PENGARUH BI RATE, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) Oleh : Rega Saputra NIM : 13190220 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) PALEMBANG 2017 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG Formulir E.4 LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Nama : Rega Saputra NIM/Program Studi : 13190220/Ekonomi Islam Judul Skripsi : Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Telah Diterima Dalam Ujian Skripsi Tanggal 3 Mei 2017 PANITIA UJIAN SKRIPSI Tanggal Pembimbing Utama : Dinnul Alfian Akbar, S.E., M.Si t.t Tanggal Pembimbing Kedua : Erdah Litriani, S.E., M.Ec.Dev t.t Tanggal Penguji Utama t.t Tanggal Penguji Kedua t.t Tanggal Ketua : : Mismiwati, S.E., M.P : : Dessy Handayani, S.E., M.Si : : Titin Hartini, S.E., M.Si t.t Tanggal : Sekretaris : : Sri Delasmi Jayanti, M.Acc., Ak., CA t.t : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG LEMBAR PENGESAHAN Nama NIM Program Studi Judul Skripsi : Rega Saputra : 13190220 : Ekonomi Islam : Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S.1) Sarjana Ekonomi (S.E) Palembang, 3 Mei 2017 Dekan, Dr. Qodariah Barkah, M.H.I NIP. 197011261997032002 MOTTO Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya (Q.S. Ath-Tholaq : 3) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah : 6) Rest Assured That Nothing Is Impossible, if you want you can do it (Rega Saputra) Jangan Terlalu Berharap Pada Orang Lain, Sebab Banyanganmu Saja Bisa Meninggalkanmu Saat Dikegelapan (Rega Saputra) Seorang Yang Optimis Hanya Akan Memandang Pada Bunga Mawar Saja, Sementara Seorang Yang Pesimis Hanya Akan Memandangi Duri Dan Acuh Pada Bunganya Yang Indah (Kahlil Gibran) PERSEMBAHAN Kasih Sayangmu Sepanjang Waktu… Peluk Bahagia Hinggaku Dewasa… Khilaf Yang Pernah Aku Lakukan Dahulu… Tak Berniat Untuk Menyakiti Hatimu.. Ohh Ibu… Cintamu Tak Kenal Waktu… Kasihmu Menyadarkan Aku... Tak Ada Yang Lebih Darimu… Ohh Ibu Apakah Ku Mampu Membalas Semua Yang Pernah Kau Beri Dengan Ikhlas… Nyawapun Rela Kan Ku Lepas… Ibu Ridhomu Penuntun Jalanku… Cahaya Terang Dalam Gelap Langkahku… Menuju Surga Di Kakimu… Dengan mengucap hamdalah… Ku persembahkan rasa cinta dan terima kasihku serta skripsi ini kepada kedua orang tuaku tercinta. Ayah (Sudirman, S.Sos) dan Ibu (Ratnani, S.Pd) pastinya yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayangnya, perhatiannya, bimbingannya, pemikirannya tanpa putus untukku. Mungkin memang, perselisihan kecil diantara kita sering terjadi, tapi yang jelas dalam hatiku.. aku sangat menyayangi kalian.. tiada tempat untuk ku kembali selain pada kalian… dan sekali lagi terima kasih banyak atas semua yang kalian beri untukku… aku tak akan mampu membalas semuanya, tapi yang jelas aku menjadi yang terbaik untuk kalian… KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1). Penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih atas bantuan serta dukungan yang diberikan oleh semua pihak hingga selesainya skripsi ini kepada: 1. Rektor UIN Raden Fatah Palembang Bapak Prof. Drs. H. M. Sirozi, M.A., Ph.D. Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang Bapak Dr. Ismail. Bapak Wakil Rektor II UIN Raden Fatah Palembang Dr. Zainal Berlian, S.H., M.M., D.B.A. Ibu Wakil Rektor III UIN Raden Fatah Dr. Rr Rina Antasari, S.H., M.Hum. 2. Ibu Dr. Qodariah Barkah, M.H.I selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang beserta Wakil Dekan I Ibu Mafthukhatusholihah, M.Ag Wakil Dekan II Bapak Rudi Aryanto, S.Si., M.Si dan Wakil Dekan III Ibu Nilawati, S.Ag., M.Hum. 3. Ibu Titin Hartini, S.E., M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi Islam dan Ibu Mismiwati, S.E., M.P selaku sekretaris Prodi Ekonomi Islam. 4. Bapak Dr. M. Rusydi, M.Ag selaku Penasehat Akademik saya selama menjalani perkuliahan. 5. Bapak Dinnul Alfian Akbar, S.E., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Erdah Litriani, S.E., M.Ec.Dev selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan hingga selesainya skripsi ini. 6. Para Dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang yang telah memberikan bimbingan pelajaran dan membantu selama masa studi. 7. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sudirman, S.Sos dan Ibunda Ratnani, S.Pd. Saudara-saudaraku Andrean Raymando, S.Pd, yuk Puspa Sari, S.T, Ardiansyah, S.Pd beserta nenek Ranimah dan keponakan tersayang Azzahra Puspita Andriani. 8. Sahabat-sahabatku yang sampai hari ini selalu setia nge-Band bareng, menjalani hobi bersama, tetap berkarya walaupun belum juga kaya. 9. Rekan-rekan EKI 6 2013 yang selama kurang lebih 4 tahun menjalani kuliah bersama dengan suka duka. Serta rekan-rekan sealmamater kelas EKI 1’13 sampai EKI 8’13 dan semua pihak yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan. Palembang, 3 Mei 2017 Rega Saputra NIM. 13190220 ABSTRAK Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, salah satunya saham. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Ada beberapa faktor makroekonomi dan moneter yang bisa mempengaruhi pergerakan saham seperti faktor BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Periode Juni 2011 hingga Mei 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Penelitian ini menggunakan lima variabel oprasional yaitu BI Rate (X1), Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah (X3), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X4) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis-statistik dengan menggunakan teknis analisis kuantitatif, yakni regresi linier berganda. Dari hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan keempat variabel independen mempengaruhi secara positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) dan secara parsial hanya Nilai Tukar Rupiah (X3) yang berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sementara BI Rate (X1), Inflasi (X2), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y). Kata Kunci : Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv NOTA DINAS ...................................................................................................... v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK ............................................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 11 C. Batasan Masalah ..................................................................................... 11 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 12 E. Kontribusi Penelitian .............................................................................. 12 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Saham ..................................................................................................... 15 B. Jenis-jenis Saham ................................................................................... 16 C. Indeks Saham ......................................................................................... 19 D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham .. 21 E. Hukum Jual Beli Saham.......................................................................... 23 F. BI Rate .................................................................................................... 24 G. Inflasi ..................................................................................................... 26 H. Nilai Tukar Rupiah ................................................................................ 30 I. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ............................................. 32 J. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 38 K. Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 42 L. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ................................................................................... 52 B. Desain Penelitian ................................................................................... 52 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 52 D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 53 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 54 F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 54 G. Variabel-variabel Penelitian ................................................................... 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 62 B. Analisis Data .......................................................................................... 64 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ........................................................................... 88 B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 89 C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 90 D. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ....................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92 LAMPIRAN ........................................................................................................ 96 DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 1.1 : Perkembangan Harga Saham ISSI Juni 2011 – Mei 2015 ............. 5 Tabel 1.2 : Research Gap BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham ................. 7 Tabel 1.3 : Research Gap Inflasi Terhadap Harga Saham................................ 8 Tabel 1.4 : Research Gap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham ................................................................................................................................. 9 Tabel 1.5 : Research Gap SBIS Terhadap Harga Saham .................................. 9 Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu BI Rate Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham .......................................................................................... 43 Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu Inflasi Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham .......................................................................................... 45 Tabel 2.3 : Penelitian Terdahulu Nilai Tukar Rupiah Berpengaruh Positif Terhadap Indeks Harga Saham......................................................................... 47 Tabel 2.4 : Penelitian Terdahulu SBIS Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham .......................................................................................... 49 Tabel 4.1 : Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 64 Tabel 4.2 : Uji Autokorelasi ............................................................................... 68 Tabel 4.3 : Uji Multikolinieritas ........................................................................ 69 Tabel 4.4 : Analisis Regresi Linier Berganda................................................... 70 Tabel 4.5 : Uji F (Secara Simultan) ................................................................... 72 Tabel 4.6 : Uji T (Secara Parsial) ...................................................................... 73 Tabel 4.7 : Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .............................................. 76 DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1.1 : Pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ................ 4 Gambar 2.1 : Ilustrasi Pengaruh BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham .. 42 Gambar 2.2 : Ilustrasi Pengaruh Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham .... 44 Gambar 2.3 : Ilustrasi Pengaruh NilaiTukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham................................................................................................................... 46 Gambar 2.4 : Ilustrasi Pengaruh SBIS Terhadap Indeks Harga Saham ...... 48 Gambar 2.5 : Kerangka Pemikiran................................................................... 50 Gambar 4.1 : Uji Norma..................................................................................... 66 Gambar 4.2 : Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 67 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan wadah akumulasi dana dan pembentukan modal yang ditujukan guna meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam mengarahkan dana. Pasar modal memiliki peran penting bagi negara, yaitu sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Dana yang didapat dari pasar modal digunakan dalam melakukan pengembangan usaha, penambahan modal kerja, ekspansi bisnis, dan lain-lain. Selain itu, pasar modal berperan sebagai sarana masyarakat dalam berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain.1 Serta pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh keuntungan bagi investor, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 13 mengartikan pasar modal sebagai suatu kegiatan yang penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal secara umum dapar diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Sedangkan dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa lembar-lembar surat surat berharga di bursa efek.2 1 2 Indah Yuliani, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), hlm. 34 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Investasi di pasar modal merupakan salah satu investasi yang sedang berkembang di masyarakat. Selain sebagai wadah yang mempertemukan pihakpihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak-pihak yang kelebihan dana (investor). Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah.3 Konsep pasar modal syariah dan pasar modal konvensional sebenarnya tidak jauh berbeda. Karena dalam konsep pasar modal syariah yang diperdagangkan harus berdasar dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria dan prinsip syariah, bebas dari unsur ribawi serta transaksi saham yang dilakukan dengan investor dapat menghindari berbagai praktek spekulasi. Sehingga pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional memiliki perbedaan yang dapat dilihat pada nilai indeks saham, instrument dan mekanisme transaksinya. Keberadaan pasar modal memberikan manfaat sebagai sumber pembiayaan, sarana investasi, penyebaran kepemilikan perusahaan kepada masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Pasar modal yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana perusahaan dalam mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Kedua, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan lain sebagainya. Dengan demikian masyarakat 3 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Kuangan Berdasarkan Prinsip Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 29 dapat menempatkan dana yang sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.4 Saham diartikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan, dimana pemilik saham (investor) menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Jadi saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.5 Harga saham merupakan harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Harga saham di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktorfaktor yang mempengaruhi fluktuasi saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan tingkat penjualan, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian.6 Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Konstituen ISSI direview setiap enam bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasi pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga melakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari Daftar Efek Syariah (DES). Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan ratarata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam 4 Bambang Susilo D, Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2009), hlm. 16 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 570 6 http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 30 Januari 2017). 5 perhitungan ISSI adalah awal penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) yaitu Desember 2007. ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. Terdapat 307 saham syariah dalam ISSI update Juli 2014.7 Perkembangan pasar modal akan mendorong kemajuan ekonomi suatu negara. Saham sebagai salah satu surat berharga yang ditransaksikan di pasar modal, yang nilainya selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Gambar 1.1 Pergerakan ISSI 2011-2013 Sumber: Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id. (Diolah 2017). Pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa nilai Indeks Saham Syariah Indonesia selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu dengan sangat signifikan. Berikut adalah tabel perkembangan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia: 7 Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id. (diakses 11 September 2016). Tabel 1.1 Perkembangan INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) Juni 2011 – Mei 2015 Periode Januari Februari INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA 2011 2012 2013 2014 129.712 147.259 145.313 132.629 151.413 149.119 2015 168.757 172.325 Maret - 135.207 159.953 156.076 172.881 April - 138.980 163.874 160.450 170.755 Mei - 135.316 169.426 161.674 Juni 122.032 128.191 156.232 160.916 167.920 - Juli 129.368 135.072 144.030 165.204 - Agustus 126.638 137.129 146.780 169.395 - September 120.530 141.019 147.164 169.165 - Oktober 116.492 139.347 151.277 161.473 - November 121.396 146.085 146.823 163.075 - 123.096 144.231 141.849 165.803 Sumber:Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id (Data Diolah, 2017) Tabel 1.1 menunjukkan pergerakan harga saham Indeks Saham Syariah Desember Indonesia (ISSI) selama periode Juni 2011 sampai Mei 2015. Dari tabel diatas terlihat bahwa pada bulan Juni 2011 nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 122,032 poin. Pada periode berikut indeks saham mengalami pergerakan meningkat sebesar 129,368 poin pada bulan Juli 2011, setelah mengalami pergerakan meningkat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terkoreksi menurun pada periode Agustus dan September 2011 yaitu sebesar 126,638 poin dan 120,530 poin. Dan pada bulan Oktober 2011 angkanya semakin menurun pada posisi 116.492 poin. Menurunnya harga saham pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) memang tidak berlangsung lama sebab pada periode-periode selanjutnya pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menunjukan tren positif hingga tahun kelima yakni pada bulan Mei 2015 sebesar 167,920 poin dimana secara garis besar mengalami pergerakan meningkat signifikan walaupun sesekali memang mengalami tren menurun. Dilihat dari pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang mengalami perkembangan signifikan tentu hal tersebut dipengaruhi berbagai faktor. Terdapat beberapa faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi perkembangan saham yaitu dari Kondisi mikro dan makro ekonomi8 seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai instrumen pengendalian moneter, Inflasi, BI Rate, Jumlah Uang Beredar (JUB), Nilai tukar dan lain - lain. Sedangkan faktor internal yang mampu mempengaruhi adalah seperti kondisi ekonomi nasional, keamanan, kondisi politik, kebijakan pemerintah dan lain-lain.9 Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.10 Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli, baik dalam ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam beberapa definisi, inflasi merupakan suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.11 Harga suatu komoditas atau barangdapat dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode 8 Irham Fahmi, Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2012), hlm. 89 9 Alwi Iskandar Z, Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), hlm. 87 10 http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari 2017). 11 Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214 sebelumnya. Tujuan jangka panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga agartingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. 12 Nilai tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.13 Dalam investasi syariah tidak hanya saham syariah saja yang menjadi instrumen investasi tetapi ada juga instrumen lain sebagai produk investasi syariah yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.14 Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari empat variabel independen BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang mempengaruhi pergerakan Saham yaitu sebagai berikut. Tabel 1.2 Research Gap BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham Hasil Penelitian Peneliti Terdapat pengaruh Positif 1. Ria Manurung antara BI Rate terhadap 2. Rowland Bismark Pengaruh BI Rate Indeks Harga Saham. Fernando Pasaribu Terhadap Indeks Harga dan Mikail Firdaus Saham Tidak terdapat pengaruh 1. Achmad Ath antara BI Rate terhadap Thobarry Indeks Harga Saham. Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) 12 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 333 13 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157 14 BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. BI Rate terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Ria Manurung serta Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus Pasaribu berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Achmad Ath Thobarry yang menunjukkan bahwa BI Rate tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham. Tabel 1.3 Research Gap Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Hasil Penelitian Peneliti Terdapat pengaruh positif 1. Neny Mulyani antara Inflasi terhadap Pengaruh Inflasi Indeks Harga Saham. Terhadap Indeks Harga Tidak terdapat pengaruh 1. Suramaya Suci Kewal Saham antara Inflasi terhadap 2. Ditha Fitria Syari Indeks Harga Saham. 3. Erlangga Yudha Utama Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Inflasi terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Neny Mulyani berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Suramaya Suci Kewal, Ditha Fitria Syari dan Erlangga Yudha Utama yang menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham. Tabel 1.4 Research Gap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Hasil Penelitian Peneliti Terdapat pengaruh Positif 1. Imam Dwi Saputra antara Kurs Rupiah dan Leo Herlambang Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga 2. Ditha Fitria Syari Rupiah Terhadap Indeks Saham. Harga Saham Tidak terdapat pengaruh 1. Siska Ulfia antara Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham. Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Nilai Tukar Rupiah (Kurs Rupiah) terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang serta Ditha Fitria Syari berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Siska Ulfia yang menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah (Kurs Rupiah) tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham. Tabel 1.5 Research Gap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Harga Saham Hasil Penelitian Peneliti Terdapat pengaruh Positif 1. Dimas Prabowo antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Pengaruh Sertifikat terhadap Indeks Harga Bank Indonesia Syariah Saham. (SBIS) Terhadap Indeks Tidak erdapat pengaruh 1. Yudhistira Ardana Harga Saham antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Harga Saham. Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap indeks harga saham yang diteliti oleh Dimas Prabowo menunjukkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif terhadap indeks harga saham. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Yudhistira Ardana yang menunjukkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham. Dari fenomena dan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak setiapkejadian empiris sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan adanya research gap dalam penelitian-penelitian terdahulu. Berbagai penelitian diatas menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda dari variabel BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap indeks saham serta data yang menunujukkan pesatnya perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama lima tahun terakhir membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode lima tahun dengan memilih judul ”Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 2. Bagaimana pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 4. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 5. Bagaimana pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? C. Batasan Masalah 1. Penelitian ini dibatasi pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011 hingga 2015. 2. Periode yang diambil adalah 2011 - 2015 berupa data perbulan selama lima tahun terhitung dari Juni 2011 hingga Mei 2015. D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan penjabaran latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh BI Rate secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 – Mei 2015? E. Kontribusi Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan dan kegunaan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi: 1. Bagi Civitas Akademik Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran Ekonomi Islam serta berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam kajian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan juga dapat menambah wawasan kepustakaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya. 2. Bagi Pemerintah dan Investor Bagi Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam fungsi pengambilan kebijakan yang akan ditempuh agar mampu menciptakan iklim investasi yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Bagi investor, dapat memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan terutama pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap indeks saham syariah, sehingga dapat menerapkan strategi perdagangan di pasar modal. 3. Bagi Peneliti Selain untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1, tulisan ini memberikan pemahaman yang lebih signifikan atas ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan di program studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Raden Fatah Palembang. F. Sistematika Penulisan Guna mendapatkan pembahasan secara tersusun, maka penulis perlu menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukan hasil yang mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kontribusi penelitian serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS, dalam bab ini membahas teori-teori yang terkait dalam BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015, kajian penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN, bab ini menjelaskan bagaimana penelitian akan dilakukan secara operasional yang membahas ruang lingkup penelitian, jenis penelitian setting penelitian, desain penelitian, jenis data, sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini berisikan uraian tentang objek penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan. BAB V PENUTUP, bab ini terdiri atas kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Saham Secara singkat, saham diartikan sebagai bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.15 Dalam definisi lain, saham adalah surat bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas.16 Saham juga dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan, dimana pemilik saham (investor) menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Jadi saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.17 Harga saham merupakan harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Harga saham di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, deviden, laba perusahaan dan tingkat penjualan, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian.18 15 Rusdarti dan Kusmuriyanto, Ekonomi. Fenomena di Sekitar Kita 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 59 16 Suad Husnan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), hlm. 279 17 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 570 18 http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 30 Januari 2017). B. Jenis-jenis Saham Jenis-jenis saham bisa ditinjau dari beberapa segi, antara lain:19 1. Dari Segi Cara Peralihan a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidaktertulis nama pemilik dalam saham tersebut. b. Saham Atas Nama (Registered Stock) Di dalam sahamtertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu. 2. Ditinjau Dari Kinerja Perdagangan a. Blue Chip Stock Saham dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di Industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stock Merupakan keadaan saham dimana dari suatu emiten yang mempunyai likuiditas deviden yang lebih kuat dari rata-rata yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten yang demikian biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih besar dan secara teratur membagi deviden tunai. Emiten yang demikian tidak akan menekan laba dan tidak mementingkan potensi. 19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Pustaka, 2012), hlm. 185 c. Growth Stock Saham-saham dari emiten ini memiliki pertubuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di Industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d. Spekulative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemumkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stock Saham yang tidak akan terpengaruh atas kondisi ekonomi makro ataupun situasi bisnis secara umum. Pada masa resesi ekonomi, harga saham ini tetap pada posisi tinggi dimana para emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi. 3. Dari Segi Hak Tagih a. Saham Biasa (Common Stock) Saham jenis ini, hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada pemegang saham preferen. Beitu pula terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain: a) Hak Kontrol Adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pemegang perusahaan. b) Hak Menerima Pembagian Keuangan Adalah hak pemegang saham untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. c) Hak Preemtive Adalah hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikkan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. b. Saham Preferen Merupakan saham yang memproleh hak utama dalam deviden dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi. Beberapa karakteristik dari saham prefere adalah: a) Hak Preferen Hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. b) Hak Deviden Kumulatif Hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang ssaham biasa menerima dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. C. Indeks Saham Menurut Sunariyah, indeks saham adalah catatan terhadap perubahanperubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu.20 Adapun di Bursa Efek Indoneia terdapat enam jenis indeks, antara lain:21 1. Indeks Individual Indeks Individual merupakan indeks harga masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan hargaj dasarnya. 2. Indeks Harga Saham Sektoral Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, missal sektor keuangan, pertambangan dan lain-lain. 3. Indeks Harga Saham Gabungan Menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan saham. IHSG merupakan angka indeks harga saham yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahanharga saham dari waktu ke waktu. 4. Indeks LQ 45 Yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan yang mengacu pada likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. 5. Indeks Saham Syariah Merupakan indeks yang mengimplementasikan prinsip syariat islam di dalamnya dalam melakukan setiap aktivitas. 20 21 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hlm. 122 Bursa Efek Indonesia, http:/www.idx.co.id, (diakses: 30 Januari 2017). 6. Indeks Papan Utama Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Saham syariah sendiri merupakan saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah islam. Karena tidak semua saham bisa dikatakan syariah 22 Berdasarkan arahan dari Dewan Syariah Nasional dan peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 Tentang Penerbitan Efek Syariah, ruang lingkup emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum syariah adalah:23 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudhorat. D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham Harga saham selalu mengalami fluktuaktif, pergerakan baik kenaikan maupun penurunan harga saham. Harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. Semakin banyak orang 22 http://syariah.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html, (diakses: 30 Januari 2017). Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariahi, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001),hlm. 24 23 membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung mengalami kenaikan. Demikian sebaliknya, apabila semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan. Fluktuasi harga saham juga dipengaruhi oleh beberapa situasi dan kondisi, baik itu dari segi mikro ekonomi maupun makro ekonomi serta situasi lainnya. Faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah: 24 1. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang baru (brand office) dan kantor cabang pembantu (sub-brand office), baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. 2. Pergantian direksi secara tiba-tiba. 3. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. 4. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. 5. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. 6. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham 7. Kondisi mikro dan makro ekonomi. Sementara dalam teori lain dijelaskan secara lebih lengkap bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham adalah:25 24 Irham Fahmi, Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2012), hlm. 89 25 Alwi Iskandar Z, Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Nasindo Internusa, 2003), hlm. 87 1. Faktor Internal a. Pengumuman pendanaan (financing announcements), berhubungan dengan ekuitas dan hutang.pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi. b. Pengumuman pengambilan alih diversifikasi, seperti laporan marger, invetasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi. c. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnig Per Share (EPS), Deviden Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan lain-lain. 2. Faktor Eksternal a. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah. b. Pengumuman industry sekuritas (Securities Announcement) seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading. c. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang akan berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan saham di Bursa Efek di suatu negara. d. Berbagai isu baik dalam maupun luar negeri. E. Hukum Jual Beli Saham Aktivitas jual beli saham di pasar modal dilaksanakan pada pasar sekunder dan pasar perdana. Pada pasar perdana, seseorang yang melakukan transaksi bertujuan menginvestasikan dananya dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan deviden. Sedangkan pada pasar sekunder seseorang melakukan transaksi jual beli saham dalam rangka untuk mendapatkan capital gain. Jual beli saham sama halnya seperti mudharabah, yang mana mudharabah adalah bentuk organisasi bisnis yang di dalamnya seseorang memberi modal kepada orang lain untuk berbisnis lalu keduanya membagi laba dengan bagian masing-masing sesuai kesepakatan (akad). Pemasok modal disebut shahibul mal (investor) dan pengelola dana disebut mudharib (emiten).26 Adapun hukum dalam jual beli saham yang dilandaskan berdasarkan dalildalill Alquran dibeberapa surat. Pada surat Al-baqarah ayat 275 yang berbunyi “…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”27. Dan pada surat Al-baqarah ayat 278 yang berbunyi “…Hai orang-orang beriman, bertakwalah kapada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman…”28. Dari dua ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap aktivitas muamalah atau transaksi jual beli saham yang mengandung unsur ribawi di dalamnya hukumnya adalah haram dan sebagai umat yang beriman harus meninggalkannya. 26 Muhammad Sharif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 209 27 Q.S. Al-baqarah [2] : 275. Alquran dan Terjemahnya. 28 Q.S. Al-baqarah [2] : 278. Alquran dan Terjemahnya. Dalam aktivitas jual beli islam mengajarkan untuk melakukan akad atau perjanjian agar tidak ada pihak yang dirugikan dan melarang setiap aktivitas muamalah dengan jalan yang batil. Perintah itu tertuang dalam surat Al-maidah ayat 1 yang berbunyi “...Hai orang-orang beriman, Tunaikanlah akad-akad itu...”29 dan An-nisa ayat 29 yang berbunyi “...Hai orang-orang beriman! Janganlah kalian memakan atau mengambil harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian...”30 Berdasarkan dalil-dalil diatas, jual beli saham akan menjadi haram apabila terdapat unsur riba didalamnya, sebab riba dalam bentuk apapun dilarang dalam hukum Allah swt. Selain itu, dalam bermuamalah umat diperintahkan untuk melakukan akad-akad atau perjanjian-perjanjian yang disepakati antara penjual dan pembeli serta tidak mengambil harta melalui jalan yang batil seperti melakukan praktek spekulasi dalam jual beli saham. F. BI Rate 1. Definisi Dan Fungsi BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran 29 30 Q.S. Al-maidah [5] : 1, Alquran dan Terjemahnya. Q.S. An-nisa [4] : 29, Alquran dan Terjemahnya. operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktorfaktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Selain BI Rate yang digunakan saat ini, perkenalan suku bunga kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance kebijakan moneter yang sedang diterapkan. Dalam prosesnya jadwal penentuan atau penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan. a. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya b. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi. c. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.31 G. Inflasi 1. Definisi Inflasi Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli, baik dalam ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam beberapa definisi, inflasi merupakan suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.32 Harga suatu komoditas atau barang dapat dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode sebelumnya. Tujuan jangka panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah.33 Gangguan utama terhadap inflasi adalah adanya perubahan pada keseluruhan akan demand terhadap barang maupun jasa oleh pengguna dalam ekonomi. Perubahan pada investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor yang dapat mengubah permintaan agregat dan mendorong output yang lebih besar. Dalam dunia investasi, inflasi sangat berpengaruh terlihat dari setiap terjadi kenaikan atau penurunan angka inflasi akan mempengaruhi otoritas moneter dalam membuat kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam penempatan dana investasinya. 31 http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari 2017). 32 Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214 33 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 333 Inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat, dampak tersebut adalah:34 a. Menyebabkan pendapatan riil masyarakatakan terus menurun sehingga standar hidup dari masyarakat turun. b. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsi, investasi dan produksi hingga pada akhirnya menurunkan pertumbuhan ekonomi. c. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak komprehensif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah. Inflasi yang tinggi dan berlebihan akan berdampak negatif tehadap pasar modal, yaitu dengan turunnya harga-harga saham sebagai cerminan imbal hasil perusahaan dan akibat lainnya akan menurunkan dividen pemegang saham.inflasi yang stabil merupakan syarat yang mendasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 2. Macam-macam Inflasi a. Berdasarkan Ukuran Inflasi Macam-macam inflasi berdasarkan ukuran dibagi dalam tiga kategori utama:35 a) Inflasi Ringan 34 Sujoko, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG Dan Dana Kelolaan Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen Volume 5 No 2, (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945, 2009), hlm. 143(tidak diterbitkan) 35 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers , 2004), hlm. 337 Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10% dalam periode satu tahun. b) Inflasi Sedang Inflasi sedang, adalah tingkat inflasi yang berada antara 10-30% dalam periode satu tahun. Inflasi ini biasanya ditandai dengan naiknya hargaharga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasa disebut inflasi dua digit. c) Inflasi Berat Inflasi berat, adalah tingkat inflasi yang berada antara 30-100% dalam periode satu tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan berubah. d) Inflasi Tinggi (Hyperinflation) Inflasi tinggi (Hyperinflation), adalah tingkat inflasi yang berkisar lebih dari 100% dalam periode satu tahun. Pada konidisi ini masyarakat tidak ingin menyimpan uang, dikarenakan nilainya yang sangat merosot tajam. b. Berdasarkan Penyebab dan Sumber Inflasi Berdasarkan penyebabnya, umumnya inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:36 a) Demand Pull Inflation Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak. Di pihak lain, kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum 36 Iskandar Putong, Pengaruh Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 260 permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Oleh karena itu, untuk mengatassinya diperlukan adanya pembuka kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. b) Cost Push Inflation Inflasi ini disebabkan oleh turunnya produksi karena naiknya biaya produksi. Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen adalah langsunng menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi. c) Inflasi Dari Dalam Negeri (Domestic Inflation) Infasi yang timbul karena adanya defisit pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran dan belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. d) Inflasi Dari Luar Negeri Inflasi ini disebabkan karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi.perlu diketahui bahwa hargaharga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal sehingga bila terpaksa nagara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal. H. Nilai Tukar Rupiah 1. Definisi Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.37 Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain dan digunakan dalam berbagai transaksi, termasuk investasi. Dalam banyak kasus, merosotnya nilai tukar rupiah dapat menyebabkan menurunya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah kerena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Jika semakin kuat kurs rupiah menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Definisi lain menyebutkan nilai tukar mata uang asing adalah harga satuan uang dalam satuan mata uang negara lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan.38 Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menentukan nilai tukar mata uang, yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan 37 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157 Samuel dan Nordhaus, Ilmu Makroekonomi, Edisi Tujuh Belas, (Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004), hlm. 306 38 moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan permintaan dan penawaran uang. Naik turunnya nilai tukar mata uang bisa terjadi dengan berbagai cara, bisa dengan cara yang dilakukan secara resmi olehh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism). Kurs merupakan salah satu alat pengukur yang digunakan untuk menilai keteguhan suatu ekonomi. Kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Dengan kata lain, kuars adalah banyaknya uang domestik yang diperlukan untuk membeli atau memperoleh satu unit valuta asing tertentu.39 2. Jenis-jenis Nilai Tukar a. Kurs Tetap (Fix Exchange Rate) Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negaara lain yang dietapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. b. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Dalam hal ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi 39 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ke-3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 397 moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari permintaan dan penawaran uang. c. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate) Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan bagi suatu negara yang perekonomiannya sudah mapan. Sistem nilai tukar ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi equilibrium yang sesui dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.40 I. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 1. Definisi Sertfikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki tingkat keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan sistem diskontonya tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam upaya pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank Indonesia menyiapkan instrumen lain berupa Sertifikat Wadiah Bank Indnesia. Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya kurang efektif . Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas pengendalian moneter, maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah instrumen yang bernama Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah 40 http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522-sistem-nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasarkeuangan-global.html. (diakses: 31 Januari 2017). yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.41 SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad yang dapat digunakan dalam SBIS adalah akad Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh, Musyarakah,, Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan Wakalah. Dari keenam akad di atas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS berdasarkan akad Ju’alah42. Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/iwadh//ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.43 2. Karakteristik SBIS saat ini adalah:44 a. Menggunakan akad Ju’alah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBI Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah). b. Bersatuan unit sebesar Rp1.000.000 c. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan, d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless) e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, f. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable). Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah. 41 BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 42 Pasal 3, Penjelasan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 43 Bab III Akad Dan Karakteristik SBIS Pasal 3, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 44 Ibid., Pasal 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:45 a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS, b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan. Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara sebagai berikut:46 a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo SBIS, dan setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi. Akad pada SBIS yang digunakan saat ini adalah Ju’alah. Akad Ju’alah adalah janji atau komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu hasil pekerjaan.47 Adapun rukun dan syarat sahnya Ju’alah adalah sebagai berikut:48 a. 45 Rukun Ju’Alah: BAB V Mekanisme Penerbitan Pasal 6, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 46 Pasal 8, Penjelasan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 47 Ibid., Pasal 3. 48 Fatwa DSN MUI NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Rukun dan Syarat Sah Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah. a) Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan bekerja juga tidak ditentukan waktunya. b) Ja’il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu dari hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan sebelumnya. c) Maj’ulah adalah orang yang melaksanakan akad Ju’alah. d) Maj’ulaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan. e) Upah. b. Syarat Sah Akad Ju’Alah: a) Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan cerdas. b) Objek Ju’alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah. c) Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga atau bernilai dan harus jelas juga nilainya. d) Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan. e) Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh di manfaatkan menurut hukum syar’i. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai maj’ullah (penerima pekerjaan) dan objek Ju’alah (mahall al-aqd) adalah partisipasi Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini menjadi sah, rukun dan syarat Ju’alah pun harus dipenuhi atas beberapa ketentuan-ketentuan akad. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:49 a. SBIS Ju’alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah. b. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai maj’ul lah (penerima pekerjaan); dan objek Ju’alah (mahall al-aqd) adalah partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menepatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. c. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian (reward/iwadh/ju’l) tertentu moneter bagi yang dan turut menjanjikan berpartisipasi imbalan dalam pelaksanaannya. Adapun ketentuan hukum dari SBIS Ju’alah adalah sebagai berikut:50 a. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan (reward/iwadh/ju’l) yang telah dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam upaya pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui "pembelian" SBIS Ju'alah. 49 Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju‟alah. 50 Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju‟alah. b. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS adalah wadi’ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS Ju’alah, yaitu titipan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik oleh Bank Syariah sebelum jatuh tempo. c. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mudi’) memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repokan SBIS Ju’alah -nya dan Bank Indonesia dapat mengenakan denda (gharamah) dalam jumlah tertentu sebagai ta'zir. d. Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju’alah kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo. e. Bank syariah hanya boleh atau dapat menempatkan kelebihan likuiditasnya pada SBIS Ju’alah sepanjang belum dapat menyalurkannya ke sektor rii SBIS Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari portofolio investasi bank syariah. J. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel makto ekonomi terhadap kinerja indeks harga saham menunjukan hasil yang berbeda-beda. Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini. Dari beberapa penelitian terdahulu disajikan secara tersusun seperti berikut ini: 1. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, disimpulkan bahwa jangka pendek variabel GDP dan inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan suku bunga SBI dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh terhadap harga saham IHSG. Dalam jangka panjang, GDP tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG, namun inflasi, suku bunga SBI, dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh terhadap harga saham.51 2. Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean Periode 2006 – 2011. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan di lima negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006 – 2011. Secara parsial, inflasi dan nilai tukar rupiah sama-sama berpengaruh negatif 51 Slamet Widodo, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 115 (tidak diterbitkan) dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan di lima negara di ASEAN.52 3. Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dalam penelitian yang menggunakan regresi berganda ini peneliti menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks syariah.53 4. Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi hubungan positif antara inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham ISSI yang artinya apabila inflasi turun maka harga ISSI akan naik, namun posisi mata uang rupiah menguat terhadap mata uang asing maka harga saham ISSI akan terdongkrak naik.54 5. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 20112013), kurs rupiah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap indeks harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2011-2013. 52 Finesya Mauli Margakarta, Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean Periode 2006 – 2011, Skripsi, ( Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hlm. 112-113 (tidak diterbitkan) 53 Dimas Prabowo, Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 72-73 (tidak diterbitkan) 54 Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan) Pengaruh signifikan kurs rupiah terhadap indeks harga saham ISSI adalah positif.56 6. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Menyimpulkan bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. sementara tingkat suku bunga BI memiliki pengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.57 7. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index. Inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index, Suku bunga berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap Jakarta Islamic Index. Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index. Inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah dan produk domestik bruto secara simultan berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index.58 8. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM. Menunjukkan bahwa 56 Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang, Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12, (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, 2014), hlm. 8 (tidak diterbitkan) 57 Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus, Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2, (Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma), hlm. 17 (tidak diterbitkan) 58 Neny Mulyani, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1, artikel 10, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Terbuka, 2014), hlm. 11 (tidak diterbitkan) variabel BI Rate, Inflasi, dan Oil Price tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, sementara untuk variabel Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.59 9. Pada penelitian dengan judul Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpulkan bahwa Variabel Inflasi dan Nilai Tukar IDR/USD mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sementara Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Harga Minyak Dunia mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)60 10. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Nilai tukar, SBI, Inflasi dan pertumbuhan GDP secara simultan dapat mempengaruhi nilai resiko sistematis pada kelompok Properti. Jika dihitung secara parsial variabel Nilai tukar berpengaruh positif signifikan dan Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti. Untuk Variabel SBI dan pertumbuhan GDP secara parsial tidak signifikan dalam mempengaruhi indeks Properti.61 59 Yudhistira Ardana, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM, Jurnal Bisnis dan Manajemen, (Yogyakarta: STMIK Pringsewu, 2016), hlm. 26 (tidak diterbitkan) 60 Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 410 (tidak diterbitkan) 61 Achmad Ath Thobarry, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa K. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gambar 2.1 Ilustrasi Pengaruh BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham Harga Saham Turun BI Rate Naik Deposito Naik Penjualan Saham Turun BI Rate Harga Saham Naik BI Rate Turun Investasi Naik Pembelian Saham Turun Sumber: (N.Gregory Mankiw, Diolah 2017) Berdasarkan teori, harga saham diantaranya dipengaruhi oleh aktivitas makro ekonomi suatu negara. BI Rate yang merupakan bagian dari instrument moneter Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam dalam mengendalikan laju tingkat inflasi di Indonesia. BI Rate merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha atau suatu perusahaan untuk menggunakan dana dari para investor, naiknya tingkat suku bunga dapat menarik perhatian investor untuk menyimpan uangnya di bank, tingkat suku bunga yang terlampau tinggi akan mempengaruhi aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan untuk berinvestasi yang ada tidak akan menarik lagi.62 Dari penjelasan di atas, apabila terjadi kenaikan pada BI Rate maka akan memicu turunnya harga saham Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), hlm.80 (tidak diterbitkan) 62 Mankiw N.Gregory, Makroekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 91 dan penjualan saham yang sekaligus mampu memicu naiknya pembelian saham, namun jika BI Rate mengalami penurunan maka akan memicu naiknya harga saham dan penjualan saham yang sekaligus mampu memicu turunnya pembelian saham. Naik ataupun turunnya BI Rate akan berdampak pada naik turunnya harga saham serta aktvitas saham di pasar modal. Tabel 2.1 BI Rate Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham No. 1. Peneliti Neny Mulyani (2014) Judul Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap JII. Hasil Inflasi berpengaruh positif, Suku bunga berpengaruh negatif, Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap JII. Persamaan Sama-sama menggunakan variabel Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah. Perbedaan Penelitian ini menggunakan objek dan periode yang berbeda serta penelitian ini menggunakan variabel PDB. Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 2. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gambar 2.2 Ilustrasi Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Inflasi Naik Harga Saham Turun Inflasi Turun Harga Saham Naik Inflasi Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017) Peningkatan inflasi mampu meningkatan biaya produksi lebih tinggi dari meningkatnya harga bahan baku dibandingkan peningkatan harga yang dapat ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut mampu menurunkan profitabilitas perusahaan dengan asumsi penjualan tetap bahkan menurun dan meningkatkan risiko dalam melakukan investasi. Dimana menurunnya profitabilitas perusahaan merupakan berita kurang baik bagi perusahaan sebab para investor menilai bahwa berinvestasi di pasar modal bukan hal yang menarik dan lebih memiliki risiko yang lebih tinggi. Menurunya minat investor melakukan investasi dapat menyebabkan turunnya harga saham perusahaan serta dapat menurunkan indeks saham. Sedangkan ketika inflasi turun atau rendah hal tersebut mampu meningkatkan profitabilitas dimana biaya produksi berkurang sebab harga bahan baku murah serta harga penjualan yang tetap. Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan berakibat meningkatnya harga saham perusahaan sebab banyak investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut dan akan berakibat meningkatnya indeks saham.63 Tabel 2.2 Inflasi Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham No. Peneliti 1. Joko Susanto (2013) Judul Hasil Persamaan Analisis Inflasi Sama-sama Pengaruh berpengaruh menggunakan Inflasi, negatif variabel inflasi Tingkat sedangkan BI dan BI Rate Suku Rate dan M2 dalam Bunga (BI berpengaruh penelitiannya. Rate), Positif. Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Syariah Indonesia . Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Perbedaan Penelitian ini menggunakan variabel M2 serta periode datanya berbeda. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 63 Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402 (tidak diterbitkan) 3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gambar 2.3 Ilustrasi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Kurs Menguat Harga Saham Naik Kurs Melemah Harga Saham Turun Kurs Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017) Nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan salah satu variabel yang mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham pada pasar modal. Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mengalami depresiasi akan memberikan dampak yang berbeda bagi perusahaan – perusahaan dalam kategori perusahaan impor ataupun perusahaan ekspor. Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan menanggung biaya yang lebih tinggi dari semula karena adanya pelemahan mata uang domestik, dengan adanya peningkatan biaya tentu akan mengurangi pendapatan perusahaan. Sama halnya pada perusahaan yang memiliki hutang dalam dollar tentu akan menanggung kewajiban pembayaran yang lebih besar. Apabila peningkatan biaya yang lebih tinggi dari pendapatan yang diterima maka profitabilitas perusahaan akan turun yang berakibat pada penurunan dividen yang akan diterima investor serta mengakibatkan turunnya harga saham. Dalam kategori perusahaan ekspor atau perusahaan yang memiliki piutang luar negeri, nilai tukar yang mengalami depresiasi tentu akan mendapat dampak positif dimana tingkat ekspor akan meningkat. Meningkatnya ekspor tentu akan menambah profitabilitas pada perusahaan tersebut serta meningkatkan dividen yang diterima oleh investor. Tingginya dividen yang akan diterima tentunya akan menarik investor untuk berinvestasi serta akan meningkatkan harga saham dan indeks saham peruhasaan. Hal sebaliknya akan terjadi ketika nilai tukar rupiah mengalami apresiasi atau mengalami penguatan.64 Tabel 2.3 Nilai Tukar Rupiah Berpengaruh Positif Terhadap Indeks Harga Saham No. Peneliti 1. Achmad Ath Thobbary (2009) Judul Hasil Persamaan Analisis Nilai Tukar Penelitian ini Pengaruh Rupiah menggunakan Ekonomi berpengaruh variabel kurs, Makro Positif, SBI, inflasi, dan Terhadap Inflasi, dan model Indeks GDP regresinya Harga berpengaruh juga berganda. Saham Negatif. Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia) 2000-2008. Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Perbedaan Penelitian ini menggunakan variabel suku bunga dan GDP, sektor sahamnya dan periode datanya berbeda. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 64 Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402-403 (tidak diterbitkan) 4. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Harga Saham Gambar 2.4 Ilustrasi Pengaruh SBIS Terhadap Indeks Harga Saham Penjualan Saham Turun Deposito Naik Harga Saham Turun SBIS Penjualan Saham Naik Deposito Turun Harga Saham Naik Sumber: (Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Diolah 2017) Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu perubahan kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia mampu mempengaruhi bank syariah ataupun pasar modal syariah. SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk membantu dalam investasi bank syariah apabila terjadi kelebihan dana (Overlikuiditas). Dalam penerbitan SBIS akad yang digunakan adalah ju’alah. Maka bank syariah yang menempatkan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berhak mendapatkan upah (ujrah) atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia. Tingkat imbalan yang diberikan oleh BI mengacu pada SBI konvensional, sehingga tidak akan memicu kesenjangan profit yang diperoleh dari penempatan dana tersebut oleh bank syariah. Ketika imbalan yang diperoleh bank syariah dalam melakukan investasi SBIS itu besar tentu keuntungan akan diperoleh bank syariah, selanjutnya return yang dihasilkan dibagi pada Dana Pihak Ketiga yaitu para nasabah yang menabung, deposito juga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik investor untuk beralih berinvestasi di bank syariah daripada instrumen investasi lainnya yaitu pasar modal syariah. Ketika minat investor turun untuk berinvestasi di pasar modal syariah tentu hal itu akan memicu menurunya indeks harga saham.65 Tabel 2.4 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Berpengaruh Negatif Terhadap Indeks Harga Saham No. Peneliti 1. Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh (2015) Judul Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Hasil Persamaan Variabel Sama-sama Inflasi dan menggunakan Nilai Tukar variabel berpengaruh inflasi, nilai negatif tukar rupiah signifikan dan SBIS terhadap ISSI, SBIS dan Harga Minyak Dunia mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap ISSI Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber (Diolah 2017) Perbedaan Penelitian ini menggunakan variabel Harga Minyak Dunia Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: 65 Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 403 (tidak diterbitkan) H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara SBIS terhadap harga saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). L. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam menguraikan secara sistematis pokok permasalahan yang ada dalam penelitiannya. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar di bawah: Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran BI Rate (X1) H1- Inflasi H2- (X2) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) H3+ Nilai Tukar Rupiah (X3) H4- SBIS (X4) H5+ Sumber: (Diolah 2017) Dari gambar 2.5 dapat dijelaskan terdapat variabel independen yaitu BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan variabel dependennya yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dan berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.1, penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan pada pembahasan mengetahui apakah ada pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dari telaah pustaka di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H5 : Secara simultan, diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Variabel-variabel tersebut merupakan variabel independen. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang merupakan objek penelitian dan periode Juni 2011 hingga Mei 2015. B. Desain Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka desain penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian kausal (sebab akibat) yang merupakan penelitian yang berdasarkan pengamatan terhadap sebab akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yaitu data BI Rate Juni 2011 - Mei 2015, Inflasi Juni 2011 - Mei 2015, Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar Juni 2011 - Mei 2015, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Juni 2011 - Mei 2015 dan data Indeks Saham Syariah Indonesia Juni 2011 - Mei 2015. 2. Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data resmi yang berbentuk laporan bulanan. Dalam penelitian ini data yang digunakan diperoleh dari publikasi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) untuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Juni 2011 - Mei 2015. Sedangkan data BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan data yang tersaji pada website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) serta tingkat inflasi yang tercatat pada Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id). D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan ditarik kesimpulannya.66 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015 sebanyak 48 jumlah observasi. 2. Sampel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Data yang digunakan sebagai sampel berupa data Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Data bulanan BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar tengah Rupiah atas Dollar Amerika, dan data bulanan tingkat imbalan Sertifikat 66 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 115 Bank Indonesia Syariah (SBIS). Semua data variabel penelitian menggunakan data bulanan, sehingga diperoleh data sebanyak 48 dimulai pada periode Juni 2011 sampai Mei 2015. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara pengamatan tanpa terjun ke lapangan atau non participant observation. Data BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh dengan cara mengutip langsung melalui Bank Indonesia dari website www.bi.go.id, dan data Inflasi melalui www.bps.go.id sebagai website resmi Badan Pusat Statistik milik Indonesia, sedangkan data Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diperoleh melalui laporan bulanan pada website Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.go.id periode Juni 2011 hingga Mei 2015. F. Teknik Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu alat statistik yang digunakan untuk mengetahui atau memprediksi besarnya variabel respon berdasarkan variabel prediktor. Analisis regresi dapat menghadapi beberapa masalah serius. Oleh karena itu, peneliti juga harus melakukan beberapa pengujian asumsi klasik untuk menghadapi hasil yang terbaik. Pengujian tersebut antara lain uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas67 untuk menganalisis pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Indonesia periode Juni 2011 - Mei 2015. 1. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) Model yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah model regresi linier berganda atau Multiple Regression untuk menguji pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pada penelitian ini, model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β X1 + β X2 + β X3 + β X4 + e Dimana Y merupakan variabel dependen (variabel terikat), X merupakan variabel independen (variabel bebas). Keterangan: Y : Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) X1 : BI Rate X2 : Inflasi X3 : Nilai Tukar Rupiah X4 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) α : Konstanta β : Koefisien regresi e : Standar error (0,05) 67 Joko Sulistyo, 6 Hari Jago SPSS, (Yogyakarta: Cakrawala, 2010), hlm. 146 2. Uji Asumsi Klasik Sebuah pengujian regresi yang baik harus memenuhi beberapa asumsi. Karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik, yang meliputi beberapa uji, yaitu Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinieritas. Dengan memenuhi uji asumsi klasik maka nilai koefisien regresi dari model yang diestimasi dapat mendekati nilai yang sebenarnya. a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.68 Asumsi normalitas merupakan gangguan yang sangat penting sekali, sebab uji eksistensi model (uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen (uji T), dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Untuk menguji hal tersebut dapat digunakan metode grafis Normal P-P Plot dari standardlized residual cumulative probability, dengan mengidentifikasi apabila sebarannya berada disekitar garis normal, maka asumsi kenormalan dapat dipenuhi. b. Uji Heteroskedastisitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Untuk medeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara uji grafik dilakukan dengan menganalisis grafik normal plot antara niali prediksi variabel independen 68 Ibid, hlm. 50 dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel independen dengan residualnya. c. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika terjadi korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Salah satu ukuran ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:69 a) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2). b) Tidak terjadi autokorelasi jika, nilai DW diantara -2 dan 2 (-2 < DW ≤ 2). c) Terjadi autokorelasi negatif jika DW diatas 2 (DW>2). d. Uji Multikolinieritas Pendekatan terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan menilai Variance Infistion Factor (VIF) dan nilai tolerance dari hasil analisis regresi. Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel lebih kecil atau sama dengan 10 (≤ 10) dan untuk nilai tolerance lebih dari atau sama dengan 0,10 (≥ 0,10). 3. Uji Hipotesis Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah koefisien yang didapat signifikan. Maksud dari signifikan disini adalah suatu nilai koefisien regresi yang 69 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 134 secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk kepentingan tersebut maka semua koefisien regresi harus diuji. Uji Hipotesis terdiri dari Uji F (pengujian secara simultan) dan Uji T (pengujian secara parsial) serta koefisien determinasi (Adjusted R2). a. Uji F (Secara Simultan) Uji F bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap UJi F = (df(n-k-1)) variabel dependen.pengambilan keputusan berdasarkan tingkat probabilitas signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan jika probabilitas signifikannya < 0,05 maka H0 ditolak. Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitungnya. Nilai F tabel didapat dari rumus: Dimana n adalah jumlah sampel dan k jumlah varibel bebas. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya jika F hitung < F tabel maka H0 diterima. b. Uji T (Secara Parsial) Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengambilankeputusan berdasarkan tngkat signifikan, jika: a) Probabilitas signifikan > 0,05 maka H0 diterima, berarti bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. b) Jika probabilitas signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, berarti bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dengan membandingkan nilai t tabel dan t hitungnya. t tabel dapat dicari dengan rumus: UJi T = (df(n-k-1)) Dimana n adalah jumlah sampel penelitian, dan k adalah jumlah variabel bebas. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya jika t hitung < t tabel maka H0 diterima. c. Koefisien Daterminasi (Adjusted R2) Adjusted R2 berfungsi untuk mengukur seberapa besar tingkat keyakinan penambahan variabel independen yang tepat untuk menambah daya prediksi model. Nilai Adjusted R2 tidak akan pernah melebihi R2 bahkan dapat turun jika terjadi penambahan variabel independen yang tidak diperlukan untuk model yang memiliki kecocokan rendah, Adjusted R2 dapat memiliki nilai yang negatif. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi variabel dependen. Untuk data time series mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model. G. Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen merupakan variabel yang variabelnya diukur atau dipilih oleh peneliti untuk menemukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.70 Variabel independen yang digunakan penulis dalam peneitian ini adalah sebagai berikut: a. BI Rate (X1) BI Rate yang merupakan tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Sentral dan diumumkan kepada publik. Pengukuran BI Rate dilakukan dalam satuan persen (%). b. Inflasi (X2) Inflasi adalah keadaan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.71 Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran dalam satuan persen (%). c. Nilai Tukar Rupiah (X3) Data Nilai Tukar Rupiah sebagai variabel X3 dalam arti sempit memiliki definisi sebagai nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara lain, dalam hal ini mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada penelitian ini nilai tukar yang digunakan adalah Nilai Tukar Rupiah 70 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 54 71 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 135 terdahap dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs tengah berdasarkan data pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015. d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto melainkan menggunakan akad Ju'alah. Pengukuran imbal hasil SBIS yang digunakan adalah pengukuran dalam satuan persen (%). 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel ini adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: a. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, khususnya ayat 1.a.3, yang di maksud dengan Efek Syariah adalah Efek sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal. Dalam peraturan yang sama, khususnya ayat 1.a.2, dijelaskan juga pengertian dari prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal yaitu prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa DSN-MUI, sepanjang fatwa di maksud tidak bertentangan dengan Peraturan ini dan/atau Peraturan Bapepam dan LK (sekarang menjadi OJK) yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa yang di maksud efek syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia bukan hanya saham syariah tetapi mencakup efek-efek lainnya yang di atur dalam Undang-Undang Pasar Modal, khususnya pasal 1.5, dengan menambahkan kriteria tambahan mengenai prinsipprinsip syariah di pasar modal. Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) merupakan pihak yang berwenang dalam menentukan apakah suatu efek dapat dikatakan sebagai efek syariah atau tidak berdasarkan peraturan tersebut. Dengan demikian, efek syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah efek syariah yang merujuk kepada definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK). Dalam menentukan atau menyeleksi efek syariah, Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) di bantu oleh DSN-MUI. Kerjasama antara Bapepam & LK dan DSN-MUI dimaksudkan agar penggunaan prinsip-prinsip syariah di pasar modal dalam menyeleksi efek yang memenuhi kriteria syariah dapat lebih optimal, mengingat DSN-MUI merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia. Hasil seleksi efek syariah yang telah dilakukan oleh Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) dan DSN-MUI tersebut dituangkan ke dalam suatu Daftar Efek Syariah.72 Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah. Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari Daftar Efek Syariah. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal 72 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/tentangsyariah.aspx, (diakses, 27 Februari 2017). penerbitan Daftar Efek Syariah yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.73 B. Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Untuk mengintepretasikan hasil statistic deskriptif dari BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Serttifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) serta Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dapat dilihat dari tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Descriptive Statistics N LN_ISSI BI RATE INFLASI LN_NILAI TUKAR RUPIAH SBIS Valid N (listwise) Minimum 48 48 48 48 48 48 4.76 5.75 -.36 9.05 4.00 Maximum 5.15 7.75 3.29 9.48 7.00 Mean 4.9912 6.6250 .5012 9.2544 5.9583 Std. Deviation .11156 .80557 .65464 .13525 1.14777 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Berdasarkan perhitungan dari Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa n atau jumlah total data pada setiap variabel , yaitu 48. Variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mempunyai nilai minimum 4,76 dan nilai maksimum sebesar 5,15. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terendah dan tertinggi. 73 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/indekssahamsyariah.aspx, (diakses, 27 Februari 2017). Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel BI Rate mempunyai nilai minimum 5,75 dan nilai maksimum 7,75 dengan standar deviasi lebih kecil dari mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari BI Rate terendah dan tertinggi. Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel Inflasi mempunyai nilai minimum 0,36 dan nilai maksimum 3,29 dengan standar deviasi lebih besar dari mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain ada kesenjangan yang cukup besar dari Inflasi terendah dan tertinggi. Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah mempunyai nilai minimum 9,05 dan nilai maksimum 9,48 dengan standar deviasi lebih kecil dari mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari Nilai Tukar Rupiah terendah dan tertinggi. Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel SBIS mempunyai nilai minimum 4,00 dan nilai maksimum 7,00 dengan standar deviasi lebih kecil dari mean yang menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan nilai minimum selama periode pengamatan atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari SBIS terendah dan tertinggi. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya telah terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal ataupun mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Gambar 4.1 Uji Normalitas Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik sebarannya berada disekitar garis normal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari pengamatan satu ke pengamatan lain. Modal regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Berdasarkan Gambar 4.2, Model penelitian tidak mempunyai gangguan Heteroskedastisitas karena tidak ada pola tertentu pada grafik. Titik-titik pada grafik relative menyebar baik di atas sumbu nol ataupun di bawah sumbu nol. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode t-1 atau pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka ada masalah Autokorelasi pada data. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas Autokorelasi.pengujian Autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson. Dengan kriteria keputusan jika nilai Durbin Watson < -2 maka terjadi Autokorelasi Positif, jika nilai Durbin Watson diantara -2 dan 2 maka tidak terjadi Auto korelasi, dan jika nilai Durbin Watson > 2 maka terjadi Autokorelasi Negatif. Tabel 4.2 Model Summaryb Model 1 R R Square .830 a .689 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .660 .06502 Durbin-Watson .498 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh angka Durbin Watson sebesar 0,498. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson berada di antara -2 dan (-2 < DW < 2) dan berdasarkan kriteria keputusan dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi Autokorelasi. d. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya pengaruh antar variabel independen. Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi (VIF) antar variabel lebih kecil atau sama dengan ≤ 10 dan nilai Tolerance lebih dari atau sama dengan ≥ 0,10. Tabel 4.3 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF (Constant) -3.101 1.001 -3.096 .003 BI RATE -.061 .035 -.442 -1.743 .088 .113 8.881 INFLASI -.003 .015 -.016 -.185 .854 .968 1.033 LN_NILAI TUKAR RUPIAH .914 .120 1.108 7.599 .000 .340 2.942 SBIS .007 .020 .069 .331 .742 .165 6.072 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Nilai VIF untuk variabel BI Rate sebesar 8,881, VIF variabel Inflasi sebesar 1,033, VIF variabel Nilai Tukar Rupiah sebesar 2,942 dan VIF variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebesar 6,072. Melihat hasil VIF pada semua variabel penelitian yang berada dibawah nilai 10 (≤ 10), dan nilai Tolerance semua variabel lebih dari atau sama 0,10 (≥ 0,10) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala Multikolinieritas. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.4 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF (Constant) -3.101 1.001 -3.096 .003 BI RATE -.061 .035 -.442 -1.743 .088 .113 8.881 INFLASI -.003 .015 -.016 -.185 .854 .968 1.033 LN_NILAI TUKAR RUPIAH .914 .120 1.108 7.599 .000 .340 2.942 SBIS .007 .020 .069 .331 .742 .165 6.072 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan beta tidak standar (unstrandardized coefficient). Hal ini disebabkan karena masingmasing variabel memiliki satuan dan fungsi untuk menjelaskan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel bebas dalam menerankan variabel terikatnya, dengan rumus regresi: Y = -3,101 - 0,061 X1 – 0,003 X2 + 0,914 X3 + 0,007 X4 + e Interpretasi, sebagai berikut: a. Apabila jika nilai variabel BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dianggap konstan = 0 (tidak mengalami penambahan atau pengurangan), maka nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah sebesar -3, 101. b. Nilai koefisien BI Rate untuk variabel X1 sebesar 0,061 dan bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa BI Rate memiliki pengaruh yang berlawanan arah dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan BI Rate satu satuan maka variabel Y (harga saham ISSI) akan turun sebesar 0,061 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. c. Nilai koefisien Inflasi untuk variabel X2 sebesar 0,003 dan bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa Inflasi memiliki pengaruh yang berlawanan arah dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan Inflasi satu satuan maka variabel Y (harga saham ISSI) akan turun sebesar 0,003 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. d. Koefisien Nilai Tukar Rupiah sebesar 0,914 menunjukkan besarnya pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham ISSI. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh yang searah antara nilai tukar rupiah dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jika nilai tukar rupiah meningkat sebesar 0,914 maka frekuensi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan naik sebesar 0,914 dan sebaliknya, jika nilai tukar rupiah turun sebesar 0,914 maka Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan turun 0,914 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. e. Koefisien Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0,007 menunjukkan besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap harga saham ISSI. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh yang searah antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jika nilai imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) meningkat sebesar 0,007 maka frekuensi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan naik sebesar 0,007 dan sebaliknya, jika nilai imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) turun sebesar 0,007 maka Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan turun 0,007 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. 4. Uji Hipotesis a. Uji F (Secara Simultan) Tabel 4.5 ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .403 4 .101 Residual .182 43 .004 Total .585 47 F 23.837 Sig. .000 a Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Dasar pengambilan keputusan Uji F (Simultan) berdasarkan kriteria. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen dan sebaliknya. Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.5 bahwa nilai Fhitung pada model penelitian adalah 23,837 dengan taraf signifikansi 0,000. Nilai Sig. adalah 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada signifikansi 5%. Hasil statistik F tabel pada tingkatan signifikansi 5% dengan nilai Df1 adalah 4 dan nilai Df2 adalah 43 dan diperoleh F tabel sebesar 2,59. Dari hasil perbandingan terlihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel (23,837 > 2,59), maka dapat disimpulkan bahwa H5 diterima yang berarti secara simultan BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). b. Uji T (Secara Parsial) Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh perubahan BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Nilai Ttabel yang didapat berdasarkan penelitian ini adalah n (jumlah observasi) k(jumlah variabel penelitian) df = n-k = 48 – 5 = 43. Nilai signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05. Maka, nilai Ttabel sebesar 2,017. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF (Constant) -3.101 1.001 -3.096 .003 BI RATE -.061 .035 -.442 -1.743 .088 .113 8.881 INFLASI -.003 .015 -.016 -.185 .854 .968 1.033 LN_NILAI TUKAR RUPIAH .914 .120 1.108 7.599 .000 .340 2.942 SBIS .007 .020 .069 .331 .742 .165 6.072 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Berdasarkan Tabel 4.6 hasil pada tabel tersebut, dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -3,101 - 0,061 X1 - 0,003 X2 + 0,914 X3 + 0,007 X4 + e Thitung = (-3,096) (-1,743) (-0,185) (7,599) (0,331) Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t pada masing-masing variabel 1. H1 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel BI Rate (X1) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 1,743 yang artinya Thitung < ttabel (-1,743 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil dari Ttabel dengan signifikansi 0,088 > 0,05 yang mana hal ini menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel) dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat disimpulkan jika Ho diterima dan H1 ditolak karena (Thitung -1,743 < Ttabel 2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif signifikan antara BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 2. H2 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel Inflasi (X2) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 0,185 yang artinya Thitung < ttabel (-0,185 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil dari Ttabel dengan signifikansi 0,854 > 0,05 yang mana hal ini menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel) dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat disimpulkan jika Ho diterima dan H2 ditolak karena (Thitung -0,185 < Ttabel 2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif signifikan antara Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 3. H3 : Diduga terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel Nilai Tukar Rupiah (X3) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 7,599 yang artinya Thitung > ttabel (7,599 > 2,017) nilai tersebut lebih besar dari Ttabel dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang mana hal ini menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil daripada tingkat kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel) dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat disimpulkan jika Ho ditolak dan H3 diterima karena (Thitung 7,599 > Ttabel 2,017) yang artinya secara parsial terdapat pengaruh positif signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 4. H4 : Diduga terdapat pengaruh negatif signifikan antara SBIS terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil dari variabel SBIS (X4) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dimana nilai Thitung = 0,331 yang artinya Thitung < ttabel (0,331 < 2,017) nilai tersebut lebih kecil dari Ttabel dengan signifikansi 0,742 > 0,05 yang mana hal ini menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih besar daripada tingkat kesalahan. Berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak jika (Thitung > Ttabel) dan Ho diterima jika (Thitung < Ttabel). Dari hasil pengujian maka dapat disimpulkan jika Ho diterima dan H4 ditolak karena (Thitung 0,331 < Ttabel 2,017) yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif signifikan antara SBIS terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengtahui seberapabesar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikatnya. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summaryb. Untuk regresi linier berganda digunakan Adjusted R Square kerena jumlah variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini lebih dari dua variabel independen. Tabel 4.7 Model Summaryb Model 1 R R Square .830 a .689 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .660 .06502 Durbin-Watson .498 Sumber: Output SPSS 16.0 For Windows (Diolah 2017) Dari tabel 4.7 koefisien determinasi diketahui bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), sedangkan variabel independen adalah BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Besarnya pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang ditunjukkan oleh koefisien Adjusted R2, pada hasil perhitungan tampak bahwa nilai koefisien Adjusted R2 sebesar 0,660 atau 66% sedangkan sisanya sebesar 34% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. BI Rate Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015 BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.74 Teori mengatakan, saham dipengaruhi oleh aktivitas makro ekonomi suatu negara. BI Rate yang merupakan bagian dari instrument moneter Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam dalam mengendalikan laju tingkat inflasi di Indonesia. BI Rate merupakan ukuran biaya modal yang harus 74 http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx. (diakses 30 Januari 2017). dikeluarkan oleh pelaku usaha atau suatu perusahaan untuk menggunakan dana dari para investor, naiknya tingkat suku bunga dapat menarik perhatian investor untuk menyimpan uangnya di bank, tingkat suku bunga yang terlampau tinggi akan mempengaruhi aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan untuk berinvestasi yang ada tidak akan menarik lagi.75 Artinya naiknya tingkat BI Rate akan berdampak negatif terhadap pergerakan naik atau turunnya saham. Di dalam beberapa penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa BI Rate memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Neny Mulyani (2014)76 yang menyimpulkan bahwa BI Rate mampu mempengaruhi secara negatif terhadap pergerakan saham. Berbeda dengan Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus (2013)77. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa BI Rate secara positif mampu mempengaruhi pergerakkan saham. Sementara Achmad Ath Thobbary (2009)78 menyimpulkan bahwa BI Rate tidak mempengaruhi pergerakkan saham. Sejalan dengan penelitian Achmad Ath Thobbary. Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized 75 N.Gregory Mankiw, Makroekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 91 Neny Mulyani, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), hlm. 11 (tidak diterbitkan) 77 Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Mikail Firdaus, Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2, (Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma), hlm. 17 (tidak diterbitkan) 78 Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak diterbitkan) 76 Coefficient BI Rate sebesar -0,061 dengan signifikansi 0, 088 serta Thitung 1,743 dan Ttabel 2,017. Nilai Thitung Inflasi yang lebih kecil dari nilai Ttabel (1,743 < 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05), yaitu (0,088 > 0,05) menunjukkan bahwa BI Rate tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015, sehingga hipotesis pertama (H1) yang diajukan ditolak. 2. Inflasi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015 Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli, baik dalam ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam beberapa definisi, inflasi merupakan suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.79 Harga suatu komoditas atau barang dapat dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode sebelumnya. Tujuan jangka panjang pemerintah Indonesia adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah.80 Gangguan utama terhadap inflasi adalah adanya perubahan pada keseluruhan akan demand terhadap barang maupun jasa oleh pengguna dalam ekonomi. Perubahan pada investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor yang dapat mengubah permintaan agregat dan mendorong output yang lebih besar. Dalam dunia investasi, inflasi sangat berpengaruh terlihat dari setiap terjadi kenaikan atau penurunan angka inflasi akan mempengaruhi otoritas 79 Iswandono Sp, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE, 1996), hlm. 214 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 333 80 moneter dalam membuat kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam penempatan dana investasinya. Peningkatan inflasi mampu meningkatan biaya produksi lebih tinggi dari meningkatnya harga bahan baku dibandingkan peningkatan harga yang dapat ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut mampu menurunkan profitabilitas perusahaan dengan asumsi penjualan tetap bahkan menurun dan meningkatkan risiko dalam melakukan investasi. Dimana menurunnya profitabilitas perusahaan merupakan berita kurang baik bagi perusahaan sebab para investor menilai bahwa berinvestasi di pasar modal bukan hal yang menarik dan lebih memiliki resiko yang lebih tinggi. Menurunya minat investor melakukan investasi dapat menyebabkan turunnya harga saham perusahaan serta dapat menurunkan indeks saham. Sedangkan ketika inflasi turun atau rendah hal tersebut mampu meningkatkan profitabilitas dimana biaya produksi berkurang sebab harga bahan baku murah serta harga penjualan yang tetap. Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan berakibat meningkatnya harga saham perusahaan sebab banyak investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut dan akan berakibat meningkatnya indeks saham.81 Di dalam beberapa penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa Inflasi memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh 81 Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1, (Semarang: Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402 (tidak diterbitkan) Achmad Ath Thobbary (2009)82 yang menyimpulkan bahwa Inflasi mampu mempengaruhi secara negatif terhadap pergerakan harga saham. Berbeda dengan Ditha Fitria Syari (2015)83 dan Slamet Widodo (2011)84 yang menyimpulkan bahwa Inflasi tidak mempengaruhi pergerakkan saham. Sejalan dengan penelitian Ditha Fitria Syari dan Slamet Widodo. Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized Coefficient Inflasi -0.003 dengan signifikansi 0,854 dan Thitung -0,185 serta Ttabel 2,017. Nilai Thitung Inflasi yang lebih kecil dari nilai Ttabel (-0,185 < 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05), yaitu (0,854 > 0,05) menunjukkan bahwa Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015, sehingga hipotesis kedua (H2) yang diajukan ditolak. 3. Nilai Tukar Rupiah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015 Nilai tukar uang atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.85 Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain dan digunakan dalam 82 Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak diterbitkan) 83 Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan) 84 Slamet Widodo, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 115 (tidak diterbitkan) 85 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 157 berbagai transaksi, termasuk investasi. Dalam banyak kasus, merosotnya nilai tukar rupiah dapat menyebabkan menurunya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah kerena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Jika semakin kuat kurs rupiah menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan salah satu variabel yang mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham pada pasar modal. Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mengalami depresiasi akan memberikan dampak yang berbeda bagi perusahaan-perusahaan dalam kategori perusahaan impor ataupun perusahaan ekspor. Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan menanggung biaya yang lebih tinggi dari semula karena adanya pelemahan mata uang domestik, dengan adanya peningkatan biaya tentu akan mengurangi pendapatan perusahaan. Sama halnya pada perusahaan yang memiliki hutang dalam dollar tentu akan menanggung kewajiban pembayaran yang lebih besar. Apabila peningkatan biaya yang lebih tinggi dari pendapatan yang diterima maka profitabilitas perusahaan akan turun yang berakibat pada penurunan dividen yang akan diterima investor serta mengakibatkan turunnya harga saham. Dalam kategori perusahaan ekspor atau perusahaan yang memiliki piutang luar negeri, nilai tukar yang mengalami depresiasi tentu akan mendapat dampak positif dimana tingkat ekspor akan meningkat. Meningkatnya ekspor tentu akan menambah profitabilitas pada perusahaan tersebut serta meningkatkan dividen yang diterima oleh investor. Tingginya dividen yang akan diterima tentunya akan menarik investor untuk berinvestasi serta akan meningkatkan harga saham dan indeks saham peruhasaan. Hal sebaliknya akan terjadi ketika nilai tukar rupiah mengalami apresiasi atau mengalami penguatan.86 Sejalan dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Ditha Fitria Syari (2015)87, Achmad Ath Thobbary (2009)88 serta Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang (2014)89. Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized Coefficient Nilai Tukar Rupiah 0,914 dengan signifikansi 0,000 dan Thitung 7,599 dan Ttabel 2,017. Nilai Thitung Nilai Tukar Rupiah yang lebih besar dari nilai Ttabel (7,599 > 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih kecil dari α (0,05), yaitu (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015, sehingga hipotesis ketiga (H3) yang diajukan diterima, bahwa semakin 86 Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 402-403 (tidak diterbitkan) 87 Ditha Fitria Syari, Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi, (Palembang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2015), hlm. 75 (tidak diterbitkan) 88 Achmad Ath Thobbary, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis, (Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 81 (tidak diterbitkan) 89 Imam Dwi Saputra dan Leo Herlambang, Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12, (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, 2014), hlm. 8 (tidak diterbitkan) menguatnya kurs rupiah atas mata uang asing maka akan semakin meningkatkan kinerja pasar modal dan pergerakkan harga saham. 4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.90 Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu perubahan kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia mampu mempengaruhi bank syariah ataupun pasar modal syariah. SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk membantu dalam investasi bank syariah apabila terjadi kelebihan dana (Overlikuiditas). Dalam penerbitan SBIS akad yang digunakan adalah ju’alah. Maka bank syariah yang menempatkan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berhak mendapatkan upah (ujrah) atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia. Tingkat imbalan yang diberikan oleh BI mengacu pada SBI konvensional, sehingga tidak akan memicu kesenjangan profit yang diperoleh dari penempatan dana tersebut oleh bank syariah. Ketika imbalan yang diperoleh bank syariah dalam melakukan investasi SBIS itu besar tentu keuntungan akan diperoleh bank syariah, selanjutnya return yang dibagi hasilkan pada Dana Pihak Ketiga yaitu para nasabah yang menabung, 90 BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 4, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. deposito juga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik investor untuk beralih berinvestasi di bank syariah daripada instrumen investasi lainnya yaitu pasar modal syariah. Ketika minat investor turun untuk berinvestasi di pasar modal syariah tentu hal itu akan memicu menurunya indeks harga saham.91 Di dalam penelitian terdahulu, disimpulkan bahwa SBIS memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dimas Prabowo (2013)92 yang menyimpulkan bahwa SBIS mampu mempengaruhi perkembangan ISSI. Berbeda dengan Yudhistira Ardana (2016)93 yang menyimpulkan bahwa SBIS tidak mempengaruhi pergerakkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Sejalan dengan Yudhistira Ardana, Dalam penelitian ini, berdasarkan pengujian secara parsial (Uji T), diperoleh nilai Unstandardized Coefficient SBIS sebesar 0,007 dengan signifikansi 0,742 dan Thitung 0,331 dan Ttabel 2,017. Nilai Thitung SBIS yang lebih kecil dari nilai Ttabel (0,331 < 2,017) dan nilai Signifikansi yang lebih besar dari α (0,05), yaitu (0,742 > 0,05) menunjukkan bahwa SBIS tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham ISSI pada periode Juni 2011 hingga Mei 2015, sehingga hipotesis keempat (H4) yang diajukan ditolak. 91 Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal. Vol. 2 No. 1, (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, 2015), hlm. 403 (tidak diterbitkan) 92 Dimas Prabowo, Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 72-73 (tidak diterbitkan) 93 Yudhistira Ardana, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM, Jurnal Bisnis dan Manajemen, (Yogyakarta: STMIK Pringsewu, 2016), hlm. 26 (tidak diterbitkan) 5. BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juni 2011 – Mei 2015 BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bisa mempunyai hubungan yang positif maupun negatif terhadap harga saham ISSI. Asumsinya, tingkat BI Rate, Inflasi dan Imbal Hasil SBIS dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada tinggi rendahnya tingkat Inflasi, BI Rate serta Imbal Hasil SBIS. Meningkatnya Inflasi tentu akan meningkatnya BI Rate. Inflasi yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan, tak terkecuali terhadap kondisi pasar modal. Tingginya inflasi membuat turunnya daya beli masyarakat, sehingga hal tersbut tentu dapat berdampak buruk bagi profitabilitas perusahaan. Apabila rendahnya profitabilitas perusahaan, pastinya akan menjerumuskan tingkat dividen yang akan diterima para investor. Tingginya inflasi membuat masyarakat cenderung untuk menabung dan menginvestasikan uangnya pada sektor lain. Bank Indonesia akan mengambil kebijakan dengan menaikkan BI Rate dan tingkat imbal hasil SBI maupun SBIS dengan tujuan agar masyarakat mau menabung dan mendepositokan uangnya guna menekan inflasi yang berlebihan. Lain halnya dengan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs mata uang. Kurs memiliki dampak yang berbeda terhadap saham. Saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan Kurs US$ yang signifikan terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar. Sementara produk dari emiten dijual secara local. Sedangkan, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$. Ini menunjukkan jika harga saham emiten yang terkena dampak positif akan meningkatkan harga saham. Sedangkan yang terkena dampak negatif akan menurunkan harga saham. Dengan menganalisis hasil Uji F (simultan) sebesar 23,837 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut di bawah 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel independen secara serentak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada signifikansi 5%. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya dapat dilihat berdasarkan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) pada tabel Model Summaryb. Besarnya pengaruh BI Rate (X1), Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah (X3), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) secara bersama-sama terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y) yang ditunjukkan oleh Koefisien Determinasi (Adjusted R2), pada hasil penghitungan tampak bahwa nilai Koefisien Determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,660 atau 66% sedangkan sisanya sebesar 34% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisis pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) peridoe Juni 2011 hingga Mei 2015, dengan menggunakan regresi linier berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara simultan atau bersama-sama, BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. 2. Secara parsial, BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. 3. Secara parsial, Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. 4. Secara parsial, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. 5. Secara parsial, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Juni 2011 hingga Mei 2015. B. Implikasi Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat, diantaranya: 1. Bagi Investor Penulis berharap penelitian ini dpaat menjadi sumber informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi investor pasar modal syariah terutama terkait dengan indeks syariah di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan investasi di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 2. Bagi Akademisi Dapat menambah sumbangsih pemikiran Ekonomi Islam dan berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam kajian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal syariah khususnya pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) serta dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan investasi pada setiap perusahaan. Terutama saham syariah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini memiliki keterbatasan antara lain: 1. Kemampuan model penelitian ini hanya mampu menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 34% variabel-variabel lain yang diduga mampu menjelaskan variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 2. Periode penelitian yang digunakan hanya 5 tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, sehingga terdapat perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang memiliki periode waktu penelitian berbeda. D. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Berdasarkan kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian ini, maka saran yang dapat diberiikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor, dalam berinvetasi di saham perhatikan informasi terkait dengan kondisi perekonomian Indonesia, yang antara lain dapat dilihat dari kondisi ekonomi makronya seperti tingkat suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar rupiah, dan pengumuman SBIS, karena dari penelitian ini dan pengamatan dari berbagai sumber atau jurnal sebelumnya, BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan SBIS memiliki pengaruh yang berbeda-beda, baik secara signifikan positif ataupun negatif. 2. Diharapkan kedapannya pemerintah mampu secara lebih baik dalam mengendalikan aktivitas makro ekonomi dalam mengendalikan inflasi dan nilai tukar rupiah agar stabilitas ekonomi terjaga. Dalam sektor pasar modal kerjasama yang optimal antara Bank Indonesia sebagai pengendali monter di Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawasan lembaga-lembaga syariah juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan Indeks Saham Syariah Indonesia kedepannya. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel ekonomi lainnya baik dari makro maupun dari sisi mikro ekonomi, missalnya PDB, kebijakan fiskal, faktor-faktor perekonomian lainnya, harga minyak dunia, ataupun dari keadaan situasi politik dalam dan luar negeri. Hal tersebut guna melihat pengaruh Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) secara keseluruhan terhadap variabelvariabel yang ada di dalam ilmu ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Aisiyah Suciningtias, Siti dan Rizki Khoiroh. Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No.1. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung. 2015. (tidak diterbitkan) Al - Quran. Ath Thobbary, Achmad. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008), Tesis. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2009. (tidak diterbitkan) Ardana, Yudhistira. 2016. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model ECM. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Yogyakarta: STMIK Pringsewu. (tidak diterbitkan) Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. diakses 30 Januari 2017. Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id. diakses 27 Februari 2017. Dwi Saputra, Imam dan Leo Herlambang. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham (Studi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2011-2013), JESTT Vol. 1 No. 12. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. 2014. (tidak diterbitkan) Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi Teori dan Soal Jawab. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Fatwa DSN MUI NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Rukun dan Syarat Sah Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah. Fatwa DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang Ketentuan Akad dan Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah. Fitria Syari, Ditha. Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode Juli 2011 – Juni 2014, Skripsi. Palembang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah. 2015. (tidak diterbitkan) Harian Umum Kompas. http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/312522sistem nilai-tukar-dan-aliran-modal-pasar-keuangan-global.html. diakses 30 Januari 2017. Huda, Nurul dan Mustofa Edwin Nasution. 2001. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada. Husnan, Suad. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Iskandar Z, Alwi. 2003. Pasar Modal, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Nasindo Internusa. Karim, Adiwarman. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Pustaka. Kusmuriyanto dan Rusdarti. 2008. Ekonomi. Fenomena di Sekitar Kita 2. Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Mauli Margakarta, Finesya. Analisis Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Studi Kasus: 5 Negara Asean Periode 2006 – 2011, Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2014. (tidak diterbitkan) Mulyani, Neny. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol. 1 No. 1, artikel 10. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Terbuka. 2014. (tidak diterbitkan) N Gregory, Mankiw. 2007. Makroekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html. diakses 30 Januari 2017. Pasaribu, Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.7 No. 2. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. 2013. (tidak diterbitkan) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Prabowo, Dimas. Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar Di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2013. (tidak diterbitkan) Putong, Iskandar. 2002. Pengaruh Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Samuel dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi, Edisi Tujuh Belas. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sharif Chaudry, Muhammad. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sp, Iswandono. 1996. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sujoko, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG Dan Dana Kelolaan Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen Volume 5 No 2. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945. 2009. (tidak diterbitkan) Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers. Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ke III. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS. Yogyakarta: Cakrawala. Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Susilo D, Bambang. 2009. Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta. Sutedi. Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Kuangan Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Wardi Muslich, Ahmad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah. Widodo, Slamet. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham: Studi Kasus IHSG Periode Januari 2006 – Desember 2010, Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2011. (tidak diterbitkan) Yuliani, Indah. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-MALIKI PRESS. DATA INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI), BI RATE, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) PERIODE JUNI 2011 – MEI 2015 No. Periode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 ISSI (Point) 122.032 129.368 126.638 120.530 116.492 121.396 123.096 129.712 132.629 135.207 138.980 135.316 128.191 135.072 137.129 141.019 139.347 146.085 144.231 147.259 151.413 159.953 163.874 169.426 156.232 144.030 146.780 147.164 151.277 146.823 141.849 145.313 149.119 156.076 160.450 161.674 160.916 165.204 BI Rate (%) 6.75 6.75 6.75 6.75 6.50 6.00 6.00 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6.75 6.50 7.00 7.25 7.25 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 Inflasi (%) 0.55 0.67 0.93 0.27 -0.12 0.34 0.57 0.76 0.05 0.07 0.21 0.07 0.62 0.70 0.95 0.01 0.16 0.07 0.54 1.03 0.75 0.63 -0.10 -0.03 1.03 3.29 1.12 -0.35 0.09 0.12 0.55 1.07 0.26 0.08 -0.02 0.16 0.43 0.93 Nilai Tukar Rupiah (Rp) 8564 8533 8532 8766 8895 9015 9088 9109 9026 9165 9176 9290 9451 9457 9500 9566 9597 9628 9646 9687 9687 9709 9724 9761 9882 10073 10573 11346 11367 11613 12087 12180 12180 11935 11427 11436 11526 11893 SBIS (%) 7.00 7.00 7.00 6.00 6.00 5.00 5.00 5.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 6.00 6.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 169.395 169.165 161.473 163.075 165.803 168.757 172.325 172.881 170.755 167.920 7.50 7.50 7.50 7.75 7.75 7.75 7.50 7.50 7.50 7.50 0.47 0.27 0.47 1.50 2.46 -0.24 -0.36 0.17 0.36 0.50 11689 11707 11891 12145 12158 12573 12750 13067 12948 13137 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 DATA LN_ INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI), BI RATE, INFLASI, LN_NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) PERIODE JUNI 2011 – MEI 2015 No. Periode LN_ISSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 4.80 4.86 4.84 4.79 4.76 4.80 4.81 4.87 4.89 4.91 4.93 4.91 4.85 4.91 4.92 4.95 4.94 4.98 4.97 4.99 5.02 5.07 5.10 5.13 5.05 4.97 BI Rate (%) 6.75 6.75 6.75 6.75 6.50 6.00 6.00 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 Inflasi (%) 0.55 0.67 0.93 0.27 -0.12 0.34 0.57 0.76 0.05 0.07 0.21 0.07 0.62 0.70 0.95 0.01 0.16 0.07 0.54 1.03 0.75 0.63 -0.10 -0.03 1.03 3.29 LN_Nilai Tukar Rupiah 9.06 9.05 9.05 9.08 9.09 9.11 9.11 9.12 9.11 9.12 9.12 9.14 9.15 9.15 9.16 9.17 9.17 9.17 9.17 9.18 9.18 9.18 9.18 9.19 9.20 9.22 SBIS (%) 7.00 7.00 7.00 6.00 6.00 5.00 5.00 5.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 6.00 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 4.99 4.99 5.02 4.99 4.95 4.98 5.00 5.05 5.08 5.09 5.08 5.11 5.13 5.13 5.08 5.09 5.11 5.13 5.15 5.15 5.14 5.12 6.75 6.50 7.00 7.25 7.25 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.75 7.75 7.75 7.50 7.50 7.50 7.50 1.12 -0.35 0.09 0.12 0.55 1.07 0.26 0.08 -0.02 0.16 0.43 0.93 0.47 0.27 0.47 1.50 2.46 -0.24 -0.36 0.17 0.36 0.50 9.27 9.34 9.34 9.36 9.40 9.41 9.41 9.39 9.34 9.34 9.35 9.38 9.37 9.37 9.38 9.40 9.41 9.44 9.45 9.48 9.47 9.48 6.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 OUTPUT HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS 16.0 FOR WINDOWS Descriptive Statistics N Minimum LN_ISSI BI RATE INFLASI LN_NILAI TUKAR RUPIAH SBIS Valid N (listwise) 48 48 48 48 48 48 Maximum 4.76 5.75 -.36 9.05 4.00 Mean 5.15 7.75 3.29 9.48 7.00 Std. Deviation 4.9912 6.6250 .5012 9.2544 5.9583 .11156 .80557 .65464 .13525 1.14777 Model Summaryb Model R 1 R Square .830 a Std. Error of the Estimate Adjusted R Square .689 .660 Durbin-Watson .06502 .498 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -3.101 1.001 BI RATE -.061 .035 INFLASI -.003 .015 LN_NILAI TUKAR RUPIAH .914 SBIS .007 Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -3.096 .003 -.442 -1.743 .088 .113 8.881 -.016 -.185 .854 .968 1.033 .120 1.108 7.599 .000 .340 2.942 .020 .069 .331 .742 .165 6.072 ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .403 4 .101 Residual .182 43 .004 Total .585 47 F 23.837 Sig. .000 a PERUSAHAAN-PERUSAHAAN PENERBIT EFEK YANG LISTING DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) A. Pertanian No Kode Saham Nama Penerbit Efek 1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk. 2 ANJT PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. 3 BISI PT BISI International Tbk. 4 BTEK PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. 5 DSFI PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. 6 GOLL PT Golden Plantation Tbk. 7 GZCO PT Gozco Plantations Tbk. 8 IIKP PT Inti Agri Resources Tbk 9 LSIP PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. 10 MAGP PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 11 PALM PT Provident Agro Tbk 12 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk. 13 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 14 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) B. Pertambangan No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kode Saham ADRO ANTM ARII ATPK BSSR CKRA CTTH ELSA ENRG GEMS HRUM INCO ITMG KKGI MBAP MITI Nama Penerbit Efek PT Adaro Energy Tbk. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. PT Atlas Resources Tbk. PT Bara Jaya Internasional Tbk. PT Baramulti Suksessarana Tbk. PT Cakra Mineral Tbk. PT Citatah Tbk. PT Elnusa Tbk. PT Energi Mega Persada Tbk PT Golden Energy Mines Tbk. PT Harum Energy Tbk. PT Vale Indonesia Tbk. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. PT Resource Alam Indonesia Tbk. PT Mitrabara Adiperdana Tbk. PT Mitra Investindo Tbk. 31 MYOH PT Samindo Resources Tbk. 32 PSAB PT J Resources Asia Pasifik Tbk. 33 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. PTBA 34 PTRO PT Petrosea Tbk. 35 SMRU PT SMR Utama Tbk. 36 TINS PT Timah (Persero) Tbk. 37 TOBA PT Toba Bara Sejahtra Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) C. Industri Dasar dan Kimia No 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 Kode Saham AGII AKPI ALDO ALKA AMFG APLI ARNA BRNA BRPT BTON BUDI CPIN CTBN DPNS EKAD FASW FPNI GDST IGAR IKAI IMPC INAI INCI INRU INTP IPOL ISSP Nama Penerbit Efek PT Aneka Gas Industri Tbk. PT Argha Karya Prima Industry Tbk. PT Alkindo Naratama Tbk. PT Alakasa Industrindo Tbk. PT Asahimas Flat Glass Tbk. PT Asiaplast Industries Tbk. PT Arwana Citramulia Tbk. PT Berlina Tbk. PT Barito Pacific Tbk. PT Betonjaya Manunggal Tbk. PT Budi Starch & Sweetener Tbk. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. PT Citra Tubindo Tbk. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. PT Ekadharma International Tbk. PT Fajar Surya Wisesa Tbk PT Lotte Chemical Titan Tbk. PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. PT Champion Pacific Indonesia Tbk. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. PT Impack Pratama Industri Tbk. PT Indal Aluminium Industry Tbk. PT Intanwijaya Internasional Tbk. PT Toba Pulp Lestari Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 65 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 66 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 67 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk. 68 KIAS PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. 69 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 70 LION PT Lion Metal Works Tbk. 71 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 72 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk. 73 NIKL PT Pelat Timah Nusantara Tbk. 74 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 75 SIAP PT Sekawan Intipratama Tbk. 76 SIMA PT Siwani Makmur Tbk. 77 SIPD PT Sierad Produce Tbk. 78 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. 79 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk. 80 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 81 SRSN PT Indo Acidatama Tbk. 82 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. 83 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk. 84 TPIA PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. 85 TRST PT Trias Sentosa Tbk. 86 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk. 87 WBSP PT Waskita Beton Precast Tbk. 88 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk. 89 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) D. Aneka Industri No 90 91 92 93 94 95 96 97 Kode Saham ADMG AMIN ARTI ASII AUTO BATA BOLT BRAM Nama Penerbit Efek PT Polychem Indonesia Tbk. PT Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk. PT Ratu Prabu Energi Tbk PT Astra International Tbk. PT Astra Otoparts Tbk. PT Sepatu Bata Tbk. PT Garuda Metalindo Tbk. PT Indo Kordsa Tbk. 98 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 99 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. 100 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. 101 INDR PT Indo-Rama Synthetics Tbk. 102 INDS PT Indospring Tbk. 103 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 104 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. 105 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. 106 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk. 107 MYRX PT Hanson International Tbk. 108 NIPS PT Nipress Tbk. 109 PBRX PT Pan Brothers Tbk. 110 POWR PT Cikarang Listrindo Tbk 111 PTSN PT Sat Nusapersada Tbk. 112 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. 113 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. 114 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 115 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 116 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk. 117 STAR PT Star Petrochem Tbk. 118 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. 119 TRIS PT Trisula International Tbk. 120 VOKS PT Voksel Electric Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) E. Industri Barang Konsumsi No 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 Kode Saham ADES AISA CEKA CINT DVLA ICBP INAF INDF KAEF KDSI Nama Penerbit Efek PT Akasha Wira International Tbk. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. PT Chitose Internasional Tbk. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Indofarma (Persero) Tbk. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. PT Kedawung Setia Industrial Tbk. 131 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk. 132 KINO PT Kino Indonesia Tbk. 133 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 134 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk. 135 MBTO PT Martina Berto Tbk. 136 MERK PT Merck Tbk. 137 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 138 MYOR PT Mayora Indah Tbk. 139 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. 140 PYFA PT Pyridam Farma Tbk. 141 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. 142 RIGS PT Rig Tenders Indonesia Tbk. 143 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. 144 SKBM PT Sekar Bumi Tbk. 145 SKLT PT Sekar Laut Tbk. 146 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 147 STTP PT Siantar Top Tbk. 148 TCID PT Mandom Indonesia Tbk. 149 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk. 150 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry Tbk. 151 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) F. Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan No 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 Kode Saham ACST ADHI APLN ASRI BAPA BCIP BEST BIPP BKDP BMSR BUKK BKSL BSDE Nama Penerbit Efek PT Acset Indonusa Tbk. PT Adhi Karya (Persero) Tbk. PT Agung Podomoro Land Tbk. PT Alam Sutera Realty Tbk. PT Bekasi Asri Pemula Tbk. PT Bumi Citra Permai Tbk. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. PT Bukit Darmo Property Tbk. PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. PT Bukaka Teknik Utama Tbk. PT Sentul City Tbk. PT Bumi Serpong Damai Tbk. 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 BUVA CTRA CTRP CTRS DART DGIK DILD DMAS DUTI EMDE FMII GAMA GMTD GWSA IBST IDPR JRPT KIJA KPIG LAMI LCGP LPCK LPKR MKPI MTLA MTRA MTSM NRCA OMRE PBSA PLIN PPRO PTPP PWON RBMS RODA SCBD SMDM SMRA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk PT Ciputra Development Tbk. PT Ciputra Property Tbk. PT Ciputra Surya Tbk. PT Duta Anggada Realty Tbk. PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. PT Intiland Development Tbk. PT Puradelta Lestari Tbk. PT Duta Pertiwi Tbk. PT Megapolitan Developments Tbk. PT Fortune Mate Indonesia Tbk. PT Gading Development Tbk. PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk. PT Greenwood Sejahtera Tbk. PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. PT Indonesia Pondasi Raya Tbk. PT Jaya Real Property Tbk. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. PT MNC Land Tbk. PT Lamicitra Nusantara Tbk. PT Eureka Prima Jakarta Tbk PT Lippo Cikarang Tbk. PT Lippo Karawaci Tbk. PT Metropolitan Kentjana Tbk. PT Metropolitan Land Tbk. PT Mitra Pemuda Tbk. PT Metro Realty Tbk . PT Nusa Raya Cipta Tbk. PT Indonesia Prima Property Tbk. PT Paramita Bangun Sarana Tbk. PT Plaza Indonesia Realty Tbk. PT PP Properti Tbk. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. PT Pakuwon Jati Tbk. PT Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk PT Pikko Land Development Tbk. PT Danayasa Arthatama Tbk. PT Suryamas Dutamakmur Tbk. PT Summarecon Agung Tbk. 204 SSIA PT Surya Semesta Internusa Tbk. 205 TARA PT Sitara Propertindo Tbk. 206 TOTL PT Total Bangun Persada Tbk. 207 TRUB PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. 208 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 209 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) G. Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan No 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 Kode Saham BALI BBRM BIRD CANI CASS CMNP DAYA EXCL GIAA HITS IATA INDX ISAT KARW KOPI LAPD LRNA MBSS META MIRA MKNT NELY OASA PGAS PTIS RAJA SDMU SMDR Nama Penerbit Efek PT Bali Towerindo Sentra Tbk. PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk PT Blue Bird Tbk. PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk. PT Cardig Aero Services Tbk. PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. PT Duta IntidayaTbk PT XL Axiata Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. PT Tanah Laut Tbk. PT Indosat Tbk. PT ICTSI Jasa Prima Tbk. PT Mitra Energi Persada Tbk. PT Leyand International Tbk. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. PT Nusantara Infrastructure Tbk. PT Mitra International Resources Tbk. PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. PT Protech Mitra Perkasa Tbk. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PT Indo Straits Tbk. PT Rukun Raharja Tbk. PT Sidomulyo Selaras Tbk. PT Samudera Indonesia Tbk. 238 SOCI PT Soechi Lines Tbk. 239 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 240 TMAS PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 241 TPMA PT Trans Power Marine Tbk. 242 WINS PT Wintermar Offshore Marine Tbk. 243 ZBRA PT Zebra Nusantara Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) H. Keuangan No Kode Saham Nama Penerbit Efek 244 PNBS PT Bank Panin Syariah Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) I. Perdagangan, Jasa, dan Investasi No 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 Kode Saham ABBA ACES AIMS AKRA APII ARTA ASGR ATIC BAYU BLTZ BRMS BMTR CLPI CMPP CNKO CSAP DNET DPUM DSSA DYAN ECII EPMT Nama Penerbit Efek PT Mahaka Media Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk. PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. PT AKR Corporindo Tbk. PT Arita Prima Indonesia Tbk. PT Arthavest Tbk. PT Astra Graphia Tbk. PT Anabatic Technologies Tbk. PT Bayu Buana Tbk. PT Graha Layar Prima Tbk. PT Bumi Resources Minerals Tbk. PT Global Mediacom Tbk. PT Colorpak Indonesia Tbk. PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk. PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk. PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. PT Dua Putra Utama Makmur Tbk. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. PT Dyandra Media Internasional Tbk. PT Electronic City Indonesia Tbk. PT Enseval Putera Megatrading Tbk. 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 ERAA FAST FISH GEMA GOLD GPRA GREN HERO HEXA HOME ICON INPP INTD ITTG JIHD JKON JSPT JTPE KBLV KOBX KOIN LINK LPPF LTLS MAMI MAPI MDIA MDRN MFMI MICE MIKA MLPL MLPT MPPA MTDL PANR PDES PGLI PJAA PT Erajaya Swasembada Tbk. PT Fast Food Indonesia Tbk. PT FKS Multi Agro Tbk. PT Gema Grahasarana Tbk. PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk. PT Perdana Gapura Prima Tbk. PT Evergreen Invesco Tbk. PT Hero Supermarket Tbk. PT Hexindo Adi Perkasa Tbk PT Hotel Mandarine Regency Tbk. PT Island Concepts Indonesia Tbk. PT Indonesian Paradise Property Tbk. PT Inter Delta Tbk. PT Leo Investment Tbk. PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. PT First Media Tbk. PT Kobexindo Tractors Tbk. PT Kokoh Inti Arebama Tbk. PT Link Net Tbk. PT Matahari Department Store Tbk. PT Lautan Luas Tbk. PT Mas Murni Indonesia Tbk. PT Mitra Adiperkasa Tbk. PT Intermedia Capital Tbk. PT Modern International Tbk PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk. PT Multi Indocitra Tbk. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. PT Multipolar Tbk. PT Multipolar Technology Tbk. PT Matahari Putra Prima Tbk. PT Metrodata Electronics Tbk. PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk. PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 PNSE PSKT PTSP PUDP RALS RANC RIMO SAME SDPC SHID SILO SONA SMMT SUGI SQMI SRAJ SRTG TGKA TIRA TMPO TRIL TURI UNIT UNTR 330 WAPO PT Pudjiadi & Sons Tbk. PT Red Planet Indonesia Tbk. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. PT Pudjiadi Prestige Tbk. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. PT Supra Boga Lestari Tbk. PT Rimo Catur Lestari Tbk. PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. PT Millennium Pharmacon International Tbk. PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. PT Siloam International Hospitals Tbk. PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. PT Golden Eagle Energy Tbk. PT Sugih Energy Tbk PT Renuka Coalindo Tbk. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. PT Tigaraksa Satria Tbk. PT Tira Austenite Tbk. PT Tempo Inti Media Tbk. PT Triwira Insanlestari Tbk. PT Tunas Ridean Tbk. PT Nusantara Inti Corpora Tbk PT United Tractors Tbk. PT Wahana Pronatural Tbk. 331 WICO PT Wicaksana Overseas International Tbk. Sumber : www.idx.co.id (Diolah, 2017) BIODATA PENULIS Nama : Rega Saputra Tempat/Tgl. Lahir : Palembang/18 Maret 1995 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : Jl. Pangeran Ayin Komplek Puspasari Blok K No.02 RT.023 RW.002 Kel. Kenten Kec. Talang Kelapa Kab. Banyuasin No. Hp : 089653265540 E-mail : [email protected] Pendidikan Formal: 1. SD Negeri 2 Kel. Kenten, Kec. Tl. Kelapa 2001 - 2007 2. SMP Negeri 41 Palembang 2007 - 2010 3. SMA YPI Tunas Bangsa Palembang 2010 - 2013 4. S1 Ekonomi Islam UIN Raden Fatah Palembang 2013 - 2017 Pengalaman Organisasi: 1. Dompet Dhuafa Fundraiser Sumatera Selatan 2015 - 2016 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM ALAMAT: JALAN PROF.K.H.ZAINAL ABIDIN FIKRY KODE POS 30126 KOTAK POS: 54 TELP(0711)354668 PALEMBANG Formulir D.2 Perihal : Permohonan Izin Penjilidan Skripsi Kepada Yth. Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang Assalamu’alaikum wr. wb. Kami menyatakan bahwa Mahasiswa: Nama : Rega Saputra NIM/Jurusan : 13190220/Ekonomi Islam Judul Skripsi : Pengaruh BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Telah selesai melaksanakan perbaikan skripsinya sesuai dengan arahan dan petunjuk dari penguji. Selanjutnya kami mengizinkan mahasiswa tersebut untuk menjilid skripsinya agar dapat mengurus ijazahnya. Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Penguji Utama Palembang, Mei 2017 Penguji Kedua Mismiwati, S.E., M.P NIP. 196810272014112001 Dessy Handayani, S.E., M.Si NIP. Mengetahui, Wakil Dekan I Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag NIP. 197509282006042001