1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Anggrek 2.1.1. Botani

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tanaman Anggrek
2.1.1. Botani
Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili
Orchidaceae dan hidup secara epifit. Sebaran dari tanaman ini sangat luas karena
tanaman anggrek dapat tumbuh di daerah tropis hingga daerah subtropis (Steenis,
2005). Nilai ekonomis tanaman anggrek lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman hias lainnya, baik sebagai bunga potong maupun bunga pot.
Pertumbuhan tanaman anggrek sangat bergantung pada beberapa faktor seperti:
cahaya matahari, ketersediaan air, ketinggian tempat, tempat tumbuh serta
perawatan yang sesuai (Pranata, 2009).
Tanaman anggrek umumnya dapat dibedakan menjadi dua tipe
berdasarkan pola pertumbuhannya, yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial
(Gambar 1). Anggrek tipe simpodial yaitu anggrek yang tidak memiliki batang
utama, bunga akan keluar dari ujung batang dan biasanya bunga akan kembali
tumbuh pada anakan atau tunas. Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah
mencapai maksimal. Contoh anggrek tipe simpodial yaitu Dendrobium sp. dan
Cattleya sp. (Widiastoety et al., 2010). Anggrek tipe monopodial yaitu anggrek
yang memiliki batang dengan titik tumbuh yang ada diujungnya, sehingga
pertumbuhannya akan lurus dan bunga akan keluar dari sisi batang di antara kedua
sisi daun. Contoh anggrek tipe monopodial ialah Aranthera sp. dan Phalaenopsis
sp. (Widiastoety dan Purbadi, 2003).
Gambar 1. Tipe anggrek simpodial dan monopodial (Widiastoety et al., 2010)
1
Bunga anggrek termasuk kedalam bunga yang berkelamin dua atau
hermaprodit dan tersusun dalam karangan bunga dengan jumlah satu hingga
banyak kuntum. Bunga anggrek terdiri dari lima bagian utama yakni daun
mahkota (petal), daun kelopak (sepal), benang sari (stamen), putik (pistil), dan
bakal buah (ovari) (Prasetyo, 2009). Daun kelopak kerap kali berwarna serupa
daun mahkota, tetapi mudah dibedakan. Daun kelopak (sepal) berjumlah tiga
buah, yakni bagian atas dinamakan sepalum dorsale, sedangkan dua lainnya
dinamakan sepalum laterale (Gambar 2). Jumlah daun mahkota (petal) berjumlah
tiga buah yakni dua buah yang sama persis dan terpisah, sedangkan yang paling
bawah termodifikasi menjadi bibir atau labellum. Labellum umumnya dijadikan
sebagai karakter pembeda antara satu jenis anggrek dengan jenis anggrek yang
lain (Steenis, 2005).
a
b
b
c
d
d
e
Gambar 2.Struktur bunga anggrek Dendrobium sonia (Abdullakasim et al., 2015)
Keterangan: (a) sepalum dorsale, (b) petal, (c) collumna, (d) sepalum laterale,
(e) labellum
Anggrek memiliki bentuk daun yang sangat beragam antara lain yakni
agak bulat, lonjong hingga lanset. Selain itu, daun anggrek juga mempunyai
ketebalan yang berbeda tergantung jenisnya, yaitu ada yang memiliki daun tipis
hingga yang berdaging dengan tekstur yang rata dan sedikit kaku. Anggrek
memiliki posisi tulang daun sejajar, tidak bertangkai dan menyebar seperti
tanaman monokotil lainnya. Susunan daun kerap kali berhadapan dan berselangseling (Steenis, 2005).
Anggrek memiliki buah berbentuk kapsul yang didalamnya terdapat bijibiji kecil seperti tepung dengan jumalah yang banyak. Untuk perkecambahannya
diperlukan nutrisi dari luar karena biji tersebut tidak memiliki endosperm. Biji
2
anggrek terdiri dari dua bagian yaitu, biji bagian inti terdiri dari sel-sel yang hidup
(embrio). Bagian yang kedua merupakan selubungnya berupa selaput yang sangat
tipis membungkus biji dinamakan testa (Widiastoety dan Purbadi, 2003).
Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk
berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa
batang semu (pseudoblub) (Steenis, 2005).
Struktur anatomi batang anggrek
dapat diilihat pada Gambar 3.
a
b
d
c
Gambar 3. Struktur anatomi batang anggrek
Keterangan: (a) epidermis, (b) korteks, (c) berkas pengangkut, (d) perisikel (Bercu
et al., 2011)
Akar anggrek umumnya berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah
patah dengan ujung akar yang meruncing dan sedikit lengket. Pada saat akar
berada dalam keadaan kering, akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan
dan hanya pada bagian ujungnya yang berwarna hijau kekuningan. Akar akan
kelihatan coklat dan kering apabila akar tersebut sudah tua (Gunadi, 1985). Akar
anggrek dapat dilihat dari struktur anatomi (Gambar 4).
3
a
b
c
d
f
g
e
Gambar 4. Struktur anatomi akar anggrek
Keterangan: (a) exodermis, (b) velamen, (c) rhizodermis, (d) korteks, (e)
endodermis, (f) floem, (g) xilem (Bercu et al., 2011)
2.1.2. Klasifikasi
Tanaman anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan
salah satu tanaman berbunga lidah (Widiastoety et all., 2010) (Gambar 5).
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Denrobium
Spesies
: Dendrobium sonia
4
a
b
Gambar 5. Tanaman Dendrobium sonia (a) dan bunga D. sonia (b) (Dokumen
pribadi)
2.1.3. Ekologi dan distribusi
Berdasarkan cara hidupnya, sebagian besar anggrek Dendrobium bersifat
epifit. Anggrek Dendrobium termasuk pola pertumbuhan simpodial, yaitu
mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Dendrobium dapat berbunga
beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjang dan dapat dirangkai
sebagai bunga potong (Puchooa, 2004).
Genus Dendrobium mempunyai keragaman yang sangat besar, baik
habitat, warna bunga, ukuran daun maupun bentuk pseudobulbnya. Spektrum
penyebarannya luas, mulai dari daerah pantai sampai pegunungan. Tumbuh baik
pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan kelembaban 70 – 80%. Tersebar di Sri
Lanka, Cina Selatan, India, Jepang ke selatan sampai Asia Tenggara hingga
kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Budidaya anggrek
yang paling mudah adalah yang berasal dari tempat asalnya (Waston, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek memerlukan beberapa persyaratan tumbuh. Sebagian
jenis anggrek, terutama Dendrobium sp. dapat tumbuh dan berkembang
tergantung pada faktor abiotik (komponen mati) bahkan beberapa jenis anggrek
5
sangat tergantung pada faktor biotik (lingkungan hidup). Kondisi lingkungan
yang optimal dibutuhkan oleh tanaman anggrek (Solvia dan Sutater, 1997).
Tanaman yang kekurangan cahaya matahari, maka proses fotosintesis
menjadi rendah, akibatnya hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses
respirasi, sehingga tidak ada sisa untuk pertumbuhannya. Suhu udara yang
dibutuhkan oleh anggrek Dendrobium sp. yaitu 26oC – 30oC pada siang hari, 21oC
pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0 – 500 mdpl. Pertumbuhan anggrek
membutuhkan kelembaban udara untuk pertumbuhannya yaitu berkisar antara
70% – 80% (Waston, 2004).
Media tanam pada tanaman anggrek berfungsi untuk menyimpan air serta
berfungsi sebagai tempat berpijak bagi akar dan hara tanaman bagi keperluan
proses pertumbuhan tanaman. Kelembaban media tanam sangat diperlukan oleh
bibit tanaman, kelembaban yang dibutuhkan harus tepat dan relatif konstan
dengan cara menggunakan bahan media yang mempunyai daya mengikat air yang
tinggi. Widiastoety dan Santi (1997), menyatakan bahwa terdapat beberapa
persyaratan media tanam yang baik, yakni mampu mengikat air dan zat-zat hara
secara baik, tidak menjadi sumber penyakit, tidak lekas melapuk, mempunyai
aerasi baik, mudah diperoleh dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah
harganya.
2.3. Perbanyakan Vegetatif Anggrek
Batang atau pseudobulb merupakan salah satu bagian tanaman anggrek yang
dapat digunakan dalam perbanyakan vegetatif. Cara yang dapat dilakukan dalam
metode perbanyakan vegetatif yaitu dengan pemisahan anakan, pemisahan keiki
dan kultur jaringan. Pada anggrek yang pertumbuhannya memiliki tipe simpodial
maka dapat dilakukan perbanyakan dengan pemisahan anakan seperti :
Dendrobium, Paphiopedilum, Cattleya dan Cymbidium. Anggrek simpodial
mempunyai rhizome yang merupakan tempat tumbuhnya pseudobulb. Apabila
tanaman dalam kondisi sehat atau utuh serta rhizome pada tanaman terdapat
minimal tiga sampai empat pseudobulb maka pseudobulb tersebut dapat
dipisahkan. Pemotongan pseudobulb tersebut dilakukan dengan menggunakan
6
pisau steril dan penanaman dilakukan dalam masing-masing pot yang terpisah
(Rimando, 2001).
2.4. Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan hara, dalam
konsentrasi rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. ZPT dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin,
sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin
adalah indol asam asetat (IAA), indol asam butirat (IBA), naftalen asam asetat
(NAA) dan 2,4 dikhlorofenoksi asam asetat (2,4-D).
ZPT yang termasuk
golongan sitokinin adalah kinetin, zeatin, dan benziladenin (BA).
Golongan
giberelin misalnya GA1, GA2, GA3, GA4, dan golongan inhibitor adalah fenolik
dan asam absisik (Lestari, 2011).
Aplikasi ZPT dilakukan dengan cara penyemprotan, yang sebelumnya
dilarutkan dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pemberian atau
penyemprotan ZPT dilakukan ke seluruh bagian tanaman terutama daun. Menurut
Santoso (2010), larutan ZPT juga disemprotkan selain ke daun juga ke bagian
akar dan media tanaman yang kemudian diserap oleh tanaman melalui proses
difusi dan osmosis.
Akar merupakan bagian tanaman yang paling utama untuk menyerap hara
karena secara anatomis akar berfungsi untuk menyerap hara dan air. Air diserap
melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya,
kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, seperti daun melalui pembuluh xilem.
Sitokinin adalah salah satu ZPT yang ditemukan pada tanaman yang merangsang
terbentuknya tunas, berpengaruh dalam metabolisme sel, merangsang pemecahan
dormansi mata tunas dan aktifitas utamanya adalah mendorong pembelahan sel
(Lestari, 2011).
7
Download