BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosumL.) adalah salah satu komoditi sayuran yang sangat penting. Kentang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai cemilan maupun makanan pokok penganti beras karena kentang mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan. Menurut Samadi (2007), setiap 100 g kentang mengandung 347 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Kentang kaya akan kandungan magnesium yang dapat mencegah terjadinya pengendapan kalsium atau pengapuran pada ginjal. Selain itu, kentang dapat menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi karena kentang banyak mengandung vitamin C dan vitamin B. Kentang juga dapat dijadikan masker pemutih wajah karena kentang mengandung enzim catecholase yang dapat mencerahkan wajah sekaligus menghilangkan noda hitam pada wajah (Haryono dan Kurniati, 2013). Berdasarkan Anonim (2016), luas areal, produksi dan produktivitas kentang di Indonesia tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Tahun 2012 dengan luas panen 65.989 ha menghasilkan produksi kentang 1.094.232 ton atau rerata produktivitas 165,18 ku/ha, tahun 2013 produksi kentang 1.124.282 ton dan 160,18 ku/ha dengan luas panen 70.187 ha dan tahun 2014 produksi mencapai 1.347.815 ton atau rerata produktivitas 176,67 ku/ha dengan luas panen 76.291 ha, RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 1 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 sedangkan konsumsi kentang per tahun stabil. Tahun 2012 konsumsi kentang 1,46 kg/tahun, tahun 2013 konsumsi kentang mengalami sedikit kenaikan yaitu 1.564 kg/tahun, dan tahun 2014 konsumsi kentang 1.46 kg/tahun. Konsumsi kentang di Indonesia terdiri dari 93,5% kentang segar dan 6,5% kentang olahan (french fries, chip dan tepung terigu) (Asywad et al., 2016). Meskipun potensi permintaan kentang yang cukup tinggi ditunjang dengan potensi ketersediaan lahan yang cukup luas, namun pengembangan dan peningkatan produksi kentang berjalan lambat, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti saingan pasar dari Cina, Taiwan, dan Australia. Modal usaha yang dibutuhkan cukup tinggi mengingat tanaman kentang termasuk yang kebutuhan input tinggi terutama pupuk dan pestisida, hasil output (panen) tinggi, tetapi risiko juga tinggi, hama penyakit yang potensial menyerang kentang cukup banyak dan penggunaan bibit kentang bermutu yang masih rendah (Wattimena, 2000). Penggunaan bibit secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit (Hasyim et al., 2012). Kendala pengembangan kentang utama produksi kentang di Indonesia antara lain sulitnya memperoleh varietas yang sesuai dengan lingkungan fisik dan minat pasar (Purwanto et al., 2007), sehingga terus diadakan pengembangan varietas yang cocok dengan lingkungan Indonesia. Salah satu varietas kentang unggul adalah Granola. Kentang varietas RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 2 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 Granola banyak dibudidayakan di Indonesia karena umur relatif lebih pendek, jumlah umbi cukup banyak, dan tingkat ketahanan yang cukup terhadap seranggan hama dan penyakit (Samadi, 2007). Umbi kentang varietas Granola berbentuk oval, kulit umbi kuning, daging umbi kuning, mata dangkal dengan potensi hasil 25 – 30 ton/ha (Anonim, 2016). Upaya untuk menghasilkan produksi kentang yang tinggi selain tergantung pada pemeliharaan tanaman, varietas, dan juga sangat tergantung dari penyedian bibit yang berkualitas dan bebas virus serta penyakit. Bibit yang berkualitas dapat dihasilkan dengan cara kultur jaringan. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara massal dan cepat untuk menyediakan bahan tanam unggul. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga lebih ekonomis. Teknik perbanyakan tanaman kultur jaringan dapat dilakukan sepanjang waktu tanpa tergantung musim. Selain itu, teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek lebih baik daripada metode perbanyakan tanaman secara vegetatif lainnya.Metode perbanyakan tanaman kentang biasanya dengan umbi atau secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif dapat menyebabkan terjadinya degenerasi atau menurunnya kualitas bibit dari satu generasi ke generasi berikutnya.Patogen tanaman dapat mudah masuk ke dalam umbi dan berakumulasi sehingga semakin lama generasi tersebut semakin menurun kualitas umbi/bibit (Ni’mah et al., 2012). Teknik perbanyakan tanaman kultur jaringan mampu menghasilkan tanaman yang tidak mengandung patogen sistemik terutama virus, sehingga RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 3 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 mampu meregerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang bebas virus. Hal tersebut sesuai pernyataan Karjadi (2016) bahwa penggunaan teknik kultur jaringan dapat menghasilkan benih bebas penyakit yang telah terinfeksi pathogen internal. Perbanyakan tamanan kentang di Balai Penelitian Tamana Sayuran dilakukan pengujian virus/deteksi virus sampai 5 minggu. Setelah didapatkan tanaman kultur jaringan dilakukan penyimpanan stok untuk planlet/tanaman kultur jaringan bebas virus. Keberhasilan teknik kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktornya yaitu media tumbuh. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Medium yang digunakan untuk sumber makanan mengandung garam – garam mineral yang terdiri dari garam – garam mineral yang terdiri dari unsur makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam – asam amino, zat pengatur tumbuh (Hendrayono dan Wijayani, 2012). Menurut Molnar, et al. (2011) menyatakan pertumbuhan dan regenerasi tanaman dari dalam kultur jaringan in vitro dapat ditingkatkan dengan jumlah kecil dari beberapa nutrisi organik. Perubahan banyak tersebut dapat menjadi sumber asam amino, peptida, asam lemak, karbohidrat, vitamin dan zat pertumbuhan tanaman dalam konsentrasi yang berbeda. Media tumbuh tanaman kentang pada kultur jaringan biasanya menggunakan media Murashige & Skoog (MS). Media MS mengandung . . . . . Kl, . , dan RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 4 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 . .Media MS umumnya menggunakan bahan – bahan dengan tingkat kemurnian tinggi. Penyediaan bahan – bahan tersebut diperlukan biaya yang mahal, waktu pemesanan yang lama dan ketersediaan bahan yang sulit diperoleh (Shintiavira et al., 2012). Media dasar bisa juga dijual dalam bentuk kemasan, tetapi harganya masih sangat mahal karena belum diproduksi sendiri di Indonesia (Zulkarnain, 2011). Upaya untuk membuat media kultur jaringan, biasanya menimbang semua komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi ketepatan. Selain itu, timbangan yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang – kadang tidak tersedia (Hendrayono dan Wijayani, 2012). Upaya mengatasi kendala tersebut, maka perlu alternatif media pengganti lainnya lebih murah, praktisdan tersedia dalam jumlah yang cukup serta mudah cara mendapatkannya. Penelitian mengenai media dalam kultur jaringan telah banyak dilakukan, salah satunya Argiani (2010), menggunakan media Knudson C pada anggrek dengan penambahan ekstrak ubi jalar dan emulsi ikan dan menghasilkan kombinasi ekstrak ubi jalar 300 g/l dengan emulsi ikan 2 cc/l memberikan hasil optimal terhadap saat muncul akar sedangkan kombinasi ekstrak ubi jalar 150 g/l dengan emulsi ikan 4 cc/l memberikan hasil optimal terhadap lebar daun. Asywad et al. (2016), menggunakan tunas planlet kentang varietas Atlantik menggunakan media MS dengan penambahan pupuk daun hyponex hijau menghasilkan laju multiplikasi tunas tertinggi yaitu rerata 3,02 cm, jumlah mata tunas 1,96 dan jumlah daun 2,10 dengan kombinasi pupuk daun hyponex hijau 1g/l. Alfiansah RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 5 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 (2017), menggunakan planlet kentang varietas Tedjo MZ dengan media pupuk organik cair menghasilkan batang tertinggi pada kosentrasi 1500 ppm dan jumlah daun terbanyak pada kosentrasi 1000 ppm. Nutrisi AB mix adalah nutrisi yang umum digunakan untuk media hidroponik. Nutrisi AB mix dibuat dari bahan – bahan kimia yang diberikan melalui media tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi AB mix mengandung 16 unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina, 2004). Pupuk Organik Cair (POC) adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan (Siboro et al., 2013). Pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan mikro. Menurut Hadisuwito (2012) kandungan unsur hara pupuk organik cair lebih dari satu unsur. Penelitian perlu dilakukan untuk memberikan informasi media pengganti MS yang lebih murah, praktis dan tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah cara mendapatkannya. RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 6 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana pengaruh media kombinasi nutrisi AB mix dan POC terhadap pertumbuhan kultur tunas kentang? 2. Jenis media mana yang paling baik untuk pertumbuhan kultur tunas kentang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian yaitu : 1. Mengetahui pengaruh media kombinasi nutrisi AB mix dan POC terhadap pertumbuhan kultur tunas kentang. 2. Mengetahui jenis media yang paling baik untuk pertumbuhan kultur tunas kentang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi yang dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan media kultur jaringan kentang yang ekonomis. 1.5 Hipotesis Diduga pemberian kosentrasi 1500 ppm nutrisi AB mix + 1000 POC ppm memberikan pengaruh terhadap kulturtunas kentang. RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN 7 ..., ANGGIE FITRIANI, AGROTEKNOLOGI, UMP 2017