PENDAHULUAN mempunyai kemampuan untuk mengenali dan menghadapi berbagai unsur asing dari tubuh namun tidak sampai menyerang unsur-unsur tubuh pokok. Jika individu mengulangi kontaknya dengan alergen yang atau serupa akan menyebabkan terjadinya reaksi pelepasan substansi oleh sel tubuh khusus yang menimbulkan gejala dan penyakit yang khas seperti asma, eksim, rhinitis, dan sebagainya. Reaksi inilah yang menyebabkan alergi pada manusia. Alergi disebabkan oleh anti bodi IgE yang secara spesifik melekatkan dirinya pada sel mast (sel darah putih yang bersirkulasi). Sel mast dalam tubuh manusia ditemukan di paruparu, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan, dan kulit. Sel mast mengandung butiran histamin yang ketika dilepaskan dari sel ini mampu menghasilkan reaksi alergi serta menimbulkan gejala yang spesifik. Pelepasan histamin pada paru-paru akan mengakibatkan reaksi penegangan atau pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan dalam saluran tersebut. Penyempitan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, napas pendek, tersengal-sengal hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik”. Gejala ini dikenal dengan asma. Di hidung, histamin dapat menyebabkan jumlah mukus yang berlebihan yang bisa menyumbat, menimbulkan pembengkakan lapisan, rasa gatal dan bersin berkali-kali, gejala alergi seperti ini dikenal dengan nama rhinitis. Di kulit, histamin menyebabkan bercak-bercak merah membengkak dan sangat gatal, gejala alergi ini dikenal dengan nama eksim. Latar Belakang Peningkatan teknologi dan sosial ekonomi akhir-akhir ini berdampak terhadap prevalensi serta derajat beratnya penyakit asma pada beberapa negara di dunia. Walaupun penanggulangannya dengan pengobatan anti alergi telah dilakukan dengan efektif. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, angka prevalensinya bervariasi secara mencolok di berbagai negara. Hal ini disebabkan karena pendekatan diagnosa yang berbeda, sehingga hasilnya sulit dibandingkan. Untuk mengatasi hal ini telah banyak dilakukan penelitian prevalensi asma dan alergi dengan menggunakan kuesener standar internasional atau yang dikenal International Study Ashma and Allergies in Childhood (ISAAC). Dari penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan digunakan untuk mengukur besarnya angka prevalensi di berbagai negara. Sehingga faktorfaktor yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut masih belum jelas. Penelitian ini mendefinisikan anak yang terserang asma, yaitu anak yang pernah mengalami mengi atau nafas berbunyi “ngik” dan telah diketahui oleh orang tuanya bahwa anak tersebut terkena asma, sedangkan anak yang tidak terkena asma adalah anak yang tidak pernah mengalami mengi dan telah diketahui oleh orang tuanya bahwa anak tersebut tidak pernah menderita asma. Karena peubah respon dikhotom, maka pada penelitian ini digunakan analisis regresi logistik. Diharapkan dengan metode ini dapat diperoleh dengan jelas faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan prevalansi asma pada anak usia 6-7 tahun di Semarang. Regresi Logistik Model regresi logistik pada dasarnya adalah model regresi linier yang diterapkan untuk peubah respon biner, nominal, maupun ordinal. Perbedaan yang lain tercermin pada pemilihan model parametrik dan asumsiasumsi yang mendasari kedua model. Walaupun demikian prinsip–prinsip pendugaan yang digunakan analisis model regresi logistik sama dengan analisis model regresi linier (Hosmer and Lemeshow, 1989). Dalam regresi logistik dapat diekspresikan nilai respon Y yang ditentukan oleh variabel x adalah: Y = π (x) + ε dimana nilai å adalah salah satu dari dua kemungkinan yang terjadi. Jika nilai Y=1 maka nilai å=1-ð(x) dengan peluang ð(x), dan jika Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi asma pada anak usia 6-7 tahun di Semarang. TINJAUAN PUSTAKA Alergi Bilamana organisme atau agen yang berbahaya memasuki tubuh manusia, segera terjadi serangkaian mekanisme pertahanan agar individu itu terlindung dari kerusakan yang mungkin terjadi. Mekanisme pertahanan ini 1 Untuk menduga nilai β dilakukan dengan memaksimumkan nilai logaritma l (β ). Y =0 maka nilai å=-ð(x) dengan peluang 1-ð(x). Maka nilai å memiliki distribusi dengan rataan 0 dan ragam ð(x)(1- ð(x)), dan nilai respon Y akan mengikuti sebaran Bernoulli dengan fungsi peluang: L(β ) = ln[l (β )] n = ∑{yi lnπ (xi ) + (1− yi )ln(1−π (xi ))} P (Y = y ) = π (1 − π ) 1− y y i =1 dengan Y=0 atau Y=1 dan π adalah peluang terjadinya Y=1. Jika kejadian peubah respon Y berjumlah n, peluang setiap kejadian sama dan setiap kejadian saling bebas dengan yang lain maka Y akan mengikuti sebaran Binomial. Nilai harapan bersyarat untuk peubah respon Y jika x diketahui, ditunjukkan oleh p (Y = 1 | x ) = π ( x ) . Maka bentuk model regresi logistik dapat dituliskan sebagai: π ( x) = Nilai dugaan β dapat diperoleh dengan melakukan turunan pertama L(β ) terhadap β =0. Pengujian Parameter Pengujian terhadap parameter-parameter model dilakukan untuk memeriksa kebaikan model. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan peubah bebas secara serentak. Rumus umum untuk uji G adalah (Hosmer and Lemeshow, 1989). e g (x ) 1 + e g (x ) Dalam model regresi logistik diperlukan suatu fungsi penghubung logit agar nilai dugaan berada dalam selang [0,1]. Transformasi logit sebagai fungsi dari π (x) adalah sebagai berikut: g ( x) = ln L G = −2 ln 0 L1 π (x) = β 0 + β 1 x1 + .... + β p x p 1 − π (x) dimana Lo = Nilai likelihood tanpa peubah bebas L1 = Nilai likelihood model penuh dengan hipotesis sebagai berikut: H0 = â1 = â2 = … = âp H1 = minimal ada satu nilai âi tidak sama dengan 0 dimana i=1,2,…,p. Statistik G akan mengikuti mengikuti sebaran ÷2 dengan derajat bebas p. Kriteria keputusan yang diambil adalah, jika G > ÷2p(á) maka hipotesis nol ditolak. Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model terreduksi (Hosmer and Lemeshow, 1989). Untuk uji nyata secara parsial untuk masing-masing koefisien peubah digunakan uji Wald. Statistik uji Wald dapat didefinisikan sebagai berikut (Hosmer and Lemeshow, 1989): Jika terhadap p peubah bebas dengan peubah ke-j merupakan peubah kategori dengan k nilai, maka diperlukan peubah boneka sebanyak k-1. Sehingga model transformasi logitnya menjadi: g ( x ) = β 0 + β 1 x 1 + ... + kj ∑β u =1 ju D ju + β p x p dimana: Xj =peubah bebas ke-j dengan tingkatan kj Kj-1 =peubah boneka Bju =koefisien peubah boneka u =1,2,….,kj-1 Pendugaan Parameter Pendugaan parameter dalam model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum yaitu dengan menurunkan fungsi kepekatan peluang bersama. Di mana fungsi kepekatan peluang bersamanya ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut: ^ Wj = n l ( β ) = Π f (Y = yi | xi ) i =1 2 βj ^ ^ S E(β j ) ^ dimana β ^ ^ S E(β j ) ^ dari β j . j merupakan penduga dari berbagai kecamatan di Semarang yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu murid Sekolah Dasar usia 6-7 tahun, mendapat ijin dari orang tua, dan orang tua bersedia mengisi kuesioner penelitian. Jumlah murid yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 1070 murid Sekolah Dasar. Peubah yang diamati adalah keberadaan asma (Y=1 jika terdapat alergi asma, dan Y=0 jika tidak ada alergi asma). Peubah-peubah bebas yang digunakan adalah sebagai berikut: βj merupakan penduga galat baku Uji Wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : Ho : âj = 0 H1 : âj ≠ 0 dimana j = 1,2,…, p Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak Ho jika |W| > Zá/2 (Hosmer and Lemeshow, 1989). 1. Peubah rancangan jenis kelamin (JK) Jenis Kelamin (1) Laki-laki 1 Perempuan 0 Interpretasi Koefisien Dalam regresi logistik interpretasi koefisien menggunakan rasio odds. Rasio odds adalah suatu alat untuk mengukur asosiasi, sebagaimana menduga seberapa mirip, dekat, memiliki ciri peubah respon (atau tidak mirip, jauh, tidak memilki ciri) untuk suatu hasil pendugaan itu hadir untuk x=1 dibandingkan dengan sesuatu hadir untuk x=0. Dimana x=0 adalah peubah kategori yang menjadi referensinya. Rasio odds tidak membutuhkan peubah yang menyebar normal dan juga hubungan antar peubah tidak terjadi homocedastic. Dalam model regresi logistik, rasio odds didefinisikan sebagai berikut: 2. Peubah rancangan jenis serangga (SRG) Jenis Serangga (1) (2) Lainnya 1 0 Tungou 0 1 Lalat 0 0 Kecoa 0 0 3. Peubah rancangan tingkat pendidikan ibu (PDDK_IBU) Tingkat Pendidikan Ibu (1) (2) (3) Sekolah Dasar 1 0 0 SMP atau sejenisnya 0 1 0 SMU atau sejenisnya 0 0 1 Perguruan Tinggi 0 0 0 ∧ ∧ ψ i = exp β i dimana (3) 0 0 1 0 β i adalah koefisien dari model regresi 4. Peubah rancangan frekuensi bus/truk yang melintas di depan rumah. (BUS/TRUK) Frekuensi bus/truk (1) (2) (3) Hampir sepanjang hari 1 0 0 Sering sekali 0 1 0 Jarang 0 0 1 Tidak pernah 0 0 0 logistik. Rasio odds memiliki selang kepercayaan sebagai berikut (Hosmer and Lemeshow, 1989): ( ) exp βˆi ± Z1−α × SˆE βˆi 2 5. Peubah rancangan pemberian asi pada anak. (ASI) Pemberian asi (1) Ya 1 Tidak 0 BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan adalah data hasil survei penelitian alergi anak SD pada bulan Juni 2003 yang diperoleh dari dr. Yetty Movieta Nency, SpA mahasiswa Kedokteran UNDIP Semarang yang sedang melakukan penelitian tentang asma. Satuan unit contoh pada survei ini adalah murid Sekolah Dasar 6. Peubah rancangan memelihara kucing/anjing (HEWAN) Memelihara kucing/anjing (1) Pernah 1 Tidak pernah 0 3