pemerintah belum dapat penuhi permintaan eskalasi dari asosi

advertisement
PEMERINTAH BELUM DAPAT PENUHI PERMINTAAN ESKALASI DARI ASOSI
PEMERINTAH BELUM DAPAT PENUHI PERMINTAAN ESKALASI DARI ASOSIASI
Pemerintah untuk sementara belum dapat memenuhi permintaan asosiasi penyedia jasa konstruksi yang meminta eskalasi (penyesuaian harga) terhadap proyek yang sedang atau belum berjalan berkaitan dengan naiknya harga aspal beton hingga 200% sejak 6 bulan terakhir.
“Ini masalah yang perlu dicarikan solusinya. ,maka kami akan segera membahas masalah ini sehingga bisa diputuskan oleh Menteri PU Ad-Interim, Hatta Rajasa” ungkap Kepala Badan Pengembangan Konstruksi Sumber Daya Manusia (BPKSDM), Iwan Nursyirwan Diar yang didampingi Kepala Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), Sulistijo Sidharto Mulyo kepada pers
Senin (19/6) di Jakarta.
Dikatakannya, pihak Departemen Pekerjaan Umum selanjutnya akan meminta persetujuan Departemen Keuangan terkait dengan permintaan Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI), Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) serta Gabungan Pengusaha Kontruksi Indonesia (GAPENSI) yang menuntut eskalasi sekitar 20-25% khususnya pada proyek jalan nasional.
Menurut Iwan, sangat sulit untuk menentukan eskalasi sebesar 20% sesuai yang diinginkan asosiasi. Pasalnya belum ada landasan aturan yang mengatur jika terdapat kenaikkan harga komponen seperti semen. Namun demikian baik dirinya maupun Sulistijo menilai perlunya ada formula yang mengatur diberlakukannya eskalasi bagi proyek tahun tunggal (one years) dan multiyears (tahun
jamak). Formula itu sangat penting mengingat bila terjadi kenaikkan harga komponen sewaktu-waktu dapat dijadikan pedoman.
Lebih lanjut ditambahkan Iwan, sesuai aturan Kepres 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, aturan eskalasi nilai proyek hanya terdapat pada proyek multiyears sedangkan pada kontrak single year (tahun tunggal) tidak tercantum. Persoalan saat ini, kenaikan harga aspal hingga mencapai dua kali lipatnya (per Januari/Rp 2.300 dan Juni/Rp 4.600) dipicu oleh kenaikan
harga BBM dunia. Masalah itu memicu deviasi terhadap nilai kontrak proyek perawatan jalan yang sedang berjalan pada tahun anggaran 2006.
Terkait besaran eskalasi proyek, Iwan memperkirakan, besaran eskalasi sangat tergantung pada kondisi keuangan negara. Menurutnya, langkah pertama adalah membuat aturannya dulu yang berdampak kepada peningkatan nilai proyek.
Pada kesempatan itu Sulistijo mengatakan, perlunya dibentuk aturan secara baku untuk menetapkan rumusan eskalasi proyek untuk kontrak single year/ tahunan yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan pemerintah. Dijelaskannya, kenaikkan harga aspal saat ini terjadi pada kontrak single year sehingga perlu dihitung dengan teliti. Kalau pada kontrak multiyears tidak terjadi masalah
karena sudah diatur di dalamnya mengenai eskalasi bila terjadi kenaikkan harga komponen.
page 1 / 2
Persoalan kenaikan harga material tersebut berada diluar kendali antara pemberi kontrak dan penerima kontrak atau terjadi force major. Apabila dilakukan penyesuaian nilai kontrak single year persoalannya yang dihadapi adalah aturan dan ketersediaan anggaran pemerintah. “Untuk itu perlu adanya aturan formula untuk kontrak single year berlaku seperti pada kontrak multiyears,” tambah
Sulistijo.
Sulistiyo menilai, beberapa solusi yang ditawarkan adalah, perubahan scope pekerjaan, penundaan pengerjaan proyek, rekayasa pengerjaan (value enggineering) atau dengan peningkatan nilai kontrak itu sendiri. Sementara, pengerjaan perawatan jalan nasional harus segera dilaksanakan. Karena, perubahan musim akan mempengaruhi kualitas proyek. (sony)
Pusat Komunikasi Publik
200606
page 2 / 2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download