Vol. 15, No. 1a, Is. 9 November 2013 DAFTAR ISI Faktor

advertisement
Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ian Nugraha .........................................................................
1
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Bank, Good Corporate Governance,
Dan Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena. ............................................
21
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dalam
Membatasi Praktik Manajemen Laba
Sigit Susilo Broto...................................................................
41
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Yoes Sumbaji .......................................................................
55
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba
Elizabeth Linandi ...............................................................
67
Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan Dan
Faktor - Faktor Lainnya Yang Mempengaruhi Tingkat Hutang Perusahaan
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.....................................
83
Pengaruh Perubahan Dividend Per Share, Perubahan Earnings Per Share,
Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Book Value Equity To Market
Value Equity Terhadap Profitabilitas Dan Cumulative Abnormal Return
Steven Yap ..........................................................................
97
Pengaruh Leverage Keuangan, Risiko Saham, Roa, Kapitalisasi Pasar,
Volume Perdagangan, Dan Institutional Ownership Terhadap
Likuiditas Saham
Syahrian ............................................................................... 119
Pengaruh Earnings Per Share, Diskresioner Akrual,
Investment Opportunity Set, Beta, Size, Dan Debt To Equity Terhadap
Return
Tita Deitiana ......................................................................... 133
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Unqualified
Opinion With Modified Paragraph Going Concern
Yusuf Wijaya ......................................................................... 155
The Influence Of Earning Per Share, Previous Dividend Per Share,
Growth, Leverage, Size, Beta To Dividend Per Share
On Trade And Services Companies Listed On
Indonesia Stock Exchange Period 2007-2012
Yupiter Gulo .......................................................................... 165
Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 1-20
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
IAN NUGRAHA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This research aim was to examine and analyze the effect of
managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, investment
opportunities, dividend policy, and company growth to firm value. The object
of this research is all manufacturing companies listed in Indonesian Stock
Exchange during 2010 until 2012. There are only 37 companies meet the
criteria and took as samples. The samples of this research collected by using
purposive sampling. The hypothesis were tested by using multiple regression.
The results of this research indicated that financial leverage, profitability,
firm size, and investment opportunities have influence toward firm value,
while managerial ownership, dividend policy, and company growth have no
influence toward firm value.
Keywords:
Managerial
Ownership,
Financial
Leverage,
Investment
Opportunities, Dividend Policy, Company Growth, and Firm Value
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
dari kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran
perusahaan, kesempatan investasi, kebijakan dividen, dan pertumbuhan
perusahaan terhadap nilai perusahaan. Obyek dari penelitian ini adalah
semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2010 sampai dengan 2012. Terdapat 37 perusahaan yang memenuhi
kriteria dan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hipotesis diuji menggunakan
metode analisa regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kesempatan
investasi memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan,
sedangkan
kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan
Hutang,
Kesempatan
Investasi, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, dan Nilai
Perusahaan
PENDAHULUAN
Pada zaman perekonomian
saat ini,
perkembangan
dalam
dunia bisnis sangatlah pesat. Hal ini
mulai
hangat
dibicarakan
masyarakat yaitu tentang pasar
bebas ASEAN pada tahun 2015
nanti,
dimana
perusahaanperusahaan
asing
dapat
menawarkan barang dan jasanya
langsung di Indonesia. Isu ini terkait
dengan tujuan utama didirikannya
sebuah perusahaan yaitu untuk
mencapai keuntungan maksimal
dan memakmurkan kesejahteraan
pemilik (pemegang saham) dengan
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Dengan
adanya
pasar
bebas
tersebut, banyak kompetitor asing
yang masuk ke dalam negeri.
Masuknya kompetitor asing tentu
mengharuskan perusahaan yang ada
di
Indonesia
untuk
lebih
meningkatkan lagi kinerjanya, agar
kinerja keuangannya dapat menarik
minat para investor. Salah satu
kinerja keuangan yang cukup vital
adalah nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan
merupakan tujuan jangka panjang
yang harus dicapai perusahaan dan
akan tercermin dari harga pasar
sahamnya karena penilaian investor
terhadap perusahaan dapat diamati
melalui pergerakan harga saham
perusahaan yang ditransaksikan di
2
bursa untuk perusahaan yang sudah
go public. Go public merupakan
salah satu cara yang efisien untuk
mendapatkan
sumber
dana
tambahan, namun diperlukan tata
kelola manajemen yang baik dalam
membuat suatu laporan keuangan.
Informasi berupa laporan keuangan
dibutuhkan para investor dalam
melakukan
pertimbangan
berinvestasi
pada
suatu
perusahaan.
Dalam pasar modal, harga
saham merupakan cerminan dari
nilai perusahaan dan akan bereaksi
apabila terdapat informasi terbaru
mengenai perusahaan itu. Naik
turunnya harga saham merupakan
fenomena yang menarik untuk
dibicarakan, seperti krisis ekonomi
global yang terjadi di Indonesia
pada
tahun
2008
berdampak
terhadap pasar modal Indonesia
yang tercermin dari terkoreksi
turunnya harga saham hingga 40 –
60% dari posisi awal tahun 2008.
Lalu kasus Enron di Amerika Serikat
tentang
manipulasi
laporan
keuangan
yang
membuat
masyarakat publik tidak
lagi
percaya kepada laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan.
Hal ini tentu saja berdampak
negatif
terhadap
nilai
suatu
perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan
kondisi tertentu yang telah dicapai
ISSN: 1410 -9875
oleh suatu perusahaan sebagai
gambaran
dari
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perusahaan setelah melalui suatu
proses kegiatan selama beberapa
tahun, yaitu sejak perusahaan
tersebut didirikan sampai dengan
saat
ini.
Meningkatnya
nilai perusahaan adalah sebuah
prestasi,
yang
sesuai
dengan
keinginan para pemiliknya, karena
dengan
meningkatnya
nilai
perusahaan,
maka
kesejahteraan para pemilik juga
akan meningkat.
Alasan peneliti melakukan
penelitian terkait dengan nilai
perusahaan
adalah dikarenakan
suatu perusahaan harus dapat
memaksimalkan
nilai
perusahaannya
agar
mampu
bersaing dengan perusahaan asing
yang
melakukan
ekspansi
di
Indonesia pada pasar bebas ASEAN
2015 nanti. Selain itu salah satu
tujuan dari suatu perusahaan
adalah
meningkatkan
nilai
perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran politik para pemegang
saham. Pemegang saham, kreditor
dan manajer adalah pihak-pihak
yang
memiliki
perbedaan
kepentingan
dan
perspektif
berkenaan
dengan
perusahaan.
Pemegang saham akan cenderung
memaksimalkan nilai saham dan
memaksa manajer untuk bertindak
sesuai dengan kepentingan mereka
melalui pengawasan yang mereka
lakukan. Kreditor di sisi lain
cenderung
akan
berusaha
melindungi
dana
yang
sudah
Ian Nugraha
mereka
investasikan
dalam
perusahaan dengan jaminan dan
kebijakan pengawasan yang ketat
pula.
Manajer
juga
memiliki
dorongan
untuk
mengejar
kepentingan pribadi mereka.
Penelitian ini merupakan
pengembangan
penelitian
yang
sebelumnya dilakukan oleh Rizqia
et al. (2013). Pada penelitian
sebelumnya,
dengan
periode
penelitian selama 6 tahun yakni
dari tahun 2006 – 2011. Sedangkan
periode penelitian ini selama
3
tahun yaitu tahun 2010 – 2012.
Selain
itu,
pada
penelitian
sebelumnya hanya menggunakan 5
variabel
independen
yaitu
kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
dan
kesempatan
investasi
dan
satu
variabel
intervening
yaitu
kebijakan
dividen.
Dalam penelitian ini, peneliti
menambahkan variabel independen
yaitu
pertumbuhan
perusahaan
(Sofyaningsih dan
Hardiningsih,
2011) dan kebijakan dividen dalam
penelitian ini dijadikan variabel
independen (Rizqia et al., 2013).
Namun, variabel dependen yang
digunakan
tetap
sama
yaitu
menggunakan nilai perusahaan.
Alasan
peneliti
menambahkan
pertumbuhan
perusahaan karena pertumbuhan
perusahaan
merupakan
faktor
eksternal
yang
tidak
dapat
dikendalikan
manajemen.
Perubahan kondisi bisnis tentunya
berubah-ubah, dengan variabel ini
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
kita dapat mengetahui stabilitas
keuntungan perusahaan dan secara
tidak langsung dapat berpengaruh
terhadap
naik
turunnya
nilai
perusahaan.
Banyak
investor
cenderung menyukai perusahaan
yang memiliki pertumbuhan tinggi
karena
dianggap
nilai
perusahaannya juga tinggi dan
prospek yang bagus di masa depan.
Hal inilah yang menyebabkan
peneliti
menggunakan
variabel
pertumbuhan perusahaan.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling
(1976)
dalam
Sudiyatno
dan
Puspitasari
(2010),
menyatakan
bahwa antara pemilik perusahaan
(principal) dan manajemen (agent)
mempunyai
kepentingan
yang
berbeda
dalam
mengelola
perusahaan. Teori ini membahas
tentang
pihak
yang
memberi
wewenang (principal) dengan pihak
yang diberi wewenang (agent).
Pihak yang memberi wewenang di
sini adalah investor dan pihak yang
diberi wewenang adalah manajer
perusahaan. Setiap pihak pada
dasarnya
selalu
mementingkan
kepentingannya sendiri. Pemilik
selalu
ingin
mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya
sebagai return atas investasi yang
telah
dilakukannya.
Sedangkan
manajer juga ingin mendapatkan
kompensasi (bonus) yang sebesarbesarnya dari perusahaan sesuai
4
November 2013
dengan kinerja yang dilakukannya
(Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Signalling Theory
Dalam signaling theory yang
dikemukakan oleh Bringham dan
Houston (2006) dalam Rosy (2013),
menyatakan
bahwa
perusahaan
yang profitable memberikan sinyal
positif
bagi
investor
bahwa
perusahaan tidak mudah mengalami
kebangkrutan
yang
ditunjukkan
dengan adanya peningkatan harga
saham. Selain itu dalam signaling
theory juga dijelaskan bahwa
kenaikan dividen sering diikuti
dengan kenaikan harga saham dan
sebaliknya yang
mempengaruhi
tinggi rendahnya nilai perusahaan.
Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam
Wijaya et al. (2010), menyatakan
bahwa signaling theory merupakan
pengeluaran investasi memberikan
sinyal
positif
mengenai
pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan harga saham yang
digunakan sebagai indikator nilai
perusahaan.
Trade-off Theory
Teori ini membahas tentang
adanya hubungan antara struktur
modal dengan nilai perusahaan
terdapat satu
tingkat
leverage
(debt ratio) yang optimal. Myers
(1984)
dalam
Sudiyatno
dan
Puspitasari (2010), mengemukakan
bahwa penggunaan
kebijakan
hutang
yang
baik
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan
sampai batas leverage optimal, lalu
ISSN: 1410 -9875
manajemen
harus
mengelola
kebijakan hutang tersebut sampai
pada
batas
tertentu,
karena
sesudahnya
penggunaan
hutang
yang berlebihan akan menurunkan
nilai
perusahaan
dan
bahkan
menimbulkan biaya kebangkrutan
(bankruptcy cost) yang lebih besar.
Nilai Perusahaan
Nilai
perusahaan
dapat
dijadikan
sebagai
indikator
peningkatan
kesejahteraan
pemegang saham. Erlangga dan
Suryandari (2009) dalam Afzal dan
Rohman (2012), menyatakan nilai
perusahaan atau dapat disebut juga
nilai pasar perusahaan, yaitu harga
yang bersedia dibayar
calon
pembeli apabila perusahaan itu
ingin dijual. Perlu diketahui bahwa
nilai perusahaan tidak disebutkan
dalam neraca perusahaan, karena
perusahaan memiliki kekayaan yang
tidak dapat dilaporkan dalam
neraca seperti manajemen yang
baik, nama baik, dan proyeksi di
masa depan yang baik.
Kepemilikan Manajerial terhadap
Nilai Perusahaan
Kepemilikan
manajerial
menunjukkan seberapa besar saham
perusahaan yang dimiliki oleh
manajemen perusahaan (Rizqia et
al.,
2013).
Dalam
laporan
keuangan, kepemilikan manajerial
dapat dilihat melalui besarnya
persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh manajer. Karena hal
ini cukup penting bagi pengguna
laporan keuangan (stakeholders)
Ian Nugraha
maka harus diungkapkan dalam
laporan keuangan (Christiawan dan
Tarigan, 2007).
Hasil penelitian Rizqia et al.
(2013) menunjukkan kepemilikan
manajerial
memiliki
memiliki
pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Penelitan Rao (1995)
dalam
Rizqia
et
al.
(2013)
menyatakan bahwa agency theory
mendasari
hubungan
antara
kepemilikan manajerial dan nilai
perusahaan,
dimana
agency
problem
dapat
menghalangi
perusahaan untuk memaksimalkan
tujuan perusahaan. Penelitian ini
mendukung
pendapat
yang
dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976),
yaitu
tentang
peran manajer yang
memiliki
saham
akan
mempunyai
kepentingan yang sama dengan
pemegang
saham
lainnya.
Penelitian ini menunjukkan hasil
yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh McConnell dan
Servaes (1990), Chen dan Steiner
(1999), Chen et al. (2003), yaitu
kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
selama
persentase kepemilikan manajerial
di perusahaan tersebut berada pada
rentang 0% - < 1%.
Pada
umumnya
memang
kepemilikan
manajerial
akan
meningkatkan nilai
perusahaan.
Tetapi penelitian yang dilakukan
oleh Samisi dan Sardiana (2013),
menunjukkan
kepemilikan
manajerial dengan persentase >2% -
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
<5% mempunyai pengaruh negatif
terhadap perusahaan. Karena saat
persentase kepemilikan manajerial
sampai
rentang
>5%
akan
menurunkan nilai perusahaan. Mulai
terjadi
perbedaan
kepentingan
antara
manajemen
perusahaan
dengan pemegang saham.
Jadi
dapat disimpulkan idealnya pemilik
perusahaan
harus
membatasi
kepemilikan manajerial
sampai
batas di bawah 5%, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Dari
hasil
penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha1
Terdapat
pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap
nilai perusahaan.
Kebijakan Hutang terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut Putra (2008) dalam
Nuraina (2012), menyatakan bahwa
kebijakan perusahaan berkaitan
dengan struktur
modal
yang
optimal
bagi
perusahaan.
Meningkatnya hutang juga akan
meningkatkan aktiva, yaitu berupa
dana yang didapat dari hutang. Di
sisi
lain,
peningkatan
jumlah
hutang juga akan memperbesar
kemungkinan risiko gagal bayar
perusahaan
atau
mengalami
kebangkrutan. Kebijakan hutang
memiliki sensitivitas yang tinggi
terhadap harga saham, begitu pula
dengan nilai perusahaan. Akibat
adanya
informasi-informasi
mengenai
kebangkrutan
perusahaan, maka akan langsung
6
November 2013
direspon
oleh
publik
yang
menyebabkan
turunnya
volume
perdagangan saham dan
harga
saham
lalu
berdampak
pada
penurunan nilai perusahaan. Rizqia
et al. (2013) berpendapat bahwa
kebijakan
hutang
(financial
leverage)
adalah
kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan
pinjaman
dari
obligasi
yang
bertujuan untuk memaksimalkan
laba perusahaan, tepatnya laba per
saham (earnings per share).
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Pasternak dan
Rosenberg (2002) dalam Sudiyatno
dan
Puspitasari
(2010)
menunjukkan
bahwa
kebijakan
hutang mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan
penelitian
Siahaan
(2011)
menyatakan
bahwa
kebijakan
hutang
berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Soliha dan
Taswan
(2002),
Santika
dan
Ratnawati (2002) dalam Siahaan
(2011).
Hasil penelitian Sudiyatno
dan Puspitasari (2010) menyatakan
bahwa
kebijakan
hutang
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap nilai perusahaan. Semakin
tinggi
penggunaaan
hutang,
semakin tinggi nilai perusahaan.
Namun
demikian
ada
batas
maksimalnya, yakni ketika marginal
income
dari
present
value
penghematan pajak sama dengan
marginal
cost
dari
biaya
kebangkrutannya. Hasil penelitian
ISSN: 1410 -9875
tersebut
konsisten
dengan
penelitian Rosy (2013), hutang
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini didukung juga
oleh teori Modigliani Miller yang
menyatakan bahwa salah
satu
faktor internal perusahaan yaitu
hutang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, semakin tinggi hutang
perusahaan
maka
dapat
meningkatkan
nilai
perusahaan
dikarenakan biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi
pembayaran pajak. Dari hasil
penemuan-penemuan
tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha2 Terdapat pengaruh kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas
terhadap
Nilai
Perusahaan
Rizqia
et
al.
(2013)
menyatakan bahwa profitabilitas
adalah
sebuah
efektifitas
manajemen perusahaan yang diukur
berdasarkan
penjualan
dan
investasi. Menurut Saidi
(2004)
dalam Dewi dan Wirajaya (2013),
menyebutkan bahwa pada dasarnya
investor melakukan investasi untuk
mendapatkan
tingkat
pengembalian. Jika semakin tinggi
profit
yang
dapat
dihasilkan
perusahaan maka secara tidak
langsung akan menyebabkan return
yang didapat investor juga tinggi.
Sehingga nilai perusahaan
juga
akan meningkat di mata investor.
Sebelum melakukan investasi, calon
investor pasti akan berpikir secara
logis jika perusahaan itu saja tidak
Ian Nugraha
menghasilkan
laba
bagaimana
dengan nasib pengembalian untuk
investor, kemungkinan besar tidak
mendapatkan dividen.
Menurut
hasil
penelitian
Dewi
dan
Wirajaya
(2013)
menunjukkan
profitabilitas
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian Rizqia et al.
(2013)
yang
menyatakan
profitabilitas mempunyai pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Hubungan
antara
profitabilitas
dengan nilai perusahaan adalah
berdasarkan signaling theory, jika
perusahaan dapat menghasilkan
profit yang stabil dan besar maka
itu akan menjadi sinyal yang positif
bagi
investor.
Penelitian
ini
mendukung penelitian yang telah
dilakukan oleh Chen dan Steiner
(2000), Iturriaga dan Sanz (2001)
dalam Rizqia et al. (2013), yang
menyatakan profit yang besar
meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Moniaga (2013)
menunjukkan bahwa profitabilitas
mempengaruhi nilai perusahaan
tetapi
tidak
signifikan.
Hasil
penelitian Rosy (2013) menyatakan
bahwa
profitabilitas
tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Berbeda
dengan
penelitian Kusumajaya (2011) yang
menyatakan
bahwa
probabilitas
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan. Selain itu signaling
teory juga menyatakan bahwa
profitabiltas berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Perusahaan yang
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
profitable merupakan sinyal positif
bagi investor yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan harga
saham yang dapat meningkatkan
nilai
perusahaan.
Dari
hasil
penemuan-penemuan
tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha3
Terdapat
pengaruh
profitabilitas
terhadap
nilai
perusahaan.
Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat
dijadikan pertimbangan investor
untuk berinvestasi. Variabel ukuran
perusahaan
menunjukkan
perbedaan risiko antara perusahaan
kecil dengan perusahaan besar.
Besarnya skala suatu perusahaan
juga dapat memberikan kemudahan
dalam
mendapatkan
kredit.
Menurut Weston dan
Copeland
(1992) dalam Rizqia et al. (2013),
perusahaan yang memiliki aktiva
besar cenderung mudah untuk
melakukan akses ke pasar modal.
Dalam penelitian Jati (2009),
ukuran perusahaan adalah variabel
penduga yang digunakan beberapa
orang dalam menjelaskan variasi
pengungkapan di laporan keuangan
tahunan.
Dewi dan Wirajaya (2013)
pada penelitiannya menyatakan
bahwa ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nuraina (2012) yang
menunjukkan ukuran perusahaan
8
November 2013
mempunyai pengaruh positif dan
signifkan
terhadap
nilai
perusahaan.
Kemudahan
untuk
mengakses ke pasar modal berarti
perusahaan memiliki fleksibilitas
dan
kemampuan
untuk
mendapatkan
dana,
karena
kemudahan aksebilitas ke pasar
modal dan kemapuannya untuk
memunculkan dana lebih besar.
Adanya
kemudahan
tersebut
ditangkap oleh investor sebagai
sinyal positif dan prospek yang baik
sehingga size
bisa memberikan
pengaruh yang positif
terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian
tersebut
menunjukkan hasil yang sama
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rizqia et al. (2013) bahwa
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh yang positif
terhadap
nilai perusahaan.
Hal
ini
mendukung
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Suranta
dan
Midiastuty (2003) dalam Rizqia et
al. (2013) yang menyatakan bahwa
adanya hubungan yang positif
antara ukuran perusahaan dengan
nilai
perusahan.
Dari
hasil
penemuan-penemuan
tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha4 Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan
terhadap
nilai
perusahaan.
Kesempatan Investasi terhadap
Nilai Perusahaan
Myers (1977) dalam Rizqia et
al. (2013), berpendapat bahwa
kesempatan
investasi
adalah
ISSN: 1410 -9875
keputusan
seseorang
untuk
berinvestasi
yang
merupakan
kombinasi
antara
pilihan
penempatan aset dan untuk ke
depannya dapat menghasilkan net
present value yang positif serta
memberikan pengaruh
terhadap
nilai perusahaan tersebut. Menurut
Gaver dan Gaver (1993) dalam
Hidayat
(2010),
kesempatan
investasi
merupakan
nilai
perusahaan
yang
nilainya
ditetapkan
manajemen
sebesar
pengeluaran-pengeluaran
untuk
melakukan investasi pada saat ini
yang
diharapkan
dapat
menghasilkan
keuntungan
yang
lebih besar.
Hasil penelitian Rizqia et al.
(2013)
menunjukkan
bahwa
kesempatan investasi mempunyai
pengaruh yang positif
terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian Siahaan (2011) yang juga
menunjukkan terdapat pengaruh
positif
signifikan
antara
kesempatan investasi terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini
mengindikasikan
bahwa
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan
kesempatan
investasi perusahaan melalui proyekproyek
yang
memberikan
pertumbuhan
bagi
perusahaan
dapat
mempengaruhi
nilai
perusahaan.
Penelitian Afzal dan Rohman
(2012) sejalan dengan penelitian
Fama dan French (1998)
dalam
Afzal dan Rohman (2012), yang
menunjukkan kesempatan investasi
Ian Nugraha
berdampak positif terhadap nilai
perusahaan. Menurut Fama dan
French (1998) dalam Afzal dan
Rohman
(2012)
menyatakan
pengeluaran
modal
perusahaan
(capital
expenditure)
sangat
penting untuk meningkatkan nilai
perusahaan karena jenis investasi
tersebut
memberikan
sinyal
tentang pertumbuhan pendapatan
perusahaan yang diharapkan di
masa yang akan datang dan mampu
meningkatkan
nilai
pasar
perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha5
Terdapat
pengaruh
kesempatan investasi terhadap nilai
perusahaan.
Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut
Susanti
(2010)
dalam Rosy (2013), kebijakan
dividen adalah keputusan
dari
Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang menentukan seberapa
besar dividen
yang
dibagikan
kepada pemegang saham pada
periode tertentu. Jika dividen yang
dibayarkan lebih kecil dari pada
laba yang ditahan perusahaan,
berarti dividend payout ratio
perusahaan kecil.
Hasil penelitian Rosy (2013)
menunjukkan
kebijakan
dividen
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian
Afzal dan Rohman (2012) yang
menyatakan
kebijakan
dividen
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Sehingga
besarnya
dividen yang diberikan perusahaan
kepada
investor
tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
Berdasarkan
penelitian
Rizqia et al. (2013) menunjukkan
bahwa
kebijakan
dividen
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap nilai perusahaan. Karena
pada
kenyataannya
kenaikan
dividen
sering
diikuti
dengan
kenaikan harga saham sehingga
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Hubungan antara kebijakan dividen
dengan nilai perusahaan didasari
oleh
asymmetric
information.
Investor tidak mempunyai informasi
sebanyak yang dimiliki manajemen
perusahaan.
Sehingga
investor
hanya melihat
dari
informasi
tentang cash flows dan prospek
keuntungan perusahaan di masa
depan yang dapat meningkatkan
kebijakan
dividen
dan
nilai
perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha6 Terdapat pengaruh kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan.
Pertumbuhan
Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan
Pertumbuhan
perusahaan
adalah
ukuran
kenaikan
yang
dihitung
melalui
pertumbuhan
penjualan perusahaan dari tahun
sebelumnya ke tahun berikutnya.
Menurut
Sofyaningsih
dan
Hardiningsih (2011) pertumbuhan
10
November 2013
penjualan
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
dapat bertahan dalam kondisi
persaingan.
Pertumbuhan
penjualan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan
kenaikan
biaya akan mengakibatkan kenaikan
laba perusahaan. Jumlah laba yang
didapat perusahaan tiap tahunnya
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
survive
di
industrinya.
Hasil penelitian Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
(2011)
menyatakan
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian
Sriwardany
(2006)
dalam
Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
(2011) yang membuktikan bahwa
pertumbuhan berdampak positif
pada nilai perusahaan. Adanya
pengaruh
pertumbuhan
laba
terhadap
nilai
perusahaan
dikarenakan
penjualan
yang
mencerminkan
kinerja
dengan
catatan
tidak
diikuti
dengan
peningkatan biaya yang melebihi
tingkat pertumbuhan penjualan.
Penjualan
yang
meningkat
memberikan keyakinan terhadap
investor bahwa perusahaan akan
memberikan imbal hasil yang tinggi
apabila diikuti dengan efisiensi
operasi yang tinggi. Dari hasil
penemuan-penemuan
tersebut
maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha7
Terdapat
pengaruh
pertumbuhan perusahaan terhadap
nilai perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Ian Nugraha
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi
penelitian
ini
adalah
perusahaan
manufaktur
yang go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari
tahun 2010 –
2012.
Teknik
pemilihan
sampel
penelitian
dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu penentuan sampel
berdasarkan kriteria tertentu sesuai
yang dikehendaki oleh peneliti.
Adapun kriteria yang digunakan
dalam pemilihan sampel ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar
di Bursa
Efek
Indonesia (BEI) periode 2010
hingga tahun 2012.
2. Perusahaan
tersebut
menerbitkan laporan keuangan
tahunan yang berakhir pada
tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan menggunakan mata
uang Rupiah dalam penyajian
laporan keuangannya.
4. Perusahaan manufaktur yang
memperoleh laba.
5. Perusahaan yang melakukan
pembagian dividen.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Nilai perusahaan
adalah
nilai
suatu
perusahaan
yang
menghasilkan laba di masa depan
dan digambarkan oleh harga pasar
saham. Nilai perusahaan diukur
dengan menggunakan rasio Tobin’s
Q dalam Rizqia et al. (2013). Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio.
Cara
pengukuran
Tobin’s Q adalah dengan rumus:
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tobin’s Q = Market Value of Equity + Book Value of Equity
Book Value of Assets
Kepemilikan
manajerial
menunjukkan seberapa besar saham
perusahaan yang dimiliki oleh
manajemen
perusahaan.
Pada
penelitian
ini
pengukuran
kepemilikan
manajerial
ini
diadaptasi dari Christiawan dan
Tarigan
(2007)
dengan
tidak
melihat
berapa
persentase
kepemilikan di tiap perusahaan.
Karena sampel yang ada di
Indonesia jarang yang memiliki
kepemilikan manajerial, sehingga
untuk variabel ini menggunakan
variabel dummy.
“0” = untuk perusahaan yang tidak
memiliki kepemilikan manajerial
“1” = untuk perusahaan yang
memiliki kepemilikan manajerial
Kebijakan hutang adalah
kemampuan perusahaan
untuk
menggunakan kewajiban keuangan
yang tetap seperti obligasi, dalam
rangka memaksimalkan keuntungan
per
lembar
saham.
Variabel
kebijakan hutang diukur dengan
debt ratio. Pengukuran variabel ini
diadaptasi dari penelitian Rizqia et
al. (2013) menggunakan skala rasio,
dengan rumus sebagai berikut:
Kebijakan Hutang = Total Debt
Total Assets
yang diukur berdasarkan penjualan
dan
investasi.
Variabel
profitabilitas diukur dengan rasio
Return
on
Assets
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan untuk menggunakan
sumber daya yang ada dalam
menghasilkan profit (laba), yaitu
laba bersih dibagi total aset. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio berdasarkan persentase
ROA (Rizqia et al., 2013). ROA
dapat diukur dengan rumus:
Return on Assets = Net Income
Total Assets
Ukuran
perusahaan
menunjukkan level dari sebuah
perusahaan dalam bisnisnya. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio. Perhitungan ukuran
perusahaan
diadaptasi
dari
penelitian Rizqia et al. (2013),
yaitu sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Log
natural dari total aktiva
Kesempatan
investasi
merupakan
sebuah
keputusan
investasi yang berbentuk dalam
kombinasi penempatan aset dan
pilihan investasi yang diperkirakan
akan menguntungkan (Rizqia et al.,
2013). Variabel ini menggunakan
Profitabilitas adalah sebuah
skala rasio sesuai dengan penelitian
efektifitas manajemen perusahaan
Rizqia et al. (2013), dengan rumus:
CAPX / A = Book Value of Fixed Assets t + Book Value of Fixed Assets t-1
Total Assets
12
ISSN: 1410 -9875
Ian Nugraha
Kebijakan dividen adalah
kebijakan yang dibuat berkaitan
dengan pengalokasian net income
yang
dihasilkan
dari
aktivitas
operasi
perusahaan
untuk
didistribusikan
dalam
bentuk
dividen kepada pemegang saham
atau disimpan sebagai retained
earnings.
Pengukuran
variabel
kebijakan dividen diadaptasi dari
penelitian Rizqia et al. (2013)
dengan skala rasio. Berikut rumus
dari DPR:
DPR = Dividend per share
Earnings per share
Pertumbuhan
perusahaan
(growth) dalam penelitian diukur
Sales Growth Ratio =
Volume Penjualan t – Volume Penjualan
Volume Penjualan t-1
HASIL PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dalam
Tabel 1. Pemilihan Sampel
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dengan
pertumbuhan
penjualan
(sales growth ratio). Menurut
Weston dan Copeland (1992) dalam
Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
(2011) Sales growth ratio atau rasio
pertumbuhan
penjualan
adalah
rasio yang mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya, baik dalam industrinya
maupun dalam kegiatan ekonomi
secara
keseluruhan.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan
menggunakan
skala
rasio.
Pengukuran
variabel
ini
mengadaptasi
dari
penelitian
Sofyaningsih dan Hardingsih (2011),
dengan rumus:
t-1
pengambilan
sampel
untuk
diobservasi. Berikut ini merupakan
hasil dari proses pemilihan sampel:
Statistik Deskriptif
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012
Perusahaan yang tidak melaporkan laporan
keuangan setiap tanggal 31 Desember
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
Rupiah
Perusahaan yang tidak memperoleh laba
Perusahaan yang tidak melakukan pembagian
dividen
Sampel data yang digunakan dalam penelitian
Perusahaan
126
Data
378
(5)
(15)
(25)
(75)
(28)
(31)
(84)
(93)
37
111
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Statistik
deskriptif
untuk
mengetahui gambaran data yang
digunakan dalam penelitian ini
November 2013
dapat dilihat pada tabel 2 berikut
ini:
Tabel 2. Statistik Deskriptif
Variabel
N
Minimum
Maksimum
Mean
firm_value
manajerial
leverage
Profit
firm_size
IOS
Dividend
Growth
111
111
111
111
111
111
111
111
0,30600
0
0,0977
0,0074
25,3084
0,1005
0,0349
-0,8797
15,1807
1
0,7611
0,4172
32,9970
1,4741
1,1610
0,5301
3,2736
0,46
0,3729
0,1495
28,7919
0,6103
0,4083
0,1449
Kepemilikan Manajerial
memiliki
nilai terendah sebesar 0 dengan
data sebanyak 60 data dan nilai
tertinggi sebesar 1 dengan data
sebanyak 62 data.
Standar
deviasi
2,7535
0,501
0,1636
0,0949
1,7435
0,3125
0,2434
0,1440
Uji Normalitas Data Residual
Pengujian
ini
dilakukan
untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independen dan
variabel dependen atau keduanya
telah terdistribusi secara normal
atau tidak. Hasil uji normalitas
residual dapat dilihat pada tabel 3
berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Asymp. Sig (2-tailed)
Kesimpulan
0,262
Data berdistribusi normal
Berdasarkan tabel 3 di atas,
pengujian
normalitas
residual
menunjukkan data sudah memiliki
nilai residual yang berdistribusi
normal. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai asymp sig (2-tailed) 0,262
berada di atas 0,05.
14
Uji Asumsi Klasik
Pengujian
asumsi
klasik
dilakukan sebelum dilakukannya
pengujian
hipotesis.
Tujuan
pengujian asumsi klasik dalam
penelitian adalah untuk memenuhi
sifat dari estimasi regresi ganda
yang bersifat BLUES (Best Linier
Unbiased Estimator) yang meliputi:
ISSN: 1410 -9875
Ian Nugraha
autokorelasi,
heteroskedastisitas,
dan
multikolinearitas
(Ghozali,
2011).
Uji
multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel
bebas.
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah
terdapat ketidaksamaan varians
dari residual satu ke pengamatan
ke pengamatan yang lain.
Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah ada tidaknya
korelasi
antara
kesalahan
pengganggu
pada
periode
t
(sekarang)
dengan
kesalahan
pengganggu
t-1
(sebelumnya)
dalam suatu model regresi linear.
Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Hasil Uji Asumsi Klasik
Variabel
(Constant)
manajerial
leverage
profit
firm_size
IOS
dividend
growth
Multikolinearitas
Tolerance
VIF
0,929
0,845
0,563
0,910
0,865
0,552
0,962
1,077
1,183
1,777
1,099
1,155
1,813
1,039
Res_2
Hasil pengujian multikolinearitas
pada tabel 4 menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang, profitabilitas,
ukuran perusahaan, kesempatan
investasi, kebijakan dividen, dan
pertumbuhan perusahaan dalam
model regresi tidak terjadi masalah
multikolinearitas.
Berdasarkan
hasil
itu
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran perusahaan, kesempatan
investasi, kebijakan dividen, dan
pertumbuhan
perusahaan
tidak
mengalami
masalah
heteroskedastisitas,
sementara
He teroskedastisita s
Sig.
0,381
0,005
0,017
0,000
0,141
0,057
0,613
0,789
Autokore lasi
Sig.
0,001
variabel kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang dan profitabilitas
mengalami
masalah
heteroskedastisitas.
Dari tabel di atas res_2
sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05,
dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan terjadi
masalah autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis
ini
dengan menggunakan
analisis
regresi
berganda
(multiple
regression). Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
pengaruh
antara
kepemilikan
manajerial,
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
kesempatan investasi, kebijakan
dividen,
dan
pertumbuhan
perusahaan
terhadap
nilai
perusahaan (Ghozali, 2011).
Analisis koefisien korelasi
digunakan untuk menguji ada
tidaknya hubungan antara variabel
independen
dengan
variabel
dependen dan digunakan untuk
mengukur kuat lemahnya hubungan
antara dua variabel atau lebih.
Analisis
koefisien
determinasi
digunakan
untuk
mengetahui besarnya kemampuan
November 2013
variabel-variabel independen dalam
menjelaskan
variasi
variabel
dependen dan sisanya tidak dapat
dijelaskan, yang merupakan bagian
variansi dari variabel lain
yang
tidak termasuk di dalam model.
Uji
F
dilakukan
untuk
mengetahui apakah suatu model
regresi fit atau tidak untuk
digunakan dalam model penelitian.
Uji
t
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
adanya
pengaruh secara individual antara
variabel
independen
terhadap
variabel dependen. Hasil pengujian
hipotesis dapat dilihat pada tabel 5
berikut ini:
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis
Uji t
Variabel
Sig.
B
(Constant)
-8,685
0,000
Manajerial
0,476
0,064
Leverage
2,091
0,012
Profit
24,290
0,000
firm_size
0,205
0,006
IOS
1,451
0,001
Dividend
1,319
0,054
Growth
0,053
0,951
Model
Uji Koefisien
R = 0,892
Adj. R Square=
0,782
Nilai R sebesar 0,892 dimana
nilai R tersebut terletak diantara
0,5 – 1. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa
hubungan
antara
variabel
kepemilikan
manajerial,
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
kesempatan investasi, kebijakan
16
Uji F
Sig.= 0,000(a)
dividen,
dan
pertumbuhan
perusahaan
terhadap
nilai
perusahaan adalah kuat.
Nilai Adjusted R Square
adalah sebesar 0,782. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa variasi
variabel nilai perusahaan
yang
dapat dijelaskan oleh variabel
ISSN: 1410 -9875
kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, kesempatan investasi,
kebijakan
dividen,
dan
pertumbuhan perusahaan adalah
sebesar 78,2% dan sisanya sebesar
21,8% dijelaskan oleh
variasi
variabel
lainnya
yang
tidak
terdapat dalam model penelitian.
Nilai
signifikansi
uji
F
sebesar 0,000 dimana hasil ini lebih
kecil dari 0,05, yang berarti bahwa
model penelitian yang digunakan
adalah layak (fit) untuk pengujian
data.
Berdasarkan tabel 3 di atas
persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut:
Y =
-8,685 + 0,476 manajerial +
2,091 leverage +
24,290
profit + 0,205 firm_size +
1,451 IOS + 1,319 dividend +
0,053 growth + e
Dari
persamaan
regresi
berganda tersebut, apabila variabel
kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, kesempatan investasi,
kebijakan
dividen,
dan
pertumbuhan perusahaan bernilai
nol, maka variabel nilai perusahaan
akan memiliki nilai sebesar -8,685.
Variabel kepemilikan manajerial
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,064 lebih besar dari 0,05. Hal ini
berarti
variabel
kepemilikan
manajerial (Ha1) tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel nilai
perusahaan, karena perusahaan di
Indonesia
masih
jarang
yang
memiliki kepemilikan manajerial.
Ian Nugraha
Variabel kebijakan hutang
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,012 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti variabel kebijakan hutang
(Ha2) memiliki pengaruh positif
terhadap variabel nilai perusahaan.
Manajemen dapat mengoptimalkan
penggunaan
hutang
untuk
meningkatkan nilai
perusahaan,
karena penggunaan
kebijakan
hutang
yang
baik
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan
sampai batas leverage optimal, lalu
manajemen
harus
mengelola
kebijakan hutang tersebut sampai
pada batas tertentu.
Variabel
profitabilitas
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti variabel profitabilitas (Ha3)
memiliki pengaruh positif terhadap
variabel
nilai
perusahaan.
Perusahaan yang
menghasilkan
profit terus-menerus tentu nilai
perusahaannya akan meningkat,
karena semakin tinggi profit yang
dapat dihasilkan perusahaan maka
secara
tidak
langsung
akan
menyebabkan return yang didapat
investor juga tinggi
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,006 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti variabel ukuran perusahaan
(Ha4) memiliki pengaruh positif
terhadap variabel nilai perusahaan.
Besarnya skala suatu perusahaan
juga dapat memberikan kemudahan
dalam
mendapatkan
kredit.
Perusahaan yang memiliki aktiva
besar cenderung mudah untuk
melakukan akses ke pasar modal.
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Adanya
kemudahan
tersebut
ditangkap oleh investor sebagai
sinyal positif dan prospek yang baik
sehingga size bisa memberikan
pengaruh yang positif
terhadap
nilai perusahaan.
Variabel
kesempatan
investasi memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti variabel kesempatan
investasi (Ha5) memiliki pengaruh
positif terhadap variabel nilai
perusahaan. Pengeluaran modal
perusahaan (capital expenditure)
sangat penting untuk meningkatkan
nilai perusahaan karena jenis
investasi tersebut
memberikan
sinyal
tentang
pertumbuhan
pendapatan
perusahaan
yang
diharapkan di masa yang akan
datang dan mampu meningkatkan
nilai pasar perusahaan.
Variabel kebijakan dividen
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,054 lebih besar dari 0,05. Hal ini
berarti variabel kebijakan dividen
(Ha6) tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel nilai perusahaan,
karena
tidak
semua
investor
mengharapkan dividen. Teori tax
preference
menyatakan
bahwa
semakin tinggi dividend payout
ratio suatu perusahaan, maka nilai
perusahaan tersebut akan semakin
rendah. Hal ini dikarenakan dividen
dikenakan pajak, sehingga banyak
investor
tidak
menghendaki
pembayaran dividen yang tinggi.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,951 lebih
besar dari 0,05. Hal ini berarti
18
November 2013
variabel pertumbuhan perusahaan
(Ha7) tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel nilai perusahaan.
Tidak semua investor mempunyai
anggapan bahwa perusahaan yang
tumbuh itu nilai perusahaan yang
tinggi,
karena
pertumbuhan
perusahaan yang terkendali dapat
dicerminkan sebagai
manajemen
laba dari perusahaan tersebut dan
dapat
dimanipulasi
oleh
manajemen.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, maka dapat disimpulkan
bahwa
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
dan
kesempatan
investasi
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan. Sedangkan variabel
kepemilikan manajerial, kebijakan
dividen,
dan
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Keterbatasan penelitian ini
adalah periode penelitian yang
terbatas dengan jangka waktu 3
tahun, yaitu dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2012 yang
tidak dapat
mewakili
secara
spesifik keadaan yang terjadi.
Penelitian ini hanya menggunakan 7
variabel
independen,
yaitu
kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, kesempatan investasi,
kebijakan dividen, pertumbuhan
perusahaan. Terdapat 3 variabel
yang terdapat heterokedastisitas,
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kebijakan
hutang,
dan
ISSN: 1410 -9875
profitabilitas. Model regresi juga
terjadi masalah autokorelasi.
Rekomendasi
yang
dapat
diajukan
oleh
peneliti
untuk
memperbaiki keterbatasan dalam
penelitian ini adalah penelitian
selanjutnya hendaknya menambah
jumlah sampel perusahaan yang
akan dijadikan obyek penelitian.
Agar memperoleh hasil penelitian
yang lebih
baik,
peneliti
selanjutnya
dapat
menambah
periode
pengambilan
sampel,
memperluas jenis perusahaan agar
Ian Nugraha
dapat
meminimalisir
terjadinya
masalah autokorelasi. Penambahan
variabel independen lainnya yang
tidak digunakan dalam penelitian
ini
seperti
variabel
umur
perusahaan,
kepemilikan
institusional, likuiditas, struktur
modal, dan kinerja perusahaan.
Untuk mengatasi heterokedastisitas
dapat melakukan transformasi data
penelitian
pada
sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian
selanjutnya.
REFERENSI
Afzal, Arie dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan.
Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, 2012.
Christiawan, Yulius Yogi, dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial:
Kebijakan Hutang, Kinerja, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 1-8.
Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Ary Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal,
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. 4.2, Hlmn. 358 – 372.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hidayat, Riskin. 2010. Keputusan Investasi dan Financial Constraints: Studi
Empiris pada Bursa Efek Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. April 2010.
Jati, Framudyo. 2009. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Moniaga, Fernandes. 2013. Struktur Modal, Profitablitas dan Struktur Biaya
terhadap Nilai Perusahaan Industri Keramik, Porcelen dan Kaca Periode
2007 – 2011. Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 4, Desember 2013, Hlmn. 433 –
442.
Nuraina, Elva. 2012. Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE). Vol. 19, No. 2, September 2012, Hlmn. 110 – 125.
Rizqia, Dwita Ayu, Siti Aisjah, dan Sumiati. 2013. Effect of Managerial
Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment
Opportunity on Dividend Policy and Firm Value. Research Journal of
Finance and Accounting. Vol. 4, No. 11, 2013.
Rosy, M. Theresia T.W. 2013. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen. Vol. 2, No.
2, 2013.
Samisi, Komang dan Putu Agus Ardiana. 2013. Pengaruh Struktur Pendanaan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 5.2, Hlmn.
451 – 469.
Siahaan, Fadjar OP. 2011. Pengaruh Kebijakan Hutang dan Investasi terhadap
Nilai Perusahaan. El-Muhasaba. Vol. 2, No. 2, Juli 2011.
Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Nilai Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan. Vol. 3, No. 1, Mei 2011, Hlmn. 68 – 87.
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan
sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia). Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2, No.
1, Mei 2010, Hlmn. 1 – 22.
Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi, dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010. Vol.
13, 2010.
20
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 21-40
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN BANK, GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, DAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN
NURHAIYANI dan MARIA MAGDALENA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study was to obtain empirical evidence of
liquidity ratio, eficiency ratio, capital ratio, third-party funds (DPK), good
corporate governance (GCG), and intellectual capital (IC) to banking financial
performance. The population used in this research are pooled time series
cross section data for four consecutive years from 2008 to 2011. This research
used sample from 23 companies in the banking sector at the Indonesian Stock
Exchange. The method of sample selection in this research using purposive
sampling method. The multiple regression method was used to analyze the
hypotheses.The results of this research shows that liquidity ratio and
eficiency ratio have influence to banking financial performance. In the other
hand, capital ratio, third-party funds (DPK), good corporate governance
(GCG), and intellectual capital (IC) don’t have influence to banking financial
performance.
Keywords: Financial banking performance, liquidity ratio, eficiency ratio,
capital ratio, thirds-party funds (DPK),
good
corporate
governance (GCG), intellectual capital (IC).
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris
dari rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio modal, dana pihak ketiga (DPK),
tata kelola perusahaan yang baik (GCG), dan modal intelektual (IC) terhadap
kinerja keuangan perbankan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
dikumpulkan secara time series dan data cross section selama empat tahun
berturut-turut dari tahun 2008 sampai 2011. Penelitian ini menggunakan
sampel dari 23 perusahaan di sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode
purposive sampling. Metode regresi berganda digunakan untuk menganalisis
hasil hipotesis. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas dan rasio
efisiensi memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Di sisi
lain, rasio modal, dana pihak ketiga (DPK), tata kelola perusahaan yang baik
(GCG), dan modal intelektual (IC) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan perbankan.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Kata kunci: Kinerja keuangan perbankan, rasio likuiditas, rasio efisiensi,
rasio modal, dana pertiga pihak (DPK), tata kelola perusahaan
yang baik (GCG), modal intelektual (IC).
PENDAHULUAN
Sistem
keuangan
pada
dasarnya
merupakan
bagian
integral dari sistem perekonomian.
Pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian suatu negara tidak
terlepas dari pembangunan sistem
keuangan
yang
baik.
Bank
merupakan salah satu lembaga
keuangan yang memiliki peran
penting dalam rangka pembangunan
sistem keuangan (Siamat 2005).
Oleh
karena
itu,
pemerintah
memberi perhatian khusus untuk
selalu memantau dan mengevaluasi
kinerja keuangan perbankan di
Indonesia.
Kinerja keuangan merupakan
salah satu faktor yang menunjukkan
efektifitas dan efisiensi suatu
organisasi
untuk
mencapai
tujuannya (Farida et al. 2010).
Efektifitas dari pengertian di atas
dapat
diartikan
bagaimana
organisasi mencapai tujuan dengan
menggunakan sumber daya yang
ada,
sedangkan
efisiensi
mencerminkan
pendapatan
maksimal yang diperoleh dari
pengeluaran sumber daya dalam
jumlah tertentu yang
dilakukan
oleh perusahaan.
Pada perusahaan perbankan,
sebagian
besar
sumber
daya
diperoleh dari masyarakat dalam
bentuk
tabungan,
giro,
dan
deposito
yang
nantinya
akan
disalurkan
kembali
kepada
masyarakat dalam bentuk kredit.
Mekanisme
kinerja
bank
ini
sekaligus
menunjukkan
peranan
bank sebagai lembaga intermediasi
(Yuliani
2007).
Dengan
22
memaksimalkan fungsi intermediasi
bank,
stabilitas
moneter
di
Indonesia
diharapkan
dapat
terpelihara dengan baik.
Proses
pembentukan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
yang direncanakan akan resmi
berdiri
pada
tahun
2015
mendatang, merupakan isu global
yang
mempengaruhi
sektor
perbankan. Salah satu bagian
terpenting adalah program integrasi
perbankan se-ASEAN. Implementasi
dari program ini mengindikasikan
adanya kebebasan mengoperasikan
bisnis perbankan di negara-negara
ASEAN.
Kondisi
perbankan
ini
mengisyaratkan
bahwa
industri
perbankan di Indonesia perlu untuk
memperbaiki dan meningkatkan
daya saing. Beberapa tantangan
disebutkan oleh Bank Indonesia
dalam
Laporan
Perekonomian
Tahun 2010 yaitu peran perbankan
dalam
pembiayaan
kegiatan
ekonomi di Indonesia masih relatif
terbatas di tengah kondisi ekses
likuiditas. Selain itu, daya saing
perbankan domestik dari segi
efisiensi, permodalan, dan aset
masih
relatif
lebih
rendah
dibandingkan dengan negara-negara
lain di kawasan ASEAN.
Bank
Indonesia
dalam
menyikapi
isu
global
ini,
mengarahkan
kebijakan
untuk
memperkuat
ketahanan
sistem
perbankan nasional dan mendorong
peran
intermediasi
perbankan
dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan ketahanan
sistem perbankan ditempuh melalui
peningkatan
kompetensi
ISSN: 1410 -9875
pengelolaan bank dan pemantapan
sistem pengawasan bank.
Salah
satu
cara
untuk
menentukan baik atau tidaknya
pengelolaan suatu bank dapat
terlihat dari kinerja bank tersebut.
Farida et al. (2010) mengatakan
bahwa
laba
(profitabilitas)
merupakan indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan. Salah satu
ukuran
profitabilitas
yang
digunakan pada industri perbankan
adalah Return on Assets (ROA),
sebagaimana dituliskan oleh Siamat
(2005).
Penilaian kesehatan bank
merupakan upaya untuk melakukan
pemantapan sistem pengawasan
bank. Sesuai dengan peraturan
Bank
Indonesia
nomor
13/I/PBI/2011 secara umum tingkat
kesehatan bank diartikan sebagai
hasil penilaian kondisi bank yang
dilakukan terhadap risiko dan
kinerja bank. Peraturan tersebut
menggolongkan faktor penilaian
menjadi empat faktor yaitu:
1)
profil risiko atau risk profil; 2) good
corporate governance (GCG); 3)
rentabilitas atau earnings; dan 4)
permodalan atau capital.
Risiko
likuiditas
yang
dicerminkan oleh Loan to Deposit
Ratio (LDR) merupakan bagian dari
profil risiko yang dinilai. Sedangkan
rasio BOPO (Biaya Operasional
terhadap
Beban
Operasional)
merupakan ukuran bagi efisiensi
perbankan yang nantinya juga
berdampak pada kinerja keuangan
perbankan.
Rasio
permodalan
merupakan faktor penting yang
harus dimiliki perusahaan dalam
rangka mengembangkan usahanya.
Capital Adequancy Ratio (CAR)
adalah rasio
untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
bank dalam menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan
risiko,
misalnya
kredit
yang
diberikan (Sudiyatno dan Suroso
2010).
Dana Pihak Ketiga (DPK)
merupakan sumber daya keuangan
utama bank dalam menjalankan
aktivitas
operasionalnya
yang
dihimpun dari masyarakat. Dana ini
memberikan
kemudahan
bank
dalam
meningkatkan
kinerja
keuangannya dengan menciptakan
penambahan profitabilitas. Good
Corporate
Governance
(GCG)
merujuk pada perwujudan tata
kelola perusahaan yang baik (Farida
et
al.
2010).
Penerapan
pertanggungjawaban
dari
manajemen
terhadap
para
pemegang saham, akan mendorong
manajemen untuk selalu berupaya
memaksimalkan
kinerja
perusahaan.
Modal
Intelektual
(Intellectual Capital)
dipandang
oleh Wiradinata dan Siregar (2011)
sebagai sumber daya yang strategis
bagi perusahaan untuk memperoleh
keunggulan kompetitif. Begitupula
halnya dengan lembaga keuangan
seperti
perbankan.
Lembaga
keuangan berbentuk bank tergolong
sebagai perusahaan jasa yang
mengindikasikan
peran
manusia
yang sangat vital, terutama dari sisi
pelayanan (Iswati 2007). Pelanggan
yang
puas
akan
senantiasa
menggunakan jasa bank tersebut
karena kinerja bank
dirasakan
cukup baik.
Penelitian ini merupakan
pengembangan
dari
penelitian
Sudiyatno
dan
Suroso
(2010).
Adapun perbedaan penelitian ini
dengan
penelitian
sebelumnya
terletak pada (1) objek penelitian,
yaitu perusahaan perbankan yang
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
sahamnya terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2011; (2)
penambahan variabel independen,
yaitu good corporate governance
dan intellectual capital.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut:
pertama, pendahuluan berisikan
latar
belakang
dan
alasan
penelitian
serta
organisasi
penulisan. Kedua, rerangka teoritis
yang menjelaskan teori dan hasil
penelitian terdahulu sebagai dasar
dalam pengembangan hipotesis.
Ketiga, metoda penelitian memuat
langkah
dalam
melakukan
penelitian meliputi pengumpulan
data, pemilihan sampel, definisi
operasional,
dan
pengukuran
variabel. Keempat hasil penelitian
yang
menjelaskan
hasil
dan
pembahasan pengujian hipotesis.
Terakhir,
penutup
berisikan
simpulan,
implikasi
dan
keterbatasan dari penelitian.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja Keuangan
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia mendefiniskan kinerja
(performance) adalah sesuatu yang
dicapai
atau
prestasi
yang
diperlihatkan (Merkusiwati 2007).
Sedangkan Farida et al. (2010)
beranggapan
bahwa
kinerja
keuangan sebagai salah satu faktor
yang menunjukkan efektifitas dan
efisiensi suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuannya. Jadi
kinerja
keuangan
adalah
kemampuan
kerja
manajemen
keuangan dalam mencapai prestasi
kinerjanya.
24
November 2013
Penilaian kinerja perusahaan
didefinisikan sebagai pengukuran
periodik kemajuan yang terkait
dengan tujuan jangka panjang dan
jangka
pendek
perusahaan,
didukung dengan laporan yang
dijadikan
pertimbangan
pengambilan
keputusan,
dalam
upaya
meningkatkan
nilai
perusahaan (Krissanti dan Atahau
2010). Kemajuan tersebut juga
dapat terlihat dari kenaikan nilai
perusahaan yang dihasilkan oleh
pengolahan sumber daya yang
dilakukan manajemen perusahaan.
Sebagaimana
dinyatakan
oleh
Hapsoro
(2008)
bahwa
nilai
perusahaan
pada
dasarnya
merupakan cerminan
tentang
ukuran kinerja manajemen.
Pemerintah melalui otoritas
yang
diberikan
kepada
Bank
Indonesia senantiasa memantau dan
mengevaluasi
kinerja
sektor
perbankan. Hal tersebut tercermin
dengan adanya penilaian kesehatan
bank secara berkala sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia nomor
13/I/PBI/2011.
Bank
Indonesia
melakukan penilaian
terhadap
risiko dan kinerja bank lainnya di
Indonesia.
Adapun faktor-faktor
yang termasuk dalam penilaiannya
yaitu: 1) profil risiko (risk profile);
2) good corporate governance; 3)
rentabilitas atau earnings; dan 4)
permodalan atau capital.
Kinerja keuangan perbankan
dapat diukur dari pendekatan
profitabilitas
yang
dihasilkan.
Untuk mengukur profitabilitas pada
industri
perbankan
umumnya
menggunakan Return on Equity
(ROE) dan Return on Assets (ROA).
ROE hanya dapat mengukur return
yang diperoleh
dari
investasi
pemilik perusahaan, sedangkan ROA
difokuskan
pada
kemampuan
ISSN: 1410 -9875
perusahaan
untuk
memperoleh
earning dalam operasinya dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya (Siamat 2005).
Rasio Likuiditas
dan Kinerja
Keuangan
Likuiditas dalam perusahaan
perbankan bisa dianggap sebagai
kemampuan
bank
menyalurkan
dananya dalam rangka memenuhi
kewajibannya
(Siamat
2005).
Prediksi kapan suatu bank harus
melakukan pemenuhan kewajiban
ini
sangat
penting
dalam
memelihara likuiditas.
Teori yang dapat dikaitkan
dengan mekanisme pemeliharaan
likuiditas bank yaitu productive
theory of credit (commercial loan
theory).
Konsep
teori
ini
dikemukakan Sudiyatno dan Suroso
(2010)
bahwa
bank
bisa
memfokuskan pada sisi aset dari
suatu neraca. Teori ini menekankan
bahwa
likuiditas
bank
akan
terjamin apabila aktiva produktif
(earning assets) disusun dari kredit
jangka
pendek
yang
mudah
dicairkan selama bisnis dalam
kondisi normal. Selain itu, teori ini
menyatakan secara spesifik bahwa
bank hanya akan
memberikan
kredit
jangka
pendek
dengan
prediksi sangat mudah dicairkan
atau likuid, sehingga pembayaran
kembali (angsuran) atas kredit
tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber likuiditas.
Salah satu rasio likuiditas
yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR).
LDR merupakan suatu rasio yang
mengukur likuiditas suatu
bank.
LDR yang tinggi mencerminkan
semakin besarnya kredit yang
disalurkan oleh bank tersebut,
sehingga laba yang didapatkan dari
spread antara bunga simpanan dan
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
kredit akan semakin besar. Dengan
meningkatnya laba bank, maka
kinerja
bank akan
meningkat
(Sudiyatno dan Suroso 2010).
Merkusiwati (2007) dalam
penelitiannya dari 17 bank di
Indonesia,
menghasilkan
kesimpulan rasio likuiditas (LDR)
pada tahun 1997-2000 bersamasama dengan rasio CAMEL lainnya
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan yang diproksikan
dengan Return on Assets
(ROA)
tahun 1998-2000. Selain itu, LDR
bersama-sama dengan rasio CAMEL
lainnya pada tahun 1999 memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja keuangan (ROA) tahun 2000.
Hal tersebut didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sudiyatno dan Suroso (2010) yang
menunjukkan
adanya
pengaruh
positif LDR sebagai proksi dari rasio
likuiditas terhadap kinerja bank
(ROA). Namun, pengaruh tersebut
tidak
signifikan,
yang
berarti
pengaruh LDR terhadap kinerja
bank (ROA) sangat kecil sehingga
secara statistik tidak signifikan
pada level signifikansi kurang dari
5%.
Bertolak belakang dengan
kedua penelitian
sebelumnya,
Yuliani (2007) mendapatkan hasil
dari uji parsialnya bahwa LDR tidak
berpengaruh terhadap ROA. Artinya
tingkat likuiditas suatu bank tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat
kinerja
keuangan.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ha1 Rasio likuiditas berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perbankan.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Rasio
Efisiensi
dan
Kinerja
Keuangan
Efisensi
mengarah
pada
pendapatan
atau
keuntungan
maksimal
yang
diperoleh
perusahaan dengan mengeluarkan
sumber daya dan cost dalam jumlah
tertentu atau seminimal mungkin.
Rasio yang menunjukkan efisiensi
suatu bank salah satunya adalah
BOPO, yaitu Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional
(Sudiyatno dan Suroso 2010).
Yuliani (2007) berpendapat
bahwa BOPO digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan
operasional. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara dalam
menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat, maka biaya
dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya dan hasil
bunga (Sudiyatno dan Suroso 2010).
Pengendalian harus
diupayakan
agar biaya bunga lebih rendah dari
hasil bunga yang diperoleh.
BOPO yang semakin rendah
berarti
semakin
efisien
biaya
operasional yang dikeluarkan oleh
bank yang bersangkutan, sehingga
kemungkinan suatu bank dalam
keadaan bermasalah semakin kecil
(Almilia dan Herdinigtyas 2005). Hal
ini menunjukkan bahwa seiring
dengan
menaikkan
nilai
perusahaan, manajemen melakukan
kinerja keuangan yang efektif.
Dengan menggunakan data
dari 25 bank yang listed di JSX,
Yuliani
(2007)
menghasilkan
penelitian bahwa BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
ROA sebagai proksi dari kinerja
profitabilitas
sektor
perbankan
yang
go public di Bursa Efek
26
November 2013
Jakarta (BEJ). Hal tersebut lebih
diperjelas dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sudiyatno dan
Suroso (2010) yaitu Biaya Operasi
(BOPO) berpengaruh negatif dan
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan bank (ROA). Artinya
semakin kecil
biaya
yang
dikeluarkan oleh
bank,
maka
kinerja
perusahaan
perbankan
tersebut dinilai lebih baik atau juga
semakin meningkat, demikian pula
sebaliknya.
Penelitian
yang
dilakuan
Kuncoro dan Suharjono
(2002)
dalam Sudiyatno dan Suroso (2010)
menghasilkan
kesimpulan
sebaliknya dari kedua penelitian di
atas. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan
bahwa
BOPO
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja bank (ROA).
Berarti upaya penekanan biaya
operasi (BOPO) yang dilakukan
manajemen
dalam
rangka
menaikkan kinerja keuangan tidak
didukung
oleh
penelitian
ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha2 Rasio efisiensi berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perbankan.
Rasio Permodalan dan Kinerja
Keuangan
Modal
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
rangka
pengembangan usaha dan untuk
menampung
risiko
kerugiannya.
Modal berfungsi untuk membiayai
operasi, sebagai instrumen untuk
mengantisipasi risiko, dan sebagai
alat ekspansi usaha (Merkusiwati
2007). Modal besar yang dimiliki
suatu
perusahaan
juga
dapat
dijadikan
sebagi
keunggulan
kompetitif
dalam
persaingan,
ISSN: 1410 -9875
dimana
kesempatan
untuk
menguasai pasar terbuka lebar.
Standar
kecukupan
modal
diperlukan agar dapat menjamin
keunikan pelayanan bank dan
melindungi bank dari kegagalan
(risiko). Selain itu, modal bank
merupakan salah satu faktor yang
menjamin keberlanjutan suatu bank
(Sudiyatno dan Suroso 2010).
Salah satu rasio permodalan
adalah Capital Adequancy Ratio
(CAR) yang sering juga disebut
sebagai rasio kecukupan
modal.
CAR memperlihatkan
seberapa
besar jumlah seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan,
surat
berharga,
tagihan pada bank lain) yang ikut
dibiayai dari modal sendiri di
samping memperoleh
dana-dana
dari sumber-sumber di luar bank
(Yuliani 2007).
Semakin tingginya rasio CAR,
berarti semakin besar modal bank
yang
dapat
digunakan
untuk
menghadapi
risiko
bank.
Hal
tersebut secara tidak langsung
melindungi dana nasabah terhadap
risiko,
sehingga
menambah
kepercayaan nasabah yang pada
akhirnya dapat menaikkan kinerja
bank (Werdaningtyas 2002 dalam
Sudiyatno dan Suroso 2010).
Berkaitan dengan penelitian
pengaruh CAR sebagai proksi rasio
permodalan
terhadap
kinerja
keuangan (ROA) yang dilakukan
Sudiyatno
dan
Suroso
(2010),
memberikan hasil bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori likuiditas dan logika operasi
bank. Hal ini mendukung upaya
manajemen
dengan
menambah
jumlah dana melalui setoran modal
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
dari pemilik dapat meningkatkan
kinerja keuangan bank.
Penelitian di atas juga
didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuliani (2007) yang
menyimpulkan
bahwa
CAR
berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Namun penelitian ini tidak
didukung oleh hasil penelitian
Merkusiwati
(2007)
yang
menyatakan bahwa CAR bersamasama dengan dengan rasio CAMEL
lainnya pada tahun 2000 tidak
berpengaruh terhadap Return on
Asset
(ROA)
tahun
2001.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha3
Rasio
permodalan
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan.
Dana Pihak Ketiga dan Kinerja
Keuangan
Dana pihak ketiga adalah
pangsa pasar yang mampu dihimpun
oleh masing-masing bank secara
individu
(Yuliani
2007).
Dana
masyarakat yang dihimpun oleh
bank
dapat
terwujud
dalam
berbagai bentuk. Contohnya dalam
bentuk
giro,
tabungan,
dan
deposito jangka pendek maupun
jangka panjang.
Untuk memaksimalkan proses
penghimpunan dana, suatu bank
harus melakukan pemasaran dan
membina hubungan yang baik
dengan masyarakat. Hal tersebut
dilakukan agar nasabah dapat
mempercayakan
dananya
untuk
dititipkan kepada bank tersebut.
Dana pihak ketiga yang mampu
dihimpun oleh bank
digunakan
dalam penyaluran kredit kepada
masyarakat.
Besarnya DPK yang mampu
dihimpun oleh suatu bank dapat
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
membuka
kesempatan
yang
semakin luas untuk menghasilkan
laba. Keuntungan tersebut didapat
dari spread bunga penghimpunan
dan penyaluran kredit kepada pihak
yang membutuhkan (Siamat 2005).
Dengan tambahan keuntungan ini,
tentunya
profitabilitas
yang
menunjukkan tingkat kinerja suatu
bank pun akan meningkat.
DPK yang dalam penelitian
Yuliani (2007) dinamakan juga
dengan MSDN dinyatakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Artinya semakin banyaknya
dana yang dapat dihimpun bank
dari
masyarakat, tidak
dapat
memberikan pengaruh yang berarti
terhadap efektifitas kinerja bank.
Berkebalikan
dengan
penelitian
tersebut,
DPK
berpengaruh positif dan signifikan
dinyatakan
dari
penelitian
Sudiyatno
dan
Suroso
(2010).
Artinya dengan meningkatkan dana
pihak
ketiga
(DPK)
melalui
peningkatan kepercayaan kepada
nasabah agar menyimpan dana di
bank, mampu meningkatkan kinerja
keuangan yang dihasilkan oleh bank
(Sudiyatno
dan
Suroso
2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha4 Dana Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan.
Good Corporate Governance dan
Kinerja Keuangan
Forum untuk tata kelola
perusahaan di Indonesia (FFCGI)
mendefiniskan
corporate
governance sebagai seperangkat
aturan untuk mengatur hubungan
antara
pemegang
saham,
management
(manajer),
perusahaan, kreditur, pemerintah,
28
November 2013
karyawan,
dan
pemangku
kepentingan internal atau eksternal
lainnya mengenai hak khusus dan
kewajiban mereka (Krissanti dan
Atahau 2009). Dari pengertian di
atas terlihat bahwa penerapan
corporate governance dalam suatu
perusahaan
terbentuk
dengan
adanya hubungan yang kompleks di
antara
seluruh
elemen
yang
berperan di perusahaan. Hubungan
tersebut terbentuk sebagai akibat
dari
pertanggungjawaban
atas
kewajiban yang dimiliki
oleh
manajer
selaku
pengelola
perusahaan
dalam
rangka
memenuhi hak dari stake holders
(pihak-pihak yang berkepentingan)
perusahaan.
Teori yang terkait dengan
penerapan corporate governance di
antaranya adalah agency theory
dan
stewardship
theory.
Permasalahan
corporate
governance seringkali disebabkan
oleh pemisahan antara kepemilikan
yang dipegang oleh principal dan
pengendalian
atau
pengelolaan
perusahaan yang dilakukan oleh
manajer sebagai agent (Hapsoro
2008). Pemisahan itu menyebabkan
adanya
perbedaan
kepentingan
diantara kedua pihak yang menjadi
dasar
dari
agency
theory,
sebagaimana dijelaskan oleh Leni
dan Rasyid (2010) bahwa agency
theory
timbul
karena
adanya
perbedaan
kepentingan
antara
stakeholder yang disebut sebagai
principal dengan manager yang
disebut sebagai agent. Hal ini
bertentangan dengan stewardship
theory yang memiliki pandangan
bahwa seorang manajer bekerja
untuk
melayani
kebaikan
organisasi. Oleh karena itu, kedua
teori tersebut memberi prediksi
yang saling bertolak belakang
ISSN: 1410 -9875
tentang hubungan antara corporate
governance
dengan
kinerja
keuangan (Hapsoro 2008).
Penerapan
prinsip
good
corporate
governance
mensyaratkan
adanya
pertanggungjawaban
manajemen
terhadap
pengelolaan
dana
pemegang saham (Sugiarto 2006).
Hal ini akan mendorong manajemen
untuk
berupaya
mengelola
perusahaan
dengan
efisien,
sehingga
menghasilkan
kinerja
keuangan yang baik dan berdampak
pula
pada
peningkatan
nilai
perusahaan.
Good
Corporate
Governance
diproksikan
dengan
Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi
Dewan
Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Institusi,
dan
Kepemilikan Manajerial.
Telah
banyak
penelitian
sebelumnya yang melakukan study
mengenai
pengaruh
penerapan
corporate
governance
terhadap
kinerja
keuangan.
Contohnya
penelitian yang dilakukan
oleh
Farida
et
al.
(2010)
yang
mendapatkan hasil bahwa ukuran
dewan
komisaris,
komposisi
komisaris independen, kepemilikan
institusional,
dan
kepemlikan
manajerial sebagai proksi good
corporate
governance
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan yang dimediasi oleh
earnings
management
dalam
perusahaan perbankan di Indonesia.
Hasil yang sama diperoleh Sugiarto
(2006) dimana penelitiannya belum
mampu menunjukkan signifikansi
pengaruh
penerapan
corporate
governance pada kinerja peusahaan
dengan pendekatan ROA maupun
ROE.
Analisis secara simultan yang
dilakukan dengan uji F oleh Leni
dan Rasyid (2010) menunjukkan
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
bahwa pada tahun 2005 dan 2006,
secara
bersama-sama
kedua
variabel
independen
(komisaris
independen
dan
kepemilikan
manajerial)
tidak
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
semua rasio CAMEL (yang di
dalamnya termasuk ROA). Artinya
penerapan corporate governance
secara
keseluruhan
tidak
mempengaruhi kinerja perusahaan
perbankan.
Bertentangan
dengan
beberapa
penelitian
di
atas,
penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Krissanti dan Atahau (2010)
melalui
regresi
analisis
yang
dilakukannya
memberikan
hasil
bahwa terdapat pengaruh positif
penerapan corporate governance
terhadap kinerja operasi
pada
sektor perbankan yang diproksikan
menggunakan
ROE.
Begitupula
penelitian
Hapsoro
(2008)
mendapatkan hasil bahwa good
corporate
governance
melalui
proksi ukuran dewan komisaris dan
komposisi
dewan
komisaris
independen berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Hal
tersebut berarti semakin baik tata
kelola perusahaan, maka semakin
baik pula kinerja keuangan yang
dihasilkan oleh manajemen yang
tercemin dari pencapaian return
yang tinggi.
Ukuran Dewan Komisaris dan
Kinerja Keuangan
Dewan
komisaris
adalah
dewan
yang
bertugas
untuk
melakukan
pengawasan
dan
memberikan
nasihat
kepada
direktur. Semakin banyaknya dewan
komisaris yang berperan dalam
pengawasan terhadap pengelolaan
yang dilakukan oleh manajemen
diharapkan dapat meningkatkan
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
kinerja keuangan yang dihasilkan
oleh bank. Berdasarkan uraian
tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
Ha5a Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan.
Komposisi
Dewan
Komisaris
Independen dan Kinerja Keuangan
Dewan Komisaris Independen
yaitu anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan.
Diharapkan
komposisi
dewan
komisaris independen yang besar
dapat
mempengaruhi
kenaikan
kinerja bank yang dicerminkan dari
peningkatan laba yang dihasilkan
oleh
manajemen.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ha5b Komposisi dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perbankan.
Kepemilikan
Institusional
dan
Kinerja Keuangan
Kepemilikan
institusional,
dijabarkan oleh Beiner et al. (2003)
dalam Farida et al. (2010) sebagai
persentase hak suara yang dimiliki
institusi.
Investor
institusional
dianggap sophisticated investors
yang tidak mudah ”dibodohi” oleh
tindakan manajer (Midiastuty dan
Machfoedz 2003 dalam Guna dan
Herawaty
2010).
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ha5c
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan.
Kepemilikan
Manajerial
dan
Kinerja Keuangan
Kepemilikan
Manajerial
dijelaskan Gideon (2005) dalam
Farida et al. (2010) sebagai jumlah
30
November 2013
kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal
saham
perusahaan.
Darmawati
(2003) dalam Guna dan Herawaty
(2010)
menyebutkan
bahwa
Investor
institusional
dan
manajemen memiliki insentif yang
kuat untuk mendapatkan informasi
pra-pengungkapan
(predisclosure
information) mengenai perusahaan
untuk memenuhi tanggung jawab
fidusiarinya
serta
untuk
meningkatkan kinerja portofolio
mereka.
Berdasarkan
uraian
tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
Ha5d
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan.
Intellectual Capital dan Kinerja
Keuangan
Sampai sekarang belum ada
definisi intellectual capital yang
diterima
secara
umum
atau
universal.
Namun
demikian
sebagian
besar
definisi
mengungkapkan hal yang mirip,
yaitu intellectual capital dianggap
sebagai sumber penciptaan nilai
jangka
panjang
perusahaan
(Anggraita 2008).
Anggraita
(2008)
juga
mengklasifikasikan
intellectual
capital
menjadi
tiga
kategori
umum, yaitu: 1) human capital; 2)
internal structure (organizational
capital);
3)
external
capital
(relational capital). Di pihak lain,
Wiradinata dan Siregar (2011)
menyebutkan
komponen
intellectual capital terdiri atas
modal fisik (VACA), modal manusia
(VAHU), dan modal struktural
(STVA).
Intellectual capital didukung
dengan
teori
sumber
daya
(resoursed base theory) yang
ISSN: 1410 -9875
dijelaskan oleh Firrer (2003) bahwa
teori sumber daya memandang
perusahaan sebagai
sekumpulan
aset fisik dan aset tidak berwujud
serta
kemampuan
perusahaan
memperoleh,
mengelola,
dan
mempertahankan sumber daya.
Munculnya ekonomi berbasis
pengetahuan
(knowledge-based
economy) menyebabkan perubahan
cara kerja perusahaan. Penerapan
modal berbasis pengetahuan dan
teknologi dalam suatu perusahaan
akan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas
penggunaan
sumber
daya
lainnya,
sehingga
akan
memberikan keunggulan bersaing
(competitive
advantage)
bagi
perusahaan
(Iswati
2007).
Keunggulan bersaing nantinya akan
meningkatkan
profitabilitas
perusahaan
yang
menunjukkan
kinerja keuangan yang baik.
Isu mengenai intellectual
capital telah merebak di berbagai
negara. Oleh karena itu telah
banyak penelitian yang dihasilkan,
diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Wiradinata dan
Siregar (2011) dalam meneliti
sampel 73 perusahaan di sektor
keuangan yang terdaftar pada
Indonesian stock exchage dari
periode 2005 hingga tahun 2009.
Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa
modal
intelektual
(intellectual capital) berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan
pada tahun berjalan dan kinerja
keuangan di masa depan. Ukuran
kinerja yang digunakannya adalah
Return on Equity (ROE).
Anggraita
(2008)
dengan
menggunakan model Pulic, dimana
Value Added Intellectual Capital
Coefficient (VAIC) digunakan untuk
mengukur
intellectual
capital
perusahaan, memberikan hasil yang
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
menunjukkan hubungan positif yang
signifikan
antara
intellectual
capital dengan kinerja perusahaan.
Hal
ini
mengindikasikan
peningkatan efisiensi
penciptaan
nilai
perusahaan
dapat
meningkatkan profitabilitas
dan
nilai pasar perusahaan pada tahun
berjalan.
Tan et al. (2007) melakukan
penelitian dengan menggunakan
150 perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Singapura selama tahun
2000 sampai dengan tahun 2002
sebagai sampel. Hasil penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan positif antara
intellectual capital yang dimiliki
perusahaan
dengan
kinerja
keuangan peusahaan.
Firer dan Williams (2003)
menggunakan
koefisien
nilai
tambah intelektual untuk menguji
hubungan antara
intellectual
capital dengan kinerja perusahaan
serta menggunakan sampel 75
perusahaan publik di
Afrika
Selatan.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa kecuali nilai
tambah modal fisik, intellectual
capital
secara
signifikan
berpengaruh positif (+) terhadap
kinerja
perusahaan
yang
diproksikan dengan nilai pasar
perusahaan.
Penelitian
yang
bertolak
belakang
dengan
beberapa
penelitian di atas, dilakukan oleh
Iswati (2007) yang melakukan
perhitungan intellectual capital
dengan menggunakan market-tobook
value.
Hasil
penelitian
menyimpulkan bahwa intellectual
capital tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan bank terbuka di
Bursa
Efek
Jakarta
(BEJ).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
hipotesis yang diajukan
berikut:
Ha6 Intellectual
berpengaruh
terhadap
keuangan perbankan.
sebagai
capital
kinerja
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Objek
penelitian
yang
digunakan
adalah
perusahaan
perbankan di Indonesia
yang
tercatat pada Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2008 hingga tahun
2011. Teknik pemilihan sampel
menggunakan metoda purposive
sampling
dengan
kriteria
diantaranya perusahaan perbankan
di
Indonesia
yang
konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2008 hingga tahun
2011,
mempublikasikan
laporan
keuangan disertai dengan informasi
mengenai
rasio
keuangan
perbankan dan daftar pemegang
saham berikut jumlah saham yang
dimilikinya, serta tidak memiliki
laba negatif dan neracanya tidak
menunjukkan
kekayaan negatif.
Jumlah sampel perusahaan yang
memenuhi
kriteria
pemilihan
ROA
=
32
sampel adalah 23 perusahaan
dengan 92 data penelitian. Setelah
uji outlier jumlah data yang
digunakan
dalam
penelitian
sebanyak 83 data penelitian.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Kinerja Keuangan adalah
penentuan ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam
menghasilkan
laba (Sudiyatno dan Suroso 2010).
Ukuran profitabilitas pada industri
perbankan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Return on
Assets (ROA). ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen
bank
dalam
memperoleh
keuntungan (laba sebelum pajak)
yang dihasilkan dari rata-rata total
aset bank yang bersangkutan. Laba
sebelum pajak adalah laba bersih
dari kegiatan operasional sebelum
pajak. Sedangkan rata-rata total
asset adalah rata-rata
volume
usaha atau aktiva. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut (Yuliani
2007):
Laba sebelum pajak
Rata-rata total aset
Rasio Likuiditas diproksikan
dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Rasio ini digunakan untuk
menilai likuiditas
suatu
bank
dengan cara membagi jumlah kredit
yang diberikan oleh bank terhadap
dana pihak ketiga. Kredit yang
November 2013
x
100%
diberikan tidak termasuk kredit
kepada bank lain. Sedangkan yang
termasuk dana pihak ketiga adalah
giro, tabungan, simpanan berjangka
dan sertifikat deposito. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut
(Yuliani 2007):
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
LDR
=
Total Kredit
x
Total Dana Pihak Ketiga
Rasi
o Efisiensi
diproksikan
dengan
BOPO (Biaya Operasional terhadap
Beban Operasional). Rasio ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengendalikan
biaya
operasional terhadap pendapatan
operasional.
Biaya
operasional
dihitung berdasarkan penjumlahan
BOPO
Rasio
Permodalan
diproksikan
dengan
Capital
Adequancy Ratio (CAR). Rasio ini
dihitung dengan membagi modal
yang dimiliki oleh bank dengan
total Aset Tertimbang
Menurut
Risiko (ATMR), yaitu jumlah seluruh
CAR
dari
total
beban bunga dan total beban
operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah
penjumlahan
dari total pendapatan bunga dan
total
pendapatan
operasional
lainnya.
Rasio
BOPO
dapat
dirumuskan sebagai berikut (Yuliani
2007):
Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
=
=
x
100%
asset (seperti kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank
lain) yang dikalikan dengan risiko
yang terkandung di dalamnya. Rasio
ini
dapat
dirumuskan
sebagai
berikut (Yuliani 2007):
Modal Bank
Total ATMR
Dana Pihak Ketuga (DPK)
dikemukakan oleh Yuliani (2007)
sebagai pangsa pasar dana pihak
ketiga yang dihimpun oleh masingmasing bank secara individu. Dana
tersebut merupakan penjumlahan
100%
x
100%
dari giro, tabungan dan deposito
yang biasanya terletak pada sisi
passiva pada neraca bank. Adapun
rumus perhitungan DPK adalah
sebagai berikut:
DPK = Giro + Tabungan + Deposito
Ukuran Dewan Komisaris diukur
berdasarkan jumlah total anggota
dewan komisaris baik yang berasal
dari internal perusahaan maupun
dari eksternal perusahaan.
Komposisi Dewan Komisaris
Independen diukur berdasarkan
persentase jumlah dewan komisaris
independen terhadap jumlah total
komisaris yang ada dalam susunan
dewan komisaris perusahaan.
Kepemilikan
Institusional
diukur
dengan
menggunakan
indikator persentase jumlah saham
yang dimiliki institusi dari seluruh
modal saham yang beredar.
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Kepemilikan
Manajerial
merupakan
variabel
dummy,
perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan manajerial diberi nilai
1 sedangkan yang tidak memilikinya
diberikan angka 0 (Seftianne dan
Handayani 2011).
Intellectual
Capital
mengacu pada penelitian Tan et al.
(2007),
model
VAICTM
yang
dikembangkan oleh Pulic (2000)
digunakan
untuk
mengukur
intellectual
capital
suatu
perusahaan. Adapun penjabaran
metode VAICTM tersebut adalah
sebagai berikut (Anggraita 2008):
VAICi
=
CEEi + HCEi + SCEi
Keterangan:
VAICi
adalah
vallue
added
intellectual
coeficient
untuk
perusahaan i
HCE i adalah human capital
efficiency untuk perusahaan i
November 2013
SCEiadalah
structural capital
efficiency untuk perusahaan i
CEEi
adalah capital employed
efficiency untuk perusahaan i
HCi adalah beban gaji dan upah
serta kompensasi
SCi adalah VAi - HCi
CEi adalah total aktiva tangible –
total kewajiban
VA (value added) = Pi + Ii + Ci + Di +
Ai + DIVi + Mi + Ti
Pi adalah laba yang ditahan dari
tahun berjalan
Ii adalah beban bunga tahun
berjalan
Ci adalah beban gaji dan upah
termasuk kompensasi lain
Di adalah
depresiasi
tahun
berjalan
Ai adalah
amortisasi
tahun
berjalan
DIVi adalah dividen tahun berjalan
Mi adalah laba minoritas tahun
berjalan
Ti adalah pajak
= VA/HC
HASIL PENELITIAN
Hasil statistika deskriptif sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif
Variabel
ROA
LDR
BOPO
CAR
DPK
UDK
KDKI
KI
KM
IC
34
N
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
Minimum
,164
35,827
59,087
10,340
1,000
2
,000
5,572
0
1,270
Maximum
8,398
100,375
102,644
51,630
422,250
9
100,000
99,963
1
17,945
Mean
2,12460
72,98426
82,71300
17,84138
69,72389
5,16
49,21498
70,01876
,26
6,69261
Std.
Deviation
1,328000
14,172893
8,414262
6,849440
103,587769
1,865
18,902356
23,098017
,442
3,065028
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
Hasil Uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji t
Model
1
(Constant)
LDR
BOPO
CAR
DPK
UDK
KDKI
KI
KM
IC
Unstandardized
t
Coefficients
Std.
B
Error
10,018
1,260 7,952
,017
,006 2,902
-,104
,011 -9,548
,017
,015 1,128
,001
,001
,759
-,030
,050 -,611
-,003
,003 -,838
-,005
,003 -1,499
,178
,161 1,105
-,057
,031 -1,885
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada
tabel 3 dapat dilihat
bahwa
variabel
rasio
likuiditas
yang
diproksikan dengan Loan to Depocit
Ratio (LDR) memiliki
pengaruh
positif terhadap kinerja keuangan
sektor perbankan. Hal ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Merkusiwati (2007) serta
Sudiyatno dan Suroso
(2010).
Namun tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Yuliani (2007). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi
LDR yang mencerminkan semakin
besarnya kredit yang
disalurkan
oleh bank, mengakibatkan semakin
besar pula laba yang didapatkan
dari spread antara bunga simpanan
dengan
bunga
kredit
yang
diberikan. Dengan
meningkatnya
laba bank berarti kinerja keuangan
bank
tersebut
mengalami
peningkatan.
Variabel rasio efisiensi yang
diproksikan dengan rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan
Operasional
(BOPO)
memiliki
Sig.
,000
,005
,000
,263
,450
,543
,405
,138
,273
,063
pengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan sektor perbankan. Hal ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuliani (2007) serta
Sudiyatno
dan
Suroso
(2010).
Namun
kontradiksi
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Kuncoro dan Suharjono
(2002)
dalam Sudiyatno dan Suroso (2010)
yang menyimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja keuangan sektor perbankan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
semakin
efisien
biaya
operasional yang dapat
ditekan
oleh manajemen bank, dapat
meningkatkan
laba
dan
nilai
perusahaan yang berarti kinerja
keuangan yang dihasilkan bank
tersebut semakin meningkat.
Variabel rasio permodalan
yang diproksikan oleh Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
tidak
memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan sektor perbankan. Hal ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Merkusiwati (2007).
Namun tidak konsisiten dengan
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
penelitian yang dilakukan oleh
Sudiyatno dan Suroso (2010) serta
Yuliani (2007) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa CAR memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja keuangan sektor perbankan.
Ketidakkonsistenan ini
terjadi
karena semakin besarnya modal
bank tidak berpengaruh dalam
menambah kepercayaan nasabah
untuk menitipkan dana di bank
yang selanjutnya dapat digunakan
dalam penyaluran kredit dalam
rangka menghasilkan laba dalam
pendapatan bunga yang sekaligus
menaikkan kinerja bank.
Variabel dana pihak ketiga
(DPK) tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Yuliani (2007). Namun kontradiksi
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sudiyatno dan Suroso (2010)
yang memberikan kesimpulan DPK
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan. Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
semakin
banyaknya
dana
yang
dapat
dihimpun bank dari masyarakat,
tidak dapat memberikan pengaruh
yang berarti terhadap efektifitas
kinerja bank.
Variabel
good
corporate
governance (GCG) tidak memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan sektor perbankan. Hal ini
ditunjukkan oleh seluruh
proksi
GCG yaitu ukuran dewan komisaris,
komposisi
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional,
dan
kepemilikan
manajerial yang tidak memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan sektor perbankan. Hasil
ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Farida et
36
November 2013
al.(2010), Sugiarto (2006),
serta
Leni dan Rasyid (2010).
Namun
tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Krissanti dan
Atahau (2010) serta Hapsoro (2008)
yang
memberikan
hasil
good
corporate governance berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan
sektor perbankan.
Ukuran dewan
komisaris
tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan sektor perbankan. Artinya
semakin
banyaknya
dewan
komisaris yang berperan dalam
pengawasan terhadap pengelolaan
yang dilakukan oleh manajemen
belum tentu dapat meningkatkan
kinerja keuangan yang dihasilkan
oleh bank.
Komposisi dewan komisaris
independen
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
semakin
banyaknya dewan komisaris yang
berasal dari
luar
perusahaan
dengan
menggunakan
independensinya
tidak
mempengaruhi kenaikan kinerja
bank
yang
dicerminkan
dari
peningkatan laba yang dihasilkan
oleh manajemen.
Kepemilikan
institusional
tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
sektor
perbankan.
Semakin besarnya jumlah saham
yang dimiliki oleh institusi tidak
berpengaruh
dalam
mendorong
manajemen
untuk
berupaya
maksimal dalam meningkatkan laba
dan nilai perusahaan perbankan
yang berarti kinerja keuangan juga
tidak mengalami peningkatan.
Kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
sektor
perbankan.
Peningkatan jumlah saham yang
dimiliki oleh manajemen dalam
ISSN: 1410 -9875
perusahaan perbankan relatif kecil
sehingga tidak berpengaruh dalam
meningkatkan
semangat
manajemen untuk dapat melakukan
peningkatan
dalam
kinerjanya
menghasilkan kenaikan laba bank.
Berdasarkan
analisis dari
proksi-proksi
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance
(GCG)
secara
keseluruhan
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa
pemenuhan
tata kelola perusahaan bank yang
baik tidak berpengaruh dalam
mendorong
manajemen
untuk
berupaya mengelola perusahaan
dengan efisien, sehingga kinerja
keuangan dan
nilai
perusahaan
tidak mengalami peningkatan.
Variabel intellectual capital
(IC)
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Iswati (2007). Namun tidak
konsisten dengan hasil penelitian
Wiradinata dan Siregar (2011),
Anggraita (2008), Tan et al. (2007)
serta Firer dan Williams (2003) yang
memberikan hasil
intellectual
capital
berpengaruh
positif
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan. Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
penerapan
modal berbasis pengetahuan dan
teknologi
dalam
perusahaan
perbankan
tidak
mempengaruhi
efisiensi dan efektifitas penggunaan
sumber daya lain yang dimiliki bank
untuk
menghasilkan
kinerja
keuangan yang baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa rasio
likuiditas
dan
rasio
efisiensi
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
sektor
perbankan.
Sedangkan rasio permodalan, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Intellectual
Capital,
dan
Good
Corporate
Governance (GCG) yang diproksikan
oleh ukuran dewan komisaris,
komposisi
dewan
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional
serta
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan.
Penelitian ini mempunyai
beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan
untuk
penelitian
berikutnya, yaitu (1)
Periode
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini masih relatif pendek
yaitu hanya 4 (empat) tahun saja
yaitu 2008-2011 sehingga hasil
penelitian tidak dapat digunakan
secara luas; (2) Variabel rasio
keuangan yang digunakan oleh
peneliti hanya mencakup rasio
likuiditas, rasio efisiensi, rasio
permodalan dan ukuran dana pihak
ketiga, sementara masih banyak
variabel rasio keuangan lainnya
yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan; (3) Terdapat satu
variabel
independen
yang
mengalami
masalah
heterokedastisitas yaitu variabel
intellectual capital.
Rekomendasi
untuk
penelitian selanjutnya adalah (1)
Memperpanjang tahun penelitian
sehingga periode observasi menjadi
lebih lama dan dapat memperoleh
hasil penelitian yang lebih akurat;
(2) Menambahkan cakupan variabel
rasio keuangan
lain
yang
diharapkan
dapat
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perbankan, seperti rasio
kualitas aktiva produktif dan rasio
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
penilaian (valuation ratio); (3)
Menganalisa keadaan atau kondisi
ekonomi yang sedang terjadi untuk
November 2013
lebih memaksimalkan
penelitian.
hasil
dari
REFERENSI
Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdinigtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode
2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7:131-147.
Anggraita, Visca. 2008. Hubungan Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan
Bank : Studi Analisis dengan Menggunakan Structural Equation Model.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 2:487-496.
Bank Indonesia Official Website. Laporan Perekonomian Indonesia. 2010.
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Per
ekonomian+Indonesia/lpi_2010.htm.
Bank Indonesia Official Website. Statistik Perbankan Indonesia. 2012.
http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+P
erbankan+Indonesia/spi_0112.htm.
Farida, Yusriati Nur, Y. Prasetyo, E. H. Eliada. 2010. Pengaruh Penerapan
Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management
Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12:69-80.
Firer, S. dan Williams, S. M. 2003. Intellectual Capital dan Traditional
Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital.
Vol 9:487-498.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin B.J., dan Anderson, R.E. 2010. Multivariate
Data Analysis. Prentice Hall.
Hapsoro, Dodi. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. Vol 19:155-172.
Leni, dan R. Rasyid. 2010. Implikasi Penerapan Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Bank. Jurnal Akuntansi.
Vol 14:38-53.
I Guna, Welvin dan A. Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12:53-68.
Iswati, Sri. 2007. Memprediksi Kinerja Keuangan dengan Modal Intelektual
pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Ekuitas. Vol
11:159-174.
Krissanti, Karina, dan A. D. R. Atahau. 2010. The Influence of Implementing
Corporate Governance Principles Towards Corporate Financial
Performance in Banking Sector. Journal of Economic Business and
Accountancy Ventura. Vol 13:163-172.
38
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani Dan Maria Magdalena
Leni, dan R. Rasyid. 2010. Implikasi Penerapan Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Bank. Jurnal Akuntansi.
Vol 14:38-53.
Merkusiwati, N. K. L. Aryani. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja
Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi. Vol 12:100-108.
Santoso, Singgih. 2002. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Seftiane, dan R. Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol 13:39-56.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Bank Umum. Jakarta:Penerbit Intermedia.
Sudiyatno, Bambang, dan Jati Suroso. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor
Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dinamika
Keuangan dan Perbankan. Hlm :125 – 137.
Sugiarto. 2006. Good Corporate Governance Mampukah Meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Akuntabilitas. Vol 6:34-46.
Tan, Hong Pew, David Plowman, Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital and
Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol 8:7695.
Yuliani. 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas
pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol 5:15-43.
Wiradinata, Jefri, dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.
Vol 22:107-124.
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan
40
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 41-54
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM
MEMBATASI PRAKTIK MANAJEMEN LABA
SIGIT SUSILO BROTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, ukuran dewan direksi,
debt to equity ratio, independensi auditor, reputabilitas auditor atas
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan data dari 52 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan data dikumpulkan
melalui metode purposive sampling selama periode penelitian tahun 2009
sampai 2011. Metode pengelolaan data melibatkan pengujian hipotesis regresi
linier berganda. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi
dan debt to equity ratio memiliki pengaruh pada praktek manajemen laba,
tetapi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, independensi
auditor, dan, reputabilitas auditor tidak memiliki pengaruh pada manajemen
laba.
Kata kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Ukuran
Dewan Direksi, Debt to Equity Ratio, Independensi Auditor,
Reputabilitas Audior, dan Manajemen Laba.
Abstract: The objective of this study is to investigate institutional ownership,
management ownership, board size of directors, debt to equity ratio, auditor’s
independency, auditor’s reputability on earnings management. This study used
data of 52 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and the
data were collected through purposive sampling method during the research
period 2009 until 2011. The method of managing the data involve multiple
linear regression hypothesis tested. The result of this analysis showed that
board size of directors and debt to equity ratio had influence on earnings
management practice, but institutional ownership, management ownership,
auditor’s independency, and, auditor’s reputability did not have influence on
earnings management.
Keywords:
Institutional Ownership, Management Ownership, Board Size of
Directors, Debt to Equity Ratio, Auditor’s Independency, Audior’s
Reputability, and Earnings Management.
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan
instrumen utama pihak manajemen
perusahaan
dalam
mempertanggungjawabkan seluruh
kinerja keuangan atas pengelolaan
perusahaan
kepada
para
stakeholder.
Stakeholder
ini
dibedakan menjadi dua, antara lain
pihak internal yaitu para karyawan,
manajer, direktur, dan dewan
komisaris,
sedangkan
pihak
eksternal yaitu pemegang saham,
pemerintah, serta kreditur.
Informasi laba adalah fokus
utama dalam pelapoan keuangan
yang
menyediakan
informasi
mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan selama satu periode
tertentu. Terjadinya krisis ekonomi
yang melanda dunia tahun 1997
sampai 1998, berdampak besar
kepada dunia industri di Indonesia,
banyak perusahaan besar yang
mengalami kebangkrutan. Dimana
issue yang saat itu mencuat adalah
adanya praktik manajemen laba
yang
dilakukan
oleh
pihak
manajemen perusahaan, sehingga
keandalan
informasi
yang
disediakan dalam laporan keuangan
menjadi berkurang.
Menurut Salno dan Badriwan
(2000) dalam Pradipta (2011),
konsep manajemen laba dalam
pendekatan dengan teori keagenan
(agency theory) menyatakan bahwa
praktik
manajemen
laba
dipengaruhi
oleh
konflik
kepentingan yang timbul antara
manajemen (agen) dengan pemilik
(prinsipal), dimana kedua belah
pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan
tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya.
Sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Trueman &
Titman (1998) serta Christensen et
42
November 2013
al. (1999) dalam Asih (2009), tingkat
manajemen laba akan lebih tinggi
apabila
manajer
mempunyai
motivasi
(incentive)
dan
kesempatan (oppurtunity) untuk
melakukan manajemen laba. Ada
tidaknya
kesempatan
tersebut
tergantung
dari
bagaimana
penerapan
mekanisme
good
corporate governance di dalam
perusahaan.
Dalam
mengelola
suatu
perusahaan telah lama dikenal suatu
istilah yang disebut agency theory.
Agency theory (teori keagenan)
seperti yang dikemukakan oleh
Jensen dan Meckliking (1976)
menyatakan
bahwa
pemisahan
antara pemilik dan pengelolaan
suatu
perusahaan
dapat
menimbulkan masalah keagenan
(agency problem). Adanya agency
problem menimbulkan suatu kondisi
dimana
manajer
mencari
keuntungan
sendiri
dengan
mengorbankan kepentingan pihak
lain
(manajer
expropriation),
dengan
melakukan
earnings
management (manajemen laba).
Laporan keuangan seharusnya
mencerminkan
keadaan
yang
sebenarnya, akan tetapi dengan
adanya
perbedaan
kepentingan
antara
manajer
dan
investor
membuat informasi menjadi tidak
seimbang atau biasa disebut dengan
asimetri informasi. Menurut Dye
(1998) dalam Darmawanti (2003)
menyatakan bahwa Good Corporate
Governance
adalah serangkaian
mekanisme
yang
membatasi
timbulnya asimetri informasi yang
mendorong
terjadinya
praktik
manajemen laba. Darmawanti et al.
(2004) menyatakan Good Corporate
Governance juga memberikan suatu
struktur
yang
memfasilitasi
penentuan suatu sasaran – sasaran
ISSN: 1410 -9875
dari suatu perusahaan serta sebagai
saran untuk melakukan monitoring
kinerja.
Penelitian
ini
merupakan
pengembangan
dari
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Pradipta
(2011).
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah : penelitian yang
dilakukan oleh Pradipta (2011)
pengambilan sampel yaitu tahun
2003 sampai 2004, sedangkan pada
penelitian ini, peneliti mengambil
tahun penelitian 2009 sampai 2011.
Pada penelitian ini, peneliti juga
menambahkan
variabel
independensi auditor dan reputasi
auditor, untuk mendukung hasil
analisa
mengenai
pengaruh
mekanisme
good
corporate
governance dalam
membatasi
praktik manajemen laba.
RERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan
tindakan atau proses dimana pihak
manajemen memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi angka laba
dalam
melakukan
penyusunan
laporan
keuangan
perusahaan.
Subramanyam et al. (2004) dalam
Handayani dan Rachadi (2009)
mengemukakan
secara
ekstrem
bahwa earning management dapat
dikatakan sebagai cosmetic, bagi
para manajer untuk melakukan
manipulasi akrual tanpa adanya
konsekuensi cash flow.
Bahkan hal ini pula di
dukung oleh Xie et al (2005) dalam
Pradipta (2011) bahwa “Dibawah
aturan GAAP (General Accepted
Accounting Principles), perusahaan
hanya menggunakan
akuntasi
akrual,
dimana
perusahaan
mencatat
transaksi
yang
Sigit Susilo Broto
dilakukannya dan/atau kejadian lain
ke dalam pembukuan perusahaan
pada saat timbulnya kejadian
tersebut dibandingkan dengan pada
saat diterimanya atau dibayarnya
uang, sehingga sifat
akuntansi
akrual ini menyebabkan manajemen
mempunyai kesempatan yang luas
untuk melakukan diskresi dalam
menentukan laba aktual yang
dilaporkan perusahaan dalam setiap
periode.
Manajemen laba merupakan
fenomena yang sukar dihindari,
dimana penggunaan akuntasi akrual
tadi sebagai alat komunikasi antara
pihak-pihak yang berkepentingan
membuat manajemen perusahaan
berkesempatan untuk melakukan
intervensi
dalam
penyusunan
laporan
keuangan,
sehingga
informasi laba yang ditampilkan
tidak
menunjukan
kondisi
perusahaan yang sesungguhnya.
Good Corcoporate Governance
Hormati (2009) mengatakan
bahwa Good Corporate Governance
merupakan suatu cara terbaik untuk
menjamin bahwa agen (manajemen)
bertindak
terbaik
untuk
kepentingan
stakeholders.
Corporate
Governance
(CG)
merupakan tata kelola perusahaan
yang menjelaskan hubungan antara
berbagai
partisipan
dalam
perusahaan yang menetukan arah
dan kinerja perusahaan, menurut
Monks & Minow (2001) yang dalam
Wardhani (2009). Selain itu hasil
penelitian Sulistyanto dan Wibisono
(2003) dalam Guna dan Herawaty
(2010) mengemukakan bahwa good
corporate governance atau tata
kelola perusahaan yang baik dapat
didefinisikan sebagai sistem yang
mengatur
dan
mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
tambah bagi stakeholders. Ada dua
hal
yang
ditekankan
pada
mekanisme ini, yang pertama adalah
pentingnya hak pemegang saham
untuk
memperoleh
informasi
dengan benar (akurat), dan tepat
waktu, dan yang kedua kewajiban
perusahaan
untuk
melakukan
pengungkapan secara akurat, tepat
waktu dan transparan terhadap
semua
informasi
kinerja
perusahaan,
kepemilikan
dan
stakeholder.
Lerker et al. (2005) dalam
Pradipta (2011) menyatakan bahwa,
“Corporate Governance” biasanya
menunjuk
pada
sekumpulan
mekanisme yang mempengaruhi
kepurusan yang dibuat oleh manajer
dimana
terdapat
pemisahan
kepemilikan dan kontrol terhadap
organisasi. Beberapa mekanisme
monitoring ini adalah Board of
Director, Institusional Shareholder,
dan operasi pasar untuk kontrol
perusahaan.
Jumlah Kepemilikan Saham
Institusional Investor
Siregar dan Utama (2006)
menyatakan bahwa kepemilikan
institusional
merupakan
kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi
keuangan
seperti
perusahaan asuransi, bank, dana
pensiun, dan investment banking.
Selain itu Durnev dan Kim (2003)
dalam Hormati (2009), menyatakan
bahwa dengan besarnya kepemilikan
yang dimiliki oleh pemegang saham
pengendali,
maka
akan
meningkatkan
kualitas
good
corporate governance. Hal ini pula
dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang
sangat
penting
dalam
meminimalisasi konflik keagenan
44
November 2013
yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham.
Ha1 : Good
Corporate
Governance dengan proksi
kepemilikan jumlah saham
institusional
berpengaruh
dalam membatasi praktik
manajemen laba
Jumlah Kepemilikan Saham
Manajemen
Susiana dan
Herawaty
(2007)
menyatakan
bahwa
kepemilikan manajemen
adalah
saham
yang
dimiliki
oleh
manajemen secara pribadi maupun
saham yang dimiliki anak cabang
perusahaan bersangkutan beserta
afiliasinya. Pujiati dan Erman (2009)
menyatakan bahwa kepemilikan
manajemen merupakan proporsi
pemegang
saham
dari
pihak
manajemen yang secara aktif ikut
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan, seperti direktur dan
komisaris. Kepemilikan manajemen
yang besar dalam perusahaan
tentunya akan sangat efektif dalam
memonitoring kegiatan perusahaan,
sehingga hal ini memunculkan
kemungkinan yang menarik jika
mengaitkan
besarnya
proksi
prosentase kepemilikan manajemen
pada peningkatan nilai perusahaan
serta kemungkinan
terjadinya
praktik manajemen laba.
Ha2 : Good
Corporate
Governance dengan proksi
kepemilikan jumlah saham
manajemen
berpengaruh
dalam membatasi praktik
manajemen laba
Jumlah Anggota Dewan Direksi
Seperti yang kita ketahui
kepengurusan perseroan terbatas di
Indonesia, menganut sistem dua
badan (two board system), yaitu
ISSN: 1410 -9875
dewan komisaris dan dewan direksi,
dimana
keduanya
mempunyai
tanggung jawab dan wewenang yang
jelas sesuai fungsinya masingmasing
sebagaimana
yang
diamanahkan dalam anggaran dasar
dan peraturan perundang-undangan
(fiduciary
respisibility).
Dalam
Pedoman Penerapan Umum Good
Corporate Governance di Indonesia
(KNKG 2006) dijelaskan bahwa
prinsip dasar dewan direksi sebagai
organ perusahaan adalah bertugas
dan bertanggung jawab secara
kolegial
dalam
mengelola
perusahaan,
juga
dikemukakan
dalam pedoman pokok pelaksanaan,
bahwa komposisi jumlah dewan
direksi, harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan
tetap memperhatikan efektifitas
dalam pengambilan keputusan. Hal
ini berkaitan erat dengan tugas,
fungsi, dan tanggungjawab direksi
dalam mewujudkan serta mengelola
mekanisme
good
corporate
governance dalam perusahaan yang
dipimpinnya.
Ha3 : Good
Corporate
Governance dengan proksi
jumlah
dewan
direksi
berpengaruh
dalam
membatasi
praktik
manajemen laba.
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio atau
bisa disebut juga leverage adalah
salah satu rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara
hutang perusahaan terhadap modal.
Rasio ini dapat menggambarkan
sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh hutang atau pihak luar dengan
kemampuan
perusahaan
yang
digambarkan oleh modal. Semakin
tinggi leverage suatu perusahaan
maka akan semakin tinggi pula risiko
Sigit Susilo Broto
yang
dihadapi
oleh
investor,
sehingga
para
investor
akan
meminta keuntungan yang lebih
tinggi, (Ma’ruf 2006). Hal ini terjadi
karena, tingkat rasio leverage yang
tinggi
berarti
perusahaan
menggunakan hutang yang tinggi
pula, ini berarti ada kemungkinan
profitabilitas
perusahaan
meningkat. Namun di sisi lain,
hutang yang tinggi jika
tidak
dikelola dengan baik akan memiliki
risiko kebangkrutan yang juga besar.
Hal inilah yang menyebabkan para
manajer
terdorong
dan
mempertimbangkan
untuk
melakukan praktik manajemen laba.
Ha4 : Debt to Equity Ratio
berpengaruh dalam membatasi
praktik manajemen laba
Independensi Auditor
AICPA
(Association
International
Certified
Public
Accountant) mengemukakan bahwa
independensi
adalah
sebuah
kemampuan untuk bertindak sesuai
dengan integritas dan objektifitas.
Integritas merupakan suatu sikap
moral yang tidak memihak, jujur,
memandang dan mengemukakan
fakta
apa
adanya,
sedangkan
independensi merupakan keadaan
bebas
dari
pengaruh,
tidak
dikendalikan oleh pihak lain, dan
tidak tergantung kepada pihak lain.
Independensi
auditor
menjadi sangat penting dalam
mewujudkan
mekanisme
good
corporate governance, mengingat
opini yang dikeluarkan auditor atas
perusahaan yang diperiksa sangat
mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat.
Sehingga
sangat
diharapkan pemeriksaan akuntansi
yang dilakukan oleh auditor telah
sesuai
dengan
norma-norma
profesionalnya.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Ha5 :
Independensi
auditor
berpengaruh dalam membatasi
praktik manajemen laba
Reputasi Auditor
Untuk
mengatasi
kemungkinan
terjadinya
konflik
kepentingan, serta meminimalisasi
kemungkinan
terjadinya
praktik
manajemen laba, maka diperlukan
beberapa mekanisme pengawasan
dan kontrak. Diperlukan jasa pihak
ketiga agar tingkat kepercayaan
pihak
eksternal
perusahaan
terhadap pertanggungjawaban yang
diberikan
manajemen
dapat
dipercaya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
Reputasi auditor yang akan
diukur dalam penelitian ini adalah
dengan proksi ukuran KAP. Menurut
Isnanta (2008) auditor yang bekerja
di KAP Big Four dianggap lebih
berkualitas
dalam
melakukan
pemeriksaan,
karena
dibekali
dengan
berbagai
pelatihan,
prosedur, serta memiliki program
audit yang lebih akurat dibanding
dengan KAP non – Big Four
Ha6 : Reputasi
auditor
berpengaruh
dalam
membatasi
praktik
manajemen laba
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur
yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel dalam penelitian ini
diperoleh dengan metode purposive
sampling,
dengan
kriteria
:
perusahaan manufaktur yang sudah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) secara konsisten dari tahun
2009-2011, menerbitkan laporan
keuangan menggunakan mata uang
46
November 2013
Rupiah,
menerbitkan
laporan
keuangan per 31 Desember yang
telah diaudit, perusahaan yang
memiliki laba setelah pajak serta
arus kas positif dari aktivitas operasi
secara berturut-turut selama tiga
tahun periode penelitian secara
berturut-turut
selama
periode
pengamatan dari tahun 2009 sampai
tahun
2011,
dan
perusahaan
menyediakan data mengenai Good
Corporate Governance
untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya
praktik manajemen laba terkait
pada variable independen yang
digunakan dalam penelitian ini.
Jumlah sampel perusahaan yang
memenuhi
kriteria
pemilihan
sampel adalah 52 perusahaan,
dengan 156 data penelitian.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Jumlah
Kepemilikan
Saham
Institusional, adalah persentase
saham yang dimiliki oleh institusi
keuangan atau pihak lain dari luar
perusahaan. Institusi keuangan yang
dimaksud
adalah
perusahaan
asuransi, bank, dana pensiun, dan
investment
banking.
Skala
pengukuran yang digunakan untuk
kepemilikan institusional adalah
skala rasio (Guna dan Herawaty
2010)
INST �
Jumlah saham yang dimiliki investor institusi
Total modal saham perusahaan yang beredar
Jumlah
Kepemilikan
Saham
Manajemen,
merupakan
saham
yang dimiliki oleh manajemen
termasuk persentase saham yang
dimiliki secara pribadi maupun oleh
anak cabang perusahaan yang
bersangkutan beserta afiliasinya
(Guna
dan
Herawaty
2010).
Kepemilikan manajemen ini diukur
ISSN: 1410 -9875
Sigit Susilo Broto
dengan menggunakan skala nominal
dengan variabel dummy. Angka 1
untuk mewakili perusahaan yang
memilikikepemilikan
manajemen.
Angka 0 untuk mewakili perusahaan
yang tidak memiliki kepemilikan
manajemen (Trisnawati 2009, 135).
Jumlah Anggota Dewan Direksi,
dimana direksi merupakan organ
perusahaan yang bertugas dan
bertanggung jawab secara kolegial
dalam
mengelola
perusahaan.
Anggota dewan direksi dipilih dan
diberhentikan oleh RUPS melalui
proses yang transparan
(KNKG
2006). Variabel ini diukur dengan
proksi jumlah anggota dewan direksi
yang duduk dalam jabatan direksi di
perusahaan (Pradipta 2011).
Debt to Equity Ratio, merupakan
analisa kredit, yang merupakan
bagian dari analisa rasio struktur
modal
dan
solvabilitas,
yang
digunakan
untuk
menilai
kemampuan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
panjang.
(Subramanyam dan Wild 2009, 36).
Struktur hutang yang diproksi
dengan debt to equity ratio diukur
dengan menggunakan skala rasio
(Pradipta 2011).
��� �
Total Hutang
Total Equity
Independensi
Auditor,
diukur
dengan proksi penugasan auditor
menggunakan skala nominal dengan
variabel dummy. Angka 0 digunakan
jika
perusahaan
menggunakan
auditor yang sama dalam 3 tahun,
dan angka 1 jika perusahaan
mengganti auditornya dalam waktu
kurang dari 3 tahun (Guna dan
Herawaty 2010).
Reputasi Auditor, dilihat dari
ukuran KAP tempat auditor bekerja
dan dibedakan menjadi dua kriteria
yaitu Big Four dan non-Big Four
dengan asumsi jika perusahaan
diaudit oleh KAP Big Four maka
kualitas auditnya tinggi dan jika
diaudit oleh KAP Non-Big Four maka
kualitas auditnya rendah. Variabel
ini diukur dengan skala nominal
menggunakan
variabel
dummy,
dimana angka 1 digunakan jika
perusahaan diaudit oleh KAP Big
Four dan angka 0 jika perusahaan
diaudit oleh KAP Non-Big Four (Guna
dan Herawaty 2010).
Discretionary accrual
adalah
komponen
akrual
yang
memungkinkan
manajer
untuk
melakukan intervensi dalam proses
penyusunan laporan
keuangan,
sehingga laba yang dilaporkan dalam
laporan
keuangan
tidak
mencerminkan nilai atau kondisi
perusahaan yang sesungguhnya, hal
ini disebabkan karena manajer
memiliki
kapasitas
untuk
mengontrol laba dalam jangka
pendek (Guna dan Herawaty 2010).
Rumus :
TACt = NIt-OCFt
Keterangan:
TACt : Total Accruals pada periode t
NIt
: Laba bersih operasi (net
operating income) periode t
OCFt : Aliran kas dari aktivitas
operasi (operating cash flow)
periode t
Setelah diperoleh nilai total
accruals,
selanjutnya
dilakukan
regresi untuk memperoleh angka
koefisien α1, α2, dan α3 dengan
variabel dependen total accruals
dan variabel independen adalah
total asset tahun sebelumnya (t-1),
perubahan pendapatan, dan total
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
aset tetap kotor perusahaan pada
tahun ke-t.
TAC/ TAt-1 = α1(1/TAt-1) + α2( REVt/
TAt-1) + α3(PPEt/TAt-1) + e
November 2013
Langkah selanjutnya adalah
mencari nilai dari discretionary
accruals dengan mengurangi TACt
dengan nilai NDAt.
Keterangan:
TACt
: Total accruals dalam
periode t
TAt-1
: Total aset pada akhir
periode t-1
REVt : Perubahan
pendapatan
dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt :
Aset
tetap
(gross
property
plant
and
equipment) periode t.
DAt = TACt / TAt-1 – NDAt
Keterangan:
DAt
: Discretionary accruals
pada periode t
TACt / TAt-1 : Total accruals pada
periode t
NDAt
: Nondiscretionary
accruals pada tahun t
Metode analisis
data yang
digunakan
untuk
menganalisa
pengaruh
hipotesis
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen adalah regresi berganda
dengan model persamaan sebagai
berikut:
DA = β0 + β1 INST + β2 MJMN + β3
BSIZE + β4 DER + β5 IA + β6 RA+
e
Keterangan:
DA
Discretionary
Accruals, β0 Konstanta, β1 ‐ β10
Slope, INST Jumlah kepemilikan
saham institusional, KPMJ Jumlah
kepemilikan
manajemen,
BSIZE
Board Size atau Jumlah anggota
dewan direksi, DER Debt to Equity
Ratio, IA Independensi auditor, RA
Reputasi auditor, e error.
Setelah
diperoleh
nilai
koefisien regresi α1, α2, dan α3, maka
dilanjutkan
dengan
menghitung
komponen
non-discretionary
accruals yang dirumuskan sebagai
berikut:
NDAt = α1(1/TAt-1) + α2( REVt/ TAt-1)
+ α3(PPEt/TAt-1)
Keterangan:
NDAt
: Nondiscretionary
accruals pada tahun t
TAt-1
: Total aset pada akhir
periode t-1
REVt : Perubahan pendapatan
dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt
: Aset
tetap
(gross
property
plant
and
equipment) periode t.
HASIL PENELITIAN
Hasil statistika deskriptif adalah sebagai berikut:
Maximu
n
Minimum
m
Std.
Mean
INST
156
0,3222
0,9974
0,720780
0,1743069
MJMN
156
0
1
0,44
0,498
Tabel 1 Deskriptif Statistik
48
Deviation
ISSN: 1410 -9875
Sigit Susilo Broto
BSIZE
156
2
12
5,38
2,213
DER
156
-1,482
8,9951
0,954795
1,2740635
IA
156
0
1
0,18
0,385
RA
156
0
1
0,54
0,500
DA
156
-0,4694
0,3157
0,000003
0,0923752
Sumber: Pengolahan data SPSS
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
INST
MJMN
BSIZE
DER
IA
RA
Tolerance
VIF
0,963
1,038
0,770
1,298
0,700
1,429
0,967
1,034
0,989
1,011
0,571
1,751
Keterangan
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Tidak terjadi
Multikolinearitas
a Dependent Variable: DA
Sumber: Pengolahan data SPSS
Dari tabel 2 diatas terlihat hasil dari
pengujian multikolinearitas yang
menunjukan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas antara 6
variabel independen yang diuji,
karena VIF memiliki rentang nilai
1,011 sampai 1,751 dimana lebih
kecil dari 10, sedangkan tolerance
memiliki rentang nilai 0,571 sampai
0,989 dimana diatas 0,1. Dari nilai
VIF
dan
Tolerance
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
korelasi antar variabel independen.
Tabel 3 Hasil Uji Statistik t
(Constant)
INST
MJMN
B
0,020
t
Sig.
0.538 0,591
-0,054
-1,286 0,200
-0,012
-0,715 0,476
Keterangan
Ha1
diterima
Ha2
diterima
tida k
tida k
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
BSIZE
DER
IA
RA
0,010
-0,018
2,617 0,010
-3,208 0,002
0,009
0,492 0,624
-0,027
-1,438 0,152
November 2013
Ha3 diterima
Ha4 diterima
Ha5
tidak
diterima
Ha6
tidak
diterima
a Dependent Variable: DA
Sumber: Pengolahan data SPSS
Pada tabel 3 menunjukan hasil uji t
untuk setiap variabel independen
terhadap variabel dependen adalah
sebagai berikut:
Kepemilikan
institusional
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pradipta (2011), I
Guna dan Herawaty (2010), serta
Siregar dan Utama (2005). Hasil
penelitian tidak konsisten dengan
Midiastuty dan Machfoedz (2003)
dan
Herusetya
(2009)
yang
menyimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan
manajemen
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh I Guna dan Herawaty
(2010),
Pradipta
(2011)
dan
Trisnawati (2009). Hasil penelitian
tidak konsisten dengan Wiedari
(2004)
serta
Midiastuty
dan
Machfoedz
(2003)
yang
menyimpulkan bahwa kepemilikan
manajemen berpengaruh terhadap
manajemen laba.
50
Jumlah anggota
dewan
direksi
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
manajemen
laba. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Pradipta (2011), NPS dan Bachtiar
(2004), Midiastuty dan Machfoedz
(2003).
Hasil penelitian
tidak
konsisten dengan Chtourou et al.
(2001) yang menyimpulkan bahwa
jumlah anggota dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Debt
to
equity
ratio
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Pradipta (2011) serta Suwito dan
Herawaty (2005). Hasil penelitian
tidak konsisten dengan Guna dan
Herawaty (2010), dan Assih (2009)
yang menyimpulkan bahwa deb to
equtity ratio tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba,
Independensi auditor tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh I
Guna dan Herawaty (2010). Hasil
penelitian tidak konsisten dengan
ISSN: 1410 -9875
Sigit Susilo Broto
Susiana dan Herawaty (2007) serta
Meutia (2004) yang menyimpulkan
bahwa
independensi
auditor
berpengaruh terhadap manajemen
laba.
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Siregar dan Utama (2005) Handayani
dan Rachadi (2009). Hasil penelitan
tidak konsisten dengan Guna dan
Herawaty (2010) dan Assih (2009)
yang menyimpulkan bahwa reputasi
auditor
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Reputasi
Auditor
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil
Tabel 4 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary
R
R Square
Adjusted
R Square
0,340(a)
0,116
0,080
Std. Error of the Estimate
0,0885963
a Predictors: (Constant), RA, IA, DER, INST, MJMN, BSIZE
Sumber: Pengolahan data SPSS
Tabel 5 Hasil Uji Statistik F
ANOVA(b)
Sum of
Squares
Regression
0,153
Df Mean Square
6
0,026
F
3,251
Sig.
0,005(a
)
Residual
1,170
149
0,008
Total
1,323
155
a Predictors: (Constant), RA, IA, DER, INST, MJMN, BSIZE
b Dependent Variable: DA
Sumber: Pengolahan data SPSS
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
156
Kolmogorov-Smirnov Z
1,224
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,100
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber: Pengolahan data SPSS
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Jumlah
Anggota Dewan Direksi, dan Debt to
Equity Ratio berpengaruh dalam
membatasi praktik
manajemen
laba.
Sedangkan
Jumlah
Kepemilikan Saham Institusional,
Jumlah
Kepemilikan
Saham
Manajemen, Independensi Auditor,
dan
Reputasi
Auditor
tidak
berpengaruh
signifikan
dalam
membatasi praktik
manajemen
laba.
Dari penelitian yang telah
dilakukan, penulis menyadari bahwa
didalam
penelitian
ini
masih
terdapat keterbatasan antara lain
sebagai berikut: (1.) Sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini
masih terbatas dengan perusahaan
manufaktur saja dengan jumlah
populasi awal 124 perusahaan dan
periode pengamatan selama tiga
tahun yaitu 2009-2011 sehingga hasil
penelitian ini belum bisa dijadikan
sabagai pedoman bagi industriindustri diluar pemanufakturan. (2.)
Variabel jumlah anggota dewan
direksi dan debt to equity ratio
dalam penelitian ini masih terjadi
masalah heterokedastisitas. (3.)
Berdasarkan
uji
koefisien
determinasi
variasi
variabel
independen
dari
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
52
November 2013
manajemen, jumlah anggota dewan
direksi, independensi auditor, dan
reputasi
auditor
terhadap
manajemen
laba
hanya
bisa
dijelaskan oleh variabel dependen
sebesar 8,0% dan sisanya sebesar
92,1% dijelaskan oleh variabel lain.
Sehingga masih terdapat variabelvariabel lain yang berpengaruh
terhadap manajemen laba yang
tidak termasuk ke dalam penelitian
ini.
Rekomendasi yang
dapat
digunakan
untuk
penelitian
selanjutnya: (1.) Sampel perusahaan
dapat diperluas dengan menambah
jenis
industri
lainnya
juga
memperpanjang periode penelitian
sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasi.
(2.)
Penelitian
selanjutnya
dapat
melakukan
pengujian yang lebih akurat lagi
untuk
menghindari
tejadinya
heterokedastisitas
seperti
melakukan transformasi data. (3.)
Penelitian
selanjutnya
dapat
menambah variabel-variabel lain
yang belum diteliti dalam penelitian
ini
seperti
variabel
ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan rasio
leverage lainnya seperti debt to
total asstes yang dapat digunakan
untuk menyempurnakan penelitian
yang akan datang.
ISSN: 1410 -9875
Sigit Susilo Broto
REFERENSI :
Assih, Prihat. 2009. Kualitas Auditor Ekstern Dalam Membatasi Kesempatan
Manajemen Untuk Melakukan Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan
Perbankan. Vol. 13 No. 3. Hal: 462-474.
Bapepam. 2004. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/draft_peraturan
_pm/draft/Draft-Perubahan-IX.I.5.pdf.
Chtourou, Sonda Marrakachi., Jean Bedard, Lucie Courteau. 2001. Corporate
Governance
and
Earning
Management.
http://papers.srrn.com/abstract=275053.
Darmawanti, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu
Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntnasi. Vol. 5. No.1. Hal: 47-68.
Darmawanti, D., dan Khomsiyah, Rahayu, Gelar Rika. 2004. Hubungan
Corporate
Governance
dan
Kinerja
Perusahaan.
http://www.iicg.org/asset/doc/CG&Kinerja-DDA,KSY,RGR.pdf. Ghozali,
Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Badan Penelitian Universitas Dipenogoro.
Godfrey, Jayne. Alan Hodgson. Ann Tarca. Jane Hamilton. Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory. 7th edition. Australia : John Wiley & Sons Australia,
Inc.
Handayani, RR., Sri, dan Rachadi, Dwi Agustono. 2009. Pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
11 No. 1. Hal: 33-56.
Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan
Audit Eksternal-Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat
Manajemen Laba. JAAI, Vol. 13, No. 2, Desember 2009.
Hormati, Asrudin. 2009. Karakterisik Perusahaan Terhadap Kualitas
Implementasi Corporate Governance. Jurnal Keuangan dan Perbankan.
Vol. 13. No.2, Mei, 2009.
I Guna, W dan Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1. Hal: 53 –
68.
Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol 3.
Mar’uf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta.
www.rac.uii.ac.id/server/document/public/2008505023540013212114.
pdf.
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal: 1255-1269.
Messier, William F., Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt, Nuri Hinduan,
Auditing & Assurance Services : A SystematicAapproach = Jasa Audit &
Assurance : Pendekatan Sistematis, Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Meutia, Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba
Untuk KAP BIG 5 dan Non BIG 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.7.
No.3. Hal: 333-350.
Midiastuty, Pranata P., Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme
Good Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Hal: 176-186.
NPS Sylvia Veronica dan Yanivi S., Bachtiar. 2004. Hubungan Antara Manajemen
Laba dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Hal: 328 -349.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Audit
Nasional Kebijakan Covernance.
Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh Dari Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13. No. 2.
Hal: 93-106.
Pujiati,D. dan Erman Widanar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening.
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Vol.12. No.1. Hal: 71-86.
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan Statistik Parametrik. Elex Media
Komputerindo.
Siregar, S.V dan Utama, S. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Prektek Corporate Governance terhadap Pengelolaan
Laba (Earning Manajemen). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 19.
No. 3. Hal: 307 – 326.
Subramanyam, K.R. John J. Wild. 2009. Financial Statment Analysis. USA. Mc
Graw – Hill International Edition.
Susiana dan Herawaty, A. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium National Akuntansi X, 26-48 Juli 2007, Unhas
Makasar.
Suwito, E., dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo,
15-16 September 2005.
Trisnawati, Rina. 2009. Perbedaan Mekanisme Corporate Governance dan
Praktik Manajemen Laba : Studi Komparasi Indeks Syari’ah dan Indeks
Konvensional di Bursa Efek Indonesia. UNISA, Vol. 32, No. 72. Desember
2009.
Wedari, Linda K. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi VII. Hal: 963-974.
54
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 55-66
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
YOES SUMBAJI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The research examines influencing of liquidity, profitability, size,
asset structure, growth of total asset, and non-debt tax shield to capital
structure. The independent variable is developed from theories of capital
structure; pecking order theory, agency theory and static trade-off theory.
The object of this research are manufacturing companies listed in Indonesian
Stock Exchange from period 2010 until 2012. There are eighty companies
meet the criteria and were used as samples. The samples of this research
collected using purposive sampling. The resource data are taken from
Indonesian Stock Exchange website. Data were analyzed using multiple
regression analysis. The results of the analysis indicated that liquidity,
profitability, size, asset structure, growth of total asset, and non-debt tax
shield have a significant influence on capital structure
Keywords:
liquidity, profitability, size, asset structure, growth of total
asset, non-debt tax shield and capital structure.
Abstrak: Penelitian ini meneliti pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran,
struktur aset, pertumbuhan total aset, dan keuntungan atas pajak yang
bukan berasal dari hutang terhadap struktur modal. Variabel independen
dikembangkan dari teori struktur modal; teori pecking order, teori keagenan
dan teori pertukaran. Objek penelitian ini perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari periode 2010 sampai 2012. manufaktur Ada delapan puluh
perusahaan memenuhi kriteria dan digunakan sebagai sampel.
Sampel
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan purposive sampling. Sumber
data diambil dari situs Bursa Efek Indonesia. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa
likuiditas, profitabilitas, ukuran, struktur aktiva, pertumbuhan total aset,
dan keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal.
Kata Kunci: Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Struktur Aset, Pertumbuhan
Total Aset, Keuntungan atas Pajak yang Bukan Berasal dari
Hutang, Struktur Modal
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Pengembangan
perusahaan
dalam upaya untuk mengantisipasi
persaingan yang semakin tajam
dalam pasar global seperti sekarang
ini akan selalu dilakukan baik oleh
perusahaan
besar
maupun
perusahaan kecil. Untuk melakukan
pengembangan
tersebut,
setiap
perusahaan harus mampu membaca
dengan baik situasi internal baik di
bidang
pemasaran,
produksi,
sumber
daya
manusia
dan
keuangan. Dalam
pengelolaan
bidang keuangan, salah satu unsur
yang penting adalah kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan
dana agar kegiatan usaha dapat
berkembang.
Dalam penentuan kebijakan
mengenai sumber pendanaan bagi
perusahaan, manajer
keuangan
harus mampu mengumpulkan dana
untuk
pembiayaan
perusahaan
dengan keputusan yang tepat.
Keputusan pendanaan yang baik
dapat dilihat dari struktur modal,
yaitu keputusan keuangan yang
berhubungan
dengan
komposisi
hutang, baik jangka
panjang
maupun jangka pendek
serta
saham preferen dan saham biasa
yang harus digunakan perusahaan
guna
membiayai
kebutuhan
operasionalnya.
Manajer
harus
mampu
mengumpulkan dana
baik yang
bersumber dari dalam perusahaan
maupun luar perusahaan secara
efisien, agar mencapai
stuktur
modal yang optimal sehingga dapat
meminimalkan biaya modal yang
harus
ditanggung
perusahaan.
Ketika manajer memutuskan untuk
menggunakan
hutang
dalam
pembiayaan perusahaan
maka
biaya modal yang timbul adalah
56
November 2013
sebesar
biaya
bunga
yang
dibebankan
oleh
kreditur
sedangkan
jika
manajer
menggunakan dana internal maka
akan timbul opportunity cost dari
dana atau modal sendiri yang akan
digunakan.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Pecking Order
Teori ini dikenalkan pertama
kali oleh Donaldson pada tahun
1961 dan dilakukan
penyesuaian
oleh Myers dan Majluf pada tahun
1984. Menurut Myres (1984: 2)
perusahaan
lebih
menyukai
penggunaan pendanaan dari modal
internal, yakni dana yang berasal
dari aliran kas, laba ditahan dan
depresiasi daripada penggunaan
dana eksternal. Urutan pengunaan
sumber
pendanaan
dengan
mengacu
pada
pecking
order
theory adalah: internal fund (dana
internal), debt (hutang) dan equity
(modal sendiri).
Secara
singkat
teori
ini
menyatakan bahwa (1) Perusahaan
menyukai
internal
financing
(pendanaan dari hasil operasi
perusahaan
berwujud
laba
ditahan); (2) Apabila pendanaan
dari luar (external financing)
diperlukan maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling
aman terlebih dahulu, yaitu debt
(hutang), convertible bond, baru
akhirnya apabila masih belum
mencukupi,
saham
baru
diterbitkan. Dana internal lebih
dipilih oleh manajer daripada dana
eksternal karena dana internal
memungkinkan perusahaan tidak
perlu membuka diri
lagi
dari
sorotan pemodal luar. Hal ini
disebabkan
karena
penerbitan
saham baru akan mengakibatkan
ISSN: 1410 -9875
penurunan harga saham lama.
Kedua, manajer khawatir dengan
penerbitan
saham
baru
akan
ditafsirkan sebagai kabar
buruk
oleh para pemodal, dan membuat
harga saham jadi turun. Hal ini
dikarenakan adanya kemungkinan
informasi yang asimetrik antara
pihak manajemen dengan pihak
pemodal. Dana eksternal lebih
diutamakan karena pertimbangan
biaya emisi. Biaya emisi saham
baru lebih tinggi dari biaya emisi
obligasi (Prabansari dan Kusuma
2005: 4).
Teori Keagenan
Teori agency dikemukakan oleh
Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976. Teori ini
menyebutkan bahwa manajemen
merupakan agen dari pemegang
saham,
sebagai
pemilik
perusahaan. Baik principal maupun
agent memiliki tujuan yang sama,
yaitu
memaksimalkan
nilai
perusahaan.
Namun,
mereka
memiliki
kepentingan
yang
berbeda, principal berkepentingan
untuk
memaksimalkan
kesejahteraannya
melalui
pembagian deviden
sedangkan
agent
berkepentingan
untuk
melakukan ekspansi. Oleh karena
perbedaan kepentingan
inilah
timbul
agency
conflict,
yang
kemudian
menimbulkan
agency
cost.
Menurut Godfrey et al. (2010:
363) terdapat tiga bentuk agency
cost yaitu: (1) Monitoring cost,
yaitu biaya yang ditanggung oleh
principal untuk memastikan agent
bertindak
sesuai
dengan
kepentingan principal; (2) Bonding
cost, yaitu biaya yang dikeluarkan
oleh
agent
sendiri
untuk
memastikan
bahwa
dirinya
Yoes Sumbaji
bertindak
sesuai
dengan
kepentingan principal; (3) Residual
loss,
yaitu
kerugian
yang
diakibatkan oleh agent karena ia
melakukan tindakan menyimpang
dari kepentingan principal dengan
tujuan
untuk
mensejahterakan
dirinya sendiri.
Static Trade-off Theory
Static
trade-off
theory
merupakan
pengembangan
dari
teori Modigliani-Miller. Teori static
trade-off
memandang
bahwa
struktur modal optimum
dapat
ditentukan. Titik optimal ini dapat
terjadi karena adanya pajak,
sebagai faktor yang mendorong
perusahaan
meningkatkan
hutangnya dan biaya kebangkrutan
yang mendorong perusahaan untuk
membatasi
tingkat
hutangnya.
Tingkat keuntungan
dan
pajak
suatu
perusahaan
mempunyai
hubungan yang positif, sehingga
perusahaan
tersebut
memiliki
motivasi untuk mengurangi pajak
perusahaan, yang antara lain dapat
dilakukan dengan meningkatkan
hutangnya. Dalam hal ini hutang
bertindak sebagai tax shields,
karena dapat mengurangi pajak
yang
harus
dibayarkan
oleh
perusahaan
dalam
bentuk
pembayaran bunga kepada pihak
yang memberikan hutang. Ada
bentuk tax shields lain yang dapat
membuat arus kas tetap menjadi
arus kas internal perusahaan dalam
bentuk pengurangan laba, yaitu
biaya depresiasi dan amortisasi.
Biaya-biaya ini tidak membutuhkan
perusahaan untuk mengeluarkan
dananya, melainkan perusahaan
hanya
melakukan
perhitungan
akuntansi untuk mengakui adanya
biaya yang telah dikeluarkan atas
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
investasinya
di
masa
(Sulistyowati 2009: 5).
lalu
Struktur Modal
Ada dua macam tipe modal
menurut Gitman dan Zutter (2009:
561) yaitu modal hutang (debt
capital) dan modal sendiri (equity
capital).
Struktur
modal
menggambarkan
proporsi
total
hutang yang digunakan perusahaan
untuk membiayai aktivanya.
Struktur modal yang optimal
adalah suatu kondisi dimana sebuah
perusahaan dapat menggunakan
kombinasi hutang dan ekuitas
secara
ideal,
yaitu
menyeimbangkan nilai perusahaan
dan biaya atas struktur modalnya
(Firnanti 2011: 120).
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajibannya yang jatuh tempo
dalam jangka
waktu
pendek.
Menurut Seftianne dan Handayani
(2011:
44)
perusahaan
yang
mempunyai likuiditas yang tinggi
akan cenderung tidak menggunakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini
disebabkan
perusahaan
dengan
tingkat likuiditas tinggi mempunyai
dana internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut akan lebih
menggunakan
dana
internalnya
terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan
eksternal
melalui
hutang.
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dalam
hubungannya dengan penjualan,
asset, maupun
modal
sendiri
(Prihadi 2008: 164). Semakin tinggi
58
November 2013
profit berarti semakin banyak
pendapatan untuk dilindungi dari
pajak. Perusahaan dengan profit
yang tinggi mendapatkan insentif
untuk penggunaan hutang yang
lebih besar sehubungan dengan
keuntungan tax deductability dari
penggunaan hutang. Menurut Abor
(2008: 8) tingginya tingkat profit
akan membawa pada kemungkinan
kebangkrutan yang lebih kecil dan
insentif yang lebih tinggi untuk
menggunakan tax shield, sehingga
menyebabkan
tingkat
hutang
semakin tinggi.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
mengambarkan besar
kecilnya
suatu
perusahaan.
Menurut
Seftianne dan Handayani (2011: 44)
skala pengukuran besar kecilnya
perusahaan
dapat
ditentukan
berdasarkan total penjualan, total
aktiva, rata-rata tingkat penjualan
dan
rata-rata
total
aktiva.
Perusahaan yang lebih besar akan
lebih mudah memperoleh pinjaman
dibandingkan
perusahaan
kecil.
Oleh karena itu, perusahaan besar
memiliki tingkat leverage yang
lebih
dibandingkan
perusahaan
berukuran kecil.
Struktur Aktiva
Struktur
aktiva
adalah
penentuan besarnya jumlah alokasi
untuk setiap komponen aktiva baik
untuk aktiva lancar maupun aktiva
tetap perusahaan. Perusahaan yang
memiliki aktiva
tetap
jangka
panjang
akan
lebih
banyak
menggunakan hutang
jangka
panjang tetapi bagi perusahaan
yang sebagian besar aktivanya
berupa aktiva
lancar
seperti
piutang dan persediaan barang,
pembiayaan lebih bergantung pada
ISSN: 1410 -9875
Yoes Sumbaji
pembiayaan
jangka
pendek.
Dengan demikian, komposisi aktiva
akan mempengaruhi struktur modal
perusahaan.
Pertumbuhan Aktiva
Asset
growth
menunjukkan
perbandingan jumlah aktiva suatu
perusahaan dari suatu periode ke
periode berikutnya. Pertumbuhan
aktiva
pada
dasarnya
menggambarkan
bagaimana
perusahaan menginvestasikan dana
yang ia miliki untuk kegiatan
operasi dan investasi (Joni dan Lina
2010: 86). Ketika dana
internal
tidak lagi cukup untuk membiayai
operasi dan investasi perusahaan
maka
perusahaan
akan
menggunakan dana eksternal, baik
berupa
hutang,
bond,
saham
preferen serta penerbitan saham
biasa.
Non-Debt Tax Shield
Pengurangan
pajak
untuk
depresiasi
dan
kredit
pajak
investasi disebut sebagai non-debt
tax shields. Menurut
Djumahir
(2005: 303) non-debt tax shields
sebagai penentu struktur modal
bukan
dari
hutang,
berupa
pembebanan biaya depresiasi dan
amortisasi terhadap laba dan rugi.
Depresiasi dan amortisasi sebagai
pendorong bagi perusahaan untuk
mengurangi
hutang,
karena
depresiasi
dan
amortisasi
merupakan cash flow sebagai
sumber
modal
dari
dalam
perusahaan
sehingga
dapat
mengurangi
pendanaan
dari
hutang.
METODA PENELITIAN
Bentuk penelitian ini adalah
penelitian
kausalitas.
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar secara konsisten di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 20102012. Teknik pemilihan sampel
menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan
menyampaikan
laporan keuangan yang berakhir
pada tanggal 31 Desember.
2. Perusahaan menggunakan mata
uang Rupiah dalam penyajian
laporan
keuangan
selama
periode penelitian.
3. Perusahaan memiliki earnings
after tax yang positif selama
periode penelitian.
Menurut Duca (2012: 526)
struktur modal diperoleh dari
perbandingan total hutang dengan
total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Menurut Duca (2012: 526) struktur
modal dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
Struktur Modal =
Total Aktiva
Menurut
Seftianne
dan
Handayani (2011:
49) likuiditas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva lancar
yang dimilikinya. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Menurut Duca (2012: 526) likuiditas
dirumuskan sebagai berikut:
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Likuiditas =
November 2013
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Menurut
Seftianne
dan
Handayani (2011: 49) profitabilitas
merupakan
suatu
ukuran
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dalam suatu
periode tertentu. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Menurut
Cekrezi
(2013:
371)
profitabilitas dirumuskan sebagai
berikut:
Earnings After Tax
Profitabilitas =
Total Aktiva
Menurut Firnanti (2011: 124)
ukuran
perusahaan
merupakan
ukuran atau besarnya aktiva yang
dimiliki
perusahaan.
Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio. Menurut Firnanti (2011:
124) ukuran perusahaan dirumuskan
sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Log natural dari total aktiva
Struktur aktiva menggambarkan
dua komponen aktiva secara garis
besar dalam komposisinya yaitu
aktiva lancar dan aktiva tetap.
Menurut Seftianne dan Handayani
(2011: 50) struktur aktiva dapat
menjadi faktor penting dalam
menentukan struktur modal karena
mencerminkan
sebagian
jumlah
aktiva yang dapat
dijadikan
jaminan (collateral
value
of
assets). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
Menurut Sulistyowati (2009: 10)
struktur aktiva dirumuskan sebagai
berikut:
Aktiva Tetap
Struktur Aktiva =
Total Aktiva
Menurut Firnanti (2011: 125)
tingkat pertumbuhan perusahaan
dapat diukur dengan pertumbuhan
aktiva
perusahaan.
Skala
60
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio. Menurut Firnanti (2011:
125)
pertumbuhan
aktiva
dirumuskan sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Yoes Sumbaji
TAn – TA(n‐1)
Pertumbuhan Aktiva
=
TA(n‐1)
Keterangan:
TAn
= Total Aktiva Tahun
Ke-n
TA(n-1)
= Total Aktiva Tahun
Sebelumnya (n-1)
Menurut Sulistyowati (2009: 11)
non-debt tax shields merupakan
hasil dari depreciation expense
dibagi dengan total aktiva. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio. Menurut Sulistyowati
(2009: 11) non-debt tax shield
rumuskan sebagai berikut:
Depreciation Expense
Non‐Debt Tax Shield =
Total Aktiva
Menurut Ghozali (2011: 96)
pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan analisis regresi berganda
(multiple regression).
Analisis
regresi berganda digunakan unuk
mengetahui apakah ada pengaruh
likuiditas, profitabilitas, ukuran
perusahaan,
struktur
aktiva,
pertumbuhan aktiva dan non-debt
tax shield terhadap struktur modal.
Adapun model persamaan linear
berganda yang digunakan adalah
sebagai berikut:
SM = α + b1 LIKD
+
b2
PROFIT + b3 UK_PER + b4 ST_AK + b5
GROWTH +
b6 NDTS + e
Keterangan:
SM
= Struktur modal
α
= Konstanta
b1-b6
= Koefisien
regresi
linear
LIKD
= Likuiditas
PROFIT
= Profitabilitas
UK_PER
= Ukuran perusahaan
ST_AK
= Struktur aktiva
GROWTH = Pertumbuhan
aktiva
NDTS
= Non-debt
tax
shield
e
= Error term yang
merupakan variabel lain di luar
model penelitan
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
HASIL PENELITIAN
N
SM
LIKD
PROFIT
UK_PER
ST_AK
GROWTH
NDTS
221
221
221
221
221
221
221
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
0,12638
0,22239
0,00048
25,08254
0,01104
-0,18249
0,00210
1,03839
7,72653
0,34055
32,35714
0,80383
5,47052
0,07224
0,42415
2,29486
0,08890
27,82898
0,34886
0,19268
0,02970
Hasil uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji t
Variabel
B
Std. Error
t
Constant
0,311
0,161
1,930
LIKD
0,006
-10,983
PROFIT
0,0
0,129
-5,360
UK_PER
69
0,006
2,244
ST_AK
0,064
-4,385
GROWTH
0,6
0,021
4,313
NDTS
93
0,805
2,299
0,013
0,2
80
0,089
1,850
Berdasarkan persamaan regresi
berganda di atas, jika likuiditas,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
struktur
aktiva,
pertumbuhan
aktiva dan non-debt tax shield,
maka struktur modal akan memiliki
nilai sebesar 0,311.
Likuiditas
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana
nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti likuiditas (Ha1) memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Likuiditas memiliki nilai koefisien
sebesar
-0,069 yang
berarti
likuiditas memiliki pengaruh negatif
62
Std.
Deviati
on
0,17858
1,56464
0,07185
1,47556
0,18839
0,39761
0,01392
Sig.
0,055
0,000
0,000
0,026
0,000
0,000
0,022
terhadap struktur modal. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan
yang mempunyai likuiditas yang
tinggi
akan
cenderung
tidak
menggunakan
pembiayaan
dari
hutang.
Hal
ini
disebabkan
perusahaan dengan tingkat likuiditas
tinggi mempunyai dana internal yang
besar, sehingga perusahaan tersebut
akan lebih menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum
menggunakan pembiayaan eksternal
melalui hutang.
ISSN: 1410 -9875
Profitabilitas
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana
nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti profitabilitas (Ha2) memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Profitabilitas memiliki nilai koefisien
sebesar
-0,693
yang
berarti
profitabilitas
memiliki
pengaruh
negatif terhadap struktur modal. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas
tinggi cenderung memiliki dana
internal yang lebih tinggi, sehingga
mendorong
perusahaan
untuk
menggunakan hutang lebih sedikit.
Ukuran perusahaan
memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,026
dimana nilai ini lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti ukuran
perusahaan (Ha3) memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Ukuran
perusahaan memiliki nilai koefisien
sebesar 0,013 yang berarti ukuran
perusahaan memiliki
pengaruh
positif terhadap struktur modal. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan
besar dapat menanggung risiko dan
memiliki kemungkinan gagal bayar
yang lebih kecil serta
memiliki
akses mudah untuk mendapatkan
pinjaman. Hal tersebut mendorong
perusahaan
besar
untuk
menggunakan hutang lebih banyak
dalam membiayai operasional dan
investasinya.
Struktur aktiva memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana
nilai ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti
struktur
aktiva
(Ha4)
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal. Struktur aktiva
memiliki nilai koefisien sebesar 0,280 yang berarti struktur aktiva
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal.
Hal
ini
menunjukkan bahwa perusahaan
industri yang menanamkan sebagian
besar modalnya dalam aktiva tetap
Yoes Sumbaji
akan mengutamakan pemenuhan
modalnya dari modal permanen
yaitu modal sendiri sedangkan
hutang sifatnya hanya sebagai
pelengkap.
Dengan
demikian,
semakin tinggi struktur aktiva,
penggunaan modal sendiri akan
semakin tinggi dan penggunaan
modal asing semakin sedikit.
Pertumbuhan aktiva
memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000
dimana nilai ini lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti tingkat
pertumbuhan
(Ha5)
memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Pertumbuhan aktiva memiliki nilai
koefisien sebesar 0,089 yang berarti
pertumbuhan
aktiva
memiliki
pengaruh positif terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan yang tinggi
akan meningkatkan jumlah aktiva
yang
digunakan,
sehingga
meningkatkan jumlah dana yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Hasil
penelitian sesuai dengan pecking
order theory yang
menyatakan
bahwa perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat lebih
banyak
mengandalkan
modal
eksternal.
Non-debt tax shield
memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,022
dimana nilai ini lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti non-debt tax
shield (Ha6) memiliki pengaruh
terhadap variabel struktur modal.
Non-debt tax shield memiliki nilai
koefisien sebesar 1,850 yang berarti
non-debt
tax
shield
memiliki
pengaruh positif terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan
yang
mempunyai
depresiasi yang tinggi cenderung
melakukan
pendanaan
dengan
hutang, karena biaya depresiasi dan
hutang tersebut dapat mengurangi
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
jumlah pajak
perusahaan.
yang
ditanggung
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Likuiditas mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian Wijaya dan Hadianto
(2008), Duca
(2012)
serta
Cekrezi (2013) namun tidak
konsisten dengan penelitian
Seftianne
dan
Handayani
(2011).
2. Profitabilitas
mempunyai
pengaruh terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan
penelitian
Ahmed dan Hanif (2011) serta
Cekrezi (2013) namun tidak
konsisten dengan penelitian
Duca (2012).
3. Ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Cekrezi (2013) namun tidak
konsisten dengan penelitian
Firnanti (2011)
dan
Duca
(2012).
4. Struktur
aktiva
mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Sulistyowati (2009), Ahmed dan
Hanif (2011) serta Duca (2012)
namun tidak konsisten dengan
penelitian Wijaya dan Hadianto
(2008) serta Seftianne dan
Handayani (2011).
5. Pertumbuhan
aktiva
mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
64
November 2013
Firnanti (2011) namun tidak
konsisten dengan penelitian
Ahmed dan Hanif (2011).
6. Non-debt tax shield mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Sulistyowati (2009) namun tidak
konsisten dengan penelitian
Cekrezi (2013).
Beberapa
hal
yang
menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini
adalah:
1. Penelitian ini hanya mengambil
sampel selama tiga tahun yaitu
dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012.
2. Variabel bebas yang diteliti
hanya terbatas pada likuiditas,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, struktur aktiva,
pertumbuhan aktiva dan nondebt tax shield.
3. Penelitian hanya menggunakan
sampel perusahaan manufaktur
sebagai obyek penelitiannya
sehingga
belum
mencakup
keseluruhan jenis perusahaan
yang ada.
4. Penelitian ini masih memiliki
masalah heteroskedastistisitas
pada variabel likuiditas dan
pertumbuhan aktiva.
Beberapa rekomendasi peneliti bagi
penelitian selanjutnya:
1. Periode penelitian ditambah
agar sampel menjadi lebih
banyak sehingga memberikan
hasil penelitian yang lebih
memadai.
2.
Melakukan
penambahan
variabel-variabel lain yang ikut
mempengaruhi struktur modal
tapi belum dimasukkan dalam
penelitian ini seperti risiko
bisnis, umur perusahaan dan
dividen.
ISSN: 1410 -9875
3.
Memperluas sampel penelitian
tidak
hanya
perusahaan
manufaktur
tapi
juga
perusahaan dagang, jasa
Yoes Sumbaji
4.
keuangan,
properti,
transportasi dan pertambangan.
Penelitian selanjutnya dapat
melakukan transformasi data.
REFERENSI
Abor, Joshua. 2008. Determinants of the capital structure of ghanaian firms.
African Economic Research Consortium. Maret. hlm. 1-34.
Ahmed, Sabeel dan Muhammad Hanif. 2011. Determinants of capital structure
in textile sector of pakistan. Science Series Data Record, Vol. 4 (2),
hlm. 1-21
Cekrezi, Anila. 2013. The determinants of capital structure: evidence from
albania. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, Vol. 2 (9), hlm.
370-376
Djumahir. 2005. Pengaruh variabel-variabel tax shield dan non-tax shield
terhadap struktur modal dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan
go public di bursa efek Jakarta). Jurnal Wacana. Vol. 8 No. 3.
Desember. hlm. 307-321
Duca, Florinita. 2012. What determines the capital structure of listed firms in
romania. hlm. 83-92
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol. 13 No 2, Agustus. hlm. 119-129
Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1 No. 2. Februari. Hlm.
49-62
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS
19. Edisi 5. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2009. Principles of managerial
finance. 12th Edition. New York: Pierson prentice hall.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Accounting theory. Seventh edition. Australia: John Wiley &
Sons, Inc.
Joni, dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 (2), Agustus, hlm. 81-96
Myers, S. 1984. The capital structure puzle, Journal of Finance, Vol. 19. July
Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta.
Kajian Bisnis dan Manajemen. Edisi Khusus on Finance. hlm. 1-15
Prihadi, Toto. 2011. Praktis memahami laporan keuangan sesuai IFRS dan
PSAK. Jakarta Pusat: PPM.
Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13 No. 1. April, hlm. 39-56
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Sekaran, Uma, Bougie, Roger. 2010. “Research methods for business a skill
building approach””, United Kingdom: John Wiley & Son LTd.
Sulistyowati, Wiwit Apit. 2009. Penentuan kebijakan struktur modal pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. hlm. 1-23
Veronica, M. Sienly dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh struktur aktiva,
ukuran perusahaan dan profabilitas terhadap struktur modal emiten
sektor telekomunikasi periode 2000-2006: sebuah pengujian hipotesis
pecking order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 1. hlm. 71-84.
66
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 67-82
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINDAKAN PERATAAN LABA
ELIZABETH LINANDI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to provide empirical evident
whether firm size, financial leverage, profitability, income tax, auditor’s
reputation, dividend payout ratio, and institutional ownership have
significant influence toward income smoothing. The used data for this
research were taken from non financial companies listed in Indonesian Stock
Exchange over the three years from period 2010 until 2012. This research
used purposive sampling method. Eighty-one companies meet the criteria and
analyzed using descriptive statistics. The hypotheses are tested through
logistic regression analysis. The result of the research showed that financial
leverage and profitability had a significant influence toward
income
smoothing. Firm size, income tax, auditor’s reputation, dividend payout
ratio, and institutional ownership do not influence income smoothing.
Keywords: Income Smoothing, Financial Leverage, Income Tax, Auditor’s
Reputation, Dividend Payout Ratio, Institutional Ownership
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
apakah ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas,
pajak
penghasilan, reputasi auditor, rasio pembayaran dividen, dan kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Data
yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun dari periode 2010
sampai 2012. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Delapan puluh satu perusahaan memenuhi kriteria
dan
dianalisis
menggunakan statistik deskriptif. Hipotesis diuji melalui analisis regresi
logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage dan
profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba.
Ukuran perusahaan, pajak penghasilan, reputasi auditor, rasio pembayaran
dividen, dan kepemilikan institusional tidak mempengaruhi perataan laba.
Kata Kunci: Perataan Laba, Financial Leverage, Pajak Penghasilan, Reputasi
Auditor, Rasio Pembayaran Dividen, Kepemilikan Institusional
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Dewasa ini, perkembangan
pasar modal yang semakin pesat
merupakan sarana yang efektif
untuk
menarik
dana
dari
masyarakat, yang kemudian akan
disalurkan
ke
perusahaanperusahaan yang produktif dan
yang ingin melakukan pertumbuhan
usaha melalui ekspansi. Masyarakat
yang ditarik dananya dinamakan
investor. Investor tersebut rela
menanamkan dananya pada suatu
perusahaan
tertentu
dengan
harapan
akan
mendapatkan
imbalan atau tingkat pengembalian
yang sepadan atau bahkan lebih
besar daripada pengorbanan yang
telah dilakukannya.
Dalam mempertimbangkan
dan
menganalisis
kelayakan
investasi, seorang investor biasanya
sangat mengutamakan informasi
mengenai laba bersih yang dimuat
dalam laporan laba rugi. Hal ini
disebabkan karena laba bersih
dipandang
sebagai
indikator
penting suatu perusahaan dalam
membayarkan dividen kepada para
investor (Dul Muid, 2012). Namun
demikian, informasi mengenai laba
bersih tersebut belum sepenuhnya
menunjukkan kondisi perusahaan
yang sebenarnya.
Pentingnya
peranan
informasi mengenai
laba
yang
dapat mempengaruhi keputusan
para pemakai laporan keuangan,
terutama bagi investor dan calon
investor, maka seringkali pihak
manajemen
melakukan
dysfunctional
behavior,
yaitu
tindakan yang dilakukan untuk
memaksimalkan keuntungan bagi
diri sendiri
dengan
membuat
laporan keuangan menjadi
lebih
baik dengan cara mengungkapkan
laba yang relatif stabil atau dengan
68
November 2013
kata lain yaitu mengurangi fluktuasi
laba dari suatu periode ke periode
lain, agar tidak menarik perhatian
terlalu banyak pihak.
Hal
ini
dikenal dengan praktik perataan
laba (Budiasih, 2009). Perilaku ini
dapat
menuntun
manajemen
perusahaan melakukan kecurangan
dan kesalahan dalam pelaporan
keuangan, terutama laporan laba
rugi yang sangat diperhatikan oleh
para investor.
Motivasi dari penelitian ini
adalah
didorong
oleh
adanya
konflik yang terjadi antara pemilik
perusahaan
dengan
manajemen
perusahaan. Dari konflik
inilah
dapat terjadi tindakan income
smoothing oleh para manajer, yang
dapat berakibat fatal bagi pemilik
perusahaan dan para pemakai
laporan keuangan lainnya. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai
kebijakan manajemen perusahaan
dalam
memutuskan
untuk
melakukan praktik perataan laba
atau tidak melakukannya.
Tujuan penelitian adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
bahwa
ukuran
perusahaan,
financial leverage, profitabilitas,
pajak
penghasilan,
reputasi
auditor, tingkat
pembayaran
dividen,
dan
kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba. Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi manfaat bagi pihak
investor
agar
sebaiknya
menganalisis bukan hanya pada
besarnya laba yang dihasilkan
perusahaan, tetapi juga tentang
bagaimana
perusahaan
menghasilkan atau
memperoleh
laba tersebut. Sedangkan untuk
pihak
manajemen
perlu
mempertimbangkan
untuk
ISSN: 1410 -9875
melakukan perataan laba atau tidak
dalam
upaya
untuk
mempertahankan
posisinya
di
dalam perusahaan. Selain itu, hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi bukti empiris
sebagai rekomendasi dan
acuan
bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian di masa yang akan
datang, khususnya dengan topik
yang berkaitan dengan praktik
perataan laba (income smoothing).
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Perataan Laba
Menurut Subramanyam dan
Wild (2009: 108), manajemen laba
dapat diartikan sebagai
suatu
proses yang dilakukan dengan
sengaja, dalam batasan Prinsip
Akuntansi Berlaku Umum atau
dikenal dengan GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles)
untuk
mengarah
pada
suatu
tingkatan yang diinginkan atas laba
yang dilaporkan. Terdapat tiga
jenis strategi yang digunakan dalam
melakukan
manajemen
laba
menurut Subramanyam dan Wild
(2009: 108-109), antara lain dengan
meningkatkan laba periode kini
untuk
membuat
perusahaan
dipandang lebih baik (favorable);
melakukan
big
bath
melalui
pengurangan laba periode kini; dan
mengurangi fluktuasi laba dengan
melakukan
income
smoothing.
Income smoothing
merupakan
bentuk umum manajemen laba.
Dalam
strategi
ini,
manajer
meningkatkan atau
menurunkan
laba
yang
dilaporkan
untuk
mengurangi
earnings
volatility.
Perataan laba juga mencakup tidak
melaporkan bagian laba pada
periode baik dengan menciptakan
cadangan atau “bank” laba, dan
Elizabeth Linandi
kemudian dilaporkan sebagai laba
pada periode yang buruk.
Dalam melakukan perataan
laba, terdapat dua motivasi yang
mendorong manajer, yakni motivasi
efisiensi dan motivasi oportunistik.
Menurut Hepworth (1953) dalam
Utomo dan Siregar (2008), motivasi
efisiensi dalam praktik
perataan
laba adalah dengan tujuan untuk
memperbaiki
hubungan
dengan
kreditor, investor, dan karyawan.
Menurut Scott (1997) dalam Utomo
dan
Siregar
(2008),
motivasi
oportunistik
dilakukan
manajer
dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan
dari
perusahaan.
Misalnya,
manajer
memilih
kebijakan akuntansi yang dapat
meningkatkan laba bersih tahun
berjalan
sehingga
dapat
meningkatkan bonus yang akan
diterima.
Ukuran Perusahaan
Menurut Atawarman (2011),
pada dasarnya ukuran perusahaan
terbagi dalam 3 kategori, yaitu
perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium
firm), dan perusahaan kecil (small
firm). Menurut Sartono
(2004)
dalam Dewi dan Zulaikha (2011),
besaran perusahaan atau skala
perusahaan
adalah
ukuran
perusahaan yang ditentukan dari
jumlah total aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Prabayanti dan Yasa (2011)
menyimpulkan bahwa
semakin
besar suatu skala perusahaan, maka
diperkirakan
akan
menghindari
fluktuasi laba yang terlalu drastis.
Dengan adanya kenaikan laba
terlalu drastis, akan menyebabkan
bertambahnya biaya pajak yang
dibayarkan serta dividen yang akan
dibagikan. Namun sebaliknya, jika
terjadi penurunan laba terlalu
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
drastis akan merusak citra baik
perusahaan.
Financial Leverage
Menurut
Riyanto
(1995)
pada Dewi dan Zulaikha (2011),
perusahaan
yang
menggunakan
dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan
leverage
yang
menguntungkan
(favorable
financial leverage) atau efek yang
positif
jika
pendapatan
yang
diterima dari penggunaan dana
tersebut lebih besar
daripada
beban tetap dari penggunaan dana
tersebut.
Sebaliknya,
jika
perusahaan
tidak
dapat
memperoleh
pendapatan
dari
penggunaan dana tersebut minimal
sebanyak beban tetap yang harus
dibayar, maka digolongkan sebagai
leverage
yang
merugikan
(unfavorable financial leverage).
Pengambilan
keputusan
yang dilakukan oleh kreditor adalah
berdasarkan
pada
laba
yang
diperoleh
perusahaan.
Kreditor
akan memberikan kredit kepada
perusahaan yang menghasilkan laba
stabil karena dengan laba
yang
stabil akan memberikan suatu
keyakinan bahwa perusahaan dapat
membayar utangnya dengan lancar.
Kreditor cenderung menghindari
perusahaan dengan laba yang
berfluktuatif karena kreditor tidak
menginginkan
dana
yang
dipinjamkan kepada perusahaan
mendapatkan risiko yang terlalu
besar, yakni tidak tertagih (Noviana
dan
Yuyetta,
2011).
Dapat
disimpulkan
bahwa
perusahaan
yang memiliki tingkat leverage
yang tinggi diduga melakukan
tindakan perataan laba karena
perusahaan dapat terancam default
sehingga membuat suatu kebijakan
70
November 2013
yang
dapat
meningkatkan
pendapatan atau earnings.
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan
profit
dalam
hubungannya dengan penjualan,
total aset, dan total stockholders’
equity. Menurut Butar dan Sudarsi
(2012), profitabilitas merupakan
ukuran penting yang sering kali
dijadikan acuan bagi investor dalam
melakukan penilaian atas sehat
atau tidaknya suatu perusahaan,
yang
selanjutnya
dapat
mempengaruhi keputusan investor
untuk menjual atau membeli saham
perusahaan tersebut.
Gitman dan Zutter (2012:
79-80) menyatakan bahwa
salah
satu pengukuran
profitabilitas
adalah dengan menggunakan Net
Profit Margin (NPM). Menurut
Christiana (2012), NPM merupakan
rasio profitabilitas yang digunakan
untuk menghitung sejauh mana
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Selain
itu, NPM juga digunakan untuk
mengetahui efektifitas perusahaan
dalam mengelola sumber-sumber
yang dimilikinya.
Berpengaruhnya
NPM
terhadap tindakan perataan laba
diduga karena rata-rata perusahaan
belum memiliki kinerja yang cukup
baik. Oleh karena itu, manajemen
melakukan praktik perataan laba
untuk
memperbaiki
kinerja
perusahaan agar terlihat lebih
efektif di mata investor (Santoso,
2010 dalam Dul Muid, 2012).
Pajak Penghasilan
Menurut Saeidi
(2012),
pajak
penghasilan
berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba
ISSN: 1410 -9875
yang dilakukan oleh perusahaan.
Dengan adanya berbagai peraturan
perpajakan yang telah ditetapkan
dalam suatu negara, perusahaan
seringkali memilih
metode dan
kebijakan akuntansi yang paling
menguntungkan.
Perusahaan
cenderung
menghindari kenaikan laba yang
drastis
supaya
terhindar
dari
kenaikan pembebanan biaya pajak.
Perusahaan
juga
menghindari
penurunan laba secara drastis
karena akan memberikan sinyal
bahwa perusahaan sedang berada
dalam masa krisis. Hal ini akan
mengundang
campur
tangan
pemerintah. Oleh karena itu,
perusahaan
melakukan
praktik
perataan laba untuk mengurangi
fluktuasi terhadap laba (Luqman
dan Shahzad, 2012).
Reputasi Auditor
Reputasi
auditor
sangat
menentukan kredibilitas laporan
keuangan.
Independensi
dan
kualitas auditor eksternal dalam
memeriksa laporan keuangan akan
berdampak terhadap pendeteksian
manajemen laba, sehingga dapat
dijadikan
pelindung
terhadap
berbagai
kecurangan
akuntansi
(Sulistiyawati, 2013). Ada dugaan
bahwa auditor dengan reputasi
yang baik merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangi
terjadinya tindakan manajemen
laba. Dengan kata lain, reputasi
auditor
menjadi
salah
satu
pengendali
manajemen
untuk
melakukan perataan laba. Kualitas
audit yang tinggi yang dihasilkan
oleh KAP Big Four menjadi salah
satu pertimbangan
manajemen
untuk melakukan pengelolaan atas
laba. Nama besar auditor akan
menghambat
manajemen
perusahaan
dalam
melakukan
Elizabeth Linandi
perataan laba dan menambah
kredibilitas
pelaporan
laba
(Prabayanti dan Yasa, 2011).
Tingkat Pembayaran Dividen
Tingkat
pembayaran
dividen menentukan jumlah laba
yang dibagi dalam bentuk dividen
kas dan laba yang ditahan sebagai
sumber
pendanaan.
Rasio
ini
menunjukkan
persentase
laba
perusahaan yang didistribusikan
kepada pemegang saham yang
berupa dividen kas (Gitman dan
Zutter, 2012: 577). Apabila laba
perusahaan yang ditahan untuk
keperluan operasional berjumlah
besar, berarti laba yang akan
dibayarkan sebagai dividen menjadi
lebih
kecil.
Sebaliknya
jika
perusahaan lebih memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen,
maka hal tersebut akan mengurangi
porsi laba ditahan dan mengurangi
sumber pendanaan intern. Namun
dengan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen tentu saja
akan meningkatkan kesejahteraan
para pemegang saham, sehingga
para pemegang saham akan terus
menanamkan
sahamnya
untuk
perusahaan.
Noviana dan Yuyetta (2011)
mengungkapkan bahwa jika terjadi
fluktuasi di dalam laba, maka
perusahaan
yang
menerapkan
kebijakan dividen dengan tingkat
pembayaran dividen yang tinggi
akan memiliki risiko yang lebih
besar
dibandingkan dengan
perusahaan
yang
menerapkan
kebijakan dividen dengan tingkat
pembayaran dividen yang rendah.
Dengan demikian, dapat diisinyalir
bahwa suatu perusahaan yang
menerapkan dividend payout ratio
yang tinggi
lebih
cenderung
melakukan tindakan perataan laba.
Kepemilikan Institusional
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Menurut Butar dan Sudarsi
(2012), kepemilikan institusional
merupakan
jumlah
saham
perusahaan yang dimiliki institusi
pada akhir tahun. Nuraini dan Zain
(2007) dalam Butar dan Sudarsi
(2012) menemukan bahwa investor
institusional dengan kepemilikan
dalam jumlah besar dapat berfungsi
mengurangi insentif
manajerial
untuk mengelola
laba
secara
agresif.
Dengan adanya kepemilikan
institusional,
maka
perusahaan
dapat
menggunakannya
untuk
mengimbangi informasi
antara
pihak pemegang saham dengan
pihak
manajemen
perusahaan.
Selain itu, pihak institusional akan
mendorong mekanisme pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja
manajer agar tidak leluasa dalam
melakukan
pengelolaan
atas
labanya (Prabayanti dan
Yasa,
2011).
Hipotesis yang diajukan
untuk penelitian ini adalah:
Ha1:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap perataan
laba (income smoothing).
Ha2:
Financial
leverage
berpengaruh terhadap
perataan
laba (income smoothing).
Ha3:
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap perataan laba (income
smoothing).
Ha4:
Pajak
penghasilan
berpengaruh terhadap
perataan
laba (income smoothing).
Ha5: Reputasi auditor berpengaruh
terhadap perataan laba (income
smoothing).
Ha6: Tingkat pembayaran dividen
berpengaruh
terhadap
perataan
laba
(income
smoothing).
Ha7:
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
perataan
laba
(income
smoothing).
Model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Ukuran Perusahaan
Financial Leverage
Profitabilitas
Pajak Penghasilan
Perataan Laba (Income
Smoothing)
Reputasi Auditor
Tingkat Pembayaran
Dividen
Kepemilikan
Institusional
Gambar 1. Model Penelitian
72
November 2013
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
Pengumpulan Data
dan
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
menggunakan metoda purposive
sampling,
yaitu
metoda
pengambilan sampel secara tidak
acak, dengan tujuan memperoleh
sampel yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan (Sekaran dan
Bougie,
2010:
276).
Adapun
kriteria-kriteria tersebut adalah (1)
Perusahaan non keuangan yang
terdaftar di BEI selama periode
2007-2012; (2) Perusahaan non
keuangan
yang
menerbitkan
laporan keuangan yang berakhir
pada tanggal 31 Desember; (3)
Perusahaan non keuangan yang
menyajikan
laporan
keuangan
dengan satuan mata uang Rupiah;
(4) Perusahaan non keuangan yang
memperoleh laba bersih positif
secara konsisten; (5) Perusahaan
non keuangan yang membagikan
dividen tunai secara konsisten; (6)
Perusahaan non keuangan yang
memiliki kepemilikan institusional
secara konsisten.
Data yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
data
sekunder, yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung
melalui
media perantara, diperoleh atau
dicatat oleh pihak lain (Sekaran dan
Bougie, 2010: 184). Data dalam
penelitian ini
diperoleh
dari
laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di BEI, yang terdapat di
www.idx.co.id
dan
juga
dari
berbagai
sumber
pendukung
lainnya, seperti buku-buku ataupun
situs-situs
di
internet.
Hasil
pemilihan sampel dapat dilihat
pada
tabel
berikut
yang
menunjukkan bahwa jumlah sampel
adalah sebanyak 81 perusahaan.
Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI
selama periode 2007-2012
Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan
laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31
Desember
Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan
laporan keuangan dengan satuan mata uang Rupiah
Perusahaan non keuangan yang tidak memperoleh
laba bersih positif secara konsisten
Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan
dividen tunai secara konsisten
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki
kepemilikan institusional secara konsisten
Jumlah sampel penelitian
Sumber: data yang dikumpulkan
Jumlah
Perusahaan
Jumlah
Data
295
885
(6)
(18)
(39)
(117)
(109)
(327)
(60)
(180)
(0)
(0)
81
243
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Definisi
Operasional
Pengukuran Variabel
dan
variabel, yaitu deviasi standar
dari perubahan laba dan
perubahan penjualan dibagi
nilai yang diharapkan dari
perubahan
laba
dan
perubahan penjualan.
Perataan Laba
Praktik perataan
laba
diukur dengan menggunakan Eckel
Index (Eckel, 1981 dalam Mohebi et
al., 2013). Indeks Eckel akan
membedakan antara perusahaanperusahaan yang melakukan praktik
perataan laba dengan yang tidak
melakukan perataan laba. Variabel
ini dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
∆I:
Perubahan laba bersih (net
profit), yaitu laba
bersih
tahun
berjalan
dikurangi
dengan laba bersih tahun lalu.
∆S: Perubahan penjualan (sales),
yaitu
penjualan
tahun
berjalan
dikurangi
dengan
penjualan tahun lalu.
CV ∆I
IPL � CV ∆S
CV ∆S dan CV ∆I dapat dihitung
sebagai
berikut
(Suwito
dan
Herawaty, 2005):
Di mana:
CV: Coefficient
(koefisien
November 2013
of
variation
variasi)
dari
CV ∆S dan CV ∆I �
�������� ���������
�������� �����
Atau
CV ∆S dan CV ∆I � �
Di mana:
∆x: Perubahan net profit (I) atau
penjualan (S) antara tahun n-1
dan tahun n
∆X: Rata-rata perubahan laba (I)
atau penjualan (S) antara
tahun n-1 dan tahun n
n:
Jumlah tahun
Indeks
Eckel
berfungsi
untuk memisahkan antara kelompok
perusahaan
yang
melakukan
perataan laba dengan kelompok
perusahaan yang tidak melakukan
perataan
laba.
Perusahaan
dianggap melakukan perataan laba
74
∑�∆� � ∆���
��1
∶ ∆�
apabila indeks Eckelnya lebih kecil
dari 1 (IPL < 1) dan dianggap tidak
melakukan perataan laba apabila
indeks Eckelnya lebih besar sama
dengan 1 (IPL ≥ 1). Variabel ini
merupakan
variabel
dummy.
Dengan kata lain, variabel ini
menggunakan skala nominal, di
mana perusahaan yang melakukan
praktik perataan laba diberi nilai 1,
sementara yang tidak melakukan
praktik perataan laba diberi nilai 0
(Mohebi et al., 2013).
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Menurut
Sartono (2004)
pada Dewi dan Zulaikha (2011),
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
ukuran
perusahaan
adalah
kekayaan yang dimiliki perusahaan
yang ditentukan dari jumlah total
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Skala untuk mengukur ukuran
perusahaan adalah skala rasio.
Ukuran perusahaan dihitung dengan
logaritma natural dari total aset,
yang dirumuskan sebagai berikut
(Mohebi et al., 2013):
Pajak Penghasilan (TAX)
Pajak
penghasilan
menggunakan skala rasio. Menurut
Rifai dan Widyatmini (2012), cara
mengetahui
jumlah
pajak
penghasilan
adalah
dengan
mengurangkan laba sebelum pajak
(Earnings Before Tax/ EBT) dengan
laba setelah pajak (Earnings After
Tax/ EAT):
SIZE � ln�total aset�
TAX � EBT � EAT
Reputasi Auditor (AUDIT)
Financial Leverage (LEV)
Financial leverage dapat
dihitung menggunakan rasio utang
atau debt ratio. Rasio ini berfungsi
untuk mengukur proporsi total aset
yang
dibiayai
oleh
kreditor
perusahaan (Gitman dan Zutter,
2012:
77).
Variabel
ini
menggunakan skala rasio. Menurut
Mohebi et al. (2013), variabel ini
dapat dihitung
dengan rumus
sebagai berikut:
LEV �
Total Liabilitas
Total Aset
Profitabilitas (NPM)
Menurut Gitman dan Zutter
(2012: 80-81), rasio net profit
margin merupakan rasio yang
mengukur persentase setiap satuan
nilai penjualan yang tersisa setelah
dikurangi dengan seluruh biaya,
termasuk bunga dan pajak. Menurut
Mohebi et al. (2013), variabel ini
menggunakan
skala rasio dan
dikalkulasikan
dengan
rumus
sebagai berikut:
��� ������
NPM �
��� �����
Reputasi auditor merupakan
variabel dummy. Dengan kata lain,
reputasi auditor menggunakan skala
nominal. Bila laporan keuangan
perusahaan diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik yang
tergabung
dalam The Big Four, maka diberi
nilai 1, sedangkan perusahaan yang
laporan keuangannya diaudit bukan
oleh Kantor Akuntan Publik The Big
Four,
maka
diberi
nilai
0
(Prabayanti dan Yasa, 2011).
Tingkat
(DPR)
Pembayaran
Dividen
Menurut Gitman dan Zutter
(2012: 577), tingkat pembayaran
dividen atau dividend payout ratio,
dapat
dikalkulasikan
dengan
membandingkan antara dividend
per share dengan earnings per
share. Variabel ini menggunakan
skala rasio dan dirumuskan sebagai
berikut:
DPR �
�������� ��� �����
�������� ��� �����
Kepemilikan Institusional (INST)
Kepemilikan
institusional
diukur
dengan
membandingkan
proporsi kepemilikan saham yang
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
dimiliki oleh investor institusional
dengan jumlah saham yang beredar
(Prabayanti
dan
Yasa,
2011).
INST �
Variabel ini menggunakan skala
rasio dan dirumuskan sebagai
berikut:
Jumlah saham yang dimiliki institusi
Jumlah saham beredar akhir tahun
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Keseluruhan Model Fit (2 Log likelihood)
dengan
November 2013
Uji keseluruhan model fit
menggunakan
-2
log
Tabel 2. Hasil Uji
Keterangan
Block 0: Beginning Block
Block 1: Method = Enter
likelihood
bertujuan
mengetahui apakah model
dihipotesakan
menggambarkan
data
(Ghozali, 2011: 340).
pengujian -2 log likelihood
dilihat pada tabel berikut.
Keseluruhan Model Fit
untuk
yang
sudah
input
Hasil
dapat
-2 Log likelihood
336,865
323,197
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Nilai -2 log likelihood
menurun
sebesar
13.668
bila
dibandingkan antara iterasi block 0
dengan block 1, yaitu dari 336,865
menjadi
323,197.
Hal
ini
menunjukkan indikasi bahwa model
tersebut baik untuk digunakan.
Hasil
Analisis
Koefisien
Determinasi
(Nagelkerke
R
Square)
Analisis
koefisien
determinasi
digunakan
untuk
mengetahui seberapa besar variasi
dari variabel
dependen
yang
mampu dijelaskan oleh variabelvariabel independen yang terdapat
di dalam model penelitian (Ghozali,
2011:
341).
Hasil
pengujian
koefisien determinasi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Cox & Snell R Square
0,055
Nagelkerke R Square
0,073
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,073, berarti
bahwa hanya 7,3 persen variasi dari
variabel dependen (perataan laba)
yang dapat dijelaskan oleh variasi
variabel
independen
(ukuran
perusahaan,
financial
leverage,
profitabilitas, pajak penghasilan,
reputasi
auditor,
tingkat
76
pembayaran
kepemilikan
model ini.
dividen,
institusional)
dan
dalam
Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test)
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
Tujuan pengujian kelayakan
model regresi dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of
Fit
Test
adalah
untuk
mengetahui apakah data empiris
cocok atau sesuai
(Ghozali, 2011:
pengujian Hosmer
Test dapat dilihat
bawah ini.
dengan model
341).
Hasil
and Lemeshow
pada tabel di
Tabel 4. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow
df
8
Sig.
0,688
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Nilai
pada
pengujian
Hosmer
and
Lemeshow
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,688. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model
fit
dengan data observasi penelitian.
Hasil
Uji
Tingkat
Ketepatan
Prediksi Model
Menurut
Ghozali
(2011:
342), uji tingkat ketepatan prediksi
model dilakukan untuk menghitung
estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect). Hasil pengujian
tingkat ketepatan prediksi model
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model
Keterangan
Bukan Perata Laba
Perata Laba
Overall Percentage
Bukan Perata Laba
79
55
Perata Laba Percentage Correct
43
64,8
66
54,5
59,7
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Berdasarkan
data
yang
diperoleh, terdapat 121 perusahaan
yang melakukan perataan laba.
Akan tetapi, yang tepat diprediksi
berdasarkan model adalah sebanyak
66 perusahaan atau sebesar 54,5
persen. Sisanya, yaitu sebanyak 54
perusahaan atau sebesar 22,6
persen
(55/243)
tidak
tepat
diprediksi, yang juga merupakan
kesalahan
tipe
satu.
Untuk
perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba ada sebanyak 122
perusahaan. Namun, yang tepat
diprediksi berdasarkan
model
adalah sebanyak 79 perusahaan
atau sebesar 64,8 persen. Sisanya,
yaitu sebanyak 43 perusahaan atau
sebesar 17,7 persen (43/243) tidak
tepat
diprediksi,
yang
juga
merupakan kesalahan tipe dua.
Secara
keseluruhan,
tingkat
ketepatan prediksi model adalah
sebanyak 145 perusahaan atau
sebesar 59,7 persen (145/243).
Hasil
Uji
Independen
Dependen
Pengaruh
terhadap
Variabel
Variabel
Statistik deskriptif dapat
dilihat pada Tabel 6 dan hasil
pengujian hipotesis dapat dilihat
dalam Tabel 7.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tabel 6. Hasil Statistik Deskriptif
Variabel
N
IPL
SIZE
LEV
NPM
243
243
243
243
TAX
243
AUDIT
DPR
INST
243
243
243
Minimum
Maximum
Std.
Mean
29.395.000.00
0
1
32,8365
0,8827
0,9337
0,50
28,685438
0,417379
0,147664
Deviation
0,501
1,5684621
0,1908782
0,1306411
5. 866.000.000.00
0
390.331.160.033
901.543.929.019
0
0,0127
0,1232
1
1,7241
0,9900
0,54
0,426518
0,697233
0,499
0,2685164
0,1807176
0
25,0825
0,0680
0,0028
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Tabel 7. Hasil Uji Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Variabel
B
Sig.
Kesimpulan
Constant
SIZE
LEV
NPM
TAX
AUDIT
DPR
INST
-2,077
0,019
2,097
2,977
-1,171
0,276
0,838
-0,358
0,543
0,877
0,015
0,020
0,544
0,401
0,154
0,650
Tidak berpengaruh
Berpengaruh positif
Berpengaruh positif
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
tindakan
perataan laba (income smoothing).
Hasil
ini
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Christiana (2012), Juniarti dan
Corolina (2005), Prabayanti dan
Yasa (2011), Subijanto dan Viriany
(2011), Sumarno dan Heriyanto
(2012),
Suwito
dan
Herawaty
(2005), serta Utomo dan Siregar
(2008). Namun hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mohebi et al
(2013), Atawarman (2011), Budiasih
(2009), Butar dan Sudarsi (2012),
Dewi dan Zulaikha (2011), Dul Muid
(2012), Herni dan Susanto (2008),
dan Prasetiono (2012).
78
Financial
leverage
berpengaruh
terhadap
tindakan
perataan laba (income smoothing).
Nilai beta menunjukkan
angka
2,097, yang berarti bahwa terdapat
pengaruh positif antara variabel
financial leverage (LEV) terhadap
perataan laba (IPL). Hal ini sesuai
dengan teori akuntansi positif
mengenai debt covenant hypothesis
yang menyatakan bahwa semakin
besar kecenderungan perusahaan
yang
melanggar
perjanjian
utangnya, maka semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan
untuk melakukan perataan
laba
agar
tidak
merusak
reputasi
perusahaan di mata masyarakat.
Hasil
ini
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
ISSN: 1410 -9875
Prabayanti dan Yasa (2011) dan
Dewi dan Zulaikha (2011). Namun
hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mohebi et al (2013), Budiasih
(2009), Butar dan Sudarsi (2012),
Christiana (2012),
Herni
dan
Susanto (2008), Noviana
dan
Yuyetta
(2011),
Rifai
dan
Widyatmini (2012), Subijanto dan
Viriany
(2011),
Sumarno
dan
Heriyanto (2012), dan Utomo dan
Siregar (2008).
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba
(income smoothing). Nilai beta
menunjukkan angka 2,977, yang
berarti bahwa terdapat pengaruh
positif antara variabel profitabilitas
(NPM) terhadap
perataan
laba
(IPL). Hal ini disebabkan bahwa
secara logis, profitabilitas yang
diukur dengan net profit margin
merupakan margin yang terkait
langsung dengan obyek perataan
laba, yaitu penjualan dan laba
bersih. Semakin besar tingkat
profitabilitas
perusahaan,
maka
semakin besar kecenderungan pihak
manajemen
perusahaan
untuk
melakukan praktik perataan laba.
Dengan
adanya
tingkat
profitabilitas yang dihitung dengan
NPM, maka pihak manajemen
perusahaan dapat
mengetahui
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba pada tahun
berikutnya, sehingga memudahkan
perilaku manajemen perusahaan
dalam mempercepat atau menunda
laba melalui praktik perataan laba.
Hasil
ini
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Prasetiono (2012). Namun hasil
penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mohebi et al (2013), Christiana
Elizabeth Linandi
(2012), Dul Muid (2012), Rifai dan
Widyatmini (2012), serta Suwito
dan Herawaty (2005).
Pajak penghasilan tidak
berpengaruh
terhadap
tindakan
perataan laba (income smoothing).
Hasil ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Luqman dan Shahzad (2012), Saeidi
(2012), dan Rifai dan Widyatmini
(2012).
Reputasi
auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
tindakan
perataan laba (income smoothing).
Hasil
ini
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Prabayanti dan Yasa (2011) serta
Sulistiyawati (2013). Namun hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herni dan Susanto (2008).
Tingkat
pembayaran
dividen tidak berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba (income
smoothing). Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Christiana (2012), Subijanto
dan
Viriany
(2011),
dan
Sulistiyawati (2013). Namun hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Budiasih (2009) serta Noviana
dan Yuyetta (2011).
Kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
tindakan perataan laba (income
smoothing). Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Butar dan Sudarsi (2012) serta
Prabayanti dan Yasa (2011).
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENUTUP
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan, yaitu (1)
Penelitian ini hanya menggunakan
periode yang relatif pendek, yaitu
tiga tahun, dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012; (2) Penelitian
ini hanya menggunakan tujuh
variabel independen, yaitu ukuran
perusahaan,
financial
leverage,
profitabilitas, pajak penghasilan,
reputasi
auditor,
tingkat
pembayaran
dividen,
dan
kepemilikan
institusional
yang
dianggap mempengaruhi praktik
perataan laba. Seharusnya masih
banyak faktor-faktor lain
yang
dapat
mempengaruhi
praktik
perataan laba pada perusahaan;
(3)Laba yang digunakan dalam
perhitungan indeks perataan laba
(Eckel index) adalah laba tahun
berjalan (net profit of the year).
Masih ada jenis laba lain yang
dapat
digunakan
manajemen
November 2013
perusahaan sebagai alat (tools)
untuk melakukan perataan laba.
Berdasarkan keterbatasanketerbatasan yang ditemui selama
penelitian,
maka
terdapat
beberapa
rekomendasi
kepada
peneliti-peneliti selanjutnya yang
ingin melakukan penelitian dengan
topik yang
sama,
yakni
(1)
Memperpanjang
kurun
waktu
penelitian menjadi lima tahun atau
lebih untuk memperbanyak jumlah
sampel penelitian; (2) Penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
menggunakan variabel independen
lain
yang
dianggap
memiliki
pengaruh
terhadap
praktik
perataan laba, seperti return on
asset, harga saham, jenis industri,
kepemilikan manajerial, dan nilai
perusahaan; (3) Menggunakan laba
kotor (gross profit), laba operasi
(operating profit), dan/atau laba
sebelum pajak penghasilan (profit
before tax) dalam
perhitungan
indeks perataan laba (Eckel index).
REFERENSI
Atawarman, Rita J. D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan
Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage. Vol. 2. No. 2. Hlm 6779.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2004. Accounting Theory. 5th ed. Great Britain:
Thomson Learning.
Budiasih, Igan. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 4. No. 1.
Butar, Linda Kurniasih dan Sri Sudarsi. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Perataan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang
Terdaftar di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 1.
No. 2. Hlm 143-158.
80
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
Christiana, Lusi. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan
Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi. Vol. 1. No. 4. Hlm 71-75.
Dewi, Ratih Kartika dan Zulaikha. 2011. Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada
Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI (20062009), http://eprints.undip.ac.id/29072/1/JURNAL.pdf (diakses pada
24 Maret 2013).
Dul Muid, Dina Rahmawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010). Diponegoro Journal of
Accounting. Vol. 1. No. 2. Hlm 1-14.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi Kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. 13th ed. England: Pearson.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
2010. Accounting Theory. 7th ed. Australia: John Wiley and Sons.
Herni dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik,
Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba
(Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 23. No. 3. Hlm 302-314.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Directory KAP & AP, 2013. http:// www.
iapi.or.id/iapi/download/Directory2013/Jakarta.pdf.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go
Public. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7. No. 2. Hlm 148-162.
Luqman, Rana Adeel dan Fakhar Shahzad. 2012. An Association between
Income Smoothing, Income Tax, and Profitability Ratios in Karachi
Stock Exchange (An Empirical Investigation). Interdisciplinary Journal
Of Contemporary Research in Business. Vol. 3. No. 9. Hlm 986-990.
Mohebi, Fatemeh, Mohammad Mahmoodi, and Naser Ail Yadollahzadeh Tabari.
2013. The Investigation of the Effect of Firm-Specific Accounting
Variables on Income Smoothing of Companies: Evidence from Tehran
Stock Exchange. World of Sciences Journal. Vol. 01. Hlm 109-116.
Mudjiono. 2010. Pengaruh Tindakan Perataan Laba terhadap Reaksi Pasar
dengan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel
Pemoderasi. Eksplanasi. Vol. 5. No. 2. Hlm 1-11.
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi
dan Auditing. Vol. 8. No. 1. Hlm 69-82.
Prabayanti, Ni Luh Putu Arik dan Gerianta Wirawan Yasa. 2011. Perataan Laba
(Income Smoothing) Dan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6. No. 1.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Prasetiono, Kartika Shintia Dewi. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan
Size Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010).
Diponegoro Journal of Management. Vol. 1. No. 2. Hlm 172-180.
Saeidi, Parviz. 2012. The Relationship between Income Smoothing and Income
Tax and Profitability Ratios in Iran Stock Market. Asian Journal of
Finance & Accounting. Vol. 4, No. 1.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
Subijanto, Jessisca dan Viriany. 2011. Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2005-2007. Jurnal Akuntansi. Vol. XV. No. 02.
Hlm 190-201.
Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis.
10th ed. Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Sulistiyawati. 2013. Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan
Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba. Accounting Analysis Journal.
Vol. 1. No. 3. Hlm 148-153.
Sumarno, J. dan Heriyanto. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol. XVI. No. 02. Hlm 209-226.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII Solo. Hlm 136-146.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. UndangUndang Pajak Lengkap 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Utomo, Semcesen Budiman dan Baldric Siregar. 2008. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 19. No. 2. Hlm
113-125.
82
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 83-96
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
KEBIJAKANDIVIDEN, PROFITABILITAS, PERTUMBUHANPENJUALANDAN
FAKTOR -FAKTORLAINNYA YANG MEMPENGARUHI
TINGKATHUTANG PERUSAHAAN
IMAN AKHMADI dan RINTAR HAPOSAN E.N.
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence that
dividend policy, profitability, sales growth, total assets growth, investmnet
opportunity set and institutional ownership affect financial leverage in
manufacturing companies that listed in BEI for the period of 2008-2011. The
samples of this research are consisting of 122 manufacturing companies
listing in Indonesia Stock Exchange that have been selected by purposive
sampling method. Data were analyzed using multiple linear regression
analysis. The result of this research shows that institutional ownership has
significant influence to financial leverage. Whereas, the other independent
variables are dividend policy, profitability, sales growth, total asset growth
and investment opportunity set do not have significant influence to financial
leverage
Keywords:
Dividend Policy, Profitability, Sales Growth, Other Variables,
Financial Leverage
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
bahwa kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan total aset, peluang investasi dan kepemilikan institusional
mempengaruhi financial leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI untuk
periode 2008-2011 manufaktur. Sampel penelitian ini terdiri dari
122
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah
dipilih dengan metode purposive sampling. Data
dianalisis
dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan
terhadap financial leverage. Sedangkan, variabel independen lainnya adalah
kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total
aset dan kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
leverage
Kata Kunci:
Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan
Variabel Lainnya, Financial Leverage
83
Penjualan,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Tujuan utama perusahaan
adalah
meningkatkan
nilai
perusahaan
dengan
melalui
meningkatkan kemakmuran pemilik
atau
para
pemegang
saham
(Bringham dan Gapenski
1996
dalam Indahningrum dan Handayani
2009). Untuk mencapai tujuan
tersebut,
pemilik
modal
menyerahkan
pengelolaan
perusahaan
kepada
manajer.
Namun, seringkali pihak manajer
perusahaan
atau
insider
mempunyai
tujuan
lain
yang
bertentangan dengan tujuan utama
tersebut, sehingga timbul konflik
kepentingan antara manajer dan
pemegang saham.
Keputusan
yang
diambil
menajer
cenderung
untuk
melindungi
dan
memenuhi
kepentingan
mereka
terlebih
dahulu
daripada
memenuhi
kepentingan
pemilik
seperti
melakukan
ekspansi
untuk
meningkatkan status gaji.
Salah
satu alternatif manajer untuk
memperoleh dana dalam rangka
ekspansi adalah dengan menaikkan
kebijakan hutang. Akan tetapi,
kebijakan hutang rentan terhadap
konflik
kepentingan
antara
pemegang saham, manajer dan
kreditur yang biasa disebut dengan
konflik keagenan (Yeniatie dan
Destriana 2010).
Menurut Wahidahwati (2002)
dalam Indahningrum dan Handayani
(2009), penyebab konflik antara
manajer dengan pemegang saham
diantaranya
adalah
pembuat
keputusan yang berkaitan dengan
aktivitas pencarian dana (financing
decision). Suatu perusahaan yang
memiliki
tingkat
pertumbuhan
yang
tinggi
cenderung
84
November 2013
membutuhkan dana yang besar dan
melakukan pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan bagaimana
dana
diperoleh
tersebut
diinvestasikan.
Myer dan Majluf
(1984)
dalam Steven dan Lina (2011) juga
memperkenalkan adanya Pecking
Order
Hypothesis
(POH) yang
merupakan salah satu teori struktur
modal modern dimana
Pecking
Order
Hypothesis
tersebut
memprediksi bahwa perusahaan
lebih mengutamakan dana internal
daripada dana eksternal dalam
aktivitas pendanaan. Akan tetapi,
perusahaan
yang
sedang
berkembang membutuhkan modal
yang lebih besar. Modal tersebut
dapat diperoleh dari hutang (debt)
atau
modal
sendiri
(equity).
Keputusan untuk memilih sumber
pendanaan yang paling baik bagi
perusahaan memerlukan analisa
seksama dari manajer keuangan
perusahaan. Keputusan pendanaan
sangat menentukan kemampuan
perusahaan itu sendiri. Keputusan
pendanaan seperti
ini
sangat
penting bagi perusahaan. Banyak
perusahaan
yang
sukses
dan
berkembang
akibat
tepat
mengambil keputuasan pendanaan.
Akan
tetapi,
banyak
juga
perusahaan yang jatuh ke dalam
kebangkrutan akibat banyak hutang
dan terbelit bunga (Steven dan Lina
2011).
Hutang yang terlalu besar
juga akan menimbulkan konflik
keagenan antara shareholders dan
debtholders. Untuk meminimalkan
konflik keagenan (agency conflict)
antara manajer dan
pemegang
saham maka dibutuhkan suatu
mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan pihakpihak terkait (Wahidahwati 2002
ISSN: 1410 -9875
dalam Yeniatie dan
Destriana
2010). Namun adanya mekanisme
pengawasan
itu
menyebabkan
munculnya biaya yang disebut
agency cost. Menurut Bringham
(1996) et al dalam Yeniatie dan
Destriana (2010) agency cost adalah
biaya yang meliputi semua untuk
monitoring
tindakan
manajer,
mencegah tingkah laku manajer
yang
tidak
dikehendaki
dan
opportunity
cost
akibat
pembatasan
yang
dilakukan
pemegang
saham
terhadap
tindakan manajer.
Penelitian ini merupakan
pengembangan
dari
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Amirya dan Atmini dengan judul
“Determinan Tingkat Hutang Serta
Hubungan Tingkat Hutang Terhadap
Nilai
Perusahaan:
Perspektif
Pecking Order Theory“ pada tahun
2008. Adapun perbedaan penelitian
ini dari penelitian sebelumnya
adalah
periode
pengamatan
penelitian sebelumnya dilakukan
pada tahun 2003 sampai 2004,
sedangkan penelitian ini meneliti
tahun 2008 sampai 2011. Selain itu,
pada
penelitian
sebelumnya
meneliti
hubungan
variabel
independen terhadap
tingkat
hutang perusahaan sebagai variabel
dependennya. kemudian tingkat
hutang diuji hubungan
terhadap
nilai perusahaan, sedangkan dalam
penelitian
ini
peneliti
tidak
melakukan pengujian
variabel
tingkat hutang terhadap nilai
perusahaan.
Peneliti menambahkan dua
variabel independen baru yaitu: set
peluang investasi dan kepemilikan
institusional. Hal ini dikarenakan
menurut peneliti penambahan dua
variabel independen tersebut dapat
mempengaruhi
tingkat
hutang.
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
Selain itu banyak artikel pendukung
yang
meneliti
variabel-variabel
tersebut. Sedangkan Amirya dan
Atmini
(2008)
hanya
meneliti
kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan total aktiva, set
peluang investasi dan kepemilikan
institusional
sebagai
variabel
independen yang mempengaruhi
tingkat hutang.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut,
pertama pendahuluan menjelaskan
mengenai latar belakang sampai
dengan sistematika
penulisan.
Kedua, menjelaskan mengenai teori
dan hasil penelitian sebelumnya
sebagai dasar untuk pengambilan
hipotesis
penelitian.
Ketiga,
metoda pemilihan sampel dan
definisi operasional variabel dalam
penelitian.
Keempat,
hasil
pengujian hipotesis, dan terakhir
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh
Jensen dan Meckling pada tahun
1976 (Horne dan Wachowicz, 1998;
482 dalam Purbasari dan kusuma
2005), manajemen merupakan agen
dari
pemegang
saham.
Para
pemegang saham berharap agen
akan bertindak atas kepentingan
mereka sehingga mendelegasikan
wewenang kepada agen. Untuk
dapat melakukan fungsinya dengan
baik, manajemen harus diberikan
insentif dan pengawasan yang
memadai.
Pengawasan
dapat
dilakukan melalui cara-cara seperti
pengikatan
agen,
pemeriksaan
laporan keuangan, dan pembatasan
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
terhadap keputusan yang dapat
diambil
manajemen.
Kegiatan
pengawasan
tentu
saja
membutuhkan biaya yang disebut
dengan biaya agensi. Biaya agensi
menurut Horne dan Wachowicz
(1998; 482 dalam Purbasari dan
kusuma 2005) adalah biaya-biaya
yang
berhubungan
dengan
pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemen
bertindak konsisten sesuai dengan
perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditor dan pemegang
saham.
The Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama
kali oleh Donaldson pada tahun
(1961)
sedangkan
penamaan
pecking order theory
dilakukan
oleh Myers (1984) (Husnan, 1996;
324 dalam Purbasari dan kusuma
2005). Secara singkat teori ini
menyatakan bahwa: (a) Perusahaan
menyukai
internal
financing
(pendanaan dari hasil operasi
perusahaan
berwujud
laba
ditahan), (b) Apabila pendanaan
dari luar
(external financing)
diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling
aman terlebih dulu, yaitu dimulai
dengan
penerbitan
obligasi,
kemudian diikuti oleh sekuritas
yang berkarakteristik opsi (seperti
obligasi konversi), baru akhirnya
apabila masih belum mencukupi,
saham baru diterbitkan.
Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut
Brigham dan Houston (1999; 36)
dalam Purbasari dan kusuma (2005)
adalah suatu tindakan yang diambil
manajemen
perusahaan
yang
memberi petunjuk bagi investor
tentang
bagaimana manajemen
86
November 2013
memandang prospek perusahaan.
Dalam Brigham dan Houston (1999;
36) dalam Purbasari dan kusuma
(2005), perusahaan dengan prospek
yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru
yang diperlukan dengan cara-cara
lain, termasuk penggunaan hutang
yang melebihi target
struktur
modal yang normal. Perusahaan
dengan
prospek
yang
kurang
menguntungkan akan cenderung
untuk
menjual
sahamnya.
Pengumuman emisi saham oleh
suatu
perusahaan
umumnya
merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa
manajemen
memandang
prospek
perusahaan
tersebut
suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan
saham
baru, lebih sering dari biasanya,
maka
harga
sahamnya
akan
menurun,
karena
menerbitkan
saham baru berarti memberikan
isyarat negatif yang
kemudian
dapat
menekan
harga
saham
sekalipun prospek
perusahaan
cerah.
Kebijakan Dividen dan Tingkat
Hutang
Bagi investor atau pemegang
saham, dividen merupakan salah
satu
keuntungan
yang
akan
diperolehnya selain keuntungan lain
yang berupa capital gain. Secara
umum dividen dapat diartikan
sebagai bagian yang dibagikan oleh
emiten
kepada
masing-masing
pemegang
saham.
Kebijakan
dividen ini memiliki pengaruh
terhadap tingkat
penggunaan
hutang
suatu
perusahaan.
Kebijakan dividen yang stabil
menyebabkan adanya
keharusan
bagi
perusahaan
untuk
menyediakan sejumlah dana untuk
ISSN: 1410 -9875
membayar jumlah dividen yang
tetap tersebut sehingga kebutuhan
pendanaan
perusahaan
akan
meningkat. Adanya pembayaran
dividen yang tetap menyebabkan
timbulnya suatu kebutuhan dana
yang
tetap
setiap
tahunnya
sehingga
kebutuhan
dana
perusahaan
akan
meningkat.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
hipotesis alternatif yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
Ha1
Kebijakan
dividen
berpengaruh
terhadap
tingkat
hutang.
Profitabilitas dan Tingkat Hutang
Profitabilitas
perusahaan
merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba, yang
merupakan penentu yang penting
dari tingkat hutang perusahaan
(Nurdin 2004 dalam Indahningrum
dan Handayani 2009). Perusahaan
dengan rate of return yang tinggi
cenderung menggunakan proporsi
hutang yang relatif kecil, karena
dengan rate of return yang tinggi,
kebutuhan
dana
untuk
pengembangan usaha atau investasi
dapat diperoleh dari laba ditahan
(Nurdin 2004 Indahningrum dan
Handayani 2009). Perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi akan menghasilkan dana bagi
perusahaan yang lebih banyak
sehingga dapat digunakan bagi
perusahaan
sebagai
penutup
kewajiban
atau
pendanaan
sehingga akan dapat berdampak
pada
berkurangnya
tingkat
penggunaan
hutang
oleh
perusahaan atau dengan kata lain
jika
perusahaan
profit
maka
perusahaan
akan
cenderung
mengurangi rasio hutang mereka.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
hipotesis alternatif yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
Ha2
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap tingkat hutang.
Pertumbuhan
Penjualan
dan
Tingkat Hutang
Tingkat pertumbuhan suatu
perusahan mengindikasikan bahwa
perusahaan sedang mengadakan
ekspansi, dan pengadaan ekspansi
ini membutuhkan dana yang besar.
Bringham dan Gapensky (1996)
dalam Murni dan Andriana (2007)
menyatakan
bahwa
perusahaan
yang sedang tumbuh membutuhkan
sumber dana ekstern yang lebih
besar. Oleh karena itu, perusahaan
akan mengadakan dana tersebut
dengan berbagai cara, diantaranya
dengan hutang dan menggunakan
laba di tahan. Dalam hal ini,
penerbitan surat hutang lebih
disukai
dibanding
pengeluaran
saham baru karena biaya emisi
saham baru lebih besar daripada
biaya hutang. Dengan demikian,
tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung
lebih
banyak
menggunakan
hutang
sehingga
terdapat
hubungan
antara
pertumbuhan perusahaan dan debt
ratio (Murni dan Andriana 2007
dalam Steven dan Lina 2011).
Berdasarkan
uraian
di
atas,
hipotesis alternatif yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
Ha3
Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
terhadap
tuingkat
hutang.
Pertumbuhan Total Aktiva dan
Tingkat Hutang
Pertumbuhan aktiva pada
dasarnya
menggambarkan
bagaimana
perusahaan
menginvestasikan dana
yang ia
miliki untuk kegiatan operasi dan
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
investasi. Peningkatan
jumlah
aktiva, baik aktiva lancar maupun
aktiva
jangka
panjang
membutuhkan
dana,
dengan
alternatif pendanaan internal atau
dengan
pendanaan
eksternal.
Menurut Fama dan French (2000)
dalam dalam Joni dan Lina (2010),
perusahaan
yang
melakukan
investasi melebihi jumlah laba
ditahan yang dimiliki perusahaan,
maka akan memungkinkan adanya
peningkatan jumlah pinjaman dari
pihak kreditur berupa hutang.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
hipotesis alternatif yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
Ha4 Pertumbuhan total aktiva
berpengaruh
terhadap
return
saham.
Set Peluang Investasi dan Tingkat
Hutang
Smith dan Watts
(1992)
dalam Susanto (2011) menemukan
adanya bukti empiris bahwa pada
perusahaan yang
mempunyai
peluang untuk bertumbuh lebih
besar mempunyai rasio debt to
equity yang lebih rendah dalam
keputusan
struktur
modalnya.
Pendanaan modal sendiri (equity
financing)
cenderung
untuk
mengurangi
masalahmasalah
keagenan, karena
keberadaan
hutang berisiko dalam struktur
modalnya.
Prospek
perusahaan
88
November 2013
yang bertumbuh bagi investor
merupakan
hal
yang
menguntungkan karena investasi
yang ditanamkan diharapkan bisa
memberikan return yang tinggi.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
hipotesis alternatif yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
Ha5
Set
peluang
investasi
berpengaruh
terhadap
tingkat
hutang.
Kepemilikan
Institusional
dan
Tingkat Hutang
Sheiler dan Vishny (1986)
dalam Indahningrum dan Handayani
(2009) menyatakan bahwa adanya
pemegang saham besar seperti
kepemilikan institusional memiliki
arti penting dalam memonitor
manajemen dengan pengawasan
yang lebih optimal. Wahidahwati
(2002), Listyani (2003), Zulhawati
(2004), Masdupi (2005) dalam
Indahningrum dan Handayani (2009)
menemukan
bahwa
kehadiran
kepemilikan
institusional
dapat
mengurangi
hutang
perusahaan
dalam rangka meminimalkan total
biaya keagenan hutang (agency cost
of debt). Berdasarkan uraian di
atas, hipotesis alternatif yang akan
diuji adalah sebagai berikut:
Ha6
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
tingkat
hutang.
ISSN: 1410 -9875
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
Model yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kebijakan Dividen
Profitabilitas
Pertumbuhan Penjualan
Tingkat Hutang
Pertumbuhan Total Aktiva
Set Pelung Investasi
Kepemilikan Institusional
Gambar 1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008 sampai dengan
2011. Teknik pemilihan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive
sampling
dengan
prosedur
pemilihan sampel sebagai berikut:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 – 2011
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir
Jumlah
120
(4)
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
pada 31 Desember
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak
menggunakan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak membagikan dividend secara
konsisten
Perusahaan yang tidak dimiliki oleh institusional
Perusahaan yang menjadi sampel
Total data penelitian (2008, 2009, 2010, 2011)
Data outlier
Total data penelitian setelah outlier
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Tingkat Hutang
Kebijakan hutang merupakan
kebijakan
untuk
menentukan
besarnya hutang yang ada dalam
perusahaan agar perusahaan tetap
stabil. Variabel ini diberi simbol
DTA (Nurfauziah, et al. 2007 dalam
Susanto 2011). Kebijakan hutang
dihitung dengan:
DEBT =
Kebijakan Dividen
Secara umum dividen dapat
diartikan sebagai bagian yang
dibagikan oleh emiten kepada
masing-masing
pemegang
saham.Variabel ini merupakan rasio
pembayaran
dividen
terhadap
earning after tax (Dividen payout
ratio)
(Indahningrum
dan
Handayani
2009).
Pembayaran
dividen dirumuskan dengan sebagai
November 2013
(11)
(72)
(0)
33
132
(10)
122
berikut:
DIVD =
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba pada masa yang
akan datang (Jansen et al. 1992
dalam Indahningrum dan Handayani
2009). Profitabilitas dirumuskan
dengan sebagai berikut (Moh’d et al
1998 dalam Indahningrum dan
Handayani 2009):
PROF =
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan
penjualan
diukur dengan menghitung tingkat
pertumbuhan
penjualan.
Pertumbuhan penjualan dirumuskan
sebagai berikut (Amirya dan Atmini
2008):
SALES GROW =
Pertumbuhan Total Aktiva
Pertumbuhan total aktiva
(Grow) diukur dengan menghitung
GROW =
90
tingkat pertumbuhan total aktiva
(Amirya dan Atmini 2008).
ISSN: 1410 -9875
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
Set Peluang Investasi
IOS (Investment Opportunity
Set) menggunakan proksi ratio
earning per share (E/P) sebagai
dasar untuk mengukur IOS karena
rasio E/P dapat menunjukkan
adanya aliran laba dimasa depan
dan merupakan salah satu proksi
potensi pertumbuhan yang valid
(Tumanggor 2002 dalam Susanto
2010).
E/P =
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
yaitu
proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki
institusional pada akhir tahun yang
diukur dalam persentase saham
yang
dimiliki
oleh
investor
institusional
dalam
suatu
perusahaan.
Kepemilikan
institusional dirumuskan dengan
sebagai berikut (Madupi
2005
dalam
Indahningrum
dan
Handayani 2009):
INST =
Penelitian ini menggunakan
multiple regression analysis untuk
menguji
hipotesis
yang
diilustrasikan sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +
b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Dalam hal ini: Y tingkat hutang, X1
Dividen,
X2
Profitabilitas,
X3
Pertumbuhan
Penjualan,
X4
Pertumbuhan Total Aktiva, X5 Set
Peluang Investasi, X6 Kepemilikan
Institusional, , e Error Term.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari statistic deskriptif
untuk
menjelaskan
mengenai
gambaran data penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2 Statistik Deskriptif
DER
N
122
Minimum
0.0084
Maximum
0.3622
Mean
0.088205
Std. Deviation
0.0845915
DIVD
122
0.0002
1.1330
0.401639
0.2758105
PROF
122
0.0467
0.5967
0.208067
0.1331503
122
-0.2727
0.5301
0.151747
0.1376837
122
-0.1932
0.5139
0.130446
0.1131478
122
0.0269
0.3404
0.120469
0.0654896
0.3122
0.9900
0.711100
0.1800914
Pertumbuhan
Penjualan
GROW
E/P
INSTITUSIONAL
122
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji t untuk melihat
pengaruh
dari
masing-masing
variabel
independen
terhadap
variabel dependen dapat
dari tabel berikut ini:
dilihat
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Variabel
Dividen
Profitabilitas
Pertumbuhan
Penjualan
Pertumbuhan Total
Aktiva
Set Peluang Investasi
Kepemilikan
Institusional
Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis
Koefisien
Sig.
0.011
0.708
-0.104
0.084
0.003
0.960
Kesimpulan
Ha1 tidak diterima
Ha2 tidak diterima
Ha3 tidak diterima
0.133
0.067
Ha4 tidak diterima
-0.020
0.860
Ha5 tidak diterima
-0.214
0.000
Ha6 diterima
Hasil
penelitian
menunjukkan
DIVD
mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0.708
yang lebih besar dari α = 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel
dividen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat hutang,
yang berarti hipotesis alternatif
pertama (Ha1) tidak diterima. Hal
ini mengindikasikan bahwa dividen
tidak
bersifat
mensubtitusikan
fungsi
tingkat
hutang
dalam
mengurangi
risiko
perusahaan.
Sedangkan menurut teori pecking
order perusahaan lebih menyukai
pendanaan dari sumber internal.
Penggunaan dividen dalam uruturutan pendanaan bisa dilakukan
untuk mengatasi masalah kelebihan
aliran kas internal (free cash flow)
pada perusahaan yang profitable.
Dengan demikian perusahaan masih
mampu membayar dividen yang
tinggi dan membiayai kesempatan
investasi yang ada tanpa harus
mencari tambahan dana eksternal
dari hutang (debt financing)
PROF
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar
0.084.
Profitabilitas
mempunyai tingkat
signifikansi yang lebih besar dari α
= 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa
profitabilitas
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap tingkat hutang yang
92
November 2013
berarti hipotesis alternatif kedua
(Ha2) tidak diterima. Hal ini terjadi
karena Perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi
akan menghasilkan
dana bagi
perusahaan yang lebih banyak
sehingga dapat digunakan bagi
perusahaan
sebagai
penutup
kewajiban
atau
pendanaan
sehingga akan dapat berdampak
pada
berkurangnya
tingkat
penggunaan
hutang
oleh
perusahaan atau dengan kata lain
jika
perusahaan
profit
maka
perusahaan
akan
cenderung
mengurangi rasio hutang mereka.
Pada tingkat profitabilitas yang
rendah, perusahaan menggunakan
hutang
untuk
membiayai
operasional,
sebaliknya
pada
tingkat profitabilitas yang tinggi,
perusahaan
mengurangi
penggunaan hutang (Ismiyanti dan
Hanafi 2003 dalam Steven dan Lina
2011).
Variabel
Pertumbuhan
Penjualan
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar
0.960.
Pertumbuhan penjualan mempunyai
tingkat signifikansi lebih besar dari
α = 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa
variabel
pertumbuhan
penjualan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat hutang
yang berarti hipotesis alternatif
ISSN: 1410 -9875
ketiga
(Ha3)
tidak
diterima.
Pertumbuhan penjualan cenderung
bersifat
lebih
pendek
dari
pertumbuhan
total
aktiva,
sedangkan keputusan pendanaan
lebih bersifat jangka
panjang.
Dalam jangka pendek, manajemen
dapat
melakukan
earning
management.
Variabel GROW menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0.067.
Pertumbuhan
total
aktiva
mempunyai
tingkat
signifikansi
lebih besar dari α = 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel
pertumbuhan total aktiva tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap tingkat hutang yang
berarti hipotesis alternatif keempat
(Ha4) tidak diterima. Pertumbuhan
total aktiva perusahaan lebih
mencerminkan horison waktu lebih
panjang
dari
pertumbuhan
penjualan. Investasi pada aktiva
membutuhkan waktu sebelum siap
dioperasikan
sehingga
aktivitas
yang dilakukan tidak langsung
terkait dengan penerimaan. Oleh
karena itu, peningkatan aktiva
dilakukan perusahaan bila terdapat
prospek bagus. Pertumbuhan total
aktiva menunjukkan arah positif.
Hal ini mengindikasikan
bahwa
pada tingkat pertumbuhan total
aktiva
rendah,
perusahaan
mengurangi penggunaan tingkat
hutang. Sebaliknya pada tingkat
pertumbuhan total aktiva tinggi,
perusahaan menggunakan tingkat
hutang untuk memenuhi kebutuhan
dana internal. Berdasarkan teori
pecking order, bila dana eksternal
dibutuhkan, perusahaan memilih
sumber dana yang pertama dari
hutang.
Variabel E/P menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0.860. Set
peluang
investasi
mempunyai
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
tingkat signifikansi lebih besar dari
α = 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa
variabel
E/P
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap tingkat hutang yang
berarti hipotesis alternatif kelima
(Ha5) tidak diterima. Hal ini tidak
menunjukkan peluang pertumbuhan
perusahaan terlihat pada peluang
investasi. Perusahaan yang memiliki
peluang
bertumbuh
lebih
cenderung menggunakan sumber
dana berasal dari laba ditahan dan
modal saham daripada pinjaman
yang mengandung risiko.
Variabel INST menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0.000.
Kepemilikan
institusional
mempunyai
tingkat
signifikansi
lebih kecil dari α = 0.05 maka dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
institusional berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat hutang
yang berarti hipotesis alternatif
keenam (Ha6) diterima. Hal ini
dapat
diartikan
besarnya
presentase saham yang dimiliki oleh
pihak
institusional
akan
menyebabkan usaha pengawasan
menjadi lebih efektif.
PENUTUP
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh
terhadap
tingkat
hutang. Sedangkan hasil pengujian
menunjukkan kebijakan dividen,
profitabilitas,
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan
total
aktiva dan set peluang investasi
tidak berpengaruh terhadap tingkat
hutang.
Dari penelitian yang telah
dilakukan,
masih
terdapat
beberapa
keterbatasam
yaitu
penelitian yang dilakukan hanya
menggunakan periode pengamatan
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
4 tahun, yaitu 2008-2011 sehingga
tidak
mencerminkan
keadaan
perusahaan dalam jangka panjang,
obyek
penelitian
hanya
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI,
sehingga belum tercakup seluruh
jenis
perusahaan
dan
terjadi
heteroskedastisitas pada variabel
dividen
dan
kepemilikan
institusional. Selain itu
peneliti
juga mengajukan
rekomendasi
untuk
menambah
periode
pengamatan
sehingga
dapat
mencerminkan keadaan perusahaan
November 2013
dalam jangka panjang, memperluas
obyek
penelitian
tidak
hanya
terpaut
manufaktur
saja,
Menambahkan variabel lain yang
memiliki pengaruh tingkat hutang,
seperti, ukuran perusahaan, risiko
semantik,
struktur
aktiva,
kepemilikan
manajerial
dan
variabel lainnya. Mengganti proksi
dari
kebijakan
dividen
dan
kepemilikan institusional agar tidak
terdapat
masalah
heteroskedastisitas.
Rekomendasi
ini dilakukan guna membantu
kepada penelitian selanjutnya.
REFERENSI
Amirya, Mirna dan Sari Atmini. 2008. Determinan Tingkat Hutang Serta
Hubungan Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan:
Perspektif
Pecking Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.
5, No.2: 227-244.
Cuong, Nguyen Thanh dan Nguyen Thi Canh. 2012. The Effect of Capital
Structure on Firm Value for Viet nam’s Seafood Processing Enterprises
.International Research Journal of Finance and Economics, Issue 89.
Fauzi, Fitriya. dan Stuart Locke. Equity ownership and capital structure
determinants: A study of New Zealand-listed firms,
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Gitman, J. Lawrence, 2009. Principles of Managerial Finance. 12th edisi,
United States of America: Pearson Education Inc.
Gujarati, Damodar, 1999. Basic Econometrics, United States of America: Mc
Graw Hill.
Gujarati, Damodar, 2006. Basic Econometrics, United States of America: Mc
Graw Hill.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividen,
Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3: 189-207.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Joni dan Lina. 2010. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2: 81-96.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011.
IntermediateAccounting. IFRS Edition. Asia: John Wiley & Sons Pte Ltd.
Maksi, Wahyu Widarjo., Bandi dan Sri Hartoko. 2010. Pengaruh Ownership
Retention, Investasi Dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai
94
ISSN: 1410 -9875
Iman Akhmadi dan Rintar Haposan E.N.
Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai
Variabel Pemoderasi . Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 13.
Margaretha, Farah dan Aditya Rizki Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2: 119-130.
Mayangsari, Sekar. 2001.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis. Media
Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 3: 1-26.
Michael dan Lilian Inggit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aset dan Aset Tetap Terhadap Kebijakan Dividend an
Kebijakan Hutang. Manajemen dan Bisnis, Vol. 9, No. 2.
Munawir, S. , (2004). Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional
Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 7, No. 1: 15-24.
Prabansari, Yuke dan Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Edisi Khusus on Finance,:1-16.
Steven dan Lina, 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3: 163-181.
STIE Trisakti. Modul Laboratorium Statistik Edisi Revisi 2011. Tahun Ajaran
2010-2011. Jakarta.
Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,
Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistemaatik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3: 195-210.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1: 1-16.
Yenitatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 . No. 1: 1-16.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening. . Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 9.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan
96
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 97-118
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PERUBAHAN DIVIDEND PER SHARE, PERUBAHAN
EARNINGS PER SHARE, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR
PERUSAHAAN, BOOK VALUE EQUITY TO MARKET
VALUE EQUITY TERHADAP PROFITABILITAS
DAN CUMULATIVE ABNORMAL RETURN
STEVEN YAP
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze the effectof
dividend per share changes, earnings per share changes, size, age, and book
value equity to market value equity toward profitability and cumulative
abnormal return. This study also employ financing and investment decision in
order to predict the profitability and abnormal return of company. The
population in this research is consumer goods company in Indonesia Stock
Exchange with research period 2005 – 2010. The sampling technique used in
this research is purposive sampling. The methods are multiple regressions
and event study. The research result can be summarized as follow. First,
there is influence of nine independent variables simultantly in order to
predict return on equity and net profit margin. Second, there is no influence
of eight independent variables simultantly in order to predict of cumulative
abnormal return around announcement date.
Keywords:
profitability, cumulative abnormal return, dividend per share,
consumer goods, event study, multiple regressions
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan
menganalisis perubahan dividend per share, perubahan earnings per share
size, age dan book value equity terhadap market value equity terhadap
profitability dan cumulative abnormal return. Penelitian
ini
juga
menggunakan pembiayaan dan keputusan investasi untuk memprediksi
profitabilitas dan abnormal return perusahaan. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan barang konsumen di Bursa Efek Indonesia dengan periode
penelitian 2005 - 2010. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Metode yang regresi dan event study. Hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ada pengaruh dari
sembilan variabel independen secara simultan untuk memprediksi return on
equity dan net profit margin. Kedua, tidak ada pengaruh delapan variabel
independen secara simultan untuk memprediksi abnormal return kumulatif
sekitar tanggal pengumuman.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Kata kunci: profitability, cumulative abnormal return, dividend per share,
consumer goods, event study, multiple regressions
PENDAHULUAN
Dividen merupakan
salah
satu bentuk return yang mungkin
diperoleh investor selain capital
gain. Reaksi investor terhadap
pengumuman dividen berbeda satu
sama lain. Hal ini dikarenakan
adanya
perbedaan
ekspektasi
terhadap kebijakan investasi yang
dilakukan
oleh
masing-masing
investor.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
kinerja
pasar
dan
kinerja
perusahaan bagi profitabilitas dan
cumulative abnormal return di
sekitar
pengumuman
dividen.Pengumuman
dividen
merupakan salah satu informasi
dalam
pasar
modalyang
efisien.Informasi yang relevan ini
dapat
mempengaruhi
harga
sekuritas dipasar modal, seperti
yang dinyatakan oleh Jogiyanto
(2008,
540),
bahwa
kunci
utamauntuk mengukur pasar yang
efisien adalah dengan melihat
hubungan
antara
hargadan
informasi.Pengumuman
dividen
menjadi
dasar
bagi
investor
untukmemperkirakan
pendapatan
perusahaan dan juga pendapatan
yang diharapkan.
Pembayaran dividen dibagi
atas pembayaran dividen tidak
teratur, dividen konstan tidak
bertumbuh,
dan
pertumbuhan
dividen yang konstan.Penelitian ini
mengambil
perusahaan
sektor
konsumsi yang selalu membagikan
dividen tiap tahun agar dapat
dilihat dari pertumbuhan dividen
yang konstan.
98
Penelitian ini menjelaskan
bagaimana investor menentukan
sikap
dari
pengaruh
kinerja
perusahaan dan kinerja pasar
bereaksi terhadap pertumbuhan
dividen yang mengalami kenaikan
dan
penurunan
serta
dividen
tetap.Efek sinyal maksudnya adalah
apabila ada informasi laba dan
pengumuman
dividen
dapat
memberikan sinyal atau informasi
kepada investor mengenai prospek
perusahaan di masa yang akan
datang
khususnya
dalam
memperoleh keuntungan Asquith
dan Mulins 1986 dalam Jogiyanto
(2008,
540).Sehingga
signaling
menjelaskan bahwa
pemberian
sinyal dilakukan
oleh
manajer
untuk
mengurangi
asimetri
informasi (Lo 2006, 92).
Dalam
kondisi
asimetri
informasi,
investor
akan
beranggapan
bahwa
kebijakan
perusahaan untuk meningkatkan
dividennya merupakan sinyal yang
bagus Healy dan Palepu (1988)
dalam
Jogiyanto (2008,
540).
Sebaliknya, kebijakan perusahaan
untuk
menurunkan
dividennya
merupakan sinyal kepada investor
bahwa
prospek
masa
depan
perusahaan kurang bagus. Menurut
Astuty teori dividen signaling
mengatakan bahwa pengumuman
perubahan
dividen
dikatakan
mempunyai kandungan
informasi
jika memberikan abnormal return
yang signifikan terhadap pasar.
Sebaliknya,
pengumuman
perubahan dividen dikatakan tidak
mempunyai kandungan
informasi
jika tidak memberikan abnormal
return yang signifikan terhadap
ISSN: 1410 -9875
pasar kenaikan dividen membawa
prospek yang lebih baik.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat
perubahan dividend per share,
perubahan earning per share, firm
size,
firm
age,
terhadap
profitability
dan
perubahan
dividend per share, perubahan
earning per share, book value
equity to market value equity
terhadap
cumulative
abnormal
return.Ketiga, metode penelitian
yang memuat metode pemilihan
sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran
variabel.Keempat, hasil penelitian
yang menguraikan analisis dan
pembahasan
temuan
penelitian.Kelima, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatasan
dan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Return on Equity (ROE)
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 82) “The return on common
equity (ROE) measures the return
earned
on
the
common
stockholders’ investment in the
firm. Generally, the owners are
better off the higher is this
return.”Return
on
equity
menunjukkan
berapa
persen
diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik (Harahap 1998,
305).Perusahaan yang menunjukkan
return on equity tinggi cenderung
lebih mampu menghasilkan uang
secara internal. Karena besarnya
return on equity memberikan
indikasi bahwa pengembalian yang
Steven Yap
akan diterima investor akan tinggi
sehingga investor akan tertarik
untuk membeli saham tersebut,
dan hal itu menyebabkan harga
pasar saham cenderung naik.
Net Profit Margin (NPM)
Menurut Ross et al. (1999,
34)“Profit margins are computed
by dividing profits by total
operating revenue and thus they
express profits as a percentage of
total
operating
revenue.”Menurunkan
harga
penjualan
biasanya
akan
meningkatkan harga volume satuan
tetapi
biasanya
menyebabkan
penurunanprofit margin (Ross et al,
520). Maka dari itu, manajer harus
cermat mengatur harga volume
satuan agar meningkatkan laba
bersih,
sehingga
meskipun
menurunkan harga jual tetapi laba
bersih
tetap
atau
bahkan
meningkat maka akan menaikkan
profit margin.
Cumulative
Abnormal
Return
(CAR)
Abnormal Return merupakan
kelebihan
dari
return
yang
sesungguhnya
terjadi
terhadap
return normal. Return normal
merupakan
return
ekspektasi
(return yang diharapkan investor).
Dengan demikian return tidak
normal (abnormal return) adalah
selisih antara actual return dengan
expected return yang diperoleh.
(Jogiyanto 2010, 579) Sebuah
abnormal return dapat berupahal
yang baikatau buruk, karena hanya
ringkasan
bagaimana
investasi
tersebut berbeda dengan laba yang
diperkirakan.
Misalnya,
mendapatkan 30% di reksa dana
yang diharapkan rata-rata 10% per
tahun akan menciptakan abnormal
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
return positif sebesar 20%. Lalu di
sisi lain, actual return adalah 5%,
maka
ini
akan
menghasilkan
abnormal return negative sebesar
5%.
Dividend per Share (DPS)
Menurut Gitman (2012, 270)
menjelaskan bahwa “Dividend per
share is the payment of dividends
to each firm’s shareholders is at
the discretion of the company’s
board
of
directors.
Most
corporations that pay dividends pay
them
quarterly.”Dividen
per
lembar merupakan dividen yang
dibayar oleh emiten kepada para
pemegang saham
secara
tunai
untuk setiap lembarnya (dividend
per share). Sedangkan
dividen
saham merupakan dividen yang
dibayar atau dibagi dalam bentuk
saham, yang diperhitungkan untuk
setiap lembarnya.
Earnings per Share (PRB. EPS)
Menurut Gitman (2012, 81)
“EPS is generally of interest to
present or prospective stockholder
and management. EPS represents
the number of dollars earned
during the period on behalf of each
outstanding
share
of
commonstock.”Rasio
ini
menunjukkan
berapa
besar
kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba(Harahap 1998,
306).Proxi yang digunakan yaitu
perubahan
earnings
per
share.Perubahan EPS ini digunakan
untuk
mengetahui
bagaimana
keadaan ketika laba naik, laba
turun, dan laba tidak berubah.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Menurut Riyanto (2002, 313)
“Ukuran perusahaan merupakan
besar kecilnya dilihat dari besarnya
100
November 2013
nilai equity, nilai penjualan atau
nilai
total
aktiva”.Ukuran
perusahaan
dihitung
dengan
menggunakan logaritma
natural
dari
aktiva
perusahaan
tersebut.Dugaannya
adalah
perusahaan besar akan memberi
sinyal atau informasi yang lebih
dibandingkan perusahaan kecil.
Umur Perusahaan (AGE)
Mature
companies
mempunyai
pendapatan
yang
stabil, memiliki akses tinggi kepada
pasar modal eksternal, mempunyai
keahlian dan tekad yang baik yang
membuat
perusahaan
tersebut
dapat menjaga cadangan pada
tingkat
yang
baik
yang
memungkinkan mereka membayar
dividen
yang
tinggi
(Afza,
2011).Bahwa
umur
perusahaan
mempunyai
pengaruh.Hal
ini
menunjukkan
bahwa
investor
dipasar perdana memperhatikan
lamanya
eksistensi
perusahaan
sebagai salah satu pertimbangan
dalam melakukan investasi.Dengan
demikian, calon
investor
tidak
perlu mengeluarkan biaya yang
lebih banyak untuk memperoleh
informasi.
Nilai Buku Ekuitas pada Nilai Pasar
Ekuitas (BM)
Variabel nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas merupakan
proksi dari risiko investasi. Nilai
buku adalah aktiva bersih (net
assets) yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan memiliki satu lembar
saham. Aktiva bersih adalah sama
dengan total ekuitas pemegang
saham (Jogiyanto 2012, 120).
Adapun nilai buku saham yang
rendah berarti aset yang ditaksir
terlalu
rendah,
para
ahli
menganggap
perusahaan-
ISSN: 1410 -9875
perusahaan ini merupakan investasi
yang baik.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis Profitability
Ho1: Tidak terdapat pengaruh
perubahan dividend per
share
terhadap
profitability.
Ha1:
Terdapatpengaruh
perubahan dividend per
share
terhadap
profitability.
Ho2:
Tidak
terdapat
pengaruhperubahan earnings
per
share
terhadap profitability.
Ha2:
Terdapat
pengaruh
perubahan earnings per
share terhadapprofitability.
Ho3:
Tidak terdapat pengaruh
ukuran perusahaanterhadap
profitability.
Ha3:
Terdapat pengaruh ukuran
perusahaanterhadap
profitability.
Ho4: Tidak terdapat
pengaruh
umur
perusahaanterhadap
profitability.
Ha4:
Terdapat pengaruh umur
perusahaanterhadap
profitability.
Ho5:
Tidak terdapat pengaruh
dividen naik dan laba
turunterhadap profitability.
Ha5:
Terdapat pengaruh dividen
naik
dan
laba
turunterhadap profitability.
Ho6:
Tidak terdapat pengaruh
dividen turun dan laba naik
terhadap profitability.
Ha6:
Terdapat pengaruh dividen
turun
dan
laba
naik
terhadap profitability.
Steven Yap
Ho7:
Tidak terdapat pengaruh
dividen turun
dan
laba
turun
terhadap
profitability.
Ha7: Terdapat pengaruh dividen
turun
dan
laba
turun
terhadap profitability.
Ho8:
Tidak terdapat pengaruh
dividen tidak berubah dan
laba
naik
terhadap
profitability.
Ha8:
Terdapat pengaruh dividen
tidak berubah dan laba naik
terhadap profitability.
Ho9: Tidak terdapat pengaruh
dividen tidak berubah dan
laba
turun
terhadap
profitability.
Ha9: Terdapat pengaruh dividen
tidak berubah dan laba
turun
terhadap
profitability.
Ho10: Tidak terdapat pengaruh
perubahan dividend per
share,
perubahanearning
per
share,
ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan, dividen naik
dan laba turun, dividen
turun dan laba naik, dividen
turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan
laba naik, dan dividen tidak
berubah dan laba turun
terhadap
profitability
secara bersama-sama.
Ha10: Terdapat
terdapat
pengaruh
perubahan
dividend
per
share,
perubahanearning
per
share, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, dividen
naik dan laba turun, dividen
turun dan laba naik, dividen
turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan
laba naik, dan dividen tidak
berubah dan laba turun
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
terhadap
profitability
secara bersama-sama.
Hipotesis Cumulative
Abnormal
Return di Sekitar Pengumuman
Dividen
Ho1: Tidak terdapat
pengaruh
perubahan dividend
per
share terhadap cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Ha1: Terdapatpengaruh
perubahan dividend
per
share terhadap cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Ho2: Tidak
terdapat
pengaruhperubahan earnings
per
share
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Ha2: Terdapat
pengaruh
perubahan earnings
per
share
terhadapcumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Ho3: Tidak
terdapat
pengaruh
dividen
naik
dan
laba
turunterhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Ha3: Terdapat pengaruh dividen
naik dan laba turunterhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Ho4: Tidak terdapat
pengaruh
dividen turun dan laba naik
terhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Ha4: Terdapat pengaruh dividen
turun dan laba naik terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Ho5: Tidak terdapat
pengaruh
dividen turun dan laba turun
102
Ha5:
Ho6:
Ha6:
Ho7:
Ha7:
Ho8:
Ha8:
Ho9:
November 2013
terhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Terdapat pengaruh dividen
turun
dan
laba
turun
terhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Tidak
terdapat pengaruh
dividen tidak berubah dan
laba
naik
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Terdapat pengaruh dividen
tidak berubah dan laba naik
terhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Tidak
terdapat
pengaruh
dividen tidak berubah dan
laba
turun
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Terdapat pengaruh dividen
tidak berubah dan laba turun
terhadap
cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Tidak
terdapat
pengaruh
nilai buku ekuitas pada nilai
pasar
ekuitas
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen.
Terdapat pengaruh nilai buku
ekuitas pada nilai pasar
ekuitas terhadap cumulative
abnormal return di sekitar
pengumuman dividen.
Tidak
terdapat
pengaruh
perubahan
dividend
per
share, perubahanearning per
share, dividen naik dan laba
turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba
turun, dividen tidak berubah
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
dan laba naik, dividen tidak
berubah dan laba turun, dan
nilai buku ekuitas pada nilai
pasar
ekuitas
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen
secara
bersamasama.
Ha9: Terdapat terdapat pengaruh
perubahan
dividend
per
share, perubahanearning per
share, dividen naik dan laba
turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba
turun, dividen tidak berubah
dan laba naik, dividen tidak
berubah dan laba turun, dan
nilai buku ekuitas pada nilai
pasar
ekuitas
terhadap
cumulative abnormal return
di
sekitar
pengumuman
dividen
secara
bersamasama.
3. Cumulative Abnormal Return
Dilakukan dengan menggunakan
model pasar untuk menghitung
normal
expected return
dan
abnormal return. Menurut Astuty
dan Siregar (2008) menggunakan
rumus:
Cumulative Abnormal Return =
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
1. Return On Equity
Menurut Astuty dan Siregar (2008),
ROE merupakan pengukuran return
pemegang
saham.
Rasio
ini
menghitung
return
setelah
dikurangkan dengan yang dibayar
ke kreditor. Variabel ini dihitung
dengan rumus:
Return on Equity (ROE)
=
DPS =
Variabel yang digunakan adalah
persentase perubahan DPS tahun t
dengan DPS t-1 [(DPSt – DPSt1)/DPSt-1].
2. Net Profit Margin
Menurut Astuty dan Siregar (2008)
NPM
merupakan
pengukuran
profitabilitas perusahaan dikaitkan
dengan tingkat penjualan. Variabel
ini dihitung dengan rumus:
Net
Profit
Margin
(NPM)
=
Dimana:
AR = Abnormal
Return,
yaitu
selisih antara
actual
return dengan expected
return. [ARit = Rit – Rmt]
CAR = Penjumlahan
abnormal
return
dalam
periode
peristiwa
masing-masing
sekuritas.
Variabel Independen
1. Perubahan Dividend Per Share
Menurut Astuty dan Siregar (2008)
menyatakan rumus:
2. Perubahan Earnings Per Share
Menurut Astuty dan Siregar (2008)
EPS adalah laba bersih setelah
dikurang dividen preferen tapi
sebelum pos luar
biasa, dibagi
jumlah saham yang beredar.
EPS =
Variabel yang digunakan adalah
persentase perubahan laba tahun t
dengan laba t-1 [(EPSt – EPSt1)/EPSt-1].
3. Ukuran Perusahaan
Menurut
Rahardjo
dan
Hartantiningrum
(2006),
ukuran
perusahaan
adalah
indikator
kemampuan
perusahaan
dalam
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
mengambil peluang bisnis yang ada,
diukur dengan logaritma natural
dari total aset. Menurut Baker &
Martin (2011, 24) variabel SIZE yang
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan rumus:
SIZE = Ln Total Aset
5. Rasio Nilai Buku Ekuitas
terhadap Nilai Pasar Ekuitas
Nilai Buku Ekuitas merupakan
perbedaan antara asset perusahaan
dan passiva. Rumusnya yaitu:
Nilai
Buku
Ekuitas
=
4. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah sejak
perusahaan
terdaftar
menjadi
perusahaan publik sampai dengan
tahun observasi penelitian.
AGE = Ln (Tahun observasi –
Tahun berdiri)
Untuk mengukur nilai pasar ekuitas
perusahaan, peneliti menggunakan
metode pendekatan MVA (Market
Value Added). Menurut Eugene F.
Brigham dan Michael C. Ehrhardt
(2005), MVA dapat diukur dengan
menggunakan rumus:
MVA =
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi berganda. Data dianalisis
dengan menggunakan
program
SPSS.
Model regresi berganda dalam
penelitian ini yaitu:
1. Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e
Dimana :
Y
: Profitabilitas (ROE dan NPM)
α
: Konstanta
b1X1
: Perubahan dividend per share
b2X2
: Perubahan earning per share
b3X3
: Ukuran Perusahaan
b4X4
: Umur Perusahaan
b5X5
: Dividen Naik dan Laba Turun
b6X6
: Dividen Turun dan Laba Naik
b7X7
: Dividen Turun dan Laba Turun
b8X8
: Dividen Tidak Berubah dan Laba Naik
b9X9
: Dividen Tidak Berubah dan Laba Turun
e
: Kesalahan Error
2. Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e
Dimana :
Y
: Cumulative di sekitar pengumuman dividen
α
: Konstanta
b1X1
: Perubahan dividend per share
b2X2
: Perubahan earning per share
b3X3
: Dividen Naik dan Laba Turun
b4X4
: Dividen Turun dan Laba Naik
104
ISSN: 1410 -9875
b5X5
b6X6
b7X7
b7X7
e
:
:
:
:
Steven Yap
Dividen Turun dan Laba Turun
Dividen Tidak Berubah dan Laba Naik
Dividen Tidak Berubah dan Laba Turun
Rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas
: Kesalahan Error
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Statistik Deskriptif− Profitabilitas
N
48
48
Minimum
,02878
,00661
Maximum
3,23595
,25477
Mean
,402097
,118817
Std. Deviation
,48272
,05446
PRB.DPS
48
-,91667
6,63889
,551835
1,46123
PRB.EPS
48
-,90817
4,33157
,29389
,71672
SIZE
48
26,10792
31,48702
28,92391
1,67042
AGE
48
1,04139
1,462398
1,25752
,12836
DNET
48
0
1
,04
,202
DTEN
48
0
1
,25
,438
DTET
48
0
1
,08
,279
DTBEN
48
0
1
,08
,279
DTBET
48
0
1
,06
,245
ROE
NPM
Tabel 2 Statistik Deskriptif − CAR
N
47
47
Minimum
-221,8400%
-203,980%
Maximum
34,3600%
34,420%
Mean
-21,780851%
-25,05894%
Std. Deviation
36,8809677%
36,063522%
CAR11
47
47
-193,8500%
-208,1500%
33,5900%
44,6100%
-21,834255%
-22,860213%
34,7946879%
36,2135745%
CAR21
47
-68,0400%
11,1500%
-8,198298%
13,1952279%
PRB.DPS
PRB.EPS
47
-,91667
6,63889
,5603843
1,47581134
47
-,908170
4,331566
,29796940
,723907674
DNET
47
0
1
,04
,204
DTEN
47
0
1
,26
,441
DTET
47
0
1
,09
,282
DTBEN
47
0
1
,09
,282
DTBET
47
0
1
,06
,247
BM
47
-39,50
6,33
-,5482
6,07317
CAR0
CAR3
CAR7
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
Variabel Y
ROE
Unstandardized Residual
,406
NPM
,942
CAR0
,060
CAR3
,313
CAR7
,222
CAR11
,187
CAR21
,140
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas − Profitabilitas
Model
1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,589
,762
1,696
1,312
Summary
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
,717
,531
1,395
1,885
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
DTEN
,786
,459
1,273
2,179
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
DTET
,519
1,925
Tidak terjadi multikolinearitas
DTBEN
,830
1,205
Tidak terjadi multikolinearitas
DTBET
,753
1,329
Tidak terjadi multikolinearitas
PRB. DPS
PRB.EPS
SIZE
AGE
DNET
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas – CAR
Model
1
PRB.DPS
PRB.EPS
DNET
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,649
1,540
,789
1,267
,916
1,092
DTEN
,567
1,764
DTET
,709
1,410
DTBEN
,835
,815
1,198
1,227
,915
1,093
DTBET
BM
Tabel 6 Hasil Uji Heterokedastisitas – Profitabilitas
Model 1
Sig.
Variabel
PRB.DPS
PRB.EPS
Model 2
Summary
Sig.
Summary
,000
,592
Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas
,319
,480
Homoskedastisitas
Homoskedastisitas
SIZE
,719
Homoskedastisitas
,078
Homoskedastisitas
AGE
DNET
,045
Heteroskedastisitas
,711
Homoskedastisitas
,611
Homoskedastisitas
,204
Homoskedastisitas
DTEN
DTET
,019
Heteroskedastisitas
,164
Homoskedastisitas
,155
Homoskedastisitas
,893
Homoskedastisitas
DTBEN
,588
Homoskedastisitas
,439
Homoskedastisitas
DTBET
,400
Homoskedastisitas
,690
Homoskedastisitas
Tabel 7 Hasil Uji Heterokedastisitas – CAR
Mode l
1
106
CAR0 Sig.
CAR3 Sig.
CAR7 Sig.
CAR11 Sig.
CAR21 Sig.
PRB.DPS
PRB.EPS
,350
,143
,700
,262
,285
,224
,630
,243
,390
,191
DNET
,525
,980
,788
,834
,540
DTEN
,483
,861
,468
,896
,659
DTET
,000
,000
,000
,000
,000
DTBEN
,318
,242
,203
,239
,289
DTBET
,278
,348
,167
,249
,282
ISSN: 1410 -9875
Model
CAR0 Sig.
BM
ROE
NPM
Steven Yap
CAR3 Sig.
,638
,721
CAR7 Sig.
,822
CAR11 Sig.
CAR21 Sig.
,745
,611
Tabel 8 Hasil Uji Durbin-Watson – Model 1
Tidak terjadi
Durbin-Watson
2,111
Autokorelasi
Tidak terjadi
Bruesch-Godfrey
0,437
Autokorelasi
Tabel 9 Hasil Uji Durbin-Watson – Model 2
Durbin-Watson
Summary
Tidak terdapat
CAR0
2,524
autokorelasi
Tidak terdapat
CAR3
2,487
autokorelasi
Tidak terdapat
CAR7
2,421
autokorelasi
Tidak terdapat
CAR11
2,479
autokorelasi
Tidak terdapat
CAR21
2,561
autokorelasi
Tabel 10 Hasil Ringkasan Hipotesis – ROE
Constanta Coefficient
t-Statistic
,313
,161
3,787
Perubahan DPS
,394
,028
,286
Perubahan EPS
1,451
-,036
-,858
Firm Size
-,053
,362
,655
Firm Age
,409
-,174
-,495
DNET
,399
,011
,067
DTEN
,419
-,199
-,787
DTET
,408
-,069
-,272
DTBEN
,409
-,107
-,369
DTBET
Prob.
,000
,777
,395
,516
,623
,947
,435
,787
,714
Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Regresi – ROE
Model
1
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
SIZE
AGE
DNET
Coefficients
-,204
,237
,022
-,027
,874
DTEN
-,167
,449
DTET
,277
DTBEN
,134
DTBET
,257
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tabel 12 Hasil Analisis Uji F - ROE
ANOVA(b)
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
4,004
6,948
df
9
38
10,952
Mean Square
,445
,183
F
2,434
Sig.
,027(a)
47
Tabel 13 Hasil Ringkasan Hipotesis – NPM
Coefficien
tt
Statistic
Constanta
,116
,004
,813
Perubahan DPS
,120
-,006
-,512
Perubahan EPS
,645
-,018
- 4,564
Firm Size
-,210
,262
5,314
Firm Age
,120
-,024
-,605
DNET
,120
-,006
-,341
DTEN
,121
-,032
-1,129
DTET
,118
,013
,443
DTBEN
,120
-,020
-,600
DTBET
Prob.
,421
,611
,000
,000
,548
,735
,265
,660
,551
Tabel 14 Hasil Analisis Koefisien Regresi – NPM
Model
1
(Constant)
PRB.DPS
Coefficients
,274
,008
PRB.EPS
-,004
SIZE
-,015
AGE
,215
DNET
-,045
DTEN
,023
DTET
-,011
DTBEN
-,007
DTBET
,006
Tabel 15 Hasil Analisis Uji F - NPM
ANOVA(b)
Model
Regression
Residual
Total
108
Sum of
Squares
,085
,055
,139
df
9
38
47
Mean Square
,009
,001
F
6,555
Sig.
,000(a)
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Tabel 16 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR0
Coefficien
tConstanta
t
Statistic
-23,634
3,307
,896
Perubahan DPS
-22,656
2,937
,387
Perubahan EPS
-21,810
,690
,026
DNET
-24,771
11,712
,948
DTEN
-17,340
-52,183
-2,920
DTET
-20,292
-17,493
-,906
DTBEN
-22,706
14,496
,655
DTBET
-21,791
-,018
-,020
BM
Prob.
,375
,700
,980
,348
,005
,370
,516
,984
Tabel 17 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR0
Model
1
Coefficients
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
DNET
-18,571
2,303
-4,567
-6,240
DTEN
DTET
9,580
-52,104
DTBEN
-17,556
DTBET
9,496
BM
-,003
Tabel 18 Hasil Analisis Uji F - CAR0
ANOVA(b)
Regression
Residual
Sum of
Squares
12894,928
49674,538
Total
62569,466
Model
df
8
38
Mean Square
1611,866
1307,225
F
1,233
Sig.
,307(a)
46
Tabel 19 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR3
Coefficien
tt
Statistic
Constanta
-25,645
1,046
,287
Perubahan DPS
-26,542
4,976
,673
Perubahan EPS
-24,662
-9,318
-,354
DNET
-28,590
13,830
1,150
DTEN
-21,491
-41,921
-2,328
DTET
-22,927
-25,053
-1,340
DTBEN
-26,153
17,140
,793
DTBET
-24,997
,113
,127
BM
Prob.
,775
,504
,725
,256
,024
,187
,432
,899
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tabel 20 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR3
Model
1
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
Coefficients
-20,058
-,140
-1,154
-14,178
DNET
DTEN
5,855
-44,000
DTET
DTBEN
-27,367
10,620
DTBET
BM
,134
Tabel 21 Hasil Analisis Uji F – CAR3
ANOVA(b)
Regression
Residual
Sum of
Squares
10619,448
49207,122
Total
59826,570
Model
df
8
38
Mean Square
1327,431
1294,924
F
1,025
46
Tabel 22 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR7
Coefficien
tConstanta
t
Statistic
-23,733
3,388
,974
Perubahan DPS
-23,014
3,958
,554
Perubahan EPS
-22,324
11,504
,454
DNET
-24,722
11,311
,971
DTEN
-18,006
-44,984
-2,627
DTET
-19,666
-25,479
-1,416
DTBEN
-22,695
13,485
,645
DTBET
-21,766
,125
,146
BM
Prob.
Tabel 23 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR7
Model
1
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
DNET
Coefficients
-20,034
2,368
-1,626
5,888
DTEN
8,665
DTET
-42,841
DTBEN
-24,440
DTBET
10,393
BM
110
Sig.
,434(a)
,079
,335
,582
,652
,337
,012
,164
,522
,884
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Tabel 24 Hasil Analisis Uji F – CAR7
ANOVA(b)
Regression
Residual
Sum of
Squares
11396,078
44294,756
Total
55690,834
Model
df
8
38
Mean Square
1424,510
1165,651
F
1,222
Sig.
,313(a)
46
Tabel 25 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR11
Coefficien
tt
Statistic
Constanta
Prob.
-23,140
0,500
,137
,892
Perubahan DPS
-24,354
5,013
,676
,503
Perubahan EPS
-22,182
-15,933
-,605
,548
DNET
-27,172
16,889
1,409
,166
DTEN
-19,060
-44,650
-2,488
,017
DTET
-20,464
-28,156
-1,508
,139
DTBEN
-23,864
15,720
,724
,473
DTBET
-22,852
,016
,018
,986
BM
Tabel 26 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR11
Model
1
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
Coefficients
-16,208
-,788
-2,419
DNET
DTEN
-21,505
DTET
-48,900
DTBEN
-31,472
DTBET
7,512
7,122
BM
,060
Tabel 27 Hasil Analisis Uji F – CAR11
ANOVA(b)
Regression
Residual
Sum of
Squares
12965,554
47359,903
Total
60325,457
Model
df
8
38
Mean Square
1620,694
1246,313
F
1,300
Sig.
,273(a)
46
Tabel 28 Hasil Ringkasan Hipotesis – CAR21
Constanta
Perubahan DPS
Perubahan EPS
DNET
DTEN
DTET
-9,122
-8,607
Coefficient
1,648
1,371
t-Statistic
Prob.
1,258
,506
,215
,615
-8,190
-,190
-,020
,984
-9,358
4,541
1,029
,309
-6,973
-14,402
-2,171
,035
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
DTBEN
DTBET
BM
November 2013
-6,808
-16,337
-2,500
,016
-8,536
5,293
,668
,507
-8,184
,026
,079
,937
Tabel 29 Hasil Analisis Koefisien Regresi – CAR21
Model
1
Coefficients
-7,118
1,254
(Constant)
PRB.DPS
PRB.EPS
-,599
DNET
-2,925
DTEN
3,244
DTET
-14,060
DTBEN
-15,798
DTBET
3,745
BM
,011
Tabel 30 Hasil Analisis Uji F – CAR21
ANOVA(b)
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2061,611
5947,635
8009,246
PENUTUP
Return on equity
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend per share berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke3
menunjukkan
bahwaukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke4
menunjukkan
bahwaumur
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap return on equity.
112
df
8
38
Mean Square
257,701
156,517
F
1,646
Sig.
,144(a)
46
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap return on equity.
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
berpengaruh terhadap return on
equity.
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
berpengaruh terhadap return on
equity.
Hasil pengujian hipotesis ke10 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning
per
share,
ukuran
ISSN: 1410 -9875
perusahaan,
umur
perusahaan,
dividen naik dan
laba
turun,
dividen turun dan
laba
naik,
dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba
turunsecara
simultan
berpengaruh terhadap return on
equity.
Net Profit Margin
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap net profit
margin.
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke3
menunjukkan
bahwaukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke4
menunjukkan
bahwa
umur
perusahaan berpengaruh terhadap
net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap net profit margin.
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
berpengaruh terhadap net profit
margin.
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
Steven Yap
berpengaruh terhadap net profit
margin.
Hasil pengujian hipotesis ke10 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning
per
share,
ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan,
dividen naik dan
laba
turun,
dividen turun dan
laba
naik,
dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba
turunsecara
simultan
berpengaruh terhadap net profit
margin.
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return saat pengumuman
dividen (CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return saat pengumuman dividen
(CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return saat pengumuman dividen
(CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return saat pengumuman dividen
(CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun
dan
laba
turun
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return saat pengumuman dividen
(CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return saat pengumuman
dividen (CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwa dividen tidak
berubah dan laba turun tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return saat pengumuman
dividen (CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwa nilai buku
ekuitas pada nilai pasar ekuitas
tidak
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return saat
pengumuman dividen (CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning per share, dividen naik dan
laba turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba turun, dan nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas secara
simultan
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return saat
pengumuman dividen (CAR0).
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return satu hari sebelum
dan satu hari sesudah pengumuman
dividen (CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return satu hari sebelum dan satu
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return satu hari sebelum dan satu
114
November 2013
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return satu hari sebelum dan satu
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun
dan
laba
turun
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return satu hari sebelum dan satu
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return satu hari sebelum
dan satu hari sesudah pengumuman
dividen (CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return satu hari sebelum
dan satu hari sesudah pengumuman
dividen (CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku
ekuitas pada nilai pasar
ekuitas
tidak
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return satu
hari sebelum dan satu hari sesudah
pengumuman dividen (CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning per share, dividen naik dan
laba turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba turun, dan nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas secara
simultan
berpengaruh
terhadap
ISSN: 1410 -9875
cumulative abnormal return satu
hari sebelum dan satu hari sesudah
pengumuman dividen (CAR3).
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return tiga hari sebelum
dan tiga hari sesudah pengumuman
dividen (CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return tiga hari sebelum dan tiga
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return tiga hari sebelum dan tiga
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return tiga hari sebelum dan tiga
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun
dan
laba
turun
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return tiga hari sebelum dan tiga
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return tiga hari sebelum
dan tiga hari sesudah pengumuman
dividen (CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
Steven Yap
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return tiga hari sebelum
dan tiga hari sesudah pengumuman
dividen (CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku
ekuitas pada nilai pasar ekuitas
tidak
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return tiga
hari sebelum dan tiga hari sesudah
pengumuman dividen (CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning per share, dividen naik dan
laba turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba turun, dan nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas secara
simultan
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return tiga
hari sebelum dan tiga hari sesudah
pengumuman dividen (CAR7).
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return lima hari sebelum
dan lima hari sesudah pengumuman
dividen (CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return lima hari sebelum dan lima
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return lima hari sebelum dan lima
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return lima hari sebelum dan lima
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun
dan
laba
turun
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return lima hari sebelum dan lima
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return lima hari sebelum
dan lima hari sesudah pengumuman
dividen (CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return lima hari sebelum
dan lima hari sesudah pengumuman
dividen (CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku
ekuitas pada nilai pasar ekuitas
tidak
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return lima
hari sebelum dan lima hari sesudah
pengumuman dividen (CAR11).
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
earning per share, dividen naik dan
laba turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba turun, dan nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas secara
simultan
berpengaruh
terhadap
cumulative abnormal return lima
hari sebelum dan lima hari sesudah
pengumuman dividen (CAR11).
116
November 2013
Hasil pengujian hipotesis ke1 menunjukkan bahwaperubahan
dividend
per
share
tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return sepuluh hari
sebelum dan sepuluh hari sesudah
pengumuman dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke2 menunjukkan bahwaperubahan
earning per sharetidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return sepuluh hari sebelum dan
sepuluh hari sesudah pengumuman
dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke3 menunjukkan bahwadividen naik
dan laba turun tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return sepuluh hari sebelum dan
sepuluh hari sesudah pengumuman
dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke4 menunjukkan bahwadividen turun
dan laba naik tidak berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return sepuluh hari sebelum dan
sepuluh hari sesudah pengumuman
dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke5 menunjukkan bahwadividen turun
dan
laba
turun
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return sepuluh hari sebelum dan
sepuluh hari sesudah pengumuman
dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke6 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba naik berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return sepuluh hari sebelum dan
sepuluh hari sesudah pengumuman
dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke7 menunjukkan bahwadividen tidak
berubah dan laba turun tidak
berpengaruh terhadap cumulative
abnormal return sepuluh hari
ISSN: 1410 -9875
sebelum dan sepuluh hari sesudah
pengumuman dividen (CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke8 menunjukkan bahwanilai buku
ekuitas pada nilai pasar
ekuitas
tidak
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return
sepuluh hari sebelum dan sepuluh
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR21).
Hasil pengujian hipotesis ke9 menunjukkan bahwa perubahan
dividend per share, perubahan
Steven Yap
earning per share, dividen naik dan
laba turun, dividen turun dan laba
naik, dividen turun dan laba turun,
dividen tidak berubah dan laba
naik, dividen tidak berubah dan
laba turun, dan nilai buku ekuitas
pada nilai pasar ekuitas secara
simultan
berpengaruh
terhadap
cumulative
abnormal
return
sepuluh hari sebelum dan sepuluh
hari sesudah pengumuman dividen
(CAR21).
REFERENSI
Afza, Talat. 2011. Do Mature Companies Pay More Dividend? Evidence from
Pakistani Stock Market. Mediterranean Journal of Social Science Vol. 2,
No. 2.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western:
CENGANGE Learning.
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
Finance. New York: McGraw-Hill.
Brigham, Eugene F., Ehrhard, E. F., and C., Michael. 2005. Financial
Management: Theory and Practice. Singapore: Thomson South Western.
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.
Brown, Keith C. and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and
Management of Portfolio Ninth Edition. Canada: South-Western.
Gitman, L. J. and Zutter C. J. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th
Edition. New York: Pierson Prentice Hall.
Grullon, Gustavo. “Are Dividend Changes a Sign of Firm Maturity?” The
Journal of Business, Vol. 75, No. 3 (Juli 2002), pp. 387-424, The
University of Chicago Press.
Gujarati, D. N., and Dawn C. P. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition. New
York: McGraw – Hill Companies, Inc.
Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A
Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketujuh.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2007. Manajemen Keuangan. Edisi
Kelima. UPP AMP YKPN.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005.
Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc.
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Kieso, Donald E. et al. 2002. Akuntansi Intermediate. 10th Edition.
Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Minsen Ardiansyah, 2004, “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Awal dan
Return 15 Hari Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO Serta Moderasi
Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan
dengan Awal dan Return 15 Hari Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO”,
Journal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7, No 2.
Ni Made Ria Kurniasih dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. “Hubungan Antara
Sinyal Dividen Tunai dengan Kinerja Operasional dan Kinerja Pasar”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No. 1, 77-98.
Newbold, Paul., Carlson, W. L., and Throne, Betty. 2007. Statistics for
Business and Economics. 6th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Reilly, Frank K., and Edgar A. Norton. 2003. Investments Sixth Edition. Ohio:
Thomson South-Western.
Reilly, Frank K., and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments and
Management of Portfolios 10th Edition. Canada: South-Western Cengage
Learning.
Riyanto, Bambang. 2002. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi empat.
Yogyakarta: BPFE.
Sarwono, Jonathan. 2005. Riset Pemasaran Dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV.
Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi
Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media.
Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”. Benefit. Vol. 10,
No.1. 11-32
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial
Accounting IFRS Edition. United States of America: Wiley.
White, Gerald I., CFA., Ashwinpaul C. Sondhi., and Dov Fried, Ph.D. 2003. The
Analysis and Use of Financial Statements Third Edition. United States of
America: Wiley.
Young, S. D. and O’Byrne, S. F. 2000. EVA and Value-Based Management
Practical. Guide to Implementation. McGraw-Hill.
www.bi.go.id
www.idx.co.id
118
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 119-132
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN, RISIKO SAHAM, ROA,
KAPITALISASI PASAR, VOLUME PERDAGANGAN, DAN
INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP
LIKUIDITAS SAHAM
SYAHRIAN
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the
influence of financial leverage, risk , ROA, market capitalization, trading
volume, and institutional ownership on liquidity. This study was also to
improve consistency of result from prior studies. Sample of this research is
mining sector companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period
2007-2012. The technique used on this research was the purposive sampling,
where 7 companies that meet the criteria and were analyzed using
descriptive statistics and panel data regression model with pool ols to test
the hypothesis. The Empirical evidence of this research show that the risk
influence the liquidity, while financial leverage, ROA, market capitalization,
trading volume, and institutional ownership do not influence liquidity.
Overall, the independent variables influence the liquidity simultaneously.
Keywords:
Liquidity, financial leverage, risk, ROA, market capitalization,
trading volume, institutional ownership .
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
secara empiris pengaruh financial leverage, risk, ROA, market capitalization,
trading volume, dan institutional ownership terhadap liquidity. Penelitian ini
juga untuk meningkatkan konsistensi hasil dari penelitian sebelumnya. Sampel
penelitian ini perusahaan pertambangan sektor yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2012.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, di mana 7 perusahaan yang memenuhi kriteria dan
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan model regresi data panel
dengan ols kolam renang untuk menguji hipotesis.Bukti empiris dari penelitian
ini menunjukkan bahwa liquidity mempengaruhi liquidity,
sementara
financial leverage, ROA, market capitalization, trading volume, dan
institutional ownership tidak mempengaruhi liquidity. Secara keseluruhan,
variabel independen mempengaruhi liquidity secara bersamaan.
Kata kunci: Likuiditas Saham, Leverage Keuangan, Risiko Saham, ROA,
Kapitalisasi Pasar, Volume Perdagangan, Institutional Ownership
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Suatu
perusahaan
mengalami kelebihan dana lantaran
usahanya mengalami peningkatan
atau mampu mencapai sasaran
targetnya,
lebih
baik
mengoptimalkan penggunaan dana
dengan melalui investasi dalam
bentuk
saham
salah
satunya.
Sehingga tidak ada dana yang
menganggur
yang
akan
menyebabkan
perusahaan
mengalami
kerugian,
karena
kehilangan banyak kesempatan dan
peluang
bisnis
yang
menguntungkan.
Dengan
menginvestasikan dana tersebut
akan mendapatkan pengembalian
(return) pada masa yang akan
datang. Dalam melakukan investasi
dalam bentuk saham tentunya ada
beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan. Salah satunya dimana
sebuah
saham
dapat
diperjualbelikan dengan kecepatan
dan
kemudahannya
tanpa
mengalami penurunan harga. Dalam
berinvestasi para investor harus
pandai
dalam
memilih
dan
mengambil keputusan akan saham
yang
terbaik.
Dengan
adanya
informasi-informasi
yang
akurat
akan membantu para
investor
dalam mengambil keputusan dan
menghindari risiko yang tinggi.
Untuk
keputusan
akan
investasi berbeda-beda tergantung
dari
harapan
masing-masing
investor. Ada investor berharap
mendapatkan capital gain dengan
melakukan penawaran jual saham
sedangkan investor lain berharap
mendapatkan keuntungan di masa
yang
akan
datang
dengan
melakukan
permintaan
beli.
Peningkatan penawaran jual dan
permintaan
beli
menyebabkan
120
November 2013
rentang harga penawaran jual (ask
price) dan permintaan beli (bid
price) yang biasanya disebut bidask spread. Bid-ask spread adalah
selisih dari harga beli (bid price)
dan harga
jual
(ask price).
Transaksi
dinyatakan
berhasil
apabila terjadi pertemuan atau
match antara harga penawaran jual
(ask price) terendah dengan harga
permintaan
beli
(bid
price)
tertinggi sehingga diperoleh harga
pasar saham. Apabila rentang dari
bid price dan ask price sempit atau
bid-ask spreadnya rendah maka
pertemuan antara harga penawaran
jual
terendah
dengan
harga
permintaan beli
tertinggi
lebih
cepat terjadi, dan sebaliknya
apabila rentang dari bid price dan
ask price lebar atau bid-ask spreadnya tinggi maka pertemuan harga
penawaran jual terendah dengan
harga permintaan beli tertinggi
lebih lambat terjadi. Pertemuan
antara
harga
penawaran
jual
terendah dengan harga permintaan
beli yang cepat terjadi karena bidask
spread-nya
rendah,
menunjukkan likuiditas saham yang
tinggi, dan sebaliknya.
Pada
periode
berjalan
biasanya
ada
saat
dimana
perusahaan
membutuhkan
dana
lebih untuk sebuah investasi yang
menguntungkan. Sehingga biasanya
perusahaan
akan
memutuskan
melakukan
pinjaman.
Untuk
melakukan investasi dengan tepat
diperlukan sejumlah informasi yang
berkaitan dengan pergerakan harga
saham
agar
bisa
mengambil
keputusan
tentang
saham
perusahaan yang
layak
untuk
dipilih. Sebenarnya hampir semua
investasi
mengandung
unsur
ketidakpastian
atau
risiko.
Penilaian saham secara akurat bisa
ISSN: 1410 -9875
meminimalkan
risiko
sekaligus
membantu investor mendapatkan
keuntungan yang wajar. Sebuah
perusahaan yang baik tidak akan
mensia-siakan kesempatan untuk
mendapatkan
keuntungan.
Ada
beberapa perusahaan menggunakan
aset perusahaan yang dimiliki untuk
dijadikan
investasi
sehingga
menghasilkan kas atau keuntungan.
Sebuah
saham
dapat
menjelaskan nilai dari sebuah
perusahaan. Hal
ini
biasanya
disebut dengan kapitalisasi pasar.
Sebuah
saham
yang
sering
diperdagangkan akan cenderung
menarik bagi para investor. Saham
yang sering diperdagangkan juga
akan cenderung lebih aktif. Dimana
ini akan menambah minat bagi para
investor.
Dalam
melakukan
investasi tentunya tidak terlepas
dari beberapa kecurangan, sehingga
dibutuhkan investor institusi untuk
mengatasinya.
Investor
institusi
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan pihak menejemen
melalui proses monitoring secara
efektif, sehingga dapat mengurangi
tindakan
manajer
perusahaan
dalam memanipulasi laba.
Penelitian
sebelumnya
Sudana
dan
Intan
(2008)
menyatakan
bahwa
leverage
keuangan, risiko saham, ROA,
kapitalisasi
pasar,
volume
perdagangan,
dan
institutional
ownership
berpengaruh
negatif
terhadap bid-ask spread, dengan
kata berpengaruh positif terhadap
likuiditas saham. Variabel leverage
keuangan,
ROA,
volume
perdagangan,
dan
institutional
ownership signifikan terhadap bidask spread. Sedangkan risiko saham
dan kapitalisasi tidak signifikan
terhadap bid-ask spread. Dalam
penelitian
Laura
Frieder
dan
Syahrian
Rodolfo
Martell
(2002)
dalam
Sudana
dan
Intan
(2008)
menyatakan
untuk
leverage
keuangan, kapitalisasi pasar, dan
volume perdagangan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap bidask spread dimana berpengaruh
positif terhadap likuiditas saham.
Untuk risiko saham, ROA dan
institutional
ownership
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap bid-ask spread
dengan
kata lain berpengaruh negatif
terhadap likuiditas saham.
Objek penelitian
yang
dipilih
adalah
perusahaan
pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode
2007-2012
didasarkan
pada
frekuensi yang terdapat di IDX
STATISTICS
dimana
sektor
pertambangan
merupakan
yang
paling tinggi dibandingkan dengan
sektor lainnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bid-ask spread merupakan
faktor yang
dipertimbangkan
investor
untuk
mengambil
keputusan apakah menahan atau
menjual
sahamnya
dan
mendapatkan
keuntungan
dari
spread antara harga jual dan harga
beli. Menurut Kidwell et al. (2013,
288 and 556):
“The market maker is willing to
buy the security at one
price,
known as the bid price, and sell it
at a higher price, the ask price.
The market maker makes a profit
based on the difference between
the bid and the ask prices. The
price difference is known as the
bid-ask spread.”
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Agency Problem Theory
Umumnya dalam pengelolaan
perusahaan, pemilik menggunakan
jasa
individu
lain
untuk
membantunya dalam menjalankan
kegiatan operasional perusahaan.
Walaupun
demikian,
biasanya
wewenang
untuk
pengambilan
keputusan strategis masih berada
ditangan
pemilik
sepenuhnya.
Menurut Gitman and Zutter (2012,
22):
“Agency problems arise when
managers derivate from the goal of
maximization
of
shareholder
wealth by placing their personal
goals a head of the goals of
shareholders. These problems in
turn give rise to agency costs.
Agency costs are costs borne by
shareholders due to the presence
or avoidance of agency problems,
and in either case represent a loss
of shareholder wealth.”
Asymmetric Information Theory
Dalam
kontek
teori
keagenan,
informasi
asimetris
dapat
menyebabkan
konflik
diantara prinsipal (dalam hal ini
pemilik) dengan agen (dalam hal ini
manajer). Hal ini dikarenakan
terganggunya proses komunikasi
antara pemilik atau
pemegang
saham dengan
manajer, yang
membuat pemilik atau pemegang
saham tidak memahami setiap
tindakan yang
dilakukan
oleh
manajer. Menurut Gitman
and
Zutter (2012, 533): “asymmetric
information is the situation in
which managers of a firm have
more information about operations
and future prospects than do
investors.”
November 2013
Definisi Variabel
Likuiditas Saham
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 71) “a firm's ability
to
satisfy it short-term obligations as
they come due.” Maka disimpulkan
likuiditas saham adalah seberapa
cepat dan mudah suatu saham
diperdagangkan. Likuiditas saham
ini diukur dengan rata-rata tahun
relative bid-ask spread harian.
Leverage Keuangan
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 508) bahwa “leverage refers
to the effects that fixed costs have
on the returns that shareholders
earn.” Maka disimpulkan bahwa
leverage
keuangan
adalah
kemampuan
perusahaan
mengunakan
kewajiban
untuk
aktiva perusahaan dan diukur
dengan Debt Ratio.
Ha₁: Terdapat pengaruh Leverage
Keuangan
terhadap
Likuiditas
Saham.
Risiko Saham
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 310) “risk is a measure of
the uncertainty surrounding the
return that an investment will earn
or more formally, the variability of
return associated with a given
asset.” Maka disimpulkan risiko
saham
merupakan
besarnya
penyimpangan
antara
tingkat
pengembalian
yang
diharapkan
dengan
tingkat
pengembalian
aktual dan diukur dengan variance
dari pendapatan saham/ σ².
Ha₂: Terdapat pengaruh Risiko
Saham terhadap Likuiditas Saham.
ROA
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 81) bahwa “ROA or Return
on Total Assets is measures the
122
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
overall
effectiveness
of
management in generating profits
with its available assets.”
Maka disimpulkan ROA adalah
mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan dari aset
dan diukur dengan return on total
assets.
Ha₃: Terdapat
pengaruh
ROA
terhadap Likuiditas Saham.
Kapitalisasi Pasar
Menurut Ross et al (2010,
56) “ the market capitalization of
a public firm is equal to the firm’s
stock market price per share
multiplied by the number of shares
outstanding.” Maka disimpulkan
kapitalisasi pasar adalah harga
keseluruhan dari sebuah saham
perusahaan dan diukur dengan
kapitalisasi pasar.
Ha₄: Terdapat
pengaruh
Kapitalisasi
Pasar
terhadap
Likuiditas Saham.
Volume Perdagangan
Menurut Ambarwati (2008)
“volume
perdagangan
diartikan
sebagai jumlah lembar saham yang
diperdagangkan
pada
hari
tertentu.”
Maka
disimpulkan
volume perdagangan adalah jumlah
lembar saham yang diperdagangan
pada periode tertentu dan diukur
dengan volume perdagangan.
Ha₅: Terdapat pengaruh Volume
Perdagangan terhadap Likuiditas
Saham.
Institutional Ownership
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 20): “Institutional investors
are investment professionals that
are paid to manage and hold large
quantities of securities on behalf
of individuals, businesses, and
governments.”Maka
disimpulkan
institutional
ownership
adalah
proprosi pemegang saham yang
dimiliki oleh pemilik institusional
dan diukur dengan institutional
ownership.
Ha₆: Terdapat
pengaruh
Institutional Ownership terhadap
Likuiditas Saham.
Kemudian terdapat hipotesis yang
menguji
ketujuh
variabel
independen secara bersama-sama
terhahap variabel dependen, Ha₇:
Terdapat
pengaruh
Leverage
Keuangan, Risiko Saham, ROA,
Kapitalisasi
Pasar,
Volume
Perdagangan,
dan
Institutional
Ownership
terhadap
Likuiditas
Saham.
Berikut model penelitian yang digunakan:
Gambar 1
Model Penelitian Likuiditas Saham
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk
penelitian yang digunakan oleh
peneliti yakni hubungan kausal.
Menurut
Sugiyono
(2009,
56)
“hubungan kausal adalah hubungan
yang bersifat sebab akibat.”
Objek Penelitian
Dalam penelitian sampel
penelitian diambil dengan cara
purposive
sampling
dimana
purposive sampling yakni teknik
penentuan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu. Kreteriakreteria yang digunakan untuk
sampel perusahaan pertambangan
yang listing di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2007-2012 disertai
November 2013
dengan data yang tersedia secara
lengkap untuk kebutuhan analisis.
Metode pengumpulan data untuk
penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Data diperoleh dari
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
yang dimuat
di
Indonesia Stock Exchange
Bursa
Efek Indonesia (IDX) atau dengan
website http://www.idx.co.id/ ,
IDX Statistik, dan ICMD (Indonesian
Capital Market Directory).
Definisi Operasional Variabel
Likuiditas Saham
Skala
pengukuran
untuk
likuiditas saham yakni rasio dan
rumus yang digunakan menurut
Sudana dan Intan (2008, 135-136)
adalah:
Persamaan yang digunakan untuk menghitung relative bid-ask spread harian
adalah:
Keterangan :
Relative Spread: nilai selisih harga tawar jual dengan harga tawar beli
Ask Price: harga penawaran jual saham
Bid Price: harga permintaan beli saham.
Leverage Keuangan
Skala pengukuran untuk Leverage Keuangan yakni rasio dan rumus yang
digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 136) adalah:
124
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Risiko Saham
Skala pengukuran untuk risiko saham yakni rasio dan rumus yang
digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 136-137):
Keterangan:
: variance dari pendapatan saham
: pendapatan saham harian
: mean dari pendapatan saham harian
n: jumlah sampel
Pendapatan saham harian dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
: pendapatan saham harian
: harga saham i pada periode t
: harga saham i pada periode t-1
ROA (Return On Asset)
Skala pengukuran untuk ROA yakni rasio dan rumus yang digunakan
menurut Sudana dan Intan (2008, 137):
Keterangan:
ROA: Return On Asset
EBIT: laba sebelum beban bunga dan pajak
Kapitalisasi Pasar
Skala pengukuran untuk kapitalisasi pasar yakni rasio dan rumus yang
digunakan menurut Sudana dan Intan (2008, 137):
Kapitalisasi pasar = In (jumlah saham pada akhir tahun x harga saham pada
akhir tahun)
Volume Perdagangan
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Skala pengukuran untuk volume perdagangan yakni rasio dan rumus
yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008,138):
Volume perdagangan = In(jumlah volume perdagangan saham harian selama
satu tahun)
Institutional Ownership
Skala pengukuran untuk institutional ownership yakni rasio dan rumus
yang digunakan menurut Sudana dan Intan (2008,138):
HASIL PENELITIAN
Dalam pemilihan sampel diambil dengan cara purposive
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1 Kriteria Pemilihan Sampel
Keterangan
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama
periode sampai Desember 2012
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam
laporan keuangan
Perusahaan yang tidak memiliki data yang berkaitan dengan
variabel penelitian secara lengkap
Total perusahaan yang dijadikan sampel
Perode penelitian 2007-1012
Total data penelitian
Jumlah
35
(18)
(10)
7
6
tahun
42
Nama Perusahaan Sampel
Tabel 2 Daftar Nama Perusahaan Sampel
Kode
Nama Perusahaan
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
ATPK
ATPK Resources Tbk
CTTH
Citatah Tbk
MITI
Mitra Investindo Tbk
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
RUIS
Radiant Utama Interinsco Tbk
TINS
Timah (Persero) Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Statistik Deskriptif Variabel
Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif
126
sampling
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Variabel
N
Mean
Maksimum
Minimum
Likuiditas Saham
Leverage Keuangan
Risiko Saham
ROA
Kapitalisasi Pasar
Volume Perdagangan
Institutional
Ownership
Sumber: Hasil pengolahan
42
42
42
42
42
42
0.041472
0.520577
0.003436
0.123907
27.77874
20.90908
0.073648
1.295028
0.045983
0.604665
31.59904
24.05324
0.020783
0.097531
2.09E-07
-0.218584
24.84299
16.76415
Deviasi
Standar
0.013697
0.313567
0.007947
0.189475
2.476052
1.824331
42 0.671809
0.901715
0.321378
0.152199
Eviews 7
Analisis Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model fixed effect atau
model random effect.
Tabel 4 Hasil Analisis Uji Hausman
Chi-Sq.
Chi-Sq.
Test Summary
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section random
3.520869
6
0.7412
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel 4 dapat diperoleh nilai Chi-Square statistic adalah
3.520869, sedangkan nilai kritis pada tabel chi-square sebesar 12.592 dengan
α = 0.05 dan degree of freedom (df) = 6. Sehingga dapat disimpulkan nilai
Chi-square stat < nilai kritisnya, dengan demikian hipotesis nol tidak dapat
ditolak. Hal ini didukung pula dengan nilai probability chi square = 0.7412 > α
5%. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian terbaik yang digunakan
dalam penelitian ini yakni model random effect.
Uji Normalitas
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probability
Sumber: Hasil Pengolahan
0.334190
4.240040
3.472751
0.176158
Eviews 7
Dari tabel 5 dapat diperoleh nilai hitung Jarque-Bera sebesar 3.472751
< nilai chi-square dengan α=0.05 dan degree of freedom (df) 2 sebesar 5.99.
Sehingga dapat disimpulkan ho tidak dapat ditolak yang berarti data
berdistribusi normal. Hal ini didukung pula dengan nilai p value = 0.176158 >
α=5% maka ho tidak dapat ditolak yang berarti data berdistribusi normal.
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Terjadinya multikolinieritas antar variabel independen apabila dalam
korelasi antar variabele independen dalam penelitian lebih dari 0.85 atau
lebih kecil dari -0.85. Korelasi antar variabel independen adalah sebagai
berikut:
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Variabel Independen
LEV
RIS
ROA
KAP
VOL
INS
LEV
1.000000 -0.308430 -0.360682 -0.715343 -0.380636 -0.217924
RIS
-0.308430 1.000000 -0.218446 -0.005656 0.025816 -0.106021
ROA
-0.360682 -0.218446 1.000000 0.727170 0.543881 0.195452
KAP
-0.715343 -0.005656 0.727170 1.000000 0.566779 0.399782
VOL
-0.380636 0.025816 0.543881 0.566779 1.000000 -0.316059
INS
-0.217924 -0.106021 0.195452 0.399782 -0.316059 1.000000
Sumber: hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 6 hasil korelasi antar 6 variabel independen, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena hubungan antar
variabel kurang dari 0,85.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui apakah terdapat heteroskedastisitas dalam model
penelitian. maka dilakukan Uji Glejser.
Tabel 7 Hasil Uji Glejser
Variable
C
LEV
RIS
ROA
KAP
VOL
INS
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
0.073350
-0.013145
0.028675
0.009810
-0.002956
0.000449
0.018200
0.026916 2.725178
0.005389 -2.439527
0.146532 0.195691
0.008714 1.125775
0.001094 -2.702113
0.000994 0.452154
0.010688 1.702811
Prob.
0.0100
0.0199
0.8460
0.2679
0.0106
0.6539
0.0975
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel 7 nilai probabilitas dari risiko saham, ROA, volume
perdagangan, dan institutional ownership lebih besar dari alpha 0.05 sehingga
tidak terdapat heteroskedastisitas. Akan tetapi untuk nilai probabilitas dari
variabel leverage keuangan dan kapitalisasi pasar lebih kecil dari alpha 0.05
sehingga terdapat heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
autokorelasi dalam model penelitian. Berikut hasil uji Durbin-Watson:
128
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Tabel 8 Hasil Uji Durbin-Watson
Durbin-Watson stat
2.056718
Sumber: hasil Pengolahan Eviews 72
Berdasarkan tabel 8 nilai Durbin-Watson adalah 2.056718, dengan
jumlah observasi 42 sampel dan 6 variabel independen, maka diperoleh nilai
= 1.175 dan
= 1.854. maka nilai hitung DW terletak di wilayah tidak
terjadinya autokorelasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
dalam model penelitian.
Uji t
Tabel 9 Hasil Analisis Uji
Coefficie
Std.
R
R2
nt
Error
el
0.01698
0.00795
LEV
-0.006593
0.130311
1
0
0.17919
0.24831
RIS
0.423310
0.729557
1
8
0.06355
0.01115
ROA
-0.018224
0.252103
6
3
0.04588
0.00091
KAP
-0.001253
0,214212
7
4
0.02528
0.00121
VOL
0.159019
0.001375
7
0
0.00464
0.01695
INS
-0.06817
-0.007235
8
5
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Variab
t
tstatistic
Probab
ility
-0.829351
0.4118
2.937998
0.0055
-1.633997
0.1101
-1.370516
0.1782
1.136479
0.2625
-0.426745
0.6719
Berdasarkan tabel 9 hanya hasil probabilitas risiko saham yang kurang
dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dapat ditolak, variabel
risiko saham berpengaruh terhadap likuiditas saham, sedangkan variabel
lainnya tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Variabel risiko saham
dan volume perdagangan yang berhubungan negative dengan likuiditas saham,
sedangkan variabel lainnya secara parsial berhubungan
positif
dengan
likuiditas saham.
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Uji F
Tabel 10 Hasil Uji F
Variable
C
LEV
RIS
ROA
KAP
VOL
INS
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
0.094435
-0.021874
0.536719
0.002770
-0.006914
0.005457
0.050913
0.046739 2.020449
0.009357 -2.337661
0.254455 2.109289
0.015132 0.183078
0.001900 -3.639280
0.001726 3.161370
0.018560 2.743120
Prob.
0.0510
0.0252
0.0421
0.8558
0.0009
0.0032
0.0095
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan table 10 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
SPREAD= 0.094435 − 0.021874LEV + 0.536719RIS +0.002770ROA − 0.006914KAP
+ 0.005457VOL + 0.050913INS + e
Tabel 11 Nilai Statistik F
F-statistic
Prob(F-statistic)
Sumber: hasil pengolahan Eviews 7
5.019169
0.000836
Berdasarkan tabel 11 diperoleh nilai F statistik sebesar 5.019169. Nilai
F statistik berada di daerah penolakan hipotesis nol dimana F ≥
(5.019169 ≥
2.34) dengan nf (numerator degree of freedom) = 6 dan df (denominator
degree of freedom) = 35 serta alpha=5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dapat ditolak. Hasil ini didukung juga oleh nilai probabilitas sebesar
0.000836 yang lebih kecil dari alpha 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh leverage keuangan, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar,
volume perdagangan, dan institutional ownership terhadap likuiditas saham.
PENUTUP
Kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan dengan sampel dari
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072012 mengenai pengaruh leverage, risiko saham, ROA, kapitalisasi pasar,
volume perdagangan, dan institutional ownership terhadap likuiditas saham
sebagai berikut: Leverage Keuangan tidak berpengaruh terhadap likuiditas
saham. Artinya
tidak dapat ditolak. Risiko Saham berpengaruh terhadap
likuiditas saham. Artinya
dapat ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Frieder dan Martell (2002) , Ambarwati (2008), dan Ady et
al (2010). ROA tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya
tidak
dapat ditolak. Kapitalisasi pasar tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham.
Artinya
tidak dapat ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sudana dan Intan (2008). Volume perdagangan
tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya
tidak dapat
ditolak.
130
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Institutional Ownership tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham. Artinya
tidak dapat ditolak. Leverage Keuangan, risiko saham, ROA, kapitalisasi
pasar, volume perdagangan, dan institutional ownership berpengaruh
terhadap likuiditas saham. Artinya
dapat ditolak.
Demikian kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat satu variabel
dari enam variabel yaitu risiko saham yang berpengaruh terhadap likuiditas
saham, sedangkan secara bersama-sama keenam variabel juga berpengaruh
terhadap likuiditas saham.
Adapun keterbatasan yang dialami penulis selama melakukan
penelitian antara lain: (1) Dalam penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel
independen. (2) Periode yang digunakan hanya enam tahun dimana dari tahun
2007-2012. (3) Objek yang digunakan hanya sektor pertambangan dengan
sampel 7 perusahaan saja.
Ada Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya:
(1) Menambahkan variabel-variabel lain yang bisa berpengaruh terhadap
variabel dependen. (2) Memperpanjang periode dalam penelitian (3)
Menggunakan objek penelitian lainnya.
REFERENSI
Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Ambarwati, Sri, Dwi, Ari. 2008. Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan
Saham, dan Varian Return Saham terhadap Bid-Ask Spread Saham pada
Perusahaan Manufaktur yang tergabung dalam Indeks LQ 45 Periode
Tahun 2003-2005. Jurnal Siasat Bisnis. Vol.12. No.1. Halaman 27-38.
Brigham, Eugene, F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial
Management. Edisi 2. Singapore: Cengage Learning.
Copeland, Thomas, E., J. Fred Weston, and Kuldeep Shastri. 2005. Financial
Theory and Corporate Policy. United States of America: Pearson
Education..
Fabozzi, Frank J., and Franco Modigliani. 2009. Capital Markets: Institutions
and Instruments. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.
Frieder, Laura, and Rodolfo Martell. 2006. On Capital Structure and The
Liquidity of a Firm’s Stock. Working paper.
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Boston: Pearson Education.
IDX Statistic 2007. 2007. Jakarta: Indonesia Stock Exchange.
IDX Statistic 2008. 2008. Jakarta: Indonesia Stock Exchange
IDX Statistic 2009. 2009. Jakarta: Indonesia Stock Exchange
IDX Statistic 2010. 2010. Jakarta: Indonesia Stock Exchange
IDX Statistic 2011. 2011. Jakarta: Indonesia Stock Exchange
IDX Statistic 2012. 2012. Jakarta: Indonesia Stock Exchange
Jakaria. 2008. Statistika Deskriptif. Jakarta: Andrea.
Keown, Arthur, J., John D. Martin, J. William Petty, and David F. Scott, JR.
2005. Financial Management. New Jersey: Pearson Education.
Kidwell, David, S., David W. Blackwell, David A. Whidbee, and Richard W.
Sias. 2013. Financial Institutions, Markets, and Money. Singapore:
John Wiley & Sons.
Ross, Stephen A. et al. 2010. Corporate Finance Fundamental. 8th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Siegel, Joel G., and Jae K Shim. 2000. Dictionary of Accounting Terms. Edisi
3. New york: Barons Educational.
Sudana, I., Made, dan Nurul Intan. 2008. Leverage keuangan dan likuiditas
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. No.3. Halaman 127-143.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika (Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews). Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno, Wing, Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
EViews. Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wiyani, Wahyu dan Andi Wijayanto. 2005. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah,
Tingkat Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham Terhadap
Harga Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.9. No.3. Halaman
884–903.
132
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 133-154
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH EARNINGS PER SHARE, DISKRESIONER AKRUAL,
INVESTMENT OPPORTUNITY SET, BETA, SIZE, DAN DEBT
TO EQUITY TERHADAP RETURN
TITA DEITIANA
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of Earnings
per Share, Diskresioner Akrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size and
Debt to Equity towards Stock Return. This study also employ financing and
investment decision in order to predict the return on stock of company. The
population in this research is real estate and property companies in Indonesia
Stock Exchange with research period 2007 – 2011. The sampling technique
used in this research is purposive sampling, where 17 companies met the
criteria. This research using panel data which is the combination of time
series and cross section data. The analysis method are multiple regression,
hypotesis test that is determined coefficient, t test, and F test.The research
result can be summarized as follow. First, there is influence of six
independent variables simultantly in order to predict stock return. Second,
there is influence of two independen variables individually towards stock
return. The variable are earnings per share, and beta in real estate and
property company.
Keywords: Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity
Set, Beta , Size, Debt to Equity, and Stock Return.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity Set, Beta,
Size dan Debt to Equity terhadap Stock Return. Penelitian ini
juga
menggunakan pembiayaan dan keputusan investasi untuk memprediksi
pengembalian saham perusahaan.Populasi dalam penelitian ini adalah real
estate dan perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dengan periode
penelitian 2007 - 2011. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, di mana 17 perusahaan yang memenuhi kriteria.
Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan dari time
series dan data cross section. Metode analisis yang regresi berganda, uji
hipotesis yang ditentukan koefisien, uji t, dan uji F. Hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, ada pengaruh dari enam variabel
independen secara simultan untuk memprediksi Stock Return. Kedua, ada
pengaruh dua variabel Tbk individual terhadap return saham. Variabel yang
laba per saham, dan beta di real estate dan perusahaan properti.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Keywords:
Earnings
per Share,
Diskresioner
Accrual,
Investment
Opportunity Set, Beta , Size, Debt to Equity, and Stock Return.
PENDAHULUAN
Pasar
modal
(capital
market)
merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk hutang
maupun
modal
sendiri.
Pasar
modal
memberikan peran besar bagi
perekonomian suatu negara karena
pasar modal memberikan dua fungsi
sekaligus, fungsi ekonomi
dan
fungsi keuangan. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi
karena pasar modal menyediakan
fasilitas
atau
wahana
yang
mempertemukan dua kepentingan
yaitu pihak yang memiliki kelebihan
dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (issuer). Pasar
modal dikatakan memiliki fungsi
keuangan, karena pasar modal
memberikan
kemungkinan
dan
kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana, sesuai
dengan karakteristik investasi yang
dipilih. Return saham sendiri dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Ada faktor makro ekonomi dan
faktor mikro atau faktor-faktor
yang ada pada perusahaan.
Dengan
semakin
berkembangnya
pasar
modal
semakin banyak perusahaan yang
masuk ke dalam pasar modal. Tak
terkecuali perusahaan real estate
and property. Perusahaan
real
estate and property saat ini
memiliki perkembangan yang baik
dimana tercatat berdasarkan data
riset Bank Indonesia (sumber: data
Bank Indonesia) secara rata-rata
pertumbuhan subsektor real estate
dari tahun 2001 sampai dengan
134
November 2013
awal tahun 2010 sebesar 8,05%,
lebih
tinggi
dibandingkan
pertumbuhan
sektor
keuangan,
persewaan dan jasa yang sebesar
6,81%. Distribusi/share subsektor
real
estate
terhadap
sektor
keuangan, real estate & jasa
perusahaan sebesar 2,73% dan
merupakan
distribusi/share
terbesar kedua setelah subsektor
bank (3,15%).
Dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi dan
dengan distribusi/share yang cukup
besar, maka kontribusi subsektor
real estate cukup besar terhadap
pertumbuhan PDB, yakni rata-rata
sebesar 0,21%, relatif sama dengan
sumbangan
atau
kontribusi
subsektor
bank.
Namun
pertumbuhan
perusahaan
yang
meningkat ini tidak berpengaruh
positif seperti seharusnya dengan
tingkat pengembalian sahamnya.
Return saham perusahaan
real
estate and property cenderung
berfluktuasi
atau
mengalami
kenaikan dan penurunan dari tahun
ke tahun.
Return
saham
dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor yang mempengaruhi return
antara lain: rasio hutang, rasio
likuiditas, rasio
profitabilitas,
tingkat
pertumbuhan
aset,
kebijakan
dividen,
risiko,
karakteristik perusahaan dan lainlain. Maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh earnings per
share,
diskresioner
akrual,
investment opportunity set, beta,
size, dan debt to equity terhadap
return saham pada perusahaan real
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
estate and property di Bursa Efek
Indonesia periode 2007 – 2011.
KERANGKA
TEORITIS
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Jogiyanto
(2007,
109)
menyatakan bahwa “Return saham
dapat dibedakan menjadi
dua
jenis, yaitu return realisasi
(realized
return)
dan return
ekspektasi (expected return)”.
Return realisasi merupakan return
yang sudah terjadi yang dihitung
berdasarkan
data
historis.
Sedangkan return
ekspektasi
merupakan return yang diharapkan
terjadi di masa mendatang dan
masih bersifat tidak pasti. Return
yang diterima oleh investor di pasar
modal dibedakan menjadi dua jenis
yaitu current income (pendapatan
lancar) dan capital
gain atau
capital loss (keuntungan
selisih
harga). Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 311) “Return is the total
gain or loss experienced on an
investment over a given period of
time; calculated by dividing the
asset’s cash distributions during
the period, plus change in value,
by
it’s
beginning-of-period
investment value”.
Berdasarkan
teori
CAPM dalam keadaan
ekuilibrium
tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemodal
untuk
suatu
saham
akan
dipengaruhi oleh resiko saham
tersebut (Husnan 2005, 177). Dalam
teori ini digambarkanhubungan
tingkat pengembalian dan resiko
adalah positif, karena investor di
pasar modal mengharapkan return
yang tinggi untuk resiko yang
tinggi.
Selain resiko sistestematik
terdapat beberapa faktor lain yang
mempengaruhi
retrun
saham.
Penelitian ini berfokus pada enam
faktor yang mempengaruhi return
saham yaitu earnings per share,
diskresioner
akrual,
investment
opportunity set, beta, size dan
debt to equity. Menurut Gitman
dan Zutter ( 2012, 81) “EPS
represent
the
dollar
amount
earned
on
behalf
of
each
outstanding share of common stock
– not the amount of earnings
actually
distributed
to
stakeholder”. Dengan kata lain EPS
menggambarkan
jumlah
rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Semakin besar nilai
earnings per share, semakin besar
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba. Diskresioner
akrual merupakan komponen total
akrual yang berasal dari rekayasa
manajerial dengan memanfaatkan
kebebasan dan fleksibilitas dalam
menentukan nilai estimasi pada
metode
akuntansi
(Sulistyanto
2008, 226). Subramanyam (1996)
menemukan bahwa
manajemen
laba yang dihitung dengan akrual
diskresioner
(discretionary
accruals) berhubungan
dengan
harga saham, laba
yang
akan
datang dan aliran kas. Investment
opportunity
set
perusahaan
menggambarkan
pertumbuhan
suatu
perusahaan
melalui
kemampuannya untuk mengambil
kesempatan – kesempatan investasi
yang
akan
menghasilkan
keuntungan di masa yang akan
datang, semakin tinggi IOS suatu
perusahaan semakin tinggi tingkat
kepercayaan investor
terhadap
masa depan perusahaan dilihat dari
pertumbuhan perusahaan tersebut,
maka akan mendorong harga saham
naik.
Return
saham
juga
dipengaruhi
oleh
ukuran
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
perusahaan yang menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan
melalui total aktiva atau jumlah
penjualan perusahaan. Perusahaan
dengan ukuran besar akan lebih
mudah
untuk
mendapatkan
pinjaman dibandingkan perusahaan
kecil, sehingga perusahaan yang
besar akan memiliki pertumbuhan
yang besar. Hutang perusahaan
yang diukur dengan debt to equity
November 2013
ratio menggambarkan sejauh mana
modal perusahaan dapat menutupi
hutang-hutangnya. Semakin kecil
risiko ini semakin baik. Semakin
besar debt to equity mencerminkan
risiko perusahaan yang relatif tinggi
akibatnya para investor cenderung
menghindari
saham-saham
yang
memiliki nilai debt to equity yang
tinggi.
Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian
Hipotesa yang hendak diajukan
didalam penelitian ini adalah: Ha1:
Terdapat pengaruh earnings
per
share terhadap return saham, Ha2:
Terdapat
pengaruh
diskresioner akrual terhadap return
saham, Ha3: Terdapat pengaruh
investment
opportunity
set
terhadap return saham, Ha4:
Terdapat pengaruh beta terhadap
return saham, Ha5: Terdapat
pengaruh size
terhadap return
saham, Ha6: Terdapat pengaruh
debt to equity terhadap return
saham, Ha7: Terdapat pengaruh
secara simultan earnings per share,
diskresioner akrual,
investment
136
opportunity set, beta, size dan
debt to equity terhadap return
saham.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
perusahaan
real
estate
and
property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2007 –
2011 dan menggunakan metode
pengambilan
sampel
purposive
sampling,
peneliti
menetapkan
beberapa
kriteria
untuk
mendapatkan
ukuran
sampel.
Proses pemilihan sampel dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel
Jumlah
Perusahaan
Kriteria Sampel
Perusahaan real estate and property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011
38
Perusahaan real estate and property yang tidak
menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada
31 Desember secara lengkap dari tahun 2007 sampai
2011
0
Perusahaan real estate and property yang pernah
memiliki laba negatif dari tahun 2007 sampai 2011
(21)
Perusahaan real estate and property yang memenuhi
kriteria
17
Periode penelitian 2007 sampai 2011
5
Jumlah total yang digunakan sebagai sampel
85
Sumber: Indonesian Capital Market Directory
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel
dependen
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah return saham. Return saham
dihitung dengan membandingkan
selisih return tahun ini
dengan
tahun sebelumnya dengan return
tahun sebelumnya. Return saham
ini mnenggunakan skala rasio.
TAC = NIit - CFit
Total
akrual
diestimasi
dengan persamaan regresi
TACt / TAt-1= α1(1/TAt-1) + α2
( SALt/TAt-1) + α3(PPE/TAt-1) + e
Non
diskresioner
akrual
(NDA)
NDAt = α1(1/TAt-1) + α2 ( SALt/TAtTAt-1 + α3(PPE/TAt-1)
Diskresioner Akrual (DA)
DAt = TACt - NDAt
1)
Return Saham =
Variabel independen yang
digunakan adalah: earnings per
share,
diskresioner
akrual,
investment opportunity set, beta,
size, dan debt to equity yang
diukur dengan skala rasio.
1. Earnings per share
EPS =
2. Diskresioner akrual
Total akrual sesungguhnya
Dimana :
NIit
= laba bersih perusahaan I
pada periode t
CFit
=
arus
kas
operasi
perusahaan I pada periode t
α1, α2, �3 = koefisien regresi
TAt-1 = total asset periode t-1
∆SALt =perubahan pendapatan atau
penjualan bersih dalam periode t
PPEt = property, plant, and
equipment periode t
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
∆RECt = perubahan piutang bersih
dalam periode t
DAt
= diskresioner total akrual
tahun t
November 2013
TACt = total accruals tahun t
NDAt = non akrual diskresioner
pada tahun t
3. Investment opportunity set
Dalam penelitian ini IOS dihitung dengan menggunakan 4 proksi IOS
yaitu
a. Firm value to book PPE =
b. Price earnings =
c. Market to book value of equity
=
d. Market to book value of asset
=
Proksi IOS tersebut kemudian
diolah dengan analisis faktor untuk
mendapatkan nilai faktor skornya.
4. Resiko Sistematik (Beta)
Beta dalam penelitian ini
menggunakan regresi sederhana
dengan rumus :
Rit=
Rmt+eit
αi
+
βi
5. Ukuran Perusahaan (size)
SIZE = Ln TOTAL
AKTIVA = Ln TOTAL ASSET
6. Rasio Hutang
DER =
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana
Regresi Linear Berganda:
138
dan regresi berganda. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier
sederhana untuk meregresi variabel
independen
secara
individu
terhadap
variabel
dependen.
Regresi linier berganda (multiple
linier
regression)
menggunakan
data panel yaitu data yang
menggabungkan data cross section
dan time series. Analisis ini
dilakukan
dengan
menggunakan
program Eviews 7.
Regresi Linier Sederhana:
Y = a + bx + е
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
RET = a + b1EPS + b2DA + b3IOS + b4BETA + b5SIZE + b6DER + е
Dimana :
RET
: return Saham
a
: konstanta
b1 ,b2 , b3, b4, b5, b6
: koefisien regresi masing-masing variabel
EPS
: earnings per share
DA
: diskresioner akrual
IOS
: investment opportunity set
DER
: debt to equity
е
: error term
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Statistik
Tabel 2 di bawah menunjukkan hasil statistik deskriptif dalam
penelitian ini:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean
RET
0.472896
EPS
65.90370
Max
7.571429
481.2224
Min
0.897959
1.223696
0.770512
85
Std.
Dev.
Observations
DA
0.026127
0.692250
IOS
0.000235
3.618510
BETA
1.097141
SIZE
28.27092
DEBT
1.095122
6.164000
30.53569
4.038589
2.040000
1.068930
5.009000
1.332691
25.73273
0.146193
90.10055
0.782623
0.173584
1.280227
0.817822
85
85
85
85
85
85
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Analisis Pemilihan Model Data Panel
Uji Hausman
Tabel 3
Hasil Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Cross-section random 14.769383
Chi-Sq. d.f.
6
Prob.
0.0221
Sumber: Data yang telah diolah dengan Eviews 7
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Nilai statistik uji Hausman
sebesar 14.769383 sedangkan nilai
kritis pada tabel dengan α 0.05 dan
df 6 adalah 12.592. Dengan
November 2013
demikian nilai statistik > nilai kritis,
sehingga kesimpulanya H0 ditolak.
Maka model dalam penelitian ini
adalah Fixed Effect.
Uji Kualitas Data
Uji Normalitas
Tabel 4
Uji Normalitas
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probability
0.314156
2.372232
2.793912
0 247349
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 4, nilai
koefisien skewness mendekati 0 dan
nilai
koefisien
kurtosis
juga
mendekati 3. Nilai JB 2.793912
lebih rendah dari nilai Chi Squares
(df) 2 yaitu 5.99, begitu juga
dengan probabilitasnya (p-value)
0.247349 lebih besar dari α (0.05).
Maka, dapat disimpulkan hipotesis
nol tidak dapat ditolak, data
berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas
EPS
DA
EPS
1.000000
-0.133184
DA
-0.133184
1.000000
IOS
0.007971
0.048720
BETA
-0.111160
-0.085846
SIZE
-0.316035
0.366951
DER
0.035710
-0.136697
IOS
0.007971
0.048720
1.000000
-0.145816
0.062900
0.062919
BETA
-0.111160
-0.085846
-0.145816
1.000000
0.058094
0.157114
SIZE
-0.316035
0.366951
0.062900
0.058094
1.000000
-0.165568
DER
0.035710
-0.136697
0.062919
0.157114
-0.165568
1.000000
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Dari tabel diatas tidak ada
nilai yang melebihi 0.86 sesuai
dengan rule of thumb maka tidak
terdapat multikolinearitas.
140
Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokadastisitas
dalam penelitian ini menggunakan
uji glesjer, yang dilakukan dengan
meregresi seluruh variabel dengan
residual absolut dari regresi.
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Tabel 6
Hasil Uji Glesjer
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
Variable
C
EPS
DA
IOS
BETA
SIZE
DER
0.085674
0.000171
-0.652194
0.014504
0.025303
0.025936
-0.149742
Prob.
1.946443 0.044016
0.000893 0.191239
0.474753 -1.373753
0.072400 0.200325
0.059285 0.426798
0.067606 0.383637
0.096254 -1.555703
0.9650
0.8488
0.1735
0.8417
0.6707
0.7023
0.1238
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
besar daripada α (0.05). Maka
dapat disimpulkan tidak terjadi
heterokedastisitas di dalam model
ini.
Dari tabel 6 diatas variabel
earnings per share, diskresioner
akrual, investment opportunity set,
beta, size dan debt to equity
memiliki nilai probabilita lebih
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson.
Tabel 7
Hasil Uji Durbin-Watson
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted Rsquared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.564960 Mean dependent var
0.567644
0.410591 S.D. dependent var
0.991566 Sum squared resid
3.659805 Durbin-Watson stat
0.000030
1.299737
60.95863
2.918901
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Autokorelasi
Tidak
Tidak
Tidak
Autokorelasi
positif
Ada
terdapat
Ada
negatif
Keputusan
Autokorelasi
Keputusan
0
1.500
1.801
2
2.199
2.500
4
2.918901
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Hasil statistik Durbin-Watson
berada pada daerah autokorelasi
negatif, artinya H0 ditolak, maka
November 2013
dapat disimpulkan terdapat
autokorelasi negatif.
Analisis Data dan Uji Hipotesis
Uji Hipotesis H1
Tabel 8
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H1
R
R-squared
0.546244
0.298388
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 8 besarnya
Koefisien Korelasi (R) 0.546244
yang artinya hubungan antara
earnings per share dengan return
saham adalah sedang karena berada
diantara 0.40 – 0.599. Besarnya
Koefisien Determinasi (R2) sebesar
0.298388
artinya
kemampuan
earnings
per
share
untuk
menjelaskan return saham sebesar
0.298388 atau 29.8388% dan sisanya
0.701612 atau 70.1612% dijelaskan
oleh variabel lain.
Tabel 9
Hasil Analisis Regresi H1
tCoefficien
Variable
t Std. Error Statistic
C
EPS
0.083797 0.116614 0.718581
0.005904 0.001233 4.787929
Prob.
0.4749
0.0000
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 11
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b1X1it + εit
RET = 0.083797 + 0.005904EPS + εit
Hasil pengujian variabel earnings
per share terhadap return dengan
menggunakan uji t, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
Gambar 2 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H1
142
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Berdasarkan
tabel
9
didapatkan hasil statistik t hitung
sebesar 4.787929, karena nilai dari
t hitung lebih besar dari t tabel di
mana titik jatuh pada daerah
penolakan H0, maka Ha diterima.
Hasil ini didukung oleh p-value
sebesar 0.0000 di mana p-value
lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa earnings per
share berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan real estate
and property yang terdaftar
di
Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
Uji Hipotesis H2
Tabel 10
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H2
R
R-squared
0.313400
0.098220
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan
tabel
10
besarnya Koefisien Korelasi (R)
0.313400 yang artinya hubungan
antara diskresioner akrual dengan
return saham adalah rendah karena
berada diantara 0.20 – 0.399.
Besarnya Koefisien Determinasi (R2)
sebesar
0.098220
artinya
kemampuan
diskresioner
akrual
untuk menjelaskan return saham
sebesar 0.098220 atau 9.8220% dan
sisanya
0.901780 atau 90,1780%
dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 11
Hasil Analisis Regresi H2
Coefficien
Variable
t Std. Error t-Statistic
C
DA
0.429178
-1.673244
0.099823 4.299400
0.934148 -1.791197
Prob.
0.0001
0.0778
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 11
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b2X2it + εit
RET = 0.429178 - 1.673244DA + εit
Hasil pengujian diskresioner
akrual terhadap return saham
dengan menggunakan uji t, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Gambar 3 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H2
Berdasarkan
tabel
11
didapatkan hasil statistik t hitung
sebesar 1.791197, karena nilai dari
t hitung lebih besar dari t tabel di
mana titik jatuh pada daerah
penerimaan H0, maka H0 diterima.
Hasil ini didukung oleh p-value
sebesar 0.0778 di mana p-value
lebih besar dari 0.05 sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
diskresioner
akrual
tidak
berpengaruh
terhadap
return
saham pada perusahaan real estate
and property yang terdaftar
di
Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
Uji Hipotesis H3
Tabel 12
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H3
R
R-squared
0.239234
0.057233
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan
tabel
12
besarnya Koefisien Korelasi (R)
0.239234 yang artinya hubungan
antara investment opportunity set
dengan
return
saham
adalah
rendah karena berada diantara 0.20
–
0.399.
Besarnya
Koefisien
Determinasi (R2) sebesar 0.057233
artinya
kemampuan
investment
opportunity set untuk menjelaskan
return saham sebesar 0.057233
atau 5.7233% dan sisanya 0.942767
atau 94,2767% dijelaskan oleh
variabel lain.
Tabel 13
Hasil Analisis Regresi H3
Coefficien
Variable
t Std. Error t-Statistic
C
IOS
0.472914
0.078228
0.086553 5.463850
0.098815 0.791661
Prob.
0.0000
0.4314
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
144
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Berdasarkan tabel 13
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b3X3it + εit
RET = 0.472914 + 0.078228IOS+ εit
:
Hasil
pengujian
variabel
investment
opportunity
set
terhadap return saham dengan
menggunakan uji t, maka diperoleh
hasil
sebagai
berikut
Gambar 4 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H3
Berdasarkan
tabel
13
didapatkan hasil statistik t hitung
sebesar 0.791661, karena nilai dari
t hitung lebih kecil dari t tabel di
mana titik jatuh pada daerah
penerimaan H0, maka H0 diterima.
Hasil ini didukung oleh p-value
sebesar
0.4314 di mana p-value lebih besar
dari
0.05
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
investment
opportunity set tidak berpengaruh
terhadap
return
saham
pada
perusahaan
real
estate
and
property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 - 2011.
Uji Hipotesis H4
Tabel 14
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H4
R
R-squared
0.494634
0.244663
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan
tabel
14
besarnya Koefisien Korelasi (R)
0.494634 yang artinya hubungan
antara beta dengan return saham
adalah sedang karena berada
diantara 0.40 – 0.599. Besarnya
Koefisien Determinasi (R2) sebesar
0.244663 artinya kemampuan beta
untuk menjelaskan return saham
sebesar 0.244663 atau 24.4663%
dan
sisanya 0,755337
atau
75,5337% dijelaskan oleh variabel
lain.
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Tabel 15
Hasil Analisis Regresi H4
Coefficien
Variable
t Std. Error t-Statistic
C
IOS
0.017573
0.415009
0.132225 0.132899
0.100846 4.115262
Prob.
0.8947
0.0001
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 15
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b4X4it + εit
RET = 0.017573 + 0.415009BETA+ εit
Hasil
pengujian
variabel
beta terhadap return saham dengan
menggunakan uji t, maka diperoleh
hasil
sebagai
berikut:
Gambar 5 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H4
lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat
Berdasarkan
tabel
15
didapatkan hasil statistik t hitung
disimpulkan
bahwa
beta
sebesar 4.115262, karena nilai dari
berpengaruh
terhadap
return
t hitung lebih besar dari t tabel di
saham pada perusahaan real estate
mana titik jatuh pada daerah
and property yang terdaftar
di
penolakan H0, maka Ha diterima.
Bursa Efek Indonesia periode 2007Hasil ini didukung oleh p-value
2011.
sebesar 0.0001 di mana p-value
Uji Hipotesis H5
Tabel 16
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H5
R
R-squared
0.260411
0.067814
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
146
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Berdasarkan
tabel
16
Koefisien Determinasi (R2) sebesar
besarnya Koefisien Korelasi (R)
0.067814 artinya kemampuan size
untuk menjelaskan return saham
0.260411 yang artinya hubungan
sebesar 0.067814 atau 6.7814% dan
antara size dengan return saham
sisanya 0,932186 atau 93,2186%
adalah rendah karena berada
dijelaskan oleh variabel lain.
diantara 0.20 – 0.399. Besarnya
Tabel 17
Hasil Analisis Regresi H5
Variable
C
SIZE
Coefficien
t Std. Error t-Statistic
Prob.
9.897321
-0.333361
0.2374
0.2603
8.301371 1.192251
0.293619 -1.135354
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 17
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b5X5it + εit
RET = 9.897321 - 0.333361SIZE+ εit
Hasil pengujian variabel size
terhadap return saham dengan
menggunakan uji t, maka diperoleh
hasil
sebagai
berikut:
Gambar 6 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5
Berdasarkan tabel 17 didapatkan
hasil statistik t hitung sebesar
1.135354, karena nilai dari t hitung
lebih besar dari t tabel di mana
titik jatuh pada daerah penerimaan
H0, maka H0 diterima. Hasil ini
didukung oleh p-value sebesar
0.2603 di mana p-value lebih besar
dari
0.05
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa size tidak
berpengaruh
terhadap
return
saham pada perusahaan real estate
and property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Uji Hipotesis H6
Tabel 18
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H6
R
R-squared
0.248441
0.061723
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan
tabel
18
besarnya Koefisien Korelasi (R)
0.248441 yang artinya hubungan
antara debt to equity dengan
return saham adalah rendah karena
berada diantara 0.20 – 0.399.
Besarnya Koefisien Determinasi (R2)
sebesar
0.061723
artinya
kemampuan debt to equity untuk
menjelaskan return saham sebesar
0.061723 atau 6.1723% dan sisanya
0,938277 atau 93,8277% dijelaskan
oleh variabel lain.
Tabel 19
Hasil Analisis Regresi H6
Variable
C
DER
Coefficien
t Std. Error t-Statistic
Prob.
0.685386
-0.194034
0.0038
0.3192
0.228401 3.000797
0.193336 -1.003610
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan tabel 19
diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = a + b6X6it + εit
RET = 0.685386 - 0.194034DER+ εit
Hasil
pengujian
variabel
debt to equity terhadap return
saham dengan menggunakan uji t,
maka diperoleh hasil
sebagai
berikut:
Gambar 7 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5
148
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
lebih besar dari 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa debt to
equity tidak berpengaruh terhadap
return saham pada perusahaan real
estate and property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2011.
Berdasarkan
tabel
19
didapatkan hasil statistik t hitung
sebesar 1.003610, karena nilai dari
t hitung lebih besar dari t tabel di
mana titik jatuh pada daerah
penerimaan H0, maka H0 diterima.
Hasil ini didukung oleh p-value
sebesar 0.3192 di mana p-value
Uji F
Tabel 20
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H7
R
Adjusted Rsquared
0.751638
0.410591
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan
tabel
20,
Koefisien Korelasi adalah sebesar
0.751638. Ini berarti hubungan
antara return saham
sebagai
variabel dependen dengan variabel
independennya yaitu earnings per
share,
diskresioner
akrual,
investment opportunity set, beta,
size, dan debt to equity adalah
berkorelasi
kuat
dan
positif.
Besarnya Koefisien Determinasi (R2)
yang nilainya diambil dari Adjusted
R-Square yaitu 0.410591. Nilai itu
berarti
kemampuan
variabel
independen (earnings per share,
diskresioner
akrual,
investment
opportunity set, beta, size, dan
debt to equity) untuk menjelaskan
variasi variabel dependen (Return
Saham) sebesar 0.410591 atau
41.0591% dan sisanya 0.589409 atau
58.9409% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
Tabel 21
Hasil Analisis Regresi H7
Variable
C
EPS
DA
IOS
BETA
SIZE
DER
Coefficien
t Std. Error t-Statistic
Prob.
23.55241
0.005435
-2.832455
0.120976
0.351402
-0.836329
-0.231392
0.0107
0.0000
0.0001
0.1912
0.0004
0.0103
0.1735
8.946827 2.632488
0.001235 4.399797
0.653909 -4.331570
0.091547 1.321464
0.094347 3.724567
0.315879 -2.647629
0.168039 -1.377012
Sumber:Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Berdasarkan tabel 21 di atas,
model regresinya adalah:
Yit = a + b1X1it + b2X2it + b3X3it +
b4X4it + b5X5it + b6X6it + eit
Return Saham = 23.55241 +
0.005435Earnigs
per
Share
2.832455Diskresioner
Akrual
+
0.120976Investment
Opportunity
November 2013
Set + 0.351402Beta - 0.836329Size 0.231392Debt to Equity.
Hasil
pengujian
variabel
earnings per share, diskresioner
akrual, investment opportunity set,
beta, size, dan debt to
equity
secara simultan terhadap return
saham dengan menggunakan uji F,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22
Hasil Uji F
F-statistic
Prob(F-statistic)
3.659805
0.000030
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Gambar 8 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H7
Berdasarkan
tabel
22
didapatkan hasil statistik F hitung
sebesar 3.659805, karena nilai dari
F hitung lebih besar dari F tabel di
mana titik jatuh pada daerah
penolakan H0, maka Ha diterima.
Hasil ini didukung oleh p-value F
sebesar 0.000030 di mana p-value
lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa earnings per
share,
diskresioner
akrual,
investment opportunity set, beta,
size,
dan
debt
to
equity
150
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
return
saham
pada
perusahaan
real
estate
and
property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 - 2011.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
dan
analisis yang telah dibahas pada
sampel data perusahaan real estate
and property yang terdaftar di BEI
selama periode 2007 – 2011, maka
kesimpulan dari penelitian ini
ISSN: 1410 -9875
adalah terdapat pengaruh earnings
per share, dan beta terhadap
return saham. Sementara tidak
terdapat
pengaruh
diskresioner
akrual, investment opportunity set,
size, dan debt to equity secara
simultan terhadap return saham.
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan antara lain
penelitian ini hanya menggunakan 5
variabel yang dianggap berpengaruh
terhadap return saham, sampel
dalam penelitian ini terbatas hanya
pada perusahaan non manufaktur
sektor real estate and property
saja,
sehingga
tidak
dapat
merepresentasikan seluruh emiten
yang terdapat di Bursa Efek
Tita Deitiana
Indonesia, dan penelitian ini hanya
menggunakan periode penelitian
selama 5 tahun.
Untuk
mengatasi
keterbatasan
tersebut
maka
rekomendasi
untuk
peneliti
selanjutnya yaitu menambahkan
variabel keuangan lainnya yang
belum digunakan dalam penelitian
ini seperti economic value added
(EVA),
dan free cash
flow,
menggunakan
perusahaan
nonmanufaktur maupun manufaktur
lainnya
untuk
memperluas
penelitian, dan menambah periode
penelitian.
REFERENSI
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western:
CENGANGE Learnings.
Anugrah, Anthi D. Putriani. 2009. Analisis Pengaruh Investment Opportunity
Set
terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur, Jurnal Universitas
Gunadarma.
Belkaoui, Riahi and Ahmed.2000. Accounting and The Investment Opportunity
Set. United States: Greenwood Publishing Group Inc.
Darmadji, Hendry M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Edisi
Keempat, Jakarta : Salemba Empat.
Gitman, Lawrence J., and Zutter. 2012. Principle of Managerial Finance 13th
Edition. USA : Pearson
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika.
Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Hair, Joseph F, William C Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010.
Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey:
Pearson Education.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
Husnan, Said. 2005. Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Isna Ayuningsih, dan Rizky Yudaruddin. Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap
Return Saham. Jurnal Akuntabilitas September 2007 vol 7 no 1 hal 79-84.
Iswahyuni, Yetti, dan L. Suryanto. 2002. Analisis Perbedaan Perusahaan
Tumbuh dan Tidak Tumbuh Dengan Kebijakan Pendanaan, Deviden,
Perubahan Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta
Dengan Pendekatan Asosiasi Proksi Investment Opportunity Set (IOS).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (September 2002).
Jogiyanto. 2007. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigation.
Journal of Accounting Research 29: 193 –228.
Mukhlasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak
yang Ditimbulkannya”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober 2003,
pp. 11-22.
Panjaitan, Yunia, Dewinta Oky dan K, Sri Desinta, 2004, Analisis Harga Saham,
Ukuran Perusahaan dan Risiko Terhadap Return Yang Diharapkan Investor
Pada Perusahaan Saham Aktif, Balance, Vol. 1, h. 56-72.
Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta
: Lembaga Penerbit FE UI.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2.
Mitra Wacana Media.
Jakarta:Penerbit
Solechan, Ahmad. Pengaruh Earnings, Manajemen
Laba,
Investmen
Opportunity Set, Beta, Size, dan Rasio Hutang terhadap Return Saham Pada
Perusahaan yang Go Public di BEI. Jurnal Akuntanis dan Auditing vol 6 no1.
Subramanyam, K.R., John Wild, and Robert F. Hasley. 2007. Financial
Statement Analysis. 9th Edition. New York : McGraw-Hill Companies.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta :PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
152
ISSN: 1410 -9875
Tita Deitiana
Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi
Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media.
Widyaningdyah, A.U. 2001.”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”.Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, vol. 3.No. 2. April. Hal.89-101.
Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan
154
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 155-164
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN UNQUALIFIED
OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN
YUSUF WIJAYA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi
keuangan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan, likuiditas, return on asset, pada penilaian opini
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf yang terkait dengan kelangsungan
usaha untuk perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2008-2011. Sampel ini termasuk 40 perusahaan non keuangan
selama periode pengamatan 4 tahun sehingga penelitian ini mendapat 160
sampel penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Penelitian hipotetis dianalisis menggunakan regresi
logistik dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil tes hipotesis menunjukkan salah
satu variabel opini audit tahun yang sebelumnya memiliki pengaruh yang
signifikan secara statistik pada penilaian akan opini audit tanpa pengecualian
dengan paragraph yang terkait dengan kelangsungan usaha. Selain itu, enam
variabel memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik pada penilaian
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf yang terkait dengan
kelangsungan usaha, kondisi keuangan, ukuran perusahaan, reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, return on
asset.
Kata Kunci: Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Memodifikasi Paragraf
yang terkait dengan Kelangsungan Usaha, Kondisi Keuangan,
Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Likuiditas, Return on
Asset.
Abstract: The objective of this research is to find out the influence of financial
condition, firms’s size, auditor reputation, previous year audit opinion, firm’s
growth, liquidity, return on asset, on assessing unqualified opinion with
paragraph going concern to non financial companies which is listed in Bursa
Efek Indonesia during 2008-2011. These samples included 40 non financial
companies during 4 year observation periods so that this research got 160 of
research samples. The sampling technique used in this research was purposive
sampling. Hypothetical research was analyzed using logistic regression with 5%
significance level. The result of hypothesis tests show is one variable that is
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
previous year audit opinion has significant influence statistically on assessing
going concern audit opinion. Besides, six variables have not significant
influence statistically on assessing unqualified opinion with paragraph going
concern which are, of financial condition, firms’s size, auditor reputation,
previous year audit opinion, firm’s growth, liquidity, return on asset.
Keywords : Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern,
Financial Condition, Firm’s Size, Auditor Reputation, Previous
Year Audit Opinion, Firm’s Growth, Liquidity, Return on Asset.
PENDAHULUAN
Beberapa faktor yang dapat
menjadikan
perusahaan
gagal
mempertahankan
Unqualified
Opinion with modified Paragraph
Going
Concern
yaitu
ialah
diakibatkan
oleh
buruknya
manajemen
dalam
perusahaan,
terjadinya kecurangan ekonomis
serta terjadi perubahan kondisi
ekonomi makro. Auditor dalam
menulis
laporan
audit
harus
mempertimbangkan hasil operasi,
kondisi
ekonomi
di
masa
mendatang, kemampuan melunasi
hutang,
dan
juga
kebutuhan
likuiditas.
Banyak ditemukan indikator
potensial
masalah
Unqualified
Opinion with modified Paragraph
Going Concern pada perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan
seperti kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutang dan atau bunga.
Auditor dapat memberikan opini
berupa Unqualified Opinion with
modified Paragraph Going Concern
pada perusahaan yang
terbukti
mengalami
masalah
berupa
financial distress, hal
tersebut
dapat dilihat dari laporan audit
tahun sebelumnya dan juga ukuran
dari perusahaan yang diaudit.
Pemberian
Unqualified
Opinion
with modified Paragraph Going
Concern pada perusahaan yang
156
bersangkutan tentunya tidak lepas
dari peran auditor yang bertanggung
jawab untuk melakukan proses
pengauditan, kualitas sang auditor
sangat berpengaruh besar. Tujuan
penelitian yang dibuat oleh penulis
adalah untuk menemukan bukti
empiris bahwa kondisi keuangan
perusahaan, ukuran perusahaan,
reputasi auditor, opini audit tahun
sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
likuiditas
dan
profitabilitas mempunyai pengaruh
terhadap Unqualified Opinion with
modified Paragraph Going Concern.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori agensi ialah suatu
hubungan agensi sebagai suatu
kontrak di bawah satu atau lebih
prinsipal yang melibatkan agen
untuk
melaksanakan
beberapa
layanan
bagi
mereka
dengan
melakukan
pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan
kepada agen. Prinsipal maupun agen
memiliki
kepentingan
ekonomi
pribadi masing-masing.
Opini Audit
Opini audit
merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan audit.
Laporan
audit
penting sekali dalam suatu audit
atau proses atestasi lainnya karena
ISSN: 1410 -9875
laporan tersebut menginformasikan
pemakai informasi tentang apa yang
dilakukan auditor dan kesimpulan
yang
diperolehnya.
Laporan
keuangan merupakan sarana bagi
auditor
untuk
menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan
mengharuskan,
untuk
tidak
menyatakan pendapat (Januarti,
2009).
Unqualified Opinion with Modified
Paragraph Going Concern
Auditor memiliki kemungkinan
untuk gagal dalam memberikan
pendapat tentang adanya indikasi
kebangkrutan
kepada
suatu
perusahaan
yang
ternyata
mengalami kebangkrutan dalam
beberapa tahun mendatang. Hal ini
disebabkan
karena
perusahaan
tersebut sedang berada dalam posisi
ambang batas antara kebangkrutan
dan
kelangsungan
usahanya
(McKeown et al, (1991) dalam Fanny
dan Saputra (2005)).
Kondisi Keuangan Perusahaan
Ramadhany
(2004)
menyatakan
bahwa
kondisi
keuangan
perusahaan
menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya. McKeown
et al. (1991) dalam Setyarno et al.
(2007 ) menemukan bahwa auditor
hampir tidak pernah memberikan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern pada
perusahaan yang tidak mengalami
kesulitan keuangan.
Ukuran Perusahaan
Di dalam kaitannya dengan
kehilangan fee audit yang signifikan
tersebut, menurut McKeown et al
(1991) dalam Santosa dan Wedari
2007
menyatakan
bahwa
perusahaan besar lebih banyak
Yusuf Wijaya
menawarkan fee audit lebih tinggi
dari
yang
ditawarkan
oleh
perusahaan kecil. Sehingga auditor
mungkin ragu mengeluarkan opini
audit dengan paragraf penjelas
going concern pada perusahaan yang
besar.
Reputasi Auditor
Auditor yang memiliki reputasi
baik
akan
cenderung
mempertahankan kualitas auditnya
supaya reputasinya terjaga dan
tidak kehilangan klien. Namun,
apakah reputasi auditor dapat
dijadikan proksi kualitas auditor
yang dipercaya masih diragukan
karena tingginya kegagalan audit
yang terungkap belakangan ini
(Januarti 2009). Deangelo (1981)
dalam Setyarno et al (2006)
menyatakan bahwa auditor skala
besar memiliki insentif lebih untuk
menghindari
kritikan
kerusakan
reputasi
dibandingkan
dengan
auditor yang berskala kecil.
Opini Audit TahunSebelumnya
Mutchler
(1984)
dalam
Setyarno et al (2006) melakukan
wawancara dengan praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan
yang menerima unqualified opinion
with modified paragraph going
concern di tahun sebelumnya lebih
cenderung menerima opini yang
sama di tahun berjalan.
Pertumbuhan Perusahaan
Weston dan Bringham (1993)
dalam Wedari dan Santosa (2007)
menyatakan bahwa laba yang tinggi
pada umumnya menandakan arus
kas yang tinggi. Perusahaan yang
mempunyai pertumbuhan laba yang
tinggi cenderung memiliki laporan
sewajarnya, sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik (opini
157
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
non-going concern) akan lebih besar
(Wedari dan Santosa 2007).
Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
di dalam memenuhi kewajibankewajiban yang akan jatuh tempo
dalam waktu dekat. Analisis rasio ini
secara
tradisional
menfokuskan
pada profitabilitas, solvabilitas, dan
likuiditas. Perusahaan yang tidak
menguntungkan
dalam
jangka
panjang disebut tidak likuid atau
tidak solvabel dan harus di
restrukturisasi, biasanya perusahaan
yang mengalami restrukrisasi akan
mengalami
bangkrut
collapse
(Agrianti, Komalasari 2004).
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba (profit) selama
periode
tertentu
dengan
menggunakan aktiva yang produktif
atau modal, baik modal secara
keseluruhan maupun modal sendiri.
Dalam Komalasari et al menyatakan
bahwa
tujuan
dari
analisa
profitabilitas
adalah
untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
METODA PENELITIAN
Objek Penelitian
1. Perusahaan non keuangan sudah
terdaftar dari tahun 2008 sampai
dengan 2011
2. Menerbitkan
laporan
keuangan per 31 Desember
3. Perusahaan mengalami kerugian
minimal 2 tahun selama periode
penelitian
4. Perusahaan yang tidak memakai
mata uang Rupiah
158
November 2013
Pengujian hipotesis ini diukur
dengan variabel dummy, di mana
kategori 1 untuk perusahaan yang
mendapatkan Unqualified Opinion
with modified Paragraph Going
Concern dan kategori 0 untuk
perusahaan yang tidak mendapatkan
Unqualified Opinion with modified
Paragraph Going Concern (Santoso
dan Wedari (2007).
Kondisi
keuangan
diukur
dengan
menggunakan
model
prediksi
kebangkrutan
Revised
Altman Model (1993), yang terkenal
dengan istilah Z score yang
merupakan suatu formula yang
dikembangkan oleh Altman untuk
mendeteksi
kebangkrutan
perusahaan pada beberapa periode
sebelum terjadinya.. Formulanya
yaitu:
Z = 0,717Z1 + 0,84Z2 + 3,107Z3 +
0,420Z4 + 0,998Z5
Keterangan:
Z1 = working capital/ total assets
Z2 = retained earnings/ total assets
Z3 = earnings before interest and
taxes/ total assets
Z4 = book value of equity/ book
value of debt
Z5 = sales/ total assets
Nilai Z dapat diperoleh
dengan menghitung kelima rasio
tersebut berdasarkan data pada
neraca dan laporan
laba/rugi
dikalikan dengan koefisien masingmasing rasio kemudian dijumlahkan
dengan hasilnya (Altman (1968)
dalam Setyarno et al. (2006)).
Variabel ukuran perusahaan
diukur
menggunakan
natural
logaritma
dari
total
aktiva
perusahaan. Menurut Santoso dan
Wedari
(2007)
kualitas
audit
diproksikan dengan menggunakan
skala auditor. Variabel ini diukur
dengan
menggunakan
variabel
dummy. Kategori 1 untuk auditor
ISSN: 1410 -9875
Yusuf Wijaya
yang berasal dari KAP big four dan 0
untuk auditor yang berasal dari KAP
non big four. Dalam variabel ini
menggunakan
variable
dummy.
Unqualified opinion with paragraph
PertumbuhanPenjualan �
going concern akan diberi kode 1,
sedangkan untuk opini audit selain
unqualified opinion with paragraph
going concern akan diberi kode 0.
��������� ������ ����� ��������� ��������� ������ ����� ����
��������� ������ ����� ����
Current Ratio =AktivaLancar/KewajibanLancar
ROA=laba (rugi) bersih / total aktiva
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Gambaran Umum Sampel
Kualifikasi
Perusahaan yang terdaftar sebelum 1 Januari 2008 di
BEI
Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar di BEI
tahun 2008-2011
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir
pada 31 Desember
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian
sekurang-kurangnya dua periode
Perusahaan yang tidak memakai mata uang Rupiah
Total Sampel
Perusahaan
Sampel
210
840
(90)
(360)
(0)
(0)
(77)
(3)
40
(308)
(12)
160
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel
N
GC
KKP
UP
RA
OATS
PP
LK
PR
Valid N
(listwis
e)
160
160
160
160
160
160
160
160
Minimum
0
-18.949
9.315
0
0
-1.0192
0.0343
-2.3459
Maximum
1
59.09
12.972
1
1
73.4171
75.396
14.2568
Mean
0.39
0.68845
11.51
0.13
0.34
1.55
3.06
-0.00824
Std. Deviation
0.489
6.8003604
0.7390963
0.339
0.476
7.794683
8.6560625
1.2247608
160
159
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Penilaian
atas
pengujian
overall model fit dilakukan dengan
cara membandingkan nilai -2 Log
Likelihood antara iterasi pada blok 0
dengan iterasi pada blok 1, jika
terdapat penurunan nilai dari blok 0
ke blok 1 maka data menunjukkan
bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali 2006). Nilai
Nagelkerke R Square adalah sebesar
0,418 yang berarti variasi dari
variabel unqualified opinion with
modified paragraph going concern
(variabel
dependen)
dapat
dijelaskan oleh variasi dari variabel
kondisi keuangan
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
reputasi
auditor,
opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
likuiditas
dan
profitabilitas (variabel independen)
sebesar 41,8%, sedangkan sisanya
58,2% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak terdapat dalam
model.
Hasil
Hosmer
dan
Lemeshow’s Goodness of Fit Test
dengan
probabilita
signifikansi
sebesar 0,298 yang nilainya lebih
besar (>) dari 0,05. Dengan
demikian hal ini menunjukkan
bahwa model fit dengan data
observasi penelitian.
Kondisi keuangan perusahaan
(KKP) memiliki tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.008,
berarti Ha1 terdukung yang artinya
kualitas audit berpengaruh terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Ukuran
perusahaan
(UP)
memiliki tingkat signifikansi lebih
besar dari 0.05, yaitu 0.654, hal ini
berarti Ha2 tidak terdukung yang
artinya kondisi keuangan tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
160
November 2013
Reputasi
auditor
(RA)
memiliki tingkat signifikansi lebih
besar dari 0.05, yaitu 0.083, hal ini
berarti Ha3 tidak terdukung yang
artinya reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Opini audit tahun sebelumnya
(OATS) memiliki tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.000, hal
ini berarti Ha4 terdukung yang
artinya
opini
audit
tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph.
Pertumbuhan
perusahaan
(PP) memiliki tingkat signifikansi
lebih besar dari 0.05, yaitu 0.104,
hal ini berarti Ha5 tidak terdukung
yang
artinya
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern paragraph.
Likuiditas
(LK)
memiliki
tingkat signifikansi lebih besar dari
0.05,
yaitu
0.674, hal ini berarti Ha6 tidak
terdukung yang artinya likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph.
Profitabilitas (PR) memiliki
tingkat signifikansi lebih besar dari
0.05, yaitu 0.334, hal ini berarti Ha7
tidak terdukung yang artinya return
on
asset
tidak
berpengaruh
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph.
PENUTUP
Berdasarkan hasil
analisis
atas pengujian hipotesis pada model
regresi logistik berganda, maka
penulis menyimpulkan bahwa:
ISSN: 1410 -9875
1. Kondisi keuangan perusahaan
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern. Hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikan (Sig.)
sebesar
0.008
yang
lebih
kecil dari tingkat signifikansi
(α) sebesar 0.05.
2. Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern. Hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikan (Sig.)
sebesar 0.654 yang lebih besar
dari tingkat signifikansi (α )
sebesar 0.05.
3. Reputasi
auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph. Hal
ini dibuktikan dengan nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0.083
yang lebih besar dari tingkat
signifikansi (α) sebesar 0.05.
4. Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph. Hal
ini dibuktikan dengan nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0.000
yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi (α )sebesar 0.05.
5. Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph. Hal
ini dibuktikan dengan nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0.104
yang lebih besar dari tingkat
signifikansi (α) sebesar 0.05.
6. Likuiditas tidak berpengaruh
terhadap
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph. Hal ini
dibuktikan
dengan
nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0.674
Yusuf Wijaya
yang lebih besar dari tingkat
signifikansi (α )sebesar 0.05.
7. Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph. Hal ini
dibuktikan
dengan
nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0.334
yang lebih besar dari tingkat
signifikansi (α) sebesar 0.05.
Beberapa keterbatasan yang
dihadapi
oleh
penulis
dalam
penelitian ini,
antara lain:
1. Keterbatasan
sampel
yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dimana hanya 40 perusahaan
per tahun yang menjadi sampel
penelitian
dari
160
perusahaan/tahun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini.
2. Keterbatasan
periode
penelitian atau pengamatan
yaitu
hanya
empat
tahun
(selama
tahun
2008–2011),
sehingga
dengan
periode
penelitian/pengamatan
yang
sangat sempit kurang dapat
melihat kecenderungan trend
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern dalamjangka panjang.
3. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
7
variabel
independen,
yaitu
kondisi
keuangan perusahaan, ukuran
perusahaan, reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
likuiditas, dan profitabilitas.
Berdasarkan
beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini,
maka penulis
memberikan beberapa saran untuk
penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Memperpanjang
periode
penelitian atau pengamatan.
161
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
2. Menambahkan
beberapa
variabel independen lainnya
yang
kemungkinan
mempengaruhi
penerimaan
opini audit going concern,
November 2013
seperti debt default, opinion
shopping, perubahan dewan
komisaris, perubahan dewan
direksi, kepemilikan anggota
dewan.
REFERENSI
Amilin, dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan
dan Opini Audit oleh KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi pada
Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi: Analisis ilmiah
ekonomi, manajemen, keuangan dan akuntansi vol. 18 no.2 halaman 7283
Fanny, dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi
Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek
Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hani, Cleary, dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI,
Surabaya.
Herusetya, 2007. Kaitan Firm Size Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Mutu
Laporan Audit Going Concern : Studi di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan 2007.
Januarti. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going
Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII Palembang.
Januarti, dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Laporan Keuangan dan Rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ tahun 2000- 2005).Jurnal MAKSI, Vol. 8, No. 1.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Non Financial Factors in the Going
Concern Opinion. Journal of Indonesian Economy and Business, Vol 25,
No.3
Praptitorini, dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going
Concern. Simposium Nasional Akuntansi X.
Petronela, Thio Anastasia. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan
dalam Pemberian Opini Audit. Balance, Vol. 1,No. 1, hlm. 46- 55.
Petronela, Thio Anastasia. 2007. Analisis Pengaruh mekanisme Corporate
Governance Terhadap Opini Audit Going Concern, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol.14, No.1.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta, Jurnal MAKSI, Vol. 4.
162
ISSN: 1410 -9875
Yusuf Wijaya
Rudyawan, dan I Dewa Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4,
No. 2.
Santosa, dan Kusumaning Wedari.2007. Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.
JAAI, Vol. 11, No. 2.
Setyarno, Indira Januarti, dan Faisal. 2007. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.Jurnal Akuntansi dan
Bisnis, Vol. 7, No. 2.
Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3.
Tamba, dan Hasan Sakti S. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan
Opini Audit terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntan
163
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan
164
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 9, November 2013, Hlm. 165-182
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE INFLUENCE OF EARNING PER SHARE, PREVIOUS DIVIDEND PER
SHARE, GROWTH, LEVERAGE, SIZE, BETA TO DIVIDEND PER SHARE
ON TRADE AND SERVICES COMPANIES LISTED ON
INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007-2012
YUPITER GULO
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract:The purpose of this research is to test and analyze the effect of
earning per share, previous dividend per share, growth, leverage, capital
size, beta to dividend per share. This study was improve consistency of result
from prior studies. Sample of this research are Trade and Service firms listed
in Indonesia Stock Exchange over the six years period of 2007-2012. By using
purposive sampling as sampling technique, there are 7 firms met the criteria.
The samples are analyzed using descriptive statistics and panel data
regressions with fixed effect model to test the hypotheses. The empirical
evidences of this research show that earning per share and previous dividend
per share influence dividend per share, while growth, leverage, size, and
beta do not influence leverage. Overall, the independent variables influence
leverage simultaneously.
Keywords:
Dividend Per Share, Earning Per Share, Previous Dividend Per
Share, Growth, Leverage, Size, Beta.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh earning per share, dividend sebelumnya per saham, growth,
leverage, capital size, beta to dividend per share. Penelitian ini adalah
meningkatkan konsistensi hasil dari penelitian sebelumnya.Sampel penelitian
ini adalah Perdagangan dan Jasa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode enam tahun 2007-2012. Dengan menggunakan
purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel, ada 7 perusahaan
yang memenuhi kriteria. Sampel dianalisis menggunakan statistik deskriptif
dan regresi data panel dengan model yang fixed effect untuk menguji
hipotesis.Bukti-bukti empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa Earning
Per Share dan Dividend Per Share sebelumnya pengaruh Dividend Per Share,
sementara Growth, Leverage Size dan Beta tidak mempengaruhi leverage.
Secara keseluruhan, variabel independen mem pengaruhi leverage yang
bersamaan.
Keywords:
Dividend Per Share, Earning Per Share, Previous Dividend Per
Share, Growth, Leverage, Size, Beta.
165
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
PENDAHULUAN
Kehadiran pasar modal saat
ini sangat bermanfaat bagi emiten,
keberadaan
pasar
modal
merupakan salah satu alternative
bagi emiten untuk mengumpulkan
dana dari masyarakat. Disisi lain
pasar
modal
juga
sangat
memberikan
keuntungan
bagi
investor, sehingga investor memiliki
peranan yang sangat penting dalam
investasi di pasar modal. Pasar
modal memiliki peranan yang
sangat besar bagi perekonomian
suatu negara karena menjalankan
dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
ekonomi dan
fungsi
keuangan.
Pasar modal dikatakan memiliki
fungsi
ekonomi
karena
pasar
menyediakan fasilitas atau tempat
yang
mempertemukan
dua
kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor)
dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Pasar modal
memiliki
fungsi keuangan, karena
pasar
modal memberikan kemungkinan
dan
kesempatan
memperoleh
imbalan (return) bagi pemilik dana,
sesuai
dengan
karakteristik
investasi yang dipilih. (Darmadji
dan Fakhruddin, 2001).
Ketika investor menanamkan
modal ke perusahaan emiten, maka
hal utama yang diharapkan investor
adalah
untuk
mendapatkan
keuntungan di masa yang akan
datang dari
investasi
yang
dilakukan sebelumnya. Oleh karena
itu investor
perlu
melakukan
analisis untuk menentukan dasar
yang dapat dilakukan dalam menilai
kelayakan saham sebagai altenatif
investasi
pada
saham,
yang
nantinya akan memberikan return
yang
sesuai
dengan
yang
166
November 2013
diharapkan. Tujuan utama seorang
investor dalam
menanamkan
dananya yaitu untuk memperoleh
pendapatan (return) yang dapat
berupa pendapatan dividen maupun
pendapatan dari selisih harga jual
saham terhadap harga belinya
(capital gain). Dalam kaitannya
dengan pendapatan dividen, para
investor
pada
umumnya
menginginkan pembagian dividen
yang relatif
stabil.
Stabilitas
dividen
akan
meningkatkan
kepercayaan
investor
terhadap
perusahaan,
karena
akan
mengurangi ketidakpastian investor
dalam menanamkan dananya.
Dalam
hal
pembagian
dividen, ada 2 jenis dividen yang
dapat diperoleh pemegang saham
atau investor, yaitu : dividen kas
dan dividen non kas. Dividend kas
(cash dividend) adalah sejumlah
dividend yang akan dibayarkan oleh
emiten kepada pemegang saham
atau investor dalam bentuk uang
tunai. Sedangkan dividend non kas
adalah sejumlah dividen yang akan
dibayarkan oleh emiten kepada
pemegang saham dalam bentuk
saham dalam proporsi tertentu.
Laba
merupakan
salah
satu
parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari
investor dan kreditor. Akan tetapi
laba yang diperoleh
perusahaan
dari
hasil
operasinya
tidak
selamanya dibagikan seluruhnya
kepada pemegang saham melainkan
sebagian masih tetap ditahan
didalam perusahaan guna dipakai
sebagai modal kerja internal,
sehingga kapasitas
perusahaan
dapat ditingkatkan.
Salah satu tolak ukur dalam
mengukur layak tidaknya suatu
emiten adalah Dividen Per-Share,
ISSN: 1410 -9875
yaitu laba bersih yang dibagikan
kepada semua pemegang saham
biasa dalam bentuk dividen yang
dapat berupa kas, dan saham. DPS
berguna
bagi
investor
untuk
menggambarkan prospek dividen di
masa datang.
Dividen
diartikan
sebagai
pembayaran
kepada
pemegang
saham
oleh
perusahaan
atas
keuntungan
yang
diperolehnya.
Besarnya nilai dividen yang akan
diterima pemegang saham sangat
bergantung
kepada
kebijakan
dividen perusahaan bersangkutan.
Kebijakan
dividen
merupakan
keputusan apakah keuntungan atau
laba yang diperoleh perusahaan
pada akhir tahun akan dibagi dalam
bentuk dividen kepada pemegang
saham atau akan ditahan sebagai
laba ditahan untuk pembiayaan
investasi di masa yang akan datang.
Dividen
kas
sering kali
menjadi topik yang menimbulkan
pembicaraan
hangat
antara
manajemen
perusahaan
emiten
dengan pemegang saham atau
investor bahkan cenderung menjadi
kontroversi
antara
pihak
manajemen
emiten
dengan
pemegang saham. Kontroversi yang
ada adalah pendapat kebijakan
dividen tidak mempengaruhi nilai
perusahaan yang diajukan oleh
Miller dan Modiglani (MM) yang
sering disebut teori irrelevansi
dividen, sementara argument yang
lain menyatakan bahwa dividen
yang tinggi akan
mempengaruhi
nilai perusahaan
yang
sering
disebut teori relevansi dividen.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Turki dan Ahmed,
menunjukkan
adanya
pengaruh
pada EPS, Previous DPS, Growth,
Leverage, Size, Beta terhadap DPS.
Penelitian ini menggunakan objek
Yupiter Gulo
perusahaan yang terdaftar pada
Saudi Stock Exchange. Peneliti
memiliki
ketertarikan
untuk
meneliti kembali
Earning
Per
Share, Previous Dividend Per Share,
Growth, Leverage, Size dan Beta
terhadap Dividend Per Share yang
sesuai dengan variable yang diteliti
sebelumnya.
Periode
yang
digunakan
pada
penelitian
sebelumnya adalah periode 20042010. Pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti, periode yang
akan digunakan adalah periode
2007-2012.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Signaling
Gitman
dan
Zutter
(2012,534)
menyatakan
bahwa
sebuah tindakan pembiayaan oleh
pihak
manajemen
perusahaan
diyakini
akan
mencerminkan
perdagangannya
terhadap
nilai
saham perusahaan. Isyarat atau
signal menurut Brigham
dan
Houston
(2001)
adalah
suatu
tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek
perusahaan.
Teori
signal
menjelaskan
bahwa pemberian signal dilakukan
oleh manajer untuk mengurangi
asimetri informasi. Selain itu teori
signal ini juga dapat memberikan
signal atau informasi
kepada
investor maupun calon investor
untuk pembagian
dividen
yang
telah
menjadi
hak
mereka.
Pembagian
dividen
merupakan
kewajiban
bagi
perusahaanperusahaan yang telah menjual
saham-saham mereka ke public.
Dengan adanya teori signaling ini,
167
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
maka akan memberikan signal yang
positif bagi para investor atas apa
yang telah mereka investasikan
pada
waktu
lalu,
dan akan
mendapatkan keuntungan dalam
bentuk dividen.
Teori Keagenan
Menurut Gitman dan Zutter (2012,
21) tujuan manager keuangan
adalah
memaksimalkan
kemakmuran
para
pemegang
saham. Jadi, pemegang saham
menjadikan manajer sebagai agen
pemegang saham dan memberikan
wewenang
dalam
pengambilan
keputusan
yang
tepat
dalam
mengelola
perusahaan.
Kepentingan
manajer
dan
kepentingan
pemegang
saham
seringkali bertentangan, sehingga
bisa menyebabkan terjadi konflik
diantara keduanya. Hal ini terjadi
karena manajer berusaha untuk
mengutamakan
kepentingan
pribadinya yang tidak sesuai dengan
keinginan pemegang saham dimana
kepentingan
manajer
dapat
menambah biaya perusahaan yang
mengurangi
keuntungan
perusahaan.
Menurunnya
keuntungan
perusahaan
menyebabkan
penerimaan
pemegang saham juga menurun.
Konflik yang terjadi ini dapat
dikurangi dengan adanya suatu
mekanisme
kontrol
atau
pengawasan
sehingga
dapat
mensejajarkan
kepentingankepentingan tersebut. Mekanisme
pengawasan menimbulkan adanya
biaya keagenan
(Agency
Cost).
Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengurangi adanya biaya
keagenan
adalah
dengan
pembayaran dividen yang dapat
menjadi bonding bagi manajer.
168
November 2013
Teori Pecking Order
Teori
pecking
order
merupakan konsep yang pertama
kali diuraikan oleh
Gordon
Donaldson pada tahun
1961.
Menurut Brealey. et. Al (2007) teori
pecking order menjelaskan bahwa
perusahaan menyukai pendanaan
internal, karena dana ini terkumpul
tanpa
mengirimkan
sinyal
sebaliknya yang dapat menurunkan
harga saham. Jika dana eksternal
dibutuhkan,
perusahaan
menerbitkan utang lebih dahulu
dan hanya menerbitkan ekuitas
sebagai pilihan terakhir.
Gitman dan Zutter (2012,
534)
menyatakan
bahwa
“A
hierarchy of financing that begins
with retained earning, which is
followed by debt financing and
finally external equity financing”.
Selain itu dari sumber yang sama,
“When firms do not have enough
financial slack to finance their
profitable
investment
opportunities,
managers
will
prefer to raise external financing
by issuing debt rather than
equity”. Penerbitan saham juga
berakibat pada turunnya dividen
perlembar saham dan turunnya
harga atau nilai saham karena
jumlah
saham
bertambah.
Akibatnya jika pendanaan eksternal
dilakukan
dengan
penerbitan
saham baru akan mendapatkan
apresiasi atau respon negatif oleh
pasar.
Teori Kebijakan Dividend
Dividen
merupakan
nilai
pendapatan
bersih
perusahaan
setelah pajak dikurangi dengan laba
ditahan (retained earning) yang
ditahan sebagai cadangan bagi
perusahaan. Menurut Brigham dan
Houston (2011: 211) menyebutkan
ISSN: 1410 -9875
ada tiga teori
investor yaitu:
Yupiter Gulo
dari
preferensi
1. Dividend
Irrelevance
Theory
Menurut Gitman
(2009)
adalah
suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh, baik terhadap nilai
perusahaan
maupun
biaya
modalnya. Teori ini mengikuti
pendapat Modigliani dan Miller
(MM) yang menyatakan bahwa nilai
suatu perusahaan tidak ditentukan
oleh
besar
kecilnya
Dividend
Payout
Ratio
(DPR)
tetapi
ditentukan oleh laba
bersih
sebelum pajak (EBIT) dan risiko
bisnis.
2. Bird In The Hand Theory
Menurut Gitman and Zutter (2012),
kepercayaan yang mendukung teori
dividend yang relevan, kalau
investor melihat dividend sekarang
sebagai risiko yang lebih rendah
daripada dividend dimasa yang
akan datang atau capital gain.
Gordon dan Lintner berargumen
bahwa
pembayaran
dividend
sekarang
menurunkan
ketidakpastian
investor,
yang
menyebabkan investor memotong
laba perusahaan pada tingkat yang
rendah untuk menempatkan nilai
yang lebih
tinggi
di
saham
perusahaan. Gordon dan Lintner
beranggapan investor memandang
bahwa satu burung di tangan lebih
berharga daripada seribu burung di
udara.
3. Tax Preference Theory
Menurut Brigham
dan Houston
(2006, 71-72).
Teori preferensi
pajak
menjelaskan
investor
menyukai pembayaran dividen yang
rendah. Hal
ini
dikarenakan
dividend dikenakan pajak sehingga
banyak investor tidak menghendaki
pembayaran dividen yang tinggi.
Capital gain cenderung lebih dipilih
karena pajak dari capital gain
relative lebih rendah daripada
dividen.
Definisi Variabel
Dividend Per Share
Menurut Gitman ( 2009, 47)
“Dividend Per-Share is the dollar
amount of cash distributed during
the period on behalf of each
outstanding share of common
stock”. Jadi, Dividend Per-Share
menunjukkan rasio yang mengukur
seberapa
besar
dividen
yang
dibagikan
dibandingkan
dengan
jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
Earning Per Share
Menurut Gitman (2009:68)
“Earning Per-Share represents the
number of dollars earned during
the periode on behalf of each
outstanding share of common
stock”. Jadi, Earning Per-Share
merupakan rasio yang menunjukkan
bagian laba untuk setiap saham.
EPS menggambarkan profitabilitas
perusahaan yang tergambar pada
setiap lembar saham.
Ha1 : Terdapat pengaruh Earning
Per Share terhadap Dividend Per
Share
Previous Dividend Per Share
Dalam jurnal yang ditulis
Ahmed dan Javid (2009) Previous
Dividend
Payout
merupakan
presentase dari keuntungan yang
akan dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk dividend pada
tahun sebelumnya. Jadi, Previous
Dividend
Per-Share
merupakan
pembayaran dividen per lembar
169
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
saham pada periode sebelumnya
atau tahun sebelumnya.
Ha2 : Terdapat pengaruh Previous
Dividend
Per Share
terhadap
Dividend Per Share
Growth
Menurut
Brigham
dan
Ehrhardt (2008,499) mengenai sales
growth. “Sales growth is
the
growth in sales during a specific
time periode and the fluctuation
changes
every
year.
Jadi
kesimpulannya,
Growth
adalah
persentase perubahan penjualan
yang terjadi pada periode saat ini
yang dibandingkan pada penjualan
perusahaan periode yang lalu.
Ha3 : Terdapat pengaruh Growth
terhadap Dividend Per Share
Leverage
Menurut
Tampubolon
(2005:37) Leverage ratio digunakan
untuk menjelaskan
penggunaan
utang untuk membiayai sebagian
daripada aktiva korporasi. Jadi,
leverage merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh
hutang.
Ha4 : Terdapat pengaruh Leverage
terhadap Dividend Per Share
Size
Menurut Yusuf dan Soraya
(2004:94) size merupakan ukuran
atau besarnya assets yang dimiliki
perusahaan dan ditunjukkan oleh
natural logaritma total aktiva. Jadi,
Size merupakan ukuran besar
kecilnya suatu perusahaan yang
dapat dilihat berdasarkan total
aktiva yang
dimiliki
oleh
perusahaan tersebut.
Ha5 : Terdapat pengaruh Size
terhadap Dividend Per Share
Beta
Menurut Keown et al. (2005,
199) “Beta is a measure of the
relationship
between
an
investment’s
return
and
the
market’s returns”. Ini adalah
ukuran dari investasi yang tidak
dapat didiversifikasikan. Jadi dapat
disimpulkan Beta digunakan untuk
mengukur
pergerakan
dari
pengembalian atas suatu surat
berharga terhadap pengembalian
pasar.
Ha6 : Terdapat pengaruh Beta
terhadap Dividend Per Share
Berikut ini model penelitian yang digunakan:
170
November 2013
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gulo
Earning Per Share
Previous Dividend Per Share
Growth
Dividend Per Share
Leverage
Size
Beta
Gambar 1
Model Penelitian Dividend Per Share
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Berdasarkan
masalah
penelitian yang
ada,
maka
penelitian yang dilakukan oleh
penulis
termasuk
kedalam
penelitian kausalitas. “A study in
which the researcher wants to
delincate the cause of one or more
problem is called a causal study”
(Sekaran dan Bougie, 2010:110).
Objek Penelitian
Populasi
dalam
penelitian ini adalah Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Metode
pengambilan
sample
dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
Purposive
Sampling
Methode.
Adapun
Purposive Sampling Methode yaitu
teknik penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2008: 122).
171
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1. Dividend Per Share
Dividend Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Irawati, 2006:64)
2. Earning Per Share
Earning Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( Gitman, 2009: 68)
3. Previous Dividend Per Share
Previous Dividend Per Share dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: (Irawati, 2006: 64)
4. Growth
Growth dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Harahap,
2001:309)
5. Leverage
Leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ( Ross,et al
2010: 51)
6. Size
Size dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Pelepy 2007: 417)
7. Beta
Beta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Charles 2009,
224)
172
ISSN: 1410 -9875
Metode Analisa Data
Metode
yang
digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode
kuantitatif dengan analisis regresi
data panel. Data yang dikumpulkan
akan diuji dan dianalisis dengan
menggunakan program e-views 7.
Metode statistic yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah
analisis regresi berganda (multiple
linier
regression),
statistic
deskriptif, uji kualitas data (uji
normalitas dan outlier), uji asumsi
klasik
(multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
autokorelasi)
dan
pengujian
hipotesis
(koefisien
korelasi,
koefisien determainasi, uji t dan uji
f).
Model Analisis Data Panel
Pada penelitian ini, data
yang diuji merupakan panel data.
Panel data merupakan gabungan
antara data time series dan data
cross section (Widarjono 2009,9).
Dengan menggunakan panel data
diharapkan dapat
menghasilkan
data yang lebih informative, lebih
bervariasi,
kolineritas
antar
variable yang semakin berkurang,
dan peningkatan derajat kebebasan
(degree of freedom), dan lebih
efisien (Gujarati 2009,237).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan
adalah analisa regresi berganda
(Multiple Linear Regresion). Dalam
penelitian ini menggunakan analisis
regresi
linier
berganda
untuk
memperoleh
gambaran
yang
menyeluruh mengenai pengaruh
antara variable Earning Per-Share,
Previous
Dividends
Per-Share,
Growth, Leverage , Beta, Capital
Size terhadap Dividend Per-Share
dengan persamaan:
Y= b0+ b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4
X4+ b5 X5 + b6 X6 + Ɛ
Yupiter Gulo
Keterangan:
Y
= Dividen Per-Share
b0
= Intercept (Konstanta
atau nilai Y ketika x=0)
b1-b6
= Koefisien regresi
X1
= Earning Per-Share
X2
= Previous Dividend PerShare
X3
= Growth
X4
= Leverage
X5
= Size
X6
= Beta
Ɛ
= Error term
173
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
HASIL PENELITIAN
Berikut ini prosedur pengambilan sampel secara sederhana:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
No
Keterangan
Jumlah
1.
Perusahaan perdagangan dan jasa yang
terdaftar di BEI selama periode 2007-2012
2.
Perusahaan yang tidak membagikan dividend
secara konsisten setiap tahun
3
Perusahaan yang tidak menggunakan mata
uang rupiah dalam laporan keuangan
4.
Perusahaan yang datanya merupakam data
ekstrim (outlier)
5.
Total Perusahaan yang dijadikan sampel
6.
Total data penelitian (7 x 6 tahun)
90
(76)
(1)
(6)
7
42
Nama Perusahaan Sampel
Table 2 Daftar Nama Perusahaan Sampel
Kode
Nama Perusahaan
AKRA
PT AKR Corporindo, Tbk
ASGR
PT Astra-Graphia, Tbk
LTLS
PT Lautan Luas, Tbk
MICE
PT Multi Indocitra, Tbk
MTDL
PT Metrodata Electronics, Tbk
PJAA
PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
TGKA
PT Tigaraksa Satria, Tbk
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel
N
Mean
Maksimum
Minimum
DPS
EPS
Prev_DPS
Growth
Leverage
Size
Beta
42
42
42
42
42
42
42
26.21071
74.45881
25.18690
0.202613
1.656293
28.07337
0.540870
65.00000
187.0000
65.00000
0.658019
3.565481
30.09806
0.875092
1.00000
4.930000
1.00000
-0.159537
0.153795
26.24080
0.108733
Deviasi
Standard
16.25302
42.49545
17.16113
0.182116
1.054523
0.918595
0.273203
Sumber: Hasil Pengolahan E-views7
Uji Signifikansi Random Effect
Tabel 4 Hasil Uji Hausman Random Effect Test
Test Summary Chi-Sq. Statistic
Cross-section random
3.110549
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7
174
Chi-Sq. d.f.
Prob.
5
0.6829
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gulo
Berdasarkan pada table
di atas nilai Chi-Square statistic
adalah sebesar 3.110549 lebih kecil
dari nilai Chi-Square table α 5% df
(5) 11.07 dan nilai p-value 0.6829
lebih besar dari alpha 0.05 (α
5%). Dari table tersebut, maka
kesimpulannya adalah
H0 tidak
dapat ditolak, maka Model Random
Effect.
Uji Normalitas
Table 5 Hasil Uji Normalitas
Skewness
0.323366
Kurtosis
2.634450
Jarque-Bera
0.965807
Probability
0.616989
Sumber: hasil pengolahan Eviews7
Dari table 5 dapat diperoleh
informasi nilai skewness mendekati
0 dan kurtosis mendekati 3 yaitu
masing-masing sebesar 0.323366
dan 2.634450. nilai hitumg JarqueBera sebesar 0.965807. Nilai chisquare dengan alpha sebesar 0.05
dan degree of freedom (df) 2
sebesar 5,99 sehingga nilai statistic
JB < nilai kritis JB. Dari table di
atas nilai p-value sebesar 0.616989
lebih besar dari alpha (α5%).
Berdasarkan table tersebut, maka
Tabel 6 Hasil Uji
EPS
Prev_DPS
EPS
1.000000
0.409330
Prev_DPS
0.409330
1.000000
Growth
0.052438
0.001331
Leverage
0.225262
0.025715
Size
0.594946
0.396731
Beta
-0.533646 -0.386767
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7
Berdasarkan Tabel 6 hasil korelasi
antar 6 variabel independen, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesimpulan Ho tidak dapat ditolak,
maka residual berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolineritas
Menurut Winarno (2011,5.3)
multikolinieritas
dapat
menjadi
masalah dalam model regresi
apabila nilai koefisien korelasi
antara dua variable independen
diatas 0.89 atau kuran g dari -0.89.
Berikut ini korelasi antar variable
independen:
Korelasi Variabel Independen
Growth
Leverage
Size
0.052438
0.225262
0.594946
0.001331
0.025715
0.396731
1.000000
0.208900
0.182870
0.208900
1.000000
0.542766
0.182870
0.542766
1.000000
-0.079107 -0.756474 -0.662810
Beta
-0.533646
-0.386767
-0.079107
-0.756474
-0.662810
1.000000
multikolineritas karena hubungan
antar variable kurang dari 0.89 dan
lebih dari -0.89.
175
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser dilakukan
untuk mendeteksi apakah terjadi
Variable
Variable
heterokedastisitas
atau
tidak.
Berikut adalah hasil uji Glejser.
Table 7 Hasil Uji Glejser
Coefficient Std. Error t-Statistic
C
-36.65839
27.49500
EPS
-0.044572
0.019565
Prev_DPS
0.246548
0.043904
Growth
-1.935535
3.439836
Leverage
-0.172218
1.073023
Size
1.559233
1.005501
Beta
-4.149771
4.623038
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7
Berdasarkan
disimpulkan
November 2013
Tabel
7,
bahwa
dapat
terjadi
-1.333275
-2.278168
5.615646
-0.562683
-0.160498
1.550703
-0.897629
Berdasarkan Tabel 8, dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas karena nilai
0.1911
0.0289
0.0000
0.5772
0.8734
0.1300
0.3755
heteroskedastisitas. Oleh karena itu
dilakukan uji Park.
Tabel 8 Hasil Uji Park
Coefficient Std. Error t-Statistic
C
-17.16900
11.19309
EPS
-0.004752
0.007965
Prev_DPS
0.012847
0.017873
Growth
-2.105275
1.400342
Leverage
-0.264422
0.436823
Size
0.716676
0.409335
Beta
-0.739343
1.882018
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Prob.
-1.533893
-0.596581
0.718804
-1.503401
-0.605330
1.750830
-0.392846
Prob.
0.1340
0.5546
0.4770
0.1417
0.5489
0.0887
0.6968
probabilitasnya pada variable
independen memiliki nilai lebih
besar dari α (0.05).
Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai uji Durbin-Watson.
Table 9 Nilai Durbin-Watson
Durbin-Watson stat
Nilai Durbin-Watson adalah
2.301071, dengan jumlah observasi
42 data dan 6 variabel independen
dapat diperoleh nilai dL 1.2022 dan
176
2.301071
dU 1.8451, maka nilai uji DurbinWatson berada pada daerah
inconclusive, sehingga selanjutnya
digunakan uji Breusch-Godfrey.
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gulo
Tabel 10 Uji Breusch-Godfrey
6.267140
Prob. F (2.33)
F-statistic
0.0049
Obs*R-squared
11.56139
0.0031
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7
Berdasarkan table 10 Uji
Breusch Godfrey nilai probability
0.0031 lebih kecil dari nilai alpha
Prob. Chi-Squar(2)
0.05. Oleh karena itu penelitian ini
terjadi autokorelasi.
Uji t
Variabel
R
EPS
Prev_DPS
Growth
0.419670
0.692211
0.0749867
Table 11 Hasil Analisis Uji t
R2
Coefficient
Std.
Error
0.176132 0.161244
0.051385
0.479156 0.652685
0.101441
0.005623 -5.105722
10.83218
Leverage
0.019647
0.000386
-0.475024
3.836385
Size
Beta
0.222807
0.2594456
0.049643
0.067312
6.300832
-27.36205
4.414449
16.10427
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Dari table, variable
EPS dan
Prev_DPS memiliki nilai probability
kurang dari α (0.05), sehingga
dapat
disimpulkan
Ho
dapat
ditolak, variable EPS dan Prev_DPS
berpengaruh
terhadap
DPS.
Variabel Growth, Leverage, Size
tstatistic
3.137957
6.434108
0.471347
0.123821
1.427320
1.699056
Probabili ty
0.0032
0.0000
0.6400
0.9021
0.1612
0.0971
dan Beta memiliki nilai probability
lebih dari α (0.05), sehingga dapat
disimpulkan Ho tidak dapat ditolak,
variable Growth, Leverage, Size
dan
Beta
tidak
berpengaruh
terhadap DPS.
Uji F
Table 12 Hasil Uji F
Variable
Coefficient Std. Error
C
103.8005
73.44703
EPS
0.140013
0.052263
Prev_DPS
0.585404
0.117279
Growth
-11.93699
9.188789
Leverage
1.442731
2.866352
Size
-3.570716
2.685981
Beta
-5.895191
12.34946
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
t-Statistic
Prob.
1.413270
2.678976
4.991534
-1.299082
0.503333
-1.329390
-0.477364
0.1664
0.0112
0.0000
0.2024
0.6179
0.1923
0.6361
177
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
Dari table 12, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
Dividend Per-Share = 103.8005 + 0.140013EPS + 0.585404Prev_DPS
11.93699Growth + 1.442731Leverage – 3.570716Size – 5.895191Beta + e
–
Table 12 Nilai Statistik F
F-statistic
11.33652
Prob(F-statistic)
0.000001
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7
Berdasarkan table 12 diperoleh
Boanyah dkk, dimana Previous
nilai statistic F sebesar 11.33652.
Dividend Per-Share memiliki
nilai statistic F berada di daerah
pengaruh terhadap Dividend
penolakan hipotesis nol dimana F ≥
Per-Share.
Fα/2 (11.33652 ≥ 2.34) sehingga
3. Tidak
terdapat
pengaruh
Growth terhadap Dividend Perdapat diputuskan bahwa H0 ditolak.
Hasil ini juga didukung oleh nilai
Share. H03 tidak dapat ditolak.
probabilitas sebesar 0.000001 yang
Hasil ini konsisten
dengan
kurang dari
nilai alpha
0.05
penelitian yang dilakukan oleh
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Malik dkk, dimana Growth tidak
terdapat pengaruh Earning Permemiliki pengaruh terhadap
Share, Previous Dividend PerDividend Per-Share. Hasil ini
Share, Growth, Leverage, Size dan
bertentangan dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Beta terhadap Dividend Per-Share
pada perusahaan perdagangan, jasa
Alzomaia dan
Khadhiri
yang terdaftar di Bursa Efek
(2013), Boanyah,dkk, dimana
Growth
memiliki
pengaruh
Indonesia periode 2007-2012.
PENUTUP
terhadap Dividend Per-Share.
Berdasarkan hasil analisis
4. Tidak
terdapat
pengaruh
dan pembahasan yang dilakukan,
Leverage terhadap Dividend
maka diperoleh kesimpulan sebagai
Per-Share. H04 tidak dapat
berikut:
ditolak. Hasil ini konsisten
1. Terdapat pengaruh Earning Perdengan
penelitian
yang
Share terhadap Dividend Perdilakukan oleh Malik, dkk,
dimana Growth tidak memiliki
Share. H01 ditolak. Hasil
ini
pengaruh terhadap Dividend
konsisten dengan penelitian
Per-Share.
Hasil
ini
yang
dilakukan
oleh
bertentangan dengan penelitian
Alzomaia dan Khadhiri (2013),
yang dilakukan oleh Alzomaia
Malik, dkk, Boanyah,
dkk
dan Khadiri (2013), dimana
dimana
Earning
Per-Share
Leverage memiliki pengaruh
memiliki pengaruh terhadap
terhadap Dividend Per-Share.
Dividend Per-Share .
5. Tidak terdapat pengaruh Size
2. Terdapat pengaruh Previous
terhadap Dividend Per-Share.
Dividend Per-Share terhadap
H05 tidak dapat ditolak. Hasil ini
Dividend Per-Share. H02 ditolak.
tidak
konsisten
dengan
Hasil ini konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukan oleh
Alzomaia dan Khadhiri (2013),
178
ISSN: 1410 -9875
Malik, dkk, Boanyak, dkk,
dimana Size memiliki pengaruh
terhadap Dividend Per-Share.
6. Tidak terdapat pengaruh Beta
terhadap Dividend Per-Share.
H06 tidak dapat ditolak. Hasil ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Suwaldiman
dan
Aziz,
dimana
Beta
memiliki
pengaruh terhadap Dividend
Per-Share.
7. Terdapat pengaruh Earning Per
Share, Previous Dividend Per
Share, Growth, Leverage, Size,
Beta terhadap Dividend Per
Share. H07 ditolak. Hasil
ini
konsisten dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Alzomaia dan Khadhiri (2013),
dimana
Earning
Per-Share,
Previous Dividend Per Share,
Growth, Leverage, Size, Beta
terhadap Dividend Per Share
memiliki pengaruh terhadap
Dividend Per-Share .
Penulis menyadari bahwa
penelitian ini tidak terlepas dari
keterbatasan keterbatasan yang
antara
lain
disebabkan
oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas pada
perusahaan perdagangan, jasa
yang go public
sehingga
hasilnya
kurang
bisa
Yupiter Gulo
mengeneralisasi
perusahaan
yang go public di Bursa Efek
Indonesia.
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan enam variable
independen, yaitu Earning PerShare, Previous Dividend PerShare,
Growth,
Leverage,
Size dan Beta. Sementara itu
masih banyak
variable
lain
yang diduga
memiliki
pengaruh terhadap
variable
dependen Dividend Per-Share.
3. Penelitian ini hanya dilakukan
selama enam tahun dengan
periode 2007-2012. Sementara
itu masih dapat dilakukan
perpanjangan periode dengan
objek penelitian perusahaan
berbeda yang memungkinkan.
Rekomendasi yang dapat diberikan
untuk peneliti berikutnya adalah
sebagai berikut:
1. Menambah sampel penelitian
sehingga dengan begitu jumlah
data akan lebih banyak.
2. Menambah variable independen
yang diduga memiliki pengaruh
terhadap variable dependen
(Dividend Per-Share) seperti
Profitability, Liquidity, Cash
Flow, Return On Asset, Return
On Equity.
3. Menambah periode penelitian
yang
memungkinkan
untuk
dilakukan penelitian.
179
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
November 2013
REFERENSI
Ahmed, Hafeez, dan Javid, Attiya Yasmin. 2009. Dynamics and determinants
of dividend policy in Pakistan. International Research Journal of
Finance and Economics no. 25.
Alzomaia, Turki SF, et., al. 2013. Determination of Dividend Policy: The
Evidence from Saudi Arabia. IJBSS. ISSN 2219-1933.
Anderson et al.,2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition.
South-Western: CENGAGE Learning.
Boanyah, et., al. 2013. Determinant of dividend payout policy of some
selected manufacturing firms listed on the Ghana Stock Exchange.
IISTE. Vol 4 no 5.
Brealey, et.al. 2007. Dasar-dasar manajemen keuangan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Brigham, E.F and Houston Joel, F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan, Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Brigham, Eugene F Dan Ehrhardt Mivhael C. 2005. Financial Management
Theory and Practice. Internatioanal Student Edition. South Western.
Brigham, Eugene F dan Joel F., Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto. Buku satu. Edisi sepuluh.
Jakarta:PT Salemba Empat.
Charles, P., Jones. 2009. Investment Analysis and Management. John Wiley &
Sons.
Darmadji, Tjipto dan Hendry, M Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta: Salemba Emapat.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Cetakan
Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance, 12th edition.
Boston : San Diego State University.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter.2012. Principles of Managerial
Finance 13th Edition. United States: Pearson Education.
Gujarati, Damodar N. and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. 5th
Edition. Singapore: Mc Graw Hill.
Hair, J. F., et al. 2010. Multivariate data analysis, 7th Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management 6th Edition.
Boston: McGraw Hill
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.
Keown et al. 2005. Financial Management, 10th Edition. United States of
America: Pearson Education, Inc.
180
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gulo
Kumar, Suwendra.2007. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Investment
Opportunity Set (IOS) Dan Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR). Universitas Diponegoro.
Palepy, Krishna G., Paul M. Healy, Erik Peek, Victor Lewis Bernard. 2007.
Business Analysis and Valuation: Text and cases. Thomson Learning
London.
Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate.
Yogyakarta: Gova Media.
Ross et al. 2010. Corporate Finance. 9th Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies,inc.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku pintar IBM SPSS Statistics 19. Penerbit: PT
Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business, 5th
Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sundjaja, Ridwan., dan Inge, Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua, Edisi
Ketiga. Jakarta: PT Prenhallindo
Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Weygandt, J.J., Kimmel, P.D., & Kieso, D. E. 2010. Managerial Accounting:
Tools For Business Decision Making. 5th edition. USA: John Wiley &
Sons, Inc.
Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews, Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba pada perusahaan asing dan non asing di Indonesia.
JAAI. Volume 8 no 1.
181
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan
182
November 2013
Download