Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) Analisis dan Pemanfaatan Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Sebagai Zat Warna Alami Pada Makanan Cenil 1Nuroni Harahap 2Ashar Hasairin Biologi, FMIPA UNIMED ABSTRAK Pewarna dengan zat warna alami mulai tergeser dengan masuknya zat warna sintetis, karena penggunaannya yang lebih praktis dan efisien. Kebanyakan zat warna sintetis akan memberikan efek warna pada makanan lebih menarik serta cerah namun bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mengekstraksi antosianin dari tumbuhan, menentukan nilai pH dankonsentrasi asam tartarat yang tepat untuk menghasilkan pigmen antosianin yang maksimal danpenerapannya pada bahan pangan cenil melalui uji organoleptik. Penelitian dengan 6 perlakuan yaitu asam tartarat 0%, 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% dan 1,25% dalam 50ml. Setiap perlakuandilakukan dengan 5 kali ulangan. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi senyawa antosianin denganmetodemaserasi, penentuan total antosianin, pengukuran pH, penentuan absorbansi pigmen, , penerapan pada bahan makanan, uji organoleptik warna, rasa, aroma, dan tekstur. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA . Dimana F Hitung (0,00714) < F Tabel 0,05 (2,62) dan 0,01 (3,90) menunjukkan pengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 99%. Hasil penelitian menunjukkan ekstraksi bunga kembang sepatu dengankonsentrasi asam tartarat 0,75% menghasilkan kadar antosianin paling tinggi. Kata kunci : Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Zat warna, Cenil Analysis and Utilization of Red Hibiscus Flower (Hibiscus rosa-sinensis) As Natural Dyes of Cenil Food ABSTRACT Dyes colorant began shifting with the inclusion of synthetic colorant, because its use more practical and efficient. Most synthetic colorant will give effect on the food more attractive and bright, but are carcinogenic. The aims of research to determine the interaction of the extraction process hibiscus (Hibiscus rosa-sinensis), determine the appropriate concentration of tartaric acid to produce maximum anthocyanin pigments and its application in food cenil.This study was prepared with 6 treatments, tartaric acid 0%, 0.25%, 0.50%, 0.75%, 1% and 1.25% in 50 ml. Each treatment carried out with 5 repetitions .Stages of research includes compounds anthocyanin extraction by maceration method, determination of total anthocyanins, pH measurement, determination of pigment absorbance,application in cenil food, organoleptic tests include color, flavor, aroma, and texture, Data were analyzed by ANAVA. Where the calculated F value (0,00714) < F Tabel 0,05 (2,62) and 0,01 (3,90),the results showed red hibiscus flower extract concentration oftartaric acid 0.75% producedthe highest levels of anthocyanins. Keywords: Red Flower Hibiscus (Hibiscus rosa-sinensis), Dyes colorant , Cenil Pendahuluan Pewarna dengan zat warna alami mulai tergeser dengan masuknya zat warna sintetis, karena penggunaannya yang lebih praktis dan efisien. Kebanyakan zat warna sintetis akan memberikan efek warna pada makanan lebih menarik serta cerah, namun bersifat karsinogenik. Penggunaan zat warna alami iii 113 untuk makanan tidak memberikan efek merugikan bagi kesehatan, seperti halnya zat warna sintetik yang semakin banyak penggunaannya.Zat warna sintetik lebih sering digunakan karena keuntungannya antara lainstabilitasnya lebih tinggi dan penggunaannya dalam jumlahkecil sudah cukup memberikan warna yang diinginkan, namun Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) penggunaan zat warna sintetik dapat mengakibatkan efek samping yang menunjukkan sifat karsinogenik.Adanya batasan-batasan pada penggunaan beberapa macam zat warna sintetik mengakibatkan pentingnya penelitian terhadap zat warna alami. Di samping itu, di Indonesia terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk berbagai bahan pangan, misalnya zat warna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Pada tahun 2008 Balai Besar POM Semarang mendapatkan dari 33 sampel terasi yang dibeli dari penjual di Jawa Tengah baik yang di swalayan maupun pasar tradisional menunjukkan sebanyak 18 (54,5%) terasi positif mengandung rhodamin B (Purba, 2005). Berkembangnya industry pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah serta kualitas zat pewarna alami menyebabkan pemakaian zat warna sintetis meningkat. Pewarna sintetis pada makanan kurang aman untuk konsumen karena diantaranya ada yang mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan (Sri Winarti and Firdaus, 2010) . Adapun logam berat yang terakumulasi diantaranya adalah arsen, raksa dan timbal. Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Arsen inorganik bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat. Untuk itu perlu dicari alternatif zat warna alami yang lebih menjamin kesehatan, salah satunya adalah dengan pemanfaatan bunga kembang sepatu sebagai pewarna makanan alami (Alauddin, 2009). Salah satu makanan kudapan yang digemari masyarakat adalah cenil. Cenil merupakan makanan yang membutuhkan pewarna sebagai daya tarik bagi konsumen, cenil adalah salah satu makanan kesukaan yang banyak beredar di kalangan masyarakat. Salah satu pigmen alami yang berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna alami adalah antosianin dalam penelitian ini di ambil dari bunga kembang sepatu, pemilihan sampel bunga kembang sepatu merah ini dikarenakan pada bunga kembang sepatu berwarna merah mengandung antosianin yang dapat menimbulkan warna sehingga bisa dijadikan sebagai zat warna alami. Menurut Ryan and Juanda(2012) umumnya cara mengekstrakantosianin menggunakan pelarut dan asam. Fungsi pelarut untuk ekstrak antosianin merupakan faktor yang menentukan kualitas dari suatu ekstraksi, dan memiliki daya yang besar untuk melarutkan sedangkan penambahanasam berfungsi untuk lebih mengoptimalkan ekstraksi antosianin. Menurut Herlina et al. (2012) bahwa adanya faktor kecocokan antara kepolaran pelarut dengan zat yang dilarutkan menyebabkan antosianin mudah larut. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015- Mei 2015. Pelaksanaan penelitiandi laboratorium MIPA-Biologi Universitas Negeri Medan.Alat yang akan digunakan adalah wadah kecil, erlenmeyer corong kaca, spektrofotometer genesys 10 beserta tabung reaksi, gelas ukur, neraca analitik, mortar, cawan porselen, pH meter, pipet tetes, sendok, panci. Bahan utama dalam penelitian ini adalah bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yaitu kelopak yang sudah tua berwarna merah, tepung sagu, akuades, pewarna sintetik makanan (Food Red 2). Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah Aquades, 6 variasi konsentrasi asam (0%, 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% dan 1,25%) tartarat ,HCl 1 N, Natrium Asetat (NaCOOH), larutan pH 1, larutan pH 4,5, air. Tahapan Penelitian Pelaksanaan penelitian meliputi sortasi bahan, pengecilan ukuran, penghalusan, ekstraksi maserasi dengan proporsi bahan dan pelarut adalah 1 : 10 yaitu 5 gr kembang sepatu dalam 50ml akuades (Mardiyah, 2010) dengan zat terlarut asam tartarat sesuai 6 taraf konsentrasi pada suhu ruang selama 120 menit. Kemudian dianalisis nilai pH ekstraksi, Absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer genesys 10, kadar total antosianin dan uji organoleptik warna, rasa, aroma dan tekstur. Hasil dan Pembahasan 114 Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) Total antosianin yang dihasilkan dengan menggunakan akuades sebagai pelarut ekstraksi cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pigmen antosianin memiliki kepolaran yang relatif sama dengan akuades yaitu samasama larutan polar, kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat terlarut dengan zat pelarut yaitu sifat like dissolve like. Menurut Tensiska et al.(2006) Antosianin dalam sel tumbuhan terletak dalam vakuola sebagai larutan seperti air (aquaeous solution), sehingga kemungkinan besar antosianin bersifat polar. Kelarutan antosianin bunga kembang sepatu yang lebih besar dalam akuades juga dapat dipengaruhi oleh terikatnya asam tartarat dengan pigmen.Konsentrasi yang berbeda-beda pada penelitian ini konsentrasi asam tartarat 5 variasi yaitu 0%, 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% dan 1,25% menyebabkan warna yang bervariasi terhadap ekstrak akhir bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Semakin tinggi kadar antosianinnya maka hasil ekstrak yang diperoleh degradasi warna yang baik. Adapun nilai pH dari tiap variasi konsentrasi M1, M2, M3, M4, M5 secara bertururt turut (0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% dan 1,25%) ekstrak bunga kembang sepatu dengan asam tartarat kisaran 2-5 yaitu dalam keadaan asam sedangkan pada kontrol konsentrasi 0% yang menggunakan akuades dengan nilai pH 7. Kadar antosianin terbaik dari ekstraksi bunga kembang sepatu yakni denganpenambahan asam tartarat 0,75% akan digunakan sebagai pewarna cenil. Pada pewarna alami dan sintesis memiliki nilai yang sama pada parameter warna dengan total skala hedonik 100. Untuk parameter rasa, aroma dan tekstur Pewarna sintesis memiliki total skala lebih tinggi dibandingkan dengan pewarna alami yaitu dengan skala hedonik secara berturut turut 94, 100, dan 112, sedangkan pada pewarna alami skala hedonik dari parameter rasa, aroma dan tekstur secara berturut-turut adalah dan 92, 82 dan 47.Hasil total antosianin bunga kembang sepatu menunjukkan peningkatan pada konsentrasi asam. Total antosianin bunga kembang sepatu paling tinggi yang dihasilkan pada konsentrasi 0,75% sebesar 1,082% sedangkan antosianin paling rendah pada konsentrasi 0,25 % sebesar 0,754%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Michelle et al. (2013) pada penentuan total antosianin pada bunga kembang telang menunjukkan hasil yang sama yaitu pada konsentrasi 0,75% asam tartarat dengan pelarut akuades yang diaplikasikan pada es lilin. Berdasarkan pemaparan diatas, konsentrasi asam tartarat mengekstrak bunga kembang sepatu paling optimal adalah konsentrasi 0,75%, hal ini disebabkan adanya faktor kecocokan antara kepolaran pelarut dengan zat yang dilarutkan menyebabkan antosianin mudah larut. Dalam penelitian ini kepolaran akuades sangat cocok dengan kepolaran ekstrak pigmen antosianin bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Tensiska et al.(2006) bahwa pelarut akuades dan zat terlarut asam tartarat 0,75% efektif dalam ekstraksi antosianin buah arben. Menurut Mardiah et al.(2010) Penambahan asam dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan hasil ekstraksi karena asam berfungsi mendenaturasi membran sel tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin sehingga dapat keluar dari sel. Kelarutan senyawa dalam senyawa lain dipengaruhi oleh tingkat keasaman dari sifatsifat elektrik molekul pelarut dan senyawa yang dilarutkan. Air dalam kondisi asam memiliki sifat-sifat elektrik yang lebih dibandingkan air yang netralhingga mampu mengekstrak lebih kuat pigmen antosianin. Hal ini disebabkan karena diduga antosianin di dalam bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) berada dalam bentuk glikosida yang larut dalam air dan non glikosida (antosianidin) yang tidak larut dalam air. Dengan penggunaan pelarut campuran akuades dan asam tartarat kedua bentuk antosianin tersebut dapat terekstrak, sedangkan dengan penggunaan pelarut air saja hanya dapat mengekstrak antosianin dalam bentuk glikosida sedangkan antosianin dalam bentuk antosianidin sebagai non glikosida tidak terekstrak karena kurang larut dalam air. Peningkatan total antosianin yang dihasilkan pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Tensiska et al.(2006) melakukan penelitian ekstraksi antosianin buah arben dengan variasi konsentrasi asam tartarat yaitu 0,1%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%. Total antosianin yang dihasilkan paling optimal terdapat pada 0,75% dengan pelarut akuades. Pelarut akuades dan asam tartarat cocok untuk ekstraksi antosianin karena pigmen antosianin mempunyai sifat 115 Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) larut dalam air dan stabil pada kondisi asam, kondisi derajat keasaman dapat diketahui dengan pengukuran pH. Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi asam tartarat memberikan pengaruh yang tidak nyata (*) terhadap terhadap kadar total antosianin bunga kembang sepatu sebagai pewarna makanan. Nilai F hitung (0,00714) < F tabel 0,05 (2,62) dan 0,01 (3,90) menunjukkan pengaruh tidak nyata, dimana Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 99% yang berarti para panelis tidak menerima ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebagai pewarna makanan melalui pengaplikasian cenil. Pada penelitian ini nilai pH ekstrak bunga kembang sepatu pada zat terlarut asam tartarat konsentrasi 0,75% dengan nilai pH 2,5. Menurut Mardiah et al. (2010) pH ekstraksi juga ikut berperan dalam menentukan kadar antosianin, karena pH yang semakin rendah akan menyebabkan kadar antosianin semakin tinggi. Karena pigmen antosianin lebih stabil pada suasana pH yang lebih asam, pada kisaran pH 1–4. Pada pH asam komponen yang dominan adalah kation flavium sehingga warna dari larutan yang mengandung antosianin mnenampakkan warna merah. Namun, pada ekstraksi bunga kembang sepatu menunjukkan kisaran pH yang stabil dalam proses ekstraksi dimulai dari konsentrasi 0,50%, 0,75%, 1% dan 1,25% dengan pH 4, 2,5, 2, 2. Berdasarkan perhitungan kadar antosianin yang dilakukan kadar nilai tertinggi diantara ke empat konsentrasi tersebut adalah 0,75% yang menunjukkan paling optimal dalam mengesktrak antosianin bunga kembang sepatu. Keadaan yang semakin asam apalagi mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyak pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavium atau oxonium yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar. Keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin banyak dinding sel vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak (Mardiah, et al.2010). Namun pada penelitian ini kondisi pH yang paling baik dalam mengestrak dengan Nilai pH 2,5 meskipun konsentrasi 1% dan 1,25% kondisi pHnya mendekati pH 1 yaitu dengan nilai pH 2 dibandingkan konsentrasi 0,75%, hal itu disebabkan bahan matriks antosianin bunga kembang sepatu yang kontak dengan zat terlarut asam tartarat konsentrasi 0,75% selama 120 menit waktu maserasi optimal dalam menghasilkan total antosianin paling tinggi. Selain itu, menurut Rita dan Nisa (2015) dikarenakan antosianin pada bahan baku memiliki jumlah pada batasan tertentu dan pelarut yang digunakan mempunyai batas kemampuan untuk melarutkan bahan yang ada, sehingga walaupun waktu ekstraksi diperpanjang solute yang ada pada bahan sudah tidak ada. Waktu paparan yang terlalu lama perlu dihindari karena dapat meningkatkan resiko degradasi senyawa hasil ekstraksi antosianin. Sehingga peningkatan kadar antosianin berhenti hingga lama ekstraksi sampai pada titik tertentu. Diduga bahwa rasio bahan terlarut : pelarut 0,75%:50 sudah mencapai titik optimumnya ataupun titik jenuhnya, sehingga rasio bahan terlarut:pelarut 1%:50, 1,25%:50 sudah tidak dapat memberikan efek kenaikan kadar antosianin ekstrak bunga kembang sepatu. Hal ini disebabkan bahwa perbandingan jumlah bahan asam tartarat dan jumlah pelarutnya sudah cukup, sehingga pelarut dapat larut dengan baik ke dalam bahan akibatnya antosianin dapat dilarutkan oleh pelarut. Sedangkan pada saat penggunaan perbandingan 1%:50, 1,25%:50 kadar antosianinnya menurun karena volume pelarut yang digunakan terlalu besar akibatnya waktu yang digunakan untuk maserasisemakin lama sehingga dapat mengakibatkan terjadinya degradasi antosianin. Hal inilah yang menyebabkan lebih rendahnya kadar antosianin yang diperoleh pada konsentrasi asam tartarat 1% dan 1,25% dibandingkan dengan konsentrasi 0,75% yang sudah optimal, dimana dapat menghasilkan kadar antosianin tertinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Rita and Nisa (2015) dilihat dari hasil dan jumlah perbandingan yang berbeda dalam menghasilkan antosianin, rasio bahan:pelarut 1:20 (b/v) sudah mencapai titik optimumnya ataupun titik jenuhnya, sehingga rasio bahan:pelarut 1:30 (b/v) sudah tidak dapat memberikan efek kenaikan kadar antosianin ekstrak pada kulit manggis. Jika dilihat dari pembuatan konsentrasi yang ditimbang adalah sebanyak 0,3 gr. Dalam pengaplikasian pada cenil perbandingan tepung, pewarna alami dan air secara berturut turut adalah dengan rincian 500 gr, pewarna alami 2 x volume akhir ekstrak yaitu 60 ml dan air 10 ml sebagai pelarut pewarna dan 200 ml 116 Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 air dalam perebusan cenil sedangkan pada pembuatan cenil pada pewarna sintetis sama dengan diatas hanya saja perbedaan terletak pada pewarna yang digunakan pada pewarna sintetis kadar yang dipakai adalah 0,1 gr sudah dapat memberi warna secara kuat. Berdasarkan hasil penimbangan asam tartarat yang digunakan sebanyak 0,3 gr belum jauh ditinjau dari segi kesehatan, karena dalam tabel kandungan asam tartarat jenis kue ( baked goods) adalah 1,3 gr/kg, asam tartarat merupakan jenis BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang di izinkan sesuai Batas Maksimum BTP Pengatur keasaman yang terdapat pada pasal 3 (Anonim,2013). Pewarna alami kembang sepatu dilihat dari parameter warna dapat diperhatikan total skala hedonik pewarna alami sama dengan pewarna sintesis red dengan total 100 yang berasal dari skala hedonik dari skala 4-1 secara berturut-turut (sangat suka, suka, kurang suka, tidak suka) sedangkan pada pewarna sintesis red dilihat dari total skala hedonik pewarna ini lebih tinggi dibandingkan pewarna alami kembang sepatu yaitu dari parameter rasa, aroma dan tekstur. Ditinjau dari dari aroma berdasarkan uji organoleptik maka para panelis memberikan penilaian lebih menyukai aroma pada pewarna sintetis dibandingkan pewarna alami kembang sepatu begitu pula pada uji tekstur, tekstur cenil pewarna alami lebih lembut sedangkan pada pewarna sintetis lebih kenyal. Jika ditinjau dari proses memasak hal itu dikarenakan keadaan ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) Antosianin yang dihasilkan dari bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis.) tidak efektif mewarnai cenil, cenil dengan pewarna sintesis red makanan lebih disukai oleh panelis daripada pewarna alami bunga kembang sepatu berdasarkan hasil kuisioner. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Drs. Ashar Hasairin, M.Si selaku pembimbing skripsi penulis sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. 3. Daftar Pustaka Alauddin, M. 2009. Sosialisasi Pembuatan Ekstrak Pewarna Alami Bagi Ibu ibu Pkk Desa Sukorejo Kecamatan Gunung pati Universitas Negeri Semarang : Semarang Mardiah, Amalia dan Sulaeman. 2010. Ekstraksi Kulit Batang Rosella (Hibiscus SabdariffaL.) Sebagai Pewarna Merah Alami (1).1. Bogor: Universitas Djuanda Bogor Miakarlina. 2014. Pengujian Organoleptik. http//www. Uji organoleptik pewarna makanan.com ( di akses 07 Juli 2014 ) Michelle,Purwajningsih, Pranata. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.) Sebagai Pewarna Alami Es Lilin. Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Ni wayan, Gusti, Wijayanto dan Muhidin. 2011. Pengujian Kadar AntosianinPadi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara :Universitas Haluoleo (11).2 kandungan kelopak bunga kembang sepatu berupa lendir dimana terdapat senyawa flavonoid yaitu antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan (Yusraini and Nurlela, 2011). Purba, Elizabet R. 2005. Analisis zatpewarna pada minuman sirup yang dijual di sekolah dasar kelurahan lubuk pakam III kecamatan lubuk pakam. Medan :USU Kesimpulan 1. 2. Cara mengekstraksi antosianin tumbuhan diperoleh dengan cara maserasi dan yang optimal untuk ekstraksi antosianin bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis.) adalah konsentrasi asam tartarat 0,75% dengan total antosianin sebesar 1,082% Nilai pH ekstrak bunga kembang sepatu dengan asam tartarat kisaran 2-5 yaitu dalam keadaan asam sedangkan pada kontrol yang menggunakan akuades pH ekstrak kembang sepatu netral yaitu dengan nilai pH 7. Rita dan Nisa. 2015. Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan : Pelarut) (3).2. Malang : Universitas Brawijaya Ryan dan Juanda. 2012. Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut Dan Asam Dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bunga Rosella 117 Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3 Desember 2015 ISSN. 2443-1230 (cetak) ISSN. 2460-6804 (online) (Hibiscus Sabdariffa L)(4).3, Universitas Syah Kuala :Banda Aceh Sistem Pangan. Penelitian ini dibiayai oleh Dirjen Dikti Depdiknas melalui Program Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2006 Salma. 2010. Pewarna buatan. http//majalah kesehatan efek pewarna buatan terhadap kesehatan.(di akses 1 Januari 2015) Sri Winarti, Firdaus. 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela Untuk Pewarna Makanan Dan Minuman. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional (11). 2 Winarno. 1995. Pangan dan Gizi .Jakarta : Gramedia Yusraini dan Nurlela. 2011. Ekstraksi Dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami Dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L) Dan Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L).Jakarta :Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tensiska, Sukarminah dan Natalia. 2006. Ekstraksi Pewarna Alami Dari Buah Arben (Rubus Idaeus (Linn.))Dan Aplikasinya Pada 118