bab 1 pendahuluan pendahuluan

advertisement
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan
dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan
laporan laba rugi, yakni pendekatan kinerja sekarang atau pendekatan kinerja normal
(normal performance approach) dan pendekatan surplus bersih (clean surplus approach)
(Suwardjono, 2014). Pendekatan kinerja normal menghitung laba bersih dengan
memasukkan efek penggunaan aset dalam satu periode yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Setiap perubahan nilai perusahaan yang tidak disebabkan oleh aktivitas operasi,
tidak akan mempengaruhi jumlah laba bersih. Di sisi lain, pendekatan surplus bersih
melihat laba sebagai aliran operasi jangka panjang, sehingga pendekatan ini memasukkan
pos-pos khusus dari transaksi nonpemilik (Suwardjono, 2014). Jadi, pendekatan surplus
bersih mencatat setiap perubahan yang terjadi akibat pemanfaatan aset untuk kepentingan
produktif selama satu periode serta akibat transaksi nonpemilik.
Dewasa ini terdapat peningkatan penggunaan nilai wajar untuk menyajikan aset dan
liabilitas
sehingga
memunculkan
pendekatan
pelaporan
laba
yang
mencakup
pengungkapan nilai wajar (Kieso et al., 2011). Tia disebut laporan laba komprehensif.
Laporan laba komprehensif adalah aplikasi dari pendekatan surplus bersih. Terdapat
argumen yang menyatakan pelaporan nilai wajar yang terus berubah akan membingungkan
penggunanya, sehingga dalam laporan laba komprehensif jumlah laba bersih dipisahkan
dari komponen nilai wajar (Kieso et al., 2011). Komponen nilai wajar tersebut disebut juga
dengan komponen penerobos karena sebelumnya dapat dilaporkan langsung di bagian
ekuitas (Suwardjono, 2014). Dalam laporan laba komprehensif, komponen penerobos
masuk dalam pos penghasilan komprehensif lain.
Sebelum diwajibkannya penyajian penghasilan komprehensif lain, pernyataan
FASB no. 130, “Reporting Comprehensive Income” pada tahun 1997 menyebutkan
perusahaan dapat memilih tiga teknik pelaporan komponen–komponen penghasilan
komprehensif lain (Rees dan Shane, 2012).
1. Dilaporkan secara bersamaan dengan laporan laba rugi.
2. Dilaporkan secara terpisah dari laporan laba rugi.
3. Perusahaan dapat langsung mengubah ekuitas.
Teknik nomor tiga memperbolehkan perusahaan untuk tidak menjabarkan
komponen–komponen penghasilan komprehensif lain dan hanya akan diketahui pengaruhnya setelah terhimpun. Tindakan ini dapat menimbulkan ketidaksetaraan informasi
(Bhamornsiri dan Wiggins, 2001). Dalam penelitiannya, Bhamornsiri dan Wiggins (2001)
menemukan adanya perbedaan signifikan pada angka laba komprehensif dan laba bersih
dengan rata-rata mencapai 12%. Ditambah lagi, banyak perusahaan dengan komponen
penghasilan komprehensif lain bernilai negatif memilih opsi nomor 3.
IASB mewajibkan pelaporan laba komprehensif melalui amandemen yang
dilakukan terhadap IAS (International Accounting Standard) 1, “Presentation of Financial
Statements” pada September 2007 (Rees dan Shane, 2012). Amandemen ini mewajibkan
penghasilan komprehensif lain disajikan sekaligus di dalam laporan laba komprehensif
atau membuat laporan penghasilan komprehensif lain secara terpisah (opsi 1 dan 2 dari
pernyataan FASB no. 130). Tindakan ini disusul oleh FASB melalui penerbitan ASU 201105 yang mengharuskan perusahaan melaporkan penghasilan komprehensif lain di bagian
bawah laporan laba komprehensif, atau dalam laporan tersendiri yang diletakkan setelah
laporan laba rugi. FASB juga memutuskan untuk (1) mewajibkan reklasifikasi untuk
disajikan dalam penghasilan komprehensif lain dan laba bersih, (2) mengizinkan item
penghasilan komprehensif lain untuk dilaporkan secara neto setelah pajak, dengan rincian
pada catatan, atau secara kotor sebelum terkena pajak, dengan setiap dampak pajak
terhadap item ditampilkan dalam sisipan, (3) tidak mengubah cara penghitungan laba per
lembar saham yang hanya berdasarkan laba bersih bukan laba komprehensif (Rees dan
Shane, 2012).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) mengadopsi peraturan IFRS terkait penghasilan komprehensif lain dan melakukan
perubahan pada tahun 2009. IAI melakukan amandemen terhadap PSAK 1 tentang
Penyajian Laporan Keuangan. Perubahan ini ditegaskan dengan mewajibkan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melaporkan penghasilan komprehensif
lain pada laporan laba rugi dimulai pada periode 2011. Hal ini berdasarkan keputusan
BAPEPAM LK nomor: KEP/347/BL/2012. Dengan demikian, melalui amandemen
terhadap PSAK 1 tahun 2009, laporan laba rugi mengandung laba bersih serta penghasilan
komprehensif lain dan namanya diubah menjadi laporan laba rugi komprehensif. Nama ini
kembali diubah melalui revisi PSAK 1 revisi tahun 2013, menjadi laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain.
Amandemen tersebut selain mampu meningkatkan konvergensi antara standar
akuntansi Indonesia dan standar akuntansi internasional, juga diharapkan dapat
meningkatkan transparansi perusahaan. Peningkatan transparani dipandang sebagai cara
yang mampu menanggulangi managemen laba (Vladu dan Cuzdriorean, 2013). Penelitian
ini bertujuan untuk melihat kecenderungan pengaruh peningkatan transparasi melalui
penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap managemen laba.
Managemen laba dapat dilakukan baik melalui tindak kecurangan, aktivitas riil,
maupun pengaturan akrual (Tang, 2001). Komponen penghasilan komprehensif lain
tersusun atas item-item yang dihitung secara akrual. Terdapat dua jenis akrual, yakni akrual
diskresioner dan akrual nondiskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat
ditentukan managemen yang memberikan keleluasaan kepada managemen dalam memilih
metoda dan menentukan estimasi. Di sisi lain, akrual nondiskresioner tidak dapat dengan
bebas dikendalikan oleh managemen. Keleluasaan managemen dalam mengendalikan
akrual demi tujuan tertentu inilah yang dikenal dengan managemen laba secara akrual
(Tang, 2001). Berdasarkan penjelasan ini dapat dilihat adanya hubungan antara akrual,
penghasilan komprehensif lain, dan managemen laba.
Managemen laba juga dapat didorong oleh kondisi asimetrik informasi. Asimetrik
informasi adalah distribusi informasi yang tidak merata antara managemen dan pihak
eksternal perusahaan (Hartono, 2013). Managemen tentu memiliki informasi yang lebih
lengkap dibandingkan pihak eksternal. Asimetrik informasi memudahkan managemen
untuk melakukan managemen laba. Berdasarkan penelitian Lobo dan Zhou (2001) yang
dilakukan di China, pengungkapan tambahan informasi akan meningkatkan transparansi
perusahaan dan mengurangi asimetrik informasi dan peluang untuk melakukan
managemen laba. Diwajibkannya pelaporan penghasilan komprehensif lain dapat
meningkatkan pengungkapan informasi. Selain itu, hasil penelitian dari Lin dan Rong
(2011) terhadap laporan keuangan tahun 2009 di China membuktikan adanya hubungan
signifikan negatif antara pengungkapan penghasilan komprehensif lain dan managemen
laba. Artinya, pengungkapan penghasilan komprehensif lain dapat mengurangi dan
membatasi praktik managemen laba.
China mewajibkan pelaporan penghasilan komprehensif lain di tahun 2009.
Penelitian di China menunjukkan adanya konformitas antara Bursa Efek Shanghai dengan
situasi pasar modal Indonesia yang baru mewajibkan pengungkapan peng-hasilan
komprehensif lain pada tahun 2012. Akan tetapi, meskipun dihadapkan dengan kondisi
sama, pasar modal Indonesia mungkin memberikan respon berbeda terkait penyajian
penghasilan komprehensif lain. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk menemukan bukti
empiris mengenai pengaruh penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap
managemen laba.
1.2.
Tujuan Riset
Penelitian ini mempunyai sebuah tujuan, yakni untuk memberikan bukti empiris
dari dampak penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap kesempatan manager untuk
melakukan managemen laba.
1.3.
Kontribusi Riset
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat.
1. Bermanfaat untuk memberikan masukan kepada investor mengenai manfaat penya-jian
penghasilan komprehensif lain sehingga dapat lebih memahami informasi laba dan
mempertimbangkan pentingnya penyajian penghasilan komprehensif lain.
2. Memberikan masukan bagi managemen mengenai fungsi penghasilan komprehensif
lain untuk mengurangi asimetrik informasi sehingga mendorong pengungkapan
informasi secara transparan.
3. Memberikan manfaat bagi dunia akademik terkait pengetahuan mengenai transpa-ransi
khususnya penyajian penghasilan komprehensif lain dan beberapa fak-tor yang
mempengaruhi, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.
Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah penyajian penghasilan komprehen-sif
lain berpengaruh terhadap kecenderungan managemen laba.
1.5
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian ini, berikut adalah penulisan
penelitian yang akan dibagi menjadi lima bab. Berikut penjelasan ringkasnya.
BAB I
: PENDAHULUAN; bab ini berisi latar belakang riset, tujuan riset,
kontribusi riset, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS; Bab ini
menjabarkan dasar pengembangkan hipotesis yang diperoleh dari
landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III
: DESAIN RISET; berisi uraian mengenai variabel penelitian dan
definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, jenis dan
sumber data, metoda pengumpulan data, serta metoda analisis
BAB IV
: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA; berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil.
BAB V
: PENUTUP; Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis
dan pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran
untuk penelitian selanjutnya.
Download