFERENSI Afzal, Arie dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, 2012. Christiawan, Yulius Yogi, dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 1-8. Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Ary Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 4.2, Hlmn. 358 – 372. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro. Hidayat, Riskin. 2010. Keputusan Investasi dan Financial Constraints: Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. April 2010. Jati, Framudyo. 2009. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Moniaga, Fernandes. 2013. Struktur Modal, Profitablitas dan Struktur Biaya terhadap Nilai Perusahaan Industri Keramik, Porcelen dan Kaca Periode 2007 – 2011. Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 4, Desember 2013, Hlmn. 433 – 442. Nuraina, Elva. 2012. Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 19, No. 2, September 2012, Hlmn. 110 – 125. Rizqia, Dwita Ayu, Siti Aisjah, dan Sumiati. 2013. Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value. Research Journal of Finance and Accounting. Vol. 4, No. 11, 2013. Rosy, M. Theresia T.W. 2013. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen. Vol. 2, No. 2, 2013. Samisi, Komang dan Putu Agus Ardiana. 2013. Pengaruh Struktur Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 5.2, Hlmn. 451 – 469. Siahaan, Fadjar OP. 2011. Pengaruh Kebijakan Hutang dan Investasi terhadap Nilai Perusahaan. El-Muhasaba. Vol. 2, No. 2, Juli 2011. Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 3, No. 1, Mei 2011, Hlmn. 68 – 87. Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2, No. 1, Mei 2010, Hlmn. 1 – 22. Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi, dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010. Vol. 13, 2010. 20 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 21-40 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN BANK, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN NURHAIYANI dan MARIA MAGDALENA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study was to obtain empirical evidence of liquidity ratio, eficiency ratio, capital ratio, third-party funds (DPK), good corporate governance (GCG), and intellectual capital (IC) to banking financial performance. The population used in this research are pooled time series cross section data for four consecutive years from 2008 to 2011. This research used sample from 23 companies in the banking sector at the Indonesian Stock Exchange. The method of sample selection in this research using purposive sampling method. The multiple regression method was used to analyze the hypotheses.The results of this research shows that liquidity ratio and eficiency ratio have influence to banking financial performance. In the other hand, capital ratio, third-party funds (DPK), good corporate governance (GCG), and intellectual capital (IC) don’t have influence to banking financial performance. Keywords: Financial banking performance, liquidity ratio, eficiency ratio, capital ratio, thirds-party funds (DPK), good corporate governance (GCG), intellectual capital (IC). Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris dari rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio modal, dana pihak ketiga (DPK), tata kelola perusahaan yang baik (GCG), dan modal intelektual (IC) terhadap kinerja keuangan perbankan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan secara time series dan data cross section selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2008 sampai 2011. Penelitian ini menggunakan sampel dari 23 perusahaan di sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode regresi berganda digunakan untuk menganalisis hasil hipotesis. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas dan rasio efisiensi memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Di sisi lain, rasio modal, dana pihak ketiga (DPK), tata kelola perusahaan yang baik (GCG), dan modal intelektual (IC) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Kata kunci: Kinerja keuangan perbankan, rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio modal, dana pertiga pihak (DPK), tata kelola perusahaan yang baik (GCG), modal intelektual (IC). PENDAHULUAN Sistem keuangan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem perekonomian. Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembangunan sistem keuangan yang baik. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam rangka pembangunan sistem keuangan (Siamat 2005). Oleh karena itu, pemerintah memberi perhatian khusus untuk selalu memantau dan mengevaluasi kinerja keuangan perbankan di Indonesia. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi untuk mencapai tujuannya (Farida et al. 2010). Efektifitas dari pengertian di atas dapat diartikan bagaimana organisasi mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang ada, sedangkan efisiensi mencerminkan pendapatan maksimal yang diperoleh dari pengeluaran sumber daya dalam jumlah tertentu yang dilakukan oleh perusahaan. Pada perusahaan perbankan, sebagian besar sumber daya diperoleh dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Mekanisme kinerja bank ini sekaligus menunjukkan peranan bank sebagai lembaga intermediasi (Yuliani 2007). Dengan 22 memaksimalkan fungsi intermediasi bank, stabilitas moneter di Indonesia diharapkan dapat terpelihara dengan baik. Proses pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang direncanakan akan resmi berdiri pada tahun 2015 mendatang, merupakan isu global yang mempengaruhi sektor perbankan. Salah satu bagian terpenting adalah program integrasi perbankan se-ASEAN. Implementasi dari program ini mengindikasikan adanya kebebasan mengoperasikan bisnis perbankan di negara-negara ASEAN. Kondisi perbankan ini mengisyaratkan bahwa industri perbankan di Indonesia perlu untuk memperbaiki dan meningkatkan daya saing. Beberapa tantangan disebutkan oleh Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Tahun 2010 yaitu peran perbankan dalam pembiayaan kegiatan ekonomi di Indonesia masih relatif terbatas di tengah kondisi ekses likuiditas. Selain itu, daya saing perbankan domestik dari segi efisiensi, permodalan, dan aset masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Bank Indonesia dalam menyikapi isu global ini, mengarahkan kebijakan untuk memperkuat ketahanan sistem perbankan nasional dan mendorong peran intermediasi perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ketahanan sistem perbankan ditempuh melalui peningkatan kompetensi ISSN: 1410 -9875 pengelolaan bank dan pemantapan sistem pengawasan bank. Salah satu cara untuk menentukan baik atau tidaknya pengelolaan suatu bank dapat terlihat dari kinerja bank tersebut. Farida et al. (2010) mengatakan bahwa laba (profitabilitas) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Salah satu ukuran profitabilitas yang digunakan pada industri perbankan adalah Return on Assets (ROA), sebagaimana dituliskan oleh Siamat (2005). Penilaian kesehatan bank merupakan upaya untuk melakukan pemantapan sistem pengawasan bank. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 13/I/PBI/2011 secara umum tingkat kesehatan bank diartikan sebagai hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Peraturan tersebut menggolongkan faktor penilaian menjadi empat faktor yaitu: 1) profil risiko atau risk profil; 2) good corporate governance (GCG); 3) rentabilitas atau earnings; dan 4) permodalan atau capital. Risiko likuiditas yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan bagian dari profil risiko yang dinilai. Sedangkan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Beban Operasional) merupakan ukuran bagi efisiensi perbankan yang nantinya juga berdampak pada kinerja keuangan perbankan. Rasio permodalan merupakan faktor penting yang harus dimiliki perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya. Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki Nurhaiyani Dan Maria Magdalena bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Sudiyatno dan Suroso 2010). Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber daya keuangan utama bank dalam menjalankan aktivitas operasionalnya yang dihimpun dari masyarakat. Dana ini memberikan kemudahan bank dalam meningkatkan kinerja keuangannya dengan menciptakan penambahan profitabilitas. Good Corporate Governance (GCG) merujuk pada perwujudan tata kelola perusahaan yang baik (Farida et al. 2010). Penerapan pertanggungjawaban dari manajemen terhadap para pemegang saham, akan mendorong manajemen untuk selalu berupaya memaksimalkan kinerja perusahaan. Modal Intelektual (Intellectual Capital) dipandang oleh Wiradinata dan Siregar (2011) sebagai sumber daya yang strategis bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Begitupula halnya dengan lembaga keuangan seperti perbankan. Lembaga keuangan berbentuk bank tergolong sebagai perusahaan jasa yang mengindikasikan peran manusia yang sangat vital, terutama dari sisi pelayanan (Iswati 2007). Pelanggan yang puas akan senantiasa menggunakan jasa bank tersebut karena kinerja bank dirasakan cukup baik. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Sudiyatno dan Suroso (2010). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1) objek penelitian, yaitu perusahaan perbankan yang 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011; (2) penambahan variabel independen, yaitu good corporate governance dan intellectual capital. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut: pertama, pendahuluan berisikan latar belakang dan alasan penelitian serta organisasi penulisan. Kedua, rerangka teoritis yang menjelaskan teori dan hasil penelitian terdahulu sebagai dasar dalam pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian memuat langkah dalam melakukan penelitian meliputi pengumpulan data, pemilihan sampel, definisi operasional, dan pengukuran variabel. Keempat hasil penelitian yang menjelaskan hasil dan pembahasan pengujian hipotesis. Terakhir, penutup berisikan simpulan, implikasi dan keterbatasan dari penelitian. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kinerja Keuangan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefiniskan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Merkusiwati 2007). Sedangkan Farida et al. (2010) beranggapan bahwa kinerja keuangan sebagai salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Jadi kinerja keuangan adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya. 24 November 2013 Penilaian kinerja perusahaan didefinisikan sebagai pengukuran periodik kemajuan yang terkait dengan tujuan jangka panjang dan jangka pendek perusahaan, didukung dengan laporan yang dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan, dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan (Krissanti dan Atahau 2010). Kemajuan tersebut juga dapat terlihat dari kenaikan nilai perusahaan yang dihasilkan oleh pengolahan sumber daya yang dilakukan manajemen perusahaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Hapsoro (2008) bahwa nilai perusahaan pada dasarnya merupakan cerminan tentang ukuran kinerja manajemen. Pemerintah melalui otoritas yang diberikan kepada Bank Indonesia senantiasa memantau dan mengevaluasi kinerja sektor perbankan. Hal tersebut tercermin dengan adanya penilaian kesehatan bank secara berkala sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 13/I/PBI/2011. Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap risiko dan kinerja bank lainnya di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam penilaiannya yaitu: 1) profil risiko (risk profile); 2) good corporate governance; 3) rentabilitas atau earnings; dan 4) permodalan atau capital. Kinerja keuangan perbankan dapat diukur dari pendekatan profitabilitas yang dihasilkan. Untuk mengukur profitabilitas pada industri perbankan umumnya menggunakan Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA). ROE hanya dapat mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan, sedangkan ROA difokuskan pada kemampuan ISSN: 1410 -9875 perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Siamat 2005). Rasio Likuiditas dan Kinerja Keuangan Likuiditas dalam perusahaan perbankan bisa dianggap sebagai kemampuan bank menyalurkan dananya dalam rangka memenuhi kewajibannya (Siamat 2005). Prediksi kapan suatu bank harus melakukan pemenuhan kewajiban ini sangat penting dalam memelihara likuiditas. Teori yang dapat dikaitkan dengan mekanisme pemeliharaan likuiditas bank yaitu productive theory of credit (commercial loan theory). Konsep teori ini dikemukakan Sudiyatno dan Suroso (2010) bahwa bank bisa memfokuskan pada sisi aset dari suatu neraca. Teori ini menekankan bahwa likuiditas bank akan terjamin apabila aktiva produktif (earning assets) disusun dari kredit jangka pendek yang mudah dicairkan selama bisnis dalam kondisi normal. Selain itu, teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank hanya akan memberikan kredit jangka pendek dengan prediksi sangat mudah dicairkan atau likuid, sehingga pembayaran kembali (angsuran) atas kredit tersebut dapat dijadikan sebagai sumber likuiditas. Salah satu rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan suatu rasio yang mengukur likuiditas suatu bank. LDR yang tinggi mencerminkan semakin besarnya kredit yang disalurkan oleh bank tersebut, sehingga laba yang didapatkan dari spread antara bunga simpanan dan Nurhaiyani Dan Maria Magdalena kredit akan semakin besar. Dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank akan meningkat (Sudiyatno dan Suroso 2010). Merkusiwati (2007) dalam penelitiannya dari 17 bank di Indonesia, menghasilkan kesimpulan rasio likuiditas (LDR) pada tahun 1997-2000 bersamasama dengan rasio CAMEL lainnya berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) tahun 1998-2000. Selain itu, LDR bersama-sama dengan rasio CAMEL lainnya pada tahun 1999 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) tahun 2000. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno dan Suroso (2010) yang menunjukkan adanya pengaruh positif LDR sebagai proksi dari rasio likuiditas terhadap kinerja bank (ROA). Namun, pengaruh tersebut tidak signifikan, yang berarti pengaruh LDR terhadap kinerja bank (ROA) sangat kecil sehingga secara statistik tidak signifikan pada level signifikansi kurang dari 5%. Bertolak belakang dengan kedua penelitian sebelumnya, Yuliani (2007) mendapatkan hasil dari uji parsialnya bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap ROA. Artinya tingkat likuiditas suatu bank tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kinerja keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha1 Rasio likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Rasio Efisiensi dan Kinerja Keuangan Efisensi mengarah pada pendapatan atau keuntungan maksimal yang diperoleh perusahaan dengan mengeluarkan sumber daya dan cost dalam jumlah tertentu atau seminimal mungkin. Rasio yang menunjukkan efisiensi suatu bank salah satunya adalah BOPO, yaitu Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Sudiyatno dan Suroso 2010). Yuliani (2007) berpendapat bahwa BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga (Sudiyatno dan Suroso 2010). Pengendalian harus diupayakan agar biaya bunga lebih rendah dari hasil bunga yang diperoleh. BOPO yang semakin rendah berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam keadaan bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdinigtyas 2005). Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan menaikkan nilai perusahaan, manajemen melakukan kinerja keuangan yang efektif. Dengan menggunakan data dari 25 bank yang listed di JSX, Yuliani (2007) menghasilkan penelitian bahwa BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA sebagai proksi dari kinerja profitabilitas sektor perbankan yang go public di Bursa Efek 26 November 2013 Jakarta (BEJ). Hal tersebut lebih diperjelas dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno dan Suroso (2010) yaitu Biaya Operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank (ROA). Artinya semakin kecil biaya yang dikeluarkan oleh bank, maka kinerja perusahaan perbankan tersebut dinilai lebih baik atau juga semakin meningkat, demikian pula sebaliknya. Penelitian yang dilakuan Kuncoro dan Suharjono (2002) dalam Sudiyatno dan Suroso (2010) menghasilkan kesimpulan sebaliknya dari kedua penelitian di atas. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti upaya penekanan biaya operasi (BOPO) yang dilakukan manajemen dalam rangka menaikkan kinerja keuangan tidak didukung oleh penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha2 Rasio efisiensi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Rasio Permodalan dan Kinerja Keuangan Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi risiko, dan sebagai alat ekspansi usaha (Merkusiwati 2007). Modal besar yang dimiliki suatu perusahaan juga dapat dijadikan sebagi keunggulan kompetitif dalam persaingan, ISSN: 1410 -9875 dimana kesempatan untuk menguasai pasar terbuka lebar. Standar kecukupan modal diperlukan agar dapat menjamin keunikan pelayanan bank dan melindungi bank dari kegagalan (risiko). Selain itu, modal bank merupakan salah satu faktor yang menjamin keberlanjutan suatu bank (Sudiyatno dan Suroso 2010). Salah satu rasio permodalan adalah Capital Adequancy Ratio (CAR) yang sering juga disebut sebagai rasio kecukupan modal. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank (Yuliani 2007). Semakin tingginya rasio CAR, berarti semakin besar modal bank yang dapat digunakan untuk menghadapi risiko bank. Hal tersebut secara tidak langsung melindungi dana nasabah terhadap risiko, sehingga menambah kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menaikkan kinerja bank (Werdaningtyas 2002 dalam Sudiyatno dan Suroso 2010). Berkaitan dengan penelitian pengaruh CAR sebagai proksi rasio permodalan terhadap kinerja keuangan (ROA) yang dilakukan Sudiyatno dan Suroso (2010), memberikan hasil bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori likuiditas dan logika operasi bank. Hal ini mendukung upaya manajemen dengan menambah jumlah dana melalui setoran modal Nurhaiyani Dan Maria Magdalena dari pemilik dapat meningkatkan kinerja keuangan bank. Penelitian di atas juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007) yang menyimpulkan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Namun penelitian ini tidak didukung oleh hasil penelitian Merkusiwati (2007) yang menyatakan bahwa CAR bersamasama dengan dengan rasio CAMEL lainnya pada tahun 2000 tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) tahun 2001. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha3 Rasio permodalan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Dana Pihak Ketiga dan Kinerja Keuangan Dana pihak ketiga adalah pangsa pasar yang mampu dihimpun oleh masing-masing bank secara individu (Yuliani 2007). Dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Contohnya dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk memaksimalkan proses penghimpunan dana, suatu bank harus melakukan pemasaran dan membina hubungan yang baik dengan masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar nasabah dapat mempercayakan dananya untuk dititipkan kepada bank tersebut. Dana pihak ketiga yang mampu dihimpun oleh bank digunakan dalam penyaluran kredit kepada masyarakat. Besarnya DPK yang mampu dihimpun oleh suatu bank dapat 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 membuka kesempatan yang semakin luas untuk menghasilkan laba. Keuntungan tersebut didapat dari spread bunga penghimpunan dan penyaluran kredit kepada pihak yang membutuhkan (Siamat 2005). Dengan tambahan keuntungan ini, tentunya profitabilitas yang menunjukkan tingkat kinerja suatu bank pun akan meningkat. DPK yang dalam penelitian Yuliani (2007) dinamakan juga dengan MSDN dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Artinya semakin banyaknya dana yang dapat dihimpun bank dari masyarakat, tidak dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap efektifitas kinerja bank. Berkebalikan dengan penelitian tersebut, DPK berpengaruh positif dan signifikan dinyatakan dari penelitian Sudiyatno dan Suroso (2010). Artinya dengan meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) melalui peningkatan kepercayaan kepada nasabah agar menyimpan dana di bank, mampu meningkatkan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh bank (Sudiyatno dan Suroso 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha4 Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Forum untuk tata kelola perusahaan di Indonesia (FFCGI) mendefiniskan corporate governance sebagai seperangkat aturan untuk mengatur hubungan antara pemegang saham, management (manajer), perusahaan, kreditur, pemerintah, 28 November 2013 karyawan, dan pemangku kepentingan internal atau eksternal lainnya mengenai hak khusus dan kewajiban mereka (Krissanti dan Atahau 2009). Dari pengertian di atas terlihat bahwa penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan terbentuk dengan adanya hubungan yang kompleks di antara seluruh elemen yang berperan di perusahaan. Hubungan tersebut terbentuk sebagai akibat dari pertanggungjawaban atas kewajiban yang dimiliki oleh manajer selaku pengelola perusahaan dalam rangka memenuhi hak dari stake holders (pihak-pihak yang berkepentingan) perusahaan. Teori yang terkait dengan penerapan corporate governance di antaranya adalah agency theory dan stewardship theory. Permasalahan corporate governance seringkali disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan yang dipegang oleh principal dan pengendalian atau pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajer sebagai agent (Hapsoro 2008). Pemisahan itu menyebabkan adanya perbedaan kepentingan diantara kedua pihak yang menjadi dasar dari agency theory, sebagaimana dijelaskan oleh Leni dan Rasyid (2010) bahwa agency theory timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara stakeholder yang disebut sebagai principal dengan manager yang disebut sebagai agent. Hal ini bertentangan dengan stewardship theory yang memiliki pandangan bahwa seorang manajer bekerja untuk melayani kebaikan organisasi. Oleh karena itu, kedua teori tersebut memberi prediksi yang saling bertolak belakang ISSN: 1410 -9875 tentang hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan (Hapsoro 2008). Penerapan prinsip good corporate governance mensyaratkan adanya pertanggungjawaban manajemen terhadap pengelolaan dana pemegang saham (Sugiarto 2006). Hal ini akan mendorong manajemen untuk berupaya mengelola perusahaan dengan efisien, sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang baik dan berdampak pula pada peningkatan nilai perusahaan. Good Corporate Governance diproksikan dengan Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusi, dan Kepemilikan Manajerial. Telah banyak penelitian sebelumnya yang melakukan study mengenai pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Farida et al. (2010) yang mendapatkan hasil bahwa ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemlikan manajerial sebagai proksi good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang dimediasi oleh earnings management dalam perusahaan perbankan di Indonesia. Hasil yang sama diperoleh Sugiarto (2006) dimana penelitiannya belum mampu menunjukkan signifikansi pengaruh penerapan corporate governance pada kinerja peusahaan dengan pendekatan ROA maupun ROE. Analisis secara simultan yang dilakukan dengan uji F oleh Leni dan Rasyid (2010) menunjukkan Nurhaiyani Dan Maria Magdalena bahwa pada tahun 2005 dan 2006, secara bersama-sama kedua variabel independen (komisaris independen dan kepemilikan manajerial) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap semua rasio CAMEL (yang di dalamnya termasuk ROA). Artinya penerapan corporate governance secara keseluruhan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan perbankan. Bertentangan dengan beberapa penelitian di atas, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Krissanti dan Atahau (2010) melalui regresi analisis yang dilakukannya memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh positif penerapan corporate governance terhadap kinerja operasi pada sektor perbankan yang diproksikan menggunakan ROE. Begitupula penelitian Hapsoro (2008) mendapatkan hasil bahwa good corporate governance melalui proksi ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut berarti semakin baik tata kelola perusahaan, maka semakin baik pula kinerja keuangan yang dihasilkan oleh manajemen yang tercemin dari pencapaian return yang tinggi. Ukuran Dewan Komisaris dan Kinerja Keuangan Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur. Semakin banyaknya dewan komisaris yang berperan dalam pengawasan terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen diharapkan dapat meningkatkan 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 kinerja keuangan yang dihasilkan oleh bank. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha5a Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Kinerja Keuangan Dewan Komisaris Independen yaitu anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Diharapkan komposisi dewan komisaris independen yang besar dapat mempengaruhi kenaikan kinerja bank yang dicerminkan dari peningkatan laba yang dihasilkan oleh manajemen. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha5b Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Kepemilikan Institusional dan Kinerja Keuangan Kepemilikan institusional, dijabarkan oleh Beiner et al. (2003) dalam Farida et al. (2010) sebagai persentase hak suara yang dimiliki institusi. Investor institusional dianggap sophisticated investors yang tidak mudah ”dibodohi” oleh tindakan manajer (Midiastuty dan Machfoedz 2003 dalam Guna dan Herawaty 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha5c Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan Kepemilikan Manajerial dijelaskan Gideon (2005) dalam Farida et al. (2010) sebagai jumlah 30 November 2013 kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan. Darmawati (2003) dalam Guna dan Herawaty (2010) menyebutkan bahwa Investor institusional dan manajemen memiliki insentif yang kuat untuk mendapatkan informasi pra-pengungkapan (predisclosure information) mengenai perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab fidusiarinya serta untuk meningkatkan kinerja portofolio mereka. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha5d Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Sampai sekarang belum ada definisi intellectual capital yang diterima secara umum atau universal. Namun demikian sebagian besar definisi mengungkapkan hal yang mirip, yaitu intellectual capital dianggap sebagai sumber penciptaan nilai jangka panjang perusahaan (Anggraita 2008). Anggraita (2008) juga mengklasifikasikan intellectual capital menjadi tiga kategori umum, yaitu: 1) human capital; 2) internal structure (organizational capital); 3) external capital (relational capital). Di pihak lain, Wiradinata dan Siregar (2011) menyebutkan komponen intellectual capital terdiri atas modal fisik (VACA), modal manusia (VAHU), dan modal struktural (STVA). Intellectual capital didukung dengan teori sumber daya (resoursed base theory) yang ISSN: 1410 -9875 dijelaskan oleh Firrer (2003) bahwa teori sumber daya memandang perusahaan sebagai sekumpulan aset fisik dan aset tidak berwujud serta kemampuan perusahaan memperoleh, mengelola, dan mempertahankan sumber daya. Munculnya ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) menyebabkan perubahan cara kerja perusahaan. Penerapan modal berbasis pengetahuan dan teknologi dalam suatu perusahaan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya lainnya, sehingga akan memberikan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan (Iswati 2007). Keunggulan bersaing nantinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan yang menunjukkan kinerja keuangan yang baik. Isu mengenai intellectual capital telah merebak di berbagai negara. Oleh karena itu telah banyak penelitian yang dihasilkan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiradinata dan Siregar (2011) dalam meneliti sampel 73 perusahaan di sektor keuangan yang terdaftar pada Indonesian stock exchage dari periode 2005 hingga tahun 2009. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa modal intelektual (intellectual capital) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pada tahun berjalan dan kinerja keuangan di masa depan. Ukuran kinerja yang digunakannya adalah Return on Equity (ROE). Anggraita (2008) dengan menggunakan model Pulic, dimana Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAIC) digunakan untuk mengukur intellectual capital perusahaan, memberikan hasil yang Nurhaiyani Dan Maria Magdalena menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan peningkatan efisiensi penciptaan nilai perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai pasar perusahaan pada tahun berjalan. Tan et al. (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 sebagai sampel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara intellectual capital yang dimiliki perusahaan dengan kinerja keuangan peusahaan. Firer dan Williams (2003) menggunakan koefisien nilai tambah intelektual untuk menguji hubungan antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan serta menggunakan sampel 75 perusahaan publik di Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecuali nilai tambah modal fisik, intellectual capital secara signifikan berpengaruh positif (+) terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan nilai pasar perusahaan. Penelitian yang bertolak belakang dengan beberapa penelitian di atas, dilakukan oleh Iswati (2007) yang melakukan perhitungan intellectual capital dengan menggunakan market-tobook value. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank terbuka di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Berdasarkan uraian tersebut, maka 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 hipotesis yang diajukan berikut: Ha6 Intellectual berpengaruh terhadap keuangan perbankan. sebagai capital kinerja METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan di Indonesia yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 hingga tahun 2011. Teknik pemilihan sampel menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria diantaranya perusahaan perbankan di Indonesia yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 hingga tahun 2011, mempublikasikan laporan keuangan disertai dengan informasi mengenai rasio keuangan perbankan dan daftar pemegang saham berikut jumlah saham yang dimilikinya, serta tidak memiliki laba negatif dan neracanya tidak menunjukkan kekayaan negatif. Jumlah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan ROA = 32 sampel adalah 23 perusahaan dengan 92 data penelitian. Setelah uji outlier jumlah data yang digunakan dalam penelitian sebanyak 83 data penelitian. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kinerja Keuangan adalah penentuan ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sudiyatno dan Suroso 2010). Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Yuliani 2007): Laba sebelum pajak Rata-rata total aset Rasio Likuiditas diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Kredit yang November 2013 x 100% diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan yang termasuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Yuliani 2007): ISSN: 1410 -9875 Nurhaiyani Dan Maria Magdalena LDR = Total Kredit x Total Dana Pihak Ketiga Rasi o Efisiensi diproksikan dengan BOPO (Biaya Operasional terhadap Beban Operasional). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan BOPO Rasio Permodalan diproksikan dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). Rasio ini dihitung dengan membagi modal yang dimiliki oleh bank dengan total Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), yaitu jumlah seluruh CAR dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut (Yuliani 2007): Biaya Operasional Pendapatan Operasional = = x 100% asset (seperti kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang dikalikan dengan risiko yang terkandung di dalamnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Yuliani 2007): Modal Bank Total ATMR Dana Pihak Ketuga (DPK) dikemukakan oleh Yuliani (2007) sebagai pangsa pasar dana pihak ketiga yang dihimpun oleh masingmasing bank secara individu. Dana tersebut merupakan penjumlahan 100% x 100% dari giro, tabungan dan deposito yang biasanya terletak pada sisi passiva pada neraca bank. Adapun rumus perhitungan DPK adalah sebagai berikut: DPK = Giro + Tabungan + Deposito Ukuran Dewan Komisaris diukur berdasarkan jumlah total anggota dewan komisaris baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Komposisi Dewan Komisaris Independen diukur berdasarkan persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan. Kepemilikan Institusional diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Kepemilikan Manajerial merupakan variabel dummy, perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial diberi nilai 1 sedangkan yang tidak memilikinya diberikan angka 0 (Seftianne dan Handayani 2011). Intellectual Capital mengacu pada penelitian Tan et al. (2007), model VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (2000) digunakan untuk mengukur intellectual capital suatu perusahaan. Adapun penjabaran metode VAICTM tersebut adalah sebagai berikut (Anggraita 2008): VAICi = CEEi + HCEi + SCEi Keterangan: VAICi adalah vallue added intellectual coeficient untuk perusahaan i HCE i adalah human capital efficiency untuk perusahaan i November 2013 SCEiadalah structural capital efficiency untuk perusahaan i CEEi adalah capital employed efficiency untuk perusahaan i HCi adalah beban gaji dan upah serta kompensasi SCi adalah VAi - HCi CEi adalah total aktiva tangible – total kewajiban VA (value added) = Pi + Ii + Ci + Di + Ai + DIVi + Mi + Ti Pi adalah laba yang ditahan dari tahun berjalan Ii adalah beban bunga tahun berjalan Ci adalah beban gaji dan upah termasuk kompensasi lain Di adalah depresiasi tahun berjalan Ai adalah amortisasi tahun berjalan DIVi adalah dividen tahun berjalan Mi adalah laba minoritas tahun berjalan Ti adalah pajak = VA/HC HASIL PENELITIAN Hasil statistika deskriptif sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel ROA LDR BOPO CAR DPK UDK KDKI KI KM IC 34 N 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 Minimum ,164 35,827 59,087 10,340 1,000 2 ,000 5,572 0 1,270 Maximum 8,398 100,375 102,644 51,630 422,250 9 100,000 99,963 1 17,945 Mean 2,12460 72,98426 82,71300 17,84138 69,72389 5,16 49,21498 70,01876 ,26 6,69261 Std. Deviation 1,328000 14,172893 8,414262 6,849440 103,587769 1,865 18,902356 23,098017 ,442 3,065028 ISSN: 1410 -9875 Nurhaiyani Dan Maria Magdalena Hasil Uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji t Model 1 (Constant) LDR BOPO CAR DPK UDK KDKI KI KM IC Unstandardized t Coefficients Std. B Error 10,018 1,260 7,952 ,017 ,006 2,902 -,104 ,011 -9,548 ,017 ,015 1,128 ,001 ,001 ,759 -,030 ,050 -,611 -,003 ,003 -,838 -,005 ,003 -1,499 ,178 ,161 1,105 -,057 ,031 -1,885 Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel rasio likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Depocit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Merkusiwati (2007) serta Sudiyatno dan Suroso (2010). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi LDR yang mencerminkan semakin besarnya kredit yang disalurkan oleh bank, mengakibatkan semakin besar pula laba yang didapatkan dari spread antara bunga simpanan dengan bunga kredit yang diberikan. Dengan meningkatnya laba bank berarti kinerja keuangan bank tersebut mengalami peningkatan. Variabel rasio efisiensi yang diproksikan dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki Sig. ,000 ,005 ,000 ,263 ,450 ,543 ,405 ,138 ,273 ,063 pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007) serta Sudiyatno dan Suroso (2010). Namun kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro dan Suharjono (2002) dalam Sudiyatno dan Suroso (2010) yang menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin efisien biaya operasional yang dapat ditekan oleh manajemen bank, dapat meningkatkan laba dan nilai perusahaan yang berarti kinerja keuangan yang dihasilkan bank tersebut semakin meningkat. Variabel rasio permodalan yang diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Merkusiwati (2007). Namun tidak konsisiten dengan 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno dan Suroso (2010) serta Yuliani (2007) yang menghasilkan kesimpulan bahwa CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Ketidakkonsistenan ini terjadi karena semakin besarnya modal bank tidak berpengaruh dalam menambah kepercayaan nasabah untuk menitipkan dana di bank yang selanjutnya dapat digunakan dalam penyaluran kredit dalam rangka menghasilkan laba dalam pendapatan bunga yang sekaligus menaikkan kinerja bank. Variabel dana pihak ketiga (DPK) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007). Namun kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno dan Suroso (2010) yang memberikan kesimpulan DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya dana yang dapat dihimpun bank dari masyarakat, tidak dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap efektifitas kinerja bank. Variabel good corporate governance (GCG) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal ini ditunjukkan oleh seluruh proksi GCG yaitu ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial yang tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida et 36 November 2013 al.(2010), Sugiarto (2006), serta Leni dan Rasyid (2010). Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krissanti dan Atahau (2010) serta Hapsoro (2008) yang memberikan hasil good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Artinya semakin banyaknya dewan komisaris yang berperan dalam pengawasan terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen belum tentu dapat meningkatkan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh bank. Komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyaknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dengan menggunakan independensinya tidak mempengaruhi kenaikan kinerja bank yang dicerminkan dari peningkatan laba yang dihasilkan oleh manajemen. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Semakin besarnya jumlah saham yang dimiliki oleh institusi tidak berpengaruh dalam mendorong manajemen untuk berupaya maksimal dalam meningkatkan laba dan nilai perusahaan perbankan yang berarti kinerja keuangan juga tidak mengalami peningkatan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Peningkatan jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dalam ISSN: 1410 -9875 perusahaan perbankan relatif kecil sehingga tidak berpengaruh dalam meningkatkan semangat manajemen untuk dapat melakukan peningkatan dalam kinerjanya menghasilkan kenaikan laba bank. Berdasarkan analisis dari proksi-proksi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan tata kelola perusahaan bank yang baik tidak berpengaruh dalam mendorong manajemen untuk berupaya mengelola perusahaan dengan efisien, sehingga kinerja keuangan dan nilai perusahaan tidak mengalami peningkatan. Variabel intellectual capital (IC) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswati (2007). Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Wiradinata dan Siregar (2011), Anggraita (2008), Tan et al. (2007) serta Firer dan Williams (2003) yang memberikan hasil intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan modal berbasis pengetahuan dan teknologi dalam perusahaan perbankan tidak mempengaruhi efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya lain yang dimiliki bank untuk menghasilkan kinerja keuangan yang baik. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas dan rasio efisiensi Nurhaiyani Dan Maria Magdalena berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Sedangkan rasio permodalan, Dana Pihak Ketiga (DPK), Intellectual Capital, dan Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional serta kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan untuk penelitian berikutnya, yaitu (1) Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini masih relatif pendek yaitu hanya 4 (empat) tahun saja yaitu 2008-2011 sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan secara luas; (2) Variabel rasio keuangan yang digunakan oleh peneliti hanya mencakup rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio permodalan dan ukuran dana pihak ketiga, sementara masih banyak variabel rasio keuangan lainnya yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan sektor perbankan; (3) Terdapat satu variabel independen yang mengalami masalah heterokedastisitas yaitu variabel intellectual capital. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah (1) Memperpanjang tahun penelitian sehingga periode observasi menjadi lebih lama dan dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat; (2) Menambahkan cakupan variabel rasio keuangan lain yang diharapkan dapat memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan, seperti rasio kualitas aktiva produktif dan rasio 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 penilaian (valuation ratio); (3) Menganalisa keadaan atau kondisi ekonomi yang sedang terjadi untuk November 2013 lebih memaksimalkan penelitian. hasil dari REFERENSI Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdinigtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7:131-147. Anggraita, Visca. 2008. Hubungan Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan Bank : Studi Analisis dengan Menggunakan Structural Equation Model. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 2:487-496. Bank Indonesia Official Website. Laporan Perekonomian Indonesia. 2010. http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Per ekonomian+Indonesia/lpi_2010.htm. Bank Indonesia Official Website. Statistik Perbankan Indonesia. 2012. http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+P erbankan+Indonesia/spi_0112.htm. Farida, Yusriati Nur, Y. Prasetyo, E. H. Eliada. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12:69-80. Firer, S. dan Williams, S. M. 2003. Intellectual Capital dan Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol 9:487-498. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair, J.F., Black, W.C., Babin B.J., dan Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall. Hapsoro, Dodi. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol 19:155-172. Leni, dan R. Rasyid. 2010. Implikasi Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Bank. Jurnal Akuntansi. Vol 14:38-53. I Guna, Welvin dan A. Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12:53-68. Iswati, Sri. 2007. Memprediksi Kinerja Keuangan dengan Modal Intelektual pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Ekuitas. Vol 11:159-174. Krissanti, Karina, dan A. D. R. Atahau. 2010. The Influence of Implementing Corporate Governance Principles Towards Corporate Financial Performance in Banking Sector. Journal of Economic Business and Accountancy Ventura. Vol 13:163-172. 38 ISSN: 1410 -9875 Nurhaiyani Dan Maria Magdalena Leni, dan R. Rasyid. 2010. Implikasi Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Bank. Jurnal Akuntansi. Vol 14:38-53. Merkusiwati, N. K. L. Aryani. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi. Vol 12:100-108. Santoso, Singgih. 2002. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo. Seftiane, dan R. Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 13:39-56. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Bank Umum. Jakarta:Penerbit Intermedia. Sudiyatno, Bambang, dan Jati Suroso. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dinamika Keuangan dan Perbankan. Hlm :125 – 137. Sugiarto. 2006. Good Corporate Governance Mampukah Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Akuntabilitas. Vol 6:34-46. Tan, Hong Pew, David Plowman, Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol 8:7695. Yuliani. 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol 5:15-43. Wiradinata, Jefri, dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol 22:107-124. 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Halaman ini sengaja dikosongkan 40 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 41-54 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MEMBATASI PRAKTIK MANAJEMEN LABA SIGIT SUSILO BROTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, ukuran dewan direksi, debt to equity ratio, independensi auditor, reputabilitas auditor atas manajemen laba. Penelitian ini menggunakan data dari 52 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan data dikumpulkan melalui metode purposive sampling selama periode penelitian tahun 2009 sampai 2011. Metode pengelolaan data melibatkan pengujian hipotesis regresi linier berganda. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi dan debt to equity ratio memiliki pengaruh pada praktek manajemen laba, tetapi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, independensi auditor, dan, reputabilitas auditor tidak memiliki pengaruh pada manajemen laba. Kata kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Ukuran Dewan Direksi, Debt to Equity Ratio, Independensi Auditor, Reputabilitas Audior, dan Manajemen Laba. Abstract: The objective of this study is to investigate institutional ownership, management ownership, board size of directors, debt to equity ratio, auditor’s independency, auditor’s reputability on earnings management. This study used data of 52 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and the data were collected through purposive sampling method during the research period 2009 until 2011. The method of managing the data involve multiple linear regression hypothesis tested. The result of this analysis showed that board size of directors and debt to equity ratio had influence on earnings management practice, but institutional ownership, management ownership, auditor’s independency, and, auditor’s reputability did not have influence on earnings management. Keywords: Institutional Ownership, Management Ownership, Board Size of Directors, Debt to Equity Ratio, Auditor’s Independency, Audior’s Reputability, and Earnings Management. 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan instrumen utama pihak manajemen perusahaan dalam mempertanggungjawabkan seluruh kinerja keuangan atas pengelolaan perusahaan kepada para stakeholder. Stakeholder ini dibedakan menjadi dua, antara lain pihak internal yaitu para karyawan, manajer, direktur, dan dewan komisaris, sedangkan pihak eksternal yaitu pemegang saham, pemerintah, serta kreditur. Informasi laba adalah fokus utama dalam pelapoan keuangan yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Terjadinya krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 1997 sampai 1998, berdampak besar kepada dunia industri di Indonesia, banyak perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan. Dimana issue yang saat itu mencuat adalah adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan, sehingga keandalan informasi yang disediakan dalam laporan keuangan menjadi berkurang. Menurut Salno dan Badriwan (2000) dalam Pradipta (2011), konsep manajemen laba dalam pendekatan dengan teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan yang timbul antara manajemen (agen) dengan pemilik (prinsipal), dimana kedua belah pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Trueman & Titman (1998) serta Christensen et 42 November 2013 al. (1999) dalam Asih (2009), tingkat manajemen laba akan lebih tinggi apabila manajer mempunyai motivasi (incentive) dan kesempatan (oppurtunity) untuk melakukan manajemen laba. Ada tidaknya kesempatan tersebut tergantung dari bagaimana penerapan mekanisme good corporate governance di dalam perusahaan. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency theory (teori keagenan) seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckliking (1976) menyatakan bahwa pemisahan antara pemilik dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Adanya agency problem menimbulkan suatu kondisi dimana manajer mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain (manajer expropriation), dengan melakukan earnings management (manajemen laba). Laporan keuangan seharusnya mencerminkan keadaan yang sebenarnya, akan tetapi dengan adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan investor membuat informasi menjadi tidak seimbang atau biasa disebut dengan asimetri informasi. Menurut Dye (1998) dalam Darmawanti (2003) menyatakan bahwa Good Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme yang membatasi timbulnya asimetri informasi yang mendorong terjadinya praktik manajemen laba. Darmawanti et al. (2004) menyatakan Good Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan suatu sasaran – sasaran ISSN: 1410 -9875 dari suatu perusahaan serta sebagai saran untuk melakukan monitoring kinerja. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pradipta (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2011) pengambilan sampel yaitu tahun 2003 sampai 2004, sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengambil tahun penelitian 2009 sampai 2011. Pada penelitian ini, peneliti juga menambahkan variabel independensi auditor dan reputasi auditor, untuk mendukung hasil analisa mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance dalam membatasi praktik manajemen laba. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Manajemen Laba Manajemen laba merupakan tindakan atau proses dimana pihak manajemen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi angka laba dalam melakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan. Subramanyam et al. (2004) dalam Handayani dan Rachadi (2009) mengemukakan secara ekstrem bahwa earning management dapat dikatakan sebagai cosmetic, bagi para manajer untuk melakukan manipulasi akrual tanpa adanya konsekuensi cash flow. Bahkan hal ini pula di dukung oleh Xie et al (2005) dalam Pradipta (2011) bahwa “Dibawah aturan GAAP (General Accepted Accounting Principles), perusahaan hanya menggunakan akuntasi akrual, dimana perusahaan mencatat transaksi yang Sigit Susilo Broto dilakukannya dan/atau kejadian lain ke dalam pembukuan perusahaan pada saat timbulnya kejadian tersebut dibandingkan dengan pada saat diterimanya atau dibayarnya uang, sehingga sifat akuntansi akrual ini menyebabkan manajemen mempunyai kesempatan yang luas untuk melakukan diskresi dalam menentukan laba aktual yang dilaporkan perusahaan dalam setiap periode. Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari, dimana penggunaan akuntasi akrual tadi sebagai alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan membuat manajemen perusahaan berkesempatan untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga informasi laba yang ditampilkan tidak menunjukan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Good Corcoporate Governance Hormati (2009) mengatakan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu cara terbaik untuk menjamin bahwa agen (manajemen) bertindak terbaik untuk kepentingan stakeholders. Corporate Governance (CG) merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menetukan arah dan kinerja perusahaan, menurut Monks & Minow (2001) yang dalam Wardhani (2009). Selain itu hasil penelitian Sulistyanto dan Wibisono (2003) dalam Guna dan Herawaty (2010) mengemukakan bahwa good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 tambah bagi stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan pada mekanisme ini, yang pertama adalah pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat), dan tepat waktu, dan yang kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Lerker et al. (2005) dalam Pradipta (2011) menyatakan bahwa, “Corporate Governance” biasanya menunjuk pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi kepurusan yang dibuat oleh manajer dimana terdapat pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap organisasi. Beberapa mekanisme monitoring ini adalah Board of Director, Institusional Shareholder, dan operasi pasar untuk kontrol perusahaan. Jumlah Kepemilikan Saham Institusional Investor Siregar dan Utama (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Selain itu Durnev dan Kim (2003) dalam Hormati (2009), menyatakan bahwa dengan besarnya kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali, maka akan meningkatkan kualitas good corporate governance. Hal ini pula dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan 44 November 2013 yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Ha1 : Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan jumlah saham institusional berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba Jumlah Kepemilikan Saham Manajemen Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Pujiati dan Erman (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan, seperti direktur dan komisaris. Kepemilikan manajemen yang besar dalam perusahaan tentunya akan sangat efektif dalam memonitoring kegiatan perusahaan, sehingga hal ini memunculkan kemungkinan yang menarik jika mengaitkan besarnya proksi prosentase kepemilikan manajemen pada peningkatan nilai perusahaan serta kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba. Ha2 : Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan jumlah saham manajemen berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba Jumlah Anggota Dewan Direksi Seperti yang kita ketahui kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia, menganut sistem dua badan (two board system), yaitu ISSN: 1410 -9875 dewan komisaris dan dewan direksi, dimana keduanya mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang jelas sesuai fungsinya masingmasing sebagaimana yang diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary respisibility). Dalam Pedoman Penerapan Umum Good Corporate Governance di Indonesia (KNKG 2006) dijelaskan bahwa prinsip dasar dewan direksi sebagai organ perusahaan adalah bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan, juga dikemukakan dalam pedoman pokok pelaksanaan, bahwa komposisi jumlah dewan direksi, harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Hal ini berkaitan erat dengan tugas, fungsi, dan tanggungjawab direksi dalam mewujudkan serta mengelola mekanisme good corporate governance dalam perusahaan yang dipimpinnya. Ha3 : Good Corporate Governance dengan proksi jumlah dewan direksi berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio atau bisa disebut juga leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal. Rasio ini dapat menggambarkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula risiko Sigit Susilo Broto yang dihadapi oleh investor, sehingga para investor akan meminta keuntungan yang lebih tinggi, (Ma’ruf 2006). Hal ini terjadi karena, tingkat rasio leverage yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang yang tinggi pula, ini berarti ada kemungkinan profitabilitas perusahaan meningkat. Namun di sisi lain, hutang yang tinggi jika tidak dikelola dengan baik akan memiliki risiko kebangkrutan yang juga besar. Hal inilah yang menyebabkan para manajer terdorong dan mempertimbangkan untuk melakukan praktik manajemen laba. Ha4 : Debt to Equity Ratio berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba Independensi Auditor AICPA (Association International Certified Public Accountant) mengemukakan bahwa independensi adalah sebuah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan integritas dan objektifitas. Integritas merupakan suatu sikap moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta apa adanya, sedangkan independensi merupakan keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung kepada pihak lain. Independensi auditor menjadi sangat penting dalam mewujudkan mekanisme good corporate governance, mengingat opini yang dikeluarkan auditor atas perusahaan yang diperiksa sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat. Sehingga sangat diharapkan pemeriksaan akuntansi yang dilakukan oleh auditor telah sesuai dengan norma-norma profesionalnya. 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Ha5 : Independensi auditor berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba Reputasi Auditor Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya konflik kepentingan, serta meminimalisasi kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba, maka diperlukan beberapa mekanisme pengawasan dan kontrak. Diperlukan jasa pihak ketiga agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Reputasi auditor yang akan diukur dalam penelitian ini adalah dengan proksi ukuran KAP. Menurut Isnanta (2008) auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas dalam melakukan pemeriksaan, karena dibekali dengan berbagai pelatihan, prosedur, serta memiliki program audit yang lebih akurat dibanding dengan KAP non – Big Four Ha6 : Reputasi auditor berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria : perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara konsisten dari tahun 2009-2011, menerbitkan laporan keuangan menggunakan mata uang 46 November 2013 Rupiah, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember yang telah diaudit, perusahaan yang memiliki laba setelah pajak serta arus kas positif dari aktivitas operasi secara berturut-turut selama tiga tahun periode penelitian secara berturut-turut selama periode pengamatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011, dan perusahaan menyediakan data mengenai Good Corporate Governance untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba terkait pada variable independen yang digunakan dalam penelitian ini. Jumlah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel adalah 52 perusahaan, dengan 156 data penelitian. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Jumlah Kepemilikan Saham Institusional, adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi keuangan atau pihak lain dari luar perusahaan. Institusi keuangan yang dimaksud adalah perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Skala pengukuran yang digunakan untuk kepemilikan institusional adalah skala rasio (Guna dan Herawaty 2010) INST � Jumlah saham yang dimiliki investor institusi Total modal saham perusahaan yang beredar Jumlah Kepemilikan Saham Manajemen, merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk persentase saham yang dimiliki secara pribadi maupun oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan beserta afiliasinya (Guna dan Herawaty 2010). Kepemilikan manajemen ini diukur ISSN: 1410 -9875 Sigit Susilo Broto dengan menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Angka 1 untuk mewakili perusahaan yang memilikikepemilikan manajemen. Angka 0 untuk mewakili perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajemen (Trisnawati 2009, 135). Jumlah Anggota Dewan Direksi, dimana direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Anggota dewan direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan (KNKG 2006). Variabel ini diukur dengan proksi jumlah anggota dewan direksi yang duduk dalam jabatan direksi di perusahaan (Pradipta 2011). Debt to Equity Ratio, merupakan analisa kredit, yang merupakan bagian dari analisa rasio struktur modal dan solvabilitas, yang digunakan untuk menilai kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. (Subramanyam dan Wild 2009, 36). Struktur hutang yang diproksi dengan debt to equity ratio diukur dengan menggunakan skala rasio (Pradipta 2011). ��� � Total Hutang Total Equity Independensi Auditor, diukur dengan proksi penugasan auditor menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Angka 0 digunakan jika perusahaan menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, dan angka 1 jika perusahaan mengganti auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun (Guna dan Herawaty 2010). Reputasi Auditor, dilihat dari ukuran KAP tempat auditor bekerja dan dibedakan menjadi dua kriteria yaitu Big Four dan non-Big Four dengan asumsi jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP Non-Big Four maka kualitas auditnya rendah. Variabel ini diukur dengan skala nominal menggunakan variabel dummy, dimana angka 1 digunakan jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan angka 0 jika perusahaan diaudit oleh KAP Non-Big Four (Guna dan Herawaty 2010). Discretionary accrual adalah komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya, hal ini disebabkan karena manajer memiliki kapasitas untuk mengontrol laba dalam jangka pendek (Guna dan Herawaty 2010). Rumus : TACt = NIt-OCFt Keterangan: TACt : Total Accruals pada periode t NIt : Laba bersih operasi (net operating income) periode t OCFt : Aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) periode t Setelah diperoleh nilai total accruals, selanjutnya dilakukan regresi untuk memperoleh angka koefisien α1, α2, dan α3 dengan variabel dependen total accruals dan variabel independen adalah total asset tahun sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, dan total 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 aset tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t. TAC/ TAt-1 = α1(1/TAt-1) + α2( REVt/ TAt-1) + α3(PPEt/TAt-1) + e November 2013 Langkah selanjutnya adalah mencari nilai dari discretionary accruals dengan mengurangi TACt dengan nilai NDAt. Keterangan: TACt : Total accruals dalam periode t TAt-1 : Total aset pada akhir periode t-1 REVt : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : Aset tetap (gross property plant and equipment) periode t. DAt = TACt / TAt-1 – NDAt Keterangan: DAt : Discretionary accruals pada periode t TACt / TAt-1 : Total accruals pada periode t NDAt : Nondiscretionary accruals pada tahun t Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisa pengaruh hipotesis variabel independen terhadap variabel dependen adalah regresi berganda dengan model persamaan sebagai berikut: DA = β0 + β1 INST + β2 MJMN + β3 BSIZE + β4 DER + β5 IA + β6 RA+ e Keterangan: DA Discretionary Accruals, β0 Konstanta, β1 ‐ β10 Slope, INST Jumlah kepemilikan saham institusional, KPMJ Jumlah kepemilikan manajemen, BSIZE Board Size atau Jumlah anggota dewan direksi, DER Debt to Equity Ratio, IA Independensi auditor, RA Reputasi auditor, e error. Setelah diperoleh nilai koefisien regresi α1, α2, dan α3, maka dilanjutkan dengan menghitung komponen non-discretionary accruals yang dirumuskan sebagai berikut: NDAt = α1(1/TAt-1) + α2( REVt/ TAt-1) + α3(PPEt/TAt-1) Keterangan: NDAt : Nondiscretionary accruals pada tahun t TAt-1 : Total aset pada akhir periode t-1 REVt : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : Aset tetap (gross property plant and equipment) periode t. HASIL PENELITIAN Hasil statistika deskriptif adalah sebagai berikut: Maximu n Minimum m Std. Mean INST 156 0,3222 0,9974 0,720780 0,1743069 MJMN 156 0 1 0,44 0,498 Tabel 1 Deskriptif Statistik 48 Deviation ISSN: 1410 -9875 Sigit Susilo Broto BSIZE 156 2 12 5,38 2,213 DER 156 -1,482 8,9951 0,954795 1,2740635 IA 156 0 1 0,18 0,385 RA 156 0 1 0,54 0,500 DA 156 -0,4694 0,3157 0,000003 0,0923752 Sumber: Pengolahan data SPSS Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel INST MJMN BSIZE DER IA RA Tolerance VIF 0,963 1,038 0,770 1,298 0,700 1,429 0,967 1,034 0,989 1,011 0,571 1,751 Keterangan Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas a Dependent Variable: DA Sumber: Pengolahan data SPSS Dari tabel 2 diatas terlihat hasil dari pengujian multikolinearitas yang menunjukan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas antara 6 variabel independen yang diuji, karena VIF memiliki rentang nilai 1,011 sampai 1,751 dimana lebih kecil dari 10, sedangkan tolerance memiliki rentang nilai 0,571 sampai 0,989 dimana diatas 0,1. Dari nilai VIF dan Tolerance dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen. Tabel 3 Hasil Uji Statistik t (Constant) INST MJMN B 0,020 t Sig. 0.538 0,591 -0,054 -1,286 0,200 -0,012 -0,715 0,476 Keterangan Ha1 diterima Ha2 diterima tida k tida k 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 BSIZE DER IA RA 0,010 -0,018 2,617 0,010 -3,208 0,002 0,009 0,492 0,624 -0,027 -1,438 0,152 November 2013 Ha3 diterima Ha4 diterima Ha5 tidak diterima Ha6 tidak diterima a Dependent Variable: DA Sumber: Pengolahan data SPSS Pada tabel 3 menunjukan hasil uji t untuk setiap variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: Kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2011), I Guna dan Herawaty (2010), serta Siregar dan Utama (2005). Hasil penelitian tidak konsisten dengan Midiastuty dan Machfoedz (2003) dan Herusetya (2009) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh I Guna dan Herawaty (2010), Pradipta (2011) dan Trisnawati (2009). Hasil penelitian tidak konsisten dengan Wiedari (2004) serta Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba. 50 Jumlah anggota dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2011), NPS dan Bachtiar (2004), Midiastuty dan Machfoedz (2003). Hasil penelitian tidak konsisten dengan Chtourou et al. (2001) yang menyimpulkan bahwa jumlah anggota dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Debt to equity ratio berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2011) serta Suwito dan Herawaty (2005). Hasil penelitian tidak konsisten dengan Guna dan Herawaty (2010), dan Assih (2009) yang menyimpulkan bahwa deb to equtity ratio tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, Independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh I Guna dan Herawaty (2010). Hasil penelitian tidak konsisten dengan ISSN: 1410 -9875 Sigit Susilo Broto Susiana dan Herawaty (2007) serta Meutia (2004) yang menyimpulkan bahwa independensi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba. penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005) Handayani dan Rachadi (2009). Hasil penelitan tidak konsisten dengan Guna dan Herawaty (2010) dan Assih (2009) yang menyimpulkan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba. Reputasi Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil Tabel 4 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary R R Square Adjusted R Square 0,340(a) 0,116 0,080 Std. Error of the Estimate 0,0885963 a Predictors: (Constant), RA, IA, DER, INST, MJMN, BSIZE Sumber: Pengolahan data SPSS Tabel 5 Hasil Uji Statistik F ANOVA(b) Sum of Squares Regression 0,153 Df Mean Square 6 0,026 F 3,251 Sig. 0,005(a ) Residual 1,170 149 0,008 Total 1,323 155 a Predictors: (Constant), RA, IA, DER, INST, MJMN, BSIZE b Dependent Variable: DA Sumber: Pengolahan data SPSS Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 156 Kolmogorov-Smirnov Z 1,224 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,100 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Pengolahan data SPSS 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Jumlah Anggota Dewan Direksi, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh dalam membatasi praktik manajemen laba. Sedangkan Jumlah Kepemilikan Saham Institusional, Jumlah Kepemilikan Saham Manajemen, Independensi Auditor, dan Reputasi Auditor tidak berpengaruh signifikan dalam membatasi praktik manajemen laba. Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari bahwa didalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan antara lain sebagai berikut: (1.) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas dengan perusahaan manufaktur saja dengan jumlah populasi awal 124 perusahaan dan periode pengamatan selama tiga tahun yaitu 2009-2011 sehingga hasil penelitian ini belum bisa dijadikan sabagai pedoman bagi industriindustri diluar pemanufakturan. (2.) Variabel jumlah anggota dewan direksi dan debt to equity ratio dalam penelitian ini masih terjadi masalah heterokedastisitas. (3.) Berdasarkan uji koefisien determinasi variasi variabel independen dari kepemilikan institusional, kepemilikan 52 November 2013 manajemen, jumlah anggota dewan direksi, independensi auditor, dan reputasi auditor terhadap manajemen laba hanya bisa dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 8,0% dan sisanya sebesar 92,1% dijelaskan oleh variabel lain. Sehingga masih terdapat variabelvariabel lain yang berpengaruh terhadap manajemen laba yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya: (1.) Sampel perusahaan dapat diperluas dengan menambah jenis industri lainnya juga memperpanjang periode penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi. (2.) Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian yang lebih akurat lagi untuk menghindari tejadinya heterokedastisitas seperti melakukan transformasi data. (3.) Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan rasio leverage lainnya seperti debt to total asstes yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penelitian yang akan datang. ISSN: 1410 -9875 Sigit Susilo Broto REFERENSI : Assih, Prihat. 2009. Kualitas Auditor Ekstern Dalam Membatasi Kesempatan Manajemen Untuk Melakukan Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13 No. 3. Hal: 462-474. Bapepam. 2004. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/draft_peraturan _pm/draft/Draft-Perubahan-IX.I.5.pdf. Chtourou, Sonda Marrakachi., Jean Bedard, Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earning Management. http://papers.srrn.com/abstract=275053. Darmawanti, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntnasi. Vol. 5. No.1. Hal: 47-68. Darmawanti, D., dan Khomsiyah, Rahayu, Gelar Rika. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. http://www.iicg.org/asset/doc/CG&Kinerja-DDA,KSY,RGR.pdf. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penelitian Universitas Dipenogoro. Godfrey, Jayne. Alan Hodgson. Ann Tarca. Jane Hamilton. Scott Holmes. 2010. Accounting Theory. 7th edition. Australia : John Wiley & Sons Australia, Inc. Handayani, RR., Sri, dan Rachadi, Dwi Agustono. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 1. Hal: 33-56. Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal-Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen Laba. JAAI, Vol. 13, No. 2, Desember 2009. Hormati, Asrudin. 2009. Karakterisik Perusahaan Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13. No.2, Mei, 2009. I Guna, W dan Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1. Hal: 53 – 68. Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol 3. Mar’uf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. www.rac.uii.ac.id/server/document/public/2008505023540013212114. pdf. Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal: 1255-1269. Messier, William F., Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt, Nuri Hinduan, Auditing & Assurance Services : A SystematicAapproach = Jasa Audit & Assurance : Pendekatan Sistematis, Buku 1. Jakarta. Salemba Empat. 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Meutia, Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP BIG 5 dan Non BIG 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.7. No.3. Hal: 333-350. Midiastuty, Pranata P., Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Good Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal: 176-186. NPS Sylvia Veronica dan Yanivi S., Bachtiar. 2004. Hubungan Antara Manajemen Laba dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal: 328 -349. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Audit Nasional Kebijakan Covernance. Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh Dari Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13. No. 2. Hal: 93-106. Pujiati,D. dan Erman Widanar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Vol.12. No.1. Hal: 71-86. Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan Statistik Parametrik. Elex Media Komputerindo. Siregar, S.V dan Utama, S. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Prektek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Manajemen). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 19. No. 3. Hal: 307 – 326. Subramanyam, K.R. John J. Wild. 2009. Financial Statment Analysis. USA. Mc Graw – Hill International Edition. Susiana dan Herawaty, A. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium National Akuntansi X, 26-48 Juli 2007, Unhas Makasar. Suwito, E., dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September 2005. Trisnawati, Rina. 2009. Perbedaan Mekanisme Corporate Governance dan Praktik Manajemen Laba : Studi Komparasi Indeks Syari’ah dan Indeks Konvensional di Bursa Efek Indonesia. UNISA, Vol. 32, No. 72. Desember 2009. Wedari, Linda K. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII. Hal: 963-974. 54 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 55-66 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA YOES SUMBAJI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The research examines influencing of liquidity, profitability, size, asset structure, growth of total asset, and non-debt tax shield to capital structure. The independent variable is developed from theories of capital structure; pecking order theory, agency theory and static trade-off theory. The object of this research are manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange from period 2010 until 2012. There are eighty companies meet the criteria and were used as samples. The samples of this research collected using purposive sampling. The resource data are taken from Indonesian Stock Exchange website. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of the analysis indicated that liquidity, profitability, size, asset structure, growth of total asset, and non-debt tax shield have a significant influence on capital structure Keywords: liquidity, profitability, size, asset structure, growth of total asset, non-debt tax shield and capital structure. Abstrak: Penelitian ini meneliti pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran, struktur aset, pertumbuhan total aset, dan keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang terhadap struktur modal. Variabel independen dikembangkan dari teori struktur modal; teori pecking order, teori keagenan dan teori pertukaran. Objek penelitian ini perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode 2010 sampai 2012. manufaktur Ada delapan puluh perusahaan memenuhi kriteria dan digunakan sebagai sampel. Sampel penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan purposive sampling. Sumber data diambil dari situs Bursa Efek Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, ukuran, struktur aktiva, pertumbuhan total aset, dan keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Kata Kunci: Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Struktur Aset, Pertumbuhan Total Aset, Keuntungan atas Pajak yang Bukan Berasal dari Hutang, Struktur Modal 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Untuk melakukan pengembangan tersebut, setiap perusahaan harus mampu membaca dengan baik situasi internal baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan. Dalam pengelolaan bidang keuangan, salah satu unsur yang penting adalah kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan dana agar kegiatan usaha dapat berkembang. Dalam penentuan kebijakan mengenai sumber pendanaan bagi perusahaan, manajer keuangan harus mampu mengumpulkan dana untuk pembiayaan perusahaan dengan keputusan yang tepat. Keputusan pendanaan yang baik dapat dilihat dari struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berhubungan dengan komposisi hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek serta saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan perusahaan guna membiayai kebutuhan operasionalnya. Manajer harus mampu mengumpulkan dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan secara efisien, agar mencapai stuktur modal yang optimal sehingga dapat meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Ketika manajer memutuskan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan perusahaan maka biaya modal yang timbul adalah 56 November 2013 sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur sedangkan jika manajer menggunakan dana internal maka akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang akan digunakan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Pecking Order Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 dan dilakukan penyesuaian oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984. Menurut Myres (1984: 2) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi daripada penggunaan dana eksternal. Urutan pengunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang) dan equity (modal sendiri). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa (1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan); (2) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu debt (hutang), convertible bond, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Dana internal lebih dipilih oleh manajer daripada dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan tidak perlu membuka diri lagi dari sorotan pemodal luar. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan mengakibatkan ISSN: 1410 -9875 penurunan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir dengan penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal, dan membuat harga saham jadi turun. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan informasi yang asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal. Dana eksternal lebih diutamakan karena pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi saham baru lebih tinggi dari biaya emisi obligasi (Prabansari dan Kusuma 2005: 4). Teori Keagenan Teori agency dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976. Teori ini menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Baik principal maupun agent memiliki tujuan yang sama, yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Namun, mereka memiliki kepentingan yang berbeda, principal berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya melalui pembagian deviden sedangkan agent berkepentingan untuk melakukan ekspansi. Oleh karena perbedaan kepentingan inilah timbul agency conflict, yang kemudian menimbulkan agency cost. Menurut Godfrey et al. (2010: 363) terdapat tiga bentuk agency cost yaitu: (1) Monitoring cost, yaitu biaya yang ditanggung oleh principal untuk memastikan agent bertindak sesuai dengan kepentingan principal; (2) Bonding cost, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agent sendiri untuk memastikan bahwa dirinya Yoes Sumbaji bertindak sesuai dengan kepentingan principal; (3) Residual loss, yaitu kerugian yang diakibatkan oleh agent karena ia melakukan tindakan menyimpang dari kepentingan principal dengan tujuan untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Static Trade-off Theory Static trade-off theory merupakan pengembangan dari teori Modigliani-Miller. Teori static trade-off memandang bahwa struktur modal optimum dapat ditentukan. Titik optimal ini dapat terjadi karena adanya pajak, sebagai faktor yang mendorong perusahaan meningkatkan hutangnya dan biaya kebangkrutan yang mendorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutangnya. Tingkat keuntungan dan pajak suatu perusahaan mempunyai hubungan yang positif, sehingga perusahaan tersebut memiliki motivasi untuk mengurangi pajak perusahaan, yang antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan hutangnya. Dalam hal ini hutang bertindak sebagai tax shields, karena dapat mengurangi pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga kepada pihak yang memberikan hutang. Ada bentuk tax shields lain yang dapat membuat arus kas tetap menjadi arus kas internal perusahaan dalam bentuk pengurangan laba, yaitu biaya depresiasi dan amortisasi. Biaya-biaya ini tidak membutuhkan perusahaan untuk mengeluarkan dananya, melainkan perusahaan hanya melakukan perhitungan akuntansi untuk mengakui adanya biaya yang telah dikeluarkan atas 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 investasinya di masa (Sulistyowati 2009: 5). lalu Struktur Modal Ada dua macam tipe modal menurut Gitman dan Zutter (2009: 561) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Struktur modal menggambarkan proporsi total hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktivanya. Struktur modal yang optimal adalah suatu kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi hutang dan ekuitas secara ideal, yaitu menyeimbangkan nilai perusahaan dan biaya atas struktur modalnya (Firnanti 2011: 120). Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya yang jatuh tempo dalam jangka waktu pendek. Menurut Seftianne dan Handayani (2011: 44) perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, asset, maupun modal sendiri (Prihadi 2008: 164). Semakin tinggi 58 November 2013 profit berarti semakin banyak pendapatan untuk dilindungi dari pajak. Perusahaan dengan profit yang tinggi mendapatkan insentif untuk penggunaan hutang yang lebih besar sehubungan dengan keuntungan tax deductability dari penggunaan hutang. Menurut Abor (2008: 8) tingginya tingkat profit akan membawa pada kemungkinan kebangkrutan yang lebih kecil dan insentif yang lebih tinggi untuk menggunakan tax shield, sehingga menyebabkan tingkat hutang semakin tinggi. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan mengambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Seftianne dan Handayani (2011: 44) skala pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar memiliki tingkat leverage yang lebih dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah penentuan besarnya jumlah alokasi untuk setiap komponen aktiva baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang akan lebih banyak menggunakan hutang jangka panjang tetapi bagi perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva lancar seperti piutang dan persediaan barang, pembiayaan lebih bergantung pada ISSN: 1410 -9875 Yoes Sumbaji pembiayaan jangka pendek. Dengan demikian, komposisi aktiva akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Pertumbuhan Aktiva Asset growth menunjukkan perbandingan jumlah aktiva suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan aktiva pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi (Joni dan Lina 2010: 86). Ketika dana internal tidak lagi cukup untuk membiayai operasi dan investasi perusahaan maka perusahaan akan menggunakan dana eksternal, baik berupa hutang, bond, saham preferen serta penerbitan saham biasa. Non-Debt Tax Shield Pengurangan pajak untuk depresiasi dan kredit pajak investasi disebut sebagai non-debt tax shields. Menurut Djumahir (2005: 303) non-debt tax shields sebagai penentu struktur modal bukan dari hutang, berupa pembebanan biaya depresiasi dan amortisasi terhadap laba dan rugi. Depresiasi dan amortisasi sebagai pendorong bagi perusahaan untuk mengurangi hutang, karena depresiasi dan amortisasi merupakan cash flow sebagai sumber modal dari dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi pendanaan dari hutang. METODA PENELITIAN Bentuk penelitian ini adalah penelitian kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20102012. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. 2. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam penyajian laporan keuangan selama periode penelitian. 3. Perusahaan memiliki earnings after tax yang positif selama periode penelitian. Menurut Duca (2012: 526) struktur modal diperoleh dari perbandingan total hutang dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Duca (2012: 526) struktur modal dirumuskan sebagai berikut: Total Hutang Struktur Modal = Total Aktiva Menurut Seftianne dan Handayani (2011: 49) likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Duca (2012: 526) likuiditas dirumuskan sebagai berikut: 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Likuiditas = November 2013 Aktiva Lancar Hutang Lancar Menurut Seftianne dan Handayani (2011: 49) profitabilitas merupakan suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Cekrezi (2013: 371) profitabilitas dirumuskan sebagai berikut: Earnings After Tax Profitabilitas = Total Aktiva Menurut Firnanti (2011: 124) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Firnanti (2011: 124) ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Log natural dari total aktiva Struktur aktiva menggambarkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Seftianne dan Handayani (2011: 50) struktur aktiva dapat menjadi faktor penting dalam menentukan struktur modal karena mencerminkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Sulistyowati (2009: 10) struktur aktiva dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Tetap Struktur Aktiva = Total Aktiva Menurut Firnanti (2011: 125) tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan pertumbuhan aktiva perusahaan. Skala 60 pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Firnanti (2011: 125) pertumbuhan aktiva dirumuskan sebagai berikut: ISSN: 1410 -9875 Yoes Sumbaji TAn – TA(n‐1) Pertumbuhan Aktiva = TA(n‐1) Keterangan: TAn = Total Aktiva Tahun Ke-n TA(n-1) = Total Aktiva Tahun Sebelumnya (n-1) Menurut Sulistyowati (2009: 11) non-debt tax shields merupakan hasil dari depreciation expense dibagi dengan total aktiva. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Sulistyowati (2009: 11) non-debt tax shield rumuskan sebagai berikut: Depreciation Expense Non‐Debt Tax Shield = Total Aktiva Menurut Ghozali (2011: 96) pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda (multiple regression). Analisis regresi berganda digunakan unuk mengetahui apakah ada pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan aktiva dan non-debt tax shield terhadap struktur modal. Adapun model persamaan linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: SM = α + b1 LIKD + b2 PROFIT + b3 UK_PER + b4 ST_AK + b5 GROWTH + b6 NDTS + e Keterangan: SM = Struktur modal α = Konstanta b1-b6 = Koefisien regresi linear LIKD = Likuiditas PROFIT = Profitabilitas UK_PER = Ukuran perusahaan ST_AK = Struktur aktiva GROWTH = Pertumbuhan aktiva NDTS = Non-debt tax shield e = Error term yang merupakan variabel lain di luar model penelitan 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 HASIL PENELITIAN N SM LIKD PROFIT UK_PER ST_AK GROWTH NDTS 221 221 221 221 221 221 221 Tabel 1 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 0,12638 0,22239 0,00048 25,08254 0,01104 -0,18249 0,00210 1,03839 7,72653 0,34055 32,35714 0,80383 5,47052 0,07224 0,42415 2,29486 0,08890 27,82898 0,34886 0,19268 0,02970 Hasil uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji t Variabel B Std. Error t Constant 0,311 0,161 1,930 LIKD 0,006 -10,983 PROFIT 0,0 0,129 -5,360 UK_PER 69 0,006 2,244 ST_AK 0,064 -4,385 GROWTH 0,6 0,021 4,313 NDTS 93 0,805 2,299 0,013 0,2 80 0,089 1,850 Berdasarkan persamaan regresi berganda di atas, jika likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan aktiva dan non-debt tax shield, maka struktur modal akan memiliki nilai sebesar 0,311. Likuiditas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti likuiditas (Ha1) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Likuiditas memiliki nilai koefisien sebesar -0,069 yang berarti likuiditas memiliki pengaruh negatif 62 Std. Deviati on 0,17858 1,56464 0,07185 1,47556 0,18839 0,39761 0,01392 Sig. 0,055 0,000 0,000 0,026 0,000 0,000 0,022 terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. ISSN: 1410 -9875 Profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti profitabilitas (Ha2) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki nilai koefisien sebesar -0,693 yang berarti profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi cenderung memiliki dana internal yang lebih tinggi, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang lebih sedikit. Ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,026 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti ukuran perusahaan (Ha3) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,013 yang berarti ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar dapat menanggung risiko dan memiliki kemungkinan gagal bayar yang lebih kecil serta memiliki akses mudah untuk mendapatkan pinjaman. Hal tersebut mendorong perusahaan besar untuk menggunakan hutang lebih banyak dalam membiayai operasional dan investasinya. Struktur aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti struktur aktiva (Ha4) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Struktur aktiva memiliki nilai koefisien sebesar 0,280 yang berarti struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan industri yang menanamkan sebagian besar modalnya dalam aktiva tetap Yoes Sumbaji akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri sedangkan hutang sifatnya hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian, semakin tinggi struktur aktiva, penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi dan penggunaan modal asing semakin sedikit. Pertumbuhan aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti tingkat pertumbuhan (Ha5) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva memiliki nilai koefisien sebesar 0,089 yang berarti pertumbuhan aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkatkan jumlah aktiva yang digunakan, sehingga meningkatkan jumlah dana yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hasil penelitian sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Non-debt tax shield memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti non-debt tax shield (Ha6) memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Non-debt tax shield memiliki nilai koefisien sebesar 1,850 yang berarti non-debt tax shield memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai depresiasi yang tinggi cenderung melakukan pendanaan dengan hutang, karena biaya depresiasi dan hutang tersebut dapat mengurangi 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 jumlah pajak perusahaan. yang ditanggung PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya dan Hadianto (2008), Duca (2012) serta Cekrezi (2013) namun tidak konsisten dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011). 2. Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ahmed dan Hanif (2011) serta Cekrezi (2013) namun tidak konsisten dengan penelitian Duca (2012). 3. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Cekrezi (2013) namun tidak konsisten dengan penelitian Firnanti (2011) dan Duca (2012). 4. Struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sulistyowati (2009), Ahmed dan Hanif (2011) serta Duca (2012) namun tidak konsisten dengan penelitian Wijaya dan Hadianto (2008) serta Seftianne dan Handayani (2011). 5. Pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian 64 November 2013 Firnanti (2011) namun tidak konsisten dengan penelitian Ahmed dan Hanif (2011). 6. Non-debt tax shield mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sulistyowati (2009) namun tidak konsisten dengan penelitian Cekrezi (2013). Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel selama tiga tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. 2. Variabel bebas yang diteliti hanya terbatas pada likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan aktiva dan nondebt tax shield. 3. Penelitian hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitiannya sehingga belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada. 4. Penelitian ini masih memiliki masalah heteroskedastistisitas pada variabel likuiditas dan pertumbuhan aktiva. Beberapa rekomendasi peneliti bagi penelitian selanjutnya: 1. Periode penelitian ditambah agar sampel menjadi lebih banyak sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih memadai. 2. Melakukan penambahan variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi struktur modal tapi belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti risiko bisnis, umur perusahaan dan dividen. ISSN: 1410 -9875 3. Memperluas sampel penelitian tidak hanya perusahaan manufaktur tapi juga perusahaan dagang, jasa Yoes Sumbaji 4. keuangan, properti, transportasi dan pertambangan. Penelitian selanjutnya dapat melakukan transformasi data. REFERENSI Abor, Joshua. 2008. Determinants of the capital structure of ghanaian firms. African Economic Research Consortium. Maret. hlm. 1-34. Ahmed, Sabeel dan Muhammad Hanif. 2011. Determinants of capital structure in textile sector of pakistan. Science Series Data Record, Vol. 4 (2), hlm. 1-21 Cekrezi, Anila. 2013. The determinants of capital structure: evidence from albania. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, Vol. 2 (9), hlm. 370-376 Djumahir. 2005. Pengaruh variabel-variabel tax shield dan non-tax shield terhadap struktur modal dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan go public di bursa efek Jakarta). Jurnal Wacana. Vol. 8 No. 3. Desember. hlm. 307-321 Duca, Florinita. 2012. What determines the capital structure of listed firms in romania. hlm. 83-92 Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13 No 2, Agustus. hlm. 119-129 Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1 No. 2. Februari. Hlm. 49-62 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2009. Principles of managerial finance. 12th Edition. New York: Pierson prentice hall. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting theory. Seventh edition. Australia: John Wiley & Sons, Inc. Joni, dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 (2), Agustus, hlm. 81-96 Myers, S. 1984. The capital structure puzle, Journal of Finance, Vol. 19. July Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen. Edisi Khusus on Finance. hlm. 1-15 Prihadi, Toto. 2011. Praktis memahami laporan keuangan sesuai IFRS dan PSAK. Jakarta Pusat: PPM. Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13 No. 1. April, hlm. 39-56 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Sekaran, Uma, Bougie, Roger. 2010. “Research methods for business a skill building approach””, United Kingdom: John Wiley & Son LTd. Sulistyowati, Wiwit Apit. 2009. Penentuan kebijakan struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. hlm. 1-23 Veronica, M. Sienly dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profabilitas terhadap struktur modal emiten sektor telekomunikasi periode 2000-2006: sebuah pengujian hipotesis pecking order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 1. hlm. 71-84. 66 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 67-82 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN PERATAAN LABA ELIZABETH LINANDI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to provide empirical evident whether firm size, financial leverage, profitability, income tax, auditor’s reputation, dividend payout ratio, and institutional ownership have significant influence toward income smoothing. The used data for this research were taken from non financial companies listed in Indonesian Stock Exchange over the three years from period 2010 until 2012. This research used purposive sampling method. Eighty-one companies meet the criteria and analyzed using descriptive statistics. The hypotheses are tested through logistic regression analysis. The result of the research showed that financial leverage and profitability had a significant influence toward income smoothing. Firm size, income tax, auditor’s reputation, dividend payout ratio, and institutional ownership do not influence income smoothing. Keywords: Income Smoothing, Financial Leverage, Income Tax, Auditor’s Reputation, Dividend Payout Ratio, Institutional Ownership Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris apakah ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas, pajak penghasilan, reputasi auditor, rasio pembayaran dividen, dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun dari periode 2010 sampai 2012. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Delapan puluh satu perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hipotesis diuji melalui analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Ukuran perusahaan, pajak penghasilan, reputasi auditor, rasio pembayaran dividen, dan kepemilikan institusional tidak mempengaruhi perataan laba. Kata Kunci: Perataan Laba, Financial Leverage, Pajak Penghasilan, Reputasi Auditor, Rasio Pembayaran Dividen, Kepemilikan Institusional 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan pasar modal yang semakin pesat merupakan sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat, yang kemudian akan disalurkan ke perusahaanperusahaan yang produktif dan yang ingin melakukan pertumbuhan usaha melalui ekspansi. Masyarakat yang ditarik dananya dinamakan investor. Investor tersebut rela menanamkan dananya pada suatu perusahaan tertentu dengan harapan akan mendapatkan imbalan atau tingkat pengembalian yang sepadan atau bahkan lebih besar daripada pengorbanan yang telah dilakukannya. Dalam mempertimbangkan dan menganalisis kelayakan investasi, seorang investor biasanya sangat mengutamakan informasi mengenai laba bersih yang dimuat dalam laporan laba rugi. Hal ini disebabkan karena laba bersih dipandang sebagai indikator penting suatu perusahaan dalam membayarkan dividen kepada para investor (Dul Muid, 2012). Namun demikian, informasi mengenai laba bersih tersebut belum sepenuhnya menunjukkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pentingnya peranan informasi mengenai laba yang dapat mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan, terutama bagi investor dan calon investor, maka seringkali pihak manajemen melakukan dysfunctional behavior, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri dengan membuat laporan keuangan menjadi lebih baik dengan cara mengungkapkan laba yang relatif stabil atau dengan 68 November 2013 kata lain yaitu mengurangi fluktuasi laba dari suatu periode ke periode lain, agar tidak menarik perhatian terlalu banyak pihak. Hal ini dikenal dengan praktik perataan laba (Budiasih, 2009). Perilaku ini dapat menuntun manajemen perusahaan melakukan kecurangan dan kesalahan dalam pelaporan keuangan, terutama laporan laba rugi yang sangat diperhatikan oleh para investor. Motivasi dari penelitian ini adalah didorong oleh adanya konflik yang terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan. Dari konflik inilah dapat terjadi tindakan income smoothing oleh para manajer, yang dapat berakibat fatal bagi pemilik perusahaan dan para pemakai laporan keuangan lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kebijakan manajemen perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan praktik perataan laba atau tidak melakukannya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas, pajak penghasilan, reputasi auditor, tingkat pembayaran dividen, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi manfaat bagi pihak investor agar sebaiknya menganalisis bukan hanya pada besarnya laba yang dihasilkan perusahaan, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan menghasilkan atau memperoleh laba tersebut. Sedangkan untuk pihak manajemen perlu mempertimbangkan untuk ISSN: 1410 -9875 melakukan perataan laba atau tidak dalam upaya untuk mempertahankan posisinya di dalam perusahaan. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi dan acuan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang, khususnya dengan topik yang berkaitan dengan praktik perataan laba (income smoothing). RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Perataan Laba Menurut Subramanyam dan Wild (2009: 108), manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum atau dikenal dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) untuk mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Terdapat tiga jenis strategi yang digunakan dalam melakukan manajemen laba menurut Subramanyam dan Wild (2009: 108-109), antara lain dengan meningkatkan laba periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik (favorable); melakukan big bath melalui pengurangan laba periode kini; dan mengurangi fluktuasi laba dengan melakukan income smoothing. Income smoothing merupakan bentuk umum manajemen laba. Dalam strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi earnings volatility. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba, dan Elizabeth Linandi kemudian dilaporkan sebagai laba pada periode yang buruk. Dalam melakukan perataan laba, terdapat dua motivasi yang mendorong manajer, yakni motivasi efisiensi dan motivasi oportunistik. Menurut Hepworth (1953) dalam Utomo dan Siregar (2008), motivasi efisiensi dalam praktik perataan laba adalah dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, dan karyawan. Menurut Scott (1997) dalam Utomo dan Siregar (2008), motivasi oportunistik dilakukan manajer dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan. Misalnya, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba bersih tahun berjalan sehingga dapat meningkatkan bonus yang akan diterima. Ukuran Perusahaan Menurut Atawarman (2011), pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Menurut Sartono (2004) dalam Dewi dan Zulaikha (2011), besaran perusahaan atau skala perusahaan adalah ukuran perusahaan yang ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Prabayanti dan Yasa (2011) menyimpulkan bahwa semakin besar suatu skala perusahaan, maka diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Dengan adanya kenaikan laba terlalu drastis, akan menyebabkan bertambahnya biaya pajak yang dibayarkan serta dividen yang akan dibagikan. Namun sebaliknya, jika terjadi penurunan laba terlalu 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 drastis akan merusak citra baik perusahaan. Financial Leverage Menurut Riyanto (1995) pada Dewi dan Zulaikha (2011), perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut minimal sebanyak beban tetap yang harus dibayar, maka digolongkan sebagai leverage yang merugikan (unfavorable financial leverage). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kreditor adalah berdasarkan pada laba yang diperoleh perusahaan. Kreditor akan memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba stabil karena dengan laba yang stabil akan memberikan suatu keyakinan bahwa perusahaan dapat membayar utangnya dengan lancar. Kreditor cenderung menghindari perusahaan dengan laba yang berfluktuatif karena kreditor tidak menginginkan dana yang dipinjamkan kepada perusahaan mendapatkan risiko yang terlalu besar, yakni tidak tertagih (Noviana dan Yuyetta, 2011). Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi diduga melakukan tindakan perataan laba karena perusahaan dapat terancam default sehingga membuat suatu kebijakan 70 November 2013 yang dapat meningkatkan pendapatan atau earnings. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profit dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, dan total stockholders’ equity. Menurut Butar dan Sudarsi (2012), profitabilitas merupakan ukuran penting yang sering kali dijadikan acuan bagi investor dalam melakukan penilaian atas sehat atau tidaknya suatu perusahaan, yang selanjutnya dapat mempengaruhi keputusan investor untuk menjual atau membeli saham perusahaan tersebut. Gitman dan Zutter (2012: 79-80) menyatakan bahwa salah satu pengukuran profitabilitas adalah dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). Menurut Christiana (2012), NPM merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Selain itu, NPM juga digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Berpengaruhnya NPM terhadap tindakan perataan laba diduga karena rata-rata perusahaan belum memiliki kinerja yang cukup baik. Oleh karena itu, manajemen melakukan praktik perataan laba untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat lebih efektif di mata investor (Santoso, 2010 dalam Dul Muid, 2012). Pajak Penghasilan Menurut Saeidi (2012), pajak penghasilan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba ISSN: 1410 -9875 yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya berbagai peraturan perpajakan yang telah ditetapkan dalam suatu negara, perusahaan seringkali memilih metode dan kebijakan akuntansi yang paling menguntungkan. Perusahaan cenderung menghindari kenaikan laba yang drastis supaya terhindar dari kenaikan pembebanan biaya pajak. Perusahaan juga menghindari penurunan laba secara drastis karena akan memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang berada dalam masa krisis. Hal ini akan mengundang campur tangan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi terhadap laba (Luqman dan Shahzad, 2012). Reputasi Auditor Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Independensi dan kualitas auditor eksternal dalam memeriksa laporan keuangan akan berdampak terhadap pendeteksian manajemen laba, sehingga dapat dijadikan pelindung terhadap berbagai kecurangan akuntansi (Sulistiyawati, 2013). Ada dugaan bahwa auditor dengan reputasi yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Dengan kata lain, reputasi auditor menjadi salah satu pengendali manajemen untuk melakukan perataan laba. Kualitas audit yang tinggi yang dihasilkan oleh KAP Big Four menjadi salah satu pertimbangan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba. Nama besar auditor akan menghambat manajemen perusahaan dalam melakukan Elizabeth Linandi perataan laba dan menambah kredibilitas pelaporan laba (Prabayanti dan Yasa, 2011). Tingkat Pembayaran Dividen Tingkat pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas (Gitman dan Zutter, 2012: 577). Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional berjumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun dengan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan. Noviana dan Yuyetta (2011) mengungkapkan bahwa jika terjadi fluktuasi di dalam laba, maka perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat pembayaran dividen yang tinggi akan memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat pembayaran dividen yang rendah. Dengan demikian, dapat diisinyalir bahwa suatu perusahaan yang menerapkan dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung melakukan tindakan perataan laba. Kepemilikan Institusional 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Menurut Butar dan Sudarsi (2012), kepemilikan institusional merupakan jumlah saham perusahaan yang dimiliki institusi pada akhir tahun. Nuraini dan Zain (2007) dalam Butar dan Sudarsi (2012) menemukan bahwa investor institusional dengan kepemilikan dalam jumlah besar dapat berfungsi mengurangi insentif manajerial untuk mengelola laba secara agresif. Dengan adanya kepemilikan institusional, maka perusahaan dapat menggunakannya untuk mengimbangi informasi antara pihak pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan. Selain itu, pihak institusional akan mendorong mekanisme pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer agar tidak leluasa dalam melakukan pengelolaan atas labanya (Prabayanti dan Yasa, 2011). Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah: Ha1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha2: Financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha3: Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha4: Pajak penghasilan berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha5: Reputasi auditor berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha6: Tingkat pembayaran dividen berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Ha7: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: Ukuran Perusahaan Financial Leverage Profitabilitas Pajak Penghasilan Perataan Laba (Income Smoothing) Reputasi Auditor Tingkat Pembayaran Dividen Kepemilikan Institusional Gambar 1. Model Penelitian 72 November 2013 ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Pengumpulan Data dan Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metoda purposive sampling, yaitu metoda pengambilan sampel secara tidak acak, dengan tujuan memperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Sekaran dan Bougie, 2010: 276). Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah (1) Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2012; (2) Perusahaan non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember; (3) Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangan dengan satuan mata uang Rupiah; (4) Perusahaan non keuangan yang memperoleh laba bersih positif secara konsisten; (5) Perusahaan non keuangan yang membagikan dividen tunai secara konsisten; (6) Perusahaan non keuangan yang memiliki kepemilikan institusional secara konsisten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, diperoleh atau dicatat oleh pihak lain (Sekaran dan Bougie, 2010: 184). Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI, yang terdapat di www.idx.co.id dan juga dari berbagai sumber pendukung lainnya, seperti buku-buku ataupun situs-situs di internet. Hasil pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak 81 perusahaan. Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2012 Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan laporan keuangan dengan satuan mata uang Rupiah Perusahaan non keuangan yang tidak memperoleh laba bersih positif secara konsisten Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan dividen tunai secara konsisten Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki kepemilikan institusional secara konsisten Jumlah sampel penelitian Sumber: data yang dikumpulkan Jumlah Perusahaan Jumlah Data 295 885 (6) (18) (39) (117) (109) (327) (60) (180) (0) (0) 81 243 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Definisi Operasional Pengukuran Variabel dan variabel, yaitu deviasi standar dari perubahan laba dan perubahan penjualan dibagi nilai yang diharapkan dari perubahan laba dan perubahan penjualan. Perataan Laba Praktik perataan laba diukur dengan menggunakan Eckel Index (Eckel, 1981 dalam Mohebi et al., 2013). Indeks Eckel akan membedakan antara perusahaanperusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan perataan laba. Variabel ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: ∆I: Perubahan laba bersih (net profit), yaitu laba bersih tahun berjalan dikurangi dengan laba bersih tahun lalu. ∆S: Perubahan penjualan (sales), yaitu penjualan tahun berjalan dikurangi dengan penjualan tahun lalu. CV ∆I IPL � CV ∆S CV ∆S dan CV ∆I dapat dihitung sebagai berikut (Suwito dan Herawaty, 2005): Di mana: CV: Coefficient (koefisien November 2013 of variation variasi) dari CV ∆S dan CV ∆I � �������� ��������� �������� ����� Atau CV ∆S dan CV ∆I � � Di mana: ∆x: Perubahan net profit (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n ∆X: Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n n: Jumlah tahun Indeks Eckel berfungsi untuk memisahkan antara kelompok perusahaan yang melakukan perataan laba dengan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Perusahaan dianggap melakukan perataan laba 74 ∑�∆� � ∆��� ��1 ∶ ∆� apabila indeks Eckelnya lebih kecil dari 1 (IPL < 1) dan dianggap tidak melakukan perataan laba apabila indeks Eckelnya lebih besar sama dengan 1 (IPL ≥ 1). Variabel ini merupakan variabel dummy. Dengan kata lain, variabel ini menggunakan skala nominal, di mana perusahaan yang melakukan praktik perataan laba diberi nilai 1, sementara yang tidak melakukan praktik perataan laba diberi nilai 0 (Mohebi et al., 2013). Ukuran Perusahaan (SIZE) Menurut Sartono (2004) pada Dewi dan Zulaikha (2011), ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi ukuran perusahaan adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Skala untuk mengukur ukuran perusahaan adalah skala rasio. Ukuran perusahaan dihitung dengan logaritma natural dari total aset, yang dirumuskan sebagai berikut (Mohebi et al., 2013): Pajak Penghasilan (TAX) Pajak penghasilan menggunakan skala rasio. Menurut Rifai dan Widyatmini (2012), cara mengetahui jumlah pajak penghasilan adalah dengan mengurangkan laba sebelum pajak (Earnings Before Tax/ EBT) dengan laba setelah pajak (Earnings After Tax/ EAT): SIZE � ln�total aset� TAX � EBT � EAT Reputasi Auditor (AUDIT) Financial Leverage (LEV) Financial leverage dapat dihitung menggunakan rasio utang atau debt ratio. Rasio ini berfungsi untuk mengukur proporsi total aset yang dibiayai oleh kreditor perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012: 77). Variabel ini menggunakan skala rasio. Menurut Mohebi et al. (2013), variabel ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: LEV � Total Liabilitas Total Aset Profitabilitas (NPM) Menurut Gitman dan Zutter (2012: 80-81), rasio net profit margin merupakan rasio yang mengukur persentase setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi dengan seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Menurut Mohebi et al. (2013), variabel ini menggunakan skala rasio dan dikalkulasikan dengan rumus sebagai berikut: ��� ������ NPM � ��� ����� Reputasi auditor merupakan variabel dummy. Dengan kata lain, reputasi auditor menggunakan skala nominal. Bila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang tergabung dalam The Big Four, maka diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang laporan keuangannya diaudit bukan oleh Kantor Akuntan Publik The Big Four, maka diberi nilai 0 (Prabayanti dan Yasa, 2011). Tingkat (DPR) Pembayaran Dividen Menurut Gitman dan Zutter (2012: 577), tingkat pembayaran dividen atau dividend payout ratio, dapat dikalkulasikan dengan membandingkan antara dividend per share dengan earnings per share. Variabel ini menggunakan skala rasio dan dirumuskan sebagai berikut: DPR � �������� ��� ����� �������� ��� ����� Kepemilikan Institusional (INST) Kepemilikan institusional diukur dengan membandingkan proporsi kepemilikan saham yang 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 dimiliki oleh investor institusional dengan jumlah saham yang beredar (Prabayanti dan Yasa, 2011). INST � Variabel ini menggunakan skala rasio dan dirumuskan sebagai berikut: Jumlah saham yang dimiliki institusi Jumlah saham beredar akhir tahun HASIL PENELITIAN Hasil Uji Keseluruhan Model Fit (2 Log likelihood) dengan November 2013 Uji keseluruhan model fit menggunakan -2 log Tabel 2. Hasil Uji Keterangan Block 0: Beginning Block Block 1: Method = Enter likelihood bertujuan mengetahui apakah model dihipotesakan menggambarkan data (Ghozali, 2011: 340). pengujian -2 log likelihood dilihat pada tabel berikut. Keseluruhan Model Fit untuk yang sudah input Hasil dapat -2 Log likelihood 336,865 323,197 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Nilai -2 log likelihood menurun sebesar 13.668 bila dibandingkan antara iterasi block 0 dengan block 1, yaitu dari 336,865 menjadi 323,197. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa model tersebut baik untuk digunakan. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi dari variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabelvariabel independen yang terdapat di dalam model penelitian (Ghozali, 2011: 341). Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Cox & Snell R Square 0,055 Nagelkerke R Square 0,073 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,073, berarti bahwa hanya 7,3 persen variasi dari variabel dependen (perataan laba) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas, pajak penghasilan, reputasi auditor, tingkat 76 pembayaran kepemilikan model ini. dividen, institusional) dan dalam Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test) ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi Tujuan pengujian kelayakan model regresi dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah untuk mengetahui apakah data empiris cocok atau sesuai (Ghozali, 2011: pengujian Hosmer Test dapat dilihat bawah ini. dengan model 341). Hasil and Lemeshow pada tabel di Tabel 4. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow df 8 Sig. 0,688 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Nilai pada pengujian Hosmer and Lemeshow menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,688. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model fit dengan data observasi penelitian. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Menurut Ghozali (2011: 342), uji tingkat ketepatan prediksi model dilakukan untuk menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Hasil pengujian tingkat ketepatan prediksi model dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Keterangan Bukan Perata Laba Perata Laba Overall Percentage Bukan Perata Laba 79 55 Perata Laba Percentage Correct 43 64,8 66 54,5 59,7 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 121 perusahaan yang melakukan perataan laba. Akan tetapi, yang tepat diprediksi berdasarkan model adalah sebanyak 66 perusahaan atau sebesar 54,5 persen. Sisanya, yaitu sebanyak 54 perusahaan atau sebesar 22,6 persen (55/243) tidak tepat diprediksi, yang juga merupakan kesalahan tipe satu. Untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba ada sebanyak 122 perusahaan. Namun, yang tepat diprediksi berdasarkan model adalah sebanyak 79 perusahaan atau sebesar 64,8 persen. Sisanya, yaitu sebanyak 43 perusahaan atau sebesar 17,7 persen (43/243) tidak tepat diprediksi, yang juga merupakan kesalahan tipe dua. Secara keseluruhan, tingkat ketepatan prediksi model adalah sebanyak 145 perusahaan atau sebesar 59,7 persen (145/243). Hasil Uji Independen Dependen Pengaruh terhadap Variabel Variabel Statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 6 dan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dalam Tabel 7. 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tabel 6. Hasil Statistik Deskriptif Variabel N IPL SIZE LEV NPM 243 243 243 243 TAX 243 AUDIT DPR INST 243 243 243 Minimum Maximum Std. Mean 29.395.000.00 0 1 32,8365 0,8827 0,9337 0,50 28,685438 0,417379 0,147664 Deviation 0,501 1,5684621 0,1908782 0,1306411 5. 866.000.000.00 0 390.331.160.033 901.543.929.019 0 0,0127 0,1232 1 1,7241 0,9900 0,54 0,426518 0,697233 0,499 0,2685164 0,1807176 0 25,0825 0,0680 0,0028 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Tabel 7. Hasil Uji Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Variabel B Sig. Kesimpulan Constant SIZE LEV NPM TAX AUDIT DPR INST -2,077 0,019 2,097 2,977 -1,171 0,276 0,838 -0,358 0,543 0,877 0,015 0,020 0,544 0,401 0,154 0,650 Tidak berpengaruh Berpengaruh positif Berpengaruh positif Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Sumber: Output Data SPSS 11.5 Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christiana (2012), Juniarti dan Corolina (2005), Prabayanti dan Yasa (2011), Subijanto dan Viriany (2011), Sumarno dan Heriyanto (2012), Suwito dan Herawaty (2005), serta Utomo dan Siregar (2008). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohebi et al (2013), Atawarman (2011), Budiasih (2009), Butar dan Sudarsi (2012), Dewi dan Zulaikha (2011), Dul Muid (2012), Herni dan Susanto (2008), dan Prasetiono (2012). 78 Financial leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Nilai beta menunjukkan angka 2,097, yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel financial leverage (LEV) terhadap perataan laba (IPL). Hal ini sesuai dengan teori akuntansi positif mengenai debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa semakin besar kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utangnya, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk melakukan perataan laba agar tidak merusak reputasi perusahaan di mata masyarakat. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh ISSN: 1410 -9875 Prabayanti dan Yasa (2011) dan Dewi dan Zulaikha (2011). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohebi et al (2013), Budiasih (2009), Butar dan Sudarsi (2012), Christiana (2012), Herni dan Susanto (2008), Noviana dan Yuyetta (2011), Rifai dan Widyatmini (2012), Subijanto dan Viriany (2011), Sumarno dan Heriyanto (2012), dan Utomo dan Siregar (2008). Profitabilitas berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Nilai beta menunjukkan angka 2,977, yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel profitabilitas (NPM) terhadap perataan laba (IPL). Hal ini disebabkan bahwa secara logis, profitabilitas yang diukur dengan net profit margin merupakan margin yang terkait langsung dengan obyek perataan laba, yaitu penjualan dan laba bersih. Semakin besar tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin besar kecenderungan pihak manajemen perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. Dengan adanya tingkat profitabilitas yang dihitung dengan NPM, maka pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tahun berikutnya, sehingga memudahkan perilaku manajemen perusahaan dalam mempercepat atau menunda laba melalui praktik perataan laba. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetiono (2012). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohebi et al (2013), Christiana Elizabeth Linandi (2012), Dul Muid (2012), Rifai dan Widyatmini (2012), serta Suwito dan Herawaty (2005). Pajak penghasilan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Luqman dan Shahzad (2012), Saeidi (2012), dan Rifai dan Widyatmini (2012). Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabayanti dan Yasa (2011) serta Sulistiyawati (2013). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herni dan Susanto (2008). Tingkat pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christiana (2012), Subijanto dan Viriany (2011), dan Sulistiyawati (2013). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) serta Noviana dan Yuyetta (2011). Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Butar dan Sudarsi (2012) serta Prabayanti dan Yasa (2011). 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENUTUP Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu (1) Penelitian ini hanya menggunakan periode yang relatif pendek, yaitu tiga tahun, dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012; (2) Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas, pajak penghasilan, reputasi auditor, tingkat pembayaran dividen, dan kepemilikan institusional yang dianggap mempengaruhi praktik perataan laba. Seharusnya masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan; (3)Laba yang digunakan dalam perhitungan indeks perataan laba (Eckel index) adalah laba tahun berjalan (net profit of the year). Masih ada jenis laba lain yang dapat digunakan manajemen November 2013 perusahaan sebagai alat (tools) untuk melakukan perataan laba. Berdasarkan keterbatasanketerbatasan yang ditemui selama penelitian, maka terdapat beberapa rekomendasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama, yakni (1) Memperpanjang kurun waktu penelitian menjadi lima tahun atau lebih untuk memperbanyak jumlah sampel penelitian; (2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel independen lain yang dianggap memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba, seperti return on asset, harga saham, jenis industri, kepemilikan manajerial, dan nilai perusahaan; (3) Menggunakan laba kotor (gross profit), laba operasi (operating profit), dan/atau laba sebelum pajak penghasilan (profit before tax) dalam perhitungan indeks perataan laba (Eckel index). REFERENSI Atawarman, Rita J. D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage. Vol. 2. No. 2. Hlm 6779. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2004. Accounting Theory. 5th ed. Great Britain: Thomson Learning. Budiasih, Igan. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 4. No. 1. Butar, Linda Kurniasih dan Sri Sudarsi. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 1. No. 2. Hlm 143-158. 80 ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi Christiana, Lusi. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1. No. 4. Hlm 71-75. Dewi, Ratih Kartika dan Zulaikha. 2011. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI (20062009), http://eprints.undip.ac.id/29072/1/JURNAL.pdf (diakses pada 24 Maret 2013). Dul Muid, Dina Rahmawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010). Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1. No. 2. Hlm 1-14. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th ed. England: Pearson. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory. 7th ed. Australia: John Wiley and Sons. Herni dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 23. No. 3. Hlm 302-314. Institut Akuntan Publik Indonesia. Directory KAP & AP, 2013. http:// www. iapi.or.id/iapi/download/Directory2013/Jakarta.pdf. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7. No. 2. Hlm 148-162. Luqman, Rana Adeel dan Fakhar Shahzad. 2012. An Association between Income Smoothing, Income Tax, and Profitability Ratios in Karachi Stock Exchange (An Empirical Investigation). Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research in Business. Vol. 3. No. 9. Hlm 986-990. Mohebi, Fatemeh, Mohammad Mahmoodi, and Naser Ail Yadollahzadeh Tabari. 2013. The Investigation of the Effect of Firm-Specific Accounting Variables on Income Smoothing of Companies: Evidence from Tehran Stock Exchange. World of Sciences Journal. Vol. 01. Hlm 109-116. Mudjiono. 2010. Pengaruh Tindakan Perataan Laba terhadap Reaksi Pasar dengan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi. Eksplanasi. Vol. 5. No. 2. Hlm 1-11. Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 8. No. 1. Hlm 69-82. Prabayanti, Ni Luh Putu Arik dan Gerianta Wirawan Yasa. 2011. Perataan Laba (Income Smoothing) Dan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6. No. 1. 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Prasetiono, Kartika Shintia Dewi. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Diponegoro Journal of Management. Vol. 1. No. 2. Hlm 172-180. Saeidi, Parviz. 2012. The Relationship between Income Smoothing and Income Tax and Profitability Ratios in Iran Stock Market. Asian Journal of Finance & Accounting. Vol. 4, No. 1. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Subijanto, Jessisca dan Viriany. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2007. Jurnal Akuntansi. Vol. XV. No. 02. Hlm 190-201. Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis. 10th ed. Singapore: McGraw-Hill International Edition. Sulistiyawati. 2013. Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba. Accounting Analysis Journal. Vol. 1. No. 3. Hlm 148-153. Sumarno, J. dan Heriyanto. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol. XVI. No. 02. Hlm 209-226. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Hlm 136-146. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. UndangUndang Pajak Lengkap 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media. Utomo, Semcesen Budiman dan Baldric Siregar. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 19. No. 2. Hlm 113-125. 82 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 83-96 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA KEBIJAKANDIVIDEN, PROFITABILITAS, PERTUMBUHANPENJUALANDAN FAKTOR -FAKTORLAINNYA YANG MEMPENGARUHI TINGKATHUTANG PERUSAHAAN IMAN AKHMADI dan RINTAR HAPOSAN E.N. STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence that dividend policy, profitability, sales growth, total assets growth, investmnet opportunity set and institutional ownership affect financial leverage in manufacturing companies that listed in BEI for the period of 2008-2011. The samples of this research are consisting of 122 manufacturing companies listing in Indonesia Stock Exchange that have been selected by purposive sampling method. Data were analyzed using multiple linear regression analysis. The result of this research shows that institutional ownership has significant influence to financial leverage. Whereas, the other independent variables are dividend policy, profitability, sales growth, total asset growth and investment opportunity set do not have significant influence to financial leverage Keywords: Dividend Policy, Profitability, Sales Growth, Other Variables, Financial Leverage Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris bahwa kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aset, peluang investasi dan kepemilikan institusional mempengaruhi financial leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI untuk periode 2008-2011 manufaktur. Sampel penelitian ini terdiri dari 122 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah dipilih dengan metode purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan, variabel independen lainnya adalah kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aset dan kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Variabel Lainnya, Financial Leverage 83 Penjualan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan dengan melalui meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Bringham dan Gapenski 1996 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer. Namun, seringkali pihak manajer perusahaan atau insider mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Keputusan yang diambil menajer cenderung untuk melindungi dan memenuhi kepentingan mereka terlebih dahulu daripada memenuhi kepentingan pemilik seperti melakukan ekspansi untuk meningkatkan status gaji. Salah satu alternatif manajer untuk memperoleh dana dalam rangka ekspansi adalah dengan menaikkan kebijakan hutang. Akan tetapi, kebijakan hutang rentan terhadap konflik kepentingan antara pemegang saham, manajer dan kreditur yang biasa disebut dengan konflik keagenan (Yeniatie dan Destriana 2010). Menurut Wahidahwati (2002) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision). Suatu perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung 84 November 2013 membutuhkan dana yang besar dan melakukan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh tersebut diinvestasikan. Myer dan Majluf (1984) dalam Steven dan Lina (2011) juga memperkenalkan adanya Pecking Order Hypothesis (POH) yang merupakan salah satu teori struktur modal modern dimana Pecking Order Hypothesis tersebut memprediksi bahwa perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Akan tetapi, perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan modal yang lebih besar. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang (debt) atau modal sendiri (equity). Keputusan untuk memilih sumber pendanaan yang paling baik bagi perusahaan memerlukan analisa seksama dari manajer keuangan perusahaan. Keputusan pendanaan sangat menentukan kemampuan perusahaan itu sendiri. Keputusan pendanaan seperti ini sangat penting bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat tepat mengambil keputuasan pendanaan. Akan tetapi, banyak juga perusahaan yang jatuh ke dalam kebangkrutan akibat banyak hutang dan terbelit bunga (Steven dan Lina 2011). Hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dan debtholders. Untuk meminimalkan konflik keagenan (agency conflict) antara manajer dan pemegang saham maka dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan pihakpihak terkait (Wahidahwati 2002 ISSN: 1410 -9875 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Namun adanya mekanisme pengawasan itu menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost. Menurut Bringham (1996) et al dalam Yeniatie dan Destriana (2010) agency cost adalah biaya yang meliputi semua untuk monitoring tindakan manajer, mencegah tingkah laku manajer yang tidak dikehendaki dan opportunity cost akibat pembatasan yang dilakukan pemegang saham terhadap tindakan manajer. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amirya dan Atmini dengan judul “Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order Theory“ pada tahun 2008. Adapun perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah periode pengamatan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003 sampai 2004, sedangkan penelitian ini meneliti tahun 2008 sampai 2011. Selain itu, pada penelitian sebelumnya meneliti hubungan variabel independen terhadap tingkat hutang perusahaan sebagai variabel dependennya. kemudian tingkat hutang diuji hubungan terhadap nilai perusahaan, sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan pengujian variabel tingkat hutang terhadap nilai perusahaan. Peneliti menambahkan dua variabel independen baru yaitu: set peluang investasi dan kepemilikan institusional. Hal ini dikarenakan menurut peneliti penambahan dua variabel independen tersebut dapat mempengaruhi tingkat hutang. Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. Selain itu banyak artikel pendukung yang meneliti variabel-variabel tersebut. Sedangkan Amirya dan Atmini (2008) hanya meneliti kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva, set peluang investasi dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen yang mempengaruhi tingkat hutang. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut, pertama pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang sampai dengan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan mengenai teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar untuk pengambilan hipotesis penelitian. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan definisi operasional variabel dalam penelitian. Keempat, hasil pengujian hipotesis, dan terakhir kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998; 482 dalam Purbasari dan kusuma 2005), manajemen merupakan agen dari pemegang saham. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz (1998; 482 dalam Purbasari dan kusuma 2005) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. The Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun (1961) sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984) (Husnan, 1996; 324 dalam Purbasari dan kusuma 2005). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999; 36) dalam Purbasari dan kusuma (2005) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen 86 November 2013 memandang prospek perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (1999; 36) dalam Purbasari dan kusuma (2005), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Kebijakan Dividen dan Tingkat Hutang Bagi investor atau pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana untuk ISSN: 1410 -9875 membayar jumlah dividen yang tetap tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat. Adanya pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha1 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap tingkat hutang. Profitabilitas dan Tingkat Hutang Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang merupakan penentu yang penting dari tingkat hutang perusahaan (Nurdin 2004 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil, karena dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana untuk pengembangan usaha atau investasi dapat diperoleh dari laba ditahan (Nurdin 2004 Indahningrum dan Handayani 2009). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menghasilkan dana bagi perusahaan yang lebih banyak sehingga dapat digunakan bagi perusahaan sebagai penutup kewajiban atau pendanaan sehingga akan dapat berdampak pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan atau dengan kata lain jika perusahaan profit maka perusahaan akan cenderung mengurangi rasio hutang mereka. Berdasarkan uraian di atas, Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha2 Profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat hutang. Pertumbuhan Penjualan dan Tingkat Hutang Tingkat pertumbuhan suatu perusahan mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi, dan pengadaan ekspansi ini membutuhkan dana yang besar. Bringham dan Gapensky (1996) dalam Murni dan Andriana (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan sumber dana ekstern yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan akan mengadakan dana tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan hutang dan menggunakan laba di tahan. Dalam hal ini, penerbitan surat hutang lebih disukai dibanding pengeluaran saham baru karena biaya emisi saham baru lebih besar daripada biaya hutang. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang sehingga terdapat hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan debt ratio (Murni dan Andriana 2007 dalam Steven dan Lina 2011). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha3 Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tuingkat hutang. Pertumbuhan Total Aktiva dan Tingkat Hutang Pertumbuhan aktiva pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 investasi. Peningkatan jumlah aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan internal atau dengan pendanaan eksternal. Menurut Fama dan French (2000) dalam dalam Joni dan Lina (2010), perusahaan yang melakukan investasi melebihi jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan, maka akan memungkinkan adanya peningkatan jumlah pinjaman dari pihak kreditur berupa hutang. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha4 Pertumbuhan total aktiva berpengaruh terhadap return saham. Set Peluang Investasi dan Tingkat Hutang Smith dan Watts (1992) dalam Susanto (2011) menemukan adanya bukti empiris bahwa pada perusahaan yang mempunyai peluang untuk bertumbuh lebih besar mempunyai rasio debt to equity yang lebih rendah dalam keputusan struktur modalnya. Pendanaan modal sendiri (equity financing) cenderung untuk mengurangi masalahmasalah keagenan, karena keberadaan hutang berisiko dalam struktur modalnya. Prospek perusahaan 88 November 2013 yang bertumbuh bagi investor merupakan hal yang menguntungkan karena investasi yang ditanamkan diharapkan bisa memberikan return yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha5 Set peluang investasi berpengaruh terhadap tingkat hutang. Kepemilikan Institusional dan Tingkat Hutang Sheiler dan Vishny (1986) dalam Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan bahwa adanya pemegang saham besar seperti kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen dengan pengawasan yang lebih optimal. Wahidahwati (2002), Listyani (2003), Zulhawati (2004), Masdupi (2005) dalam Indahningrum dan Handayani (2009) menemukan bahwa kehadiran kepemilikan institusional dapat mengurangi hutang perusahaan dalam rangka meminimalkan total biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha6 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tingkat hutang. ISSN: 1410 -9875 Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. Model yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kebijakan Dividen Profitabilitas Pertumbuhan Penjualan Tingkat Hutang Pertumbuhan Total Aktiva Set Pelung Investasi Kepemilikan Institusional Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 sampai dengan 2011. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut: Tabel 1 Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 – 2011 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir Jumlah 120 (4) 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 pada 31 Desember Perusahaan yang laporan keuangannya tidak menggunakan mata uang rupiah Perusahaan yang tidak membagikan dividend secara konsisten Perusahaan yang tidak dimiliki oleh institusional Perusahaan yang menjadi sampel Total data penelitian (2008, 2009, 2010, 2011) Data outlier Total data penelitian setelah outlier Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tingkat Hutang Kebijakan hutang merupakan kebijakan untuk menentukan besarnya hutang yang ada dalam perusahaan agar perusahaan tetap stabil. Variabel ini diberi simbol DTA (Nurfauziah, et al. 2007 dalam Susanto 2011). Kebijakan hutang dihitung dengan: DEBT = Kebijakan Dividen Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham.Variabel ini merupakan rasio pembayaran dividen terhadap earning after tax (Dividen payout ratio) (Indahningrum dan Handayani 2009). Pembayaran dividen dirumuskan dengan sebagai November 2013 (11) (72) (0) 33 132 (10) 122 berikut: DIVD = Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa yang akan datang (Jansen et al. 1992 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Profitabilitas dirumuskan dengan sebagai berikut (Moh’d et al 1998 dalam Indahningrum dan Handayani 2009): PROF = Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan diukur dengan menghitung tingkat pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan dirumuskan sebagai berikut (Amirya dan Atmini 2008): SALES GROW = Pertumbuhan Total Aktiva Pertumbuhan total aktiva (Grow) diukur dengan menghitung GROW = 90 tingkat pertumbuhan total aktiva (Amirya dan Atmini 2008). ISSN: 1410 -9875 Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. Set Peluang Investasi IOS (Investment Opportunity Set) menggunakan proksi ratio earning per share (E/P) sebagai dasar untuk mengukur IOS karena rasio E/P dapat menunjukkan adanya aliran laba dimasa depan dan merupakan salah satu proksi potensi pertumbuhan yang valid (Tumanggor 2002 dalam Susanto 2010). E/P = Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional yaitu proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan. Kepemilikan institusional dirumuskan dengan sebagai berikut (Madupi 2005 dalam Indahningrum dan Handayani 2009): INST = Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis untuk menguji hipotesis yang diilustrasikan sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Dalam hal ini: Y tingkat hutang, X1 Dividen, X2 Profitabilitas, X3 Pertumbuhan Penjualan, X4 Pertumbuhan Total Aktiva, X5 Set Peluang Investasi, X6 Kepemilikan Institusional, , e Error Term. HASIL PENELITIAN Hasil dari statistic deskriptif untuk menjelaskan mengenai gambaran data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2 Statistik Deskriptif DER N 122 Minimum 0.0084 Maximum 0.3622 Mean 0.088205 Std. Deviation 0.0845915 DIVD 122 0.0002 1.1330 0.401639 0.2758105 PROF 122 0.0467 0.5967 0.208067 0.1331503 122 -0.2727 0.5301 0.151747 0.1376837 122 -0.1932 0.5139 0.130446 0.1131478 122 0.0269 0.3404 0.120469 0.0654896 0.3122 0.9900 0.711100 0.1800914 Pertumbuhan Penjualan GROW E/P INSTITUSIONAL 122 Sumber: Hasil Pengolahan Data Hasil uji t untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dari tabel berikut ini: dilihat 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Variabel Dividen Profitabilitas Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan Total Aktiva Set Peluang Investasi Kepemilikan Institusional Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Koefisien Sig. 0.011 0.708 -0.104 0.084 0.003 0.960 Kesimpulan Ha1 tidak diterima Ha2 tidak diterima Ha3 tidak diterima 0.133 0.067 Ha4 tidak diterima -0.020 0.860 Ha5 tidak diterima -0.214 0.000 Ha6 diterima Hasil penelitian menunjukkan DIVD mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.708 yang lebih besar dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang, yang berarti hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa dividen tidak bersifat mensubtitusikan fungsi tingkat hutang dalam mengurangi risiko perusahaan. Sedangkan menurut teori pecking order perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal. Penggunaan dividen dalam uruturutan pendanaan bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan aliran kas internal (free cash flow) pada perusahaan yang profitable. Dengan demikian perusahaan masih mampu membayar dividen yang tinggi dan membiayai kesempatan investasi yang ada tanpa harus mencari tambahan dana eksternal dari hutang (debt financing) PROF menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.084. Profitabilitas mempunyai tingkat signifikansi yang lebih besar dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang yang 92 November 2013 berarti hipotesis alternatif kedua (Ha2) tidak diterima. Hal ini terjadi karena Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menghasilkan dana bagi perusahaan yang lebih banyak sehingga dapat digunakan bagi perusahaan sebagai penutup kewajiban atau pendanaan sehingga akan dapat berdampak pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan atau dengan kata lain jika perusahaan profit maka perusahaan akan cenderung mengurangi rasio hutang mereka. Pada tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai operasional, sebaliknya pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengurangi penggunaan hutang (Ismiyanti dan Hanafi 2003 dalam Steven dan Lina 2011). Variabel Pertumbuhan Penjualan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.960. Pertumbuhan penjualan mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang yang berarti hipotesis alternatif ISSN: 1410 -9875 ketiga (Ha3) tidak diterima. Pertumbuhan penjualan cenderung bersifat lebih pendek dari pertumbuhan total aktiva, sedangkan keputusan pendanaan lebih bersifat jangka panjang. Dalam jangka pendek, manajemen dapat melakukan earning management. Variabel GROW menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.067. Pertumbuhan total aktiva mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan total aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang yang berarti hipotesis alternatif keempat (Ha4) tidak diterima. Pertumbuhan total aktiva perusahaan lebih mencerminkan horison waktu lebih panjang dari pertumbuhan penjualan. Investasi pada aktiva membutuhkan waktu sebelum siap dioperasikan sehingga aktivitas yang dilakukan tidak langsung terkait dengan penerimaan. Oleh karena itu, peningkatan aktiva dilakukan perusahaan bila terdapat prospek bagus. Pertumbuhan total aktiva menunjukkan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tingkat pertumbuhan total aktiva rendah, perusahaan mengurangi penggunaan tingkat hutang. Sebaliknya pada tingkat pertumbuhan total aktiva tinggi, perusahaan menggunakan tingkat hutang untuk memenuhi kebutuhan dana internal. Berdasarkan teori pecking order, bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana yang pertama dari hutang. Variabel E/P menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.860. Set peluang investasi mempunyai Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel E/P tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang yang berarti hipotesis alternatif kelima (Ha5) tidak diterima. Hal ini tidak menunjukkan peluang pertumbuhan perusahaan terlihat pada peluang investasi. Perusahaan yang memiliki peluang bertumbuh lebih cenderung menggunakan sumber dana berasal dari laba ditahan dan modal saham daripada pinjaman yang mengandung risiko. Variabel INST menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000. Kepemilikan institusional mempunyai tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel institusional berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang yang berarti hipotesis alternatif keenam (Ha6) diterima. Hal ini dapat diartikan besarnya presentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional akan menyebabkan usaha pengawasan menjadi lebih efektif. PENUTUP Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tingkat hutang. Sedangkan hasil pengujian menunjukkan kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva dan set peluang investasi tidak berpengaruh terhadap tingkat hutang. Dari penelitian yang telah dilakukan, masih terdapat beberapa keterbatasam yaitu penelitian yang dilakukan hanya menggunakan periode pengamatan 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 4 tahun, yaitu 2008-2011 sehingga tidak mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang, obyek penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sehingga belum tercakup seluruh jenis perusahaan dan terjadi heteroskedastisitas pada variabel dividen dan kepemilikan institusional. Selain itu peneliti juga mengajukan rekomendasi untuk menambah periode pengamatan sehingga dapat mencerminkan keadaan perusahaan November 2013 dalam jangka panjang, memperluas obyek penelitian tidak hanya terpaut manufaktur saja, Menambahkan variabel lain yang memiliki pengaruh tingkat hutang, seperti, ukuran perusahaan, risiko semantik, struktur aktiva, kepemilikan manajerial dan variabel lainnya. Mengganti proksi dari kebijakan dividen dan kepemilikan institusional agar tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Rekomendasi ini dilakukan guna membantu kepada penelitian selanjutnya. REFERENSI Amirya, Mirna dan Sari Atmini. 2008. Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No.2: 227-244. Cuong, Nguyen Thanh dan Nguyen Thi Canh. 2012. The Effect of Capital Structure on Firm Value for Viet nam’s Seafood Processing Enterprises .International Research Journal of Finance and Economics, Issue 89. Fauzi, Fitriya. dan Stuart Locke. Equity ownership and capital structure determinants: A study of New Zealand-listed firms, Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Gitman, J. Lawrence, 2009. Principles of Managerial Finance. 12th edisi, United States of America: Pearson Education Inc. Gujarati, Damodar, 1999. Basic Econometrics, United States of America: Mc Graw Hill. Gujarati, Damodar, 2006. Basic Econometrics, United States of America: Mc Graw Hill. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3: 189-207. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Joni dan Lina. 2010. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2: 81-96. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. IntermediateAccounting. IFRS Edition. Asia: John Wiley & Sons Pte Ltd. Maksi, Wahyu Widarjo., Bandi dan Sri Hartoko. 2010. Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai 94 ISSN: 1410 -9875 Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N. Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi . Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 13. Margaretha, Farah dan Aditya Rizki Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2: 119-130. Mayangsari, Sekar. 2001.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis. Media Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 3: 1-26. Michael dan Lilian Inggit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas, Pertumbuhan Aset dan Aset Tetap Terhadap Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang. Manajemen dan Bisnis, Vol. 9, No. 2. Munawir, S. , (2004). Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7, No. 1: 15-24. Prabansari, Yuke dan Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta. Edisi Khusus on Finance,:1-16. Steven dan Lina, 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3: 163-181. STIE Trisakti. Modul Laboratorium Statistik Edisi Revisi 2011. Tahun Ajaran 2010-2011. Jakarta. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistemaatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3: 195-210. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1: 1-16. Yenitatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 . No. 1: 1-16. Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. . Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 9. 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Halaman ini sengaja dikosongkan 96 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 97-118 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH PERUBAHAN DIVIDEND PER SHARE, PERUBAHAN EARNINGS PER SHARE, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, BOOK VALUE EQUITY TO MARKET VALUE EQUITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN CUMULATIVE ABNORMAL RETURN STEVEN YAP STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze the effectof dividend per share changes, earnings per share changes, size, age, and book value equity to market value equity toward profitability and cumulative abnormal return. This study also employ financing and investment decision in order to predict the profitability and abnormal return of company. The population in this research is consumer goods company in Indonesia Stock Exchange with research period 2005 – 2010. The sampling technique used in this research is purposive sampling. The methods are multiple regressions and event study. The research result can be summarized as follow. First, there is influence of nine independent variables simultantly in order to predict return on equity and net profit margin. Second, there is no influence of eight independent variables simultantly in order to predict of cumulative abnormal return around announcement date. Keywords: profitability, cumulative abnormal return, dividend per share, consumer goods, event study, multiple regressions Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perubahan dividend per share, perubahan earnings per share size, age dan book value equity terhadap market value equity terhadap profitability dan cumulative abnormal return. Penelitian ini juga menggunakan pembiayaan dan keputusan investasi untuk memprediksi profitabilitas dan abnormal return perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumen di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2005 - 2010. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode yang regresi dan event study. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ada pengaruh dari sembilan variabel independen secara simultan untuk memprediksi return on equity dan net profit margin. Kedua, tidak ada pengaruh delapan variabel independen secara simultan untuk memprediksi abnormal return kumulatif sekitar tanggal pengumuman. 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Kata kunci: profitability, cumulative abnormal return, dividend per share, consumer goods, event study, multiple regressions PENDAHULUAN Dividen merupakan salah satu bentuk return yang mungkin diperoleh investor selain capital gain. Reaksi investor terhadap pengumuman dividen berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ekspektasi terhadap kebijakan investasi yang dilakukan oleh masing-masing investor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja pasar dan kinerja perusahaan bagi profitabilitas dan cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen.Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi dalam pasar modalyang efisien.Informasi yang relevan ini dapat mempengaruhi harga sekuritas dipasar modal, seperti yang dinyatakan oleh Jogiyanto (2008, 540), bahwa kunci utamauntuk mengukur pasar yang efisien adalah dengan melihat hubungan antara hargadan informasi.Pengumuman dividen menjadi dasar bagi investor untukmemperkirakan pendapatan perusahaan dan juga pendapatan yang diharapkan. Pembayaran dividen dibagi atas pembayaran dividen tidak teratur, dividen konstan tidak bertumbuh, dan pertumbuhan dividen yang konstan.Penelitian ini mengambil perusahaan sektor konsumsi yang selalu membagikan dividen tiap tahun agar dapat dilihat dari pertumbuhan dividen yang konstan. 98 Penelitian ini menjelaskan bagaimana investor menentukan sikap dari pengaruh kinerja perusahaan dan kinerja pasar bereaksi terhadap pertumbuhan dividen yang mengalami kenaikan dan penurunan serta dividen tetap.Efek sinyal maksudnya adalah apabila ada informasi laba dan pengumuman dividen dapat memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang khususnya dalam memperoleh keuntungan Asquith dan Mulins 1986 dalam Jogiyanto (2008, 540).Sehingga signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi (Lo 2006, 92). Dalam kondisi asimetri informasi, investor akan beranggapan bahwa kebijakan perusahaan untuk meningkatkan dividennya merupakan sinyal yang bagus Healy dan Palepu (1988) dalam Jogiyanto (2008, 540). Sebaliknya, kebijakan perusahaan untuk menurunkan dividennya merupakan sinyal kepada investor bahwa prospek masa depan perusahaan kurang bagus. Menurut Astuty teori dividen signaling mengatakan bahwa pengumuman perubahan dividen dikatakan mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Sebaliknya, pengumuman perubahan dividen dikatakan tidak mempunyai kandungan informasi jika tidak memberikan abnormal return yang signifikan terhadap ISSN: 1410 -9875 pasar kenaikan dividen membawa prospek yang lebih baik. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat perubahan dividend per share, perubahan earning per share, firm size, firm age, terhadap profitability dan perubahan dividend per share, perubahan earning per share, book value equity to market value equity terhadap cumulative abnormal return.Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel.Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian.Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Return on Equity (ROE) Menurut Gitman and Zutter (2012, 82) “The return on common equity (ROE) measures the return earned on the common stockholders’ investment in the firm. Generally, the owners are better off the higher is this return.”Return on equity menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik (Harahap 1998, 305).Perusahaan yang menunjukkan return on equity tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan uang secara internal. Karena besarnya return on equity memberikan indikasi bahwa pengembalian yang Steven Yap akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik. Net Profit Margin (NPM) Menurut Ross et al. (1999, 34)“Profit margins are computed by dividing profits by total operating revenue and thus they express profits as a percentage of total operating revenue.”Menurunkan harga penjualan biasanya akan meningkatkan harga volume satuan tetapi biasanya menyebabkan penurunanprofit margin (Ross et al, 520). Maka dari itu, manajer harus cermat mengatur harga volume satuan agar meningkatkan laba bersih, sehingga meskipun menurunkan harga jual tetapi laba bersih tetap atau bahkan meningkat maka akan menaikkan profit margin. Cumulative Abnormal Return (CAR) Abnormal Return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara actual return dengan expected return yang diperoleh. (Jogiyanto 2010, 579) Sebuah abnormal return dapat berupahal yang baikatau buruk, karena hanya ringkasan bagaimana investasi tersebut berbeda dengan laba yang diperkirakan. Misalnya, mendapatkan 30% di reksa dana yang diharapkan rata-rata 10% per tahun akan menciptakan abnormal 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 return positif sebesar 20%. Lalu di sisi lain, actual return adalah 5%, maka ini akan menghasilkan abnormal return negative sebesar 5%. Dividend per Share (DPS) Menurut Gitman (2012, 270) menjelaskan bahwa “Dividend per share is the payment of dividends to each firm’s shareholders is at the discretion of the company’s board of directors. Most corporations that pay dividends pay them quarterly.”Dividen per lembar merupakan dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya. Earnings per Share (PRB. EPS) Menurut Gitman (2012, 81) “EPS is generally of interest to present or prospective stockholder and management. EPS represents the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of commonstock.”Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba(Harahap 1998, 306).Proxi yang digunakan yaitu perubahan earnings per share.Perubahan EPS ini digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan ketika laba naik, laba turun, dan laba tidak berubah. Ukuran Perusahaan (SIZE) Menurut Riyanto (2002, 313) “Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya dilihat dari besarnya 100 November 2013 nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva”.Ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari aktiva perusahaan tersebut.Dugaannya adalah perusahaan besar akan memberi sinyal atau informasi yang lebih dibandingkan perusahaan kecil. Umur Perusahaan (AGE) Mature companies mempunyai pendapatan yang stabil, memiliki akses tinggi kepada pasar modal eksternal, mempunyai keahlian dan tekad yang baik yang membuat perusahaan tersebut dapat menjaga cadangan pada tingkat yang baik yang memungkinkan mereka membayar dividen yang tinggi (Afza, 2011).Bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh.Hal ini menunjukkan bahwa investor dipasar perdana memperhatikan lamanya eksistensi perusahaan sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi.Dengan demikian, calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi. Nilai Buku Ekuitas pada Nilai Pasar Ekuitas (BM) Variabel nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas merupakan proksi dari risiko investasi. Nilai buku adalah aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham (Jogiyanto 2012, 120). Adapun nilai buku saham yang rendah berarti aset yang ditaksir terlalu rendah, para ahli menganggap perusahaan- ISSN: 1410 -9875 perusahaan ini merupakan investasi yang baik. Perumusan Hipotesis Hipotesis Profitability Ho1: Tidak terdapat pengaruh perubahan dividend per share terhadap profitability. Ha1: Terdapatpengaruh perubahan dividend per share terhadap profitability. Ho2: Tidak terdapat pengaruhperubahan earnings per share terhadap profitability. Ha2: Terdapat pengaruh perubahan earnings per share terhadapprofitability. Ho3: Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaanterhadap profitability. Ha3: Terdapat pengaruh ukuran perusahaanterhadap profitability. Ho4: Tidak terdapat pengaruh umur perusahaanterhadap profitability. Ha4: Terdapat pengaruh umur perusahaanterhadap profitability. Ho5: Tidak terdapat pengaruh dividen naik dan laba turunterhadap profitability. Ha5: Terdapat pengaruh dividen naik dan laba turunterhadap profitability. Ho6: Tidak terdapat pengaruh dividen turun dan laba naik terhadap profitability. Ha6: Terdapat pengaruh dividen turun dan laba naik terhadap profitability. Steven Yap Ho7: Tidak terdapat pengaruh dividen turun dan laba turun terhadap profitability. Ha7: Terdapat pengaruh dividen turun dan laba turun terhadap profitability. Ho8: Tidak terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba naik terhadap profitability. Ha8: Terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba naik terhadap profitability. Ho9: Tidak terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba turun terhadap profitability. Ha9: Terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba turun terhadap profitability. Ho10: Tidak terdapat pengaruh perubahan dividend per share, perubahanearning per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dan dividen tidak berubah dan laba turun terhadap profitability secara bersama-sama. Ha10: Terdapat terdapat pengaruh perubahan dividend per share, perubahanearning per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dan dividen tidak berubah dan laba turun 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 terhadap profitability secara bersama-sama. Hipotesis Cumulative Abnormal Return di Sekitar Pengumuman Dividen Ho1: Tidak terdapat pengaruh perubahan dividend per share terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ha1: Terdapatpengaruh perubahan dividend per share terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ho2: Tidak terdapat pengaruhperubahan earnings per share terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ha2: Terdapat pengaruh perubahan earnings per share terhadapcumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ho3: Tidak terdapat pengaruh dividen naik dan laba turunterhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ha3: Terdapat pengaruh dividen naik dan laba turunterhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ho4: Tidak terdapat pengaruh dividen turun dan laba naik terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ha4: Terdapat pengaruh dividen turun dan laba naik terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Ho5: Tidak terdapat pengaruh dividen turun dan laba turun 102 Ha5: Ho6: Ha6: Ho7: Ha7: Ho8: Ha8: Ho9: November 2013 terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Terdapat pengaruh dividen turun dan laba turun terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Tidak terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba naik terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba naik terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Tidak terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba turun terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Terdapat pengaruh dividen tidak berubah dan laba turun terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Tidak terdapat pengaruh nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Terdapat pengaruh nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen. Tidak terdapat pengaruh perubahan dividend per share, perubahanearning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah ISSN: 1410 -9875 Steven Yap dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen secara bersamasama. Ha9: Terdapat terdapat pengaruh perubahan dividend per share, perubahanearning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas terhadap cumulative abnormal return di sekitar pengumuman dividen secara bersamasama. 3. Cumulative Abnormal Return Dilakukan dengan menggunakan model pasar untuk menghitung normal expected return dan abnormal return. Menurut Astuty dan Siregar (2008) menggunakan rumus: Cumulative Abnormal Return = Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen 1. Return On Equity Menurut Astuty dan Siregar (2008), ROE merupakan pengukuran return pemegang saham. Rasio ini menghitung return setelah dikurangkan dengan yang dibayar ke kreditor. Variabel ini dihitung dengan rumus: Return on Equity (ROE) = DPS = Variabel yang digunakan adalah persentase perubahan DPS tahun t dengan DPS t-1 [(DPSt – DPSt1)/DPSt-1]. 2. Net Profit Margin Menurut Astuty dan Siregar (2008) NPM merupakan pengukuran profitabilitas perusahaan dikaitkan dengan tingkat penjualan. Variabel ini dihitung dengan rumus: Net Profit Margin (NPM) = Dimana: AR = Abnormal Return, yaitu selisih antara actual return dengan expected return. [ARit = Rit – Rmt] CAR = Penjumlahan abnormal return dalam periode peristiwa masing-masing sekuritas. Variabel Independen 1. Perubahan Dividend Per Share Menurut Astuty dan Siregar (2008) menyatakan rumus: 2. Perubahan Earnings Per Share Menurut Astuty dan Siregar (2008) EPS adalah laba bersih setelah dikurang dividen preferen tapi sebelum pos luar biasa, dibagi jumlah saham yang beredar. EPS = Variabel yang digunakan adalah persentase perubahan laba tahun t dengan laba t-1 [(EPSt – EPSt1)/EPSt-1]. 3. Ukuran Perusahaan Menurut Rahardjo dan Hartantiningrum (2006), ukuran perusahaan adalah indikator kemampuan perusahaan dalam 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 mengambil peluang bisnis yang ada, diukur dengan logaritma natural dari total aset. Menurut Baker & Martin (2011, 24) variabel SIZE yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus: SIZE = Ln Total Aset 5. Rasio Nilai Buku Ekuitas terhadap Nilai Pasar Ekuitas Nilai Buku Ekuitas merupakan perbedaan antara asset perusahaan dan passiva. Rumusnya yaitu: Nilai Buku Ekuitas = 4. Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah sejak perusahaan terdaftar menjadi perusahaan publik sampai dengan tahun observasi penelitian. AGE = Ln (Tahun observasi – Tahun berdiri) Untuk mengukur nilai pasar ekuitas perusahaan, peneliti menggunakan metode pendekatan MVA (Market Value Added). Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt (2005), MVA dapat diukur dengan menggunakan rumus: MVA = Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: 1. Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e Dimana : Y : Profitabilitas (ROE dan NPM) α : Konstanta b1X1 : Perubahan dividend per share b2X2 : Perubahan earning per share b3X3 : Ukuran Perusahaan b4X4 : Umur Perusahaan b5X5 : Dividen Naik dan Laba Turun b6X6 : Dividen Turun dan Laba Naik b7X7 : Dividen Turun dan Laba Turun b8X8 : Dividen Tidak Berubah dan Laba Naik b9X9 : Dividen Tidak Berubah dan Laba Turun e : Kesalahan Error 2. Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e Dimana : Y : Cumulative di sekitar pengumuman dividen α : Konstanta b1X1 : Perubahan dividend per share b2X2 : Perubahan earning per share b3X3 : Dividen Naik dan Laba Turun b4X4 : Dividen Turun dan Laba Naik 104 ISSN: 1410 -9875 b5X5 b6X6 b7X7 b7X7 e : : : : Steven Yap Dividen Turun dan Laba Turun Dividen Tidak Berubah dan Laba Naik Dividen Tidak Berubah dan Laba Turun Rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas : Kesalahan Error HASIL PENELITIAN Tabel 1 Statistik Deskriptif− Profitabilitas N 48 48 Minimum ,02878 ,00661 Maximum 3,23595 ,25477 Mean ,402097 ,118817 Std. Deviation ,48272 ,05446 PRB.DPS 48 -,91667 6,63889 ,551835 1,46123 PRB.EPS 48 -,90817 4,33157 ,29389 ,71672 SIZE 48 26,10792 31,48702 28,92391 1,67042 AGE 48 1,04139 1,462398 1,25752 ,12836 DNET 48 0 1 ,04 ,202 DTEN 48 0 1 ,25 ,438 DTET 48 0 1 ,08 ,279 DTBEN 48 0 1 ,08 ,279 DTBET 48 0 1 ,06 ,245 ROE NPM Tabel 2 Statistik Deskriptif − CAR N 47 47 Minimum -221,8400% -203,980% Maximum 34,3600% 34,420% Mean -21,780851% -25,05894% Std. Deviation 36,8809677% 36,063522% CAR11 47 47 -193,8500% -208,1500% 33,5900% 44,6100% -21,834255% -22,860213% 34,7946879% 36,2135745% CAR21 47 -68,0400% 11,1500% -8,198298% 13,1952279% PRB.DPS PRB.EPS 47 -,91667 6,63889 ,5603843 1,47581134 47 -,908170 4,331566 ,29796940 ,723907674 DNET 47 0 1 ,04 ,204 DTEN 47 0 1 ,26 ,441 DTET 47 0 1 ,09 ,282 DTBEN 47 0 1 ,09 ,282 DTBET 47 0 1 ,06 ,247 BM 47 -39,50 6,33 -,5482 6,07317 CAR0 CAR3 CAR7 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Variabel Y ROE Unstandardized Residual ,406 NPM ,942 CAR0 ,060 CAR3 ,313 CAR7 ,222 CAR11 ,187 CAR21 ,140 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas − Profitabilitas Model 1 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,589 ,762 1,696 1,312 Summary Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas ,717 ,531 1,395 1,885 Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas DTEN ,786 ,459 1,273 2,179 Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas DTET ,519 1,925 Tidak terjadi multikolinearitas DTBEN ,830 1,205 Tidak terjadi multikolinearitas DTBET ,753 1,329 Tidak terjadi multikolinearitas PRB. DPS PRB.EPS SIZE AGE DNET Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas – CAR Model 1 PRB.DPS PRB.EPS DNET Collinearity Statistics Tolerance VIF ,649 1,540 ,789 1,267 ,916 1,092 DTEN ,567 1,764 DTET ,709 1,410 DTBEN ,835 ,815 1,198 1,227 ,915 1,093 DTBET BM Tabel 6 Hasil Uji Heterokedastisitas – Profitabilitas Model 1 Sig. Variabel PRB.DPS PRB.EPS Model 2 Summary Sig. Summary ,000 ,592 Heteroskedastisitas Homoskedastisitas ,319 ,480 Homoskedastisitas Homoskedastisitas SIZE ,719 Homoskedastisitas ,078 Homoskedastisitas AGE DNET ,045 Heteroskedastisitas ,711 Homoskedastisitas ,611 Homoskedastisitas ,204 Homoskedastisitas DTEN DTET ,019 Heteroskedastisitas ,164 Homoskedastisitas ,155 Homoskedastisitas ,893 Homoskedastisitas DTBEN ,588 Homoskedastisitas ,439 Homoskedastisitas DTBET ,400 Homoskedastisitas ,690 Homoskedastisitas Tabel 7 Hasil Uji Heterokedastisitas – CAR Mode l 1 106 CAR0 Sig. CAR3 Sig. CAR7 Sig. CAR11 Sig. CAR21 Sig. PRB.DPS PRB.EPS ,350 ,143 ,700 ,262 ,285 ,224 ,630 ,243 ,390 ,191 DNET ,525 ,980 ,788 ,834 ,540 DTEN ,483 ,861 ,468 ,896 ,659 DTET ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 DTBEN ,318 ,242 ,203 ,239 ,289 DTBET ,278 ,348 ,167 ,249 ,282 ISSN: 1410 -9875 Model CAR0 Sig. BM ROE NPM Steven Yap CAR3 Sig. ,638 ,721 CAR7 Sig. ,822 CAR11 Sig. CAR21 Sig. ,745 ,611 Tabel 8 Hasil Uji Durbin-Watson – Model 1 Tidak terjadi Durbin-Watson 2,111 Autokorelasi Tidak terjadi Bruesch-Godfrey 0,437 Autokorelasi Tabel 9 Hasil Uji Durbin-Watson – Model 2 Durbin-Watson Summary Tidak terdapat CAR0 2,524 autokorelasi Tidak terdapat CAR3 2,487 autokorelasi Tidak terdapat CAR7 2,421 autokorelasi Tidak terdapat CAR11 2,479 autokorelasi Tidak terdapat CAR21 2,561 autokorelasi Tabel 10 Hasil Ringkasan Hipotesis – ROE Constanta Coefficient t-Statistic ,313 ,161 3,787 Perubahan DPS ,394 ,028 ,286 Perubahan EPS 1,451 -,036 -,858 Firm Size -,053 ,362 ,655 Firm Age ,409 -,174 -,495 DNET ,399 ,011 ,067 DTEN ,419 -,199 -,787 DTET ,408 -,069 -,272 DTBEN ,409 -,107 -,369 DTBET Prob. ,000 ,777 ,395 ,516 ,623 ,947 ,435 ,787 ,714 Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Regresi – ROE Model 1 (Constant) PRB.DPS PRB.EPS SIZE AGE DNET Coefficients -,204 ,237 ,022 -,027 ,874 DTEN -,167 ,449 DTET ,277 DTBEN ,134 DTBET ,257 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tabel 12 Hasil Analisis Uji F - ROE ANOVA(b) Model Regression Residual Total Sum of Squares 4,004 6,948 df 9 38 10,952 Mean Square ,445 ,183 F 2,434 Sig. ,027(a) 47 Tabel 13 Hasil Ringkasan Hipotesis – NPM Coefficien tt Statistic Constanta ,116 ,004 ,813 Perubahan DPS ,120 -,006 -,512 Perubahan EPS ,645 -,018 - 4,564 Firm Size -,210 ,262 5,314 Firm Age ,120 -,024 -,605 DNET ,120 -,006 -,341 DTEN ,121 -,032 -1,129 DTET ,118 ,013 ,443 DTBEN ,120 -,020 -,600 DTBET Prob. ,421 ,611 ,000 ,000 ,548 ,735 ,265 ,660 ,551 Tabel 14 Hasil Analisis Koefisien Regresi – NPM Model 1 (Constant) PRB.DPS Coefficients ,274 ,008 PRB.EPS -,004 SIZE -,015 AGE ,215 DNET -,045 DTEN ,023 DTET -,011 DTBEN -,007 DTBET ,006 Tabel 15 Hasil Analisis Uji F - NPM ANOVA(b) Model Regression Residual Total 108 Sum of Squares ,085 ,055 ,139 df 9 38 47 Mean Square ,009 ,001 F 6,555 Sig. ,000(a) ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Tabel 16 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR0 Coefficien tConstanta t Statistic -23,634 3,307 ,896 Perubahan DPS -22,656 2,937 ,387 Perubahan EPS -21,810 ,690 ,026 DNET -24,771 11,712 ,948 DTEN -17,340 -52,183 -2,920 DTET -20,292 -17,493 -,906 DTBEN -22,706 14,496 ,655 DTBET -21,791 -,018 -,020 BM Prob. ,375 ,700 ,980 ,348 ,005 ,370 ,516 ,984 Tabel 17 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR0 Model 1 Coefficients (Constant) PRB.DPS PRB.EPS DNET -18,571 2,303 -4,567 -6,240 DTEN DTET 9,580 -52,104 DTBEN -17,556 DTBET 9,496 BM -,003 Tabel 18 Hasil Analisis Uji F - CAR0 ANOVA(b) Regression Residual Sum of Squares 12894,928 49674,538 Total 62569,466 Model df 8 38 Mean Square 1611,866 1307,225 F 1,233 Sig. ,307(a) 46 Tabel 19 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR3 Coefficien tt Statistic Constanta -25,645 1,046 ,287 Perubahan DPS -26,542 4,976 ,673 Perubahan EPS -24,662 -9,318 -,354 DNET -28,590 13,830 1,150 DTEN -21,491 -41,921 -2,328 DTET -22,927 -25,053 -1,340 DTBEN -26,153 17,140 ,793 DTBET -24,997 ,113 ,127 BM Prob. ,775 ,504 ,725 ,256 ,024 ,187 ,432 ,899 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tabel 20 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR3 Model 1 (Constant) PRB.DPS PRB.EPS Coefficients -20,058 -,140 -1,154 -14,178 DNET DTEN 5,855 -44,000 DTET DTBEN -27,367 10,620 DTBET BM ,134 Tabel 21 Hasil Analisis Uji F – CAR3 ANOVA(b) Regression Residual Sum of Squares 10619,448 49207,122 Total 59826,570 Model df 8 38 Mean Square 1327,431 1294,924 F 1,025 46 Tabel 22 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR7 Coefficien tConstanta t Statistic -23,733 3,388 ,974 Perubahan DPS -23,014 3,958 ,554 Perubahan EPS -22,324 11,504 ,454 DNET -24,722 11,311 ,971 DTEN -18,006 -44,984 -2,627 DTET -19,666 -25,479 -1,416 DTBEN -22,695 13,485 ,645 DTBET -21,766 ,125 ,146 BM Prob. Tabel 23 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR7 Model 1 (Constant) PRB.DPS PRB.EPS DNET Coefficients -20,034 2,368 -1,626 5,888 DTEN 8,665 DTET -42,841 DTBEN -24,440 DTBET 10,393 BM 110 Sig. ,434(a) ,079 ,335 ,582 ,652 ,337 ,012 ,164 ,522 ,884 ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Tabel 24 Hasil Analisis Uji F – CAR7 ANOVA(b) Regression Residual Sum of Squares 11396,078 44294,756 Total 55690,834 Model df 8 38 Mean Square 1424,510 1165,651 F 1,222 Sig. ,313(a) 46 Tabel 25 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR11 Coefficien tt Statistic Constanta Prob. -23,140 0,500 ,137 ,892 Perubahan DPS -24,354 5,013 ,676 ,503 Perubahan EPS -22,182 -15,933 -,605 ,548 DNET -27,172 16,889 1,409 ,166 DTEN -19,060 -44,650 -2,488 ,017 DTET -20,464 -28,156 -1,508 ,139 DTBEN -23,864 15,720 ,724 ,473 DTBET -22,852 ,016 ,018 ,986 BM Tabel 26 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR11 Model 1 (Constant) PRB.DPS PRB.EPS Coefficients -16,208 -,788 -2,419 DNET DTEN -21,505 DTET -48,900 DTBEN -31,472 DTBET 7,512 7,122 BM ,060 Tabel 27 Hasil Analisis Uji F – CAR11 ANOVA(b) Regression Residual Sum of Squares 12965,554 47359,903 Total 60325,457 Model df 8 38 Mean Square 1620,694 1246,313 F 1,300 Sig. ,273(a) 46 Tabel 28 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR21 Constanta Perubahan DPS Perubahan EPS DNET DTEN DTET -9,122 -8,607 Coefficient 1,648 1,371 t-Statistic Prob. 1,258 ,506 ,215 ,615 -8,190 -,190 -,020 ,984 -9,358 4,541 1,029 ,309 -6,973 -14,402 -2,171 ,035 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 DTBEN DTBET BM November 2013 -6,808 -16,337 -2,500 ,016 -8,536 5,293 ,668 ,507 -8,184 ,026 ,079 ,937 Tabel 29 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR21 Model 1 Coefficients -7,118 1,254 (Constant) PRB.DPS PRB.EPS -,599 DNET -2,925 DTEN 3,244 DTET -14,060 DTBEN -15,798 DTBET 3,745 BM ,011 Tabel 30 Hasil Analisis Uji F – CAR21 ANOVA(b) Model Regression Residual Total Sum of Squares 2061,611 5947,635 8009,246 PENUTUP Return on equity Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwaukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwaumur perusahaan tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap return on equity. 112 df 8 38 Mean Square 257,701 156,517 F 1,646 Sig. ,144(a) 46 Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak berpengaruh terhadap return on equity. Hasil pengujian hipotesis ke10 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, ukuran ISSN: 1410 -9875 perusahaan, umur perusahaan, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turunsecara simultan berpengaruh terhadap return on equity. Net Profit Margin Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwaukuran perusahaan berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun tidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak Steven Yap berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke10 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turunsecara simultan berpengaruh terhadap net profit margin. Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwa dividen tidak berubah dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwa nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas secara simultan berpengaruh terhadap cumulative abnormal return saat pengumuman dividen (CAR0). Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu 114 November 2013 hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas secara simultan berpengaruh terhadap ISSN: 1410 -9875 cumulative abnormal return satu hari sebelum dan satu hari sesudah pengumuman dividen (CAR3). Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak Steven Yap berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas secara simultan berpengaruh terhadap cumulative abnormal return tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah pengumuman dividen (CAR7). Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan earning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas secara simultan berpengaruh terhadap cumulative abnormal return lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman dividen (CAR11). 116 November 2013 Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan dividend per share tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan earning per sharetidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun dan laba naik tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun dan laba turun berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba naik berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak berubah dan laba turun tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari ISSN: 1410 -9875 sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas tidak berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan dividend per share, perubahan Steven Yap earning per share, dividen naik dan laba turun, dividen turun dan laba naik, dividen turun dan laba turun, dividen tidak berubah dan laba naik, dividen tidak berubah dan laba turun, dan nilai buku ekuitas pada nilai pasar ekuitas secara simultan berpengaruh terhadap cumulative abnormal return sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman dividen (CAR21). REFERENSI Afza, Talat. 2011. Do Mature Companies Pay More Dividend? Evidence from Pakistani Stock Market. Mediterranean Journal of Social Science Vol. 2, No. 2. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learning. Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance. New York: McGraw-Hill. Brigham, Eugene F., Ehrhard, E. F., and C., Michael. 2005. Financial Management: Theory and Practice. Singapore: Thomson South Western. Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Brown, Keith C. and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and Management of Portfolio Ninth Edition. Canada: South-Western. Gitman, L. J. and Zutter C. J. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. New York: Pierson Prentice Hall. Grullon, Gustavo. “Are Dividend Changes a Sign of Firm Maturity?” The Journal of Business, Vol. 75, No. 3 (Juli 2002), pp. 387-424, The University of Chicago Press. Gujarati, D. N., and Dawn C. P. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc. Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010. Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2007. Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. UPP AMP YKPN. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005. Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc. 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Kieso, Donald E. et al. 2002. Akuntansi Intermediate. 10th Edition. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga. Minsen Ardiansyah, 2004, “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Awal dan Return 15 Hari Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO Serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Awal dan Return 15 Hari Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO”, Journal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7, No 2. Ni Made Ria Kurniasih dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. “Hubungan Antara Sinyal Dividen Tunai dengan Kinerja Operasional dan Kinerja Pasar”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No. 1, 77-98. Newbold, Paul., Carlson, W. L., and Throne, Betty. 2007. Statistics for Business and Economics. 6th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Reilly, Frank K., and Edgar A. Norton. 2003. Investments Sixth Edition. Ohio: Thomson South-Western. Reilly, Frank K., and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments and Management of Portfolios 10th Edition. Canada: South-Western Cengage Learning. Riyanto, Bambang. 2002. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi empat. Yogyakarta: BPFE. Sarwono, Jonathan. 2005. Riset Pemasaran Dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV. Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media. Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”. Benefit. Vol. 10, No.1. 11-32 Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition. United States of America: Wiley. White, Gerald I., CFA., Ashwinpaul C. Sondhi., and Dov Fried, Ph.D. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements Third Edition. United States of America: Wiley. Young, S. D. and O’Byrne, S. F. 2000. EVA and Value-Based Management Practical. Guide to Implementation. McGraw-Hill. www.bi.go.id www.idx.co.id 118 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 119-132 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN, RISIKO SAHAM, ROA, KAPITALISASI PASAR, VOLUME PERDAGANGAN, DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM SYAHRIAN STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of financial leverage, risk , ROA, market capitalization, trading volume, and institutional ownership on liquidity. This study was also to improve consistency of result from prior studies. Sample of this research is mining sector companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2007-2012. The technique used on this research was the purposive sampling, where 7 companies that meet the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression model with pool ols to test the hypothesis. The Empirical evidence of this research show that the risk influence the liquidity, while financial leverage, ROA, market capitalization, trading volume, and institutional ownership do not influence liquidity. Overall, the independent variables influence the liquidity simultaneously. Keywords: Liquidity, financial leverage, risk, ROA, market capitalization, trading volume, institutional ownership . Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh financial leverage, risk, ROA, market capitalization, trading volume, dan institutional ownership terhadap liquidity. Penelitian ini juga untuk meningkatkan konsistensi hasil dari penelitian sebelumnya. Sampel penelitian ini perusahaan pertambangan sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, di mana 7 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan model regresi data panel dengan ols kolam renang untuk menguji hipotesis.Bukti empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa liquidity mempengaruhi liquidity, sementara financial leverage, ROA, market capitalization, trading volume, dan institutional ownership tidak mempengaruhi liquidity. Secara keseluruhan, variabel independen mempengaruhi liquidity secara bersamaan. Kata kunci: Likuiditas Saham, Leverage Keuangan, Risiko Saham, ROA, Kapitalisasi Pasar, Volume Perdagangan, Institutional Ownership 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Suatu perusahaan mengalami kelebihan dana lantaran usahanya mengalami peningkatan atau mampu mencapai sasaran targetnya, lebih baik mengoptimalkan penggunaan dana dengan melalui investasi dalam bentuk saham salah satunya. Sehingga tidak ada dana yang menganggur yang akan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, karena kehilangan banyak kesempatan dan peluang bisnis yang menguntungkan. Dengan menginvestasikan dana tersebut akan mendapatkan pengembalian (return) pada masa yang akan datang. Dalam melakukan investasi dalam bentuk saham tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya dimana sebuah saham dapat diperjualbelikan dengan kecepatan dan kemudahannya tanpa mengalami penurunan harga. Dalam berinvestasi para investor harus pandai dalam memilih dan mengambil keputusan akan saham yang terbaik. Dengan adanya informasi-informasi yang akurat akan membantu para investor dalam mengambil keputusan dan menghindari risiko yang tinggi. Untuk keputusan akan investasi berbeda-beda tergantung dari harapan masing-masing investor. Ada investor berharap mendapatkan capital gain dengan melakukan penawaran jual saham sedangkan investor lain berharap mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang dengan melakukan permintaan beli. Peningkatan penawaran jual dan permintaan beli menyebabkan 120 November 2013 rentang harga penawaran jual (ask price) dan permintaan beli (bid price) yang biasanya disebut bidask spread. Bid-ask spread adalah selisih dari harga beli (bid price) dan harga jual (ask price). Transaksi dinyatakan berhasil apabila terjadi pertemuan atau match antara harga penawaran jual (ask price) terendah dengan harga permintaan beli (bid price) tertinggi sehingga diperoleh harga pasar saham. Apabila rentang dari bid price dan ask price sempit atau bid-ask spreadnya rendah maka pertemuan antara harga penawaran jual terendah dengan harga permintaan beli tertinggi lebih cepat terjadi, dan sebaliknya apabila rentang dari bid price dan ask price lebar atau bid-ask spreadnya tinggi maka pertemuan harga penawaran jual terendah dengan harga permintaan beli tertinggi lebih lambat terjadi. Pertemuan antara harga penawaran jual terendah dengan harga permintaan beli yang cepat terjadi karena bidask spread-nya rendah, menunjukkan likuiditas saham yang tinggi, dan sebaliknya. Pada periode berjalan biasanya ada saat dimana perusahaan membutuhkan dana lebih untuk sebuah investasi yang menguntungkan. Sehingga biasanya perusahaan akan memutuskan melakukan pinjaman. Untuk melakukan investasi dengan tepat diperlukan sejumlah informasi yang berkaitan dengan pergerakan harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Sebenarnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Penilaian saham secara akurat bisa ISSN: 1410 -9875 meminimalkan risiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan yang wajar. Sebuah perusahaan yang baik tidak akan mensia-siakan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Ada beberapa perusahaan menggunakan aset perusahaan yang dimiliki untuk dijadikan investasi sehingga menghasilkan kas atau keuntungan. Sebuah saham dapat menjelaskan nilai dari sebuah perusahaan. Hal ini biasanya disebut dengan kapitalisasi pasar. Sebuah saham yang sering diperdagangkan akan cenderung menarik bagi para investor. Saham yang sering diperdagangkan juga akan cenderung lebih aktif. Dimana ini akan menambah minat bagi para investor. Dalam melakukan investasi tentunya tidak terlepas dari beberapa kecurangan, sehingga dibutuhkan investor institusi untuk mengatasinya. Investor institusi memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak menejemen melalui proses monitoring secara efektif, sehingga dapat mengurangi tindakan manajer perusahaan dalam memanipulasi laba. Penelitian sebelumnya Sudana dan Intan (2008) menyatakan bahwa leverage keuangan, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar, volume perdagangan, dan institutional ownership berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread, dengan kata berpengaruh positif terhadap likuiditas saham. Variabel leverage keuangan, ROA, volume perdagangan, dan institutional ownership signifikan terhadap bidask spread. Sedangkan risiko saham dan kapitalisasi tidak signifikan terhadap bid-ask spread. Dalam penelitian Laura Frieder dan Syahrian Rodolfo Martell (2002) dalam Sudana dan Intan (2008) menyatakan untuk leverage keuangan, kapitalisasi pasar, dan volume perdagangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bidask spread dimana berpengaruh positif terhadap likuiditas saham. Untuk risiko saham, ROA dan institutional ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid-ask spread dengan kata lain berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham. Objek penelitian yang dipilih adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2012 didasarkan pada frekuensi yang terdapat di IDX STATISTICS dimana sektor pertambangan merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Menurut Kidwell et al. (2013, 288 and 556): “The market maker is willing to buy the security at one price, known as the bid price, and sell it at a higher price, the ask price. The market maker makes a profit based on the difference between the bid and the ask prices. The price difference is known as the bid-ask spread.” 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Agency Problem Theory Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, pemilik menggunakan jasa individu lain untuk membantunya dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Walaupun demikian, biasanya wewenang untuk pengambilan keputusan strategis masih berada ditangan pemilik sepenuhnya. Menurut Gitman and Zutter (2012, 22): “Agency problems arise when managers derivate from the goal of maximization of shareholder wealth by placing their personal goals a head of the goals of shareholders. These problems in turn give rise to agency costs. Agency costs are costs borne by shareholders due to the presence or avoidance of agency problems, and in either case represent a loss of shareholder wealth.” Asymmetric Information Theory Dalam kontek teori keagenan, informasi asimetris dapat menyebabkan konflik diantara prinsipal (dalam hal ini pemilik) dengan agen (dalam hal ini manajer). Hal ini dikarenakan terganggunya proses komunikasi antara pemilik atau pemegang saham dengan manajer, yang membuat pemilik atau pemegang saham tidak memahami setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer. Menurut Gitman and Zutter (2012, 533): “asymmetric information is the situation in which managers of a firm have more information about operations and future prospects than do investors.” November 2013 Definisi Variabel Likuiditas Saham Menurut Gitman and Zutter (2012, 71) “a firm's ability to satisfy it short-term obligations as they come due.” Maka disimpulkan likuiditas saham adalah seberapa cepat dan mudah suatu saham diperdagangkan. Likuiditas saham ini diukur dengan rata-rata tahun relative bid-ask spread harian. Leverage Keuangan Menurut Gitman and Zutter (2012, 508) bahwa “leverage refers to the effects that fixed costs have on the returns that shareholders earn.” Maka disimpulkan bahwa leverage keuangan adalah kemampuan perusahaan mengunakan kewajiban untuk aktiva perusahaan dan diukur dengan Debt Ratio. Ha₁: Terdapat pengaruh Leverage Keuangan terhadap Likuiditas Saham. Risiko Saham Menurut Gitman and Zutter (2012, 310) “risk is a measure of the uncertainty surrounding the return that an investment will earn or more formally, the variability of return associated with a given asset.” Maka disimpulkan risiko saham merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual dan diukur dengan variance dari pendapatan saham/ σ². Ha₂: Terdapat pengaruh Risiko Saham terhadap Likuiditas Saham. ROA Menurut Gitman and Zutter (2012, 81) bahwa “ROA or Return on Total Assets is measures the 122 ISSN: 1410 -9875 Syahrian overall effectiveness of management in generating profits with its available assets.” Maka disimpulkan ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari aset dan diukur dengan return on total assets. Ha₃: Terdapat pengaruh ROA terhadap Likuiditas Saham. Kapitalisasi Pasar Menurut Ross et al (2010, 56) “ the market capitalization of a public firm is equal to the firm’s stock market price per share multiplied by the number of shares outstanding.” Maka disimpulkan kapitalisasi pasar adalah harga keseluruhan dari sebuah saham perusahaan dan diukur dengan kapitalisasi pasar. Ha₄: Terdapat pengaruh Kapitalisasi Pasar terhadap Likuiditas Saham. Volume Perdagangan Menurut Ambarwati (2008) “volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu.” Maka disimpulkan volume perdagangan adalah jumlah lembar saham yang diperdagangan pada periode tertentu dan diukur dengan volume perdagangan. Ha₅: Terdapat pengaruh Volume Perdagangan terhadap Likuiditas Saham. Institutional Ownership Menurut Gitman and Zutter (2012, 20): “Institutional investors are investment professionals that are paid to manage and hold large quantities of securities on behalf of individuals, businesses, and governments.”Maka disimpulkan institutional ownership adalah proprosi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional dan diukur dengan institutional ownership. Ha₆: Terdapat pengaruh Institutional Ownership terhadap Likuiditas Saham. Kemudian terdapat hipotesis yang menguji ketujuh variabel independen secara bersama-sama terhahap variabel dependen, Ha₇: Terdapat pengaruh Leverage Keuangan, Risiko Saham, ROA, Kapitalisasi Pasar, Volume Perdagangan, dan Institutional Ownership terhadap Likuiditas Saham. Berikut model penelitian yang digunakan: Gambar 1 Model Penelitian Likuiditas Saham 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Dalam penelitian ini bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni hubungan kausal. Menurut Sugiyono (2009, 56) “hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.” Objek Penelitian Dalam penelitian sampel penelitian diambil dengan cara purposive sampling dimana purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kreteriakreteria yang digunakan untuk sampel perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2012 disertai November 2013 dengan data yang tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat di Indonesia Stock Exchange Bursa Efek Indonesia (IDX) atau dengan website http://www.idx.co.id/ , IDX Statistik, dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Definisi Operasional Variabel Likuiditas Saham Skala pengukuran untuk likuiditas saham yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 135-136) adalah: Persamaan yang digunakan untuk menghitung relative bid-ask spread harian adalah: Keterangan : Relative Spread: nilai selisih harga tawar jual dengan harga tawar beli Ask Price: harga penawaran jual saham Bid Price: harga permintaan beli saham. Leverage Keuangan Skala pengukuran untuk Leverage Keuangan yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 136) adalah: 124 ISSN: 1410 -9875 Syahrian Risiko Saham Skala pengukuran untuk risiko saham yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 136-137): Keterangan: : variance dari pendapatan saham : pendapatan saham harian : mean dari pendapatan saham harian n: jumlah sampel Pendapatan saham harian dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: : pendapatan saham harian : harga saham i pada periode t : harga saham i pada periode t-1 ROA (Return On Asset) Skala pengukuran untuk ROA yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 137): Keterangan: ROA: Return On Asset EBIT: laba sebelum beban bunga dan pajak Kapitalisasi Pasar Skala pengukuran untuk kapitalisasi pasar yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 137): Kapitalisasi pasar = In (jumlah saham pada akhir tahun x harga saham pada akhir tahun) Volume Perdagangan 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Skala pengukuran untuk volume perdagangan yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008,138): Volume perdagangan = In(jumlah volume perdagangan saham harian selama satu tahun) Institutional Ownership Skala pengukuran untuk institutional ownership yakni rasio dan rumus yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008,138): HASIL PENELITIAN Dalam pemilihan sampel diambil dengan cara purposive dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 1 Kriteria Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode sampai Desember 2012 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan Perusahaan yang tidak memiliki data yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap Total perusahaan yang dijadikan sampel Perode penelitian 2007-1012 Total data penelitian Jumlah 35 (18) (10) 7 6 tahun 42 Nama Perusahaan Sampel Tabel 2 Daftar Nama Perusahaan Sampel Kode Nama Perusahaan ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk ATPK ATPK Resources Tbk CTTH Citatah Tbk MITI Mitra Investindo Tbk PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk TINS Timah (Persero) Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia Statistik Deskriptif Variabel Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif 126 sampling ISSN: 1410 -9875 Syahrian Variabel N Mean Maksimum Minimum Likuiditas Saham Leverage Keuangan Risiko Saham ROA Kapitalisasi Pasar Volume Perdagangan Institutional Ownership Sumber: Hasil pengolahan 42 42 42 42 42 42 0.041472 0.520577 0.003436 0.123907 27.77874 20.90908 0.073648 1.295028 0.045983 0.604665 31.59904 24.05324 0.020783 0.097531 2.09E-07 -0.218584 24.84299 16.76415 Deviasi Standar 0.013697 0.313567 0.007947 0.189475 2.476052 1.824331 42 0.671809 0.901715 0.321378 0.152199 Eviews 7 Analisis Uji Hausman Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model fixed effect atau model random effect. Tabel 4 Hasil Analisis Uji Hausman Chi-Sq. Chi-Sq. Test Summary Statistic d.f. Prob. Cross-section random 3.520869 6 0.7412 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel 4 dapat diperoleh nilai Chi-Square statistic adalah 3.520869, sedangkan nilai kritis pada tabel chi-square sebesar 12.592 dengan α = 0.05 dan degree of freedom (df) = 6. Sehingga dapat disimpulkan nilai Chi-square stat < nilai kritisnya, dengan demikian hipotesis nol tidak dapat ditolak. Hal ini didukung pula dengan nilai probability chi square = 0.7412 > α 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian terbaik yang digunakan dalam penelitian ini yakni model random effect. Uji Normalitas Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sumber: Hasil Pengolahan 0.334190 4.240040 3.472751 0.176158 Eviews 7 Dari tabel 5 dapat diperoleh nilai hitung Jarque-Bera sebesar 3.472751 < nilai chi-square dengan α=0.05 dan degree of freedom (df) 2 sebesar 5.99. Sehingga dapat disimpulkan ho tidak dapat ditolak yang berarti data berdistribusi normal. Hal ini didukung pula dengan nilai p value = 0.176158 > α=5% maka ho tidak dapat ditolak yang berarti data berdistribusi normal. 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Terjadinya multikolinieritas antar variabel independen apabila dalam korelasi antar variabele independen dalam penelitian lebih dari 0.85 atau lebih kecil dari -0.85. Korelasi antar variabel independen adalah sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Variabel Independen LEV RIS ROA KAP VOL INS LEV 1.000000 -0.308430 -0.360682 -0.715343 -0.380636 -0.217924 RIS -0.308430 1.000000 -0.218446 -0.005656 0.025816 -0.106021 ROA -0.360682 -0.218446 1.000000 0.727170 0.543881 0.195452 KAP -0.715343 -0.005656 0.727170 1.000000 0.566779 0.399782 VOL -0.380636 0.025816 0.543881 0.566779 1.000000 -0.316059 INS -0.217924 -0.106021 0.195452 0.399782 -0.316059 1.000000 Sumber: hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 6 hasil korelasi antar 6 variabel independen, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena hubungan antar variabel kurang dari 0,85. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui apakah terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian. maka dilakukan Uji Glejser. Tabel 7 Hasil Uji Glejser Variable C LEV RIS ROA KAP VOL INS Coefficie nt Std. Error t-Statistic 0.073350 -0.013145 0.028675 0.009810 -0.002956 0.000449 0.018200 0.026916 2.725178 0.005389 -2.439527 0.146532 0.195691 0.008714 1.125775 0.001094 -2.702113 0.000994 0.452154 0.010688 1.702811 Prob. 0.0100 0.0199 0.8460 0.2679 0.0106 0.6539 0.0975 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel 7 nilai probabilitas dari risiko saham, ROA, volume perdagangan, dan institutional ownership lebih besar dari alpha 0.05 sehingga tidak terdapat heteroskedastisitas. Akan tetapi untuk nilai probabilitas dari variabel leverage keuangan dan kapitalisasi pasar lebih kecil dari alpha 0.05 sehingga terdapat heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi dalam model penelitian. Berikut hasil uji Durbin-Watson: 128 ISSN: 1410 -9875 Syahrian Tabel 8 Hasil Uji Durbin-Watson Durbin-Watson stat 2.056718 Sumber: hasil Pengolahan Eviews 72 Berdasarkan tabel 8 nilai Durbin-Watson adalah 2.056718, dengan jumlah observasi 42 sampel dan 6 variabel independen, maka diperoleh nilai = 1.175 dan = 1.854. maka nilai hitung DW terletak di wilayah tidak terjadinya autokorelasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian. Uji t Tabel 9 Hasil Analisis Uji Coefficie Std. R R2 nt Error el 0.01698 0.00795 LEV -0.006593 0.130311 1 0 0.17919 0.24831 RIS 0.423310 0.729557 1 8 0.06355 0.01115 ROA -0.018224 0.252103 6 3 0.04588 0.00091 KAP -0.001253 0,214212 7 4 0.02528 0.00121 VOL 0.159019 0.001375 7 0 0.00464 0.01695 INS -0.06817 -0.007235 8 5 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Variab t tstatistic Probab ility -0.829351 0.4118 2.937998 0.0055 -1.633997 0.1101 -1.370516 0.1782 1.136479 0.2625 -0.426745 0.6719 Berdasarkan tabel 9 hanya hasil probabilitas risiko saham yang kurang dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dapat ditolak, variabel risiko saham berpengaruh terhadap likuiditas saham, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Variabel risiko saham dan volume perdagangan yang berhubungan negative dengan likuiditas saham, sedangkan variabel lainnya secara parsial berhubungan positif dengan likuiditas saham. 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Uji F Tabel 10 Hasil Uji F Variable C LEV RIS ROA KAP VOL INS Coefficie nt Std. Error t-Statistic 0.094435 -0.021874 0.536719 0.002770 -0.006914 0.005457 0.050913 0.046739 2.020449 0.009357 -2.337661 0.254455 2.109289 0.015132 0.183078 0.001900 -3.639280 0.001726 3.161370 0.018560 2.743120 Prob. 0.0510 0.0252 0.0421 0.8558 0.0009 0.0032 0.0095 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan table 10 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: SPREAD= 0.094435 − 0.021874LEV + 0.536719RIS +0.002770ROA − 0.006914KAP + 0.005457VOL + 0.050913INS + e Tabel 11 Nilai Statistik F F-statistic Prob(F-statistic) Sumber: hasil pengolahan Eviews 7 5.019169 0.000836 Berdasarkan tabel 11 diperoleh nilai F statistik sebesar 5.019169. Nilai F statistik berada di daerah penolakan hipotesis nol dimana F ≥ (5.019169 ≥ 2.34) dengan nf (numerator degree of freedom) = 6 dan df (denominator degree of freedom) = 35 serta alpha=5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dapat ditolak. Hasil ini didukung juga oleh nilai probabilitas sebesar 0.000836 yang lebih kecil dari alpha 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh leverage keuangan, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar, volume perdagangan, dan institutional ownership terhadap likuiditas saham. PENUTUP Kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan dengan sampel dari sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072012 mengenai pengaruh leverage, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar, volume perdagangan, dan institutional ownership terhadap likuiditas saham sebagai berikut: Leverage Keuangan tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya tidak dapat ditolak. Risiko Saham berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya dapat ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Frieder dan Martell (2002) , Ambarwati (2008), dan Ady et al (2010). ROA tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya tidak dapat ditolak. Kapitalisasi pasar tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya tidak dapat ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudana dan Intan (2008). Volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya tidak dapat ditolak. 130 ISSN: 1410 -9875 Syahrian Institutional Ownership tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya tidak dapat ditolak. Leverage Keuangan, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar, volume perdagangan, dan institutional ownership berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya dapat ditolak. Demikian kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat satu variabel dari enam variabel yaitu risiko saham yang berpengaruh terhadap likuiditas saham, sedangkan secara bersama-sama keenam variabel juga berpengaruh terhadap likuiditas saham. Adapun keterbatasan yang dialami penulis selama melakukan penelitian antara lain: (1) Dalam penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel independen. (2) Periode yang digunakan hanya enam tahun dimana dari tahun 2007-2012. (3) Objek yang digunakan hanya sektor pertambangan dengan sampel 7 perusahaan saja. Ada Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya: (1) Menambahkan variabel-variabel lain yang bisa berpengaruh terhadap variabel dependen. (2) Memperpanjang periode dalam penelitian (3) Menggunakan objek penelitian lainnya. REFERENSI Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus. Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Ambarwati, Sri, Dwi, Ari. 2008. Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan Saham, dan Varian Return Saham terhadap Bid-Ask Spread Saham pada Perusahaan Manufaktur yang tergabung dalam Indeks LQ 45 Periode Tahun 2003-2005. Jurnal Siasat Bisnis. Vol.12. No.1. Halaman 27-38. Brigham, Eugene, F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial Management. Edisi 2. Singapore: Cengage Learning. Copeland, Thomas, E., J. Fred Weston, and Kuldeep Shastri. 2005. Financial Theory and Corporate Policy. United States of America: Pearson Education.. Fabozzi, Frank J., and Franco Modigliani. 2009. Capital Markets: Institutions and Instruments. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Frieder, Laura, and Rodolfo Martell. 2006. On Capital Structure and The Liquidity of a Firm’s Stock. Working paper. 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Boston: Pearson Education. IDX Statistic 2007. 2007. Jakarta: Indonesia Stock Exchange. IDX Statistic 2008. 2008. Jakarta: Indonesia Stock Exchange IDX Statistic 2009. 2009. Jakarta: Indonesia Stock Exchange IDX Statistic 2010. 2010. Jakarta: Indonesia Stock Exchange IDX Statistic 2011. 2011. Jakarta: Indonesia Stock Exchange IDX Statistic 2012. 2012. Jakarta: Indonesia Stock Exchange Jakaria. 2008. Statistika Deskriptif. Jakarta: Andrea. Keown, Arthur, J., John D. Martin, J. William Petty, and David F. Scott, JR. 2005. Financial Management. New Jersey: Pearson Education. Kidwell, David, S., David W. Blackwell, David A. Whidbee, and Richard W. Sias. 2013. Financial Institutions, Markets, and Money. Singapore: John Wiley & Sons. Ross, Stephen A. et al. 2010. Corporate Finance Fundamental. 8th Edition. New York: McGraw-Hill. Siegel, Joel G., and Jae K Shim. 2000. Dictionary of Accounting Terms. Edisi 3. New york: Barons Educational. Sudana, I., Made, dan Nurul Intan. 2008. Leverage keuangan dan likuiditas saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. No.3. Halaman 127-143. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika (Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews). Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Winarno, Wing, Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Wiyani, Wahyu dan Andi Wijayanto. 2005. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.9. No.3. Halaman 884–903. 132 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 133-154 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH EARNINGS PER SHARE, DISKRESIONER AKRUAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, BETA, SIZE, DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP RETURN TITA DEITIANA STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of Earnings per Share, Diskresioner Akrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size and Debt to Equity towards Stock Return. This study also employ financing and investment decision in order to predict the return on stock of company. The population in this research is real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange with research period 2007 – 2011. The sampling technique used in this research is purposive sampling, where 17 companies met the criteria. This research using panel data which is the combination of time series and cross section data. The analysis method are multiple regression, hypotesis test that is determined coefficient, t test, and F test.The research result can be summarized as follow. First, there is influence of six independent variables simultantly in order to predict stock return. Second, there is influence of two independen variables individually towards stock return. The variable are earnings per share, and beta in real estate and property company. Keywords: Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity Set, Beta , Size, Debt to Equity, and Stock Return. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size dan Debt to Equity terhadap Stock Return. Penelitian ini juga menggunakan pembiayaan dan keputusan investasi untuk memprediksi pengembalian saham perusahaan.Populasi dalam penelitian ini adalah real estate dan perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2007 - 2011. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, di mana 17 perusahaan yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan dari time series dan data cross section. Metode analisis yang regresi berganda, uji hipotesis yang ditentukan koefisien, uji t, dan uji F. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ada pengaruh dari enam variabel independen secara simultan untuk memprediksi Stock Return. Kedua, ada pengaruh dua variabel Tbk individual terhadap return saham. Variabel yang laba per saham, dan beta di real estate dan perusahaan properti. 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Keywords: Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity Set, Beta , Size, Debt to Equity, and Stock Return. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Return saham sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada faktor makro ekonomi dan faktor mikro atau faktor-faktor yang ada pada perusahaan. Dengan semakin berkembangnya pasar modal semakin banyak perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal. Tak terkecuali perusahaan real estate and property. Perusahaan real estate and property saat ini memiliki perkembangan yang baik dimana tercatat berdasarkan data riset Bank Indonesia (sumber: data Bank Indonesia) secara rata-rata pertumbuhan subsektor real estate dari tahun 2001 sampai dengan 134 November 2013 awal tahun 2010 sebesar 8,05%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa yang sebesar 6,81%. Distribusi/share subsektor real estate terhadap sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 2,73% dan merupakan distribusi/share terbesar kedua setelah subsektor bank (3,15%). Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan dengan distribusi/share yang cukup besar, maka kontribusi subsektor real estate cukup besar terhadap pertumbuhan PDB, yakni rata-rata sebesar 0,21%, relatif sama dengan sumbangan atau kontribusi subsektor bank. Namun pertumbuhan perusahaan yang meningkat ini tidak berpengaruh positif seperti seharusnya dengan tingkat pengembalian sahamnya. Return saham perusahaan real estate and property cenderung berfluktuasi atau mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Return saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi return antara lain: rasio hutang, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, tingkat pertumbuhan aset, kebijakan dividen, risiko, karakteristik perusahaan dan lainlain. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity terhadap return saham pada perusahaan real ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana estate and property di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2011. KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN Jogiyanto (2007, 109) menyatakan bahwa “Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return)”. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain atau capital loss (keuntungan selisih harga). Menurut Gitman dan Zutter (2012, 311) “Return is the total gain or loss experienced on an investment over a given period of time; calculated by dividing the asset’s cash distributions during the period, plus change in value, by it’s beginning-of-period investment value”. Berdasarkan teori CAPM dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh resiko saham tersebut (Husnan 2005, 177). Dalam teori ini digambarkanhubungan tingkat pengembalian dan resiko adalah positif, karena investor di pasar modal mengharapkan return yang tinggi untuk resiko yang tinggi. Selain resiko sistestematik terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi retrun saham. Penelitian ini berfokus pada enam faktor yang mempengaruhi return saham yaitu earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size dan debt to equity. Menurut Gitman dan Zutter ( 2012, 81) “EPS represent the dollar amount earned on behalf of each outstanding share of common stock – not the amount of earnings actually distributed to stakeholder”. Dengan kata lain EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Semakin besar nilai earnings per share, semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Diskresioner akrual merupakan komponen total akrual yang berasal dari rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan fleksibilitas dalam menentukan nilai estimasi pada metode akuntansi (Sulistyanto 2008, 226). Subramanyam (1996) menemukan bahwa manajemen laba yang dihitung dengan akrual diskresioner (discretionary accruals) berhubungan dengan harga saham, laba yang akan datang dan aliran kas. Investment opportunity set perusahaan menggambarkan pertumbuhan suatu perusahaan melalui kemampuannya untuk mengambil kesempatan – kesempatan investasi yang akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang, semakin tinggi IOS suatu perusahaan semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan dilihat dari pertumbuhan perusahaan tersebut, maka akan mendorong harga saham naik. Return saham juga dipengaruhi oleh ukuran 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 perusahaan yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan melalui total aktiva atau jumlah penjualan perusahaan. Perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan yang besar akan memiliki pertumbuhan yang besar. Hutang perusahaan yang diukur dengan debt to equity November 2013 ratio menggambarkan sejauh mana modal perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya. Semakin kecil risiko ini semakin baik. Semakin besar debt to equity mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai debt to equity yang tinggi. Model Penelitian Gambar 1 Model Penelitian Hipotesa yang hendak diajukan didalam penelitian ini adalah: Ha1: Terdapat pengaruh earnings per share terhadap return saham, Ha2: Terdapat pengaruh diskresioner akrual terhadap return saham, Ha3: Terdapat pengaruh investment opportunity set terhadap return saham, Ha4: Terdapat pengaruh beta terhadap return saham, Ha5: Terdapat pengaruh size terhadap return saham, Ha6: Terdapat pengaruh debt to equity terhadap return saham, Ha7: Terdapat pengaruh secara simultan earnings per share, diskresioner akrual, investment 136 opportunity set, beta, size dan debt to equity terhadap return saham. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2011 dan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling, peneliti menetapkan beberapa kriteria untuk mendapatkan ukuran sampel. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini: ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan Kriteria Sampel Perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 38 Perusahaan real estate and property yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember secara lengkap dari tahun 2007 sampai 2011 0 Perusahaan real estate and property yang pernah memiliki laba negatif dari tahun 2007 sampai 2011 (21) Perusahaan real estate and property yang memenuhi kriteria 17 Periode penelitian 2007 sampai 2011 5 Jumlah total yang digunakan sebagai sampel 85 Sumber: Indonesian Capital Market Directory Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham dihitung dengan membandingkan selisih return tahun ini dengan tahun sebelumnya dengan return tahun sebelumnya. Return saham ini mnenggunakan skala rasio. TAC = NIit - CFit Total akrual diestimasi dengan persamaan regresi TACt / TAt-1= α1(1/TAt-1) + α2 ( SALt/TAt-1) + α3(PPE/TAt-1) + e Non diskresioner akrual (NDA) NDAt = α1(1/TAt-1) + α2 ( SALt/TAtTAt-1 + α3(PPE/TAt-1) Diskresioner Akrual (DA) DAt = TACt - NDAt 1) Return Saham = Variabel independen yang digunakan adalah: earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity yang diukur dengan skala rasio. 1. Earnings per share EPS = 2. Diskresioner akrual Total akrual sesungguhnya Dimana : NIit = laba bersih perusahaan I pada periode t CFit = arus kas operasi perusahaan I pada periode t α1, α2, �3 = koefisien regresi TAt-1 = total asset periode t-1 ∆SALt =perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam periode t PPEt = property, plant, and equipment periode t 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 ∆RECt = perubahan piutang bersih dalam periode t DAt = diskresioner total akrual tahun t November 2013 TACt = total accruals tahun t NDAt = non akrual diskresioner pada tahun t 3. Investment opportunity set Dalam penelitian ini IOS dihitung dengan menggunakan 4 proksi IOS yaitu a. Firm value to book PPE = b. Price earnings = c. Market to book value of equity = d. Market to book value of asset = Proksi IOS tersebut kemudian diolah dengan analisis faktor untuk mendapatkan nilai faktor skornya. 4. Resiko Sistematik (Beta) Beta dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana dengan rumus : Rit= Rmt+eit αi + βi 5. Ukuran Perusahaan (size) SIZE = Ln TOTAL AKTIVA = Ln TOTAL ASSET 6. Rasio Hutang DER = Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana Regresi Linear Berganda: 138 dan regresi berganda. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk meregresi variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Regresi linier berganda (multiple linier regression) menggunakan data panel yaitu data yang menggabungkan data cross section dan time series. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program Eviews 7. Regresi Linier Sederhana: Y = a + bx + е ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana RET = a + b1EPS + b2DA + b3IOS + b4BETA + b5SIZE + b6DER + е Dimana : RET : return Saham a : konstanta b1 ,b2 , b3, b4, b5, b6 : koefisien regresi masing-masing variabel EPS : earnings per share DA : diskresioner akrual IOS : investment opportunity set DER : debt to equity е : error term HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Statistik Tabel 2 di bawah menunjukkan hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean RET 0.472896 EPS 65.90370 Max 7.571429 481.2224 Min 0.897959 1.223696 0.770512 85 Std. Dev. Observations DA 0.026127 0.692250 IOS 0.000235 3.618510 BETA 1.097141 SIZE 28.27092 DEBT 1.095122 6.164000 30.53569 4.038589 2.040000 1.068930 5.009000 1.332691 25.73273 0.146193 90.10055 0.782623 0.173584 1.280227 0.817822 85 85 85 85 85 85 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Analisis Pemilihan Model Data Panel Uji Hausman Tabel 3 Hasil Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. Statistic Cross-section random 14.769383 Chi-Sq. d.f. 6 Prob. 0.0221 Sumber: Data yang telah diolah dengan Eviews 7 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Nilai statistik uji Hausman sebesar 14.769383 sedangkan nilai kritis pada tabel dengan α 0.05 dan df 6 adalah 12.592. Dengan November 2013 demikian nilai statistik > nilai kritis, sehingga kesimpulanya H0 ditolak. Maka model dalam penelitian ini adalah Fixed Effect. Uji Kualitas Data Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability 0.314156 2.372232 2.793912 0 247349 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 4, nilai koefisien skewness mendekati 0 dan nilai koefisien kurtosis juga mendekati 3. Nilai JB 2.793912 lebih rendah dari nilai Chi Squares (df) 2 yaitu 5.99, begitu juga dengan probabilitasnya (p-value) 0.247349 lebih besar dari α (0.05). Maka, dapat disimpulkan hipotesis nol tidak dapat ditolak, data berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas EPS DA EPS 1.000000 -0.133184 DA -0.133184 1.000000 IOS 0.007971 0.048720 BETA -0.111160 -0.085846 SIZE -0.316035 0.366951 DER 0.035710 -0.136697 IOS 0.007971 0.048720 1.000000 -0.145816 0.062900 0.062919 BETA -0.111160 -0.085846 -0.145816 1.000000 0.058094 0.157114 SIZE -0.316035 0.366951 0.062900 0.058094 1.000000 -0.165568 DER 0.035710 -0.136697 0.062919 0.157114 -0.165568 1.000000 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Dari tabel diatas tidak ada nilai yang melebihi 0.86 sesuai dengan rule of thumb maka tidak terdapat multikolinearitas. 140 Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokadastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glesjer, yang dilakukan dengan meregresi seluruh variabel dengan residual absolut dari regresi. ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Tabel 6 Hasil Uji Glesjer Coefficie nt Std. Error t-Statistic Variable C EPS DA IOS BETA SIZE DER 0.085674 0.000171 -0.652194 0.014504 0.025303 0.025936 -0.149742 Prob. 1.946443 0.044016 0.000893 0.191239 0.474753 -1.373753 0.072400 0.200325 0.059285 0.426798 0.067606 0.383637 0.096254 -1.555703 0.9650 0.8488 0.1735 0.8417 0.6707 0.7023 0.1238 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 besar daripada α (0.05). Maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas di dalam model ini. Dari tabel 6 diatas variabel earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size dan debt to equity memiliki nilai probabilita lebih Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Tabel 7 Hasil Uji Durbin-Watson Weighted Statistics R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.564960 Mean dependent var 0.567644 0.410591 S.D. dependent var 0.991566 Sum squared resid 3.659805 Durbin-Watson stat 0.000030 1.299737 60.95863 2.918901 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Autokorelasi Tidak Tidak Tidak Autokorelasi positif Ada terdapat Ada negatif Keputusan Autokorelasi Keputusan 0 1.500 1.801 2 2.199 2.500 4 2.918901 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Hasil statistik Durbin-Watson berada pada daerah autokorelasi negatif, artinya H0 ditolak, maka November 2013 dapat disimpulkan terdapat autokorelasi negatif. Analisis Data dan Uji Hipotesis Uji Hipotesis H1 Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H1 R R-squared 0.546244 0.298388 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 8 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.546244 yang artinya hubungan antara earnings per share dengan return saham adalah sedang karena berada diantara 0.40 – 0.599. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.298388 artinya kemampuan earnings per share untuk menjelaskan return saham sebesar 0.298388 atau 29.8388% dan sisanya 0.701612 atau 70.1612% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 9 Hasil Analisis Regresi H1 tCoefficien Variable t Std. Error Statistic C EPS 0.083797 0.116614 0.718581 0.005904 0.001233 4.787929 Prob. 0.4749 0.0000 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1X1it + εit RET = 0.083797 + 0.005904EPS + εit Hasil pengujian variabel earnings per share terhadap return dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 2 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H1 142 ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Berdasarkan tabel 9 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 4.787929, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.0000 di mana p-value lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa earnings per share berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011. Uji Hipotesis H2 Tabel 10 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H2 R R-squared 0.313400 0.098220 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 10 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.313400 yang artinya hubungan antara diskresioner akrual dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.098220 artinya kemampuan diskresioner akrual untuk menjelaskan return saham sebesar 0.098220 atau 9.8220% dan sisanya 0.901780 atau 90,1780% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 11 Hasil Analisis Regresi H2 Coefficien Variable t Std. Error t-Statistic C DA 0.429178 -1.673244 0.099823 4.299400 0.934148 -1.791197 Prob. 0.0001 0.0778 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b2X2it + εit RET = 0.429178 - 1.673244DA + εit Hasil pengujian diskresioner akrual terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Gambar 3 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H2 Berdasarkan tabel 11 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.791197, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.0778 di mana p-value lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa diskresioner akrual tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011. Uji Hipotesis H3 Tabel 12 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H3 R R-squared 0.239234 0.057233 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 12 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.239234 yang artinya hubungan antara investment opportunity set dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.057233 artinya kemampuan investment opportunity set untuk menjelaskan return saham sebesar 0.057233 atau 5.7233% dan sisanya 0.942767 atau 94,2767% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 13 Hasil Analisis Regresi H3 Coefficien Variable t Std. Error t-Statistic C IOS 0.472914 0.078228 0.086553 5.463850 0.098815 0.791661 Prob. 0.0000 0.4314 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 144 ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Berdasarkan tabel 13 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b3X3it + εit RET = 0.472914 + 0.078228IOS+ εit : Hasil pengujian variabel investment opportunity set terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut Gambar 4 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H3 Berdasarkan tabel 13 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 0.791661, karena nilai dari t hitung lebih kecil dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.4314 di mana p-value lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. Uji Hipotesis H4 Tabel 14 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H4 R R-squared 0.494634 0.244663 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 14 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.494634 yang artinya hubungan antara beta dengan return saham adalah sedang karena berada diantara 0.40 – 0.599. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.244663 artinya kemampuan beta untuk menjelaskan return saham sebesar 0.244663 atau 24.4663% dan sisanya 0,755337 atau 75,5337% dijelaskan oleh variabel lain. 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Tabel 15 Hasil Analisis Regresi H4 Coefficien Variable t Std. Error t-Statistic C IOS 0.017573 0.415009 0.132225 0.132899 0.100846 4.115262 Prob. 0.8947 0.0001 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 15 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b4X4it + εit RET = 0.017573 + 0.415009BETA+ εit Hasil pengujian variabel beta terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 5 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H4 lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat Berdasarkan tabel 15 didapatkan hasil statistik t hitung disimpulkan bahwa beta sebesar 4.115262, karena nilai dari berpengaruh terhadap return t hitung lebih besar dari t tabel di saham pada perusahaan real estate mana titik jatuh pada daerah and property yang terdaftar di penolakan H0, maka Ha diterima. Bursa Efek Indonesia periode 2007Hasil ini didukung oleh p-value 2011. sebesar 0.0001 di mana p-value Uji Hipotesis H5 Tabel 16 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H5 R R-squared 0.260411 0.067814 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 146 ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Berdasarkan tabel 16 Koefisien Determinasi (R2) sebesar besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.067814 artinya kemampuan size untuk menjelaskan return saham 0.260411 yang artinya hubungan sebesar 0.067814 atau 6.7814% dan antara size dengan return saham sisanya 0,932186 atau 93,2186% adalah rendah karena berada dijelaskan oleh variabel lain. diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Tabel 17 Hasil Analisis Regresi H5 Variable C SIZE Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. 9.897321 -0.333361 0.2374 0.2603 8.301371 1.192251 0.293619 -1.135354 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 17 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b5X5it + εit RET = 9.897321 - 0.333361SIZE+ εit Hasil pengujian variabel size terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 6 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5 Berdasarkan tabel 17 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.135354, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.2603 di mana p-value lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa size tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011. 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Uji Hipotesis H6 Tabel 18 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H6 R R-squared 0.248441 0.061723 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 18 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.248441 yang artinya hubungan antara debt to equity dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.061723 artinya kemampuan debt to equity untuk menjelaskan return saham sebesar 0.061723 atau 6.1723% dan sisanya 0,938277 atau 93,8277% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 19 Hasil Analisis Regresi H6 Variable C DER Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. 0.685386 -0.194034 0.0038 0.3192 0.228401 3.000797 0.193336 -1.003610 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 19 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b6X6it + εit RET = 0.685386 - 0.194034DER+ εit Hasil pengujian variabel debt to equity terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 7 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5 148 ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa debt to equity tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Berdasarkan tabel 19 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.003610, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.3192 di mana p-value Uji F Tabel 20 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H7 R Adjusted Rsquared 0.751638 0.410591 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 20, Koefisien Korelasi adalah sebesar 0.751638. Ini berarti hubungan antara return saham sebagai variabel dependen dengan variabel independennya yaitu earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity adalah berkorelasi kuat dan positif. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) yang nilainya diambil dari Adjusted R-Square yaitu 0.410591. Nilai itu berarti kemampuan variabel independen (earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity) untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Return Saham) sebesar 0.410591 atau 41.0591% dan sisanya 0.589409 atau 58.9409% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Tabel 21 Hasil Analisis Regresi H7 Variable C EPS DA IOS BETA SIZE DER Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. 23.55241 0.005435 -2.832455 0.120976 0.351402 -0.836329 -0.231392 0.0107 0.0000 0.0001 0.1912 0.0004 0.0103 0.1735 8.946827 2.632488 0.001235 4.399797 0.653909 -4.331570 0.091547 1.321464 0.094347 3.724567 0.315879 -2.647629 0.168039 -1.377012 Sumber:Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Berdasarkan tabel 21 di atas, model regresinya adalah: Yit = a + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + b5X5it + b6X6it + eit Return Saham = 23.55241 + 0.005435Earnigs per Share 2.832455Diskresioner Akrual + 0.120976Investment Opportunity November 2013 Set + 0.351402Beta - 0.836329Size 0.231392Debt to Equity. Hasil pengujian variabel earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity secara simultan terhadap return saham dengan menggunakan uji F, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 22 Hasil Uji F F-statistic Prob(F-statistic) 3.659805 0.000030 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Gambar 8 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H7 Berdasarkan tabel 22 didapatkan hasil statistik F hitung sebesar 3.659805, karena nilai dari F hitung lebih besar dari F tabel di mana titik jatuh pada daerah penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini didukung oleh p-value F sebesar 0.000030 di mana p-value lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity 150 berpengaruh secara simultan terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. PENUTUP Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dibahas pada sampel data perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI selama periode 2007 – 2011, maka kesimpulan dari penelitian ini ISSN: 1410 -9875 adalah terdapat pengaruh earnings per share, dan beta terhadap return saham. Sementara tidak terdapat pengaruh diskresioner akrual, investment opportunity set, size, dan debt to equity secara simultan terhadap return saham. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel yang dianggap berpengaruh terhadap return saham, sampel dalam penelitian ini terbatas hanya pada perusahaan non manufaktur sektor real estate and property saja, sehingga tidak dapat merepresentasikan seluruh emiten yang terdapat di Bursa Efek Tita Deitiana Indonesia, dan penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 5 tahun. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan variabel keuangan lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini seperti economic value added (EVA), dan free cash flow, menggunakan perusahaan nonmanufaktur maupun manufaktur lainnya untuk memperluas penelitian, dan menambah periode penelitian. REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learnings. Anugrah, Anthi D. Putriani. 2009. Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur, Jurnal Universitas Gunadarma. Belkaoui, Riahi and Ahmed.2000. Accounting and The Investment Opportunity Set. United States: Greenwood Publishing Group Inc. Darmadji, Hendry M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Keempat, Jakarta : Salemba Empat. Gitman, Lawrence J., and Zutter. 2012. Principle of Managerial Finance 13th Edition. USA : Pearson Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Hair, Joseph F, William C Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Husnan, Said. 2005. Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Isna Ayuningsih, dan Rizky Yudaruddin. Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return Saham. Jurnal Akuntabilitas September 2007 vol 7 no 1 hal 79-84. Iswahyuni, Yetti, dan L. Suryanto. 2002. Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Dengan Kebijakan Pendanaan, Deviden, Perubahan Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta Dengan Pendekatan Asosiasi Proksi Investment Opportunity Set (IOS). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (September 2002). Jogiyanto. 2007. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigation. Journal of Accounting Research 29: 193 –228. Mukhlasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak yang Ditimbulkannya”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober 2003, pp. 11-22. Panjaitan, Yunia, Dewinta Oky dan K, Sri Desinta, 2004, Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan Risiko Terhadap Return Yang Diharapkan Investor Pada Perusahaan Saham Aktif, Balance, Vol. 1, h. 56-72. Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Mitra Wacana Media. Jakarta:Penerbit Solechan, Ahmad. Pengaruh Earnings, Manajemen Laba, Investmen Opportunity Set, Beta, Size, dan Rasio Hutang terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Go Public di BEI. Jurnal Akuntanis dan Auditing vol 6 no1. Subramanyam, K.R., John Wild, and Robert F. Hasley. 2007. Financial Statement Analysis. 9th Edition. New York : McGraw-Hill Companies. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta :PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 152 ISSN: 1410 -9875 Tita Deitiana Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media. Widyaningdyah, A.U. 2001.”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 3.No. 2. April. Hal.89-101. Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. 153 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Halaman ini sengaja dikosongkan 154 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 155-164 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN UNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN YUSUF WIJAYA STIE Trisakti [email protected] Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, return on asset, pada penilaian opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf yang terkait dengan kelangsungan usaha untuk perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011. Sampel ini termasuk 40 perusahaan non keuangan selama periode pengamatan 4 tahun sehingga penelitian ini mendapat 160 sampel penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian hipotetis dianalisis menggunakan regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil tes hipotesis menunjukkan salah satu variabel opini audit tahun yang sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada penilaian akan opini audit tanpa pengecualian dengan paragraph yang terkait dengan kelangsungan usaha. Selain itu, enam variabel memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik pada penilaian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf yang terkait dengan kelangsungan usaha, kondisi keuangan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, return on asset. Kata Kunci: Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Memodifikasi Paragraf yang terkait dengan Kelangsungan Usaha, Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Likuiditas, Return on Asset. Abstract: The objective of this research is to find out the influence of financial condition, firms’s size, auditor reputation, previous year audit opinion, firm’s growth, liquidity, return on asset, on assessing unqualified opinion with paragraph going concern to non financial companies which is listed in Bursa Efek Indonesia during 2008-2011. These samples included 40 non financial companies during 4 year observation periods so that this research got 160 of research samples. The sampling technique used in this research was purposive sampling. Hypothetical research was analyzed using logistic regression with 5% significance level. The result of hypothesis tests show is one variable that is 155 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 previous year audit opinion has significant influence statistically on assessing going concern audit opinion. Besides, six variables have not significant influence statistically on assessing unqualified opinion with paragraph going concern which are, of financial condition, firms’s size, auditor reputation, previous year audit opinion, firm’s growth, liquidity, return on asset. Keywords : Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern, Financial Condition, Firm’s Size, Auditor Reputation, Previous Year Audit Opinion, Firm’s Growth, Liquidity, Return on Asset. PENDAHULUAN Beberapa faktor yang dapat menjadikan perusahaan gagal mempertahankan Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern yaitu ialah diakibatkan oleh buruknya manajemen dalam perusahaan, terjadinya kecurangan ekonomis serta terjadi perubahan kondisi ekonomi makro. Auditor dalam menulis laporan audit harus mempertimbangkan hasil operasi, kondisi ekonomi di masa mendatang, kemampuan melunasi hutang, dan juga kebutuhan likuiditas. Banyak ditemukan indikator potensial masalah Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan seperti kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga. Auditor dapat memberikan opini berupa Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern pada perusahaan yang terbukti mengalami masalah berupa financial distress, hal tersebut dapat dilihat dari laporan audit tahun sebelumnya dan juga ukuran dari perusahaan yang diaudit. Pemberian Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern pada perusahaan yang 156 bersangkutan tentunya tidak lepas dari peran auditor yang bertanggung jawab untuk melakukan proses pengauditan, kualitas sang auditor sangat berpengaruh besar. Tujuan penelitian yang dibuat oleh penulis adalah untuk menemukan bukti empiris bahwa kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori agensi ialah suatu hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal maupun agen memiliki kepentingan ekonomi pribadi masing-masing. Opini Audit Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena ISSN: 1410 -9875 laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Laporan keuangan merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk tidak menyatakan pendapat (Januarti, 2009). Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Auditor memiliki kemungkinan untuk gagal dalam memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan kepada suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang berada dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dan kelangsungan usahanya (McKeown et al, (1991) dalam Fanny dan Saputra (2005)). Kondisi Keuangan Perusahaan Ramadhany (2004) menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. McKeown et al. (1991) dalam Setyarno et al. (2007 ) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Ukuran Perusahaan Di dalam kaitannya dengan kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, menurut McKeown et al (1991) dalam Santosa dan Wedari 2007 menyatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak Yusuf Wijaya menawarkan fee audit lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Sehingga auditor mungkin ragu mengeluarkan opini audit dengan paragraf penjelas going concern pada perusahaan yang besar. Reputasi Auditor Auditor yang memiliki reputasi baik akan cenderung mempertahankan kualitas auditnya supaya reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Namun, apakah reputasi auditor dapat dijadikan proksi kualitas auditor yang dipercaya masih diragukan karena tingginya kegagalan audit yang terungkap belakangan ini (Januarti 2009). Deangelo (1981) dalam Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan dengan auditor yang berskala kecil. Opini Audit TahunSebelumnya Mutchler (1984) dalam Setyarno et al (2006) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern di tahun sebelumnya lebih cenderung menerima opini yang sama di tahun berjalan. Pertumbuhan Perusahaan Weston dan Bringham (1993) dalam Wedari dan Santosa (2007) menyatakan bahwa laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik (opini 157 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 non-going concern) akan lebih besar (Wedari dan Santosa 2007). Likuiditas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajibankewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Analisis rasio ini secara tradisional menfokuskan pada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Perusahaan yang tidak menguntungkan dalam jangka panjang disebut tidak likuid atau tidak solvabel dan harus di restrukturisasi, biasanya perusahaan yang mengalami restrukrisasi akan mengalami bangkrut collapse (Agrianti, Komalasari 2004). Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri. Dalam Komalasari et al menyatakan bahwa tujuan dari analisa profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. METODA PENELITIAN Objek Penelitian 1. Perusahaan non keuangan sudah terdaftar dari tahun 2008 sampai dengan 2011 2. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember 3. Perusahaan mengalami kerugian minimal 2 tahun selama periode penelitian 4. Perusahaan yang tidak memakai mata uang Rupiah 158 November 2013 Pengujian hipotesis ini diukur dengan variabel dummy, di mana kategori 1 untuk perusahaan yang mendapatkan Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak mendapatkan Unqualified Opinion with modified Paragraph Going Concern (Santoso dan Wedari (2007). Kondisi keuangan diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Revised Altman Model (1993), yang terkenal dengan istilah Z score yang merupakan suatu formula yang dikembangkan oleh Altman untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa periode sebelum terjadinya.. Formulanya yaitu: Z = 0,717Z1 + 0,84Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0,998Z5 Keterangan: Z1 = working capital/ total assets Z2 = retained earnings/ total assets Z3 = earnings before interest and taxes/ total assets Z4 = book value of equity/ book value of debt Z5 = sales/ total assets Nilai Z dapat diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan data pada neraca dan laporan laba/rugi dikalikan dengan koefisien masingmasing rasio kemudian dijumlahkan dengan hasilnya (Altman (1968) dalam Setyarno et al. (2006)). Variabel ukuran perusahaan diukur menggunakan natural logaritma dari total aktiva perusahaan. Menurut Santoso dan Wedari (2007) kualitas audit diproksikan dengan menggunakan skala auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori 1 untuk auditor ISSN: 1410 -9875 Yusuf Wijaya yang berasal dari KAP big four dan 0 untuk auditor yang berasal dari KAP non big four. Dalam variabel ini menggunakan variable dummy. Unqualified opinion with paragraph PertumbuhanPenjualan � going concern akan diberi kode 1, sedangkan untuk opini audit selain unqualified opinion with paragraph going concern akan diberi kode 0. ��������� ������ ����� ��������� ��������� ������ ����� ���� ��������� ������ ����� ���� Current Ratio =AktivaLancar/KewajibanLancar ROA=laba (rugi) bersih / total aktiva HASIL PENELITIAN Tabel 1 Gambaran Umum Sampel Kualifikasi Perusahaan yang terdaftar sebelum 1 Januari 2008 di BEI Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar di BEI tahun 2008-2011 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir pada 31 Desember Perusahaan yang tidak mengalami kerugian sekurang-kurangnya dua periode Perusahaan yang tidak memakai mata uang Rupiah Total Sampel Perusahaan Sampel 210 840 (90) (360) (0) (0) (77) (3) 40 (308) (12) 160 Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel N GC KKP UP RA OATS PP LK PR Valid N (listwis e) 160 160 160 160 160 160 160 160 Minimum 0 -18.949 9.315 0 0 -1.0192 0.0343 -2.3459 Maximum 1 59.09 12.972 1 1 73.4171 75.396 14.2568 Mean 0.39 0.68845 11.51 0.13 0.34 1.55 3.06 -0.00824 Std. Deviation 0.489 6.8003604 0.7390963 0.339 0.476 7.794683 8.6560625 1.2247608 160 159 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Penilaian atas pengujian overall model fit dilakukan dengan cara membandingkan nilai -2 Log Likelihood antara iterasi pada blok 0 dengan iterasi pada blok 1, jika terdapat penurunan nilai dari blok 0 ke blok 1 maka data menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali 2006). Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,418 yang berarti variasi dari variabel unqualified opinion with modified paragraph going concern (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan profitabilitas (variabel independen) sebesar 41,8%, sedangkan sisanya 58,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test dengan probabilita signifikansi sebesar 0,298 yang nilainya lebih besar (>) dari 0,05. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa model fit dengan data observasi penelitian. Kondisi keuangan perusahaan (KKP) memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.008, berarti Ha1 terdukung yang artinya kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ukuran perusahaan (UP) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, yaitu 0.654, hal ini berarti Ha2 tidak terdukung yang artinya kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. 160 November 2013 Reputasi auditor (RA) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, yaitu 0.083, hal ini berarti Ha3 tidak terdukung yang artinya reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Opini audit tahun sebelumnya (OATS) memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.000, hal ini berarti Ha4 terdukung yang artinya opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Pertumbuhan perusahaan (PP) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, yaitu 0.104, hal ini berarti Ha5 tidak terdukung yang artinya pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern paragraph. Likuiditas (LK) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, yaitu 0.674, hal ini berarti Ha6 tidak terdukung yang artinya likuiditas tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Profitabilitas (PR) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, yaitu 0.334, hal ini berarti Ha7 tidak terdukung yang artinya return on asset tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis atas pengujian hipotesis pada model regresi logistik berganda, maka penulis menyimpulkan bahwa: ISSN: 1410 -9875 1. Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.008 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05. 2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.654 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) sebesar 0.05. 3. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.083 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05. 4. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α )sebesar 0.05. 5. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.104 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05. 6. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.674 Yusuf Wijaya yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α )sebesar 0.05. 7. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.334 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05. Beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain: 1. Keterbatasan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dimana hanya 40 perusahaan per tahun yang menjadi sampel penelitian dari 160 perusahaan/tahun yang menjadi populasi dalam penelitian ini. 2. Keterbatasan periode penelitian atau pengamatan yaitu hanya empat tahun (selama tahun 2008–2011), sehingga dengan periode penelitian/pengamatan yang sangat sempit kurang dapat melihat kecenderungan trend unqualified opinion with modified paragraph going concern dalamjangka panjang. 3. Penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen, yaitu kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas. Berdasarkan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Memperpanjang periode penelitian atau pengamatan. 161 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 2. Menambahkan beberapa variabel independen lainnya yang kemungkinan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern, November 2013 seperti debt default, opinion shopping, perubahan dewan komisaris, perubahan dewan direksi, kepemilikan anggota dewan. REFERENSI Amilin, dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit oleh KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi: Analisis ilmiah ekonomi, manajemen, keuangan dan akuntansi vol. 18 no.2 halaman 7283 Fanny, dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hani, Cleary, dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Herusetya, 2007. Kaitan Firm Size Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Mutu Laporan Audit Going Concern : Studi di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2007. Januarti. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII Palembang. Januarti, dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Laporan Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ tahun 2000- 2005).Jurnal MAKSI, Vol. 8, No. 1. Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Non Financial Factors in the Going Concern Opinion. Journal of Indonesian Economy and Business, Vol 25, No.3 Praptitorini, dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Petronela, Thio Anastasia. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Balance, Vol. 1,No. 1, hlm. 46- 55. Petronela, Thio Anastasia. 2007. Analisis Pengaruh mekanisme Corporate Governance Terhadap Opini Audit Going Concern, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.14, No.1. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta, Jurnal MAKSI, Vol. 4. 162 ISSN: 1410 -9875 Yusuf Wijaya Rudyawan, dan I Dewa Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No. 2. Santosa, dan Kusumaning Wedari.2007. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI, Vol. 11, No. 2. Setyarno, Indira Januarti, dan Faisal. 2007. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 7, No. 2. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3. Tamba, dan Hasan Sakti S. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntan 163 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Halaman ini sengaja dikosongkan 164 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 165-182 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA THE INFLUENCE OF EARNING PER SHARE, PREVIOUS DIVIDEND PER SHARE, GROWTH, LEVERAGE, SIZE, BETA TO DIVIDEND PER SHARE ON TRADE AND SERVICES COMPANIES LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007-2012 YUPITER GULO STIE TRISAKTI [email protected] Abstract:The purpose of this research is to test and analyze the effect of earning per share, previous dividend per share, growth, leverage, capital size, beta to dividend per share. This study was improve consistency of result from prior studies. Sample of this research are Trade and Service firms listed in Indonesia Stock Exchange over the six years period of 2007-2012. By using purposive sampling as sampling technique, there are 7 firms met the criteria. The samples are analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypotheses. The empirical evidences of this research show that earning per share and previous dividend per share influence dividend per share, while growth, leverage, size, and beta do not influence leverage. Overall, the independent variables influence leverage simultaneously. Keywords: Dividend Per Share, Earning Per Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size, Beta. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh earning per share, dividend sebelumnya per saham, growth, leverage, capital size, beta to dividend per share. Penelitian ini adalah meningkatkan konsistensi hasil dari penelitian sebelumnya.Sampel penelitian ini adalah Perdagangan dan Jasa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode enam tahun 2007-2012. Dengan menggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel, ada 7 perusahaan yang memenuhi kriteria. Sampel dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi data panel dengan model yang fixed effect untuk menguji hipotesis.Bukti-bukti empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share dan Dividend Per Share sebelumnya pengaruh Dividend Per Share, sementara Growth, Leverage Size dan Beta tidak mempengaruhi leverage. Secara keseluruhan, variabel independen mem pengaruhi leverage yang bersamaan. Keywords: Dividend Per Share, Earning Per Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size, Beta. 165 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 PENDAHULUAN Kehadiran pasar modal saat ini sangat bermanfaat bagi emiten, keberadaan pasar modal merupakan salah satu alternative bagi emiten untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Disisi lain pasar modal juga sangat memberikan keuntungan bagi investor, sehingga investor memiliki peranan yang sangat penting dalam investasi di pasar modal. Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau tempat yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Ketika investor menanamkan modal ke perusahaan emiten, maka hal utama yang diharapkan investor adalah untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang dari investasi yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu investor perlu melakukan analisis untuk menentukan dasar yang dapat dilakukan dalam menilai kelayakan saham sebagai altenatif investasi pada saham, yang nantinya akan memberikan return yang sesuai dengan yang 166 November 2013 diharapkan. Tujuan utama seorang investor dalam menanamkan dananya yaitu untuk memperoleh pendapatan (return) yang dapat berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, karena akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Dalam hal pembagian dividen, ada 2 jenis dividen yang dapat diperoleh pemegang saham atau investor, yaitu : dividen kas dan dividen non kas. Dividend kas (cash dividend) adalah sejumlah dividend yang akan dibayarkan oleh emiten kepada pemegang saham atau investor dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividend non kas adalah sejumlah dividen yang akan dibayarkan oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk saham dalam proporsi tertentu. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor. Akan tetapi laba yang diperoleh perusahaan dari hasil operasinya tidak selamanya dibagikan seluruhnya kepada pemegang saham melainkan sebagian masih tetap ditahan didalam perusahaan guna dipakai sebagai modal kerja internal, sehingga kapasitas perusahaan dapat ditingkatkan. Salah satu tolak ukur dalam mengukur layak tidaknya suatu emiten adalah Dividen Per-Share, ISSN: 1410 -9875 yaitu laba bersih yang dibagikan kepada semua pemegang saham biasa dalam bentuk dividen yang dapat berupa kas, dan saham. DPS berguna bagi investor untuk menggambarkan prospek dividen di masa datang. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Besarnya nilai dividen yang akan diterima pemegang saham sangat bergantung kepada kebijakan dividen perusahaan bersangkutan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau akan ditahan sebagai laba ditahan untuk pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Dividen kas sering kali menjadi topik yang menimbulkan pembicaraan hangat antara manajemen perusahaan emiten dengan pemegang saham atau investor bahkan cenderung menjadi kontroversi antara pihak manajemen emiten dengan pemegang saham. Kontroversi yang ada adalah pendapat kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan yang diajukan oleh Miller dan Modiglani (MM) yang sering disebut teori irrelevansi dividen, sementara argument yang lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan mempengaruhi nilai perusahaan yang sering disebut teori relevansi dividen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Turki dan Ahmed, menunjukkan adanya pengaruh pada EPS, Previous DPS, Growth, Leverage, Size, Beta terhadap DPS. Penelitian ini menggunakan objek Yupiter Gulo perusahaan yang terdaftar pada Saudi Stock Exchange. Peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti kembali Earning Per Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size dan Beta terhadap Dividend Per Share yang sesuai dengan variable yang diteliti sebelumnya. Periode yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah periode 20042010. Pada penelitian yang akan dilakukan peneliti, periode yang akan digunakan adalah periode 2007-2012. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Signaling Gitman dan Zutter (2012,534) menyatakan bahwa sebuah tindakan pembiayaan oleh pihak manajemen perusahaan diyakini akan mencerminkan perdagangannya terhadap nilai saham perusahaan. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Selain itu teori signal ini juga dapat memberikan signal atau informasi kepada investor maupun calon investor untuk pembagian dividen yang telah menjadi hak mereka. Pembagian dividen merupakan kewajiban bagi perusahaanperusahaan yang telah menjual saham-saham mereka ke public. Dengan adanya teori signaling ini, 167 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 maka akan memberikan signal yang positif bagi para investor atas apa yang telah mereka investasikan pada waktu lalu, dan akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk dividen. Teori Keagenan Menurut Gitman dan Zutter (2012, 21) tujuan manager keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Jadi, pemegang saham menjadikan manajer sebagai agen pemegang saham dan memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam mengelola perusahaan. Kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya. Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dimana kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan yang mengurangi keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan perusahaan menyebabkan penerimaan pemegang saham juga menurun. Konflik yang terjadi ini dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingankepentingan tersebut. Mekanisme pengawasan menimbulkan adanya biaya keagenan (Agency Cost). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi adanya biaya keagenan adalah dengan pembayaran dividen yang dapat menjadi bonding bagi manajer. 168 November 2013 Teori Pecking Order Teori pecking order merupakan konsep yang pertama kali diuraikan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961. Menurut Brealey. et. Al (2007) teori pecking order menjelaskan bahwa perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Gitman dan Zutter (2012, 534) menyatakan bahwa “A hierarchy of financing that begins with retained earning, which is followed by debt financing and finally external equity financing”. Selain itu dari sumber yang sama, “When firms do not have enough financial slack to finance their profitable investment opportunities, managers will prefer to raise external financing by issuing debt rather than equity”. Penerbitan saham juga berakibat pada turunnya dividen perlembar saham dan turunnya harga atau nilai saham karena jumlah saham bertambah. Akibatnya jika pendanaan eksternal dilakukan dengan penerbitan saham baru akan mendapatkan apresiasi atau respon negatif oleh pasar. Teori Kebijakan Dividend Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2011: 211) menyebutkan ISSN: 1410 -9875 ada tiga teori investor yaitu: Yupiter Gulo dari preferensi 1. Dividend Irrelevance Theory Menurut Gitman (2009) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. 2. Bird In The Hand Theory Menurut Gitman and Zutter (2012), kepercayaan yang mendukung teori dividend yang relevan, kalau investor melihat dividend sekarang sebagai risiko yang lebih rendah daripada dividend dimasa yang akan datang atau capital gain. Gordon dan Lintner berargumen bahwa pembayaran dividend sekarang menurunkan ketidakpastian investor, yang menyebabkan investor memotong laba perusahaan pada tingkat yang rendah untuk menempatkan nilai yang lebih tinggi di saham perusahaan. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. 3. Tax Preference Theory Menurut Brigham dan Houston (2006, 71-72). Teori preferensi pajak menjelaskan investor menyukai pembayaran dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan dividend dikenakan pajak sehingga banyak investor tidak menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Capital gain cenderung lebih dipilih karena pajak dari capital gain relative lebih rendah daripada dividen. Definisi Variabel Dividend Per Share Menurut Gitman ( 2009, 47) “Dividend Per-Share is the dollar amount of cash distributed during the period on behalf of each outstanding share of common stock”. Jadi, Dividend Per-Share menunjukkan rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Earning Per Share Menurut Gitman (2009:68) “Earning Per-Share represents the number of dollars earned during the periode on behalf of each outstanding share of common stock”. Jadi, Earning Per-Share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Ha1 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap Dividend Per Share Previous Dividend Per Share Dalam jurnal yang ditulis Ahmed dan Javid (2009) Previous Dividend Payout merupakan presentase dari keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividend pada tahun sebelumnya. Jadi, Previous Dividend Per-Share merupakan pembayaran dividen per lembar 169 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 saham pada periode sebelumnya atau tahun sebelumnya. Ha2 : Terdapat pengaruh Previous Dividend Per Share terhadap Dividend Per Share Growth Menurut Brigham dan Ehrhardt (2008,499) mengenai sales growth. “Sales growth is the growth in sales during a specific time periode and the fluctuation changes every year. Jadi kesimpulannya, Growth adalah persentase perubahan penjualan yang terjadi pada periode saat ini yang dibandingkan pada penjualan perusahaan periode yang lalu. Ha3 : Terdapat pengaruh Growth terhadap Dividend Per Share Leverage Menurut Tampubolon (2005:37) Leverage ratio digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi. Jadi, leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Ha4 : Terdapat pengaruh Leverage terhadap Dividend Per Share Size Menurut Yusuf dan Soraya (2004:94) size merupakan ukuran atau besarnya assets yang dimiliki perusahaan dan ditunjukkan oleh natural logaritma total aktiva. Jadi, Size merupakan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat berdasarkan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ha5 : Terdapat pengaruh Size terhadap Dividend Per Share Beta Menurut Keown et al. (2005, 199) “Beta is a measure of the relationship between an investment’s return and the market’s returns”. Ini adalah ukuran dari investasi yang tidak dapat didiversifikasikan. Jadi dapat disimpulkan Beta digunakan untuk mengukur pergerakan dari pengembalian atas suatu surat berharga terhadap pengembalian pasar. Ha6 : Terdapat pengaruh Beta terhadap Dividend Per Share Berikut ini model penelitian yang digunakan: 170 November 2013 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gulo Earning Per Share Previous Dividend Per Share Growth Dividend Per Share Leverage Size Beta Gambar 1 Model Penelitian Dividend Per Share METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang ada, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk kedalam penelitian kausalitas. “A study in which the researcher wants to delincate the cause of one or more problem is called a causal study” (Sekaran dan Bougie, 2010:110). Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling Methode. Adapun Purposive Sampling Methode yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 122). 171 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya 1. Dividend Per Share Dividend Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Irawati, 2006:64) 2. Earning Per Share Earning Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ( Gitman, 2009: 68) 3. Previous Dividend Per Share Previous Dividend Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Irawati, 2006: 64) 4. Growth Growth dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Harahap, 2001:309) 5. Leverage Leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ( Ross,et al 2010: 51) 6. Size Size dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Pelepy 2007: 417) 7. Beta Beta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Charles 2009, 224) 172 ISSN: 1410 -9875 Metode Analisa Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan analisis regresi data panel. Data yang dikumpulkan akan diuji dan dianalisis dengan menggunakan program e-views 7. Metode statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda (multiple linier regression), statistic deskriptif, uji kualitas data (uji normalitas dan outlier), uji asumsi klasik (multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi) dan pengujian hipotesis (koefisien korelasi, koefisien determainasi, uji t dan uji f). Model Analisis Data Panel Pada penelitian ini, data yang diuji merupakan panel data. Panel data merupakan gabungan antara data time series dan data cross section (Widarjono 2009,9). Dengan menggunakan panel data diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih informative, lebih bervariasi, kolineritas antar variable yang semakin berkurang, dan peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien (Gujarati 2009,237). Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisa regresi berganda (Multiple Linear Regresion). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh antara variable Earning Per-Share, Previous Dividends Per-Share, Growth, Leverage , Beta, Capital Size terhadap Dividend Per-Share dengan persamaan: Y= b0+ b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4+ b5 X5 + b6 X6 + Ɛ Yupiter Gulo Keterangan: Y = Dividen Per-Share b0 = Intercept (Konstanta atau nilai Y ketika x=0) b1-b6 = Koefisien regresi X1 = Earning Per-Share X2 = Previous Dividend PerShare X3 = Growth X4 = Leverage X5 = Size X6 = Beta Ɛ = Error term 173 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 HASIL PENELITIAN Berikut ini prosedur pengambilan sampel secara sederhana: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No Keterangan Jumlah 1. Perusahaan perdagangan dan jasa yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2012 2. Perusahaan yang tidak membagikan dividend secara konsisten setiap tahun 3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan 4. Perusahaan yang datanya merupakam data ekstrim (outlier) 5. Total Perusahaan yang dijadikan sampel 6. Total data penelitian (7 x 6 tahun) 90 (76) (1) (6) 7 42 Nama Perusahaan Sampel Table 2 Daftar Nama Perusahaan Sampel Kode Nama Perusahaan AKRA PT AKR Corporindo, Tbk ASGR PT Astra-Graphia, Tbk LTLS PT Lautan Luas, Tbk MICE PT Multi Indocitra, Tbk MTDL PT Metrodata Electronics, Tbk PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk TGKA PT Tigaraksa Satria, Tbk Analisis Statistik Deskriptif Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel N Mean Maksimum Minimum DPS EPS Prev_DPS Growth Leverage Size Beta 42 42 42 42 42 42 42 26.21071 74.45881 25.18690 0.202613 1.656293 28.07337 0.540870 65.00000 187.0000 65.00000 0.658019 3.565481 30.09806 0.875092 1.00000 4.930000 1.00000 -0.159537 0.153795 26.24080 0.108733 Deviasi Standard 16.25302 42.49545 17.16113 0.182116 1.054523 0.918595 0.273203 Sumber: Hasil Pengolahan E-views7 Uji Signifikansi Random Effect Tabel 4 Hasil Uji Hausman Random Effect Test Test Summary Chi-Sq. Statistic Cross-section random 3.110549 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7 174 Chi-Sq. d.f. Prob. 5 0.6829 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gulo Berdasarkan pada table di atas nilai Chi-Square statistic adalah sebesar 3.110549 lebih kecil dari nilai Chi-Square table α 5% df (5) 11.07 dan nilai p-value 0.6829 lebih besar dari alpha 0.05 (α 5%). Dari table tersebut, maka kesimpulannya adalah H0 tidak dapat ditolak, maka Model Random Effect. Uji Normalitas Table 5 Hasil Uji Normalitas Skewness 0.323366 Kurtosis 2.634450 Jarque-Bera 0.965807 Probability 0.616989 Sumber: hasil pengolahan Eviews7 Dari table 5 dapat diperoleh informasi nilai skewness mendekati 0 dan kurtosis mendekati 3 yaitu masing-masing sebesar 0.323366 dan 2.634450. nilai hitumg JarqueBera sebesar 0.965807. Nilai chisquare dengan alpha sebesar 0.05 dan degree of freedom (df) 2 sebesar 5,99 sehingga nilai statistic JB < nilai kritis JB. Dari table di atas nilai p-value sebesar 0.616989 lebih besar dari alpha (α5%). Berdasarkan table tersebut, maka Tabel 6 Hasil Uji EPS Prev_DPS EPS 1.000000 0.409330 Prev_DPS 0.409330 1.000000 Growth 0.052438 0.001331 Leverage 0.225262 0.025715 Size 0.594946 0.396731 Beta -0.533646 -0.386767 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7 Berdasarkan Tabel 6 hasil korelasi antar 6 variabel independen, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesimpulan Ho tidak dapat ditolak, maka residual berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolineritas Menurut Winarno (2011,5.3) multikolinieritas dapat menjadi masalah dalam model regresi apabila nilai koefisien korelasi antara dua variable independen diatas 0.89 atau kuran g dari -0.89. Berikut ini korelasi antar variable independen: Korelasi Variabel Independen Growth Leverage Size 0.052438 0.225262 0.594946 0.001331 0.025715 0.396731 1.000000 0.208900 0.182870 0.208900 1.000000 0.542766 0.182870 0.542766 1.000000 -0.079107 -0.756474 -0.662810 Beta -0.533646 -0.386767 -0.079107 -0.756474 -0.662810 1.000000 multikolineritas karena hubungan antar variable kurang dari 0.89 dan lebih dari -0.89. 175 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser dilakukan untuk mendeteksi apakah terjadi Variable Variable heterokedastisitas atau tidak. Berikut adalah hasil uji Glejser. Table 7 Hasil Uji Glejser Coefficient Std. Error t-Statistic C -36.65839 27.49500 EPS -0.044572 0.019565 Prev_DPS 0.246548 0.043904 Growth -1.935535 3.439836 Leverage -0.172218 1.073023 Size 1.559233 1.005501 Beta -4.149771 4.623038 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7 Berdasarkan disimpulkan November 2013 Tabel 7, bahwa dapat terjadi -1.333275 -2.278168 5.615646 -0.562683 -0.160498 1.550703 -0.897629 Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena nilai 0.1911 0.0289 0.0000 0.5772 0.8734 0.1300 0.3755 heteroskedastisitas. Oleh karena itu dilakukan uji Park. Tabel 8 Hasil Uji Park Coefficient Std. Error t-Statistic C -17.16900 11.19309 EPS -0.004752 0.007965 Prev_DPS 0.012847 0.017873 Growth -2.105275 1.400342 Leverage -0.264422 0.436823 Size 0.716676 0.409335 Beta -0.739343 1.882018 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Prob. -1.533893 -0.596581 0.718804 -1.503401 -0.605330 1.750830 -0.392846 Prob. 0.1340 0.5546 0.4770 0.1417 0.5489 0.0887 0.6968 probabilitasnya pada variable independen memiliki nilai lebih besar dari α (0.05). Uji Autokorelasi Hasil Uji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai uji Durbin-Watson. Table 9 Nilai Durbin-Watson Durbin-Watson stat Nilai Durbin-Watson adalah 2.301071, dengan jumlah observasi 42 data dan 6 variabel independen dapat diperoleh nilai dL 1.2022 dan 176 2.301071 dU 1.8451, maka nilai uji DurbinWatson berada pada daerah inconclusive, sehingga selanjutnya digunakan uji Breusch-Godfrey. ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gulo Tabel 10 Uji Breusch-Godfrey 6.267140 Prob. F (2.33) F-statistic 0.0049 Obs*R-squared 11.56139 0.0031 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7 Berdasarkan table 10 Uji Breusch Godfrey nilai probability 0.0031 lebih kecil dari nilai alpha Prob. Chi-Squar(2) 0.05. Oleh karena itu penelitian ini terjadi autokorelasi. Uji t Variabel R EPS Prev_DPS Growth 0.419670 0.692211 0.0749867 Table 11 Hasil Analisis Uji t R2 Coefficient Std. Error 0.176132 0.161244 0.051385 0.479156 0.652685 0.101441 0.005623 -5.105722 10.83218 Leverage 0.019647 0.000386 -0.475024 3.836385 Size Beta 0.222807 0.2594456 0.049643 0.067312 6.300832 -27.36205 4.414449 16.10427 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Dari table, variable EPS dan Prev_DPS memiliki nilai probability kurang dari α (0.05), sehingga dapat disimpulkan Ho dapat ditolak, variable EPS dan Prev_DPS berpengaruh terhadap DPS. Variabel Growth, Leverage, Size tstatistic 3.137957 6.434108 0.471347 0.123821 1.427320 1.699056 Probabili ty 0.0032 0.0000 0.6400 0.9021 0.1612 0.0971 dan Beta memiliki nilai probability lebih dari α (0.05), sehingga dapat disimpulkan Ho tidak dapat ditolak, variable Growth, Leverage, Size dan Beta tidak berpengaruh terhadap DPS. Uji F Table 12 Hasil Uji F Variable Coefficient Std. Error C 103.8005 73.44703 EPS 0.140013 0.052263 Prev_DPS 0.585404 0.117279 Growth -11.93699 9.188789 Leverage 1.442731 2.866352 Size -3.570716 2.685981 Beta -5.895191 12.34946 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 t-Statistic Prob. 1.413270 2.678976 4.991534 -1.299082 0.503333 -1.329390 -0.477364 0.1664 0.0112 0.0000 0.2024 0.6179 0.1923 0.6361 177 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 Dari table 12, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Dividend Per-Share = 103.8005 + 0.140013EPS + 0.585404Prev_DPS 11.93699Growth + 1.442731Leverage – 3.570716Size – 5.895191Beta + e – Table 12 Nilai Statistik F F-statistic 11.33652 Prob(F-statistic) 0.000001 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7 Berdasarkan table 12 diperoleh Boanyah dkk, dimana Previous nilai statistic F sebesar 11.33652. Dividend Per-Share memiliki nilai statistic F berada di daerah pengaruh terhadap Dividend penolakan hipotesis nol dimana F ≥ Per-Share. Fα/2 (11.33652 ≥ 2.34) sehingga 3. Tidak terdapat pengaruh Growth terhadap Dividend Perdapat diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil ini juga didukung oleh nilai Share. H03 tidak dapat ditolak. probabilitas sebesar 0.000001 yang Hasil ini konsisten dengan kurang dari nilai alpha 0.05 penelitian yang dilakukan oleh sehingga dapat disimpulkan bahwa Malik dkk, dimana Growth tidak terdapat pengaruh Earning Permemiliki pengaruh terhadap Share, Previous Dividend PerDividend Per-Share. Hasil ini Share, Growth, Leverage, Size dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beta terhadap Dividend Per-Share pada perusahaan perdagangan, jasa Alzomaia dan Khadhiri yang terdaftar di Bursa Efek (2013), Boanyah,dkk, dimana Growth memiliki pengaruh Indonesia periode 2007-2012. PENUTUP terhadap Dividend Per-Share. Berdasarkan hasil analisis 4. Tidak terdapat pengaruh dan pembahasan yang dilakukan, Leverage terhadap Dividend maka diperoleh kesimpulan sebagai Per-Share. H04 tidak dapat berikut: ditolak. Hasil ini konsisten 1. Terdapat pengaruh Earning Perdengan penelitian yang Share terhadap Dividend Perdilakukan oleh Malik, dkk, dimana Growth tidak memiliki Share. H01 ditolak. Hasil ini pengaruh terhadap Dividend konsisten dengan penelitian Per-Share. Hasil ini yang dilakukan oleh bertentangan dengan penelitian Alzomaia dan Khadhiri (2013), yang dilakukan oleh Alzomaia Malik, dkk, Boanyah, dkk dan Khadiri (2013), dimana dimana Earning Per-Share Leverage memiliki pengaruh memiliki pengaruh terhadap terhadap Dividend Per-Share. Dividend Per-Share . 5. Tidak terdapat pengaruh Size 2. Terdapat pengaruh Previous terhadap Dividend Per-Share. Dividend Per-Share terhadap H05 tidak dapat ditolak. Hasil ini Dividend Per-Share. H02 ditolak. tidak konsisten dengan Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Alzomaia dan Khadhiri (2013), 178 ISSN: 1410 -9875 Malik, dkk, Boanyak, dkk, dimana Size memiliki pengaruh terhadap Dividend Per-Share. 6. Tidak terdapat pengaruh Beta terhadap Dividend Per-Share. H06 tidak dapat ditolak. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwaldiman dan Aziz, dimana Beta memiliki pengaruh terhadap Dividend Per-Share. 7. Terdapat pengaruh Earning Per Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size, Beta terhadap Dividend Per Share. H07 ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Alzomaia dan Khadhiri (2013), dimana Earning Per-Share, Previous Dividend Per Share, Growth, Leverage, Size, Beta terhadap Dividend Per Share memiliki pengaruh terhadap Dividend Per-Share . Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan keterbatasan yang antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan perdagangan, jasa yang go public sehingga hasilnya kurang bisa Yupiter Gulo mengeneralisasi perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian ini hanya menggunakan enam variable independen, yaitu Earning PerShare, Previous Dividend PerShare, Growth, Leverage, Size dan Beta. Sementara itu masih banyak variable lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap variable dependen Dividend Per-Share. 3. Penelitian ini hanya dilakukan selama enam tahun dengan periode 2007-2012. Sementara itu masih dapat dilakukan perpanjangan periode dengan objek penelitian perusahaan berbeda yang memungkinkan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah sebagai berikut: 1. Menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. 2. Menambah variable independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variable dependen (Dividend Per-Share) seperti Profitability, Liquidity, Cash Flow, Return On Asset, Return On Equity. 3. Menambah periode penelitian yang memungkinkan untuk dilakukan penelitian. 179 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 REFERENSI Ahmed, Hafeez, dan Javid, Attiya Yasmin. 2009. Dynamics and determinants of dividend policy in Pakistan. International Research Journal of Finance and Economics no. 25. Alzomaia, Turki SF, et., al. 2013. Determination of Dividend Policy: The Evidence from Saudi Arabia. IJBSS. ISSN 2219-1933. Anderson et al.,2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South-Western: CENGAGE Learning. Boanyah, et., al. 2013. Determinant of dividend payout policy of some selected manufacturing firms listed on the Ghana Stock Exchange. IISTE. Vol 4 no 5. Brealey, et.al. 2007. Dasar-dasar manajemen keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Brigham, E.F and Houston Joel, F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Penerbit: Erlangga, Jakarta. Brigham, Eugene F Dan Ehrhardt Mivhael C. 2005. Financial Management Theory and Practice. Internatioanal Student Edition. South Western. Brigham, Eugene F dan Joel F., Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto. Buku satu. Edisi sepuluh. Jakarta:PT Salemba Empat. Charles, P., Jones. 2009. Investment Analysis and Management. John Wiley & Sons. Darmadji, Tjipto dan Hendry, M Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Emapat. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance, 12th edition. Boston : San Diego State University. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter.2012. Principles of Managerial Finance 13th Edition. United States: Pearson Education. Gujarati, Damodar N. and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. 5th Edition. Singapore: Mc Graw Hill. Hair, J. F., et al. 2010. Multivariate data analysis, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management 6th Edition. Boston: McGraw Hill Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka. Keown et al. 2005. Financial Management, 10th Edition. United States of America: Pearson Education, Inc. 180 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gulo Kumar, Suwendra.2007. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Investment Opportunity Set (IOS) Dan Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Universitas Diponegoro. Palepy, Krishna G., Paul M. Healy, Erik Peek, Victor Lewis Bernard. 2007. Business Analysis and Valuation: Text and cases. Thomson Learning London. Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Yogyakarta: Gova Media. Ross et al. 2010. Corporate Finance. 9th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,inc. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku pintar IBM SPSS Statistics 19. Penerbit: PT Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business, 5th Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sundjaja, Ridwan., dan Inge, Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Prenhallindo Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Weygandt, J.J., Kimmel, P.D., & Kieso, D. E. 2010. Managerial Accounting: Tools For Business Decision Making. 5th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan asing dan non asing di Indonesia. JAAI. Volume 8 no 1. 181 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9 Halaman ini sengaja dikosongkan 182 November 2013