BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan (Suharto, Iman,1999). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa konsep menejemen proyek konstruksi mengandung maksud sebagai berikut : 1. Menejemen berdasarkan fungsinya yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan seperti manusia, keuangan, material dan peralatan. 2. Manajemen proyek mempunyai waktu kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang telah ditentukan secara spesifik, dimana dalam pelaksanaaannya memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama dalam aspek perencanaan dan pengendalian. 3. Memakai pendekatan sistem ( System approach to management) 4. Mempunyai Hierarki ( arus kegiatan ) horizontal dan vertical. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah atau di air. Bangunan biasanya di konotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau insfrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Menurut Wulfram ( 2004) Proyek konstruksi dapat di bedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan yaitu : 1. Bangunan gedung, dengan Ciri – ciri : a. Proyek Konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal. b. Pekerjaan di laksanakan pada lokasi yang relative sempit. c. Manajemen di butuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan 2. Bangunan Sipil, dengan Ciri – ciri : a. Proyek konstruksi di laksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia. b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang. c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Tujuan dari manajemen dalam rekayasa sipil adalah pencapaian beberapa sasaran yang dikenal sebagai sasaran sekunder dan bersifat kendala. Adapun kendala-kendala yang terlihat dalam proyek-proyek sipil biasanya berhubungan dengan kinerja, waktu pelaksanaan, batasan biaya, mutu dan kualitas pekerjaan serta keselamatan pekerjaan. Selain itu ada delapan fungsi dasar dari manajemen yang merupakan tahap yang harus dipenuhi. Karena berhasil tidaknya suatu proyek tergantung dari berjalan tidaknya kedelapan fungsi dasar tersebut. Delapan fungsi dasar tersebut kemudian dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 1. Kegiatan Perencanaan a. Penetapan Tujuan (Goal Setting) b. Perencanaan (Planning) c. Pengorganisasian (Organizing) 2. Kegiatan pelaksanaan a. Pengisian Staf (Staffing) b. Pengarahan (Directing) 3. Kegiatan pengendalian a. Pengawasan (Supervising) b. Pengendalian (Controling) c. Koordinasi (Coordinatting) (Sumber: Ervianto, 2002:4) Menurut A Guide to the Project Management Body of Knowledge (2004, p103) manajemen ruang lingkup proyek meliputi permintaan proses yang termasuk dalam segala kegiatan kerja, dan hanya kegiatan yang diperlukan agar proyek berjalan dengan sukses. Manajemen ruang lingkup merupakan hal yang paling utama dalam hal mendefinisikan dan mengontrol apa saja yang terlibat di dalam proyek. Proses utama yang terlibat di dalam manajemen ruang lingkup proyek adalah : 1. Scope Planning Membuat rencana ruang lingkup manajemen proyek serta di dokumentasikan mengenai bagaimana ruang lingkup akan didefinisikan. 2. Scope Definition http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Mengembangkan secara detail ruang lingkup proyek yang didasarkan pada keputusan proyek. 3. Create WBS (Work Breakdown Structure) Mengelompokkan pekerjaan proyek ke dalam yang lebih kecil, lebih mengatur setiap komponen pekerjaan. Menurut Santoso (2003, p49) pemecahan pekerjaan besar menjadi elemen-elemen pekerjaan yang lebih kecil sering disebut Work Breakdown Structure (WBS). Pemecahan ini akan memudahkan pembuatan jadwal proyek dan estimasi ongkos serta menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana pekerjaan harus dipecah tidak ada pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu sudah cukup mudah dilaksanakan, dapat ditentukan waktu penyelesaiannya, sumber daya apa yang diperlukan dan biaya yang diperlukan bisa dihitung, itu berarti sudah cukup memadai. 2.2 Penjadwalan (Scheduling) Penjadwalan adalah durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktifitas kerja yang ada dalam kegiatan kontruksi (Bennatan, 1995). Permasalahan yang menyebabkan dibutuhkannya penjadwalan adalah bila terdapat berbagai macam pekerjaan atau proses yang harus dilakukan, sedangkan sumber daya (bahan, tenaga kerja, alat, modal) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan atau proses tersebut terbatas sehingga diperlukan suatu pengaturan atas pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan atau prosesproses tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Fogarty (1991) mengatakan bahwa penjadwalan mencakup dua hal, yaitu scheduling dan sequencing yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut: ”Scheduling is the assigning of starting and completion times orders (job) and frequently includes the times when orders are to arrive and leave each department”.Scheduling (penjadwalan) merupakan proses penugasan kapan pekerjaan harus dimulai dan diselesaikan, sedangkan sequencing (pengurutan) merupakan proses pengaturan urutan atas pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Karena eratnya hubungan diantara kedua istilah ini, maka biasanya dalam penggunaan kata scheduling (penjadwalan), pengertian sequencing sudah tercakup didalamnya. Keputusan yang dibuat dalam penjadwalan meliputi: 1. Pengurutan pekerjaan (sequencing) 2. Waktu mulai dan selesai pekerjaan (timing) 3. Urutan proses suatu pekerjaan (routing) 2.3 Tujuan penjadwalan Tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut : 1. Menurut Baker (1974), tujuan penjadawalan umumnya adalah sebagai berikut: a. Mengurangi keterlambatan suatu pekerjaan. Setiap pekerjaan mempunyai batas waktu (due date) penyelesaian, jika pekerjaan tersebut diselesaikan melewati batas waktu yang ditentukan maka pekerjaan tersebut dinyatakan terlambat. Dengan metoda penjadwalan maka keterlambatan ini dapat dikurangi, baik waktu maupun frekuensi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 2. Menurut Narasimhan (1985), penjadwalan yang baik seharusnya simpel, mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen dan oleh siapapun yang menggunakannya. Aturan-aturan penjadwalan seharusnya cukup kuat tetapi mempunyai tujuan yang realistis sehingga cukup flexibel untuk memecahkan masalah yang tidak terprediksi sebelumnya dan membolehkan satu perencanaan ulang. a. Bedworth (1987) mengidentifikasikan beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan, adalah sebagai berikut : b. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat. c. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang menpunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimalisasi penalty cost (biaya kelambatan). 2.4 Struktur pemecahan Kerja (Work breakdown Structure – WBS) Menurut Budi Santosa (2003, p49), WBS (Work Breakdown Structure) adalah pemecahan pekerjaan menjadi elemen-elemen kecil. Pemecahan ini akan memudahkan pembuatan jadwal proyek dan estimasi biaya serta menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana pekerjaan harus dipecah tidak ada pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu sudah cukup mudah dilaksanakan, dapat ditentukan waktu penyelesaiannya, sumber daya apa yang diperlukan dan biaya yang diperlukan bisa dihitung, itu berarti sudah cukup memadai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Struktur pemecahan kerja memiliki tingkatan sebagai berikut (Budi Santosa,2003,p49) : Tabel 2.1 Tingkat pemecahan Masalah Tingkat Deskripsi 1 Proyek 2 Tugas 3 Subtugas 4 Paket pekerjaan Sumber : Budi Santoso, “Manajemen Proyek”, 2003. WBS mempunyai kegunaan yang besar dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Setidaknya ada 3 manfaat utama WBS: 1. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel lain yang akan mengerjakannya diidentifikasikan sekaligus terlibat. Persetujuan mereka terhadap WBS akan membantum memastikan tingkat akurasi dan kelengkapan pendefinisian perkerjaan akan mendapatkan komitmen terhadap proyek. 2. WBS akan menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan. Setiap paket pekerjaan ditentukan biaya penyelesaiannya. Jumlah secara keseluruhan paket pekerjaan ditambah biaya kerja tidak langsung akan menjadi biaya total proyek. Sedangkan waktu penyelesaian tiap paket pekerjaan berguna untuk penjadwalan. Dari penganggaran dan penjadwalan ini ukuran kemajuan proyek dan penggunaan biaya bisa diukur. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 3. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek. Beberapa peyimpangan pengeluaran untuk pengerjaan paket-paket kerja tertentu serta waktunya bisa dibandingkan dengan WBS ini. Sebaiknya WBS cukup fleksibel sehingga bisa mengakomodasikan perubahan dalam hal tujuan ataupun lingkungan proyek. Karena perubahan terhadap WBS akan berpengaruh terhadap mekanisme pengadaan material, staffing dan aliran dana. 2.5 PERT PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek (Siswanto, 2007). Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999). Menurut Heizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis , waktu pesimis , dan waktu realistis. Levin dan Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah perkiraan waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 dicapai, kemungkinan terjadinya hanya satu kali dari 100, waktu pesimis adalah suatu perkiraan waktu yang lain yang mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk dapat direalisasikan, kemungkinan terjadinya juga hanya satu kali dalam 100, sedangkan waktu realistis atau waktu yang paling mungkin adalah waktu yang berdasarkan pikiran estimator. 2.6 CPM Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyekproyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. 2.6.1 Network (Jaringan Kerja) Network (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dengan demikian dapat 16 dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) : 1. Anak panah / busur , mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan disini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan durasi ( jangka waktu tertentu) . Kepala anak panah menunjukan arah tiap kegiatan yang menunjukan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah daari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu menggunakan skala. 2. Lingkaran kecil / simpul / node , mewakili sebuah kegiatan atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dan sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul / node tersebut. 3. Anak panah dengan garis putus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dammy activity. Setiap anak panah memiliki perananan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy disini berguna untuk membatasimulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu skala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumber daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol. 4. Anak panah tebal ,menyatakan kegiatan pada lintasan kritis. Dalam penggunaannya symbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturanaturan sebagai berikut (Hayun, 2005) 1. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah. 2. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian. 3. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi. 4. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat diselesaikannya kejadian (terminal event). http://digilib.mercubuana.ac.id/ paling cepat 18 2.7 Perbedaan CPM dan PERT Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut : 1. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator. 2. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek. 3. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya. 4. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. 2.8 Pengelolaan Sewage Treatment Plant (STP) Sewage Treatment Plant (STP) adalah sebuah system pengolahan air limbah menjadi air bersih kualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau di buang kesungai tanpa mencemari air sungai. Air hasil olahan ini bukan untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi untuk dibuang. Sebelum limbah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 dapat di buang ke lingkungan, air hasil olahan harus memenuhi standar limbah yang aman bagi lingkungan. Di kota-kota besar telah banyak diterapkan Sewage Treatment ini, terutama di hotel-hotel dengan menggunakan BIO Septic tank untuk mengolah limbah rumah tangga. BIO Septic tank yang banyak beredar dipasaran sangat effisien untuk satu rumah. Untuk perumahan dengan padat penghuni maka akan jauh lebih effisien jika dibangun system pengolahan limbah terpusat (Sewage Treatment Plant). Memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang berguna, adalah tindakan yang sangat bijaksana. Reuse atau menggunakan kembali hasil olahan limbah, ternyata dapat dilakukan tidak hanya untuk limbah kering saja, tetapi juga limbah cair. Di beberapa gedung, air hasil pegelolaan dapat digunakan untuk menyiram tanaman, fasilitas pencucian mobil, dari hasil air limbah yang telah diolah. Merujuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 122 tahun 2005, tentang tata cara membuang air limbah ke saluran kota, maka pengelola gedung melakukan treatment, untuk mengolah air limbah yang ada. Tidak saja mengatasi persoalan limbah cair, menggunakan hasil olahan limbah juga dapat menghemat pemakaian air yang semakin mahal. Merujuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 122 tahun 2005, tentang tata cara membuang air limbah ke saluran kota, maka pengelola gedung melakukan treatment, untuk mengolah air limbah melalui proses recycling. “Proses recycling air limbah domestik atau Sewage Treatment Plant (STP) dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain 'Rotor disk atau Konventional / Extended aeration. Rotor disk adalah sistem di mana pemberian oksigen bagi bakteri dengan cara membiakan bakteri yang menempel pada disk sehingga bakteri akan kontak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 dengan oksigen, sedang pada saat bakteri ada di dalam cairan mereka akan makan kotoran yang ada pada cairan tersebut. Sementara Konventional / Extended aeration, suatu sistem di mana pemberian oksigen dilakukan dengan cara menyemburkan oksigen ke dalam cairan dengan mengunakan blower. Pada sistem ini diperlukan area yang luas. Tahap Pengolahan 1. Pre treatment. Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar ataupun grease, agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya, agar tercipta performa pengolahan yang optimal. Air dialirkan lewat inlet chamber di mana ada screen yang dapat menyaring benda padat. Selanjutnya air masuk ke grease trap yang berguna untuk memisahkan lemak yang dapat mengganggu proses biologi. Kemudian air akan menuju ke primary clarifier. 2. Primary clarifier. Pada proses ini terjadi pemisahan partikel yang mengendap secara grafitasi (suspended solid) sehingga mengurangi beban pengolahan pada unit selanjutnya. Pada proses ini berguna untuk membuat aliran jadi lebih tenang dan aliran dapat stabil. 3. Rotating Biological Contactor (RBC). Proses pengolahan yang di lakukan adalah untuk menurunkan BOD (bio-chemical oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) yang ada pada air limbah, sehingga dapat memenuhi kualitas air yang layak untuk kita buang ke saluran kota, Pengolahan polutan dilakukan oleh mikroorganisma yang melekat pada permukaan disk yang berputar. Perputaran ini dilakukan guna memenuhi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 kebutuhan oksigen untuk kehidupan mikroorganisma dan mencegah terjadinya kondisi anaerob yang dapat menimbulkan bau. Pada saat disk berputar terjadi kontak biomass yang dengan oksigen pada saat disk menyembul di permukaan dan terjadi kontak pada material organik yang ada pada air limbah untuk menjadi makanan pada saat disk terendam. Jadi bila disk terlihat kotor jangan dibersihkan karena sebenarnya itu adalah bakteri. 4. Final Clarifier. Unit mengendapkan ini berfungsi partikel-partikel sebagai yang masih clarifier belum akhir untuk terendapkan, serta biomass yang telah mati. 5. Disinfeksi. Pada proses ini dilakukan penginjeksian chlorine yang bertujuan membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada. 6. Effluent Tank. Air yang telah kita olah akan dialirkan menuju effluent tank untuk selanjutnya dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram taman dan air cuci kendaraan. 7. Sand Filter. Air dari effluent tank kita alirkan ke sand filter menggunakan pompa, pada proses ini air akan di saring oleh pasir silika yang berfungsi menyaring padatan yang masih terbawa pada sistem, dan juga untuk menurunkan kekeruhan yang ada. Pada proses ini yang harus di perhatikan adalah perbedaan tekanan aliran masuk dan keluar. Bila tekanan lebih dari tekanan yang ditentukan, maka perlu kita lakukan proses back washing. Yang berfungsi untuk mencuci kembali sand filter yang ada. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Setelah melewati proses di atas maka diharapkan limbah air yang dibuang dapat memenuhi standar air buang yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga air buangan kita tidak mencemari lingkungan. Sedangkan proses pengolahan kembali akan membuat kita ikut menjaga kelestarian alam dengan melakukan penghematan air, dengan demikian akan ikut melestarikan lingkungan hidup kita. Perawatan STP 1. Periksa harian kondisi basket screen dan bila ada kotoran bersihkan, hal ini agar aliran air limbah dapat lancar ke proses STP. 2. Bersihkan grease trap dari lemak. Apa-bila terlalu lama maka lemak akan mengeras. Dan bisa menyebabkan bau, jika pemakaian atau kapasitas air limbah besar maka bisa kita lakukan pengangkutan lemak secara harian. 3. Pengangkutan lumpur kita lakukan setahun sekali atau dua kali tergantung beban limbah. 4. Pemeriksaan dan pemeliharaan rutin pompa, pompa submersible, gearbox, penambahan pelumas pada bearing kita lakukan rutin 3 bulan sekali. 5. Pengecekan rantai dan komponen transmisi yang ada tiap 3 bulan sekali. 6. Backwash sand filter dan karbon filter setiap minggu atau menurut kondisi filter yang ada, hal ini dapat kita lihat dari tekanan pada pressure gauge. 7. Pengecekan air limbah ke BPLH tiap 3 bulan sekali. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 2.9 Kerangka Pemikiran Input Proses Schedule Volume Pekerjaan Biaya Tenaga Kerja CPM PERT Probabilistik Output Gambar 2.1: Kerangka pemikiran Jalur kritis Waktu Yang Diharapkan Varians Probabilitas Crashing Duration 2.10 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian terdahulu No 1 Nama Judul Metode Hasil As a result of increased competition environment, it has been obligatory to complete the projects in the foresighted time and with the specified sources. An effective project management is necessary to finish the projects without delay and with the available qualifications identified CPM, PERT and beforehand. The project planning techniques are utilized to satisfy these Project Management necessities. In this study, classic PERT and CPM, which are project Mete Mazlum , Ali CPM, PERT and Project With Fuzzy Logic and management techniques, fuzzy PERT and fuzzy CPM, which are used in Fuat (2015) Management Implementation On A the fuzzy project management, will be used to improve an online internet Business branch and to plan the project of an online internet branch. At the end of the study, the results will be analyzed. In the study, certain and fuzzy activity times of three different firms are used. With certain activity times, classic CPM and PERT optimization and with using triangular fuzzy numbers for fuzzy data, CPM and PERT optimization are analyzed http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 No Nama Judul Projects Analysis Through CPM Peter Stelth (Msc), (Critical Path 2 Professor Guy le Roy Method)and Implementation On A Business 3 4 5 Amer A. Boushaala (2014) Ajiboye Sule Adegoke (2010) Wallace Agyei (2015) An Approach for Project Schedulling Using PERT / CPM and Petri Nets (PNs) Tools Measuring Process Effectiveness Using CPM / PERT Project Plannig and Shedulling Using PERT and CPM Tehnique With Linear Programming Case Study Evaluasi penjadwalan Waktu dan Biaya Muhammad Rizki R , 6 proyek Dengan Syahrizal (2010) Metode PERT & CPM Metode Hasil CPM CPM, a technique for analyzing projects by determining the longest sequence of tasks (or the sequence of task with the least slack) through a project networkOrganizations today are also increasingly using virtual project management teams. They are procuring expertise and materials from all corners of the world. Therefore, CPM and CCM process are even more complicated than in the past. These environments also create their own problems and bottleneck that have to be also considered when studying and process or situation. The need to increase pro¿ts and revenues has forced many establishments to try to optimize their resources. Every organization is created to serve and develop speci¿c functions, procedures, and responsibilities. If these goals are achieved properly, the long-term stability of the organization is accomplished; and, in many cases, guaranteed. Increasing ef¿ciency and productivity have always been key factors in implementing any change. CPM, PERT and Petri Nets (PNs) This paper proposes a PN based modeling approach to provide a formal way to verify that all the activities are well connected in the project network. This PN model can then be analyzed through (PN based) scheduling techniques, used to find the critical path, used as a basis to develop algorithms for resource-constrained project management, and used for other decisions related to project management. The proposed PN based approach enables the project manager to consider not only resources but also all different types of variables/constraints related to a project, e.g. costs of activities. CPM & PERT Most organizations around the world have discovered that the strategy of customer satisfaction translates very rapidly to higher profit and productivity. We show here how some simple Operations Research methods can be used to achieve better customer satisfaction. The methods of CPM and PERT were used to analyze a process that delivers service to customers in an organization faced with the problem of providing additional parking space for its customers’ trucks. By reducing and stabilizing the process cycle time, the problem was solved, saving the company the cost of leasing more parking lots for the customers’ trucks. In addition, the customers were happy with less time spent in the company’s premises PERT & CPM This study is aimed at finding trade-off between the cost and minimum expected time that will be required to complete the building project. The data on the cost and duration of activities involved were obtained Angel Estates and Construction Ltd., a construction company based in Ashanti region, Ghana. Both critical path method (CPM) and project evaluation and review technique (PERT) were used for the analysis. The activities underwent crashing of both the time and cost using linear programming, this paved way for the determination of critical path. Further analysis revealed that the shortest possible time for the completion of the analyzed building project is 40 days instead of the expected duration of 79 days. This means that through proper scheduling of activities, the expected completion time was reduced by 39 days. T PERT & CPM Salah satu alternatif untuk mempercepat penyelesaian proyek adalah dengan penambahan jam kerja sehingga membutuhkan biaya lebih besar dari perencanaan sebelumnya agar proyek selesai tepat waktu. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan. http://digilib.mercubuana.ac.id/