5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Berdasarkan Surat Edaran Penerbitan Sertifikat Indonesia Bank Bank Indonesia No.8/13/DPM Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat tentang Bank yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai 6 Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang. 3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id): a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. b. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar. c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut : 7 Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = -----------------------------------------------360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)] e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %. g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. B. Nilai Tukar (Kurs) 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency. Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah 8 terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). 2. Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993) : a. Faktor Fundamental Faktor fundamental ekonomi seperti pendapatan berkaitan inflasi, suku dengan bunga, indikator-indikator perbedaan relatif antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau beritaberita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga 9 valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali norma. 3. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : 1. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkanataumemanipulasi kurs. 2. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya 10 dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan bergerak waktu tertentu. menuju nilai tertentu pada rentang untuk Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam sistem kurs tertambat. menghindari periode yang lebih lama dibanding Oleh karena kejutan-kejutan terhadap itu, system ini dapat perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies) Di negara-negara Sedang nilai mata uangnya B erkembang kebanyakan menetapkan berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam 11 sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. 4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu: a. Sistem kurs tetap (1970- 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung terhadap US$. berdasarkan nilai tukar rupiah Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar 12 valuta asing. b. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya tahun indikasi 1978. Dengan (pembatas) pada sistem devaluasi rupiah pada sistem ini, pemerintah menetapkan kurs dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread. c. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. dimaksudkan untuk Penghapusan rentang intervensi ini juga mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. 13 C. Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. (www.idx.co.id). Indeks-indeks tersebut adalah : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). 14 2. Indeks Sektoral Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing- masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3. Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4. Jakarta Islmic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh BapepamLK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 15 5. Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6. Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian 16 modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float. 9. Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 17 10. Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 11. Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan Indeks H arga Saham G abungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen. Anoraga dan Piji (2001: 100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. 18 Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001: 102): IHSG = ( Ht : Ho) x 100 Dimana : Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar D. Resiko saham Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan 19 artinya semakin besar resiko investasi tersebut. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto (2000) mendefenisikan resiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Beberapa sumber resiko yang mempengaruhi besarnya resiko suatu investasi (Tandelilin, 2001) : 1. Resiko suku bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku bunga naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga naik, akibatnya minat investor akan berpindah ke deposito. 2. Resiko pasar Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi, biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. 3. Resiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli diinvestasikan. rupiah yang Jika inflasi meningkat, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Resiko bisnis Resiko bisnis adalah resiko dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. 20 5. Resiko finansial Resiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar pula resiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 6. Resiko likuiditas Resiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula resiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 7. Resiko nilai tukar mata uang Resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau exchange rate risk. E. Penelitian Terdahulu Sebagai acuan teori dan kerangka pemikiran, ada beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan secara ringkas. Adapun beberapa penelitan terdahulu tersebut yang menjadi acuan penelitian ini. Penelitian Lee (1992) telah menemukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifkan terhadap indeks harga saham sedangkan Gupta (2000) mengadakan penelitian di Indonesia, mengambil data periode 1993-1997 menghasilkan kesimpulan, bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar dan harga saham. Penelitian lain, Sudjono (2002) menggunakan metode VAR (Vector Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model), ditemukan bahwa variabel 21 ekonomi maksro yang direfleksikan dengan nilai rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. F. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam penelitian makroekonomi yang diduga ini, yang terhadap berpengaruh terhadap Gabungan (IHSG) di Bursa makroekonomi dilakukan Efek 2 (dua) variabel Indeks Harga Saham Ind on e s i a . Adapun variabel diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah t i n g k a t s u k u b u n g a S e r t i f i k a t B a n k I n d o n e s i a d a n nilai tukar Rupiah/US$ . Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat menjelaskan hubungan masingmasing variabel independen terhadap IHSG, sebagai berikut : a. Pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap IHSG Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mengalihkan dananya ke pasar uang mendorong investor atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya 22 dapat menurunkan harga saham. b. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap IHSG Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam memberikan pengaruh menurunnya nilai hal persaingan terhadap ekspor harga. neraca dibandingkan perdagangan, karena dengan Seterusnya, akan berpengaruh pula kepada Indonesia. Dan memburuknya neraca Hal ini akan nilai impor. neraca pembayaran pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow. Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pada perusahaan-perusahaan go public menggantungkan faktor Besarnya belanja yang produksi terhadap barang-barang impor. impor dari perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Atas dasar analisis tersebut maka pengaruh dari masing- 23 masing variabel tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam model paradigma seperti ditunjukkan dalam Gambar berikut Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan model pada Gambar tersebut menunjukkan bahwa variabel independen terdiri dari Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Nilai Tukar Rupiah/US$ (X2) dan variabel dependennya IHSG (Y). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga bahwa variabel i n d e p e n d e n tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Nilai Tukar Rupiah/US$ (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia Januari 2006 - Desember 2007. 24 H2 : Diduga bahwa variabel independen Suku Bunga S e r t i f i k a t B a n k I n d o n e i s a secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia Januari 2006 – Desember 2007. H3 : Diduga bahwa variabel-variabel independen Nikai tukar Rupiah/US$ (X2) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia Januari 2006 – Desember 2007.