Lembaran Informasi 611--Kehamilan dan HIV

advertisement
Yayasan Spiritia
Lembaran Informasi 611
KEHAMILAN DAN HIV
Bagaimana Bayi Tertular HIV?
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya
yang baru lahir. Menurut WHO, sampai
30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV
akan tertular HIV kalau ibunya tidak
memakai terapi antiretroviral (ART). Bila
ibu terinfeksi HIV menyusui bayi, risiko
keseluruhan naik menjadi 35-50%.
Ibu dengan viral load HIV yang tinggi
lebih mungkin menularkan infeksi pada
bayinya. Kebanyakan ahli menganggap
bahwa risiko penularan pada bayi sangat
amat rendah bila viral load ibu di bawah
1000 waktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam
proses melahirkan. Bayi lebih mungkin
tertular jika persalinan berlanjut lama.
Selama persalinan, bayi dalam keadaan
berisiko tertular oleh darah ibunya.
Harus diketahui bahwa seorang laki-laki
dengan HIV tidak bisa menularkan virusnya langsung pada bayi. Namun laki-laki
tersebut dapat menularkan pasangan
perempuan waktu berhubungan seks untuk
membuat anak.
Bila ibu baru tertular HIV pada akhir
masa kehamilan, viral loadnya akan sangat
tinggi waktu melahirkan anak, yang berarti
risiko bayi terinfeksi HIV waktu lahir
paling tinggi. Oleh karena itu pasangan
laki-laki terinfeksi HIV harus menghindari
hubungan seks tanpa kondom dengan
pasangan perempuan yang HIV-negatif
waktu dia hamil.
Bila seorang ibu berperilaku berisiko
penularan HIV selama kehamilan, sebaiknya dia dites HIV pada setiap trimester dan
tiga bulan setelah berperilaku berisiko.
Bagaimana Penularan HIV dari
Ibu-ke-Bayi Dapat Dicegah?
Bila ayah terinfeksi HIV: Risiko terjadi
waktu berhubungan seks untuk membuahkan anak. Ada beberapa cara untuk
mengurangi risiko ini: lihat Lembaran
Informasi (LI) 617 Memperoleh Keturunan. Catatan: bila ibu tidak terinfeksi,
pasti bayi tidak terinfeksi. Status HIV bayi
tidak terpengaruh oleh status HIV ayahnya.
Penggunaan ART: Risiko penularan
sangat rendah bila ART dipakai oleh ibu
waktu hamil dan melahirkan. Angka penularan hanya 1–2% bila ibu memakai ART.
Pedoman terbaru di Indonesia mengusulkan semua ibu hamil memakai ART. Bayi
diberi satu AZT pas setelah lahir, dengan
AZT diteruskan dua kali sehari selama
enam minggu. Dengan cara ini, angka
penularan dapat ditekan menjadi di bawah
2%.
Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya: Semakin lama proses
kelahiran, semakin besar risiko penularan.
Bila ibu memakai ART dan mempunyai
viral load di bawah 1000, risiko hampir nol.
Ibu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan melahirkan melalui
bedah Sesar.
Makanan bayi: Sampai 17% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
Risiko ini dapat dihindari jika bayinya
diberi pengganti ASI (PASI, atau formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara
benar, risiko lain pada bayinya menjadi
semakin tinggi. Oleh karena itu, usulan di
Indonesia adalah agar semua bayi disusui
secara eksklusif selama enam bulan pertama, kemudian diganti dengan formula
secara eksklusif. Namun, jika PASI dapat
diberi secara eksklusif (bayi tidak disusui
sama sekali) dan aman terus-menerus,
dengan formula dilarutkan dengan air
bersih, dan ada biaya untuk memastikan
formula dapat diberikan dalam jumlah
yang cukup, pilihan untuk memberi PASI
dapat dipertimbangkan.
Yang terburuk adalah campuran ASI dan
PASI. Oleh karena itu, bila berencana
untuk menyusui, harus ada kesepakatan
dengan bidan sebelum lahir agar bayi
langsung diberi pada ibunya untuk disusui,
dan tidak diberi makanan atau minuman
apa pun sebelumnya.
Bagaimana Mengenai Kesehatan
Ibu?
Bagaimana Kita Tahu Jika Bayi
Terinfeksi?
Seorang perempuan terinfeksi HIV yang
menjadi hamil harus memikirkan kesehatan dirinya sendiri dan kesehatan
bayinya. Menjadi hamil tampaknya tidak
memburukkan kesehatan ibu.
Risiko bayinya terinfeksi HIV waktu
lahir dapat dikurangi menjadi sangat
rendah jika ibu dan bayi yang baru lahir
memakai terapi jangka pendek selama
persalinan.
Ada kekhawatiran bahwa risiko cacat
lahir akibat penggunaan obat apa pun
tertinggi jika obat dipakai pada trimester
pertama. Jika kita memutuskan untuk
berhenti memakai beberapa obat selama
kehamilan, mungkin hal ini memburukkan
kesehatannya. Seorang perempuan yang
mempertimbangkan menjadi hamil sebaiknya membahas pilihan pengobatan dengan
dokter.
Bayi diwarisi antibodi dari ibunya, untuk
melindungi dia dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya, sebelum sistem kekebalan
tubuh sudah berfungsi secara penuh. Hal
itu berarti bayi yang terlahir oleh ibu HIVpositif pasti mempunyai antibodi terhadap
HIV, apakah dia terinfeksi HIV atau tidak.
Antibodi itu mulai hilang pada usia
sembilan bulan, tetapi dapat tertahan
sampai dengan usia 18 bulan.
Oleh karena itu, hasil tes HIV pada bayi
tersebut pasti akan menunjukkan hasil
positif, walau kemungkinan besar bayi
ternyata tidak terinfeksi.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai masalah ini, dan cara untuk menghadapi, lihat Lembaran Informasi 613
mengenai Diagnosis HIV pada Bayi.
Penelitian baru menunjukkan bahwa
perempuan terinfeksi HIV yang hamil tidak
menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak
hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak
berpengaruh pada kesehatan perempuan
HIV-positif. Justru ada bukti bahwa ibu HIVpositif menjadi lebih sehat setelah kehamilan.
Bila akan mulai ART, atau sudah memakai ART sebelum menjadi hamil, seorang
ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan
beberapa masalah yang dapat terjadi terkait
ART:
Beberapa dokter mengusulkan perempuan tidak mulai ART pada trimester
pertama kehamilan. Ada tiga alasan:
y Risiko dosis dilewatkan akibat mual dan
muntah selama awal kehamilan, dengan
risiko mengembangkan resistansi terhadap obat yang dipakai.
y Risiko obat mengakibatkan anak cacat
lahir, yang tertinggi pada trimester
pertama. Tidak ada bukti terjadi cacat
lahir akibat penggunaan ARV.
y Ada kekhawatiran ART dapat meningkatkan risiko kelahiran dini atau bayi
lahir dengan berat badan rendah.
Namun pedoman saat ini tidak mendukung penghentian ART oleh ibu
hamil.
Jika kita terinfeksi HIV dan hamil, atau
ingin hamil, sebaiknya kita bicara dengan
dokter tentang pilihan menjaga kesehatan
sendiri, dan mengurangi risiko bayi kita
terinfeksi HIV atau cacat lahir.
Garis Dasar
Diperbarui 16 Juli 2014 berdasarkan FS 611 The
AIDS InfoNet 17 Februari 2014 dan sumber lain
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/
Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Download