PERANAN SUNAN GUNUNG JATI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK, EKONOMI, DAN PENDIDIKAN Diah Azka Fadiyah dan Buchory MS* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan Sunan Gunung Jati dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan di Kesultanan Cirebon pada tahun 1479-1568. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif Miles & Huberman dan validasi datanya mengunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sunan Gunung Jati memiliki peranan di Kesultanan Cirebon. Peranan Sunan Gunung Jati bidang politik seperti: mendirikan pusat pemerintahan, membuat peraturan pemerintah berdasarkan Islam, memperluas wilayah sampai ke Banten dan Sunda Kelapa, membangun sistem politik demokrasi di Kesultanan Cirebon. Peranan Sunan Gunung Jati bidang ekonomi seperti: membangun sistem perekonomian komando, membangun pusat perekonomian, membangun sarana dan prasarana, menerapkan Zakat sebagai pengganti pajak. Peranan Sunan Gunung Jati bidang pendidikan seperti: membangun pusat pendidikan, menerapkan pendidikan Islam, dan menanamkan pendidikan karakter. Kata Kunci: Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon. ABSTRACT This research aims to describe the role of Sunan Gunung jati identity in politics, economy, and education in the sultanate of Cirebon in 1479-1568. The data collection techniques interview, observation, and documentation. Data analysis used qualitative Miles & Huberman and data validated used triangulation sources technique. The research result shows that Sunan Gunung Jati has an important role in Sultanate of Cirebon. The role of Sunan Gunung Jati in politics: develop goverment center, make goverment rules based on Islam, expand the region until Banten and Sunda Kelapa, and develop democratic system.his role in economic: economic system, economic center, infrastructures, and apply alms as the alternate of tax. His contribution on education: develop education center, apply Islamic education, and embed characteristic education. Keywords: Sunan Gunung Jati, Sultanate of Cirebon. * Diah Azka Fadiyah adalah mahasiswa Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Buchory MS adalah dosen Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta. 613 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Gama Awliya Allah Kutubizaman Khalifatur Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam (Irianto, 2012: 11). Menurut Wildan (2002: 299) penobatan panetep panatagama mengandung arti bahwa martabatnya telah sama dengan para wali lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa Sunan Gunung Jati sebagai propagandis Islam di Jawa Barat. Dengan demikian, peran dari Sunan Gunung Jati di Cirebon bukan hanya menyebarkan Agama Islam tetapi juga sebagai kepala pemerintahan. Zaman yang serba modern ini banyak yang beranggapan bahwa sejarah sebagai suatu hal yang membosankan sehingga tidak ada kesadaran masyarakat untuk melestarikan peninggalan bersejarah, mengkaji, dan mengambil nilai-nilai penting dari makna sejarah. Hal tersebut terbukti dengan tidak banyak orang yang mengetahui kepemimpin Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon. Saat sekarang, banyak orang yang beranggapan bahwa di Cirebon terdapat Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Padahal, dua keraton tersebut dahulu merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon, yang pada tahun 1600 M terpecah menjadi dua. Kesultanan Cirebon yang terpecah telah mengakibatkan banyak masyarakat tidak mengetahui perkembangan Kesultanan Cirebon. Kesadaran masyarakat yang hilang terhadap sejarah ini ditakutkan berpengaruh terhadap pengetahuan generasi muda tentang sejarah bangsanya yang kurang. Hal ini tentu mengakibatkan lunturnya nilai-nilai sejarah, padahal menurut Sir John Seely bahwa “belajar sejarah membuat manusia bijaksana”. Selain itu, kesadaran perlu diterapkan agar masyarakat atau generasi muda mengetahui sejarah bangsanya dan diharapkan akan membangun karakter yang cerdas, bermoral, dan memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. PENDAHULUAN Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah anggota walisongo dengan wilayah penyebaran Islam di daerah Jawa Barat. Menurut Sunardjo (1983) dalam buku Suryaman (2015: 64) Sunan Gunung Jati memiliki cita-cita untuk menjadi guru agama. Cita-cita ini melatar belakangi pengembaraannya untuk menggali Agama Islam di berbagai tempat, terutama mendatangi ulama-ulama terkenal pada masanya. Cirebon dipilih sebagai pusat penyebaran Agama Islam karena Sunan Ampel sebagai guru dari Sunan Gunung Jati mengetahui bahwa daerah Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana yang merupakan paman dari Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, Sunan Ampel menilai tepat untuk memerintahkan Sunan Gunung Jati datang ke Cirebon. Kedatangan Sunan Gunung Jati di Cirebon disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana karena Sunan Gunung Jati adalah murid dari Sunan Ampel, sehingga memudahkan Sunan Gunung Jati menyampaikan maksud kedatangannya. Setelah mereka berbincang, barulah Pangeran Cakrabuana mengetahui bahwa Sunan Gunung Jati merupakan keponakannya dari adiknya yang bernama Nyi Mas Ratu Rarasantang yang tinggal di Mesir. Pangeran Cakrabuana menyetujui maksud kedatangan Sunan Gunung Jati dan memerintahkan Sunan Gunung Jati tinggal di Keraton Pakungwati. Pada tanggal 1478 Sunan Gunung Jati dinikahkan dengan putri dari Pangeran Cakrabuana, yaitu Nyi Mas Pakungwati. Selanjutnya, pada tahun 1479 Sunan Gunung Jati diberi amanat oleh Pangeran Cakrabuana untuk menjadi penguasa Cirebon dengan disaksikan oleh ibunya yaitu Syarifah Mudaim dan para pembesar dari tanah Sunda yang berkedudukan di Keraton Pakungwati (Wahju, 2005: 68) yang kemudian diberi gelar 614 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 1. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bermaksud untuk mendapatkan kebenaran sejarah dengan merekontruksi peristiwa sejarah sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dan karakteristik yang diangkat dalam penelitian kualitatif ini adalah studi historis dimana peristiwa sejarah direka ulang dengan menggunakan sumber data berupa kesaksian pelaku sejarah yang masih ada, peninggalan-peninggalan sejarah baik berupa catatan, dokumen dan benda-benda bersejarah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2016 di Keraton Kasepuhan yang terletak di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon dan Komplek Makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan penelitian. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan model analisis Miles dan Huberman yang terdiri dari empat hal, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. 2. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sunan Gunung Jati dalam Pembangunan Bidang Politik di Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568 Politik merupakan kegiatan suatu wilayah untuk menentukan tujuan dan melaksanakan tujuan yang dapat diterima oleh masyarakat untuk mencapai kehidupan bersama yang harmonis sehingga kegiatan politik dapat menegakkan keadilan bagi masyarakatnya. Peranan Sunan Gunung Jati dalam pembangunan bidang politik di Kesultanan Cirebon tahun 1479-1568 yaitu: 4. 615 Mendirikan Pusat Pemerintahan di Keraton Pakungwati Keraton Pakungwati dipilih sebagai pusat pemerintahan karena Keraton tersebut letaknya strategis dan dekat dengan sarana dan prasarana yang menunjang seperti pelabuhan, tempat ibadah, dan pasar. Sampai sekarang, Keraton Pakungwati masih dijaga kelestariannya. Komplek Keraton tersebut terdapat di Keraton Kasepuhan dimana bangunan Keraton Pakungwati dapat dilihat mulai dari Siti Inggil sampai ke Dalem Agung Pakungwati yang memiliki bangunan berbata merah. Membuat Peraturan Pemerintah Berdasarkan Islam Peraturan pemerintah yang diterapkan oleh Sunan Gunung Jati berdasarkan syariat Islam dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. sebagai peraturan yang utama di Kesultanan Cirebon yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Peraturan tersebut yaitu zakat, fitrah, penggunanaan uang dinardirham yang terbuat dari emas dan perak, dan hukuman yang harus dijalankan oleh masyarakat di wilayah Kesultanan Cirebon. Memperluas Wilayah Sampai Ke Banten Dan Sunda Kelapa Wilayah Kesultanan Cirebon awalnya hanya di daerah Cirebon kemudian meluas sampai ke Banten dan Jakarta. Sunan Gunung Jati menyerahkan Banten kepada putranya yaitu Pangeran Sebakingkin kemudian diangkat menjadi sultan pertama di Kesultanan Banten dengan gelar Sultan Maulana Hasanuddin. Sampai sekarang hubungan kekerabatan Keraton Kasepuhan dan Kesultanan Banten masih terjaga dengan baik. Membangun Sistem Politik Demokrasi Di Kesultanan Cirebon Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Politik Demokrasi berupayan memberi kebebasan terhadap individu, seperti kebebasan berkumpul dan mengemukakan pendapat (Luthans, 2014: 43). Sistem politik demokrasi pada pemerintahan Sunan Gunung Jati berupaya untuk mempersatukan masyarakat dalam sebuah perbedaan. Dalam kepemimpinannya tetap mempertahankan adat istiadat masyarakat yang berkembang sebelum adanya Kesultanan Cirebon. Selain itu, Sunan Gunung Jati tidak membedakan ras, agama, suku, dan adat istiadat yang sudah berlangsung. Meskipun dalam kepemimpinannya menggunakan syariat Islam. Peranan Sunan Gunung Jati dalam Pembangunan Bidang Ekonomi di Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568 Pembangunan ekonomi masa Sunan Gunung Jati berupaya untuk mengatur kegiatan ekonomi masyarakat berdasarkan kebutuhan termasuk mengatur dan memutuskan sumber daya yang ada sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Peranan Sunan Gunung Jati dalam pembangunan bidang ekonomi yaitu: 1. Membangun Sistem Perekonomian Komando Sistem ekonomi yang dianut oleh Kesultanan Cirebon yaitu perekonomian komando. Prinsip perekonomian komando yaitu adanya kekuasaan tertinggi yang memberikan perintah dan memaksakan untuk mematuhinya atas dasar komando yang diberikan (Grossman, 2004: 25). Pada sistem ini, pemerintah memiliki kendali terhadap harga dan penawaran barang atau jasa terlihat dari upaya pemerintah untuk menggunakan matauang sendiri sehingga tidak tergantung pada matauang asing. Meskipun menggunakan perekonomian komando, perekonomian 2. 616 di Kesultanan Cirebon tidak terlepas dari syariat Islam. Ekonomi Islam pada waktu itu mengharamkan riba kemudian kegiatan muamalah harus dengan jujur, adil dalam perdagangan dan pertukarannya, dan menggunakan uang emas dan perak yang disunahkan Nabi dan kemudian membayar zakat sesuai dengan syariat Islam. Membangun Pusat Ekonomi Sunan Gunung Jati berupaya untuk menerapkan kegiatan ekonomi gregation dan ekonomi layanan. Kumarappa (1957: 12) ekonomi gregation adalah pelaku ekonomi menghasilkan sesuatu bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri tetapi untuk kepentingan umum. Sedangkan ekonomi layanan adalah bentuk tertinggi kegiatan ekonomi apat dilihat dalam hubungan antara generasi muda dan orang tua. Antara pelaku ekonomi yang satu dengan lainnya saling membantu dalam kegiatan ekonomi. Dilihat dari sistem ekonomi yang diterapkan maka dibutuhkan kegiatan ekonomi yang saling menguntungkan antara masyarakat di Kesultanan Cirebon. Selain itu, adanya kegiatan ekonomi yang menguntungkan antara masyarakat dengan pemerintah Kesultanan Cirebon. Dari paparan tersebut maka Sunan Gunung Jati perlu membuat pusat kegiatan ekonomi agar kegiatan ekonomi di Kesultanan Cirebon dapat dilaksanakan dengan baik. Kesultanan Cirebon merupakan wilayah pesisir yang terletak di utara Jawa Barat sehingga pusat kegiatan ekonomi dilakukan di Pelabuhan Muara Jati. Pelabuhan Muara Jati letaknya sangat strategis sehingga menjadi jalur perdagangan internasional yang ramai disinggahi oleh perahu pedagang dari Arab, Persia, India, Malaka, Tumasik Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 (Singapura), Pasai, Jawa Timur, Madura, Palembang, dan Bugis. 3. Membangun Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana belum banyak dibangun karena belum banyak masyarakat yang tinggal di wilayah Kesultanan Cirebon. Sarana dan prasarana yang dibangun pada waktu itu yaitu pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan Muara Jati sebagai pusat kegiatan ekonomi, Masjid Agung Sang Ciptarasa, Pasar, jalan sebagai penghubung Keraton Pakungwati dengan Gunung Jati dan sarana transportasi yang menggunakan binatang seperti pedati. Sarana dan prasarana tersebut sampai sekarang masih ada seperti Pelabuhan Muara Jati yang sampai sekarang masih digunakan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, jalan dari Keraton Kasepuhan menuju komplek Makam Sunan Gunung Jati, dan pasar yang sekarang beralih fungsi menjadi tempat peristirahatan wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan karena belum adanya revitalisasi. 4. Menerapkan Zakat sebagai Pengganti Pajak Pemerintah Sunan Gunung Jati tidak menerapkan pajak pada masyarakatnya karena pemerintahannya berdasarkan syariat Islam maka Sunan Gunung Jati memberlakukan zakat. Zakat tersebut dikelola oleh amil zakat kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan sesuai dengan syariat Islam. Peranan Sunan Gunung Jati dalam Pembangunan Bidang Pendidikan di Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568 1. Membangun Pusat Pendidikan Sunan Gunung Jati berupaya membangun pusat pendidikan untuk menunjang perkembangan pendidikan yang dilakukan oleh Kesultanan 2. 3. 617 Cirebon. Pusat pendidikan berada di Pasembangan Jati atau sekarang disebut Komplek Makam Sunan Gunung Jati. Semenjak ibu dari Sunan Gunung Jati yaitu Nyi Mas Rarasantang meninggal kemudian dimakamkan di tempat tersebut, maka pusat pendidikan dilakukan di Keraton Pakungwati karena Pasembangan Jati beralih fungsi sebagai komplek pemakaman dan sampai sekarang tempat tersebut juga digunakan sebagai komplek pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarganya. Menerapkan Pendidikan Islam Pendidikan yang diterapkan masa Sunan Gunung Jati tidak terlepas dari pengembangan dakwah Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati, dimana beliau merupakan penyebar Agama Islam anggota Walisongo yang wilayah penyebarannya di Jawa Barat. Pendidikan dilakukan dimana saja yaitu setiap kali ada orang yang berkumpul, disitu dilakukan proses pendidikan. Menanamkan Pendidikan Karakter Pendidikan dewasa ini kehilangan nilai-nilai luhur yang terkandung. Sunan Gunung Jati dalam mengembangkan pendidikan berupaya menanamkan pendidikan karakter melalui penanaman kecerdasan berpikir, penghayatan dalam sikap, dan pengalaman sesuai dengan nilai-nilai luhur sehingga terjadi interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Penanaman pendidikan karakter yang diberikan Sunan Gunung Jati berdasarkan tauladan dan pembudayaan. Metode yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati menunjukkan bahwa pendidikan yang dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati adalah pendidikan moral atau pendidikan karakter melalui ajaran Agama Islam. Inti ajaran Sunan Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Gunung Jati terlihat dari petatah-petitih yang disampaikannya. Petatah-petitih adalah ungkapan atau ucapan yaang mengandung nasihat, kritik, dan teguran. Petatah-petitih tersebut masih diajarkan dan digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai nasehat dalam kehidupan karena mereka memandang Sunan Gunung Jati sebagai panutan masyarakat Cirebon. 2. 3. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sunan Gunung Jati memiliki peranan dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan di Kesultanan Cirebon tahun 1479-1568. Peranan Sunan Gunung Jati dalam bidang politik yaitu mendirikan pusat pemerintahan di Keraton Pakungwati, membuat peraturan pemerintah berdasarkan Islam, memperluas wilayah sampai ke Banten dan Sunda Kelapa, membangun sistem politik demokrasi di Kesultanan Cirebon. Peranan Sunan Gunung Jati bidang ekonomi yaitu membangun sistem perekonomian komando, membangun pusat perekonomian, membangun sarana dan prasarana, menerapkan Zakat sebagai pengganti pajak. Peranan Sunan Gunung Jati bidang pendidikan seperti: membangun pusat pendidikan, menerapkan pendidikan Islam, dan menanamkan pendidikan karakter. Saran 1. Dalam bidang politik, Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin pemerintahan memiliki jiwa kepemimpinan yang mencontoh kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW. dengan menggunakan syiar Islam dalam kepemimpinannya. Diharapkan generasi penerus bangsa mencontoh kepemimpinan tersebut sehingga antara urusan akherat dan dunia bisa berjalan bersamaan. 4. 5. 6. Dalam bidang ekonomi yang dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati tidak terlepas dari nilai-nilai Islam sehingga pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dapat dijadikan tauladan bagi generasi penerus bangsa dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dalam bidang pendidikan yang dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati adalah pendidikan moral yang sering disebut petatah-petitih. Diharapkan generasi muda memahami dan menjalankan pendidikan moral yang telah diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Petatah-petitih Sunan Gunung Jati hendaknya tetap dilestarikan agar anak cucu kita mengetahui pendidikan akhlak yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Keraton Kasepuhan sebagai penerus Kesultanan Cirebon memiliki kebudayaan dan tradisi yang berlaku pada masa Sunan Gunung Jati yang sampai saat ini masih dilestarikan. Sebagai warga negara Indonesia, kita sepatutnya ikut andil melestarikan dan menjaga kebudayaan dan tradisi tersebut. Cirebon sebagai daerah dengan banyak tradisi hasil peninggalan Sunan Gunung Jati. Cirebon masih menjaga tradisi tersebut dan menjalankan ritual-ritual kuno. Masyarakat sekitar juga mengikuti kegiatan tersebut dan banyak pula diantara mereka mengharapkan berkah dari kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti menghimbau agar masyarakat mengikuti kegiatan tersebut tetapi harus mengingat bahwa berkah tersebut diperoleh dari Allah SWT. Daftar Pustaka Bungin, Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 618 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Grossman, Gregory. 2004. Sistem-sistem Ekonomi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Irianto, Bambang. 2012. Bendera Cirebon: (Umbul-umbul Caruban Nagari) Ajaran Kesempurnaan Hidup. Jakarta: Museum Tekstil Jakarta. Kumarappa, J. C. 1957. Economy of Permanence: A quest for a social order based on non-violence (cetakan ke-3). India: Sarva Seva Sangh Prakashan. Luthans, Fred, dan Doh, Jonathan P. Manajemen Internasional: Budaya, Strategi, dan Perilaku. Jakarta: Salemba Empat. Meleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (cetakan ke-27). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Meleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif (cetakan ke-31). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryaman, Eman. 2015. Jalan Hidup Sunan Gunung Jati: Sejarah Faktual dan Filosofi Kepemimpinan Seorang Pandhita-Raja. Bandung: Nuansa Cendekia. Wahju, Amman N. 2005. Sajarah wali: Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati (Naskah Mertasinga). Bandung: Pustaka. Wildan, Dadan. 2002. Sunan Gunung Jati (Antara Fiksi dan Fakta) Pembumian Islam dengan Pendekatan Struktural dan Kultural. Bandung: Humaniora Utama Press. 619