Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOPERASIAN MOTOR ID FAN

advertisement
Makalah Seminar Kerja Praktek
PENGOPERASIAN MOTOR ID FAN DEDUSTING SYSTEM
DI BILLET STEEL PLANT
PT. KRAKATAU STEEL
1
Mahmud Fauzi Isworo.1, Ir. Bambang Winardi.2
Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof.Sudharto, Tembalang, Semarang
2
Abstrak - PT. Krakatau Steel merupakan Perseroan terbatas yang bergerak di bidang pembuatan
baja. Pada intinya PT Krakatau Steel terdiri dari 3 Pabrik Utama. Pabrik yang pertama adalah Pabrik Direct
Reduction yang merupakan Pabrik pengolah biji besi menjadi besi spons yang merupakan bahan baku
pembuatan baja. Pabrik yang kedua adalah Pabrik Peleburan besi dan baja yang terdiri dari Slab Steel Plant
(memproduksi baja lembaran) dan Billet Steel Plant (memproduksi baja batangan). Pabrik yang ketiga adalah
Pabrik Pengerolan baja yang terdiri dari Hot Strip Mill (Pabrik pengerolan baja canai panas), Cold Strip Mill
(Pabrik pengerolan baja canai dingin), dan Wire Rod (Pabrik batang kawat).
Dalam upaya mengurangi polusi udara yang ditimbulkan saat proses peleburan baja, PT Krakatau
Steel telah menerapkan sistem Penghisap debu (Dedusting System) di setiap Pabrik Peleburan Bajanya. Sebagai
Penghisap debu digunakan impeller (kipas), dimana kipas ini akan menghisap debu yang dihasilkan saat
peleburan baja melalui pipa-pipa dedusting. Pada Pabrik Baja Batangan (Billet Steel Plant) terdapat empat
buah Impeller, dimana tiap-tiap impeller digerakkan oleh motor induksi 3 fasa jenis sangkar tupai.
Motor yang digunakan adalah motor keluaran Siemens, Elin dan ABB. Tiap tiap motor mengkonsumsi
daya ± 1600 KW dan untuk pengontrolannya menggunakan PLC Siemens S-5 155. Sebagai Perantara PLC
dengan operator digunakan dua buah Human interface diantaranya VAI dan Intouch.
Kata kunci : Billet Steel Plant, Dedusting system, Motor ID Fan,
I.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai satu–satunya Pabrik pembuatan
Besi baja di Indonesia, PT Krakatau Steel telah
menerapkan upaya untuk mengurangi polusi
udara yang ditimbulkan saat proses peleburan
baja. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menyaring debu kotor keluaran di dapur
pembakaran sebelum dibuang ke udara luar.
Mekanisme penghisapan udara kotor hasil
peleburan baja sampai ke udara luar disebut
sistem Penghisapan debu (Dedusting system).
Sistem Penghisap debu (dedusting system)
menggunakan motor induksi 3 fasa sebagai
sumber penghisapannya. Motor ini memutar
impeller (kipas) sehingga debu akan terhisap
semuanya. Motor induksi 3 fasa dipilih karena
murah, fleksibel, dan mudah perawatannya.
Dalam kaitannya dengan penghematan
energi listrik yang digunakan, maka saat proses
peleburan baja berlangsung cukup menggunakan
satu buah motor saja. Cara ini dapat dilakukan
karena terdapat mixing chamber yang merupakan
ruangan pencampuran antara debu yang berasal
dari dua dapur.
Motor Induksi 3 fasa yang digunakan
memerlukan daya ±1650 KW dengan tegangan 6
KV oleh karenanya sumber motor langsung dari
Substation dan untuk sistem pengaman pada
motor digunakan sensor suhu pt100 dan sensor
getaran Vibrocontrol 1100. PLC disini berperan
untuk mengatur relai –relai yang ada di motor
dan disubstation. Proteksi pada motor terletak
pada wiring dan bearing. Keduanya perlu
diproteksi karena kedua bagian tersebut akan
panas jika motor bekerja terus menerus.
1.2
Maksud dan Tujuan
Hal – hal yang menjadi tujuan penulisan
laporan kerja praktek ini adalah :
1. Memberi gambaran tentang proses
pembuatan baja di PT Krakatau Steel
Cilegon.
2. Mengetahui proses pembuatan baja
batangan di Pabrik Baja Batangan (Billet
Steel Plant) PT. Krakatau Steel Cilegon.
3. Mengetahui Mekanisme sistem penghisap
debu (Dedusting system) Pabrik Baja
Batangan (Billet Steel Plant).
4. Menjelaskan sistem pengoperasian Motor
ID Fan dedusting system Pabrik Baja
Batangan (Billet Steel Plant).
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini penulis
membatasi masalah yang dibahas pada :
a. Pembahasan tentang Dedusting System
di Billet Steel Plant
b. Pembahasan tentang motor induksi tiga
fasa yang digunakan sebagai Motor Id
Fan
c. Pembahasan
tentang
Sistem
pengontrolan
menggunakan
PLC
Siemens S5-155 hanya pada sistem
pengoperasian motor ID Fan
d. Pembahasan tentang pengkabelan
motor ID Fan, hanya pada Motor ID
Fan 3 Dedusting System Billet Steel
Plant .
e. Tidak membahas peralatan – peralatan
kontrol yang digunakan secara
mendalam.
DASAR TEORI
Proses Produksi PT Krakatau Steel
Untuk melakukan sebuah produksi PT.
Krakatau Steel dibagi dalam beberapa Pabrik
diantaranya;
a. Pabrik Besi Spons
Unit ini merupakan suatu pabrik yang
menangani proses pengolahan biji besi/pellet
menjadi besi spons. Pabrik ini dibagi berdasarkan
teknologi yang digunakan dibagi menjadi 3 buah
yaitu Pabrik Direct Reduction Iron Plant (HYL
III), Pabrik Besi Spons HYL I, dan Pabrik Besi
Spons HYL II. Proses produksi nya dapat dilhat
pada gambar berikut
2. Pabrik Baja Batangan (Billet Steel
Plant)
Output produksinya adalah baja batangan
(Billet), Pabrik ini mempunyai kapasitas produksi
sebesar 500.000 ton/tahun, dengan spesifikasinya
sebagai berikut;
- penampang :110 mm x 110 mm; 120
mm x 120 mm; 130 mm x
130 mm
- Panjang : 6 m; 9m ; 12m
proses produksinya dapat dilihat pada
gambar berikut;
II.
1.
Gambar 3. Proses Produksi Billet Steel Plant
c. Pabrik Pengerolan Baja (Rolling Mill)
Terdiri dari 3 buah pabrik
1. Pabrik Baja Lembaran Canai Panas
(Hot Strip Mill).
Pabrik ini menghasilkan baja lembaran
dengan ketebalan yang tipis. Proses produksi
pada pabrik ini dapat dilihat pada gambar;
Gambar 4. Proses Produksi Hot Strip Mill
b. Pabrik Pembuatan baja
Pabrik Pembuatan baja di bagi
berdasarkan output produksinya menjadi;
1. Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant)
Output
produksinya
adalah
baja
lembaran, proses produksinya dapat dilihat pada
gambar berikut;
2. Pabrik baja lembaran Canai Dingin
(Cold Strip Mill)
Pabrik ini mengolah hasil produksi dari
HSM menjadi baja lembaran dengan ketebalan
15 mm. Baja yang dihasilkan dari Pabrik ini
banyak dipakai pada industri – industri yang
menggunakan pembungkus dari kaleng seperti
susu dan lain-lain. Proses produksinya dapat
dilihat pada gambar berikut;
Gambar 2. Proses Produksi Slab Steel Plant
Gambar 5. Proses Produksi CRM
Gambar 1. Proses Pabrik Besi Spons
3. Wire Rod
Pabrik ini mengolah baja hasil produksi
Billet Steel Plant menjadi baja berbentuk kawat.
Yang nantinya kawat ini akan diolah lagi menjadi
bahan – bahan bangunan. Proses produksinya
dapat dilihat pada gambar berikut;
tidak merusak kantong – kantong filter di filter
house.
2. Operasi di mixing chamber
Mixing chamber merupakan suatu tempat
pencampur debu dari dua dapur. Fungsi bagian
ini adalah mendinginkan debu dari FDC sebelum
masuk rumah filter, selain itu bagian ini juga
berfungsi sebagai media penghemat energi
karena dengan adanya mixing chamber ini hanya
di perlukan satu buah motor yang beroperasi saat
dua dapur sedang bekerja. Berikut adalah gambar
operasi di mixing Chamber sampai chamber.
Gambar 6. Proses Produksi Wire rod.
2.
Sistem Penghisap Debu (Dedusting
System) Pabrik Baja Batangan (Billet Steel
Plant)
Pada proses peleburan baja di Pabrik
Baja Batangan akan dihasilkan debu panas hasil
peleburan baja. Debu tersebut akan dibuang
melalui cerobong – cerobong yang ada pada
dapur. Mekanisme penghisapan debu mulai dari
dapur EAF sampai udara bebas disebut
Dedusting System. Sistem ini terdiri dari
beberapa bagian diantaranya;
1. Operasi di Dapur EAF (Electric Arc
Furnace)
Pada bagian ini sistem dibagi menjadi
dua yaitu; sistem ekstraksi langsung dari dapur
dan sistem ekstraksi dari canopy seperti terlihat
pada gambar berikut;
Gambar 8 Proses di mixing chamber
Pada chamber tiap – tiap motor ID Fan
terdapat sensor tekanan dimana perbedaan
tekanan ini digunakan untuk mengatur berapa
persen starting dumper akan membuka. Starting
dumper inilah yang mengatur konsumsi energi
listrik yang dipakai oleh motor ID Fan. Semakin
lebar bukaannya maka akan menyebabkan debu
yang tersedot banyak sehingga untuk menjaga
putarannya tetap maka motor akan menggunakan
arus yang besar pula.
3. Operasi di Filter House Dan dust
transport
Untuk lebih jelasnya pengoperasian dust
transport system dapat diterangkan menggunakan
gambar berikut ini;
Gambar 7. Operasi di dapur
Suhu debu didapur bisa mencapai lebih
dari 10000C sehingga perlu didinginkan terlebih
dahulu sebelum sampai filter penyaring.
Kecepatan aliran debu tergantung pada bukaan
dec dumper. Dec dumper ini berupa limit switch
yang menggunakan sensor suhu. Seperti terlihat
pada gambar sistem ekstraksi langsung melalui
cerobong pipa panas dan ekstraksi canopy
berbentuk seperti topi di atas dapur. Debu dari
eksttraksi langsung akan didinginkan lagi di FDC
(Force Draught Cooler) agar debu panas ini
Gambar 9 Proses di filter House
Pada bagian ini debu akan disaring
menggunakan filter, dimana jumlah filter yang
digunakan kurang lebih 500 buah. Untuk sistem
pengontrolannya digunakan sensor tekanan.
Ketika tekanan dalam filter house mengenai batas
dari limit switch maka akan memberikan sinyal
ke PLC untuk mengakifkan pneumatic sistem
sehingga debu yang terkumpul akan langsung
dikeluarkan ditiap tiap bagian filter. Debu
tersebut akan dibuang ke dust silo menggunakan
konveyor. Untuk membuka valve dari tiap – tiap
filter digunakan motor auma. Motor ini juga
dikendalikan oleh PLC.
Sebagai sumber penghisap debu di
gunakan sebuah motor induksi 3 fasa jenis
Sangkar tupai. Spesifikasi motor yang digunakan
dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 1 Spesifikasi Motor ID Fan Billet Steel Plant
Deskripsi
Motor ID
Motor ID
Motor ID
Fan 1 dan 2
Fan 3
Fan 4
Merk
ABB
Type
AMA
450L4A
BAH
Protection
(IP)
Mounting
Designation
Method of
cooling
Insulation
Gambar 10 Dust transport dari mixing chamber langsung ke
dust silo
Dalam dedusting system di Billet Steel
Plant, debu yang telah tersaring oleh filter akan
dibuang ke dust silo. Didalam dust silo debu
yang terkumpul bisa berasal dari fiter house atau
langsung dari mixing chamber.
Di dalam dust silo, untuk mengeluarkan
debu juga digunakan sistem tekanan udara.
Dimana sistem ini diatur juga oleh PLC. Untuk
membuka valvenya juga menggunakan motor
auma. Motor ini dapat diputar bolak balik, dan
pengaturannya dikontrol oleh PLC
Gas buangan dari EAF setelah disaring
oleh filter ada juga yang tersedot keluar, namun
gas ini diharapkan sudah tidak mengandung
unsur – unsur yang berbahaya bagi lingkungan.
3.
Motor ID Fan
ELIN
1 RQ 1632HKL4HN 60-Z 150D04F8C03M
IP 55
IP 54
IP 54
IM 1001
IM 1001
IM 1001
IC 611
IC 611
Class F
IC A 01
A61
Class F
Class F
1600 kW
1950 kW
1600 kW
6000±5% V
6000±5% V
185 A
6000±10%
V
216 A
50 Hz
50 Hz
50 Hz
Speed
1488 rpm
1491 rpm
1487 rpm
Cos ψ
0,87
0,90
0,88
Efficiency
96,3 %
96,1 %
Starting
Curent
Starting
Torque
Conection
5,5
5,2
0,7
0,75
Nominal
Output
Nominal
Voltage
Nominal
curent
Frequency
Year of
Manufacturing
Gambar 11 Dust transport dari filter house ke dust silo
SIEMENS
182 A
Star
Star
Star
2005
1990
1996
Penamaan motor induksi berasal dari
kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan
diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan
arus yang terinduksi sebagai akibat perbedaan
relatif antara putaran rotor dengan medan putar
yang dihasilkan oleh stator. Motor induksi tiga
fasa banyak digunakan dalam dunia industri, hal
ini dikarenakan motor induksi memiliki
kelebihan antara lain motor ini sederhana, murah
dan mudah pemeliharaannya.
3.1 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa [13]
Motor induksi tiga fasa memiliki dua
komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian
rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah
udara yang sempit (air gap) dengan jarak antara
0,4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi
tiga fasa berdasarkan lilitan pada rotor dibagi
menjadi dua macam yaitu rotor belitan (wound
rotor) adalah tipe motor induksi yang memiliki
rotor terbuat dari lilitan yang sama dengan lilitan
statornya dan rotor sangkar tupai (Squirrel-cage
rotor) yaitu tipe motor induksi dimana konstruksi
rotor tersusun oleh beberapa batangan logam
yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada
pada rotor motor induksi, kemudian setiap bagian
disatukan oleh cincin sehingga membuat
batangan logam terhubung singkat dengan
batangan logam yang lain.
3.2 Stator Motor Induksi Tiga Fasa
Inti stator motor induksi tiga fasa terbuat
dari lapisan pelat baja beralur yang didukung
dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang
atau pelat baja yang dipabrikasi. Belitan motor
diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120
derajat listrik. Belitan fasa tersambung secara
segitiga (∆) atau bintang (Y). Dalam motor
induksi, belitan jangkar (armature winding)
dibentuk dengan menghubungkan konduktorkonduktor dalam suatu alur (slot) yang tersebar
dalam sekeliling stator dari motor.
3.3 Rotor Motor Induksi Tiga Fasa
Rotor dari motor induksi tiga fasa
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu : rotor sangkar
tupai dan rotor belitan.
1.
Rotor sangkar tupai
Inti dari rotor motor induksi tipe
sangkar tupai terdiri dari lapisan-lapisan
konduktor yang dipasangkan sejajar dengan
poros dan mengelilingi permukaan inti.
Konduktor tidak terisolasi dari inti, karena
arus rotor secara alamiah akan mengalir
melalui tahanan yang paling kecil, yaitu
konduktor rotor. Pada setiap ujung rotor,
semua konduktor rotor terhubung singkat
dengan cincin ujung. Konduktor rotor dan
cincin ujung serupa dengan sangkar tupai
yang berputar sehingga dinamakan motor
induksi sangkar tupai.
Batang rotor dan cincin ujung
motor sangkar tupai yang berdaya kecil
merupakan
corcoran
tembaga
atau
aluminium dalam satu lempeng pada inti
rotor. Dalam motor yang berdaya lebih besar,
batang rotor tidak dicor melainkan
dibenamkan ke dalam alur rotor dan
kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung.
Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu
ditempatkan sejajar terhadap poros motor
tetapi kerap kali dimiringkan, supaya
menghasilkan torsi yang lebih seragam. Pada
gambar 5.1 dapat dilihat bentuk dari motor
induksi rotor sangkar tupai.
Gambar 12 Motor tipe rotor sangkar tupai
2.
Rotor belitan.
Motor induksi rotor belitan atau
motor induksi dengan cincin-slip berbeda
dengan motor induksi sangkar tupai dalam
hal konstruksi rotor. Motor induksi rotor
belitan adalah tipe motor yang memiliki rotor
terbuat dari lilitan. Lilitan rotor tersebar
secara seragam pada slot-slot dan secara
umum dihubungkan secara wye, ketiga
terminal tersebut dihubungkan dengan slipring kemudian terhubung dengan sikat yang
diam (stationary brushes), karena hal ini
maka motor bisa diberi resistor dari luar
sehingga kecepatan motor dapat diatur
dengan mengubah resistor luarnya. Untuk
menjalankan motor induksi tipe rotor belitan
secara normal maka stationary brushes
dihubung singkat. Motor induksi rotor lilitan
dibandingkan dengan motor induksi sangkar
tupai kurang banyak digunakan karena harga
yang mahal dan biaya pemeliharaan lebih
besar. Pada gambar 5.2 dapat dilihat gambar
motor rotor belitan.
Gambar 13 Motor tipe rotor belitan
3.4 Prinsip kerja Motor Induksi Tiga Fasa[13]
Prinsip kerja motor induksi tiga fasa
didasarkan pada hukum Faraday (tegangan
induksi akan ditimbulkan oleh perubahan induksi
magnetik pada suatu lilitan) dan hukum Lorentz.
(perubahan magnetik akan menimbulkan gaya).
Apabila suatu konduktor yang memiliki
satuan panjang dan dihubung singkat kemudian
diberikan medan magnet, akan membuat
konduktor timbul arus yang dapat dilihat pada
gambar 5.3 Motor induksi bekerja bergantung
pada medan magnetik putar yang ditimbulkan
dalam celah udara motor akibat arus stator.
Lilitan stator tiga fasa dililitkan dengan lilitan
fasa berjarak 120 derajat listrik, jika lilitan diberi
energi dari catu tiga fasa maka akan timbul fluksi
pada masing-masing fasa. Ketiga fluksi tersebut
bergabung membentuk fluksi yang bergerak
mengelilingi permukaan stator pada kecepatan
konstan, yang disebut medan magnetik berputar.
Medan putar yang terjadi akan menyebabkan
rotor berputar dengan arah yang sama dengan
fluks putar.
Prinsip dasar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tegangan induksi akan timbul pada setiap
konduktor diakibatkan oleh medan magnet
yang
memotong
konduktor
(Hukum
Faraday).
2. Karena konduktor dihubungkan menjadi
satu,
membuat
tegangan
induksi
menghasilkan arus yang mengalir dari
konduktor ke konduktor lain.
3. Karena terjadi arus diantara medan magnet
maka akan timbullah gaya (Hukum Lorentz).
4. Gaya akan selalu menarik konduktor untuk
bergerak sepanjang medan magnetik.
Gambar 14 Hukum Faraday dan Lorenz yang bekerja pada
sebuah lempengan
Gambar 15 Prinsip kerja motor
Pada gambar 5.4 dapat dilihat bagaimana
rotor berpindah dari satu kutub ke kutub lain
karena terjadi beda medan magnet yang dialami
setiap kutub. Perbandingan kecepatan tergantung
pada waktu yang dibutuhkan untuk berpindah
dari satu kutup ke kutub lain. Waktu yang
dibutuhkan tergantung pada frekuensi dari
sumber tegangan. Bila sumber tegangan memiliki
frekuensi sebesar 50 Hz maka setiap putaran dari
kutub ke kutub membutuhkan waktu 1/50 detik,
sehingga akan menimbulkan perpindahan kutub
ke kutub sebesar 3000 perpindahan permenit.
Jika frekuensi dikurangi sebanyak 5 Hz maka
rotor akan berpindah sebanyak 2700 langkah dari
kutub ke kutub dalam satu menit. Bila jumlah
pasangan kutub ada satu (2 kutub) maka rotor
akan berputar 3000 putaran permenit dengan
frekuensi sumber tegangan sebesar 50 Hz, tetapi
bila jumlah kutub pada motor induksi
diperbanyak dua kali (4 kutub) akan
menyebabkan perputaran motor akan menurun,
dikarenakan setiap langkah dari kutub ke kutub
pada frekuensi 50 Hz waktu yang dibutuhkan
1/50 detik karena terdapat 4 kutub maka waktu
yang dibutuhkan dalam satu putaran akan
membutuhkan waktu 1/25 detik, sehingga
perputaran motor akan berkurang menjadi 1500
putaran per menit. Kecepatan motor induksi tiga
fasa sangat dipengaruhi oleh jumlah kutub pada
stator dan frekuensi sumber tegangan yang
dirumuskan sebagai berikut
ns 
120. f
.................................. (5.1)
p
dimana :
ns = kecepatan sinkron (rpm)
f = frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub
Kecepatan putar dari medan magnetik
berputar disebut kecepatan sinkron dari motor.
Untuk catu daya dengan frekuensi yang konstan,
kecepatan sinkron setiap motor adalah konstan.
Dalam motor induksi yang tidak ada hubungan
listrik ke rotor, arus rotor merupakan arus
induksi. Konduktor rotor mengalirkan arus dalam
medan magnetik sehingga terjadi gaya pada
rotor. Jika lilitan stator diberi energi dari sumber
listrik tiga fasa, dibangkitkan medan magnetik
yang berputar pada kecepatan sinkron. Ketika
medan melewati konduktor rotor, dalam
konduktor diinduksikan ggl, sama seperti ggl
yang diinduksikan dalam lilitan sekunder
transformator oleh fluksi arus primer. Motor
induksi tidak dapat berputar pada kecepatan
sinkron. Apabila mungkin dengan suatu cara agar
rotor dapat mencapai kecepatan sinkron, maka
rotor akan tetap diam secara relatif terhadap
fluksi yang berputar. Maka tidak akan ada ggl
yang diinduksikan dalam rotor, tidak ada arus
rotor yang mengalir, sehingga tidak akan
dihasilkan kopel. Selisih antara kecepatan rotor
dan kecepatan sinkron disebut slip. Slip dapat
dinyatakan dalam putaran permenit, tetapi lebih
umum dinyatakan sebagai persen dari kecepatan
sinkron. Slip dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut.
s
dimana :
s
ns
ns  n
..................................... (5.2)
ns
= Slip
= Kecepatan
(putaran/menit)
Sinkron
n
=
Kecepatan rotor (putaran/menit)
Setiap terjadi pertambahan beban akan
memperbesar
kopel
motor
yang akan
memperbesar pula arus induksi pada rotor
sehingga slip akan bertambah besar. Maka
putaran rotor cenderung menurun apabila beban
rotor bertambah.
Dari persamaan (5.1) dapat dituliskan
lagi menjadi :
f 
p.ns
..................................(5.3)
120
apabila fr menyatakan frekuensi rotor
maka dari persamaan (5.3) dapat dituliskan
hubungan yang berlaku untuk rotor sebagai :
fr 
Tst , Ist = torsi dengan arus pengasutan
Tf, If = torsi dengan arus beban penuh
Sf
= slip beban penuh
Misalkan arus pengasutan adalah 7 kali
arus normal, dan slip saat beban penuh adalah
sebesar 0,04 maka dari persamaan (5.6) diperoleh
:
2
Tst  7.If 

 0.04 = 1,96
Tf
 If 
dari perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa dengan arus pengasutan dengan nilai
sebesar 7 kali arus beban penuh motor hanya
menghasilkan torsi pengasutan sebesar 1,96 kali
torsi saat beban penuh.
K1
p . (n s  nr )
120
R
p . n s n s  nr
x
120
ns
S
atau
fr 
Sehingga
frekuensi
rotor
dapat
dinyatakan sebagai :
f r  f .s .................................... (5.4)
s
fr
....................................... (5.5)
f
Dari persamaan (5.5) dapat diketahui
bahwa pada saat motor diam (slip = 1) frekuensi
pada stator dan rotor adalah sama. Kemudian
dalam keadaan rotor berputar, frekuensi rotor
dipengaruhi oleh persentase nilai slip.
3.5 Pengasutan Motor Induksi Tiga Fasa [1] [2]
[10 [13] [14]
Motor induksi saat dihubungkan dengan
tegangan sumber secara langsung akan menarik
arus 500% sampai 800% dari arus beban penuh
dan hanya menghasilkan torsi 0,5 sampai 1,5 kali
torsi beban penuh. Arus mula yang besar dapat
mengakibatkan pengurangan (drop) tegangan
pada saluran sehingga akan mengganggu
peralatan lain yang dihubungkan pada saluran
yang sama.
3.6 Pengasutan Motor Induksi Metode Direct
on Line (DOL)
Apabila motor induksi dihidupkan
dengan menghubungkan tegangan normal dari
jala-jala secara langsung, arus pengasutan sama
dengan arus hubung singkat. Maka :
2
Tst  Ist 

 S f .....................(5.6)
Tf
 If 
dimana :
K1
M
3~
K1
T
Gambar 16 Pengasutan metode DOL atau DTL
3.7 Pengereman pada Motor listrik[5] [8] [10] [14]
Pada penggunaan motor induksi sering
dibutuhkan proses menghentikan putaran motor
dengan cepat, terutama aplikasi untuk konveyor.
Untuk menghentikan putaran rotor, torsi
pengereman diperlukan, yang dapat dihasilkan
secara mekanik maupun secara kelistrikan.
Dalam pengereman mekanik torsi pengereman
dihasilkan oleh peralatan pengereman yang
berupa sepatu rem dan drum yang terpasang pada
poros rotor, sedangkan pengereman secara listrik,
torsi pengereman dihasilkan berdasarkan nilai
arus injeksi yang diberikan pada belitan stator.
Berikut ini merupakan perbandingan
antara pengereman mekanik dengan pengereman
secara listrik. Pengereman secara mekanik
membutuhkan jadwal pemeliharaan teratur
karena terdapat rugi–rugi mekanis seperti
gesekan sedangkan pengereman secara listrik
tidak membutuhkan perawatan secara teratur
karena tidak adanya gesekan mekanik saat terjadi
pengereman. Pada pengereman mekanik energi
putar dari rotor dikurangi dengan cara menekan
poros rotor menggunakan sepatu rem, sehingga
timbul gesekan yang menimbulkan panas dan
menghasilkan debu akibat gesekan serta
tergantung pada kondisi, proses pengereman
mekanik tidak bisa dilakukan secara halus
(terjadi hentakan). Pada pengereman secara
listrik energi putaran rotor dihilangkan diubah
menjadi
energi
listrik yang kemudian
dikembalikan ke suplai daya, atau dengan
memberikan suatu medan magnet stasioner pada
stator sehingga putaran rotor akan berkurang
dengan sendirinya, pengereman secara listrik
lebih halus dan tidak ada hentakan yang terjadi.
Pengereman mekanik dapat dilakukan pada
sistem dengan segala posisi dan memiliki torsi
untuk menahan beban dalam keadaan sudah
berhenti. Pengereman secara listrik tidak dapat
menghasilkan torsi untuk menahan beban dalam
keadaan sudah berhenti dan membutuhkan
sumber energi listrik untuk mengoperasikannya.
3.8 Metode Pengereman pada Motor Induksi
Terdapat beberapa metode pengereman
motor induksi secara listrik, yang dapat
dilakukan dengan beberapa macam cara yaitu :
1. Plugging
Pengereman ini dilakukan dengan
cara membalik fasa pada hubungan stator
motor sehingga juga akan membalikkan arah
medan magnetik rotasi. Karena rotor dan
medan berputar pada arah yang berlawanan,
maka nilai slip menjadi lebih besar dari satu,
torsi
elektromagnetik
dikembangkan
berlawanan arah dengan torsi saat motor
beroperasi untuk membuat motor dapat
berhenti. Arus selama pengereman ini akan
lebih besar dari arus waktu pengasutan.
Pengereman ini tidak dianjurkan karena
motor akan lebih cepat rusak, akibat dari arus
yang ditimbulkan lebih besar daripada arus
pengasutan motor pada saat pengereman.
2. Pengereman dinamik
Pengereman dilaksanakan dengan
cara menginjeksikan arus dan tegangan DC
pada belitan stator motor induksi setelah
dilepaskan
dari
sumber
tegangan
suplai AC. Arus DC yang diinjeksikan pada
kumparan stator akan mengembangkan
medan stasioner untuk menurunkan tegangan
pada rotor dan menghasilkan medan magnet.
Medan magnet akan berputar dengan
kecepatan yang sama dengan rotor tetapi
dengan arah yang berlawanan untuk
menjadikan stasioner terhadap stator.
Interaksi medan resultan dan gerak gaya
magnet rotor akan mengembangkan torsi
yang berlawanan dengan torsi motor
sehingga pengereman terjadi.
3.9 Pengereman Dinamik
Pengereman dinamik digunakan untuk
menghentikan putaran rotor motor induksi.
Tegangan pada stator diubah dari sumber
tegangan AC menjadi tegangan DC dalam waktu
yang sangat singkat. Torsi yang dihasilkan dari
pengereman tergantung pada besar arus DC yang
diinjeksikan pada belitan stator. Pada gambar 5.6
menunjukkan bentuk rangkaian pengereman
dengan injeksi arus searah pada motor induksi
tiga fasa.
K1
K2
Trafo
Step Down
Penyearah
M
3~
Gambar 17
Stator
Motor
Pengereman dinamis dengan injeksi arus
searah
.
Arus searah yang diinjeksikan pada
kumparan stator akan mengembangkan medan
stasioner untuk menurunkan tegangan pada rotor.
Oleh karena kumparan rotor terhubung singkat,
arus yang mengalir menghasilkan medan magnet.
Medan magnet akan berputar dengan kecepatan
yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang
berlawanan untuk menjadikan stasioner terhadap
stator. Interaksi medan resultan dan gerak gaya
magnet rotor akan mengembangkan torsi yang
berlawanan dengan torsi motor sehingga
pengereman terjadi. Torsi pengereman yang
dihasilkan tergantung pada besarnya arus injeksi
DC pada belitan stator, karena torsi pengereman
(Тb) sebanding dengan arus injeksi. Sedangkan
nilai tahanan (R) berpengaruh pada nilai
kecepatan torsi pengereman terjadi. Semakin
kecil nilai tahanan (R), semakin cepat torsi
pengereman
terjadi.
Kurva
karakteristik
kecepatan–torsi selama pengereman dinamik
dapat dilihat pada gambar 5.7 berikut.
5
Gambar 18
6
Kurva kecepatan–torsi selama pengereman
dinamis DC.
Dengan metode pengereman dinamik,
motor induksi AC lebih sering digunakan
daripada motor DC khususnya pada aplikasi
untuk konveyor.
IDC
IDC
Idc 
3Iac
6
Konfigurasi F
Idc 
3Iac
..................................................... (5.16)
Idc 
1/3
STATOR
1/3
(b)
(a)
1/2
STATOR
IDC
STATOR
STATOR
1/2
(d)
(e)
Torsi Pada Saat Pengereman (τ)
br (1) 
Pada perancangan rangkaian pengereman
dinamik untuk keenam konfigurasi rumus arus
injeksi Idc ditabulasikan pada tabel 5.1
Rumus arus injeksi DC pada keenam konfigurasi
hubungan belitan stator untuk pengereman
dinamis
No
N
Uraian
Nilai Tegangan DC (V)
Nilai Tahanan Armatur (Ω)
Nilai Tahanan Luar (Ω)
Arus Injeksi (A)
(f)
Gambar 19. Konfigurasi hubungan belitan stator untuk
pengereman dinamis.
Tabel 2
E
………….….. (5.17)
( Ram  Rb )
dengan :
E
=
Ram =
Rb
=
Idc
=
(c)
IDC
IDC
2 2
E  Idc( Ram  Rb)
STATOR
STATOR
2 2
Untuk mendapatkan arus injeksi DC dilakukan
perhitungan sebagai berikut.
IDC
2/3
5
Konfigurasi E
Pdc


Vdc.Idc
........... (5.18)
n
2
60
dengan :
n =
Putaran Rotor (RPM)
Energi Yang Dihasilkan Pada Saat
Pengereman (E)
Rumus
E  Vdc.Idc.t ............................ (5.19)
1
2
3
4
1
Konfigurasi A
1
Konfigurasi B
3
Konfigurasi C
4
Konfigurasi D
Idc 
3
Iac
2
Idc  2Iac
Idc 
Idc 
3
2
2
3
dengan :
E
=
Energi Yang Dihasilkan (Watt.Detik)
/ (Joule).
t
=
Lama Waktu Pengereman (Detik)
Panas yang dihasilkan saat pengereman
Idc .( Rb  2.Rarm).t (Joule) ................... (5.20)
2
Iac
III.
2.1
Iac
ISI
Wiring Motor Id Fan
Sumber tiga fasa di dapat langsung dari
Substation. Sedangkan Metode pengasutannya
mengguakan metode DOL (Direct on Line)
wiring diagramnya dapat dilihat pada gambar
berikut;
berupa kondisi suhu di bearing.Sensor suhu yang
ada dibearing
dihubungkan ke Pt 100 di
substation, namun untuk pengontrolannya
dilakukan di PLC room. Kondisi untuk
mentripkan motor digambar dapat ditunjukkan
state –K41, -K42, dan –K44
Gambar 20 pengkabelan motor Id Fan
Pengoperasian motor ID Fan Untuk
jalan mula dapat dijalankan menggunakan PLC,
dengan adanya HMI (Human Machine interface)
di Ruang PLC memungkinkan petugas untuk
menggerakkan motor secara tidak langsung. HMI
yang digunakana di Billet Steel Plant ada dua ,
diantaranya VAI ( HMI asli untuk PLC S5 ) dan
yang kedua adalah yang berbasis Intouch.
Kontaktor yang tersambung ke relay output PLC
di simbolkan dengan 11 dan 12. untuk proteksi
motor terhadap temperatur di winding dan
bearing digunakan limit switch yang terhubung
dengan sensor suhu. Sensor suhu yang digunakan
adalah Pt100.
–Y9, -Y1, -Y7 adalah valef yang
digunakan untuk menggerakkan Motor DC di
CB. Mekanisme pengerakkan motor DC di CB
ini menggunakan mekanisme hidrolik dan
pneumatik. Untuk mengetahui lebih jelas tentang
mekanisme kerja CB dapat melihat gambar
berikut.
Gambar 21 Pengkabelan kontaktor di Circuit Breaker.
Dari gambar terlihat bahwa motor akan bekerja
jika kondisi -Q31, -Q32, -S5,-S2 dalam kondisi
close (menutup). –Q32 dan –Q31 adalah perintah
yang didapat dari analog input motor yang
Gambar 22 Pengkabelan Motor untuk kondisi Trip.
Gambar diatas merupakan penjelasan dari
gambar yang pertama dan kedua. Digambar ini
diperlihatkan pengkabelan INT 2000 dengan
Pt100. yang menggunakan 3 kabel. Dimana kabel
negatif dan nol digroundkan. Pada gambar ini
juga diperlihatkan pemasangannya di PLC. –
K101 dan –K102 adalah kontaktor di PLC,
dimana state ini ada di dalam kotak digambar. –
A101 adalah state yang bekerja jika motor dalam
keadaan warning
Dalam keadaan bahaya, misal suhu di
kedua sisi bearing motor ID Fan mencapai
120oC. Maka limit switch yang ada di substation
akan bekerja menggerakkan motor DC di Circuit
Breaker (CB). Setelah itu terjadi mekanisme
mekanik sehingga CB dapat dimatikan (
diTripkan). Kemudian Substation memberikan
sinyal kepada PLC bahwa Motor ID Fan tidak
bekerja (OFF). Keadaan inilah yang dimaksud
dengan kondisi Trip. Untuk pengereman motor
ID Fan ini digunakan metode Plugging yaitu
metode pengereman dengan cara membalik fasa.
INT 2000 merupakan sensor getaran.
Alat ini akan mengukur besarnya getaran yang
terjadi di Impeller. Apabila getaran di impeler
melebihi
batas
yang ditentukan
maka
vibrocontrol ini akan memberi sinyal limit switch
(-F25) untuk membuka sehingga motor akan
berhenti beroperasi.
2.2
Pengkabelan Hardware PLC untuk Id
Fan
Berikut adalah pengkabelan hardware
PLC untuk Dedusting system di Billet Steel
Plant;
Gambar 23 Pengkabelan Hardware PLC 1
–A001 ini terdapat di motor ID Fan,
dalam state ini dapat dipilih pengoperasian motor
secara manual atau otomatis. Selain itu state ini
dapat meberikan informasi bahwa motor dalam
keadaan warning Untuk pemakaian secara
otomatis maka di –S011 dipindahkan ke-keadaan
auto. Sedangkan state –S013 adalah kondisi
Saklar colse atau motor jalan dan State –S012
adalah kondisi open atau motor sedang berhenti
beroperasi.
+CR10M201 adalah PLC dibagian ini
terdapat jalur-jalur pengalamatan. +BB15 adalah
blok di substation dibagian ini terdapat beberapa
syarat yaitu; feedback atau umpan balik state ini
digunakan untuk mengumpan balikkan kondisi
suhu di bearing motor ke PLC. Elektrik ok adalah
bagian untuk mengecek apakah ada arus yang
mengalir ke motor. Sedangkan control voltage
adalah bagian untuk menyuplai energi listrik
untuk menggerakkan motor.
=200.PC02+CR10C201 adalah programprogram yang ada di PLC, dibagian ini juga
terdapat alamat program di PLCnya. Misal untuk
mode otomatis terdapat pengalamatan sebagai
berikut; I38.0 –A209 –X209. I28.0 adalah
masukan untuk motor ID fan di PLC, sedangkan
–A209 –X209 adalah pengalamtannya di PLC.
Untuk mengetahui proses operasi dalam
keadaan yang membahayakan motor, misal saat
kondisi bearing terlalu panas dapat di ketahui
menggunakan pengkabelan hardware berikut ;
Gambar 24 Pengkabelan Hardware PLC 2
+BB15 berada di Substation pada bagian
ini terdapat state Current (menyatakan suplai arus
ada apa tidak), C.B tripped (menyatakan suatu
kondisi apakah CB bekerja atau tidak), Temp
Warm (menyatakan kondisi suhu di bearing dan
winding motor) , CB off (menyatakan kondisi
untuk CB dalam kondisi off / tidak bekerja),
Sedangkan relay untuk kondisi bahaya di
simbolkan dengan +CR10A201, bagian ini
berfungsi untuk menggerakkan kontaktor –K 101
dan –K102 yang merupakan kontaktor untuk
menghidupkan dan menjalankan motor.
2.3
Pengoperasian Motor ID Fan
Jenis Pemrograman PLC siemens S5-155
digunakan Billet Steel Plant ada 3,diantaranya
mode CSF LAD dan STL. CSF adalah metode
menggunakan gerbang-gerbang logika seperti
AND, OR , DAN SET-RESET. LAD adalah
mode lader jadi pemrogramannya menggunakan
gambar dan garis. STL mode pemrograman
menggunakan aliran proses. Namun pada
prinsipnya ketiga jenis pemrograman itu sama.
Maka untuk mempermudah penjelasan. Dalam
laporan ini yang akan digunakan adalah
pemrograman menggunakan jenis CSF. Untuk
contoh penjelasan dalam laporan ini yang akan
digunakan adalah program blok 51 simbolnya
2355.2V11.yang merupakan program blok untuk
motor ID Fan 1. Namun pada dasarnya program
blok untuk keempat motor adalah sama. Dalam
Program blok tersebut terdapat tiga macam
pengoperasian pengendalian motor ID Fan.
Diantaranya; Starting interlock, Operation
Interlock, dan Protection Interlock.
1. Start-up interlock
Kondisi startting untuk motor ID Fan
perlu diperhatikan karena arus yang dibutuhkan
untuk jalan mula motor induksi 3 fasa ini bisa
mencapai 5 kali arus normal, gambar berikut
adalah arus yang digunakan oleh motor induksi
saat jalan mula.
Gambar 25 arus saat jalan mula motor ID Fan
Gambar 26 Pemrograman PLC untuk Operasi Start up
interlocking
Untuk memahami proses start up
interlocing dapat melihat gambar 26. Dapat
dilihat di segment 6 bahwa kondisi masukan
untuk pengaman motor saat jalan mula adalah
Tekanan di Ruang filter.
Hal
ini
penting
karena
akan
mempengaruhi besarnya arus yang dipakai untuk
memutar motor, semakin filter kotor maka
tekanan debu didalamnya akan besar sehingga
membutuhkan tenaga penyedot yang semakin
besar pula. Di segment 6 kondisi ini dialamatkan
di PLC melalui notasi, =2330.1A00-FAULT,
2330.1A00FEEDBACK, dan 2330.B001.
Kondisi diatas dimasukkan dalam input
di PLC id Fan
Pelumasan Unit di ID Fan
Motor
dalam
keadaan
kerja
membutuhkan pelumasan yang maksimum
karena motor tersebut dapat bekerja kurang lebih
8 jam perhari, tergantung dari proses melting di
dapur. Dalam PLC kondisi ini dialamatkan di
2355.1G10.FEEDBACK
dan
2355.1G10.FA_TEMP_ON
Kondisi diatas dimasukan dalam I 32.5,
dan I 32,6
Dust transport group_on
Merupakan statemen dalam PLC yang
menyatakan terjadi perpindahan debu di dust
tranport. Kondisi ini dalam bentuk flag artinya
masih dipengaruhi kondisi – kondisi yang lain.
Di PLC kondisi ini diberi simbol F126.5
Temperatur debu panas di Mixing
chamber
Kondisi ini berpengaruh pada besarnya
bukaan DEC dumper. Sehingga berpengaruh juga
terhadap starting motor dalam PLC kondisi ini
diberi notasi F 66.2 dan F66.3
Temperatur kedua sisi bearing motor
Kondisi ini berperan ketikan motor ID
Fan bekerja. Ketika bekerja motor akan
menimbulkan panas karena adanya rugi-rugi
dalam motor tersebut. Sehingga ketika bearing
terlalu panas dapat membahayakan motor itu
sendiri. Oleh karena itu digunakan sensor suhu
yang dipasang di kedua sisi bearing, sensor ini
dapat dilihat langsung di CB ketika Suhu Kedua
bearing melebihi batas yang diijinkan maka
sensor akan memberikan perintah ke PLC untuk
mentripkan motor. Dalam segment 6 kondisi ini
diberi notasi F 66.4 dan F 66.5
ID Fan temperatur warning
Merupakan kondisi untuk meberi
peringatan tentang suhu di motor. Jika kondisi
bearing melebihi 120 oC maka logikanya akan
nol dan berarti motor tidak bisa dioperasikan
Dalam PLC kondisi ini diberi notasi F36.6
K3 Interlocking Sinyal
Merupakan perintah untuk menghentikan
kerja motor. Kondisi ini diberi notasi F171.2
2. Operation Interlocking
Gambar 5.27 Pemrograman PLC untuk Operasi Operation
interlocking dan Protection Interlocking
Dalam program blok PLC dapat dilihat di
segment 7. kondisi masukannya diantaranya ;
T 55
- T 56
- C 20
F 51.2
- F 123.1
- F 1.1
Output dari segment ini adalah F 191.1,
kondisi yang perlu diperhatikan dalam operasi
adalah
- analog input di 2355.1011 POS
Masukan ini adalah berupa suhu di bearing
motor suhu wiring motor , suhu bearing impeller,
dan frekuensi getaran di impeller.
- Lamanya Dust transport beroperasi
Masukan ini berupa Counter lamanya dust
transport beroperasi, jika dust transport sudah
beroperasi lebih dari 6 jam maka, masukan ini
akan berlogika nol, sehingga motor akan berhenti
beroperasi. Counter yang digunakan adalah C 20.
2. Protection Interlocking
Dalam gambar di soft ware untuk PLC
operasi ini berada di segment 8. kondisi
masukannya diantaranya ;
- I 49.5
- I 49.7
- F 73.1
- F 76.4
- F 76.5
- F 1.1
- C 51
Output dari segment ini adalah F 191.6
Kondisi yang perlu diperhatikan pada proses
proteksi adalah
Getaran di Impeller
Saat kipas beroperasi makan akan timbul getaran,
getaran yang semakin cepat dapat membuat rusak
impeller itu sendiri, maka untuk melindungi
impeller dari kerusakan digunakan vibrocontrol
1100 untuk mengetahui berapa Hz getaran yang
terjadi, Jika Getaran melebihi batas yang
diijinkan maka kipas akan berhenti beroperasi.
Lamanya waktu untuk berhenti ini ditentukan
oleh Timer T 154.
Suhu Di kedua sisi bearing motor
Saat motor bekerja maka akan timbul rugi – rugi
yang timbul di motor itu sendiri. Rugi ini akan
semakin membesar jika beban motor bertambah.
Beban motor dapat dianalogikan dengan arus,
jika bebannya bertambah besar maka arus motor
bertambah. Dalam segment 8 kondisi ini
dioperasikan oleh Flag F 76.4 dan F 76.5.
IV
4.1
PENUTUP
Kesimpulan
Dari Kerja Praktek yang penulis lakukan
di Billet Steel Plant dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut ;
1. Dedusting system adalah sistem pengolahan
debu terpadu yang dihasilkan dari proses
peleburan baja, agar diperoleh udara
buangan yang bersih
2. Pengontrolan mekanisme dedusting system
dilakukan secara otomatis menggunakan
PLC siemens S5-155U.
3. Pada dedusting system menggunakan sistem
proteksi untuk menjaga seluruh peralatan
dedusting dan motor – motor yang
digunakan, diantaranya ;
-
Circuit breaker (CB), untuk pengamanan
pada blok kontaktor motor. CB untuk motor
ID Fan terdapat di Substation
Sensor – sensor elektronik ;
- Sensor proximity yaitu sensor putaran
motor
- Pt100 sebagai sensor suhu
- Limit Switch sensor bukaan pada pintu
damper
- Sensor tekanan
- Vibrocontrol 1100 sebagai sensor getaran
impeller
- Bimetal sebagai sensor hubungan pendek
pada kontaktor
4. Di Billet Steel Plant terdapat 4 motor ID
Fan. Motor ini masing – masing menyerap
sumber listrik sebesar 6 kV, energi listrik
yang didapat berasal langsung dari
substation. Jadi PLC hanya menangkap
sinyal yang terjadi di Motor dari substation
5. Sistem Pengasutan motor ID Fan
menggunakan Metode Direct on Line,
dimana sumbernya langsung dari substation.
6. Proteksi dalam ID Fan ada dua yaitu suhu
dan Getaran. Untuk mengetahui suhu di
motor digunakan Pt100. Sensor suhu
terdapat di bagian bearing motor dan wiring
motor. Dan untuk sensor getaran yang
terjadi di Impeller digunakan vibrocontrol
1100.
4.2
Saran
1.
Demi tercapainya Visi dan Misi di Pabrik
Billet Steel Plant maka perlu menanamkan
pola pikir kerja yang efektif ke semua
karyawan di Pabrik.
2.
Melakukan Pelatihan kepada semua
karyawan pabrik sesuai dengan bidang
kerjanya di Billet Steel Plant agar bisa
menanggapi perkembangan teknologi yang
berkembang di luar lingkungan Pabrik
3.
Melakukan penelitian tentang potensi
bahan baku pembuatan baja di kawasan
Indonesia agar tidak mudah terpengaruh
harga bahan baku produksi di pasaran
internasional. Sehingga dapat mengurangi
biaya produksi
4.
Melakukan Audit energi listrik yang
dipakai di Billet Steel Plant agar proses
produksi berjalan efisien dan maksimal
5.
Melakukan
penggantian
metode
pengasutan pada motor Id Fan, karena
metode Direct on line menyebabkan drop
tegangan sehingga dapat mengganggu
kinerja
perangkat
lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
Eugene C. Lister, Ir. Drs. Hanapi
Gunawan, Mesin Dan Rangkaian Listrik,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.
Fizgerald, Kingsley, Umans, Mesin Mesin Listrik, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1997.
Harten, P. Van, Instalasi Listrik Arus
Kuat 3, CV. Trimitra Mandiri, Jakarta,
1978.
I J Nagrath, D P kothari, Electric
Machines, Tata McGraw-Hill Publishing
Co. Ltd., New Delhi, 1985.
Kadir A, Mesin Tak Serempak,
Djambatan, Jakarta,1981.
M. Chilikin, Electric Drive, MIR
Publisher, Moscow, 1970.
M. Rashid, Power Electronics Circuit,
Device, and Aplication 2nd, Prentice-Hall
International Inc, 1988.
M. V. Deshpande, Electric Motors:
Applications And Control, A. H. Wheeler
& Co.Ltd, India, 1990.
Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000.
P. C. Sen, Principles Of Electric Machines
And Power Electronics, Second Edition,
John Wiley & Sons, USA, 1997.
Sumanto, MA, Motor Listrik Arus BolakBalik, Endi Offset, Yogyakarta,1993.
Team, Instalasi Listrik, TEDC, Bandung.
Theodore Wildi, Electrical Machines,
Drives and Power Systems 3rd,Prentice
Hall Inc, New Jersey, 1997.
Vedam Subrahmanyam, Electric Drives,
Concepts
and
Applications,
Tata
McGraw-Hill, New Delhi, 1994.
Zuhal, Dasar Tenaga Listrik Dan
Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta,
1995.
BIODATA PENULIS
Mahmud Fauzi Isworo
(L2F005554)
lahir
di
Bantul, 21 Maret 1988.
Telah
menempuh
pendidikan di SDN 2
Pagersari Patean, SLTPN 1
Sukorejo, dan SMUN 1
Sukorejo. Dan Sekarang masih aktif berjuang
bertahan kuliah di Jurusan Teknik Elektro Undip,
Konsentrasi Teknik Energi Listrik.
Semarang, Agustus 2008
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Ir.Bambang Winardi
NIP 132 046 701
Download