Untitled - Repository USM

advertisement
BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID
Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*
Tidak ada yang benar bagi seorang paranoid. Melihat
orang tersenyum; seolah mengejek dirinya, mendengar orang
saling
bercakap
dengan
membicarakan dirinya, bahkan
bahak;
suara
pelan;
menganggap
mendengar orang terbahak-
seakan – akan mentertawakan dirinya.
Penderita
gangguan paranoid umumnya sering mengalami depresi
Paranoid bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang status sosial dan
tingkat pendidikan. Paranoid juga
bisa ditemukan dimana saja; di lingkungan
rumah, sekolah, juga di tempat kerja. Bahkan 0.5 % sampai dengan 2.5% dalam
suatu populasi, adalah penderita paranoid. Dapat dikatakan, setiap individu
memiliki potensi sebagai seorang paranoia, dengan kadar yang berbeda – beda.
Semakin besar prosentase paranoid dalam diri individu tersebut, semakin besar
pula
potensinya mengalami
gangguan paranoid. Para penderita paranoid
umumnya tidak menunjukkan gangguan. Mereka bisa hidup dan bersosialisasi
sebagaimana biasanya. Hanya, bila terjadi konflik yang bertentangan dengan apa
yang diyakininya, barulah ia terlihat paranoid.
Paranoid merupakan diagnosis gangguan kejiwaan. Yakni suatu gangguan
berupa keyakinan sistematis (delusi) yang sulit untuk dikoreksi dan bertentangan
dengan realita. Umumnya, dimulai pada masa dewasa awal dan dapat terjadi
dalam berbagai konteks kehidupan (DSM IV, 1994, h.643).
Gangguan
kepribadian paranoid tidak terjadi secara instant / tiba – tiba. Kumpulan gejala
yang mengarah pada gangguan,
perkembangan
kemungkinan disebabkan
kehidupan masa lalu individu tersebut.
oleh sejarah
Secara umum
faktor
penyebabnya adalah proses sosialisasi yang gagal dan kering di masa kanak –
kanak dan remaja, kurang menonjol atau jarang diperhitungkan dalam kelompok
sosial baik di sekolah maupun di lingkungan, kurang berprestasi di masa sekolah,
pribadi yang hipersensitif dengan tingkat kecemasan yang tinggi, dan ditunjang
dengan pola asuh otoriter keluarga. Selain itu, gangguan paranoid bisa juga
disebabkan karena
sebelumnya pernah mengkonsumsi narkoba atau pernah
melakukan kesalahan fatal dan traumatis pada masa sebelumnya.
Gejala umum yang menonjol pada penderita paranoid adalah adanya
perasaan curiga yang berlebihan, seakan – akan orang yang dijumpai tidak suka
dan akan mencelakakan dirinya. Gejala yang ekstrem bahkan sampai dengan
merasa bahwa ada orang yang memata – matai sampai dengan akan
membunuhnya. Secara objektif, gejala yang tampak pada pribadi paranoia adalah
sikap peka dan mudah tersinggung dalam menghadapi persoalan. Sinis, agresif,
kaku, dan kurang memiliki rasa humor, serta berusaha mencari tahu apa yang
dbicarakan orang lain dengan cara menguping atau ketika dia baru saja berlalu,
dengan cara bertanya pada orang lain yang sebelumnya ikut terlibat
dalam
pembicaraan ketika dia masih ada. Penderita paranoid sering juga merasa bahwa
orang lain disekeliling sering berperilaku tidak adil terhadapnya.
Dunia kerja, adalah komunitas
yang
mutlak
disertai komitmen; baik
dengan diri sendiri, rekan satu level, maupun dengan atasan atau bawahan.
Memang, pekerjaan akan menjadi lebih ringan bila tim kerja terdiri atas individu –
individu yang percaya diri, mampu berkomunikasi dengan baik, berpikir positif
dan mampu menciptakan koesivitas dalam bekerja sama. Khusus,
yang tidak membutuhkan kerjasama tim, masih bisa berhasil
pekerjaan
meskipun ada
anggota pekerja yang mengalami gangguan kepribadian paranoid karena kondisi
kerja
tidak banyak membutuhkan peran rekan lain dalam menyelesaikan
perkerjaan tersebut.
Umumnya, cepat terasa kantor atau perusahaan dengan karyawan yang
memiliki gangguan kepribadian paranoid beriklim tidak kondusif, bukan hanya
bagi karyawan itu sendiri, tapi juga bagi karyawan lain. Akan lebih parah lagi bila
terasa juga di kalangan pelanggan atau relasi luar. Bagi karyawan panaroid akan
merasa dijauhi dan tidak dilibatkan; baik karena keyakinannya sendiri maupun
secara objektif. Akhirnya rekan kerja lain akan tidak berminat bila diminta bekerja
sama dengan dirinya. Sebaliknya, karyawan lain juga serba salah karena merasa
sulit
bekerjasama dalam satu tim atau karena ketakutan akan pengalaman
sebelumnya. Banyak kejadian yang kurang mengenakkan, dimana pekerjaan
justru menjadi kacau, karena
hal yang sebenarnya bisa dibicarakan secara
sederhana justru menjadi semakin runyam bahkan mungkin juga melebar tak
tentu arah. Hal ini disebabkan karena tidak ada kata sepakat dengan rekan
dalam tim yang beranggotakan rekan paranoid dengan keyakinannya yang tidak
bisa dikoreksi.
Paranoid dapat menimpa siapa saja. Di lingkup kerja, sering muncul pada
karyawan baru dengan tuntutan adaptasi terhadap budaya dan aturan yang harus
diikuti sehingga memerlukan proses adaptasi yang relatif lama. Bisa juga terjadi
pada karyawan
lama
dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan
kebanyakan karyawan lainnya, atau karena memang karyawan tersebut memiliki
sejarah kegagalan dalam perkembangan sosialisasinya, stres berat atau
mengalami cacat fisik. Pada umumnya penderita paranoid tidak merasa dirinya
mengalami gangguan. Gangguan baru terdiagnosis oleh seorang psikiater atau
psikolog ketika keluarga atau lingkungan merasa tidak nyaman dengan gambaran
perilaku sosialnya sehari – hari.
Terapi atau penyembuhan gangguan paranoid tidak mudah, perlu
kesabaran ekstra, butuh waktu relatif lama serta disiplin yang sangat kuat serta
keyakinan dan optimisme yang tinggi. Lingkungan tidak harus selalu memahami
dan mempercayai pola pikir dan keyakinan
memperlama dan
semakin
penderita, karena hanya akan
memperkuat gangguan patologisnya. Disisi lain,
lingkungan juga tidak boleh langsung menentang dengan terbuka, karena
penderita akan marah, dendam dan merasa di musuhi. Pada penderita dewasa
madya atau bahkan lanjut usia, gangguan ini semakin sulit dsembuhkan karena
seakan – akan sudah melekat dan mendarah daging dalam dirinya. Misal teman
sekantor yang berusaha menyadarkan justru diyakini
berperilaku tidak adil,
dicurigai akan menjerumuskan atau bahkan menghambat kariernya.
Sikap yang paling efektif dalam menghadapi penderita paranoid adalah
tetap kontrol diri, menghadapkannya dengan fakta dan data yang objektif. Dan
yang lebih penting, kesadaran lingkungan untuk tetap menerima, memberikan
simpati, dan motivasi sebagai teman adalah hal sederhana namun sangat
berharga untuk membantu.
Berusaha
berpikir
positif,
akan
meminimalkan
perilaku
paranoid.
Setidaknya, bukan untuk para penderita paranoid, tetapi untuk kita agar tidak
menjadi paranoid.
*Dosen Fak. Psikologi USM
Download