FKIP_33_Diah Azka Fadiyah

advertisement
PERANAN SUNAN GUNUNG JATI DALAM
PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK, EKONOMI, DAN PENDIDIKAN
Diah Azka Fadiyah dan Buchory MS*
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan Sunan Gunung Jati dalam
bidang politik, ekonomi, dan pendidikan di Kesultanan Cirebon pada tahun 1479-1568.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif Miles &
Huberman dan validasi datanya mengunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Sunan Gunung Jati memiliki peranan di Kesultanan Cirebon. Peranan
Sunan Gunung Jati bidang politik seperti: mendirikan pusat pemerintahan, membuat peraturan
pemerintah berdasarkan Islam, memperluas wilayah sampai ke Banten dan Sunda Kelapa,
membangun sistem politik demokrasi di Kesultanan Cirebon. Peranan Sunan Gunung Jati bidang
ekonomi seperti: membangun sistem perekonomian komando, membangun pusat
perekonomian, membangun sarana dan prasarana, menerapkan Zakat sebagai pengganti pajak.
Peranan Sunan Gunung Jati bidang pendidikan seperti: membangun pusat pendidikan,
menerapkan pendidikan Islam, dan menanamkan pendidikan karakter.
Kata Kunci: Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon.
ABSTRACT
This research aims to describe the role of Sunan Gunung jati identity in politics, economy, and
education in the sultanate of Cirebon in 1479-1568. The data collection techniques interview, observation,
and documentation. Data analysis used qualitative Miles & Huberman and data validated used
triangulation sources technique. The research result shows that Sunan Gunung Jati has an important role
in Sultanate of Cirebon. The role of Sunan Gunung Jati in politics: develop goverment center, make
goverment rules based on Islam, expand the region until Banten and Sunda Kelapa, and develop
democratic system.his role in economic: economic system, economic center, infrastructures, and apply alms
as the alternate of tax. His contribution on education: develop education center, apply Islamic education,
and embed characteristic education.
Keywords: Sunan Gunung Jati, Sultanate of Cirebon.
*
Diah Azka Fadiyah adalah mahasiswa Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Buchory MS
adalah dosen Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta.
613
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba
Panetep
Panata
Gama
Awliya
Allah
Kutubizaman Khalifatur Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wassalam (Irianto, 2012: 11). Menurut
Wildan (2002: 299) penobatan panetep
panatagama
mengandung
arti
bahwa
martabatnya telah sama dengan para wali
lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
Sunan Gunung Jati sebagai propagandis
Islam di Jawa Barat. Dengan demikian, peran
dari Sunan Gunung Jati di Cirebon bukan
hanya menyebarkan Agama Islam tetapi juga
sebagai kepala pemerintahan.
Zaman yang serba modern ini
banyak yang beranggapan bahwa sejarah
sebagai suatu hal yang membosankan
sehingga tidak ada kesadaran masyarakat
untuk melestarikan peninggalan bersejarah,
mengkaji, dan mengambil nilai-nilai penting
dari makna sejarah. Hal tersebut terbukti
dengan tidak banyak orang yang mengetahui
kepemimpin Sunan Gunung Jati di
Kesultanan Cirebon.
Saat sekarang, banyak orang yang
beranggapan bahwa di Cirebon terdapat
Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.
Padahal, dua keraton tersebut dahulu
merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon,
yang pada tahun 1600 M terpecah menjadi
dua. Kesultanan Cirebon yang terpecah telah
mengakibatkan banyak masyarakat tidak
mengetahui
perkembangan
Kesultanan
Cirebon.
Kesadaran masyarakat yang hilang
terhadap sejarah ini ditakutkan berpengaruh
terhadap pengetahuan generasi muda
tentang sejarah bangsanya yang kurang. Hal
ini tentu mengakibatkan lunturnya nilai-nilai
sejarah, padahal menurut Sir John Seely
bahwa “belajar sejarah membuat manusia
bijaksana”. Selain itu, kesadaran perlu
diterapkan agar masyarakat atau generasi
muda mengetahui sejarah bangsanya dan
diharapkan akan membangun karakter yang
cerdas, bermoral, dan memiliki jiwa
nasionalisme yang kuat.
PENDAHULUAN
Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah adalah anggota walisongo
dengan wilayah penyebaran Islam di daerah
Jawa Barat. Menurut Sunardjo (1983) dalam
buku Suryaman (2015: 64) Sunan Gunung Jati
memiliki cita-cita untuk menjadi guru
agama. Cita-cita ini melatar belakangi
pengembaraannya untuk menggali Agama
Islam di berbagai tempat, terutama
mendatangi ulama-ulama terkenal pada
masanya.
Cirebon dipilih
sebagai
pusat
penyebaran Agama Islam karena Sunan
Ampel sebagai guru dari Sunan Gunung Jati
mengetahui bahwa daerah Cirebon dipimpin
oleh Pangeran Cakrabuana yang merupakan
paman dari Sunan Gunung Jati. Dengan
demikian, Sunan Ampel menilai tepat untuk
memerintahkan Sunan Gunung Jati datang
ke Cirebon. Kedatangan Sunan Gunung Jati
di Cirebon disambut gembira oleh Pangeran
Cakrabuana karena Sunan Gunung Jati
adalah murid dari Sunan Ampel, sehingga
memudahkan
Sunan
Gunung
Jati
menyampaikan maksud kedatangannya.
Setelah
mereka
berbincang,
barulah
Pangeran Cakrabuana mengetahui bahwa
Sunan
Gunung
Jati
merupakan
keponakannya dari adiknya yang bernama
Nyi Mas Ratu Rarasantang yang tinggal di
Mesir.
Pangeran Cakrabuana menyetujui
maksud kedatangan Sunan Gunung Jati dan
memerintahkan Sunan Gunung Jati tinggal di
Keraton Pakungwati. Pada tanggal 1478
Sunan Gunung Jati dinikahkan dengan putri
dari Pangeran Cakrabuana, yaitu Nyi Mas
Pakungwati. Selanjutnya, pada tahun 1479
Sunan Gunung Jati diberi amanat oleh
Pangeran Cakrabuana untuk menjadi
penguasa Cirebon dengan disaksikan oleh
ibunya yaitu Syarifah Mudaim dan para
pembesar
dari
tanah
Sunda
yang
berkedudukan di Keraton Pakungwati
(Wahju, 2005: 68) yang kemudian diberi gelar
614
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
sejarah yang bermaksud untuk mendapatkan
kebenaran sejarah dengan merekontruksi
peristiwa sejarah sehingga penelitian ini
menggunakan pendekatan metode kualitatif
dan karakteristik yang diangkat dalam
penelitian kualitatif ini adalah studi historis
dimana peristiwa sejarah direka ulang
dengan menggunakan sumber data berupa
kesaksian pelaku sejarah yang masih ada,
peninggalan-peninggalan
sejarah
baik
berupa catatan, dokumen dan benda-benda
bersejarah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni-Oktober 2016 di Keraton Kasepuhan
yang terletak di Kelurahan Kasepuhan,
Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon
dan Komplek Makam Sunan Gunung Jati di
Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati,
Kabupaten Cirebon.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik tersebut bertujuan
untuk memperoleh informasi terkait dengan
penelitian. Data yang telah terkumpul
dianalisis dengan model analisis Miles dan
Huberman yang terdiri dari empat hal, yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan kesimpulan/verifikasi.
2.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peranan Sunan Gunung Jati dalam
Pembangunan Bidang Politik di Kesultanan
Cirebon Tahun 1479-1568
Politik merupakan kegiatan suatu
wilayah untuk menentukan tujuan dan
melaksanakan tujuan yang dapat diterima
oleh masyarakat untuk mencapai kehidupan
bersama yang harmonis sehingga kegiatan
politik dapat menegakkan keadilan bagi
masyarakatnya. Peranan Sunan Gunung Jati
dalam pembangunan bidang politik di
Kesultanan Cirebon tahun 1479-1568 yaitu:
4.
615
Mendirikan Pusat Pemerintahan di
Keraton Pakungwati
Keraton Pakungwati dipilih
sebagai pusat pemerintahan karena
Keraton tersebut letaknya strategis dan
dekat dengan sarana dan prasarana yang
menunjang seperti pelabuhan, tempat
ibadah, dan pasar. Sampai sekarang,
Keraton Pakungwati masih dijaga
kelestariannya.
Komplek
Keraton
tersebut terdapat di Keraton Kasepuhan
dimana bangunan Keraton Pakungwati
dapat dilihat mulai dari Siti Inggil
sampai ke Dalem Agung Pakungwati
yang memiliki bangunan berbata merah.
Membuat
Peraturan
Pemerintah
Berdasarkan Islam
Peraturan
pemerintah
yang
diterapkan oleh Sunan Gunung Jati
berdasarkan syariat Islam dan Sunnah
Nabi
Muhammad
SAW.
sebagai
peraturan yang utama di Kesultanan
Cirebon yang harus dipatuhi oleh
masyarakat. Peraturan tersebut yaitu
zakat, fitrah, penggunanaan uang dinardirham yang terbuat dari emas dan
perak, dan hukuman yang harus
dijalankan oleh masyarakat di wilayah
Kesultanan Cirebon.
Memperluas Wilayah Sampai Ke Banten
Dan Sunda Kelapa
Wilayah Kesultanan Cirebon
awalnya hanya di daerah Cirebon
kemudian meluas sampai ke Banten dan
Jakarta.
Sunan
Gunung
Jati
menyerahkan Banten kepada putranya
yaitu Pangeran Sebakingkin kemudian
diangkat menjadi sultan pertama di
Kesultanan Banten dengan gelar Sultan
Maulana Hasanuddin. Sampai sekarang
hubungan
kekerabatan
Keraton
Kasepuhan dan Kesultanan Banten
masih terjaga dengan baik.
Membangun Sistem Politik Demokrasi
Di Kesultanan Cirebon
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Politik Demokrasi berupayan
memberi kebebasan terhadap individu,
seperti kebebasan berkumpul dan
mengemukakan pendapat (Luthans,
2014: 43). Sistem politik demokrasi pada
pemerintahan Sunan Gunung Jati
berupaya
untuk mempersatukan
masyarakat dalam sebuah perbedaan.
Dalam
kepemimpinannya
tetap
mempertahankan
adat
istiadat
masyarakat yang berkembang sebelum
adanya Kesultanan Cirebon. Selain itu,
Sunan Gunung Jati tidak membedakan
ras, agama, suku, dan adat istiadat yang
sudah berlangsung. Meskipun dalam
kepemimpinannya
menggunakan
syariat Islam.
Peranan Sunan Gunung Jati dalam
Pembangunan
Bidang
Ekonomi
di
Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568
Pembangunan ekonomi masa Sunan
Gunung Jati berupaya untuk mengatur
kegiatan ekonomi masyarakat berdasarkan
kebutuhan
termasuk
mengatur
dan
memutuskan sumber daya yang ada
sehingga kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi. Peranan Sunan Gunung Jati dalam
pembangunan bidang ekonomi yaitu:
1. Membangun
Sistem
Perekonomian
Komando
Sistem ekonomi yang dianut
oleh
Kesultanan
Cirebon
yaitu
perekonomian
komando.
Prinsip
perekonomian komando yaitu adanya
kekuasaan tertinggi yang memberikan
perintah dan memaksakan untuk
mematuhinya atas dasar komando yang
diberikan (Grossman, 2004: 25). Pada
sistem ini, pemerintah memiliki kendali
terhadap harga dan penawaran barang
atau jasa terlihat dari upaya pemerintah
untuk menggunakan matauang sendiri
sehingga
tidak
tergantung
pada
matauang asing.
Meskipun
menggunakan
perekonomian komando, perekonomian
2.
616
di Kesultanan Cirebon tidak terlepas
dari syariat Islam. Ekonomi Islam pada
waktu
itu
mengharamkan
riba
kemudian kegiatan muamalah harus
dengan jujur, adil dalam perdagangan
dan pertukarannya, dan menggunakan
uang emas dan perak yang disunahkan
Nabi dan kemudian membayar zakat
sesuai dengan syariat Islam.
Membangun Pusat Ekonomi
Sunan Gunung Jati berupaya
untuk menerapkan kegiatan ekonomi
gregation
dan
ekonomi
layanan.
Kumarappa (1957: 12) ekonomi gregation
adalah pelaku ekonomi menghasilkan
sesuatu bukan hanya untuk kepentingan
mereka sendiri tetapi untuk kepentingan
umum. Sedangkan ekonomi layanan
adalah bentuk tertinggi
kegiatan
ekonomi apat dilihat dalam hubungan
antara generasi muda dan orang tua.
Antara pelaku ekonomi yang satu
dengan lainnya saling membantu dalam
kegiatan ekonomi.
Dilihat dari sistem ekonomi yang
diterapkan maka dibutuhkan kegiatan
ekonomi yang saling menguntungkan
antara masyarakat di Kesultanan
Cirebon. Selain itu, adanya kegiatan
ekonomi yang menguntungkan antara
masyarakat
dengan
pemerintah
Kesultanan Cirebon. Dari paparan
tersebut maka Sunan Gunung Jati perlu
membuat pusat kegiatan ekonomi agar
kegiatan ekonomi di Kesultanan Cirebon
dapat dilaksanakan dengan baik.
Kesultanan Cirebon merupakan
wilayah pesisir yang terletak di utara
Jawa Barat sehingga pusat kegiatan
ekonomi dilakukan di Pelabuhan Muara
Jati. Pelabuhan Muara Jati letaknya
sangat strategis sehingga menjadi jalur
perdagangan internasional yang ramai
disinggahi oleh perahu pedagang dari
Arab, Persia, India, Malaka, Tumasik
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
(Singapura), Pasai, Jawa Timur, Madura,
Palembang, dan Bugis.
3. Membangun Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana belum
banyak dibangun karena belum banyak
masyarakat yang tinggal di wilayah
Kesultanan
Cirebon.
Sarana
dan
prasarana yang dibangun pada waktu
itu yaitu pembangunan infrastruktur
seperti pelabuhan Muara Jati sebagai
pusat kegiatan ekonomi, Masjid Agung
Sang Ciptarasa, Pasar, jalan sebagai
penghubung
Keraton
Pakungwati
dengan Gunung Jati dan sarana
transportasi
yang
menggunakan
binatang seperti pedati.
Sarana dan prasarana tersebut
sampai sekarang masih ada seperti
Pelabuhan Muara Jati yang sampai
sekarang masih digunakan, Masjid
Agung Sang Cipta Rasa, jalan dari
Keraton Kasepuhan menuju komplek
Makam Sunan Gunung Jati, dan pasar
yang sekarang beralih fungsi menjadi
tempat peristirahatan wisatawan yang
berkunjung ke Keraton Kasepuhan
karena belum adanya revitalisasi.
4. Menerapkan Zakat sebagai Pengganti
Pajak
Pemerintah Sunan Gunung Jati
tidak
menerapkan
pajak
pada
masyarakatnya karena pemerintahannya
berdasarkan syariat Islam maka Sunan
Gunung Jati memberlakukan zakat.
Zakat tersebut dikelola oleh amil zakat
kemudian disalurkan kepada yang
membutuhkan sesuai dengan syariat
Islam.
Peranan Sunan Gunung Jati dalam
Pembangunan Bidang Pendidikan di
Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568
1. Membangun Pusat Pendidikan
Sunan Gunung Jati berupaya
membangun pusat pendidikan untuk
menunjang perkembangan pendidikan
yang
dilakukan
oleh
Kesultanan
2.
3.
617
Cirebon. Pusat pendidikan berada di
Pasembangan Jati atau sekarang disebut
Komplek Makam Sunan Gunung Jati.
Semenjak ibu dari Sunan
Gunung Jati yaitu Nyi Mas Rarasantang
meninggal kemudian dimakamkan di
tempat tersebut, maka pusat pendidikan
dilakukan di Keraton Pakungwati
karena Pasembangan Jati beralih fungsi
sebagai komplek pemakaman dan
sampai sekarang tempat tersebut juga
digunakan
sebagai
komplek
pemakaman Sunan Gunung Jati dan
keluarganya.
Menerapkan Pendidikan Islam
Pendidikan yang diterapkan
masa Sunan Gunung Jati tidak terlepas
dari pengembangan dakwah Islam yang
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati,
dimana beliau merupakan penyebar
Agama Islam anggota Walisongo yang
wilayah penyebarannya di Jawa Barat.
Pendidikan dilakukan dimana saja yaitu
setiap kali ada orang yang berkumpul,
disitu dilakukan proses pendidikan.
Menanamkan Pendidikan Karakter
Pendidikan
dewasa
ini
kehilangan nilai-nilai luhur yang
terkandung. Sunan Gunung Jati dalam
mengembangkan pendidikan berupaya
menanamkan
pendidikan
karakter
melalui penanaman kecerdasan berpikir,
penghayatan
dalam
sikap,
dan
pengalaman sesuai dengan nilai-nilai
luhur sehingga terjadi interaksi dengan
Tuhannya, diri sendiri, antar sesama,
dan
lingkungannya.
Penanaman
pendidikan karakter yang diberikan
Sunan
Gunung
Jati
berdasarkan
tauladan dan pembudayaan.
Metode yang digunakan oleh
Sunan Gunung Jati menunjukkan bahwa
pendidikan yang dikembangkan oleh
Sunan Gunung Jati adalah pendidikan
moral atau pendidikan karakter melalui
ajaran Agama Islam. Inti ajaran Sunan
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Gunung Jati terlihat dari petatah-petitih
yang disampaikannya. Petatah-petitih
adalah ungkapan atau ucapan yaang
mengandung nasihat, kritik, dan
teguran. Petatah-petitih tersebut masih
diajarkan
dan
digunakan
oleh
masyarakat Cirebon sebagai nasehat
dalam kehidupan karena mereka
memandang Sunan Gunung Jati sebagai
panutan masyarakat Cirebon.
2.
3.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sunan Gunung Jati memiliki peranan
dalam bidang politik, ekonomi, dan
pendidikan di Kesultanan Cirebon tahun
1479-1568. Peranan Sunan Gunung Jati dalam
bidang politik yaitu mendirikan pusat
pemerintahan di Keraton Pakungwati,
membuat peraturan pemerintah berdasarkan
Islam, memperluas wilayah sampai ke
Banten dan Sunda Kelapa, membangun
sistem politik demokrasi di Kesultanan
Cirebon. Peranan Sunan Gunung Jati bidang
ekonomi
yaitu
membangun
sistem
perekonomian komando, membangun pusat
perekonomian, membangun sarana dan
prasarana, menerapkan Zakat sebagai
pengganti pajak. Peranan Sunan Gunung Jati
bidang pendidikan seperti: membangun
pusat pendidikan, menerapkan pendidikan
Islam,
dan
menanamkan
pendidikan
karakter.
Saran
1. Dalam bidang politik, Sunan Gunung
Jati sebagai pemimpin pemerintahan
memiliki jiwa kepemimpinan yang
mencontoh kepemimpinan Rasulullah
Muhammad
SAW.
dengan
menggunakan syiar Islam dalam
kepemimpinannya.
Diharapkan
generasi penerus bangsa mencontoh
kepemimpinan tersebut sehingga antara
urusan akherat dan dunia bisa berjalan
bersamaan.
4.
5.
6.
Dalam
bidang
ekonomi
yang
dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati
tidak terlepas dari nilai-nilai Islam
sehingga pembangunan ekonomi yang
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dapat
dijadikan tauladan bagi
generasi
penerus bangsa dalam melakukan
kegiatan ekonomi.
Dalam
bidang
pendidikan
yang
dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati
adalah pendidikan moral yang sering
disebut petatah-petitih. Diharapkan
generasi
muda
memahami
dan
menjalankan pendidikan moral yang
telah diajarkan oleh Sunan Gunung Jati.
Petatah-petitih Sunan Gunung Jati
hendaknya tetap dilestarikan agar anak
cucu kita mengetahui pendidikan akhlak
yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati.
Keraton Kasepuhan sebagai penerus
Kesultanan
Cirebon
memiliki
kebudayaan dan tradisi yang berlaku
pada masa Sunan Gunung Jati yang
sampai saat ini masih dilestarikan.
Sebagai warga negara Indonesia, kita
sepatutnya ikut andil melestarikan dan
menjaga kebudayaan dan tradisi
tersebut.
Cirebon sebagai daerah dengan banyak
tradisi hasil peninggalan Sunan Gunung
Jati. Cirebon masih menjaga tradisi
tersebut dan menjalankan ritual-ritual
kuno. Masyarakat sekitar juga mengikuti
kegiatan tersebut dan banyak pula
diantara mereka mengharapkan berkah
dari kegiatan yang dilaksanakan.
Peneliti menghimbau agar masyarakat
mengikuti kegiatan tersebut tetapi harus
mengingat bahwa berkah tersebut
diperoleh dari Allah SWT.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif:
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
618
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Grossman, Gregory. 2004. Sistem-sistem
Ekonomi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Herdiansyah,
Haris.
2010.
Metodologi
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Irianto, Bambang. 2012. Bendera Cirebon:
(Umbul-umbul Caruban Nagari) Ajaran
Kesempurnaan Hidup. Jakarta: Museum
Tekstil Jakarta.
Kumarappa, J. C. 1957. Economy of
Permanence: A quest for a social order
based on non-violence (cetakan ke-3).
India: Sarva Seva Sangh Prakashan.
Luthans, Fred, dan Doh, Jonathan P.
Manajemen
Internasional:
Budaya,
Strategi, dan Perilaku. Jakarta: Salemba
Empat.
Meleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif (cetakan ke-27). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Meleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian
Kualitatif (cetakan ke-31). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif:
Paradigma
Baru
Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryaman, Eman. 2015. Jalan Hidup Sunan
Gunung Jati: Sejarah Faktual dan Filosofi
Kepemimpinan Seorang Pandhita-Raja.
Bandung: Nuansa Cendekia.
Wahju, Amman N. 2005. Sajarah wali: Syekh
Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati
(Naskah Mertasinga). Bandung: Pustaka.
Wildan, Dadan. 2002. Sunan Gunung Jati
(Antara Fiksi dan Fakta) Pembumian
Islam dengan Pendekatan Struktural dan
Kultural. Bandung: Humaniora Utama
Press.
619
Download