1 EFEKTIVITAS YOGHURT SARI JAGUNG MANIS

advertisement
EFEKTIVITAS YOGHURT SARI JAGUNG MANIS
(Zea mays saccharata Sturt.) SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN
FUNGSIONAL UNTUK MENGATASI HIPERKOLESTEROLEMIA
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
FARIDA ARI NURUL WAHYUNI
NIM 11.015
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
JULI 2014
1
2
EFEKTIVITAS YOGHURT SARI JAGUNG MANIS
(Zea mays saccharata Sturt.) SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN
FUNGSIONAL UNTUK MENGATASI HIPERKOLESTEROLEMIA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Kepada
Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program DIII
Bidang Farmasi
OLEH
FARIDA ARI NURUL WAHYUNI
NIM 11.015
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
JULI 2014
3
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Karya Tulis Ilmiah telah selesai dikerjakan. Karya Tulis Ilmiah ini
kupersembahkan kepada :

Terima kasih kepada keluarga yang tercinta, Bapak dan Ibuku
yang selalu memberikan motivasi dan doa yang tak pernah putus.
Untuk kedua kakakku yang selalu membantu dan memberikan
support dalam keadaan apapun.

Terima kasih untuk dosen pembimbing Ibu Fitri Eka Lestari yang
sabar membimbing dalam peyusunan karya tulis ini.

Teman-temanku terima kasih sudah membantuku dalam keadaan
susauh maupun senang.

Terima kasih untuk sahabat seperjuanganku yang tercinta Yunita
Cesarizka dan Siti Nur Khasanah yang selalu membantu,
mensupport, selalu memberikan saran kritik dan tak sering kita
berdebat karena masalah sepele aja, serta selalu tak repotkan
dalam keadaan apapun. Semoga Allah akan membalas semua
kebaikan dan doa kalian. Loving You All As Always.
4
ABSTRAK
Wahyuni, Farida Ari Nurul. 2014. Efektivitas Yoghurt Sari Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt.) Sebagai Alternatif Pangan Fungsional Untuk
Mengatasi Hiperkolesterolemia. Akademi Analis Farmasi Dan
Makanan Putra Indoensia Malang. Pembimbing Fitri Eka Lestari, S.Gz
Kata kunci : Hiperkolesterolemia, Stater Caspian, Yoghurt Sari Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt.)
Hiperkolesterolemia merupakan kondisi yang terjadi karena adanya peningkatan
produksi LDL dalam darah yang disebabkan oleh faktor gaya hidup dan genetik.
Kondisi tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan penyakit degeneratif terutama
penyakit kardiovaskuler, misalnya penyakit jantung koroner dan stroke. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol darah selain
dengan obat-obatan, yaitu penggunaan bakteri asam laktat sebagai probiotik.
Probiotik dapat disuplementasikan dalam sari jagung manis menjadi produk
yoghurt sari jagung manis. Tujuan penelitian adalah mengetahui mutu fisik
yoghurt sari jagung manis dan mengetahui dosis efektif yoghurt sari jagung manis
yang mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus
wistar. Penelitian dilakukan menggunakan metode pemberian yoghurt sari jagung
manis dengan 3 variasi dosis yaitu dosis 1ml, 1,5 ml, dan 2,3 ml per hari secara in
vivo yang diberikan melalui sonde. Untuk analisa data menggunakan one way
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc tukey. Hasil uji mutu fisik yoghurt
sari jagung manis yaitu dihasilkan aroma khas yoghurt, rasa rasa jagung sedikit
asam, tekstur semi padat, dan viskositas 100 cp. Dapat disimpulkan bahwa dosis
yang paling efektif dapat menurunkan kadar kolesterol darah yaitu dosis 1,5ml per
hari dengan p<0,05. Untuk penelitian selanjutnya perlu penambahan bahan
penstabil agar yoghurt yang dihasilkan mempunyai konsistensi yang tetap baik.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “ Efektivitas Yoghurt Sari Jagung Manis (Zea mays sacharata) Sebagai
Alternatif Pangan Fungsional Untuk Mengatasi Hiperkolesterolemia” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan program DIII bidang farmasi di Akademi Analis Farmasi
Dan Makanan Putra Indonesia Malang.
Sehubungan dengan terselesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, saya
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak, antara lain :
1. Ibu Ayu Ristamaya Yusuf, A.Md,ST selaku direktur Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.
2. Ibu Fitri Eka Lestari, S.Gz selaku dosen pembimbing.
3. Ibu Dra. Wahyu Wuryandari, M.Pd selaku dosen penguji.
4. Ibu Lailliyatus Syafah, S.Farm.,Apt selaku dosen penguji.
5. Bapak dan Ibu dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua
stafnya.
6. Kedua orang tua dan kakak yang selalu memberikan doa serta
motivasinya.
7. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak
langsung memberikan bimbingan dan dukungannya kepada penulis.
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
ilmiah bagi pembaca, rekan mahasiswa, dan para peneliti khususnya lingkup
bidang analis farmasi dan makanan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih
mempunyai banyak kekurangan sehingga kritik dan saran sangat diharapkan
untuk kesempurnaan tulisan ini.
Malang, Juli 2014
Penulis
7
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang
...........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................
4
1.5 Asumsi Penelitian ..........................................................................
5
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah ...................................
5
1.7 Definisi Istilah ...............................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
7
2.1 Tinjauan Tentang Hiperkolesterolemia .........................................
7
2.1.1 Definisi Hiperkolesterolemia ...............................................
7
2.1.2 Patogenesis Hiperkolesterolemia .........................................
7
2.1.3 Kolesterol .............................................................................
8
2.1.4 Metabolisme Kolesterol .......................................................
10
2.2 Tinjauan Tentang Jagung Manis (Zea mays) .................................
12
2.2.1 Macam-Macam Varietas Jagung .........................................
13
2.2.2 Kandungan Kimia Jagung Manis ........................................
16
8
2.2.2 Jagung Manis dan Efektivitas Penurunan Kolesterol ..........
17
2.3 Karbohidrat ....................................................................................
19
2.4 Tinjauan Tentang Probiotik ...........................................................
21
2.5 Tinjauan Tentang Yoghurt .............................................................
24
2.6 Tinjauan Tentang Hewan Coba .....................................................
27
2.5.1 Pengertian Tikus ..................................................................
28
2.5.2 Klasifikasi Tikus ..................................................................
28
2.5.3 Pemeliharaan Tikus .............................................................
29
2.7 Kerangka Konsep ..........................................................................
31
2.8 Hipotesis ........................................................................................
34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
35
3.1 Rancangan Penelitian .....................................................................
35
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................
35
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
36
3.4 Definisi Operasional Variabel .......................................................
36
3.5 Pengumpulan Data .........................................................................
37
3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan ....................................................
37
3.5.2 Formulasi .............................................................................
38
3.5.3 Perhitungan Bahan ...............................................................
38
3.5.4 Pembiakan Stater Bakteri Asam Laktat ...............................
39
3.5.5 Pembuatan Sari Jagung Manis .............................................
40
3.5.6 Pembuatan Yoghurt Sari Jagung Manis ..............................
40
3.5.7 Persiapan dan Pemilihan Hewan Uji ...................................
40
3.5.8 Pengujian Pada Hewan Uji ..................................................
43
9
3.6 Analisa Data ..................................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
46
4.1 Pembuatan Yoghurt Sari Jagung Manis ........................................
46
4.2 Pengujian Kadar Kolesterol Darah ................................................
46
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
49
BAB VI PENUTUP ......................................................................................
54
6.1 Kesimpulan ....................................................................................
54
6.2 Saran ..............................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
60
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat dan Kategori Kolesterol Total Dalam Tubuh ...............
7
Tabel 2.2 Tingkat dan Kategori HDL Dalam Tubuh ..................................
9
Tabel 2.3 Tingkat dan Kategori LDL Dalam Tubuh ..................................
9
Tabel 2.4 Tingkat dan Kategori Trigliserida Dalam Tubuh .......................
10
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Jagung Manis ..................................................
17
Tabel 2.6 SNI Untuk Yoghurt ....................................................................
27
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ....................................................
37
Tabel 3.2 Pemberian Pakan Untuk Aklimatisasi ........................................
43
Tabel 3.3 Pemberian Pakan Tinggi Lemak ................................................
44
Tabel 3.4 Komposisi Ransum Perlakuan ...................................................
45
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Mutu Fisik Yoghurt Sari Jagung Manis ..........
46
Tabel 4.2 Rerata Selisih Kadar Kolesterol Darah ......................................
47
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kolesterol ..................................................................
8
Gambar 2.2 Jagung Manis...........................................................................
13
Gambar 2.3 Jagung Gigi Kuda (Dent corn) ...............................................
13
Gambar 2.4 Jagung Mutiara (Flint corn) ...................................................
14
Gambar 2.5 Jagung Berondong (Pop corn) ...............................................
15
Gambar 2.6 Jagung Ketan (Waxy corn) .....................................................
15
Gambar 2.7 Bakteri Streptococcus salivarius .............................................
22
Gambar 2.8 Bakteri Lactococcus lactis cremoris .......................................
23
Gambar 2.9 Dasar-Dasar Proses Fermentasi ..............................................
26
Gambar 4.1 Hasil Rerata Kadar Kolesterol Darah .....................................
47
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema Prosedur Pengujian Yogurt ........................................
60
Lampiran 2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah ...........................
61
Lampiran 3 Gambar Peralatan, Bahan, serta Pelaksanaan ........................
62
Lampiran 4 Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Tikus ..............................
63
Lampiran 5 Rerata Selisih Kadar Kolesterol ............................................
64
Lampiran 6 Perhitungan Manual ...............................................................
65
Lampiran 7 Perhitungan SPSS ..................................................................
67
Lampiran 8 Konversi Perhitungan Dosis ..................................................
70
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana kolesterol darah
meningkat melebihi batas normal. Kondisi ini terjadi akibat adanya
peningkatan
produksi
LDL
dalam
darah.
Faktor
penyebab
hiperkolesterolemia adalah faktor gaya hidup dan faktor genetik. Selain itu,
diet tinggi lemak dapat meningkatkan produksi LDL dan kadar trigliserida
dalam darah (Nugraheni K., 2012 dan Bhatnagar D. dkk, 2008).
Kondisi tersebut jika dibiarkan terus-menerus dalam tubuh maka akan
menyebabkan
berbagai
penyakit
degeneratif
terutama
penyakit
kardiovaskular misalnya penyakit jantung koroner dan stroke. Penyakit
jantung koroner dan stroke disebabkan karena adanya penyumbatan akibat
penimbunan lemak yang menumpuk pada pembuluh darah sehingga
mengakibatkan suplai oksigen terganggu. Jika penyumbatan pembuluh darah
terjadi pada otak dan otak tidak mendapat cukup nutrisi maka terjadilah
kerusakan sebagian otak atau stroke (Ulfah, 2000).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan. Di
Indonesia saja, salah satu penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung
koroner merupakan pembunuh nomor tiga. Prevalensi penyakit jantung
koroner ini semakin tahun semakin mengalami peningkatan. Pada tahun 1997
dari 2,76% menjadi 17,35% pada tahun 1998 dan 20,83% pada tahun 1999.
Pada tahun 1995 menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu 13,75%
14
(Dinkes Sulawesi Selatan, 2000). Selain itu, stroke juga menempati urutan
pertama penyebab kematian di Indonesia. Prevalensi penyakit stroke di
Indonesia mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk. Berdasarkan rekam medik
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru di Sulawesi pada tahun 2012 jumlah pasien
penderita stroke selama setahun sekitar 328 orang. Ini menunjukan adanya
peningkatkan dari tahun 2007 sekitar 264 orang (Rachmawati, F., dkk, 2011).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kolesterol darah,
salah satu caranya dengan pengunaan bakeri asam laktat (BAL) sebagai
probiotik. Probiotik merupakan mikroba yang menguntungkan dengan
memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
Secara tidak langsung probiotik mempunyai peran penting dalam kesehatan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwa bakteri asam laktat (BAL)
berpotensi menurunkan kadar kolesterol darah karena dari hasil fermentasi
akan menghasilkan asam organik seperti asam laktat yang berperan sebagai
agen penurun kadar kolesterol darah (Yuwafi, H., 2011). Proses penurunan
kolesterol darah oleh bakteri BAL dilakukan melalui proses asimilasi
kolesterol dan dekonjugasi asam empedu.
Probiotik dapat disuplementasikan dalam sari jagung manis menjadi
produk yoghurt. Jagung manis ini memiliki potensi untuk dijadikan bahan
pembuatan yoghurt karena kandungan karbohidrat dan gula pereduksi yang
tinggi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Setianty (2011) bahwa karbohidrat
dalam biji jagung mengandung gula pereduksi (glukosa dan fruktosa),
sukrosa, polisakarida, dan pati. Seperti yang diketahui, produksi jagung manis
di Indonesia tergolong tinggi dan belum termanfaatkan secara optimal.
15
Selama ini jagung manis hanya dikonsumsi dengan direbus, dibakar, dan
dibuat sayur. Jagung manis mempunyai kelebihan yaitu memiliki harga relatif
terjangkau dan rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa.
Selain itu, jika dilihat dari kandungan gizi dalam 100 gram jagung manis
meliputi 19 gram karbohidrat, 2,7 gram serat, 1,2 garam lemak, 3,2 gram
protein, 4% zat besi, 10% magnesium, 6% kalium, 1% vitamin A, 12%
vitamin B29, dan 12% vitamin C (Larson, 2003).
Secara empiris, jagung manis dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Menurut Muchtadi, et al., 1992 bahwa pada penelitian sebelumnya,
kandungan serat yang terdapat dalam jagung manis dapat menurunkan kadar
kolesterol darah. Jenis serat yang terkandung dalam jagung manis adalah
jenis serat larut air yaitu pektin. Selain pektin, vitamin C dan beta karoten di
dalam jagung manis juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Dari kelebihan yang dimiliki oleh jagung manis tersebut dan adanya
potensi jagung manis yang bisa diolah menjadi sari jagung manis diharapkan
dapat meningkatkan nilai tambah jagung manis. Sari jagung manis dapat
diolah menjadi pangan fungsional dengan penambahan probiotik didalamnya
yang kemudian menjadi yoghurt sari jagung manis. Yoghurt sari jagung
manis dibuat dari jagung manis yang memiliki serat tinggi dan
dikombinasikan dengan probiotik sehingga menjadi olahan pangan fungsional
yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh khususnya saluran pencernaan dan
diharapkan mampu mengatasi masalah hiperkolesterolemia.
16
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan
dan pengujian efektivitas yoghurt sari jagung manis sebagai alternatif pangan
fungsional untuk mengatasi hiperkolesterolemia pada tikus wistar jantan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mutu fisik dari yoghurt sari jagung manis ?
2. Berapa dosis efektif yoghurt sari jagung manis yang mempunyai
kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus wistar jantan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mutu fisik dari yoghurt sari jagung manis.
2. Untuk mengetahui dosis efektif yoghurt sari jagung manis yang
mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus
wistar jantan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1
Kegunaan bagi institusi
Sebagai sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang penerapan bioteknologi dalam bidang pangan
fungsional.
17
1.4.2
Kegunaan bagi mahasiswa
Sebagai
sarana
pengaplikasian
pengetahuan
dan
wawasan
mengenai bioteknologi dan pemanfaatan jagung manis sebagai
pangan fungsional untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
1.4.3
Kegunaan bagi masyarakat
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai pangan fungsional berupa yoghurt sari jagung manis
yang dapat digunakan sebagai alternatif penurunan kadar kolesterol
darah.
1.5 Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Serat, vitamin C, dan betakaroten dapat menurunkan kadar kolesterol
darah.
2. Pengujian efektivitas penurunan kadar kolesterol darah dapat dilakukan
pada tikus wistar jantan.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah
1.6.1
Ruang lingkup penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi: praformulasi yoghurt sari
jagung manis, pembuatan sari jagung manis, pembuatan yoghurt sari
jagung manis, pengujian efektivitas penurunan kadar kolesterol darah
pada tikus wistar jantan.
18
1.6.2
Keterbatasan penelitian
Adapun keterbatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pengukuran kadar kolesterol darah harus menggunakan alat tes kit
kolesterol.
2. Jagung manis yang digunakan dalam penelitian ini diambil pada daerah
Kelurahan Mulyorejo Kota Malang.
3. Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri asam
laktat yang terdiri dari Streptococcus salivarius subsp thermophillus
dan Lactococcus lactis cremoris.
1.7 Definisi Istilah
1.7.1
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam
darah melebihi batas normal. Batas kolesterol normal adalah <200
mg/dL.
1.7.2
Yoghurt sari jagung manis adalah susu fermentasi yang berbahan dasar
sari jagung manis yang mengalami proses fermentasi oleh bakteri asam
laktat yaitu Lactococcus lactis cremoris dan Streptococcus salivarius
subsp thermophillus.
1.7.3
Efektivitas penurun kolesterol adalah suatu kemampuan pangan
fungsional dalam menurunkan kadar kolesterol darah.
1.7.4
Tikus putih (Rattus norvegicus) adalah salah satu hewan percobaan yang
sering digunakan dalam suatu penelitian.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Hiperkolesterolemia
2.1.1 Definisi Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia
adalah
suatu
kondisi
ketika
terjadi
peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Hal ini akan membentuk
suatu
tembok
penghalang
arteri,
sehingga
menghambat
atau
menghalangi aliran darah yang menuju ke jantung ataupun ke organ
lainya. Penyumbatan ini disebabkan karena adanya penimbunan lemak
pada pembuluh darah (Fatmawati, 2008).
Tabel 2.1 Tingkat dan Kategori Kolesterol Total Dalam Tubuh
Normal
<200 mg/dl
Kadar kolesterol
Agak tinggi
200-239 mg/dl
Tinggi
>240 mg/dl
2.1.2 Patogenesis Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah keadaan peningkatan kadar kolesterol
total. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hiperkolesterolemia
adalah :
1. Asupan lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi.
Asupan tinggi tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar
kolesterol total dan LDL. Konsumsi tinggi kolesterol bersama
dengan asam lemak jenuh memiliki potensi meningkatkan kadar
LDL yang sangat besar.
20
2. Penuaan
Seiring dengan bertambahnya usia, rentang terhadap terjadinya
penimbunan lemak dalam pembuluh darah.
3. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan hiperkolesterolemia,
diduga
karena adanya peningkatan sintesis VLDL di hepar.
4. Faktor genetik
Faktor genetik dapat mempengaruhi kadar LDL plasma melalui
pengaturan sintesis apo B- 100, partikel LDL, reseptor LDL, dan
pengambilan partikel LDL oleh hati (Haryanto, A. Dan Sayogo,
S., 2013)
2.1.3 Kolesterol
Pada dasarnya kolesterol merupakan salah satu jenis lemak yang
memiliki peran penting bagi kehidupan, karena kolesterol memiliki
peran
dalam
memperbaiki
dinding sel,
jaringan
syaraf,
dan
memproduksi hormon testoteron, estrogen, dan kortisol (Uren dan
Collins, 2008).
Gambar 2.1 Struktur kolesterol (Marsitta, 2012)
21
Kolesterol memiliki tekstur yang lembut dan berlilin. Sekitar dua
pertiga kolesterol tubuh diproduksi dengan substansi yang diperoleh
dari lemak makanan.
Jenis-jenis lipoprotein terdapat di dalam tubuh yaitu sebagai berikut :
1. HDL (High Density Lipoprotein)
Lipoprotein HDL disintesis dalam hati dan ditransportasikan ke
dalam aliran darah. Fungsi HDL adalah membawa kolesterol
dalam membran sel ke hati untuk didegradasikan kembali dan
digunakan untuk sintesis asam empedu (Assmann et al, 2004).
HDL dikenal kolesterol baik, berperan dalam membawa
kolesterol dalam darah dari jaringan tubuh kembali ke hati untuk
dieliminasi (Uren dan Collins, 2008).
Tabel 2.2 Tingkat dan Kategori HDL Dalam Tubuh
Normal
< 40 mg/dl
Kadar kolesterol
Agak tinggi
40-60 mg/dl
Tinggi
>60 mg/dl
2. LDL (Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein LDL bersifat efek aterogenik karena mudah melekat
pada pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang
lambat laun mengeras membentuk plak dan menyumbat
pembuluh darah (Assmann et al, 2004). LDL juga dikenal
kolesterol jahat.
Tabel 2.3 Tingkat dan Kategori LDL Dalam Tubuh
Normal
< 130 mg/dl
Kadar kolesterol
Agak tinggi
Tinggi
130-159 mg/dl
>160 mg/dl
22
3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang
disintesis oleh hati yang berfungsi membawa hasil sintesis lipida
dari hati ke jaringan tubuh lainnya (Bigazzi et al, 2006). VLDL
ini lebih kecil dibandingkan dengan kilomikron, serta mempunyai
diameter 30-90 nm berat jenis kurang dari 1.006 g/ml (Marinetti,
1990). Dimana kilomikron ini merupakan lipoprotein yang
mengandung trigliserida, disintesis dalam mukosa usus halus dari
lemak eksogen dan berukuran paling besar dengan diameter lebih
dari 100 nm (Marinetti, 1990).
4. Trigliserida
Trigliserida merupakan ester alkohol gliserol dan asam lemak
(Murray et al, 2003). Trigliserida ini terdiri atas tiga molekul
asam lemak teresterifikasi menjadi gliserol. Zat ini adalah lemak
netral yang disintesis dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel
lemak (Dorland, 2002). Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama
untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik, suatu
fungsi yang hampir sama dengan karbohidrat (Guyton, 1997).
Tabel 2.4 Tingkat dan Kategori Trigliserida Dalam Tubuh
Normal
<150mg/dl
Kadar kolesterol
Agak tinggi
150-250 mg/dl
Tinggi
>250mg/dl
2.1.4 Metabolisme kolesterol
Lemak dalam darah dapat diangkut dengan dua cara, yaitu
melalui jalur eksogen dan jalur endogen. Jika pengangkutan dilakukan
23
dengan jalur eksogen (extrahepatica pathway) maka kolesterol yang
masuk ke dalam tubuh lewat melalui asupan makanan yang nantinya
akan diserap di intestinal mikrovili dimana mereka akan diubah menjadi
kolesterol ester dan trigliserida. Kedua zat tersebut kemudian akan
dikemas dalam bentuk kilomikron dan disekresi ke dalam sistem
limfatik dan memasuki sirkulasi sistemik. Trigliserida mengalami
hidrolisis di kapiler jaringan lemak dan menjadi asam lemak bebas
(monoglyserida dan diglyserida) dan kilomikoron remnan, sehingga
ukuran kilomikron menjadi berkurang dan oleh karenanya ditransferkan
menjadi HDL (high density lipoprotein).
Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga
menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai
organ hati akan diubah menjadi asam empedu, yang nantinya akan
dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi sebagai membantu proses
penyerapan dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan
melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu
yang kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan
tubuh yang lainnya melalui jalur endogen. Untuk kilomikron yang
tersisa (lemaknya yang telah diambil) pada akhirnya akan dibuang dari
aliran darah oleh hati. Kolesterol ini juga diproduksi oleh hati yang
kemudian akan diedarkan ke dalam aliran darah (Fatmawati, 2008).
Selain jalur eksogen lemak juga dapat diangkut dengan
menggunakan jalur endogen yang terjadi di dalam tubuh, yaitu berikut
cara pengangkutan lemak dengan menggunakan jalur endogen
24
(endogenous pathway). Caranya pada organ hati, karbohidrat akan
diubah menjadi asam lemak, yang kemudian akan membentuk
trigliserida. Trigiserida ini akan dibawa melalui aliran darah ke dalam
bentuk VLDL (very low density lipoprotein) yang kemudian disirkulasi
ke jaringan lemak dan otot. VLDL ini kemudian akan dimetabolisme
oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (intermediate density
lipoprotein).
IDL kemudian akan berubah menjadi LDL yang kaya akan
kolesterol melalui serangkaian proses. Kolesterol yang tidak diperlukan
oleh tubuh akan dilepaskan ke dalam aliran darah, dimana pertamatama akan berikatan dengan HDL (Fatmawati, 2008).
2.2 Tinjauan Tentang Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskan ke Asia termasuk
Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai macam tanah bahkan pada
kondisi tanah yang agak kering. Apalagi di Indonesia, tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik, khususnya di daerah Pulau Jawa.
Tanaman jagung manis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut
mempunyai batang yang beruas, bagian pangkal jagung beruas pendek. Jenis
akar yang dimiliki oleh jagung manis adalah akar tunggang. Bentuk daunnya
panjang dan tangkai daunnya pelepah daun. Panjang daun biasanya antara 30
cm dan 150 cm. Untuk biji jagung manis ini terletak pada tongkol yang
25
tersusun memanjang. Pada bagian buahnya terdapat rambut-rambut yang
memanjang biasanya hingga keluar dari pembungkus (klobot).
Gambar 2.2 Jagung manis (Andeka, 2011)
Klasifikasi untuk jagung manis adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan biji)
Classis
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Poales
Familia
: Poaleceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt.
2.2.1 Macam-Macam Varietas Jagung
Jagung yang dibudidayakan di kalangan masyarakat memiliki sifat bulir
atau biji yang bermacam-macam. Berikut ini beberapa varietas yang
umum, yaitu :
1. Jagung Gigi Kuda atau Dent corn (Zea mays indentata sturt.)
Gambar 2.3 Jagung Gigi Kuda (Dent corn)
26
Jagung ini memiliki bentuk seperti gigi kuda, berukuran
besar, pipih, dan berlekuk pada bagian atas atau di bagian tengah
biji. Lekukan ini terjadi karena pengerutan lapisan tepung yang
lunak ketika biji mengering. Pada bagian ujung biji terdapat
kandungan pati yang lunak. Biji jagung ini jarang ditanam karena
tidak tahan terhadap hama bubuk. Pada jagung gigi kuda
mengandung 25-30% amilosa dan amilopektin sekitar 70-75%.
2. Jagung Polong (Zea mays tunicato sturt.)
Tipe jagung polong ini pada tiap butir biji diselubungi oleh polong
atau kelobot, membentuk tongkol yang juga diselubungi oleh
kelobot.
3. Jagung Mutiara atau Flint corn
Gambar 2.4 Jagung Mutiara (Flint corn)
Jagung mutiara ini memiliki butir biji berbentuk bulat, lebih
tahan terhadap hama gudang, bagian luarnya agak keras karena
kandungan zat tepung relatif sedikit dan terletak pada bagian
dalam, licin, dan mengkilap. Biji jagung berwarna putih, kuning
atau merah. Ukuran jagung mutiara lebih kecil daripada biji jagung
gigi kuda. Bagian luar endosperm tipe jagung mutiara tersusun atas
pati yang keras.
Jagung mutiara memiliki kandungan karbohidrat, protein,
lemak, kalsium, besi dan vitamin B yang lebih tinggi dibandingkan
27
dengan jagung manis. Karbohidrat sederhama yang terdapat dalam
jagung mutiara sebesar 2-3%. Karbohidrat kompleks yang terdiri
dari pati merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam biji
jagung yaitu berjumlah 72% (Polina, 1995).
4. Jagung Berondong atau Pop corn (Zea mays everta sturt.)
Gambar 2.5 Jagung Berondong (Pop corn)
Jagung berondong ini dikenal dengan pop corn. Biji jagung
berondong ini berukuran sangat kecil, berbentuk agak runcing,
berwarna kuning atau putih, bersifat keras serta jika dipanaskan
akan mengembang 10-30 kali dari volume awal. Jagung berondong
memiliki kandungan karbohidrat 66,0%; protein 13,7%; dan lemak
sebesar 5,7% (Suharyono et al., 2005; Suarni dan Firmansyah,
2005).
5. Jagung Ketan atau Waxy corn (Zea mays ceratona sturt.)
Gambar 2.6 Jagung Ketan (Waxy corn)
Jagung ketan biasa disebut dengan jagung pulen karena
kadar amilopektinnya yang tinggi dan cirinya lengket jika dimasak.
Tipe jagung ini memiliki butir biji berwarna buram, endosperm
lunak, sebagian besar patinya mengandung amilopektin, jagung
28
ketan baik untuk pakan ternak dan perekat. Jagung ini memiliki biji
yang menyerupai lilin. Molekul pati jagung jenis ini berbeda dari
molekul pati jenis ini. Pati jagung ketan mirip glikogen dan
menyerupai tepung tapioka. Jagung ini mengandung karbohidrat
72,81% dan protein 9,11% (Suharyono et al., 2005; Suarni dan
Firmansyah, 2005).
6. Jagung Manis atau Sweet corn (Zea mays saccharata sturt.)
Jagung manis ini memiliki biji berbentuk bulat agak besar,
kulit biji tipis, endosperm berwarna bening dan kandungan patinya
rendah. Jagung manis memiliki kadar gula lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jagung yang lainnya. Jagung manis ini
mudah kering berkeriput. Karbohidrat yang terdapat dalam biji
jagung manis mengandung gula pereduksi (glukosa dan fruktosa),
sukrosa, polisakarida, dan pati. Kadar gula pada endosperm jagung
manis sebesar 5-6% dan kadar patinya 10-11%, sedangkan pada
jagung biasa hanya 2-3% atau setengah dari jagung manis. Gula
yang tersimpan dalam biji jagung manis adalah sukrosa yang
mencapai jumlah 11% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
2.2.2 Kandungan kimia jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang
mengandung karbohidrat yang dapat digunakan untuk menggantikan
beras. Keistimewaan dari jagung diantaranya yaitu memiliki kalori dan
kandungan protein yang hampir sama dengan biji padi (Etiyati, 2010).
29
Nilai gizi dalam jagung manis yang terdapat dalam 100 gram
jagung manis ini adalah sebagai berikut ini :
Tabel 2.5 Kandungan gizi jagung manis tiap 100 gram
Kandungan gizi
Energi 90 kkal
Karbohidrat
 Dietary fiber (serat)
Lemak
Protein
Vitamin A eqiuv. 10
Vitamin B29 46
Vtamin C 7 mg
Besi 0,5 mg
Magnesium 37 mg
Kalium 270 mg
Sumber : USDA
Jumlah
360 kJ
19 g
2,7 g
1,2 g
3,2 g
1%
12%
12%
4%
10%
6%
2.2.3 Jagung Manis dan Efektivitas Penurunan Kadar Kolesterol
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan makanan
pokok pengganti nasi atau yang biasanya dicampur dengan nasi.
Ternyata jagung manis ini mempunyai komponen yang bermanfaat bagi
kesehatan. Salah satunya adalah memiliki efektivitas untuk menurunkan
kadar kolesterol dalam darah. Komponen yang berkhasiat tersebut
antara lain serat pangan, vitamin C dan beta karoten. Berikut ini
mekanisme penurunan kadar kolesterol dalam darah terhadap
komponen-kompoen dalam jagung manis yaitu :
1. Serat Larut Air
Serat larut air merupakan serat makanan yang dapat dalam air
hangat. Adapun komposisi serat larut air yaitu gum, pektin, dan
sebagian hemiselulosa larut yang terdapat dalam dinding sel
30
(Kusharto, 2006; Muchtadi, 2001; Dwijayanthi, 2011). Serat
yang terdapat dalam jagung manis yang memiliki potensi
sebagai penurun kadar kolesterol darah adalah serat jenis pektin.
Pektin ini berfungsi sebagai perekat antara dinding sel yang
satu dengan yang lainnya. Pada umumnya setiap orang
mengkonsumsi 5 gram pektin setiap harinya dari buah dan sayur
yang dimakan sebanyak 500 gram. Telah diketahui bahwa
dengan mengkonsumsi pektin mampu menurunkan kadar
kolesterol darah (Srivastava dan Malviya, 2011).
Mekanisme serat pektin dalam menurunkan kadar kolesterol
darah yaitu dengan mengikat kolesterol yang terdapat pada
sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap
menuju aliran darah. Pektin dengan viskositas tinggi akan
menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan eksresi
asam empedu feses (Sharma et al, 2006).
2. Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin larut air yang dapat berperan
sebagai antioksidan. Namun, vitamin C ini tidak dapat disintesis
oleh tubuh sehingga perlu asupan vitamin C yang cukup dari
makanan (Verdegem, 2007). Vitamin C dapat menurunkan
kolesterol pada sejumlah orang yang memiliki kolesterol tinggi
(Setyaningtyas, 2007).
Mekanisme penurunan kadar kolesterol vitamin C
terhadap kolesterol adalah dengan melalui proses menghambat
31
oksidasi dari LDL. Jika LDL teroksidasi, maka LDL akan
terdeposit dalam pembuluh darah. Hal tersebut akan memicu
terjadinya aterosklerosis (Gropper et al, 2005) Selain itu,
vitamin C ini menyebabkan peningkatan kadar selenium dalam
darah (Prakoso, 2006).
3. Beta Karoten
Mekanisme beta karoten dalam menurunkan kadar
kolesterol darah dengan cara merangsang pengeluaran cairan
empedu dari kantung empedu ke usus, sehingga kolesterol akan
terbawa keluar bersama cairan empedu dan akhirnya akan
dibuang melalui feses.
2.3 Karbohidrat
Karbohidrat
(C6H12O6)
dapat
didefinisikan
sebagai
polihidroksialdehida, polihidroksiketon, atau senyawaan yang menghasilkan
senyawa yang serupa pada hidrolisis. Karbohidrat umumnya digolongkan
menurut strukturnya yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Hart,
1987).
Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang
terdapat pada molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehid, dan gugus keton.
Sifat mereduksi pada monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat
dapat mereduksi, terutama pada suasana asam. Sifat mereduksi ini disebabkan
adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat (Poedjadi,
2006).
32
Penggolongan karbohidrat, berbagai senyawa yang termasuk kelompok
karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya yaitu
senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 500.00
bahkan lebih. Berikut ini tiga
golongan, yaitu golongan monosakarida,
disakarida, dan polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekul hanya terdiri dari beberapa atom karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Contoh
monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa.
Berdasarkan letak gugus karbonilnya, monosakarida dibedakan
menjadi aldosa dan ketosa. Sedangkan menurut jumlah atomnya
dibedakan menjadi triosa, tetrosa, dan lain-lain. Monosakarida yang
mengandung gugus aldehida dan gugus keton dapat mereduksi
senyawa-senyawa pengoksidasi seperti : ferrisianida, hidrogen
peroksida, dan ion cupro. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai
kemampuan untuk mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya
gugus hidroksi yang bebas dan reaktif (Lehninger, 1982).
2. Disakarida
Disakarida ini paling banyak terdapat di alam. Dua molekul
monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain membentuk satu
molekul disakarida. Disakarida yang lain ialah trisakarida yang terdiri
atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari
empat molekul monosakarida. Contoh disakarida adalah sukrosa,
33
laktosa, maltosa, rafinosa, dan stakiosa. Sukrosa tidak memiliki gugus
hidroksil yang reaktif karena kedua gugua reaktifnya sudah saling
berikatan. Pada laktosa, karena mempunyai gugus hidroksil bebas
pada molekul glukosanya maka laktosa bersifat reduktif.
3. Polisakarida
Polisakarida pada umumnya mempunyai molekul besar dan
lebih kompleks daripada monosakarida dan disakarida. Molekul
polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Contoh
polisakarida adalah amilum, glikogen, dekstrin, selulosa, dan
mukopolisakarida. Polisakarida tidak terasa manis karena molekulnya
yang terlalu besar tidak dapat dirasa oleh indera pengecap, berbeda
dengan monosakarida dan disakarida yang mempunyai rasa manis
karena terdapat gugus hidroksil (Sudarmadji, 1996).
2.4 Tinjauan Tentang Probiotik
Bakteri
Asam
Laktat
(BAL)
merupakan
mikroorganisme
yang
mendukung kesehatan, dengan cara meningkatkan fungsi kekebalan sistem
tubuh inang. Istilah probiotik berasal dari kata “probiotika” yang merupakan
substansi essential aktif untuk kesehatan (Chotimah, 2009 dan Mardiani,
dkk., 2013)
Bakteri probiotik dapat menjaga kesehatan usus, membantu penyerapan
makanan, produksi vitamin, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh,
metabolisme kolesterol, dan menghambat penuaan dini (Chotimah, 2009 dan
Mardiani, dkk., 2013).
34
Kelebihan yang dimiliki oleh BAL yaitu :
1. BAL mampu menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat memberikan
rasa dan aroma spesifik pada makanan fermentasi.
2. BAL mampu meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi
karena dapat melakukan pemotongan pada bahan makanan yang sulit
dicerna sehingga dapat langsung diserap oleh tubuh, misalnya protein
menjadi asam-asam amino.
3. BAL dapat
menghasilkan senyawa
antimikroba
yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk pada bahan
makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan
(Holzapel et al., 1995).
Bakteri asam laktat yang digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah
bakteri Caspian. Bakteri ini terdiri atas Lactococcus lactis cremoris dan
Streptococcus salivarius subsp thermophillus.
1. Streptococcus salivarius subsp thermophillus.
Gambar 2.7 Streptococcus salivarius subsp thermophillus (Jati, 2011)
Streptococcus salivarius subsp thermophillus adalah bakteri
termofilik yang dapat tumbuh pada suhu 45oC dan tidak dapat tumbuh
pada suhu 10oC. Karakteristik bakteri ini antara lain anaerobik
fakultatif, berbentuk bulat (berdiameter 0,7-0,9
) yang membentuk
35
rantai, Gram positif, katalase negatif, bersifat termodurik, dan
menyukai suasana netral dengan pH optimal untuk pertumbuhan adalah
6,5.
Menurut Robinson et al. (1999), S. thermophillus memfermentasi
laktosa secara homofermentatif. Bakteri ini dapat mengubah lebih dari
85% laktosa menjadi asam laktat. Glukosa, fruktosa, dan manosa juga
dapat difermentasi, tetapi fermentasi galaktosa, maltosa, dan sukrosa
hanya dapat dilakukan oleh strain tertentu.
2. Lactococcus lactis cremoris
Gambar 2.8 Lactococcus lactis cremoris (Harnowo, 2011)
Lactococcus lactis merupakan bakteri Gram positif berbentuk
bulat telur (diameter 0,5-1,5 μm), tidak berspora. Lactococcus lactis
digunakan secara luas dalam produksi buttermilk dan keju, tetapi barubaru ini menjadi terkenal sebagai organisme pertama yang dimodifikasi
secara genetik untuk pengobatan penyakit manusia. Kemampuan untuk
menghasilkan asam laktat merupakan salah satu alasan mengapa L.
Lactis cremoris merupakan salah satu mikroorganisme yang paling
penting dalam industri susu.
L. lactis cremoris adalah sangat penting untuk pembuatan produk
susu. Ketika L. lactis subsp. lactis ditambahkan ke dalam susu, bakteri
36
menggunakan enzim untuk menghasilkan energi molekul (ATP), dari
laktosa. Hasil sampingan produksi energi ATP adalah asam laktat.
Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri kemudian memisahkan untuk
membentuk dadih, digunakan untuk memproduksi keju. Kegunaan lain
dari bakteri ini adalah pembuatan acar, bir atau anggur, beberapa roti,
dan bahan makanan fermentasi lainnya seperti susu kedelai, yoghurt,
kefir, buttermilk dan lain-lain.
2.5 Tinjauan Tentang Yoghurt
Kata “yoghurt” dari bahasa Turki berarti susu asam. Yoghurt
merupakan hasil olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan
penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam
laktat. Dalam aksinya, bakteri ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat
(Purwiyanto, Haryadi, 2005). Asam laktat inilah yang berperan dalam protein
susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan bau yang unik pada yoghurt.
Bahan dasar pembuatan yoghurt dapat berasal dari susu sapi segar atau
susu kambing. Bahan tambahan yoghurt berupa susu skim untuk
meningkatkan nilai gizi, dan flavor.
Tahap pembuatan yoghurt sebagai berikut :
1. Homogenisasi
Homogenisasi untuk mencegah timbulnya lapisan lemak pada
permukaan yoghurt, sehingga diperoleh produk dengan tekstur yang
halus. Homogenisasi dapat memecah globula – globula lemak menjadi
kecil dan seragam, sehingga lebih stabil.
37
2. Pasteurisasi
Tujuan dari pasteurisasi untuk menginaktifkan enzim dan juga
membunuh mikrobia – mikrobia patogen dalam susu. Suhu
pasteurisasi 85– 90oC selama 10–15 menit.
3. Pendinginan
Pendinginan dilakukan sampai suhu mencapai 37 oC, yang merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
4. Inokulasi
Inokulasi adalah penambahan bakteri pada susu setelah proses
pendinginan pada suhu 37oC.
5. Inkubasi (fermentasi)
Proses fermentasi dilakukan sampai diperoleh rasa yang khas, dengan
kenampakan yang kental atau semi padat.
Pada proses fermentasi asam laktat ini terbagi menjadi dua jenis yaitu
homofermentatif (sebagain besar hasil akhir merupakan asam laktat) dana
heterofermentatif (hasil akhir berupa asam laktat, asam asetat, etanol, dan
CO2). Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme
pembentukan asam laktat, yaitu piruvat diubah menjadi laktat dan dikuti
proses transfer elektron dari NADH menjadi NAD+. Pada heterofermentatif,
tidak ada aldolase dan heksosa isomerase tetapi menggunakan enzim
fosfoketolase dan menghasilkan CO2. Metabolisme heterofermentatif
menggunakan heksosa melalui jalur heksosa monofosfat atau pentosa fosfat,
sedangkan homofermentatif melibatkan aldose dan heksosa aldolase namun
38
tidak memiliki fosfoketolase serta sedikit menghasilkan CO 2. Jalur tersebut
adalah lintasan Embden-Meyerhof-Pathway (Anonim, 2011).
Secara sederhana, proses fermentasi ini dijelaskan bahwa diperoleh
sebagai akibat metabolisme mikroba pada suatu bahan tertentu dalam keadaan
anaerob. Mikroba melakukan fermentasi membutuhkan energi yang diperoleh
dari glukosa. Dalam keadaan aerob, mikroba mengubah glukosa menjadi air,
CO2, dan energi (ATP) yang digunakan untuk kegiatan pertumbuhan.
Beberapa mikroba hanya dapat melangsungkan metabolisme dalam keadaan
anaerob dan hasilnya adalah substrat setengah terurai (Muchtadi, 2010).
Glukosa
Fosfogliserida
Embden-MeyerhofPathway
Asam piruvat
Aerobik
Anaerobik (fermentasi )
Energi, Air, dan CO2
Asam laktat
Etanol asam asetat
Asam-asam alkohol
Ester keton
Gambar 2.9 Dasar-dasar proses fermentasi (Muchtadi, 2010)
Hasil penguraian adalah energi, CO2, air dan sejumlah asam organik
lainya seperti asam laktat, asam asetat, etanol, serta bahan-bahan organik
yang mudah menguap yaitu alkohol, ester. Perkembangan dari mikroba dalam
keadaan anaerob yang biasanya dicirikan sebagai proses fermentasi
(Muchtadi, 2010) .
39
Yoghurt bermanfaat untuk mengatur saluran pencernaan, antikanker,
penghambat pertumbuhan bakteri patogen, antidiare dan yoghurt juga sering
dimanfaatkan untuk diet. Berikut SNI (Standart Nasional Indonesia) untuk
yoghurt yaitu :
Tabel 2.6 SNI (Standart Nasional Indonesia) untuk yoghurt
Kriteria Uji
Persyaratan
Keadaan
Cairan
Penampakan
kental/semi padat
Bau
Normal / khas
Rasa
Khas / asam
Konsistensi
Homogen
Lemak ( % b/b )
Maks 3,8
Berat kering tanpa lemak ( BKTL) ( % b/b )
8,2
Protein ( % b/b )
Min 3,5
Abu ( % b/b )
Maks 1,0
Jumlah asam (dihitung sebagai laktat) ( % b/b )
0,5 – 0,2
Cemaran logam (mg / kg )
Timbal ( Pb )
Maks 0,3
Tembaga ( Cu )
Maks 20
Timah ( Sn )
Maks 40
Raksa ( Hg )
Maks 0,03
Arsen ( Ar )
Mak 0,1
Cemaran mikrobia Bakteri coliform
Mak 10
(angka yang paling mungkin)
Eschercia coli
<3
Salmonella
Negatif
Sumber : Standart Nasional Indonesia, 1992
2.6 Tinjauan Tentang Hewan coba
Hewan coba sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus
diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan laboratorium tersebut
digunakan sebagai model untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Beberapa jenis hewan digunakan untuk keperluan penelitian yaitu
mencit, tikus, kelinci, dan kera.
40
2.6.1 Pengertian tikus
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap
infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik
Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang
lainnya, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur
anatomi yang tidak lazim ditempat esofagus bermuara ke dalam lubang
dan
tikus
putih
ini
tidak
mempunyai
kantung
empedu
(Mangkoewidjojo, 1998). Tikus jantan jarang berkelahi seperti mencit
jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang sehingga
untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan
daripada mencit (Mangkoewidjojo, 1988).
Umumnya umur tikus laboratorium empat minggu beratnya
sekitar 35-40 gram, dan berat dewasanya rata-rata 200-250 gram, tetapi
bervariasi tergantung pada galurnya. Tikus jantan tua beratnya dapat
mencapai 500 gram, tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gram
(Smith dan mangkoewidjojo, 1988).
2.6.2 Klasifikasi tikus
Tikus putih jantan diklasifikasikan sebagai berikut ini :
Filum
: Chordata
Classis
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus norvegicus
41
2.6.3 Pemeliharaan
2.6.3.1 Makan dan minum
Tikus cenderung untuk memilih biji-bijian seperti padi,
jagung, dan gandum. Kebutuhan pakan bagi tikus setiap harinya
kurang lebih 10% dari bobot tubuhnya, jika pakan tersebut
berupa pakan kering. Hal ini juga bisa ditingkatkan sampai 15%
dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan basah.
Kebutuhan minum setiap hari 15-30 ml air.
2.6.3.2 Temperatur dan kelembaban
Temperatur ruangan untuk memelihara tikus berkisar antara 1826OC. Kelembaban ruangannya berkisar antara 40-70%.
2.6.3.3 Kandang
Kandang hewan sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan
awet. Untuk mempermudah pembersihan dan sanitasi kandang,
permukaan kandang harus rata atau halus dan seminimal
mungkin sudut, lekukan yang dapat menyimpan kotoran.
2.6.3.4 Perlakuan
Untuk perlakuan hewan tikus dapat dilakukan beberapa cara :
1. Cara handling
Buka kandang, kemudian angkat tikus pada pangkal
ekornya dengan tangan kanan. Setelah itu, letakkan di atas
permukaan kasar atau kawat. Letakkan tangan kiri di
belakang tubuh atau di punggung ke arah kepala. Selipkan
kepala diantara jari telunjuk dan jari tengah, sedngkan ibu
42
jari, jari manis, dan kelingking diselipkan di sekitar pertu
sehingga kaki depan kiri dan kanan terselip diantara jarijari. Tikus juga dapat dipegang dengan cara menjepit kulit
pada tengkuknya.
2. Penandaan (identifikasi) hewan coba
Untuk mengetahui kelompok hewan diperlakukan
berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat
dilakukan dengan permanen sehingga tanda tersebut tidak
akan mudah hilang, yaitu dengan anting bernomor, tatoo
pada ekor, dan lain-lain.
3. Pengambilan darah
Pada umumnya pengambilan darah yang terlalu
banyak maka akan menyebabkan stress, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Tetapi jika terlalu sering dengan
jumlah sedikit bisa menyebabkan anemia.
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi
tertentu dari tubuh yaitu : pada vena lateral dari ekor, sinus
orbitalis mata, vena saphena (kaki), dan dari langsung dari
jantung.
4. Pemberian sampel
Pemberian secara oral pada tikus dilakukan dengan
alat suntik yang dilengkapi dengan jarum oral (berujung
tumpul). Hal ini untuk meminimalisir terjadinya luka
ketika tikus akan diberikan perlakuan. Sonde oral
43
dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan
diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai
esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Sebelum
memasukkan sonde oral, posisi kepala tikus adalah
menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde
oral akan masuk secara lurus dalam tubuh tikus (Fatasyaa,
dkk, 2010).
2.7 Kerangka konsep
Hiperkolesterolemia
aa
Penyakit
degeneratif
Probiotik
Jagung manis
Yoghurt sari jagung
manis
Mutu fisik
yoghurt sari
jagung manis
Viskositas
Aroma
Efektivitas penurunan
kolesterol darah
Organoleptik
Rasa
Warna
Tekstur
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol darah
melebihi batas yaitu kurang dari 200mg/dl. Jika kadar kolesterol darah
tersebut diatas 200-239 mg/dl maka bisa dikatakan kolesterol darahnya
pada tingkatan agak tinggi, sedangkan tingkatan tinggi kadar kolesterolnya
sekitar lebih dari 240mg/dl. Keadaan seperti ini sangat berbahaya jika
44
tidak ditangani dengan baik, karena hiperkolesterolemia dalam tubuh dapat
memicu beberapa penyakit degeneratif. Penyakit-penyakit tersebut yaitu
penyakit jantung koroner, stroke, obesitas, dan hipertensi.
Penyakit degeneratif tersebut, dapat diatasi dengan penggunaan bakteri
asam laktat sebagai probiotik. Secara tidak langsung probiotik ini berperan
penting dalam tubuh manusia, terutama pada saluran pencenaan. Peranan
yang paling terpenting probiotik dalam tubuh yaitu dapat menurunkan
kadar kolesterol darah.
Probiotik ini dapat dikombinasikan dengan sari jagung manis sehingga
menjadi pangan fungsional berupa yoghurt sari jagung manis. Alasan
pemilihan jagung manis karena orang jarang menyukai jagung dan
produksi yang tinggi membuat jagung manis kurang termanfaatkan. Di
samping itu, jagung manis memiliki potensi untuk dijadikan bahan
pembuatan yoghurt karena kandungan karbohidrat dan gula pereduksi
yang tinggi. Gula pereduksi (glukosa dan fruktosa), sukrosa, polisakarida,
dan pati yang terdapat di dalam jagung manis menjadi bahan utama dalam
pembuatan yoghurt. Sehingga diperlukan inovasi pangan fungsional yang
terbuat dari jagung manis. Secara empiris, jagung manis dapat
menurunkan kadar kolesterol darah. Pangan fungsional berupa yoghurt sari
jagung manis dapat menurunkan kadar kolesterol darah karena terdapat
bakteri asam laktat serta kandungan dari jagung manis yang dapat
menurunkan kadar kolesterol darah yaitu serat, vitamin C dan beta karoten.
Mekanisme probiotik dalam penurunan kadar kolesterol darah adalah
melalui asimilasi kolesterol dan dekonjugasi asam empedu. Asimilasi
45
kolesterol terjadi melalui mekanisme pengambilan kolesterol oleh bakteri
asam laktat yang kemudian kolesterol tersebut akan berinkorporasi dengan
membran sel bakteri sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah
kolesterol bebas dalam tubuh. Selain itu, bakteri asam laktat juga diketahui
mampu meningkatkan sekresi enzim BSH (Bile Salt Hydrolase). Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya dekonjugasi asam empedu, sehingga zat
tersebut menjadi sulit diabsorbsi kembali melalui siklus enterohepatik dan
akan lebih banyak asam empedu yang disekresikan melalui feses. Kondisi
ini akan berakibat kebutuhan kolesterol tubuh meningkat dan kadar
kolesterol darah akan berkurang (Yuwafi, H., 2011).
Serat yang terdapat dalam jagung manis ini juga dapat menurunkan
kadar kolesterol darah melalui proses pengikatan kolesterol yang terdapat
pada sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap menuju
aliran darah. Pektin dengan viskositas tinggi akan menurunkan kadar
kolesterol dengan cara meningkatkan eksresi asam empedu feses. Pektin
tersebut berperan dalam membentuk asam empedu untuk mengikat
kolesterol pada saluran pencernaan (Sharma et al., 2006).
Disini peneliti berkeinginan untuk mencampurkan probiotik dan
sari jagung manis sehingga menjadi produk pangan fungsional berupa
yoghurt sari jagung manis. Yang diharapkan produk pangan fungsional ini
memiliki harga yang terjangkau. Bahan utama dalam pembuatan yoghurt
sari jagung manis yaitu sari jagung manis yang memiliki kandungan gula
pereduksi (glukosa dan fruktosa) tinggi. Selain itu, susu skim juga
berperan dalam pembuatan yoghurt yang berfungsi sebagai asupan nutrisi
46
bagi bakteri asam laktat unutk melakukan proses fermentasi. Adapun
bakteri asam laktat yang digunakan dalam pembuatan yoghurt yaitu
bakteri Lactococcus lactis cremoris dan Streptococcus salivarius subsp
thermophillus. Kedua bakteri tersebut mempunyai kemampuan untuk
mengubah laktosa menjadi asam laktat. Untuk pembuatan yoghurt yang
baik haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI.
Persyaratan mutu fisik tersebut antara lain rasa khas asam, bentuk kental
atau semi kental, bau normal atau khas, serta konsistensinya homogen.
Untuk membuktikan bahwa yoghurt sari jagung manis dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, maka diperlukan suatu pengujian.
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian mutu fisik serta pengujian
dengan menggunakan tikus wistar jantan.
2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah yoghurt sari jagung manis mempunyai
efektivitas penurunan kadar kolesterol darah pada tikus wistar jantan.
Ho : tidak tedapat perbedaan selisih kadar kolesterol darah tikus putih secara
signifikan.
H1 : terdapat perbedaan selisih kadar kolesterol darah tikus putih secara
signifikan
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian dengan
pendekatan eksperimental. Pemilihan metode ini didasarkan pada objek
penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas yoghurt sari jagung manis
terhadap penurunan kadar kolesterol dalam darah. Sebelum dilakukan
penelitian tersebut, adapun tahap-tahap persiapan penelitian ini yang terbagi
menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan awal, tahap pelaksanaan, dan tahap
akhir.
Pada tahap awal ini meliputi persiapan alat dan bahan yang akan
dipergunakan, serta persiapan tikus wistar jantan sebagai hewan uji dalam
penelitian ini. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan ini yaitu yang dilakukan
meliputi praformulasi untuk yoghurt sari jagung manis, pembuatan sari
jagung manis, pembuatan yoghurt sari jagung manis, evaluasi mutu fisik, dan
pengujian efektivitas penurunan kadar kolesterol darah dengan menggunakan
tikus wistar jantan. Pada tahap akhir ini dilakukan analisa data yang telah
diperoleh berdasarkan hasil penelitian.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah yoghurt sari
jagung manis.
48
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yoghurt sari jagung
manis yang telah dibuat kemudian disondekan pada tikus wistar jantan.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi
Tempat penelitian efektivitas yoghurt sari jagung manis terhadap
penurunan
kadar
kolesterol
darah dilakukan
di
Laboratorium
Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakologi Putra Indonesia Malang.
3.3.2 Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian efektivitas yoghurt sari jagung manis
terhadap penurunan kadar kolesterol darah dimulai bulan Februari
sampai Juni 2014.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas
penurunan kadar kolesterol darah pada tikus wistar jantan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah yoghurt sari jagung manis.
49
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No
Variabel
Sub Variabel
Definisi Operasional Variabel
Alat ukur
Skala Ukur
1.
Mutu fisik
Organoleptik
Organoleptik adalah suatu
proses untuk mengetahui warna,
rasa, dan aroma.
-
-

Rasa
Rasa adalah suatu pengujian
yang dilakukan dengan
menggunakan indera perasa.
-
-

Bau
Bau adalah suatu hasil pengujian
yang dilakukan dengan
menggunakan indera penciuman
-
-
Warna
Warna adalah suatu hasil
pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan indera
penglihatan
-
-

Viskositas
2.
efektivitas
penurunan
kadar
kolesterol
darah
Viskositas adalah parameter
yang digunakan untuk
mengetahui kekentalan suatu
sediaan yang dilakukan dengan
mengggunakan alat viscometer.
Viskometer
cp
brookfield (Centipoise)
Uji yang menunjukkan selisih
penurunan kadar kolesterol
darah dengan menggunakan
tikus wistar jantan sebelum dan
sesudah perlakuan.
Alat tes kit
kolesterol
Ordinal
3.5 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan langkah-langkah kerja sebagai berikut ini:
3.5.1 Persiapan alat dan bahan
Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
gelas ukur, toples palstik, kompor gas, pisau, blender, saringan, panci,
50
termometer, alat tes kit kolesterol, alat sonde, kandang, tikus wistar
jantan, baskom, dan timbangan analitik.
Adapun bahan yang dipergunakan dalam penelitian adalah jagung
manis, stater, sukrosa, aquades, pakan standart, susu skim, minyak babi,
dan kuning telur puyuh.
3.5.2 Formulasi
Dalam 1 liter yoghurt sari jagung manis membutuhkan bahan-bahan
sebagai berikut ini :
Jagung manis
750 gram
Susu skim
50 gram
Sukrosa
30 gram
Stater BAL
25 mL
Air add
1000 mL
3.5.3 Perhitungan bahan
Pada perhitungan bahan kali ini, bahan-bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut ini :
1. Pakan tinggi lemak
Yang terdiri dari minyak babi sebanyak 2 gram, kuning telur puyuh
yang sebanyak 1 gram, kemudian dicampur dengan aquades hingga
2 ml.
2. Simvastatin
Simvastatin sebagai kontrol positif dalam penurunan kadar
kolesterol darah. Dosis simvastatin 10 mg/hari yang diberikan pada
sore hari. Jika dikonversikan dalam tikus, yaitu :
51
= 10 mg x 0,01125
= 0,1125 mg/125 g BB
3.5.4
Pembiakan stater bakteri asam laktat
1. Siapkan botol kecil bervolume 250 mL dengan penutup yang bisa
ditutup rapat. Cuci botol tersebut hingga bersih, lalu keringkan.
Botol yang dipakai harus tahan panas.
2. Masukkan media pembiakan sebanyak 250 mL ke dalam botol,
kemudian tutup secara rapat.
3. Rebus air dalam panci hingga mendidih, lalu masukkan botol
yang berisi susu kedalamnya.
4. Biarkan selama 15 menit. Setelah itu, angkat botol dari dalam
panci, lalu biarkan hingga dingin dengan kondisi yang masih
tertutup rapat.
5. Setelah media pembiakan dingin, masukkan dua sendok makan
stater dalam setiap botol yang berisi susu steril, lalu tutup secara
rapat dan dilakukan secara aseptis (steril).
6. Simpan botol yang telah berisi stater pada suhu kamar selama 24
jam.
7. Setelah 24 jam difermentasikan akan terbentuk stater baru.
8. Stater baru yang baik akan tampak kompak, tidak terpisah antara
padatan dan cairan, serta kelihatan lebih kental. Simpan stater
baru didalam lemari es selama 24 jam dan siap dijadikan biang
yoghurt baru.
52
3.5.5 Pembuatan sari jagung manis
1. Menyiapkan jagung manis yang telah dicuci bersih dan kemudian
ditiriskan.
2. Kemudian sisir jagung manis sebanyak 750 gram.
3. Kemudian menambahkan air sebanyak 1000 ml dan dihaluskan
dengan menggunakan blender.
4. Setelah itu, sari jagung tersebut disaring dengan menggunakan
kain saring.
3.5.6 Pembuatan yoghurt sari jagung manis
1. Menyiapkan sari jagung manis yang telah dibuat.
2. Menambahkan susu skim sebanyak 50 gram.
3. Serta menambahkan sukrosa sebanyak 30 gram.
4. Setelah itu, melakukan pasteurisasi (pemanasan) dengan suhu
85OC selama kurang lebih 15 menit.
5. Dinginkan sampai suhu ruang sekitar 37OC.
6. Setelah suhu mencapai 37OC menambahkan dengan stater yang
telah diremajakan sebanyak 25 ml.
7. Inkubasi pada suhu ruang 25OC selama 24 jam dalam wadah
tertutup rapat.
8. Sehingga diperoleh yoghurt sari jagung manis.
3.5.7 Persiapan dan pemilihan hewan uji
Dalam penelitian ini, tikus yang digunakan tikus galur Wistar jantan
berwarna putih yang digunakan harus disesuaikan umurnya yaitu 6
53
minggu yang aktif, berat badannya rata-rata 100 gram sampai 130 gram,
tidak cacat, dan memiliki kolesterol yang normal.
Penelitian ini terdapat tiga kelompok perlakuan dan dua kelompok
kontrol. Dalam perhitungan jumlah sampel minimal mempergunakan
rumus besar sampel eksperimental dari Federerr dimana (t-1)(r-1)
15,
dimana t adalah jumlah perlakuan dan r adalah jumlah hewan coba tiap
kelompok perlakuan, sehingga :
(t-1)(r-1)
15
(5-1)(r-1)
15
(4)(r-1)
(r-1)
r
15
3,75
4,75
Jumlah tikus yang digunakan sebanyak 5 ekor untuk masing-masing
kelompok perlakuan, sehingga jumlah tikus keseluruhan yang digunakan
dalam penelitian adalah 25 ekor. Untuk pengelompokannya dilakukan
secara Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Dosis pemberian yoghurt didasarkan pada dosis anjuran untuk susu
fermentasi bagi manusia dengan berat badan 70 kg, yaitu sekitar 100-200
mL/hari (Baiduri, 2007). Kemudian dosis ini dikonversikan dengan dosis
untuk tikus dengan berat badan 125 gram. Sehingga didapatkan dosis
pemberian yaitu :
1. Dosis 100 mL untuk manusia 70 kg
= 200 g tikus
= 100 mL x 0,018
= 1,8 mL
54
Rata-rata berat badan tikus untuk dosis ini adalah 117 gram,
sehingga konversinya yaitu :
Dosis 100 ml =
x 1,8 mL = 1,053 mL
2. Dosis 150 mL untuk manusia 70 kg
1 mL
= 200 g tikus
= 200 mL x 0,018
= 2,7 mL
Rata-rata berat badan tikus untuk dosis ini adalah 108 gram,
sehingga konversinya yaitu :
Dosis 150 ml =
x 2,7 mL = 1,458 mL
1,5 mL
3. Dosis 200 mL untuk manusia 70 kg = 200 g tikus
= 200 mL x 0,018
= 3,6 mL
Rata-rata berat badan tikus untuk dosis ini adalah 126 gram,
sehingga konversinya yaitu :
Dosis 200 ml =
x 3,6 mL = 2,268 mL
2,3 mL
Untuk kelompok perlakuannya adalah sebagai berikut :
1. Kelompok kontrol negatif adalah kelompok yang tidak diberikan
asupan yoghurt tetapi hanya diberikan aquades saja.
2. Kelompok kontrol positif adalah kelompok yang tidak diberikan
asupan yoghurt tetapi hanya diberikan simvastatin.
3. Kelompok perlakuan adalah kelompok yang diberikan asupan yoghurt
dengan dosis yang telah ditentukan.
55
Berikut ini cara untuk persiapan dan pemilihan hewan uji :
1. Pemilihan hewan coba dengan umur yang sama yaitu 6 minggu,
keadaan sehat, berat badan 100-130 gram yang sesuai, tidak cacat,
yang memiliki warna putih, aktif dan angka kolesterolnya harus
normal.
2. Dipilih 25 ekor tikus dilakukan secara acak, kemudian dibagi menjadi
5 kelompok yaitu 3 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol.
Yang masing-masing kelompok berisi 5 ekor.
3. Sebelum dilakukan perlakuan, setiap kelompok diadaptasikan pada
kondisi laboratorium selama 7 hari, dengan ransum sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pemberian pakan untuk aklimatisasi
Ransum
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Perlakuan
A
Perlakuan
B
Pakan standart
(g)
20
20
20
20
20
Air (mL)
30
30
30
30
30
Perlakuan
C
4. Dilakukan pengecekan yang dilakukan dengan cara ekor tikus dipotong
pada ujung ekor sekitar 0,2-2 cm dengan menggunakan silet yang
steril. Ambil darahnya dan tempelkan pada stik kolesterol.
3.5.8 Pengujian pada hewan uji
1. Pada hari ke-8, pemberian pakan tinggi lemak yang diberikan dengan
cara sonde.
2. Pemberian pakan tinggi lemak dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
Berikut ini tabel untuk pemberian pakan :
56
Tabel 3.3 Pemberian Pakan Tinggi Lemak
Ransum
Kuning telur
puyuh (g)
Minyak babi
(g)
Pakan
standart (g)
Air (mL)
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Perlakuan
A
Perlakuan
B
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
20
20
20
20
20
30
30
30
30
30
Perlakuan
C
3. Setelah itu, masing-masing tikus di cek kadar kolesterolnya kemudian
dicatat hasilnya.
4. Pada hari ke-15, mulai pemberian perlakuan untuk tiap kelompok.
4.1
Kelompok kontrol negatif tidak diberikan asupan yoghurt tetapi
hanya aquadest.
4.2
Kelompok kontrol positif tidak diberikan yoghurt tetapi hanya
simvastatin saja.
4.3
Kelompok perlakuan (A, B, dan C) diberikan asupan yoghurt
masing-masing dengan dosis 1 mL; 1,5 mL; dan 2,3 mL.
5. Pada hari ke-29, masing-masing tikus di cek kadar kolesterolnya kemudian
dicatat hasilnya.
57
Tabel 3.4 Komposisi Ransum Perlakuan
Ransum
Pakan Standart
(g)
Yoghurt sari
jagung manis
Simvastatin
(mg)
Air (mL)
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Perlakuan
A
Perlakuan
B
20
20
20
20
Perlakuan
C
20
-
-
1
1,5
2,3
-
0,11
-
-
-
30
30
30
30
30
3.6 Analisa Data
Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan sistem komputerisasi
dengan program SPSS. Untuk mengetahui perbedaan, terhadap perlakuan
yang diberikan dilakukan uji statistic one way anova, jika ada perbedaan
dilanjutkan dengan uji post hoc tukey untuk mengetahui perbedaan dari tiap
kelompok perlakuan. Masing-masing uji statistik dengan tingkat kepercayaan
99% ( =1%).
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pembuatan yoghurt sari jagung manis (Zea mays sacchrata Sturt.)
Formulasi yoghurt sari jagung manis yang dibuat dengan komposisi
375 gram jagung manis, sukrosa sebanyak 15 gram, susu skim sebanyak 25
gram, stater bakteri sebanyak 2,5% sehingga diperoleh yoghurt sari jagung
manis sebanyak 500 mL. Selanjutnya pengujian mutu fisik, berikut ini hasil
pengujian mutu fisik yoghurt sari jagung manis yang dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Mutu fisik Yoghurt Sari Jagung Manis
Yoghurt
sari
jagung
manis
Aroma
Bau khas
yoghurt
Parameter
Rasa
Warna
Asam
Kuning
sedikit rasa
pucat
jagung
Viskositas
100 cp
Tekstur
Semi
padat
Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa yoghurt sari jagung
manis tersebut mempunyai bau yang khas yoghurt, rasa yang khas yaitu asam
dengan sedikit rasa jagung, warnanya kuning pucat yang berasal dari jagung
manis itu sendiri, serta memiliki nilai viskositas 100 cp.
4.2 Pengujian kadar kolesterol darah tikus wistar jantan (Rattus norvegicus)
Setelah formulasi yoghurt sari jagung manis, maka selanjutnya
pengujian kadar kolesterol darah pada tikus wistar jantan selama 4 minggu.
Hasil penelitian tentang efektivitas yoghurt sari jagung manis (Zea mays
59
sacchrata Sturt.) sebagai alternatif pangan fungsional untuk mengatasi
hiperkolesterolemia adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Rerata selisih kadar kolesterol darah sebelum dan sesudah
perlakuan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelompok Perlakuan
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Selisih kadar kolesterol darah (mg/dl)
17,4
Penurunan 25,2
12,6
Penurunan 45,8
Penurunan 59,6
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa pada kelompok E rerata
selisih kadar kolesterolnya paling tinggi, hal ini bisa dikatakan bahwa pada
kelompok E ini mengalami penurunan kadar koleserol yang paling signifikan
dibandingkan kelompok A dan kelompok B. Berikut hasil rerata kadar
kolesterol pada masa adaptasi, sebelum perlakuan yoghurt, dan sesudah
perlakuan yoghurt yang tersaji dalam grafik berikut.
Gambar 4.1 Hasil rerata kadar kolesterol darah pada saat adaptasi, sebelum
perlakuan, dan sesudah perlakuan
Keterangan :
A : kelompok kontrol negatif (aquadest saja)
60
B : kelompok kontrol positif (simvastatin, 0,11 mg/ 125 gram BB)
C : kelompok yoghurt dengan dosis 1 (1ml/125 gram BB)
D : kelompok yogurt dengan dosis 2 (1,5ml/125 gram BB)
E : kelompok yoghurt dengan dosis 3 (2,3ml/125 gram BB)
Berdasarkan grafik diatas, menunjukan bahwa pada minggu ke-1 semua
kelompok perlakuan mempunyai kadar kolesteol darah yang hampir sama.
Setelah dilakukan pemberian pakan tinggi lemak pada minggu ke-2, semua
kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan. Tetapi hanya
pada kelompok E yang mengalami peningkatan kadar kolesterol darah paling
signifikan dibandingkan kelompok A dan kelompok B yang cenderung
mengalami kesamaan kadar kolesterol darah.
Pada minggu ke-4, kelompok D dan kelompok E terjadi penurunan
kadar kolesterol darah yang signifikan, yaitu pada pemberian yoghurt sari
jagung manis dengan dosis masing-masing 1,5 ml dan 2,3 ml (p<0,05), yang
berarti Ho ditolak dan menunjukan bahwa terdapat penurunan kadar
kolesterol darah secara signifikan. Dari semua kelompok perlakuan yang
mengalami penurunan kadar kolesterol darah paling signifikan terjadi pada
yoghurt pemberian 2,3 ml pada kelompok E dengan rata-rata penurunan
sekitar 59,6 mg/dl. Jika dibandingkan dosis pemberian yoghurt 1,5 ml dengan
rata-rata penurunannya yaitu hanya 49,5 mg/dl.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini sampel yang digunakan adalah yoghurt sari jagung manis.
Yang pertama dilakukan yaitu membuat formulasi yoghurt sari jagung manis
dengan cara menghaluskan jagung manis yang telah disisir terlebih dahulu,
kemudian menyaring dengan kain saring dan menambahkan gula pasir sebanyak
30 gram serta susu skim sebanyak 5% sekitar 50 gram dalam 1000 ml. Tujuan
penambahan susu skim untuk memberikan nutrisi berupa laktosa bagi bakteri
untuk melakukan fermentasi.
Setelah itu, dilakukan pasteurisasi (pemanasan) selama 15 menit,
selanjutnya dilakukan penyaringan kembali dan didinginkan hingga suhu ruang.
Kemudian menambahkan stater caspian yang berisi Lactococcus lactis cremoris
dan Streptococcus salivarius sp thermophillus sebanyak 2,5%. Setelah itu
diinkubasi selama 24 jam, sehingga diperoleh yoghurt sari jagung manis. Yoghurt
yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian mutu fisik.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, aromanya khas yoghurt dan rasa
asam sedikit rasa jagung. Hal ini dikarenakan pada saat proses fermentasi
berlangsung, bakteri caspian yang terdiri dari Lactococcus lactis cremoris dan
Streptococcus salivarius subsp thermophillus menggunakan enzimnya untuk
menghasilkan energi molekul dari laktosa yang terdapat dalam susu skim. Dari
proses tersebut diperoleh hasil sampingan berupa asam laktat. Asam laktat inilah
yang dapat menghasilkan aroma khas pada yoghurt. Faktor lain juga yang
62
mempengaruhi yaitu semakin banyak stater yang digunakan maka kadar asam
semakin meningkat.
Selain itu, tekstur yoghurt semi padat serta memiliki viskositas 100 cp. Hal
ini karena konsentrasi stater yang digunakan juga berpengaruh terhadap tekstur
yoghurt. Yoghurt menjadi semi padat karena terjadi perubahan pH dan akibat dari
penggumpalan protein adanya asam organik yang dihasilkan dari kultur bakteri
(Surono, 2004). Menurut Anonimus (2006), jenis dan jumlah mikroorganisme
dalam stater yang digunakan sangat berperan dalam pembentukkan formasi dan
rasa serta tekstur yoghurt, selain itu lama fermentasi dan suhu lingkungan juga
berpengaruh dalam pembuatan yoghurt. Selain itu, dalam penelitian ini stater yang
digunakan adalah stater caspian. Bakteri caspian memiliki keunggulan yaitu
memberikan tekstur yoghurt menjadi lebih kental. Selain yoghurt sari jagung
manis yang dihasilkan memiliki tekstur kental, tetapi yoghurt sari jagung manis
memiliki kelemahan yaitu jika mengalami goncangan tekstur yoghurt akan
mengalami pemisahan antara fase air dengan gumpalan protein. Oleh karena itu,
diperlukan bahan penstabil seperti CMC Na atau gom arab.
Setelah dilakukan formulasi yoghurt sari jagung manis, kemudian
dilanjutkan dengan pengujian efektivitas yoghurt sari jagung manis terhadap tikus
wistar jantan. Tikus wistar ini dipilih dikarenakan tikus wistar mempunyai
metabolisme yang mirip dengan manusia. Jika ditinjau dari segi jenis kelaminnya,
tikus yang digunakan berjenis kelamin jantan karena tikus jantan memiliki
hormon estrogen yang sedikit dibandingkan dengan betina sehingga dapat
berpengaruh terhadap kolesterol darah. Selain itu, kondisi biologis tubuhnya lebih
stabil apabila dibandingkan tikus betina.
63
Selanjutnya semua tikus diaklimatisasi selama 1 minggu dengan pakan
standart yang berupa pakan BR dan aquadest. Hal ini bertujuan agar tikus dapat
beradaptasi dengan pakan dan perlakuan yang baru, sehingga ketika dilakukan
pengukuran awal kadar kolesterol darah tikus akan diperoleh hasil yang tidak jauh
berbeda. Selanjutnya pengukuran kadar kolesterol darah. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kadar kolesterol darah awal tikus.
Selanjutnya, semua tikus disonde pakan tinggi lemak yang dibuat dengan
mencampurkan 1 gram kuning telur puyuh dan 2 gram minyak babi dilarutkan
dalam 2 ml. Pakan ini memungkinkan dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
tikus. Kemudian, pengecekan kadar kolesterol darah tikus setelah pemberian
pakan tinggi lemak. Pemberian pakan tinggi lemak dilakukan selama 1 minggu.
Berdasarkan data rerata selisih kadar kolesterol darah, menunjukan bahwa
penurunan kadar kolesterol darah yang paling signifikan terjadi pada kelompok E
dibandingkan kelompok A dan kelompok B. Hal ini karena probiotik dan senyawa
kimia yang terkandung dalam yoghurt dapat memberikan efek pada kadar
kolesterol darah tikus wistar. Sedangkan pada kelompok C mengalami
peningkatan kadar kolesterol darah. Hal ini karena memang pada kelompok C
validasi datanya kurang baik sehingga diperlukan pengulangan pada kelompok
tersebut untuk mendapatkan data yang lebih valid. Rerata selisih ini dapat
digunakan
untuk
mengetahui
penurunan
kadar
kolesterol
pada
masa
penggemukkan dengan masa perlakuan, sehingga terlihat jelas perbedaan yang
ditimbulkan.
Berdasarkan hasil rerata kadar kolesterol pada masa adaptasi, sebelum
perlakuan, dan sesudah perlakuan, menunjukan bahwa kadar kolesterol awal pada
64
minggu ke-1 untuk semua kelompok perlakuan hampir sama. Pada minggu ke-2
pemberian pakan tinggi lemak, semua kelompok perlakuan mengalami
peningkatan kadar kolesterol darah terlebih pada kelompok E yang cenderung
paling signifikan dibandingkan dengan kontrol positif maupun kontrol negatif.
Peningkatan kadar kolesterol ini dikarenakan tingginya kadar kolesterol dan asam
lemak jenuh yang terkandung dalam minyak babi. Dalam 100 gram minyak babi
saja, mengandung sekitar lemak jenuh 28,4 gram dan kolesterol 95 gram
(Almatsir, 2002). Pada minggu ke-3, dimulai pemberian yoghurt serta pemberian
simvastatin. Minggu ke-4, kelompok B mengalami penurunan yang signifikan,
karena simvastatin bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase
sehingga perubahan asam mevalonat menjadi kolesterol dihambat, dimana enzim
ini mengkatalis perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat. Sedangkan pada
kelompok A mengalami peningkatan kadar kolesterol darah. Hal ini karena pakan
BR memiliki kandungan protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium
1%, dan phospor 0,7-0,9% yang memungkinkan peningkatan kadar kolesterol
darah. Pada kelompok D dan kelompok E mengalami penurunan yang paling
signifikan. Sehingga diperoleh nilai probabilitas p<0,05, yang berarti Ho ditolak
dan menunjukan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol darah tikus secara
signifikan. Dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan dosis yang sedikit
dapat menurunkan kadar kolesterol darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan dosis 1,5 ml efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Jika
dikonversikan dengan dosis manusia yaitu sekitar 150 ml yoghurt.
Di dalam yoghurt sari jagung manis yang berperan dalam penurunan kadar
kolesterol adalah probiotik. Mekanisme dari probiotik yaitu dapat menurunkan
65
kadar kolesterol darah melalui proses asimilasi kolesterol dan dekonjugasi asam
empedu yang menyebabkan kadar kolesterol dalam darah dapat berkurang yang
nantinya akan disekresikan melalui feses. Selain dari probiotik, dari segi jagung
manis juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah yaitu pada senyawa aktif
yang berupa pektin, vitamin C, dan betakaroten. Mekanisme pektin adalah dengan
mengikat kolesterol dalam saluran pencernaan sehingga dapat mencegah untuk
diserap menuju aliran darah. Di dalam saluran pencernaan, serat larut akan
mengikat asam empedu untuk keluar bersama dengan feses. Serat dapat
meningkatkan ekskresi asam empedu yang berfungsi mengikat kolesterol. Apabila
ekskresi asam empedu meningkat, maka penyerapan kolesterol dalam tubuh akan
berkurang karena sebagian berikatan dengan asam empedu dan keluar bersama
feses. Sedangkan untuk vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara
menghambat oksidasi lemak.
66
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Efektivitas Sari Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt.) Sebagai Alternatif Pangan Fungsional Untuk
Mengatasi Hiperkolesterolemia” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pengujian mutu fisik yoghurt sari jagung manis mempunyai aroma
khas yoghurt, rasanya asam sedikit rasa jagung, warna kuning
pucat, tekstur semi padat atau kental, serta mempunyai viskositas
100 cp.
2.
Dosis yoghurt sari jagung manis (Zea mays) yang paling efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus wistar jantan
adalah dosis 1,5 ml.
6.2 Saran
Dalam penelitian ini penulis memberikan saran, diantaranya yaitu :
1. Uuntuk penelitian selanjutnya perlu penambahan bahan penstabil
seperti CMC-Na atau gom arab agar yoghurt yang dihasilkan
mempunyai konsistensi yang tetap baik.
2. Untuk pengambilan data hasil analisa sebaiknya dilakukan lebih dari
satu kali untuk mendapatkan data yang valid.
67
DAFTAR PUSTAKA
Akmar, Atsmanul.2006.Aktivitas Protease dan Kandungan Asam Laktat pada
Yoghurt yang Dimodifikasi Bifidobacterium bifidum dan Diinokulasi
Pseudomonas fluo rescens.Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan
Alam
Institut
Pertanian
Bogor:Bogor,(online),
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/45866/G06aak1.
pdf?sequence=1), diakses tanggal 9 Januari 2014
Andeka.2011.http://himagrotek.blogspot.com/2011/09/cara-menanam-jagungmanis-by-andeka.html diakses tanggal 10 Januari 2014
Anonim.2011.Bakteri
Asam
Laktat,
(online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri_asam_laktat), diakses tanggal 25
Desember 2013
Assamann,G., dkk.2004.HDL Cholesterol and Protective Factors in
Atheroclerosis.American Heart Association.109; III-8 – III-14, (online),
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/5011/Skripsi.pd
f?sequence=1), Diakses tanggal 27 Desember 2013
Bhatnagar, D., Soran HH, Durrington PN.2008.Hypercolesterolemia and Its
Management,
(online),(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/b8fd75b55bbdcc12c083bdb
39362ddf8.pdf ), diakses tanggal 29 Desember 2013
Bigazzi, R, Bianchi, S., Batini, V., Guzzo, D., and Campese, VM.2006.Metabolic
Risk Factors and Amrkers of Cardiovascular and Renal Damage In
Overweight
Subjects.Hal.
426-431,
(online),
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/5011/Skripsi.pd
f?sequence=1), Diakses tanggal 27 Desember 2013
inas Kesehatan Sulawesi Selatan.2000.Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan,
(online),(http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%20
3%281%29.pdf). Diakses tanggal 26 Desember 2013
Dorland,
WAN.2003.Kamus Kedokteran Dorland.Edisi ke-29. Alih
Bahasa:Huriawati Hartanto, dkk.Jakarta:EGC. Hal.2289. Diakses tanggal
24 desember 2013
68
Dwijayanti L.2011.Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah:Jakarta.Hal 31-63, 289-296,
(online),
(ftp://175.45.187.195/TitipanFiles/BAHAN%20WISUDA%20PERIODE
%20V%2018%20MEI%202013/FULLTEKS/GIZI/RUDI%20HARTON
O.pdf.) Diakses tanggal 14 Desember 2013
Fatasyaa, dkk., 2010.Penanganan Hewan Percobaan.Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung:Bandung, (online),
(http://www.academia.edu/4691889/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARM
AKOLOGI_I.) diakses tanggal 24 Desember 2013
Fatmawati, Emi.2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis paniculata ness.) Terhadap Kadar Kolesterol, HDL, dan
Trigliserida Darah Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes. Skripsi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Malang, (Online), (http://lontar.ui.ac.id)
Diakses tanggal 18 Desember 2013
Gropper, S., Smith, J.L., and Groff, J.L.2005.Advanced Nutrition and Human
Metabolism.Fourth Edition.USA: Wardsworth, a Division of Thomson
Learing.
Hal:
129-161,(online),(http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/PENGARUH-RAKSI-AIR-KELOPAKBUNGA-ROSELLA.pdf), diakses tanggal 24 Desember 2013
Guyton, AC. And Hall, JE.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.Buku
Kedokteran
EGC:Jakarta.
Hal:
1187-1201,
(Online),
(http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PENGARUHFRAKSI-AIR-KELOPAK-BUNGA-ROSELLA.pdf) diakses tanggal 24
desember 2013
Harnowo.2011.http://i1246.photobucket.com/albums/gg601/Reza_Fadhilla/Llact
isUWc-1.jpg diakses tangal 14 Desember 2013
Holzafel, W.H., Haberer, P., Geisen, R., Bjorkroth, J., and Schillinger.2001.
Taxonomy and Important Features of Probiotic Microorganism In Food
and Nutrition, The American Journal of Clinical Nutrition, (Online),
(http://jurnal.untan.ac.id), Diakses tanggal 14 Desember 2013
Jung Sook Seoa, Kyeung Soon Leea, Jung Hyun Janga, Zhejiu Quana, Mi
Yangb, Betty Jane Burri. The Effect of Dietary Supplementation of BetaCaroten on Lipid Metabolism in Sterptozocin Induced Diabetic Rats.
69
Nutrition Research 2004. 24:1011-21, (online),
s1.undip.ac.id), Diakses tanggal 26 Desember 2013
(http://ejournal-
Kusharto CM.2006.Serat Makanan dan Peranannya Bagi Ksehatan.Jurnal Gizi
dan
Pangan.Edisi
1,
vol.(2):Hal.45-54,
(Online),(http://www.google.co.id/repository.ipb.ac.id.pdf),
diakses
tanggal 14 Desember 2013
Muchtadi D.2001.Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan Untuk Mencegah
Timbulnya Penyakit Degeneratif.Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan.Edisi:12,
vol.(1),
(online),
(http://www.google.co.id/repository.ipb.ac.id), diakses tanggal 14
Desember 2013
Malole, MBM dan CS. Pramono.1989.Penggunakan Hewan-Hewan Percobaan
Laboratorium Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut
Pertanian
Bogor:Bogor,
(Online),
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10474/D08gap.p
df?sequence=2) diakses tanggal 24 Desember 2013
Muchtadi, D., Nurheni, SP., dan Made, A.1992.Metabolisme Zat Gizi.Pustaka
Sinar Harapan:Jakarta, (online), (http://jurnal.fp.unila.ac.id) diakses
tanggal 14 Desember 2013
Muchtadi, Tien R., dan Fitriyono A.2010.Teknologi Proses pengolahan
Pangan.Alfabeta.Bandung,(online),(http://repository.unhas.ac.id/bitstrea
m/handle/123456789/4661/SKRIPSI%20IDHA%20RESKIA%20RUST
AN.pdf?sequence=1) diakses tanggal 25 Desember 2013
Murray, RK., Granner, DK., Mayers, PA., and Rodwell, VW.2003.Biokimia
Harper. Edisi 25.Buku Kedokteran EGC.Jakarta, Hal: 276-283, (online),
(http://eprints.undip.ac.id/35948/1/426_Kartika_Nugraheni_G2C007040.
pdf) diakses tanggal 24 Desember 2013
Nugraheni, K.2012.Pengaruh Pemberian Minyak Zaitun Ekstra Virgin Terhadap
Profil Lipid Serum Tikus Putih (Rattus norvegius) Strain Sprague
Dawley Hiperkolesterolemia. Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Dipeonegoro,
(online),
(http://eprints.undip.ac.id/35948/1/426_Kartika_Nugraheni_G2C007040.
pdf), diakses tanggal 7 Desember 2013
70
Robinson R. 1972. Gene Mapping in Laboratory Mammals. New York: Parts
B.Plenum. Diakses tanggal 18 Desember 2013
Sharma, B.R., L, Naresh Dhuldoya, N.C., Merchant, S.U., Merchant, U.C.2006.
An Overview of Pectins. Times Food Processing Journal, June-July
Issue, Hal. no. 44-45, (Online), (http://lontar.ui.ac.id) diakses tanggal 18
Desember 2013
Setyaningtyas,
C.2007.Sehat
dan
Segar
Dari
Alam.,
(online),
http://theezayoe.blogspot.com/2007_07_01_archive.html, diakses tanggal
24 Desember 2013
Smith, JB. dan Mangkoewidjojo, S.1988.Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.Jakarta:UI Press.hal :
37-38,
(online),
(http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/PENGARUH-FRAKSI-AIR-KELOPAKBUNGA-ROSELLA.pdf), diakses tanggal 24 Desember 2013
Srivastava, Pranati and Rishabha, Malviya.2011.Sources of Pectin, Extraction
and Its Application in Pharmaceutical Industry-an Overview. Indian
Journal of Natural Products and Resources. Vol.2, pp 10-18, (Online),
(http://lontar.ui.ac.id) diakses tanggal 18 Desember 2013
Standart Nasional Indonesia (SNI).2009. SNI 2981:2009.Yoghurt.Badan
standarisasi
Nasional
(BSN),
Jakarta
(online),
(http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%202981_2009.pdf).
Sutioso, H.2012.Pemanfaatan Pektin yang Diisolasi Dari Daun Jambu Biji
(Psidium guajava) Dalam Uji In Vitro Dan In Vivo Penurunan Kadar
Kolesterol.Fakultas
Teknik
Universitas
Indonesia,
(Online),
(http://lontar.ui.ac.id) diakses tanggal 18 Desember 2013
Ulfah, A.2000.Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner,
(Online), (http://www/pdpersi.co.id), diakses tanggal 26 Desember 2013
Uren,
Neal, and Collins,
Stephen.2008.High Cholesterol
Level
(Hypercolesterolemia),
(Online),
(http://www.netdoor.co.uk/diseasea/fact/hypercolesterolemia.htm,
diakses tanggal 18 Desember 2013)
71
Verdegem, P.2007.Bioslife Complete-The Clinically Porven, All Natural
Approach to Lowering LDL Cholesterol Levels Naturally. (online),
(http://www.lowering-cholesterol.biz/) diakses tanggal 24 Desember
2013
Yuwafi, H. 2011.Pengaruh Pemberian Yoghurt Kedelai Hitam (Black Soyghurt)
Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Hiperkolestrolemia. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro,
(online),
(http://eprints.undip.ac.id/33302/1/Hamdan.pdf), diakses tanggal 29
November 2013
72
LAMPIRAN 1
SKEMA PROSEDUR PENGUJIAN YOGHURT SARI JAGUNG MANIS
25 tikus wistar dengan umur 6
minggu, berat badan 100-130g
g
Diadaptasikan dengan pakan
selama 7 hari
Pengambilan darah dengan alat
tes kit
Pemberian pakan tinggi lemak
selama 7 hari
Pengambilan darah dengan alat
tes kit
5 ekor tikus
Pakan +
aquadest
(K.Negatif)
5 ekor tikus
Pakan +
simvastatin
(K. positif)
5 ekor tikus
Pakan+
yoghurt
1mL
(A)
5 ekor tikus
Pakan +
yoghurt
1,5mL
(B)
Pengambilan darah analisa kadar
kolesterol
5 ekor tikus
Pakan +
yoghurt
2,3mL
(C)
73
LAMPIRAN 2
Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih Sebelum
dan Sesudah Perlakuan
Kelompok
Replikasi
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 4
Penurunan
Rata-rata
kolesterol
A
(kontrol
negatif)
B
(Kontrol
positif)
C
(dosis 1
mL)
D
(dosis 1,5
mL)
E
(dosis 2,3
mL)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
135 mg/dL
132 mg/Dl
132 mg/dL
130 mg/dL
132 mg/dL
130 mg/dL
134 mg/dL
126 mg/dL
132 mg/dL
135 mg/dL
140 mg/dL
138 mg/dL
133 mg/dL
130 mg/dL
145 mg/dL
136 mg/dL
134 mg/dL
135 mg/dL
141 mg/dL
147 mg/dL
132 mg/dL
129 mg/dL
122 mg/dL
132 mg/dL
125 mg/dL
178 mg/dL
250 mg/dL
144 mg/dL
161 mg/dL
157 mg/dL
178 mg/dL
149 mg/dL
101 mg/dL
178 mg/dL
170 mg/dL
243 mg/dL
166 mg/dL
185 mg/dL
178 mg/dL
250 mg/dL
200 mg/dL
190 mg/dL
200 mg/dL
251 mg/dL
257 mg/dL
295 mg/dL
293 mg/dL
167 mg/dL
291 mg/dL
287 mg/dL
201 mg/dL
285 mg/dL
164 mg/dL
167 mg/dL
160 mg/dL
199 mg/dL
100 mg/dL
100 mg/dL
129 mg/dL
122 mg/dL
250 mg/dL
190 mg/dL
210 mg/dL
200 mg/dL
235 mg/dL
176 mg/dL
165 mg/dL
178 mg/dL
167 mg/dL
183 mg/dL
235 mg/dL
233 mg/dL
120 mg/dL
228 mg/dL
219 mg/dL
23
35
20
6
3
21
-49
-1
-49
-48
7
24
25
22
-15
-24
-25
-22
-84
-74
-60
-60
-47
-63
-68
17,4
Penurunan
25,2
12,6
Penurunan
45,8
Penurunan
59,6
74
LAMPIRAN 3
Gambar Peralatan, Bahan, Serta Pelaksanaan Penelitian
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Keterangan :
A : simvastatin sebagai kontrol positif
B : Pemberian pakan standart pada tikus putih
C : Pemberian pakan dengan cara disondekan pada tikus putih
D : Strip kolesterol untuk uji kadar kolesterol tikus putih
E : Proses pengambilan darah tikus pada ekor tikus putih
F : Pengukuran kadar kolesterol darah tikus dengan alat Nesco
(F)
75
LAMPIRAN 4
Rata-rata kadar kolesterol darah tikus putih
Kelompok
Perlakuan
A
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Yoghurt
mL
Yoghurt
mL
Yoghurt
mL
B
C
D
E
Masa
adaptasi
132 mg/dL
Masa
Masa
penggemukkan perlakuan
178 mg/dL
195 mg/dL
132 mg/dL
155 mg/dL
130 mg/dL
1 137 mg/dL
204 mg/dL
217 mg/dL
1,5 138 mg/dL
219 mg/dL
173 mg/dL
2,3 128 mg/dL
266 mg/dL
207 mg/dL
76
LAMPIRAN 5
Rerata selisih kadar kolesterol sebelum dan sesudah perlakuan
1
2
3
4
5
Total
Kelompok
A
23
35
20
6
3
87
Kelompok
B
21
-49
-1
-49
-48
-126
Kelompok
C
7
24
25
22
-15
63
Kelompok
D
-24
-25
-22
-84
-74
-229
Kelompok
E
-60
-60
-47
-63
-68
-298
77
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN MANUAL
Tabel Rerata selisih kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan
Kelompok
A
23
35
20
6
3
87
1
2
3
4
5
Total
Kelompok
B
21
-49
-1
-49
-48
-126
Kelompok
C
7
24
25
22
-15
63
= (-503)2 = 253.009
(∑ ∑
Faktor Koreksi (FK) = Correction for the mean
=
∑∑
=
= 10120,36
Dimana, n = total anggota sampel
∑
= 872+(-126) 2+632+(-229) 2+(-298) 2
= 168.659
DBP
= Derajat Bebas(DF)
= perlakuan – 1
= 5-1
=4
JKP
= Jumlah Kuadrat Perlakuan
=
=
∑
- FK
- 10120,36
= 23611,44
RKP
= Rata-rata Kuadrat Perlakuan
=
Kelompok
D
-24
-25
-22
-84
-74
-229
Kelompok
E
-60
-60
-47
-63
-68
-298
78
=
= 5902,86
= 232+352+…..+(-63)2+(-68)2
∑∑
= 43.925
DBT
= Derajat Bebas Total
= (5)(5) – 1
= 24
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
– FK
= ∑∑
= 43.925 – 10120,36
= 33804,64
DBE
= Derajat Bebas error
= 5(5-1)
= 20
JKE
= Jumlah Kuadrat Error
= JKT – JKP
= 33804,64 – 235611,44
= 10193,2
RKE
= Rata-rata Kuadrat Error
=
=
= 509,66
Fhitung
=
=
= 11,5819
Sumber Variasi
DB
JK
RK
F-hitung
Perlakuan (F)
4
23611,44
5902,86
11,5819
Error (E)
20
10193,2
509,66
Total
24
Jadi, F hitung > F tabel sehingga Ho ditolak.
79
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN SPSS
80
Post
Hoc
Test
81
Ho : tidak tedapat perbedaan selisih kadar kolesterol darah tikus putih secara
signifikan
H1 : tedapat perbedaan selisih kadar kolesterol darah tikus putih secara signifikan
Pengambilan keputusan :
P< 0,05 : Ho ditolak
P > 0,05 : Ho diterima
Keputusan :
Karena mempunyai p<0,05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat
perbedaan secara signifikan.
82
LAMPIRAN 8
Konversi Perhitungan Dosis Untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia
Hewan
percobaan
Mencit
20 g
Tikus
200 g
Marmut
400 g
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit
20 g
1,0
7,0
12,25
27,8
29,7
64,1
124,2
387,9
Tikus
200 g
0,14
1,0
1,74
3,9
4,2
9,2
17,8
56,0
Marmut
400 g
0,08
0,57
1,0
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
Kelinci
1,5 kg
0,04
0,25
0,44
1,0
1,08
2,4
4,5
14,2
Kucing
2 kg
0,03
0,23
0,41
0,92
1,0
2,2
4,1
13,2
Kera
4 kg
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1,0
1,9
6,1
Anjing
12 kg
0,008
0,06
0,010
0,22
0,24
0,52
1,0
3,1
Manusia
70 kg
0,0026
0,018
0,031
0,07
0,076
0,16
0,32
1,0
Download