Asia, Pilar Ekonomi Global

advertisement
Asia, Pilar Ekonomi Global
Kamis, 31 Desember 2009 | 05:13 WIB
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
Gunjang-ganjing finansial terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an sudah mereda. Walaupun
titik nadir sudah terlewati, dampaknya masih terasa, setidaknya dalam dua tahun ke depan.
Krisis finansial yang bermula dari krisis perumahan di AS menghasilkan jutaan penganggur karena
penutupan perusahaan kecil dan besar, serta memerosotkan perdagangan global hingga
memperbesar defisit anggaran pemerintah karena harus turun tangan menyelamatkan
perekonomian.
Badai telah berlalu dan harapan tahun depan akan lebih baik tetap ada. Tinjauan Ekonomi 2010 dari
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pada 2010 pertumbuhan ekonomi global sebesar
3,1 persen.
Sebagian besar pertumbuhan ini akan didorong Asia, terutama India dan China. Di dua negara itu,
output industri tumbuh dengan kecepatan tertinggi dalam 18 bulan terakhir pada Oktober lalu.
Sedangkan untuk tahun 2009 ini, IMF memperkirakan pertumbuhan global minus 1,1 persen.
Di tengah upaya memperbaiki keadaan ekonomi global, kejutan datang dari Dubai. Ibarat orang
sedang dalam masa pemulihan, perusahaan milik pemerintah Dubai World menyatakan ingin
menunda pembayaran utang.
Kontan saja pernyataan ini mengejutkan berbagai pihak. Kawasan Timur Tengah termasuk Dubai
sempat disebut sebagai salah satu alternatif penempatan investasi ketika kiblat investasi, pasar
finansial AS, terguncang. Nyatanya, Dubai memiliki kelemahan dan masalah tersendiri. Proyekproyek prestisius dan berkelas di Dubai yang menarik perhatian investor dan konsumen ternyata
benar-benar dibangun di atas dasar pasir.
Untunglah dampak dari penundaan pembayaran utang Dubai ini tidak terlalu menyebar dan meluas.
Setidaknya, setelah mendapat talangan dari Abu Dhabi, banyak pihak yang sedikit lega. Walaupun
tampaknya kepercayaan belum pulih sepenuhnya.
Setahun terakhir, memang sudah ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintahan di
berbagai negara, juga perusahaan-perusahaan. Perlahan, pemulihan sudah terlihat. Tetapi, banyak
pihak juga yang memperingatkan bahwa perjalanan menuju perekonomian normal masih jauh.
Perbaikan yang terjadi masih rentan dan dapat saja berbalik arah lagi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam paparan singkatnya mengenai prospek perekonomian
global 2010 menyebutkan bahwa produksi industri sudah meningkat, juga pasar saham global dan
perdagangan internasional. Ketiga data tersebut merupakan pertanda pembalikan arah setelah
kejatuhan perdagangan internasional. Selain itu, ketersediaan kredit juga menjadi mesin pendorong
pemulihan ekonomi global.
Lembaga multilateral lainnya, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD),
sangat optimistis akan keadaan perekonomian di 30 negara anggotanya pada 2010. OECD
menggandakan perkiraan pertumbuhan bagi negara-negara maju seperti AS, Jepang, Jerman, dan
Inggris menjadi 1,9 persen dari perkiraan sebelumnya yang hanya 0,7 persen pada Juni lalu.
Masalah di Barat
Walaupun demikian, di tengah optimisme tersebut masih mengganjal sisa-sisa dampak krisis global,
yaitu pengangguran. Masalah yang satu ini tidak dapat diselesaikan dalam satu malam. Menurut
perkiraan OECD, penurunan jumlah pengangguran baru akan terjadi pada tahun 2011.
Penurunan drastis tingkat pengangguran di AS pada November lalu meningkatkan harapan akan
terjadi pemulihan yang berkesinambungan. Tingkat pengangguran di AS turun menjadi 10 persen
pada November dari 10,2 persen pada Oktober. Angka pengangguran pada Oktober itu merupakan
yang tertinggi dalam 26 tahun terakhir.
Di AS, upaya penciptaan lapangan kerja yang diharapkan ternyata masih jauh dari harapan. Jumlah
yang tersedia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan 15,4 juta penganggur di AS saat ini.
Selain itu, defisit anggaran di negara-negara maju juga semakin mencengangkan. Defisit AS per
September sudah mencapai 1,42 triliun dollar AS. Di Eropa, beberapa negara seperti Yunani dan
Portugal mengalami defisit anggaran. Defisit Yunani mencapai 300 miliar euro, setara dengan 12,7
persen dari produksi domestik bruto (PDB) pada 2009. Angka itu jauh lebih tinggi dari limit defisit
yang diperkenankan di Uni Eropa sebesar 3 persen. Pemerintah Yunani mendapatkan tekanan baik
dari Uni Eropa maupun dari dalam negeri untuk memperbaiki keadaannya.
Peran Asia
Menurut IMF, sebagian dari pertumbuhan global pada 2010 akan tergantung pada keadaan di Asia,
setidaknya India dan China. China diproyeksikan masih dapat bertumbuh hingga 9 persen dan India
6,4 persen. Pertumbuhan ekonomi yang besar ini didukung paket stimulus ditambah kenaikan
permintaan domestik. Peningkatan pasar domestik menjadi penting karena pasar ekspor mereka,
AS dan Eropa, terlanda resesi.
Sedangkan Jepang yang memiliki persoalan dengan deflasi, aktivitas perekonomian diperkirakan
anjlok 5,4 persen tahun 2009 walaupun ada paket stimulus. Pada tahun 2010, diperkirakan ekspor
akan mendorong pertumbuhan ekonominya hingga 1,7 persen.
Senada dengan IMF, Bank Pembangunan Asia juga menekankan pentingnya peranan negaranegara di Asia sebagai motor pertumbuhan tahun depan. Diperkirakan, 45 negara berkembang di
kawasan Asia Pasifik akan bertumbuh sebesar 4,5 persen tahun ini dan 6,6 persen pada 2010.
Negara berpenghasilan menengah di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand,
dan Vietnam diperkirakan akan bertumbuh 1,2 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Sedangkan
negara industri baru seperti Hongkong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan akan terkontraksi
tipis sebesar 01, persen, dari kontraksi 6,3 persen pada kuartal pertama 2009.
Beberapa
perkiraan
pertumbuhan
ekonomi
kawasan
2010
• Pertumbuhan di AS diperkirakan mencapai 2,5 persen pada 2010, naik dari perkiraan yang dibuat
Juni lalu sebesar 0,9 persen. Tetapi defisit anggaran AS masih akan merah, sebesar 1,42 triliun
dollar AS per September 2009.
• Kawasan Asia, terutama Asia Timur, akan bertumbuh 4,2 persen tahun ini dan 6,8 persen pada
tahun 2010.
• Kawasan zona euro, 16 negara Eropa pengguna euro diperkirakan akan bertumbuh 1,5 persen
pada 2010. Jerman yang merupakan pengekspor terbesar akan bertumbuh 1,6 persen pada 2010.
• Pertumbuhan Amerika Latin dimotori oleh Brasil dan Meksiko. Brasil diperkirakan bertumbuh 5
persen, Meksiko 3 persen setelah terkontraksi 7,2 persen pada 2009. Cile diperkirakan bertumbuh 5
persen setelah kontraksi 1 persen pada 2009.
• Di Timur Tengah, penurunan harga minyak dan kontraksi investasi asing akan mengurangi laju
pertumbuhan kawasan itu. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto pada 2009 diperkirakan sebesar 2
persen dan pada 2010 sebesar 4,2 persen. (JOE)
Download