Warga Surabaya Diajak Mengenali Bahaya

advertisement
Warga
Surabaya
Mengenali
Leptospirosis
UNAIR
NEWS
–
Masyarakat
perlu
Diajak
Bahaya
mewaspadai
penyakit
leptospirosis. Pasalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri Leptospira sp. ini bisa menyebabkan infeksi pada
ginjal, abortus, hingga kematian.
Pengetahuan tentang penyakit leptospirosis inilah yang terus
digencarkan pada masyarakat. Sivitas akademika tiga program
studi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga mengadakan
penyuluhan sekaligus pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan
penyakit leptospirosis.
Pengabdian masyarakat oleh ketiga prodi D-4 Radiologi, D-3
Pengobat Tradisional, dan D-3 Kesehatan Ternak digelar di
wilayah Rukun Warga V, Kecamatan Gubeng, Jumat (28/7).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 120 warga setempat.
Koordinator Prodi D-4 Radiologi dokter spesialis dan konsultan
radiologi Lailatul Muqmiroh mengatakan, warga yang tinggal di
wilayah Kertajaya ini memiliki risiko tinggi terkena
leptospirosis. Pasalnya, mereka tinggal di sekitar aliran
sungai dan pemukiman padat penduduk. Keadaan tersebut
diperparah dengan datangnya banjir tahunan ketika hujan deras
datang.
“Warga yang tinggal di sekitar tempat penampungan sampah dan
genangan air punya risiko tinggi untuk terkena leptospirosis.
Hampir setiap rumah di Surabaya pasti ada tikus. Sedangkan,
leptospirosis paling banyak ditularkan melalui urine tikus.
Belum lagi jika di sini banjir dan pemukiman di sini padat,”
tutur dokter Lailatul.
Ada banyak rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat kali ini.
Masyarakat diajak mengikuti pra-tes dan pos-tes pengetahuan
tentang leptospirosis, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan
manusia, dan vaksinasi hewan peliharaan.
Dari aspek kesehatan ternak, warga bisa mengetahui secara umum
tentang penyakit leptospirosis dari dokter hewan Miyayu
Soneta, M.Vet. Dari sisi radiologi, masyarakat diajak
mengenali gejala-gejala yang timbul pada manusia apabila
leptospirosis mulai muncul. Sedangkan, dari sisi pengobat
tradisional, peserta diajak untuk memperbaiki pola hidup
melalui makanan.
“Kita lakukan screenning USG (ultrasonografi) karena paling
banyak Leptospira menginfeksi ginjal dan saluran kemih.
Screening kita lakukan kepada 25 orang, sedangkan vaksinasi
untuk 20 ekor hewan peliharaan,” terang dokter Lailatul.
Guna menjaga kesehatan ginjal, narasumber yang juga ahli gizi
D-3 Battra Edith Frederica Puruhito, M.Sc., memberi sejumlah
tips kepada warga.
“Bikin jus dengan campuran wortel, mentimun biar ada rasa
segar. Kemudian agar rasanya manis, saya biasanya tidak
menambah gula atau madu tetapi air kelapa. Kalau sudah
diblender visualnya tidak terlalu pekat. Ini bisa jadi pilihan
bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan ginjal,” tutur Edith.
Dengan adanya program pengabdian masyarakat kali ini,
masyarakat mengetahui risiko tinggi penyakit yang dapat
menyerang mereka serta menjaga kesehatan tubuh.
Penulis: Defrina Sukma S
Waspadai Leptospirosis
Kala Banjir
di
UNAIR NEWS – Salah satu penyakit yang patut diwaspadai saat
musim hujan dan banjir adalah leptospirosis. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. ini bisa mengakibatkan
kematian. Menurut data yang dilansir pada Februari 2015 oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tercatat 435 kasus
dengan 62 kematian akibat penyakit Leptospirosis.
Penyakit ini memang patut diwaspadai saat banjir tiba.
Pasalnya, pada saat banjir, luapan air yang masuk ke pemukiman
warga mengakibatkan tingkat penularan penyakit menjadi lebih
tinggi. Namun, menurut M. Atoillah, dr., M.Kes, penyakit
Leptospirosis perlu diwaspadai tidak hanya saat banjir. Warga
perlu mewaspadai tempat-tempat genangan air, seperti selokan,
parit, dan gorong-gorong. Bisa saja, genangan air sudah
terkontaminasi dengan bakteri Leptospira sp. yang cukup mudah
ditularkan melalui urin tikus.
“Ketika bakteri itu sudah masuk dalam tubuh inang, dia akan
mencari tempat favoritnya. Salah satu tempat favorit
Leptospira adalah saluran kencing pada tikus,” tutur dr.
Atoillah, pengajar pada Departemen Epidemiologi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.
Penyakit ini menular pada manusia melalui kulit manusia yang
terluka, dan selaput lendir seperti mulut dan hidung. Masa
inkubasi bakteri dalam tubuh manusia paling lama adalah 14
hari. Ketika bakteri sudah masuk ke tubuh manusia, Leptospira
sp. akan menyerang hati dan pembuluh darah. Tubuh manusia yang
terjangkiti bakteri ini akan mengalami gejala demam tinggi,
nyeri otot, mual, mimisan, dan kuning. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit ini berkisar antara 3 – 16 persen.
“Rasa nyeri otot inilah yang membedakan penyakit Leptospirosis
dengan Hepatitis. Karena penderita sama-sama terlihat kuning.
Parah atau tidaknya penyakit ini bergantung pada lama tidaknya
penderita mencari pertolongan, dan daya tahan tubuh. Ditangani
lebih cepat lebih baik,” ujar dr. Atoillah.
Golongan manusia dari segi usia yang rentan terkena penyakit
ini adalah anak-anak kecil dan orang lanjut usia. Sebab, daya
tahan tubuh anak kecil belum kebal, sedangkan pada daya tahan
tubuh lansia sudah mulai menurun. Dari segi pekerjaan, para
petugas kebersihan adalah golongan yang paling rentan
terinfeksi bakteri Lepstospira sp.
Pengendalian penyakit berbasis pencegahan di masyarakat
merupakan salah satu cara untuk menjaga agar penyakit
Leptospirosis tidak meluas. Masyarakat perlu menjaga perilaku
hidup bersih dan sehat, termasuk memberantas sarang tikus di
rumah. Selain itu, orang tua perlu berperan dalam melakukan
pengawasan terhadap si kecil agar tak bermain di genangan air.
(*)
Penulis: Defrina Sukma S
Editor : Nuri Hermawan
Download