Anatomi alat pencernaan ikan buntal pisang

advertisement
ANATOMI ALAT PENCERNAAN IKAN BUNTAL PISANG
( Tetraodon lunaris)
Oleh
YUSFlATl
SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Anatomi Alat Pencemaan lkan
Buntal Pisang (Tetradon lunaris) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalarn bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Nopember 2006
Yusfiati
NIM G351030051
ABSTRAK
YUSFIATI. Anatomi Alat Pencernaan lkan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris).
dan
Dibimbing oleh KOESWINARNING SIGIT, RIDWAN AFFANDI
NURHIDAYAT.
lkan buntal pisang (Tetraodon lunaris) adalah salah satu ikan Indonesia
yang berlimpah keberadaannya, tetapi ikan tersebut belum banyak diteliti
terutama aspek struktur anatomis alat pencernaannya. lkan ini diharapkan dapat
dikeiola dan dibudidayakan di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan
mengkaji stmktur morfologis dan histologis alat pencernaannya. Rasio panjang
ususlpanjang total tubuh ikan berkisar antara 0,55 sampai 1,00 dengan rata-rata
0,79. Data ini menunjukkan bahwa ikan ini adalah ikan karnivora. Esofagus
pendek dan lambung berbentuk bulat dengan 2 divertikula. Bagian ventral
lambung melekat pada dinding rongga abdomen. Ususnya terdiri atas satu
lipatan. Usus depan memilliki diameter lebih besar dibandingkan bagian usus
tengah dan rektum. Lapisan mukosa esofagus dan lambung dilapisi epitel
transisional. Sedang seluruh lapisan mukosa usus terdiri atas lapisan epitel
kolumnar sela~is.La~isanmuskularis esofaaus dan lambuna terdiri atas otot
bergaris meliniang, kecuali pars pilorus yang hempunyai otot bergaris melintang
dan sebaaian besar otot polos. Lapisan muskularis sfinater pilorik dan usus terdiri
atas otot-poles. ~apisanmukosa anus terdiri atas epitel kuboid selapis dan
mempunyai lapisan muskularis otot bergaris melintang. Hati terletak di bagian
kanan kavum abdominalis, benvama merah kekuningan karena banyak
mengandung lemak. Hati terdiri atas tiga lobus yaitu lobus dorsalis, lobus
quadratus dan lobus ventralis. Hati mempunyai vesica fellea berbentuk oval
benvama kehuauan dengan ductus choledochus bermuara di usus depan. Sel
hepatosit berbentuk poligonal dengan butir-butir lemak di sito plasmanya, sel-sel
ini menyebar tidak beraturan. Jaringan eksokrin pankreas memperlihatkan
susunan sel asinar yang tersebar di dalam parenkim hati, di sekitar vena porfa,
arferia hepatica dan ductus biliaris. Lambung ikan buntal pisang tidak dapat
memproses pencernaan enzimatis dengan baik, sehingga untuk mengatasinya
usus depan tian usus tengah membesar dengan vili yang berkembang baik untuk
meningkatkan proses pencemaan dan penyerapan lebih lanjut.
ABSTRACT
YUSFIATI. The Anatomy of the Digestive Apparatus of the Pufferfish Tetraodon
lunaris. Under the direction of KOESWINARNING SIGIT, RIDWAN AFFANDI and
NURHIDAYAT.
Tetraodon lunaris is one of the sea water fish species in indonesia.
Despite the fact that they are abundant in number, the fish has not yet much been
studied, particularly in the structure of its digestive apparatus. It is hoped that the
fish can be raised and cultured in the future. This research was aimed to study not
only on gross morphologically bur also on the histological structure of the
Tetraodon lunaris digestive apparatus. The fish samples were obtained from a
fisherman at the fish auction in Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Indonesia. The
collection of the Jsh was carried out from August 2005 until March 2006. The
ratio of intestine IengtWbodv length betn~een0.05 and 1.00 with the rate 0.79.
This data represented rhai thi.sfi.sh is carnivorous. The esophagu.~i s short and the
gastric firms u simple pouch with two of small diverticula. The gastric ventral
wull attached at the ohdominal coviiy wall. The intestine consists o f u single loop.
The anterior part ($intestine and posterior part of intestine had larger diameter
than the middle part of inte.srine and rectum. The esophagus and gastric mucous
layer is covcred with opitht,lial stratified ce1l.s. That the intestine mucous layer has
covered with a luyer of columnar epithelial cells. The esophagus and gastric
mu.scular layer con.si.st of striated muscle. Except, the muscular layer of pars
pylorica has striated mz1.sc1e.s and largely smooth muscles. The sphincter pylorica
layer consist of smooth muscle. The anus mucous
and the intestine m~~scular
layer consits of epithelial cuboid and its has the muscular layer of smooth
muscles. The liver located at the right region of abdominal cavity, yellowish red
color because its contain.^ many lipid. The liver has tree parts of lobes is dorsal
lobe, quadrate lobe and ventral lobe. The liver hus oval-shaped greenish vesica
fillea with ductus choledochus emptied at the anterior part of intestine. The
hepatocyr cells having a polygonal shape with lipid droplets in its cytoplasm, its
spreading and interconnected irregular. The exocrine glands of the pancreas
tissue shows a set of ucinar cells in the liver parencyhm, around portal vein,
hepatic artery and biliary ductules. The pufferfish gastric could't digestive enzim
process, until the anterior part o f intestine and the middle part of intestine had
large diameter with a long villi could to increase digestive process and
absorption.
O Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan rnernperbanyak tanpa izin tertulis dari
lnstitut Perfanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalarn
bentuk apa pun, balk cetak, fotokopi, rnaupun rnikroflrn dan sebagainya.
ANATOMI ALAT PENCERNAAN IKAN BUNTAL PISANG
( Tetraodon lunaris)
Oleh
Yusfiati
G351030051
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Departemen Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul Tesis
Nama
NRP
Program Studi
: Anatomi Alat Pencernaan lkan Buntal Pisang
(Tetraodon lunaris)
: Yusfiati
: G351030051
: Biologi
Disetujui
Prof. Dr. D~K.Koeswinarninq Siqit. MS
Ketua
Anggota
Diketahui
Tanggal Ujian : 3 oktober 2006
Tanggal Lulus : 2 @ NOV 2006
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Agustus 2005 sampai Februari 2006 ini yaitu Anatomi Alat Pencernaan lkan
Buntal Pisang (Tetraodon lunaris).
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada lbu Prof. Dr. Drh.
Koeswinarning Sigit, MS, Bapak Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA dan Dr. Drh.
Nurhidayat, MS selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing
selama proses penelitian ini berlangsung, serta lbu Dr. Drh. Chairun Nisa'. MS
yang telah banyak memberi saran, serta teman-teman dan staf-staf teknisi di
Laboratorium Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi. Departemen
Anatomi, Fisiologi, Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor, serta
teman-teman di Departemen Biologi Fakultas MlPA IPB. Bogor dan bapak Udin
Aloy, nelayan tempat pelelangan ikan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, yang telah
banyak membantu selama pengambilan sampel penelitian dan pengumpulan
data.
Ungkapan terima kasih disampaikan juga kepada abah, mama, suami
(Khairul Anwar), anak-anakku (Mohtar Anwar dan Yahya Saefullah Anwar),
kakak Yusfiannur, kakak Ira, adik Yusfi lkhwan tercinta, serta selumh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Nopember 2006
Yusfiati
RIWAYAT HlDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Juli 1968 di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan sebagai anak kedua dari pasangan bapak Letkol. Purn. Yusuf
Muchammad dan ibu Nurhafifah.
Pada tahun 1987 penulis lulus SMUN I Depok, Depok dan pada tahun
1989 lulus seleksi rnasuk Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis mernilih Fakultas Biologi
jurusan Zoologi, lulus pada tahun 1996. Sejak tahun 1997 penulis bekerja
sebagai staf pengajar di Universitas Riau, Fakultas MlPA jurusan Biologi,
Pekanbaru, Riau.
Pada tahun 2003, penulis diterima pada Program Studi Biologi Sub
Program Anatomi Hewan, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI)
melalui program Technological Professional Skill Development Project (TPSDP).
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................
Tujuan dan Manfaat......................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi lkan Buntal Pisan
Karakteristik lkan Buntal Pisang ............................................
Gelembung Renang
..............................
Lokomosi.......
...........................................
Habitat dan Daerah Sebaran
Makanan....................................................................
Anatomi Alat Pencemaan lkan Teleostei................................
Proses Pencernaan lkan Teleostei.........................................
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat...............................................................
Bahan dan Alat......................................................................
..
.................
..........................................
Metode Penelit~an
23
23
23
HASlL DAN PEMBAHASAN
Kajian Biometrik.....................................................................
Kajian Makroskopis...............................................................
Kajian Mikroskopis................................................................
27
32
41
SIMPULAN DAN SARAN....................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
57
.
.
.
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Tempat-tempat pembentukan enzim pencernaan ikan...................
19
..........
27
3 . Persamaan regresi alat pencemaan.............................................
28
4 . Komponen penyusun jaringan esofagus.....................................
41
5. Komponen penyusun jaringan lambung......................................
44
6 . Komponen penyusun jaringan usus.............................................
49
6. Parameter organ pencernaan dan kelenjar pencernaan...............
61
7. Pengukuran panjang total tubuh, berat badan.............................
62
2. Pengukuran biometri
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. lkan buntal pisang (T. lunaris)........................................................
4
2 . Gambaran skematis gigi pada ruang mulut ikan..............................
8
3. Bentuk lambung beberapa spesies ikan
10
4. Bentuk larnbung seperti huruf Y pada ikan sidat .............................
10
5 . Garnbaran mikroskopis potongan lambung 0. niloticus..................
11
6. Skerna bagian-bagian lambung.......................................................
11
7 . Pengukuran panjang total tubuh ikan buntal pisang........................
24
8. Daerah pengarnbilan sarnpel saluran pencernaan..........................
25
9. Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio berat lambung ...
28
10. Grafik korelasi panjang total tubuh dengan panjang usus..............
29
11. Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio panjang usus.....
29
12. Grafik korelasi panjang total tubuh dengan IS1...............................
30
13. Grafik korelasi panjang total tubuh dengan HSI..............................
31
14. Situasi alat pencernaan ikan buntal pisang ..................................
32
i5 . Gambaran skernatis situs viscerum alat pencernaan.....................
33
16. Gambaran makroskopis gigi ikan buntal..........................................
33
17. Penampang mernanjang kepala dan lambung...............................
35
18. Gambaran skernatis alat pencernaan ikan buntal pisang................
36
..........
.
.
37
19. Struktur rnakroskopis usus ikan buntal pisang.................
20 . Gambaran skernatis usus................................................................
38
21. Jenis makanan yang ditemukan dalam alat pencernaan ikan ........
39
22. Gambaran rnakroskopis hati...........................................................
40
23 . Sayatan longitudinal esofagus........................................................
42
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
24. Sayatan longitudinal rnukosa esofagus.....................................
42
25 . Sayatan longitudinal esofagus ikan buntal.....................................
43
26 . Daerah peralihan antara esofagus dan pars kardia.....................
44
27. Sayatan longitudinal pars kardia, pars fundus. pars pilorus..........
45
28 . Sayatan longitudinal pars fundu
48
29. Sayatan transversal daerah penyempitan......................................
48
30 . Sayatan transversal usus depan. usus tengah. usus belakang.....
50
31. Sayatan transversal rekturn dan longitudinal anus........................
53
32 . Garnbaran histologi hati ikan buntal pisang...................................
54
33 . Sayatan transversal ductus choledochus.......................................
55
Di Indonesia, ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris) belurn dimanfaatkan
secara optimal, padahal keberadaan ikan ini di perairan Indonesia
cukup
berlirnpah karena ikan ini dianggap sebagai ikan beracun yang mernatikan.
Menurut Motohiro (1992) terdapat 10 jenis ikan buntal yang beracun. Racun
ikan buntal adalah tetraodontoksin.
Racun ini terdapat di gonad, usus, hati,
empedu dan di bawah kulit (Anonirnus 2004), sedangkan ikan buntal yang tidak
beracun ada 8 jenis, temlasuk ikan buntal pisang. Dengan penanganan khusus.
ikan buntal beracun dapat diolah sebagai hidangan yang bergizi dan berharga
sangat rnahal. Tiap tahun, Jepang mengkonsurnsi ikan buntal jenis Fugu
sebanyak 20.000 ton dan rnengirnpor 6.800 ton berasal dari negara-negara Asia.
Daging ikan buntal Logocephalus lunaris di Taiwan di jual di pasar dan swalayan
(Chen eta/. 2002). Di Indonesia, masyarakat nelayan yang rnengkonsurnsi ikan
buntal yaitu di daerah Pelabuhan Ratu, Sukaburni dan Tuban, Jawa Tirnur.
Masyarakat ini mengkonsurnsi ikan buntal pisang yang telah diolah menjadi ikan
asin.
Alat pencernaan merupakan salah satu organ tubuh hewan yang penting
untuk berlangsungnya proses kehidupan hewan. Alat pencernaan berfungsi
untuk menampung, mencerna dan rnenyerap rnakanan. Dan struktur alat
pencernaan ini berkaitan dengan perilaku rnakan dan jenis pakan yang biasa
dimakannya. Dengan dernikian hewan rnerniliki variasi dalam rnorfologi alat
pencenaannya. Dernikian pula halnya pada ikan memiliki variasi morfologi alat
pencemaan. Variasi ini terjadi karena ikan memiliki perilaku makan, jenis pakan
dan habitat yang berbeda (Stevens dan Hurne 1995). lkan buntal memiliki
keunikan pada alat pencernaannya yaitu ikan buntal mernpunyai kernampuan
untuk menggelembung pada bagian larnbungnya, sehingga ikan ini dikenal
sebagai blowfsh (Anonirnus 2004). Kantung larnbung ikan buntal dapat
rnembesar dengan cara memasukkan airludara ke dalam lambung. Kemarnpuan
rnenggelernbung ini disebabkan oleh bekerjanya otot esofagiko-kardia dan otot
sfingter pilorik (Lagler et al. 1977). Larnbung ini dapat menjadi besar karena kulit
ikan buntal memiliki serabut kolagen tidak elastis tersusun berornbak di bagian
dermis
yang
dapat
rnengulur
menjadi
rnemanjang
saat
terjadinya
penggelembungan. lkan ini juga tidak merniliki tulang rusuk pleural, sirip pelvis
dan tulang pelvis (Brainerd 2005). Pengosongan kantung larnbung dapat
bertangsung oleh kontraksi otot lambung yang dibantu oleh otot-otot abdominal
tubuh ikan. Air atau udara yang mengisi lambung pada saat terjadi pengosongan
kantung lambung dikeluarkan melalui celah insang yang berada di bagian
anterior sirip dada. Modifikasi lambung ikan buntal digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan dirinya dari predator (Lagler et a/. 1977).
Keunikan fungsi lambung ikan ini menarik untuk dikaji terutama ditinjau dari
anatominya, sehingga fungsi lambung sebagai organ pencernaan dan organ
yang dapat menggelembung dalam rangka mempertahankan diri dari predator
dapat dijelaskan. Kajian yang mendalam tentang aspek biologi, khususnya
tentang saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan pada ikan buntal pisang
belum dilakukan. Sehubungan dengan ha1 tersebut di atas, perlu adanya kajian
tentang anatomi alat pencernaan ikan buntal pisang. Melalui kajian ini diharapkan
dapat diperoleh infomlasi tentang bangun dan struktur saluran pencernaan
sebagai alat pencernaan makanan dan alat pertahanan diri.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biometrik alat pencernaan dan
struktur makroskopis dan mikroskopis alat pencernaan ikan buntal pisang.
Peneiitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang biologi ikan
buntal pisang, khususnya struktur anatomi alat pencernaan ikan tersebut.
sehingga dapat digunakan untuk pemanfaatan dan budidayanya. Hasi! penelitian
ini juga dapat dijadikan informasi dasar bagi pengembangan ilmu-ilmu Genetika.
Biokimia, dan Fisiologi Ikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi lkan Buntal Pisang
Klasifikasi ikan buntal pisang rnenurut Saanin (1984) adalah :
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Pleognathi (Tetraodontiforrnes)
Farnili
: Tetraodontidae
Genus
: Tetraodon
Spesies
: Tetraodon lunaris
Narna Indonesia
: lkan buntal pisang
Dekker (1975) dalarn Kottelat et a/. (1993) rnenyatakan genus Tetraodon
rnernpunyai 7
spesies
T. palernbangenesis,
T. biocellatus.
yaitu
T. nigroviridis (T. fluviatilis),
T. kretamensis,
T. sabanensis,
Sedangkan Tetraodon lunaris oleh
T. waandersii,
T. lelurus,
Dekker
dan
(1975) dalarn
Kottelat e l a1.(1993), Tarp dan Kailola (1983) dirnasukkan ke dalarn kelornpok
genus Logocephalus,
ikan buntal dinarnakan juga Logocephalus lunaris.
Menurut Saanin (1984), ikan buntal T. lunaris termasuk ke dalarn kelornpok
genus Tetraodon
dan genus ini rnerniliki 13 spesies
yaitu T. fluviatilis,
T. retikularis. T. lunaris, T. palembangenesis. T. erythrotaenia, T. borneensis,
T. kretarnenensis, T. lelurus, T. stellatus,
T. mappa;
T. imrnaculatur,
T. nigropunctatus, T. hispidus.
Karakteristik lkan Buntal Pisang
lkan buntal pisang rnerniliki bentuk badan mernbulat. Mulut kecil dengan
rnoncongnya turnpul. lkan ini rnerniliki 4 buah gigi sen yaitu 2 buah gigi di rahang
atas rnenyatu dan 2 buah berada di rahang bawah rnenyatu. Gigi tersebut
rnenyerupai paruh burung kakak tua (Kottelat et a/. 1993). lkan ini benvama
kuning kecoklatan dari ujung kepala, bagian punggung (dorsal) sampai sirip ekor
dan berwama putih di bagian perut (ventral) dan ujung sirip ekor. lkan buntal
pisang rnerniliki satu sirip punggung, satu sirip ekor, satu sirip dubur dan
sepasang sirip dada. Sirip punggung rnerniliki 12-13 jari-jari lernah. Sirip dubur
rnerniliki 10-11 jari-jari lemah dan sirip dada rnerniliki 16 jari-jari lemah. Gurat
sisinya terlihat dari bagian anterior rnata sarnpai ke dorsal dan berakhir
di pangkal ekor (Garnbar 1) (Tarp dan Kailola 1983).
Gambar 1 lkan buntal Logocephalus lunaris (Tarp dan Kailola 1983) atau
Tetraodon lunaris (Saanin 1984).
E. Mata, M. Mulut, LI. Gurat sisi, D2. Sirip punggung (dorsal),
C. Sirip ekor (caudal), A. Sirip dubur (anal), P. Sirip dada
(pectoral), V. Anus. Panjang standar tubuh ikan berukuran 88 mm.
Gelembung Renang
Gelembung renang ikan dapat berpasangan atau tunggal. lkan paru-paru
(Protopterus, Lepisosiren, Neoceratodus) memiliki gelembung renang berpasangan, sedangkan ikan Dipnoi, Chondrostean dan Teleostei memiliki
gelembung renang tunggal. Saluran gelembung renangnya dihubungkan dengan
bagian ventral esofagus oleh ductus pneumaticus. Seringkali saluran ini
berhubungan dengan faring atau lambung, ikan ini adalah golongan ikan
physostomi. lkan yang memiliki gelembung renang tidak dihubungkan dengan
saluran pencernaan adalah golongan ikan physoclysti. Gelembung renang
terletak retroperitoneal. Saat embrional gelembung renang berkembang
memanjang menuju ujung kaudal selom di antara peritoneum parietal embrionik
dan dinding tubuh. Setelah dewasa gelembung renang menonjol sampai ujung
kaudal selom (Kent dan Carr 2001).
Gelembung renang dapat berfungsi sebagai organ hidrostatik, organ
respirasi, organ mendeteksi bunyilsuara maupun organ komunikasi. Sebagai
organ hidrostatik, gelembung renang berfungsi untuk mempertahankan badan
ikan di kedalaman air dengan tepat atau melayang-layang, caranya dengan
mengatur volume gasludara di gelembung renang. Bila berada di kedalaman
volume gasludara di gelembung renang berkurang dan bertambah jika ikan
menunju ke permukaan air. Udara dari gelembung renang berasal dari rete yang
disebut 'kelenjar merah' (red gland).
Rete (anyaman arterial) ini berada
di dinding kaudal gelembung renang. Udardgas di gelembung renang tersebut
dapat diserap kembali melalui aliran darah di rete. Gelembung renang
mempunyai daerah penyempitan yang dilapisi oleh otot bergaris melintang
sirkuiar. Akibat otot-otot ini berkontraksi, gelembung renang dapat menutup.
Saat udaralgas masuk ke lumen gelembung renang, otot bergaris melintang
di daerah penyempitan gelembung renang relaksasi, sehingga udara dapat
masuk ke gelembung renang (Kent dan Carr 2001).
Gelembung renang beberapa spesies ikan berfungsi rnendeteksi suara,
seperti ikan mas (Cypriniformes) yang memiliki sederet tulang-tulang kecil yaitu
'Weberian ossicles' (tulang Weber) yang berhubungan dengan bagian anterior
gelembung renang di daerah 'sinus impar', yaitu berupa perluasan perilimfatik
ruang telinga dalam. Gelembung renang ikan Clupeiforrnes mempunyai dinding
yang tipis dan berhubungan langsung dengan telinga dalam. lkan tersebut
rnerniliki kemarnpuan dapat mendengar (Kent dan Carr 2001). Gelembung
renang dapat menimbulkan suara. Suara yang timbul diakibatkan oleh adanya
kekuatan udara balik dan kontraksi ke empat pasang otot sfingter di dinding
kaudal gelembung renang (Kent dan Carr 2001). Sedang gelembung renang
ikan yang hidup di kedalaman laut mengalami degenerasi. lkan ini dapat
beradaptasi dengan kehidupan di dasar laut, karena ikan mempunyai enam
kantung arcus aortic yang dapat berfungsi sama seperti gelembung renang atau
paru-paru (Kent dan Can 2001).
Lokomosi lkan
lkan memiliki otot-otot i3i tubuhnya, yaitu miomer yang tersusun zigzag
di sisi kanan dan kin tub~lh. Kontraksi otot-otot miomer yang memendek akan
menyebabkan bagian kepala, ekor dan sirip dorsal tertarik melekuk ke arah kiri
dan kanan sisi tubuh ikan. Gerakan memendek otot-otot miorner yang ada di sisi
kanan dan kiri tubuh ikan secara bergantian akan menimbulkan terjadinya suatu
gelornbang. Gelombang yang bergerak dari bagian kepala menuju ke bagian
ekor akan menyebabkan ikan dapat bergerak maju. Bila gelombang bergerak
dari bagian ekor menuju bagian kepala akan menyebabkan ikan dapat bergerak
mundur. Gerakan gelombang akan menimbulkan kecepatan frekuensi ikan
bergerak. Kecepatan frekuensi tersebut bewariasi pada beberapa ikan. Hal ini
tergantung pada ukuran dan jenis ikan.
Kecepatan frekuensi menentukan
kecepatan berenang. lkan yang memiliki tubuh besar mempunyai kecepatan
berenang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan bertubuh kecil.
lkan yang
memiliki bentuk tubuh torpedollonjong atau pipih memiliki kecepatan berenang
makanan utama. Makanan pelengkapnya adalah kerang dan udang. Saat ikan
menjadi dewasa hanya memakan 54% udang sebagai makanan utama dan
makanan pelengkapnya adalah ikan, kerang, gastropoda, dan cumi-cumi.
Anatorni Alat Pencernaan lkan Teleostei
Saluran pencernaan ikan secara umum terdiri dari 4 bagian yaitu bagian
kepala (headgut), bagian depan (foregut), bagian tengah (midgut) dan bagian
belakang (hindgut). Headgut terdiri dari rongga mulut (cavum oris), gigi, lidah
dan faring. Foregut terdiri dari esofagus yang pendek, lambung dan pilorus.
Di bagian pilorus mungkin terdapat sejumlah kaeka pilorik pada ikan yang
rnernpunyai lambung. Midgut terdiri dari
usus yang panjang. Usus dapat
rnelekuk dan melingkar. Hindgut pada beberapa jenis ikan terdiri dari anus.
Sedangkan pada ikan hiu dan ikan pari bagian ini adalah kloaka. Kelenjar
pencernaan ikan terdiri dari hati dan pankreas (Smith 2004).
Rongga Mulut (cavum oris)
Rongga mulut ikan berhubungan langsung dengan faring. Rongga mulut
dan faring disebut rongga "buccopharynx". Di rongga mulut ikan terdapat gigi
dan lidah. Daerah kaudal lidah di langit-langit bagian belakang rongga mulut
terdapat organ palatin. Organ ini merupakan penebalan dari lapisan mukosa
yang berfungsi membantu proses penelanan hakanan dan proses pemompaan
air dari rongga mulut ke bagian rongga insang (fase ekspirasi) (Affandi et a/.
2004).
Gigi ikan merupakan alat pencernaan makanan secara mekanik yang
pertama. Gigi ini dibentuk oleh dentin dan jaringan pengikat. Gigi berperan
dalam mengambil, mencengkeram, merobek, memotong atau menghancurkan
makanan (Kent dan Carr 2001). lkan memiliki beberapa jenis gigi berdasarkan
posisinya yaitu gigi maksila, gigi premaksila, gigi mandibula, gigi vomer, gigi
paraspenoid, gigi palatin, gigi ektopterigoid, gigi lingual dan gigi faring
(Gambar 2). Berdasarkan bentuk dan fungsinya gigi ikan terdiri dari incisivifom
yaitu gigi yang digunakan untuk memotong; canifom yaitu gigi yang digunakan
untuk mencengkeram; molarifom yaitu gigi yang digunakan untuk menggerus;
vilifom dan cardifom yaitu gigi yang digunakan untuk merobek makanan
(Affandi et al. 2004).
Garnbar 2 Garnbaran skematis gigi pada rongga mulut ikan.
a. maksila, b. premaksila, c. mandibufa,d. vomer, e. paraspenoid,
f. palatin, g. ektopterigoid, h. lingual, i. faring superior, j. faring inferior.
k. lubang esofagus (Bertin 1958 dalam Affindi etal. 2004).
Lidah ikan merupakan suatu penebalan dari bagian depan tulang
arc-hyoiden (basihial dan glossohial) yang terdapat di dasar rnulut. Lidah ikan
bersifat statis, tidak dapat digerakkan secara bebas dan terasa keras, berbeda
sekali dengan hewan vertebrata tingkat tinggi yang lidahnya dapat digerakgerakkan (Affandi et a/. 2004). lkan buntal memiliki 4 buah gigi seri, 2 buah gigi
seri terletak di rahang atas yang rnenyatu dan rahang bawah yang rnenyatu. Gigi
ikan berbentuk incisiviform, yaitu gigi yang berfungsi untuk rnernotong rnakanan.
Gigi seri ikan buntal di rahang atas menutupi gigi seri di rahang bawah sehingga
menyerupai paruh burung kakak tua (Grant 1972).
Faring
Faring ikan adalah bagian setelah rongga mulut, di sisi kiri dan kanan faring
terdapat insang. Pada bagian insang yang mengarah ke faring terdapat tapis
insang. Pada ikan pernakan plankton tapis insang berfungsi sebagai penyaring
makanan, sedangkan pada ikan karnivora tidak berfungsi. Beberapa spesies
ikan rnemiliki gigi faring pada segmen faringnya. Keberadaan gigi faring
berhubungan erat dengan kebiasaan makan ikan. Gigi faring berkembang baik
pada ikan herbivora dan ikan karnivora pernakan gastropoda. Gigi faring
digunakan untuk rnenggerus bahan rnakanan yang berasal dari turnbuhan dan
gastropoda. Bentuk gigi faring ikan adalah molar dan kanin (Affandi et a/. 2004).
Esofagus
Esofagus ikan berukuran pendek, lebar dan lurus. Beberapa spesies
ikan rnernpunyai esofagus berhubungan dengan gelernbung renang, seperti
pada ikan sidat Anguilla anguilla bagian anterior esofagusnya berhubungan
dengan saluran gelernbung renang (ductus pneumaticus) (Hurnbert et a/. 1984).
Esofagus rnerupakan lanjutan faring yang terletak di belakang daerah insang.
Apabila esofagus dalarn keadaan kosong, esofagus akan rnenyernpit (Smith
2004). lkan air tawar rnernpunyai esofagus lebih panjang dibandingkan ikan air
laut (Affandi et al. 2004).
Lambung
Larnbung ikan adalah alat pencernaan yang bentuknya sangat sederhana.
Larnbung ini rnernperlihatkan berrnacarn-rnacarn adaptasi dalarn bentuknya.
Bentuk larnbung ikan adalah larnbung bentuk lurus, bentuk seperti huruf U dan
huruf Y (Stevens dan Hurne 1995). Menurut Rust (2000), larnbung ikan terdiri
dari bagian kardia, fundus (kaeka) dan pilorus (Garnbar 6).
Larnbung ikan berbentuk lurus atau rnernanjang biasanya diternukan pada
beberapa jenis ikan karnivora, rnisalnya pada ikan pike (Esox
lucius)
(Garnbar 3). Larnbung yang berbentuk huruf U terdapat pada ikan sturgeon
(Acipenser
sturio), ikan trout (Salmo fario) (Stevens dan Hurne 1995)
(Garnbar 3) dan ikan patin (Pangasius pangasius) (Yusfiati 2001). Lambung
berbentuk huruf Y terdapat pada ikan Polyptems, Amia, Anguilla anguilla
(Garnbar 4), Oreochromis niloticus dan Tilspia nilotica (Osrnan dan Caceci 1991;
Stevens dan Hurne 1995; Caceci et a/. 1997). Larnbung berbentuk huruf Y ini
rnerniliki 3 bagian yaitu bagian depan adalah kardia, bagian tengah adalah
fundus dan bagian belakang adalah pilorus. Kardia lebih pendek dibandingkan
dengan fundus. Kardia lebih panjang dari pilorus. Fundus akan rnernbentuk
divertikulurn, sehingga bagian tersebut rnembesar (Garnbar 5) (Osrnan dan
Caceci 1991; Caceci et a/. 1997). Larnbung ikan Cyprinidae, Gobies, dan Scarid
tidak dapat dibedakan dengan usus atau dapat dikatakan bahwa ikan ini tidak
rnernpunyai larnbung (Stevens dan Hurne 1995).
Garnbar 3 Bentuk larnbung beberapa spesies ikan.
A.Bentuk luws (ikan pike Esox lucius), B. bentuk sifon (ikan sturgeon
Acipenser sturio), C. bentuk Sifon (ikan trout Salmo fario),
(Stevens dan Hurne 1995).
1. esofagus, 2. lambung, 3. pilorus.
Garnbar 4 Bentuk larnbung seperti huruf Y pada ikan sidat Anguilla angguilla
(Stevens dan Hurne 1995).
I.
esofagus. 2. lambung. 3. pilorus
Gambar 5 Gambaran mikroskopis potongan lambung Oreochromis niloticus
(Caceci et a/. 1997).
E. bagian esofagus ; IR. bagian depan lambung;
MR. bagian tengah lambung; TR. bagian belakang iambung;
I. bagian proximal usus. Bar=2,5 mm.
$+$-z;+&---->Esofagus
l ~ ~ - . - .Lambung
) kardia
----> Lambung kaeka
----> Lambung piiorus
.---lr mot
Gambar 6 Skema bagian-bagian lambung pada beberapa spesies ikan
(Bertin 1958 dalam Affandi et a/. 2004).
a . Cyprinus; b. Protopterus, c. Esox; d. Squalus, e. Anguilla
f. Raja, g. Coffus, h. Mugil.
Pilorus
Pilorus adalah bagian yang terletak di antara lambung dan usus. Pilorus
rnerupakan saluran pencernaan yang bagiannya menyempit. Di bagian ini
terdapat
kantung buntu yang disebut kaeka pilorik. Kantung ini seperti jari
tangan yang dapat berjumlah dari satu hingga lebih dari seribu. Kaeka pilorik
berfungsi untuk memperluas permukaan dinding lambung agar pencernaan dan
penyerapan makanan berlangsung lebih sempuma. Pilorus tidak terdapat pada
spesies-spesies ikan yang tidak memiliki lambung (Smith 2004).
Usus
Usus merupakan bagian terpanjang dari saluran pencernaan. lkan
mempunyai usus lebih sedehana bila dibandingkan dengan hewan tingkat tinggi
lainnya. Usus dapat berbentuk pipa panjang yang berkelok-kelok atau
menggulung dengan diameter yang sama. Usus ikan umumnya terbagi dalam
dua bagian yaitu usus bagian depan dan usus bagian belakang (Rust 2000).
Kuperman dan Kuz'mina (1994) membagi usus ikan menjadi tiga bagian yaitu
usus bagian depan, usus bagian tengah dan usus bagian belakang. Usus
digantung oleh mesenterium yang merupakan derivat peritoneum (pembungkus
rongga perut). Usus berakhir dan bermuara keluar sebagai anus (Smith 2004).
i
bemubungan erat dengan kebiasaan
Panjang usus ikan sangat b e ~ a r i a sdan
makan dan jenis makanan ikan. lkan herbivora memiliki panjang usus berkisar
- 15,O kali panjang badan. Sedangkan ikan omnivora memiliki panjang usus
berkisar 0,6 - 0,8 kali panjang badannya dan ikan karnivora panjang ususnya
0,8
berkisar 0,2 - 2,5 kali panjang badan (Smith 2004). lkan king angelfish
mernpunyai panjang usus 5,9 kali panjang usus ikan pada umumnya.
Sedangkan ikan cortes angelfish mempunyai panjang usus 4,3 kali. Usus kedua
spesies ikan tersebut rnengalami pertambahan panjang pada ususnya, setelah
ikan diberi pakan berasal dari tumbuhan lebih banyak. Usus yang panjang
berfungsi untuk memperlarna proses pencemaan dan meningkatkan daerah
absorpsi terhadap zat makanan yang tercerna.
tergolong
ikan
omnivora
yang
dapat
(Perez-Espana dan Abitia-Cardenas 1996).
Kedua ikan tesebut adalah
beradaptasi
menjadi
herbivora
ReMum
ReMum merupakan bagian yang terletak di antara usus belakang dan
anus.
Secara makroskopis sulit dibedakan antara usus dan rektum. Tetapi
secara mikroskopis, batas antara kedua bagian tersebut dapat dibedakan dari
jaringan di tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa (Affandi et al.
2004).
Anus
Anus adalah bagian terujung dari saluran pencernaan ikan. Lubang anus
terletak di depan saluran genital. lkan bertulang rawan memiliki kloaka sebagai
tempat bermuara bersama saluran pencemaan dan saluran urogenital
(Affandi et a/. 2004).
Hati
Hati rnerupakan organ penting dalam banyak fungsi kehidupan dan fisiologi
ikan yaitu proses anabolisme (sintesis protein, lipid dan karbohidrat) dan proses
katabolisrne (nitrogen, glikoneogenesis, detoksikasi, dan lain-lain). Hati ikan juga
mernegang peranan penting dalam vitellogenesis dan sedikit berperan dalam
metabolisme karbohidrat (Brusle dan Anadon 1996). Secara umum, hati terletak
di bagian cranio-ventral di caudal jantung hingga di sekitar usus bagian depan.
Hati memiliki 3 lobi yaitu lobus dorsalis, lobus dexter (kanan) dan lobus sinister
(kiri). Hati ikan berwarna merah kecoklatan, karena organ ini kaya vaskularisasi,
sedangkan hati ikan yang berwama kuning banyak rnenyimpan lemak. lkan
Anguilla anguilla, ikan Dicentrachus labrax dan ikan Sparus auratus mempunyai
hati berwama kekuningan (Brusle dan Anadon 1996).
Pankreas
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan enzim dan bikarbonat
yang berperan dalam proses pencemaan. Ada tiga macam tipe pankreas pada
ikan yaitu kompak, diffus dan disseminated. lkan yang mernpunyai pankreas
yang bertipe disseminated yaitu pankreasnya mernbentuk penonjolan-penonjolan
yang bercabang-cabang (Weichert 1986). Letak pankreas berdekatan dengan
usus bagian depan, karena saluran pankreatik bermuara
(Rust 2000).
di usus bagian depan
Pankreas beberapa spesies ikan Teleostei terletak menempel
pada hati (Affandi dan Tang 2002).
Mikroskopis Saluran Pencernaan lkan
Saluran pencernaan ikan buntal pisang memiliki 4 lapisan yaitu tunika
mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa.
Esofagus
Tunika mukosa esofagus ikan air tawar dilapisi dengan epitel pipih berlapis
dan terdapat banyak sel-sel mukus. Sedang tunika mukosa esofagus ikan laut
dilapis~dengan epitel kolumnar selapis. Epitel ini memiliki lipatan mukosa yang
tinggi dan banyak terdapat pembuluh darah. Struktur tunika mukosa esofagus
ikan laut berhubungan erat dengan regulasi osrnotik tubuhnya (Affandi et a/.
2004).
Tunika mukosa esofagus ikan ini berfungsi mengabsorpsi air
(Humbert et a/. 1984).
Tunika mukosa esofagus ikan sidat Anguilla anguilla memiliki lipatan-lipatan
longitudinal dan dilapisi epitel berlapis yaitu epitel kolumnar dan sel mukus
(Humbert et a/.
1984).
lkan A. anguilla yang hidup di air laut mengalami
adaptasi pada tunika mukosanya yaitu adanya peningkatan lapisan epitel mukus
di bagian posterior esofagus. Tunika mukosa esofagus ikan pike (Esox lucius L)
memiliki lipatan-lipatan longitudinal yang pendek dan tinggi, epitelnya dilapisi
epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel mukus berbentuk bulat di bagian basal
dan memanjang di permukaan epael. Tunika mukosa esofagus ikan caffish
(Silurus glanis) sangat tebal, dilapisi epitel beriapis dengan satu macam bentuk
sel mukus berbentuk bulat. Sel-sel mukus ikan pike dan ikan catfish terwarnai
positif dengan PAS, karena mukusnya mengandung asam sialosulfoglikoprotein
seperti senyawa karboksilase dan senyawa mukosubstansi sulfat (Petrinec et a/.
2005).
lkan nila memiliki tunika mukosa yang dilapisi dengan epitel
beriapis,
di bagian basal selnya berbentuk kuboid, di tengah selnya kolumnar dan
di permukaan dengan sel-sel pipih. Sel-sel epitel ikan ini mensekresikan mukus
(Gargiulo et a/. 1996) dan sel-sel mukusnya terwamai positif dengan pelwamaan
PAS (Scocco et a/. 1998). Tunika mukosa esofagus ikan Ahamphus sclerolepis
kremii dilapisi epitel transisional dan sel epitelnya terdiri atas sel-sel mukus yang
terwarnai positif dengan perwarnaan PAS. Mukus tersebut mengandung asam
glikoprotein (Tibbetts 1997). Mukus berfungsi menjaga lapisan epitel dan
berperan dalam proses absorbsi (Humbert et al. 1984).
Tunika subrnukosa esofagus terdiri atas jaringan ikat longgar. Tunika
subrnukosanya lebih tebal dibandingkan dengan lapisan subrnukosa pada bagian
lainnya. Tunika rnuskularis esofagus terdiri dari otot bergaris rnelintang sirkular
(internal) dan otot bergaris rnelintang longitudinal (eksternal). Tunika serosa atau
adventitia terdiri dari rnesoteliurn dan jaringan ikat (Stevens dan Hurne 1995).
Lambung
Tunika rnukosa larnbung ikan terdiri atas selapis epiteliurn kolurnnar,
kelenjar gastrik (kelenjar serous kardia) (Rust 2000). Tunika rnukosa larnbung
rnerniliki vili lebih tinggi dibandingkan dengan vili esofagus.
Bagian kardia
rnerniliki vili yang rnernanjang secara teratur, sedangkan vili di bagian fundus dan
pilorus tidak beraturan (Hossain dan Dutta
1996). Bagian pilows ikan lele
rnernpunyai vili yang rnernbentuk seperti sarang tawon (Affandi el a/. 2004).
Tunika rnukosa ikan Oreochromis niloticus dan ikan Tilapia nilotica rnerniliki
bagian antara esofagus dan pars kardia dilapisi oleh epitel pipih berlapis dan
epitel kolurnnar selapis. Sedang tunika rnukosa pars kardia dilapisi oleh epitel
kolurnnar selapis dan sel-sel rnukus. Sel-sel rnukus banyak terdapat di fundus
larnbung. Tunika rnukosa pilorus larnbung kedua ikan ini dilapisi oleh epitel
kolurnnar dan sel rnukusnya lebih sedikit dibandingkan bagian lambung yang
lain (Osrnan dan Caceci 1991; Caceci et al. 1997).
Pengarnatan terhadap perrnukaan larnbung dengan rnikroskop elektron
(scanning electron microscope) terlihat lubang-lubang yang disebut 'gastric pit'
di antara kelornpok sel epitel di tunika rnukosa. Lubang-ini berfungsi sebagai
ternpat keluarnya cairan digestif (enzirn dan HCI) yang akan rnenuju ke ruang
larnbung (Osrnan dan Caceci
1991; Caceci et a/.
1997).
Kelenjar gastrik
terdapat di bagian kardia dan fundus larnbung. Bagian fundus rnerniliki kelenjar
gastrik lebih sedikit, narnun tidak diternukan kelenjar gastrik pada pilorus. Sel-sel
penghasil kelenjar gastrik berbentuk kubus dengan inti tidak beraturan yang
terietak di bagian dasar sel. Sel-sel kelenjar gastrik yaitu sel mukus dan sel
pepsin. Sel pepsin rnensekresikan pepsin dan asarn klorida secara bersarnaan
(Western dan Jenning 1970 di dalarn Affandi et al. 2004).
Tunika subrnukosa larnbung ikan karnivora terdiri atas stratum kornpakturn
dan stratum granulosum. Stratum kornpakturn sebagai iapisan pelindung,
penyokong dan penguat. Stratum granulosurn terletak di antara stratum
kornpakturn dan lapisan otot. Stratum granulosurn terdiri atas jaringan kolagen
dan pernbuluh darah (Affandi et a/. 2004)). Tunika rnuskularis larnbung terdiri
.-
dari ~ t o polos
t
sirkular (internal) dan ~ t o polos
t
longitudinal (eksternal). Tunika
rnuskularis larnbung lebih tebal bila dibandingkan dengan tunika rnuskularis yang
terdapat di usus ikan. Tunika rnuskularis pilorus rnengalarni penebalan jaringan
otot pada lapisan otot sirkularnya. Otot sirkular seperti ini disebut otot sfingter
yang berfungsi untuk rnenyernpitkan dan rnelebarkan daerah yang rnengalarni
penebalan jaringan otot tersebut (Hossain dan Dutta
1996;
Smith
2004).
Tunika serosa adalah lapisan terluar dari larnbung. Lapisan ini sangat tipis, serta
rnerniliki sel-sel fibroblast dan pernbuluh darah (Hossain dan Dutta 1996).
Usus
Tunika rnukosa usus rnerniliki tonjolan-tonjolan (vili) dan dilapisi oleh
epitel kolurnnar. Sel epitel rnukosa terdiri atas sel enterosit dan sel goblet. Sel
enterosit rnerupakan sel yang paling dorninan pada rnukosa usus. Di permukaan
atas sel ini terdapat rnikrovili yang berperan dalarn penyerapan zat rnakanan.
Sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel enterosit (Caceci 1984). Usus depan
rnerniliki sel goblet lebih sedikit dan jurnlah sel goblet sernakin rneningkat ke arah
usus belakang (Unal et a/. 2001). Tunika rnukosa usus ikan mas Carassius
auratus rnernpunyai pemukaan yang tersusun zigzag.
Perrnukaan sel epitel
yang rnelapisi rnukosa usus rnernpunyai brush border. Sel goblet banyak
terdapat di bagian dalarn tunika rnukosa usus ikan ini (Caceci 1984). Tunika
subrnukosa usus terdiri atas jaringan ikat kolagen, fibroblast, kapiler-kapiler
darah dan lapisan oto; polos sirkular (Hossain dan Dutta 1996).
Tunika rnuskularis usus terdiri dari otot polos sirkular (internal) dan otot
polos longitudinal (eksternal). Usus belakang rnerniliki lapisan otot lebih tipis
dibandingkan dengan lapisan otot usus depan (Hossain dan Dutta 1996).
Lapisan otot pada usus berfungsi dalarn aktivitas peristaltik. Tunika serosa usus
rnerniliki struktur yang sarna dengan tunika serosa larnbung. Saluran ernpedu
(ductus choledochus) dan saluran pankreas (ductus pancreaticus) berrnuara
di usus bagian depan. Pada bagian ini terjadi proses pencernaan dan
penyerapan rnakanan (Rust 2000).
ReMum
Rektum mempunyai katup rektum (rectal valve) di daerah perbatasan
antara rektum dan posterior usus belakang. Katup rektum memiliki tunika
submukosa dan tunika muskularis yang dilengkapi oleh lapisan otot polos lebih
tebal. Tunika mukosa rektum dilapisi dengan sef epitel kolumnar. Lapisan
epitelnya merupakan sel-sel enterosit, sel-sel goblet dan sel-sel granulosit. Selset goblet lebih banyak terdapat di lapisan epitel rektum dibandingkan dengan sel
goblet di lapisan epitel usus. Rektum berfungsi sama seperti pada hewan lain,
yaitu untuk penyerapan air dan ion-ion. Tetapi rektum pada larva ikan berfungsi
sebagai tempat penyerapan protein (Affandi dan Tang 2002; Affandi et a/.
2004).
Anus
Anus mempunyai tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis
dan tuniaka serosa sama dengan di bagian rektum. Lapisan epitel di tunika
mukosa anus mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan lapisan
epitel rektum (Unal et a/. 2001; Affandi et a/. 2004).
Hati
Hati dibentuk oleh sel-sel parenkim (sel-sel hepatosit) yang berbentuk
poligonal. Di antara sel-sel
parenkim terdapat kapiler-kapiler darah yang
membentuk sinusoid, vena sentralis, vena porta hepatika, arteri hepatika, vena
interlobularis, arteri interlobularis, septum interlobularis dan ductus biliaris.
Hati mempunyai pembuluh darah yaitu arteri hepatika, vena porta dan
vena hepatika. Vena porta hepatika adalah vena yang membawa darah dari
saluran pencemaan menuju hati. Setelah bercabang-cabang di dalam hati, vena
porta tersebut akan keluar dari hati menuju jantung. Vena porta ini dilapisi oleh
epitel kubus selapis. Vena hepatika adalah buluh darah yang keluar dari organ
hati menujujantung.
Di hilus organ hati terdapat vesica fellea atau kantung empedu. Organ ini
berbentuk kantung bulat kecif, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebirubiruan. Kantung empedu mempunyai saluran yang berasal hati. Saluran ini
bernama ductus hepaticus. Vesica fellea berfungsi menampung cairan empedu
dan mencurahkan empedu ke dalam usus.
Cairan empedu yang dihasilkan hati berperan sebagai emulsifikator
lemak, sehingga lemak dapat diserap oleh dinding usus. Hati mempunyai ductus
biliaris yaitu saluran yang membawa sekresi empedu untuk dibawa ke ductus
choledochus. Duktus ini bermuara ke usus bagian depan (Bmsle dan Anadon
1996).
Pankreas
Secara sitologis pankreas memiliki dua tipe sel yaitu sel eksokrin dan sel
endokrin. Hasil utama dari sel eksokrin adalah enzim pencernaan yaitu enzim
protease, enzim amilase, enzim kitinase dan enzim lipase. Sel endokrin
menghasilkan hormon, sehingga sel-selnya selalu berhubungan dengan kapiler
darah. Pulau Langerhans adalah sekelompok sel endokrin yang berada di antara
sel eksokrin.
Pulau Langerhans merniliki sel A (a) yang rnensekresikan
glukagon, sel B
(P)
mensekresikan insulin dan sel D
(x) mensekresikan
somatostatin. Sel A dan sel D terletak di bagian tepi, sedangkan sel B berada
di tengah-tengah pulau. Glukagon dapat menstimulir pembentukan glukosa dari
glicogen (glicogenolisis) dan menghambat pembentukan glicogen dari glukosa.
Insulin berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, metabolisme protein dan
lemak. Insulin dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Somatostatin dapat
menghambat sekresi sel A dan sel B (Affandi dan Tang 2002; Affandi et a/.
2004).
Proses Pencernaan lkan Teleostei
Pencemaan adalah proses fisik dan kimiawi yang dialami oleh bahan
makanan di dalam alat pencernaan.
Affandi dan Tang (2002), menyatakan
bahwa pencemaan pada ikan terjadi secara fisik (di dalam rongga mulut dan
segmen saluran pencemaan yang lain) dan secara kimiawi (oleh enzimenzim
pencernaan di segmen lambung dan usus). Proses metabolisme terdiri dari :
1). anabolisme yaitu pembentukan jaringan baru, pembentukan hormon dan
enzim serta mukus, dan 2). katabolisme (pembentukan energi bebas).
Sedangkan berdasarkan tempat pencernaannya, proses pencernaan meliputi :
1). pencemaan ekstraselular yaitu pencernaan makanan yang terjadi di dalam
saluran pencemaan dan 2). pencernaan intrasellular yaitu pencernaan makanan
yang terjadi di dalam sitoplasmaldi dalam sel.
Pencernaan rnekanik dirnulai di rongga rnulut yaitu dengan gigi sebagai
proses pernotongan dan penggerusan rnakanan, kemudian dilanjutkan di
esofagus, larnbung dan usus dengan gerakan-gerakan peristaltik, pendular dan
segmental. Beberapa ikan memiliki bagian kasar di permukaan dasar lidah dan
gigi faring, yang berfungsi rnenggerus makanan di rnulut. Lapisan bagian kasar
ini rnensekresikan rnukus selarna terjadi proses penggerusan makanan (Affandi
dan Tang 2004).
Pencemaan secara kimiawi dipengaruhi oleh suhu dan oksigen di
perairan ternpat ikan tersebut hidup. Makanan yang rnasuk ke dalam saluran
pencernaan akan dicema menjadi partikel-partikel yang lebih kecil oleh enzirn
pencernaan (pepsin).
Pepsin rnerupakan enzim gastrik
yang dorninan
rnernpengaruhi laju pencernaan. Aktivitas enzim pencernaan ini dipengaruhi oleh
suhu tubuh dan pH cairan tubuh ikan. Suhu tubuh ikan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan perairan (Steffens 1989).
Mekanisme pencernaan ikan yaitu pertarna, rnakanan yang berpartikel
besar akan dihidrolisis pada bagian terluamya oleh aktivitas enzim. Kernudian,
gerakan saluran pencemaan akan rneluluhkan bagian yang telah tercerna.
Bagian yang terluar dari partikel tercerna tersebut akan dicema kembali oleh
enzim hidrolisis dan selanjutnya akan luluh lagi bagian perrnukaannya oleh
gerakan saluran pencernaan. Proses ini akan terjadi terus hingga semua partikel
makanan tersebut terlarut. Laju pencernaan akan lebih cepat apabila enzirn
pencernaan bekerja secara optimum (Affandi dan Tang 2002).
Enzirn pencemaan pada ikan terdiri dari hidrolase, protease, esterase,
dan karbohidrase. Tabel 1 rnenunjukkan tempat pernbentukan enzim pencernaan
pada ikan.
Tabel 1 Tempat-tempat pernbentukan enzirn pencemaan pada lkan
(Steffens 1989)
Lambung
Pepsinogen (HCI)
Esterase
Karbohidrase
Chytinase
Usus
Enterokinase
Aminopeptidase
Dipeptidase
Tripeptidase
Lipase
Lesitinase
a-amilase
a-glukosidase
p-galaktosidase
Kitobiase
Pankreas
Triptinogen
Chymotripsinogen
Lipase
a-amilase
Kitinase
Pencernaan yang terjadi pada saluran pencernaan ikan adalah
pencernaan protein, lemak dan karbohidrat. Proses pencernaan protein terjadi
di segmen lambung, usus dan kaeka pilorik. Proses pencernaan lemak terjadi
di segmen usus dan hati. Proses pencernaan karbohidrat terjadi di segmen
lambung dan usus.
Pencemaan karbohidrat di lambung terjadi hanya pada
beberapa jenis ikan (Steffens 1989).
Pencernaan Protein
Protease adalah enzim yang berperan dalam pencernaan protein. Enzim
ini
terbagi
menjadi
endopeptidase
dan
ektopeptidase.
Endopeptidase
menghidrolisis protein dan peptida rantai panjang dan pendek. Salah satu enzim
endopeptidase adalah pepsin, enzim ini disekresikan oleh sel-sel mukosa
lambung. Aktivitas pepsin tergantung pada pH, suhu dan substrat. Pada ikan
herbivora aktivitas pepsin ini tidak terjadi. Ektopeptidase menghidrolisis asam
amino. Enzim ektopeptidase adalah tripsin, enzim ini disekresikan oleh sel-sel
mukosa lambung dan jaringan pankreas (Steffens 1989).
Aktivitas protease dapat terjadi di lambung pada pH optimum. Beberapa
ikan memiliki pH optimum yang bervariasi untuk aktivitas proteasenya, yaitu ikan
pike dengan pH 2, ikan lctalurus pHnya 3 sampai 4, ikan salmon dan ikan tuna
dengan pH 2.5 sampai 3 3 . lkan sidat Anguilla japonica pHnya 2,5 sampai 3,3.
Aktivitas protease juga terjadi di usus ikan pada pH optimum berkisar antara 7
sampai 11. Aktivitas ini dimiliki oleh 4 spesies ikan yang ditemukan di Jepang,
yaitu ikan Seriola. 2 jenis ikan basses dan ikan buntal. Aktivitas protease pada
ikan kamivora lebih tinggi dibandingkan dengan ikan herbivora dan omnivora
(Steffens 1989). Sedangkan aktivitas triptik terjadi di usus, pankreas dan hati
ikan pada pH optimum berkisar antara 8,O sampai 8,2. Usus ikan mas
mempunyai aktivitas triptik lebih besar dibandingkan dengan di pankreasnya.
Sekresi pankreas yang bercampur dengan sekresi usus akan mengakibatkan
terjadinya aktivitas triptik pada pH optimun berkisar 10 atau lebih (Smith 2004).
Pencernaan Lemak
Enzim lipolitik yaitu lipase yang merupakan enzim terpenting untuk
pencernaan lemak.
Enzim ini menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam
lemak. Pencernaan lemak terjadi di hati ikan, aktivitas enzim lipolitiknya berasal
dari sekresi empedu yang berfungsi mengelmulsikan lemak. Aktivitas lipase
relatif rendah pada suhu optimum 20'C sarnpai 25'C. Enzirn lipolitik yang lain
yaitu esterase yang urnurnnya berasai dari segmen usus, narnun ada juga dari
segrnen larnbung dan pankreas. Esterase merniliki pH optimum berkisar antara
8 sarnpai 9 dengan temperatur 35'C dan 40'C.
lkan A. anguilla mernpunyai
aktivitas esterase tinggi pada ekstrak ususnya. Sedangkan ikan trout rnerniliki
aktivitas esterase pada pH optimum di ususnya yaitu 7,6 (Steffens 1989).
Pencernaan Karbohidrat
Enrim yang rnencerna karbohidrat yaitu amilase, rnaltase dan sukrose.
Aktivitas enzirn ini sudah ada pada larva ikan berurnur 7 dan 10 hari setelah
rnenetas sarnpai ikan rnenjadi dewasa. Sebagian besar enzim karbohidrat ini
terdapat di faring, esofagus, usus dan pankreas. lkan yang hidup di air hangat
rnernpunyai aktivitas enzirn karbohidrat lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
yang hidup di air dingin. lkan mas rnerniliki aktivitas rnaltasenya di faring dan
aktivitas amilase di esofagus. Arnilase dan maltase terdapat juga di bagian usus
tengah dan sukrase terdapat di bagian usus belakang (Steffens 1989).
Pada ikan herbivora diternukan banyak aktivitas enzim karbohidrat
dibandingkan dengan ikan kamivora dan omnivora. lkan ini tidak memiliki ductus
pancreaticus, sehingga sekresi pankreasnya bercampur dengan sekresi hati.
Campuran sekresi hati dan pankreas menyebabkan terjadinya aktivitas amilase.
Sedangkan ikan mas rnerniliki sekresi usus bercarnpur dengan sekresi hati dan
pankreas dengan aktivitas lipolitik (Smith 2004).
Pakan lkan
lkan rnemerlukan berbagai jenis gizi untuk mernenuhi kebutuhan energi
yang diperlukan untuk hidup dan berkembang. Pakan ikan mengandung protein,
lemak, kahhidrat, vitamin dan mineral. Komposisi pakan mernegang peranan
yang penting. Sebagai contoh, protein yang dibutuhkan ikan haws dapat
menyediakan semua asarn amino yang diperlukan. Lemak haws rnengandung
jenis asam lemak yang tepat. Proposi keperluan zat gizi ikan serta jumlahnya
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu spesies, tahap perturnbuhan, status
reproduksi. suhu, habitat dan rnusim (Anonimus 2005).
Konsumsi pakan ikan juga berhubungan dengan konsurnsi oksigen yang
diperlukan untuk metabolisme. Bila suhu lingkungan meningkat, konsurnsi
oksigen akan rneningkat untuk proses perombakan nutrien dalarn proses
metabolisme (katabolisme). Tingkat kebutiihan oksigen pada ikan bewariasi,
tergantung pada ukuran, aktivitas, suhu dan nutrisi ikan. lkan catfish (Ictalurus
catus) mengkonsumsi oksigen 0,06 mg 02/g/jam pada suhu 11' C hingga
0,75 mg 02/gljam pada suhu 25OC. lkan Tilapia nilotika x~rlgkonsurnsioksigen
pada suhu 25% berkisar 0,22 mg 021g/jam disaat ikan berenang dengan
kecepatan 30 cmldetik dan hingga 0,458 mg Odg/jam disaat ikan berenang
dengan kecepatan 60 cmldetik (Farmer dan Beamish 1969 dalam Boyd 1982).
Berdasarkan jenis makanannya, ikan digolongkan menjadi beberapa
kelompok, yaitu ikan pemakan algae atau tumbuhan (herbivora), pemakan
daging (karnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora). lkan karnivora terbagi
lagi menjadi tiga kelompok yaitu ikan pemakan serangga (insektivora), pemakan
invertebrata (mollusivora) dan pemakan ikan (piscivora). lkan herbivora
beradaptasi pada ususnya untuk menjadi panjang, agar dapat mencerna bahanbahan dari tumbuhan. Usus ikan ini mengandung jenis bakteri tertentu untuk
membantu proses pencernaannya. Sedangkan ikan karnivora memiiiki lambung
yang mampu mencerna pakan dalam jumlah besar dengan bantuan asam
lambung dan berbagai jenis enzim di usus yang pendek. lkan karnivora tidak
dapat mencerna dengan baik apabila diberi pakan dari tumbuh-tumbuhan,
karena lambungnya tidak dapat mencerna bahan pakan tersebut. Akibatnya ikan
akan mengalami ketidakseimbangan gizi dan pada akhirnya ikan* akan mati
(Anonimus 2005).
Kondisi lambung ikan juga tergantung pada makanan yang dikonsumsinya.
lkan akan mencari makanan apabila lambungnya dalam keadaan kosong atau
lapar. Konsumsi makanan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya
laju pencernaan. Tingkat konsumsi makanar! dan laju pencernaan mengikuti
pola kwadratik, yaitu pada awalnya rendah pada suhu paling rendah, kemudian
meningkat pada
suhu optimum
dan menorun lagi setelah melewati suhu
optimum lingkungan ikan tersebut hidup (P.ffandi dan Tang 2002).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Pe~elitiandilaksanakan
selama
12 bulan. Penangkapan ikan buntal
pisang dilakukan pada bulan Agustus 2005 sampai Februari 2006. Pengamatan
anatomis dan pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Riset
Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi,
Fisiologi dan Farmakologi, Fakuttas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah ikan buntal pisang berjenis kelamin jantan
berjumlah 54 ekor yang berukuran panjang 8 cm - 25 cm dan berat 23 g - 229 g.
lkan buntal pisang diperoleh dari hasil penangkapan nelayan di tempat
pelelangan ikan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. 50 ekor ikan diawetkan dalam
larutan fiksatif formalin 10% untuk kajian biometrik, 2 ekor ikan yang diawetkan
dengan formalin 10 % untuk pengamatan makroskopis dan 2 ekor ikan buntal
yang diawetkan dalam larutan paraformaldehid 4% untuk pembuatan preparat
histologis, bahan-bahan untuk pembuatan preparat histologis dengan rnetode
parafin, bahan penvama Hematoxylin-Eosin (HE) dan Periodic Acid Schiff (PAS).
Alat-alat yang digunakan adalah toples plastik, jangka sorong, penggaris,
jarum suntik berukuran 2,5 ml dan 1 ml, seperangkat alat bedah, satu set untuk
pembuatan preparat awetan metode parafin, peralatan untuk penvarnaan HE dan
PAS, peralatan mikrofotografi, rnikroskop cahaya dan tirnbangan O'Haus Triple
Beam Balance dengan keteliian 0,01 g.
Metode Penelitian
Pengawetan hewan, pemberian nomor kode dan pengukuran (panjang dan
berat) tubuh ikan.
lkan buntal pisang berjumlah 50 ekor diawetkan dengan larutan formalin
10%. Pengawetan dilakukan dengan menyuntikkan larutan formalin 10% di
bagian organ pencemaan dengan jarum suntik berukuran 2,5 ml. Selanjutnya
ikan-ikan ini direndarn secara utuh dalam formalin 10%.
Ikan-ikan yang
diawztkan dengan formalin 10 % diberi nomor kode, diukur panjangnya dan
ditimbang berat tubuhnya. Pengukuran panjang total tubuh ikan dilakukan dari
bagian ujung mulut sampai ujung sirip ekor paling belakang menggunakan
penggaris
(Gambar 7). Ikan-ikan yang diawetkan ini akan digunakan untuk
kajian biometrik.
Gambar 7 Pengukuran panjang total tubuh ikan buntal pisang
(Tarp dan Kailola 1983).
TL. panjang total.
Kajian Biometrik (Morfometrik)
lkan buntal pisang berjumlah 50 ekor yang telah diawetkan dengan
formalin 10% dilakukan pengukuran, yaitu :
Ukuran berat lambung
Lambung dari 34 ekor ikan buntal yang dikeluarkan isinya dan kemudian
berat lambungnya ditimbang dengan timbangan O'Haus Triple Beam Balance
dengan ketelitian 0,01 g.
Ukuran panjang dan berat usus
Panjang usus dari 50 ekor ikan buntal dilakukan pengukuran di mulai dari
daerah anterior usus depan sampai ke anus dengan menggunakan benang nilon.
Kemudian, benang nilon diukur dengan penggaris. Penimbangan berat usus
dilakukan menggunakan timbangan O'Haus Triple Beam Balance dengan
ketelitian 0,Olg.
Ukuran berat hati
Berat hati dari 50 ekor ikan buntal diiimbang dengan menggunakan
timbangan O'Haus Triple Beam Balance dengan ketelitian 0,Olg.
Hasil pengukuran ini selanjutnya digunakan untuk menghitung rasio berat
lambunglberat tubuh, rasio panjang ususlpanjang total tubuh, rasio berat
ususlberat tubuh dan rasio berat hatilberat tubuh (Tabel 8, Lampiran 1).
Kajian Anatomi
Kajian struktur makroskopis.
Esofagus, lambung, usus, rektum dan hati 2 ekor ikan buntal pisang diamati
bentuk dan warnanya. Kemudian ikan ini diawetkan dalam larutan formalin 10 %
untuk digunakan pada pengamatan anatomi rongga mulut, esofagus, lambung,
usus, rektum dan hati secara lebih rinci. Bagian organ hati diamati juga bentuk
anatomisnya yang meliputi bagian permukaan hati, lobi hepatis, vesica fellea,
ductus choledochus, ductus cysticus.
Kajian struMur mikroskopis.
(1). Pembuatan preparat mikroskopis.
lkan buntal pisang berjumlah sekitar 2 ekor yang masih hidup dimatikan.
bagian esofagus, lambung, usus, rektum, anus dan vena porta hepatika yang
masih segar ini disuntik dengan larutan garam fisiologis 0,9%. Organ-organ ini
disuntik dengan jarum suntik berukuran 1 rnl. Kemudian, organ-organ tersebut
disuntik dengan larutan paraformaldehid 4% dan direndam secara utuh di dalam
larutan paraformaldehid 4 % selama 73 jam. Sampel hati diambil dan dibuat
sayatan kecil di bagian permukaan hati, kemudian direndam ke dalam larutan
paraformoldehid 4 % selama 73 jam. Untuk saluran pencernaan, bagian-bagian
saluran yang akan diamati secara mikroskopis adalah esofagus, lambung,
usus,rektum dan anus (Gambar 8).
Gambar 8
Daerah pengambilan sampel saluran pencernaan ikan buntal pisang.
Bagian sampel yang diambil (lingkaran), eso = esofagus.
A = pars kardia, B dan 62' = pars fundus, C dan C' = pars pilorus,
D = sfingter pilorik, E dan E' = usus depan, F dan F' = usus tengah,
G dan G' = usus belakang, H = rektum. I = anus.
Organ-organ ini diproses untuk sediaan histologis dengan metode parafin
dan disayat dengan ketebalan sebesar 4 pm dengan sayatan melintang dan
mernbujur. Perwarnaan preparat dengan menggunakan perwama HenatwylinEosin (HE) adalah unt~rl; xelihat jeringan tunika rnukosa, subrnukose,
muskularis, serosa di esofagus, lambung, usus, rektum dan anus. Jaringan hati
juga diwarnai dengan HE. Perwarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dimaksudkan
untuk rnelihat adanya kandungan karbohidrat di sel rnukus esofagus, sel rnukus
lambung dan sel goblet di usus, rektum, serta glikogen di hati.
(2). Pengamatan preparat mikroskopis.
Pengamatan struktur histologis organ pencernaan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop cahaya. Bagian esofagus, lambung, usus (bagian usus
depan, usus tengah dan usus belakang), rekturn, dan anus dan diamati pada
tunika mukosa, subrnukosa, muskularis dan serosa. Pada tunika rnukosa diamati
sel epitel, sel rnukus, sel pepsin, sel enterosit. Di daerah submukosa diamati
kelenjar-kelenjar, sel otot di tunika muskularis. Bagian hati diamati bentuk sel
parenkim, sinusoid, vena sentralis, ductus biliaris, arferi interlobularis, vena
interlobularis, septum infedobularis, vena porta hepatika, ducfus choledochus,
ductus cysticus.
4. Analisa Data.
Data pengukuran 1). Rasio berat lambunglberat tubuh ikan, 2). Panjang
ususl panjang total tubuh ikan, 3). Rasio panjang ususlpanjang total tubuh ikan,
4) Rasio lntestinai Somatic lndex (1Sl)lpanjang total tubuh ikan dan Hepar
Somatic lndex (HSI) Ipanjang total tubuh ikan diolah secara statistik dengan
regresi linear, menvrut Aunuddin (2005).
Data yang diperoleh secara makroskopis dan mikroskopis danalisis secara
deskriptif. Hasil psngarnatan yang diperoleh dibandingkan dengan struktur
jaringan esofzgus, larnbung, usus, hati dan pankreas pada beberapa spesies
ikan Teleostei dari hasil penelitian terdahulu.
HASlL DAN PEMBAHASAN
Kajian Biometrik
Sampel ikan buntal pisang yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan
sebagian besar berjenis kelarnin jantan. lkan betina hanya berjumlah 8 ekor
(kurang dari 1%). Sehingga yang dapat digunakan untuk kajian biometrik hanya
yang berjenis kelarnin jantan berjumlah 50 ekor. lkan buntal pisang berjumlah 34
ekor digunakan untuk pengukuran berat lambungnya. Pengukuran ini tidak
menggunakan 50 ekor, karena 16 ekor ikan tersebut keadaan lambungnya tidak
baik untuk dilakukan pengukuran. Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran
biometrik pada ikan buntal pisang dan Tabel 3 menunjukkan persamaan
regresinya.
Tabel 2 Pengukuran biornetrik ikan buntal pisang
No. Parameter pengukuran
Paniana tubuh ikan (n= 50)
~ e ib
;tuht
(n = 50)'
Berat larnbung (n = 34)
Rasio berat lambunglberat
Badan ikan (n = 34)
Panjang usus (n = 50)
Rasio panianq usudpaniang
total tubuh (n= 50)
Intestinal Somatic Index (n = 50)
Hepato Somatic Index (n = 50)
Hasil pengukuran
11.1 cm-20.1 cm
~ 3 : 4 1~4 1
- .5~
0.75 g 4,14 g
0,02 - 0,25
-
Rata-rata hasil
pengukuran
13.2 cm
5i.2 g
1,60 g
0,04
7.0 crn - 18,2 cm
0.55 - 1
10.44 cm
0.79
0,98 % - 3,71 %
0,78 % - 7,59 %
2,26 %
3.25 %
lkan buntal pisang memiliki panjang usus berkisar antara 0.7 cm sampai
18.2 cm, sedangkan panjang tubuh ikan berkisai-.10,7 cm sampai 20,l cm.
Panjang usus ikan adalah 0,7- 0,9 kali panjang tubuhnya. Berarti ikan buntal
pisang adalah ikan karnivora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith (2004).
bahwa ikan kamivora memiliki panjang ususnya yaitu 0,2 sampai 2,5 kali panjang
tubuh ikan. Menumt hasil penelitiannya Noviyanti (2004) rnenyatakan bahwa ikan
buntal pisang yang bejenis kelamin jantan hanya mengkonsumsi hewan yaitu
udang, ikan, cumi-cumi, kerang dan gastropoda.
Panjang total tubuh ikan buntal pisang dengan rasio berat lambunglberat
badan mempunyai korelasi positif. Gambar 9 menunjukkan grafik korelasi
panjang total tubuh dengan rasio berat lambunglberat badan.
Hal ini berarti
bahwa peningkatan panjang total tubuh akan berpengaruh terhadap rasio berat
Tabel 3 Persarnaan regresi alat pencemaan ikan buntal pisang
No. Parameter pengukuran
Persamaan regresi
S
1.
Panjang total tubuh dan Y = 0,00288 X - 0,00912 0,0022
rasio berat larnbungl
berat badan
2.
Panjang total tubuh dan Y = 1.02 X - 2,89
1.5523
panjang usus
3.
Panjang total tubuh dan Y = 0,0491 X + 0.143
0,0353
rasio panjang usus1
panjang total tubuh
4.
Panjang total tubuh dan Y = 0,270 X - 1,34
0,2912
Intestinal Somatic Index
(IS!)
5.
Panjang total tubuh dan Y = 0,370 X - 1,75
0.5055
He~atoSomatic index
(HSI)
Keterangan : S = standar deviasi, R = keragaman data
R
0.899
Korelasi
0.68f
0,825
0.906
0,952
0,81
0,900
0,726
0,852
0,948
Garnbar 9 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio berat lambungl
berat badan ikan buntal pisang.
larnbunglberat badan. Steffens (1989) juga rnenyatakan
bahwa kapasitas
larnbung diukur dari volume lambung dan berat lambung. Jika rasio berat
lambungberat badan meningkat, rnaka kapasitas lambung ikan buntal pisang
juga akan rneningkat. Berarti ikan dalarn penelitian ini rnengalarni peningkatan
dalarn rnengkonsurnsi makanannya sesuai dengan berat badannya.
Panjang total tubuh ikan dengan panjang ususnya dan rasio panjang
usudpanjang total tubuh rnernpunyai korelasi positif. Garnbar 10 rnenunjukkan
kia
g
tr
korelasi panjang total tubuh dengan panjang usus dan Garnbar 11
rnenunjukkan gratik korelasi panjang total tubuh dengan rasio panjang usud
-1
16.
3 "-
4k
12lo-
Gambar 10 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan panjang usus ikan
buntal pisang.
Gambar 11 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio panjang
ususlpanjang total tubuh ikanbuntal pisang.
panjang total tubuh ikan. Hal ini berarti bahwa peningkatan panjang total tubuh
ikan buntal pisang mempengaruhi panjang usus dan rasio panjang ususJpanjang
total tubuhnya. Steffens (1989) menyatakan bahwa pertambahan panjang usus
pada ikan dan rasio panjang usus ikanlpanjang total tubuh ikan sejalan dengan
meningkatnya panjang total tubuh ikan. Hal ini juga sesuai
dengan hasil
penelitian Kramer et a/. (1995) yang menyatakan bahwa peningkatan pada
panjang usus ikan sejalan dengan meningkatnya panjang tubuh ikan, baik l u
pada ikan herbivora, ikan kamivora rnaupun ikan amnivora. Panjang usus ikan
buntal pisang juga dipengaruhi oleh faktor makanan yang dikonsumsi ikan.
Misalnya, ikan kamivora diberi makanan tumbuhan tidak akan mempengaNhi
panjang tubuh dan panjang ususnya. Di saluran pencemaan ikan kamivora tidak
rnerniliki enzirn selulosa untuk rnencema turnbuhan, sehingga ikan tersebut dapat
kekurangan zat nutrisi untuk kebutuhan perturnbuhannya. Hal yang berbeda
terjadi pada ikan ornnivora yaitu bila ikan tersebut diberi rnakanan turnbuhan
lebih banyak akan rnengalarni pertambahan panjang pada ususnya. Hal ini
tejadi karena usus ikan ini rnerniliki enzirn selulosa yang dapat rnencema
turnbuhan. Sehingga ususnya akan beradaptasi untuk rnenarnbah luas area
pencemaannya dengan cara rnenjadi bertambah panjang (Perez-Espana dan
Abiia-Cardenas 1996; Yandes 2003).
Garnbar 12 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan IS1 ikan buntal pisang.
-
Panjang total tubuh dengan IS1 (Intestinal Somatic Index) mernpunyai
korelasi positii. Garnbar 12 rnenunjukkan grafik kwelasi panjang total tubuh
dengan ISI. Peningkatan panjang total tubuh ikan mernpengaruhi nilai ISlnya,
apabila IS1 rneningkat artinya kondisi nutrisi ikan tersebut baik untuk kebutuhan
perturnbuhantubuhnya (Rios et al. 2004).
Panjang total tubuh dengan
HSI (Hepar Somatic Index) rnernpunyai
korelasi positii Garnbar 13 rnenunjukkan grafik korelasi panjang total tubuh
dengan HSI. Hal ini berarti bahwa peningkatan panjang total tubuh ikan ini
rnernpengaruhi terhadap nilai HSI ikan buntal pisang. Nilai HSI rnenunjukkan
kondisi pakan dan tingkat kematangan gonad ikan (Brusle and Anadon 1996).
.
Gambar 13 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan HSI ikan buntal pisang
Bila HSlnya tinggi berarti ikan tersebut aktif melakukan aktivitas makan.
Juga pada ikan yang mengalami pematangan gonad. lkan akan melakukan
aktivitas makan lebih banyak, karena saat pematangan gonad ikan harus
mensuplai energi lebih banyak. Energi sebagian besar disuplai dari hati (Adam
dan Mclean 1985). Hasil pengukuran lambung, usus, hati dan gonad ikan buntal
pisang secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 7 Lampiran 2 .
Kajian Makroskopis Alat Pencernaan
Alat pencernaan ikan buntal pisang terdiri dari saluran pencernaan yang
memiliki bagian-bagian sebagai berikut : rongga mulut yang terletak di anterior
daerah faring. Sedangkan faring terletak di antara insang kanan dan kiri.
Esofagus merupakan saluran pendek. Lambung berbentuk seperti kantung
sederhana dan berwarna putih. Kemudian lambung dilanjutkan ke usus melalui
sfingter pilorik. Usus ikan buntal pisang terdiri dari usus depan, tengah, belakang.
Usus depan dan usus belakang mempunyai diameter yang lebih besar dari usus
tengah. Usus ikan mempunyai lipatan satu kali. Hati ikan buntal pisang berbentuk
hepatopankreas, yaitu pankreasnya berada di dalam jaringan hati. Hatinya
berwarna merah kekuningan dan terletak di sisi kanan rongga abdomen dan
meluas sampai ke bagian anterior rektum. lkan buntal pisang mempunyai
gelembung renang berbentuk lonjong memanjang berwarna putih menutupi
bagian ventral ginjal. Gonad jantan ikan buntal pisang berbentuk lonjong,
berwarna putih dan terletak di antara usus dan gelembung renang. Jantung ikan
terletak di ventro-anterior lambung (Gambar 14 dan 15). lnsang terletak di bagian
anterior sirip dada dan tidak memiliki apparatus operculum.
Gambar 14 Situasi alat pencernaan ikan buntal pisang.
1. rongga mulut, 2. faring, 3. esofagus, 4. lambung, 5. usus,
6. rektum, 7. anus, 8. hati, 9. gonad, 10. insang.
Gambar 15 Gambaran skematis situs viscerum alat pencernaan
ikan buntal pisang. Bar = Icm.
1. rongga mulut, 2. gigi incisivus. 3. faring. 4. esofagus, 5. lambung,
6. sfingter pilorik, 7. usus depan, 8. usus tengah, 9. usus belakang,
10. rektum, 11. anus, 12. hati, 13. gonad jantan, 14. ginjal,
15. gelembung renang.
Rongga Mulut
Rongga mulut ikan buntal pisang mempunyai gigi dan lidah. Gigi ikan
memiliki dua gigi incisivus di rahang atas dan dua gigi incisivus di rahang bawah.
Masing-masing gigi tersebut menyatu. Gigi atas menutupi gigi bawah sehingga
terlihat seperti paruh b ~ ~ kakak
n g tua (Gambar 16).
Gambar 16 Gambaran makroskopis bentuk gigi ikan buntal pisang.
Bar = 0,5 cm.
1. Gigi lncisivus di rahang atas yang menyatu
2. Gigi lncisivus di rahang bawah yang menyatu
Gigi ini berfungsi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil yang
kemudian di telan ke dalam mulut. Lidah ikan terdapat di dasar mulut dan bersifat
statis yang tidak dapat digerakkan secara bebas.
Faring dan lnsang
Faring ikan ini terletak di antara insang kiri dan insang kanan. Faring
berlanjut menuju esofagus. lkan ini memiliki tapis insang yang tidak berfungsi
sebagai alat penyaring makanan, karena tapis insangnya pendek, kaku dan tidak
rapat berbeda dengan ikan yang memakan plankton menggunakan tapis insang
sebagai penyaring makanannya (Affandi et a/. 2004). Faring ikan buntal pisang
tidak mempunyai gigi-gigi faring. lnsang ikan ini tidak mempunyai apparatus
operculum dan memiliki celah insang tunggal.
Esofagus dan Gelernbung Renang
Esofagus ikan buntal pisang merupakan saluran pendek lanjutan dari
faring dan berhubungan dengan pars kardia lambung. Tidak ditemukan
hubungan antara esofagus dengan gelembung renaps (Garnbar !7).
Jadi
gelembung renang ini tidak memiliki ductus pneumaticus (Gambar 15).
Gelembung renang pada ikan ini memiliki bagian anterior dan posteriornya yang
ukurannya sama besar. Karena tidak mernpunyai ductus pneumaticus, maka ikan
buntal pisang terrnasuk dalam golongan ikan physoclysti (Lagler et a/. 1977).
Esofagus adalah tempat membawa makanan dari mulut menuju bagian lambung.
Ukuran esofagus yang pendek merupakan ciri khas ukuran esofagus spesies
ikan Teleostei pada umumnya (Smith 2004). Panjangnya esofagus berkaitan
erat dengan bentuk iubuh ikan. Ikaa yang bentuk tubuhnya seperti ular
(Anguiliform) memiliki ukuran esofagus relatif lebih panjang (Affandi et a/. 2004)
dibandingkan dengan ikan buntal pisang yang memiliki bentuk tubuh mernbulat.
Lambung
Lambung ikan buntal pisang terdiri dari pars kardia, pars fundus dan pars
pilorus. Lambung ini berbentuk seperti kantung sederhana yang besar,
mempunyai dua divertikula yang masing-masing terletak di daerah pars kardia
dan pars pilorus (Garnbar 18). Pars kardia berhubungsn dengan bagian distal
esofagus dan pars pilorus berhubungan dengan proksimal usus depan. Pars
kardia dan pars pilorus lebih pendek dari pars fundus.
Gambar 17 Penampang memanjang kepala dan lambung ikan buntal pisang.
1. lidah, 2. faring, 3. esofagus, 4. pars kardia,
5. daerah perlekatan pars fundus dengan dinding abdominal,
6. pars pilorus.
Struktur dan bentuk lambung seperti ikan buntal ini berbeda dengan
lambung ikan Clarias lazera Cuvier & Valenciennas (El-Shamma ef a/. 1995) dan
lambung
ikan Oreochrornis niloticus (Caceci ef a/. 1997) yaitu lambungnya
berbentuk seperti huruf Y dan pars fundusnya adalah daerah yang mengalami
divertikulum. Pars fundus buntal pisang di lapisi oleh dinding yang tipis dan
melekat pada dinding abdomennya (Gambar 18). Dinding lambung yang tipis ini
sama seperti pada spesies ikan bidadari (Peres-Espana dan Abiia-Cardenas
1996). Lipatan longitudinal mukosa pars kardia dan pars pilorus ikan buntal
pisang lebih kecil dibandingkan dengan lipatan longitudinal mukosa pars kardia,
pars fundus dan pars pilorus ikan Tilapia nilofica. Pars fundus yang tampak
seperti selaput tipis
berbeda dengan struktur pars fundus ikan Tilapia yaitu
merniliki lipatan-lipatan longitudinal mukosa yang besar seperti berlekuk-lekuk
saling berhubungan (Osrnan dan Caceci 1991). Lipatan-lipatanlongitudinal yang
kecil di pars kardia dan pars pilorus merupakan struktur yang beradaptasi lebih
banyak
sebagai
tempat
makanan
dan
airludara
pada
saat
hewan
mempertahankan diri. Dengan demikian makanan tidak dapat ditahan dengan
baik di dalam lambung ikan buntal pisang, karena lipatan-lipatan longitudinal
mukosanya kecil. Struktur lipatan-lipatan longitudinal ini menunjukkan kurang
efisiensinya sistem pencernaan di dalam lambung, karena adanya fungsi ganda
dari lambung ikan buntal pisang. Struktur lipatan longitudinal mukosa yang
terdapat pada spesies ikan tidak berhubungan dengan bermacam-macam
kebiasaan makan ikan tersebut (Osman dan Caceci 1991). Sedangkan dua
divertikula di lambung ikan buntal pisang diduga berfungsi sebagai tempat
maserasi makanan dan tempat makanan yang terdesak pada saat lambung
berisi air. Hasil penelitian Caceci eta/. (1997) menyatakan bahwa bagian tengah
lambung yang mengalami divertikulum pada ikan Tilapia mempunyai pH yang
lebih rendah dari pH di bagian lambung yang lain. Bagian ini digunakan sebagai
tempat makanan untuk mengalami maserasi. Pars pilorus ikan buntal adalah
bagian yang mempunyai daerah yang menyempit dan berhubungan dengan
usus depan. Bagian ini tidak mempunyai kaeka pilorik @yloric caeca)
(Gambar 18).
Gambar 18 Gambaran skematis alat pencernaan ikan buntal pisang.
1. esofagus, 2. pars kardia, 3. daerah divertikulum, 4. pars fundus,
5. pars pilorus, 6. sfingter pilorik, 7. usus depan, 8. usus tengah,
9. usus belakang, 10. rektum, 11. anus, 12. ductus choledochus.
Usus Depan, Usus Tengah dan Usus Belakang.
Usus ikan buntal pisang terdiri atas usus depan, usus tengah dan usus
belakang. Sepanjang usus terdapat alat penggantung yaitu mesenterium.
Ductus choledochus bermuara di usus depan, sedangkan limpa melekat pada
kaudal usus tengah dan anterior usus belakang.
Bagian usus depan dan
belakang memiliki diameter lebih besar dibandingkan dengan bagian usus
tengah. Susunan usus ikan buntal pisang ini dapat dilihat pada Gambar 18 dan
19. Struktur rnakroskopis usus ikan buntal pisang memiliki satu lipatan, dapat
dilihat pada Gambar 20. Dari hasil penelan ini susunan usus ikan buntal sama
dengan susunan usus ikan E. lucius seperti yang disampaikan oleh Kuperman
dan Kuz'mina (1994). Demikian juga adanya struktur usus yang memiliki satu
lipatan menurut hasil penelitian Kuperman dan Kuz'mina (1994) dimasukkan
dalam golongan ikan karnivora. Jumlah lipatan usus menentukan proses
pencernaan yang berhubungan dengan kebiasaan makan ikan, seperti ikan
herbivora memiliki lebih banyak lipatan usus dibandingkan dengan ikan omnivora
dan karnivora. lkan herbivora hanya mengkonsumsi tumbuhan. Proses
pencernaan tumbuhan memerlukan waktu yang lebih lama di saluran
pencernaan, sehingga saluran pencernaan ikan herbivora ini akan memperluas
area pencernaannya dengan bentuk yang lebih panjang (Kuperman dan
Kuz'mina 1994).
Gambar 19 Struktur makroskopis usus ikan buntal pisang.
1. usus depan, 2. usus tengah. 3. usus belakang, 4. rektum (daiam
keadaan kosong), 5. anus. 6. ductus choledochus, 7. limpa.
8. sfingter pilorik.
Gambar 20 Gambaran skematis usus ikan buntal pisang. Bar = 1 cm.
1. usus depan. 2. usus tengah, 3. usus belakang, 4. rektum,
5.anus. 6. mesenterium, 7. limpa, 8. ductus choledochus .
Rektum
Secara anatomis rektum ikan ini sulit dibedakan batasnya dengan usus
belakang. Karena dalam keadaan kosong rektum ini memiliki diameter yang
kecil. Bagian rektum dapat dibedakan dengan usus secara histologis yaitu dilihat
dari jumlah dan bentuk tipe sel di mukosanya (Murray et al. 1996).
Otopsi isi lambung dan isi usus
Dari hasil pembukaan lambung dan usus ditemukan makanan yang
dimakan oleh ikan buntal pisang ini yaitu bagian-bagian dari tubuh hewan
gastropoda, udang, kerang, curni dan ikan. Jenis makanan yang ada di dalam
lambung dan usus ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Jenis makanan yang
dimakan ikan ini sesuai dengan hasil peneliian Noviyanti (2004) yang
menyatakan bahwa jenis makanan ikan buntal pisang terdiri atas delapan jenis
hewan yaitu ikan (Farnili Sciaenidae dan Siliginidae), kerang (Famili Trigonidae),
gastropoda (Famili Phasianellidae), udang (Famili Peneidae, Genus Peneaus),
kepiting (Famili Ocypodidae) dan cumi-cumi (Famili Loliginidae). Di dalam isi
lambung dan usus ini ditemukan makanan yang lunak dan keras. Bagian yang
keras dari makanannya tersebut adalah potongan-potongantulang dan sirip ikan,
cangkang kerang, cangkang siput, potongan-potongan kaki udang dan cumi.
lkan buntal pisang sebenarnya harus memakan makanan yang keras-keras,
karena giginya tumbuh terus seperti gigi Rodentia (Van Ramshorst 1978). Sisa
potongan-potongan makanan yang keras tersebut diduga dapat berfungsi
rnembantu proses pencernaan.
Garnbar 21 Jenis rnakanan yang diternukan di dalarn alat pencernaan ikan
buntal pisang (A,B,C dan D).
Tanda panah rnenunjukkan bagian-bagianmakanan yang bersifat keras
(tulang dan sirip ikan, kaki udang, cangkang siput, cangkang udang
dan kulit kerang).
Hati
Hati ikan buntal pisang ierleiak di sisi kanan ruang abbdominal,
rnemanjang dari bagian kaudal jantung hingga di sekitar anterior rekturn. Hati
ikan ini rnerniliki 3 lobus yaitu lobus dorsal, lobus quadratus dan lobus ventral.
Hati berbentuk oval dan berwarna merah kekuningan. Warna hati ikan ini sarna
dengan warna hati ikan sidat Anguilla anguilla, ikan Dicentrachus labrax dan ikan
Sparus auratus (Brusle dan Anadon 1996). Hati yang berwana rnerah
kekuningan ini diduga banyak rnenyirnpan lernak (Brusle dan Anadon 1996).
Ductus choledochus terletak di bagian ventral hati dan bemluara di usus depan.
Diternukan pula ductus hepaticus yang rnenghubungkan kantung ernpedu (vesica
fellea) dengan hati. Kantung ernpedu berbentuk oval dan berwarna kehijauan
(Garnbar 22). Struktur rnakroskopis hati yang yang rnemiliki 3 lobus adalah
struktur yang sarna dengan beberapa bentuk hati ikan Teleostei pada urnurnnya.
Letak, ukuran, bentuk dan volume hati ikan merupakan menyesuaikan diri
dengan organ-organ visceral lainnya. Pankreas terdapat di dalarn jaringan hati,
sehingga hati ini dinarnakan hepatopankreas. Struktur ini sama seperti pankreas
ikan P. pangasius (Yusfiati 2001), ikan lctalurus punctatus, ikan D. holocanthus,
ikan Dicentrarchus labrax, ikan Acanthurus blochii, ikan L. bohar, ikan Scarus
spp dan ikan S. Cabrila (Brusle dan Anadon 1996) dan ikan tilapia (0. niloticus)
(Vicentini eta/. 2005).
Garnbar 22 Garnbaran makroskopis hati ikan buntal pisang.
A. permukaan lateral, B. perrnukaandistal.
I.
lobus dorsal, 2. lobus ventral, 3. lobus quadratus, 4. vesica fellea.
5. ductus choledochus, 6. ductus hepaticus.
Kajian Mikroskapis Alat Pencernaan
Esofagus
Tabel 4 menunjukkan hasil pengamatan mikr~skopisesofagus pada ikan
buntal pisang. Tunika mukosa esofagus ikan buntal pisang dilapis~sel-sei €?itel
berlapis dengan banyak sel mukus yang berbentuk bulai serta tewarnai positif
dengan pewarnaan PAS (Gambar 23 dan 34). Stmktur mukosa esofagus ikan
buntal pisang mirip dengan stmktur mukosa ikan tilapia (Gargiulo et a/. 1996),
catfish Silurus glanis (Petrinec et a/. 2005) dan P. pangasius (Yusfiati 2001).
Secara umum lapisan epitel pada esofagus ikan memiliki sel-sel mukus
berbentuk bulat yang tenvarnai positif dengan PAS (Scocco eta/. 1998). Sel-sel
rnukus menghasilkan mukus yang mengandung mukopolisakarida (Affandi et al.
2004) atau dapat juga menghasilkan asam glikoprotein (Tibbetts 1997). Mukus
berfungsi untuk menjaga epitel perifer dan memegang peranan dalam proses
absorbsi.
Mukus juga
mempakan
komponen
penting
dalam
fungsi
osrnoregulasi di esofagus, karena mukus ini berfungsi sebagai penahan difusi
untuk ion Na*, ion
K' dan memberi batas agar sel epitel. tidak langsung
berhubutigati dengan air l a ~ (Ijumbeit
t
ef a/. 1984).
Tabel 4 Komponen penyusun jaringan esofagus ikan buntal pisang.
Komponen penyusun
Tunika mukosa :
- lapisan epitel bdapis
- lamina propria
2. Tunika submukosa :
- jaringan ikat longgar
- pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe
- Kelenjar rnukus
3. Tunika rnuskularis :
- otot bergaris melintang longitudinal (internal)
- otot bergaria meiintang sikular (ekstemal)
4. Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesotelium
Keterangan : + = ada ; - = tidak ada
No.
1.
Esofagus ikan buntal pisang
+
+
+
+
+
+
+
+
t
Tunika muskularis esofagus dilapisi oleh dua lapis otot bergaris melintang
yaitu lapis longitudinal (internal) dan lapis sirkular (ekstemal) (Gambar 25).
Struktur tunika muskularis seperti ini berhubungan dengan fungsi esofagus yaitu
menelan makanan ke lambung dengan gerakan peristaltik secara sadar (Stevens
dan Hume 1995).
Garnbar 23 Sayatan longitudinal esofagus ikan buntal pisang (A) dan rnukosa
esofagus (A').
1. lapisan sel-sel epitel berlapis, 2. sel mukus, 3. mukosa muskularis,
4. kelenjar mukus. Perwarnaan HE. Bar = 200 pm.
Garnbar 24
Sayatan longitudinal rnukosa esofagus ikan buntal pisang.
1. sel-sel epitel berlapis, 2. sel mukus. Pelwarnaan PAS. Bar = 100 pm.
Gambar 25 Sayatan longitudinal esofagus ikan buntal pisang.
1. sel-sel epitel berlapis, 2. tunika submukosa, 3. tunika muskularis
dengan otot bergaris melintang longitudinal, 4. tunika muskularis dengan
otot bergaris melinlang sirkular. Perwarnaan HE. Bar = 200 urn.
Di tempat peralihan antara esofagus dan pars kardia lambung, ditemukan
lapisan sel-sel otot bergaris melintang silkular (eksternal) yang sangat subur
(Garnbar 26). Melihat susunannya, kondisi otot seperti ini diduga berfungsi
sebagai otot sfingter. Kondisi seperti otot sfingter tersebut dapat bekerja secara
sadar, karena dibentuk oleh otot-otot bergaris melintang.
Sementara itu
Lagler et a/. (1977) menyatakan bahwa otot-otot bergaris melintang pada
lambung ikan buntal pada umumnya akan mengendur saat air atau makanan
masuk ke dalam lambung.
Lambung
Tabel 5 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan lambung
pada ikan buntal pisang. Tunika mukosa di seluruh permukaan lambung dilapisi
oleh lapisan epitel transisional. Pada ikan buntal pisang, lapisan epitel
transisional ditandai dengan adanya sel-sel mukus yang tersebar tidak merata
di bagian paling superfisial. Di profundal lapisan transisional terdapat sel-sel
pepsin yang berada di superfisial lamina basalis (Gambar 27). Sel-sel mukus
di pars kardia dan pars fundus lebih banyak dibandingkan pada pars pilorus.
Gambar 26 Daerah peralihan antara esofagus dan pars kardia ikan buntal
pisang (A) dan mukosa pars kardia ( A').
1. kumpulan sel-sel otot bergaris melintang sirkular (eksternal) yang sangat
subur di tunika muskularis, 2. lapisan epitel transisional, 3. sel mukus.
4. sel pepsin. Pemamaan HE. Bar = 200 vm.
Tabel 5 Kornponen penyusun jaringan lambung pada ikan buntal pisang.
No. Komponen penyusun
jaringan lambung
1. Tunika mukosa :
- epitel kolumnar selapis
- epitel transisional
- sel mukus
- sel goblet
vili bercabang
2. Tunika submukosa :
- jaringan ikat longgar
- saraf, pembuluh darah, pembuluh
limfe
jaringan lemak
3. Tunika muskularis :
- otot bergaris melintang longitudinal
(internal)
- otot bergaris rnelintang sirkular
(ekstemal)
- otot polos longitudinal (internal)
- otot polos sirkular (ekstemal)
4. Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesotelium
Keterangan :
++
: Tidak ada
+
: Ada
+++
-
Pars
kardia
Pars
fundus
Pars
pilorus
+
+++
+
+
+
+
+
+++
-
+
-
Daerah
Penyempitan pilorus
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
-
+
+
+
+++
+
+
+
+
+
+
+
: Banyak
: Banyak sekali
+
Gambar 27 Sayatan longitudinal pars kardia (A), pars fundus (B),
pars pilorus (C) ikan buntal pisang dan struktur mukosa
pars kardia (A'), mukosa pars fundus (B'), mukosa pars pilorus (C').
1. sel mUkuS, 2. sel pepsin. Pelwarnaan PAS. Bar = 200 Hm.
Lapisarl epitel transisional di tunika mukosa lambung ikan buntal ini mirip dengan
epitel mukosa lambung pada ikan Diodon holocanthus (Brainerd 2005). Sel-sel
mukus di epitel lambung ikan buntal pisang terwarnai positif oleh penvarnaan
PAS, karena mukusnya mengandung senyawa karbohidrat. Hesil penelitian
Tibbetts (1997) dengan teknik histokimia mendapatkan informasi hasil bahws selsel mukus di lapisan epitel lambung
ikan AMamphus sclerolepis kre.Mi
mengandung glikoprotein netral. Hasil penelitian Osman dan Caceci (1991)
dengan teknik histokimia juga menemukan bahwa sel-sel epitel mukosa lambung
ikan Tilapia mensekresikan mucin netral yang berfungsi menjaga mukosa epitel
dan membantu proses penyerapan zat-zat nutrisi.
Sel-sel pepsin di lapisan epitel lambung ikan buntal pisang tidak terwarnai
dengan perwarnaan PAS. Menurut hasil penelitian Western dan Jenning (1970)
di dalam Affandi eta1(2004) dengan metode histokimia di lapisan epitel lambung
ikan memiliki sel-sel eksokrin yang dapat mensekresikan pepsin dan HCI secara
bersamaan. Dengan demikian maka lambung ikan buntal pisang ini diduga
hanya mencerna makanan dengan bantuan enzim-enzim yang disekresikan oleh
sel-sel eksokrin.
Lipatan muicosa pars kardia dan pars pilorus lambung ikan bunial pisang
bercabang dan kecil. Pada pars fundus tidak ada lipatan mukosa yang
bercabang, diduga ha1 ini berkaitan dengan melekatnya sebagian besar pars
fundus ke dinding abdomen. Osman dan Caceci (1991) menyatakan bahwa
lipatan-lipatan kecil ai tunika mukosa lambilng berfungsi untuk memperluas area
pencernaan dan meningkatkan efisiensi proses pencernaan.
Tunika mukosa di daerah penyempitan antara pars pilorus dengan usus
depan ikan buntal pisang dilapisi oleh sel-sel epitel kolumnar selapis yang
mengandung sel mukus, sel goblet dan sel pepsin. Se! mukus dan sel goblet
tenvarnai positif dengan perwarnaan PAS, tetapi sel pepsin tidak terwarnai
(Gambar 29).
Tunika submukosa pars kardia, pars fundus dan pars pilorus ikan bunta!
pisang tidak ditemukan adanya kelenjar lambung (Gambar 27). Hal ini krbeda
dengan tunika submukosa pars kardia, pars fundus dan pars pilorus pada ikan P.
pangasius (Yusfiati 2001), ikan T. nilotica, ikan T. mossambica, ikan 0. niloficus
(Osman dan Caceci 1991). ikan E. lucius L dan ikan Silurus glanis L (Petrinec
eta/. 2005) yang mengandung kelenjar lambung. Pada tunika
submukosa
submukosa di daerah penyempitan antara pars pilorus dan usus dapan juga tidak
ditemukan kelenjar lambung.
Pada tunika muskularis pars kardia ikan buntal pisang ditemukan dua
lapis otot bergaris melintang yaitu lapis longitudinal (internal) dan lapis sirkular
(eksternal). Sedang di tunika muskularis pars fundus ditemukan adanya otot
bergaris melintang yang sirkular (eksternal) saja. Selain itu ditemukan juga
adanya jaringan ikat longgar
dan lemak (Gambar 28).
Struktur seperti ini
diduga berkaitan dengan menempelnya pars fundus di dinding abdomen.
Pada tunika muskularis pars pilorus selain otot bergaris melintang
longitudinal (internal), juga ditemukan otot polos longitudinal (internal) dan
sirkular (eksternal). Lapisan otot bergaris melintang di tunika muskularis lam
bung ikan buntal pisang bekeja di bawah kesadaran, sehingga ikan ini dapat
membesarkan bagian lambungnya apabila ikan merasa berada dalam keadaan
bahaya. lkan buntal tidak memiliki tulang rusuk pleural, pelvic girdle dan
mengandung banyak serabut kolagen yang tersusun berombak di dermis dinding
abdomen (Brainerd 2005), sehingga pada saat terjadi pernbesaran lambung,
bagian dinding abdominal juga ikut membesar. Dengan demikian air dapat
ditampung ke dalam larnbung dalam jumlah yang banyak dan badan ikan
menjadi menggelembung. Bila keadaan dirasakan oleh ikan buntal tidak ber
bahaya lagi, maka segera teqadi pengosongan lambung. Pengosongan lambung
terjadi dengan cara relaksasinya otot sfingter di daerah esofago-kardia dan
kontraksi otot lambung yang dibantu oleh otot-otot abdominal tubuh ikan. Air
akan dikeluarkan perlahan-lahan melewati celah insang ikan ini (Lagler et al.
1977).
Pada daerah penyempitan antara pars pilorus dan usus depan ikan buntal
pisang ditemukan otot polos longitudinal (internal) yang tipis dan sirkular
(eksternal) yang tebal.
Kondisi struktur seperti ini diduga mempunyai fungsi
sebagai otot sfingter yang bekej a secara otonorn (Gambar 29).
Gambar 28 Sayatan longitudinal pars fundus lambung ikan buntal pisang.
1. lapisan epitel transisional, 2. tunika submukosa, 3. lapisan otot bergaris
melintang sirkular (eksternal). Pewarnaan HE. Bar = 30pm.
Gambar 29 Sayatan transversal daerah penyempitan antara pars pilorus
dan usus depan.
1. lapisan sel epitel kolumnar. 2. sel mukus, 3. sel goblet, 4. tunika serosa.
5. sel pepsin. Pewarnaan PAS. Bar = 200 pm.
usus
Tabel 6 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan usus
depan, usus tengah dan usus belakang ikan buntal pisang. Tunika mukosa usus
ikan buntal pisang dilapisi oleh lapisan epitel kolumnar selapis dilengkapi dengan
'brush border' di bagian apikalnya, di samping itu terdapat juga sel-sel goblet dan
sel-sel enterosit. Epitel permukaan mukosa usus depan dan usus tengah adalah
rata. Sedang epitel permukaan mukosa usus belakang teramati berlekuk-lekuk
seperti helaian daun (Gambar 30). Sel goblet banyak terdapat di usus depan
dan usus tengah, serta semakin sedikit di bagian usus belakang. Usus depan
dan usus tengah lebih banyak rnemiliki vili dibandingkan usus belakang. Lamina
propria mengandung jaringan ikat interstisial yang mengisi ruangan-ruangan di
antara pangkal kelenjar bahkan dapat naik mengisi tubuh vili. Di dalam jaringan
interstisial terdapat jaringan ikat kolagen dan fibroblast. Perrnukaan epitel
mukosa usus belakang
mikrovili.
berlekuk-lekuk, teriihat adanya perbedaan panjang
Ukuran mikrovili menurut hasil penelitian Kuperman dan Kuz'mina
(1994) mernpengaruhi proses penyerapan. Mikrovili yang panjang lebih cepat
menyerap makanan dibandingkan dengan mikrovili yang pendek
dan
keberadaan mikrovili ini adalah salah satu cara memperiuas proses absorbsi
terhadap zat makanan.
Tabel 6 Komponen penyusun jaringan usus ikan buntal pisang
No. Komponen penyusun
1.
2.
3.
4.
Tunika rnukosa :
- epitel kolurnnar sebaris dengan
rnikrovili
- sel enterosit
- sel goblet
- rnukosa rnuskularis
- vili
Tunika subrnukosa :
- jaringan ikat kolagen dan fibroblast
- kapiler-kapiler darah
- kelenjar Lieberkuhn
- kelenjar B ~ n n e r
Tunika rnuskularis :
- tot polos sirkular (internal)
- otot polos longitudinal (eksternal)
Tunika serosa
- jaringan ikat longgar
- sel rnesoteliurn
Keterangan : + : ada ; - : tidak ada ;
++
Usus
depan
Usus
tengah
+
+
++
+
++
+
+
++
+
++
Usus
Belakang
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
-
-
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
: banyak
-
+
+
+
.wrI 0 0 =~Jeg .SHueeuJewad ~euralsyaleu!pnl!6uol solod $010 's
'elualu!Jelnylls solod lolo 'p '!I!A'E 'lalqo6 [as .Z ')!soJalua las ' 1
.6ues!d lelunq uey! (,3)6ueyelaqsnsn '(,a) qe6uaj snsn
'(,v) uedap snsn !6olo~s!4IIk?~eqLUe6uep (3)fjueyelaq snsn
'(a) qe6ua~snsn '(v) uedap snsn IesJaAsueJJue~ekes0s Jeqlues
Sel goblet di lapisan epitel usus depan, usus tengah, usus belakang,
rektum dan anus terwarnai positif dengan penvamaan PAS, karena sel-sel ini
mensekresikan mukus. Menurut Kuperman dan Kuz'mina (1994) dengan teknik
histokimia, se!- sel enterosii )fang tidak tenvarnai dengan penvarnaan PAS dan
mensekresikan mucin. Kedua sel kelenjar ini berfungsi dalam proses
pencernaan yaitu mencerna makanan menjadi chyme. Sel enterosit akan
menyerap senyawa-senyawa sederhana (glukosa, protein dan lemak) di lumen
usus melalui mikrovilinya yang kemudian dibawa ke dalam sel dan ditangkap
oleh 'vacuola supra nuclear' (VSN). Banyaknya jumlah VCN di bagian atas inti
sel ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan ikan
mencerna makanan yang dikonsumsinya (Affandi ef al. 2004). Pada lapisan
muskularis mukosa usus depan, usus tengah dan usus belakang ikan buntal
pisang ditemukan satu lapis otot polos sirkular.
Tunika muskularis usus ikan buntal pisang dilapisi otot polos, lapis dalam
tersusun sirkular dan lapis luar longitudinal. Ketebalan tunika muskularis usus
berbeda, yang paling tebal usus tengah dan yang paling tipis usus belakang
(Gambar 30). Tunika muskularis di usus tengah diduga dapat berfungsi untuk
menahan makanan agar tidak berja!an dengan cepat ke bagian usus yang lain,
sehingga makanan dapat lebih lama
mengalami proses pencernaan dan
penyerapan di usus depan. Demikian pula dengan usus belakang yang memiliki
diameter lebih besar dari usus bagian lain, ha1 ini di duga untuk melanjutkan
lebih lanjut proses pencemaan dan penyerapan makanan tersebut sebelum
makanan menuju rektum.
Rektum dan Anus'
Tabel 7 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan rektum
dan anus ikan buntal pisang. Tunika mukosa rektum ikan buntal pisang
ditemukan memiliki vili dengan lipatan pendek dan dilapisi dengan epitel
kolumnar selapis dan sel goblet (Gambar 31). Sel goblet rektum terwarnai positif
dengan pennramaan PAS dan jumlah sel gobletnya terlihat lebih banyak
dibandingkan dengan sel goblet usus belakang. Hasil penelitian Murray et a/.
(1996) menyatakan bahwa ikan
Pleronedidae memiliki sel-sel goblet yang
semakin berkurang di usus belakang dan mulai beriambah di rektum dan anus.
Murray et a/. (1996) juga menyatakan bahwa sel-sel goblet di rektum ikan
Pleronedidae b?Fungsi dalam proses penyerapan air, ion-ion dan degradasi
protein. Tunika mukosa anus ikan buntal pisang dilapisi sel epitel kuboid selapis
dengan sel goblet (Gambar 31).
Pada lamina proprianya terdapat jaringan ikat
elastis dengan sel-sel fibroblast. SeCsel goblet terwamai positif dengan
perwarnaan PAS.
Tunika muskularis rektum dilapisi oleh dua lapisan otot polos yaitu lapis
sirkular (internal) dan longitudinal (eksternal) (Gambar 31). Lapisan otot polos
longitudinal lebih tebal dibandingkan dengan lapisan otot polos sirkular. Lapisan
otot rektum yang tebal ini menurut Murray et a/. (1996) berperanan untuk proses
pengeluaran feses.
Tunika rnuskularis anus terdiri atas dua lapis otot polos yaitu lapis sirkular
(internal) dan longitudinal (eksternal) (Gambar 31).
Lapisan otot anus lebih
Hal ini berhubungan
tebal dibandingkan dengan lapisan otot di rektum.
dengan fungsi anus untuk mengeluarkan feses yang bermassa padat (Murray et
a/. 1996).
Otot polos di lapisan otot anus ini dalam rnenjalankan fungsinya
bekerja secara otonom.
Tabel 7 Komponen penyusun jaringan rektum dan anus ikan buntal pisang
No.
1.
2.
3.
4.
Kornponen penyl~sun
Tunika mukosa :
- epitel kolumnar selapis
- epitel kubus selapis
- sel goblet
- lamina propria (jaringan ikat elastis dengansel-sel fibroblast)
- vili pendek
Tunika subrnkosa :
- jaringan ikat lsnggar
- sel lernak
- kapiler damh dan saraf
Tunika rnuskularis :
- otot polos sirkular (internal)
- otot polos longitudinal (eksternal)
Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesoteliurn
Rekturn
+
-
++
+
+
+
+
Anus
-
+
++
+
+
+
-
-
+
++
+
+++
+
+
+
+
Keterangan : + : ada ; - : tidak ada ; ++ : banyak ; +++ : banyak sekali
Gambar 31 Sayatan transversal rektum (A) dan longitudinal anus (B),
struktur mukosa rektum(A') dan mukosa anus (B') ikan buntal
pisang.
1. vili, 2. lapisan epitel kolumnar selapis. 3. Sel goblet, 4. lamina propria
Penvarnaan HE. Bar = 200 pm.
Hati
Parenkim hati ikan buntal pisang mengandung sel-sel hepatosit berbentuk
heksagonal yang tersebar dan di antara sel-sel hepatosit terdapat sinusoid. Hati
ini tidak mempunyai lobulus portal yang triangular (triad portal). Sel-sel hepatosit
memiliki inti sel yang bulat terletak di tepi dan sel ini banyak mengandung lemak
di sitoplasmanya (Gambar 32). Hati terwarnai dengan pewarnaan PAS kurang
kuat, karena hati ikan ini mengandung sedikit glikogen. Hati ikan tidak
memetabolisrne banyak glikogen (Moon eta/. 1985).
Gambar 32 Gambaran histologi hati ikan buntal pisang.
1. sel hepatosit, 2. duktus biliaris, 3. vena porta hepatika, 4. sel asinar,
5. sinusoid. 6. arteria hepatik. Pewarnaan HE.Bar = 200 prn.
Pankreas terdapat di sekitar vena porta hepatika, duktus biliaris dan
arteria aferen hepatik. Sel-sel asinar pankreas juga tersebar di antara sel-sel
hepatosit. Sel-sel asinar berbentuk sel kuboid yang bersifat basofilik. Duktus
biliaris dilapisi epitel kubus selapis dan terdapat serabut otot polos di bagian
bawah epitel. Vena porta dilapisi sel endotel pipih selapis, lumennya besar dan
sedikit serabut elastis.
Arteria hepatik berbeda dengan vena hepatik, yaitu
memiliki lumen yang sempit, dindingnya tebal dengan lebih banyak serabut
elastis (Gambar 31). S t ~ k t u rhati ikan ini memperlihatkan struktur yang sama
seperti hati ikan Cheilinus fasciatus (Famili Labridae) (Brusle dan Anadon 1996).
Struktur hati ini berbeda dengan hati ikan tilapia 0. niloticus, hati ikan Caranx spp
dan ikan L. bohar yang memiliki triagonal portal (Vicentini et a/. 2005).
Kantung empedu ikan buntal pisang mengandung lapisan epitel pipih
selapis dan jaringan ikat kolagen tipis. Ductus choledochus ikan ini mengandung
lapisan epitel kolumnar selapis, serabut kolagen padat dengan beberapa
fibroblast, kapiler-kapiler darah dan serabut otot polos sirkular disekitar serabut
kolagen (Gambar 33). Struktur kantung empedu dan ductus choledochus ikan
buntal pisang T. lunaris sama dengan struktur kantung empedu dan ductus
choledochus ikan Teleostei pada umumnya (Brusle dan Anadon 1996).
Gambar 33 Sayatan transversal ductus choledochus ikan buntal pisang
1. lapisan epitel kolurnnar selapis, 2. jaringan ikat kolagen padat,
3. otot polos sirkular. Perwarnaan HE. Bar = 100 prn.
SIMPULAN DAN SARAN
Secara biornetrik dan anatornis alat pencernaan ikan buntal pisang
mirip dengan ikan kamivora lain, perbedaan utarna adalah lambungnya
berukuran besar dan melekat pada dinding ventral abdomen. Pengosongan
lambung dapat diatur oleh ikan karena adanya otot bergaris melintang di lapisan
muskularisnya. Dinding lambung dilapisi oleh epitel transisional yang diduga
untuk rnencegah pengaruh intrusi air laut pada saat ikan rnernpertahankan diri
dengan cara mengisi larnbung dengan air laut. Keberadaan air laut di dalarn
lambung
dapat
rnengganggu
pencernaan
enzirnatis,
sehingga
untuk
rnengatasinya usus depan dan tengah rnernbesar dengan vili yang berkernbang
baik untuk meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan rnakanan lebih
lanjut.
Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk penelitian histokirnia, imunohistokimia dan fisiologis pada alat pencernaan ikan buntal pisang. Penelitian
pada organ-organ lain (seperti linea lateralis dan ginjal) pada ikan buntal pisang
juga perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam SM, Mclean RB. 1985. Estimation of largemouth bass, Micropterus
salmoides Lacepede, growth using the liver somatic index and physiological
variables. J. Fish Biol. 26:lll-126.
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi hewan air. UNRl Press. Pekanbaru. hal.
64-74 .
Affandi
R, Sjafei DS. Rahardja MF, Sulistiono.
2004. Fisiologi lkan
Pencemaan dan penyerapan makanan. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. IPB. Bogor.
Anonimus. 2003. Fish anatomy. http://interactive.usask.ca/ski/fisheries~shlfish
-intanertomy.html . [ 23 Nopember 20041.
Anonimus. 2004. Pufferfish. http:liw ww.indexlistus .delkeywordlPuffer fish .php.
[5 Januari 2005].
Anonimus. 2005. Pakan Ikan. http:l/O-fish.comlPakanlkan/Pakan.php.[l4 April
20051.
Aunuddin. 2005. Statistika Rancangan dan Analisis data. IPB Press. Bogor.
Hal. 171-233.
Brainerd EL. 2005. Pufferfish inflation : Functional morphology of postcranial
structures in Diodon holocanthus (Tetraodontiiorrnes). J. Morphol. 220
Brusle J , Anadon GG. 1996. The structure and function of fish liver.
In Munshi JSD, Dutta HM, eds. Fish morphology horizon of new
research. Rotterdam. USA. p.77-90.
Boyd CE. 1982. Water quality management for pond culture. Departement
of Fisheries and Applied Aquaculture. Agriculture Experiment Station.
Auburn University Alabama. USA. p.34.
Caceci T. 1984. Scanning electron microscopy of goldfish, Carassius auratus,
intestinal mucosa. J. Fish Biol. 25: 117-122.
Caceci T, El-Habback HA, Smith SA, Smith BJ. 1997. The stomach
of Oreochomis niloticus has three regions. J. Fish Biol. 50: 939-952.
Chen TY, Hsieh YW, Tsai YH, Shiau CY, Hwang, DF. 2002. Identification
of species and measurement of tetraodontoxin in dried dressed fillets of the
puffer fish, Logocephalus lunaris. J. Fish Bio1.65 (10) : 1670-1673.
El-Shammaa MA, El-Bargeesy GA, Wali YR, El-Gharbawy SM. 1995.
Anatomical and histological studies on the alimentary canal of Claris lazera
fish (Karmout). Egypt. J. Anat. 18:lOl-122.
Grant EM. 1972. Guide to fishes. Queensland Goverment. Queensland.
p.377-378.
Garquilo AM. Dall'Aglio C. Tsoku 2,Ceccarelli P, Pedini V. 1996. Morphology
and histology of the oesophagus in a warmwater tilapins fish (Teleostei).
J. Appl. Ichthyol. 12 : 121-124.
Gardon MS, Plaut I,Kim D. 1996. How puffers (Teleostei: Tetraodontidae) swim.
J. Fish Biol. 49 : 319328.
Hillary H. 1984. Skin diver magazines book of fishes. Petersen Publishing
Company. Los Angeles. p. 186-187.
Hossain AM, Dutta HM. 1996. Phylogeny, ontogeny, structure and function of
digestive tract appendages (caeca) ini teleost fish. In Munshi JSD, Dutta
HM, eds. Fish morphology horizon of new research. Rotterdam. USA.
p. 5473.
Humbert W, Kirsch R. Meister MF. 1984. Scanning electron microsco~icstudv of
la
L. J. Fish ~ i o l .
the oesophageal mucous layer in the eel, ~ i ~ u i languilla
25: 117-122.
Kottelat M, Whitten JN, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater
fishes of western Indonesia and Sulawesi. C.V. Java Book. Jakarta.
p.238-243.
Kuperrnan BI, Kuz'mina W. 1994. The ultrastructure of the intestinal epithelium
in fishes with diierent types of feeding. J. Fish Biol. 41:181-193.
Kramer DL, Bryant MJ. 1995. Intestine lenght in the fishes of a tropical stream :
1. ontogenetic allometry, 2. relation to diet the long and short of a
conroluted issue. Environ. Biol. Fish. 42: 115-141.
Kent GC, Can RK. 2001. Comparative anatomy of the vertebrates. grn ed.
McGraw-Hill Education. New York.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, May Passino DR. 1977. Ichthyology. John
Willey and Sons. New York. p.129-169.
Moon TW, Walsh PJ, hlommsen TP. 1985. Fish hepatocytes : A model of
metabolic system. Can. J. Fish Aquat. Sci. 42:1772-1782.
Motohiro T. 1992 : Biotoxin in seafoods. In The quality assurance fish industry.
Elsevier science Publisher. B.V.
Murray HM, Wright GM, Goff GP. 1996. A comparative histological and
histochemical study of the post-gastric alimentary canal from three species
of pleurcnectid, the atlantic halibut, the yellowtail flounder and the winter
flounder. J. Fish Biol. 48: 187-206.
Noviyanti H. 2004. Studi kebiasaan makanan ikan buntal pisang (Tetraodon
lunaris) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat. Skripsi S-I
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan
IPB. Bogor.
Osman AH,
Caceci T. 1991. Histology of stomach of Tilapia nilorica
(Linnaeus, 1758) from the river Nile. J. Fish Biol. 38 : 211-223.
Perez-Espana H, Abitia-Cardenas LA. 1996. Description of the digestive tract
and feeding habits of the King angelfish and the Cortes angelfish. J. Fish
Biol. 24:125-133.
Petrinec Z, Nejedli S, Kuzir S, Opacak A. 2005. Mucosubstances of the
digestive tract mucosa in norihem pike (Esox lucius L.) and european
catfish (Silums glariis L.). Veterinarski arhiv. 75(4): 317-327.
Rust MB. 2000. Nutritional physiology. In Halver JE, Hardy, RW, eds. Fish
nutrition. 3&ed. Academic press. Amsterdam. p.368-414.
Rios FS, Kalinin AL, Fernandes MN, Rantin FT. 2004. Changes in gut
morphology of traira. Hoplias malabaricus (Teleostei, Erythrinidae) during
long-term starvation and after refeeding. Braz. J. Biol. 64(3b).
Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi (Jilid I dan 11). Bina Cipta.
Bandung. hal. 508.
Steffens W. 1989.
p. 11-64.
Principles of fish nutrition. Ellis Honvard limited. England.
Stevens CE, Hume ID. 1995. Comparative physiology of the vertebrate
digestive system. 2" ed. Cambridge University Press. Australia. p.24-45.
Scocco P, Accili, D, Menghi G, Ceccarelli P. 1998. Unusual glywconj~gatesin
the oesophagus of a tilapine polihybrid. J. Fish Biol. 53 : 39-48.
Smith LS. 2004. Digestion in teleostei fishes. http://www.fao.org /docrep
lx5738~lx5738e02.htm. [I0 Juli 200.11.
Tarp TG, Kailola PJ. 1983. Trawled fishes of southern Indonesia and
northwestern Australia. Published Australian Development Assistance
Bureau (ADAB). Australia. p. 293-299.
Tibbetts IR. 1997. The distribution and function of mucous cells and their
secretions in the alimentary tract of Arrhamphus sclerolepis krefffii, J. Fish
Biol. 50: 809-820.
Unal G, Cetinkaya 0, Kankaya E, Mahmut ELP. 2001. Histological study of the
organogenesis of the digestive system and swim bladder of the
Chalcalburnus tarichi Pallas, 1811 (Cyprinidae). Turk. J. Zool. 25: 217-228.
Van Ramshorst JD. 1978. The complete aquarium encyclopedia of tropical
freshwater fish. Elsevier Publishing Project. Canada. p. 381-384.
Vicentini CA, Fransceschini-Vicentini IB, Pombonato, MTS, Bertolucci B, Lima
SG, Santos AS. 2005. Morphological study of the liver ini Teleost
Oreochromis niloticus. Int. J. Morphol. 23 (3) : 1-8.
Yusfiati 2001. Struktur sisterna digestorium Pangasius pangasius Ham.Buch.
Laporan Penelitian HEDS. Jakarta.
Yandes Z, Affandi R, Mokaginta 1. 2003. Pengaruh pemberian selulosa
dalarn pakan terhadap kondisi biologis benih ikan gurarne
(Osphronemus gouramy Lac). J. Iktiol. Indones. 3 (I) : 27-33.
Weichert CK. 1986. Anatomy of the chordates. 3m ed. Mc.Graw Hill Book
Company. New York.
Weber M, Beaufort LFD. 1962. The fishes of the lndo-australians archipelago.
Vol X. Leiden E.J. Brill. p. 423.
Lampiran 1.
Tabel 6 Parameter Organ Pencernaan dan Kelenjar Pencernaan
lkan Buntal Pisang.
No.
1.
Oraan oencernaan dan
keknjar pencemaan
Esofaaus
-
-
Parameter vana
. aiarnati
- Struktur laoisan rnukosa. subrnukosa.
rnuskularis dan serosa (struktur mikmskopis).
Rasio panjang larnbung : panjang tubuh
* Rasio berat larnbung : berat tubuh
Struktur lapisan mukosa, subrnukosa,
rnuskularis dan serosa ( s t ~ k t urnikroskopis).
r
3.
Pilorus
Struktur lapisan rnokosa, subrnukosa,
rnuskularis dan serosa (struktur rnikroskopis).
4.
Usus
Rasio panjang usus : panjang tubuh
Rasio berat usus : berat tubuh
- S t ~ k t ulapisan
r
rnukosa, subrnukosa,
rnuskularis dan serosa.
5.
Rekturn
- Struktur lapisan rnukosa, subrnukosa,
rnuskularis dan serosa.
* Rasio berat hati : berat tubuh
6.
Hati dan Pankreas
Struktur rnikroskopis hati dan pankreas.
Keterangan : '. Organ yang diawetkan dengan forrnalin 10 %.
-. Organ yang telah dibuat preparat histologis.
2.
Larnbung
-
-
Lampiran 2.
Tabel 7 Pengukuran panjang total tubuh, berat badan, rasio berat lambunglberat badan, panjang usus, rasio berat ususl
Berat badan, rasio berat hatilberat badan, rasio berat gonadlberat badan ikan buntal pisang (Tefraodon lunaris).
No.
Berat badan
(9)
Panjang
Total tubuh
(cm)
Rasio berat
lambunglberat
badan
Panjang usus
(cm)
Rasio
panjang
ususlpanjang
total tubuh
IS1
(Intestinal
Somatic
Index) (%)
HSI
GSI
(Hepar
(Gonade
Somatic
Somatic
Index)(%) Index) (%)
1.
23.4
10.7
0,020908
7,O
0,551181
0,9804
0,007816
0,039
No.
31.
32.
33.
34.
35.
(9)
Berat badan
Panjang
Total tubuh
(mm)
Rasio berat
lambunglberat
badan
Panjang usus
(mm)
46
46
49,2
49,5
50.3
13,2
13,3
13,3
13,3
13,4
0,042026
0,042026
0,051325
0,25217
10,2
10,2
10,3
10,4
10,5
Rasio
panjang
ususlpanjang
total tubuh
0,810256
0,811024
0,816667
0,820531
0,825871
IS1
(Intestinal
Somatic
index) (%)
2,3514
2,4026
2,439
2,4616
2,5368
HSI
GSI
(Hepar
(Gonade
Somatic
Somatic
Index)(%) Index) (%)
0,037183 0,480
0.037279 0,509
0,038202 0,609
0,038462 0,681
0.039093 0,813
Lampiran 3.
Regression Analysis: rasio berat lambunglberat badan versus panjang total tubuh
The regression equation is
berat lambung/berat hadan =
-
0.00912
Coef
-0.009118
0.0028814
Predictor
Constant
panjang total tubuh
+
0.00288 panjang total tuhuh
T
SE Coef
0.002343 -3.89
0.0001705 16.89
P
0.000
0.000
Analysis of Variance
Source
Regression
Residua1 Error
Total
DF
1
32
33
SS
MS
0.0014260 0.0014260
0.0001599 0.0000050
0.0015859
F
285.44
P
0.000
Unusual Observations
-
Obs
26
27
33
34
totai lambung/berat
tubuh
badan
Fit
13.6
0.035000 0.030068
13.6
0.036000 0.030068
19.5
0.043000 0.047068
20.1
0.051000 0.048797
SE Fit
Residual St Resid
2.24R
0.000383
0.004932
2.69R
0.000383
0.005932
-2.08RX
0.001084 -0.004068
1.16 X
0.001180 0.002203
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Correlations: panjang total tubuh, rasio berat lambunglberat badan
Pearson correlation of panjang total tubuh ikan and
badan =
0.948
P-Value = 0.000
rasio berat lambung/berat
Regression Analysis: panjang usus versus panjang total tubuh
The regression equation is
panjang usus = - 5.54 + 1.22 panjang total tubuh
Predictor
Constant
panjang total tubuh
Coef SE Coef
T
P
-5.5372
0.3884 -14.26 0.000
1.21699 0.02883
42.22 0.000
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
ss
MS
F
P
1 352.94 352.94 1782.50 0.000
48
9.50
0.20
49 362.44
DF
Unusual Observations
panjang
total panjang
Obs tubuh
USUS
Fit
41
13.8 12.5000 11.2574
SE Fit
0.0646
Residual
1.2426
St Resid
2.82R
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Correlations: panjang usus, panjang total tubuh
Pearson correlation of panjang total tubuh and panjang usus ikan
P-Value = 0.000
=
0.987
Regression Analysis: rasio panjang ususlpanjang total tubuh versus panjang total
tubuh
The regression equation is
panjang usus/panjang total
Coef
Predictor
Constant
panjang total tubuh
+
= 0.143
0.14311
0.049124
0 . 0 4 9 1 panjang total tubuh
SE Coef
P
T
0.000
4.64
21.47
0.000
0.03083
0.002288
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
SS
DF
1 0.57505
48
49
0.05989
0.63494
MS
0.57505
0.00125
F
P
460.90
0.000
SE Fit
Residual
Unusual Observations
panjang
panjang
total usus/panjang
total
tubuh
0.55100
Fit
0.66873
0.00776
-0.11773
-0.10965
St Resid
-3.42R
-3.18R
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Correlations: panjang total tubuh, rasio panjang ususlpanjang total tubuh
Pearson correlation of panjang total tubuh and
total = 0 . 9 5 2
P-Value = 0 . 0 0 0
rasio panjang usus/panjang
Regression Analysis: Intestinal Somatic lndex (ISI) vemus panjang total tubuh
The regression equation is
berat usus/herat badan = - 1.34 + 0.270 panjang total tubuh
Predictor
Constant
panjang total tubuh
T
P
Coef SE Coef
0.2542 -5.27 0.000
-1.3406
0.26973 0.01886 14.30 0.000
Analysis of Variance
Source
Reqression
~eiidualError
Total
OF
SS
1 17.338
48
4.070
49 21.408
MS
17.338
0.085
F
204.47
P
0.000
Unusual Observations
Obs
2
3
47
48
49
50
panjang
total
tubuh-1
10.8
11.0
18.2
18.8
19.5
20.1
berat
usus/berat
badan
0.9960
1.0510
3.2930
3.3220
3.4960
3.7090
Fit
1.5725
1.6265
3.5686
3.7304
3.9192
4.0811
SE Fit Residual St Resid
0.0626 -0.5765
-2.03R
0.0598
-0.5755
-2.02R
0.1013
-0.2756
-1.01 X
0.1117 -0.4084
-1.52 X
0.1241
-0.4232
-1.61 X
0.1348
-0.3721
-1.44 X
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence
Correlations: panjang total tubuh, Intestinal Somatic lndex (ISI)
Pearson correlation of panjang total tubuh ikan and Intestinal Somatic index
(ISI) = 0.900
P-Value = 0.000
Regression Analysis: berat hatilberat badan versus panjang total tubuh
The regression equation is
berat hati/berat badan = - 1.75
Predictor
Constant
panjang total tubuh
+ 0.370 panjang total tubuh
Coef SE Coef
T
-1.7519
0.4412 -3.97
0.36954 0.03275 11.29
P
0.000
0.000
Analysis of Variance
Source
Rearession
~esidualError
Total
DF
1
48
49
SS
MS
32.543
12.265
44.808
32.543
0.256
F
P
127.36 0.000
Unusual Observations
panjang
total
Obs
tubuh
1
10.7
berat
hati/berat
badan
Fit
0.7820 2.2022
SE Fit
0.1111
Residual
-1.4202
St Resid
-2.88R
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Correlations: berat hatilberat badan, panjang total tubuh
Pearsan correlation of berat hati/berat badan and panjang total tubuh = 0.852
P-Value = 0.000
Regression Analysis: Gonade Somatic lndex (GSI) versus panjang total tubuh
The regression equation is
berat gonad/berat badan = - 4.93
Predictor
Constant
panjang total tubuh
Coef
+
0.439
panjang total tubuh
SE Coef
-4.9341
0.43916
T
P
0.2784
-17.72
0.02066
21.25
0.000
0.000
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
DF
SS
1 45.959
48
4.884
4 9 50.843
MS
45.959
0.102
F
451.66
P
0.000
Unusual Observations
panjang
berat
total gonad/berat
Obs tubuh 1
badan
Fit
SE Fit Residual
St Resid
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence
Correlations: Gonade Somatic lndex (GSI), panjang total tubuh
Pearson correlation of berat gonad/berat badan and panjang total tubuh ikan
buntal pisang = 0 . 9 5 1
P-Value = 0 . 0 0 0
Download