HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER Oleh : Nursamsurya 12711065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER Oleh : Nursamsurya 12711065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 1 THE RELATIONSHIP BETWEEN RISK FACTORS IN THE MOTHER WITH ASPHYXIA NEONATORUM AT THE PROVINCIAL HOSPITAL OF SLEMAN NURSAMSURYA1, TIEN BUDI FEBRIANI 2, NURLAILI MUZAYYANAH 2 1 2 Student of Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia Department of Pediatric, Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia ABSTRACT BACKGROUND: The cause of death was asphyxiation, most neonatal Infants of low birth weight (LBW), and infections. Asphyxia is the inability of the newborn to breathe at the time of the first 60 seconds. There are many causes, among others, not be able to take sufficient oxygen before, during, and after childbirth. OBJECTIVES: The determine relationship between risk factors in the mother include age, diabetes mellitus, hypertension, anemia, antepartum haemorrhage, infection, parity with asphyxia neonatorum at the provincial hospital of Sleman. METHODS: This study is observational study with cross sectional analytic. The subject of this study is the mother who gave birth at the provincial hospital in Sleman. The sample used in this study amounted to 204. The collection of data in this study is a form of medical record data. Data were analyzed using Chi-Square statistical test. RESULTS: the results of statistical tests is obtained that anemia has a relationship with asphyxia neonatorum. Obtained p value 0.05 < 0.001 significant meaning significant or meaningful. While the other risk factors in the mother was no significant or meaningful so that there is no relationship with asphyxia neonatorum. CONCLUSIONS: there is a relationship between asphyxia neonatorum with anemia and there is no relationship to other risk factors in the mother with asphyxia neonatorum. KEY WORDS: Asphyxia neonatorum, risk factor 2 HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN NURSAMSURYA1, TIEN BUDI FEBRIANI 2, NURLAILI MUZAYYANAH 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia 2 Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia INTISARI Latar Belakang : Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah asfiksia, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi. Asfiksia adalah ketidakmampuan bayi baru lahir untuk bernapas pada waktu 60 detik pertama. Ada banyak penyebab, salah satu nya, tidak dapat mengambil oksigen yang cukup sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya hubungan faktor risiko pada ibu meliputi umur, diabetes melitus, hipertensi, anemia, perdarahan antepartum, paritas, infeksi dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sleman. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di RSUD Sleman. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 204. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa data rekam medik. Data penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil : Hasil uji statistik didapatkan bahwa anemia mempunyai hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Didapatkan p < 0,05 dengan nilai signifikan 0,001 yang berarti signifikan atau bermakna. Sedangkan faktor risiko pada ibu yang lain tidak signifikan atau bermakna sehingga tidak ada hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Simpulan : Terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum dan tidak terdapat hubungan faktor risiko yang lain pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Kata Kunci : Asfiksia neonatorum, faktor risiko 3 PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu dan Anak keadaan dimana plasental atau pertukaran gas- pulmonal–terganggu merupakan dua indikator yang peka atau terhadap kualitas fasilitas pelayanan sehingga kesehatan. Indikator angka kematian kardiorespirasi.2 yang berhubungan anak adalah Angka umum dikarenakan adanya gangguan Kematian Neonatal (AKN), Angka pertukaran gas atau pengangkatan O2 Kematian Bayi (AKB) dan Angka dari Kematian Balita (AKABA). Perhatian kehamilan, terhadap setelah lahir. Gangguan ini dapat upaya penurunan angka berkurang secara bersamaan menyebabkan ibu ke Penyebab janin, persalinan secara pada masa atau segera kematian neonatal (0-28 hari) menjadi berlangsung penting kelainan pada ibu selama kehamilan, karena kematian neonatal secara depresi memberi kontribusi terhadap 56% atau kematian bayi. Untuk mencapai target komplikasi dalam persalinan.3 penurunan AKB pada Melenium secara akut kronis karena atau adanya Umur, tinggi badan, dan berat Development Goals (MDGs) 2015 badan yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran kehamilan. Wanita yang berumur 15 hidup maka peningkatan akses dan tahun atau lebih muda meningkatkan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir risiko menjadi prioritas utama.1 berumur 35 tahun atau lebih meningkat Masalah utama penyebab wanita merupakan preeklamsi. risikonya dalam Wanita risiko yang masalah-masalah kematian pada bayi dan balita adalah seperti tekanan darah tinggi, diabetes pada masa neonatus (bayi baru lahir gestasional dan komplikasi selama umur 0-28 hari). Hasil Riset Kesehatan kehamilan. Pada umur kurang dari 20 Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan tahun, organ-organ reproduksi belum bahwa 78,5% dari kematian neonatal berfungsi dengan sempurna, sehingga terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi bila terjadi kehamilan dan persalinan yang akan mudah mengalami komplikasi.4 menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak adalah asfiksia, Pada ibu hamil dengan diabetes Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan melitus, jumlah insulin kurang atau infeksi.1 tidak berfungsi sehingga siklus Kreb Asfiksia, dari bahasa Yunani tidak berlangsung dengan baik. yang berarti tanpa denyut, saat ini Dengan kurang atau tidak berfungsinya digunakan siklus Kreb, dalam serum darah ibu untuk mendefinisikan 4 hamil terjadi peningkatan glukosa, dengan badan kelompok keton, kolesterol, dan ketiga. Kehamilan grandemultipara pada sering konsentrasi asam lemak. Peningkatan disertai penyulit. Penelitian di RSUD konsentrasi Dr ini akan memberikan Adjidarmo Rangkasbitung pengaruhnya terhadap komplikasi pada menemukan ibu hamil dan tumbuh kembang janin neonatorum 1,480 kali pada ibu yang intrauteri. sangat melahirkan dengan paritas primipara menentukan tingkat kematian perinatal dan grandemultipara dari pada ibu karena dapat terjadi minimal gangguan dengan multipara.3 Hipertensi juga kejadian asfiksia tumbuh kembang janin intrauterin Skor Apgar digunakan untuk akibat pertumbuhan plasenta yang menggambarkan kondisi bayi selama terlalu kecil atau terjadi infark yang beberapa menit pertama kehidupan.2 luas.5 Skor Apgar dapat digolongan menjadi Catatan dan perhitungan tiga kategori, jika skor Apgar 0-3 DepKes RI menyatakan bahwa di disebut asfiksia berat. Dan jika skor Indonesia Bumil Apgar 4-6 disebut asfiksia sedang, mengalami anemia dalam berbagai sedangkan skor Apgar 7-10 disebut jenjang. pada vigorous baby (well born baby).5 kehamilan dapat digolongan menjadi Tindakan untuk mengatasi asfiksia bahaya terhadap kehamilan dan janin.5 neonatorum disebut resusitasi bayi sekitar Bahaya 67% anemia Perdarahan antepartum baru lahir yang bertujuan untuk merupakan perdarahan pada kehamilan mempertahankan kelangsungan hidup diatas 22 minggu hingga menjelang bayi dan membatasi gejala sisa yang persalinan mungkin muncul.4 yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum Penelitian ini dilakukan untuk adalah mengetahui hubungan faktor risiko perdarahan yang menyebabkan anemia pada ibu dengan kejadian asfiksia dan syok yang menyebabkan keadaan neonatorum di RSUD Sleman sehingga ibu semakin jelek. Keadaan ini yang pencegahan terhadap faktor risiko pada menyebabkan gangguan ke plasenta ibu dapat dilakukan. yang mengakibatkan kematian janin intrauteri.4 METODE PENELITIAN Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai Penelitian ini mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari 5 rekam medis. Penelitian ini merupakan Tabel penelitian observasional dengan desain Penelitian cross sectional. Variabel n (%) Nilai p Usia <20 tahun 24 (11,8) 0,389 20-35 tahun 133 (65,2) >35 tahun 47 (23,0) Hipertensi Ya 24 (11,8) 0,515 Tidak 180 (88,2) DM Ya 10 (4,9) 0,331 Tidak 194 (95,1) Anemia Ya 34 (16,2) 0,001 Tidak 171 (83,8) Perdarahan Antepartum Ya 18 (8,8) 0,082 Tidak 186 (91,2) Paritas Primipara 83 (40,7) 0,392 Multipara 59 (28,9) Grandemultipara 62 (30,4) Infeksi Ya 12 (5,9) 0,373 Tidak 192 94,1) Asfiksia Neonatorum Ya 102 (50,0) Tidak 102 (50,0) * uji Chi-Square bermakna jika nilai p < 0,005 Populasi dan Subyek Penelitian Populasi yang akan digunakan adalah semua ibu yang melahirkan di RSUD Sleman. Jumlah populasi adalah 137 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 204. Sampel yang diambil telah memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu yang melahirkan bayi yang terdiagnosis asfiksia neonatorum di RSUD Sleman. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, hipertensi, DM, anemia, perdarahan antepartum, paritas dan infeksi serta variabel tergantungnya adalah asfiksia neonatorum. Analisis Data Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square dengan uji alternatif yaitu Fisher’s Exact pada aplikasu IBM SPSS Statistic 21. Dinyatakan bermakna jika nilai p < 1. Karakteristik Subyek Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa terdapat banyak perbedaan jumlah antar kelompok variabel. Hanya pada variabel asfiksia neonatorum yang memiliki jumlah yang sama. Dan didapatkan bahwa faktor risiko ibu yang berhubungan hanya anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sleman. 0,05. HASIL Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2015 untuk mengambil data sekunder dari rekam medis di RSUD Sleman. 6 Tabel 2. Hasil Analisis Anemia dengan kejadian Asfiksia Neonatorum Asfiksia Neonatorum Ya Tidak 28 (16,5) 5 (16,5) 74 (85,5) 97 (85,5) Ya Tidak Anemia Dari tabel 2, didapatkan rasio prevalens (RP) 1,961 dengan Nilai p 0,001 RP 95% CI 1,961 1,567-2,453 kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Medan. Kemungkinan ini convidence interval (CI) 95% antara dikarenakan 1,567 hingga 2,453. Sehingga dapat tentang usia reprokduksi sehat pada dikatakan bahwa bayi yang dikandung wanita usia 20 tahun – 35 tahun ibu yang menderita Anemia memiliki sehingga sudah jarang dijumpai ibu risiko tinggi yang melahirkan dibawah usia 20 dibandingkan bayi yang dikandung ibu tahun. Selain itu, perempuan dijaman yang tidak menderita anemia. sekarang lebih aktif bekerja untuk 1,961 kali lebih sudah memenuhi dipahaminya kebutuhan keluarga sehingga usia untuk melahirkan pun PEMBAHASAN Tabassum, et 2014, sudah dibatasi menjadi lebih pendek, mendapatkan hasil yang serupa dimana dimana pada penelitian ini tidak terdapat banyak dijumpai ibu yang melahirkan hubungan al., antara anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum di kecamatan Matiari Provinsi Sindh Pakistan. Tidak adekuatnya dan di atas 35 tahun.3 Hasil analisis didapatkan bahwa hubungan saat antenatal menyebabkan anemia hipertensi pada ibu dengan kejadian masih menjadi fakor risiko asfiksia asfiksia neonatorum. Desfauza (2008) neonatorum.6 mendapatkan hasil yang antara berbeda statistik dimana terdapat hubungan hipertensi terdapat dengan kejadian asfiksia neonatorum hubungan yang bermakna antara usia di RSU Dr Pirngadi Medan. Penyakit ibu hipertensi didapatkan analisis bermakna terdapat kurangnya kualitas pelayanan pada Hasil yang tidak statistik bahwa dengan neonatorum. tidak kejadian asfiksia Desfauza (2008) yang diderita akan mempengaruhi janin karena dengan mendapatkan hasil serupa dimana tidak meningkatnya terdapat hubungan usia ibu dengan disebabkan tekanan oleh darah meningkatnya 7 hambatan pada darah Hasil analisis statistik didapatkan perifer. Hal ini akan mengakibatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang sirkulasi utero-plasenta kurang baik, bermakna antara paritas pada ibu keadaan ini menimbulkan gangguan dengan kejadian asfiksia neonatorum. lebih Ravindran (2012) mendapatkan hasil berat plasenta pembuluh terhadap dan insufisiensi berpengaruh pada yang berbeda dimana terdapat gangguan pertumbuhan janin serta hubungan antara paritas ibu dengan gangguan pernafasan.3 kejadian asfiksia neonatorum di Hasil analisis statistik didapatkan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam bahwa tidak terdapat hubungan yang Malik Medan. Desfauza (2008) juga bermakna antara DM pada ibu dengan mendapatkan kejadian asfiksia neonatorum. Aslam, dimana terdapat hubungan et al., (2014) mendapatkan hasil yang paritas dengan kejadian serupa dimana tidak terdapat hubungan neonatorum di RSU Dr Pirngadi antara DM dengan asfiksia neonatorum Medan. Kehamilan dan persalinan di yang mempunyai risiko adalah anak Rumah Sakit Umum Karachi Pakistan. hasil yang berbeda antara asfiksia pertama dan persalinan anak keempat Hasil analisis statistik didapatkan atau lebih karena pada anak pertama bahwa tidak terdapat hubungan yang adanya kekakuan dari otot atau cervik bermakna yang kaku memberikan tahanan yang antara perdarahan antepartum pada ibu dengan kejadian jauh asfiksia neonatorum. Martono (2011), memperpanjang persalinan sedangkan mendapatkan hasil yang berbeda juga pada anak keempat atau lebih adanya dimana antara kemunduran daya lentur (elastisitas) dengan jaringan yang sudah berulang kali terdapat perdarahan hubungan antepartum lebih besar dan kejadian asfiksia neonatorum di RS Dr diregangkan Soetomo Surabaya. Pada perdarahan nutrisi antepartum, terjadi penurunan aliran berkurang, dinding rahum dan dinding darah dari ibu ke plasenta sehingga perut sudah kendor, kekenyalan sudah hipoksemia Kondisi berkurang hingga kekuatan mendesak tersebut memicu terjadinya asfiksia kebawah tidak seberapa sehingga dapat neonatorum jika transfusi ke ibu atau memperpanjang proses persalinan.3 pada janin. persalinan yang ditunda.7 yang kehamilan, dapat dibutuhkan sehingga janin Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang 8 bermakna antara infeksi pada ibu menyeluruh dari faktor risiko asfiksia dengan kejadian asfiksia neonatorum. neonatorum sehingga didapatkan hasil Tabassum et al., (2014) mendapatkan yang lebih lengkap mengenai faktor hasil yang berbeda dimana terdapat risiko terjadinya asfiksia neonatorum. hubungan antara kejadian asfiksia infeksi dengan neonatorum di UCAPAN TERIMA KASIH kecamatan Matiari Provinsi Sindh Ucapan terima Pakistan. Pelayanan persalinan yang kepada dr. Tien Budi Febriani, M.Sc, baik dan adekuat menyebabkan infeksi Sp.A dan dr. Nurlaili Muzayyanah, bukan lagi menjadi faktor risiko pada M.Sc, Sp.A, kedua orang tua, saudara, asfiksia neonatorum saat ini. Dengan sahabat dan semua pihak yang baik penatalaksanaan infeksi yang baik dari secara petugas kesehatan dapat membantu langsung telah membantu sehingga terhindarnya hal-hal yang merugikan penulis dapat menyelesaikan penelitian bagi kehamilan dan bayi. 6 pembahasan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan hanya 1 variabel yang signifikan yaitu anemia. Bayi dikandung 1,961 oleh anemia kali mengalami ibu yang memiliki risiko tinggi untuk lebih asfiksia neonatorum dibanding bayi yang dikandung ibu yang tidak mengalami anemia. SARAN Dari hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal seperti perlu dilakukan penelitian serupa dengan desain yang dilakukan tidak DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil analisis dan menderita maupun ini. SIMPULAN yang langsung kasih disampaikan berbeda, penelitian dan perlu secara 1. Kementerian Kesehatan RI, (2014) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Sekertariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. 2. Lissauer, Tom., Fanaroff, A.A., (2006) Neonatology At A Glance. Umami, Vidhia. 2009 (Alih Bahasa), Erlangga, Jakarta. 3. Desfauza, Evi., (2008) FaktorFaktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir yang Dirawat di RSU DR Pringadi Medan Tahun 2007, Tesis, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Epidemiologi, Universitas Sumatra Utara. 4. Gilang., Notoatmodjo, H., Rakhmawatie, M.D., (2012) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum (Studi Di RSUD Tugurejo Semarang), Skripsi, 9 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang. 5. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., (2007) Pengantar Kuliah Obstetri. EGC, Jakarta. 6. Tabassum, F., Rivzi, A., Ariff, S., Soofi, S., Bhutta, Z.A., (2014) Risk Factors Associated with Birth Asphyxia in Rural District Matiari Pakistan, Internasional Journal of Clinical Medicine, 5, 1430-1441December 2014. 7. Martono, T.U., (2011) Risk Factors for Birth Asphyxia, Folia Medica Indonesiana, Vol. 47 No. 4 October-December 2011 : 211214. 10