Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap

advertisement
RINGKASAN
LORISA NDELA. Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap
Permintaan Wisata di Kawasan Puncak Bogor. Dibimbing Oleh ACENG
HIDAYAT dan RIZAL BAHTIAR.
Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat
ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara
global. Fenomena perubahan iklim berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro di
kawasan wisata Puncak Bogor. Adanya perubahan iklim dapat mempengaruhi
tingkat permintaan wisata di Puncak. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis
fenomena perubahan iklim mikro selama sepuluh tahun terakhir di Puncak, 2)
menganalisis dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di
Puncak, 3) mengestimasi besarnya kerugian yang diterima obyek wisata akibat
adanya pengaruh perubahan iklim, dan 4) mengkaji strategi adaptasi pengelola
obyek wisata di Puncak dalam menghadapi perubahan iklim.
Karakteristik iklim mikro di Puncak selama sepuluh tahun terakhir telah
mengalami perubahan, ditandai dengan adanya peningkatan suhu udara rata-rata,
peningkatan jumlah curah hujan, peningkatan jumlah hari hujan, dan penurunan
kecepatan angin. Hari hujan yang semakin panjang pada bulan kering (Juni, Juli,
Agustus) mengakibatkan menurunnya permintaan wisata kebun teh di Puncak
pada bulan tersebut selama empat tahun terakhir. Berdasarkan hasil estimasi pada
model regresi linear berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat permintaan wisata di Puncak dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan adalah biaya perjalanan, kecepatan angin, curah hujan, hari hujan,
pendapatan, dan jarak tempuh. Sementara variabel yang tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat kunjungan wisatawan adalah umur dan pendidikan terakhir.
Berdasarkan hasil estimasi analisis perubahan pendapatan, diperoleh
bahwa wisata paralayang mengalami kerugian ekonomi terbesar yaitu sejumlah
Rp 6.600.000 saat kondisi angin tidak mendukung kegiatan wisata. Wisata flying
fox TWM mengalami kerugian terbesar saat kondisi angin sedang tidak
mendukung yaitu sebesar Rp 3.705.000. Wisata arung jeram SOAR juga
mengalami kerugian terbesar yaitu sebesar Rp 32.100.000 saat angin terlalu
kencang dan wisata kebun teh Gunung Mas mengalami kerugian terbesar jika
turun hujan sebesar Rp 12.078.000 pada tahun 2008 dan sebesar Rp 2.220.000
pada tahun 2009. Kerugian ini akan terus meningkat apabila tidak ada usaha yang
dilakukan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan adaptasi
yang dilakukan pengelola wisata, seperti: 1) sosialisasi dari pemerintah untuk
memberikan informasi mengenai fenomena perubahan iklim mikro kepada pihak
pengelola wisata di Puncak agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim
mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata,
3) memperbaiki infrastruktur, 4) menciptakan suatu kegiatan wisata yang sesuai
dengan kondisi lingkungan atau cuaca di Puncak sekarang, 5) meningkatkan
pelayanan, dan 6) meningkatkan promosi wisata Puncak.
Kata kunci :
perubahan iklim mikro, permintaan wisata, adaptasi pengelola
wisata, kerugian ekonomi
Download