Permintaan energi rumah tangga di pulau Jawa

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori-Teori
2.1.1 Teori Permintaan
Permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli
konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Hubungan antara jumlah
barang yang diminta dengan berbagai faktor yang menentukan/memengaruhi
keputusan membeli biasa digambarkan dalam suatu persamaan matematika yang
disebut dengan fungsi permintaan. Dalam analisa permintaan, praktisnya, fungsi
permintaan seringkali dihubungkan dengan harga komoditi saja, sementara faktorfaktor lain yang juga memengaruhi permintaan, dianggap homogen atau tetap
(ceteris
paribus).
Hal
ini
dilakukan
untuk
memungkinkan
permintaan
digambarkan dalam grafik dua dimensi.
Ada dua cara mendapatkan fungsi permintaan, yang pertama adalah fungsi
permintaan yang diderivasi dari fungsi utilitas. Fungsi permintaan ini disebut
fungsi permintaan Marshallian, dalam hal ini komoditi merupakan barang
konsumsi akhir. Fungsi permintaan Marshallian disebut juga dengan istilah
Marshallian demand equation (money-income held constant) (Clements et al.,
1996), atau consumer’s ordinary demand function (Henderson dan Quant, 1988 ;
McLaren, 1982 ; Hanemann, 1991). Fungsi permintaan Marshallian dapat
diperoleh dari derivasi maksimisasi utilitas dengan pembatas atau kendala
(constraint) pendapatan konsumen (Christensen et al., 1975 ; Chambers dan
Kenneth E.M, 1983 ; Cooper dan McLaren, 1992 ; Clements et al., 1996).
Perilaku ini adalah rasionalitas pada perilaku konsumen. Berikutnya adalah fungsi
permintaan Hicksian (Hicksian demand function) yang dari minimisasi
pengeluaran pada tingkat utilitas tertentu (konstan).
Selain faktor harga komoditi itu sendiri, dalam perkembangan teori
permintaan, disebutkan permintaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
harga barang lain, pendapatan, selera, distribusi pendapatan, jumlah penduduk,
kemakmuran konsumen, ketersediaan kredit, kebijakan pemerintah, tingkat
permintaan masa lampau, dan tingkat pendapatan masa lampau. Tujuan teori
permintaan adalah untuk menentukan berbagai faktor yang memengaruhi
10
permintaan. Permintaan mempunyai hubungan multivariat yang ditentukan oleh
banyak faktor secara simultan (Koutsoyiannis, 1994).
Bentuk matematis kedua fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
XM = f(Px, Py, I)……………………....fungsi permintaan Marshalian (2.1)
keterangan: XM = jumlah barang X yang diminta
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
I
= pendapatan
dan XH = f(Px, Py, U)……………………..….fungsi permintaan Hicksian (2.2)
keterangan: XH = jumlah barang X yang diminta
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
U = utilitas
Permintaan yang dianalisa dalam penelitian ini adalah permintaan rumah
tangga untuk energi final. Sebagai barang konsumsi, fungsi permintaan yang
digunakan adalah fungsi permintaan Marshallian yang diperoleh dari derivasi
maksimisasi utilitas konsumen dengan memperhatikan kendala pendapatan
konsumen energi rumah tangga.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu fungsi permintaan
(Varian, 1992), yaitu:
1. Aditivitas
Suatu syarat yang menunjukkan bahwa total pengeluaran pada fungsi
permintaan sama dengan total pendapatan. Secara matematis bisa
dituliskan sebagai berikut:
Σi piqi = I ………………………………………………(2.3)
keterangan: pi = harga komoditas ke-i
qi = kuantitas komoditas ke-i
I = pendapatan
2. Homogenitas
Persyaratan yang menyebutkan bahwa jika pendapatan dan harga
berubah dalam proporsi yang sama, maka permintaan terhadap suatu
komoditas tidak akan berubah. Hal ini merupakan implikasi dari sifat
11
fungsi permintaan yang homogen berderajat nolterhadap harga dan
permintaan. Bentuk matematisnya adalah sebagai berikut:
Σiεij + eiI = 0 ………………………………………..…(2.4)
keterangan: εij = elastisitas harga silang komoditas ke-i terhadap harga
komoditas-j
eiI = elastisitas pendapatan komoditas ke-i
3. Agregasi Engel
Agregasi Engel menunjukkan bahwa jumlah tertimbang dari elastisitas
pendapatan untuk seluruh komoditas yang dikonsumsi sama dengan
satu, ini merupakan cerminan dampak perubahan pendapatan terhadap
permintaan. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut:
Σi wi eiI = 1 …………………………………..…(2.5)
keterangan: wi = proporsi pengeluaran komoditas ke-i
eiI = elastisitas pendapatan komoditas ke-i
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh anggaran yang tersedia habis
dibelanjakan, dan jika terjadi kenaikan pendapatan maka akan
dialokasikan secara proporsional pada seluruh komoditas yang
dikonsumsi.
4. Agregasi Cournot
Syarat
ini
mencerminkan
dampak
perubahan
harga
terhadap
permintaan. Agregasi Cournot menunjukkan bahwa perubahan harga
pada salah satu komoditas yang dikonsumsi (komoditas j) sementara
harga komoditas lainnya tetap, akan berdampak pada re-alokasi
anggaran belanja sehingga permintaan terhadap komoditas-komoditas
akan berubah. Bentuk matematisnya adalah sebagai beikut:
Σi wiεij = - wj ………………………………….…(2.6)
keterangan: wi = proporsi pengeluaran komoditas ke-i
wj = proporsi pengeluaran komoditas ke-j
εij = elastisitas harga silang komoditas ke-i terhadap harga
komoditas-j
12
5. Syarat negativitas dan simetri Slutsky
Perubahan harga akan menyebabkan perubahan pendapatan riil.
Dampak perubahan ini bisa dipisahkan atas pengaruh substitusi
(substitution effect) dan pengaruh pendapatan (income effect). Pengaruh
substitusi merupakan pengaruh negatif, yang merupakan syarat
negativitas Slutsky. Syarat simetri Slutky menyatakan bahwa apabila
pendapatan riil konstan, pengaruh substitusi akibat perubahan harga
komoditas ke-j terhadap permintaan komoditas ke-i sama dengan
pengaruh substitusi akibat perubahan harga komoditas i terhadap
permintaan komoditas j. Efek substitusi dari komoditas i dan j tersebut
bersifat simetri, dan kondisi simetri dapat ditulis sebagai berikut :
wi(εij + wjeiI) = wj(εji + wiejI) …………………..(2.7)
keterangan: wi = proporsi pengeluaran komoditas ke-i
wj = proporsi pengeluaran komoditas ke-j
εij = elastisitas harga silang komoditas ke-i terhadap harga
komoditas-j
eiI = elastisitas pendapatan komoditas ke-i
ejI = elastisitas pendapatan komoditas ke-j
2.1.2 Efek Substitusi dan Pendapatan
Pengaruh perubahan harga akan menimbulkan dua efek, yaitu efek substitusi
dan efek pendapatan (Sugiarto et al., 2005). Hipotesis maksimisasi utilitas untuk
barang normal adalah turunnya harga barang akan meningkatkan jumlah barang
yang dibeli, karena 1) efek substitusi menyebabkan jumlah barang yang dibeli
akan lebih banyak sehingga utilitas konsumen bergerak sepanjang kurva indiferen,
2) efek pendapatan menyebabkan jumlah barang yang dibeli lebih banyak karena
harga menurun sehingga meningkatkan daya beli. Sehingga utilitas konsumen
bergerak ke kurva indiferen yang lebih tinggi (Nicholson, 2005).
13
Minyak tanah (Y)
Y1
A
Y11
C
U2
B
U1
I2
I1
Gas (X)
X
1
X
B
X
11
Sumber: Nicholson, 2005.
Gambar 2.1 Efek substitusi dan efek pendapatan karena penurunan harga gas
Pada Gambar 2.1, awalnya konsumen memperoleh utilitas maksimum
dengan mengkonsumsi gas sebanyak X1 dan minyak tanah sebanyak Y1 pada
tingkat pendapatan I1 dan utilitas U1. Turunnya harga gas menyebabkan, pada
tingkat utilitas dan harga barang minyak tanah yang sama/tetap, konsumen
mampu mengkonsumsi lebih banyak minyak tanah (dari X1 menjadi XB, dengan
X1< XB), inilah yang disebut sebagai efek substitusi. Pada sisi lain, turunnya harga
gas, mengakibatkan seolah-olah pendapatan konsumen menjadi meningkat, karena
ia mampu membeli lebih banyak barang sehingga bisa mencapai tingkat utilitas
yang lebih tinggi (U2, dengan U1< U2). Efek inilah yang disebut dengan efek
pendapatan (dari XB ke X11,dengan XB< X11).
2.1.3 Elastisitas Permintaan
Elastisitas didefinisikan sebagai ukuran persentase perubahan pada suatu
variabel yang disebabkan oleh perubahan satu persen variabel yang lain.
Elastisitas permintaan menunjukkan persentase perubahan jumlah barang yang
diminta akibat perubahan satu persen variabel yang memengaruhinya, sementara
kondisi lainnya diasumsikan tidak berubah. Jika dilihat dari penyebab perubahan
permintaan, elastisitas bisa dibagi menjadi elastisitas harga, elastisitas silang, dan
elastisitas pendapatan (Salvatore, 1994 ; Henderson dan Quant, 1988).
14
Elastisitas dapat diturunkan dari fungsi permintaan. Elastisitas yang
diturunkan dari fungsi permintaan Marshallian disebut sebagai elastisitas tidak
terkompensasi
(uncompensated
elasticities).
Sedangkan
elastisitas
yang
didapatkan dari fungsi permintaan Hicksian disebut sebagai elastisitas
terkompensasi (compensated elasticities).
Elastisitas harga, merupakan persentase kenaikan/penurunan jumlah barang
yang diminta akibat perubahan harga barang itu sendiri. Sesuai dengan hukum
permintaan, kenaikan harga menyebabkan turunnya jumlah barang yang diminta.
Sebaliknya, turunnya harga barang tersebut akan menyebabkan kenaikan kenaikan
jumlah barang yang diminta. Sehingga, elastisitas harga mempunyai tanda negatif.
Nilai elastisitas harga dapat dipergunakan untuk mengelompokkan suatu
barang apakah termasuk barang elastis, elastisitas unit, atau barang inelastis. Nilai
elastisitas dapat membedakan barang menjadi:
|ε| < 1, barang tersebut termasuk barang inelastis,
|ε| = 1, barang tersebut termasuk barang yang memiliki elastisitas unit, dan
|ε| > 1, barang tersebut termasuk elastis.
Elastisitas silang menunjukkan perubahan jumlah barang yang diminta
(dalam persen) disebabkan oleh perubahan harga barang lain (dalam persen). Nilai
elastisitas silang tergantung pada hubungan kedua barang tersebut, apakah barang
pelengkap (komplementer) dengan nilai elastisitas < 0, barang pengganti
(substitusi) dengan nilai elastisitas > 0, atau tidak ada hubungan kegunaan pada
kedua barang tersebut (netral), nilai elastisitasnya = 0.
Elastisitas yang ketiga adalah elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan
menunjukkan ukuran respon permintaan konsumen terhadap suatu komoditas
akibat adanya perubahan pendapatan konsumen. Nilai elastisitas pendapatan dapat
dipergunakan untuk mengelompokkan suatu barang apakah termasuk barang
inferior, barang normal, atau barang mewah. Nilai elastisitas dapat dibedakan
menjadi:
ε < 0, barang tersebut termasuk barang inferior,
0 < ε<1, barang tersebut termasuk barang normal atau pokok, dan
ε> 1, barang tersebut termasuk barang mewah.
15
Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat elastisitas harga (Hartono, 2002)
adalah :
1. Tingkat substitusi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang,
permintaan terhadap barang tersebut semakin inelastis dan sebaliknya.
2. Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, permintaan terhadap
suatu barang semakin inelastis, dan sebaliknya.
3. Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi
tersebut besar, maka permintaan cenderung lebih elastis.
4. Jangka waktu. Hal ini berkaitan dengan dimensi waktu, elastisitas jangka
pendek adalah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan elastisitas
jangka panjang untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk barangbarang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari satu tahun (tidak tahan
lama atau non durable goods), permintaan lebih elastis dalam jangka
panjang dibanding jangka pendek. Sebaliknya untuk barang yang masa
konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods),
permintaannya lebih elastis dalam jangka pendek dibanding jangka
panjang.
2.2
Penelitian Terdahulu
Labanderia, et al., (2006) meneliti sistem permintaan energi di Spanyol.
Mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pengeluaran untuk
komoditi-komoditi energi dengan tempat tinggal, komposisi rumah tangga, dan
status pekerjaan kepala rumah tangga. Rumah tangga di pedesaan, menengah, dan
perkotaan tidak memiliki peluang yang sama untuk mengkonsumsi barang energi
dan jasa transportasi, ketika ukuran populasi kotamadya meningkat, dilaporkan
adanya progresif substitusi bahan bakar mobil dan LPG untuk transportasi umum
dan gas bumi. Mengenai elastisitas harga sendiri, mereka menemukan bahwa
produk-produk energi agak elastis di Spanyol, dengan listrik energi yang paling
elastis, sedangkan yang baik dan alami harga-independen gas. Elastisitas harga
silang yang ada di beberapa kasus, menunjukkan adanya keterbatasan substitusi
antara listrik dan gas alam di daerah perkotaan dan LPG dan listrik di semua
lokasi. Ketika mengacu pada elastisitas pendapatan, makanan, listrik dan LPG
adalah barang normal, gas alam, bahan bakar mobil dan angkutan umum yang
16
mewah, dan LPG adalah sumber energi yang paling inelastis. Selain itu,
ditemukan juga bahwa rumah tangga miskin lebih responsif terhadap perubahan
harga energi, yang jelas berhubungan dengan lebih besar porsi energi pada total
pengeluaran.
Alberini, et al., (2010) menganalisis permintaan perumahan untuk listrik
dengan menggunakan data agregat tahunan di tingkat negara bagian untuk 48
negara bagian Amerika Serikat 1995-2007. Perkiraan model dilakukan dengan
penyesuaian parsial dinamis menggunakan Kiviet dikoreksi estimator LSDV
(1995) dan Blundell-Bond (1998). Selain lag variabel dependen, persamaan
meliputi harga energi, pendapatan, pendinginan dan pemanasan hari derajat, dan
ukuran rumah tangga rata-rata. Mereka menemukan bahwa elastisitas harga
jangka-pendek sendiri konsumsi adalah sama, elastisitas jangka pendek adalah
yang terendah ketika mereka menggunakan pendekatan Blundell-Bond GMM
yang memperlakukan harga listrik sebagai variabel eksogen. Elastisitas jangka
panjang yang dihasilkan oleh sistem metode GMM Blundell-Bond yang terbesar,
dan bahwa LDSV dari bias-dikoreksi lebih besar daripada LSDV yang
konvensional. Dari titik pandang kebijakan energi, hasil yang diperoleh
menggunakan estimator Blundell-Bond menyiratkan bahwa dalam suatu sistem
tenaga listrik terutama didasarkan pada pembangkit listrik tenaga batubara dan
gas, ada kemungkinan untuk mengurangi pemakaian listrik perumahan dan
menahan gas rumah kaca emisi dengan memberlakukan pajak karbon.
Terdapat beberapa literatur empiris terhadap estimasi permintaan energi
rumah tangga. Kebanyakan penelitian menggunakan persamaan ekonometrik
tunggal model untuk kebutuhan rumah tangga akan listrik, gas, dan bahan bakar
mobil melalui beragam metodologi. Pendekatan umum pertama terdiri dari
estimasi permintaan satu atau beberapa komoditi energi berdasarkan model rumah
tangga yang dipengaruhi oleh harga, pendapatan (atau PDB), dan kondisi iklim
(misalnya Narayan dan Smyth, 2005; Hondroyiannis, 2004; Holtedahl dan Joutz,
2004; Kamerschen dan Porter, 2004; Considine, 2000 dan Garcia, 2000).
Kelompok penelitian kedua menggunakan data ekonomi mikro untuk
memperkirakan permintaan barang energi di tingkat rumah tangga (misalnya,
Larsen dan Nesbakken, 2004; Filippini dan Pachauri, 2004; Oladosu, 2003; Leth-
17
Petersen, 2002; Halvorsen dan Larsen, 2001; Yatchew dan No, 2001; Kayser,
2000; Vaage, 2000; Schmalensee dan Stoker, 1999; Puller dan Greening, 1999
dan Baker et al., 1989). Metode ini memungkinkan untuk beberapa variabel
penjelas tambahan sebagai persediaan barang-barang tahan lama (sistem pemanas,
stok peralatan listrik, dll), perumahan (ukuran, umur rumah, isolasi, dll) dan
karakteristik rumah tangga (jumlah anggota, umur, pendapatan, dll).
Penggunaan model AIDS (almost ideal demand system model) dilakukan
oleh Filippini (1995) untuk memodelkan permintaan listrik rumah tangga
berdasarkan waktu penggunaan (peak dan off-peak) di 19 kota di Swiss. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa permintaan pada saat beban puncak dan di luar
beban puncak bersifat elastis, dan bahwa nilai elastisitas substitusinya adalah
positif. Ia juga menggunakan karakteristik rumah tangga sebagai dummy dalam
faktor penjelasnya, seperti jumlah anggota rumah tangga, status pekerjaan kepala
rumah tangga, adanya ibu rumah tangga, keberadaan anak, karakteristik kota yang
ditinggali, pertimbangan penggunaan peralatan listrik pada akhir minggu, dan
kepemilikan alat-alat listrik.
Penelitian yang dilakukan oleh Susan Olivia dan John Gibson, 2008,
menggunakan data pengeluaran rumah tangga di Pulau Jawa pada Susenas modul
1999, mengungkapkan bahwa rumah tangga di perdesaan cenderung memiliki
peningkatan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk bensin dan lpg ketika
pendapatannya meningkat. Penelitian ini juga menunjukkan hasil estimasi
elastisitas harga sendiri untuk listrik, lpg, minyak tanah, bensin, dan minyak
berturut-turut adalah -1,04; -0,32; -0,96; -0,08, dan -0,38.
2.3
Kerangka Pemikiran
Energi adalah komoditi yang mempunyai peranan penting dan strategis
energi dalam kehidupan (perekonomian). Sayangnya, kita masih banyak
bergantung pada energi yang tidak terbarukan yang cadangannya makin lama
makin menipis dan akibatnya harganya juga semakin mahal.
Pemerintah bertanggung jawab menentukan berbagai tindakan dan
kebijakan dalam menjamin ketersediaan dan akses masyarakat terhadap energi,
termasuk juga keberlangsungannya dalam jangka panjang. Salah satu bentuk
intervensi tersebut adalah subsidi terhadap harga energi. Subsidi bertujuan untuk
18
menjamin akses masyarakat yang tidak mampu menjangkau harga keekonomian
energi dan juga mendorong aktivitas industri terutama industri pada skala kecil.
Namun, subsidi mempunyai berbagai dampak negatif. Hal ini mendasari
pemerintah untuk berupaya secara bertahap menghapus atau mengurangi subsidi.
Penarikan subsidi akan mengakibatkan kenaikan harga energi sehingga
memengaruhi tingkat konsumsi energi konsumen yang terdiri dari kelompok
rumah tangga, industri, transportasi, komersial, dan lainnya. Kelompok rumah
tangga dianggap sebagai kelompok yang cukup rentan terhadap kenaikan harga
energi, karena masih banyak kelompok rumah tangga yang kurang mampu
menjangkau harga energi yang relatif tinggi.
Pemerintah perlu mengetahui informasi mengenai perilaku konsumsi energi,
dalam hal ini rumah tangga dengan berbagai karakteristiknya. Berapa harga energi
akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsinya (elastisitas harga). berapa
pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga terhadap konsumsi energi
(elastisitas pendapatan), dan bagaimana pengaruh karakteristik rumah tangga
terhadap permintaan energi rumah tangga.
Permasalahan energi (kelangkaan,
harga, akses belum menyeluruh, dan
lain-lain)
Kebijakan energi
Harga energi
Pendapatan rumah tangga
Permintaan rumah
tangga
Harga lainnya
Karakteristik wilayah
(desa dan kota)
Makanan
Energi (listrik; lpg, gas kota, dan batu bara;
minyak tanah; dan bensin dan solar)
Non makanan lainnya
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
19
2.4
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan literatur di atas, dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
1.
Turunnya harga energi akan menyebabkan naiknya permintaan akan
energi rumah tangga,
2.
Adanya hubungan substitusi antara beberapa komoditi energi,
3.
Peningkatan pendapatan (pengeluaran rumah tangga) mengakibatkan
peningkatan permintaan energi rumah tangga,
4.
Elastisitas permintaan listrik serta bensin dan solar untuk kelompok
pendapatan yang lebih tinggi lebih inelastis dibanding elastisitas
permintaan bensin dan solar untuk kelompok pendapatan yang lebih
rendah,
5.
Adanya perbedaan elastisitas permintaan energi untuk rumah tangga
yang tinggal di perdesaaan dengan rumah tangga yang tinggal di
perkotaan, dan
6.
Terdapat perubahan pola konsumsi energi rumah tangga sejak
diberlakukannya konversi minyak tanah ke gas.
Download