universitas indonesia parameter dalam perancangan arsitektur skripsi

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PARAMETER DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur
HALIMATUSSAADIYAH ANAR
0806332295
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JULI 2012
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
ii
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
:
Nama
: Halimatussaadiyah Anar
NPM
: 0806332295
Program Studi
: Arsitektur
Judul Skripsi
: Parameter dalam Perancangan Arsitektur
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur
pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 6 Juli 2012
iii
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas tuntunan dan pertolongan-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi dilakukan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak mulai dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi akan
sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih kepada:
(1) Yandi Andri Yatmo S.T., M.Arch., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, fikiran dan tenaga untuk mengarahkan saya dari
awal hingga skripsi ini selesai. Terimakasih atas ‘jebakan’ yang
menyenangkan ini pak, you’re right Sir,
challenges just need to be
tackled.
(2) Ayah dan bunda, even if you are not around, all your prayers keeping me
alive and cheering me up every single time. Semoga ayah dan bunda
bahagia selalu. Just thanks Mom, Dad, for everything, everything...I love
you.
(3) Bapak Prof. Ir. Gunawan Tjahjono M.Arch., Ph.D. dan Prof. Ir. Triatno
Judho Hardjoko M.Sc., Ph.D. selaku penguji saya. Terimakasih atas
pertemuan yang singkat dan penuh pelajarannya Pak.
(4) Teman-teman sebimbingan pak Yandi (Feni, Laras, Rara, Mijo dan Arif),
it is sure a great time we have together!
(5) Teman-teman arsitektur 2008, kelompok-kelompok PA dari awal sampai
PA akhir, terimakasih, untuk semua waktu dan fun-nya. Time to freeze
those memories that we had, for me, it just the best!
(6) Anak-anak kosan pondok kartini, Ima, Alia, Laras, Bestari, mba tini dan
semuanya, terimakasih ya. Terimakasih telah menjadi keluarga diah
selama ini dan selama-lamanya.
(7) Untuk semua sahabat, Putri, Aya dan yang tidak bisa disebutkan satupersatu, thanks for being around, thanks for every smile I had with you.
iv
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan dan bantuan yang telah kalian
berikan. Dan semoga skripsi ini dapat membantu perkembangan ilmu
pengetahuan kedepannya.
Depok, 6 Juli 2012
Penulis
v
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Halimatussaadiyah Anar
NPM
: 0806332295
Program Studi : Arsitektur
Departemen
: Arsitektur
Fakultas
: Teknik
Jenis karya
: Skripsi
demi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Parameter dalam Perancangan Arsitektur
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 6 Juli 2012
Yang menyatakan
Halimatussaadiyah Anar
vi
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Halimatussaadiyah Anar
Program Studi : Arsitektur
Judul
: Parameter dalam Perancangan Arsitektur
Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu
bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi
parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga
metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam
tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan.
Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal,
tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan
menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik.
Studi
memperlihatkan
adanya
kelebihan
penggunaan
parameter
perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.
Kata kunci: Parameter, Parametric Design, deformasi
vii
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
dalam
ABSTRACT
Name
: Halimatussaadiyah Anar
Study Program
: Architecture
Title
: Parameter in Architectural Design
Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using
logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming
factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to
know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing
literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital
media as a source of references to understand the theories about paramater and
case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages
of using parameters in design instead of none.
Key words: Parameter, Parametric Design, Deformation
viii
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
iii
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................
vi
ABSTRAK........................................................................................................
vii
ABSTRACT......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
I. PENDAHULUAN........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
2
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................
2
1.3 Batasan Masalah.....................................................................................
3
1.4 Metode Penulisan...................................................................................
3
1.5 Urutan Penulisan....................................................................................
3
II. DEFINISI DAN PENGGUNAAN PARAMETER DALAM
PERANCANGAN.............................................................................................
5
2.1 Definisi Parameter dalam Perancangan..................................................
5
2.2 Parametric Design (Perancangan Parametrik).......................................
6
2.2.1 Definisi Parametric Design.........................................................
6
2.2.2 Praktik Parametric Design...........................................................
8
III. FAKTOR DAN PROSES PEMBENTUKAN PARAMETER...................
12
3.1 Faktor Pembentuk Parameter.................................................................
12
3.1.1 Faktor Eksternal...........................................................................
11
3.1.2 Faktor Internal..............................................................................
14
3.2 Proses Pembentukan Parameter..............................................................
18
3.2.1 Fase Analisis................................................................................
18
3.2.2 Fase Sintesis.................................................................................
20
3.2.3 Fase Evaluasi................................................................................
21
IV. METODE MODIFIKASI PARAMETER..................................................
23
ix
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
4.1 Dua Dimensi..........................................................................................
23
4.2 Tiga Dimensi..........................................................................................
26
4.3 Generative Algorithms............................................................................
27
4.3.1 Associated Modeling....................................................................
28
4.3.2 Generative Modeling...................................................................
29
V. STUDI KASUS............................................................................................
32
5.1 Pengantar Studi Kasus............................................................................
31
5.2 Analisis Parameter dalam Perancangan Sagrada Familia Church....
34
5.2.1 Deskripsi Umum..........................................................................
34
5.2.2 Faktor Pembentuk Parameter.......................................................
35
5.2.3 Modifikasi Parameter...................................................................
38
5.3 Kesimpulan Studi Kasus........................................................................
46
VI. KESIMPULAN...........................................................................................
47
x
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Penggunaan parameter pada sketsa gambar manusia................ 9
Gambar 2
Contoh Bangunan yang dihasilkan dengan menggunakan
bantuan komputer oleh Alex Hogrefe.......................................
10
Gambar 3
Bagan proses pembentukan kreatifitas
16
Gambar 4
Bagan Hirarki............................................................................
20
Gambar 5
Bagan proses pembentukan parameter......................................
22
Gambar 6
Diagram Cartesian dua dimensi................................................
23
Gambar 7
Deformasi bentuk lingkaran dengan perubahan grid
24
uniform......................................................................................
Gambar 8
Deformasi bentuk dengan perubahan grid yang tidak
seragam.....................................................................................
24
Gambar 9
Deformasi Grid dengan sudut tertentu......................................
24
Gambar 10
Deformasi bentuk menggunakan grid radial.............................
25
Gambar 11
Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe
25
berbeda......................................................................................
Gambar 12
Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe
25
berbeda......................................................................................
Gambar 13
Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe
25
berbeda......................................................................................
Gambar 14
Diagram Cartesian tiga dimensi................................................
26
Gambar 15
Contoh Dobly ruled Surface, Hyperbolic Paraboloid Singly
27
Ruled Surface, Helicoid............................................................
Gambar 16
Contoh penggunaan parameter pada aplikasi Auto-cad 2010...
28
Gambar 17
Contoh penggunaan parameter pada aplikasi Auto-cad 2010...
29
Gambar 18
Parameter yang ikut serta dalam proses perancangan dan
30
rancangan yang dihasilkan........................................................
Gambar 19
Perubahan nilai parameter diiringi perubahan form 3D............
31
Gambar 20
Peta lokasi Sagrada Familia......................................................
34
Gambar 21
Bukaan tempat Gaudi menerapkan teknik parameter...............
40
Gambar 22
Perubahan bentuk akibat perubahan nilai parameter................. 40
xi
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Gambar 23
Salah satu kolom bagian dalam Sagrada Familia...................... 41
Gambar 24
Deformasi dekorasi kolom dengan parameternya..................... 41
Gambar 25
Bentuk hyperboloids yang digunakan pada bukaan jendela.....
42
Gambar 26
Salah satu tangga pada Sagrada Familia...................................
42
Gambar 27
Hanging-chain oleh Antonio Gaudi.......................................... 43
Gambar 28
Bagan gaya tarik dan tekan.......................................................
44
Gambar 29
Perubahan jarak intrados dan ekstrados....................................
45
xii
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penulisan skripsi saya dilatarbelakangi oleh pendapat Alexander1 dalam
bukunya ‘Note of the Synthesis of Form’ yang menegaskan akan pentingnya
sebuah rationalitas dalam proses perancangan. Saat seorang perancang tidak
benar-benar mengerti masalah dengan jelas sangat mungkin ia tidak dapat
menghasilkan rancangan yang lebih baik. Kompleksitas masalah perancangan
hanya akan dapat diselesaikan ketika perancang menemukan cara untuk
merepresentasikan masalah yang akan membawanya untuk memecah masalah
tersebut menjadi masalah-masalah yang lebih kecil.
Perancangan saat ini memiliki level kompleksitas yang tinggi, bahkan latar
belakang kebutuhan dan aktifitas telah menjadi sangat kompleks untuk dapat
dipahami secara intuitif. Penggunaan logika dalam proses perancangan yang
awalnya dianggap sebagai formalitas, tidak menguntungkan dan membatasi
ekspresi bentuk sebenarnya mengacu pada sesuatu yang lebih luas. Berupa bentuk
dari struktur abstrak yang terlibat saat kita membuat gambaran dari realita dan
mulai memanipulasi gambaran tersebut sehingga kita dapat melihat lebih jauh
dibalik realita itu. Logika digunakan dalam mengeksplorasi susunan konseptual
dan pola dari masalah perancangan2.
Logika menghasilkan proses sistematis. Penggunaan parameter merupakan
salah satunya. Parameter dibentuk menggunakan logika, memiliki variabelvariabel yang berasal dari masalah kompleks yang telah dipecah. Mempunyai
nilai yang dapat dimodifikasi untuk menghasilkan bentuk yang beragam, sesuai
dengan masalah yang dihadapi. Sebagai sebuah sistem, parameter memungkinkan
banyak orang untuk mengerjakan sebuah rancangan sesuai dengan bagiannya
tanpa merusak keutuhan rancangan secara keseluruhan.
1
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University Press.
Hlm 1-11.
2
Ibid.
1
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
2
Dalam parametricism semua elemen arsitektur menjadi mudah diubah
bentuknya secara parametrik dan bersifat adaptif terhadap satu sama lain dan
terhadap konteks. Bukan sekedar menggabungkan beberapa bentuk solid (kubus,
silinder, dll) menjadi komposisi sederhana. Hal ini akan membuat rancangan yang
menggunakan metode parameter mampu menyesuaikan diri dengan kompleksitas
konteks saat ini3.
Keberadaan parameter sebagai salah satu cara yang logis untuk
menyelesaikan masalah dalam proses perancangan menjadi sangat menarik untuk
dibahas lebih dalam. Ditambah dengan pernyataan Schumacher4 bahwa,
“Parametricism is the most potent movement and avant-garde style in architecture today. It
has been maturing and accumulating contributors globally for over 10 years. Avant-garde
styles are design research programmes akin to the paradigms in science. They set the scene
for collective, cumulative design research. I observe a great convergence of creative efforts
in world architecture”5
Dari latar belakang di atas muncul sebuah pertanyaan apakah sebenarnya
penggunaan parameter sebagai aplikasi penggunaan logika dalam perancangan
dapat membantu penyelesaian masalah perancangan dengan baik atau tidak?
Pertanyaan ini akan terjawab dengan lebih dahulu mengetahui lebih dalam tentang
parameter.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk mengetahui lebih jauh tentang
parameter dalam proses perancangan. Melihat lebih dalam tentang logika berfikir
3
Georgina Day interviews Patrik Schumacher. 2012
Tersedia: http://www.patrikschumacher.com/Texts/On%20Parametricism_.html [16 Maret 2012]
4
Patrik Schumacher, is partner at Zaha Hadid Architects and founding director at the AA Design
Research Lab. He joined Zaha Hadid in 1988.Patrik Schumacher studied philosophy and
architecture in Bonn, London and Stuttgart, where he received his Diploma in architecture in
1990. In 1999 he completed his PHD at the Institute for Cultural Science, Klagenfurt University.
Patrik Schumacher has been teaching at various architectural schools in Britain, Continental
Europe and the USA since 1992. In 1996 he founded the "Design Research Laboratory" with Brett
Steele, at the Architectural Association School of Architecture in London, and continues to serve as
one of its co-directors.
Tersedia: http://www.patrikschumacher.com/Texts/PATRIK'S%20BIO.html [5 Juli 2012]
5
Georgina Day interviews Patrik Schumacher. 2012
Tersedia: http://www.patrikschumacher.com/Texts/On%20Parametricism_.html [16 Maret 2012]
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
3
seperti apa yang digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah perancangan
yang menggunakan parameter di dalamnya.
Studi kasus pada skripsi bertujuan untuk melihat langsung praktik
penggunaan parameter pada proses perancangan. Melihat apakah proses
pembentukan parameter tersebut menggunakan faktor-faktor pembentuknya atau
tidak. Mengetahui lebih dalam tentang cara kerja parameter dalam menghasilkan
bentuk yang menjadi solusi masalah perancangan. Sehingga peran parameter
dalam perancangan lebih dapat dipahami.
1.3 BATASAN MASALAH
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah sejauh mana peran parameter
dalam perancangan dapat membantu proses tersebut. Pembahasan akan
difokuskan kepada parameter. Tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai
parameter dalam proses perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan dan
cara kerjanya.
1.4 METODE PENULISAN
Metode yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah melakukan studi
literatur untuk mendapatkan landasan teori dan mengetahui lebih dalam tentang
parameter. Studi literatur juga dilakukan untuk menemukan logika perancangan
seperti apa yang digunakan oleh perancangan yang menggunakan parameter.
Setelah itu membuat sebuah kesimpulan berupa pernyataan terkait jawaban dari
masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini.
1.5 URUTAN PENULISAN
Skripsi ini terdiri dari:
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah
dan metode penulisan yang digunakan.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
4
BAB II Definisi dan penggunaan parameter dalam proses perancangan
Berisi penjabaran tentang definisi parameter dalam proses perancangan
sebuah karya arsitektur dan tentang bagaimana parameter tersebut digunakan
dalam proses perancangan.
BAB III Faktor pembentuk dan proses pembentukan parameter dalam
perancangan
Berisi penjelasan tentang faktor-faktor yang turut serta dalam pembentukan
sebuah parameter dalam perancangan dan proses pembentukan parameter dari
awal hingga parameter terbentuk.
BAB IV Teknik modifikasi parameter
Bab ini menjelaskan tindak lanjut setelah parameter terbentuk
hingga
dihasilkan bentuk akhir rancangan yang menjadi jawaban dari masalah
perancangan.
BAB V Studi kasus
Berisi pengantar studi kasus yang menggambarkan alasan pemilihan
Bangunan Sagrada Familia, deskripsi umum tentang Sagrada Familia.
Menggambarkan praktik nyata dari penggunaan parameter, mulai dari faktor
pembentuk, proses pembentukan, paramater yang dihasilkan hingga proses
modifikasinya.
BAB VI Kesimpulan
Memberikan kesimpulan tentang apa itu parameter dan sejauh
mana
perannya dalam dalam proses perancangan arsitektur. Selain itu hasil analisa studi
kasus disimpulkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
parameter dan perannya.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB II
DEFINISI DAN PENGGUNAAN PARAMETER DALAM
PERANCANGAN
2.1 DEFINISI PARAMETER DALAM PERANCANGAN
Victor Gane dalam tulisannya ‘Parametric design - a Paradigm Shift?’
menjelaskan bahwa parameter berasal dari hubungan antara hasil rancangan
manusia dan alam. Hubungan ini juga memberi bentukan bagi keduanya.
Menurutnya hubungan ini digambarkan sebagai aturan-aturan (rules). Dari aturan
ini muncul batasan (constraints) yang tidak boleh dilewati kedua belah pihak,
sehingga untuk menciptakan variasi desain dibuat variabel yang hanya berada
dalam bentangan batasan ini saja6.
“Constraints provides a knowledge representation scheme that support
reasoning about designs and designing”.7 Oleh sebab itu perancangan akan mulai
memahami dengan menganalisa program dan tapak yang merepresentasikan
initial constraints. Constraints berperan sebagai alat untuk mengatur sebuah
rancangan dan menjadi alasan utama dalam pengembangannya8.
Untuk menghasilkan rancangan yang berbeda dari variabel yang sama
dibentuklah sebuah parameter yang dapat dimodifikasi. Sesuai dengan pernyataan
“parameter can be formulated as any factor that defines a system and determines
or limits its performance9” parameter juga dapat diartikan sebagai faktor-faktor
yang menentukan sebuah sistem dalam proses perancangan dan menentukan
batasan kinerja dari sistem tersebut.
“We can set up such a performance standard for every misfit variable that
exhibits continuous variation along well defined scale”10 . Dalam bukunya ‘Note
6
Gane, V. (2004). Parametric Design – Paradigm Shift?. MA Thesis, Massachusetts Institute of
Technology. Unpublished. Hlm, 13-14
7
Ibid.,32-33
8
Ibid.
9
Ibid.,18
10
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 97
5
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
6
of the Synthesis of Form’ Alexander menyebut tentang performance standard11 yang
diberi nilai dalam sebuah desain. Nilai ini ditetapkan untuk sebuah variabel
sebagai batasan agar variabel tersebut tidak mengalami misfit dengan konteks.
Misfit adalah sebuah keadaan dalam satu kesatuan yang tercipta dari hubungan
antara bentuk dan konteks dan menyebabkan stress dalam kesatuan
12
. Dengan
kata lain misfit memberikan gangguan atau akibat buruk pada kesatuan tersebut.
Dari kedua penyataan di atas saya melihat hubungan yang menghasilkan
definisi dari sebuah parameter, yaitu sebagai semua faktor atau unsur yang
mendefinisikan sistem rancangan, membatasi kinerjanya dengan menggunakan
sebuah nilai yang menghindarkan sistem dari misfit dengan konteks. Atau dengan
kata lain, faktor bertugas sebagai pembentuk sistem dan parameter sebagai
pemberi nilai yang membatasi kinerja sistem. Batasan kinerja ini yang akan
memberi bentuk pada rancangan.
Setelah didapat definisi tentang parameter selanjutnya akan dibahas tentang
parameter dalam proses perancangan.
2.2 PARAMETRIC DESIGN (PERANCANGAN PARAMETRIK)
Pada sub-bab ini yang akan dibahas adalah parametric design atau proses
perancangan yang menggunakan parameter.
2.2.1 Definisi Parametric Design
Menurut Gane13 representasi parametrik dari sebuah rancangan adalah
ketika nilai yang dipilih dalam model rancangan dapat divariasikan (variable).
Sebelumnya hanya berupa perbedaan dimensi, namun saat ini atribut lain seperti
warna, skala dan arah juga dapat divariasikan dengan parameter. Merancang
dengan parameter berarti merancang sistem parametrik yang mengatur ruang
rancangan yang dapat dieksplorasi melalui variasi parameter. Atau dengan kata
11
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 97
12
Ibid., 15-27
13
Gane, V. (2004). Parametric Design – Paradigm Shift?. MA Thesis, Massachusetts Institute of
Technology. Unpublished. Hlm, 37
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
7
lain perancangan parametrik adalah proses pemilihan parameter yang cocok untuk
masalah perancangan dan menciptakan definisi model yang nantinya akan
digunakan untuk mengeksplorasi ruang penyelesaian.
“In parametric design, it is the parameters of a particular design that are
declared, not its shape. By assigning different values to the parameters, different
objects or configurations can be easily created”14. Tidak seperti proses
perancangan lainnya proses perancangan menggunakan metode parameter lebih
mengutamakan pembentukan parameter dan menganggap hasil rancangan sebagai
sesuatu yang tidak terduga (hadiah) dari pengubahan nilai parameter. Pengubahan
nilai parameter dapat menghasilkan konfigurasi bentuk yang berbeda dari
parameter yang sama.
“Parametric form finding, meaning the procedure followed offering
solutions to spatial problems by using changeable variables, is transferring
generative approach into the architectural design workflow by introducing a set
of rules to describe the constraints of the form”15. Menemukan bentuk secara
parametrik adalah dengan memberikan solusi terhadap masalah ruang berupa
faktor-faktor yang dapat diubah. Menggunakan pendekatan generatif terhadap
cara kerja arsitektural dengan memperkenalkan kumpulan peraturan dan batasan
terhadap bentuk.
“Generally in parametric design form is shaped by values of parameters
and equations are used to describe the relationship between the forms. Hence,
interdependencies between forms can be established and their behavior under
transformation can be defined (matematically and geometrically)”16Perancangan
parametrik melibatkan persamaan matematika untuk menggambarkan hubungan
antar bentuk yang ada di dalamnya dan bentuk yang digunakan
merupakan
bentuk-bentuk geometri.
Jadi, parameter dalam proses perancangan dibentuk sebagai tanggapan dari
masalah perancangan dan kemudian digunakan untuk memberi bentuk pada hasil
14
Branko.K. (2000). ‘Digital Morphogenesis and Computational Architecture-Parametric
Architecture’ . Constructing the Digital space Journal. Hlm, 4
15
Kourkoutas, Vassileios. (2007). Parametric Form Finding in Contemporary Architecture. MSc
Thesis, Unpublished. Hlm, 3
16
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1). Hlm, 10-11
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
8
rancangan. Bentuk awal yang tercipta dari sebuah set parameter bersifat seperti
liquid. Artinya, bentuk tersebut akan sangat mudah diubah sesuai dengan
perubahan nilai parameternya dengan menggunakan persamaan matematika. Cara
modifikasi parameter akan dibahas lebih jauh pada bab berikutnya. Selanjutnya
adalah pembahasan praktik penggunaan parameter pada proses perancangan.
2.2.2 Praktik Parametric Design
Dalam praktiknya Victor Gane membagi tipe parameter menjadi dua17 yaitu:
•
Parameter abstrak (implisit): bersifat ambigu dan sulit dijelaskan, namun
mudah untuk diimplementasikan. Proses perancangan menggunakan
parameter abstrak memiliki batasan lebih longgar. Aturan yang berlaku
hanya berasal dari perancang. Parameter ini lebih sering digunakan oleh
seniman.
•
Parameter eksplisit: bersifat lebih jelas dan mudah dimengerti. Variasi
hasil rancangan lebih mudah diprediksi. Perancang memiliki kendali
penuh terhadap imajinasi rancangan secara parametrik. Parameter ini
umum digunakan dalam arsitektur.
Parameter eksplisit18 dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu independent,
saat manipulasi terhadap sebuah parameter tidak mempengaruhi nilai parameter
lain. Dan dependent ketika manipulasi nilai dari parameter akan mempengaruhi
nilai parameter lain. Alexander19 menyebut misfit berinteraksi (dependent) ketika
mereka terkait dengan pertimbangan fisik yang sama (mempengaruhi bagian yang
sama dari bentuk rancangan). Interaksi dapat berupa konflik atau saling setuju.
Konflik akan terjadi ketika perubahan bentuk rancangan mengikuti satu variabel
akan memberi dampak negatif bagi variabel lain.
17
Gane, V. (2004). Parametric Design – Paradigm Shift?. MA Thesis, Massachusetts Institute of
Technology. Unpublished. Hlm, 18-27
18
Ibid., 23
19
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 121
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
9
Dilain pihak Alexander20 mendefinisikan nilai dari variable misfits menjadi
quantifiable dan non-quantifiable. Quantifiable memiliki nilai natural yang dapat
diukur secara objektif. Sementara non-quantifiable membutuhkan batasan yang
dapat dikomunikasikan dan dipahami oleh sekelompok ahli untuk menyetujui
pengelompokkannya.
Praktik awal penggunaan parameter dalam proses perancangan terdapat di
mesir.
Menggunakan
grid
persegi
yang
berfungsi
membantu
seniman
menciptakan proporsi dan komposisi gambar manusia secara keseluruhan. Grid
berukuran sama, digambarkan pada area gambar sebelum penggambaran sketsa.
Setelah itu sketsa yang terdapat pada masing-masing grid akan dipindahkan
dengan skala yang sesuai. Grid ini menjadi standar pembuatan gambar manusia
selama bertahun-tahun. Dalam kasus ini parameter dalam perancangan adalah
berupa penggunaan grid yang menciptakan konvensi proporsi dan skala
dimensional. Penggunaan parameter berupa skala dan proporsi atau dimensionalbased parameter (panjang, lebar, tinggi, radius, dll) sangat sering digunakan
dalam praktek perancangan21.
Gambar 1 Penggunaan parameter pada sketsa gambar manusia
sumber: On Growth and Form. Hlmn.1053-1054
Seiring interfensi media komputer kedalam proses perancangan, mulai tahun
1990, saat komputer bukan hanya sebagai alat presentasi tapi juga sebagai alat
untuk menemukan form. Parancangan parametrik juga mulai mempengaruhi
20
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 99-100
21
Gane, Victor. (2004). Parametric Design – Paradigm Shift?. MA Thesis, Massachusetts Institute
of Technology. Unpublished. Hlm, 24
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
10
perancangan arsitektural secara digital. Dalam proses perancangan menggunakan
komputer, parametric design dibedakan menjadi dua22:
•
Conceptual parametric design: dalam perancangan ini parameter dari sebuah
desainnya yang ditetapkan bukan bentuknya. Dengan menentukan nilai
berbeda untuk parameter, objek atau konfigurasi berbeda dapat diciptakan
dengan mudah. Presentasi parametrik dan generatif dari bangunan memiliki
kemampuan untuk
membentuk variasi yang sangat tinggi hanya dengan
menggunakan beberapa nilai numerik. Metode ini membutuhkan pengetahuan
tentang program dan scripting serta algoritma matematika.
•
Constructive parametric design: metode ini mengacu pada penyatuan data
kedalam objek tiga dimensi yang telah dideterminasi. Konsep ini
direalisasikan dalam CAD (computer-aided design) seperti Autodesk Revit,
Soft Plan, dll. Bukan dengan menggambar garis, lengkungan, dan lainnya,
perancang dapat memasukkan pre-drawn components, pintu, jendela, tangga
dan lain-lain.
Gambar 2 Contoh Bangunan yang dihasilkan dengan
teknik parametrik menggunakan bantuan komputer oleh Alex Hogrefe
sumber: www.youtube.com
Jadi, dalam praktiknya parameter dapat dibedakan menurut kejelasannya,
yaitu abstrak dan eksplisit. Menurut keterkaitannya satu sama lain yaitu dependent
dan independent. Dan menurut kejelasan nilai parameter yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Sementara untuk penggunaannya dalam proses perancangan terdapat
22
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1). Hlm, 11-12
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
11
cara manual (tanpa menggunakan komputer) dan dengan menggunakan komputer.
Bab selanjutnya akan membahas faktor dan proses pembentukan parameter.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB III
FAKTOR DAN PROSES PEMBENTUKAN PARAMETER
Jika dibandingkan dengan proses perancangan tanpa menggunakan
parameter, proses pembentukan parameter sama pentingnya dengan proses
perancangan secara keseluruhan. Faktor dan proses pembentukannya pun hampir
mirip. Bedanya, pada proses perancangan konvensional, hasil akhir yang dituju
adalah bentuk rancangan, sedangkan dalam proses yang menggunakan parameter,
hasil utama yang dituju adalah parameter.
3.1 FAKTOR PEMBENTUK PARAMETER
Faktor pembentuk parameter yang dimaksud dalam skripsi ini adalah faktorfaktor yang berkontribusi selama proses pembentukan parameter berlangsung.
Saya membagi faktor pembentuk parameter dari sudut pandang perancang yaitu
faktor yang berasal dari luar perancang (eksternal) dan faktor yang berasal dari
dalam diri perancang (internal).
3.1.1 Faktor eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar perancang dan bertindak sebagai pemberi
masalah dan batasan dalam pembentukan parameter. Menurut Lawson23
setidaknya ada empat faktor yang berkontribusi dalam pembentukan parameter
dalam perancangan. Batasan utama berasal dari konteks tempat rancangan akan
diaplikasikan. Sementara batasan lainnya berasal dari kebutuhan dan keinginan
klien, pengguna dan legislator yang berhubungan satu sama lain.
a. Konteks
Konteks berfungsi sebagai batasan utama dari masalah perancangan.
Perbedaan konteks akan menyebabkan perbedaan utama pada parameter yang
23
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press. Hlm, 83-89
12
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
13
dihasilkan. Batasan seperti luas lahan, arah datangnya cahaya, keadaan angin,
kontur dan hal-hal yang bersifat fisik dari konteks sangat dipertimbangkan dalam
pembuatan parameter.
b. Kebutuhan Klien
“Behind every building of distinction is an equally distinctive client, not necessarily high
profile, but one who takes time and trouble to comprehend the idea of the architect, is
supportive and enthusiastic, who is bold, willing to take the risk an above all can hold his
nerve during the inevitable crises” 24
Secara sederhana Lawson25 menjelaskan klien sebagai seseorang yang
memiliki kebutuhan namun tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalahnya, walaupun dia mengerti benar masalah tersebut, dia tetap tidak dapat
menyelesaikannya tanpa bantuan. Dalam konteks ini, kebutuhan akan hasil
rancangan sebagai solusi dari masalah perancangan. Batasan dari klien bersifat
fleksibel dan dapat berubah setelah terjadi diskusi antara klien dan perancang26.
c. Kebutuhan Pengguna
Yang menjadi pertimbangan dalam pembentukan parameter dari sisi
pengguna adalah kebutuhan pengguna. Sering terdapat batasan komunikasi antara
perancang dan pengguna yang menyebabkan percancang kesulitan mengetahui
apa yang benar-benar dibutuhkan pengguna27.
d. Legislator (Pengatur kebijakan)
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan bersifat sangat baku. Biasanya terkait
dengan keselamatan pengguna seperti peraturan penanggulangan kebakaran,
penangkal petir, dll28. Atau peraturan seperti sumber air bersih dan penanggulan
limbah dari bangunan dan juga peraturan tata letak bangunan dalam kota.
24
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press. Hlm, 84-85
Ibid.
26
Ibid.,90
27
Ibid.,85-86
28
Ibid.,89
25
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
14
Keempat faktor ini berfungsi sebagai sumber masalah perancangan dan
memberi batasan umum pada proses pembentukan parameter. Masalah timbul dari
kolerasi antara keempat faktor tersebut. Variabel yang membentuk sistem yang
menjadi jawaban dari masalah perancangan hanya akan ada dalam batasan ini.
3.1.2 Faktor internal
Pembahasan faktor internal didasarkan pada pernyataan Jones29 bahwa
bagian paling bernilai dari proses perancangan adalah yang terjadi dalam kepala
perancang dan berada diluar kesadarannya.
Perancang memiliki kendali penuh untuk menentukan komposisi dan waktu
penggunaan faktor-faktor ini dalam proses pembentukan parameter. Setidaknya
ada empat faktor internal yang saya lihat antara lain: intuisi, logika, kreatifitas dan
pengalaman. Dalam pembentukan parameter keempat faktor akan saling
melengkapi dan mempengaruhi. Pembahasan lebih mendalam sebagai berikut.
a. Intuisi
Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu
tanpa dipikirkan atau dipelajari, bisikan hati atau gerak hati30. Dalam proses
merancang Jones mengatakan, “Human designer, like other animals, is capable of
producing outputs in which he had confidence, and which often succeed, without
his being able to say how these outputs were obtain.”31 Pernyataan ini
menegaskan, dalam proses perancangan akan ada saat perancang tiba-tiba
mendapatkan sebuah ide sebagai solusi dari masalah yang sedang dihadapinya
tanpa diketahui darimana ide tersebut berasal dan bagaimana ide bisa tiba-tiba
muncul.
b. Logika
Logika secara luas berarti sesuatu yang memperhatikan bentuk dari struktur
abstrak dan terlibat pada saat kita membuat gambaran dari realita dan mulai
29
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press. Hlm, 46
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [25 mei 2012]
31
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press. Hlm, 46
30
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
15
memanipulasi gambaran ini agar kita dapat melihat lebih jauh kedalam realita itu
sendiri32. Menurut Alexander logika dibutuhkan untuk mengeksplorasi susunan
konseptual dan pola dari masalah perancangan. Penggunaan struktur logikal
dalam merepresentasikan masalah perancangan mempunyai konsekwensi penting
berupa gambaran logis yang lebih mudah dikritisi dan peningkatan presisi dari
gambaran yang dapat mempertajam konsepsi tentang proses perancangan apa
yang mungkin terlibat33.
Alexander menyebut proses penggunaan logika dalam perancangan ini
sebagai proses sistematis34. Jones menambahkan, kebanyakan penemu metode
perancangan sistematis yang digambarkan dalam bukunya menyatakan, perancang
memiliki pengetahuan yang penuh akan apa yang sedang dia lakukan dan
mengapa dia melakukan hal tersebut35. Pada metode sistematis Jones menyebut
perancang sebagai ‘human computer’, seseorang yang mengoperasikan hanya
informasi yang diberikan kepadanya, mengikuti tahapan perencanaan analisis,
sintesis dan evaluatif yang terus berputar hingga ia menemukan kemungkinan
solusi terbaik36.
Jadi, logika dalam perancangan adalah saat perancang bertindak secara
sadar dan tahu benar mengapa dan apa yang dia lakukan. Logika berperan dalam
mereprentasikan masalah melalui proses analisis, sintesis dan evaluatif untuk
menemukan parameter yang benar.
c. Kreatifitas
“For me creativity is, you know, finding solutions for all these things that are contrary, and
the wrong type of creativity is that you just forget about the fact that sometimes it rains, you
forget that sometimes that there are many people, and you just make beautiful stairs one
idea that you have in your head. This is not creativity, it is fake creativity”37
Dari kutipan diatas Lawson menjelaskan bahwa kreatifitas dalam proses
perancangan adalah berfikir sebaliknya (diluar kebiasaan) terhadap solusi dari
32
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 8
33
Ibid.
34
Ibid.,9
35
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press. Hlm, 50
36
Ibid.
37
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press. Hlm, 153
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
16
masalah perancangan. Bukan malah menciptakan sesuatu yang terlihat bagus
namun tidak ada kaitannya dengan konteks yang ada. Atau menciptakan sebuah
rancangan yang indah namun tidak menyelesaikan masalah apapun.
Lawson menggambarkan kreativitas sebagai sebuah proses38.
Gambar 3 Bagan proses pembentukan kreatifitas,
sumber: How Designer’s Think. Hlm. 149
“There has always been a problem first. I have never had a novel idea in my
life. My achievements have been solutions to problems”39pernyataan Barnes
dalam buku ‘How Designers Think’ ini menegaskan bahwa awal dari proses
kreatif adalah adanya masalah yang harus diformulasikan. Hasil formulasi ini
kemudian memasuki tahap preparation, pemberian perhatian secara sadar untuk
mencari solusi dari masalah. Dalam bagan terlihat proses bolak balik antara fase
pertama dan kedua, hal ini menjelaskan bahwa pada tahap ini seringkali terjadi
reformulasi bagi masalah maupun redefinisi terhadap kemungkinan solusi dari
masalah.
Setelah melewati tahap diatas, proses kreatif memasuki fase inkubasi atau
disebut juga sebagai periode relaksasi setelah berfikir keras pada tahap
sebelumnya. Saat ide tiba-tiba muncul setelah fase inkubasi disebut fase
38
39
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press.Hlm, 149
Ibid.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
17
illumination40. Menurut Jones pada fase inkubasi otak tetap bekerja mengatur dan
memeriksa kembali data yang sudah diserap pada fase sebelumnya, barulah
kemudian ide terlihat muncul dengan sendirinya41. Tahapan terakhir adalah tahap
verifikasi, pada tahap ini ide diuji, diuraikan dan dikembangkan.
Proses kreatif berperan dalam pembentukan parameter dari awal melihat
masalah hingga parameter tersebut terbentuk. Bagaimana agar parameter yang
dihasilkan menjadi sesuatu yang berbeda dari yang sudah pernah ada. Berperan
dalam proses pengembangan masalah menjadi variabel-variabel. Bagaimana agar
perancang dapat bergerak bebas dalam batasan yang ada.
d. Pengalaman
Newman menyatakan, otak adalah jaringan variabel yang polanya akan
berubah menurut masukan yang diterimanya dari dunia luar42. Bartlett
menambahkan, studi eksperimental terhadap memori mengusulkan bahwa
pengalaman pada masa lalu dipolakan kembali setiap seseorang mencoba untuk
mengingatnya. Ia menggambarkan otak sebagai alat semi-otomatis yang mampu
menyelesaikan ketidakcocokan masukan (menyelesaikan masalah) dengan
mengasumsikan sebuah pola yang tidak hanya cocok dengan masukan saat ini tapi
juga dengan masukan sebelumnya yang diciptakan oleh memori43.
Pengalaman berperan dalam pengasosiasian masalah yang baru saja
dihadapi dengan yang sudah pernah diselesaikan oleh perancang. Hal ini akan
memudahkan dalam pembentukan parameter.
Keempat faktor bekerja sama dalam mencerna masalah perancangan hingga
parameter terbentuk. Komposisi penggunaan faktor-faktor ini ditentukan oleh
perancang.
40
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press. Hlm, 150
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press. Hlm, 46-49
42
Ibid.,46
43
Ibid.47
41
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
18
3.2 PROSES PEMBENTUKAN PARAMETER
Setelah mengetahui faktor pembentuk parameter, selanjutnya saya akan
membahas proses pembentukan parameter. Prosesnya melewati tiga fase utama,
yaitu fase analisis, sintesis dan evaluasi. Secara sederhana fase analisis
digambarkan sebagai proses pemecahan masalah menjadi faktor yang lebih kecil.
Sintesis, proses penyusunan kembali faktor-faktor dengan susunan yang baru.
Proses evaluasi, pengujian, untuk menemukan konsekuensi penggunaan faktor
dengan susunan yang baru pada praktek perancangan.44
3.2.1 Fase Analisis
“in which all requirements are listed and reduced to a set of logically
related performance specifications”45. Fase ini diawali dengan pertemuan. Setiap
orang membicarakan pemikiran awal mereka tentang masalah yang dihadapi.
Pemikiran ini kemudian dikombinasikan tanpa proses pengeditan atau kritik untuk
membetuk catatan acak dari kebutuhan. Kebutuhan ini kemudian disusun menurut
kategori tertentu. Tambahan informasi dari berbagai sumber akan memungkinkan
pembuatan bagan interaksi dari katergori yang ada. Setelah itu membuat
spesifikasi kinerja, tanpa mengaitkan dengan bentukan, material, rancangan, dll.
Pada tahap akhir dari fase analisis spesifikasi kinerja ini akan disirkulasikan pada
semua kelompok, didiskusikan, diperbaiki dan disetujui.46
Menurut Alexander justru proses pecatatan kebutuhan ini akan tidak ada
habisnya karena kita tidak memiliki gambaran yang jelas tentang konteks. Oleh
sebab itu dia melakukan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan mengungkapkan
misfit. Misfit akan lebih menarik perhatian perancang. Hubungan antara bentuk
dan konteks yang sangat terlihat, membutuhkan perhatian lebih dan memiliki
44
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press. Hlm, 63
Broadbent, G.(1988). Design in Architecture-Architecture and the human science. London:David
Fulton Publisher. Hlm, 258
46
Ibid.,258-259
45
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
19
kecenderungan untuk membuat kesalahan. Jadi catatan yang dibuat merupakan
kumpulan misfit yang paling mungkin terjadi.47
Kumpulan misfit akan membentuk sebuah set. Set adalah semua koleksi dari
benda apapun tanpa memperhatikan kesamaan sifat dan tidak mepunyai struktur
internal.48
Ide prinsip dari set menurut Alexander49:
1. Sebuah elemen x dari set S, dikatakan menjadi bagian dari set tersebut.
Dituliskan dengan x É› S. Sebuah set didefinisikan secara unik dengan
mengidenfikasi elemennya.
2. Sebuah set S1 dikatakan menjadi subset dari set S2, jika dan hanya
setiap elemen S1 merupakan milik S2. Diltuliskan S1…S2. Jika S2 juga
berisi elemen yang bukan elemen S1, sehingga S2 ‘lebih besar’ dari S1,
maka S1 disebut sebagai subset dari S2 dan ditulis S1…S2.
3. Gabungan dari dua set S1 dan S2 adalah set dari elemen yang menjadi
milik S1 atau S2 (atau keduanya, dalam kasus dimana S1 dan S2
memiliki elemen yang sama). Dituliskan sebagai S1…S2
4. Perpotongan (irisan) dari dua set S1 dan S2 adalah set dimana
elemennya menjadi milik S1 dan S2
Prinsip ini akan digunakan dalam pengelompokan kumpulan misfit.
Kelebihan menggunakan metode set adalah elemen dari set dapat dibuat
seberagam mungkin dan tidak dibatasi hanya elemen kuantifiabel saja.Setelah
semua kubutuhan atau misfit terkelompok menjadi sebuah set, proses selanjutnya
adalah menemukan hubungan antar misfit. Elemen-elemen akan diklasifikasikan
menurut kedekatan hubungannya. Pengelompokan dapat dilakukan dengan
menggunakan diagram (gambar 4) yang digambarkan oleh Alexander. Pada
diagram ini nantinya akan terlihat elemen dependent dan independent. Kelas
paling bawah merupakan elemen independent yang dapat diselesaikan tanpa
memperngaruhi elemen lain.
47
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 26
48
49
Ibid.,78-79
Ibid.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
20
Gambar 4 Bagan Hirarki
sumber: Note of the synthesis of form. Hlm. 82
Untuk masalah yang besar
besar akan dilakukan proses dekomposisi. Menurut
Chandrasekaran dekomposisi adalah“the idea of breaking problems into more
manageable chunks”50
Singkatnya, fase analisis melibatkan eksplorasi hubungan, mencari pola dari
informasi yang ada dan mengklasifikasikannya. Mengatur dan menciptakan
struktur dari masalah51.
3.2.2 Fase sintesis
“in which solution are found for invidual performance specifications and
then built up to form complete design.”52 Pada fase ini parameter mulai ditetapkan
secara parsial sesuai dengan elemen independent dari masalah yang telah
ditemukan pada fase sebelumnya. Parameter parsial ini dapat diciptakan dengan
beragam permutasi untuk menghasilkan beberapa kombinasi berbeda yang
nantinya dapat dipilih.
Parameter yang dihasilkan mungkin akan mengalami konflik satu sama lain,
oleh sebab itu kembali dibutuhkan bagan interaksi yang menggambarkan
hubungan antar parameter ini53. Teknik yang sama dengan fase analisis dapat
digunakan untuk menetapkan hubungan ini. Faktor internal yang disebutkan
sebelumnya sangat berperan dalam penetuan parameter yang akan menjadi solusi
dari masalah.
50
Chandrasekaran, B. (1990). Design Problem Solving: A Task Analysis. AI Magazine, 11, 59-71.
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press. Hlm, 37
52
Broadbent, G.(1988). Design in Architecture-Architecture and the human science. London:David
Fulton Publisher.Hlm, 258
53
Ibid.
51
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
21
Pada fase ini juga dilakukan pemilihan terhadap parameter dominan.
Menurut Alexander54, tidak semua masalah yang ada harus diselesaikan dengan
sempurna. Sebagian masalah hanya harus diselesaikan saja atau sebatas
menghilangkan misfit saja, sementara beberapa masalah lainnya harus
‘dipuaskan’ secara optimal. Parameter yang menjadi tanggapan terhadap masalah
yang harus ‘dipuaskan’ inilah yang nantinya akan menjadi parameter dominan.
Parameter
dominan
memudahkan
perancang
untuk
menyelesaikan
rancangan. Alexander menambahkan, penyelesaian semua masalah yang ada
tanpa terkecuali akan cenderung menghasilkan potongan-potongan rancangan
yang tidak menyatu satu sama lain. Parameter dominan akan bertindak sebagai
pengikat dari potongan-potongan tersebut. Parameter dominan juga akan menjadi
prioritas dalam proses perancangan.
Setelah parameter ditetapkan dan hubungan antar parameter ditentukan,
langkah selanjutnya adalah pemberian nilai yang akan dijadikan skala untuk
paremeter kuantitatif. Sementara untuk parameter kualitatif akan ditentukan secara
konseptual.
3.2.3 Fase evaluasi
“in which alternative design (parameter) are tested against performance
specification.”
55
Tahapan ini dibutuhkan untuk menguji apakah parameter yang
sudah dibentuk merupakan parameter yang benar-benar dapat menyelesaikan
masalah yang ada dan juga untuk mengevaluasi kekurangan dari parameter
tersebut sebelum dimodifikasi lebih lanjut.
“Once a proposal is established it is verified to ensure satisfaction of functional
requirements. The proposal is then critiqued and failures located. Based on the failures the
proposal is modified which involves changes to (or adding and removing) requirements,
parameters, parameter ranges or constraints. In this way the problem definition can be
made more complete”56
54
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard University
Press.Hlm, 28-29
55
Broadbent, G.(1988). Design in Architecture-Architecture and the human science. London:David
Fulton Publisher. Hlm, 258
56
Hudson, R. (2011). Frameworks for Practical Parametric Design in Architecture.The University
of Bath.Unpublished. Hlm, 2
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
22
Gambar 5 Bagan proses pembentukan parameter
Bagan di atas menjelaskan proses pembentukan parameter secara singkat.
Dimulai dari adanya faktor eksternal yang menjadi general constraints (batasan
umum) bagi parameter yang menjadi sumber dari requirments (kebutuhan).
Kebutuhan ini kemudian dibentuk menjadi sebuah set yang akan melalui proses
analisis untuk menghasilkan set yang memiliki hubungan hierarki satu sama lain.
Tujuan akhir dari proses analisis adalah menemukan masalah independent agar
dapat diselesaikan satu persatu tanpa mempengaruhi yang lain.
Setelah ditemukan, independent subset akan memasuki tahapan sintesis,
yaitu pembentukan parameter untuk masing-masing subset. Parameter akan
memasuki tahapan evaluasi sebelum digunakan untuk memberi bentuk pada
rancangan. Setelah evaluasi barulah parameter ini diberi nilai numerik agar dapat
dimodifikasi. Garis putus-putus pada bagan menggambarkan kemungkinan
adanya perulangan kembali proses analisis, sintesis dan evaluasi sebelum benarbenar didapat parameter yang tepat.
Jadi secara umum proses pembentukan parameter mirip dengan proses
perancangan secara keseluruhan. Perbedaan terdapat pada hasil akhir yang dituju
dari keduanya, yaitu hasil rancangan untuk proses perancangan konvensional dan
parameter untuk proses pembentukan parameter.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB IV
MODIFIKASI PARAMETER
Proses pembentukan parameter menghasilkan satu set parameter yang
memberi bentuk inisial pada rancangan, bentuk inilah yang akan mengalami
modifikasi lebih lanjut sebelum mencapai bentuk akhir. Secara umum dilakukan
dengan teknik deformasi pada diagram Cartesian dua atau tiga dimensi.
Deformasi adalah “Spoil the shape or appearrance of,”57 yang dalam kasus
perancangan parametrik berarti mengubah bentuk dari form atau initial shape
dengan cara memodifikasi nilai parameter menggunakan persamaan matematika.
4.1 DUA DIMENSI
“Cartesian coordinate system in two dimensions (also called a rectangular coordinate
system) is defined by an ordered pair of perpendicular lines (axes), a single unit of length
for both axes, and an orientation for each axis. (Early systems allowed "oblique" axes, that
is, axes that did not meet at right angles.) The lines are commonly referred to as the x
and y-axes where the x-axis is taken to be horizontal and the y-axis is taken to be vertical.
The point where the axes meet is taken as the origin for both, thus turning each axis into a
number line”58
Gambar 6 Diagram Cartesian dua dimensi
sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cartesian_coodinate_system
Deformasi parameter Cartesian dua dimensi diawali dengan penggambaran
grid pada bidang Cartesian dan kemudian menggambarkan bentuk yang akan
57
Manser,H. Martin.(1996).Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford :Oxford University Press.
Hlm,110
58
http://en.wikipedia.org/wiki/Cartesian_coodinate_system [14 Mei 2012]
23
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
24
dideformasi didalam grid. Teknik deformasi dijelaskan oleh D’Arcy W.
Thompson dalam bukunya ‘On Growth and Form’59. sebagai berikut:
1. Mengganti dimensi dari sistem, memperluasnya mengikuti salah satu axis
dan mengubah masing-masing persegi menjadi bujur yang sesuai dan
sebanding. Sehingga bentuk apapun yang berada dalam grid akan berubah
sesuai proporsi grid.
Gambar 7 Deformasi bentuk lingkaran dengan perubahan grid uniform
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1038)
2. Tipe kedua, perluasan yang dilakukan pada masing-masing persegi dalam
grid tidak memiliki jarak yang seragam dari titik asal. Bisa lebih luas atau
lebih sempit.
Gambar 8 Deformasi bentuk dengan perubahan grid yang tidak seragam
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1040)
3. Tipe ketiga, simple shear, yaitu dengan memiringkan koordinat persegi
hingga membentuk sumbu dengan sudut tertentu.
Gambar 9 Deformasi Grid dengan sudut tertentu
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1040)
59
Thompson, D’ Arcy. (1942). On Growth and Form.London:Gambridge University Press. Hlm,
1038-1042
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
25
4. Deformasi juga dapat direpresentasikan dengan menggunakan koordinat
melingkar dimana satu set garis direpresentasikan dalam bentuk melingkar
dari satu titik fokus. Teknik ini diaplikasikan pada deformasi bentuk yang
salah satu bagiannya tidak boleh mengalami perubahan.
Gambar 10 Deformasi bentuk menggunakan grid radial
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1041, 1042)
Gambar 11 Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe berbeda
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1045)
Gambar 12 Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe berbeda
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1046)
Gambar 13 Deformasi bentuk menggunakan grid radial dengan tipe berbeda
(sumber: On Growth and Form. Hlm. 1047)
Variabel parameter yang dapat diubah dalam bidang dua dimensi adalah dua
koordinat kartesian, dua sumbu rotasi [x, y] dan dua konstanta a dan b yang
memberi bentuk pada bidang.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
26
4.2 TIGA DIMENSI
“Three-dimensional space means choosing an ordered triplet of lines (axes), any two of
them being perpendicular; a single unit of length for all three axes; and an orientation for
each axis. As in the two-dimensional case, each axis becomes a number line.”60
Gambar 14 Diagram Cartesian tiga dimensi
sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cartesian_coodinate_system
Pada Cartesian tiga dimensi terdapat sembilan variabel parameter yang
dapat diubah yaitu, tiga koordinat Cartesian untuk menentukan lokasi, tiga sumbu
rotasi(x, y, z), dan konstanta
konstanta a dan b yang mendefinisikan bentuk dan konstanta c
untuk memberi permukaan yang landai (slope) dari bentuk tiga dimensi61.
Dalam matematika ruang bentuk yang dihasilkan dalam Cartesian tiga
dimensi ini disebut sebagai ruled surface. Ruled surfaces adalah,“A surface that
can be swept out by moving a line in space. It therefore has a parameterization of
the form.”
62
Untuk setiap ruled suface sebuah garis lurus yang berada pada
permukaan tersebut akan melalui sebuah titik yang diberikan yang juga berada
dipermukaan yang sama. Setiap titik yang berada dipermukaan paling tidak
memiliki satu garis yang melaluinya yang juga berada pada permukaan tersebut63.
Yang termasuk ke dalam ruled surface adalah bidang datar, kerucut,
silinder, hyperbolic paraboloids, hyperboild of revolution dan semua developable
surface64. Dalam ruang tiga dimensi, semua developable surface merupakan ruled
surface namun tidak semua ruled surface merupakan developable surface. Ruled
60
http://en.wikipedia.org/wiki/Cartesian_coodinate_system [14 mei 2012]
Burry, M. (1999). Hypersurface Architecture-Gaudi, Teratology and Kinship. Architectural
Design Magazine. Hlm, 39-43.
62
http://mathworld.wolfram.com/Hyperboloid.html [14 mei 2012]
63
Burry, M. (2011). Mathematics of Space-Geometri Working Beyond Effect. Architectural Design
Magazine.Vol,81.Hlm, 80-89.
64
developable surfaces; that is, surfaces that can be flattened out onto a plane without distortion
or stretching of any kind, although cutting may be required.
61
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
27
surface memiliki dua jenis65, singly ruled surface dan doubly ruled surface.
Perbedaan keduanya adalah, doubly ruled surface memiliki dua garis lurus dan
melalui titik-titik yang ada dipermukaannya dan permukaan tersebut dikurvakan
secara ganda, sementara singly ruled surface hanya memiliki satu garis dan satu
kurva.
Gambar 15 Contoh Dobly ruled Surface, Hyperbolic Paraboloid (kiri dan tengah),
Singly Ruled Surface, Helicoid (kanan)
sumber (kiri ke kanan): http://mathworld.wolfram.com, http://virtualmath.museum.org,
http://www.maths.ud.edu.au
4.3 GENERATIVE ALGORITHMS
“Generative programming is a style of computer programming that uses automated source
code creation trough generic frames, classes, prototypes, templates, aspects, and code
generator to improve programmer productivity...In the field of architecture such editors are
tightly integrated with modeling tools that require no knowledge of programming and
scripting, but still allow designers to build form generators from the simple to the awe-
inspiring” 66
Teknik ini merupakan modifikasi dua dimensi dan tiga dimensi yang
dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan aplikasi digital pada komputer.
Untuk menjelaskan konsep dari algoritma generatif dalam arsitektur sebelumnya
perlu
dimengerti
tentang
proses
pemodelan
digital
(digital
(digital
modeling)
konvensional yang melibatkan
melibatkan definisi dari elemen spasial (solid or plane
65
Burry, M.(2011). Mathematics of Space-Geometri Working Beyond Effect. Architectural Design
Magazine.Vol,81.Hlm, 80-89.
66
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1). Hlm, 12
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
28
surface), transformasi dan modifikasinya. Setiap perubahan dalam desain
mengarah pada modifikasi dalam geometri.67
Dalam metode ini ada dua prinsip yang sering digunakan, yaitu68:
associated modeling dan generative modeling.
4.3.1 Associated Modeling
“The synthetic building of a structutre based on the hierarchical functioning
objects and their interdependencies.”69Associated modeling mengacu pada
metode yang elemen-elemennya terkoneksi ke dalam fixed order, yang
menghasilkan sebuah dasar (basis) untuk susunan baru. Jika salah satu elemen
dari bentuk dasar ini diubah maka elemen lain akan ikut berubah. Metode ini
menghasilkan parameter yang dibutuhkan dari struktur yang dirancang dan
memanipulasinya dengan algoritma yang tepat70.
Gambar 16 Contoh penggunaan parameter pada aplikasi Auto-cad 2010
sumber: www.youtube.com
67
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1).Hlm, 11-12
68
Ibid.
69
Ibid.
70
Ibid.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
29
Gambar 17 Contoh penggunaan parameter pada aplikasi Auto-cad 2010
sumber: www.youtube.com
Kedua gambar di atas memperlihatkan tahap perancangan dengan
menggunakan parameter. Gambar 16 memperlihatkan bentuk yang telah memiliki
fixed order sebagai struktur dasar (basis) yang akan dimodifikasi lebih jauh.
Masing-masing komponen garis yang membentuk form ini memiliki hubungan
saling ketergantungan satu sama lain yang menyebabkan perubahan pada satu
komponen mempengaruhi komponen lainnya. Terlihat pada gambar 17 yaitu,
perubahan besar sudut yang menjadi salah satu parameter pada bentuk ini.
perubahan diikuti oleh seluruh komponen yang terhubung dengannya.
4.3.2
Generative Modeling
“where one solution is selected out of many 3-D spatial configuration
offered representing the optimal configuration. The selection criterion for the
optimal configuration may be technicl or aesthetic.”71 Bukan dengan
menggambarkan struktur generative modeling melainkan menggunakan angka
sebagai data input. Desain terbentuk dengan operasi matematika, dependensi dan
fungsi. Desain yang dirancang dengan cara ini memiliki sangat banyak variabel
dalam struktur internalnya yang mungkin digunakan dalam tahap perancangan
selanjutnya.
Pemodelan
dengan
cara
ini
mengizinkan
manufer
dalam
71
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1). Hlm, 11-12
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
30
pengembangan dan pembentukan desainnya yang tidak mungkin dilakukan
dengan 3-D Modeling tools biasa.72
Gambar 18 Atas: Parameter yang ikut serta dalam proses perancangan,
Bawah: Rancangan yang dihasilkan
Sumber: Captured from www.youtube.com
Gambar 18 atas memperlihatkan penggunaan parameter pada proses
perancangan menggunakan metode generative modeling. Terlihat parameter
tersebut saling berhubungan satu sama lain yang mengakibatkan perubahan nilai
dari salah satu parameter memperngaruhi parameter terkait.
72
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance Architecture.
International Journal of Applied Mathematics and Informatic. (Vol.5, issue 1). Hlm, 11-12
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
31
Gambar 19 Perubahan nilai parameter diiringi perubahan form 3D
Sumber: Captured from www.youtube.com
Gambar 19 memperlihatkan salah satu tahapan dalam proses perancangan
bangunan (pada gambar 18 kanan). Pengubahan nilai (numeric
(numeric input) parameter
diikuti oleh perubahan otomatis pada bentuk 3-D. Tahapan yang sama akan
mengalami pengulangan untuk setiap parameter hingga ditemukan bentuk akhir
yang diiginkan. Pada gambar di atas parameter yang diubah adalah sudut rotasi.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB V
STUDI KASUS
5.1 PENGANTAR STUDI KASUS
Bab ini membahas tentang praktik langsung penggunaan parameter dalam
proses perancangan. Melihat lebih jauh aplikasi teori yang telah dibahas pada bab
sebelumnya dalam bentuk nyata untuk lebih memahami parameter. Pemilihan
Sagrada familia sebagai studi kasus didasarkan pada peryataan.
“Gaudí distanced himself from his contemporaries’way of doing things and went beyond
that phase of the graphic calculation and on to empirical experiments with hanging models
with weights and strings, a system which no other architect in the world had ever developed
73
to the degree and on the scale which he did.”
Pada proyek ini Gaudi mulai meninggalkan cara kontemporer yang biasa
digunakannya dan mulai beralih menggunakan kalkulasi grafik dan pengalaman
empiris dengan beban dan kawat, sistem yang belum pernah digunakan sama
sekali oleh arsitek lain untuk proyek yang sebesar itu. Dengan kata lain, Sagrada
Familia merupakan proyek besar pertama yang menggunakan variabel (parameter)
beban dan kawat. Sagrada Familia tetap dipilih meskipun proyek sebelumnya,
gereja Colonia Guell menggunakan konsep sama hanya saja dengan skala yang
jauh lebih kecil.
“In his architectural maturity, when he may have seen that he had to find a clear,
unmistakable system of conveying the way to continue the works he would leave unfinished,
especially La Sagrada Família, Gaudí committed himself fully to the use of ruled geometry:
hyperboloids, paraboloids hyperbolics, helicoids and conoids are the greatest exponents of
this new architecture which he brought into being, almost from nothing, with no other
previous experience than his own empirical and experimental trials.”74
73
74
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/estruct_03.pdf [29 April 2012]
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/geom_02.pdf [13 Mei 2012]
32
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
33
Penggunaan ruled surfaces (parameter Cartesian) oleh Gaudi bertujuan
untuk memberikan sebuah sistem yang jelas dan tanpa kesalahan dalam
pembangunan Sagrada Familia. Dan agar arsitek yang menjadi penerus Gaudi
dapat melanjutkan pembangunan tanpa mengubah konsep yang telah ia ciptakan,
mengingat proses pembangunannya akan memakan waktu se-abad lebih. Gaudi
menciptakan sistem parameter didasarkan atas pengalaman empiris dan percobaan
sendiri, keaslian ini menyebabkan saya semakin tertarik untuk membahasnya
lebih dalam.
Dapat
disimpulkan
menggunakan variabel
Sagrada
Familia-lah
bangunan
pertama
yang
yang dimodifikasi secara manual namun
dapat
menghasilkan bangunan yang sangat megah. Walaupun Gaudi pada masa itu tidak
secara gambalng menyebutkan penggunaan parameter dalam bangunannya,
namun banyak rujukan dari peneliti setelahnya yang menggolongkan metodenya
pada perancangan parametrik. Untuk mengetahui kepastian hal tersebut, akan
dibahas pada sub-bab berikut.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
34
5.2 ANALISIS PARAMETER DALAM PERANCANGAN SAGRADA
FAMILIA CHURCH
5.2.1 Deskripsi umum
Gambar 20 Peta lokasi Sagrada Familia
sumber: www.aviewoncities.com
Basílica i Temple Expiatori de la Sagrada Família (English: Basilica
and Expiatory Church of the Holy Family), berlokasi di Barcelona, Catalonia,
Spanish.
75
Berdasarkan peta, terlihat bahwa bangunan ini terletak sebuah lahan
persegi dengan luas keseluruhan bangunan panjang 95m/312ft dan lebar 60/197ft.
Bangunan ini awalnya dirancang oleh Francisco de Paula del Villar dengan
menggunakan gaya neo-gothic, namun setahun kemudian Antonio Gaudi
mengambil alih posisi sebagai kepala arsitek dan merancang kembali bangunan
gereja. Konstruksi dimulai pada tahun 1882. Saat selesai, bangunan ini akan
mampu menampung 13000 orang76.
Bangunan gereja akan memiliki total delapanbelas menara dengan
ketinggian 120-170m. Masing-masing menara menggambarkan figur agama yang
berbeda diantaranya, Jesus, Maria, dll. Gereja ini berada di bawah pengawasan
Gaudi sampai sebelum dia meninggal pada tahun 1926. Bagian yang selesai baru
75
76
http://en.wikipedia.org/wiki/Sagrada_Fam%C3%ADlia [14 Mei 2012]
http://www.aviewoncities.com/barcelona/sagradafamilia.htm [14 Mei 2012]
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
35
sekitar 10-25% dari keseluruhan proses konstruksi. Sagrada Familia masih berada
dalam proses pembangunan hingga saat ini, dan diperkirakan akan selesai pada
tahun 2020-an.77
5.2.2 FAKTOR PEMBENTUK PARAMETER
Dari bab sebelumnya telah diketahui bahwa ada beberapa faktor yang
berperan dalam pembentukan parameter. Bagian ini membahas faktor pembentuk
parameter yang terdapat pada Sagrada Familia
A. Faktor eksternal
Faktor eksternal berfungsi sebagai pemberi batasan pada bentuk bangunan.
Pembahasan faktor eksternal, konteks, klien, pengguna dan legislator akan akan
dibahas lebih dalam.
a. Konteks
Pada masa dibangunnya Sagrada familia pertengahan abad ke-19 wilayah
Catalonia (tempat tapak bangunan berada) merupakan pusat perkembangan
ekonomi di Barcelona. Perkembangan ekonomi yang disebabkan oleh pesatnya
pertumbuhan industri memberi efek samping berupa pertambahan jumlah
penduduk pendatang di area ini. Peningkatan jumlah penduduk yang beriringan
dengan penyempitan lahan untuk tinggal mengharuskan adanya system kavling78.
Hal inilah yang menyebabkan bentuk tapak dari Sagrada familia berbentuk
kavling persegi. Pengaruh yang diberikan oleh tapak terhadap rancangan
bangunan adalah penempatan muka bangunan serta ukuran bangunan secara
keseluruhan. Gaudi merancang bangunan gereja secara vertikal untuk menjadikan
gereja ini lebih menonjol dari bangunan yang ada disekitarnya.
Di waktu yang sama juga berkembang organisasi anarki dikalangan
masyarakat. Sebagai tanggapan dari keberadaan organisasi ini muncul pula
77
78
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_serveis/pdf/guia-mestres.pdf [29 April 2012]
Ibid.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
36
organisasi-organisasi katolik yang mengajak para pekerja untuk ke gereja. Untuk
memfasilitasi hal tersebutlah Sagrada Familia didirikan79.
b. Klien
Joseph M. Bocabela i Verdaguer pendiri Spiritual Association of the
Devotees of St Joseph merupakan orang yang mempromosikan pembuatan gereja
ini untuk pertama kalinya. Gereja ini dibangun dengan manggunakan donasi dari
masyarakat. Setelah dana diterima barulah pihak asosiasi menentukan peletakan
gereja. Pihak asosiasi sebagai klien utama membeli kavling di daerah Eixiample
Barcelonia80. Untuk kasus ini, batasan yang diberikan klien menurut saya berupa
kebutuhan akan sebuah tempat ibadah. Demi memenuhi kebutuhan ini klien hanya
memiliki kemampuan sebatas penyediaan lahan, sementara untuk proses
perancangan dan pembangunan diserahkan sepenuhnya pada Gaudi.
c. Pengguna
Fungsi utama gereja sebagai tempat ibadah bagi umat kristiani
mengharuskan bangunan gereja memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung
proses peribadatan. Selain itu cara beribadat umat kristiani dengan nyanyian
mengharuskan terciptanya ruang dengan akustik dan pencahayaan yang tepat
untuk membantu kekhusyukan beribadat bagi penggunanya. Hal tersebut menjadi
pertimbangan bagi Gaudi dalam menetapkan parameter, sesuai dengan
pernyataan,
“Gaudi had many reasons for this choice of ruled surfaces other than as an aid to building
description. At an aesthetic level he is alleged to have made this selection in order to
modify the play of light within the church and provide acoustic attenuation; this are note as
81
being his primary concern.”
79
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_serveis/pdf/guia-mestres.pdf [29 April 2012]
Ibid.
81
Burry, M. (1999). Hypersurface Architecture-Gaudi, Teratology and Kinship. Architectural
Design Magazine. Hlm, 40.
80
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
37
d. Legislator
Campur tangan pemerintah sebagai pemberi batasan pada bangunan ini
terlihat pada peraturan lahan (pembentukan kavling). Selain itu juga peraturan
keamanan bangunan seperti fire safety, ketentuan tangga dan lain-lain.
B. Faktor Internal
Sepeti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari kasus ini akan dilihat
apa saja dan seberapa besar pengaruh faktor internal dari Antonio Gaudi dalam
proses perancangan Sagrada Familia.
a. Intuisi
Jika dibandingkan dengan logika, penggunaan intuisi pada proses
perancangan Sagrada Familia menurut saya tidak terlihat karena Gaudi membuat
proses perancangan menjadi sangat sistematis. “Gaudí distanced himself from his
contemporaries’way of doing things.” “In his architectural maturity, when he
may have seen that he had to find a clear, unmistakable system of conveying the
way to continue the works he would leave unfinished, especially La Sagrada
Família.82”
b. Logika
Logika digunakan oleh Gaudi dalam proses menyelesaikan perancangan
Sagrada Familia, sesuai dengan pernyataan, “Gaudí distanced himself from his
contemporaries’way of doing things and went beyond that phase of the graphic
calculation and on to empirical experiments with hanging models with weights
and strings,”83. Cara kontemporer diganti dengan parameter yang menggunakan
logika untuk menemukan bentuk dan struktur yang tepat bagi bangunan.
“In his architectural maturity, when he may have seen that he had to find a
clear, unmistakable system of conveying the way to continue the works he would
leave unfinished, especially La Sagrada Família.”84 Pernyataan ini menegaskan
82
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/estruct_03.pdf [29 April 2012]
Ibid.
84
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/geom_02.pdf [13 Mei 2012]
83
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
38
penggunaan logika yang dilakukan gaudi, sesuai dengan bahasan pada bab
sebelumnya bahwa logika merupakan sebuah proses sistematis.
c. Kreatifitas
“A system which no other architect in the world had ever developed to the
degree and on the scale which he did.”85 Jika disesuaikan dengan perngertian
kreatifitas yang telah dibahas pada bab sebelumnya yaitu, berfikir sebaliknya, atau
diluar kebiasaan,
pembangunan
pernyataan
Sagrada
ini
memperlihatkan
Familia,
Gaudi
bahwa dalam
menggunakan
proses
kreatifitasnya.
Menyelesaikan perancangan Sagrada Familia dengan cara yang tidak dilakukan
kebanyakan artistek pada masa itu.
d. Pengalaman
Gaudi pernah bekerja dengan arsitek dan teknisi seperti Josep Fontsere,
Francisco de Paula del Vilar, August Font atau Joan Martorel yang
menyadarkannya
bahwa
pekerjaanya
bukan
sekedar
pengulangan
atau
melanjutkan apa yang telah dlakukan oleh arsitek lain. Sejak saat itu melalui studi
dan observasi Gaudi menemukan hukum geometrid dan konstruksi dari alam yang
akhirnya menjadi model kreatif bagi Gaudi86. Untuk bangunan Sagrada Familia,
Gaudi menerapkan teknik yang sama dengan yang ia gunakan pada rancangannya
sebelumnya, gereja Palacio Guell87. Berupa penggunaan bentuk hyperbolic pada
struktur bangunan.
5.2.3 MODIFIKASI PARAMETER
Untuk memudahkan analisis, saya membaginya menjadi analisis suface
(permukaan) dan struktur dari bangunan Sagrada Familia. Berdasarkan sumber
yang saya baca Gaudi mengunakan parameter yang berbeda untuk menghasilkan
rancangan struktur dan rancangan permukaan yang melapisi bangunan ini.
85
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/estruct_03.pdf [29 April 2012]
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_serveis/pdf/guia-mestres.pdf [29 April 2012]
87
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science Review.
University of Sidney.Hlm, 324
86
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
39
A. Surface
Gaudi mengaplikasikan expressive fluidity (aliran ekspresif) di semua level
perancangan pada Sagrada Familia. Sebagai batasan inisial dari kebangkitan gaya
Gothic. Hal ini terlihat pada hasil akhir rancangan dan perlakuan terhadap
permukaan bangunan. Gaudi menggunakan second order geometry
yang
memiliki karakter “the way non-coplanar straight lines can variously describe
warped surface with a pragmatism that is masked by the apparently free-form
composition.”88. Keuntungan dari prinsip praktikalnya adalah setiap permukaan
ini dapat dibagi menjadi komponen individual, yang ketika dikombinasikan akan
membentuk kesatuan yang halus.89
Dari praktik di atas tergambar penggunaan parameter dalam proses
perancangan secara implisit. Sebutan ruled surfaced pada permukaan bangunan
Sagrada Familia mempetegas keberadaan parameter, sesuai dengan definisi
parameter yang disebutkan pada bab sebelumnya bahwa parameter dilahirkan dari
adanya rules dan changeable variables. Memiliki kesatuan yang dapat difragmen
dan dikombinasikan kembali. Alasan utama penggunaan ruled surface pada
bangunan adalah untuk menemukan permainan cahaya dan akustik yang tepat
untuk bangunan gereja.
Dalam
proses
perancangan
permukaan
Sagrada
Familia
Gaudi
menggunakan sembilan variabel matematika (parameter Cartesian tiga dimensi)
untuk menentukan karakter spasial dari setiap permukaan.90 Perubahan parametrik
terlihat pada detail berikut.
88
Burry, M.(1999). Hypersurface Architecture-Gaudi, Teratology and Kinship. Architectural Design
Magazine. Hlm, 40.
89
Ibid.
90
Ibid.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
40
1. Detail pada jendela
a.
b.
c.
Gambar 21a.Bukaan tempat Gaudi menerapkan teknik parameter,
21b dan c: ornamen bukaan yang mengalami perubahan parmetrik
sumber: Architectural Design, Hypersuface Architecture
Gambar 22 Perubahan bentuk akibat perubahan nilai parameter
sumber: Architectural Design, Hypersuface Architecture
Pengubahan nilai parameter diawali dengan menggambarkan ruang atau
objek pada diagram tiga dimensi (seperti yang terlihat pada gambar). Setelah itu
barulah dilakukan pengubahan nilai sesuai dengan yang diinginkan. Pada sketsa
diatas terlihat tahapan yang dilakukan oleh Gaudi dalam mengubah bentuk dari
bentuk pertama (gambar 22b) ke bentuk kedua (gambar 22c). Tahapan pertama
pengubahan semua parameter horizontal kearah luar mengikuti arah sumbu x, y
positif dan x, y negatif. Selanjutnya pada tahap dua terjadi perubahan parameter
horizontal diikuti perubahan nilai parameter vertikal mengikuti sumbu-z negatif.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
41
Sketsa pada tahap ketiga menggambarkan pengubahan parameter horizontal yang
telah berhenti sementara parameter vertikal masih terus berlanjut hingga didapat
bentuk akhir yang sesuai.
2. Detail pada kolom bagian dalam bangunan (ellipsoid)
Gambar 23 Salah satu kolom bagian dalam Sagrada Familia
sumber: www.flickr.com (cropped)
Gambar 24 Deformasi dekorasi kolom dengan parameternya
sumber: www.sagradafamilia.org (traced)
Pada setiap kolom penyangga bagian dalam bangunan, Gaudi menggunakan
pola yang sama untuk pengubahan bentuk ellipsoid di keempat sisi tiang. A
merupakan panjang sumbu vertikal dan B merupakan lebar ellips bagian atas.
Yang menjadi parameter adalah dimensi dari ellips.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
42
3. Ukuran bukaan pada jendela (hyperboloids)
a.
b.
Gambar 25a. Bentuk hyperboloids yang digunakan pada bukaan jendela
(sumber:Hypersurface Architecture magazine(traced))
b. deformasi parametrik bentuk A ke B pada bukaan jendela
(sumber: sketsa pribadi)
Perubahan parametrik dari bentuk A ke bentuk B pada gambar 24 yang
bentuk aslinya merupakan merupakan hyperboloids tiga dimensi dapat
digambarkan secara sederhana menggunakan diagram Cartesian dua dimensi.
Perubahan mengikuti teknik deformasi Thompson, yaitu teknik pertama dengan
perubahan uniform pada grid dan diikuti oleh bentuk yang ada didalamnya.
4. Bentuk tangga (helicoids)
a.
b.
Gambar 26 a. Salah satu tangga pada Sagrada Familia
(sumber: www.mw2.google.com (traced))
b. Arah perubahan parametrik pada helicoid
(sumber: www.maths.uq.edu.au (traced))
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Bentuk tangga spiral (gambar 26a) adalah hasil penggunaan parameter
dengan ruled-surface berbentuk helicoid. Tanda panah pada gambar 26b
memperlihatkan variabel (parameter) yang dapat diubah pada bentuk ini. Untuk
kasus tangga (yang diletakkan pada setiap menara) pada Sagrada Familia sendiri,
parameter dengan arah vertikal akan berubah nilainya sesuai dengan tinggi
menara. Sementara parameter horizontal akan disesuaikan dengan diameter
masing-masing menara.
B. Struktur
Struktur bagian dalam yang digunakan oleh Gaudi pada Sagrada Familia
berbeda dari struktur yang digunakan pada bangunan-bangunan sebelumnya,
bukan menggunakan bentuk lengkung yang dihasilkan dari lingkaran, melainkan
bentuk lengkung non-circular: catenary atau parabolik91.Untuk menemukan
struktur ini Gaudi menggunakan teknik baru yang belum pernah digunakan oleh
arsitek lain pada masa itu, yaitu dengan menggunakan model parametrik. Gaudi
membuat model hanging-chain untuk menemukan bentuk yang dapat menahan
beban struktur secara tepat.
Gambar 27 Hanging-chain oleh Antonio Gaudi
sumber: http://adagiojournal.com
Gambar 27 memperlihatkan penggunaan kawat dan beban yang ditambah
dan dikurangi secara manual hingga ditemukan berat beban yang tepat. Model ini
91
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science Review.
University of Sidney.Hlm, 324
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
44
dibuat menggantung bukan diletakkan dilantai untuk memudahkan pengerjaannya.
Dengan menggunakan logika bahwa gaya tarik yang diberikan oleh beban akan
berubah menjadi gaya tekan yang sama besarnya terhadap kawat ketika model ini
dibalik dan diletakkan dilantai92.
“Gaudi achieved the desired forms through the control of three variables –
anchor points of the strings, the length of the strings, and the weights attached to
them.”93 Gaudi menggunakan tiga jenis parameter berbeda untuk menemukan
bentuk yang tepat yaitu, titik kaitan yang tepat dari kawat yang akan
menggambarkan titik hubung antar struktur. Panjang kawat yang tepat yang akan
memperngaruhi tinggi ruang yang akan terbentuk dan menggambarkan tinggi
kolom yang akan digunakan, serta berat beban yang menggantikan berat struktur
yang akan tercipta. Setelah ditemukan bentuk yang memuaskan gaudi akan
melakukan pengukuran untuk membuat gambar kerja.
Ide untuk mengerti perilaku dari lengkungan dikembangkan dari hangingcable dengan konsep sederhana, penemuan titik equilibrium dari kabel94.
Gambar 28 Bagan gaya tarik dan tekan
sumber: www.arch.usyd.edu.au/asr
Gambar 28 memperlihatkan kesamaan gaya tarik yang dihasilkan oleh
hanging-chain dengan gaya tekan yang akan dihasilkan oleh lengkungan dan juga
kesamaan besar beban antara gambar A dan gambar B.
92
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science Review.
University of Sidney.Hlm, 325
93
http://designexplorer.net/newscreens/cadenarytool/final_paper.pdf [29 April 2012]
94
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science Review.
University of Sidney.Hlm, 325
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
45
“The practical problem is not that the uniform of catenary, an arch that support itself: the
problem is finding the shape of an acrh that support a certain load that might be define by
two lines (or surface), the intrados and extrados. In many case, the extrados is an initial
datum and the loads are defined by the vertical distance between the extrados dan the
intrados.”95
Kutipan di atas menjelaskan bahwa yang menjadi masalah dalam
penggunaan lengkungan dalam stuktur bangunan bukanlah menemukan
keseragaman bentuk dari lengkungan tersebut, melainkan menemukan bentuk
lengkung yang tepat untuk dapat menahan beban tertentu yang diberikan. Beban
yang dimaksud adalah jarak antara intrados (lengkung dalam) dan extrados
(lengkung luar). Dengan menggunakan prinsip inilah Gaudi memodifikasi
parameter yang ada pada modelnya hingga ditemukan bentuk lengkung yang
sesuai.
Gambar 29 Perubahan jarak intrados dan ekstrados
sumber: sumber: www.arch.usyd.edu.au/asr
Selain menggunakan model, Gaudi juga menggunakan grafik (gambar 29)
untuk menggambarkan perubahan bentuk dari lengkungan sesuai dengan beban
yang diterimanya. Pada grafik digambarkan arah gaya yang diterima oleh struktur.
Bentuk lengkung yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus
matematika. Penggunaan kedua metode secara bersamaan menurut gaudi akan
menambah pemahamannya tentang stabilitas dan masalah bentuk lengkungan
95
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science Review.
University of Sidney.Hlm, 325-326
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
46
karena hal ini akan memberikan pendapat dari dua perspektif yang berbeda dari
satu masalah yang sama.
5.3 KESIMPULAN STUDI KASUS
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa proses perancangan
Sagrada Familia memang termasuk ke dalam desain parametrik. Walaupun Gaudi
tidak menyebutnya secara langsung, namun berdasarkan semua ciri parameter,
faktor pembentuk maupun proses modifikasinya ternyata dimiliki oleh bangunan
ini. beberapa karakter perancangan parametrik yang dimiliki antara lain:
Karakter
Logis
Bangunan ini dirancang sepenuhnya menggunakan logika dengan
sangat sedikit intuisi
Sistematis
Proses perancangan secara keseluruhan dibuat sangat sistematis,
jelas dan tidak abstrak (kontemporer)
Parameter
- Parameter pada bidang Cartesian untuk permukaan bangunan
yang
- Parameter dengan menggunakan model manual untuk bagian
digunakan
struktur dalam bangunan
Modifikasi - Menggunakan proses modifikasi dua dan tiga dimensi secara
manual untuk bagian permukaan.
- Menggunakan modifikasi manual pada model dan sketsa untuk
bagian struktur.
Keuntungan - Keberadaan parameter memungkinkan pengerjaan bagianpenggunaan
bagian secara terpisah tanpa merusak keutuhan sistem.
parameter
- Kejelasan
parameter
yang
telah
dibentuk
Gaudi
pada
memungkinkan pengerjaan bangunan berlanjut bahkan setelah
bangunan
ia meninggal (pengulangan bentuk dengan pameter yang sama)
- Dapat menghasilkan banyak variasi bentuk hanya dengan
beberapa parameter.
Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa Sagrada Familia memang
menggunakan parameter dalam proses perancangannya dan mendapatkan
keuntungan dari penggunaan parameter dalam perancangan
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan teori dan studi kasus yang telah dibahas, dapat disimpulkan
bahwa parameter adalah semua faktor yang membentuk sebuah sistem rancangan
dan membatasi kinerja dari sistem. Parameter bertugas memberi bentuk pada hasil
rancangan sebagai tanggapan dari masalah. Parameter akan melalui proses
modifikasi hingga ditemukan bentuk sesuai keinginan perancang.
Dari analisis keseluruhan saya menyimpulkan bahwa parameter sangat
membantu dalam proses perancangan. Dalam hal parameter dapat menghasilkan
bentuk yang sangat bervariasi dari satu masalah perancangan yang sama hanya
dengan mengubah nilainya. Transisi perubahan bentuk detail menghasilkan
beberapa bentuk lain yang berbeda. Dari variasi bentuk yang dihasilkan perancang
dapat dengan bebas memilih bentuk yang ingin digunakannya.
Parameter dapat mempermudah proses perancangan hingga pengerjaan hasil
rancangan untuk bangunan yang sangat besar sekalipun. Parameter digunakan
untuk menemukan bentukan utuh dari bangunan dan memungkinkan pengerjaan
proses perancangan secara parsial. Dimulai dengan membentuk rancangan secara
general dan dibagi menjadi bagian yang lebih kecil untuk memberi detail pada
rancangan. Cara ini dapat menghasilkan sebuah rancangan yang rumit dengan cara
yang sederhana tanpa merusak keutuhan rancangan secara keseluruhan.
Selain itu, parameter dapat mempermudah pengulangan kembali sebuah
rancangan. Pembangunan dapat terus berlanjut prosesnya karena bagian-bagian
dari bangunan telah memiliki parameter yang jelas untuk setiap detailnya.
Sehingga dapat dihasilkan bentuk yang sama persis seperti yang telah dirancang
sebelumnya. Sementara untuk perancangan yang menggunakan komputer
memiliki kelebihan dalam akselerasi waktu penemuan bentuk akhir karena proses
modifikasi dilakukan secara otomatis.
Studi kasus cukup membatu dalam memahami parameter dengan
memperlihatkan
praktik
langsung
penggunaan
parameter
dalam
proses
perancangan. Memperlihatkan kontribusi faktor-faktor pembentuk dan modifikasi
47
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
48
parameter. Namun sangat disayangkan untuk proses pembentukan parameter pada
bangunan Sagrada Familia tidak saya temukan referensinya.
Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, terutama dalam pembahasan
aplikasi nyata pembentukan parameter dalam perancangan parametrik. Untuk
kedepannya perlu penjelasan lebih jauh tentang hal tersebut. Dari penjelasan
mungkin akan didapat pemahaman lebih dalam tentang parameter.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku, majalah, jurnal dan thesis.
Alexander, C. (1964). Note of the Synthesis of Form. Massachussets:Harvard
University Press.
Branko.K. (2000). ‘Digital Morphogenesis and Computational ArchitectureParametric Architecture’ . Constructing the Digital space Journal.
Broadbent, G.(1988). Design in Architecture-Architecture and the human science.
London:David Fulton Publisher
Burry, M. (1999). Hypersurface Architecture-Gaudi, Teratology and Kinship.
Architectural Design Magazine.
Burry, M. (2011). Mathematics of Space-Geometri Working Beyond Effect.
Architectural Design Magazine.Vol,81.
Chandrasekaran, B. (1990). Design Problem Solving: A Task Analysis. AI
Magazine, 11, 59-71
Gane, V. (2004).
Parametric Design – Paradigm Shift?. MA Thesis,
Massachusetts Institute of Technology. Unpublished.
Hudson, R. (2011). Frameworks for Practical
Architecture.The University of Bath.Unpublished.
Parametric
Design
in
Huerta, S. (2006). Structural Design in the Work of Gaudi. Architectural Science
Review. University of Sidney.
Jones, J.Christopher. (1970) .Design Methods. Bath : The Pitman Press.
Kourkoutas, Vassileios. (2007). Parametric Form Finding in Contemporary
Architecture. MSc. Thesis, Unpublished.
Lawson, B. (2005). How Designers Think. Ed. Ke-4. Oxford:Architectural press.
Manser,H. Martin.(1996).Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford :Oxford
University Press.
Stavric, M. and Ognen Marina. (2011). Parametric Modeling for Advance
Architecture. International Journal of Applied Mathematics and Informatic.
(Vol.5, issue 1)
Thompson, D’ Arcy. (1942). On Growth and Form.London:Gambridge
University Press.
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
Sumber situs internet
http://www.patrikschumacher.com/Texts/On%20Parametricism_.html [16 Maret
2012]
http://www.patrikschumacher.com/Texts/PATRIK'S%20BIO.html [5 Juli 2012]
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [25 mei 2012]
http://en.wikipedia.org/wiki/Cartesian_coodinate_system [14 Mei 2012]
http://mathworld.wolfram.com/Hyperboloid.html [14 mei 2012]
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/estruct_03.pdf
2012]
[29
April
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_instit/pdf/geom_02.pdf [13 Mei 2012]
http://en.wikipedia.org/wiki/Sagrada_Fam%C3%ADlia [14 Mei 2012]
http://www.aviewoncities.com/barcelona/sagradafamilia.htm [14 Mei 2012]
http://www.sagradafamilia.cat/sf-eng/docs_serveis/pdf/guia-mestres.pdf [29 April
2012]
http://designexplorer.net/newscreens/cadenarytool/final_paper.pdf
2012]
Parameter dalam..., Halimatussaadiyah Anar, FT UI, 2012
[29
April
Download