pengaruh bi rate, inflasi, nilai tukar rupiah, dan sertifikat bank

advertisement
PENGARUH BI RATE, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
Oleh :
Rega Saputra
NIM : 13190220
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Raden Fatah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
PALEMBANG
2017
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG
Formulir E.4
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Rega Saputra
NIM/Program Studi : 13190220/Ekonomi Islam
Judul Skripsi
: Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Telah Diterima Dalam Ujian Skripsi Tanggal 3 Mei 2017
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Tanggal
Pembimbing Utama : Dinnul Alfian Akbar, S.E., M.Si
t.t
Tanggal
Pembimbing Kedua : Erdah Litriani, S.E., M.Ec.Dev
t.t
Tanggal
Penguji Utama
t.t
Tanggal
Penguji Kedua
t.t
Tanggal
Ketua
:
: Mismiwati, S.E., M.P
:
: Dessy Handayani, S.E., M.Si
:
: Titin Hartini, S.E., M.Si
t.t
Tanggal
:
Sekretaris
:
: Sri Delasmi Jayanti, M.Acc., Ak., CA
t.t
:
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NIM
Program Studi
Judul Skripsi
: Rega Saputra
: 13190220
: Ekonomi Islam
: Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S.1)
Sarjana Ekonomi (S.E)
Palembang, 3 Mei 2017
Dekan,
Dr. Qodariah Barkah, M.H.I
NIP. 197011261997032002
MOTTO
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya
(Q.S. Ath-Tholaq : 3)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S. Al-Insyirah : 6)
Rest Assured That Nothing Is Impossible,
if you want you can do it
(Rega Saputra)
Jangan Terlalu Berharap Pada Orang Lain, Sebab Banyanganmu Saja Bisa
Meninggalkanmu Saat Dikegelapan
(Rega Saputra)
Seorang Yang Optimis Hanya Akan Memandang Pada Bunga Mawar Saja,
Sementara Seorang Yang Pesimis Hanya Akan Memandangi Duri Dan Acuh
Pada Bunganya Yang Indah
(Kahlil Gibran)
PERSEMBAHAN
Kasih
Sayangmu
Sepanjang
Waktu…
Peluk
Bahagia
Hinggaku Dewasa…
Khilaf Yang Pernah Aku Lakukan Dahulu… Tak Berniat
Untuk Menyakiti Hatimu.. Ohh Ibu…
Cintamu Tak Kenal Waktu… Kasihmu Menyadarkan Aku...
Tak Ada Yang Lebih Darimu…
Ohh Ibu Apakah Ku Mampu Membalas Semua Yang Pernah
Kau Beri Dengan Ikhlas… Nyawapun Rela Kan Ku Lepas…
Ibu Ridhomu Penuntun Jalanku… Cahaya Terang Dalam
Gelap Langkahku…
Menuju Surga Di Kakimu…
Dengan mengucap hamdalah…
Ku persembahkan rasa cinta dan terima kasihku serta skripsi ini
kepada kedua orang tuaku tercinta. Ayah (Sudirman, S.Sos) dan Ibu
(Ratnani, S.Pd) pastinya yang senantiasa selalu mencurahkan kasih
sayangnya, perhatiannya, bimbingannya, pemikirannya tanpa putus
untukku. Mungkin memang, perselisihan kecil diantara kita sering
terjadi, tapi yang jelas dalam hatiku.. aku sangat menyayangi kalian..
tiada tempat untuk ku kembali selain pada kalian… dan sekali lagi
terima kasih banyak atas semua yang kalian beri untukku… aku tak
akan mampu membalas semuanya, tapi yang jelas aku menjadi yang
terbaik untuk kalian…
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh BI Rate, Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)” ini dengan baik, sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1). Penulis ingin menyampaikan rasa
hormat, penghargaan dan terima kasih atas bantuan serta dukungan yang diberikan
oleh semua pihak hingga selesainya skripsi ini kepada:
1. Rektor UIN Raden Fatah Palembang Bapak Prof. Drs. H. M. Sirozi, M.A.,
Ph.D. Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang Bapak Dr. Ismail.
Bapak Wakil Rektor II UIN Raden Fatah Palembang Dr. Zainal Berlian,
S.H., M.M., D.B.A. Ibu Wakil Rektor III UIN Raden Fatah Dr. Rr Rina
Antasari, S.H., M.Hum.
2. Ibu Dr. Qodariah Barkah, M.H.I selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang beserta Wakil Dekan I Ibu
Mafthukhatusholihah, M.Ag Wakil Dekan II Bapak Rudi Aryanto, S.Si.,
M.Si dan Wakil Dekan III Ibu Nilawati, S.Ag., M.Hum.
3. Ibu Titin Hartini, S.E., M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi Islam dan Ibu
Mismiwati, S.E., M.P selaku sekretaris Prodi Ekonomi Islam.
4. Bapak Dr. M. Rusydi, M.Ag selaku Penasehat Akademik saya selama
menjalani perkuliahan.
5. Bapak Dinnul Alfian Akbar, S.E., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu
Erdah Litriani, S.E., M.Ec.Dev selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan hingga
selesainya skripsi ini.
6. Para Dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah
Palembang yang telah memberikan bimbingan pelajaran dan membantu
selama masa studi.
7. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sudirman, S.Sos dan Ibunda
Ratnani, S.Pd. Saudara-saudaraku Andrean Raymando, S.Pd, yuk Puspa
Sari, S.T, Ardiansyah, S.Pd beserta nenek Ranimah dan keponakan
tersayang Azzahra Puspita Andriani.
8. Sahabat-sahabatku yang sampai hari ini selalu setia nge-Band bareng,
menjalani hobi bersama, tetap berkarya walaupun belum juga kaya.
9. Rekan-rekan EKI 6 2013 yang selama kurang lebih 4 tahun menjalani
kuliah bersama dengan suka duka. Serta rekan-rekan sealmamater kelas
EKI 1’13 sampai EKI 8’13 dan semua pihak yang telah banyak membantu
selama proses perkuliahan.
Palembang, 3 Mei 2017
Rega Saputra
NIM. 13190220
ABSTRAK
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, salah satunya saham. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya. Ada beberapa faktor makroekonomi dan moneter
yang bisa mempengaruhi pergerakan saham seperti faktor BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh BI Rate, Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia Periode Juni 2011 hingga Mei 2015. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan
data sekunder. Penelitian ini menggunakan lima variabel oprasional yaitu BI Rate
(X1), Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah (X3), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X4)
dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y). Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model analisis-statistik dengan menggunakan teknis
analisis kuantitatif, yakni regresi linier berganda. Dari hasil regresi linier berganda
menunjukkan bahwa secara simultan keempat variabel independen mempengaruhi
secara positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) dan
secara parsial hanya Nilai Tukar Rupiah (X3) yang berpengaruh positif signifikan
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sementara BI Rate (X1), Inflasi
(X2), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) tidak menunjukkan
pengaruhnya terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y).
Kata Kunci : Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
NOTA DINAS ...................................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 11
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 12
E. Kontribusi Penelitian .............................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Saham ..................................................................................................... 15
B. Jenis-jenis Saham ................................................................................... 16
C. Indeks Saham ......................................................................................... 19
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham .. 21
E. Hukum Jual Beli Saham.......................................................................... 23
F. BI Rate .................................................................................................... 24
G. Inflasi ..................................................................................................... 26
H. Nilai Tukar Rupiah ................................................................................ 30
I.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ............................................. 32
J.
Penelitian Terdahulu .............................................................................. 38
K. Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 42
L. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ................................................................................... 52
B. Desain Penelitian ................................................................................... 52
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 52
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 53
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 54
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 54
G. Variabel-variabel Penelitian ................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 62
B. Analisis Data .......................................................................................... 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ........................................................................... 88
B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 89
C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 90
D. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ....................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
LAMPIRAN ........................................................................................................ 96
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1 : Perkembangan Harga Saham ISSI Juni 2011 – Mei 2015 ............. 5
Tabel 1.2 : Research Gap BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham ................. 7
Tabel 1.3 : Research Gap Inflasi Terhadap Harga Saham................................ 8
Tabel 1.4 : Research Gap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
................................................................................................................................. 9
Tabel 1.5 : Research Gap SBIS Terhadap Harga Saham .................................. 9
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu BI Rate Berpengaruh Negatif Terhadap
Indeks Harga Saham .......................................................................................... 43
Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu Inflasi Berpengaruh Negatif Terhadap
Indeks Harga Saham .......................................................................................... 45
Tabel 2.3 : Penelitian Terdahulu Nilai Tukar Rupiah Berpengaruh Positif
Terhadap Indeks Harga Saham......................................................................... 47
Tabel 2.4 : Penelitian Terdahulu SBIS Berpengaruh Negatif Terhadap
Indeks Harga Saham .......................................................................................... 49
Tabel 4.1 : Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 64
Tabel 4.2 : Uji Autokorelasi ............................................................................... 68
Tabel 4.3 : Uji Multikolinieritas ........................................................................ 69
Tabel 4.4 : Analisis Regresi Linier Berganda................................................... 70
Tabel 4.5 : Uji F (Secara Simultan) ................................................................... 72
Tabel 4.6 : Uji T (Secara Parsial) ...................................................................... 73
Tabel 4.7 : Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .............................................. 76
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1.1 : Pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ................ 4
Gambar 2.1 : Ilustrasi Pengaruh BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham .. 42
Gambar 2.2 : Ilustrasi Pengaruh Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham .... 44
Gambar 2.3 : Ilustrasi Pengaruh NilaiTukar Rupiah Terhadap Indeks Harga
Saham................................................................................................................... 46
Gambar 2.4 : Ilustrasi Pengaruh SBIS Terhadap Indeks Harga Saham ...... 48
Gambar 2.5 : Kerangka Pemikiran................................................................... 50
Gambar 4.1 : Uji Norma..................................................................................... 66
Gambar 4.2 : Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan wadah akumulasi dana dan pembentukan modal yang
ditujukan guna meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam mengarahkan dana.
Pasar modal memiliki peran penting bagi negara, yaitu sebagai sarana pendanaan
usaha atau sebagai sarana perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor.
Dana yang didapat dari pasar modal digunakan dalam melakukan pengembangan
usaha, penambahan modal kerja, ekspansi bisnis, dan lain-lain. Selain itu, pasar
modal berperan sebagai sarana masyarakat dalam berinvestasi pada instrumen
keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain.1 Serta pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh keuntungan bagi
investor, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 13 mengartikan pasar
modal sebagai suatu kegiatan yang penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal secara umum dapar diartikan
sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak.
Sedangkan dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal
berupa lembar-lembar surat surat berharga di bursa efek.2
1
2
Indah Yuliani, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), hlm. 34
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Investasi di pasar modal merupakan salah satu investasi yang sedang
berkembang di masyarakat. Selain sebagai wadah yang mempertemukan pihakpihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak-pihak yang kelebihan dana
(investor). Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan
prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilakukan sesuai
dengan ketentuan syariah.3
Konsep pasar modal syariah dan pasar modal konvensional sebenarnya tidak
jauh berbeda. Karena dalam konsep pasar modal syariah yang diperdagangkan
harus berdasar dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria dan prinsip syariah, bebas dari unsur ribawi serta transaksi saham yang
dilakukan dengan investor dapat menghindari berbagai praktek spekulasi.
Sehingga pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional memiliki
perbedaan yang dapat dilihat pada nilai indeks saham, instrument dan mekanisme
transaksinya.
Keberadaan pasar modal memberikan manfaat sebagai sumber pembiayaan,
sarana investasi, penyebaran kepemilikan perusahaan kepada masyarakat dan
menciptakan lapangan pekerjaan. Pasar modal yang memiliki peranan penting
dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi,
yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana perusahaan dalam
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Kedua, kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti
saham, obligasi, reksadana dan lain sebagainya. Dengan demikian masyarakat
3
Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Kuangan Berdasarkan Prinsip Syariah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 29
dapat menempatkan dana yang sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrumen.4
Saham diartikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan
dalam suatu perusahaan, dimana pemilik saham (investor) menjadi pemilik
perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Jadi saham adalah satuan
nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada
bagian kepemilikan sebuah perusahaan.5 Harga saham merupakan harga pasar
yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham.
Harga saham di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktorfaktor yang mempengaruhi fluktuasi saham dapat berasal dari internal dan
eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas
perusahaan, dividen, laba perusahaan dan tingkat penjualan, sedangkan faktor
eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan
kondisi perekonomian.6
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Konstituen ISSI direview setiap enam bulan sekali (Mei dan November) dan
dipublikasi pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga melakukan
penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari
Daftar Efek Syariah (DES). Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan ratarata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam
4
Bambang Susilo D, Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2009), hlm. 16
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 570
6
http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 30 Januari 2017).
5
perhitungan ISSI adalah awal penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) yaitu
Desember 2007. ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. Terdapat 307 saham
syariah dalam ISSI update Juli 2014.7 Perkembangan pasar modal akan
mendorong kemajuan ekonomi suatu negara. Saham sebagai salah satu surat
berharga yang ditransaksikan di pasar modal, yang nilainya selalu mengalami
fluktuasi dari waktu ke waktu.
Gambar 1.1
Pergerakan ISSI 2011-2013
Sumber: Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id. (Diolah 2017).
Pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa nilai Indeks Saham Syariah Indonesia
selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu dengan sangat signifikan. Berikut
adalah tabel perkembangan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia:
7
Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id. (diakses 11 September 2016).
Tabel 1.1
Perkembangan INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
Juni 2011 – Mei 2015
Periode
Januari
Februari
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA
2011
2012
2013
2014
129.712
147.259
145.313
132.629
151.413
149.119
2015
168.757
172.325
Maret
-
135.207
159.953
156.076
172.881
April
-
138.980
163.874
160.450
170.755
Mei
-
135.316
169.426
161.674
Juni
122.032
128.191
156.232
160.916
167.920
-
Juli
129.368
135.072
144.030
165.204
-
Agustus
126.638
137.129
146.780
169.395
-
September
120.530
141.019
147.164
169.165
-
Oktober
116.492
139.347
151.277
161.473
-
November
121.396
146.085
146.823
163.075
-
123.096
144.231
141.849
165.803
Sumber:Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id (Data Diolah, 2017)
Tabel 1.1 menunjukkan pergerakan harga saham Indeks Saham Syariah
Desember
Indonesia (ISSI) selama periode Juni 2011 sampai Mei 2015. Dari tabel diatas
terlihat bahwa pada bulan Juni 2011 nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
sebesar 122,032 poin. Pada periode berikut indeks saham mengalami pergerakan
meningkat sebesar 129,368 poin pada bulan Juli 2011, setelah mengalami
pergerakan meningkat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terkoreksi menurun
pada periode Agustus dan September 2011 yaitu sebesar 126,638 poin dan
120,530 poin. Dan pada bulan Oktober 2011 angkanya semakin menurun pada
posisi 116.492 poin. Menurunnya harga saham pada Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) memang tidak berlangsung lama sebab pada periode-periode
selanjutnya pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menunjukan tren
positif hingga tahun kelima yakni pada bulan Mei 2015 sebesar 167,920 poin
dimana secara garis besar mengalami pergerakan meningkat signifikan walaupun
sesekali memang mengalami tren menurun.
Dilihat dari pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
mengalami perkembangan signifikan tentu hal tersebut dipengaruhi berbagai
faktor. Terdapat beberapa faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi
perkembangan saham yaitu dari Kondisi mikro dan makro ekonomi8 seperti
Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai instrumen pengendalian moneter,
Inflasi, BI Rate, Jumlah Uang Beredar (JUB), Nilai tukar dan lain - lain.
Sedangkan faktor internal yang mampu mempengaruhi adalah seperti kondisi
ekonomi nasional, keamanan, kondisi politik, kebijakan pemerintah dan lain-lain.9
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada
di bawah sasaran yang telah ditetapkan.10 Inflasi erat kaitannya dengan penurunan
kemampuan daya beli, baik dalam ruang lingkup individu maupun perusahaan.
Dalam beberapa definisi, inflasi merupakan suatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.11 Harga suatu komoditas atau
barangdapat dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode
8
Irham Fahmi, Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2012), hlm. 89
9
Alwi Iskandar Z, Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), hlm. 87
10
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari
2017).
11
Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214
sebelumnya. Tujuan jangka panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga
agartingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. 12 Nilai
tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing
dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik dalam mata
uang asing.13
Dalam investasi syariah tidak hanya saham syariah saja yang menjadi
instrumen investasi tetapi ada juga instrumen lain sebagai produk investasi syariah
yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.14
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap
dari empat variabel independen BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang mempengaruhi pergerakan Saham yaitu
sebagai berikut.
Tabel 1.2
Research Gap BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham
Hasil Penelitian
Peneliti
Terdapat pengaruh Positif 1. Ria Manurung
antara BI Rate terhadap
2. Rowland Bismark
Pengaruh BI Rate
Indeks Harga Saham.
Fernando Pasaribu
Terhadap Indeks Harga
dan Mikail Firdaus
Saham
Tidak terdapat pengaruh 1. Achmad Ath
antara BI Rate terhadap
Thobarry
Indeks Harga Saham.
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
12
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 333
13
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157
14
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008
Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
BI Rate terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Ria Manurung serta
Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus Pasaribu berpengaruh positif
terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian
Achmad Ath Thobarry yang menunjukkan bahwa BI Rate tidak berpengaruh
terhadap indeks harga saham.
Tabel 1.3
Research Gap Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham
Hasil Penelitian
Peneliti
Terdapat pengaruh positif 1. Neny Mulyani
antara Inflasi terhadap
Pengaruh Inflasi
Indeks Harga Saham.
Terhadap Indeks Harga
Tidak terdapat pengaruh 1. Suramaya Suci Kewal
Saham
antara Inflasi terhadap
2. Ditha Fitria Syari
Indeks Harga Saham.
3. Erlangga Yudha
Utama
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Inflasi terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Neny Mulyani
berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan
hasil penelitian Suramaya Suci Kewal, Ditha Fitria Syari dan Erlangga Yudha
Utama yang menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga
saham.
Tabel 1.4
Research Gap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
Hasil Penelitian
Peneliti
Terdapat pengaruh Positif 1. Imam Dwi Saputra
antara Kurs Rupiah
dan Leo Herlambang
Pengaruh Nilai Tukar
terhadap Indeks Harga
2. Ditha Fitria Syari
Rupiah Terhadap Indeks Saham.
Harga Saham
Tidak terdapat pengaruh 1. Siska Ulfia
antara Kurs Rupiah
terhadap Indeks Harga
Saham.
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Nilai Tukar Rupiah (Kurs Rupiah) terhadap indeks harga saham yang diteliti
oleh Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang serta Ditha Fitria Syari berpengaruh
positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian
Siska Ulfia yang menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah (Kurs Rupiah) tidak
berpengaruh terhadap indeks harga saham.
Tabel 1.5
Research Gap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks
Harga Saham
Hasil Penelitian
Peneliti
Terdapat pengaruh Positif 1. Dimas Prabowo
antara Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)
Pengaruh Sertifikat
terhadap Indeks Harga
Bank Indonesia Syariah Saham.
(SBIS) Terhadap Indeks Tidak erdapat pengaruh
1. Yudhistira Ardana
Harga Saham
antara Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Indeks Harga
Saham.
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap indeks harga saham yang
diteliti oleh Dimas Prabowo menunjukkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian Yudhistira Ardana yang menunjukkan bahwa
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap indeks harga
saham.
Dari fenomena dan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
setiapkejadian empiris sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan
adanya research gap dalam penelitian-penelitian terdahulu. Berbagai penelitian
diatas menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda dari variabel BI Rate, Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
indeks saham serta data yang menunujukkan pesatnya perkembangan Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama lima tahun terakhir membuat penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui pengaruh BI
Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode lima tahun
dengan memilih judul ”Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
2.
Bagaimana pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
3.
Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
4.
Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei
2015?
5.
Bagaimana pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
C. Batasan Masalah
1.
Penelitian ini dibatasi pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011
hingga 2015.
2.
Periode yang diambil adalah 2011 - 2015 berupa data perbulan selama lima
tahun terhitung dari Juni 2011 hingga Mei 2015.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan penjabaran latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei
2015?
4.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
periode Juni 2011 – Mei 2015?
5.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015?
E. Kontribusi Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan dan kegunaan
penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi:
1.
Bagi Civitas Akademik
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran
Ekonomi Islam serta berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi
dalam kajian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan
juga dapat menambah wawasan kepustakaan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
2.
Bagi Pemerintah dan Investor
Bagi Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam fungsi pengambilan
kebijakan yang akan ditempuh agar mampu menciptakan iklim investasi yang
dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Bagi investor, dapat
memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan terutama pengaruh
BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap indeks saham syariah, sehingga dapat menerapkan strategi
perdagangan di pasar modal.
3.
Bagi Peneliti
Selain untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Strata 1, tulisan ini memberikan pemahaman yang lebih signifikan atas ilmu
yang didapat selama menempuh pendidikan di program studi Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Raden Fatah Palembang.
F. Sistematika Penulisan
Guna mendapatkan pembahasan secara tersusun, maka penulis perlu
menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukan hasil yang
mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kontribusi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS, dalam
bab ini membahas teori-teori yang terkait dalam BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015, kajian penelitian
terdahulu, kerangka pemikiran serta pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN, bab ini menjelaskan bagaimana penelitian
akan dilakukan secara operasional yang membahas ruang lingkup penelitian, jenis
penelitian setting penelitian, desain penelitian, jenis data, sumber data, populasi
dan sampel penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis yang
digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini berisikan uraian
tentang objek penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian
yang sudah dilakukan.
BAB V PENUTUP, bab ini terdiri atas kesimpulan dari penelitian yang
dilaksanakan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian serta saran untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Saham
Secara singkat, saham diartikan sebagai bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan.15 Dalam definisi lain, saham adalah surat bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas.16 Saham juga dapat
diartikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu
perusahaan, dimana pemilik saham (investor) menjadi pemilik perusahaan
tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Jadi saham adalah satuan nilai atau
pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian
kepemilikan sebuah perusahaan.17 Harga saham merupakan harga pasar yang
tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Harga
saham di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal
perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan,
deviden, laba perusahaan dan tingkat penjualan, sedangkan faktor eksternalnya
adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi
perekonomian.18
15
Rusdarti dan Kusmuriyanto, Ekonomi. Fenomena di Sekitar Kita 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 59
16
Suad Husnan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), hlm.
279
17
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 570
18
http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 30 Januari 2017).
B. Jenis-jenis Saham
Jenis-jenis saham bisa ditinjau dari beberapa segi, antara lain:19
1.
Dari Segi Cara Peralihan
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidaktertulis nama
pemilik dalam saham tersebut.
b. Saham Atas Nama (Registered Stock)
Di dalam sahamtertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan
kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2.
Ditinjau Dari Kinerja Perdagangan
a. Blue Chip Stock
Saham dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di Industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten
dalam membayar dividen.
b. Income Stock
Merupakan keadaan saham dimana dari suatu emiten yang mempunyai
likuiditas deviden yang lebih kuat dari rata-rata yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten yang demikian biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih besar dan secara teratur membagi deviden tunai.
Emiten yang demikian tidak akan menekan laba dan tidak mementingkan
potensi.
19
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Pustaka, 2012), hlm.
185
c. Growth Stock
Saham-saham dari emiten ini memiliki pertubuhan pendapatan yang
tinggi sebagai leader di Industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d. Spekulative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemumkinan
penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock
Saham yang tidak akan terpengaruh atas kondisi ekonomi makro ataupun
situasi bisnis secara umum. Pada masa resesi ekonomi, harga saham ini
tetap pada posisi tinggi dimana para emitennya mampu memberikan
deviden yang tinggi.
3.
Dari Segi Hak Tagih
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham jenis ini, hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih
dulu kepada pemegang saham preferen. Beitu pula terhadap harta apabila
perusahaan dilikuidasi. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham
biasa mempunyai beberapa hak antara lain:
a)
Hak Kontrol
Adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pemegang
perusahaan.
b) Hak Menerima Pembagian Keuangan
Adalah hak pemegang saham untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan.
c)
Hak Preemtive
Adalah hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikkan yang sama
jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan
melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi
harga saham lama dari kemerosotan nilai.
b. Saham Preferen
Merupakan saham yang memproleh hak utama dalam deviden dan harta
apabila pada saat perusahaan dilikuidasi. Beberapa karakteristik dari
saham prefere adalah:
a) Hak Preferen
Hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan
pemegang saham biasa.
b) Hak Deviden Kumulatif
Hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima deviden
tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang
ssaham biasa menerima dibandingkan dengan saham biasa pada saat
terjadi likuidasi.
C. Indeks Saham
Menurut Sunariyah, indeks saham adalah catatan terhadap perubahanperubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar
sampai pada suatu saat tertentu.20 Adapun di Bursa Efek Indoneia terdapat enam
jenis indeks, antara lain:21
1.
Indeks Individual
Indeks Individual merupakan indeks harga masing-masing saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan hargaj dasarnya.
2.
Indeks Harga Saham Sektoral
Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor,
missal sektor keuangan, pertambangan dan lain-lain.
3.
Indeks Harga Saham Gabungan
Menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan
saham. IHSG merupakan angka indeks harga saham yang diolah sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian yang dapat berupa
perubahanharga saham dari waktu ke waktu.
4.
Indeks LQ 45
Yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan yang mengacu pada likuiditas
perdagangan dan kapitalisasi pasar.
5.
Indeks Saham Syariah
Merupakan indeks yang mengimplementasikan prinsip syariat islam di
dalamnya dalam melakukan setiap aktivitas.
20
21
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hlm. 122
Bursa Efek Indonesia, http:/www.idx.co.id, (diakses: 30 Januari 2017).
6.
Indeks Papan Utama
Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok
saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Saham syariah sendiri merupakan saham-saham yang memiliki karakteristik
sesuai dengan syariah islam. Karena tidak semua saham bisa dikatakan syariah 22
Berdasarkan arahan dari Dewan Syariah Nasional dan peraturan Bapepam-LK
Nomor IX.A.13 Tentang Penerbitan Efek Syariah, ruang lingkup emiten yang
bertentangan dengan prinsip hukum syariah adalah:23
1.
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2.
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
3.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.
4.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang-barang
atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudhorat.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham
Harga saham selalu mengalami fluktuaktif, pergerakan baik kenaikan maupun
penurunan harga saham. Harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. Semakin banyak orang
22
http://syariah.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html, (diakses: 30 Januari 2017).
Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariahi, (Jakarta:
Kencana Prenada, 2001),hlm. 24
23
membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung mengalami
kenaikan. Demikian sebaliknya, apabila semakin banyak orang yang menjual
saham suatu perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut akan cenderung
mengalami penurunan. Fluktuasi harga saham juga dipengaruhi oleh beberapa
situasi dan kondisi, baik itu dari segi mikro ekonomi maupun makro ekonomi
serta situasi lainnya. Faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah: 24
1. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang baru (brand office) dan kantor cabang
pembantu (sub-brand office), baik yang dibuka di domestik maupun luar
negeri.
2. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
3. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana
dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
4. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
5. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
6. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual
beli saham
7. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
Sementara dalam teori lain dijelaskan secara lebih lengkap bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham adalah:25
24
Irham Fahmi, Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2012), hlm. 89
25
Alwi Iskandar Z, Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), hlm. 87
1.
Faktor Internal
a. Pengumuman pendanaan (financing announcements), berhubungan dengan
ekuitas dan hutang.pengumuman badan direksi manajemen (management
board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen dan struktur organisasi.
b. Pengumuman pengambilan alih diversifikasi, seperti laporan marger,
invetasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
c. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnig Per
Share (EPS), Deviden Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Net
Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan lain-lain.
2.
Faktor Eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
b. Pengumuman industry sekuritas (Securities Announcement) seperti laporan
pertemuan
tahunan,
insider
trading,
volume
atau
harga
saham
perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.
c. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang akan berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan saham
di Bursa Efek di suatu negara.
d. Berbagai isu baik dalam maupun luar negeri.
E. Hukum Jual Beli Saham
Aktivitas jual beli saham di pasar modal dilaksanakan pada pasar sekunder
dan pasar perdana. Pada pasar perdana, seseorang yang melakukan transaksi
bertujuan menginvestasikan dananya dalam jangka waktu yang lama untuk
mendapatkan deviden. Sedangkan pada pasar sekunder seseorang melakukan
transaksi jual beli saham dalam rangka untuk mendapatkan capital gain. Jual beli
saham sama halnya seperti mudharabah, yang mana mudharabah adalah bentuk
organisasi bisnis yang di dalamnya seseorang memberi modal kepada orang lain
untuk berbisnis lalu keduanya membagi laba dengan bagian masing-masing sesuai
kesepakatan (akad). Pemasok modal disebut shahibul mal (investor) dan
pengelola dana disebut mudharib (emiten).26
Adapun hukum dalam jual beli saham yang dilandaskan berdasarkan dalildalill Alquran dibeberapa surat. Pada surat Al-baqarah ayat 275 yang berbunyi
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”27. Dan pada
surat Al-baqarah ayat 278 yang berbunyi “…Hai orang-orang beriman,
bertakwalah kapada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang
beriman…”28. Dari dua ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap aktivitas
muamalah atau transaksi jual beli saham yang mengandung unsur ribawi di
dalamnya hukumnya adalah haram dan sebagai umat yang beriman harus
meninggalkannya.
26
Muhammad Sharif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), hlm. 209
27
Q.S. Al-baqarah [2] : 275. Alquran dan Terjemahnya.
28
Q.S. Al-baqarah [2] : 278. Alquran dan Terjemahnya.
Dalam aktivitas jual beli islam mengajarkan untuk melakukan akad atau
perjanjian agar tidak ada pihak yang dirugikan dan melarang setiap aktivitas
muamalah dengan jalan yang batil. Perintah itu tertuang dalam surat Al-maidah
ayat 1 yang berbunyi “...Hai orang-orang beriman, Tunaikanlah akad-akad
itu...”29 dan An-nisa ayat 29 yang berbunyi “...Hai orang-orang beriman!
Janganlah kalian memakan atau mengambil harta orang lain secara batil, kecuali
jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian...”30
Berdasarkan dalil-dalil diatas, jual beli saham akan menjadi haram apabila
terdapat unsur riba didalamnya, sebab riba dalam bentuk apapun dilarang dalam
hukum Allah swt. Selain itu, dalam bermuamalah umat diperintahkan untuk
melakukan akad-akad atau perjanjian-perjanjian yang disepakati antara penjual
dan pembeli serta tidak mengambil harta melalui jalan yang batil seperti
melakukan praktek spekulasi dalam jual beli saham.
F. BI Rate
1.
Definisi Dan Fungsi BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran
29
30
Q.S. Al-maidah [5] : 1, Alquran dan Terjemahnya.
Q.S. An-nisa [4] : 29, Alquran dan Terjemahnya.
operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini
diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktorfaktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan
memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Selain BI Rate
yang digunakan saat ini, perkenalan suku bunga kebijakan yang baru ini tidak
mengubah stance kebijakan moneter yang sedang diterapkan. Dalam prosesnya
jadwal penentuan atau penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan
setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
a.
Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG
berikutnya
b.
Penetapan
respon
kebijakan moneter
(BI
Rate) dilakukan
dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam
memengaruhi inflasi.
c.
Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance
Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG
Mingguan.31
G. Inflasi
1.
Definisi Inflasi
Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli, baik dalam
ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam beberapa definisi, inflasi
merupakan suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan jasa
secara umum.32 Harga suatu komoditas atau barang dapat dikatakan naik jika
menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode sebelumnya. Tujuan jangka
panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah.33
Gangguan utama terhadap inflasi adalah adanya perubahan pada keseluruhan
akan demand terhadap barang maupun jasa oleh pengguna dalam ekonomi.
Perubahan pada investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor yang dapat
mengubah permintaan agregat dan mendorong output yang lebih besar. Dalam
dunia investasi, inflasi sangat berpengaruh terlihat dari setiap terjadi kenaikan atau
penurunan angka inflasi akan mempengaruhi otoritas moneter dalam membuat
kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam penempatan
dana investasinya.
31
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari
2017).
32
Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214
33
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 333
Inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial
ekonomi masyarakat, dampak tersebut adalah:34
a.
Menyebabkan pendapatan riil masyarakatakan terus menurun sehingga
standar hidup dari masyarakat turun.
b.
Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsi, investasi dan
produksi hingga pada akhirnya menurunkan pertumbuhan ekonomi.
c.
Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak komprehensif
sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Inflasi yang tinggi dan berlebihan akan berdampak negatif tehadap pasar
modal, yaitu dengan turunnya harga-harga saham sebagai cerminan imbal hasil
perusahaan dan akibat lainnya akan menurunkan dividen pemegang saham.inflasi
yang stabil merupakan syarat yang mendasar dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
2.
Macam-macam Inflasi
a. Berdasarkan Ukuran Inflasi
Macam-macam inflasi berdasarkan ukuran dibagi dalam tiga kategori
utama:35
a) Inflasi Ringan
34
Sujoko, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG Dan Dana Kelolaan
Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen Volume 5 No 2,
(Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945, 2009), hlm.
143(tidak diterbitkan)
35
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers , 2004), hlm. 337
Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10% dalam
periode satu tahun.
b) Inflasi Sedang
Inflasi sedang, adalah tingkat inflasi yang berada antara 10-30% dalam
periode satu tahun. Inflasi ini biasanya ditandai dengan naiknya hargaharga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasa
disebut inflasi dua digit.
c) Inflasi Berat
Inflasi berat, adalah tingkat inflasi yang berada antara 30-100% dalam
periode satu tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan
berubah.
d) Inflasi Tinggi (Hyperinflation)
Inflasi tinggi (Hyperinflation), adalah tingkat inflasi yang berkisar lebih
dari 100% dalam periode satu tahun. Pada konidisi ini masyarakat tidak
ingin menyimpan uang, dikarenakan nilainya yang sangat merosot tajam.
b. Berdasarkan Penyebab dan Sumber Inflasi
Berdasarkan penyebabnya, umumnya inflasi dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu:36
a) Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di
satu pihak. Di pihak lain, kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum
36
Iskandar Putong, Pengaruh Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), hlm. 260
permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka
harga akan naik. Oleh karena itu, untuk mengatassinya diperlukan adanya
pembuka kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
b) Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan oleh turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi. Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa
dilakukan oleh produsen adalah langsunng menaikkan harga produknya
dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik (karena
tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
c) Inflasi Dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Infasi yang timbul karena adanya defisit pembiayaan dan belanja negara
yang terlihat pada anggaran dan belanja negara. Untuk mengatasinya
biasanya pemerintah mencetak uang baru.
d) Inflasi Dari Luar Negeri
Inflasi ini disebabkan karena negara-negara yang menjadi mitra dagang
suatu negara mengalami inflasi yang tinggi.perlu diketahui bahwa hargaharga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal sehingga bila
terpaksa nagara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya
di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
H. Nilai Tukar Rupiah
1.
Definisi Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata
uang asing dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing.37 Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain dan digunakan dalam
berbagai transaksi, termasuk investasi. Dalam banyak kasus, merosotnya nilai
tukar rupiah dapat menyebabkan menurunya permintaan masyarakat terhadap
mata uang rupiah kerena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena
meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional.
Jika semakin kuat kurs rupiah menggambarkan kinerja di pasar uang semakin
menunjukkan perbaikan dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Definisi lain menyebutkan nilai tukar mata uang asing adalah harga satuan
uang dalam satuan mata uang negara lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan
dalam pasar pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang
berbeda diperdagangkan.38 Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting
dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi
neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menentukan nilai tukar mata
uang, yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan
37
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157
Samuel dan Nordhaus, Ilmu Makroekonomi, Edisi Tujuh Belas, (Jakarta: PT. Media Global
Edukasi, 2004), hlm. 306
38
moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang
asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut
berhubungan dengan permintaan dan penawaran uang.
Naik turunnya nilai tukar mata uang bisa terjadi dengan berbagai cara, bisa
dengan cara yang dilakukan secara resmi olehh pemerintah suatu negara yang
menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik
menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market
mechanism). Kurs merupakan salah satu alat pengukur yang digunakan untuk
menilai keteguhan suatu ekonomi. Kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
Dengan kata lain, kuars adalah banyaknya uang domestik yang diperlukan untuk
membeli atau memperoleh satu unit valuta asing tertentu.39
2.
Jenis-jenis Nilai Tukar
a. Kurs Tetap (Fix Exchange Rate)
Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas
moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar
dalam negeri terhadap negaara lain yang dietapkan pada tingkat tertentu
tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang.
b. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta.
Dalam hal ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi
39
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ke-3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 397
moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni
berasal dari permintaan dan penawaran uang.
c. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan
bagi suatu negara yang perekonomiannya sudah mapan. Sistem nilai tukar
ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi
equilibrium yang sesui dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi sistem
nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.40
I.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1.
Definisi Sertfikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki tingkat
keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan sistem diskontonya tentu
saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam upaya pengendalian
jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank Indonesia menyiapkan
instrumen lain berupa Sertifikat Wadiah Bank Indnesia. Akan tetapi, karakteristik
dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya kurang efektif . Maka dari itu, untuk
meningkatkan
efektifitas
pengendalian
moneter,
maka
Bank
Indonesia
menyiapkan sebuah instrumen yang bernama Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret
2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
40
http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 31 Januari 2017).
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.41 SBIS tentu saja tidak menggunakan
sistem diskonto. Akad yang dapat digunakan dalam SBIS adalah akad
Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh, Musyarakah,, Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan
Wakalah. Dari keenam akad di atas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS
berdasarkan akad Ju’alah42. Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk
memberikan imbalan (reward/iwadh//ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah)
yang ditentukan dari suatu pekerjaan.43
2.
Karakteristik SBIS saat ini adalah:44
a. Menggunakan akad Ju’alah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBI
Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,
musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).
b. Bersatuan unit sebesar Rp1.000.000
c. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan,
d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia,
f. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk
operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah.
41
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008
Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
42
Pasal 3, Penjelasan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
43
Bab III Akad Dan Karakteristik SBIS Pasal 3, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008
Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
44
Ibid., Pasal 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat
diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:45
a.
Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang
yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS,
b.
BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR)
yang ditetapkan Bank Indonesia.
Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan.
Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara sebagai
berikut:46
a.
Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
b.
Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo SBIS, dan
setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening
giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia
tidak mencukupi.
Akad pada SBIS yang digunakan saat ini adalah Ju’alah. Akad Ju’alah
adalah janji atau komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian
hasil yang ditentukan dari suatu hasil pekerjaan.47 Adapun rukun dan syarat
sahnya Ju’alah adalah sebagai berikut:48
a.
45
Rukun Ju’Alah:
BAB V Mekanisme Penerbitan Pasal 6, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008
Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
46
Pasal 8, Penjelasan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
47
Ibid., Pasal 3.
48
Fatwa DSN MUI NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Rukun dan Syarat Sah Sertifikat
Bank Indonesia Syariah Ju’alah.
a) Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan
bekerja juga tidak ditentukan waktunya.
b) Ja’il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu dari
hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan sebelumnya.
c) Maj’ulah adalah orang yang melaksanakan akad Ju’alah.
d) Maj’ulaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.
e) Upah.
b. Syarat Sah Akad Ju’Alah:
a) Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap untuk
melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan cerdas.
b) Objek Ju’alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah.
c) Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga
atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.
d) Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah
walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan.
e) Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat
yang jelas dan boleh di manfaatkan menurut hukum syar’i.
Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja’il
(pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai maj’ullah (penerima
pekerjaan) dan objek Ju’alah (mahall al-aqd) adalah partisipasi Bank Syariah
untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui
penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank Indonesia
dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
Dalam hal supaya akad ini menjadi sah, rukun dan syarat Ju’alah pun harus
dipenuhi atas beberapa ketentuan-ketentuan akad. Ketentuan tersebut adalah
sebagai berikut:49
a.
SBIS
Ju’alah
sebagai
instrumen moneter
boleh diterbitkan
untuk
pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah.
b.
Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi
pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai maj’ul lah (penerima pekerjaan);
dan objek Ju’alah (mahall al-aqd) adalah partisipasi bank syariah untuk
membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui
penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menepatkannya di Bank Indonesia
dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
c.
Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban SBIS
mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah
sebagai
upaya
pengendalian
(reward/iwadh/ju’l)
tertentu
moneter
bagi
yang
dan
turut
menjanjikan
berpartisipasi
imbalan
dalam
pelaksanaannya.
Adapun ketentuan hukum dari SBIS Ju’alah adalah sebagai berikut:50
a.
Bank Indonesia wajib memberikan imbalan (reward/iwadh/ju’l) yang telah
dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam
upaya pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di Bank
Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui "pembelian" SBIS Ju'alah.
49
Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan Ketentuan hukum
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju‟alah.
50
Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan Ketentuan hukum
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju‟alah.
b.
Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS adalah
wadi’ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS Ju’alah,
yaitu titipan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau
ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh Bank Indonesia
selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik oleh Bank Syariah sebelum
jatuh tempo.
c.
Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mudi’) memerlukan
likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repokan SBIS Ju’alah -nya dan
Bank Indonesia dapat mengenakan denda (gharamah) dalam jumlah tertentu
sebagai ta'zir.
d.
Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju’alah kepada
pemegangnya pada saat jatuh tempo.
e.
Bank syariah hanya boleh atau dapat menempatkan kelebihan likuiditasnya
pada SBIS Ju’alah sepanjang belum dapat menyalurkannya ke sektor rii
SBIS Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat diperjualbelikan
(non tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari
portofolio investasi bank syariah.
J. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel makto ekonomi
terhadap kinerja indeks harga saham menunjukan hasil yang berbeda-beda.
Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang
akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan
bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini. Dari beberapa penelitian
terdahulu disajikan secara tersusun seperti berikut ini:
1.
Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi
Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini, disimpulkan bahwa jangka pendek variabel GDP dan inflasi
tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan suku bunga SBI dan
kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh terhadap harga saham IHSG.
Dalam jangka panjang, GDP tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG,
namun inflasi, suku bunga SBI, dan kurs rupiah terhadap dollar AS
berpengaruh terhadap harga saham.51
2.
Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean Periode 2006 – 2011. Dalam
penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan semua variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan di lima negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006 – 2011.
Secara parsial, inflasi dan nilai tukar rupiah sama-sama berpengaruh negatif
51
Slamet Widodo, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi
Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 115 (tidak diterbitkan)
dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan di lima negara di
ASEAN.52
3.
Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan
Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dalam penelitian yang menggunakan
regresi berganda ini peneliti menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap indeks syariah.53
4.
Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index
Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terjadi hubungan positif antara inflasi dan nilai tukar
rupiah terhadap harga saham ISSI yang artinya apabila inflasi turun maka
harga ISSI akan naik, namun posisi mata uang rupiah menguat terhadap mata
uang asing maka harga saham ISSI akan terdongkrak naik.54
5.
Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks
Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 20112013), kurs rupiah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap indeks
harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2011-2013.
52
Finesya Mauli Margakarta, Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean Periode 2006 – 2011, Skripsi, ( Jakarta:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hlm. 112-113 (tidak diterbitkan)
53
Dimas Prabowo, Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah
Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI), Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 72-73
(tidak diterbitkan)
54
Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan)
Pengaruh signifikan kurs rupiah terhadap indeks harga saham ISSI adalah
positif.56
6.
Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Menyimpulkan bahwa tingkat
inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia. sementara tingkat suku bunga BI memiliki pengaruh positif
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.57
7.
Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai
Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index.
Inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index, Suku bunga
berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index. Nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index.
Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index.
Inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah dan produk domestik bruto secara
simultan berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index.58
8.
Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM. Menunjukkan bahwa
56
Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang, Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
(Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12, (Surabaya:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, 2014), hlm. 8 (tidak diterbitkan)
57
Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus, Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2,
(Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma), hlm. 17 (tidak diterbitkan)
58
Neny Mulyani, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik
Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1, artikel
10, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Terbuka, 2014), hlm. 11 (tidak diterbitkan)
variabel BI Rate,
Inflasi, dan Oil Price tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia, sementara untuk variabel Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.59
9.
Pada penelitian dengan judul Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpulkan bahwa
Variabel Inflasi dan Nilai Tukar IDR/USD mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sementara
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Harga Minyak Dunia
mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)60
10. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan
GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Berdasarkan
hasil penelitian, diketahui bahwa Nilai tukar, SBI, Inflasi dan pertumbuhan
GDP secara simultan dapat mempengaruhi nilai resiko sistematis pada
kelompok Properti. Jika dihitung secara parsial variabel Nilai tukar
berpengaruh positif signifikan dan Inflasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga saham sektor properti. Untuk Variabel SBI dan
pertumbuhan GDP secara parsial tidak signifikan dalam mempengaruhi
indeks Properti.61
59
Yudhistira Ardana, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di
Indonesia: Model ECM, Jurnal Bisnis dan Manajemen, (Yogyakarta: STMIK Pringsewu, 2016), hlm.
26 (tidak diterbitkan)
60
Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas Islam Sultan
Agung, 2015), hlm. 410 (tidak diterbitkan)
61
Achmad Ath Thobarry, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa
K. Pengembangan Hipotesis
1.
Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham
Gambar 2.1
Ilustrasi Pengaruh BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham
Harga Saham
Turun
BI Rate
Naik
Deposito
Naik
Penjualan
Saham Turun
BI Rate
Harga Saham
Naik
BI Rate
Turun
Investasi
Naik
Pembelian
Saham Turun
Sumber: (N.Gregory Mankiw, Diolah 2017)
Berdasarkan teori, harga saham diantaranya dipengaruhi oleh aktivitas makro
ekonomi suatu negara. BI Rate yang merupakan bagian dari instrument moneter
Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam dalam mengendalikan laju tingkat
inflasi di Indonesia. BI Rate merupakan ukuran biaya modal yang harus
dikeluarkan oleh pelaku usaha atau suatu perusahaan untuk menggunakan dana
dari para investor, naiknya tingkat suku bunga dapat menarik perhatian investor
untuk menyimpan uangnya di bank, tingkat suku bunga yang terlampau tinggi
akan mempengaruhi aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan
untuk berinvestasi yang ada tidak akan menarik lagi.62 Dari penjelasan di atas,
apabila terjadi kenaikan pada BI Rate maka akan memicu turunnya harga saham
Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2009), hlm.80 (tidak diterbitkan)
62
Mankiw N.Gregory, Makroekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 91
dan penjualan saham yang sekaligus mampu memicu naiknya pembelian saham,
namun jika BI Rate mengalami penurunan maka akan memicu naiknya harga
saham dan penjualan saham yang sekaligus mampu memicu turunnya pembelian
saham. Naik ataupun turunnya BI Rate akan berdampak pada naik turunnya harga
saham serta aktvitas saham di pasar modal.
Tabel 2.1
BI Rate Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham
No.
1.
Peneliti
Neny
Mulyani
(2014)
Judul
Analisis
Pengaruh
Inflasi,
Suku
Bunga,
Nilai
Tukar
Rupiah,
Dan
Produk
Domestik
Bruto
Terhadap
JII.
Hasil
Inflasi
berpengaruh
positif,
Suku bunga
berpengaruh
negatif,
Nilai tukar
rupiah
berpengaruh
negatif dan
Produk
Domestik
Bruto
berpengaruh
positif
terhadap JII.
Persamaan
Sama-sama
menggunakan
variabel Suku
Bunga, Inflasi,
dan Nilai
Tukar Rupiah.
Perbedaan
Penelitian ini
menggunakan
objek dan
periode yang
berbeda serta
penelitian ini
menggunakan
variabel PDB.
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap harga
saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2.
Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham
Gambar 2.2
Ilustrasi Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham
Inflasi
Naik
Harga
Saham
Turun
Inflasi
Turun
Harga
Saham
Naik
Inflasi
Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017)
Peningkatan inflasi mampu meningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
meningkatnya harga bahan baku dibandingkan peningkatan harga yang dapat
ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut mampu menurunkan profitabilitas
perusahaan dengan asumsi penjualan tetap bahkan menurun dan meningkatkan
risiko dalam melakukan investasi. Dimana menurunnya profitabilitas perusahaan
merupakan berita kurang baik bagi perusahaan sebab para investor menilai bahwa
berinvestasi di pasar modal bukan hal yang menarik dan lebih memiliki risiko
yang lebih tinggi. Menurunya minat investor melakukan investasi dapat
menyebabkan turunnya harga saham perusahaan serta dapat menurunkan indeks
saham. Sedangkan ketika inflasi turun atau rendah hal tersebut mampu
meningkatkan profitabilitas dimana biaya produksi berkurang sebab harga bahan
baku murah serta harga penjualan yang tetap. Meningkatnya profitabilitas
perusahaan akan berakibat meningkatnya harga saham perusahaan sebab banyak
investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut dan akan berakibat
meningkatnya indeks saham.63
Tabel 2.2
Inflasi Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham
No. Peneliti
1. Joko
Susanto
(2013)
Judul
Hasil
Persamaan
Analisis
Inflasi
Sama-sama
Pengaruh
berpengaruh
menggunakan
Inflasi,
negatif
variabel inflasi
Tingkat
sedangkan BI
dan BI Rate
Suku
Rate dan M2
dalam
Bunga (BI berpengaruh
penelitiannya.
Rate),
Positif.
Jumlah
Uang
Beredar
(M2)
Terhadap
Indeks
Harga
Saham
Syariah
Indonesia .
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Perbedaan
Penelitian ini
menggunakan
variabel M2
serta periode
datanya
berbeda.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap harga
saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
63
Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas Islam Sultan
Agung, 2015), hlm. 402 (tidak diterbitkan)
3.
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gambar 2.3
Ilustrasi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
Kurs
Menguat
Harga
Saham
Naik
Kurs
Melemah
Harga
Saham
Turun
Kurs
Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017)
Nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan salah satu variabel yang mampu
mempengaruhi pergerakan indeks harga saham pada pasar modal. Nilai tukar
rupiah terhadap dollar yang mengalami depresiasi akan memberikan dampak yang
berbeda bagi perusahaan – perusahaan dalam kategori perusahaan impor ataupun
perusahaan ekspor. Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan
menanggung biaya yang lebih tinggi dari semula karena adanya pelemahan mata
uang domestik, dengan adanya peningkatan biaya tentu akan mengurangi
pendapatan perusahaan. Sama halnya pada perusahaan yang memiliki hutang
dalam dollar tentu akan menanggung kewajiban pembayaran yang lebih besar.
Apabila peningkatan biaya yang lebih tinggi dari pendapatan yang diterima maka
profitabilitas perusahaan akan turun yang berakibat pada penurunan dividen yang
akan diterima investor serta mengakibatkan turunnya harga saham. Dalam
kategori perusahaan ekspor atau perusahaan yang memiliki piutang luar negeri,
nilai tukar yang mengalami depresiasi tentu akan mendapat dampak positif
dimana tingkat ekspor akan meningkat. Meningkatnya ekspor tentu akan
menambah profitabilitas pada perusahaan tersebut serta meningkatkan dividen
yang diterima oleh investor. Tingginya dividen yang akan diterima tentunya akan
menarik investor untuk berinvestasi serta akan meningkatkan harga saham dan
indeks saham peruhasaan. Hal sebaliknya akan terjadi ketika nilai tukar rupiah
mengalami apresiasi atau mengalami penguatan.64
Tabel 2.3
Nilai Tukar Rupiah Berpengaruh Positif Terhadap Indeks Harga Saham
No.
Peneliti
1. Achmad
Ath
Thobbary
(2009)
Judul
Hasil
Persamaan
Analisis
Nilai Tukar
Penelitian ini
Pengaruh
Rupiah
menggunakan
Ekonomi
berpengaruh variabel kurs,
Makro
Positif, SBI, inflasi, dan
Terhadap
Inflasi, dan
model
Indeks
GDP
regresinya
Harga
berpengaruh juga berganda.
Saham
Negatif.
Sektor
Properti
(Kajian
Empiris
Pada Bursa
Efek
Indonesia)
2000-2008.
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Perbedaan
Penelitian ini
menggunakan
variabel suku
bunga dan
GDP, sektor
sahamnya
dan periode
datanya
berbeda.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah
terhadap harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
64
Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402-403 (tidak diterbitkan)
4.
Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks
Harga Saham
Gambar 2.4
Ilustrasi Pengaruh SBIS Terhadap Indeks Harga Saham
Penjualan
Saham Turun
Deposito
Naik
Harga Saham
Turun
SBIS
Penjualan
Saham Naik
Deposito
Turun
Harga Saham
Naik
Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017)
Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu perubahan
kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia mampu mempengaruhi bank syariah
ataupun pasar modal syariah. SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen
untuk membantu dalam investasi bank syariah apabila terjadi kelebihan dana
(Overlikuiditas). Dalam penerbitan SBIS akad yang digunakan adalah ju’alah.
Maka bank syariah yang menempatkan dana pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) berhak mendapatkan upah (ujrah) atas jasa membantu
pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia. Tingkat imbalan yang diberikan
oleh BI mengacu pada SBI konvensional, sehingga tidak akan memicu
kesenjangan profit yang diperoleh dari penempatan dana tersebut oleh bank
syariah. Ketika imbalan yang diperoleh bank syariah dalam melakukan investasi
SBIS itu besar tentu keuntungan akan diperoleh bank syariah, selanjutnya return
yang dihasilkan dibagi pada Dana Pihak Ketiga yaitu para nasabah yang
menabung, deposito juga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik investor untuk
beralih berinvestasi di bank syariah daripada instrumen investasi lainnya yaitu
pasar modal syariah. Ketika minat investor turun untuk berinvestasi di pasar
modal syariah tentu hal itu akan memicu menurunya indeks harga saham.65
Tabel 2.4
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Berpengaruh Negatif Terhadap
Indeks Harga Saham
No.
Peneliti
1. Siti Aisiyah
Suciningtias
dan Rizki
Khoiroh
(2015)
Judul
Analisis
Dampak
Variabel
Makro
Ekonomi
Terhadap
Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI)
Hasil
Persamaan
Variabel
Sama-sama
Inflasi dan
menggunakan
Nilai Tukar variabel
berpengaruh inflasi, nilai
negatif
tukar rupiah
signifikan
dan SBIS
terhadap
ISSI, SBIS
dan Harga
Minyak
Dunia
mempunyai
pengaruh
tidak
signifikan
terhadap
ISSI
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017)
Perbedaan
Penelitian ini
menggunakan
variabel
Harga
Minyak
Dunia
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
65
Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 403 (tidak diterbitkan)
H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara SBIS terhadap harga
saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
L. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam
menguraikan secara sistematis pokok permasalahan yang ada dalam penelitiannya.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar di bawah:
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran
BI Rate
(X1)
H1-
Inflasi
H2-
(X2)
Indeks Saham
Syariah
Indonesia (ISSI)
(Y)
H3+
Nilai Tukar Rupiah
(X3)
H4-
SBIS
(X4)
H5+
Sumber: (Diolah 2017)
Dari gambar 2.5 dapat dijelaskan terdapat variabel independen yaitu BI Rate,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
variabel dependennya yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dan
berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.1, penelitian ini bertujuan untuk
memfokuskan pada pembahasan mengetahui apakah ada pengaruh BI Rate,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Dari telaah pustaka di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai
jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
H5 :
Secara simultan, diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara BI
Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Variabel-variabel
tersebut merupakan variabel independen. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang merupakan
objek penelitian dan periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
B. Desain Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka
desain penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian kausal (sebab akibat)
yang merupakan penelitian yang berdasarkan pengamatan terhadap sebab akibat
yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang
dikumpulkan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yaitu data BI Rate Juni
2011 - Mei 2015, Inflasi Juni 2011 - Mei 2015, Nilai Tukar Rupiah terhadap
dollar Juni 2011 - Mei 2015, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Juni 2011
- Mei 2015 dan data Indeks Saham Syariah Indonesia Juni 2011 - Mei 2015.
2.
Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data resmi yang berbentuk laporan
bulanan. Dalam penelitian ini data yang digunakan diperoleh dari publikasi Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) untuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Juni 2011 - Mei 2015. Sedangkan data BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan data yang tersaji pada website resmi
Bank Indonesia (www.bi.go.id) serta tingkat inflasi yang tercatat pada Badan
Pusat Statistik (www.bps.go.id).
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
guna dipelajari dan ditarik kesimpulannya.66 Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI
Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015 sebanyak 48 jumlah observasi.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berupa
purposive sampling. Data yang digunakan sebagai sampel berupa data Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI), Data bulanan BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar
tengah Rupiah atas Dollar Amerika, dan data bulanan tingkat imbalan Sertifikat
66
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 115
Bank Indonesia Syariah (SBIS). Semua data variabel penelitian menggunakan
data bulanan, sehingga diperoleh data sebanyak 48 dimulai pada periode Juni
2011 sampai Mei 2015.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan cara pengamatan tanpa terjun ke
lapangan atau non participant observation. Data BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap dollar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh dengan cara
mengutip langsung melalui Bank Indonesia dari website www.bi.go.id, dan data
Inflasi melalui www.bps.go.id sebagai website resmi Badan Pusat Statistik milik
Indonesia, sedangkan data Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diperoleh
melalui laporan bulanan pada website Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.go.id
periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
F. Teknik Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu alat statistik yang
digunakan untuk mengetahui atau memprediksi besarnya variabel respon
berdasarkan variabel prediktor. Analisis regresi dapat menghadapi beberapa
masalah serius. Oleh karena itu, peneliti juga harus melakukan beberapa
pengujian asumsi klasik untuk menghadapi hasil yang terbaik. Pengujian tersebut
antara lain uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji
multikolinieritas67 untuk menganalisis pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) di Indonesia periode Juni 2011 - Mei 2015.
1.
Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression)
Model yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah model regresi linier
berganda atau Multiple Regression untuk menguji pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Pada penelitian ini, model regresi linier
berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β X1 + β X2 + β X3 + β X4 + e
Dimana Y merupakan variabel dependen (variabel terikat), X merupakan
variabel independen (variabel bebas).
Keterangan:
Y
: Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
X1
: BI Rate
X2
: Inflasi
X3
: Nilai Tukar Rupiah
X4
: Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
α
: Konstanta
β
: Koefisien regresi
e
: Standar error (0,05)
67
Joko Sulistyo, 6 Hari Jago SPSS, (Yogyakarta: Cakrawala, 2010), hlm. 146
2.
Uji Asumsi Klasik
Sebuah pengujian regresi yang baik harus memenuhi beberapa asumsi.
Karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik, yang meliputi
beberapa uji, yaitu Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, dan
Uji Multikolinieritas. Dengan memenuhi uji asumsi klasik maka nilai koefisien
regresi dari model yang diestimasi dapat mendekati nilai yang sebenarnya.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil
dari populasi yang berdistribusi normal.68 Asumsi normalitas merupakan
gangguan yang sangat penting sekali, sebab uji eksistensi model (uji F)
maupun uji validitas pengaruh variabel independen (uji T), dan estimasi nilai
variabel dependen mensyaratkan hal ini. Untuk menguji hal tersebut dapat
digunakan metode grafis Normal P-P Plot dari standardlized residual
cumulative probability, dengan mengidentifikasi apabila sebarannya berada
disekitar garis normal, maka asumsi kenormalan dapat dipenuhi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut heteroskedastisitas. Untuk medeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan cara uji grafik dilakukan dengan
menganalisis grafik normal plot antara niali prediksi variabel independen
68
Ibid, hlm. 50
dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot
antara nilai prediksi variabel independen dengan residualnya.
c.
Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak
baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika
terjadi korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t-1
(sebelumnya). Salah satu ukuran ada tidaknya masalah autokorelasi dengan
uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:69
a) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2).
b) Tidak terjadi autokorelasi jika, nilai DW diantara -2 dan 2 (-2 < DW ≤ 2).
c) Terjadi autokorelasi negatif jika DW diatas 2 (DW>2).
d. Uji Multikolinieritas
Pendekatan terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan menilai
Variance Infistion Factor (VIF) dan nilai tolerance dari hasil analisis regresi.
Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel
lebih kecil atau sama dengan 10 (≤ 10) dan untuk nilai tolerance lebih dari
atau sama dengan 0,10 (≥ 0,10).
3.
Uji Hipotesis
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah koefisien yang didapat
signifikan. Maksud dari signifikan disini adalah suatu nilai koefisien regresi yang
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
134
secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol,
berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk kepentingan tersebut maka
semua koefisien regresi harus diuji. Uji Hipotesis terdiri dari Uji F (pengujian
secara simultan) dan Uji T (pengujian secara parsial) serta koefisien determinasi
(Adjusted R2).
a.
Uji F (Secara Simultan)
Uji F bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
UJi F = (df(n-k-1))
variabel dependen.pengambilan keputusan berdasarkan tingkat probabilitas
signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan jika probabilitas signifikannya < 0,05
maka H0 ditolak. Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitungnya. Nilai F tabel
didapat dari rumus:
Dimana n adalah jumlah sampel dan k jumlah varibel bebas. Jika F hitung > F
tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya jika F hitung < F tabel maka H0
diterima.
b. Uji T (Secara Parsial)
Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen
secara
individual
dalam
menerangkan
variasi
variabel
independen. Pengambilankeputusan berdasarkan tngkat signifikan, jika:
a) Probabilitas signifikan > 0,05 maka H0 diterima, berarti bahwa suatu
variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
b) Jika probabilitas signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, berarti bahwa suatu
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dengan membandingkan nilai t
tabel dan t hitungnya. t tabel dapat dicari dengan rumus:
UJi T = (df(n-k-1))
Dimana n adalah jumlah sampel penelitian, dan k
adalah jumlah variabel bebas. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan
sebaliknya jika t hitung < t tabel maka H0 diterima.
c.
Koefisien Daterminasi (Adjusted R2)
Adjusted R2 berfungsi untuk mengukur seberapa besar tingkat keyakinan
penambahan variabel independen yang tepat untuk menambah daya prediksi
model. Nilai Adjusted R2 tidak akan pernah melebihi R2 bahkan dapat turun
jika terjadi penambahan variabel independen yang tidak diperlukan untuk
model yang memiliki kecocokan rendah, Adjusted R2 dapat memiliki nilai
yang negatif. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi variabel dependen. Untuk data time series mempunyai nilai
koefisien determinasi yang tinggi. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model.
G. Variabel-variabel Penelitian
1.
Variabel Independen
Variabel adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
independen merupakan variabel yang variabelnya diukur atau dipilih oleh peneliti
untuk menemukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.70 Variabel
independen yang digunakan penulis dalam peneitian ini adalah sebagai berikut:
a.
BI Rate (X1)
BI Rate yang merupakan tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan oleh
Bank Sentral dan diumumkan kepada publik. Pengukuran BI Rate dilakukan
dalam satuan persen (%).
b. Inflasi (X2)
Inflasi adalah keadaan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang
komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.71 Tingkat inflasi
yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga
Konsumen (IHK). Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran dalam
satuan persen (%).
c.
Nilai Tukar Rupiah (X3)
Data Nilai Tukar Rupiah sebagai variabel X3 dalam arti sempit memiliki
definisi sebagai nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari
negara lain, dalam hal ini mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Pada penelitian ini nilai tukar yang digunakan adalah Nilai Tukar Rupiah
70
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), hlm. 54
71
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 135
terdahap dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs tengah
berdasarkan data pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan
Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem
diskonto melainkan menggunakan akad Ju'alah. Pengukuran imbal hasil
SBIS yang digunakan adalah pengukuran dalam satuan persen (%).
2.
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel ini adalah variabel yang diamati dan
diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
a.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan Peraturan Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) No IX.A.13
tentang Penerbitan Efek Syariah, khususnya ayat 1.a.3, yang di maksud
dengan Efek Syariah adalah Efek sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang
Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha
yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah di Pasar Modal. Dalam peraturan yang sama, khususnya ayat 1.a.2,
dijelaskan juga pengertian dari prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal yaitu
prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan
fatwa DSN-MUI, sepanjang fatwa di maksud tidak bertentangan dengan Peraturan
ini dan/atau Peraturan Bapepam dan LK (sekarang menjadi OJK) yang didasarkan
pada fatwa DSN-MUI.
Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa yang di maksud efek syariah
yang terdapat di pasar modal Indonesia bukan hanya saham syariah tetapi
mencakup efek-efek lainnya yang di atur dalam Undang-Undang Pasar Modal,
khususnya pasal 1.5, dengan menambahkan kriteria tambahan mengenai prinsipprinsip syariah di pasar modal. Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK)
merupakan pihak yang berwenang dalam menentukan apakah suatu efek dapat
dikatakan sebagai efek syariah atau tidak berdasarkan peraturan tersebut. Dengan
demikian, efek syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah efek syariah
yang merujuk kepada definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam & LK (sekarang
menjadi OJK).
Dalam menentukan atau menyeleksi efek syariah, Bapepam & LK (sekarang
menjadi OJK) di bantu oleh DSN-MUI. Kerjasama antara Bapepam & LK dan
DSN-MUI dimaksudkan agar penggunaan prinsip-prinsip syariah di pasar modal
dalam menyeleksi efek yang memenuhi kriteria syariah dapat lebih optimal,
mengingat DSN-MUI merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang
mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan
kegiatan ekonomi syariah di Indonesia. Hasil seleksi efek syariah yang telah
dilakukan oleh Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) dan DSN-MUI tersebut
dituangkan ke dalam suatu Daftar Efek Syariah.72
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di Bursa
Efek Indonesia dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah. Konstituen ISSI
direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal
bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham
syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari Daftar Efek Syariah. Metode
perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi
pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal
72
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/tentangsyariah.aspx,
(diakses, 27 Februari 2017).
penerbitan Daftar Efek Syariah yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan
pada tanggal 12 Mei 2011.73
B. Analisis Data
1.
Analisis Statistik Deskriptif
Untuk mengintepretasikan hasil statistic deskriptif dari BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, Serttifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) serta Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) dapat dilihat dari tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Analisis Statistik Deskriptif Variabel
Descriptive Statistics
N
LN_ISSI
BI RATE
INFLASI
LN_NILAI TUKAR RUPIAH
SBIS
Valid N (listwise)
Minimum
48
48
48
48
48
48
4.76
5.75
-.36
9.05
4.00
Maximum
5.15
7.75
3.29
9.48
7.00
Mean
4.9912
6.6250
.5012
9.2544
5.9583
Std. Deviation
.11156
.80557
.65464
.13525
1.14777
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Berdasarkan perhitungan dari Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa n atau
jumlah total data pada setiap variabel , yaitu 48. Variabel Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) mempunyai nilai minimum 4,76 dan nilai maksimum sebesar
5,15. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari mean
yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum
selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang
cukup besar dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terendah dan tertinggi.
73
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx,
(diakses, 27 Februari 2017).
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel BI Rate mempunyai nilai minimum
5,75 dan nilai maksimum 7,75 dengan standar deviasi lebih kecil dari mean yang
menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama
periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup
besar dari BI Rate terendah dan tertinggi.
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel Inflasi mempunyai nilai minimum 0,36 dan nilai maksimum 3,29 dengan standar deviasi lebih besar dari mean yang
menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama
periode pengamatan atau dengan kata lain ada kesenjangan yang cukup besar dari
Inflasi terendah dan tertinggi.
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah mempunyai nilai
minimum 9,05 dan nilai maksimum 9,48 dengan standar deviasi lebih kecil dari
mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai
minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan
yang cukup besar dari Nilai Tukar Rupiah terendah dan tertinggi.
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel SBIS mempunyai nilai minimum 4,00
dan nilai maksimum 7,00 dengan standar deviasi lebih kecil dari mean yang
menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama
periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup
besar dari SBIS terendah dan tertinggi.
2.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen, atau keduanya telah terdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal ataupun mendekati normal.
Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui
dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya,
model regresi memenuhi asumsi Normalitas.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik sebarannya berada disekitar
garis normal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dinyatakan
bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari pengamatan satu ke
pengamatan lain. Modal regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Berdasarkan Gambar 4.2, Model penelitian tidak mempunyai gangguan
Heteroskedastisitas karena tidak ada pola tertentu pada grafik. Titik-titik pada
grafik relative menyebar baik di atas sumbu nol ataupun di bawah sumbu nol.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode t-1
atau pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka ada masalah
Autokorelasi pada data. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
Autokorelasi.pengujian Autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson.
Dengan kriteria keputusan jika nilai Durbin Watson < -2 maka terjadi
Autokorelasi Positif, jika nilai Durbin Watson diantara -2 dan 2 maka tidak
terjadi Auto korelasi, dan jika nilai Durbin Watson > 2 maka terjadi
Autokorelasi Negatif.
Tabel 4.2
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.830
a
.689
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
.660
.06502
Durbin-Watson
.498
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh angka Durbin Watson sebesar 0,498.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson berada di antara -2
dan (-2 < DW < 2) dan berdasarkan kriteria keputusan dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
d. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya pengaruh antar
variabel independen. Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien
korelasi (VIF) antar variabel lebih kecil atau sama dengan ≤ 10 dan nilai
Tolerance lebih dari atau sama dengan ≥ 0,10.
Tabel 4.3
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
-3.101
1.001
-3.096
.003
BI RATE
-.061
.035
-.442
-1.743
.088
.113
8.881
INFLASI
-.003
.015
-.016
-.185
.854
.968
1.033
LN_NILAI TUKAR
RUPIAH
.914
.120
1.108
7.599
.000
.340
2.942
SBIS
.007
.020
.069
.331
.742
.165
6.072
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Nilai VIF untuk variabel BI Rate sebesar 8,881, VIF variabel Inflasi
sebesar 1,033, VIF variabel Nilai Tukar Rupiah sebesar 2,942 dan VIF
variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebesar 6,072. Melihat hasil VIF
pada semua variabel penelitian yang berada dibawah nilai 10 (≤ 10), dan
nilai Tolerance semua variabel lebih dari atau sama 0,10 (≥ 0,10) maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala Multikolinieritas.
3.
Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga
Mei 2015. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0
For Windows, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
-3.101
1.001
-3.096
.003
BI RATE
-.061
.035
-.442
-1.743
.088
.113
8.881
INFLASI
-.003
.015
-.016
-.185
.854
.968
1.033
LN_NILAI TUKAR
RUPIAH
.914
.120
1.108
7.599
.000
.340
2.942
SBIS
.007
.020
.069
.331
.742
.165
6.072
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan beta
tidak standar (unstrandardized coefficient). Hal ini disebabkan karena masingmasing variabel memiliki satuan dan fungsi untuk menjelaskan besarnya koefisien
regresi masing-masing variabel bebas dalam menerankan variabel terikatnya,
dengan rumus regresi:
Y = -3,101 - 0,061 X1 – 0,003 X2 + 0,914 X3 + 0,007 X4 + e
Interpretasi, sebagai berikut:
a. Apabila jika nilai variabel BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dianggap konstan = 0 (tidak mengalami
penambahan atau pengurangan), maka nilai Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) adalah sebesar -3, 101.
b.
Nilai koefisien BI Rate untuk variabel X1 sebesar 0,061 dan bertanda negatif,
ini menunjukkan bahwa BI Rate memiliki pengaruh yang berlawanan arah
dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini memiliki arti bahwa
setiap kenaikan BI Rate satu satuan maka variabel Y (harga saham ISSI) akan
turun sebesar 0,061 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari
model regresi adalah tetap.
c.
Nilai koefisien Inflasi untuk variabel X2 sebesar 0,003 dan bertanda negatif,
ini menunjukkan bahwa Inflasi memiliki pengaruh yang berlawanan arah
dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini memiliki arti bahwa
setiap kenaikan Inflasi satu satuan maka variabel Y (harga saham ISSI) akan
turun sebesar 0,003 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari
model regresi adalah tetap.
d.
Koefisien Nilai Tukar Rupiah sebesar 0,914 menunjukkan besarnya pengaruh
nilai tukar rupiah terhadap harga saham ISSI. Pengaruh positif menunjukkan
pengaruh yang searah antara nilai tukar rupiah dengan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Jika nilai tukar rupiah meningkat sebesar 0,914 maka
frekuensi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan naik sebesar 0,914 dan
sebaliknya, jika nilai tukar rupiah turun sebesar 0,914 maka Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) akan turun 0,914 dengan asumsi bahwa variabel
bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
e.
Koefisien Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0,007
menunjukkan besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap harga saham ISSI. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh yang
searah antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Jika nilai imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) meningkat sebesar 0,007 maka frekuensi Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) akan naik sebesar 0,007 dan sebaliknya, jika nilai
imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) turun sebesar 0,007
maka Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan turun 0,007 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4.
Uji Hipotesis
a. Uji F (Secara Simultan)
Tabel 4.5
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.403
4
.101
Residual
.182
43
.004
Total
.585
47
F
23.837
Sig.
.000
a
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Dasar pengambilan keputusan Uji F (Simultan) berdasarkan kriteria. Jika
nilai Fhitung > Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen dan sebaliknya. Jika nilai Sig. < 0,05 maka
variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Berdasarkan tabel 4.5 bahwa nilai Fhitung pada model penelitian
adalah 23,837 dengan taraf signifikansi 0,000. Nilai Sig. adalah 0,05 yang
menunjukkan bahwa variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh
yang signifikan (0,000 < 0,05) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada signifikansi 5%. Hasil statistik F
tabel
pada tingkatan signifikansi
5% dengan nilai Df1 adalah 4 dan nilai Df2 adalah 43 dan diperoleh F
tabel
sebesar 2,59. Dari hasil perbandingan terlihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel
(23,837 > 2,59), maka dapat disimpulkan bahwa H5 diterima yang berarti
secara simultan BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
b. Uji T (Secara Parsial)
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh perubahan BI Rate, Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Nilai Ttabel yang didapat berdasarkan
penelitian ini adalah n (jumlah observasi) k(jumlah variabel penelitian) df =
n-k = 48 – 5 = 43. Nilai signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05.
Maka, nilai Ttabel sebesar 2,017. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
SPSS 16.0 For Windows dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
-3.101
1.001
-3.096
.003
BI RATE
-.061
.035
-.442
-1.743
.088
.113
8.881
INFLASI
-.003
.015
-.016
-.185
.854
.968
1.033
LN_NILAI TUKAR
RUPIAH
.914
.120
1.108
7.599
.000
.340
2.942
SBIS
.007
.020
.069
.331
.742
.165
6.072
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil pada tabel tersebut, dapat disusun persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y
= -3,101 - 0,061 X1 - 0,003 X2 + 0,914 X3 + 0,007 X4 + e
Thitung
= (-3,096) (-1,743)
(-0,185)
(7,599)
(0,331)
Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t pada masing-masing variabel
1. H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel BI Rate (X1)
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 1,743 yang artinya Thitung < ttabel (-1,743 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil
dari Ttabel dengan signifikansi 0,088 > 0,05 yang mana hal ini
menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat
kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel)
dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat
disimpulkan jika Ho diterima dan H1 ditolak karena (Thitung -1,743 < Ttabel
2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif
signifikan antara BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2. H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel Inflasi (X2)
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 0,185 yang artinya Thitung < ttabel (-0,185 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil
dari Ttabel dengan signifikansi 0,854 > 0,05 yang mana hal ini
menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat
kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel)
dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat
disimpulkan jika Ho diterima dan H2 ditolak karena (Thitung -0,185 < Ttabel
2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif
signifikan antara Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
3. H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar
Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel Nilai Tukar
Rupiah (X3) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai
Thitung = 7,599 yang artinya Thitung > ttabel (7,599 > 2,017) nilai tersebut lebih
besar dari Ttabel dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang mana hal ini
menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil daripada tingkat
kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel)
dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat
disimpulkan jika Ho ditolak dan H3 diterima karena (Thitung 7,599 > Ttabel
2,017) yang artinya secara parsial terdapat pengaruh positif signifikan
antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
4. H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara SBIS terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel SBIS (X4)
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung =
0,331 yang artinya Thitung < ttabel (0,331 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil
dari Ttabel dengan signifikansi 0,742 > 0,05 yang mana hal ini
menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat
kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel)
dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat
disimpulkan jika Ho diterima dan H4 ditolak karena (Thitung 0,331 < Ttabel
2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif
signifikan antara SBIS terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengtahui seberapabesar
kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikatnya. Koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summaryb. Untuk regresi linier
berganda digunakan Adjusted R Square kerena jumlah variabel independen
yang dipakai dalam penelitian ini lebih dari dua variabel independen.
Tabel 4.7
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.830
a
.689
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
.660
.06502
Durbin-Watson
.498
Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017)
Dari tabel 4.7 koefisien determinasi diketahui bahwa variabel dependen
pada penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), sedangkan
variabel independen adalah BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS). Besarnya pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang ditunjukkan oleh
koefisien Adjusted R2, pada hasil perhitungan tampak bahwa nilai koefisien
Adjusted R2 sebesar 0,660 atau 66% sedangkan sisanya sebesar 34%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
BI Rate Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni
2011 – Mei 2015
BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter. Bank Indonesia pada umumnya akan
menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran
yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah
ditetapkan.74
Teori mengatakan, saham dipengaruhi oleh aktivitas makro ekonomi suatu
negara. BI Rate yang merupakan bagian dari instrument moneter Bank
Indonesia selaku Bank Sentral dalam dalam mengendalikan laju tingkat
inflasi di Indonesia. BI Rate merupakan ukuran biaya modal yang harus
74
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari
2017).
dikeluarkan oleh pelaku usaha atau suatu perusahaan untuk menggunakan
dana dari para investor, naiknya tingkat suku bunga dapat menarik perhatian
investor untuk menyimpan uangnya di bank, tingkat suku bunga yang
terlampau tinggi akan mempengaruhi aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan-kesempatan untuk berinvestasi yang ada tidak akan menarik
lagi.75 Artinya naiknya tingkat BI Rate akan berdampak negatif terhadap
pergerakan naik atau turunnya saham.
Di dalam beberapa penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa BI Rate
memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Neny Mulyani (2014)76 yang menyimpulkan bahwa BI Rate mampu
mempengaruhi secara negatif terhadap pergerakan saham. Berbeda dengan
Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus (2013)77. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa BI Rate secara positif mampu
mempengaruhi pergerakkan saham. Sementara Achmad Ath Thobbary
(2009)78 menyimpulkan bahwa BI Rate tidak mempengaruhi pergerakkan
saham.
Sejalan dengan penelitian Achmad Ath Thobbary. Dalam penelitian ini,
berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized
75
N.Gregory Mankiw, Makroekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 91
Neny Mulyani, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik
Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), hlm. 11 (tidak diterbitkan)
77
Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus, Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2,
(Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma), hlm. 17 (tidak diterbitkan)
78
Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek
Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak diterbitkan)
76
Coefficient BI Rate sebesar -0,061 dengan signifikansi 0, 088 serta Thitung 1,743 dan Ttabel 2,017. Nilai Thitung Inflasi yang lebih kecil dari nilai Ttabel (1,743 < 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05), yaitu
(0,088 > 0,05) menunjukkan bahwa BI Rate tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei
2015, sehingga hipotesis pertama (H1) yang diajukan ditolak.
2.
Inflasi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni
2011 – Mei 2015
Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli, baik dalam
ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam beberapa definisi, inflasi
merupakan suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan
jasa secara umum.79 Harga suatu komoditas atau barang dapat dikatakan naik
jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode sebelumnya. Tujuan
jangka panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga agar tingkat inflasi
yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah.80
Gangguan utama terhadap inflasi adalah adanya perubahan pada
keseluruhan akan demand terhadap barang maupun jasa oleh pengguna dalam
ekonomi. Perubahan pada investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor
yang dapat mengubah permintaan agregat dan mendorong output yang lebih
besar. Dalam dunia investasi, inflasi sangat berpengaruh terlihat dari setiap
terjadi kenaikan atau penurunan angka inflasi akan mempengaruhi otoritas
79
Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 333
80
moneter dalam membuat kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
investor dalam penempatan dana investasinya.
Peningkatan inflasi mampu meningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
meningkatnya harga bahan baku dibandingkan peningkatan harga yang dapat
ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut mampu menurunkan profitabilitas
perusahaan
dengan
asumsi
penjualan
tetap
bahkan
menurun
dan
meningkatkan risiko dalam melakukan investasi. Dimana menurunnya
profitabilitas perusahaan merupakan berita kurang baik bagi perusahaan
sebab para investor menilai bahwa berinvestasi di pasar modal bukan hal
yang menarik dan lebih memiliki resiko yang lebih tinggi. Menurunya minat
investor melakukan investasi dapat menyebabkan turunnya harga saham
perusahaan serta dapat menurunkan indeks saham. Sedangkan ketika inflasi
turun atau rendah hal tersebut mampu meningkatkan profitabilitas dimana
biaya produksi berkurang sebab harga bahan baku murah serta harga
penjualan yang tetap. Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan berakibat
meningkatnya harga saham perusahaan sebab banyak investor yang ingin
berinvestasi pada perusahaan tersebut dan akan berakibat meningkatnya
indeks saham.81
Di dalam beberapa penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
81
Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas
Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402 (tidak diterbitkan)
Achmad Ath Thobbary (2009)82 yang menyimpulkan bahwa Inflasi mampu
mempengaruhi secara negatif terhadap pergerakan harga saham. Berbeda
dengan Ditha Fitria Syari (2015)83 dan Slamet Widodo (2011)84 yang
menyimpulkan bahwa Inflasi tidak mempengaruhi pergerakkan saham.
Sejalan dengan penelitian Ditha Fitria Syari dan Slamet Widodo. Dalam
penelitian ini, berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai
Unstandardized Coefficient Inflasi -0.003 dengan signifikansi 0,854 dan
Thitung -0,185 serta Ttabel 2,017. Nilai Thitung Inflasi yang lebih kecil dari nilai
Ttabel (-0,185 < 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05),
yaitu (0,854 > 0,05) menunjukkan bahwa Inflasi tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei
2015, sehingga hipotesis kedua (H2) yang diajukan ditolak.
3.
Nilai Tukar Rupiah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni
2011 – Mei 2015
Nilai tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata
uang asing dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing.85 Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain dan digunakan dalam
82
Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa
Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi
Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak
diterbitkan)
83
Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan)
84
Slamet Widodo, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi Kasus
IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 115 (tidak diterbitkan)
85
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157
berbagai transaksi, termasuk investasi. Dalam banyak kasus, merosotnya nilai
tukar rupiah dapat menyebabkan menurunya permintaan masyarakat terhadap
mata uang rupiah kerena menurunnya peran perekonomian nasional atau
karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran
internasional. Jika semakin kuat kurs rupiah menggambarkan kinerja di pasar
uang semakin menunjukkan perbaikan dan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan salah satu variabel yang
mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham pada pasar modal.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mengalami depresiasi akan
memberikan dampak yang berbeda bagi perusahaan-perusahaan dalam
kategori perusahaan impor ataupun perusahaan ekspor. Perusahaan yang
menggunakan bahan baku impor akan menanggung biaya yang lebih tinggi
dari semula karena adanya pelemahan mata uang domestik, dengan adanya
peningkatan biaya tentu akan mengurangi pendapatan perusahaan. Sama
halnya pada perusahaan yang memiliki hutang dalam dollar tentu akan
menanggung kewajiban pembayaran yang lebih besar.
Apabila peningkatan biaya yang lebih tinggi dari pendapatan yang
diterima maka profitabilitas perusahaan akan turun yang berakibat pada
penurunan dividen yang akan diterima investor serta mengakibatkan turunnya
harga saham. Dalam kategori perusahaan ekspor atau perusahaan yang
memiliki piutang luar negeri, nilai tukar yang mengalami depresiasi tentu
akan mendapat dampak positif dimana tingkat ekspor akan meningkat.
Meningkatnya ekspor tentu akan menambah profitabilitas pada perusahaan
tersebut serta meningkatkan dividen yang diterima oleh investor. Tingginya
dividen yang akan diterima tentunya akan
menarik investor untuk berinvestasi serta akan meningkatkan harga saham
dan indeks saham peruhasaan. Hal sebaliknya akan terjadi ketika nilai tukar
rupiah mengalami apresiasi atau mengalami penguatan.86
Sejalan dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Ditha Fitria Syari
(2015)87, Achmad Ath Thobbary (2009)88 serta Imam Dwi Saputra dan Leo
Herlambang (2014)89. Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian secara
parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized Coefficient Nilai Tukar
Rupiah 0,914 dengan signifikansi 0,000 dan Thitung 7,599 dan Ttabel 2,017.
Nilai Thitung Nilai Tukar Rupiah yang lebih besar dari nilai Ttabel (7,599 >
2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih kecil dari α (0,05), yaitu (0,000 <
0,05) menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei
2015, sehingga hipotesis ketiga (H3) yang diajukan diterima, bahwa semakin
86
Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402-403 (tidak diterbitkan)
87
Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan)
88
Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek
Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak diterbitkan)
89
Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang, Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
(Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12, (Surabaya:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, 2014), hlm. 8 (tidak diterbitkan)
menguatnya kurs rupiah atas mata uang asing maka akan semakin
meningkatkan kinerja pasar modal dan pergerakkan harga saham.
4.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret
2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.90
Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu perubahan
kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia mampu mempengaruhi bank
syariah ataupun pasar modal syariah. SBIS juga berfungsi sebagai salah satu
instrumen untuk membantu dalam investasi bank syariah apabila terjadi
kelebihan dana (Overlikuiditas). Dalam penerbitan SBIS akad yang
digunakan adalah ju’alah. Maka bank syariah yang menempatkan dana pada
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berhak mendapatkan upah (ujrah)
atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia.
Tingkat imbalan yang diberikan oleh BI mengacu pada SBI
konvensional, sehingga tidak akan memicu kesenjangan profit yang diperoleh
dari penempatan dana tersebut oleh bank syariah. Ketika imbalan yang
diperoleh bank syariah dalam melakukan investasi SBIS itu besar tentu
keuntungan akan diperoleh bank syariah, selanjutnya return yang dibagi
hasilkan pada Dana Pihak Ketiga yaitu para nasabah yang menabung,
90
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008
Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
deposito juga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik investor untuk beralih
berinvestasi di bank syariah daripada instrumen investasi lainnya yaitu pasar
modal syariah. Ketika minat investor turun untuk berinvestasi di pasar modal
syariah tentu hal itu akan memicu menurunya indeks harga saham.91
Di dalam penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa SBIS memiliki
pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dimas
Prabowo (2013)92 yang menyimpulkan bahwa SBIS mampu mempengaruhi
perkembangan ISSI. Berbeda dengan Yudhistira Ardana (2016)93 yang
menyimpulkan bahwa SBIS tidak mempengaruhi pergerakkan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
Sejalan dengan Yudhistira Ardana, Dalam penelitian ini, berdasarkan
pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized Coefficient
SBIS sebesar 0,007 dengan signifikansi 0,742 dan Thitung 0,331 dan Ttabel
2,017. Nilai Thitung SBIS yang lebih kecil dari nilai Ttabel (0,331 < 2,017) dan
nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05), yaitu (0,742 > 0,05)
menunjukkan bahwa SBIS tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015, sehingga hipotesis
keempat (H4) yang diajukan ditolak.
91
Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 403 (tidak diterbitkan)
92
Dimas Prabowo, Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah
Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI), Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 72-73
(tidak diterbitkan)
93
Yudhistira Ardana, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di
Indonesia: Model ECM, Jurnal Bisnis dan Manajemen, (Yogyakarta: STMIK Pringsewu, 2016), hlm.
26 (tidak diterbitkan)
5.
BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni
2011 – Mei 2015
BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) bisa mempunyai hubungan yang positif maupun negatif terhadap
harga saham ISSI. Asumsinya, tingkat BI Rate, Inflasi dan Imbal Hasil SBIS
dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada tinggi rendahnya
tingkat Inflasi, BI Rate serta Imbal Hasil SBIS. Meningkatnya Inflasi tentu
akan meningkatnya BI Rate.
Inflasi yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi perekonomian secara
keseluruhan, tak terkecuali terhadap kondisi pasar modal. Tingginya inflasi
membuat turunnya daya beli masyarakat, sehingga hal tersbut tentu dapat
berdampak buruk bagi profitabilitas perusahaan. Apabila rendahnya
profitabilitas perusahaan, pastinya akan menjerumuskan tingkat dividen yang
akan diterima para investor. Tingginya inflasi membuat masyarakat
cenderung untuk menabung dan menginvestasikan uangnya pada sektor lain.
Bank Indonesia akan mengambil kebijakan dengan menaikkan BI Rate dan
tingkat imbal hasil SBI maupun SBIS dengan tujuan agar masyarakat mau
menabung dan mendepositokan uangnya guna menekan inflasi yang
berlebihan.
Lain halnya dengan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs mata uang. Kurs
memiliki dampak yang berbeda terhadap saham. Saham dapat terkena
dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, kenaikan Kurs US$ yang signifikan terhadap rupiah akan
berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar.
Sementara produk dari emiten dijual secara local. Sedangkan, emiten yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$.
Ini menunjukkan jika harga saham emiten yang terkena dampak positif akan
meningkatkan harga saham. Sedangkan yang terkena dampak negatif akan
menurunkan harga saham.
Dengan menganalisis hasil Uji F (simultan) sebesar 23,837 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut di bawah 0,05 yang
menunjukkan bahwa variabel independen secara serentak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada
signifikansi 5%. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel
independen
dalam
menjelaskan
variabel
dependennya
dapat
dilihat
berdasarkan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) pada tabel Model
Summaryb.
Besarnya pengaruh BI Rate (X1), Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah (X3),
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) secara bersama-sama
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) yang ditunjukkan oleh
Koefisien Determinasi (Adjusted R2), pada hasil penghitungan tampak bahwa
nilai Koefisien Determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,660 atau 66% sedangkan
sisanya sebesar 34% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) peridoe Juni 2011 hingga Mei 2015, dengan menggunakan
regresi linier berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Secara simultan atau bersama-sama, BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011
hingga Mei 2015.
2.
Secara parsial, BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
3.
Secara parsial, Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
4.
Secara parsial, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015.
5.
Secara parsial, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011
hingga Mei 2015.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat, diantaranya:
1.
Bagi Investor
Penulis berharap penelitian ini dpaat menjadi sumber informasi yang dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi investor pasar modal syariah
terutama terkait dengan indeks syariah di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI), sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan
dalam melakukan investasi di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2.
Bagi Akademisi
Dapat menambah sumbangsih pemikiran Ekonomi Islam dan berguna sebagai
bahan pertimbangan dan informasi dalam kajian yang berkaitan dengan
penelitian ini. Penelitian ini juga akan menambah kepustakaan di bidang
pasar modal syariah khususnya pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
serta dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.
3.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan investasi pada setiap perusahaan. Terutama saham
syariah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai
alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Kemampuan model penelitian ini hanya mampu menjelaskan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependennya sebesar 66%. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat 34% variabel-variabel lain yang diduga
mampu menjelaskan variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2.
Periode penelitian yang digunakan hanya 5 tahun, yaitu dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015, sehingga terdapat perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang memiliki periode waktu penelitian berbeda.
D. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian ini, maka saran
yang dapat diberiikan adalah sebagai berikut:
1.
Bagi investor, dalam berinvetasi di saham perhatikan informasi terkait dengan
kondisi perekonomian Indonesia, yang antara lain dapat dilihat dari kondisi
ekonomi makronya seperti tingkat suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar
rupiah, dan pengumuman SBIS, karena dari penelitian ini dan pengamatan
dari berbagai sumber atau jurnal sebelumnya, BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah dan SBIS memiliki pengaruh yang berbeda-beda, baik secara
signifikan positif ataupun negatif.
2.
Diharapkan kedapannya pemerintah mampu secara lebih baik dalam
mengendalikan aktivitas makro ekonomi dalam mengendalikan inflasi dan
nilai tukar rupiah agar stabilitas ekonomi terjaga. Dalam sektor pasar modal
kerjasama yang optimal antara Bank Indonesia sebagai pengendali monter di
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawasan lembaga-lembaga
syariah juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan Indeks Saham
Syariah Indonesia kedepannya.
3.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
dengan menambah variabel ekonomi lainnya baik dari makro maupun dari
sisi mikro ekonomi, missalnya PDB, kebijakan fiskal, faktor-faktor
perekonomian lainnya, harga minyak dunia, ataupun dari keadaan situasi
politik dalam dan luar negeri. Hal tersebut guna melihat pengaruh Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) secara keseluruhan terhadap variabelvariabel yang ada di dalam ilmu ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisiyah Suciningtias, Siti dan Rizki Khoiroh. Analisis Dampak Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2
No.1. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung. 2015. (tidak diterbitkan)
Al - Quran.
Ath Thobbary, Achmad. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi
Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti
(Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun
2000-2008), Tesis. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2009. (tidak diterbitkan)
Ardana, Yudhistira. 2016. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks
Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM. Jurnal Bisnis dan Manajemen.
Yogyakarta: STMIK Pringsewu. (tidak diterbitkan)
Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. diakses 30 Januari 2017.
Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id. diakses 27 Februari 2017.
Dwi Saputra, Imam dan Leo Herlambang. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap
Indeks Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode
2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga. 2014. (tidak diterbitkan)
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Fatwa DSN MUI NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Rukun dan
Syarat Sah Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah.
Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan
Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah.
Fitria Syari, Ditha. Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga
Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni
2014, Skripsi. Palembang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden
Fatah. 2015. (tidak diterbitkan)
Harian Umum
Kompas. http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522sistem nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasar-keuangan-global.html. diakses 30
Januari 2017.
Huda, Nurul dan Mustofa Edwin Nasution. 2001. Investasi Pada Pasar Modal
Syariah. Jakarta: Kencana Prenada.
Husnan, Suad. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Iskandar Z, Alwi. 2003. Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Nasindo
Internusa.
Karim, Adiwarman. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Pustaka.
Kusmuriyanto dan Rusdarti. 2008. Ekonomi. Fenomena di Sekitar Kita 2. Jakarta:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Mauli Margakarta, Finesya. Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean
Periode 2006 – 2011, Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah. 2014. (tidak diterbitkan)
Mulyani, Neny. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan
Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan
Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1, artikel 10. Jakarta: Program
Pascasarjana Universitas Terbuka. 2014. (tidak diterbitkan)
N Gregory, Mankiw. 2007. Makroekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html.
diakses 30 Januari 2017.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus. Analisis Pengaruh
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal
Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma. 2013. (tidak diterbitkan)
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
Prabowo, Dimas. Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang
Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2013. (tidak
diterbitkan)
Putong, Iskandar. 2002. Pengaruh Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samuel dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi, Edisi Tujuh Belas. Jakarta:
PT. Media Global Edukasi.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sharif Chaudry, Muhammad. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sp, Iswandono. 1996. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sujoko, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG Dan
Dana Kelolaan Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham, Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Manajemen Volume 5 No 2. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan
Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945. 2009. (tidak
diterbitkan)
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS. Yogyakarta: Cakrawala.
Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Susilo D, Bambang. 2009. Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Yogyakarta.
Sutedi. Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Kuangan
Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Wardi Muslich, Ahmad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
Widodo, Slamet. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga
Saham: Studi Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2011. (tidak
diterbitkan)
Yuliani, Indah. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-MALIKI
PRESS.
DATA INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI), BI RATE,
INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS) PERIODE JUNI 2011 – MEI 2015
No. Periode
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Jun-11
Jul-11
Aug-11
Sep-11
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
May-12
Jun-12
Jul-12
Aug-12
Sep-12
Oct-12
Nov-12
Dec-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
ISSI
(Point)
122.032
129.368
126.638
120.530
116.492
121.396
123.096
129.712
132.629
135.207
138.980
135.316
128.191
135.072
137.129
141.019
139.347
146.085
144.231
147.259
151.413
159.953
163.874
169.426
156.232
144.030
146.780
147.164
151.277
146.823
141.849
145.313
149.119
156.076
160.450
161.674
160.916
165.204
BI Rate
(%)
6.75
6.75
6.75
6.75
6.50
6.00
6.00
6.00
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
6.75
6.50
7.00
7.25
7.25
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
Inflasi
(%)
0.55
0.67
0.93
0.27
-0.12
0.34
0.57
0.76
0.05
0.07
0.21
0.07
0.62
0.70
0.95
0.01
0.16
0.07
0.54
1.03
0.75
0.63
-0.10
-0.03
1.03
3.29
1.12
-0.35
0.09
0.12
0.55
1.07
0.26
0.08
-0.02
0.16
0.43
0.93
Nilai Tukar Rupiah
(Rp)
8564
8533
8532
8766
8895
9015
9088
9109
9026
9165
9176
9290
9451
9457
9500
9566
9597
9628
9646
9687
9687
9709
9724
9761
9882
10073
10573
11346
11367
11613
12087
12180
12180
11935
11427
11436
11526
11893
SBIS
(%)
7.00
7.00
7.00
6.00
6.00
5.00
5.00
5.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
6.00
6.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
169.395
169.165
161.473
163.075
165.803
168.757
172.325
172.881
170.755
167.920
7.50
7.50
7.50
7.75
7.75
7.75
7.50
7.50
7.50
7.50
0.47
0.27
0.47
1.50
2.46
-0.24
-0.36
0.17
0.36
0.50
11689
11707
11891
12145
12158
12573
12750
13067
12948
13137
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
DATA LN_ INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI), BI RATE,
INFLASI, LN_NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS)
PERIODE JUNI 2011 – MEI 2015
No. Periode LN_ISSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Jun-11
Jul-11
Aug-11
Sep-11
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
May-12
Jun-12
Jul-12
Aug-12
Sep-12
Oct-12
Nov-12
Dec-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
4.80
4.86
4.84
4.79
4.76
4.80
4.81
4.87
4.89
4.91
4.93
4.91
4.85
4.91
4.92
4.95
4.94
4.98
4.97
4.99
5.02
5.07
5.10
5.13
5.05
4.97
BI Rate
(%)
6.75
6.75
6.75
6.75
6.50
6.00
6.00
6.00
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
Inflasi
(%)
0.55
0.67
0.93
0.27
-0.12
0.34
0.57
0.76
0.05
0.07
0.21
0.07
0.62
0.70
0.95
0.01
0.16
0.07
0.54
1.03
0.75
0.63
-0.10
-0.03
1.03
3.29
LN_Nilai Tukar
Rupiah
9.06
9.05
9.05
9.08
9.09
9.11
9.11
9.12
9.11
9.12
9.12
9.14
9.15
9.15
9.16
9.17
9.17
9.17
9.17
9.18
9.18
9.18
9.18
9.19
9.20
9.22
SBIS
(%)
7.00
7.00
7.00
6.00
6.00
5.00
5.00
5.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
5.00
6.00
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
4.99
4.99
5.02
4.99
4.95
4.98
5.00
5.05
5.08
5.09
5.08
5.11
5.13
5.13
5.08
5.09
5.11
5.13
5.15
5.15
5.14
5.12
6.75
6.50
7.00
7.25
7.25
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.50
7.75
7.75
7.75
7.50
7.50
7.50
7.50
1.12
-0.35
0.09
0.12
0.55
1.07
0.26
0.08
-0.02
0.16
0.43
0.93
0.47
0.27
0.47
1.50
2.46
-0.24
-0.36
0.17
0.36
0.50
9.27
9.34
9.34
9.36
9.40
9.41
9.41
9.39
9.34
9.34
9.35
9.38
9.37
9.37
9.38
9.40
9.41
9.44
9.45
9.48
9.47
9.48
6.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
7.00
OUTPUT HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS 16.0 FOR
WINDOWS
Descriptive Statistics
N
Minimum
LN_ISSI
BI RATE
INFLASI
LN_NILAI TUKAR RUPIAH
SBIS
Valid N (listwise)
48
48
48
48
48
48
Maximum
4.76
5.75
-.36
9.05
4.00
Mean
5.15
7.75
3.29
9.48
7.00
Std. Deviation
4.9912
6.6250
.5012
9.2544
5.9583
.11156
.80557
.65464
.13525
1.14777
Model Summaryb
Model
R
1
R Square
.830
a
Std. Error of the
Estimate
Adjusted R Square
.689
.660
Durbin-Watson
.06502
.498
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-3.101
1.001
BI RATE
-.061
.035
INFLASI
-.003
.015
LN_NILAI TUKAR
RUPIAH
.914
SBIS
.007
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-3.096
.003
-.442
-1.743
.088
.113
8.881
-.016
-.185
.854
.968
1.033
.120
1.108
7.599
.000
.340
2.942
.020
.069
.331
.742
.165
6.072
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.403
4
.101
Residual
.182
43
.004
Total
.585
47
F
23.837
Sig.
.000
a
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN PENERBIT EFEK YANG LISTING DI
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
A. Pertanian
No
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
1
AALI
PT Astra Agro Lestari Tbk.
2
ANJT
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
3
BISI
PT BISI International Tbk.
4
BTEK
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk.
5
DSFI
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
6
GOLL
PT Golden Plantation Tbk.
7
GZCO
PT Gozco Plantations Tbk.
8
IIKP
PT Inti Agri Resources Tbk
9
LSIP
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk.
10
MAGP
PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
11
PALM
PT Provident Agro Tbk
12
SGRO
PT Sampoerna Agro Tbk.
13
SIMP
PT Salim Ivomas Pratama Tbk.
14
SSMS
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
B. Pertambangan
No
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kode Saham
ADRO
ANTM
ARII
ATPK
BSSR
CKRA
CTTH
ELSA
ENRG
GEMS
HRUM
INCO
ITMG
KKGI
MBAP
MITI
Nama Penerbit Efek
PT Adaro Energy Tbk.
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
PT Atlas Resources Tbk.
PT Bara Jaya Internasional Tbk.
PT Baramulti Suksessarana Tbk.
PT Cakra Mineral Tbk.
PT Citatah Tbk.
PT Elnusa Tbk.
PT Energi Mega Persada Tbk
PT Golden Energy Mines Tbk.
PT Harum Energy Tbk.
PT Vale Indonesia Tbk.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
PT Resource Alam Indonesia Tbk.
PT Mitrabara Adiperdana Tbk.
PT Mitra Investindo Tbk.
31
MYOH
PT Samindo Resources Tbk.
32
PSAB
PT J Resources Asia Pasifik Tbk.
33
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
PTBA
34
PTRO
PT Petrosea Tbk.
35
SMRU
PT SMR Utama Tbk.
36
TINS
PT Timah (Persero) Tbk.
37
TOBA
PT Toba Bara Sejahtra Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
C. Industri Dasar dan Kimia
No
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Kode Saham
AGII
AKPI
ALDO
ALKA
AMFG
APLI
ARNA
BRNA
BRPT
BTON
BUDI
CPIN
CTBN
DPNS
EKAD
FASW
FPNI
GDST
IGAR
IKAI
IMPC
INAI
INCI
INRU
INTP
IPOL
ISSP
Nama Penerbit Efek
PT Aneka Gas Industri Tbk.
PT Argha Karya Prima Industry Tbk.
PT Alkindo Naratama Tbk.
PT Alakasa Industrindo Tbk.
PT Asahimas Flat Glass Tbk.
PT Asiaplast Industries Tbk.
PT Arwana Citramulia Tbk.
PT Berlina Tbk.
PT Barito Pacific Tbk.
PT Betonjaya Manunggal Tbk.
PT Budi Starch & Sweetener Tbk.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
PT Citra Tubindo Tbk.
PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
PT Ekadharma International Tbk.
PT Fajar Surya Wisesa Tbk
PT Lotte Chemical Titan Tbk.
PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
PT Champion Pacific Indonesia Tbk.
PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
PT Impack Pratama Industri Tbk.
PT Indal Aluminium Industry Tbk.
PT Intanwijaya Internasional Tbk.
PT Toba Pulp Lestari Tbk.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk.
PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk.
65
JKSW
PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
66
JPFA
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
67
JPRS
PT Jaya Pari Steel Tbk.
68
KIAS
PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
69
KRAS
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
70
LION
PT Lion Metal Works Tbk.
71
LMSH
PT Lionmesh Prima Tbk.
72
MAIN
PT Malindo Feedmill Tbk.
73
NIKL
PT Pelat Timah Nusantara Tbk.
74
PICO
PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
75
SIAP
PT Sekawan Intipratama Tbk.
76
SIMA
PT Siwani Makmur Tbk.
77
SIPD
PT Sierad Produce Tbk.
78
SMBR
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
79
SMCB
PT Holcim Indonesia Tbk.
80
SMGR
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
81
SRSN
PT Indo Acidatama Tbk.
82
TBMS
PT Tembaga Mulia Semanan Tbk.
83
TOTO
PT Surya Toto Indonesia Tbk.
84
TPIA
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
85
TRST
PT Trias Sentosa Tbk.
86
UNIC
PT Unggul Indah Cahaya Tbk.
87
WBSP
PT Waskita Beton Precast Tbk.
88
WTON
PT Wijaya Karya Beton Tbk.
89
YPAS
PT Yanaprima Hastapersada Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
D. Aneka Industri
No
90
91
92
93
94
95
96
97
Kode
Saham
ADMG
AMIN
ARTI
ASII
AUTO
BATA
BOLT
BRAM
Nama Penerbit Efek
PT Polychem Indonesia Tbk.
PT Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk.
PT Ratu Prabu Energi Tbk
PT Astra International Tbk.
PT Astra Otoparts Tbk.
PT Sepatu Bata Tbk.
PT Garuda Metalindo Tbk.
PT Indo Kordsa Tbk.
98
GDYR
PT Goodyear Indonesia Tbk.
99
GJTL
PT Gajah Tunggal Tbk.
100
IKBI
PT Sumi Indo Kabel Tbk.
101
INDR
PT Indo-Rama Synthetics Tbk.
102
INDS
PT Indospring Tbk.
103
JECC
PT Jembo Cable Company Tbk
104
KBLI
PT KMI Wire and Cable Tbk.
105
KBLM
PT Kabelindo Murni Tbk.
106
MASA
PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
107
MYRX
PT Hanson International Tbk.
108
NIPS
PT Nipress Tbk.
109
PBRX
PT Pan Brothers Tbk.
110
POWR
PT Cikarang Listrindo Tbk
111
PTSN
PT Sat Nusapersada Tbk.
112
RICY
PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
113
SCCO
PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk.
114
SIMM
PT Surya Intrindo Makmur Tbk.
115
SMSM
PT Selamat Sempurna Tbk.
116
SSTM
PT Sunson Textile Manufacturer Tbk.
117
STAR
PT Star Petrochem Tbk.
118
TFCO
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk.
119
TRIS
PT Trisula International Tbk.
120
VOKS
PT Voksel Electric Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
E. Industri Barang Konsumsi
No
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
Kode
Saham
ADES
AISA
CEKA
CINT
DVLA
ICBP
INAF
INDF
KAEF
KDSI
Nama Penerbit Efek
PT Akasha Wira International Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
PT Chitose Internasional Tbk.
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT Indofarma (Persero) Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
131
KICI
PT Kedaung Indah Can Tbk.
132
KINO
PT Kino Indonesia Tbk.
133
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk.
134
LMPI
PT Langgeng Makmur Industri Tbk.
135
MBTO
PT Martina Berto Tbk.
136
MERK
PT Merck Tbk.
137
MRAT
PT Mustika Ratu Tbk.
138
MYOR
PT Mayora Indah Tbk.
139
PSDN
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk.
140
PYFA
PT Pyridam Farma Tbk.
141
ROTI
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
142
RIGS
PT Rig Tenders Indonesia Tbk.
143
SIDO
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
144
SKBM
PT Sekar Bumi Tbk.
145
SKLT
PT Sekar Laut Tbk.
146
SQBB
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
147
STTP
PT Siantar Top Tbk.
148
TCID
PT Mandom Indonesia Tbk.
149
TSPC
PT Tempo Scan Pacific Tbk.
150
ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry Tbk.
151
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
F. Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
No
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
Kode Saham
ACST
ADHI
APLN
ASRI
BAPA
BCIP
BEST
BIPP
BKDP
BMSR
BUKK
BKSL
BSDE
Nama Penerbit Efek
PT Acset Indonusa Tbk.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
PT Agung Podomoro Land Tbk.
PT Alam Sutera Realty Tbk.
PT Bekasi Asri Pemula Tbk.
PT Bumi Citra Permai Tbk.
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
PT Bukit Darmo Property Tbk.
PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
PT Bukaka Teknik Utama Tbk.
PT Sentul City Tbk.
PT Bumi Serpong Damai Tbk.
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
BUVA
CTRA
CTRP
CTRS
DART
DGIK
DILD
DMAS
DUTI
EMDE
FMII
GAMA
GMTD
GWSA
IBST
IDPR
JRPT
KIJA
KPIG
LAMI
LCGP
LPCK
LPKR
MKPI
MTLA
MTRA
MTSM
NRCA
OMRE
PBSA
PLIN
PPRO
PTPP
PWON
RBMS
RODA
SCBD
SMDM
SMRA
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
PT Ciputra Development Tbk.
PT Ciputra Property Tbk.
PT Ciputra Surya Tbk.
PT Duta Anggada Realty Tbk.
PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk.
PT Intiland Development Tbk.
PT Puradelta Lestari Tbk.
PT Duta Pertiwi Tbk.
PT Megapolitan Developments Tbk.
PT Fortune Mate Indonesia Tbk.
PT Gading Development Tbk.
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk.
PT Greenwood Sejahtera Tbk.
PT Inti Bangun Sejahtera Tbk.
PT Indonesia Pondasi Raya Tbk.
PT Jaya Real Property Tbk.
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
PT MNC Land Tbk.
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
PT Eureka Prima Jakarta Tbk
PT Lippo Cikarang Tbk.
PT Lippo Karawaci Tbk.
PT Metropolitan Kentjana Tbk.
PT Metropolitan Land Tbk.
PT Mitra Pemuda Tbk.
PT Metro Realty Tbk .
PT Nusa Raya Cipta Tbk.
PT Indonesia Prima Property Tbk.
PT Paramita Bangun Sarana Tbk.
PT Plaza Indonesia Realty Tbk.
PT PP Properti Tbk.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
PT Pakuwon Jati Tbk.
PT Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk
PT Pikko Land Development Tbk.
PT Danayasa Arthatama Tbk.
PT Suryamas Dutamakmur Tbk.
PT Summarecon Agung Tbk.
204
SSIA
PT Surya Semesta Internusa Tbk.
205
TARA
PT Sitara Propertindo Tbk.
206
TOTL
PT Total Bangun Persada Tbk.
207
TRUB
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
208
WIKA
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
209
WSKT
PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
G. Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
No
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
Kode Saham
BALI
BBRM
BIRD
CANI
CASS
CMNP
DAYA
EXCL
GIAA
HITS
IATA
INDX
ISAT
KARW
KOPI
LAPD
LRNA
MBSS
META
MIRA
MKNT
NELY
OASA
PGAS
PTIS
RAJA
SDMU
SMDR
Nama Penerbit Efek
PT Bali Towerindo Sentra Tbk.
PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk
PT Blue Bird Tbk.
PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk.
PT Cardig Aero Services Tbk.
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
PT Duta IntidayaTbk
PT XL Axiata Tbk
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
PT Tanah Laut Tbk.
PT Indosat Tbk.
PT ICTSI Jasa Prima Tbk.
PT Mitra Energi Persada Tbk.
PT Leyand International Tbk.
PT Eka Sari Lorena Transport Tbk.
PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk.
PT Nusantara Infrastructure Tbk.
PT Mitra International Resources Tbk.
PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.
PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
PT Protech Mitra Perkasa Tbk.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
PT Indo Straits Tbk.
PT Rukun Raharja Tbk.
PT Sidomulyo Selaras Tbk.
PT Samudera Indonesia Tbk.
238
SOCI
PT Soechi Lines Tbk.
239
TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
240
TMAS
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk.
241
TPMA
PT Trans Power Marine Tbk.
242
WINS
PT Wintermar Offshore Marine Tbk.
243
ZBRA
PT Zebra Nusantara Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
H. Keuangan
No
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
244
PNBS
PT Bank Panin Syariah Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
I. Perdagangan, Jasa, dan Investasi
No
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
Kode Saham
ABBA
ACES
AIMS
AKRA
APII
ARTA
ASGR
ATIC
BAYU
BLTZ
BRMS
BMTR
CLPI
CMPP
CNKO
CSAP
DNET
DPUM
DSSA
DYAN
ECII
EPMT
Nama Penerbit Efek
PT Mahaka Media Tbk
PT Ace Hardware Indonesia Tbk.
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk.
PT AKR Corporindo Tbk.
PT Arita Prima Indonesia Tbk.
PT Arthavest Tbk.
PT Astra Graphia Tbk.
PT Anabatic Technologies Tbk.
PT Bayu Buana Tbk.
PT Graha Layar Prima Tbk.
PT Bumi Resources Minerals Tbk.
PT Global Mediacom Tbk.
PT Colorpak Indonesia Tbk.
PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk.
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk.
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.
PT Dua Putra Utama Makmur Tbk.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk.
PT Dyandra Media Internasional Tbk.
PT Electronic City Indonesia Tbk.
PT Enseval Putera Megatrading Tbk.
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
ERAA
FAST
FISH
GEMA
GOLD
GPRA
GREN
HERO
HEXA
HOME
ICON
INPP
INTD
ITTG
JIHD
JKON
JSPT
JTPE
KBLV
KOBX
KOIN
LINK
LPPF
LTLS
MAMI
MAPI
MDIA
MDRN
MFMI
MICE
MIKA
MLPL
MLPT
MPPA
MTDL
PANR
PDES
PGLI
PJAA
PT Erajaya Swasembada Tbk.
PT Fast Food Indonesia Tbk.
PT FKS Multi Agro Tbk.
PT Gema Grahasarana Tbk.
PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk.
PT Perdana Gapura Prima Tbk.
PT Evergreen Invesco Tbk.
PT Hero Supermarket Tbk.
PT Hexindo Adi Perkasa Tbk
PT Hotel Mandarine Regency Tbk.
PT Island Concepts Indonesia Tbk.
PT Indonesian Paradise Property Tbk.
PT Inter Delta Tbk.
PT Leo Investment Tbk.
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk.
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.
PT First Media Tbk.
PT Kobexindo Tractors Tbk.
PT Kokoh Inti Arebama Tbk.
PT Link Net Tbk.
PT Matahari Department Store Tbk.
PT Lautan Luas Tbk.
PT Mas Murni Indonesia Tbk.
PT Mitra Adiperkasa Tbk.
PT Intermedia Capital Tbk.
PT Modern International Tbk
PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk.
PT Multi Indocitra Tbk.
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.
PT Multipolar Tbk.
PT Multipolar Technology Tbk.
PT Matahari Putra Prima Tbk.
PT Metrodata Electronics Tbk.
PT Panorama Sentrawisata Tbk
PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk.
PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
PNSE
PSKT
PTSP
PUDP
RALS
RANC
RIMO
SAME
SDPC
SHID
SILO
SONA
SMMT
SUGI
SQMI
SRAJ
SRTG
TGKA
TIRA
TMPO
TRIL
TURI
UNIT
UNTR
330
WAPO
PT Pudjiadi & Sons Tbk.
PT Red Planet Indonesia Tbk.
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk.
PT Pudjiadi Prestige Tbk.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
PT Supra Boga Lestari Tbk.
PT Rimo Catur Lestari Tbk.
PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk.
PT Millennium Pharmacon International Tbk.
PT Hotel Sahid Jaya International Tbk.
PT Siloam International Hospitals Tbk.
PT Sona Topas Tourism Industry Tbk.
PT Golden Eagle Energy Tbk.
PT Sugih Energy Tbk
PT Renuka Coalindo Tbk.
PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.
PT Tigaraksa Satria Tbk.
PT Tira Austenite Tbk.
PT Tempo Inti Media Tbk.
PT Triwira Insanlestari Tbk.
PT Tunas Ridean Tbk.
PT Nusantara Inti Corpora Tbk
PT United Tractors Tbk.
PT Wahana Pronatural Tbk.
331
WICO
PT Wicaksana Overseas International Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017)
BIODATA PENULIS
Nama
: Rega Saputra
Tempat/Tgl. Lahir
: Palembang/18 Maret 1995
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. Pangeran Ayin Komplek Puspasari Blok K No.02
RT.023 RW.002 Kel. Kenten Kec. Talang Kelapa Kab.
Banyuasin
No. Hp
: 089653265540
E-mail
: [email protected]
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri 2 Kel. Kenten, Kec. Tl. Kelapa
2001 - 2007
2. SMP Negeri 41 Palembang
2007 - 2010
3. SMA YPI Tunas Bangsa Palembang
2010 - 2013
4. S1 Ekonomi Islam UIN Raden Fatah Palembang
2013 - 2017
Pengalaman Organisasi:
1.
Dompet Dhuafa Fundraiser Sumatera Selatan
2015 - 2016
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG
Formulir D.2
Perihal : Permohonan Izin Penjilidan Skripsi
Kepada Yth.
Wakil Dekan 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Raden Fatah Palembang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Kami menyatakan bahwa Mahasiswa:
Nama
: Rega Saputra
NIM/Jurusan : 13190220/Ekonomi Islam
Judul Skripsi : Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Telah selesai melaksanakan perbaikan skripsinya sesuai dengan arahan dan
petunjuk dari penguji. Selanjutnya kami mengizinkan mahasiswa tersebut untuk
menjilid skripsinya agar dapat mengurus ijazahnya. Demikian surat ini kami
sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Penguji Utama
Palembang, Mei 2017
Penguji Kedua
Mismiwati, S.E., M.P
NIP. 196810272014112001
Dessy Handayani, S.E., M.Si
NIP.
Mengetahui,
Wakil Dekan I
Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag
NIP. 197509282006042001
Download