Oleh : BAMBANG HARIYANTO S881308006 PROGRAM

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
STUDI KIMIA AIRTANAH DANGKAL
UNTUK DETEKSI INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR
KABUPATEN REMBANG PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014
DAN IMPLEMENTASINYA UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI
SMA
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan lingkungan Hidup
(Minat Utama Pendidikan Geografi )
Oleh :
BAMBANG HARIYANTO
S881308006
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
2015
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa :
1. Tesiss yang berjudul : “STUDI KIMIA AIRTANAH DANGKAL UNTUK DETEKSI INTRUSI AIR
LAUT DI PESISIR KABUPATEN REMBANG PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 DAN
IMPLEMENTASINYA UNTUK
PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA”
ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis digunakan
sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukdi terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan ( Permendiknas
No. 17, tahun 2010 ).
2. Publikasi sebagaimana atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus
seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sbagai institusinya.
Apabila dalam waktu sekurang kurangnya satu semester ( enam bulan sejak pengesahan
Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, Maka
Prodi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup berhak mempubikasi pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup PPsUNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Januari 2015
Mahasiswa,
commit to user
Bambang Hariyanto
S881308006
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Biodata
a.
Nama
:
Bambang Hariyanto
b.
Tempat tanggal lahir
:
Cilacap, 4 Pebruari 1965
c.
Profesi/Jabatan
:
PNS/Pengajar
d.
Alamat Kantor
:
UNESA
Jl. Ketintang, Wonokromo, Surabaya
e.
f.
Telp
:
+62-031-66373
Faks
:
+32-031-663365
:
Sekarjalak 01/01, Margoyoso, Pati
Alamat Rumah
Telp.
:
082330444370
e-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan di Perguruan Tinggi ( dimulai dari yang terakhir)*:
No.
Institusi
Bidang Ilmu
1.
Fak. Geografi UGM
g.
Daftar Karya Ilmiah( dimulai dari yang terakhir)*:
1.
Keragaan Usaha Ternak Ayam Di Kedungbang, Jombang Jurnal FKIPS -2000
2.
Studi Hidrokimia Di Dataran Rendah Kulon Progo, DIY
Geografi
Tahun
Gelar
1988
Surakarta,
S-1
Skripsi UGM -1988
Januari 2015
Bambang Hariyanto
commit to user
.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat, kesempatan, serta
kekuatan yang telah diberikan Allah Swt. sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan judul : Studi Kimia Airtanah Dangkal Untuk Deteksi Intrusi
Air Laut Di Pesisir Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah Tahun 2014
Dan Implementasinya Untuk Pembelajaran Geografi Di SMA. Tesis ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Magister dari Program Studi
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Minat Utama Pendidikan
Geografi Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Surakarta.
Dalam rangka penyusunan tesis ini tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada :

Rektor UNS atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh jenjang S-2
di UNS ( Universitas Sebelas Maret Surakarta ).
 Dekan FKIP UNS atas kemudahan untuk menempuh jenjang S-2 di Prodi
PKLH dengan minat utama Pendidikan Geografi.
 Ibu Prof. Dr. Ch. Muryani MSi selaku pembimbing I atas segala
ilmu,bimbingan,
motivasi, nasehat, dan bantuan yang telah diberikan
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
 Bapak Dr. Robertus Sudaryanto MS
ilmu,bimbingan,
selaku Pembimbing II atas segala
motivasi, nasehat, dan bantuan yang telah diberikan
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
 Bapak Prof. Dr. Sigit Santoso M.Pd selaku dosen penguji tesis atas segala
bantuan, masukan dan nasehatnya yang membuat penulis lebih mudah dalam
membuat tesis ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
 Bapak Dr. Moch. Gamal Rndarjono M.Si. selaku dosen penguji tesis atas
segala bantuan, masukan dan nasehatnya yang membuat penulis lebih mudah
dalam membuat tesis ini.
Akhirnya
meskipun penulisan tesis ini telah diupayakan dengan
sebaik-baiknya namun penulis yakin masih banyak kekurangannya , oleh karena
itu penulis mohon maaf yang sebesar-besar. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.
Surakarta,
Januari 2015
Penulis
Bambang Hariyanto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Bambang Hariyanto. 2015. Study Kimia Airtanah Dangkal Untuk Deteksi
Intrusi Air Laut Di Pesisir Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah Tahun
2014 Dan Implementasinya Untuk Pembelajaran Geografi Di SMA. TESIS.
Pembimbing I : Prof. Dr. Chatarina Muryani MSi, II : Dr. Ir.Robertus
Sudaryanto MS. Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan
Hidup, Program S-2 Fakultas Keguruan Ilmu Kependidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
STUDI KIMIA AIRTANAH DANGKAL
UNTUK DETEKSI INTRUSI DI PESISIR KABUPATEN
REMBANG PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014
Abstrak
Pesisir Rembang dan sekitarnya merupakan daerah penghasil padi,
tanaman pertanian lainnya dan garam. Daerah ini adalah daerah yang air
permukaannya terbatas. Sementara itu daerah ini terus berkembang sebagai
daerah pemukiman. Hal ini
mengakibatkan pengambilan airtanah terus
meningkat sehingga meningkatkan bahaya intrusi ataupun proses hidrogeokimia
yang lain yang bisa menurunkan kualitas airtanahnya.Untuk mengetahui kondisi
airtanah sekaligus mengembangkan materi Geografi maka dilakukan penelitian ini.
Tujuan Penelitian ini adalah:1).Mengetahui karakteristik kimia airtanah di pesisir
Rembang, 2). Mengetahui distribusi
Intrusi
di pesisir Rembang.
3) .Mengaplikasikan hasil penelitian ini untuk pengajaran .
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan
variabel Penelitian : Na,K,Ca,Mg,Cl,HCO3,CO3,SO4,SAR( Sodium Absorbsion
Ratio). Data diperoleh dari 16 sampel, titik pengambilan sampel dengan transek.
Analisis kandungan anion dan kation dilakukan di laboratorium kualitas air
Balingtan Jaken, Pati Dan Lab. Kes. UPT. Din Kes Surakarta. Tipe airtanah
ditentukan berdasarkan pada data : DHL, Na,K, Ca, Mg, Cl,HCO3, CO3,SO4
diplot pada diagram Piper. Sodum Absorbsion Ratio dihitung berdasarkan dari
perbandingan Na, Ca dan Mg. Intrusi didasarkan pada rasio Cl/HCO3 ( Metoda
Ravelle).
Dari analisis data menunjukan bahwa: 1. Karakteristik kimia Airtanah
di pesisir Rembang terdapat 3 ( tiga ) kelompok tipe kimia airtanah yaitu :
a ).Tipe Ca(Mg) HCO3 (terdapat di bagian barat dan tengah ), b.) Tipe
Ca(Mg)Cl(SO4) ( di Selatan tengah ) dan c.) Tipe Na(K)Cl(SO4) ( di timur ). Tipe
Ca(Mg) HCO3 umumnya bersifat stabil. Tipe Ca(Mg)Cl(SO4) adalah tipe airtanah
yang belum stabil dan payau, tipe ini disebabkan oleh air laut yang terjebak di
akifer ( air connate ) dan proses pencucian (flushing). Tipe Na(K)Cl(SO4) adalah
tipe airtanah yang disebabkan oleh intrusi. 2. Berdasarkan keasinan airtanah
didaerah penelitian ditemukan 3 (tiga ) kelompok airtanah asin yaitu a.)airtanah
asin karena intrusi air laut, b.)airtanah asin karena factor lain bukan intrusi air laut
dan c.) airtanah tawar. 3. Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya
perwilayahan tipe airtanah maupun perwiyahan airtanah asin yang dapat
diaplikasikan dalam pembelajarancommit
Geografi
dalam Kompetensi Dasar Dinamika
to user
Hidrosfera sub bahasan tentang perwilayahan airtanah.
Kata Kunci : Airtanah, Tipe Kimia Airtanah, Airtanah Asin.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
ABSTRACT
Bambang Haryanto. A Study of Shallow Groundwater Chemistry for Detection of
Seawater Intrusion in the Coastal Regions of Rembang Regency, Central Java
Province in 2014 and Its Implementation in Geography Learning at Senior
Secondary School. Thesis: Advisor: Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si., Co-advisor: Dr.
Ir. Robertus Sudaryanto, MS. The Graduate Program in Population and Environmental
Science, the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University,
Surakarta, 2015
A STUDY OF SHALLOW GROUNDWATER CHEMISTRY FOR DETECTION
OF SEAWATER INTRUSION IN COASTAL REGIONS OF REMBANG
REGENCY, CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2014
ABSTRACT
The coastal regions in Rembang regency and in its surrounding are areas
which produce rice, other crops, and salt. The regions have limited surface water, but
they are developing as settlements. As a result, the groundwater exploitation is
increasing, which increases the hazard of seawater intrusion or the process of other
hidrogeochemistries that may decrease the groundwater quality.
The objectives of this research are: (1) to investigate the characteristics of
groundwater chemistry in the coastal regions of Rembang regency; (2) to investigate the
distribution of intrusion in the coastal regions of Rembang regency; and (3) to apply the
result of this study for Geography instruction.
This research used the quantitative descriptive research method with the
variables of research of Na, K, Ca, Mg, Cl, HCO3, CO3, SO4, and SAR (Sodium
Absorption Ratio). The data of research were collected from 16 samples. The samples of
research were taken by using transect method. The analysis of anion and cation contents
was done at the Water Quality Laboratory of the Agricultural Environmental Research
Center of Jaken, Pati and at Health Laboratory of the Technical Implementing Unit of
the Health Office of Surakarta. The types of groundwater were determined according to
the data of DHL, Na, K, Ca, Mg, Cl, HCO3, CO3, SO4 plotted in Piper Diagram. Sodium
Absorption Ratio was calculated according to the ratio of Na, Ca, and Mg. the seawater
intrusion was based on that of Cl/HCO3 (Ravelle method).
The results of research are as follows: 1) In term of chemical characteristics of
groundwater there are three groups of groundwater chemistry in coastal regions of
Rembang regency, namely: a) Ca (Mg) HCO3 type (found in the western and middle
regions); b) Ca(Mg) Cl (SO4) type (found in southern and middle regions; and c) Na (K)
Cl (SO4) (found in eastern regions). The Ca (Mg) HCO3 type is generally stable in
nature. Meanwhile, the Ca(Mg) Cl (SO4) type is not stable and brackish in nature. It
happens due to the trap of seawater in aquifer (air connate) and flushing process. 2) In
term of groundwater salinity, there are three types of groundwater salinity in the regions,
namely: (a) saline groundwater due to seawater intrusion; (b) saline groundwater due to
other factors other than seawater intrusion; and (c) fresh groundwater. 3) There is a
zoning of groundwater types and saline groundwater types that are applicable in
Geography learning within the Basic Competency of Hydrosphere Dynamics on the subtopic of discussion of Groundwater Zoning.
Keywords: Groundwater, types of groundwater
saline groundwater
commit to chemistry,
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING..…………………………………………….
ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS ……………………………………………
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
DAN PUBLIKASI TESIS………………………………………………….
iv
BIODATA ………………………………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
vi
ABSTRAK ………………………………………………………………………….
viii
ABSTRACT ………………………………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...
x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………..……………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..………………... 1
A. Latar Belakang……………………..………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………… ……………
5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………..……………
5
D. Hipotesa …………………………………………………………… ………….
5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………
7
………………………….
Kajian Teoritis …………………………………………………………
7
1. Pengertian Geografi……………………………………………………...
7
2. Airtanah ……………………………………………………………
………
8
commit to user
a. Pengertian Air Tanah …………………………………………
………..
8
A.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
b. Asal- Usul Air Tanah dan Sifat Air Tanah ……………………
……….
8
c. Pembentukan Air Tanah ………………………………………
………...
9
d. Wadah Air Tanah ……………………………………….......................
..
9
e. Pengaliran Dan Imbuhan Air Tanah ……..…………………………….
..
10
f. Macam- macam Air Tanah ……………………………………...........................
11
g. Gerakan Air Tanah …………………………………..…………………………..
12
h. Kondisi Air Tanah Dataran Aluvial …………………………………………….
12
3. Kimia Airtanah …………………………………………………………………
14
a. Mutu Air Tanah ……………………………………… … .. …………....
14
b.
Air Laut . ………………………………………………… …………….
15
c.
Evolusi Airtanah ………………………….. ……………… …..……….
16
d. SAR …………………………………………………………… ………..
19
e. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sifat Kimia Airtanah ……… ……...
20
4. Intrusi ………………………………………………………………… ………...
24
5. Pesisir …………………………………………………………………………….
26
6. Pendidikan Dan Pembelajaran …………………………………………………
26
B. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………………
26
BAB III METHODE PENELITIAN ……….………………………………... …..
33
A. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………………………..
33
B ..Jenis Penelitian …………………………………………………………………
33
C. Obyek Penelitian dan Definisi Operasional ………………………………….
34
D .Tehnik Pengumpulan data …………………………………………………….
34
F. Tehnik Dan Instrumen Pengumpulan Data ………………………………….
36
G. Realibilitas Data ……………………….………………………………………
commit to user
36
H. Tehnik Analisis Data …………………………………………………………..
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………
39
A. Deskripsi Wilayah Dan Batas Daerah Penelitian ...............................................
39
1. Letak dan Luas Wilayah………………………………………………………….
39
2.Geologi Daerah Penelitian ....……...........……………………………….………
40
3.Geomorfologi……..……………………………………………………..……
48
4.Curah Hujan …………………………………………………………..…….
51
5.Neraca Air Di Kragan - Sarang…………………………………………......
53
6.Jenis Tanah ……………………………………………………………..…….
55
7.Jumlah Penduduk ……………………………………………………………
55
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan…………………………………………
57
1. Karakteristik Kimia Airtanah Daerah Penelitian ........................ ……....
57
a.
Sebaran DHL…………………………………………………………..
57
b.
Sebaran SAR…………………………………………………………..
59
c. Sebaran TDS……………………………………………………………
60
d. Na ( Sodium )…………………………………………………………..
62
e. Potasium(K)…………………………………………………………….
64
f. Kalsium ( Ca )………………………………………………………….
65
g. Magnesium ( Mg ) ……………………………………………………..
66
h. Klorida ( Cl ) ……………………………………………………………
67
i. Bikarbonat ( HCO3 +CO3 )……………………………………………..
68
j. Sulfat (SO4 ) ……………………………………………………………
69
Sebaran Tipe Kimia Airtanah ..………..………………………………
70
k.
2. Intrusi Air Laut.................................................................................................
73
3. Pembahasan ......................................................................................................
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
C..Implemetasi Hasil Penelitian Untuk Pembelajaran Geografi Di SMA…..
77
BAB V PENUTUP ………………………………………………………………..
79
A.
Kesimpulan ……………………………………………………………….. 79
B.
Implikasi Penelitian………………………………………………………………… 80
C.
Saran………………………………………………………………………….……………. 81
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….
82
Lampiran ………………………………………………………………………..
84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Keasinan Airtanah …………………………………………….
16
Tabel 2.2. Kandungan Ion ion UtamanDalam Air Laut …………………………. 16
Tabel 3.1. Rancangan Alokasi Waktu Penelitian………………………………
33
Tabel 4.1.Tabel Luas Dan Ketinggian Tanah Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Rembang , Tahun 2012 (Ha) ………………………………………...
40
Tabel 4.2. Data Curah Hujan Stasiun Kragan ( dalam mm) …………………….. 51
Tabel 4.3. Tabel tipe iklim Schmidt Ferguson …………………………………… 52
Tabel 4.4. Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten rembang Tahun 1993 S/D 2011.. 55
Tabel 4.5. Tabel Daya Hantar Listrik Daerah Penelitian ………………….……. 57
Tabel 4.6. Tabel SAR Daerah Penelitian………………………….……………… 60
Tabel 4.7. Tabel TDS Daerah Penelitian ……………………………………….
62
Tabel 4.8. Tabel Kandungan Na Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian….. . 63
Tabel 4.9. Tabel Kandungan K Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian…..
64
Tabel 4.10. Tabel Kandungan Ca Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian…. 65
Tabel 4.11. Tabel Kandungan Mg Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian… 66
Tabel 4.12. Tabel Kandungan Cl Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian…
67
Tabel 4.13. Tabel Kandungan HCO3 + CO3 Pada Contoh Airtanah
Di Daerah Penelitian………………………………………………… 68
Tabel 4.14. Tabel Kandungan SO4 Pada Contoh Airtanah Di Daerah Penelitian
69
Tabel 4.15. Tabel Tipe Kimia Airtanah Daerah Penelitian……………………..
70
Tabel 4.16. Tabel Perbandingan Cl/ HCO3 + CO3 Daerah Penelitian …………..
73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram tri linear………………………………………………… ...
18
Gambar 2.2. Diagram untuk kualifikasi SAR dan bahaya kegaraman……………
19
Gambar 2.3. Alur Pemikiran Teoritis…..……………………………………….. 32
Gambar 3.1. Peta Pengambilan Sampel …………………………….…………….
35
Gambar 4.1. Peta Geologi Kabupaten Rembang…………………………………
43
Gambar 4.2. Penampang Geologi Daerah Sarang Kragan Hasil Pendugaan
Geolistrik…………………………………………………………….
44
Gambar 4.3. Peta Geomorfologi Kragan Sarang Kabupaten Rembang…………..
49
Gambar4.4. Peta Aliran Airtanah Kragan – Sarang Kabupaten Rembang…
50
Gambar 4.5. Grafik Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson …………………………..
52
Gambar 4.6. Peta Jenis Tanah Di Antara Kragan Sarang Kabupaten Rembang…
56
Gambar 4.7. Peta Sebaran Daya Hantar Listrik……………………………………
58
Gambar 4.8. Pengelompokan air berdasarkan nilai SAR dan Salinitas………… 59
Gambar 4.9. Peta Persebaran Tipe Kimia Airtanah Dangkal
Antara Kragan Sarang Kabupaten Rembang ………………………
71
Gambar 4.10. Diagram Tri Linear piper…………………………………………71
Gambar 4.11. Peta Persebaran Airtanah Asin Di Daerah Penelitian…………..…
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Dari UNS …………………………………..
84
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Pem.Kab.Rembang ……………………..
85
Lampiran 3. Laporan Hasil Pengujian Air Balingtan ………………………....
86
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Fisika Kimia Air Bersih …………………….
88
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran Geografi Kelas X Sem 2 ……………....
89
Lampiran 6. Permenkes RI Nomer492/Menkes/Per/IV/…….. ……………...
98
Lampiran 7. Lampiran Suplemen Pembelajaran Geografi Kelas X Sem 2
KD Dinamika Hidrosfera. ……………………………………….
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Penelitian
Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah (Seyhan, 1998). Airtanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta
pemulihannya sulit dilakukan. Airtanah (Groundwater) adalah air yang tersimpan di bawah
tanah dalam batuan yang permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda waktunya
bergantung dari kondisi geologinya (beberapa minggu – tahun). Berdasarkan perlakuan batuan
terhadap airtanah, maka batuan (sebagai media air) dapat dibedakan menjadi empat (Hendrayana,
H, 1994). yaitu :
1. Akuifer yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan
dan mengalirkan air dalam jumlah yang berarti dibawah kondisi lapangan. Dengan demikian
batuan ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air yang berkarakteristik permeabel. Sampel :
pasir, batupasir, kerikil, batugamping dan lava yang berlubang-lubang.
2. Akuitar yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat
menyimpan air, tetapi hanya dapat mengalirkan dalam jumlah yang terbatas. Dengan
demikian batuan ini berkarakteristik semi permeabel. Sampel : pasir liatan, liat pasiran.
3. Akuiklud yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat
menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang berarti. Dengan
demikian batuan ini berkarakteristik kebal air. Sampel : liat, lanau, tuf halus, serpih.
4. Aquifug yaitu suatu tubuh batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air. Dengan
demikian batuan ini berkarakteristik kebal air. Sampel batuan beku yang kompak dan padat.
Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi airtanah pada daerah tersebut.
commit to user
Menurut Schwartz dan Zang (2003), mineral penyusun batuan akan terlarut dalam air
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
membentuk ion – ion terlarut. Ion – ion tersebut dapat berupa kation (bermuatan positif) maupun
anion (bermuatan negatif). Menurut Davis dan De Wiest (1967), kandungan kation yang umum
terdapat pada hampir semua air di alam adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca 2+), dan
magnesium (Mg2+), sedangkan kandungan anion antara lain klorida (Cl-), sulfat (SO42-), dan
bikarbonat (HCO3-). Konsentrasi ion terlarut tersebut akan meningkat seiring dengan semakin
panjangnya jarak tempuh yang dilalui aliran airtanah.
Pada umumnya akifer di pantai sangat baik karena merupakan daerah sedimentasi.
Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik
secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk
kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini
perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada
pengaruh eksploitasi.
Hal ini karena air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar
akibatnya air laut akan mudah mendesak airtanah . Secara alamiah air laut tidak dapat masuk
jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut,
sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut
merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Masuknya air laut ke sistim akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan
upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut
ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut
interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air
asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di
dalam tanah lebih ke hulu.
Pantai Rembang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat yang
commit to user
membentang dari barat yaitu Kecamatan Kaliori hingga Kecamatan Lasem. Sedangkan pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
bagian timur membentang dari Kecamatan Sluke hingga Kecamatan Sarang. Batas antara bagian
barat dan bagian timur adalah formasi Perbukitan Rembang (Rembang Hill), suatu vulkan tua
yang saat ini telah mati. Bagian selatan wilayah ini dibatasi oleh formasi Kendeng Utara suatu
formasi batuan kapur yang membentang dari Madura hingga Kabupaten Grobogan. Dataran
rendah daerah penelitian merupakan dataran pantai yang terbentuk oleh proses fluvial maupun
proses marine atau gabungan keduanya yaitu proses fluviomarine.
Batuan sedimen yang menutupi permukaan dataran rendah pesisir Rembang bagian
timur yaitu daerah yang membentang dari Sarang hingga Pandangan adalah batuan sedimen yang
berasal dari rombakan batuan yang berasal dari Pegunungan Lasem dan dari selatan yang
berasal dari batuan kapur kendeng utara. Pada bagian barat daerah pesisir Rembang bagian
timur batuan penyusunnya berasal dari Pegunungan Lasem di bagian timur, bagian selatan
berupa sedimen yang berasal dari batan kapur dari formasi kapur
Kendeng bagian utara.
Sedangkan pada bagian barat batuannya berasal dari Campuran batuan kapur dari Pegunungan
Kapur Formasi Kendeng utara dan Batuan vulkanis yang berasal dari G. Muria.
Pesisir Rembang dan sekitarnya merupakan daerah penghasil padi, tanaman pertanian
lainnya dan garam. Daerah ini juga merupakan lokasi yang strategis karena memiliki jalan
beraspal yang menghubungkannya dengan daerah jawa barat ke Jawa Timur. Hal ini
mengakibatkan daerah penelitian sebagai pusat permukiman, perekonomian dan pemerintahan.
Dalam menunjang sektor pertanian dan sektor kegiatan lain seperti disebutkan di atas, peranan
airtanah sangatlah penting, akibat air permukaan yang terbatas. Pemanfaatan airtanah dilakukan
dengan pembuatan beberapa sumur untuk menyuplai kebutuhan air tersebut. Saat ini air tawar
telah menjadi barang yang diperjual belikan di masarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Seiring dengan berkembangnya daerah tersebut maka penurapan airtanah akan terus bertambah.
Bertambahnya pengambilan airtanah di daerah ini tentu bisa mengakibatkan intrusi ataupun
commit to user
proses Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang lain yang bisa menurunkan kualitas airtanahnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Disisi lain dalam proses belajar mengajar Geografi, disamping kemampuan
menyampaikan dengan penguasaan methode pengajaran yang baik , guru Geografi harus
menguasai dan mengembangkan materi materi geografi itu sendiri. Materi Geografi yang dibahas
pada tingkat SMP , SMA maupun pada tingkat pendidikan tinggi salah satunya adalah tentang
Hidrosfera. Hidrosfera adalah topik yang mengupas tentang air yang ada dipermukaan bumi.
Pembahasan hidrosfera diantaranya adalah pembahasan tentang
airtanah yang mencakup,
distribusi, jumlah, proses terbentuknya dan karakteristik fisika maupun kimianya.
Untuk mengetahui kondisi airtanah sekaligus mengembangkan materi Geografi maka
dilakukan penelitian tentang kondisi Kimia airtanah. Berdasarkan hal tersebut diatas maka akan
dilakukan penelitian didaerah pesisir Kabupaten Rembang dengan Judul : “Studi Kimia Airtanah
Dangkal Untuk Deteksi Intrusi Di Pesisir Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah 2014 Dn
Implementasinya Untuk Suplemen Pembelajaran geografi SMA”.
J. Perumusan Masalah
1. Ada berapa Tipe Kimia airtanah di pesisir Rembang ?
2. Ada berapa jenis airtanah asin
di pesisir Rembang ?
3. Apakah ada kesesuaian hasil penelitian ini
dengan kompetensi dasar untuk pengajaran
geografi di SMA Semester X tentang Dinamika Hidrosfera Dan Pengaruhnya Terhadap
Kehidupan Manusia.
K. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) di pesisir Rembang
2. Mengetahui jenis airtanah asin di pesisir Rembang
3. Mengaplikasikan hasil penelitian ini untuk pengajaran geografi baik di tingkat sekolah
menengah maupun pendidkan tinggi dan menyusun suplemen bahan ajar untuk SMA KD
Dinamika Hidrosfera Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Manusia.
commit to user
L. Hipotesa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
1. Berdasarkan kondisi Geomorfologi, Geologi, jenis tanah maka di daerah penelitian terdapat
tipe airtanah yang berbeda.
2. Keasinan airtanah dangkal didaerah penelitian makin menjauh dari pantai akan semakin
tawar.
3. Ada perwilayahan airtanah secara kimia sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pembelajaran Geografi di SMA.
M. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi penelitian lain yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan salah satu dasar pengambilan kebijakan tentang
pengelolaan airtanah di daerah penelitian.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan materi geografi
bagi guru geografi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Geografi
Geografi secara harafiah berarti ilmu yang mendiskripsikan keadaan bumi, karena Geo
artinya bumi dan Graphein : menceritakan. Atas dasar pemahaman harafiah beberapa ahli
menjelaskan arti Geografi sebagai berikut : 1). Hasil seminar dan lokakarya IGI di Semarang
(1988) – Indonesia, Geografi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks
keruangan . 2). Bintarto ( 1981) memaknai Geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut
kehidupan
makhluk
kelingkungan,
dan
hidup
beserta
regional
untuk
permasalahannya
kepentingan
melalui
program,
pendekatan
proses,
dan
keruangan,
keberhasilan
pembangunan.3). Richard Hartshorne dalam bukunya The Nature of Geografy memaknai
Geografi sebagai suatu disiplin ilmu yang menggambarkan dan menginterpretasikan karakteristik
variabel – variabel dari suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi sebagai tempat hidup
manusia (N.Daldjuni,1980 ).
Dari definisi di atas maka obyek material dari ilmu Geografi adalah semua fenomena
yang ada di muka bumi baik sosial maupun fisika. Adapun yang membedakan dengan ilmu lain
terlatak pada pendekatannya yaitu pendekatan keruangan, kelingkungan dan kewilayahan
/regional complex.
2. Airtanah
a.
Pengertian Airtanah
Menurut Todd (1955) bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu Aqui dari kata aqua
commit to user
yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Dengan kata lainairtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang
antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah
yang disebut akifer.
Lapisan yang mudah dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan liat atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air
disebut akuifer.
b.
Asal- Usul Airtanah dan Karakteristik Airtanah
Para penentu kebijakan pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul
dan karakteristik airtanah, agar tidak terjadi salah pengertian tentang sumberdaya yang dikelola.
Salah pengertian tersebut akan mengganggu dalam mewujudkan tujuan pengelolaan yaitu
memberi manfaat
airtanah
bagi penduduk tapi
justru akan menimbulkan dampak yang
merugikan bagi keberadaan airtanah itu sendiri. Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang
asal-usul dan karakteristik-karakteristik airtanah antara lain tentang: Asal airtanah, Pembentukan
airtanah, wadah airtanah, pegaliran dan imbuhan airtanah serta mutu airtanah.
Airtanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona
jenuh air. Airtanah berasal dari permukaan tanah, misalkan hujan, sungai, danau. Dan dari dalam
bumi sendiri diamana air tersebut terjadi bersama-sama dengan batuannya, misalkan pada waktu
terjadinya batuan endapan, terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut. Sampelnya:
air fosil yang biasanya asin air vulkanik – panas dan mengandung sulfur.
c.
Pembentukan Airtanah
Airtanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh
air (zone of saturation) ( Asdak, 2007). Airtanah terbentuk berasal dari air hujan dan air
permukaan, yang terinfiltrasi ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin
commit to user
dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi airtanah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Airtanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu
berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, kondensasi membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali (MM. Purbohadiwijoyo, 1987).
Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa airtanah berinteraksi dengan air permukaan
serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi,
jenis batuan penyusun akifer, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang ada.
d. Wadah Airtanah
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan
airtanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut aquifer (Todd,
1980) . Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai
akuifer. Wadah airtanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan
daya meluluskan air yang rendah, misalnya liat, dikenal sebagai aquitard.
Lapisan yang sama dapat juga menutupi aquifer, yang menjadikan airtanah dalam
akuifer tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Airtanah tertekan tersebut menjadikan
airtanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa
lapisan kedap airt di atasnya, airtanah di dalamnya tekanan sama dengan tekanan udara
luar(unconfined aquifer).
Semua akuifer mempunyai dua karakteristik yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan
airtanah dan (ii) kapasitas mengalirkan airtanah( Walton, 1980). Namun demikian sebagai hasil
dari keragaman geologinya, akifer sangat beragam dalam karakteristik-karakteristik hidroliknya
(kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya).
Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut akuifer dapat mengandung airtanah
dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya.
commit to user
Sebaran akuifer serta pengaliran airtanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang mengandung satu
akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan airtanah.
e.
Pengaliran Dan Imbuhan Airtanah
Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan airtanah dalamnya sudah sangat
intensif, muka airtanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka airtanah
dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya airtanah
dalam memasok airtanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head), saat
ini justru sebaliknya airtanah dangkal memasok airtanah dalam.
Jika jumlah total pengambilan airtanah dari suatu sistim akuifer melampaui jumlah ratarata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka airtanah secara menerus serta pengurangan
cadangan airtanah dalam akuifer. Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut
pengambilan berlebih (over exploitation), dan penambangan airtanah terjadi.
f. Macam- macam Airtanah
Menurut Krussman dan Ridder (1970), Hendrayana ( 2002 ) bahwa macam-macam akifer
sebagai berikut:
o Akifer Bebas (Unconfined Aquifer),yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi
oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut
dengan water tabel (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan
hidrostatik sama dengan atmosfer.
o Akifer Tertekan (Confined Aquifer),yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai
tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
o Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) ,yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh
air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya
commit to user
merupakan lapisan kedap air.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
o Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer),yaitu aquifer yang bagian bawahnya
yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material
berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya
gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas
dengan aquifer semi tertekan.
g.
Gerakan Airtanah
Pergerakan air di bawah tanah dengan sumber airnya adalah air hujan bergerak secara
verikal dan horizontal ( Todd,1980). Disamping airtanah bergerak dari atas ke bawah, airtanah
juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya
mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan airtanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume airtanah yang melalui batuan
berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan.(Walton, 1980).
h. Kondisi Airtanah Dataran Aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi
yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan,
topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi
diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial
menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. Daerah alluvial ini
tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang
lebih tinggi letaknya. Potensi airtanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.
Dataran pantai umumnya adalah dataran yang terbentuk oleh proses fluvial dan berupa
dataran alluvial. Secara lebih umum lagi susunan hidrogeologi sistim akuifer dalam lingkungan
pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer
commit to user
tertekan dan tak tertekan. Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
dalam teori yaitu yang hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi pada kenyataannya
amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau
dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama
(seragam). Juga dimungkinkan terdiri dari lensa-lensa akuifer yang amat komplek. Kondisi yang
tidak seideal seperti dalam teori adalah yang paling sering dijumpai. ( Herlambang Dan
Indriatmoko : 2005)
Volume airtanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan penyebaran
permeabilitas dari akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium yang mengendap dalam
dataran. Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas materi halus (liat/berdebu) umumnya
permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah yang tersusun atas pasir dan kerikil
permeabilitasnya besar. Airtanah yang mengendap di dataran banjir ditambah langsung dari
peresapan air susupan. Permukaan airtanahnya dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan
sumur dangkal. (Karmono dan Joko Cahyono, 1978)
Dataran alluvial unsur-unsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3, Ca, Mg, Si, dan Fe,
kelebihan Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine), pembusukan organik dari hasil reduksi
nitrat yang ada disekitar airtanah (Karmono dan Joko Cahyono, 1978). Hal ini selain dipengaruhi
oleh faktor alam juga sebagai aktivitas manusia misalnya adanya lahan pertanian yang
mengkonsumsi pupuk yang mengandung nitrat.
Beberapa bentuk lahan asal fluvial adalah
sebagai berikut:
1. Kipas Alluvial (Alluvial fan)
2. Crevasse-Splays
3. Tanggul alam (Natural levee)
4. Point bar
5. Dataran banjir
6. Dataran fluvial (Flood plain)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
7. Teras Alluvial
8. Delta
3. Kimia airtanah ( Hidrogeokimia)
a. Mutu Airtanah
Karakteristik fisika dan komposisi kimia airtanah yang menentukan mutu airtanah secara
alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui
airtanah, serta jenis air asal airtanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi
manusia terhadap airtanah, seperti pengambilan airtanah yang berlebihan, pembuangan limbah,
dll.
Airtanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari
permukaan. Namun karena tanah/batuan berkarakteristik melemahkan zat-zat pencemar, maka
tingkat pencemaran terhadap airtanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer,
penyusun akuifer itu sendiri. Menurut Schwartz dan Zang (2003), mineral penyusun batuan akan
terlarut dalam air membentuk ion – ion terlarut. Ion – ion tersebut dapat berupa kation
(bermuatan positif) maupun anion (bermuatan negatif). Menurut Davis dan De Wiest (1967),
kandungan kation yang umum terdapat pada hampir semua air di alam adalah natrium (Na+),
kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+), sedangkan kandungan anion antara lain
klorida (Cl-), sulfat (SO42-), dan bikarbonat (HCO3-). Konsentrasi ion terlarut tersebut akan
meningkat seiring dengan semakin panjangnya jarak tempuh yang dilalui aliran airtanah. Appelo
dan Posma (1994 ) menyebutkan bahwa batuan, dan proses geomorfologi; proses geomorfologi
masa lampau dan dinamikanya; genesis (asal-usul) airtanah berhubungan dengan karakteristik
kimia airtanah. Sander (1996), kondisi geomorfologi sangat berpengaruh terhadap potensi
airtanah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Khusus genesis masa lampau yang mempengaruhi pembentukan bentuklahan dan
karakteristik akuifer penyusunnya. Genesis juga berpengaruh terhadap proses pelarutan mineral
dalam airtanah, sehingga menentukan tipe Kimia airtanah
b. Air Laut
Air asin dibedakan menjadi dua, yaitu air cukup asin dan air sangat asin. Air cukup asin
mengandung garam 10000 – 100000 mg/L. Air sangat asin mengandung garam>100000 mg/L
(Sistim Informasi Airtanah Badan Geologi, 2013). Menurut Panitia Ad Hoc Air Asin Jakarta, air
asin memiliki daya hantar listrik (HDL) sebesar >5000 µS/cm. Pembagian derajat keasinan air
menurut Disbang DKI Jakarta seperti pada tabel 2.1.
Air laut adalah air asin yang umum ditemukan dan dikenal dikenal karena kadar
garam NaCl yang tinggi. Selain NaCl air laut juga mengandung beberapa macam kation dan
anion dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Umumnya kadar garam dalam air laut kandungan
garamnya 35.000 parts per million (ppm). Dalam tabel di bawah dijelaskan mengenai komposisi
tipikal dari ion – ion yang berada dalam air laut dengan kadar garam 35 ppt (Sistim Informasi
Airtanah Geologi, 2013). Menurut menurut Cox, 1966; Libes, 1992; Notodarmojo, 2005,terdapat
11 ion-ion utama yang ada di dalam air laut adalah seperti tabel 2.2.
Tabel 2.1. Tingkat keasinan Airtanah (PAHIAA, 1986, Disbang DKI Jakarta - Sapta Daya
Karyatama, 1997).
Karakteristik Air
Sumber :
Disbang
DKI Jakarta
- Sapta Daya
Karyatama,
1997
Air Tawar
Air agak payau
Air payau
Air asin
Brine
TDS (mg/l)
≤ 1.000
> 1.000 - ≤ 3.000
> 3.000 - ≤ 10.000
> 10.000 - ≤ 35.000
> 35.000
DHL (μmhos/cm)
Cl (mg/l)
≤ 1.500
> 1.500 - ≤ 5.000
> 5.000 - ≤ 15.000
> 15.000 - ≤ 50.000
> 50.000
≤ 500
> 500 - ≤ 2.000
> 2.000 - ≤ 5.000
> 5.000 - ≤ 19.000
> 19.000
Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Air payau memiliki
kadar garam 1000 – 10000 mg/L (Sistim Informasi Airtanah Badan Geologi, 2013). Menurut
Panitia Ad Hoc Air Asin Jakarta, air payau memiliki daya hantar listrik (HDL) sebesar 1500commit to user
5000 µS/cm.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Tabel 2.1.Kandungan ion – ion utama dalam air laut ( Cox, 1966; Libes, 1992; Notodarmojo,
2005)
Kandungan ion – ion utama dalam air
laut
1. Jenis ion
Konsentrasi ( ppt)
2. Klorida( Cl )
19,344
+
3. Sodium (Na )
10,773
4. Sulfat(SO42+)
2,712
2+)
5. Magnesium(Mg
1,294
2+
6. Kalsium(Ca )
0,412
7. Kalium ( K+)
0,399
8. Bikarbonat( HCO3 ) 0,142
9. Bromida ( Br )
0,0674
10. Strontium (St )
0,0079
11. Boron (B)
0,00445
12. Fluorida ( F )
0,00128
No.
Sumber: Sistim Informasi Airtanah Badan Geologi, 2013
c. Evolusi Airtanah
Komposisi kimia airtanah bergantung pada komposisi kimia air di daerah imbuhan, serta
reaksi-reaksi yang terjadi pada sistim aliran tersebut (Matthess, 1982). Genesis air asin juga
ditentukan oleh berbagai proses hidrokimia yang terjadi tersebut. Airtanah yang berada di pantai
umumnya berasal dari hujan diatasnya serta inbuhan dari daerahdi atasnya. Percampuran yang
terjadi dalam airtanah di daerah pantai bisa berupa intrusi air laut atau flushing. Intrusi air laut
umumnya mengubah tipe air dari tipe NaCl menjadi tipe CaCl2. Proses sebaliknya akan terjadi
bila air tawar mencuci air asin dari akifer (flushing) (Freeze, R.A. dan Cherry, J.A., 1979). Air
payau umumnya akan memiliki tipe NaHCO3.
Selain proses pencampuran, proses evolusi kimia juga sering menjadi penyebab utama keasinan
airtanah. Evolusi airtanah umumnya diikuti oleh perubahan regional dari anion dominannya
seperti yang ditunjukkan oleh sekuen Chebotarev (1955, dalam Freeze & Cherry, 1979) berikut
ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
HCO3- → HCO3- + SO42- → SO42- + HCO3- → SO42- + Cl- → Cl- + SO42- → ClKe arah kanan, sekuen tersebut dicirikan oleh perjalanan airtanah yang makin jauh diiringi oleh
peningkatan umur.
Bendasarkan penelitian Taat ( 2010 ) “Hidrogeologi dan potensi airtanah pertanian
dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku”. Hasil analisis hidrokimia ion utama untuk lima
persampel airtanah tidak tertekan menunjukkan bahwa ion Na+ merupakan kation yang dominan
dengan kisaran 14 hingga 39 mg/l, sedangkan ion HCO3- merupakan anion yang dominan
dengan kisaran 44,2 hingga 172 mg/l. Karakter yang sama juga terdapat pada persampel airtanah
tertekan yang mengandung kation Na+ 18 – 120mg/l dan anion HCO3- 64,4 – 280,6 mg/l.
Hasil interpretasi menggunakan diagram Piper (Walton, 1980) menunjukkan persampel
airtanah tidak tertekan memiliki fasies Na – HCO3 atau sodium bikarbonat (tiga persampel) dan
Ca – HCO3 atau kalsium bikarbonat (dua persampel), sedangkan tiga persampel airtanah tertekan
memiliki fasies Na – HCO3 .Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar persampel air
memiliki fasies Na – HCO3, atau dengan kata lain airtanah di daerah penelitian didominasi oleh
kandungan ion Na+ dan HCO3-. Diagram piper pada dasarnya untuk menentukan Anion dan
Kation yang mendominasi air. Diagram piper dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Gambar 2.1. Diagram tri linear
Melimpahnya ion Na+ pada semua sampel airtanah tertekan dan tiga dari lima sampel
airtanah tidak tertekan kemungkinan berkaitan dengan proses pertukaran kation (cation
exchange) antara Na+ dengan Ca2+ atau Mg2+. Kecenderungan absorpsi di antara kation utama
pada sistim air alami menurut Sposito (1989) dalam Kehew (2001) adalah sebagai berikut :
(terabsorpsi kuat) Ca2+ > Mg2+ > K+ > Na+ (terabsorpsi lemah).
d. SAR
Karakteristik hidrokimia airtanah untuk pertanian umumnya dianalisis dengan melihat
hasil analisis SAR ( Sodium Absorbtion Rasio ) dari airtanah. SAR dianalisis dengan grafik
berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Gambar 2.2. Diagram untuk kualifikasi SAR dan bahaya kegaraman
(dalam Meq/l )
Keterangan :
-
Kelas C1 – S1 : Klasifikasi sangat baik
-
Kelas C2 – S1 dan C2 – S2 : Klasifikasi baik
-
Kelas C3 – S1 dan C3 – S2 : Klasifikasi diperbolehkan
-
Kelas C4 – S1, dan C4 – S2 : Klasifikasi meragukan
-
Kelas C4 – S3, C3 – S4, dan C4 – S4 : Klasifikasi tidak layak
commit to user
d. Faktor faktor yang mempengaruhi karakteristik Kimia Airtanah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
1). Reaksi asam- basa (Acid-base reactions)
Reaksi asam-basa dalam sistim airtanah dipengaruhi pH (derajat keasaman) yang
merupakan faktor kunci untuk mengontrol reaksi kimia dalam menentukan kualitas
airtanah,apabila pH= pOH =7 airtanah berkarakteristik netral, pH< 7 airtanah berkarakteristik
asam, pH> 7 airtanah berkarakteristik basa. Besarnya nilai pH dapat digunakan sebagai petunjuk
dalam memprediksi kualitas airtanah. Apabila nilai pH=7 menunjukan bahwa kualitas airtanah
baik,tidak terpengaruh oleh reaksi kimia yang ada, biasanya dengan adanya asam bikarbonat
sebagai alkalinitas dapat menetralkan asam karena karakteristik bikarbonat dalam air pH=7[Hem,
JD.1982]. Apabila pH<7 adanya belerang dalam lingkungan aerob (bakteri sumber oksigen)
maka airtanah akan berkarakteristik asam, dan pH >7 adanya garam-garam mineral
(pengendapan air laut)maka airtanah berkarakteristik basa. Secara keseluruhan pada batu kapur
yaitu mineral kalsit dan dolomite akan larut oleh air yang mengandung CO2 sebagai proses
biologi.
2). Pelarutan, penguapan dan pengendapan
Pelarutan dan pengendapan merupakan 2 proses yang paling penting dalam pembentukan
karakteristik kimia airtanah. Ketika airtanah kontak dengan mineral batuan, akan terjadi
penguraian pelamtan komposisi mineral yang berlangsung kontinu sampai mencapai
keseimbangan konsentrasi tertentu. Pelarutan mineral didetinisikan sebagai masa mineral yang
larut dalam satuan unit volume pada kondisi tertentu disebut Total Dissolved Solid (TDS) atau
total zat padat terlarut. TDS menurut Hem JD adalah : The dissolved-solids concentration is the
sum of the major-ion constituents for a discrete sample, which includes major cations
(dissolved calcium, magnesium, potassium, and sodium), major anions (dissolved carbonate
species, chloride, fluoride, and sulfate), and nonionic silica (Hem, 1985, p.157).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Airtanah setelah berinteraksi dengan mineral batuan maka kandungan kimia dalam airtanah
dapat ditentukan, demikian juga kualitas airtanah dapat diprediksi.
Sampel reaksi pelarutan :
CaC03 + H2O + C02----------- Ca +HC03
Pada proses penguapan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat , apabila kondisi panas
dengan temperatur tinggi maka akan terjadi proses pelarutan mineral CaC03 semakin besar . Pada
proses penguapan dapat menyebabkan konsentrasi garam mineral CaC03 dan apabila ada air
maka garam-garam tersebut akan mudah larut dalam airtanah, sehingga airtanah tersebut akan
mengandung ion sangat tinggi.Reaksi pelarutan dan pengendapan : CaC03 ----------- Ca2+ +
C03= (1)
Ca + C03 ----------- CaC03 (2)
Reaksi tersebut merupakan reaksi reversible ( reaksi bolak-balik) dan reaksi 1 merupakan reaksi
pelarutan dan reaksi 2 adalah reaksi pengendapan.
3). Reaksi penyerapan dan Pertukaran kation (absorption and cation exchange)
Reaksi penyerapan biasanya terjadi pada permukaan padatan baik organik maupun
anorganik yang disertai dengan pertukaran kation (absorption and cation exchange). Liat /
koloid padatan mempunyai permukaan yang luas sehingga kemampuan untuk menyerap ion
sangat besar. Ion yang diserap akan menggantikan kedudukan Ion yang dilepaskan dari setiap
padatan. Proses ini dikenal dengan proses pertukaran kation.
Sampel pertukaran kation (cation exchange):
CaCO3 + 2 Na+ ------------------ NaCO3 + Ca2+.
Reaksi tersebut akan menghasilkan bentuk senyawa baru CaCO3 dan ion Na+.
Pertukaran kation dengan batuan penyusun akuifer untuk mencapai keseimbangan
airtanah. Setiap ion yang mengalami pertukaran mempunyai kekuatan yang berbeda. Ion yang
commit to user
mempunyai daya serap kuat akan menggantikan ion yang mempunyai daya serap kurang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Ion yang bervalensi rendah akan mudah terserap dari pada yang bervalensi tinggi. Pada logam
alkali daya pertukaran kation berdasarkan besamya nilai urutan penggantian: Na+ > K+ > Mg 2+ >
Ca2+.
Pada zona dangkal (highest zone) dengan total dissolved solid <500 mg/l air
bersih (fresh water) mengandung Na+, Ca2+/ Mg2+dan HC03- dominan. TDS =500-1000 mg/l air
sadah carbonat merupakan gabungan Ca2+ dan Mg2+ dengan HC03-yaitu CaHCO3.
4). Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses bereaksinya garam dengan air. Yaitu proses pelepasan atau
pengikatan ion H+ atau OH-.
e.
TDS ( Total dissolved solid )
Total dissolved solid yaitu jumlah keseluruhan ion maupun non ion yang terlarut dalam
air, berdasarkan Total dissolved solid pada batuan endapan laut kualitas air dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
-
Zona dangkal (Highest zone) airtanah yang menga1ir aktif sebagai pembilas
(flushing) dan pelarut batuan, pada zona ini ion HC03- yang dominan dengan total
padatan terlarut, total dissolved solid (TDS) rendah.
-
Zona tengah (Intermediate zone) airtanah mengalir pelan pada zona ini yang
dominan ion SO4- dengan total dissolved solid (TDS) tinggi.
-
Zona dalam (Deep zone) airtanah mengalir sangat lambat sehingga mineral yang
terlarut besar dan ion yang dominan dengan total dissolved solid (TDS) sangat
tinggi. Perjalanan panjang kandungan unsur (anion) aliran airtanah :
HCO3 --- HCO3 + SO42+--- SO42+ + HCO3 -- SO42+ + Cl----
Cl + SO42+ ---------Cl
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Perubahan kandungan kimia dengan makin panjang perjalanan makin banyak mineral
terlarut dan meningkatkan umur airtanah sehingga TDS sangat tinggi.
4. Intrusi
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan
mencemari airtanah yang terkandung didalamnya sehingga menyebabkan airtanah berubah
menjadi air payau atau bahkan air asin (Putranto dan Kusuma ,2009). Dengan pengertian lain,
yaitu proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin/air laut di dalam akuifer pada daerah
pantai. Hal ini terjadi karena keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air
bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah
asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu
pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya intrusi air
laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai, karena
berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.( Hendrayana, 2002).
Untuk melihat pengaruh air laut terhadap airtanah tawar di daerah pesisir dapat
didasarkan pada perbandingan antara Clorida dan Carbonat / bikarbonat sbb:
= Cl2/(CO3 + HCO3 )
satuan dalam bpj/ppm.
Harga perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio")
= 1/2 adalah air bawah tanah tawar.
= 1,3 terjadi pengaruh air laut sedikit.
= 2,8 terjadi pengaruh air laut sedang.
= 6,6 terjadi pengaruh air laut agak tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
= 15,5 terjadi pengaruh air laut tinggi.
= 200 adalah air laut.
(Hendrayana 2002, Walton, 1980).
Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
-
Aktivitas manusia
-
Faktor batuan
-
Karakteristik pantai
-
Fluktuasi airtanah di daerah pantai ( Herlambang dan Indrioto:2005 )
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa mempertimbangkan
kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas
manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan
airtanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila
batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah
masuk ke dalam
airtanah. Kondisi ini diimbangi dengan kemudahan
pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Karakteristik yang sulit untuk melepas air
adalah liat sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga
mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit
mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai
memiliki fungsi sebagai sistim penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol
siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga
ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke
commit topantai
user dapat mengontrol pergerakan material
arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat
kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi
pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut
akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila
fluktuasinya tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia pada
kawasan pantai.
5. Pesisir
Wilayah Pesisir adalah daerah pertemuan antaradarat dan laut. Ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,a n g i n l a u t , d a n p e r e m b e s a n
a i r a s i n . S e d a n g k a n k e a r a h l a u t , w i l a y a h p e s i s i r mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat, s e p e r t i s e d i m e n t a s i
d a n a l i r a n a i r t a w a r , m a u p u n ya n g d i s e b a b k a n o l e h k e g i a t a n m a n u s i a d i
d a r a t , s e p e r t i p e n g g u n d u l a n h u t a n d a n p e n c e m a r a n ( S u p r i h a r yo n o , 2000:1)
Sorensen dan McCreary( 2000) kawasan pesisir didefinisikan sebagai perbatasan atau ruang
tempat berubahnya dua lingkungan utama, yaitu laut dan daratan.
6. Pendidikan Dan Pembelajaran
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dimulai bayi lahir hingga akhir hiduonya sebagai bagian dari cara bertahan hidup .
Berikut beberapa pengertian pendidikan menurut beberapa sumber.
-
UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 menyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan
commit to user
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
-
Sedangkan menurut Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara
fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam
intelektual, emosional dan kemanusiaan
-
Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H,
pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah
yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera
kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai
peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
-
Herbert Spencer (filosof Inggris yang hidup tahun 1820-1903 M) mengatakan
bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan seseorang agar dapat menikmati kehidupan
yang bahagia.”
-
Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan ialah
pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanakkanak, akan tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa”.
-
John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu
meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang
dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat
kesempurnaan.”
-
John Dewey (filosof Chicago, 1859 M - 1952 M) mengatakan bahwa : " Pendidikan
adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta
commit to user
dengan mencontoh peninggalan - peninggalan budaya lama masyarakat manusia."
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
-
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959) merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
-
Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan
dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang
senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri
agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan
memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala
perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalamanpengalaman dan belajar.
b. Pembelajaran dan Materi Belajar
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan
cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6),Pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang
berlaku.Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif agar siswa dapat belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:41),
dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen pembelajaran yang meliputi:
-
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada
yang sempit/khusus. Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan
materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang tepat dan
yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya.
commit to user
(Suryosubroto, 2009:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
-
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Bahan pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan
Zain, 2006:43) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar
mengajar. Bahan sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang
membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses
pembelajaran tidak akan berjalan.
-
Kegiatan Pembelajaran Menurut Kusnandar (2007:252), kegiatan pembelajaran
adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat
dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya.
-
Metode merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan
keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta
mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan
situasi.
-
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai
pembantu mempermudah usaha pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan.
-
Sumber Pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan
sumber belajar menurut Mulyasa (2009:159), adalah segala sesuatu yang dapat
memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
-
Evaluasi menurut Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:190), adalah
proses sederhana dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang
lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.
6. Kerangka Pemikiran
Dataran rendah di pesisir kabupaten Rembang bagian barat terbentuk oleh sedimentasi
yang materialnya pada bagian barat didominasi oleh material dari G. Lasem. Sedangkan semakin
ke timur material penyusunnya berasal dari material yang berasal dari batuan yang berasal dari
batuan kapur formasi Kendeng. Proses yang mempengaruhinya pada bagian selatan didominasi
oleh proses fluvial sementara bagian utara didominasi oleh proses marine. Atas dasar pemikiran
tersebut maka memungkinkan adanya karakteristik karakteristik Kimia airtanah (Hidrogeokimia)
pada airtanah di daerah penelitian akan beragam. Proses pembentukan karakteristik Kimia
airtanah ( Hidrogeokimia) nampak pada Gambar 2.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
D. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Daerah penelitian adalah Wilayah Pesisir Utara, Kabupaten Rembang bagian timur yang
membentang dari Pandangan hingga perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan di daerah ini karena airtanah dangkalnya keasinannya beragam dan acak
dari satu desa ke desa lainnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014, seperti pada rancangan
alokasi waktu penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Alokasi Waktu Penelitian
No.
Kegiatan
Juli
2014
1.
2.
3.
4.
Penyusunan Proposal
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Bulan
Sept.
Okt.
2014
2014
Agt.
2014
Nop.
2014
Xxxx
xxxxx
Xxxx
Xxxx
xxxxxx
Xxxxxx
E. Jenis Penelitian
Penelitian ini berkarakteristik kuantitatif deskriptif . Berkarakteristik Kuantitatif karena
data yang dijadikan dasar analisis dalam penelitian ini adalah data kualitas air yang merupakan
data kualitatif. Dalam pembahasan data menekan pada distribusi keruangan dari data kualitas air
dan kaitannya dengan kondisi fisik lingkungan yang ditempati.
commit to user
F. Obyek Penelitian dan Definisi Operasional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
1. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh airtanah di sumur dangkal yang berada di
pesisir utara kabupaten Rembang bagian timur yaitu di antara Kecamatan Kragan dan Kecamatan
Sarang.
2. Definisi Operasional
-
DHL yaitu kemampuan air untuk meneruskan arus listrik dengan satuan mikromhos/cm
-
Rasio Clorida/Karbonat adalah perbandingan antara Cl dan HCO3 + CO3 dalam meq/l.
Dengan indikator : Cl, HCO3 dan CO3.
-
Tipe Hidrokimia airtanah
adalah Kation dan anion yang dominan dengan indikator:
Na,K,Ca,Mg,Cl,HCO3,CO3,SO4
-
SAR adalah nilai perbandingan antara Na dengan akar dari jumlah (Ca + Mg)/2 dalam meq/l
dengan indikator:Na,Ca,Mg.
-
Informasi tentang kondisi airtanah di daerah penelitian dari informan kunci untuk pemilihan
titik pengambilan sampel airtanah melalui wawancara dan dokumentasi.
-
Informasi sekunder dari buku, jurnal dan penelian yang berkaitan.
G. Tehnik Pengumpulan data
Data diperoleh dari populasi sampel. Populasi penelitian adalah semua sumur dangkal
yang ada di daerah penelitian, sampel air ditentukam berdasarkan transek sampling seperti pada
Gambar 3.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Jumlah sampel airtanah sebesar 16 sampel. Dari sampel air selanjutnya dilakukan
analisis kandungan anion dan kation sebagaimana tersebut dalam subyek penelitian di
laboratorium kualitas air.
H. Tehnik Dan Instrumen Pengumpulan Data
Intrumen untuk pengumpulan data adalah botol sampel untuk menyimpan sampel air
yang diambil dari titik titik pengambilan sampel. Sampel air yang ada di dalam botol di
kodifikasi lokasi dan jam pengambilan sampelnya. Selanjutnya sampel tersebut di uji di
laboratorium untuk memperoleh data yang diperlukan sebagaimana yang telah disebutkan pada
varibel penelitian di atas. Untuk data tentang kondisi airtananah secara kualitaf adalah panduan
wawancara dan instrumennya adalah peneliti.
I.
Realibilitas Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Realibilitas data penelitian diuji dengan triangulasi data sumber dengan hasil
wawancara dengan informan kunci dan data sekunder dari buku ataupun laporan penelitian yang
berkaitan kecuali data hasil uji laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Depatemen Pertanian,
Jaken, Pati dan Laboratorium Kesehatan UPT Din Kes. Surakarta.
J. Tehnik Analisis Data
1. Karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Daerah Penelitian
Karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) didasarkan pada tipe airtanah. Tipe
airtanah ditentukan berdasarkan pada data : DHL, Na,K, Ca, Mg, Cl,HCO3, CO3,SO4 diplot pada
diagram Piper. Berdasarkan diagram piper tipe airtanahnya bisa ditentukan sehingga bisa
diperkirakan proses dan asal usulnya. Untuk mendukung hasil analisa juga dihitung nilai SAR
dari masing masing sampel airtanah. SAR dihitung berdasarkan dari perbandingan Na, Ca dan
Mg. Rumus SAR sebagai berikut:
Data hasil pengolahan laboratorium dari sampel air diolah dengan diagram piper dan
dihitung nilai SAR dari masing masing sampel, kemudian dipetakan berupa :
-
Peta Agihan DHL
-
Peta Agihan SAR
-
Peta AgihanTDS
-
Peta Agihan tipe Airtanah.
Berdasarkan peta distribusi karakteristik karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia)
dideskripsikan polanya dan kemungkinan penyebab dari pola sebaran tersebut.Analisisnya
didasarkan pada kondisi Geomorfologi dan karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
airtanah dangkal di pesisir kabupaten Rembang, Cl rasio, SAR dan keterangan dari informan
kunci.
2. Intrusi air laut
Untuk mengetahui adanya intrusi maka tiap sampel dianalisi Cl/HCO3 rasionya dan
keterangan dari informan kunci. Analisis Intrusi didasarkan pada analisis distribusi
Cl/CO3+HCO3 Rasio, dan kondisi Geomorfologi daerah penelitian.
3. Manfaat bagi pengembangan materi pembelajaran.
Untuk mengetahui manfaat bagi pengembangan materi pembelajaran maka hasil penelitian
dianalisis kesesuaiannya dengan modul pembelajaran geografi tentang hidrosfera. Suplemen
bahan ajar disusun berdasarkan hasil penelitian dan KD Dinamika Hidrosfera Dan pengaruhnya
Terhadap Kehidupan Manusia di Kelas X SMA. Hasil penelitian dijadikan sebagai bahan untuk
menyusun suplemen tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Wilayah Dan Batas Daerah Penelitian
1. Letak Dan Luas Wilayah
Kabupaten Rembang terletak di sebelah utara bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah dengan
posisi lintang berada pada 111 ̊,00′ – 111 ̊,30′ BT dan 6 ̊,30′ – 7 ̊,00′ LS. Dengan topografi yang
sangat lengkap yaitu daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan, dengan jenis
tanah terdiri atas kandungan Mediterial, Grumosol, Aluvial, Andosol dan Regasol. Memiliki
wilayah dengan luas 1014,08 km2, dan diapit oleh Laut Jawa di sebelah utara dan Pegunungan
Kendeng Utara di sebelah selatan. Daerah penelitian daerah pesisir yang datar dan termasuk
dalam Kecamatan Sluke, Kragan dan Sarang. Merupakan daerah pesisir bagian timur dari
Kabupaten Rembang. Jenis tanahnya adalah tanah alluvial. Ketinggian rata rata antara 0 – 7 m
dpal.
Batas Administrasi,
Sebelah Utara : Laut Jawa,
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur,
Sebelah Barat : Kabupaten Pati,
Sebelah Selatan : Kabupaten Blora.
Kabupaten Rembang terbagi menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang
memiliki luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sale (10.714 ha).
Luas dan ketinggiam wilayah kecamatan di Kabupaten Rembang tersaji pada sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tabel 4.1.Tabel Luas Dan Ketinggian Tanah Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Rembang,Tahun 2012 (Ha)
No.
Kecamatan
01.
Sumber
02.
Bulu
03.
Gunem
04.
Sale
05.
Luas (ha)
Ketinggian(m)
7.673
40
10.240
150
8.020
50
10.714
110
Sarang
9.133
3
06.
Sedan
7964
40
07.
Pamotan
8156
30
08.
Sulang
8454
48
09.
Kaliori
6150
3
10.
Rembang
5881
6
11.
Pancur
4594
30
12.
Kragan
6166
3
13.
Sluke
3159
7
14.
Lasem
4504
5
101.408
Xxxxxxx
Jumlah total
Sumber ; BPS Kabupaten Rembang,2013.
2. Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan fisiografinya, daerah penelitian termasuk dalam Zona Rembang yang
merupakan bagian dari cekungan sedimentasi Jawa Timur bagian Utara (East Java Geosyncline).
Cekungan ini terbentuk pada Oligosen Akhir yang berarah Timur – Barat hampir sejajar dengan
Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949).
Tiga tahap orogenesa telah dikenal berpengaruh terhadap pengendapan seri batuan
Kenozoikum di Indonesia (Van Bemmelen, 1949). Yang pertama terjadi di antara interval Kapur
Akhir – Eosen Tengah, kedua pada Eosen Tengah (Intramiocene Orogeny) dan ketiga terjadi
commit
user Tengah ditandai oleh peristiwa yang
pada Plio-Pleistosen. Orogenesa yang terjadi
padatoMiosen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
penting di dalam distribusi sedimen dan penyebaran flora dan fauna, terutama di daerah
Indonesia bagian Barat dan juga menyebabkan terjadinya fase regresi (susut laut) yang terjadi
dalam waktu singkat di Jawa dan daerah Laut Jawa. Fase orogenesa Miosen Tengah ditandai
juga oleh hiatus di daerah Cepu dan dicirikan oleh perubahan fasies yaitu dari fasies transgresi
menjadi fasies regresi di seluruh Zona Rembang. Selain hal tersebut diatas, fase orogenesa ini
ditandai oleh munculnya beberapa batuan dasar Pra – Tersier di daerah pulau Jawa Utara (Van
Bemmelen, 1949).
Perbedaan yang mencolok perihal karakteristik litologi dari endapan – endapan yang
berada pada Mandala Kendeng, Mandala Rembang, dan Paparan laut Jawa yaitu sedimen.
Mandala Kendeng pada umumnya terisi oleh endapan arus turbidit yang selalu mengandung
batuan piroklastik dengan selingan napal dan batuan karbonat serta merupakan endapan laut
dalam.Umumnya sedimen-sedimen tersebut terlipat kuat dan tersesar sungkup ke arah Utara,
sedangkan Mandala Rembang memperlihatkan batuan dengan kadar pasir yang tinggi, disamping
meningkatnya kadar karbonat serta menghilangnya endapan piroklastik. Perlapisan batuan hasil
duga Geolistrik (lihat Gambar 4.2.) menunjukan perlapisan selang seling antara liat dan pasir.
Sedimen-sedimen Mandala Rembang memberi kesan berupa endapan laut dangkal yang
tidak jauh dari pantai dengan kedalaman dasar laut yang tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh
adanya sesar-sesar bongkah (Block faulting) yang mengakibatkan perubahan-perubahan fasies
serta membentuk daerah tinggian atau rendahan. Mandala Rembang menurut sistim Tektonik
dapat digolongkan ke dalam cekungan belakang busur (retro arc back arc) yang terisi oleh
sedimen-sedimen berumur Kenozoikum yang tebal dan menerus mulai dari Eosen hingga
Pleistosen. Endapan berumur Eosen dapat diketahui dari data sumur bor (Pringgoprawiro, 1983).
Litostratigrafi Tersier di Cekungan Jawa Timur bagian Utara banyak diteliti oleh para
pakar geologi diantaranya adalah Trooster (1937), Van Bemmelen (1949), Marks (1957),
commit to user
Koesoemadinata (1969), Kenyon (1977), dan Musliki (1989) serta telah banyak mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
perkembangan dalam susunan stratigrafinya. Satuan formasi batuan tua ke muda. Formasi
Tawun mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tuban, dengan batas muda (lihat Gambar
4.1.) adalah sebagai berikut :
a. Formasi Tawun
Formasi Tawun yang dicirikan oleh batuan lunak (batuliat dan napal). Bagian bawah
dari Formasi Tawun, terdiri dari batu liat, batu gamping pasiran, batupasir dan lignit, sedangkan
pada bagian atasnya (Anggota formasi Ngrayong) terdiri dari batupasir yang kaya akan moluska,
lignit dan makin ke atas dijumpai pasir kuarsa. Penamaan Formasi Tawun diambil dari desa
Tawun, yang dipakai pertama kali oleh Brouwer (1957).
Formasi Tawun memiliki penyebaran luas di Mandala Rembang Barat, dari lokasi tipe
hingga ke Timur sampai Tuban dan Rengel, sedangkan ke Barat satuan batuan masih dapat
ditemukan di Selatan Pati. Lingkungan pengendapan Formasi Tawun adalah paparan dangkal
yang terlindung, tidak terlalu jauh dari pantai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
sumber : Data Geohidrologi daerah Rembang
Gambar 4.2. Penampang Geologi Daerah Sarang- Kragan Hasil Pendugaan Geolistrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
kedalaman 0 – 50 meter di daerah tropis. Formasi Tawun merupakan reservoir minyak utama
pada Zona Rembang. Berdasarkan kandungan fosil yang ada, Formasi Tawun diperkirakan
berumur Miosen Awal bagian Atas sampai Miosen Tengah.
b. Formasi Ngrayong
Formasi Ngrayong mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tawun. Formasi
Ngrayong disusun oleh batupasir kwarsa dengan perselingan batu liat, lanau, lignit, dan batu
gamping bioklastik. Pada batu pasir kwarsanya kadang-kadang mengandung cangkang moluska
laut. Lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong di daerah dangkal dekat pantai yang makin ke
atas lingkungannya menjadi littoral, lagoon, hingga sublitoral pinggir. Berdasarkan kandungan
fosil yang ada, Formasi Ngrayong diperkirakan berumur Miosen Tengah.
c. Formasi Bulu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Formasi Bulu secara selaras berada di atas Formasi Ngrayong. Formasi Bulu semula
dikenal dengan nama ‘Platen Complex’ dengan posisi stratigrafi terletak selaras di atas Formasi
Tawun dan Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara batu
gamping dengan kalkarenit, kadang – kadang dijumpai adanya sisipan batu liat. Pada
batugamping pasiran berlapis tipis kadang-kadang memperlihatkan struktur silang siur skala
besar dan memperlihatkan adanya sisipan napal. Pada batugamping pasiran memperlihatkan
kandungan mineral kwarsa mencapai 30 %, foraminifera besar, ganggang, bryozoa dan echinoid.
Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal antara 50 – 100 meter. Tebal dari formasi
ini mencapai 248 meter. Formasi Bulu diperkirakan berumur Miosen Tengah bagian atas.
d. Formasi Wonocolo
Lokasi tipe Formasi Wonocolo tidak dinyatakan oleh Trooster(1937) kemungkinan
berasal dari desa Wonocolo, 20 km Timur Laut Cepu. Formasi Wonocolo terletak selaras di atas
Formasi Bulu, terdiri dari napal pasiran dengan sisipan kalkarenit dan kadang-kadang batuliat.
Pada napal pasiran sering memperlihatkan struktur parallel laminasi. Formasi Wonocolo
diendapkan pada kondisi laut terbuka dengan kedalaman antara 100 – 500 meter. Tebal dari
formasi ini antara 89 meter sampai 339 meter. Formasi Wonocolo diperkirakan berumur Miosen
Akhir bagian bawah sampai Miosen Akhir bagian tengah.
Pada masa sekarang (Neogen – Resen), pola tektonik yang berkembang di Pulau Jawa dan
sekitarnya, khususnya Cekungan Jawa Timur bagian Utara merupakan zona penunjaman
(convergent zone), antara lempeng Eurasia dengan lempeng Hindia – Australia (Katili dan
Reinemund, 1984).
Evolusi tektonik di Jawa Timur bisa diikuti mulai dari Jaman Akhir Kapur (85 – 65 juta tahun
yang lalu) sampai sekarang (Pulonggono, 1990). Secara ringkasnya, pada cekungan Jawa Timur
commit to user
mengalami dua periode waktu yang menyebabkan arah relatif jalur magmatik atau pola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
tektoniknya berubah, yaitu pada jaman Paleogen (Eosen – Oligosen), yang berorientasi Timur
Laut – Barat Daya (searah dengan pola Meratus). Pola ini menyebabkan Cekungan Jawa Timur
bagian Utara, yang merupakan cekungan belakang busur, mengalami rejim tektonik regangan
yang diindikasikan oleh litologi batuan dasar berumur Pra – Tersier menunjukkan pola akresi
berarah Timur Laut – Barat Daya, yang ditunjukkan oleh orientasi sesar – sesar di batuan dasar,
horst atau sesar – sesar anjak dan graben atau sesar tangga. Dan pada jaman Neogen (Miosen –
Pliosen) berubah menjadi relatif Timur – Barat (searah dengan memanjangnya Pulau Jawa), yang
merupakan rejim tektonik kompresi, sehingga menghasilkan struktur geologi lipatan, sesar –
sesar anjak dan menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara terangkat (Orogonesa Plio –
Pleistosen) (Pulonggono, 1994).
Khusus di Cekungan Jawa Timur bagian Utara, data yang mendukung kedua pola
tektonik bisa dilihat dari data seismik dan dari data struktur yang tersingkap. Menurut Van
Bemmelen (1949), Cekungan Jawa Timur bagian Utara (North East Java Basin) yaitu Zona
Kendeng, Zona Rembang – Madura, Zona Paparan Laut Jawa (Stabel Platform) dan Zona
Depresi Randublatung.
Keadaan struktur perlipatan pada Cekungan Jawa Timur bagian Utara pada umumnya
berarah Barat – Timur, sedangkan struktur patahannya umumnya berarah Timur Laut – Barat
Daya dan ada beberapa sesar naik berarah Timur – Barat. Zona pegunungan Rembang – Madura
(Northern Java Hinge Belt) dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian Utara (Northern
Rembang Anticlinorium) dan bagian Selatan (Middle Rembang Anticlinorium). Bagian Utara
pernah mengalami pengangkatan yang lebih kuat dibandingkan dengan di bagian selatan
sehingga terjadi erosi sampai Formasi Tawun, bahkan kadang – kadang sampai Kujung Bawah.
Sepanjang jalur Zona Rembang membentuk struktur perlipatan yang dapat dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
i. Bagian Timur, dimana arah umum poros antiklin membujur dari Barat Laut – Timur
Tenggara.
ii. Bagian Barat, yang masing – masing porosnya mempunyai arah Barat – timur dan secara
umum antiklin-antiklin tersebut menunjam baik ke arah barat ataupun ke arah timur.
3 .Geomorfologi
Zona Rembang meliputi pantai utara Jawa yang dimulai dari Kaliori Rembang
membentang melalui Tuban ke arah timur melalui Lamongan, Gresik, dan hampir keseluruhan
Pulau Madura. Daerah ini merupakan daerah dataran yang berundulasi dengan deretan
perbukitan yang berarah barat-timur dan berselingan dengan dataran aluvial. Lebar rata-rata zona
ini adalah 50 km dengan puncak tertinggi 515 m (Gading) dan 491m (Tungangan).
Litologi karbonat mendominasi zona ini, namun ada juga yang berbatuan breksi yaitu
yang ada di daerah Lasem, batuan tersebut berasal dari G. Lasem yang saat ini tidak aktif.
Aksesibilitas cukup mudah dan karakter tanah keras.
Jalur Zone Rembang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium yang
memanjang ke arah Barat – Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai
Pulau Madura. Morfologi di daerah ini dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu:
o Satuan Morfologi dataran rendah,
o perbukitan bergelombang dan
o Satuan Morfologi perbukitan terjal,
Dengan punggung perbukitan tersebut umumnya memanjang berarah Barat – Timur,
sehingga pola aliran sungai umumnya hampir sejajar (sub-parallel) dan sebagian berpola
mencabang (dendritic).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Pada sisi utara dari antiklinorium Rembang adalah tempat daerah penelitian berada,
yang merupakan dataran rendah.Aliran airtanah yang ada di daerah penelitian mengalir dari arah
barat daya ke arah timur laut yaitu ke arah pantai.
4. Curah Hujan
Curah hujan di daerah penelitian berdasarkan stasiun pengukuran hujan Kragan dari
tahun 2005 hingga 2011 sebesar 1191 mm/th sbb:
Tabel 4.2. Data Curah Hujan Stasiun Kragan (dalam mm)
Sumber: BMKG Provinsi Jawa Tengah, 2013
Th
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
Rata
rata
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
72
155
342
235
131
55
234
91
147
157
161.9
67
151
158
92
356
199
160
148
209
200
174
173
164
190
86
119
183
240
98
217
197
166.7
65
117
128
132
123
17
165
91
97
101
103.6
149
67
102
108
79
56
96
91
62
87
89.7
13
32
182
112
41
27
0
111
57
59
63.4
Jul
20
4
150
0
0
57
0
15
18
17
28.1
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
0
14
0
7
117
95
48
0
0
15
30
0
25
0
26
0
21
16
19
10
28.6 15.7
83
15
127
48
137
13
0
99
37
54
61.3
128 150
173 198
101 267
36
70
217 106
61 281
106 134
194 210
67
41
65 109
114.8 156.6
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson yang mengkasifikasikan iklim
berdasarkan ukuran bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Dan kriteria yang digunakan
untuk menentukan bulan basah, bulan lembab dan kering adalah sebagai berikut :
Bulan Basah (BB) : jumlah curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.
Bulan Lembab (BL) : jumlah curah hujan antara 60-100 mm/bulan.
Bulan Kering (BK) : jumlah curah hujan kurang dari 60 mm/bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Schmidt dan Ferguson menentukan BB, BL dan BK tahun demi tahun selama pengamatan, yang
kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan tipe
iklimnya dengan mempergunakan nilai Q yaitu:
Q : Banyak Bulan Kering x 100%
Banyak Bulan Basah
BB : 6 bulan
BK : 3 bulan
Sumber : Sukardi Wisnubroto, 1982
Gambar 4.5. Grafik tipe iklim Schmidt Ferguson
Berdasarkan besarnya nilai Q, maka tipe iklim Schmidt Ferguson digolongkan ke dalam tipe
berikut :
Tabel 4.3.Tabel tipe iklim Schmidt Ferguson
Sumber : Sukardi Wisnubroto, 1982
Berdasarkan kriteria tersebut diatas makacommit
di daerah
penelitian, rata rata bulan basah 6 bulan
to user
yaitu pada bulan Nopember, Desember, Januari, Februari dan Maret dan April. Bulan lembab 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
bulan yaitu Mei, Juni dan Agustus dan 3 bulan sisanya adalah bulan kering yaitu bulan Juli,
Agustus dan September. Maka besarnya nilai Q daerah penelitian adalah 6/3 x 100% = 50 % dan
termasuk iklim C yang berkarakteristik agak basah.
5. Neraca Air Di Kragan – Sarang
a. Ketersediaan Air Meteorologis
Metode Rerata timbang digunakan untuk menghitung ketersediaan air berdasarkan curah
hujan yang terdapat pada tiap-tiap wilayah. Persamaan rumusnya sebagai berikut:
V=(P1x A1 ) (P2x A2 ) (P3x A3 )
dimana V adalah Volume (ketersediaan air dalam liter/ dm3), P1,P2,P3 adalah Curah hujan (mm) dan
A1,A2,A3 adalah luas wilayah
(Km2). Berdasarkan data dari Stasiun Pengukur hujan Kragan
dperoleh rerata tahunan sebesar 1236 mm/th. Luas daerah penelitian Kecamatan Kragan 6166 km 2 ,
luas Kecamatan Sarang 9133 km2 ,maka luas darah penelitian adalah 15299 km2. Jadi potensi
ketersediaan air hujan sebagai sumber air permukaan maupun airtanah sebesar :
V = 1236 mm/th x 15299 ha
=189095640m3/th
b. Kebutuhan air domestik
Kebutuhan air domestik dalam penelitian ini menggunakan asumsi, dimana setiap orang
menggunakan kebutuhan sebesar 100 liter/orang/hari. Persamaan rumus yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan air domestik sebagai berikut (Martopo, 1984):
Kd = n∑ pd
dimana Kd adalah Kebutuhan air
domestik (ltr), n jumlah hari dalam sebulan , d asumsi kebutuhan air (100 liter), ΣPd jumlah
penduduk per desa/wilayah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Jumlah penduduk Kecamatan Kragan 58.838 jiwa dan jumlah penduduk kecamatan
Sarang 60.660 jiwa, jadi jumlah penduduk daerah penelitian sebesar 119.498 jiwa. Berdasarkan
rumus diatas kebutuh air untuk kebutuhan sehari-hari ( domestic use) sebesar :
Kd = 365 x 119.498 x 100 liter
= 43616777 m3/th
c. Neraca Air Meteorik dengan kebutuhan air domestik
Air hujan adalah sumber imbuhan airtanah, limpasan, Evapotranspirasi, kebutuhan
rumah tangga sehari-hari ( domestic use ) serta kebutuhan lainnya seperti industri dan
pertambangan. Tanpa mengabaikan kepentingan lain potensi air hujan di daerah penelitian untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari ( domestic use ) masih lebih sangat besar yaitu ;
189095640m3/th - 43616777 m3/th = 14648883 m3/th
Surplus cadangan air untuk menjadi simpanan akan dikurangi untuk limpasan ( yang terbuang
langsung tanpa sempat di manfaatkan), Evapotranspirasi, dan kebutuhan lain yang diambil dari
air permukaan maupun airtanah. Bila Evapotranspirasi (Ep ) diasumsikan 100 mm/ bulan,
maka sisa hujan yang menjadi cadangan adalah :
341 mm/th x 15299ha = 52.169.590 m3/th.
6. Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Kabupaten Rembang yang diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang
Propinsi Jawa Tengah, di daerah penelitian terdapat 3 jenis tanah yaitu tanah Regosol yang
berada di sepanjang pantai antara Kragan hingga Sarang, tanah Aluvial terdapat dibelakang
pantai yaitu di cekungan belakang pantai ( bekas back swam ) dan jenis tanah Grumusol dengan
tekstur liat dan terdapat pada bagian selatan darah penelitian di lereng kaki. Tanah grumusol ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
berbatuan induk kapur dari formasi kendeng utara yang mungkin mengandung Dolomit ( Ca(Mg)
HCO3. ). Peta persebaran tanah daerah penelitian seperti pada gambar 4.6.
7. Jumlah Penduduk
Penduduk Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang dari tahun
2007 – 2011 per kecamatan seperti pada Tabel 4.4. Kepadatan penduduknya 10/ha atau
1000/km2. Dan persebarannya tidak merata yang paling padat antara Kragan hingga Sarang yang
merupakan daerah pesisir.
Secara umum penduduk tinggal mengumpul sepanjang Jalan
Daendels yang melintasi sepanjang pantai, yaitu daerah yang tanahnya cukup menyediakan
sumber airtanah dan fasilitas lainnya sepert tranportasi, pasar dan lainnya.
Tabel : 4.4. Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2007 s/d 2011
No.
Kecamatan
2007
2008
2009
2010
2011
01
02
03
04
05
06
07
1.
2.
Sarang
Kragan
58.403
57.070
58.618
57.359
58.866
57.677
60.108
58.274
60.661
58.838
commit to user
Gambar 4.6. peta Jenis tanah Di Daerah Penelitian
Sumber :
BPS
Rembang
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Karakteristik Kimia Airtanah
1. Karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Daerah Penelitian
a. Sebaran DHL
Dari hasil uji laboratorium dari sampel yang dikumpulkan dari daerah penelitian
diperoleh data seperti pada tabel 4.5. Tabel Daya Hantar Listrik Daerah Penelitian Dan distribusi
keruangan DHL di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.7. Peta Distribusi DHL.
Tabel 4.5. Tabel Daya Hantar Listrik Daerah Penelitian
Nomer
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lokasi Sampel
DHL (µ𝒎𝒉𝒐𝒔/cm)
Sumur Tawang Kragan
Pandangan Kulon Kragan
Balong Mulyo
Tegal Mulyo.
Gondan Rojo Kalipang
Temperak Sarang (Masjid)
Temperak Tengah Sarang
Bajing Jowo Sarang
Tulung Sarang
Kalipang Gd. Rojo Tengah
Kragan SMP
Kragan Puskesmas
Sumur Pule
Sumur Pule Tengah
Sumur Tawang tengah
Sumur Tawang Selatan
594
3310
942
803
2530
1171
3500
717
1093
593
4260
1744
472
603
616
1147
Keterangan
Tawar
Payau
Tawar
Tawar
Payau
Tawar
Payau
Tawar
Tawar
Tawar
Payau
Payau
Tawar
Tawar
Tawar
Tawar
Sumber : Data Primer
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk meneruskan arus listrik. DHL termasuk
karakteristik fisika air. DHL daerah penelitian ternyata tidak berkaitan dengan jarak dari laut.
Sampel nomer 2 berada didekat pantai termasuk payau, sampel nomer 5, 7, 12 berada di tengah
daerah penelitian sementara sampel nomer 12 terletak di lereng kaki bagian selatan bersifat
payau.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
4.7.Peta dhl
b. Sebaran SAR
SAR adalah perbadingan antara anion Na dengan anion Ca+Mg dalam air dalam satuan
miliequivalent/l. SAR termasuk karakteristik kimia. Dari hasil uji laboratorium dari sampel yang
dikumpulkan dari daerah penelitian diperoleh data sebagai berikut ( lihat Tabel 4.6. Tabel SAR
Daerah Penelitian ).
Berdasarkan data diatas maka SAR di daerah penelitian termasuk rendah karena di
bawah 10( Rasio ≤ 10 termasuk S1). Namun bila dikaitkan dengan salinitasnya beberapa sampel
termasuk medium hingga sangat tinggi yaitu C2 – C4 ( lihat gambar 4.8 ). Yang termasuk S1 C2 adalah sampel nomer 1,8,10,13,14,15 yang termasuk S1- C3 sampel nomer 3,4,6,9,12 dan
yang termasuk S1- C4 sampel nomer 2,5,7,11,16. Beberapa sampel termasuk medium hingga
sangat tinggi yaitu C2 – C4 ( lihat gambar 4.8 ). Yang termasuk S1 - C2 adalah sampel nomer
1,8,10,13,14,15 yang termasuk S1 - C3 sampel nomer 3,4,6,9,12 dan yang termasuk S1- C4
commit to user
sampel nomer 2,5,7,11,16.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Sumber : Data Primer
Gambar 4.8. Pengelompokan air berdasarkan nilai SAR dan Salinitas
Tabel 4.6. Tabel SAR Daerah Penelitian
Na
Ca
1.
102,80
67,56
27,10
7,3
2.
391,63
269,75
115,42
3.
134,40
339,44
4.
136,41
5.
No.
Sampel
Mg
pH
DHL
SAR
Kelas
594
2,669063
S1-C2
7,2
3310
5.022514
S1-C4
31,02
7,4
942
1.870208
S1-C3
215,77
40,22
7,5
803
2.233791
S1-C3
326,49
159,82
122,11
7,5
2530
4.726332
S1-C4
6.
221,84
189,27
45,27
7,4
1171
3.755900
S1-C3
7.
490,25
192,21
75,83
7,4
3500
7.571248
S1-C4
8.
115,43
258,96
36,88
7,5
717
1.775299
S1-C2
9.
159,59
319,81
74,87
7,0
1093
2.084875
S1-C3
10.
122,46
170,62
22,16
7,4
593
2.339964
S1-C2
11.
489,69
972,51
136,09
7,0
4260
3.892801
S1-C4
12.
249,73
503,35
67,04
7,7
1744
2.772001
S1-C3
13.
109,46
190,25
25,22
7,7
472
1.977125
S1-C2
14.
154,69
275,64
27,10
7,9
603
2.376952
S1-C2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
15.
212,23
268,77
28,18
7,7
616
3.287347
S1-C2
16.
269,96
200,07
74,71
7,4
1147
4.130162
S1-C4
Sumber : Data Primer
c .Sebaran TDS
Total Dissolved solids atau disebut TDS adalah “benda padat yang terlarut” yaitu
semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang
terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut
merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air ditambah unsur atau molekul atau garam
non ion seperti silica. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio
berat ion terhadap air. TDS Dimasukan dalam karakteristik fisika air meskipun masih terkait
dengan karakteristik kimia.
Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari bahan organik seperti daun,
lumpur, plankton, serta limbah industri dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah
rumah tangga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber anorganik berasal dari batuan
dan udara yang mengandung kasium bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan mineral lain.
Semua benda ini berbentuk garam, yang merupakan perpaduan antara logam dan non
logam. Garam-garam ini biasanya terlarut di dalam air dalam bentuk ion, yang merupakan
partikel yang memiliki kandungan positif dan negatif. Air juga mengangkut logam seperti timah
dan tembaga saat perjalanannya di dalam pipa distribusi air minum. Dari hasil uji laboratorium
dari sampel yang dikumpulkan dari daerah penelitian diperoleh data sebagai berikut ( lihat Tabel
4.7. Tabel TDS Daerah Penelitian )
Hasil penelitian menunjukan bahwa TDS di daerah penelitian rendah hingga sedang,
artinya pada daerah penelitian proses yang terjadi pada airtanah dangkalnya adalah proses
pencucian ( flushing). Dengan anggapan bahwa daerah tersebut pada saat pembentukannya
commit to user
berada pada lingkungan laut yang airnya asin, sehingga pada saat terjadi sedimentasi, air laut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
yang ada terjebak pada pori pori lapisan batuan sedimen yang menutup daerah tersebut. Pada
saat ini airtanah yang ada di daerah penelitian TDS-nya rendah hingga sedang artinya terjadi
pengenceran. Proses pengenceran ini terjadi karena adanya air hujan yang masuk ke airtanah dan
dimaknai sebagai pencucian ( flushing).
Tabel 4.7. Tabel TDS Daerah Penelitian
No.Sampel
Lokasi Sampel
TDS(ppm)
Keterangan
1.
Sumur Tawang Kragan
408
Diperbolehkan Untuk Air minum
2.
Pandangan Kulon Kragan
197
Diperbolehkan Untuk Air minum
3.
Balong Mulyo
649
Diperbolehkan Untuk Air minum
4.
Tegal Mulyo.
520
Diperbolehkan Untuk Air minum
5.
Gondan Rojo Kalipang
122
Diperbolehkan Untuk Air minum
6.
TemperakSarang (Masjid)
705
Diperbolehkan Untuk Air minum
7.
Temperak Tengah Sarang
248
Diperbolehkan Untuk Air minum
8.
Bajing Jowo Sarang
505
Diperbolehkan Untuk Air minum
9.
Tulung Sarang
705
Diperbolehkan Untuk Air minum
10.
KalipangGd. Rojo Tengah
408
Diperbolehkan Untuk Air minum
11.
Kragan SMP
719
Diperbolehkan Untuk Air minum
12.
Kragan Puskesmas
248
Diperbolehkan Untuk Air minum
13.
Sumur Pule
112
Diperbolehkan Untuk Air minum
14.
Sumur Pule Tengah
268
Diperbolehkan Untuk Air minum
15.
Sumur Tawang tengah
408
Diperbolehkan Untuk Air minum
16.
Sumur Tawang Selatan
408
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumber : Data Primer
d..Na ( Sodium )
Na+ ( Natrium ) juga di sebut Sodium adalah unsur kimia yang bila terlarut dalam air
akan terionisasi. Pada air laut unsur ini merupakan unsur yang paling dominan. Sodium ( Na )
mempunyai valensi 1 dan termasuk golongan Alkali. Na dan Cl berikatan dan akan membentuk
commit to user
Garam yang lazim disebut sebagai garam dapur. Sodium melimpah dalam batuan sedimen dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
dalam mineral-mineral yang resisten sebagai semen. Air yang terjebak dalam sedimen dan
tersimpan dalam waktu yang lama akan mempunyai konsentrasi Na+ yang tinggi.
Tabel 4.8 Tabel Kandungan Na Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
No.
Sampel
Lokasi
Na(ppm)
Keterangan
1.
Sumur Tawang Kragan
102,80
Diperbolehkan Untuk Air minum
2.
Pandangan Kulon Kragan
391,63
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
3.
Balong Mulyo
134,40
Diperbolehkan Untuk Air minum
4.
Tegal Mulyo.
136,41
Diperbolehkan Untuk Air minum
5.
Gondan Rojo Kalipang
326,49
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
6.
Temperak Sarang (Masjid)
221,84
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
7.
Temperak Tengah Sarang
490,25
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
8.
Bajing Jowo Sarang
115,43
Diperbolehkan Untuk Air minum
9.
Tulung Sarang
159,59
Diperbolehkan Untuk Air minum
10.
Kalipang Gd. Rojo Tengah
122,46
Diperbolehkan Untuk Air minum
11.
Kragan SMP
489,69
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
12.
Kragan Puskesmas
249,73
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
13.
Sumur Pule
109,46
Diperbolehkan Untuk Air minum
14.
Sumur Pule Tengah
154,69
Diperbolehkan Untuk Air minum
15.
Sumur Tawang tengah
212,23
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
16.
Sumur Tawang Selatan
269,96
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumber ; Data Primer
Berdasarkan baku mutu kualitas air minum Na ( Sodium ) yang diperbolehkan 200 mg/l
(ppm)( Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ). Berdasarkan hasil penelitian 8 titik sampel
menunjukan kandungan Na ( Sodium ) –nya melebihi baku mutu kualitas air minum yang
ditentukan. Sampel airtanah tersebut yang melebihi adalah sampel nomer 2,5, 6,7,11,12,15 dan
16, sampel airtanah yang di bawah baku mutu adalah nomer 1,3,4,8,9,10,13 dan 14. Hasil analisa
Na dari sampel airtanah daerah penelitiancommit
sepertitopada
user tabel 4.8. Tabel Kandungan Na Pada
Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
e. .Potassium (K+)
Potassium merupakan kation yang tidak dominan ditemukan dalam airtanah. Terdapat dalam
feldspar ortoklas dan mikroklin (KAlSI3O8), mika, feldspathoid leucite (KAlSi2O6). Dalam
batuan sedimen Potassium umumnya hadir sebagai feldspar, mika atau illit atau mineral liat
lainnya. Berdasarkan baku mutu kualitas air minum K ( Kalium ) tidak disaratkan( lihat :
Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ).. Hasil analisa K dari sampel airtanah daerah
penelitian seperti pada tabel 4.9 Tabel Kandungan K Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian.
Tabel 4.9 Tabel Kandungan K Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
No.
Sampel
1.
Lokasi
K(ppm)
Sumur Tawang Kragan
11,76
2.
Pandangan Kulon Kragan
92,68
3.
Balong Mulyo
30,07
4.
Tegal Mulyo.
56,38
5.
Gondan Rojo Kalipang
63,90
6.
Temperak Sarang (Masjid)
27,22
7.
Temperak Tengah Sarang
17,97
8.
Bajing Jowo Sarang
11,54
9.
Tulung Sarang
15,02
10.
Kalipang Gd. Rojo Tengah
11.
Kragan SMP
37,36
12.
Kragan Puskesmas
28,55
13.
Sumur Pule
10,21
14.
Sumur Pule Tengah
25,12
15.
Sumur Tawang tengah
15,30
16.
Sumur Tawang Selatan
27,84
8,73
Sumber ; Data Primer
f. Kalsium (Ca2+)
Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis pengaruh
litologi terhadap komposisi kimia airtanah.
Kalsium
adalah salah satu unsur penting dalam
commit
to user
mineral-mineral batuan beku yakni dalam rantai silika, piroksen, amfibol dan feldspar. Kalsium
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
berada dalam air karena kontak air dengan batuan beku dan batuan metamorf umumnya
mempunyai konsentrasi yang rendah karena laju dekomposisinya lambat. Kebanyakan kalsium
terdapat dalam batuan sedimen karbonat. Kalsium hadir dalam gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit
(CaSO4), dan fluorit (CaF2), dalam batupasir sebagai semen.
Berdasarkan baku mutu kualitas air minum Ca ( Calsium ) tidak disaratkan( lihat :
Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ). Namun Ca bersama sama CO3 dan HCO3 sebagai
penentu kesadahan disaratkan dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar
500mg/l.
Hasil analisa Ca dari sampel airtanah daerah penelitian seperti pada tabel 4.10.
berikut :
Tabel 4.10. Tabel Kandungan Ca Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
No. Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lokasi
Sumur Tawang Kragan
Pandangan Kulon Kragan
Balong Mulyo
Tegal Mulyo.
Gondan Rojo Kalipang
Temperak Sarang (Masjid)
Temperak Tengah Sarang
Bajing Jowo Sarang
Tulung Sarang
Kalipang Gd. Rojo Tengah
Kragan SMP
Kragan Puskesmas
Sumur Pule
Sumur Pule Tengah
Sumur Tawang tengah
Sumur Tawang Selatan
Ca(ppm)
67,56
269,75
339,44
215,77
159,82
189,27
192,21
258,96
319,81
170,62
972,51
503,35
190,25
275,64
268,77
200,07
Sumber ; Data Primer
g. Magnesium (Mg2+)
Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh
pelarutan litologi dalam air. Magnesium pada batuan beku berasal dari mineral-mineral
feromagnesium berwarna gelap,yakni olivine, piroksen, amfibol. Dalam batuan alterasi terdapat
dalam klorit, montmorilonit dan serpentin serta hydroxide brucite. Berdasarkan baku mutu
commit to user
kualitas
air
minum
Mg
tidak
dipersyaratkan(
lihat
:
Permenkes
RI
No.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
492/Menkes/Per/IV/2010 ). Berdasarkan hasil analisa Mg dari sampel airtanah daerah penelitian
seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Tabel Kandungan Mg Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
No.
Sampel
Mg2+(ppm)
Lokasi
Sumur Tawang Kragan
Pandangan Kulon Kragan
Balong Mulyo
Tegal Mulyo.
Gondan Rojo Kalipang
Temperak Sarang (Masjid)
Temperak Tengah Sarang
Bajing Jowo Sarang
Tulung Sarang
Kalipang Gd. Rojo Tengah
Kragan SMP
Kragan Puskesmas
Sumur Pule
Sumur Pule Tengah
Sumur Tawang tengah
Sumur Tawang Selatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
27,10
115,42
31,02
40,22
122,11
45,27
75,83
36,88
74,87
22,16
136,09
67,04
25,22
27,10
28,18
74,71
Sumber ; Data Primer
h.. Klorida (Cl-)
Klorida ( Cl ) digunakan untuk mengetahui berapa besar kadar Sodium klorida (NaCl)
yang terlarut dalam air. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan.
Berdasarkan baku mutu kualitas air minum Cl ( Klorida ) yang diperbolehkan 250 mg/l
(ppm)( Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ).
Tabel 4.12. Tabel Kandungan Cl Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lokasi
Cl(ppm)
Keterangan
Sumur Tawang Kragan
38,41
Diperbolehkan Untuk Air minum
Pandangan Kulon Kragan
1161,50
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
Balong Mulyo
148,29
Diperbolehkan Untuk Air minum
Tegal Mulyo.
100,05
Diperbolehkan Untuk Air minum
Gondan Rojo Kalipang
616,40
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
Temperak Sarang (Masjid)
168,84
Diperbolehkan Untuk Air minum
commit to user
Temperak Tengah Sarang
1045,20
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Bajing Jowo Sarang
60,75
Diperbolehkan Untuk Air minum
Tulung Sarang
71,47
Diperbolehkan Untuk Air minum
Kalipang Gd. Rojo Tengah
60,75
Diperbolehkan Untuk Air minum
Kragan SMP
884,41
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
Kragan Puskesmas
261,75
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumur Pule
62,55
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumur Pule Tengah
105,41
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumur Tawang tengah
28,54
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumur Tawang Selatan
191,17
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumber ; Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian 5 titik sampel menunjukan kandungan Cl ( Klorida ) nya melebihi baku mutu
kualitas air minum yang ditentukan. Sampel airtanah yang melebihi tersebut adalah sampel nomer 2,5,
7,11dan12 sampel airtanah yang di bawah adalah nomer 1,3,4,6,8,9,10,13,14,15 dan 16. Hasil analisa Na
dari sampel airtanah daerah penelitian seperti pada tabel 4.12. Tabel Kandungan Cl Pada Sampel Airtanah
Di Daerah Penelitian.
i.. Bikarbonat + karbonat (HCO3- + CO3=)
Tingkat kebasaan suatu sampel airtanah dinyatakan dalam nilai yang disebut alkalinitas.
Dengan kata lain alkalinitas dapat diartikan sebagai berapa besar asam yang digunakan untuk menetralkan
airtanah. Tingginya alkalinitas daalam air disebabkan oleh ionisasi asam karbonat, terutama pada air
yang banyak mengandung
karbondioksida
(kadar CO2 mengalami saturasi/jenuh). Karbondioksida
dalam air bereaksi dengan basa yang terdapat pada batuan dan tanah. CO2 akan mengikat H2O
Bikarbonat dan Karbonat. Bikarbonat dan Karbonat sebagai anion akan membentuk kestabilan bila
berikatan dengan Ca ( Kalsium ) sebagai kation.
Berdasarkan baku mutu kualitas air minum HCO3
dan CO3 secara sendiri sediri tidak
dipersyaratkan dalam baku mutu air minum namun bersama dengan Ca sebagai penentu kesadahan
yang diperbolehkan 500 mg/l (ppm)( Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ).
Hasil analisa HCO3 dan CO3 dari sampel airtanah daerah penelitian seperti pada tabel 4.13.
Tabel Kandungan HCO3 dan CO3 Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Tabel 4.13. Tabel Kandungan HCO3dan CO3 Pada Sampel Airtanah Di Daerah
No. Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lokasi
Penelitian
HCO3+
CO3(ppm)
687,90
876,50
1207,50
854,02
548,26
876,05
978,05
1205,00
1347,50
675,07
1408,20
1086,05
598,02
1389,00
887,55
974,26
Sumur Tawang Kragan
Pandangan Kulon Kragan
Balong Mulyo
Tegal Mulyo.
Gondan Rojo Kalipang
Temperak Sarang (Masjid)
Temperak Tengah Sarang
Bajing Jowo Sarang
Tulung Sarang
Kalipang Gd. Rojo Tengah
Kragan SMP
Kragan Puskesmas
Sumur Pule
Sumur Pule Tengah
Sumur Tawang tengah
Sumur Tawang Selatan
Sumber : Data primer
j. Sulfat (SO42-)
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan
untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap komposisi kimia airtanah.
Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan mineral anhidrit (CaSO4) yang akan
mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan SO42-.
Berdasarkan baku mutu kualitas air minum SO4 yang diperbolehkan 250 mg/l
(ppm)( Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 ). Berdasarkan hasil penelitian semua sampel
air nilainya dibawah baku mutu air minum kecuali nomor 11, 12. Hasil analisa SO42- dari sampel
airtanah seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Tabel Kandungan SO4 Pada Sampel Airtanah Di Daerah Penelitian
Keterangan
No.
Lokasi
SO4(ppm)
1.
Sumur Tawang Kragan
22,056
Diperbolehkan Untuk Air minum
2.
Pandangan Kulon Kragan
78,263
Diperbolehkan Untuk Air minum
3.
Balong Mulyo
84,005
Diperbolehkan Untuk Air minum
4.
Tegal Mulyo.
46,658
Diperbolehkan Untuk Air minum
5.
Gondan Rojo Kalipang
216,768
Diperbolehkan Untuk Air minum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
6.
Temperak Sarang (Masjid)
102,249
Diperbolehkan Untuk Air minum
7.
Temperak Tengah Sarang
229,107
Diperbolehkan Untuk Air minum
8.
Bajing Jowo Sarang
163,411
Diperbolehkan Untuk Air minum
9.
Tulung Sarang
214,411
Diperbolehkan Untuk Air minum
10.
Kalipang Gd. Rojo Tengah
9,802
Diperbolehkan Untuk Air minum
11.
Kragan SMP
305,320
TidakDiperbolehkan Untuk Air minum
12.
Kragan Puskesmas
250,560
Tidak Diperbolehkan Untuk Air minum
13.
Sumur Pule
15,528
Diperbolehkan Untuk Air minum
14.
Sumur Pule Tengah
53,509
Diperbolehkan Untuk Air minum
15.
Sumur Tawang tengah
90,129
Diperbolehkan Untuk Air minum
16.
Sumur Tawang Selatan
147,895
Diperbolehkan Untuk Air minum
Sumber : Data Primer
k . Sebaran Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia)
Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) adalah adalah Tipe yang menunjukan Kation dan
Anion major yang mendominasi didalam air di antara unsur unsur lain yang terkandung di
dalamnya. Dari hasil uji laboratorium diperoleh data Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia)
seperti pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Tabel Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Daerah Penelitian
No
Na
(ppm )
K
(ppm )
Ca
(ppm )
11,76
92,68
30,07
56,38
63,90
27,22
17,97
11,54
15,02
8,73
37,36
28,55
10,21
25,12
15,30
27,84
67,56
269,75
339,44
215,77
159,82
189,27
192,21
258,96
319,81
170,62
972,51
503,35
190,25
275,64
268,77
200,07
Mg
(ppm )
Cl
(ppm )
HCO3
+CO3
SO4
DHL
(ppm) (µmhos)
Tipe Kimia
airtanah
( Hidrogeokimia)
(ppm)
1. 102,80
2. 391,63
3. 134,40
4. 136,41
5. 326,49
6. 221,84
7. 490,25
8. 115,43
9. 159,59
10. 122,46
11. 489,69
12. 249,73
13. 109,46
14. 154,69
15. 212,23
16. 269,96
Sumber ; Data Primer
27,10
38,41
115,42
1161,50
31,02
148,29
40,22
100,05
122,11
616,40
45,27
168,84
75,83
1045,20
36,88
60,75
74,87
71,47
22,16
60,75
136,09
884,41
67,04
261,75
25,22
62,55
27,10
105,41
28,18
28,54
74,71
commit191,17
to user
687,90
876,50
1207,50
854,02
548,26
876,05
978,05
1205,00
1347,50
675,07
1408,20
1086,05
598,02
1389,00
887,55
974,26
22,056
78,263
84,005
46,658
216,768
102,249
229,107
163,411
214,411
9,802
305,320
250,560
15,528
53,509
90,129
147,895
594
3310
942
803
2530
1171
3500
717
1093
593
4260
1744
472
603
616
1147
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg)Cl(SO4)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg)Cl(SO4)
Ca(Mg) Cl(SO4)
Na(K)Cl(SO4)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg)Cl(SO4)
Ca(Mg)Cl(SO4)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg)HCO3
Ca(Mg)Cl(SO)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Gambar 4.10 Diagram Tri Linear Daerah Penelitian( Sumber; Walton 1980)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Gambar 4.9. Peta Persebaran Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Listrik Daerah Penelitian
2. Intrusi Air Laut
Rasio Cl / ( CO3+HCO3) adalah perbandingan antara anion Cl dengan anion
Karbonat+Bikarbonat dalam air dalam satuan mililiter/l. Cl/ ( CO3+HCO3)
termasuk
karakteristik kimia. Menurut Revelle (1914) dalam penelitian “Pemetaan Sebaran Airtanah Asin
Pada Akuifer Dalam di Wilayah Semarang Bawah” oleh M. Irfan,dkk (2006:139), untuk
mengetahui adanya penyusupan air laut, dapat ditentukan dengan rumus perbandingan
konsentrasi khlorida-bikarbonat (Chlorida bicarbonat ratio). Rumus Chlorida bicarbonat ratio
adalah sebagai berikut:
Cl, CO3, dan HCO3 dalam satuan yang sama
mg/Liter.
commit
to userDari hasil perhitungan harga R tersebut,
apabila R>1 dan harga DHL>1500 μS/cm, maka keasinan airtanah disebabkan oleh adanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
penyusupan air laut.Apabila harga R<1 dan harga DHL >1500 μS/cm, maka keasinan airtanah
akibat adanya pelarutan mineral-mineral garam yang terdapat pada batuan akuifer. Sementara
menurut Walton, harga perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio")
sebagai berikut :
= 1/2 adalah air bawah tanah tawar.
= 1,3 terjadi pengaruh air laut sedikit.
= 2,8 terjadi pengaruh air laut sedang.
= 6,6 terjadi pengaruh air laut agak tinggi.
= 15,5 terjadi pengaruh air laut tinggi.
= 200 adalah air laut. (Hendrayana 2002, Walton, 1982).
Dari hasil uji laboratorium dari sampel yang dikumpulkan dari daerah penelitian yang
DHLnya lebih besar dari 1500 µmhos/ cm diperoleh data sebagai berikut ( lihat tabel 4.16. Tabel
Perbandingan Cl/ HCO3+CO3 Daerah Penelitian ) :
Tabel 4.16. Tabel Perbandingan Cl/ HCO3+CO3 Daerah Penelitian
Nomer
Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lokasi
Sumur Tawang Kragan
PandanganKulon Kragan
Balong Mulyo
Tegal Mulyo.
Gondan Rojo Kalipang
Temperak Masjid)
Temperak Tengah
Bajing Jowo Sarang
Tulung Sarang
Kalipanggd.RojoTengah
Kragan SMP
Kragan Puskesmas
Sumur Pule
Sumur Pule Tengah
Sumur Tawang tengah
Sumur Tawang Selatan
Sumber :Data Primer
Cl
38,41
1161,50
148,29
100,05
616,40
168,84
1045,20
60,75
71,47
60,75
28,54
884,41
261,75
62,55
105,41
191,17
HCO3+CO3
Cl/ HCO3+CO3
876,50
1,325
548,26
1,024
978,05
1,068
1408,20
1086,05
0,020
0,814
commit to user
DHL
594
3310
942
803
2530
1171
3500
717
1093
593
4260
1744
472
603
616
1147
Keterangan
Air tawar
Intrusi
Air tawar
Air tawar
Intrusi
Air tawar
Intrusi
Air tawar
Air tawar
Air tawar
Faktor Lain
Faktor Lain
Air tawar
Air tawar
Air tawar
Air tawar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Berdasarkan data diatas sampel nomer 2,5,7 termasuk air asin yang dipengaruhi oleh
intrusi hal ini karena ion Na mendominasi komposisi airtanah
pada sampel tersebut dan sampel
nomer 11,12 termasuk air asin yang dipengaruhi oleh faktor selain intrusi, hal ini karena yang
mendominasi adalah ion selain Cl tetapi ion CO3 dan HCO
3.
Peta Persebaran Intrusi pada
Gambar 4.11.
Peta 4.11. Peta Persebaran Airtanah Asin Di daerah Penelitian
3
.Pembahasan
Berdasarkan data diatas maka distribusi keruangan Tipe Kimia airtanah di daerah
penelitian dapat dilihat pada peta distribusi Tipe Kimia airtanah. Dari tipe Kimia airtanah yang
ada di daerah penelitian dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Tipe Ca(Mg) HCO3
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang mendominasi pada airtanah
bagian barat daerah penelitian. Tipe ini berada pada darah endapan alluvial dengan batuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
sedimen yang berasal dari G. Lasem purba yang berbatuan induk breksi . Proses pembentukan ini
berada pada daerah yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh proses fluvial.
Secara umum wilayah ini airtanahnya tawar dan akifernya berpasir. Tipe ini ditunjukan oleh
sampel nomer: 1, 3,4,8,9,10,14,15. (Sumur Tawang Kragan, Balong Mulyo, Tegal Mulyo, Bajing
Jowo Sarang, Tulung Sarang, Gd.RojoTengah Kalipang, Sumur Pule Tengah, Sumur
Tawang tengah.).
Tipe ini terbentuk diduga karena airtanahnya terpengaruh oleh akifer yang ditempatinya,
dan sumber airtanahnya yang berasal dari air hujan yang jatuh di daerah atas G. Lasem. Akifer
pada wilayah ini akifer yang tersusun oleh batuan sedimen vulkanis yang berteksur pasiran
berselang seling dengan liat. ( lihat Gambar 4.4. Hasil duga Geolistrik, Gambar 4.3 Peta Geologi
Rembang, Gambar, 4.5. Peta Geomorfologi Rembang dan Gambar 4.6. Peta Aliran Airtanah).
Namun ion Ca (Kalsium) belum sepenuhnya mendominasi komposisi kimia airtanah
pada kelompok sampel ini. Hal ini menunjukan bahwa airtanah belum sepenuhnya
stabil.
Berdasarkan teori evolusi airtanah untuk menjadi sepenuhnya stabil bila komposisinya
didominasi Ca dan HCO3. Perjalanan evolusi kation airtanah dari asin ke tawar dimulai dari :
Na ------» Na + K ------»K + Mg------»Mg+Ca------»Ca
Sementara evolusi anion dari asin ke tawar adalah sebagai berikut :
HCO3- → HCO3- + SO42- → SO42- + HCO3- → SO42- + Cl- → Cl- + SO42- → Cl-
Proses evolusi ini umumnya diakibatkan oleh proses flushing dan proses proses kimia di
antaranya adalah pertukaran kation ( Cation exchange ) (Chebotarev 1955, dalam Freeze &
Cherry, 1979). Selain proses pencampuran, proses evolusi kimia juga sering menjadi penyebab
utama keasinan airtanah. Evolusi airtanah commit
umumnya
diikuti oleh perubahan regional dari anion
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
dominannya seperti yang ditunjukkan oleh sekuen Chebotarev (1955, dalam Freeze & Cherry,
1979) tersebut diatas.
b. Tipe Ca(Mg)Cl(SO4)
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang berada di airtanah bagian timur
daerah penelitian ke arah pantai pada sampel no 2,5,6,11,12,16 ( Pandangan Kulon Kragan,
Gondan Rojo Kalipang, Temperak ( Masjid ), Kragan SMP,
Kragan Puskesmas dan
Sumur Tawang selatan).
Tipe ini berada pada darah endapan alluvial dengan batuan sedimen yang berasal dari
pegunungan Kendeng yang berbatuan kapur. Proses pembentukan ini berada pada daerah yang
proses pembentukannya dipengaruhi oleh proses fluvial dan marine. Secara umum wilayah ini
airtanahnya tawar dan akifernya berliat. Wilayah tipe ini jauh dari pantai namun airnya sebagian
berasa payau maupun tawar. Penyebab dari kondisi ini karena saat pembentukan wilayah ini
terjadi di lingkungan air laut dan sedimennya dibawa oleh proses fluvial serta pelarutan dari
material tanah grumusol yang kaya Mg dan Ca. Adanya sedimentasi di air laut memungkinkan
air laut terjebak di antara pori pori akifer sebagai air connate.
Air laut yang terjebak ( Connate water ) di antara butir akifer dan karena kontak yang
lama dengan butiran sedimen penyusun maka terjadi pertukaran kation ( cation exchange), yaitu
pendesakan ion Na, oleh ion Mg untuk mencapai kesetimbangan yang stabil dengan komposisi
airtanah yang di dominasi ion Ca dan HCO3. Sementara Cl-nya masih belum tertukar dengan
HCO3 sehingga airnya berasa payau, tapi Na-nya rendah . Pertukaran kation disebabkan oleh
pencucian (flushing) oleh masuknya air hujan kedalam tanah melalui infiltrasi dan perkolasi.
Seperti diketahui berdasarkan analisa neraca air meteorik menunjukan bahwa air hujan di daerah
penelitian masih surplus bila untuk mencukupi kebutuhan domestik.
c. Tipe Na(K) Cl(SO4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang mendominasi pada airtanah
bagian timur daerah penelitian ke arah pantai. Tipe ini berada pada darah endapan alluvial
dengan batuan sedimen yang berasal dari pegunungan Kendeng yang berbatuan kapur dan
sedimen marine. Proses pembentukan wilayah ini berada pada daerah yang proses
pembentukannya dipengaruhi oleh proses fluvial dan marine. Pada saat ini air laut masih terlihat
masuk ke perairan di muara sungai dan tambak yang jauh masuk ke daratan di wilayah timur
darah penelitian. Wilayah ini
termasuk desa Temperak Kecamatan Sarang. Secara umum
wilayah ini akifernya berliat. Tipe ini ditunjukan oleh sampel nomer:2, 5,7( Temperak, ).
Lokasi sampel nomer 7 adalah di wilayah tengah dan agak jauh pantai yang berbatasan langsung
dengan sawah dan tambak.
C .Implemetasi Hasil Penelitian Untuk Pembelajaran Geografi Di SMA I Kragan
Sarang, Kabupaten Rembang.
Silabus untuk SMA kelas X semester 2 memuat kompetensi dasar ( KD ) 3.3.
Menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, pembahasan ini
mencakup dengan materi pembelajaran Hidrosfer yang meliputi : Siklus Hidrologi Perairan darat,
Airtanah ,Danau Rawa, Sungai dan DAS. Alokasi waktu 1 x 45 menit. Berdasarkan tuntutan
silabus dan hasil penelitian ini, maka Guru Geografi dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai suplemen pembelajaran , khususnya tentang karakteristik, sistim dan distribusi airtanah.
Karakteristik, sistim dan distribusi
kimia airtanah dapat dijadikan landasan
perwilayahan airtanah seperti yang dimaksud dalam tugas individu maupun dasar pembuatan
instrument, seperti yang dimaksud dalam sistim penilaian yang dimaksud dalam kurikulum 2013.
Perwilayahan airtanah dapat didasarkan pada kesamaan karakteristik hidrokimia seperti yang
dibahas pada hasil penelitian diatas. Untuk mengimplentasikan hasil penelitian ini maka disusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Suplemen Pembelajaran Geografi kelas X semester 2 dengan KD 3.3. Menganalisis hidrosfer
dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.( Lihat Lampiran 2 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Airtanah di pesisir Rembang berdasarkan
klasifikasi dengan Diagram Trilinier Piper ditemukan tiga kelompok tipe airtanah yaitu :
Tipe Ca(Mg) HCO3, Tipe Ca(Mg)Cl(SO4) dan Tipe Na(K)Cl(SO4). Tipe Ca(Mg) HCO3
umumnya berkarakteristik tawar
dan merupakan tipe airtanah pada umumnya dan
berkarakteristik stabil. Tipe Ca(Mg)Cl(SO4) adalah tipe airtanah yang belum stabil dan
sering berkarakteristik payau, rasa payau dengan DHL yang relative tinggi disebabkan
bukan oleh intrusi tapi faktor lain yang berkaitan pada saat terbentuknya akifer . Proses
tersebut yaitu adanya proses fluvio marine, sehingga ada air laut yang terjebak di akifer ( air
connate ). Tipe Na(K)Cl(SO4) adalah tiper airtanah yang disebabkan oleh intrusi, pada tipe
ini dicirikan dengan tingginya Na dan Cl yang identik dengan komposisi air laut.
2.
Berdasarkan analisis Ravelle dan analisis hidrokimia di daerah penelitian ditemukan tiga
kelompok airtanah yaitu airtanah tawar dicirikan dengan DHL ≤ 1500 µmhos/cm air asin
karena intrusi yang dicirikan dengan DHL ≥ 1500 µmhos/cm dengan angka Ravelle ≥ 1.
Sedang airtanah asin yang disebabkan oleh faktor selain intrusi dicirikan dengan DHL ≥
1500 µmhos/cm dengan angka Ravelle ≤ 1. Wilayah yang terintrusi berada di bagian timur
daerah penelitian yaitu di desa Temperak yang ditunjukan pada sampenomer 2,5,7. Wilayah
yang termasuk airtanah tawar berada di bagian barat daerah penelitian yaitu didaerah
Kragan dan Pandangan serta pada daerah pantai sepanjang jalan pantura yang material
penyusun akifernya adalah pasir pantai yang berkarakteristik kalkareus ditunjukan oleh
sampel nomer:
1, 3,4,8,9,10,14,15. Sementara airtanah yang asin karena air connate
terdapat di bagian atas yaitu di wilayah sampel SMP 3 Kragan dan Puskesmas Kragan.
commit to user
11,12 .
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan tentang jenis dan
sifat airtanah secara kimiawi seperti pada silabus SMA 2013 semester X KD Dinamika
Hidrosfera tentang airtanah.
B. Implikasi Penelitian
1. Dari hasil penelitian ini memberikan pemahaman bahwa airtanah yang ada merupakan
sumber airtanah yang secara kualitas rentan karena adanya bahaya intrusi dan pemerasan air
connate yang mengakibatkan airtanah berasa asin. Keasinan airtanah didaerah penelitian
ternyata tidak hanya di akifer dekat pantai tapi juga ditemukan di lokasi yang jauh dari
pantai.
2. Sebagian airtanah didaerah penelitian bahaya kegaraman (salinity hazard) di daerah
penelitian termasuk medium hingga sangat tinggi ( very hight) ( C2 s/d C4 ). Bahkan untuk
daerah tertentu seperti Kendal Agung, yatu daerah sekitar SMP 3 Kragan termasuk airtanah
dengan bahaya kegaraman sangat tinggi. Untuk mengurangi bahaya kegaraman tersebut
perlu upaya menambah imbuhan terhadap airtanah melalui peningkatan tangkapan air hujan
dengan membangun tampungan air hujan ( Reservoir ) seperti embung, sumur resapan dan
biopori.
3. Pengajaran Geografi di SMA di wilayah Kabupaten Rembang dapat mengajarkan tentang
Airtanah dengan mengambil sampel dari sifat sifat airtanah yang ada di lingkungan
Kabupaten Rembang.
4. Berdasarkan Baku mutu untuk air minum (Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010)
maka 50% sampel airtanah tidak memenuhi syarat untuk air minum yaitu sampel air nomer
2 ( Pandangan Kulon), 5 ( Gondan Rojo, Kalipang ),6 (Temperak Masjid), 7 (Temperak
Tengah ), 11( Kendal Agung/SMP Kragan 3), 12( Puskesmas Kragan ), 15 (Sumur Tawang
commit to user
Tengah) dan 16 (Sumur Tawang Selatan).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
C.
Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan pengelolaan airtanah di daerah antara Kragan –
Sarang agar pengambilan airtanah tidak berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
intrusi ataupun pemerasan air connate.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang batas aman pengambilan aiirtanah di daerah penelitian,
karena secara kualitatif menunjukan daerah tersebut rentan intrusi dan pemerasan air connate.
3. Perlu
penelitian pengembangan materi belajar tentang jenis
dan sifat airtanah secara
kimiawi seperti pada silabus SMA 2013 semester X KD Dinamika Hidrosfera tentang
airtanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, E.S.2007. Peran untuk Adaptasi dan Mitigasi Dampak Bencana Kekeringan,[Online,accesedDesember 2007].URL:http://www.pirba.ristek.go.
Appelo,C.A.J, Dieke Postma.2005. Geochemistry, Groundwater and Pollution, Second Edition
2005 . CRC Press; English . ISBN-10: 0415364280 ISBN-13: 978-0415364287.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DaerahAliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press.
Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo. 1979. Methode Penelitian Geografi. LP3ES. Jakarta
Bemmelen, R. W. van (Reinout Willem van).1949. The Geology of Indonesia The Hague : Govt.
Printing Office, 2 volumes.
Daldjuni.N. 1980. Pengantar Geografi. Kanisius Yogyakarta.
Davis, Stanley Nelson, Roger J. M. De Wiest.Hydrogeology. Krieger Publishing Company, 1966
- Science - 463 pages.
Disbang DKI Jakarta - Sapta Daya Karyatama, 1997, Observasi Intrusi Air Asin/Laut di
WilayahDKI Jakarta, laporan Akhir.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain .,2002 .Strategi Belajar Mengaja.,Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Freeze R Allan and Chery John A, 1979. Groundwater. Prentice Hall Inc. Upper Saddle River.
NJ 07458
Hem, J.D. 1985. Study and Interpretation of the Chemical Characteristics of Natural Water. US
Government Printing Office. Alexandria. VA 22304.
Hendrayana, H. 1994. Pengantar Model Aliran Airtanah, FT UGM, Yogyakarta, tidak
Diterbitkan.
Herlambang,Arie Dan Indriatmoko R. Haryoto.2005. Pengelolaan Airtanah Dan Intrusi Air
Laut . JAI Vol. 1 , No.2 2005.211. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.
Kadri, T. 2003. Partisipasi masyarakat dalam mewujudkan suplai Air bersih di perkotaan.
makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian
Bogor, tidak diterbitkan.
Kehew,Allan E.2000. Applied Chemical Hydrogeology. Prentice Hall Inc. Upper Saddle River.
NJ
Kodoatie, J. R.. 1996. Pengantar Hidrogeologi, Andi, Yogyakarta.
Krussman, GP , Ridder, NA. 2000. Analysis And Evaluation of Pumping Test Data ( Second
commit to user
Edition). ILRI . Wageningen. The Netherland.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Kurdi. S. Z., dkk. 2000. Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air
Laut Di Kota Pantai – Semarang, [ Online, accesed 9-Desember-2007].
URL:http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI2/Proceedings/3.doc.
Kunandar, 2007.Guru Profesional.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Matthess, G., 1982, The Properties of Groundwater. Jonh Willey and Son. New York, Toronto
Tokyo.
MM Purbohadiwijoyo. 1985. Kamus Hidrologi. Departemen Pendidikan Nasional RI. Jakarta.
Pringgopawiro, Harsono. 2000. Foraminifera: Pengenalan mikrofosil dan aplikasi Biostratigrafi.
ITB.
Putranto,TT. dan Kusuma, KI.2009.“Permasalahan Airtanah Pada Daerah Urban”. Jurnal
Teknik, Vol. 30 No. 1.
Schwartz dan Zang (2003). Fundamentals of Ground Water.John Willey and Son. Toronto.New
York. Tokyo.ISBN: 978-0-471-13785-6.592 pages
Seyhan. E.1998. Pengantar Hidrologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Suharyadi, 1984, Diktat Kuliah Geohidrologi, Jurusan Teknik Geologi, FT UGM
Yogyakarta, tidak diterbitkan.
Sorensen Jens C dan McCreary Scott T(1990 ). Institutional Arrangement for Managing Coastal
Resources and Environments.Washington, D.C. : National Park Service, U.S. Dept. of
the Interior : Rev. 2nd ed.
Supriharyono, 2000. Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Taat Setiawan.2011. Hidrogeologi Dan Potensi Airtanah Untuk Pertanian di Dataran Waeapu,
Pulau Buru, Maluku.Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental
Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: 13 – 22 13
Todd, DK. 1955. Groundwater Hidrology. Jonh Willey and Son. New York, Toronto Tokyo.
Trooster, S.G.1947. "Geologie en Physica", oratie, N.V. Dekker & van de Vegt Utrecht.
Walton,R. 1980. Groundwater Resources. John Willey and Son. New York, Toronto Tokyo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
STUDI KIMIA AIRTANAH AIRTANAH DANGKAL
UNTUK DETEKSI INTRUSI DI PESISIR KABUPATEN REMBANG PROPINSI JAWA
TENGAH TAHUN 2014
DAN IMPLEMENTASINYA
UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA
(SUPLEMEN MATERI BELAJAR GEOGRAFI
KD HIDROSFERA DAN DAMPAKNYA PADA KEHIDUPAN MANUSIA
SUB BAB : AIRTANAH Kelas X SMA.)
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan lingkungan Hidup
(Minat Utama Pendidikan Geografi )
Oleh :
BAMBANG HARIYANTO
S881308006
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
commit to user
SUPLEMEN MATERI BELAJAR GEOGRAFI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
KD HIDROSFERA DAN DAMPAKNYA PADA KEHIDUPAN MANUSIA
SUB BAB : AIRTANAH
Kelas X SMA.
A. AIRTANAH
Gambar 1. Skema lapisan airtanah
Airtanah adalah air yang berada di dalam tanah yang terdapat dalam ruang antar butir-butir
tanah. Lapisan batuan yang mempunyai ruang antar butir disebut akuifer. Lapisan yang lolos air
dengan mudah disebut permeable, seperti lapisan pasir atau kerikil. Lapisan yang tidak mudah
meloloskan air disebut impermeable, seperti lapisan liat atau geluh. Lapisan yang dapat
menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Macam-macam akuifer :
a.
Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Yaitu lapisan batuan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan
kedap air. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut water tabel (phreatic level), yaitu
permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akuifer tertekan (confined aquifer)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Yaitu akuifer yang seluruh jumlah airnya dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang diatas
maupun yang di bawah.Tekanan jenuh ini lebih besar daripada tekanan atmosfer.
c.
Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer)
Yaitu akuifer yang tekanan airnya seluruhnya jenuh. Pada bagian atas merupakan lapisan
semi lolos air, pada bagian bawahnya dibatasi lapisan kedap air.
d. Akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer)
Yaitu akuifer yang bagian bawahnya merupakan lapisan kedap air, sedangkan atasnya
merupakan material berbutir halus sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan
adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer ini merupakan peralihan antara akuifer bebas dan
akuifer semi tertekan.
Pengelompokan airtanah berdasarkan letak kedalaman :
1.
Airtanah dalam
Airtanah dalam adalah airtanah yang berada dibawah lapisan airtanah dangkal dan diantara
dua lapisan impermeable. Airtanah dalam ini merupakan airtanah tertekan yang biasa disebut air
artesis merupakan akuifer bawah yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk kota,
perhotelan, perkantoran, dan industri. Airtanah dalam yang bertekanan besar dapat memancar ke
permukaan tanah melalui patahan atau retakan batuan secara alami, sumber air ini disebut air
artesis. Apabila tanah digali atau dibor ke dalam mencapai akuifer bertekanan, maka air
memancar melalui lubang sumur yang disebut sumur artesis.
2.
Airtanah dangkal
Airtanah dangkal adalah airtanah yang berada dibawah permukaan tanah dan diatas batuan
impermeable. Airtanah dangkal merupakan akuifer atas yang disebut pula air freatis. Airtanah
dangkal dimanfaatkan sebagai air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dengan membuat
sumur rumahan.
commit to user
Pengelompokan airtanah berdasarkan jenisnya :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
1.
Meteoric water (vadose water)
Yaitu airtanah yang berasal dari air hujan dan terdapat pada lapisan tanah yang tak jenuh.
2.
Airtanah tubir (connate water)
Yaitu airtanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan endapan sejak pengendapan itu
terjadi, termasuk juga air yang terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran sewaktu
magma tersembur keluar ke permukaan.
3.
Air fosil (fossil water)
Yaitu air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan tetap tinggal tinggal dalam batuan
tersebut sejak penimbunan itu terjadi.
4.
Air magma (juvenile water)
Yaitu air yang berasal dari dalam bumi (dapur magma). Air ini bukan dari atmosfer atau dari
permukan air.
5.
Air pelikular/ari (pellicullar water)
Yaitu air yang tersimpan didalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.
6.
Air freatis (phreatic water)
Yaitu air yang berada pada lapisan kulit bumi yang porous (sarang). Airtanah ini berada diatas
lapisan kedap air.
7.
Air artesis (artesian water)
Yaitu air yang berada diantara dua lapisan kedap air (impermeable), sehingga air tersebut dalam
keadaan tertekan.
B.
INTRUSI AIR LAUT
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan
dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran
umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari liat, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan
commit to user
dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran berkarakteristik kurang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya
berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik
terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan
pantai adalah keragaman sistim akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik
secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk
kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini
perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada
pengaruh eksploitasi.
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan
mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke
daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan kuat
Gambar 2. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut di Dataran Pantai
, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut
merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Gambar 3. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi
Masuknya air laut ke sistim akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning.
Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam
airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut
interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis
air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar
di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi
daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari
daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak
terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang
menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan
batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut,
sertato fluktuasi
airtanah di daerah pantai. Proses
commit
user
intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai
untuk keperluan sehari-hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi muka
airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan berat jenis antara air
laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3).
sehingga didapat nilai z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada sumur
yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam keadaan
horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan
dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi
tersebut daripada kembali ke keadaan semula.
Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah. Perubahan ini terjadi
dengan cara
1. Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.
2. Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah lain.
commit to user
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi adanya
intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion dominan pada air laut
dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.
R=
𝐶𝑙
𝐶𝑂3+𝐻𝐶𝑂3
Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan bila nilai
rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya;
1. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian
hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Gambar 4. Mengubah Pola Pemompaan
2. Pengisian Airtanah Buatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas
dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan
dapat dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.
Gambar 5. Pengisian Airtanah Buatan
3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus
pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya
cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air
laut ke daratan.
Gambar 6. Extraction Barrier
commit to user
4. Injection Barrier
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di
dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka airtanah di sumur tersebut, akan
berfungsi
sebagai
penghalang
masuknya
air
laut
ke
daratan.
Gambar 7. Injection Barrier
5. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat semacam
dam dari liat, beton, bentonit maupun aspal.
Gambar 8.commit
Subsurface
Barrier
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

Aktivitas manusia

Faktor batuan

Karakteristik pantai

Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa mempertimbangkan kelestarian
alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang
berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan airtanah (pumping
well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan
penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam airtanah.
Kondisi ini diimbangi dengan kemudahan pengendalian intrusi air laut dengan banyak
metode. Karakteristik yang sulit untuk melepas air adalah liat sehingga intrusi air laut yang telah
terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga
mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang
besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin
dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya
materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang karakteristiknya lebih porus. Pengendalian
intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk
dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat
mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistim penyangga kehidupan.
Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi
yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu
menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan
pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya.
Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang
menuju ke pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada
kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut akan
mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya
tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia pada
kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk aktivitas manusia pada daerah
tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
C.
KARAKTERISTIK KIMIA AIRTANAH
Bates dan Jackson (1983) dalam Dictionary of Geological Terms mendefinisikan geokimia air
sebagai “ilmu yang mempelajari karakteristik kimia airtanah dan air permukaan, terutama
hubungan antara karakteristik – karakteristik kimia dan kualitas air dengan kondisi geologi
wilayah tempat airtanah dan air permukaan tersebut berada”. Dengan demikian geokimia
airtanah dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu geokimia air yang khusus
mempelajari karakteristik – karakteristik commit
kimia dan
kualitas airtanah yang berkaitan dengan
to user
kondisi geologi wilayah tempat airtanah tersebut berada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Karakteristik kimia airtanah merupakan salah satu karakteristik utama air yang mempengaruhi
kualitas airtanah selain karakteristik fisik, biologi dan radioaktif. Karakteristik kimia airtanah
sangat berguna untuk penentuan kualitas airtanah. Karakteristik kimia airtanah antara lain adalah
kesadahan/kekerasan (total hardness), jumlah padatan terlarut (total dissolved solid), daya hantar
listrik (electric conductance), keasaman dan kandungan ion. Karakteristik kimia airtanah yang
akan dibahas lebih rinci dalam pembahasan ini adalah kandungan ion.
Kandungan ion dalam air yang penting antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Mn, Cu, Fe, Zn, Cl, SO4,
CO2, CO3, HCO3, H2S, F, NH4, NO3, NO3, NO2, KMNO4, SiO2 dan Boron. Selain itu ion –
ion logam yang biasanya jarang tapi berkarakteristik racun antara lain As, Pb, Se, Cr, Cd, Hg,
CO.Kandungan ion – ion mayor yang akan dibahas yaitu magnesium (Mg), kalsium (Ca),
Potassium (K), Sodium (Na), sulfat (SO4), nitrat (NO3), klorida (Cl) dan alkalinitas (HCO3).
1. Magnesium (Mg2+)
Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh pelarutan
litologi dalam air. Magnesium pada batuan beku berasal dari mineral-mineral feromagnesium
berwarna gelap,yakni olivine, piroksen, amfibol. Dalam batuan alterasi hadir dalam klorit,
montmorilonit dan serpentin. Magnesium juga hadir dalam sedimen karbonat sebagai magnesit
dan hidromagnesit serta hydroxide brucite.
2. Kalsium (Ca2+)
Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis pengaruh litologi
terhadap komposisi kimia airtanah. Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam mineralmineral batuan beku yakni dalam rantai silika, piroksen, amfibol dan feldspar. Kalsium berada
dalam air karena kontak air dengan batuan beku dan batuan metamorf umumnya mempunyai
konsentrasi yang rendah karena laju dekomposisinya lambat. Kebanyakan kalsium terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
dalam batuan sedimen karbonat. Kalsium hadir dalam gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4),
dan florit (CaF2). Dalam batupasir sebagai semen.
3. Potassium (K+)
Potassium merupakan kation yang tidak dominan ditemukan dalam airtanah. Terdapat dalam
feldspar ortoklas dan mikroklin (KAlSI3O8), mika, feldspathoid leucite (KAlSi2O6). Dalam
batuan sedimen Potassium umumnya hadir sebagai feldspar, mika atau illit atau mineral liat
lainnya.
4. Sodium (Na+)
Sodium melimpah dalam grup logam alkali. Dalam batuan sedimen, Sodium hadir dalam
mineral-mineral yang resisten sebagai semen. Air yang terjebak dalam sedimen dan tersimpan
dalam waktu yang lama akan mempunyai konsentrasi Na+ yang tinggi.
5. Sulfat (SO42-)
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap komposisi kimia airtanah.
Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan mineral anhidrit (CaSO4) yang
akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan SO42-.
6. Nitrat (NO3-)
Nitrat (NO3-) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi merupakan
commit to user
indikasi adanya sumber polutan dalam airtanah. Kandungan nitrat umumnya kurang dari 10 mg/l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
untuk airtanah dengan komposisi biasa (Todd, 1980). Tingginya konsentrasi nitrat (NO3-) dalam
airtanah dapat disebabkan karena adanya aktivitas mikroba nitrat.
Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal
dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/l. Pada
perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk,
kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l.
7. Klorida (Cl-)
Analisis klorida (Cl-) dimaksudkan untuk memperkecil nilai ketidakseimbangan kation-anion
dalam hasil perhitungan. Selain itu klorida juga digunakan untuk mengetahui berapa besar kadar
Sodium klorida (NaCl) yang terlarut dalam air. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida
ke perairan.
8. Alkalinitas (HCO3-)
Tingkat kebasaan suatu sampel airtanah dinyatakan dalam nilai yang disebut alkalinitas. Dengan
kata lain alkalinitas dapat diartikan sebagai berapa besar asam yang digunakan untuk
menetralkan airtanah. Tingginya alkalinitas dalam air disebabkan oleh ionisasi asam karbonat,
terutama pada air yang banyak mengandung karbondioksida (kadar CO2 mengalami
saturasi/jenuh). Karbondioksida dalam air bereaksi dengan basa yang terdapat pada batuan dan
tanah membentuk bikarbonat.
D. Airtanah Di Pesisir Rembang Timur ( Sluke –Sarang)
Perwilayahan / pengelompokan airtanah dapat didasarkan pula dengan karakteristik Kimia
commit to user
airtanah ( Hidrogeokimia)nya. Pengelompokan yang paling mud Kimia airtanah (
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Hidrogeokimia) adalah dengan methode Kurlov dengan menggunakan Diagram Tri linear
berikut :
Gambar 10. Diagram Tri Linear piper
1. .Pengelompokan ini berdasarkan tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia), Tipe yang menunjukan
Kation dan Anion major yang mendominasi didalam air di antara unsure unsure lain yang
terkandung di dalamnya. Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) termasuk karakteristik kimia.
Hasil uji laboratorium dari sampel yang dikumpulkan dari daerah Sluke- Sarang diperoleh data
Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) sebagai berikut ( lihat Gambar 11. Tabel Tipe Kimia
airtanah ( Hidrogeokimia) Daerah Penelitian ) :
Tabel11. Tabel Parameter Fisika dan Kimia Sampel Air Sumur Kabupaten
Rembang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Na
102,80
391,63
134,40
136,41
326,49
221,84
490,25
K
Ca
11,76
92,68
30,07
56,38
63,90
27,22
17,97
67,56
269,75
339,44
215,77
159,82
189,27
192,21
Mg
27,10
115,42
31,02
40,22
122,11
45,27
75,83
Cl
HCO3
+CO3
38,41
1161,50
148,29
100,05
commit
616,40to
168,84
1045,20
687,90
876,50
1207,50
854,02
user
548,26
876,05
978,05
SO4
22,056
78,263
84,005
46,658
216,768
102,249
229,107
DHL
594
3310
942
803
2530
1171
3500
.
Tipe Kimia
airtanah
( Hidrogeokimia)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) Cl(SO4)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) Cl(SO4)
Ca(Mg) Cl(SO4)
Na(K)Cl(SO4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
115,43
159,59
122,46
489,69
249,73
109,46
154,69
212,23
269,96
11,54
15,02
8,73
37,36
28,55
10,21
25,12
15,30
27,84
258,96
319,81
170,62
972,51
503,35
190,25
275,64
268,77
200,07
36,88
74,87
22,16
136,09
67,04
25,22
27,10
28,18
74,71
60,75
71,47
60,75
884,41
261,75
62,55
105,41
28,54
191,17
1205,00
1347,50
675,07
1408,20
1086,05
598,02
1389,00
887,55
974,26
163,411
214,411
9,802
305,320
250,560
15,528
53,509
90,129
147,895
717
1093
593
4260
1744
472
603
616
1147
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) Cl(SO4)
Ca(Mg) Cl(SO4)
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) HCO3
Ca(Mg) Cl(SO4)
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data diatas maka distribusi keruangan Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) di daerah
penelitian dapat dilihat pada peta distribusi Tipe Kimia airtanah berikut :
a.
Tipe Ca(Mg) HCO3
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang mendominasi pada airtanah bagian barat
daerah penelitian. Tipe ini berada pada darah endapan alluvial dengan batuan sedimen yang berasal dari
G. Lasem purba yang berbatuan induk breksi . Proses pembentukan ini berada pada daerah yang proses
pembentukannya dipengaruhi oleh proses fluvial. Secara umum wilayah ini airtanahnya tawar dan
akifernya berpasir.
commit to user
Gambar 12. Peta Persebaran Tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Listrik Daerah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Penelitian
Tipe ini ditunjukan oleh sampel nomer: 1, 3,4,8,9,10,14,15. Tipe ini terbentuk diduga karena
airtanahnya terpengaruh oleh akifer yang ditempatinya, dan sumber airtanahnya yang berasal
dari air hujan yang jatuh di daerah atas G. Lasem. Akifer pada wilayah ini akifer yang tersusun
oleh batuan sedimen vulkanis yang berteksur pasiran ( lihat Gambar 4.4. Hasil duga Geolistrik,
Gambar 4.3 Peta Geologi Rembang, Gambar, 4.5. Peta Geomorfologi Rembang dan Gambar 4.6.
Peta Aliran Airtanah ). Namun Kation Ca belum sepenuhnya mendominasi komposisi kimia
airtanah pada kelompok sampel ini, hal ini menunjukan bahwa airtanah belum sepenuhnya stabil.
Berdasarkan teori evolusi airtanah untuk menjadi sepenuhnya stabil bila komposisinya
didominasi Ca dan HCO3. Perjalanan evolusi kation airtanah dari asin ke tawar dimulai dari :
Na ------» Na + K ------»K + Mg------»Mg+Ca------»Ca
Sementara evolusi anion dari asin ke tawar adalah sebagai berikut :
HCO3- → HCO3- + SO42- → SO42- + HCO3- → SO42- + Cl- → Cl- + SO42- → Cl-
Proses evolusi ini umumnya diakibatkan oleh proses flushing dan proses proses kimia di
antaranya adalah pertukaran kation ( Cation exchange ). Selain proses pencampuran, proses evolusi
kimia juga sering menjadi penyebab utama keasinan airtanah. Evolusi airtanah umumnya diikuti oleh perubahan
regional dari anion dominannya seperti yang ditunjukkan oleh sekuen Chebotarev (1955, dalam Freeze & Cherry,
1979) tersebut diatas.
b.
Tipe Ca(Mg)Cl(SO4)
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang berada di airtanah bagian timur
daerah penelitian ke arah pantai pada sampel no 2,5,6,11,12,16 . Tipe ini berada pada darah
endapan alluvial dengan batuan sedimen yang
berasal
dari pegunungan Kendeng yang berbatuan
commit
to user
kapur. Proses pembentukan ini berada pada daerah yang proses pembentukannya dipengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
oleh proses fluvial dan marine. Secara umum wilayah ini airtanahnya tawar dan akifernya berliat.
Wilayah tipe ini jauh dari pantai namun airnya sebagian berasa payau maupun tawar. Penyebab
dari kondisi ini karena saat pembentukan wilayah ini terjadi di lingkungan air laut dan
sedimennya dibawa oleh proses fluvial. Adanya sedimentasi di air laut memungkinkan air laut
terjebak di antara pori pori akifer sebagai air connate. Air laut yang terjebak di antara butir
akifer dan karena kontak yang lama dengan butiran sedimen penyusun maka terjadi pertukaran
kation ( cation exchange), yaitu pendesakan ion Na, oleh ion Mg untuk mencapai
kesetimbangan yang stabil dengan komposisi airtanah yang di dominasi ion Ca dan HCO3.
Sementara Clnya masih belum tertukar dengan HCO3 sehingga airnya berasa payau, tapi Na-nya
rendah .
c.
Tipe Na(K) Cl(SO4).
Tipe ini adalah tipe Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) yang mendominasi pada airtanah bagian
timur daerah penelitian ke arah pantai. Tipe ini berada pada darah endapan alluvial dengan
batuan sedimen yang berasal dari pegunungan Kendeng yang berbatuan kapur dan sedimen
marine. Proses pembentukan wilayah ini berada pada daerah yang proses pembentukannya
dipengaruhi oleh proses fluvial dan marine. Pada saat ini air laut masih terlihat masuk ke perairan di
muara sungai dan tambak yang jauh masuk ke daratan di wilayah timur darah penelitian yang termasuk
di desa Temperak Kecamatan Sarang. Secara umum wilayah ini akifernya berliat. Tipe ini ditunjukan
oleh sampel nomer: 7 .Lokasi sampel nomer 7 adalah di wilayah tengah dan agak jauh pantai yang
berbatasan langsung dengan sawah dan tambak.
2.
Pengelompokan berdasarkan DHL
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk meneruskan aruslistrik. DHL dipengaruhi oleh anion dan
kation yang berkarakteristik elektolit yang dikandung oleh air. Yang mempengaruhi diantaranya adalah :
user ( Hidrogeokimia). DHL dapat dijadikan
intusi, pelarutan dan pengendapan serta prosescommit
Kimia to
airtanah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
dasar pengelompokan air. Disebut tawar bila DHL-nya dibawah 1500µmhos/cm, Payau 1500µmhos/cm
s/d 5000µmhos/cm dan disebut asin bila lebih besar dari 5000 µmhos/cm. Perwilayahan airtanah
berdasarkan DHL dapat dilihat pada peta berikut :
Gambar 13. Iso DHL daerah Sluke – Sarang
3. Pembagian Wilayah Airtanah Berdasarkan Salinitas
Secara umum karakteristik Kimia airtanah ( Hidrogeokimia) Airtanah di pesisir Rembang
berdasarkan klasifikasi dengan Diagram Trilinier Piper ditemukan tiga kelompok tipe airtanah
yaitu : Tipe Ca(Mg) HCO3, Tipe ≤Ca(Mg)Cl(SO4) dan Tipe Na(K)Cl(SO4). Tipe Ca(Mg)
HCO3 umumnya berkarakteristik tawar
dan merupakan tipe airtanah pada umumnya dan
berkarakteristik stabil. Tipe Ca(Mg)Cl(SO4) adalah tipe airtanah yang belum stabil dengan anion
mayor adalah Cl dan SO4 dan sering berkarakteristik payau, rasa payau dengan DHL yang
relative tinggi disebabkan bukan oleh intrusi tapi faktor lain yang berkaitan pada saat
terbentuknya akifer . Proses tersebut yaitu adanya proses fluvio marine, sehingga ada air laut
yang terjebak di akifer ( air connate ). Tipecommit
Na(K)Cl(SO4)
to user adalah tipe airtanah yang disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
oleh intrusi, pada tipe ini dicirikan dengan tingginya Na dan Cl yang identik dengan komposisi
air laut.
Berdasarkan analisis Ravelle dan analisis hidrokimia di daerah penelitian ditemukan
tiga kelompok airtanah yaitu airtanah tawar dicirikan dengan DHL ≤ 1500 µmhos/cm air asin
karena intrusi yang dicirikan dengan DHL ≥ 1500 µmhos/cm dengan angka Ravelle ≥ 1. Sedang
airtanah asin yang disebabkan oleh faktor selain intrusi dicirikan dengan DHL ≥ 1500 µmhos/cm
dengan angka Ravelle ≤ 1. Wilayah yang terintrusi berada di bagian timur daerah penelitian yaitu
di desa Temperak yang ditunjukan pada sampenomer 2,5,7. Wilayah yang termasuk airtanah
tawar berada di bagian barat daerah penelitian yaitu didaerah Kragan dan Pandangan serta pada
daerah pantai sepanjang jalan pantura yang material penyusun akifernya adalah pasir pantai yang
berkarakteristik kalkareus ditunjukan oleh sampel nomer:
1, 3,4,8,9,10,14,15.. Sementara
airtanah yang asin karena air connate terdapat di bagian atas yaitu di wilayah sampel SMP 3
Kragan dan Puskesmas Kragan. 11,12 . Distribusi salinitas airtanah daerah penelitian seperti pada peta
di bawah ini ;
commitPenelitian
to user
Gambar 14. Peta Persebaran Airtanah Asin Di Daerah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
Daftar Pustaka
Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM.
Redwood, Jason. – . Pump / Recharge Rate Affect Saltwater Intrusion. Groundwater
Management, Monitoring and Conservation Keep Intrusion Undercontrol, diakses dari
http://www.solinst.com, diakses tanggal 29 November 2007.
USGS. 2007. Geological Interpretation of Bathymetric and Backscatter Imagery of the Sea
Floor Off Eastern Cape Cod, Massachusetts, diakses dari http://www.usgs,gov, diakses tanggal
29 November 2007.
Disbang DKI Jakarta - Sapta Daya Karyatama, 1997, Observasi Intrusi Air Asin/Laut di Wilayah DKI Jakarta,
Laporan Akhir.
Freeze, R.A. dan Cherry, J.A., 1979, Groundwater, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Matthess, G., 1982, The Properties of Groundwater
commit to user
Download