Syarif Syamsuddin. Stutii Tentang Densitas Ilmn Pelagis deng;~nSistem Akustik Bim Tecbagi dan Ilubungan Faktor Oseanografis di Selat Sunda. Dibawah bin~binganDr. 11.. Bonar P. Fasaribu, M.Sc, Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Se, dan Dr. Ir. Chandra Nainggolan, M.Sc. Pernanfaatan surnberdaya ikan dapat dilakukan secara optimal apabila data keberadaan sun~berdaya ikan diketahui secara akurat sehingga langkah-langkah kebi.jakan eksploitasi dapat dilakukan dengan tepat agar tidak rnembahayakan kelestarian surnberdaya ikan. Keseimbangan antara ketersediaan sumberdaya ikan (siock) dengan upaya penangkapannya (cflort) adalah aspek penting yang harus diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan upa)ia-upaya eksplorasi sumberdaya ikan yang berlangsung secara berkesinambungan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telah berkernbang pula berbagai peralatan dan lnetoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan infonnasi tentang sumberdaya ikan. Salah satu jenis IPTEK untuk keperluan tersebut adalah penentuan keberadaan slunberdaya ikan dengan metoda hidroakustik. Pendugaan kelirnpahan ikan dengan metode hidroakustik merniliki beberapa keunggulan koinparatir seperti estiinasi stok dapat dilakukan secara langsung, merniliki akurasi dan ketepatan yang tinggi, pendugaan terhadap daerah yang luas dengan waltu yang relatif singkat, pemrosesau data dapat dilakukan secara in-.ritzi dan real ri~tzeserta karena lnenggunakan gelombang suara maka metode ini tidak berbahaya bagi kelestarian su~nberdayadan lingkungannya. Faktor oseanografi yang paling berpengaruh terhadap keberadaan surnberdaya ikan adalah faktor suhu dan salinitas. Kedua faktor ini nienarik un'iuk dicennati karena kedua faktor ini relatif mudah diambil datanya untuk diamati, dengan de~nikianpenekanan telaahan terhadap kedua faktor ini pada gilirannya akau dapat dijadikan pedoman dalam aplikasi di bidang eksploitasi sumberdaya ikan, khususnya pcrikanan komersil. J'enelitian ini dilakukan pada bulan Maret 1998 di perairan Selat Sunda dengan tujuan: (1) Menduga densitas ikan di Selat Sunda dengan sisteni akustik birn terbagi, (2) Pernetaan distribusi vertikal densitas ikan berdasal-kan stratifikasi vertikal &an (3) Mengamati hubungan densitas dengan keadaan faktor oseanografis. Peralatan akustik yang digunakan adalah I'orluhle Scientrfic Eclio Sountler SIMIUU 1i'Y 500 dengan transduser sislem bim terbagi (terdiri dari empat kwadran) yang dilengkapi dengan eclzo iritegrator. Peralatan ini dioperasikan dengan menggunakan perangkat komputer sehingga seluruh perintah dan akuisisi data dikendalikan rnelalui key board. Pe~nrosesandata dikembangkan dengan Lindetiz data acquisitiotz. Perhitungan distribusi larget srrerzgrh diperoleh dari data biin tunggal, echo tersimpan dalarn,fi/c disk yang dapat ditainpilkan pada layar monitor dan printer otz line monitoring eclzogram dapat dilakukan lnelalui serial interface . Sedangkan Peralatan oseanografi yang digunakan adalah CTD (Cot~ductivi/y li.r?pemture and Deptlz) Seabird. Cruise rrack yang digunakan adalah Systenzotic parallel transect denban spasi atau jarak antar leg 6 mil dan panjang trek yang bervariasi sesuai dengan kondisi daerah penelitian. Stratifikasi vetikal yang didasarkan pada sebaran vertikal isolernz lnenunjukkan pernbagian daerah vertikal yang dapat digolongkan dalarn 3 lapisan yaitu lapisan permukaan, lapisan termoklin, dan lapisan dalam. Lapisan permukaan mempunyai range suhu 2" C (30,Z0 C - 28, 2" C) yang terletak dalarn kisaran kedalainan 35 sarnpai 50 meter dari permukaan laut. Pengamatan terhadap sebaran kerapatan isolemi lnenunjukkan bahwa ketebalan lapisan termoklin dibatasi oleh isolerm 28,Z0 C dan 21,4" C. ICerapatan isolerrn di lapisan termoklin bervariasi pada dua leg terluar yang diduga terjadi karena keadaan topografi dasar laut yang menunjukkan adanya penaikan dasar laut yang bei-tahap dari kedalarnan 10003 200, 100 dan 50 meter sehingga mempengaruhi gerakan lnassa air. Pertambahan nilai salinitas dengan adanya pet.talnbahan kedalaman akan berhenti pada nilai salinitas 35,2 "I,,,untuk selanjutnya bernilai relatif konstan untuk perta~nbahankedalalnan berikutnya. Pada uinumnya di selnua stasiun pengamatan yang diambil di bagian perairan dalaru ini inenunjukkan nilai maksirnum salinitas adalah setelah berada pada kedalarnan antara 55 sarnpai dengan 90 in. Suatu ha1 yang menarik adalah fenomena yang ditampilkan isohalin pang terbentang diantara stasiun 67 dan 68 yang Inenampilkan adanya massa air bersalinitas lebih rendah dari sekelilingnya yang terdapat pada kedalaman sekitar 60 meter dan kedalaman sekitar 120 meter. Lapisan pennukaan inenunjukkan konsentrasi ikan dengan nilai densitas 58923 ikan / I000 m3 yang dideteksi di daerah perairan bagian Barat pulau-pulau Krakatau. Konsentrasi ikan juga ditemukan di bagian Barat pang terletak batas luar Selat. Pada lapisan termoklin rata-rata kepadatan ikan bemilai 8 - 21 dengan sebaran yang nampak lebih merata dalam kolom perairan, kecuali pada leg 12 bagian Barat yang memiliki densitas 2007. Hasil deteksi akustik di lapisan termoklin menunjulckan hanya daerah ini yang meiniliki kepadatan yang jauh lebih tinggi dari daerah lain di lapisan ini. Lapisan dalam menunjukkan nilai densitas yang umumnya lebih padat dan inerata dibandingkan dengan dua lapisan diatasnya. Densitas terendah di lapisan ini adalah 56 dan tertinggi 385. Dua ESDU dari 33 ESDU yang terletak di laut dalam menunjukkan sebaran nilai yang berbeda dengan ESDU lainnya yaitu ESDU 66 dengan nilai densitas 107 di lapisan permukaan, 2007 dilapisan termoklin, 304 di lapisan dalain dan ESDU 47 dengan nilai densitas 1 di lapisan permukaan, 128 di lapisan tennoklin, 385 dilapisan dalam. ESDU 66 rnelintasi posisi di mana terdapat penonjolan dasar laut ke arah permukaan yang cukup tinggi pada posisi 6' 10' LS - 104" 57' BT dengan tinggi 955 meter diukur dari garis isodepfh yang terletak di sebelah Selatannya. Puncak dari penonjolan dasar laut ini terdeteksi pada kedalaman 46 meter di bawah perinulcaan laut. ESDU 47 melintas sekilal- satu nil di sebelah selatan suatu penonjolan serupa dengan ESUU 66 pada posisi 5" 58'1,s - 104" 52'KI' dengan tinggi sekitar 900 meter dengan puncak 94 meter di bawah permukaan laut. ukuran ikan yang variasinya Data target streizgth ikan tunggal menu~~jukltan berbeda pada setiap lapisan perairan. Pada lapisan perrnukaan kisaran panjang ikan antara - 50 sampai - 38 dB (7,9 - 31,6 cn?) dengan komposisi ikan tunggal yang sernakin sedikit pada ikan bemkuran lebih besar. Pada lapisan ter~noklinsemua ukuran ikan menunjultkan ikan tunggal sedikit yang jumlahnya, ha1 ini diduga hanya spesies tertentu saja yang tahan hidup di lapisan ini karena range suitu yang tinggi. Pada lapisan dalam ukuran ikan tunggal sangat bervariasi. Pada lapisan ini terdeteksi ikan dengan ukuran panjang mencapai 177,8 cm (- 23 dB). Pada lapisan dalam kondisi oseanografis relatif stabil yang diduga memberikan lingkungan yang baik bagi berbagai jenis dan ukuran ikan. Jika diamati lebih jauh kepadatan densitas berada tidak tepat berada pada titik massa air bersalinitas lebih rendah tersebut tetapi konsentrasi ikan justru berada pada daerah margin yang merupakan pertemuan ()?on[) dari massa air yang berbeda. Banyak penelitian yang telah mengungkapkan bahwa daerahponr merupakan daerah yang subur bagi kehidupan ikan. Hal ini karena daerah pant merupakan daerah pertemuan rnassa air yang menyebabkan terdistribusinya zat zat hara sebagai makanan utama jenis jenis plankton yang merupakan makanan ikan.