peranan informasi akuntansi manajemen dalam pengambilan

advertisement
ISSN 0000-0000
PERANAN INFORMASI AKUNTANSI
MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN PERUMUSAN KEBIJAKAN
Akhmad Riduwan*)
ABSTRAK
Informasi akuntansi manajemen dapat berperan dalam pengambilan keputusan dan
perumusan kebijakan perusahaan, tetapi peran ini tidak dengan sendirinya memicu
timbulnya kebutuhan dalam diri pengambil keputusan maupun perumus kebijakan
perusahaan. Kebutuhan akan informasi akuntansi manajemen di pihak pengambil
keputusan dan perumus kebijakan perusahaan lebih banyak ditentukan oleh perilaku
pengambil keputusan dan perumus kebijakan itu sendiri.
Kata-kata kunci : Informasi akuntansi manajemen, pengambilan keputusan, perumusan
kebijakan.
1. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Akuntan seringkali mengira bahwa informasi akuntansi merupakan suatu kebutuhan bagi
manajemen perusahaan yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan. Anggapan ini tidak selamanya benar, karena pengambil keputusan dan
perumus kebijakan perusahaan adalah manusia yang memiliki perilaku tertentu dalam
mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan tersebut. Dalam mengambil keputusan
misalnya, manajemen menggunakan berbagai masukan dalam model pengambilan
keputusan mere-ka, yang dapat bersifat keuangan, non-keuangan, dan bahkan bersifat
non-kuantitatif.
Pengambilan keputusan dilaksanakan memalui empat tahap yang berurutan, yaitu : (1)
Pengakuan dan perumusan masalah atau kesempatan; (2) Pencarian tindakan alternatif
dan kuantifikasi konsekuansinya masing-masing; (3) pemilihan alternatif optimum atau
alter-natif yang memuaskan; dan (4) implementasi dan penindak-lanjutan.
*)
Drs. Akhmad Riduwan, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
61
Pengakuan dan Perumusan Masalah atau Kesempatan
Keputusan yang harus diambil oleh manajemen kemungkinan merupakan respon
terhadap (a) peristiwa yang mengandung masalah; (b) ancaman yang dirasakan, atau (c)
kesempatan yang diperkirakan akan terjadi.
Masalah adalah perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang ada. Informasi akuntansi kemungkinan dapat memberikan peringatan kepada manajemen
menge-nai adanya masalah yang segera memerlukan perhatian. Pendidikan, pengalaman,
tempe-ramen, bakat pribadi, dan faktor perilaku lainnya menentukan apakah suatu
masalah di-anggap sebagai suatu yang kritis, menjanjikan kesempatan, atau pemicu
pengambilan ke-putusan. Beberapa manajer menghendaki status quo dan hanya akan
beraksi terhadap peristiwa besar yang tidak disuga sebelumnya. Manajer yang lain cepat
bereaksi untuk perbedaan yang sekecil apapun dan tidak mau membiarkan perbedaan
tersebut sebelum penyelesaian yang memuaskan ditemukan dan dilaksanakan.
Apabila masalah atau kesempatan telah ditonjolkan untuk menarik perhatian, masalah
dan kesempatan tersebut harus segera dirumuskan. Informasi akuntansi memiliki
kemampuan untuk memperjelas masalah yang dihadapi oleh manajemen dengan
mewujudkan masalah tersebut dalam bentuk kuantitatif keuangan. Sebagai contoh,
masalah yang dihadapi oleh manajemen pemasaran dapat lebih jelas dirumuskan dengan
menyatakan bahwa volume penjualan tahun ini lebih rendah 15% dari rata-rata volume
penjualan industri. Masalah yang harus diputuskan oleh manajer produksi adalah
dilampauinya anggaran biaya sebesar 20%.
Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi konsekuensinya masing-masing.
Jika masalah atau kesempatan telah selesai dirumuskan, selanjutnya manajemen mencari
alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan menghitung secara
kuantitatif konsekuensi setiap alternatif tindakan itu.
Pemilihan alternatif optimum atau alternatif yang memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah pemilihan satu di
antara berbagai alternatif yang dapat dipilih. Meskipun tahap ini tampaknya rasional,
teta-pi pemilihan akhir seringklai lebih didasarkan atas pertimbangan yang bersifat
politik dan psikologis daripada pertimbangan ekonomi.
Manajer yang melakukan pemilihan alternatif kemungkinan menghadapi beberapa alternatif yang layak untuk dipilih, yang masing-masing memiliki segi positif tertentu dipan
62
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
dang dari sudut kriteria pemilihan alternatif yang digunakan. Manajer juga kemungkinan
menyadari manfaat yang bersifat politis dan biaya masing-masing alternatif. Sebagai contoh, beberapa alternatif kemungkinan dihubungkan dengan kepentingan atau aspirasi
tertentu eksekutif perusahaan. Contoh lain, penolakan atas suatu usulan kemungkinan
me-ngakibatkan dipermalukannya secara pribadi sponsor usulan tersebut.
Implementasi dan penindak-lanjutan
Berhasil atau tidaknya pilihan akhir tergantung atas efisiensi implementasi alternatif
yang telah dipilih. Implementasi hanya akan berhasil jika individu yang memiliki
pengendalian terhadap sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan
keputusan tersebut sepenuhnya sanggup untuk mewujudkan alternatif yang dipilih.
Keadaan yang ideal adalah jika kekuasaan atas sumber daya organisasi berada di tangan
individu atau kelompok yang mensponsori pengambilan keputusan tersebut. Untuk
meyakinkan efisiensi implementasi keputusan, umpan balik hasil pelaksanaan keputusan
harus diinformasikan secara periodik dan diperlukan pembetulan segera apabila ada
penyimpangan yang tidak diinginkan.
2. INDIVIDU DAN GRUP SEBAGAI PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambil keputusan dalam perusahaan dapat dilakukan oleh seseorang (individu) atau
oleh sekelompok orang (grup). Kelompok orang yang dibentuk untuk memutuskan sesuatu dapat berupa komite yang bersifat ad hoc atau dapat berupa tim permanen.
Masalah yang harus diputuskan di dalam perusahaan berkisar dari yang sederhana sampai
dengan yang kompleks. Masalah dianggap kompleks jika tidak mudah dirumuskan, tidak
terstruktur, serta proses pencarian alternatif penyelesaiannya bersifat kompleks. Masalah
sederhana biasanya diputuskan penyelesaiannya oleh individu dalam perusahaan. Untuk
masalah yang berulangkali terjadi, yang memerlukan pengambilan keputusan rutin, kemungkinan digunakan aturan pengambilan keputusan yang ditetapkan sebelumnya (standard operating procedures). Masalah yang kompleks biasanya memerlukan suatu komite
yang anggotanya berasal dari berbagai departemen dan dari berbagai disiplin ilmu,
karena perumusan masalah dan penyelesaiannya harus mencerminkan suatu tipe
konsensus (an-tara departemen maupun antar disiplin ilmu) dan karenanya akan
mendapat dukungan yang luas bilamana keputusan tersebut diimplementasikan.
Kekuatan dan kelemahan individu sebagai pengambil keputusan
Manusia adalah makhluk yang rasional, karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, untuk melakukan pilihan, dan untuk belajar. tetapi, kerasionalan manusia sangat

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
63
ter-batas karena mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan hanya memiliki
kemam-puan untuk mengolah secara berurutan atas informasi yang tersedia. Keterbatasan
individu sebagai pengambil keputusan secara rasional ditentukan oleh :
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia untuk semua alternatif yang mungkin dan konsekuensinya masing-masing.
b. Gaya kognitif (misalnya kemampuannya untuk berpikir secara kritis dan analitis, ketergantungan terhadap orang lain, kemampuan untuk mengasosiasikan, dll.), dengan
asumsi bahwa gaya yang satu tidak selalu lebih baik daripada gaya yang lain, karena
dalam situasi masalah tertentu, lebih dari satu pendekatan dapat menuntun hasil yang
dapat diterima.
c. Perubahan struktur nilai pengambil keputusan.
d. Kecenderungannya untuk mengambil keputusan yang memuaskan, bukan yang optimum.
Peran Grup sebagai Pengambil Keputusan dan Pemecahan Masalah
Grup merupakan pengambil keputusan yang terkenal di dalam organisasi perusahaan.
Ko-mite mengikutsertakan orang-orang yang memiliki karakteristik heterogen ke dalam
suatu kerjasama. Dalam pengambilan keputusan, komite menawarkan manfaat adanya
berbagai anggota komite yang memiliki berbagai macam pengalaman, pengetahuan, dan
berbagai macam keahlian serta berbagai ide yang luas. Saling membagi pengetahuan, ide,
dan ke-ahlian dapat menghasilkan dialog dan pemahaman masalah yang lebih baik, serta
pene-muan alternatif tindakan yang lebih kreatif.
Tetapi perlu disadari, bahwa kemampuan grup dalam menganalisis suatu masalah secara
kritis, merumuskan dan menilai alternatif, serta mencapai keputusan yang sah, dapat menurun karena adanya dua gejala perilaku, yaitu (a) gejala berpikir kelompok (groupthink),
dan (b) gejala penggeseran risiko (risky-shift). (Siegel dan Marconi, 1989).
Gejala berpikir kelompok (Groupthink). Gejala berpikir kelompok menggambarkan
situ-asi yang didalamnya terdapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pandangan
grup, yang menyebabkan anggota grup secara individual tidak terdorong untuk
menyatakan ide atau pandangan yang berbeda dengan ide atau pandangan grup. Hal ini
mencegah grup untuk secara obyektif menilai pandangan yang tidak umum atau
pandangan dari minoritas. Individu yang memiliki pandangan yang berbeda dengan
pandangan mayoritas yang do-minan berada di bawah tekanan atau harus mengubah
keyakinan dan perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka akan cenderung untuk
menyerah terhadap tekanan grup karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
grup dan bukan merupakan kekuatan yang merusak kekompakan grup. Mereka dapat
kehilangan keberanian untuk menentang pan-dangan grup, meskipun penentangan
terhadap pandangan tersebut kemungkinan akan memperbaiki pertimbangan grup.

64
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
Untuk mencegah atau mengoreksi gejala berpikir kelompok dapat ditempuh cara-cara
berikut ini :
a. Seseorang perlu ditugasi sebagai penentang terhadap semua yang dianggap baik oleh
grup dalam setiap kali pertemuan yang diselenggarakan oleh grup.
b. Ahli dari luar perlu diikutsertakan dalam setiap pertemuan grup.
c. Grup dibagi menjadi dua subkelompok dan setiap subkelompok diberi tugas untuk
menyelidiki berbagai alternatif tindakan yang akan diputuskan untuk dipilih.
d. Perlu dihindari pernyataan yang menunjukkan preferensi terhadap pemecahan
masalah pada awal diskusi, dan membiarkan grup berjalan tanpa ada pemecahan yang
terbentuk sebelumnya.
Pemecahan efektif lain adalah dengan menggunakan grup yang anggotanya heterogen.
Pe-ngalaman menunjukkan bahwa tim yang terdiri dari individu dengan karakteristik
yang tidak sama melaksanakan tugasnya dengan lebih baik, selama ketidak-samaan antar
me-reka tidak memberikan pengaruh negatif terhadap kekohesifan grup.
Gejala penggeseran risiko (risky-shift). Gejala ini disebut pula dengan istilah “akibat
dis-kusi grup”. Gejala ini merupakan hasil interaksi individu dalam grup. Gejala ini
mewu-judkan diri dalam bentuk grup memilih alternatif yang lebih agresif dan lebih
berisiko di-banding jika alternatif tersebut dipilih oleh individu. Ada empat anggapan
yang dapat menjelaskan timbulnya gejala penggeseran risiko, yaitu :
(1) Anggapan bahwa diskusi kelompok dimulai dengan “periode mencoba mengetahui”
dan “lamban”, tetapi sekali seseorang lebih mengenal situasi yang dibicarakan dan
mengenal satu sama lain, ia akan menjadi lebih berani dan lebih bersedia memikul
risiko yang lebih besar.
(2) Anggapan bahwa orang yang berani mengambil risiko akan lebih dikagumi dan
dianggap oleh kelompok sebagai pemimpin. Karena orang semacam itu biasanya juga lebih dominan di dalam diskusi kelompok, ia berpengaruh terhadap anggota lain
dalam memilih alternatif yang lebih berisiko.
(3) Anggapan bahwa dalam masyarakat sekarang, risiko yang moderat memiliki nilai
bu-daya yang lebih kuat dibandingkan dengan konservatisme dan bahwa orang yang
ber-sedia menanggung risiko dikagumi oleh orang lain.
(4) Anggapan bahwa keputusan yang diambil oleh grup membebaskan individu dari
tanggungjawab langsung atas pilihan akhir yang dilakukan oleh grup. Jika keputusan
gagal, tidak ada satu pun individu yang dapat dimintai tanggungjawab penuh.
Gejala berpikir kelompok dan penggeseran risiko akan mempengaruhi mutu keputusan
yang dibuat, jika dua gejala tersebut tidak disadari dan dikendalikan dengan baik. Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengendalikan timbulnya gejala tersebut
adalah pemilihan secara seksama anggota tim atas dasar sikap mereka terhadap risiko.

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
65
Kelompok pengambil keputusan harus selalu terdiri dari campuran orang-orang yang
kon-servatif dan orang-orang yang berani mengambil risiko moderat untuk
mengendalikan kandungan risiko dalam keputusan yang diambil.
3. KEPRIBADIAN DAN GAYA KOGNITIF DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Karena oranglah yang mengambil keputusan, maka untuk memahami mengapa suatu
keputusan diambil oleh seseorang, perlu dipahami dampak kepribadian dan gaya kognitif
orang dalam pengambilan keputusan. Kepribadian adalah sikap atau keyakinan individu,
sedangkan kognitif adalah cara atau metode yang digunakan oleh sesorang dalam menerima, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.
Menurut kepribdian dan gaya kognitifnya, orang dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : (1) kelompok yang dapat menerima keragu-raguan, dan (2) kelompok
yang tidak mudah menerima keragu-raguan. Seberapa besar kesediaan sesorang dalam
mene-rima keragu-raguan ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut merasa terancam
de-ngan adanya keraguan yang dihadapinya dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana keraguan tersebut berdampak terhadap kepercayaan dirinya dalam mengambil
keputusan.
Orang yang tidak dapat menerima keragu-raguan akan kurang yakin dalam pengambilan
keputusan dan akan mencari lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusannya
dibandingkan dengan orang yang dapat menerima keragu-raguan. tetapi, orang yang tidak
dapat menerima keragu-raguan kemungkinan akan mengurangi persepsinya mengenai ketidakpastian, yang menyebabkan ia mengabaikan ketidakpastian tersebut, sehingga akhirnya bertindak seolah-olah sesuatu yang meragukan tersebut dianggap pasti. Sebagai akibatnya, justru orang yang tidak dapat menerima keragu-raguan ini memperlihatkan keyakinan diri yang tinggi dan hanya memerlukan lebih sedikit informasi dibandingkan
dengan orang yang dapat menerima keragu-raguan.
4. PERAN INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Hopewood (1989) mengemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi berperan untuk : (1) merangsang manajemen di dalam menyadari dan mendefinisikan masalah; (2) memisahkan alternatif tindakan yang satu dengan alternatif tindakan
yang lain; (3) menjelaskan konsekuensi berbegaia alternatif tindakan yang akan dipilih;

66
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
dan (4) membantu menganalisis dan menilai berbagai alternatif tindakan yang akan dipilih.
Informasi Akuntansi sebagai Perangsang Pendefinisian Masalah
Informasi akuntansi dapat berfungsi sebagai perangsang untuk menyadari adanya
masalah dengan cara penyajian penyimpangan kinerja sesungguhnya dengan sasaran
yang dite-tapkan dalam anggaran atau dengan memberitahukan kepada manajer bahwa
mereka gagal dalam pencapaian keluaran atau sasaran laba yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Apakah rangsangan dari informasi akuntansi tersebut benar-benar memicu ke arah penyelesaian masalah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain : (a) apakah lingkungan
intern maupun ekstern memungkinkan manajemen untuk cepat bereaksi; (b) kemampuan
manajer dalam mengorganisasi dan menggunakan informasi akuntansi tersebut serta preferensi pribadi mereka terhadap informasi kuantitatif atau kualitatif; (c) ukuran
perusahaan dan tingkat desentralisasi di dalamnya; dan (4) tersedianya data industri
sebagai pemban-ding.
Dampak Informasi Akuntansi dalam Pemilihan Keputusan
Bobot yang diberikan oleh pengambil keputusan atas informasi akuntansi dalam pemilihan akhir tergantung atas : (1) seberapa jauh informasi akuntansi dirasakan mampu
mengu-rangi sebagian ketidakpastian yang melingkupi proses pengambilan keputusan;
(2) per-mintaan dan persaingan atas produk atau jasa; (3) tingkat kepelitian informasi
akuntansi yang direkayasa oleh manajemen; (4) lingkup keputusan yang diambil : jangka
pendek atau jangka panjang; (5) preferensi pengambil keputusan; dan (6) kemampuan
akuntansi dalam mengukur biaya kesempatan (opportunity costs).
Tidak semua manajer menggunakan informasi akuntansi dalam menganalisis
profitabilitas atau perlunya alternatif tindakan yang satu dibandingkan dengan yang lain.
Bobot yang diberikan pada informasi akuntansi dirasakan akan mengurangi
ketidakpastian yang me-lingkupi proses pengambilan keputusan. Jika tingkat
ketidakpastian sangat tinggi serta in-formasi non-akuntansi dan informasi eksternal yang
relevan sulit diperoleh atau mahal harganya, manajemen kemungkinan akan
menggunakan informasi akuntansi sebagai peng-ganti, karena secara sederhana,
informasi tersebut tersedia dan memberikan cara untuk mengurangi ketidakpastian.
Dua unsur lain yang mempengaruhi bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi
ada-lah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang mengahadapi persaingan yang
ringan dan permintaan atas produknya tidak elastik, akan lebih tergantung pada informasi

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
67
biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya dalam pengambilan keputusan mengenai
harga jual produknya dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi dalam pasar yang
kompe-titif.
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan final
juga tergantung pada tingkat ketelitian yang dilekatkan oleh manajemen atas informasi
akuntansi. Semakin mendesak keperluan untuk mengambil keputusan, penekanan lebih
di-letakkan atas infromasi akuntansi yang lebih mudah tersedia. Informasi akuntansi
memain-kan peranan penting dalam pengambilan keputusan jangka pendek dibandingkan
keputus-an yang mempunyai konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi
hanya ber-sangkutan dengan biaya dan pendapatan operasi kini. Lebih lanjut, pengambil
keputusan kelihatannya menyukai informasi eksternal bilamana sudah tersedia dan lebih
murah di-bandingkan dengan informasi akuntansi yang dibuat secara intern.
Fakta lain yang mengurangi dampak informasi akuntansi adalah ketidakmampuan akuntansi untuk mengukur biaya kesempatan (opportunity cost). Akuntansi melaporkan biaya
masa lalu, sedangkan biaya kesempatan merupakan pengorbanan. Informasi akuntansi
da-pat merupakan titik awal untuk menaksir biaya kesempatan. Oleh sebab itu, tidaklah
mengherankan bahwa dalam situasi yang didalamnya biaya kesempatan sangat penting,
informasi akuntansi akan berperan kecil dalam pengambilan keputusan akhir.
Hipotesis Perilaku tentang Dampak Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi hanya merupakan salah satu masukan yang diperhitungkan dalam
mo-del pengambilan keputusan. Masukan yang digunakan oleh pengambil keputusan
dapat bersifat keuangan, non-keuangan, atau bahkan non-kuantitatif. Pengambil
keputusanlah yang menentukan apakah masukan tertentu relevan atau tidak relevan
dalam model kepu-tusan yang dipakai. Hanya jika pengambil keputusan memiliki
persepsi bahwa informasi akuntansi adalah relevan bagi keputusan yang akan diambil,
informasi akuntansi akan berdampak terhadap hasil keputusannya.
Apakah informasi akuntansi dimasukkan sebagai input ke dalam model pengambilan keputusan yang digunakan oleh pengambil keputusan, ditentukan oleh berbagai faktor berikut :
(a) Informasi akuntansi dianggap relevan dengan tipe keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan.
(b) Relevansi informasi akuntansi sangat ditentukan oleh persepsi pengambil keputusan
terhadap akuntansi :
 Apakah informasi akuntansi dianggap mencerminkan sesuatu dengan teliti dan
te-pat ?

68
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
 Apakah informasi akuntansi merupakan sasaran yang harus dicapai untuk mendapatkan penghargaan, atau jika tidak tercapai sasaran, seseorang akan
mendapatkan hukuman?
(c) Tipe pengambil keputusan.
 Pengambil keputusan berasal dari intern perusahaan yang mengambil keputusan
mengenai operasi dan sistem akuntansi yang digunakan untuk mengambil keputusan.
 Pengambil keputusan berasal dari intern perusahaan yang mengambil keputusan
operasi saja.
 Pengambil keputusan berasal dari luar perusahaan yang tidak memiliki pengendalian langsung terhadap operasi maupun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
5. PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN
Whitten et.al (1989) mendefinisikan kebijakan (policy) sebagai serangkaian aturan yang
memberikan pedoman bagi kegiatan untuk mencapai sasaran. Sebagai contoh, setiap
peru-sahaan mempunyai kebijakan kredit yang memberikan pedoman bagi kegiatan
penentuan pemberian kredit kepada pelanggan perusahaan.
Karena luasnya ruang lingkup kebijakan perusahaan, maka tidaklah mungkin informasi
akuntansi manajemen selalu memiliki pengaruh terhadap perumusan kebijakan
perusahaan tersebut. Sebagi contoh, kebijakan perusahaan dalam bidang personalia,
penanaman citra perusahaan, pangsa pasar, dan mutu produk, adalah kebijakan
perusahaan yang jauh kait-annya dengan informasi akuntansi manajemen.
Untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh informasi akuntansi manajemen dalam
perumusan kebijakan perusahaan, berikut akan diuraikan proses penyusunan anggaran
yang di dalamnya terjadi berbagai perumusan kebijakan menyeluruh perusahaan dan pengaruh informasi akuntansi manajemen dalam proses penyusunan anggaran tersebut.
Dalam penyusunan anggaran, manajemen merumuskan berbagai kebijakan untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pencapaian sasaran anggaran. Karena sasaran
anggaran hanya dapat dicapai dengan pengorbanan berbagai sumber daya, yang dinilai
da-lam satuan uang, maka informasi akuntansi manajemen memerankan posisi penting
dalam alokasi sumber daya kepada manajer yang diberi tanggungjawab untuk mencapai
sasaran perusahaan.

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
69
6. PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGARUH INFORMASI
AKUNTANSI MANAJEMEN
Anthony et.al (1989) menyebutkan bahwa proses penyusunan anggaran dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut : (1) penetapan sasaran; (2) implementasi; dan (3) pengendalian dan evaluasi kinerja.
Proses penyusunan anggaran didahului dengan penetapan tujuan (objectives) oleh manajemen puncak dan penetapan strategi untuk mencapainya. Tujuan merupakan hasil yang
diinginkan untuk dicapai, sedangkan strategi adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan merupakan pernyataan umum mengenai apa yang ingin dicapai oleh organisasi.
Sebagai contoh, keinginan perusahaan untuk memaksimumkan laba, meminimumkan biaya, memperluas pangsa pasar, dan sebagainya. Penetapan tujuan dan strategi untuk
menca-painya dilaksanakan dalam proses penyusunan program (program).
Penetapan Sasaran
Tujuan perusahaan dirinci lebih lanjut ke dalam sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer tertentu dalam proses penyusunan anggaran. Sasaran adalah
tar-get tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Untuk tujuan memaksimumkan
laba misalnya, ditetapkan berbagai target seperti pengurangan biaya produksi sebesar
15% sampai dengan 30 September tahun anggaran yang akan datang, dan target
penambahan volume penjualan sebesar 10% sampai bulan Oktober tahun anggaran yang
akan datang. Oleh karena itu penyusunan anggaran pada hakikatnya merupakan goalsetting process dan sekaligus merupakan role-setting process. Untuk dapat memerankan
pencapaian sa-saran yang ditetapkan dalam penyusunan anggaran, manajer yang diberi
tanggungjawab memerlukan sumber daya (seperti uang, sumber daya manusis, barang
modal). Oleh ka-rena itu, proses penyusunan anggaran terdiri dari kegiatan alokasi
sumber daya kepada para manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran tertentu.
Alokasi sumber daya da-lam proses penyusunan anggaran perlu diukur dengan satuan
moneter standar dengan menggunakan ukuran akuntansi.
Informasi akuntansi manajemen, menurut Thomas (1989), berperan dalam tahap penetapan sasaran sebagai alat pengirim peran (role sending device). Seperti telah diuraikan di
atas, proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran
para manajer dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah dirumuskan. Untuk dapat
melaksana-kan perannya masing-masing, proses penyusunan anggaran mengalokasikan
sumber daya kepada manajer yang diberi peran, agar para manajer menjadi jelas peran
yang dipikulnya dalam mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Karena
alokasi sumber daya menggunakan ukuran akuntansi, maka informasi akuntansi
manajemen dalam tahap penetapan sasaran berperan sebagai alat pengirim peran yang

70
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
sekaligus merupakan alat untuk mempertegas peran yang disandang oleh para manajer
dalam mencapai sasaran ang-garan.
Tahap Implementasi
Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang bertanggung-jawab atas percapaian
sasaran tersebut, serta dialokasikan sumber daya kepada manajer yang diberi peran untuk
mencapai sasaran anggaran, fungsi anggaran dalam perusahaan kemudian mengkonsolidasikannya ke dalam suatu anggaran komprehensif yang formal untuk disahkan oleh direksi dan pemegang saham. Anggaran yang telah disahkan kemudian berfungsi sebagai
ce-tak biru (blue print) berbagai tindakan yang akan dilaksanakan oleh para manajer
perusa-haan selama tahun anggaran. Anggaran kemudian diimplementasikan melalui
komunikasi kepada para manajer perusahaan, yang memberi informasi kepada mereka
tentang harapan manajemen puncak, alokasi sumber daya, kuota produksi, dan batas
waktu.
Untuk melaksanakan anggaran, semua karyawan harus belajar melihat anggaran sebagai
sarana yang positif untuk melaksanakan tindakan organisasi dan sebagai sarana
perbaikan, bukan sebagai beban atau senjata manajemen untuk menekan karyawan.
Mereka harus be-lajar memahami anggaran sebagai alat manajemen untuk merencanakan
dan mengendali-kan kegiatan organisasi. Tanpa pemahaman ini, meskipun anggaran
disusun dengan proses penyusunan yang secara teknis canggih, kemungkinan akan
menjadi pengeruk dana peru-sahaan dan akan gagal dalam memperbaiki efisiensi operasi
perusahaan. Tahap implemen-tasi anggaran dilaksanakan melalui dua kegiatan penting,
yaitu : (1) komunikasi anggaran serta (2) kerjasama dan koordinasi.
Komunikasi
Anggaran.
Manajer
anggaran
bertanggung-jawab
untuk
mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada para manajer jenjang
menengah dan bawah. Banyak masalah komunikasi yang kompleks kemungkinan timbul
dalam “menjual” anggaran ke bawah, karena pesan yang tercantum dalam anggaran harus
dipahami oleh manajer yang memiliki berbagai latar belakang dan pelatihan yang
berlainan, serta yang bekerja di ber-bagai jenjang yang berbeda. Untuk mengurangi
masalah potensial yang kemungkinan timbul dalam komunikasi anggaran, manajer
anggaran harus menterjemahkan sasaran or-ganisasi secara keseluruhan ke dalam
berbagai subsasaran bagi masing-masing subunit organisasi yang mudah dipahami.
Subsasaran dapat dikomunikasikan paling efeltif jika dijelaskan secara pribadi dan
disertai dengan pedoman tertulis atau diskusi lanjutan yang bersifat tidak resmi dengan
pimpinan subunit organisasi. Manajer subunit harus diberi tahu mengenai asumsi yang
digunakan dalam mengalokasikan biaya, menetapkan prioritas pemasaran, harapan
ekonomi, dan masalah lain yang diperkirakan akan terjadi. Dengan singkat, komunikasi
anggaran dimaksudkan untuk memperoleh kepercayaan dari manajer tingkat menengah

Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
71
dan bawah. Informasi akuntansi manajemen bermanfaat untuk menje-laskan sasaran yang
bersifat ekonomi kepada manajer bawah dengan memberikan gam-baran ukuran ekonomi
sasaran yang harus dicapai oleh manajer tertentu dan nilai sumber daya yang disediakan
bagi manajer tersebut untuk mencapai sasaran yang tercantum di dalam anggarannya.
Informasi akuntansi manajemen juga memberitahu manajer mengenai ukuran kontribusi
manajer tertentu dalam mencapai sasaran perusahaan secara keselu-ruhan.
Kerjasama dan Koordinasi. Implementasi anggaran yang berhasil memerlukan
kerjasama orang yang memiliki berbagai macam ketrampilan dan bakat. Setiap dimensi
rencana yang tercantum dalam anggaran harus dijelaskan secara hati-hati kepada manajer
yang bertang-gung-jawab atas pelaksanaannya agar berkembang dalam dirinya rasa
keterlibatan mereka dan pentingnya mereka dalam konteks anggaran secara keseluruhan.
Hal ini sekaligus memperlihatkan tugas-tugas yang terkait satu sama lain yang
membentuk keseluruhan kegiatan organisasi dan menunjukkan peran yang dimainkan
oleh masing-masing subunit.
Koordinasi merupakan seni penggabungan secara efektif semua sumberdaya organisasi.
dari sudut perilaku, koordinasi merupakan penggabungan bakat dan kekuatan setiap anggota organisasi dan pengarahan mereka ke usaha pencapaian sasaran yang sama. Agar
ko-ordinasi berhasil, manajer anggaran harys dengan berhasil mengkomunikasikan
bagaimana pekerjaan masing-masing memberikan kontribusi terhadap pencapaian
sasaran organisasi. Lebih lanjut, manajer anggaran harus menunjukkan departemen mana
yang bertanggung-jawab atas aspek pekerjaan tertentu yang harus dikerjakan, individu
mana dalam departe-men yang bertanggung-jawab, dan di mana orang dapat memperoleh
bantuan.
Dengan demikian, agar komunikasi dan kerjasama berhasil, diperlukan pengetahuan mengenai struktur organisasi. Untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, orang harus mengetahui peran yang harus dimainkan oleh orang lain, baik dalam organisasi formal maupun
informal.
Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja
Sasaran anggaran tidak akan tercapai tanpa pemantauan secara terus menerus kemajuan
karyawan dalam mencapai sasaran mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi
kinerja, kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang tercatum dalam anggaran, untuk menunjukkan bidang masalah dalam organisasi dan menyarankan tindakan
pem-betulan yang memadai bagi kinerja yang berada di bawah standar.
Informasi akuntansi manajemen berperan untuk menyajikan umpan balik bagi para manajer yang bertanggung-jawab dalam mengkonsumsi sumber daya untuk mencapai sasaran

72
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 61-73
yang tercantum dalam anggaran mereka. Informasi akuntansi manajemen
mengkomunika-sikan skor yang diperoleh oleh manajer dalam mencapai sasaran
anggaran, sehingga mam-pu menaikkan moral mereka, karena umpan balik kinerja secara
periodik akan memicu perasaan subjektif mengenai keberhasilan dan kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. 1984. Management Control
Systems, 5th Edition. Homewood Illinois : Richard D. Irwin, Inc.
Hopewood, Antony. “Accounting and Human Behavioral” dalam Gary Siegel dan Helene
Ramanaukas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting. Cicinnati, Ohio : South Western
Publishing Co.
Mulyadi. 1992. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta :
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 1998. Total Quality Management : Prinsip Manajemen Kontemporer Untuk
Mengarungi Lingkungan Bisnis Global. Edisi ke-1. Yogyakarta : Aditya Media.
Siegel, Gary dan Helene Ramanaukas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting. Cicinnati,
Ohio : South Western Publishing Co.
Thomas, William E., 1989. Reading in Cost Accounting, Bugeting, and Control. Fifth
Edition. Cicinnati, Ohio : South Western Publishing Co.
Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley, dan Victor M Barlow. 1989. Systems Analysys
and Design Methods. Second Edition. Homewood Illinois : Richard D. Irwin. Inc.


Peranan Informasi Akuntansi Manajemen (Akhmad Riduwan)
73
Download