1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki tingkat aktifitas kegempaan dan gunungapi yang cukup tinggi karena berada pada zona subduksi (subduction zone) di bagian barat Sumatera. Zona subduksi (subduction zone) Sumatera ditimbulkan oleh interaksi dua lempeng. Lempeng Indo-Australia (Lempeng Samudera) menumbuk dan menyusup ke bawah Lempeng Eurasia (Lempeng Benua), akibatnya bagian barat Pulau Sumatera terangkat dan bagian timur relatif turun dan deretan Pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik ditengahnya serta terdapat Sesar Besar Sumatera yang membelah Pulau Sumatera dari Aceh hingga Lampung. Zona subduksi tersebut terus aktif dan mengalami pergeseran setiap tahun. Adanya zona subduksi yang terus bergerak dan aktifitas Sesar Besar Sumatera menjadi pemicu beberapa gempa yang sering terjadi. Provinsi Bengkulu terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Bengkulu memiliki perbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat pada bagian utaranya, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, dan sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung. Sedangkan sebelah baratnya memiliki perbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Bengkulu merupakan daerah rawan akan terjadinya gempabumi. Hal ini dikarenakan Bengkulu selalu dipengaruhi pergerakan lempeng Indo-Australia dan Lempeng Asia yang saling bertumbukan. Tumbukan pergerakan lempeng tersebut mengakibatkan terdapatnya Penggunungan Bukit Barisan dan Sesar Besar Sumatera yang terbagi dalam beberapa Segmen Sesar disepanjang Bengkulu. Data historis kejadian aktifitas Sesar Besar Sumatera menunjukkan adanya beberapa gempa besar pernah terjadi (Gambar 1.1). 1 2 Bengkulu Gambar 1.1 Sebaran gempa Bengkulu (Sieh, 2013) Wilayah Bengkulu-Mentawai sudah sejak lama memiliki potensi kegempaan yang cukup tinggi berdasarkan catatan sejarah gempabumi yang pernah terjadi pada tahun 1997, 1833 dan 1861. Terlihat pada gambar 1.1 tahun 2007 (9/07) terjadi gempa berskala 8.4 scala richter di pantai barat Bengkulu. Sebelumnya pada tahun 2000 juga pernah terjadi gempa berskala 7.9 Scala Richter di Pulau Enggano. Tidak hanya terjadi di laut, gempa besar juga pernah terjadi di pesisir pantai Bengkulu disekitar daerah Manna dan Lais. Segemen Sesar yang terdapat di Bengkulu juga menjadi pemicu terjadinya aktifitas tektonik. Menurut Natawijaya dan Sieh (2000) Bengkulu memiliki beberapa segmen diantaranya Segmen Manna yang memiliki panjang 85 km terletak pada latitude 4.35oS – 3.8o S. Gempabumi berskala 3 besar pernah terjadi di segmen ini pada tahun 1893. Bagian timur patahan terdapat gunung – gunung, berhubungan dengan folds dan thrusts. Kedalaman benioff zone berkisar antara 120 km. Segmen Musi memiliki panjang 70 km terletak pada latitude 3.65oS-3.25oS. Gempabumi skala besar pernah terjadi pada tanggal 15 Desember 1979 dengan magnitude 6.6 SR terletak di Kepahiang dengan Latitude 3.6oS. Pada segmen ini terdapat lembah dan stratovolcano aktif dari Gunung Bukit Kaba dengan kedalaman benioff zone pada daerah ini berkisar 115 km. Segmen Ketaun terletak antara 3.35oS – 2.75oS memiliki panjang 85 km. Gempabumi besar pernah terjadi pada tahun 1943 dengan magnitude 7.3 SR dan tahun 1952 dengan magnitude 6.8 SR. Geomorfolgi segmen ini terdapatnya lembah dan gunungapi Kaba (Natawijaya dan sieh, 2000). Keaktifan dari tektonik yang sering terjadi baik skala kecil dan besar ini membuat penulis ingin membuat model struktur anomali kecepatan di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan tomografi seismik. Tomografi seismik merupakan teknik pencitraan struktur bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan data waktu penjalaran gelombang dari sumber (Source) ke penerima (receiver) dengan mengunakan sumber data waktu rambat gelombang seismik berupa rekaman kejadian gempa. Hasil yang diperoleh dengan tomografi seismik merupakan model struktur bawah permukaan 3D berupa analisa kecepatan gelombang P dan kecepatan gelombang S. Model anomali 3D nantinya diharapkan dapat mengidentifikasi struktur bawah permukaan di sekitar Provinsi Bengkulu. Pada penelitian ini penulis memakai program LOTOS-12 (Local Tomography Software) yang telah dikembangkan oleh Koulakov (2012). Program ini digunakan karena sudah memiliki optimalisasi kecepatan 1D yang lebih akurat dan algoritma yang lebih efektif pada model 3D. 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana model variasi anomali kecepatan gelombang P (Vp) dan anomali kecepatan gelombang S (Vs) di bawah Provinsi Bengkulu ? 2. Bagaimana struktur bawah permukaan di Provinsi Bengkulu berdasarkan kecepatan gelombang P (Vp) dan kecepatan gelombang S (Vs) ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memodelkan variasi anomali kecepatan gelombang P (Vp), anomali kecepatan gelombang S (Vs). 2. Mengetahui struktur bawah permukaan di Provinsi Bengkulu. 1.4 Batasan Masalah Penelitian 1. Daerah penelitian ini dibatasi pada Provinsi Bengkulu terletak antara 101001’ sampai 103041’ BT dan 2016’sampai 3031’ LS. 2. Penelitian ini menggunakan struktur model kecepatan 1D yang pernah diteliti di Toba (Koulakov dkk., 2009). 3. Tomografi seismik yang digunakan adalah tomografi waktu tunda (Delay Time Tomography) berdasarkan kecepatan gelombang P (Vp) dan kecepatan gelombang S (Vs). 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi dan gambaran struktur bawah permukaan di Bengkulu serta bisa dijadikan sebagai referensi penelitian yang akan datang untuk mempelajari lebih detail mengenai studi permodelan struktur bawah permukaan