BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Financial Leverage

advertisement
11 BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Financial Leverage
Financial leverage merupakan pengunaan dana dari aset perusahaan
dengan surat–surat berharga dengan tingkat pengambilan yang tetap
(terbatas), yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan bagi pemegang
saham.6
Kebijakan perusahaan mendapat modal pinjaman dari luar ditinjau dari
bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan kebijakan financial
leverage, dimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya dengan
menggunakan modal asing/hutang serta menanggung suatu beban tetap yang
bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham. Masalah financial
leverage baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban
tetap. Signalling theory menjelaskan proses yang memakan biaya berupa
deadweight costing, bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai
perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan
lain yang memiiliki nilai lebih redah, karena faktor biaya.7
Salah satu contoh yang diberikan oleh Ross adalah tingkat laveragge
perusahaan, yaitu perusahaan yang besar akan membuat insentif yang
mendorong mereka mengambil leveragge tinggi. Hal ini tidak akan dapat
diikuti oleh perusahaaan yang lebih kecil, karena mereka akan lebih rentan
3
7
Harmono, op.cit,.p.2
Ibid, hlm. 28
12 mengalami kebangkrutan. Hal ini akan menciptakan separating equilibrium
yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi
akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai
yang lebih rendah akan lebih banyak menggunakan equity.
Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai
rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta
menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium
stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang
lebih tinggi.
Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi
peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial
leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam
menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan laveragge.
Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang
memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus
menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature
(tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam
teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.
Financial leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap adalah
dengan tujuan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa atau
dikenal dengan istilah EPS = Earning per Share.8 Financial leverage juga
8
Bambang Riyanto. Dasar-dasar pembelajaran, Edisi 4.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.2008
13 sebagai perolehan aktiva dengan dana yang di peroleh dari kreditur atau
pemegang saham preferen dengan tingkat pengembalian tertentu. the higher
use of fixed-income securities (in this case debt) will have higher financial
leverage, on the contrary the lower the use of fixed-income securities, the
financial leverage will also be lower.9
Jadi kesimpulannya Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang
dalam membiayai perusahaan yang dapat mengakibatkan timbulnya resiko
keuangan, semakin besar biaya tetap finansial yang ditambahkan pada biaya
tetap opersasi (Operating Fixed Cost). Penambahan fixed cost yang lebih
besar
akan
mengurangi
keuntungan
bersih
pemegang
saham,
dan
pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa.
Walaupun penggunaan financial leverage memiliki resiko yang cukup besar ,
perusahaan tetap cenderung memilih financial leverage yang tinggi karena :
1. Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan
dana yang dibutuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan ditanggung
kreditur.
2. Dengan menambah pendanaan yang berasal dari hutang, pemegang saham
dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil.
3. Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang
yang dibebani bunga, pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah
atau meningkat.10
9
Weston, J.F and Brigham, Eugene F., Basics of Finance Management, 8th, American Finance
Association, University Michigan.2001.
10
Brigham dan Houston. Dasar-dasar manajemen keuangan Edisi kesepuluh. Jakarta : Salemba
Empat .2007
14 B. Alasan pengunaan Financial leverage
Dengan
menerapkan
kebijakan
financial
leverage,
perusahaan
memutuskan mengikutsertakan modal pinjaman dan struktur modalnya.
Mengunakan pinjaman berarti membuka kesempatan bagi manejemen untuk
memaksimalkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham, tercermin
pada meningkatkan Return On Equity ( ROE).
Pengunaan financial leverage dalam struktur modal mepunyai dampak
yaitu dapat memperbesar pengambilan modal pemilik perusahaan. Hal
tersebut dapat terjadi apabila perusahaan mampu mengelola dana yang
berasal dari hutang.
Perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan hasil
lebih besar daripada bungga yang dibayarkan. Maka pengambilan dari modal
pemilik akan diperbesar, atau “diungkit”(leverage)”.11
Dalam keadaan ada pajak, keputusan pendanaan menjadi relevan. Hal ini
disebabkan oleh karena pada umumnya bunga dibayarkan bisa dipergunakan
untuk mengurangi penghasilan yang dikenai pajak atau bersifat “ Tax
Deductible “. Dengan kata lain, apabila ada dua perusahaan yang
memperboleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang
sedangkan satunya tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan
merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan
yang mengunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak
menggunakan hutang.
11
Ibid
15 C. Dampak pengunaan financial leverage
1. Rate of return lebih besar daripada tingkat bunga (rate of return > rate of
interest) berarti terdapat keuntungan bagi pemegang saham yang
merupakan selisih antara rate of return yang dicapai dengan tingkat
bunga.keadaan ini disebut Favourable Financial leverage.
2. Rate of return sama dengan tingkat bunga (rate of return = rate of
interest) berarti pendapatan bagi pemegang saham sama dengan bunga
yang harus dibayarkan.
3. Rate of return lebih kecil dari tingkat bunga ( rate of return < rate of
interest ) berate perusahaan menderita kerugian akibat pengunaan modal
pinjaman dapat pula disebut Unfavorable Financial leverage.
D. Sumber-sumber Financial leverage
Sumber-sumber financial leverage dapat berasal dari modal asing (modal
yang berasal dari luar perusahaan) yaitu berupa hutang kepada supplier,
hutang kepada pegawai, hutang kepada perusahaan lain hutang kepada bank
dan hutang kepada investor dalam bentuk obligasi, serta dapat berasal dari
modal sendiri (modal yang berasal dari dalam perusahaan) tepatnya pada
saham preferen.
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang
bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus
dibayar kembali. Modal asing atau hutang terbagi dalam tiga golongan, yaitu :
16 1. Modal asing / utang jangka pendek (Short-term Debt). Yaitu hutang yang
jangka waktunya pendek (kurang dari satu tahun). Meliputi kredit rekening
koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
2. Modal asing / utang jangka menengah (Intermediate-term Debt). Yaitu
hutang yang jangka waktunya antara satu sampai sepuluh tahun. Meliputi
term loan dan lease financing.
3. Modal asing / utang jangka panjang (Long-term Debt). Yaitu hutang yang
jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Meliputi pinjaman obligasi
(Bonds-payables) dan pinjaman hipotik (Mortgage).
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas
(P.T.) terdiri dari :
1. Modal Saham
a. Saham biasa (Commond Stock)
b. Saham preferen (Preferred Stock)
c. Saham kumulatif preferen (Cummulative Preferred Stock)
2. Cadangan
3. Keuntungan
17 Penggunaan dana yang berasal dari modal asing mengharuskan
perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga, begitu pula jika
perusahaan menggunakan dana dari modal sendiri yaitu saham preferen maka
perusahaan mengeluarkan beban tetap berupa dividen.12
E. Komponen Laporan Keuangan dan Kaitannya dengan financial leverage
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan posisi keuangan
Neraca merupakan elemen dari laporan keuangan yang memberikan
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca
pada umumnya memiliki tiga unsur, dengan penjabaran sebagai berikut :
a.
Aset
b.
Liabilitas
c.
Ekuitas
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Laporan laba rugi menyediakan informasi mengenai penentuan
profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan
perusahaan melunasi pinjaman yang diperlukan investor dan kreditor
untuk membantu memprediksi jumlah, penetapan waktu dan kepastian dari
arus kas masa depan.
12
Bambang,loc.cit.,p.4
18 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan
perubahan
ekuitas
menyajikan
informasi
mengenai
perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi
dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu, operasi, investasi
dan pendanaan.
4. Laporan arus kas selama periode
Laporan arus kas memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas selama satu periode
tertentu. Laporan arus kas terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a.
Laporan arus kas investasi
b.
Laporan arus kas pendanaan
c.
Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan.13
F. Ukuran Financial leverage
Ukuran financial leverage adalah Debt to equity ratio yang merupakan
perbandingan total utang dengan total modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini,
maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat
13
www.google.com tgl 07 April 2013
19 keuntungan yang tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal
sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Selain itu kreditur juga
mengasumsikan terdapat risiko yang besar dari perusahaan sehingga kreditur
dapat saja memberikan bunga yang cukup besar, sehingga kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber-sumber luar terbatas dan
akan mepengaruhi nilai perusahaan.14
DER =
Total Hutang
Total Modal
G. Kebijakan Deviden
Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah
dividen. Deviden adalah pembagian laba kepada pemegang saham
berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi
laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan
kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.
Kebijakan deviden merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan
pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan
dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan
umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk
mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat
kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu
untuk membagikan dividen.
14
Sartono, Agus, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta, 2010
20 a dividend is a cash payment made on a quarterly or semi annual basis by
company to its shareholders, it is a distribution of after tax profit.15
Signalling theory menjelaskan proses yang memakan biaya berupa
deadweight costing, bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai
perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan
lain yang memiiliki nilai lebih redah, karena faktor biaya.16
Salah satu contoh yang diberikan oleh Ross adalah tingkat laveragge
perusahaan, yaitu perusahaan yang besar akan membuat insentif yang
mendorong mereka mengambil leveragge tinggi. Hal ini tidak akan dapat
diikuti oleh perusahaaan yang lebih kecil, karena mereka akan lebih rentan
mengalami kebangkrutan. Hal ini akan menciptakan separating equilibrium
yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi
akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai
yang lebih rendah akan lebih banyak menggunakan equity.
Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai
rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta
menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium
stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang
lebih tinggi.
Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi
peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial
15
Watson Denzil and Head Antony, Coorporate Finance Principles and Practice, 3 th Edition,
Prentice Hall, England.2004
16
Ibid, hlm. 28
21 leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam
menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan laveragge.
Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang
memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus
menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature
(tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam
teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.
Banyak
perusahaan
yang
selalu
mengkomunikasikan
bahwa
perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah
tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada
perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa
perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk
mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada
periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan
memiliki harga saham yang semakin tinggi.17
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dividen
merupakan proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang
dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. 18
17
Gitosudarmo, indriyo dan Basri. Manajemen keuangan.. Edisi keempat. Yogyakarta : BFE. 2008
Sunariyah. Pengantar pengetahuan pasar modal. Edisi keempat. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
2007
18
22 Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan deviden :
DPR = Deviden per lembar saham
Laba per lembar saham (LPS)
Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham bisa berupa :
1. Dividen Tunai (cash dividend)
Dividen Tunai adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada para
pemegang saham secara tunai setiap lembarnya.
2. Dividen Saham (stock dividend)
Dividen saham merupakan pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu
berupa pemberian tambahan saham kepada pemegang saham dalam
jumlah yang sebanding dengan saham-saham yang dimiliki.
H. Kontroversi Deviden
Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang mengundang
perdebatan, karena terdapat lebih dari satu pendapat. Dividen dikelompokkan
menjadi tiga yaitu :
1. Dividen dibagi sebesar-besarnya
Argumentasi pendapat ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi
oleh dividen yang dibayarkan. Argumentasi ini mempunyai kesalahan
dalam hal bahwa peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan
apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan juga meningkat. Perusahaan
tidak bisa membagikan dividen yang makin besar apabila laba yang
diperoleh tidak meningkat. Memang benar kalau perusahaan mampu
meningkatkan pembayaran dividen karena peningkatan laba, harga saham
23 akan naik. Harga saham tersebut disebabkan karena kenaikan laba dan
bukan kenaikan pembayaran dividen.
2. Dividen tidak relevan
Mereka yang menganut pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan
bisa saja membagikan dividen yang banyak ataupun sedikit, asalkan
dimungkinkan menutup kekurangan dana dari sumber ekstern, jadi yang
penting adalah apakah investasi yang tersedia diharapkan akan
memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang
dipergunakan untuk membiayai berasal dari dalam perusahaan (menahan
laba) ataukah dari luar perusahaan (menerbitkan saham baru). Dampak
pilihan keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal, atau
keputusan dividen adalah tidak relevan (the irrelevant of dividend).
3. Dividen dibagikan sekecil-kecilnya
Penganut pendapat bahwa dividen seharusnya dibagikan sekecilkecilnya, mengabaikan adanya biaya emisi (floatation cost). Apabila
perusahaan menerbitkan saham baru, perusahaan akan menanggung
berbagai biaya ( yang disebut sebagai floatation cost ), seperti fee untuk
underwriter, biaya notaris, akuntan, konsultan hukum, pendaftaran saham
saham, dan sebagainya, yang berkisar antara 2 – 4 %.19
19
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.2008 24 I.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen :
1. Peraturan Hukum
Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat
dibayar dari laba yang terdahulu dan laba sekarang. Peraturan mengenai
tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditor dengan
melarang
pembayaran
dividen
yang
menyedot
→
membagikan
investasinya bukan membagikan keuntungan Peraturan mengenai tak
mampu bayar. Perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak
mampu (bangkrut→jumlah hutang lebih besar dari jumlah harta).
2. Faktor keuangan dan ekonomi
a.
Posisi Likuiditas
Laba ditahan biasanya di investasikan dalam bentuk aktiva yang
diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun
terdahulu sudah di investasikan dalam bentuk mesin dan peralatan,
persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk
uang tunai. Suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin
saja tidak membayar dividen karena keadaan likuiditasnya.
b.
Perlunya membayar kembali pinjaman
Jika perusahaan telah membuat penjaman untuk memperluas
usahanya atau untuk pembiayaan lainnya, maka ia dapat melunasi
penjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan
cadangan-cadangan
untuk
melunasi
pinjaman
itu
nantinya,
25 diputuskannya bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya
harus ada laba ditahan.
c.
Keterbatasan karena kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman apalagi jika menyangkut pinjaman jangka
panjang
seringkali
membatasi
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar dividen tunai. Pembatasan-pembatasan itu dimaksudkan
untuk melindungi para kreditur.
d.
Tingkat penjualan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin banyak dana
yang dibutuhkan di kemudian hari dan semakin banyak laba yang
harus ditahan dan tidak dibayarkan.
e.
Tingkat laba
Laba dibagikan kepada para pemegang saham atau tetap ditahan
di perusahaan untuk digunakan kembali.
f.
Stabilitas laba
Perusahaan yang labanya relatif teratur seringkali dapat
memperkirakan bagaimana laba di kemudian hari. Perusahaan seperti
itu kemungkinan besar akan membagikan labanya dalam bentuk
dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang labanya berfluktuasi.
g.
Keputusan kebijakan dividen
Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per
lembar saham pada tingkat yang konstan. Nilai dividen selalu
26 terlambat dibandingkan dengan nilai keuntungan, artinya dividen itu
baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya laba itu
benar-benar mantap dan nampak cukup permanen. Sekali dividen
naik, maka segala daya dan upaya yang akan dikerahkan supaya
tingkatan yang baru itu dapat terus dipertahankan. Laba akan tetap
dipertahankan sampai betul-betul jelas bahwa labanya memang tak
mungkin pulih kembali.
Ada beberapa pertimbangan manajerial dalam menentukan kebijakan
dividen adalah :
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar Kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayarkan dividen. Penghasilan perusahaan akan
digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua
proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran
dividen.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
kebijakan dividen. Dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin
besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar
pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
27 3. Kemampuan untuk meminjam
Apabila
perusahaan
mempunyai
kemampuan
yang
tinggi
untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang
tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi.
4. Pembatasan – pembatasan dalam perjanjian utang
Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian
utang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen.
Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan
perusahaan tersebut untuk membayar utangnya. Biasanya, pembatasan ini
dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka
perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui
penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang
menguntungkan. Bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada
kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai
menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Dianggap berbahaya
bila
perusahaan
terlalu
besar
membayar
dividennya,
pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan.20
20
Harjito dan Martono. Manajemen keuangan. Yogyakarta.2007
sehingga
28 J.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang
tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin
tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan
yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai
yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar
dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi pendanaan
(financing) dan manajemen asset. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga
sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli
dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena
harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan
sesungguhnya.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi
dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, Karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga
saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham, untuk mencapai
nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya
kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer
ataupun komisaris.
29 Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi. 21. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja
perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga
sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaan juga
baik. Sebagian besar perusahaan menginginkan nilai perusahaan yang tinggi,
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham
juga tinggi.
Harga pasar dapat terbentuk apabila ada transaksi antara pembeli dan
penjual dan disebut sebagai nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham
dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Aset perusahaan
yang ada yaitu aset yang berwujud dan aset yang tidak berwujud. Nilai
perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh
peluang – peluang
investasi.
Adanya peluang
investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.22
Berdasarkan definisi nilai perusahaan yang dijelaskan di atas maka dapat
dikaitkan dengan sebuah teori yang disebut dengan Signalling Theory, yang
mana Signalling Theory sendiri menekankan pada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
21
Brigham dan Houston,op.cit.,p.6
Sunarsih, N.M., Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja
Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal, Denpasar, 2011,p.6.
22
30 perusahaan (investor). Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku
pasar sudah menerima informasi atas perusahaan, pelaku pasar terlebih
dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai
signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut menjadi signal baik bagi investor, maka akan terjadi
peningkatan dalam volume perdagangan saham yang mengakibatkan
tingginya harga saham di pasar modal sebagai cerminan atas nilai suatu
perusahaan.
Selain itu ada juga Trade Off Theory yang membahas hubungan antara
struktur modal dengan nilai perusahaan. Model trade-off mengasumsikan
bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan
pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai
akibat penggunaan hutang tersebut (Hartono, 2003). Esensi trade-off theory
dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan
yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar,
tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena
penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak
diperbolehkan.
Kesimpulannya
adalah
penggunaan
hutang
akan
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu.
31 Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan
(Hartono, 2003). Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan
secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan
kontribusi penting yaitu (Hartono, 2003);23
1) Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan
sedikit hutang.
2) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak
rendah.
K. Rasio Penilaian
Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio
penilaian. mendefinisikan rasio penilaian adalah suatu rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor)
atau pada para pemegang saham. Rasio penilaian memberikan informasi
seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga tertarik untuk
membeli saham dengan harga yang lebih tinggi disbanding nilai bukunya.
Rasio penilaian terdiri atas :
23
Hidayati, Eva Eko. Analisis Pengaruh DER, DPR, ROE dan SIZE Terhadap PBV. Thesis S2
Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. 2010
32 1. Price Earning Ratio (PER).
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang
saham. Price earning ratio dapat dihitung sebagai berikut :
PER =
Harga Pasar Saham
Laba per Lembar Saham
2. Price to Book Value Ratio (PBV Ratio).
Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di
pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Price to Book Value Ratio dapat
dihitung sebagai berikut :
PBV Ratio = Harga Pasar Saham
Nilai Buku Saham
Dimana Nilai Buku Saham dapat diperoleh dari :
Nilai Buku =
Jumlah Ekuitas
Jumlah Lembar Saham Beredar
Diantara kedua rasio penilaian yang telah dijelaskan, peneliti
memutuskan untuk menggunakan price to book value (PBV) sebagai
indikator untuk mengukur nilai perusahaan karena rasio ini berfungsi
untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar jika
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya dan dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi price to book value (PBV) semakin tinggi pula nilai suatu
perusahaan. Berkaitan dengan adanya teori pesignalan (Signalling Theory)
yang dikemukakan di awal pembahasan nilai perusahaan, maka dalam
penelitian ini peneliti melakukan analisis terhadap variabel Nilai
33 Perusahaan dengan menggunakan periode pengamatan satu tahun setelah
variabel Financial Leverage dan kebijakan deviden. 24
L. Pengaruh Antar Variabel
1. Hubungan Financial Leverage (DER) dengan Nilai Perusahaan (PBV)
Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan
hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang
tersebut (Hartono, 2003). Esensi trade-off theory dalam struktur modal
adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang
masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang
sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.25
Semakin tinggi hutang (DER) maka semakin besar juga resiko yang
ditanggung. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor
terhadap nilai perusahaan. Sehingga DER berpengaruh Negatif terhadap
nilai perusahaan.
2. Hubungan Kebijakan Deviden (DPR) dengan Nilai Perusahaan (PBV)
Signalling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan
24
25
Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori , Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta. 2009
Hidayati, Eva Eko,op.cit.,p 36
34 buruk. Deviden memberikan informasi atau isyarat mengenai keuntungan
perusahaan karena pembayaran deviden akan meningkatkan keyakinan
akan keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memiliki sasaran rasio
pembayaran deviden yang stabil selama ini dan perusahaan dapat
meningkatkan rasio tersebut, para investor akan percaya bahwa
manajemen mengumumkan perubahan positif pada keuntungan yang
diharapkan perusahaan. Isyarat yang diberikan kepada investor adalah
bahwa manajemen dan dewan direksi sepenuhnya merasa yakin bahwa
kondisi keuangan lebih baik daripada yang direfleksikan pada harga
saham. Oleh karena itu, indikator kebijakan deviden yang terdiri dari
dividend yield ratio (DYR) dan dividend payout ratio (DPR) sama-sama
mempunyai hubungan positif terhadap nilai perusahaan. namun dalam
penelitian ini saya menggunakan variabel DPR untuk menguji apakah
berpengaruh positif terhadap PBV
35 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
NO
JUDUL PENELITI
PENELITI
VARIABEL
HASIL PENELITIAN
PENELITIAN
1
Pengaruh Kebijakan
Umi
Kebijakan
Kebijakan deviden
Dividen, Kebijakan
Mardiyati,
dividen
secara parsial memiliki
Hutang dan Profitabilitas
Gatot
terhadap Nilai Perusahaan
Ahmad, dan ratio) Kebijakan
signifikan terhadap nilai
manufaktur yang terdaftar
Ria Putri
hutang (Debt to
perusahaan,
di Bursa Efek Indonesia
Equity Ratio)
Kebijakan hutang
(BEI) Periode 2005-2010
Profitabilitas
berpengaruh positif tetapi
Jurnal Riset Manajemen
(proxy Return on
tidak signifikan terhadap
Sains Indonesia (JRMSI)
Equity) Nilai
nilai perusahaan,dan
|Vol. 3, No. 1, 2012
Perusahaan (
Profitabilitas memiliki
Price Book
pengaruh yang positif
Value )
signifikan terhadap nilai
Nazir (Dividend payout pengaruh yang tidak
perusahaan.
2
Analisis Pengaruh DER,
Eva Eko
DER, DPR,
DER, DPR , ROE dan Size
DPR, ROE, dan Size
Hidayati
ROE, dan Size
berpengaruh signifikan
Terhadap PBV
secara bersama-sama
Terhadap PBV Perusahaan
Manufaktur yang Listing
(simultan) terhadap PBV,
di BEI Periode 2005-2007
dan secara parsial DER
dan DPR berhubungan
36 negatif dan tidak
Signifikan terhadap PBV,
sedangkan ROE dan Size
berhubungan positif dan
signifikan terhadap PBV
3
Analisis Pengaruh ROE,
Durrotun
ROE, DER,
ROE, DER, DPR, Growth,
DER, DPR, Growth, dan
Nasehah
DPR,
dan Firm Size berpengaruh
Firm Size Terhadap Price
GROWTH, dan
signifikan secara bersama-
Book Value (PBV) Studi
FIRM SIZE
sama (simultan) terhadap
Kasus Pada Perusahaan
Terhadap PRICE
PBV,
Manufaktur yang Listed di
BOOK VALUE
dan secara parsial ROE
BEI Periode Tahun 2007-
(PBV)
dan DPR berpengaruh
2010
signifikan terhadap PBV,
Jurnal Manjemen
sedangkan DER, Growth
Universitas Diponegoro
dan Firm Size tidak
berpengaruh signifikan
terhadap PBV
37 M. Skema Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2009 – 2012
Laporan Keuangan
Financial Leverage
Nilai Perusahaan
Kebijakan Deviden
1.
2.
3.
4.
5.
Statistik Deskriptif
Uji Normalitas Data
Uji Asumsi Klasik
Uji t
Uji F
Analisis Regresi Liner
Berganda
Hasil Kesimpulan dan
Saran
Gambar 2.1 kerangka pemikiran
Feedback
38 N. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Ha1: Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).
2. Ha2: Devidend Payout Ratio (DPR) mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).
3. Ha3: Debt to Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)
mempunyai
pengaruh
perusahaan (PBV).
secara
bersama-sama
terhadap
nilai
Download