BENTUK DAN FUNGSI LAGU ANBISARI DALAM KESENIAN OGLOR DI DESA WONOSOBO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN Oleh Hendaka Biseda Mahasiswa Pendidikan Seni Drama Tari Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Joko Winarko S.Sn. M.Sn Dosen Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Abstrak Jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk lagu dan fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Objek adalah lagu Anbisari dalam kesenian Oglor. Dikaji secara bentuk lagu dan fungsi lagu yang hasilnya berupa bentuk dan struktur lagu Anbisari dalam seni Oglor dan fungsi lagu Anbisari. Bentuk lagu Anbisari : Bagian introduksi, Bagian A kompleks A - B - A’ - C - A’. Bagian B kompleks D - D’ - E - D’ - E - D’. Bagian C kompleks F - F- F’- F’- G - F’- F’- G - F’ - F’. Bagian D kompleks H - H’ - I - H’ - I - H’. Bagian E kompleks J - J’ - K - J’ - L - J’. Bagian penutup F kompleks : M’ M’- N - M’ - O - M’ - O - M’. tempo yang digunakan Rubato, Andante, Allegro. Sukat yang digunakan sukat 4/4. Fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan yaitu: (1) ekspresi emosional (2) kenikmatan estetis (3) hiburan (4) komunikasi (5) representasi simbolis (6) ritual-ritual dan keagamaan (7) kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya (8) kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Kata Kunci : Anbisari, bentuk lagu, fungsi lagu Abstract This journal aims to describe the form and function of Anbisari song in the art of Oglor in Wonosobo village, Ngadirojo, Pacitan. By using a qualitative approach, the object is Anbisari song in the arts of Oglor. Examined in the form and function of song, it can provide the form and structure of Anbisari song in the Oglor art and function of Anbisari song. The form of Anbisari song, i.e.: Introduction section, Part A complex of A - B - A '- C - A'. Part B complex of D - D '- E - D' - E - D '. Part C complex of F - F - F'- F'- G - F'- F'- G - F '- F'. Part D complex of H - H - I - H - I - H '. Part E complex of J - J '- K - J' - L - J '. The closing part F of M '- M'- N - M' - O - M '- O - M'. The tempo which is used is Rubato, Andante, and Allegro. Sukat which is used is 4/4 time signature. The function of Anbisari song in art of Oglor in the village of Wonosobo Ngadirojo Pacitan, such as (1) emotional expression (2) aesthetic pleasure (3) entertainment (4) communication (5) symbolic representation (6) rituals and religious (7) contributions to the continuity and stability of the culture (8) contribution to community integration. Keywords: Oglor, Anbisari, form of song, function of song Pendahuluan Peristiwa kebudayaan adalah soal kejiwaan dengan cara belajar dan akan berubah seiring dengan perubahan akal pada manusia. Unsur-unsur kebudayaan antara lain sistem keagamaan (religi), sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian, dan sebagainya. Humardani mengatakan kesenian sebagai bagian dari kebudayaan dari berbagai cabang-cabang seni yang ada baik rupa, drama, sastra dan musik, memiliki perasaan yang kuat dalam mencapai kemampuan cipta, rasa dan karsa, karena dalam karya-karya seni tersebut terdapat pengaktualisasian konsep kehidupan yang abstrak dan disajikan sebagai ajaran normal. Di samping itu dalam karya seni terdapat pula ajaran tentang nilai seperti estetika, etika, mistik, edukatif dan religius. Konsep jawa sering memberikan nama sebagai nilai adi luhung atau nilai wigati (Istiyadi, 2009: 8). Kesenian yang telah dikonsepkan oleh Humardani menjadi begitu penting untuk konsep kehidupan karena terdapat ajaran moral di dalamnya. Selain itu karya seni mengajarkan kita tentang nilai seperti estetika, etika, mistik, edukatif dan religius. Konsep ini tertanam dalam jiwa yang bernilai adi luhung. Akwan dalam Meha mengatakan musik tadisional merupakan musik instrumental dan vokal yang dimiliki olehn etnik tertentu dimana penggunaanya berkaitan dengan strukur Masyarakat tertentu (2011: 047). Dengan demikian dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan musik tradisional adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang mengandung melodi, irama, dan harmoni berdasarkan adat kebiasaan yang diwariskan secara turunmunurun. Musik tradisional adalah musik atau seni suara yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini di Indonesia. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat (wordpress.com ). Begitu pula halnya dengan kesenian musik Oglor yang berkembang di Kabupaten Pacitan, khususnya di Kecamatan Ngadirojo Desa Wonokarto yang sekarang ini dipecah menjadi tiga desa yaitu Desa Wonoasri, Desa Wonokarto, dan Desa Wonosobo. Kesenian Oglor merupakan kesenian yang bernafaskan Islam dalam kebudayaan Jawa yang memiliki makna mendalam di dalam setiap penyajiannya. Kesenian Oglor lahir dan berkembang di Kabupaten Pacitan kususnya di Kecamatan Ngadirojo. Oglor memilik banyak lagu diantaranya : Anbisari, Sawole, Kasalal, Badat, Bagendale, Juar, Soyar, Salorabono, Salokombang, Pitung Tahun, Oyar, Ngindama. Lagu Anbisari adalah lagu yang paling Tua dalam kesenian Oglor karna lagu ini yang pertama kali diajarkan oleh Dul Patah dan menjadi lagu pertama yang disajikan untuk memperingati acara Mualid Nabi Muhammad SAW Selain itu lagu Anbisari dijadikan sebagai lagu pembuka dalam setiap pertunjukan kesenian Oglor terutama untuk acara ritual. Hal ini menjadikan ketertarikan bagi penulis karna lagu Anbisari yang memiliki peran penting dalam kesenian Oglor sebagai lagu pembuka dan sebagai lagu tertua dalam kesenian Oglor yang disajiakan dengan nuansa Islami dan jawa yang sangat kental selain itu fungsi lagu Anbisari dalam Kesenian Oglor menjadikan lagu ini lebih bermakna dalam setiaap penyajianya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana bentuk lagu Anbisari dalam Kesenian Oglor Di Desa Wonosobo, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. 2) Bagaimana fungsi lagu Anbisari dalam Kesenian Oglor Di Desa Wonosobo, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Tulisan ini bertujuan untuk Menjabarkan bentuk lagu Anbisari dan Mendeskripsikan fungsi lagu Anbisari dalam Kesenian Oglor Di Desa Wonosobo, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Jurnal ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu metode peneltian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) (Sugiyono 2012: 10). Untuk mempermudah penulis dalam mencari informasi, penulis memilih beberapa narasumber yang terlibat langsung pada pertunjukan Anbisari dalam Kesenian Oglor Di Desa Wonosobo, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Narasumber terdiri atas narasumber kunci dan narasumber pendukung. Nara sumber kunci adalah (1) Kartono (80 tahun) mantan ketua Paguyuban Kesenian Oglor (2) Tumiran (55 tahun) adalah ketua dari Paguyuban Kesenian Oglor sekaligus sebagai pemain instrumen Kendang, (3) Jaman (67 tahun) sebagai sesepuh desa sekalaigus seniman Kesenian Oglor, (4) Adhi Suwito (67 tahun) mantan seniman kesenian Oglor (5) Djohan Perwirnto S.Pd. MSI (51 tahun) Seniman musik kabupaten Pacitan. Narasumber pedukung pada penelitian ini adalah (1) Jemain, Giran, Parlan, Boikan, Parni sebagai pelaku seni Oglor di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Data pendukung yaitu , dokumentasi foto, vidio kesenian kesenian Oglor. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (1) Studi Pustaka yaitu sumber yang didapat secara tertulis/tercetak baik dalam bentuk buka-buku seperti buku Ilmu Bentuk Musik, Kamus Musik, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu Sosila Budaya Dasar, Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi, Etnomusikologi dan lain-lain. Guna untuk memperdalam kajian tentang konsep yang berhubugan dengan masalah dari peneliti tentang pengkajian bentuk lagu dan fungsi lagu (2) Observasi, Penelitian tentang bentuk lagu dan fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor ini menggunakan observasi langsung. (3) Wawancara, Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (4) Dokumentasi, dokumentasi yang didapat dari penelitian ini berupa foto dan video pementasan lagu Anbisari dalam kesenian Oglor, foto wawancara, rekaman audio visual dan foto alat – alat musik yang digunakan dalam kesenian Oglor. Deskripsi Lagu Anbisari Anbisari adalah Sebuah lagu yang biasa digunakan pada saat pembuka kesenian Oglor yang berasal dari Kabupaten Pacitan yang didalamnya tersirat mengandung nilai pendidikan dan tuntunan, terutama yang berkaitan dengan nilai keislaman dan religious, itu terbukti dari salah satu syair didalamnya Yola èla èlo haè lola yamokamad yola rasollola perubahan kata dari bahasa Arab Laa illaha illa llaah Muhammada rasulu llaah. yang artinya : Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dalam lagu ini mengajarkan untuk memahami bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Lagu ini hanya dikususkan untuk acar ritual desa yang bersifat diam dalam arti ketika ritual arak-arakan lagu Anbiasri tidak dipakai lagi. Begitu juga ketika kesenian Oglor berkolaborasi dengan tarian lagu Anbiasri tidak lagi digunakan, hal ini dimaksudkan agar lagu Anbiasri terjaga keaslianya. Lagu Anbisari disajikan sebagai lagu pembuka dalam kesenian Oglor dengan sajian vocal dan instrumen pengiring tiga Terbang besar, satu kendang jawa, dan satu Sentik (kendag kecil). Tata busana adalah cara berpakaian atau kostum yang digunakan pada saat tampil dalam suatu pertunjukkan. Urusan busana atau kostum saat tampil adalah salah satu hal yang sangat penting tujuannya yaitu untuk memperindah penampilan. dalam pertunjukan kesenian Oglor lagu Anbisari, Kostum yang dipakai adalah celana panjang hitam, baju muslim putih, dan peci hitam. Lagu Anbisari disajikan dalam kesenian Oglor berdurasi kurang lebih 65 menit. Rentang waktu ini bisa dibilang lama untuk ukuran sebuah lagu, jika biasanya sebuah lagu hanya berdurasi 5-10 menit berbeda dengan lagu Anbisari yang berdurasi lebih dari 1 jam hal ini menjadikan lagu ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dari rentang waktu atau durasi yang di sajikan. Analisis Bentuk Lagu Anbisari Pendekatan penulisan notasi menggunakan sistem notasi musik internasional yaitu dengan tangga nada diatonis yang dipersepsikan sama dengan sistem pelarasan laras Pelog dan laras Slendro yang digunakan dalam kesenian Oglor sehingga penulisan notasinya adalah: Tangga nada Slendro yaitu 1 (do) = 6 (nem) - 2(re) = 7 (pi ) - 3 mi = 1 ( ji ) -5 (sol) = 3 (lu) - 6 (la) = 4 (pat). Tangga nada Pelog yaitu: 1 (do) = 6 (nem) - 3 (mi) = 1 (ji) - 4 (fa) = 2 (ro) - 5 (sol) = 3 (sol) - 7 (si) = 5 (ma). Pendekatan tanga nada yang digunakan adalah G mayor, A mayor, Eb mayor, F# mayor, B mayor, Ab mayor. yang dipersepsikan sama dengan sistem pelarasan pelog dan slendro. Bentuk dan struktur lagu Anbisari dalam kesenian Oglor yaitu: Bagian introduksi. Bagian ini terdiri dari 20 birama yang dimainkan secara bersaut-sautan antara penyanyi satu dengan yang lainya. Dengan mengunakan pendekatan tempo Rubato yaitu istilah pembawaan musik dengan tempo diubah demi untuk merubah ekspresinya bisa juga disebut tempo bebas. Mengunakan pendekatan tanga nada G mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan Slendro, bagian ini tidak mengunakan instrumen pengiring. Bagian A kompleks pendekatan tempo yang di gunakan adalah Andante yaitu tempo sedang dengan M.M 77-108, bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada G major yang di persepsikan sama dengan pelarasan Slendro, bentuk pengulangan dalm bagian ini : A - B - A’ - C - A’. Vokal yang dibawakan secara bersaut-sautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring Bagian B Kompleks bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada A mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan Pelog. pendekatan tempo yang di gunakan adalah Andante yaitu tempo sedang, berikut adalah bentuk pengulangan dalam bagian ini: D - D’ - E - D’ - E - D’. Vokal yang dibawakan secara bersautsautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring Bagian C Kompleks bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada Eb mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan Slendro. pendekatan tempo yang di gunakan adalah Andante yaitu tempo sedang, berikut adalah bentuk pengulangan dalam bagian ini : F - F - F’- F’- G - F’ – F’G - F’ – F’. Vokal yang dibawakan secara bersaut-sautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring Bagian D Kompleks bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada F# mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan Slendro. pendekatan tempo yang di gunakan adalah Andante yaitu tempo sedang, berikut adalah bentuk pengulangan dalam bagian ini : H - H’ - I -H’ - I - H’. Vokal yang dibawakan secara bersautsautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring. Bagian E Kompleks bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada G mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan Slendro. pendekatan tempo yang di gunakan adalah Andante yaitu tempo sedang, berikut adalah bentuk pengulangan dalam bagian ini : J - J’ - K -J’ - L - J’. Vokal yang dibawakan secara bersaut-sautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring. Sebagai penutup Bagian F Kompleks bagian ini menggunakan pendekatan tangga nada Ab, Eb, B mayor yang di persepsikan sama dengan pelarasan slendro. pendekatan tempo yang di gunakan pada bagian awal M adalah Andante yaitu tempo sedang, sedangkan pada bagian lanjutan M, N, O, menggunakan tempo Allegro yaitu tempo cepat. berikut adalah bentuk pengulangan dalam bagian ini : M - M’ - N -M’ - O - M’. Vokal yang dibawakan secara bersautsautan dan secara unisono, dengan menggunakan instrumen pengiring. Pada bagian M tuju birama terahir tempo melambat. Frase dalam lagu Anbisari Frasering merupakan pembagian lagu berdasarkan kalimatnya. Pada lagu Anbiasari kalimat atau periodenya terbentuk dari frase-frase yang tersusun dari beberapa jenis. Periode mempunyai bagian yang dapat digolongkan menjadi 2 bentuk bagian yaitu frase tanya ( Antencedes Phrase ) merupakan awal kalimat yang disebut pertanyaan atau kalimat depan, karena biasanya kalimat tersebut berhenti dengan nada yang dirasa mengambang dan dikatakan berhenti dengan koma. Sedangkan frase jawab ( Consequens Phrase ) merupakan bagian kedua dari kalimat yang biasa disebut jawaban atau kalimat belakang karena kalimat tersebut melanjutkan kalimat pertanyaan dan berhenti dengan titik atau akord tonika (Prier, 2011:2). Berikut frasering dalam lagu Anbisari Berikut adalah periode bagian A Kompleks yang terdapat Tiga periode yaitu A B C. dengan skema A( a a’a’x ) B (b b’ Gambar 1 : Notasi frasering bagian A kompleks Motif dalam lagu Anbisari Motif mrupakan bagian terkecil dalam suatu kalimat lagu yang terdiri dari sekelompok nada yang merupakan satu kesatuan. Karl Edmund menyatakan bahwa terdapat tujuh cara pengolahan motif. Berikut adalah penggolongan motif yang terdapat dalam lagu Anbisar Pengecilan interval Pengecilan interval, pengulangan dengan salah satu intervalnya diperkecil waktu. m diulang kembali pada m1 dengan memperkecil interval. m m1 Gambar 2 : Notasi pengecilan interval Pembesaran interval Pengulangan dengan salah satu intervalnya diperbesar. Meskipun disini terdapat pengecilan nilai nada namun interval terahir dalam setiap motif di m m 1 perbesar. Gambar 3 : Notasi bembesaran interval Pembesaran nilai nada b’ y) C (c c’c’z). Berikut notasi frase pada periode A B C : Pembesaran nilai nada, irama motif yang dirubah dengan masing-masing nilai nada digandakan atau diperbesar. m3 adalah pembesaran nilai nada. m m 1 M 2 m3 Gambar 4 : Notasi Pembesaran nilai nada Pengecilan nilai nada Pengecilan nilai nada, irama motif yang dirubah dengan masing-masing nilai nada yang diperkecil. m M Gambar 5 : Notasi pengecilan nilai nada Fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor Di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan Kesenian yang ada dan tumbuh di masyarakat, khususnya di bidang musik memiliki fungsi dan peran bagi masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Ada berbagai macam fungsi yang terdapat dalam kesenian tradisional. Fungsi-fungsi tersebut ada yang dapat dirasakan oleh para pelaku maupun oleh orang-orang yang hanya menikmati. Berdasarkan data yang ditemukan peneliti di lokasi penelitian melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi maka diperoleh suatu gambaran tentang bentuk lagu dan fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Oglor pada awal keberadaannya, berfungsi sebagai kesenian untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad, kemudian berkembang sebagai upacara ritual Desa seperti Nyapih, Mitoni/ Tingkeban, Sunatan, Perkawinan dan Hiburan ( wawancara Jaman 21 04 2016 ). Namun karna dalam hal ini hanya fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor yang akan dijelaskan maka hal yang tidak terkait dengan lagu Anbisari tidak akan dijelaskan dalam uraian di bawah. Ekspresi emosional Lagu Anbisari adalah sebuah lagu pembuka dalam kesenian Oglor yang terdapat banyak unsur didalamnya diantaranya ritme, melodi, dinamika, tangga nada dan lain-lain. Dengan unsur yang terdapat dalam lagu Anbisari di atas menjadikan ruang ekspresi bagi para pemainya. Dalam penyajian lagu Anbisari memiliki fungsi ekpresi emosional dan dapat dijadikan sebagai ekspresi diri individu yang ditampilkan melalui tempo, timbre serta kompleksitas musik yang disajikan. Kenikmatan Estetis Presentasi Estetis dari segi sajian pertunjukanya lagu Anbiasri disajikan kepada penonton dengan vocal dan instrumen pengiring tiga Terbang besar, satu kendang jawa, dan satu sentik (kendang kecil). Lagu atau tembang, syairnya terkait sangat erat, yang penyajiannya dibarengi musik pengiring, sehingga musik vokal dan instrumennya luluh menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kenikmatan estetis dapat dilihat dari penyajianya dan struktur lagu Anbiasri Hal ini sebagai bukti sudah ada penggarapan terhadap sajian lagu Anbisari. Fungsi tentang kenikmatan estetis merupakan sesuatu yang bisa dinikmati oleh pemain ataupun penontonya. Seperti yang dikutip dalam wawancara dengan Jaman (67 tahun) salah satu pemain sekaligus sesepuh, bahwasanya kesenian Oglor masih mendapat tempat dihati para penikatnya itu terbukti dengan masih seringnya masyarakat mengundang kesenian Oglor untuk acara ritual tentunya lagu Anbisari sebagai pembukanya. Sebagai hiburan Lagu Anbisari memiliki fungsi hiburan karena sebuah musik yang diciptakan mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur, hal ini dapat dinilai dari irama yang dibawakan oleh para pemain memberikan rasa puas, melodi yang dapat menyenangkan suasana hati untuk pemain maupun penonton. Adanya musik di kehidupan manusia menjadikan hidup lebih berwarna. Musik dapat mengubah suasana hati pendengarnya seperti memberikan suasana yang tenang dan damai, suasana senang, suasana haru, suasana sedih, dan suasana yang segar sesuai musik yang didengar. Hal ini dapat berpengaruh pada penikmat musik saat beribadah ataupun melakukan aktivitas sehari-hari dengan penuh semangat dan tidak merasa hampa dalam hidup. Lagu Anbisari masih menjadi sarana hiburan yang menarik bagi masyarakat Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan trutama bagi para pemainya karena para pemain begitu paham tentang karakter lagu Anbisari dari segi melodi dengan cengkok khasnya, pola ritme instrumen kendang, terbang dan sentik sehingga mereka sangat tau bagaimana cara menikmati kesenian tersebut, sedangkan untuk penontonya hanya sedikit kemungkinan mereka untuk terhibur karna banyaknya pengulagan dan panjangnya durasi dalam setiap penyajianya sehingga menimbulkan kejenuhan pada penonton wawancra Djohan (27-12-2016). Sebagai media komunikasi Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, melodi, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Bunyi adalah benda yang bergetar dan dapat menghasilkan suara yang merambat melalui medium atau zat perantara hingga sampai ketelinga. Dengan memanfaatkan sifat bunyi yang merambat maka lagu Anbisari dalam Kesenian Oglor dapat difungsikan sebagai media atau sarana komunikasi masyarakat. Lagu Anbisari sebagai lagu pembuka dalam kesenian Oglor, sehingga lagu ini dapat digunakan sebagai media komunikasi untuk memberitahukan bahwa kesenian Oglor telah dimulai dengan harapan agar masyarakat dapat berkumpul untuk menyaksikan Kesenian musik Oglor. Sebagai media komunikasi antar pemain. Bagi para pemainnya yaitu pada saat berlatih dan pementasannya, Para pemain kesenian Oglor berlatih rutin satu kali dalam satu minggu yaitu pada hari rabu. lagu Anbisari menjadi salah satu lagu yang kerap untuk dilatih hal itu dilakukan selain untuk menambah keterampilan dalam bermain dan kekompakan, juga untuk sarana komunikasi dan bertukar pikiran antar pemainnya ( wawancara Jaman 21 04 2016 ). Pada saat pementasannya komunikasi antar pemain sangat terlihat ketika penyanyi satu dengan penyanyi lain saling saut-sautan. Teknik saut-sautan ini dimainkan di setiap bagian yang terdapat dalam lagu Anbisari Selain itu ada bagian dalam lagu Anbisari yang dimainkan secara unisono hal ini menjadikan komunikasi antar pemain di sepanjang lagu Anbisari. Fungsi representasi simbolis Lagu Anbisari dalam kesenian Oglor adalah lagu yang memiliki makna simbolis didalamnya baik dari syair ataupun sajian lagunya. Musik yang terdapat dalam lagu Anbisari berperan sebagai sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai tradisi dan budaya. Rasa senang, sedih, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga dan rasa memiliki, atau perasaan khas mereka disimbolkan melalui keseluruhan struktu yang terdapat dalam lagu Anbisari, diantaranya dari segi tempo, melodi, irama, instrumen musik, dan syairnya. Sebagai sarana ritual dan keagamaan Kesenian Oglor pada awal keberadanya digunakan sebagai acara ritual Islami yang kemudian digabungkan dengan adat-adat Jawa yang ada di desa Wonosobo seperti Maulid Nabi Muhammad, Nyapih, Mitoni/ Tingkeban, Sunatan, Perkawinan dan Hiburan (wawancra Djohan 27-122016). Lagu Anbisari adalah salah satu lagu dalam kesenian oglor yang merupakan sebuah lagu yang berisi tentang pengakuan Muslim kepada Tuhanya yaitu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanya itu terbukti dari salah satu syair yaitu Yola èla èlo haè lola yamokamad yola rasollola perubahan kata dari bahasa Arab Laa illaha illa llaah Muhammada rasulu llaah. yang artinya : Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Dua kalimat syahadad diatas adalah kalimat sebagai ungkapan kesedian seseorang untuk memeluk agama Islam. Lagu Anbisari dapat dikatakan sebgai lagu ritual dapat dilihat dari ekspresi keseriusan dalam pembawaan lagu ini. Keseriusan ini dapat dilihat dari ambitus nada-nada tinggi yang dimainkan dalam lagu ini yang membutuhkan konsentrasi tinggi dalam penyajianya. Berikut notasi Tingkat keseriusan dan konsentrasi yang tinggi juga dapat dilihat dari pergantian tempo dan pergantian tangga nada . Selain itu juga dapat dilihat dari pola ritme pada instrumen rebana dan kendang yang saling mengisi menjadikan lagu Anbisari menjadi lebih hikmad. sehingga seluruh komponen sajian lagu Anbisari dengan nuansa Islam dalam baludan kebudayaan Jawa menjadikan lagu ini sebagai ritual pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesenian Oglor pada awal keberadaanya digunakan untuk acara keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dengan lagu Anbisari sebagai pembukanya dan kemudian digabugkan dengan adat-adat Jawa yang ada di desa Wonosobo (wawancara Jaman 21 04 2016). Lagu Anbisari merupakan sebuah lagu yang bernafaskan Islam yang berbalut dengan kebudayaan Jawa dari segi musik dan liriknya lagu Anbisari melantunkan syair yang menggunakan campuran bahasa Arab dan Jawa sehingga menambah keunikan tersendiri dalam lagu ini. Syair lagu Anbisari: Yola èla èlo haè lola yamokamad yola rasollola perubahan kata dari bahasa Arab Laa illaha illa llaah Muhammada rasulu llaah. yang artinya : Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syair yang berisi tentang puji-pujian kepada Allah SWT, kepada Nabi Muhammad dan sebagainya, hal tersebut merupakan syiar agama yang di sajikan melalui media kesenian sehingga memudahkan masyarakat untuk memahaminya. Sebagai media komunikasi antara individu dengan Tuhanya komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi intrapribadi yang artinya komunikasi yang dilakukan kepada diri sendiri. Proses komunikasi ini terjadi dimulai dari kegiatan menerima pesan/informasi, mengolah dan menyimpan, juga menghasilkan kembali. Hal tersebut dapat terjadi ketika penonton menerima pesan dari sajian kesenian Oglor lagu Anbisari kemudian mereka mengolah dan menyimpan pesan yang disampaikan berupa ajakan kepada Ketauhidan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanya syair lagu Anbisari : Yola èla èlo haè lola yamokamad yola rasollola dengan begitu mereka telah mendapat tuntunan dari ajaran Agam Islam. Gambar 6 : Notasi lagu Anbisari kalimat tauhid Dari uraian diatas jelas bahwa kesenian Oglor dengan Lagu Anbisari sebagai lagu pembukanya di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan difungsikan sebagai media atau sarana upacara budaya (ritual) dan sebagai media keagamaan. Fungsi tentang kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya Lagu-lagu daerah banyak memberikan kontribusi terhadap stabilitas budaya, karena tema dan cerita didalam syair yang menggambarkan budaya secara jelas, selain itu dapat dilihat dari instrumen pengiring dan melodi-melodi yang dibawakanya. Sebagai kesenian tradisional atau kesenian khas suatu daerah kesenian Oglor tentulah harus dapat membawa nama daerah asal kesenian itu yaitu dengan ditunjukkanya eksistensi di kabupaten Pacitan sehingga diakui oleh berbagai macam pihak diantaranya oleh masyarakat sebagai penikmat dan pemerintah. Kesenian Oglor diselenggarakan oleh masyarakat sebagai bentuk upacara ritual, keagamaan dan hiburan bagi masyarakat Pacitan kususnya desa Wonosobo, dalam kegiatan keagamaan Islam dan rital penyajian kesenian Oglor (lagu Anbisari) ini memuat kekuatan berkaitan dengan ucapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan dalam wujud lagulagu yang berupa puji-pujian kepada Allah SWT dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW Lagu Anbisari memberikan kontribusi terhadap stabilitas budaya karena lagu ini terbukti telah berfungsi sebagai ekpresi emosional, memberikan kenikmatan estetis, menghibur, alat komunikasi, menguatkan komformitas terhadap norma-norma, serta memvalidasi institusi-institusi sosial dan ritual keagamaan. melalui transmisi pendidikan yang tersirat dalam lagu Anbisari menjadikan kontrol sekaligus tuntunan bagi masyarakat agar berprilaku lebih baik. Hal ini menjadikan lagu Anbisari dalam kesenian Oglor memberikan kontribusi dan stabilitas budaya. Hal ini terbukti ketika masyarakat desa Wonosobo memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dan acara ritual seperti Nyapih, Mitoni/ Tingkeban, Sunatan dan lain-lain yang merukapan adat Jawa dan dapat bersanding dengan seni musik yang bernuansa Islam dalam satu peristiwa langsung, ini sebagai bukti stabilitas budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Fungsi kontribusi terhadap integrasi masyarakat Musik berfungsi memberikan kontribusi terhadap integrasi masyarakat yaitu memberi tentang salah satu hal solidaritas disekitar anggota-anggota masyarakat, jika suatu musik dimainkan secara bersama-sama maka tanpa disadari musik tersebut menimbulkan rasa kebersamaan diantara pemain atau penikmat musik tersebut sehingga musik berfungsi mengintegrasikan masyarakat. Lagu Anbisari berfungsi memberikan kontribusi terhadap integrasi masyarakat yaitu ketika lagu ini disajikan kepada penonton denagn vokal yang dimainkan secara unisono dengan instrumen pengiring. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa kebersamaan antara pemain ataupun penonton dengan demikian lagu Anbisari dapat dijadikan sebagai media untuk mengintegrasikan masyarakat. Selain itu keterlibatan antara tokoh masyarakat dngan kesenian Oglor (lagu Anbisari) menjadikan penyatuan antara masyarakat dengan kesenian Oglor menjadi sangat erat. Sebagai bukti Jaman (67 tahun) sebagai sesepuh desa Wonosobo yang ikut terlibat dalam kesenian Oglor (lagu Anbisari). sehingga kesenian Oglor (lagu Anbisari) dapat dijadikan sebagai media untuk mengintegrasikan masyarakat. Lagu Anbisari sebagai kontribusi integrasi dalam masyarakat dapat dilihat dari interaksi sosial antar warga yang tinggi sehingga menimbulkan terjadinya solidaritas dalam masyarakat hal itu terjadi ketika lagu Anbisari dalam kesenian Oglor dipentaskan, akan selalu terjadi interaksi sosial ketika adanya kontak dan komunikasi antara individu dengan individu yang menonton pertunjukkan lagu Anbisari, kelompok warga dengan kelompok seniman Oglor, maupun interaksi antara seniman kesenian Oglor. Munculnya interaksi tersebut diharapkan dapat memperkuat solidaritas, kerukunan dan jalinan persaudaraan antar warga serta adanya tali silaturahmi antar warga, kelompok maupun individu sehingga dapat mengintegrasikan masyarakat. Fungsi integrasi masyarakat dapat dilihat dari Solidaritas. Solidaritas bisa didefinisikan yaitu perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, sebagai salah satu anggota dari suatu kelompok. Dalam setiap pertunjukan lagu Anbisari tentunya mempunyai hubungan yang mengikat antara pemain satu dan yang lain. Jadwal latihan rutin yaitu setiap satu minggu sekali pada hari rabu dan juga adanya struktur organisasi untuk mempersiapkan suatu pertunjukan ataupun pada saat pertunjukan membuat para anggota yang tergabung dalam sajian lagu Anbisari dalam kesenian Oglor memiliki rasa saling membutuhkan antara satu sama lain. Hal ini dapat terlihat pada sajian lagu Anbisari ketika bagian yang dimainkan secara bersautan antara penyanyi satu dengan yang lain, selain itu pada bagian unisono. Rasa solidaritas akan mucul dengan sendirinya ketika setiap pemain Kesenian Oglor dengan sajian lagu Anbisari memiliki rasa kebersamaan dalam satu tujuan yaitu sukses dalam setiap pertunjukan. Gambar 7 Pertunjukan lagu Anbisari dalam kesenian Oglor Kesimpulan “Bentuk Dan Fungsi lagu Anbisari Dalam Kesenian Oglor Di Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dapat disimpulkan bahwa: Bentuk dan struktur lagu Anbisari memiliki bagian Introduksi, Bagian A kompleks A - B - A’ - C - A’. Bagian B kompleks D - D’ - E - D’ - E - D’. Bagian C kompleks F - F- F’- F’- G - F’- F’- G - F’ F’. Bagian D kompleks H - H’ - I - H’ - I H’. Bagian E kompleks J - J’ - K - J’ - L J’. Bagian penutup F kompleks : M’ - M’N - M’ - O - M’ - O - M’. Pendekatan analisis lagu Anbisari dalam kesenian Oglor menggunakan teori analisis bentuk musik dalam ilmu musikologi. Fungsi Lagu Anbisari dalam penelitian ini sebagai berikut : (1) ekspresi emosional, (2) kenikmatan estetis (3) hiburan (4) komunikasi (5) representasi simbolis (6) ritual-ritual dan keagamaan (7) kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya (8) kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Sehingga lagu Anbisari sangat penting perananya, baik dalam kehidupan seni Oglor ataupun bagi masyarakat desa Wonosobo. SARAN Penelitian yang dilakukan adalah fokus terhadap bentuk lagu dan fungsi lagu Anbisari dalam kesenian Oglor di Desa Wonosobo, sehingga masih banyak memungkinkan untuk dilakukan penelitian lanjutan dalam rumusan masalah yang berbeda. Misalnya bentuk penyajian kesenian Oglor, eksistensi kesenian Oglor, kajian variasi melodi, kolaborasi kesenian Oglor dengan kesenian lain, dan banyak lagi fokus penelitian yang dapat dilakukan. Seperti dikaji melalui ilmu sosiologi, antropologi, autobiografi, ataupun dari kajian budaya secara universal. Hal ini perlu dilakukan untuk langkah pendokumentasian kesenian Oglor yang berkembang di masyarakat desa Wonosobo. DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan. Dkk.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi ketiga ). Jakarta: Balai Pustaka Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius anggota IKAPI Dwidjowinoto, Wahjudhi. 2011. Keabsahan Data dan Analisa Data Dalam Penelitian Kualitatif. Surabaya : Progam Pasca Sarjana Unesa Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: CV. Titik Terang. Merriam, Alan P.1968. The Anthropology of Music. Chicago: Northwestern University Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya Nettl, Bruno. 1964. Teori dan Metode Dalam Etnomusikologi. Jayapura, Papua. JayapuraCenter Of Music Prier SJ, Karl Edmund. 2011. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Prier SJ, Karl Edmund. 2011. Kamus Musik. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi. Soedarso.1975.Trilogi Seni. Yokyakarta : BP ISI Yokyakarta Soedarsono. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung : Alfabeta Sukohardi. 1978. Teori Musik Umum. Yokyakarta : Pusat Musik Liturgi. Supanggah. R. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta. Yayasan Bentang Budaya. Susetyo, Bagus. 2007. Pengkajian Seni Pertunjukan Indonesia. Semarang. Widayati, Dkk. 2008. Ilmu Sosila Budaya Dasar . Unesa University Press.