perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Pengumuman Dividen Bhattacharya, S. (1979) dalam Vieira (2011) menunjukan bahwa perusahaan menggunakan kebijakan dividen sebagai penyampaian informasi kinerja keuangan. Informasi dividen digunakan sebagai sinyal untuk menentukan prospek kedepan bagi investor yang memiliki sedikit informasi terhadap perusahaan. Kenaikan dividen menjadi sinyal terhadap baiknya kinerja perusahaan, sebaliknya penurunan dividen menjadi sinyal buruknya kinerja perusahaan. Lonie et al., (1996) melakukan penelitian dengan dua metode untuk menguji pengaruh pengumuman dividen. Pertama, reaksi pasar saham terhadap pengumuman dividen perusahaan Inggris selama periode enam bulan Januari-Juni 1991 diteliti menggunakan metodologi event study yang mapan untuk mengidentifikasi abnormal return. Kedua, tes yang lebih canggih darihubungan antara dividen dan laba, menggunakan regresi model untuk menentukan apakah efek interaksi ada antara dividen tak terduga dan pendapatan tak terduga. Hasil tes samamempengaruhi menunjukkan tingkat bahwa abnormal kedua return sinyal bersama- yang diterima oleh perusahaan dalam sampel. Penelitian mereka menemukan bahwa pengumuman pendapatan merupakan sinyal yang dominan di pasar modal dan pengumuman dividen merupakan pengumuman parsial, dan sering commit to user 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjadi sinyal yang lemah. Dividen menjadi mekanisme sinyal pengganti bagi manajer untuk menyampaikan kepada investor pandangan mereka tentang kinerja masa depan perusahaan mereka. Hipotesis penelitian Vieira (2011) menyebutkan bahwa pengumuman dividen dan ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap reaksi pasar. Dia mengasumsikan bahwa pengumuman dividen bukan merupakan sinyal utama yang menginformasikan kinerja perusahaan. Anggapan ini diperkuat dengan adanya bukti bahwa tidak semua perusahaan yang mengumumkan penurunan dividen memiliki kinerja keuangan yang buruk, sehingga sinyal utama yang menginformasikan kinerja keuangan secara jangka panjang adalah pengumuman laba (Abeyratna and Power, 2006 dalam Vieira 2011). 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang skalanya besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial daripada perusahaan yang mempunyai skala kecil, Sari (2012). Dengan besarnya ukuran aset, suatu perusahaan biasanya menganeka ragamkan bidang usaha tau lini produknya yang bertujuan untuk mendiversivikasikan resiko. Semakin banyak bidang usaha, maka perusahaan akan meminimalkan resiko dan mampu bertahan apabila terjadi suatu resiko tertentu. Fama & French besar kecilnya suatu (1995) ukuran perusahaan. perusahaan menggambarkan Ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperoleh. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya. Biasanya perusahaan yang besar mempunyai kemampuan lebih baik dalam menghadapi risiko dan mengembangkan operasi perusahaan (Jogiyanto, 2000). Hal ini disebabkan karena perusahaan besar lebih menganekaragamkan lini produknya atau bidang usahanya, yang bertujuan untuk mendiversifikasikan risiko dalam menjalankan usahanya. Maksudnya mendapatkan yaitu dengan keuntungan, atau risiko dengan yang minimal akan risiko tertentu untuk memperoleh keuntungan investasi yang maksimal. 3. Volatilitas Return Saham Dalam berinvestasi khususnya pada saham, kita harus melihat dua faktor yaitu faktor tingkat pengembalian saham (return) dan faktor resiko. Tingkat pengembalian saham dapat diketahui dengan persentasi perubahan yang acak (random walk) pada return saham dan diasumsikan dengan bahasa matematis sebagai mean. Sedangkan di dalam resiko terdapat dua komponen utama yaitu resiko non-sistematis dan resiko sistematis. Resiko non-sistematis adalah resiko yang dapat diabaikan dengan pembentukan portofolio yang terdiri dari beberapa aset finansial (proses diversifikasi), sedangkan resiko sistematis adalah resiko pasar atau yang biasa disebut resiko yang tidak dapat didiversifikasi yang mana besar kecilnya tergantung pada resiko portofolio pasar. Kedua komponen utama di dalam resiko biasanya disebut total resiko yang dapat diukur dengan standard commit to user 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id deviasi dan diasumsikan dengan bahasa matematis sebagai volatilitas, yang mana apabila dikondisikan pada waktu tertentu maka disebut conditional volatility (Anton, 2006). Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi/naik turunnya harga saham atau valas. Volatilitas tinggi adalah harga yang naik tinggi dengan cepat lalu tiba-tiba turun dalam dengan cepat pula. Baik saham atau valas yang volatilitasnya tinggi ataupun rendah keduanya sama-sama menguntungkan, dengan syarat memakai strategi berbeda (Parmadita, 2013). Volatilitas saham biasa adalah ukuran yang digunakan untuk mendefinisikan risiko dan merupakan tingkatperubahan dalam keamanan harga selama waktu tertentu.Semakin besar volatilitas, semakin besar kemungkinan keuntungan atau kerugian dalam jangka pendek. Volatilitas harus dilakukan dengan variasi keamanan harga. Jadi, jika saham diberi label sebagai volatile, harganya akan sangat bervariasi dari waktu ke waktu, dan itu lebih sulit untuk mengatakan dengan pasti berapa harga di masa depan. Investor lebih memilih risiko yang lebih kecil (Hussainey et al., 2011). 4. Profitabilitas Perusahaan Setiap Perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tetapi, selain itu perusahaan juga harus dapat mengadakan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan operasional usaha perusahaan. Peningkatan produktivitas dan dilakukannya program efektivitas dan commit to user 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efisiensi merupakan langkah yang diambil perusahaan dalam rangka untuk memperoleh keuntungan (Profit). Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik parainvestor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkatprofitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagiperusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitaspengelolaan badan usaha tersebut (Brighham dan Houston, 2006). Salah satu indikator penting untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan yang mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan oleh investor. Dua analisis rasio utama yang digunakan adalah ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset). ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan yang dapat diperoleh investor, sedangkan ROA menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan laba. 5. Book To Market Rasio book to market adalah rasio nilai buku terhadap harga saham. Perusahaan yang memiliki rasio book to market yang tinggi mengindikasikan bahwa siklus tumbuh perusahaan pada masa yang akan datang bagus, sehingga akan memiliki kesempatan investasi yang tinggi, dengan demikian perusahaan akan mudah untuk melakukan investasi commit to user 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id karena investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan (Hidayat, 2010). Menurut Robert Ang (1997), book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Book to market ratio merupakan rasio yang mencerminkan nilai pasar suatu saham. Rasio ini sangat popular dikalangan investor karena secara sederhana dapat menjelaskan apakah perusahaan dinilai undervalue. Book to market ratio yang tinggi berarti adanya kewajiban perusahaan yang masih belum dibayarkan. Hal ini membuat risiko memiliki saham perusahaan tersebut tinggi sehingga nilai perusahaan dianggap rendah oleh investor. Sebaliknya, Perusahaan dengan book to market ratio rendah menunjukan bahwa perusahaan dalam keadaaan baik sehingga masih dapat melanjutkan bisnisnya dengan menciptakan penjualan (Dery, 2012). Leong et al., (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa book to market ratio yang rendah berpengaruh terhadap tingginya return saham. Simlai (2009) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan rasio book-to-market memainkan peran penting dalam menangkap variasi kuat commit to user 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam return saham, dan persistensi volatilitas secara signifikan dapat meningkatkan dampak faktor risiko umum dalam menjelaskan variasi time series dalam ukuran dan portofolio book-to-market yang diurutkan. Book to market merupakan rasio yang membandingkan nilai perusahaan dengan nilai pasar yang semakin rendah rasio maka semakin tinggi nilai perusahaan di hadapan investor begitu juga sebaliknya. Sedangkan market to book ratio adalah rasio yang membandingkan harga per-lembar saham dengan harga buku saham. Dengan market to book ratio dapat diketahui seberapa besar pasar memberikan apresiasi terhadap saham perusahaan sesuai dengan kinerja riil perusahaan dan harapan pada periode yang akan datang dari saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi market to book ratio maka semakin tinggi pula apresiasi pasar terhadap perusahaan, begiu juga sebaliknya. 6. Perubahan Dividen Perubahan dividen pada suatu perusahaan biasanya terjadi apabila terdapat perubahan pendapatan. Chen et al (1990) melihat perubahan dividen berkaitan dengan adanya resiko yang dimiliki oleh perusahaan. Penurunan dividen merupakan sinyal bahwa perusahaan akan mendapatkan pendapatan yang lebih kecil di masa yang akan datang. Hal ini juga memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki resiko sistematik yang meningkat. Selain kaitannya dengan adanya sinyal resiko perusahaan, perubahan dividen juga menunjukan adanya nilai perusahaan itu sendiri. Dengan adanya perubahan, dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki nilai kecondongan pada kesejahteraan shareholdernya atau tidak. commit to user 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Perubahan dividen akan menimbulkan ekspektasi yang berbeda antar investor. Dengan ini, maka akan mempengaruhi perusahaan tersebut. Salah satu yang terganggu dengan adanya perubahan dividen adalah pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Perubahan pendapatan itu, salah satunya, adalah perubahan pendapatan saham. Ndasaepudin (2009). Penggunaan dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa menda tang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaan yang prospeknya baik yang dapat melakukan Sedangkan perusahaan-perusahaan yang tidak sukses sulit ini. untuk meniru cara ini, karena mereka tidak mempunyai arus kas yang cukup untuk melakukan-nya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses (Mulyati, 2003). Dividend Signaling Model Bhattacharya (1979) merupakan salah yang dikemukakan satu model oleh yang mendasari dugaan bahwa perubahan dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Model ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena adanya asymmetric information antara manajer dengan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator tentang prospek perusahaan. Peningkatan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal yang commit to user 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya penurunan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif. 7. Reaksi Pasar Pada penelitian ini, buy and hold abnormal returns (BHARs) menjadi proxy reaksi pasar. BHAR didefinisikan sebagai perbedaan antara return jangka panjang untuk aset sampel dan aset acuan yang dipilih untuk mendapatkan hasil yang diharapkan (Gitit et al., 2005). Buy and hold abnormal return (BHAR) merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis kinerja saham jangka panjang melalui return saham. Sebelum digunakan metode BHAR ini, terdapat variasi dalam pengukuran abnormal return dan uji statistik yang digunakan peneliti untuk mendeteksi return saham abnormal dalam jangka panjang (Barber & Lyon, 1997 dalam Vieira, 2011). Pada penelitian-penelitian menggunakan perhitungan abnormal return yang telah dilakukan sebelumnya, pengukuran dilakukan secara kumulatif atas return saham abnormal. Atas dasar tersebut, Barber dan Lyon kemudian merumuskan suatu metode pengukuran kinerja jangka panjang perusahaan melalui return saham abnormal yang disebut dengan buy and hold abnormal return (BHAR). BHAR dihitung secara sederhana dengan mengurangkan buy and hold return perusahaan sampel dengan buy and hold return dari benchmark. BHAR dihitung pada satu titik, misalnya satu tahun, tiga tahun, atau lima tahun setelah IPO. Pengukuranabnormal re commit to user 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id turn melalui BHAR dapat mengatasi bias pengukuran return abnormal jangka panjang yang terjadi pada metode cummulative abnormal return (CAR). Dalam pengukuran return abnormal melalui metode BHAR, penentuan benchmark menjadi elemen penting. Terdapat tiga pilihan benchmark yang dapat digunakan dalam pengukuran BHAR ini. Benchmark pertama yang dapat digunakan adalah referensi dari portfolio saham yang bersangkutan. Kedua, return saham dapat pula dibandingkan dengan perusahaan kontrol. Dalam hal ini, sampel dipasangkan dengan perusahaan kontrol yang dipilih berdasarkan kriteria spesifik. Ketiga, dalam pemilihan benchmark dapat digunakan model tiga faktor yang dikembangkan oleh Fama-French. Ketiga faktor tersebut meliputi faktor pasar, ukuran, dan faktor book-to-market. Menurut parto Kawito (2004), strategi investasi buy and hold tidak sama dengan apa yang sering dicandakan orang dengan menyebut buy and neglect strategy atau strategi beli dan lupakan dimana seseorang yang sudah membeli saham kemudian menaruhnya ke dalam lemari besi dan melupakannya, baru setelah beberapa tahun berselang orang tersebut mengingat kembali sahamnya dan melihat bahwa dia sudah mendapatkan keuntungan dari apresiasi harga sahamnya. Berbeda dengan strategi tersebut, investor yang menerapkan strategi buy and hold tetap harus memantau sahamnya setiap kuartal dengan mempelajari laporan keuangan, pertumbuhan laba, dividen, manajemen dan prospek kedepan. Bila ada data yang menurun dalam beberapa kuartal secara berurutan maka saham tersebut tidak layak lagi dipertahankan dan gantilah dengan saham lain commit to user 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang lebih baik. Strategy investasi buy and hold sering juga disebut dengan passive investment strategy. B. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL 1. Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Reaksi Pasar Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah banyak dilakukan. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya suatu teori yang dapat secara jelas menjelaskan fenomena pengaruh firm size terhadap berbagai faktor yang ada. Banz (1981) menemukan adanya hubungan negatif yang kuat antara average return dan size perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kapitalisasi mempunyai tingkat pengembalian yang lebih pasar kecil besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi pasar besar. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan, Hamao dan Lakonishok (1996) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada saham berkapitalisasi besar. Perusahaan kecil mempunyai tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif lebih tinggi, sehingga lebih berpengaruh pada perubahan fundamental. perusahaan Hal kecil ini dikarenakan cenderung earning lebih rendah yang diperoleh sehingga pada peningkatan earning pada tahun berikutnya lebih mudah dilakukan. Sedangkan commit to user 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada perusahaan besar dengan earning yang besar, pertumbuhan relatif lebih rendah karena earning periode sebelumnya cenderung sudah tinggi. Fama dan French (1995) menempatkan saham-saham ke salah satu dari sepuluh portofolio setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasar ukuran perusahaan, kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio tersebut dari Juli 1963 Desember 1990. Tetapi ternyata hasilnya adalah terdapat hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan return rata-rata (avarage return). Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995) menyatakan bahwa secara parsial firm size berpengaruh signifikan terhadap return. Saham perusahaan kecil mempunyai kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih rendah daripada saham perusahan besar. Size effect di dalam pendapatan terjadi dikarenakan kemungkinan besar keuntungan yang rendah dari saham perusahaan kecil terutama setelah resesi di Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun 1980-an, perusahaan berkapitalisasi besar mempunyai return tahunan (annual returns) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil. Hasil ini menyebabkan perdebatan apakah perbedaan ini hanya sementara atau akan terjadi pada jangka waktu panjang. Beberapa peneliti telah berusaha untuk meneliti asal dari premium perusahaan kecil. Kesimpulan yang didapat antara lain adalah : a. Perusahaan berkapitalisasi pasar sangat kecil (microcap company) mempunyai returns yang lebih kecil commit to user 20 dibandingkan perusahaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berkapitalisasi yang lebih besar. Banyak perusahaan kecil mempunyai harga yang rendah dan tidak likuid, serta tidak adanya equity research analyst. b. Pada perusahaan berkapitalisasi kecil, returns yang lebih besar terjadi pada bulan Januari. Sedangkan pada bulan Februari hingga Desember tidak ada premium. c. Perusahaan berkapitalisasi kecil diduga mempunyai return yang lebih baik, ketika suku bunga jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan jangka panjang dan juga ketika inflasi tinggi. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa besar kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan merupakan faktor risiko yang patut diperhitungkan dalam menghitung tingkat pengembalian (return) saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size). Dari keterangan di atas maka rumusan hipotesis pengaruh ukuran perusahaan terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen adalah: H.1a: negatif terhadap reaksi pasar Perubahan dividen diharapkan akan memoderasi ukuran perusahaan terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Oleh karena itu rumusan hipotesis yang bisa dibangun adalah: perusahaan terhadap reaksi pas commit to user 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Hubungan Volatilitas Return Saham Terhadap Reaksi Pasar Variabel volatilitas penelitian Vieira digunakan untuk menganalisis perbedaan respon pasar untuk pengumuman dividen, menurut volatilitas perusahaan. Setiap perusahaan memiliki volatilitas return saham yang berbeda yang menyebabkan respon terhadap pengumuman dividen juga berbeda di pasar. Baker dan Wugler (2007) dalam Vieira (2011), menyimpulkan bahwa dampak dari sentiment investor terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen lebih tinggi pada perusahaan yang masih muda, tingkat volatilittas yang tinggi, tingkat pertumbuhan yang tinggi, dan perusahaan yang sedang tertekan. Namun pada penelitian Vieira (2011) menemukan bahwa volatilitas berpengeruh negatif signifikan pada pada sentiment investor saat pengumuman dividen naik. Vieira menyimpulkan bahwa investor lebih mengapresiasi perusahaan dengan tingkat volaitilitas yang rendah dan secara keseluruhan hasil pengujian Vieira tidak menemukan bahwa sentiment investor saat pengumuman dividen bereaksi tinggi terhadap perusahaan yang memiliki volatilitas yang tinggi Temuan Anton (2006) Return saham di Indonesia memiliki permasalahan time varying volatility tetapi tidak terjadi leverage effect pada volatilitas return saham. Namun untuk semua model yang digunakan, terbukti bahwa return saham tidak dipengaruhi oleh volume perdagangan saham. Volume perdagangan tidak berpengaruh terhadap volatilitas return saham di Indonesia dan berhubungan negatif terhadap return saham. Ternyata pasar modal Indonesia termasuk pasar bentuk lemah. Hal ini berarti dengan mengetahui bagaimana harga sekuritas telah bergerak di commit to user 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masa lalu tidak dapat diterjemahkan ke dalam prediksi yang akurat tentang harga saham di masa yang akan datang. Penelitian yang muncul akhirakhir ini telah mengidentifikasikan bahwa investor mungkin bereaksi terlalu berlebihan terhadap beberapa jenis informasi, mendorong harga sekuritas untuk sementara menjauh dari nilai investasinya. Akibatnya, mungkin saja memperoleh keuntungan abnormal dengan membeli oversold luar biasa. Anton (2006). Dari keterangan di atas maka rumusan hipotesis pengaruh volatilitas return saham terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen adalah: H.1b return saham berpengaruh negatif terhadap reaksi Perubahan dividen diharapkan akan memoderasi pengaruh volatilitas return saham terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Oleh karena itu rumusan hipotesis yang bisa dibangun adalah: return 3. Hubungan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Reaksi Pasar Variabel profitabilitas yang digunakan Vieira (2011) dalam penelitiaannya menggunakan ROE untuk menganalisis perbedaan respon pasar saat pengumuman dividen menurut profitabilitas masing-masing perusahaan. perbedaan tingkat profitabilitas membedakan respon investor di pasar. commit to user 23 perpustakaan.uns.ac.id Widyawati digilib.uns.ac.id (2013) menemukan bahwa return on equity berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini menunjukan bahwa ROE Return on Equity merupakan tolak ukur profitabilitas, dimana para pemegang saham pada umumnya ingin mengetahui tingkat probabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka tanam kembali dalam bentuk laba yang ditanam. Dari penelitian Vieira (2011) menunjukaan bahwa tingkat profitabiitas perusahaan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pengambilan keputusan para investor, maka diharapkan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap reaksi pasar. Pada pasar portugis dan inggris menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh postif signifikan terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Hal ini mengidikasikan bahwa pasar bereaksi tinggi pada saat pengumuman dividen perusahaanperusahaan profit. Dari keterangan di atas maka rumusan hipotesis pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen adalah: Perubahan dividen diharapkan akan memoderasi pengaruh profitabilitas perrusahaan terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Oleh karena itu rumusan hipotesis yang bisa dibuat adalah: commit to user 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Hubungan Book To Market Terhadap Reaksi Pasar Robert Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio menurut Robert Ang (1997) di dalam menganalisis investasi antara lain : a. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price. b. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain commit to user 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. c. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Dari keterangan di atas maka rumusan hipotesis pengaruh book to market terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen adalah: Perubahan dividen diharapkan akan memoderasi pengaruh book to market terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Oleh karena itu rumusan hipotesis yang bisa dibuat adalah: book to market terhadap reaksi pasar 5. Hubungan Pengumuman Dividen Terhadap Reaksi Pasar Temuan dari Mulyati (2003) bahwa hasil uji regresi saat pengumuman dividen naik memiliki pengaruh postif terhadap abnormal return pada lima hari sebelum pengumuman dividen (t-5). Menurut commit to user 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mulyati, hal ini dikarenakan informasi perubahan dividen telah tersebar lima hari sebelum hari pengumuman, sehingga para investor mencoba untuk mengakses informasi ke dalam perusahaan dan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan transaksi akibatnya reaksi terjadi sebelum pengumuman dilakukan. Untuk pengumuman dividen turun, tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap abnormal return dari lima hari sebelum pengumuman hingga lima hari setelah pengumuman. Penelitian Apriani (2005) menemukan bahwa pasar bereaksi kuat terhadap pengumuman kenaikan/penurunan dividen oleh utilitas publik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan harga saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan/penurunan dividen. Untuk perusahaan dalam industri tidak diregulasi reaksi pasar tidak begitu kuat, hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapatnya perbedaan harga saham sebelum dansesudah pengumuman kenaikan/penurunan dividen oleh perusahaan-perusahaan tertentudi tahun-tahun tertentu. Dari keterangan di atas maka rumusan hipotesis pengaruh perubahan dividen terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen adalah: C. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasi penelitian dari Elisabete -variabel yang diteliti adalah investor sentiment dengan variabel kontrol firm size, share return volatility, profitability, book to market yang mempengaruhi reaksi pasar dengan proy buy and hold abnormal commit to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id return pada saat pengumuman dividen. Penelitian ini dilakukan pada tiga pasar eropa yaitu Inggris, Prancis dan Portugal. Vieira menemukan bahwa di pasar Portugal, sentimen investor secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen. Namun hasil yang bervariasi diitunjukan oleh pasar Inggris dan pasar Prancis. Reaksi pasar terhadap pengumuman perubahan dividen lebih sensitif terhadap kenaikan dividen ketika sentimen meningkat untuk pasar Inggris, dan reaksi pasar terhadap pengumuman perubahan dividen kurang sensitif untuk dividen menurun ketika sentimen meningkat untuk pasar Prancis. Untuk pasar Prancis, hasil menunjukan bahwa pasar lebih bereaksi pada pengumuman perubahan dividen menurun perussahaan kecil. Temuan ini sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa reaksi pasar terhadap perubahan dividen lebih rendah untuk perusahaan yang besar daripada perusahaan yang lebih kecil. Walaupun hasil uji hanya berlaku pada pengumuman perubahan dividen yang menurun. Vieira juga menemukan bahwa dampak dari sentiment investor terhadap reaksi pasar saat pengumuman dividen memiliki pengaruh yang kuat untuk perusahaan baru dan berukuran kecil, namun hanya pada pasar inggris. Secara keseluruhan penelitian Vieira hanya menemukan sedikit bukti bahwa sentimen investor memiliki kekuatan peramalan untuk return jangka pendek, dengan menggunakan alat ukur sentimen yang telah dibangun. commit to user 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran E. HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. negatif terhadap reaksi pasar saat b. return saham berpengaruh negatif terhadap reaksi c. d. book to market berpengaruh negatif terhadap reaksi pasar saat e. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id f. return saham terhadap reaksi pa g. h. book to market i. commit to user 30