1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek merupakan suatu kegiatan temporer yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat unik. Temporer disini berarti proyek memiliki batasan waktu tertentu dalam pengerjaannya. Unik karena bukan merupakan kegiatan rutin, namun serangkaian operasi tertentu yang dirancang untuk tujuan tunggal (Project Management Institute, 1996). Sifat proyek yang unik ini menyebabkan adanya perbedaan kesulitan dalam setiap proyek. Proyek merupakan bagian utama dari setiap perusahaan jasa konstruksi. Keberlanjutan akan adanya proyek secara berkesinambungan merupakan kebutuhan mutlak yang harus didapatkan oleh sebuah perusahaan konstruksi. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengelola dengan baik dalam setiap proyek. Kesalahan penanganan proyek dapat menimbulkan risiko yang mengganggu pelaksanaan proyek. Kemampuan dalam menangani dan menganalisis risiko proyek ini biasanya dilakukan oleh bagian Project Risk Management. Kesalahan mengantisipasi dapat menyebabkan proyek nonprofitable, bahkan bisa terjadi kerugian proyek. Dalam studi menunjukkan bahwa penerapan metode formal manajemen risiko ini masih relatif rendah dan sedikit dari praktisi menggunakan data kuantitatif dalam menyelesaikan permasalahan pada area mereka (Lyons and Skitmore, 2004). Padahal dalam penelitian lain menyebutkan bahwa risiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa proyek konstruksi dalam hal biaya, waktu, dan kualitas (Ahmed et al, 2007). Berdasarkan perkembangan riset dan aplikasi manajemen proyek, konsep profil risiko mulai berkembang menjadi bagian dari sebuah konsep yang lebih komprehensif. Konsep tersebut disebut dengan konsep kompleksitas proyek. Konsep kompleksitas proyek belum banyak dilakukan penelitian sebelumnya, bahkan belum ada pengujian model secara empiris. Pemahaman tentang 1 2 karakteristik dan kondisi proyek dapat tercerminkan dalam kompleksitas proyek yang terjadi didalamnya. Pemahaman tentang kompleksitas dapat diterapkan dalam estimasi penawaran proposal. Nilai penawaran proposal merupakan penjumlahan berbagai komponen biaya, yaitu biaya estimasi proyek, perkiraan biaya overhead perusahaan, contingency budget dan target net profit margin (Hartono, 2010). Kompleksitas sebuah proyek dapat digunakan dalam memprediksi kemungkinan biaya contingency budget yang harus dialokasikan. Dengan asumsi awal bahwa semakin tinggi tingkat kompleksitas dalam sebuah proyek, semakin tinggi pula contingency budget yang harus dialokasikan. Penentuan contingency budget yang tepat dapat membantu dalam sebuah competitive bidding. Contingency budget merupakan anggaran yang dialokasikan untuk menanggulangi ketidakpastian risiko dan menanggulangi biaya lain yang tidak tercakup pada komponen biaya yang lain. Dalam menentukan contingency budget proyek di Indonesia digunakan metode intuitive judgement, dimana metode ini cenderung mudah dan praktis dilakukan tetapi memiliki tingkat akurasi yang rendah (judgemental biases). Selain itu, beberapa peneliti juga mengembangkan sebuah pendekatan profil risiko dan pendekatan statistik. Diantaranya teknik Monte Carlo Analysis oleh Liu (1998), Estimating using Risk Analysis (ERA) oleh Mak and Picken (2000), Teknik Distribusi Binomial dengan persamaan probabilitas risiko oleh Cioffi and Khamososhi (2004) dan Approximately Reasoning Method oleh Varoujan and George (2009). Namun, beberapa metode tersebut kurang praktis digunakan karena memerlukan banyak informasi dan waktu sedangkan proyek memiliki batasan waktu yang cepat dan akurat. Penelitian ini diperlukan untuk mencari pendekatan yang tepat dan cepat agar dapat digunakan oleh praktisi manajemen proyek. Penelitian dilakukan dengan cara pencarian data setiap kompleksitas proyek dengan penggunaan instrumen yang sudah diuji dalam pada penelitian sebelumnya (Saputro dan Hartono, 2013). Data kompleksitas proyek yang 2 3 didapatkan akan ditambahkan data riwayat kinerja proyek yang nantinya akan digunakan untuk menentukan contingency budget yang seharusnya. 1.2 Rumusan Masalah Selama ini dalam menentukan contingency budget perusahaan- perusahaan menggunakan intuitive judgement Hal ini sudah baik, namun masih mungkin terdapat beberapa kesalahan dalam menentukan contingency budget akibat adanya judgemental biases. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode kuantitatif untuk menentukan tingkat level contingency budget project yang tepat. Dalam hal ini digunakan model kompleksitas proyek dalam membantu menentukan level contingency budget. Pemahaman tentang kompleksitas suatu proyek dapat dijadikan informasi dalam mengelola proyek. Kompleksitas dapat mencerminkan karakteristik dan kondisi yang mungkin akan terjadi dalam sebuah proyek. Dalam hal ini, penelitian tentang kompleksitas proyek belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pengujian model kompleksitas proyek secara empiris pun belum pernah dilakukan. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini bisa dikategorikan dalam quantitative research dengan menggunakan expert judgements dalam pembuatan descriptive decision. Penelitian ini memiliki beberapa batasan-batasan sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kondisi proyek terakhir dari responden. 2. Penelitian dilakukan pada proyek yang telah atau sedang dilaksanakan. 3. Pengukuran kinerja proyek berdasarkan keterlambatan biaya (Cost Constraint). 4 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan pengembangan konsep kompleksitas . 2. Melihat hubungan antara kompleksitas proyek, kinerja proyek dengan level contingency budget. 3. Melihat gambaran kondisi tingkat kompleksitas dan alokasi contingency budget proyek di Indonesia 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini berupa analisis hubungan antara kompleksitas yang terjadi dalam proyek dengan kinerja proyek yang dihasilkan untuk membantu menentukan contingency budget proyek yang tepat. Secara umum penelitian ini memiliki dua manfaat. Bagi dunia akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan lebih banyak tentang teori kompleksitas proyek dan pengujian secara empirisnya. Selain itu, bagi perusahaan dan industri, analisis faktor-faktor dalam kompleksitas proyek yang sudah dikembangkan dan kinerja proyek dapat digunakan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pelaksanaan proyek, bahkan dapat digunakan untuk membantu menentukan level contingency budget yang akan dialokasikan.