buku odha rev.indd - Kementerian Kesehatan

advertisement
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI BAGI
ODHA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2010
= 70 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tim Penyusun :
1. dr. Sulastini, MKes
2. DR. dr. Anie Kurniawan, MSc
3. Prof. Dr. Syamsu SpPD
4. dr. Paul F. Matulessy, SpGK
5. Dr.Erwin Christianto, SpGK
6. dr. Titis Prawitasari, SpA
7. dr. Grace Ginting, MARS
8. Ineu Sariningrum
9. Siti Fatimah, DCN, Mkes
10. Cornelia, SKM.MSc
11. Ir. Rr. Itje Aisah Ranida, MKes
10. Suroto, SMK.MKM
11. Titi Resmisari
Editor :
1. Lucia Pardede, MSc
3. Hera Nurlita, SsiT, Mkes
4. dr. Inti Mujiati
3. Rose Wahyu Wardani, DCN
4. dr. Julina
5. Della Rosa, SKM
= 69 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Cara pembuatan :
• Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
• Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis+ kunyit atau menggunakan
daun kunyit, untuk menghilangkan bau amis. Kemudian ikan
direbus dengan satu gelas belimbing air hingga matang, lalu ambil
bagian daging putihnya dan hancurkan (pisahkan dari duri/ tulang
ikan)
• Pisang direbus/dikukus/dibakar agar getahnya hilang, lalu ambil
bagian putihnya (bagian tengahnya dibuang). Campurkan tepung
beras dan pisang. Kemudian aduk sambil ditekan pakai punggung
sendok makan sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan
kaldunya ke dalam adonan, lalu tambah gula, minyak dan garam.
• Lanjutkan pemasakan sambil diaduk-aduk diatas api kecil hingga
masak (5 menit)
3.
FORMULA KACANG HIJAU
Bahan :
• Tepung beras
: 25 gr (4 sendok makan rata)/
beras 3 sendok makan
• Kacang hijau
: 60 gr (6 sendok makan rata)
• Gula
: 15 gr (1,5 sendok makan rata)
• Minyak goreng
: 10 gr (1 sendok makan)
• Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
• Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
• Kacang hijau direbus dengan empat gelas air hingga matang
(30 menit)
• Hancurkan dengan saringan kawat
• Campurkan tepung beras, gula, minyak, garam dan air dingin
sebanyak 50 cc (1/4 gelas belimbing)
• Masukkan ke dalam rebusan kacang hijau yang sudah
dihancurkan
• Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan
berulang-ulang di atas api kecil hingga masak (5 menit).
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan masyarakat,
yaitu masalah penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal
dan kecenderungan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi,
khususnya HIV/ AIDS walaupun prevalensinya masih relatif rendah tetapi
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan rekomendasi ” Regional Consultation on Nutrition and
HIV/AIDS” di Thailand pada tanggal 9-11 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14
negara di wilayah SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/AIDS bersifat
komprehensif dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting
dalam penanganan HIV/ AIDS karena : 1) gizi adalah merupakan kesehatan
yang penting dan utama dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan
HIV/ AIDS secara komprehensif ; 2) Infeksi HIV pasti mempengaruhi status
gizi ODHA ; 3) Malnutrisi pada HIV berdampak memperburuk penyakit ; 4)
Intervensi gizi yang memadai dapat membantu ODHA mengurangi gejala
klinis, mengurangi risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizi.
Dalam rangka pelayanan HIV /AIDS yang komprehensif pada tahun
2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan Depkes
dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan
Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping (care giver). Namun,
tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA belum mempunyai
acuan, sehingga perlu disusun”Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademisi,
profesi serta pihak yang terkait baik dalam penyusunan maupun ujicoba
pedoman ini. Semoga pedoman ini bermanfaat.
Jakarta, .........Juni 2010
Direktur Bina Gizi Masyarakat
DR. Minarto, MPS
= 68 =
= iii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 10
Contoh Menu Makanan Lumat
CATATAN:
Makanan formula dapat dibuat satu kali untuk kebutuhan sehari dengan
1 kali menghangatkan
Simpan dalam wadah bersih dan tertutup
Jika pasien masih mau makan, dapat dibuat lagi
Formula dapat dibuat dengan tekstur yang lebih padat atau lebih cair
sesuai dengan kebutuhan.
1.
FORMULA TEMPE
Bahan :
• Tempe
: 100 gr (4 potong sedang)
• Terigu/ tepung beras : 40 gr (4 sendok makan penuh)
• Gula
: 25 gr ( 3 sendok makan rata)
• Minyak goreng
: 5 gr (1/2 sendok makan)
• Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
• Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
• Tempe dipotong-potong, kemudian direbus 10 menit lalu
dihaluskan
• Semua bahan dicampur, tambahkan satu gelas belimbing air, aduk
jadi satu
• Kemudian dimasak di atas api kecil sambil diaduk-aduk selam kirakira 5-10 menit.
2.
= iv =
FORMULA IKAN
Bahan :
• Tepung beras
: 45 gr (7 sendok makan) atau beras 6 sdm
• Daging ikan
: 60 gr (130 gr ikan segar)
• Gula
: 20 gr ( 2 sendok makan)
• Minyak goreng
: 20 gr (2 sendok makan)
• Pisang ambon
: 100 gr (1 buah sedang)
• Garam beryodium dan air secukupnya
= 67 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Menu II
Kalori
Protein
Lemak
Ha
PAGI
:
:
:
:
2580,5
66.85
58.77
346.58
DAFTAR ISI
Nasi Kuning 100 gr ( ¾ gelas)
Ayam Goreng Bb. Lengkuas 50 gr (1 pot. Sdg )
Pisang susu 2 bj (50 gr )
10.00
Bubur jagung + Kac. Ijo 1 mangkok
Fruits Punch 1 gelas
Siang
Nasi 100 gr ( ¾ gelas)
Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang)
Tempe kripik
Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok)
Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
16.00
Slada buah ( 1 gelas) (200 cc)
Cucur pisang + keju parut 50 gr (1 porsi)
Malam
Nasi 120 gr (3/4 gelas)
Tempe bacem 50 gr (1 pot. sedang)
Ikan balado 50 gr (1 potong sedang)
Sayur Asem 100 gr ( 1 mangkok)
Pisang raja 100 gr (1 bj )
20.00
Susu coklat 20 gr ( 1 gelas)
Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)
= 66 =
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB II HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV
B. Diagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
3
6
7
7
8
BAB III PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (0-12 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
11
15
30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis
B. Monitoring laboratorium
C. Monitoring asupan makanan
35
36
37
BAB V PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
=v=
11
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 9
LAMPIRAN
a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
CONTOH MENU :
Makanan biasa untuk HIV stadium I
1.
= vi =
Menu I
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
:
:
:
:
2305
66.85
58.77
337.58
PAGI
Nasi Goreng ayam 120 gr ( ¾ gelas)
Juice wortel + jeruk 100 gr (1 gelas)
10.00
Kolak pisang 1 mangkok
Siang
Nasi 100 gr ( ¾ gelas)
Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang)
Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok)
Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
16.00
Slada buah ( 1 gelas) (200 cc)
Cucur pisang keju 50 gr (1 porsi)
Malam
Nasi 100 gr (3/4 gelas)
Perkedel Kentang 50 gr (1 potong sedang)
Ikan grg BB. Tauco 50 gr (1 potong sedang)
Tauge + tahu grg bumbu Nenas 100 gr ( 1 mangkok)
Pisang raja 100 gr (1 bj )
20.00
Susu coklat 20 gr ( 1 gelas)
Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)
= 65 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 8.
BAB I
Form Monitoring asupan makanan
NAMA :
Tanggal 11/11/01
Jam
PENDAHULUAN
Nomor Register :
Jenis Makanan : F-75
Frekuensi Pemberian : 12
kali
Jumlah Pemberian :
75 ml/pemberian
b. Jumlah
c. Jumlah
d. Perkiraan
pemberian lewat
a. Jumlah
pemberian lewat
mulut (ml)
Jumlah yang
yang diberikan
NS,
dimuntahkan (ml)
(a – jumlah sisa di
(ml)
jika diperlukan (ml)
tempat pemberian)
e. Berak Cair
(jika ada, ya)
Total
Total Volume selama 24 jam =
jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NS (c) – total
jumlah yang dimuntahkan (d) = ………..ml
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA) sebanyak 193.000 – 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92 ).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis.
= 64 =
=1=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan
pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.
B.
TUJUAN
Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C.
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS
yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionis/ dietisien
3. Perawat
4. Bidan
D.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum
2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIV, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi
dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (0-2 tahun), remaja
dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi
klinis penyakit lain.
4. Monitoring (monitoring klinis, laboratorium dan asupan makanan).
=2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 7
CONTOH MAKANAN FORMULA CAIR ORAL
(UNTUK ODHA DEWASA)
•
FORMULA 1
Nilai Gizi :
Energi (kkal) :
Protein (g) :
Lemak (g) :
Karbohidrat (g)
1562.5
46.9 (12%)
45.3 (26%)
238.9 (62%)
Bahan Makanan
Berat (g)
URT (Ukuran Rumah Tangga)
Susu Kedelai bubuk
Havermout
Margarin/Minyak
Gula Pasir
Mineral Mix
Air
80
100
25
100
8
1500
8 sdm
8 sdm
2½ sdm
12 sdm
1 sachet
•
FORMULA 2
Nilai Gizi :
Energi (kkal) :
Protein (g) :
Lemak (g):
Karbohidrat (g)
1343.5
33.0
69.6
144.5
Bahan Makanan
Berat (g)
URT (Ukuran Rumah Tangga)
Alpukat
Wortel
Tomat
Apel
Susu kedelai
Gula Pasir
Mineral Mix
air
225
150
300
250
150
100
8
2 bh besar
2 bh sedang
3 bh sdg
2 bh sdg
2½ sdm
10 sdm
= 63 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Jam Sele, rendah Gula
Krim, non dairy, cair
Bubuk
Margarin non fat
Manyonaise
Permen tanpa gula
sirup, tanpa gula
Wijen
Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+
Pr+
2 sdt
1 sdm
1 sdm
1 sdt
1 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
Tinggi Kalium
Tinggi Purin
BAB II
HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu
(ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa
hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa
sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak
sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks
yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular
berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh
menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit,
termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas
hidup ODHA.
A.
STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui
cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI.
= 62 =
=3=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 1 : Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Skala fungsional 1 : asimtomatik, aktifitas normal
Stadium klinis II
1.
2.
3.
4.
Penurunan BB < 10%
Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik,
prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut
berulang, kheilitis angularis)
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti
sinusitis bakterial)
Dan atau skala fungsional 2 : simtomatik, aktifitas normal
Stadium klinis III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penurunan berat badan > 10%
Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
Dema berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
Kandidiasis oral (thrush)
Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
TB Paru
Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
Dan atau skala fungsional 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir
terbaring
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
HIV wasting Syndrome *
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cytomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa atau
kelenjar getah bening (contoh retinitis)
=4=
Santan (peras dengan air)
Kelapa
Keju Krim
Minyak Kelapa
Minyak Ini Kelapa Sawit
1/3 gls
1 ptg kcl
1 ptg kcl
1 sdt
1 sdt
40
15
15
5
5
K+
K+
K
K
K
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g
S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
K+ Tinggi Kalium
GOLONGAN VIII (Makanan Tanpa Kalori)
Mengandung kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori
tiap penukarnya
Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal
3 penukar sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat
menyebabkan kenaikan kadar gula darah
Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat
dikonsumsi lebih bebas
Bahan Makanan
Ket
Agar-agar
Air Kaldu
Air Mineral
Cuka
Gelatin
Gula Alternatif
Aspartam
sakarin
Kecap
Kopi
Minuman Ringan Tanpa Gula
Minuman Tonik Tanpa Gula
Tauco
Teh
= 61 =
Na++Pr+
Na++
Na++
K+
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Susu tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat 7 g Protein
10 g Lemak
Bahan Makanan
URT
Susu Kerbau
½ gls 100
Tepung Susu Skim 6 sdm 30
Gram
7.
150 Kalori
Ket.
K+
K+Ko+
GOLONGAN VII (Minyak/Lemak)
Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut
kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak
tidak jenuh dan lemak jenuh. Satu satuan penukar mengandung 5 g Lemak;
50 Kalori
1. LEMAK TIDAK JENUH
Bahan Makanan
Alpukat
Biji Labu Merah
Kacang Almond
Margarin Jagung
Mayonnaise
Minyak Biji Kapas
Minyak Bunga Matahari
Minyak Jagung
Minyak Kacang Kedelei
Minyak Kacang Tanah
Minyak Safflower
Minyak Zaitun
URT
Gram
Ket
1/2 bh bsr
2 bj
7 bj
1/4 sdt
2 sdm
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
60
10
25
5
20
5
5
5
5
5
5
5
S+Tj+K+
S+
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
Mikosis endemik yang menyebar
Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
Septikemia salmonela non-tifoid
Tuberkulosis ekstra paru
Limfoma
Sarkoma Kaposi’s
Ensefalopati HIV **
Dan atau skala fungsional 4 : > 50% dalam masa 1 bulan terakhir
terbaring
*
HIV wasting syndrome : berat badan berkurang > 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berlangsung selama
berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/AIDS pada anak
Tj+
Tj+
Tj+
Stadium klinis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
2.
LEMAK JENUH
Bahan Makanan
Lemak babi
Mentega
URT
Gram
1 ptg kcl
1 sdm
5
15
= 60 =
Ket
1.
2.
3.
4.
Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
=5=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
5.
Rambutan
Sawo
Salak
Semangka
Sirsak
Srikaya
Strabery
Gula
Madu
Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB,
abses)
Stadium klinis III
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Infeksi oportunistik yang termasuk dalam definisi AIDS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
Septikemia atau meningitis berulang
*
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafik BB/TB pada pengukuran 2 kali
berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNOSA
Diagnosa HIV/AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Dilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untuk HIV
Limfosit total atau CD4 (jika tersedia)
Rapid Test Diagnosa (jika tersedia)
2.2. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Co-morbidity:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
- Pemeriksaan feses lengkap
- Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
- Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
- Pemeriksaaan sputum BTA
- Pemeriksaan foto thorax
- Pemeriksaan kehamilan
=6=
8 bh
1 bh sdg
1 bh sdg
2 bh sdg
1/2 gls
2 bh bsr
4 bh bsr
1 sdm
1 sdm
75
55
65
180
60
50
215
13
15
S+
S+
S+
S++
GOLONGAN VI (Susu)
Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama
Vitamin A dan Niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Menurut
kandungan lemaknya, susu dibagi menjadi 3 kelompok
1. Susu tanpa lemak
Satu satuan penukar mengandung
10 g Karbohidrat 7 g Protein
75 kalori
Bahan Makanan
Susu Skim Cair
Tepung Susu Skim
Yoghurt Non Fat
2.
URT
Gram
Ket.
1 gls
4 sdm
2/3 gls
200
20
120
K+
K+
K+
Susu rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung
10 g Karbohidrat 7 g Protein
Bahan Makanan
Keju
Susu Kambing
Susu Kental tidak Manis
Susu Sapi
Tepung Susu Asam
Yogurt Susu Penuh
6 g Lemak
125 Kalori
URT
Gram
Ket.
1 ptg kcl
¾ gls
½ gls
1 gls
7 sdm
1 gls
35
165
100
200
35
200
Na+Ko+
K+
K+
K+
K+
K+
= 59 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Blewah
Cempedak
Duku
Durian
Jambu Air
Jambu Biji
Jambu Bol
Jambu Monyet
Jeruk Bali
Jeruk Garut
Jeruk Manis
Jeruk Nipis
Kolang-kaling
Kedondong
Kemang
Kesemek
Kurma
Kiwi
Lontar
Lychee
Mangga
Manggis
Merkisa
Melon
Menteng
nangka Masak
Nenas
Pala (daging)
Peach
Pear
Pepaya
Bahan Makanan
Pisang Ambon
Pisang Kepok
Pisang Mas
Pisang Raja Sereh
Plum
1 ptg sdg
7 bj sdg
16 bh bsr
2 bh bsr
2 bh bsr
1 bh bsr
1 bh kcl
1 bh bsr
1 ptg
1 bh sdg
2 bh sdg
1 1/4 gls
5 bj sdg
2 bh sdg
1 bh bsr
1/2 bh
3 bh
1 1/2 bh
16 bh
10 bh
3/4 bh bsr
2 bh sdg
3/4 bh sdg
1 ptg bsr
4 bh sdg
3 bj sdg
1/4 bh sdg
4 bh sdg
1 bh sdg
1/2 bh sdg
1 ptg bsr
URT
1 bh kcl
1 bh
2 bh
2 bh kcl
2 1/2 bh
= 58 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
70
45
80
35
110
100
90
80
105
115
110
135
25
120
105
65
15
110
185
75
90
80
35
190
75
45
95
120
115
85
190
Gram
50
45
40
40
140
S+
S++
K+
C.
METABOLISME GIZI PADA ODHA
Pada ODHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik.
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
S+
K+
S+
S+K+
S+K+
K+
K+
S++
S++
S+
S+
S++
S++
S++
S+
Gizi memburuk
(BB turun, atrofi otot
mikronutien kurang)
S++
S++
S++
S++
S+K+
Ket
K+
K+
S+K+
K+
S+
Kebutuhan zat gizi
meningkat (Karena
malabsorpsi, asupan
gizi berkurnag
HIV
Merusak sostem
imunitas (daya tahan
terhadap HIV dan
infeksi lain berkurang
Risiko terhadap penyakit
infeksi meningkat
(Infeksi saluran cerna, TB,
flu lebih cepat masuuk
dalam stadium AIDS)
Sumber : Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
=7=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pepaya Muda
Rebung
Tebu Terubuk
Wortel
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Respon
Peradangan
Malabsorpsi
Sayuran C
Satu satuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3
Protein; 50 Kalori
Menghambat
Efek obat
Kebutuhan
Nutrisi
meningkat
Infeksi
Sekunder
berulang
EFEK HIV
PADA GIZI
Diare
berulang
Anoreksia
patologi oral dll
Sumber : Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang gizi,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hidup.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi ODHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
samping
=8=
S+
3.
Gambar 2.
EFEK HIV PADA GIZI
Kebutuhan
Energi
meningkat
S+
S+K+
Bayam Merah
Daun Katuk
Daun Labu Siam
Daun Mangkokan
Daun Malinjo
Daun Pepaya
Daun Singkong
Daun Tales
Kacang Kapri
Kluwih
Malinjo
Nangka Muda
Taoge Kacang Kedele
g
S+K+
S
S++
K++
S+K+
S+
S+
Ka
S+
GOLONGAN V (Buah-buahan dan Gula)
Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang
tanpa kulit dan biji (berat bersih).Satu satuan penukar mengandung : 12 g
Karbohidrat; 50 Kalori
Bahan Makanan
Anggur
Apel Merah
Apel Malang
Arbei
Belimbing
URT
Gram
Ket
20 bh sdg
1 bh kcl
1 bh sdg
6 bh sdg
1 bh bsr
165
85
75
135
140
S++K+
= 57 =
S+
K+
S++K+
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Caisim
Daun Koro
Pe-Cay
Tomat
Jagung Muda
Kol
Bawang Bombai
Bayam
Bit
Brokoli
Buncis
Cabe Merah Besar
Daun Bawang
Daun Bluntas
Daun Kacang Panjang
Daun Kecipir
Daun Kemangi
Daun Lobak
Daun Lomponh Tales
Daun Pakis
Daun Pohpohan
Sawi
Seledri
Taoge Kacang Hijau
Terong
Genjer
Kangkung
Jantung Pisang
Kacang Buncis
Kacang Panjang
Kapri Muda
Kecipir (buah muda)
Kembang Kol
Kucai
Labu Siam
Labu Waluh
Leunce
Pare
S++
S+
S+K+
S++K+
S+
S+K+
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
K+
K+
S+
S++
S++
S+K+
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel
yang mempunyai reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlah
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel CD4.
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat ODHA merasa lebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obat-obat ARV ada beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
S++
Tabel 3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini- Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
S+
S++
S+
S++
S+K+
S++
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
D4T + 3TC + NVP
D4T + 3TC + EFV
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
S+
S+
S++K+
S+
S+
S++K+
S+
K+
S++
= 56 =
=9=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK
GOLONGAN Zidovudine
(AZT, ZDV)
NRTI
EFEK SAMPING
Anemia, neutropenia, intoleransi
gastro intestinal, sakit kepala, sulit
tidur, miopati, adosis laktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, luka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
Tahu
Tempe
Sari Dele Bubuk
1 bj bsr
2 ptg sdg
2 1/2 gls
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
110
50
185
S+
S++ Serat > 6 g
GOLONGAN IV (Sayuran)
Stavudine (d4T)
Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Didanosine (ddI)
Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin
C, zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran
dari daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang
panjang, buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. Satu penukar adalah
100 g sayuran campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan).
Golongan sayuran dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat
gizinya.
Tenofovir (TDF)
Insufisiensi fungsi ginjal
1.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
GOLONGAN Nevirapine (NVP)
NNRTI
Efavirenz (EFV)
GOLONGAN Lopinavir (LPV)
PI
Ruam kulit, sindrom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
Sayuran A
Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan
Kalorinya
Baligo
Gambas (oyong)
Jamur Kuping Segar
Ketimun
Labu Air
Lettuce
Lobak
Slada
Slada Air
Tomat
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
Intoleransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
Dengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit
penyerta dan status gizi pada ODHA.
= 10 =
S+
S++
S+K+
S+
S++
S+K+
S+
2.
Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g
Protein; 25 Kalori
Cabe Hijau Besar
S++
= 55 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.
Tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Bebek
Belut
Corned beef
Daging Ayam Dengan Kulit
Daging Babi
Ham
Sardencis
Sosis
Kuning Telur Ayam
Telur Bebek
Telur Ikan
1 ptg sdg
3 ekor kcl
3 sdm
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 1/2 ptg kcl
1/2 ptg sdg
1/2 ptg sdg
4 btr
1 btr
1 ptg sdg
45
45
45
40
50
40
35
50
45
55
40
Pr+
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg
Ko+ Tinggi Kolesterol
Na+
Ko+
Ko+
Na++,Ko+, Pr+
Pr+
Na+
Ko+
Ko+
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Na++ Natrium > 400 mg
Pr+ Tinggi Purin
GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati)
Umumnya digunakan sebagai lauk juga. Satu satuan penukar
mengandung 7 g Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Kacang Hijau
Kacang Kedelei
Kacang Merah
Kacang Mente
Kacang Tanah
Kacang Tanah Kupas
Kacang Tolo
Keju Kacang Tanah
Kembang Tahu
Oncom
Pete Segar
2 sdm
2 1/2 sdm
2 sdm
1 1/2 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
1 lembar
2 ptg kcl
1/2 gls
20
25
20
15
15
15
20
15
20
40
55
S++
S+
S+
Tj+
S+Tj+
= 54 =
Tj+
S++
TUJUAN
B.
ASUHAN GIZI
1. PADA BAYI DAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 0-6 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah ASI, karena
itu bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan
= 11 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut.
Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka
harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya
diberikan ASI saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu formula
bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian
ASI ekslusif. Makanan Pendamping ASI (MPASI) diberikan mulai
usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi
melalui ASI, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi
Menyusu Dini)/early cessation, 2) memanaskan ASI perah pada
suhu tertentu (suhu 660C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet,
mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.
Bagi ibu dengan HIV positif yang memilih untuk tidak
memberikan ASI dapat memberikan susu formula sepanjang
memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu
dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang
memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga
mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan)
berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai
dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya,
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus
disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang
cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih,
serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti ASI bisa
= 12 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
2.
Ikan Segar
Kepiting
Kerang
Lemuru
Putih Telur Ayam
Rebon Kering
Rebon segar
Selar Kering
Sepat Kering
Teri Kering
Teri Nasi
Udang Segar
1 ptg sdg
1/3 gls
1/2 gls
1 ptg
2 1/2 btr
2 sdm
2 sdm
1 ekor kcl
1 ptg sdg
1 sdm
1/3 gls
5 ekor sdg
40
50
90
35
65
10
45
20
20
20
20
35
Keterangan
Na+
Ko+
Pr+
Natrium 200-400 mg
Tinggi Kolesterol
Tinggi Purin
Na+, Pr+
Ko+
Lemak sedang
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Bakso
Daging Anak Sapi
Daging Domba
Daging Kambing
Daging Sapi
Ginjal Sapi
Hati Ayam
Hati Babi
Hati Sapi
Otak
Telur Ayam
Telur Bebek Asin
Telur Penyu
Telur Puyuh
Usus Sapi
10 bj sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg bsr
1 bh sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg bsr
1 btr
1 btr
2 btr
5 btr
1 ptg bsr
170
35
40
40
35
45
30
35
35
65
55
50
60
55
50
Ko+
Ko+, Pr+
Pr+
Ko+, Pr+
Ko+, Pr+
Ko+, Pr+
Ko+
= 53 =
Ko, Pr
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tepung Beras
Tepung Hunkwee
Tepung Sagu
Tepung Singkong
Tepung Teribu
Ubi Jalar Kuning
Krupuk Udang/Ikan
8 sdm
10 sdm
8 sdm
5 sdm
5 sdm
1 bj sdg
3 bj sdg
Keterangan :
Na+ = Natrium 200-400 mg
S++ = Serat > 6 g
S+ = Serat 3-6 g
50
50
50
50
50
135
30
PS++, P-
P- = Rendah Protein
K+= Tinggi Kalium
GOLONGAN II (Sumber Protein Hewani)
Umumnya digunakan sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya,
sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok :
1.
Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Babat
Cumi-cumi
Daging Asap
Daging Ayam Tanpa Kulit
Daging Kerbau
Dendeng Daging Sapi
Dideh Sapi
Gabus Kering
Ikan Asin Kering
Ikan Kakap
Ikan Kembung
Ikan Lele
Ikan Mas
Ikan Mujair
Ikan Peda
Ikan Pindang
1 ptg bsr
1 ekor kcl
1 lembar
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg kcl
1 ptg sdg
1/3 ekor besar
1/3 ekor sdg
1/2 ekor sdg
1/3 ekor sdg
1/3 ekor kcl
1 ekor kcl
1/2 ekor sdg
40
45
20
40
35
15
35
10
15
35
30
40
45
30
35
25
Ko+, Pr+
= 52 =
Na+
diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hewani
yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu
mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani
yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak
mampu menyediakan susu formula komersial (karena harga
yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga
tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing
dapat digunakan sebagai pengganti ASI.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan
keluarganya:
1.1.1. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau
makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada bayi.
1.1.2. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan
menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum
menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus
sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah
dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari
pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan
1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan
padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat
tanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
= 13 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi,
maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan,
tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 612 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan
bayi, sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya memenuhi
sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas
24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan makanan
keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus
segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata
laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak ( 2-12 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang
gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh
pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang
adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat
memacu tumbuh kembang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya
tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan
cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya
faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya
oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan
saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan
melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat
digunakan pipa oro/ nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila
terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi
yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral.
Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata
laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak:
1.3.1. Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi
persyaratan
= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 6
Daftar Bahan Makanan Penukar
GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok. Satusatuan penukar mengandung : 40 g Karbohidrat; 4 g Protein; 175 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Bengkuang
Bihun
Biskuit
Gadung
Ganyong
Gambii
Havermuut
Jagung Segar
Kentang
Kentang Hitam
Maizena
Makaroni
Mi Basah
Mi Kering
Nasi Beras Giling
Nasi Beras 1/2 Giling
Nasi Ketan Hitam
Nasi Ketan Putih
Roti Putih
Roti Warna Coklat
Singkong
Sukun
Talas
Tape Beras Ketan
Tape Singkong
Tepung Tapioka
2 bj bsr
1/2 gls
4 bg bsr
1 ptg
1ptg
1 ptg
5 1/2 sdm
3 bj sdg
2 bh sdg
12 bj
10 sdm
1/2 gls
2 gls
1 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3 iris
3 iris
1 1/2 gls
3 ptg sdg
1/2 bj sdg
5 sdm
1 ptg sdg
8 sdm
320
50
40
175
185
185
45
125
210
125
50
50
200
50
100
100
100
100
70
70
120
150
125
100
100
50
S++
= 51 =
Na+
S++
S++
S++
S+
S++
K+
PPPNa+, PNa+
Na+
K+, P-, S+
S++
S+
S++, P-
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
+0.2
+0.2
+0.8
+0.8
+10
+10
+4.6
+4.6
+50
+50
+6
+30
+30
+0
+150
+0
+45
+45
+0.4
+0.4
+0.5
+0.5
+100
+100
+3
+3
+0.4
+0.4
+.03
+0.3
+0
+0
+4
+4
+0
+0
+350
+350
+17
+17
+550
+500
+150
+30
+6
+0.2
+0.2
+0.2
+0.2
+5
+5
+1.7
+1.7
+50
+50
+30
+0
+150
+10
+10
+0.2
+0.2
+0.4
+0.4
+200
+200
+4
+4
+0.3
+0.3
+0.3
+0.3
+0
+0
+0
+0
+0
+0
+300
+300
+17
+17
+300
+300
+10
+0.2
+0.4
+200
+4
+0.3
+0.3
+0
+0
+0
+300
+17
+180
+150
+0
+0
+5
+1.7
+50
+0
+30
+150
+0
+0
+0.2
+0.2
2.7
2.7
1.8
1.8
30
30
9.8
9.8
150
150
12
12
270
270
600
600
= 50 =
6 bl
pertama
6 bl kedua
23
24
Timester 3
22
Menyusui
(+an)
Timester 2
21
Timester 1
20
Hamil
(+an)
800
800
75
75
2.4
2.4
1.5
1.5
400
400
14
14
1.1
1.1
1
1
55
55
15
15
10
15
500
500
50
50
1600
1750
156
156
60+ th
19
55
50-64 th
18
55
2.7
2.5
1.8
1.8
30
30
9.3
9.8
150
150
270
600
26
240
600
800
800
75
75
2.4
2.4
1.3
1.3
400
400
14
14
1.1
1.1
1
1
55
55
15
15
5
5
500
500
50
50
1800
1900
156
156
55
30-49 th
17
52
19-29 th
16
(cm)
(kg)
(Kkal)
badan
badan
Umur
26
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
(ug)
(mg)
(ug)
(mg)
(mg)
(mg)
(ug)
(mg)
(ug)
(RE)
(g)
Protein
Berat
Tinggi
Energi
No
Kelmpok
(mg)
(mg)
(ug)
Yodium
Besi
sium
MagneFosfor
Kalsium
Vit.C
B12
Vit.
Piridok-
sin
folat
Asam
Niasin
flavin
RiboTiamin
Vit
K
Vit
E
Vit.A
Vit
D
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia
(ug)
nium
Seng
Sele-
Mangan
(mg)
Fluor
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika
memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga
matang .
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan
menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh
anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 2-4 minggu
2. REMAJA (12-18 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJIAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data
klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history / serta
data riwayat personal.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya
dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga
dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan
hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang
umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan, lingkaran
lengan atas, tebal lemak, lingkar pinggang, lingkar panggul,
tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan
kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang
dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran
antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi
informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks
Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Z-score
BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi
seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa
hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi
tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.
= 15 =
Laboratorium
Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein,
Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin,
Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida,
Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
= 16 =
7-12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
2
3
4
5
6
= 49 =
60+ th
12
10-12 th
13-15 th
16-18 th
13
14
15
Wanita
50-64 th
11
56
19-29 th
30-49 th
9
16-18 th
8
10
55
13-15 th
50
48
37
62
62
62
46
10-12 th
7
35
25
17
12
8.5
6
Laki-laki
0-6 bl
1
154
153
145
165
165
165
165
160
150
138
120
110
90
71
60
2200
2350
2050
2050
2250
2350
2550
2600
2400
2050
1800
1550
1000
650
550
Sumber : Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
50
57
50
60
60
60
60
65
60
50
45
39
25
16
10
(g)
Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
(Kkal)
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
500
450
400
400
375
(RE)
5
5
5
15
10
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
(ug)
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat
ringan)
(cm)
25,1 – 27,0
(kg)
Normal
badan
18,5 – 25,0
badan
Kurus (kekurangan berat badan
tingkat ringan)
Umur
17,0 – 18,4
Vit.A
Kurus (Kekurangan berat badan
tingkat berat)
Protein
< 17,0
Energi
Kategori
Tinggi
IMT
Berat
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas
ambang
Kelmpok
15
15
11
15
15
15
15
15
15
11
7
7
6
5
4
(mg)
Vit
E
55
55
35
65
65
65
65
55
55
35
25
20
15
10
5
(ug)
Vit
K
1.1
1.1
1
1
1.2
1.2
1.2
1.3
1.2
1
0.9
0.6
0.5
0.4
0.3
(mg)
Tiamin
1
1
1
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.2
1
0.9
0.6
0.5
0.4
0.3
(mg)
flavin
Ribo-
14
13
12
16
16
16
16
16
14
12
10
8
6
4
2
(mg)
Niasin
400
400
300
400
400
400
400
400
400
300
200
200
150
80
65
(ug)
folat
Asam
1.2
1.2
1.2
1.7
1.7
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1
0.6
0.5
0.3
0.1
(mg)
sin
Piridok-
Vit.
2.4
2.4
1.8
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
1.8
1.5
5
0.9
0.5
0.4
(ug)
B12
75
65
50
90
90
90
90
90
75
50
45
45
40
40
40
(mg)
Vit.C
1000
1000
1000
800
800
800
800
1000
1000
1000
600
500
500
400
200
(mg)
Kalsium
1000
1000
1000
600
600
600
600
1000
1000
1000
400
400
400
225
100
(mg)
Fosfor
240
230
180
300
300
300
270
270
220
170
120
80
60
55
25
(mg)
sium
Magne-
26
26
20
13
13
13
13
15
19
13
10
9
8
7
0.5
(mg)
Besi
150
150
120
150
150
150
150
150
150
120
120
120
90
90
90
(ug)
Yodium
Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan
cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang
tersedia. Berikut adalah kalsifikasi IMT untuk orang
Indonesia.
Anak
1.2
No
> 27,0
Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia
IMT (kg/m²) =
Vit
D
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan
hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Rumusnya adalah :
14
15.4
12.6
13.4
13.4
13.4
12.1
17
17.4
14
11.2
9.7
82
7.5
1.3
(mg)
Seng
30
30
20
30
30
30
30
30
30
20
20
20
17
10
5
(ug)
nium
Sele-
1.6
1.6
1.6
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.2
1.9
1.7
1.5
1.2
0.6
0
(mg)
Mangan
2.5
2.4
1.8
3
3
3
3
2.7
2.3
1.7
1.2
0.8
0.6
0.4
0.01
(mg)
Fluor
Lampiran 5.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B.
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
Normal
Kehilangan lemak subkutan
Kehilangan massa otot
Edema
Asites
Kesimpulan Status Gizi Anak :
Gizi Baik / A
Gizi Kurang ( ringan – sedang ) / B
Gizi Kurang ( berat ) / C
Ringan
Sedang
Berat
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium
HIV/AIDS), kehilangan massa lemak, massa otot,
kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya
pantangan makanan (berkenaan dengan agama
dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan,
keamanan makanan dan minuman, efek samping
obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan
(masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare,
rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin,
mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial
ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya :
2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat
2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obat-obatan, misalnya ARV
2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI
3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan
perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini
dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi,
pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan
klien. Pada penderita dengan HIV, kebutuhan gizinya
disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
= 48 =
= 17 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 4
Tabel 6 : kebutuhan gizi pada ODHA berdasar stadium
Stadium 1
Kebutuhan energi mengikuti kebutuhan
normal dengan memperhatikan gizi
seimbang
Stadium 2
Kebutuhan energi meningkat 10% dari
kebutuhan normal
Stadium 3 dan 4
Kebutuhan energi meningkat 20% 30% dari kebutuhan normal
3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu
perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan
seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24
jam untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan
perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara
yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal
penting yang perlu dilakukan adalah memonitor
dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah
seimbang.
3.1.1.1 Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk
menetapkan kebutuhan energi seseorang.
Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk
laki-laki dan perempuan.
Laki-laki
= 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) – ( 6,8 x U )
Perempuan = 65,5 + ( 9,6 x BB ) + ( 1,8 x TB ) – ( 4,7 x U )
Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat
stress adalah :
Stress ringan
= 1,3 x BEE
Stress sedang
= 1,5 x BEE
= 18 =
Form Monitoring Status Gizi Anak
Nama Pasien
: ________________
No. Rekam medik : ________________
A.
RIWAYAT
1. Perubahan berat badan
1. Perubahan berat badan dalam 6 bln :
B
C
b. Durasi :
c. Jenis perubahan :
_____ Makanan padat
_____ Makanan cair rendah kalori
_____ Makanan cair penuh
_____ Starvasi
3. Tanda – tanda Saluran cerna (lebih dari 2 minggu)
______ tidak ada _____ mual _____ muntah _____ diare _____ anoreksia
4. Perubahan fungsional (yang berhubungan dengan gizi)
A B
a. keseluruhan
______ tidak ada
______ sedang
______ berat
b. Perubahan dalam 2 minggu terakhir
______ ada perbaikan
______ tidak ada perubahan
______ ada kemunduran
C
2. Persen perubahan berat badan :
_____ kg
A
_____ Meningkat atau
menurun < 5%
_____ Penurunan 5 – 10%
_____ Penurunan > 10%
3. Perubahan berat badan dalam 2 minggu _____ Meningkat
_____ Tidak ada perubahan
_____ Menurun
2. Asupan makanan
a. Perubahan asupan :
_____ tidak ada perubahan
_____ berubah
_____ minggu
= 47 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 3
Stress berat
Kanker
RECALL 24 JAM
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Tgl masuk RS
:
:
:
:
:
3.1.1.2. Basal Metabolik Rate dan Aktifitas
Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang
digunakan berat badan sebenarnya. Secara
umum BMR wanita adalah 0,9 kkal/kg BB/jam
dan untuk laki-laki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam.
Pendidikan :
No.Reg RS :
NO
WAKTU
1
Pagi
2
Snack jam 10.00
3
Siang
4
Snack jam 16.00
5
Sore/ malam
MENU
BAHAN
MAKANAN
URT
= 2,0 x BEE
= 1,6 x BEE
Laki-laki
BERAT
(Gram)
KET
= 1 x BB sebenarnya x 24 jam
Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi
oleh tingkat aktifitas dan SDA. Aktifitas tubuh
umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan
= 20% x BMR
Aktifitas ringan
= 30% x BMR
Aktifitas sedang
= 40% x BMR
Aktifitas berat
= 50% x BMR
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake
makanan adalah pengeluaran energi dari efek
makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
Hasil analisa : Konsumsi makanan / hari ………kalori
Dengan komposisi : karbohidrat….gr, protein …gr, lemak….. gr, vitamin(A,B,C)
….., mineral (Fe, K, Phospor), ….....
Kebutuhan energi total
= BMR +Tingkat aktifitas +SDA
3.1.1.3 Berdasarkan Berat Badan
Perhitungan
kebutuhan
energi
untuk
mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB)
berdasarkan per kg berat badan normal atau
ideal dengan memperhitungkan energi untuk
aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena
adanya penyakit.
AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam
Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan
AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/
= 46 =
= 19 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
stress, Rumus yang digunakan adalah:
Kebutuhan energi
= AMB X faktor aktivitas X faktor trauma/stres
catatan : Bila seseorang memiliki berat badan
kurang, maka kebutuhan energinya ditambah
500 kkalori, sedangkan bila berat badannya
lebih dikurangi 500 kkalori
Tabel 7: faktor aktivitas fisik
Aktivitas
Gender
Laki-laki
Perempuan
Sangat ringan*)
1,30
1,30
Ringan**)
1,65
1,55
Sedang
1,76
1,70
Berat**)
2,10
2,00
Sumber
:
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause’s
Food, Nutrition & Diet Therapy.
NO
BAHAN MAKANAN
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Sayur tomat
Sayur lain
Pisang
Pepaya
Jeruk
Buah segar lain
Buah awet
Susu segar
Susu kental manis
Tepung susu whole
Tepung susu skim
Es krim
Keju
Minyak goreng
Kelapa / santan
Margarin/ mentega
Teh manis/ gula
Kue basah
Sirop
Minuman botol ringan
TIDAK SETIAP SEMINGGU SEBULAN JARANG
PERNAH HARI
SEKALI SEKALI
**) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998,
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Widya
Karya Pangan dan Gizi VI.
= 20 =
= 45 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 2
Tabel 8 : Faktor aktivitas & faktor trauma/stress
dalam menetapkan kebutuhan energi
FORM CATATAN POLA MAKAN
Nama
: ………………….................................
Alamat
: ………………….................................
Tgl masuk RS : …………………
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
BAHAN MAKANAN
Jenis kelamin : L/P
Tgl Lahir/umur : …………….
Nomer Register : …………….
TIDAK SETIAP SEMINGGU SEBULAN JARANG
PERNAH HARI
SEKALI SEKALI
Nasi
Jagung
Mie
Roti
Biskuit/ roti kering
Kentang
Singkong/ubi
Tempe/tahu
Oncom
Kacang kering
Ayam
Daging sapi
Daging diawet
Bakso
Ikan basah
Ikan asin
Udang segar
Telur ayam/ bebek
Sayuran hijau
Sayur kacangan
No
Aktivitas
Faktor No
Jenis trauma/stress
Faktor
1. Istirahat di
tempat tidur
1.2
1. Tidak ada stress, pasien
dalam keadaan gizi baik
1.3
2. Tidak terikat
di tempat tidur
1.3
2. Stress ringan: peradangan
saluran cerna, kanker,
bedah elektif, trauma
kerangka moderat
1.4
3. Stres sedang: sepsis,
bedah tulang, luka bakar,
trauma kerangka mayor
1.5
4. Stres berat: trauma
multiple, sepsis, dan
bedah Multisistem
1.6
5. Stres sangat berat:
luka kepala berat, sindroma
penyakit pernapasan akut,
luka bakar, dan sepsis
1.7
6. Luka bakar sangat berat
2.1
Sumber: A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and
Children. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala
Lumpur, 2000
Contoh kasus 1:
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun,
mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg dengan
HIV stadium I.
Kebutuhan AMB: 1x 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1,3
Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9
(dibulatkan1850 kkal)
= 44 =
= 21 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2:
Seorang laki-laki menderita HIV stadium III dirawat di RS,
berat badan 45 kg tinggi badan 165 cm. berat badan idealnya untuk
IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau
dibulatkan menjadi 52 kg.
Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat IMT: 45 /
1,652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan
kebutuhan energinya adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
- AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1,3 x 1,3 = 2.109 kkal
- Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
- Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan secara bertahap dan lihat kondisi
pasien sampai mencapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk
menaikan berat badannya)
Contoh Kasus 3:
Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat
badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan
energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas 1.2, Faktor stress =
1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272
kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
Lampiran 1
Form Monitoring Berat Badan Pada Bayi dan Anak
35
30
25
Berat
Badan 20
(Kg)
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Waktu Perawatan (hari)
Form Monitoring Berat Badan Pada Remaja dan Dewasa
70
60
50
Berat
Badan 40
(Kg)
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Waktu Perawatan (Minggu)
= 22 =
= 43 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
18. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi Revisi), Ditjen
Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan, Depkes
RI, Jakarta, 2007
19. Pedoman Umum Gizi Seimbang (panduan Untuk Petugas ) , Depkes
2005
20. Penuntun Diet, edisi Baru, DR.Sunita Almatsier, MSc, Gramedia, tahun
2004
21. Principles of Nutrition Assesment, 2 rd edition, 2005
22. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Depkes 2007
23. Training Pelayanan Gizi terpadu pada Penderita HIV/AIDS, RSPI Sulianti
Saroso 2006
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.2. Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi
adalah 12-15% dan tingkat kecukupan yang
dianjurkan berdasrkan BB ideal per hari adalah 0,8
– 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,40,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka
dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga
meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg
BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan
1,0-1,5 g protein/kg BB.
3.1.3. Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi
dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi
dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1)
. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung
jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah.
Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya
dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan
energi total, kebutuhan lemak rendah < 10 % dari
kebutuhan energi total
Dalam keadaan tertentu seperti :
- Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak
sangat minimal
3.1.4. Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi
dari karbohidrat adalah 60-75% daritotal energi, atau
sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal
dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan
karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan
dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi
membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan
diare membutuhkan serat rendah (<10 g/hari).
= 42 =
= 23 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.5. Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yag dianjurkan.
Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit
atau saluran cerna, dan interaksi dengan obat-obatan.
Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu,
vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen.
3.1.6. Perhitungan kebutuhan cairan
3.1.6.1. Seorang dewasa biasanya membutuhkan
cairan antara 1,5 – 2 l/ hari
3.1.6.2 Berdasarkan kepada berat badan yaitu :
Dewasa muda 35 – 40 ml / kg BB yang
diinginkan / hari dan manula 25 – 30 ml / kg
BB yang diinginkan / hari
3.1.6.3. Pada kondisi penyakit tertentu yang
membutuhkan
pembatasan
cairan
maka perhitungan cairan berdasarkan
penghitungan balans cairan yaitu : Balans
cairan = asupan (intake) – keluaran (output)
Asupan cairan = jumlah urin + insensible
water loss (500 ml).
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
B.
PRESKRIPSI DIET
1. Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan
mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan
lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi
Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat
diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Gizi memberikan
arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya
sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal.
2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan
porsi makan serta cara mengolah makanan
3. Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu
= 24 =
13.
14.
15.
16.
17.
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Muhilal, Fasli Jalal dan
Hardinsyah, 1998, Widya Karya Pangan dan Gizi VI.
Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I), Depkes 2007
Food, Nutrition & Diet Therapy Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000,
Krause’s
HIV/AIDS : A Guide for Nutritional Care and Support, 2004
HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations, Rapid
Advice, November 2009
International Dietetics & Nutrition Terminology (INDT) Reference
Manual, American Dietetic Association, 2008
KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) mewujudkan keluarga cerdas dan
mandiri, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2004
Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007, Peran Gizi dalam
Kelangsungan Hidup Manusia, ASDI, DPD Jawa Tengah, 2007
Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis, Jaringan Epidemiologi
Nasional, tahun 2008
Modul Pelatihan Asuhan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, WHO dan
Depkes
Nutritional Care and Support For Pregnant and Lactating Women and
Adolescent Girl, HIV-Guidelines, Source Institute of Medicine, 1990.
Nutrition Therapy and Pathophysiologi, Marcia Nelms, Kathryn Sucher,
Sara Long, 2007
Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, JEN
2008
Pedoman Monitoring pasien untuk perawatan HIV dan Terapi
antiretroviral, Depkes tahun 2005
Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Bagi ODHA,
Ditjen Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan,
Depkes RI, Jakarta, 2003
Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi, DepKes
2006
Pedoman nasional Pencegahan dan Penularan HIV dari ibu ke bayi,
Unicef
= 41 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu
makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam.
Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman
makan.
C.
KONSELING GIZI
Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia,
data klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien,
kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis
gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju perubahan
pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan
meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan,
hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan
oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hidup, penggunaan
daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan
yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet
dan alat peraga lainnya. Berikut ini adalah beberapa informasi yang
perlu diberikan pada pasien HIV :
1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
1.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk
olahannya.
1.2. Banyak makan sayur dan buah – buahan secara teratur
terutama sayuran dan buah-buahan berwarna kaya vitamin
A dan zat besi.
1.3. Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu
sangat baik untuk kesehatan .
1.4. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
1.5. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman
(untuk mencegah mual).
1.6. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik maupun kimia
1.7. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
1.8. Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia
1.9. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong,
= 40 =
= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan.
2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4
2.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk
olahannya
2.2. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
2.3. Sayur dan buah – buahan diberikan sesuai kebutuhan
2.4. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
2.5. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
2.6. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat
diganti dengan susu kedelai
2.7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
2.8. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan
penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis
oral)
2.9. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
2.10. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk
mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan
baik secara mekanik, termik maupun kimia
2.11. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
2.12. Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia
2.13. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi
pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena
dapat menekan kekebalan tubuh
2.14. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong,
saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan.
BAB V
PENUTUP
Pelayanan gizi bagi ODHA merupakan salah satu komponen yang
penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada
penderita HIV/AIDS. Pada umumnya ODHA akan mengalami masalah dalam
asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya
imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang
adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Buku Pelayanan gizi Bagi ODHA ini diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA. Semoga
buku ini dapat bermanfaat dalam ikut meningkatkan kualitas hidup ODHA
3. Saran untuk Meningkatkan Energi
3.1. Gunakan lemak MCT (minyak kelapa), mentega dan kacangkacangan
= 26 =
= 39 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
Sediakan makanan kecil tinggi protein : kacang-kacangan, es
krim, yogurt
Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim
sup, sereal panas, ikan goreng tepung
Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/
minuman manis, agar – agar disajikan sebagai makanan
penutup
Makan secara perlahan dan nikmati secara santai
4. Keamanan Makanan
4.1. Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
mengkontaminasi bahan makanan lain.
4.2. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
4.3. Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air
kemasan/mineral
4.4. Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
4.5. Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
4.6. Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label
kemasan makanan
4.7. Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat
dapur
4.8. Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena
lebih terjamin keamanannya.
4.9. Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
4.10. Hindari konsumsi bahan makanan mentah (misalnya lalapan,
salad, telur dan daging panggang setengah matang.
4.11. Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
4.12. Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak
mencapai titik didih (100ºC)
5. Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
5.1. Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan
vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare.
5.2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT
= 38 =
= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT
merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan
sel.
5.3. Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan
pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Akibat
perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan
radikal bebas
5.4. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan
CD4
5.5. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna
untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
5.6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut
dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi
sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping
itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat
replikasi HIV.
5.7. Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin
5.8. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
5.9. Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik
dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air
panas.
5.10. Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya
5.11. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
6. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan :
6.1. Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti : ubi
jalar, kol, sawi , nangka dan durian
6.2. Semua makanan tinggi lemak : santan kental, lemak daging
dan kulit ayam
6.3. Bumbu yang merangsang : cabe, merica, cuka
6.4. Bahan makanan yang mentah seperti lalapan
6.5. Buah-buahan yang masih mentah
= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
dilepaskan oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat :
peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan
ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal
tertinggi
5. Untuk mengetahui status nutrisi dapat dilakukan pemeriksaan
albumin darah.
6. Gangguan fungsi ginjal
Obat jenis protease inhibitor menyebabkan gangguan ginjal yang
dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang
banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan
adalah ureum dan kreatinin.
7. Dislipidemia
Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan
tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penaan obat
ARV.
C. Monitoring Asupan Makanan
Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadual dan jenis
makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet
terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah
dan komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis
untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan,
minimal 80% dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat
menghabiskan > 80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. (Sumber:
Principles of Nutrition Assesment 2 rd edition 2005). Pada ODHA dengan
masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi
jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadapa makanan yang
diberikan.
= 37 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
dengan Z score, remaja 15-19 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa
Tubuh) dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT.
Indikator keberhasilan :
1. Pada anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/
minggu.
2. Pada dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak
turun > 5%
B.
MONITORING LABORATORIUM
Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan
pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula
darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, Cl),
kadar kolesterol, trigliserida, sistim imun, virologi, efek samping obat ARV
dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi
adalah sebagai berikut :
1. Hemoglobin
Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemi
paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang
biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi
secara perlahan-lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl,
pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling
gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
2. Hematokrit
Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat ≥ 20%,
berarti ada indikasi dehidrasi.
3. Hiperglikemia dan resistensi insulin
Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat
menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan
PI, dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah
pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2
bulan pengobatan.
4. Gangguan fungsi liver
Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anorexia,
kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua
ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B
atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda
dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang
= 36 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6.6.
6.7.
6.8.
D.
Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur
setengah matang.
Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa
Minuman bersoda dan mengandung alkohol
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Kegiatan ini merupakan langkah dari proses asuhan gizi terstandar dan
bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja. Indikator hasil
yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien,
diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu
pengamatan dari masing-masing indikator sesuai dengan rujukan yang
digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan
gizi ODHA
2. Berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LLA)
3. Laboratorium
4. Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi
Gambar 3 : PELAYANAN GIZI
Intervensi Gizi :
Skrining
Tujuan
Pengkajian Gizi :
Preskripsi diet
Antropometri
MASUK
Implementasi
Laboratorium
- Pemberian
makanan/minuman
Klinis / isik
Riw. Gizi
- Edukasi /konseling
Riw. Personal
Masalah Gizi
Pengkajian
= 29 =
Monitoring
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3. PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Syarat diet pada Ibu hamil dengan ODHA : sama dengan orang
dewasa, hanya ada penambahan kalori sebesar 500 kkal. Disarankan
untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan seperti
sumber bahan makanan yang banyak mengandung Fe, Ca, dan
asam folat. Perlu diperhatikan ibu hamil tidak boleh menerima
suplementasi vitamin A lebih dari 10.000 IU .
Tabel 9.
Kebutuhan Penambahan Energi dari Total Energi yang dianjurkan
selama kehamilan dan menyusui
Trimester
1
2
3
Menyusui
HIV negatif, gizi baik
+0% +10%
+25%
+25%
HIV positif , gizi baik
+10% +20%
+35%
+35%
HIV positif, gizi baik
dengan penyakit
oportunistik
+3040%
+4050%
+5565%
+55-65%
HIV positif, gizi kurang
+35% +35%
+40%
+40%
Tabel 10.
Rekomendasi Kenaikan BB selama kehamilan pada ODHA
Kategori IMT
Sebelum
kehamilan
Total kenaikan
(Kg)
Rekomendasi kenaikan
BB/ minggu :
Trimester II & III
IMT < 19,5
12,5 -18,0
≥ 0,5 kg
IMT 19,5 – 25,9
11,5 – 16,0
0,5 kg
IMT26,0 – 29,0
7,0-11,5
0,3 kg
IMT > 29,0
<7
0,3 kg
Sumber : Nutritional Care and Support For Pregnant and Lactating
Women and Adolescent Girl, HIV-Guidelines, Source Institute of
Medicine, 1990.
= 30 =
BAB IV
MONITORING
Kegiatan monitoring adalah review dan pengukuran status ODHA
yang telah dijadualkan, berkaitan dengan diagnosis gizi, rencana dan tujuan
intervensi serta hasil.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan RS Rujukan Bagi ODHA,
sehingga akses layanan terhadap ODHA semakin mudah dan dekat. Hal ini
sesuai dengan pencanangan “ access for all”oleh WHO, semua ODHA mendapat
akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara komprehensif.
Dengan meningkatnya akses layanan terhadap ODHA, maka dibutuhkan
suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini,
monitoring hanya dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan gizi ODHA.
A.
MONITORING KLINIS
Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan
diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan
pencernaan, dll) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau
pengobatannya, termasuk monitoring berat badan. Dalam monitoring klinis
diperlukan formulir medis yang baku dan register, termasuk sistim rujukan
pasien.
Penimbangan berat badan untuk anak dilakukan setiap hari, sementara
untuk orang dewasa dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan
kondisi klinis ODHA. Hal ini berguna untuk memonitor respons pengobatan
dan intervensi gizi yang diberikan. Tidak adanya perubahan kenaikan berat
badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan
intervensi gizinya.
Status gizi bayi dan balita ditentukan dengan menggunakan baku
standar WHO 2005. Untuk anak sampai usia 15 tahun menggunakan BB/TB
= 35 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Panduan WHO menyebutkan bahwa bayi dari ibu HIV positif tetap
diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Jika ibu memilih tidak
memberikan ASI, dapat diberikan susu formula yang memenuhi
persyaratan AFASS (lihat bahasan di makanan bayi 0-6 bulan).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan, terkait dengan pemberian
ASI pada ibu ODHA :
3.1. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling untuk
membantu mereka membuat keputusan apakah ingin
memberikan memberikan ASI ekslusif atau susu formula
kepada bayinya.
3.2. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV, dianjurkan
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan
ASI , susu formula yang dipilih harus memenuhi persyaratan
AFASS.
3.3. Dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 66 C) nya untuk
mematikan virus HIV
3.4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau
memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
3.5. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan
campuran (mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu
ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan minum
lainnya bahkan airpun tidak , lalu menghentikan pemberian
ASI setelah beberapa bulan.
4. PELAYANAN GIZI PADA MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT LAIN
ODHA pada stadium 2,3 atau 4 sering disertai dengan beberapa
gejala klinis dan infeksi oportunistik seperti ISPA, diare, TBC,
hepatitis, dll. Berikut contoh manifestasi klinis dan gangguan gizi
yang sering terjadi pada ODHA dan rekomendasinya
= 34 =
= 31 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 11.
Manifestasi klinis pada ODHA
MANIFESTASI
KLINIS
Anoreksia dan
disfagia
GANGGUAN GIZI
Penurunan nafsu
makan, kesulitan
menelan karena
infeksi jamur mulut
(kandidiasis oral).
REKOMENDASI GIZI
Diet : makanan lunak, disajikan
menarik, porsi kecil dan sering,
minum menggunakan sedotan.
Anjuran : kentalkan cairan,
minuman ringan dihindari
sampai selesai makan, anjuran
beraktivitas, bila disfagia parah
sediakan alat penghisap.
Bila memakai makanan cair
ijinkan pasien mencoba
beberapa bahan makanan yang
disenangi
Diare
Kehilangan zat gizi
dalam tubuh
Diet : rendah laktosa, rendah
serat, rendah lemak, dan
banyak mengkonsumsi cairan,
seperti oralit. Untuk gizi buruk
gunakan Rehidration Solution
for Malnutrition (ReSoMAL).
Anjuran : buah-buahan rendah
serat, tinggi kalium dan
magnesium : jus pisang, jus
alpukat
Sesak Nafas
Asupan kalori tidak
mencukupi, pasien
lemah
Anjuran : makanan tinggi lemak
MCT dan rendah karbohidrat.
Makanan diberikan dalam
posisi setengah tidur
Malabsobsi Lemak
Gangguan penyerapan
lemak
Anjuran : sumber lemak nabati,
MCT, tambahkan vitamin larut
lemak
= 32 =
MANIFESTASI
KLINIS
Demam
Penurunan Berat
Badan
GANGGUAN GIZI
REKOMENDASI GIZI
Peningkatan
pemakaian kalori dan
kehilangan cairan
Anjuran : minum lebih dari 2
liter/ hari
Lunak dan porsi kecil tapi
sering
Gangguan makan
secara oral
Tinggi kalori protein, padat
kalori,rendah serat, porsi kecil
dan sering
porsi kecil tapi sering,
menghindari aroma makanan
yang merangsang
Muntah
= 33 =
Download