7 BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Menurut Mathis dan Jackson dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia (2006:378) Kinerja karyawan adalah “Apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.” Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (2009:548), kinerja karyawan adalah “Perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan” Menurut Mangkunegara (2010:9) dalam bukunya berjudul evaluasi kinerja SDM kinerja karyawan adalah “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan diperoleh beberapa unsur persamaan sebagai berikut: Hasil kerja, tugas dan manusia. Dari unsur persamaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kinerja menginsyaratkan sejauh mana hasil kerja pada pencapaian tujuan suatu organisasi berdasarkan aktivitas-aktivitas yang di lakukan seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya. 2.1.2 Dimensi Kinerja Karyawan Menurut Mathis dan Jackson (2006:378) Kinerja karyawan pada dasarnya untuk mengukur kinerja meliputi elemen sebagai berikut: 1. Kuantintas dari hasil Pengukuran kuantitas melibatkan perhitungan hasil dari proses atau 7 8 pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan. 2. Kualitas dari hasil Pengukuran kualitas berkaitan dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan 3. Ketepatan waktu dari hasil berkaitan dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk 4. Kehadiran berkaitan dengan absensi kehadiran karyawan dalam aktivitas organisasi 5. Kemampuan bekerja sama berkaitan dengan kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama dengan pimpinan dan sesama teman kerja. 2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Mathis dan Jackson (2006:113) ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu: 1. Kemampuan Individual Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat dan faktor kepribadian. Tingkat keterampilan merupakan seorang karyawan yang memiliki berupa pengetahuan,pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan teknis. Dengan demikian, seorang karyawan akan mempunyai kinerja yang baik, jika karyawan tersebut memiliki tingkat ketrampilan baik maka karyawan tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik pula. 2. Usaha yang Dicurahkan Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perushaan adalah motivasi etika kerja , kehadiran dan rancangan tugas. Dari itu semua merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. 9 3. Dukungan Organisasional Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi karyawan seperti pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi, standar kinerja, menejemen dan rekan kerja. 2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja Manfaat penilaian kinerja bagi organisasi menurut Rivai (2009:550) diantaranya: 1. Perbaikan kinerja Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan. 2. Penyesuaian kompensasi Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan dalam penyesuaian ganti rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikkan upah, bonus atau kompensasi lainnya. 3. Keputusan penempatan Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan penurunan pangkat pada umumnya didasarkan pada masa lampau atau mengantisipasi kinerja. 4. Pelatihan dan pengembangan Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan. Demikian juga kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang belum digunakan dan harus dikembangkan. 5. Perencanaan dan pengembangan karier Umpan balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karier karyawan 2.2 Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi Menurut Robbins (2006:214) dalam buku nya yang berjudul perilaku organisasi menyatakan bahwa: “Motivasi adalah proses yang berperan pada insensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya indivudu ke arah pencapaian sasaran” 10 Menurut Hasibuan (2007:143) dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia menyatakan bahwa: “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan” Menurut Winardi (2006:14) dalam bukunya yang berjudul motivasi dan pemotivasian dalam manajemen menyatakan bahwa “Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang manusia yang dapat di kembangkan oleh kekuatan luar yang pada intinya imbalan moneter dan imbalan non moneter yang dapat mempengarhi hasil secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang di hadapi orang bersangkutan” Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan di peroleh beberapa unsur persamaan sebagai berikut: dorongan dan kepuasan. Dari unsur persamaan dapat disimpulkan bahwa dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu cara untuk mendorong karyawan agar mau bekerja secara berhasil,sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. 2.2.2 Teori Motivasi Menurut Robbins (2006:214) dalam bukunya yang berjudul perilaku organisasi mengemukakan ada beberapa teori motivasi sebagai berikut: 1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow Hipotesisnya Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia dibagi dalm lima tingkatan, tersusun secara hirarkis dan memiliki nilai kepuasan dan tingkat upaya yang berbeda-beda. Kelima tingkat kebutuhan tersebut adalah : 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan Fisiologis atau sering di sebut dengan nama lain yaitu kebutuhan materi antara lain seperti rasa lapar, haus, dan berbagai kebutuhan yang bersifat ragawi. 11 2. Kebutuhan Keamanan Perihal keamanan sebagai kebutuhan tidak hanya mengangkat keamanan fisik badan di tempat kerja akan tetapi juga keamanan mental psikologis dalam arti mendapatkan perlakuan yang manusiawi. Kebutuhan Keamanan antara lain seperti keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. 3. Kebutuhan sosial Kebutuhan Sosial antara lain mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik dan persahabatan. Kebutuhan tersebut harus di penuhi karena mengingat pentingnya penciptaan dan pemeliharaan iklim kekeluargaan, kebersamaan dan kerja sama dalam kehidupan berorganisasi. Dengan semangat demikian kalaupun terjadi para anggota harus bersaing dengan kekaryaannya, persaingan yang terjadi adalah persaingan yang sehat dan pelaksanaan tugas pekerjaan akan didasarkan pda pendekatan sinergi 4. Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan Penghargaan antara lain mencakup faktor hormat internal seperti otonomi, prestasi, harga diri. Faktor rasa hormat eksternal yang mencakup status, pengakuan dan perhatian. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Berupa pengakuan keterampilan, kebutuhan ini terhadap kapasitas pengetahuan, dan potensi yang dimilikinya.penting nya terpenuhi terlihat pada keinginan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas sekarang dengan lebih baik dan pemuktahiran ilmu serta keterampilan agar sesuai dengan tuntutan organisasi di masa yang akan datang. 12 Aktualisasi diri Penghargaan Sosial Keamanan Fisiologis Gambar 2.1 Teori Kebutuhan Hirarki Sumber : Robbins (2006:215) 2. Teori X dan Y Douglas McGregor mengemukakan dalam bukunya Robbins (2006:216) dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia: pada dasarnya satu negatif, yang ditandai sebagai teori X, dan yang lain positif, yang ditandai dengan teori Y. setelah memandang cara para manajer menangani karyawan, McGregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer mengenai kodrat manusia didasarkan pada suatu pengelompokkan pengandaianpengandaian tertentu dan bahwa manajer cenderung mencetak perilakunya terhadap bawahannya menurut pengandaian- pengandaian ini. Menurut teori X, ada empat a s u m s i yang dipegang para manajer yang dinyatakan sebagai berikut: 1. Karyawan secara interen (tertanam dalam dirinya) tidak menyukai kerja dan bilamana dimungkinkan akan mencoba menghindarinya 13 2. Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa ,diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bilamana dimungkinkan. 4. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait dengan kerja dan akan menunjukan sedikit saja ambisi Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia, McGregor mendaftar empat pengandaian positif yang disebutnya teori Y : 1. Karyawan dapat memandang kerja sama wajarnya seperti istirahat atau bermain 2. Orang-orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran 3. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan tanggung jawab. 4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif (pembaruan) tersebar meluas dalam populasi dan tidak hanya milik dari mereka yang berada dalam posisi manajemen. 3. Teori ERG Clayton Alderfer dalam buku nya Robbins (2006:221) berargumen bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti antara lain: 1. Eksistensi (existence) yaitu kelompok ini memperdulikan pemberian persyaratan eksistensi materiil dasar mencakup butir butir yang tercakup sebagai sebagai kebutuhan psikologis dan keamanan. 2. Hubungan (relatedness) yaitu hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antarpribadi yang penting. Hasrat sosial dan status menuntut terpenuhinya interaksi dengan orang-orang lain. 14 3. Pertumbuhan (growth) yaitu suatu hasrat intrinsik untuk perkembangan pribadi yang mencakup komponen intrinsik dan karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri. Teori ERG berargumen bahwa kebutuhan tingkat lebih rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih tinggi , tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator sekaligus , dan halangan dalam mencoba memuaskan kebutuhan tingkat lebih tinggi dapat menghasilkan regresi ke suatu kebutuhan tingkat lebih rendah. Teori ERG lebih konsisten dengan pengetahuan mengenai perbedaan individual diantara orang-orang.Variabel pendidikan, latar belakang seperti keluarga, dan lingkungan budaya dapat mengubah pentingnya atau kekuatan dorong yang dipegang sekelompok kebutuhan untuk seorang individu tertentu. 4. Teori Motivasi David McClelland David McClelland dalam bukunya Robbins (2006:222) menggolongkan kebutuhan manusia menjadi tiga jenis yaitu: 1. Kebutuhan akan prestasi: dorongan untuk unggul untuk berprestasi berdasar seperangkat standar,berusaha keras untuk sukses 2. Kebutuhan akan kekuasaan: kebutuhan untuk membuat orang lain berprilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian 3. Kebutuhan akan afiliasi: hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab. 5. Teori Harapan Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari sesuatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh sesuatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu tersebut. Teori tersebut memfokuskan 15 pada tiga hubungan yaitu : 1. Hubungan upaya-kinerja.Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kerja 2. Hubungan kinerja-imbalan.Sampai sejauh mana individu itu menyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya output yang diinginkan. 3. Hubungan imbalan-sasaran pribadi. Sampai sejauh mana imbalanimbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut derajat sejauh mana ganjaran-ganjaran organisasional memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi seorang individu dan potensi daya tarik ganjaran tersebut untuk individu tersebut. Teori harapan membantu menjelaskan mengapa banyak sekali pekerja tidak termotivasi pada pekerjaannya dan semata-mata melakukan hal yang minimal sekedar menjalankan kewajiban Upaya indivudual Kinerja individu 1. 2. 3. Ganjaran organisasi Hubungan upaya-kinerja Hubungan kinerja-imbalan Hubungan imbalan-sasaran pribadi Gambar 2.2 Teori Harapan Sumber : Robbins (2006:238) Sasaran prbadi 16 2.2.3 Tujuan Motivasi Menurut Hasibuan (2007:145) tujuan pemberian motivasi yaitu: 1. Mendorong gairah dan semangat karyawan; 2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 3. Meningkatkan produktivitas karyawan; 4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan; 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; 6. Mengefektifkan pengadaan karyawan; 7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; 8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; 9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; 10.Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugastugasnya; 11.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku 2.3 Komunikasi 2.3.1 Pengertian Komunikasi Menurut Onong (2003:9) dalam buku nya yang berjudul Ilmu Komunikasi teori dan praktek menyatakan bahwa : “komunikasi adalah percakapan yang mengandung persamaan makna dua pihak yang terlibat” Menurut Robbins dalam bukunya yang berjudul perilaku organisasi (2006:394) menyatakan bahwa: “komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman makna” Menurut Suprapto (2006:3) dalam bukunya Pengantar Teori Komunikasi menyatakan bahwa : “komunikasi adalah rangkaian pesan pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu” Sedangkan menurut Ellen Gufley,Kathleen Rhoden dan Patricia Rogin (2006:15) dalam bukunya yang berjudul komunikasi bisnis menyatakan bahwa “Komunikasi adalah pengiriman informasi dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lainnya” 17 Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan diperoleh beberapa unsur persamaan sebagai berikut: makna dan informasi. Dari unsur persamaan tersebut maka dapat disimpulkan dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan saling tukar menukar informasi untuk penyampaian makna satu pihak kepihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara kedua belah pihak. 2.3.2 Dimensi-Dimensi Komunikasi Dalam Kehidupan Organisasi Menurut Onong (2003:122) Ada dua Dimensi komunikasi yang ada di suatu organisasi antara lain : 1. Komunikasi Internal 1. Komunikasi internal adalah proses penyampaian pesan antara naggota-anggota yang terjadi untuk kepentingan organisasi seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan,antara sesame bawahan. Organisasi sebagai kerangka menunjukan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklarifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenanga yang di pimpin. komunikasi internal dapat menjadi dua sebagai berikut: • Komunikasi vertical, komunikasi dari atas kebawah dan dari bawah ke atas .Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertical, pemimpin memberikan intruksi-intruksi, petunjuk- petunjuk.Pesan-pesan yang dikirim dari manajemen puncak turun ke para bawahan. sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan , saran-saran pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. • Komunikasi horizontal, komunikasi antar sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, menejer kepada menejer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan , pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari 18 beberapa masalah dan memecahkan lainnya,serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja 2. Komunikasi eksternal Komunikasi ekternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,komunikasi ini lebih banyak di lakukan oleh kepala hubungan Dalam masyarakat daripada pimpinan sendiri. komunikasi ekternal terdiri dari atas dua jalur yaitu: • Komunikasi dari organisasi kepada khalayak Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang di lakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,setidak-tidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk seperti majalah organisasi, artikel surat kabar atau majalah. • Komunikasi dari khalayak kepada organisasi Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. 2.3.3 Proses Komunikasi Menurut Onong (2003:11) menyatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap antara lain: 1. Secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, dan warna yang secara langsung mampu mennerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator. Bahasa yang paling banyak di pergunakan dalam komunikasi. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenal hal yang konkrit maupun abstrak. Bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. 19 2. Secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media utama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya kepada komunikan sebagai sasaran yang berada di tempat relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media sering digunakan dalam komunikasi tersebut dalah telepon, surat, majalah ,radio,televisi. Seperti diterangkan di atas, pada umumnya memang bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambing yang mampu mentransmisikan pikiran, ide,pendapat dan sebagainya. Baik yang mengenal hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, masa lalu atau masa yang akan datang. Karena itu jugalah maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Bagian dari proses komunikasi sender encoding decoding Message media Noise Feedback ---------------------------------------------------- Gambar 2.3 Proses Komunikasi Sumber: Onong (2003:18) Response receiver 20 Keterangan: a. Sender Adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang b. Encoding Adalah penyandian,yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang c. Message Adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang di sampaikan oleh komunikator d. Media Adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan e. Decoding Adalah prosses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver Adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator g. Response Adalah tanggapan,seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan h. Feedback Adalah umpan balik yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator i. Noise Adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 2.3.4 Arah Komunikasi Menurut Robbins dalam bukunya perilaku organisasi (2006:394) komunikasi dapat mengaliri secara vertical atau horizontal. Arah komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: 21 1. Komunikasi kebawah, komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih bawah 2. Komunikasi ke atas, komunikasi keatas mengalir ketingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi ini untuk memberikan umpan balik ke atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan sasaran,dan menyampaikan masalah-masalah yang di hadapi 3. Komunikasi Horizontal, komunikasi yang terjadi di antara anggota kelompok kerja yang sama di antara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, di antara menejer pada tingkat yang sama atau di antara setiap personel yang secara horizontal ekuivalen. 2.3.5 Dampak Komunikasi Menurut Suprapto (2006:12) dalam bukunya yang berjudul pengantar teori komunikasi di setiap aktifitas komunikasi pasti memiliki efek. Dalam konsep komunikasi paradigmatic disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah pola yang meliputi sejumlah komponen serta memiliki dampak-dampak tertentu. Adapun pola komunikasi yang memiliki dampak antara lain kampanye, pendidikan,acara radio dan televisi. Pada dasarnya komunikasi memiliki tiga dampak yaitu: 1. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan ini sering di sebut tujuan yang kognitif 2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide, atau pendapat. 3. Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan pola komunikasi yang menjadi tujuan komunikasi. sesuai dengan 22 2.4 Kepemimpinan 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Robbins dan Judge (2007:365) dalam bukunya organizational behavior menyatakan bahwa: “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan” Menurut Soekarso,et al (2010:10) dalam bukunya yang berjudul Teori kepemimpinan menyatakan bahwa : “Kepemimpinan merupakan proses pengaruh sosial , yaitu suatu kehidupan yang memengaruhi kehidupan lain , kekuatan yang memengaruhi prilaku orang lain kearah pencapaian tujuan tertentu” Menurut Hasibuan (2007:170) dalam bukunya yang berjudul menejemen sumber daya manusia menyatakan bahwa: “Kepemimpinan adalah cara seorang pimpinan mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi” Menurut A. Sihotang (2007:258) dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia menyatakan bahwa: “Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang, agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang memenag dihendaki bersama” Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan di peroleh beberapa unsur persamaan sebagai berikut: mempengaruhi ,sasaran, bekerja sama . Dari unsur persamaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu pola dimana pimpinan atau pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya atau orang lain agar bawahan/orang lain tersebut mau melakukan apa yang diinginkan oleh pimpinan tersebut. 2.4.2 Fungsi-fungsi Kepemimpinan Menurut Soekarso,et al (2010:23) agar organisasi dapat berjalan efektif , maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu sebagai berikut : 23 1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) mencakup penetapan struktur tugas ,pemberian saran dan penyelesaian ,informasi ,dan pendapat. 2. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharan kelompok (group maintenance) mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok agar berjalan lebih baik dan efektif persetujuan dengan kelompok lain, penengah perbedaan pendapat dan sebaginya. fungsi-kepemimpinan organisasi memiliki “enam F’ antara lain: • Fungsi pengambilan keputusan (Decision Making) • Fungsi pengarahan (Directing) • Fungsi pendelegasian ( Delegation) • Fungsi pemberdayaan (Empowerment) • Fungsi fasilitas (Facilitating) • Fungsi Pengendalian (Controlling) 2.4.3 Sumber dan dasar kekuasaan pemimpin Menurut Hasibuan (2007:170) mengindentifikasikan bentuk-bentuk kekuasaan yang di miliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut: 1. Coercive power, seseorang pengikut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan di jatuhkannya sebuah bentuk hukuman yaitu peringatan atau pengasingan social kelompok. 2. Reward power, seorang pengikut berharap menerima pujian, penghargaan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seorang pemimpin 3. Legitimate power, dalam organisasi formal, supervisor lini pertama di anggap mempunyai kekuasaaan lebih banyak dari karyawan operasional. 4. Expert power, para pengikut menganggap bahwa orang tersebut mempunyai keahlian yang relevan dan yakin bahwa keahliannya mereka sendiri 24 5. Referent power, seorang di kagumi karena ciri khasnya memiliki kekuasaaan referensi, bentuk kekuasaaan ini secara popular di namakan karisma orang. Orang tersebut di katakan mempunyai karisma untuk menyemangati dan menarik para pengikutnya. 2.4.4 Sifat Kepemimpinan Menurut Sihotang (2007:263), dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia sifat kepemimpinan yang umum dan sangat penting bagi setiap pemimpin adalah sebagai berikut: a. Integritas Integritas adalah suatu sifat yang menunjukan kesatuan yang utuh sehinggs memiliki potensi dan kemampuan serta memiliki moral dan etika yang kuat b. Kecerdasan dan pengetahuan Setiap pemimpin harus mengetahui bidangnya untuk dapat membuat keputusan yang tepat dan pada waktu nya tepat pula c. Rasa simpati manusiawi Seorang pemimpin harus memiliki rasa simpati manusia,agar hubungan dengan seksama rekan kerja dapat terjalin dengan baik dan adanya kesimbangan antara tujuan karyawan dan tujuan dari perussahaan. d. Kesungguhan Kesungguhan merupakan tingkat kedewasaan pemimpin yang dapat memusatkan perhatiaannya untuk mengerjakan apa yang di perlukan dalam berbagai situasi atau keadaan organisasi sebagai akibat beberapa hal yang terjadi yang pada dasarnya tidak terduga dan tidak di harapkan. 2.4.5 Pengertian Kepemimpinan Transformastional Menurut Bass yang dikutip Robbins dan Judge (2007: 387) dalam bukunya yang berjudul organizational behavior menjelaskan bahwa Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan memiliki kharisma. Menurut Bass yang dikutip oleh Yukl yang berjudul 25 Leadership in Organization (2013:313) memandang bahwa Kepemimpinan transformasional adalah suatu keadaan dimana para pengikut dari seorang pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan mereka. Menurut Burns yang di kutip oleh Hughes et al yang berjudul leadership (2012:530) kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mengubah status quo dengan mengunggah nilai-nilai pengikut dan pemahaman mereka kepada tujuan yang lebih tinggi. Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan di peroleh beberapa unsur persamaan sebagai berikut: inspirasi dan bekerja secara lebih. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformational adalah pola kepemimpinan yang menjadikan seorang pimpinan yang mampu menginspirasikan pengikutnya dan mampu bekerja lebih daripada yang diharapkannya. 2.4.6 Pengertian Kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins dan Judge (2007:387) pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memadukan atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Menurut Burn dalam Hughes et al (2012: 529) pemimpin transaksional adalah pemimpin dan pengikut berada dalam semacam hubungan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan. 2.4.7 Komponen kepemimpinan Transformational Dan Transaksional Bass dalam Robbins dan Judge (2007:387) mengemukakan ada empat komponen kepemimpinan transformasional, yaitu: a) Pengaruh Ideal (Idealized Influence) : Pemimpin mempunyai visi dan misi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan.dengan dijadikan sebagai panutan, dihormati dan dipercaya, b) Motivasi yang Inspirasi (Inspirational Motivation): Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan yang berarti mampu mengomunikasi ekspektasi yang tinggi dari bawahannya, 26 menggunakan bawahannya simbol-simbol dan untuk menyatakan berfokus tujuan-tujuan pada upaya penting secara sederhana. c) Stimulasi Intelektual mendorong (Intellectual bawahan untuk Stimulation) lebih kreatif, : Pemimpin serta mendorong bawahannya untuk menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih rasional dalam pengambilan keputusan dan cermat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada . d) Perhatian yang bersifat Individual (Individualized Consideration) : Pemimpin memberikan perihatian pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh, mempertimbangkan kebutuhan dari bawahannya, serta melatih dan memberikan saran kepada bawahannya. Sedangkan Menurut Bass dalam Robbins dan Judge (2007:387) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional terdiri dari empat dimensi : a) Penghargaan Bersyarat (Contingent Reward): Menjalankan pertukaran kontraktual antara penghargaan dan usaha, menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang baik dan mengakui pencapaian yang diperoleh. b) Manajemen Pengecualian-aktif (Management by Exception-Active): Mengamati dan mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar, serta melakukan tindakan-tindakan perbaikan. c) Manajemen Pengecualian-pasif (Management by Exception-Passive): Mengintervensi hanya jika standar tidak tercapai. d) Laissez-faire : Melepas pengambilan keputusan. tanggung jawab dan menghindari 27 2.4.8 Cakupan Model Kepemimpinan (Transaksional-Transformational) Gambar 2.4 Full Range of Leadership Model Sumber : Robbins dan Judge (2007:388) Kepemimpinan transaksional dan transformasional hendaknya tidak dipandang sebagai pendekatan yang saling bertentangan. Kedua jenis kepemimpinan ini saling melengkapi, tetapi tidak berarti keduanya sama penting. Kepemimpinan transformasional lebih unggul dari pada kepemimpinan transaksional dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai kalau hanya pendekatan transaksional yang diterapkan. Tetapi, yang sebaliknya tidak berlaku, jadi sebaik-baiknya kepemimpinan transaksional maka akan menjadi biasa saja apabila tidak memiliki sifat-sifat transformasional. Pada gambar Cakupan Utuh model kepemimpinan ini menjelaskan bahwa Laissez-Faire adalah model yang paling pasif dan karena itu 28 merupakan perilaku pemimpin yang paling tidak efektif. Para pemimpin yang menggunakan gaya ini jarang dianggap efektif. Management by exception-entah aktif ataupun pasif-sedikit lebih baik dari pada LaissezFaire, tetapi masih dianggap tipe kepemimpinan yang tidak efektif. Pemimpin yang menerapkan Management by exception cenderung hanya memberikan reaksi saat ada masalah, yang sering kali sudah terlambat. Kepemimpinan yang memberikan contingent reward bisa menjadi gaya kepemimpinan yang efektif. Namun, pemimpin seperti ini tidak bisa mendorong karyawannya untuk bekerja di luar cakupan tugasnya. Hanya dengan empat gaya kepemimpinan yang lain- semuanya merupakan aspek dari kepemimpinan transformasional - pemimpin bisa memotivasi karyawan untuk bekerja diatas ekspetasi dan mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi kepentingan organisasi. Individualized consideration, intellectual stimulation, inspirational motivation, dan idealized influence, seluruhnya mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras, meningkatkan produktivitas, memiliki moril kerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi, meningkatkan efektivitas organisasi, meminimalkan perputaran karyawan, menurunkan tingkat ketidakhadiran dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara organisasi yang lebih tinggi. Berdasarkan model ini, pemimpin umumnya paling efektif bila mereka secara rutin menetapkan masing-masing dari keempat perilaku transformasional. 2.5 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh H.M Thamrin (2012) dengan judul “The Organizational Influence Of Transformational Leadership And Commintment Performance”,” Penelitian ini On Job Satisfaction And Employee dilakukan pada 105 orang yang bekerja di Jakarta yang bekerja kurang lebih 5 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan metode survey dengan cara memberikan kuisioner kepada responden dan melakukan interview. Penelitian tersebut menggunakan teknik penelitian SEM(Structural Equation Model). Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa Gaya kepemimpinan transformational memiliki hubungan yang berpengaruh positif terhadap kinerja kerja karyawan 29 sebesar ( CR=0.227,>0.004). Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Qayyum et al (2012) dengan judul“ The impact of transformational and transactional leadership style on the motivation of employee in pakistan” penelitian ini menggunakan metode kuisioner dengan menggunakan random sampling sebanyak 350 orang . Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif secara signifikan antara gaya kepemimpinan transformational maupun transaksional terhadap motivasi kerja karyawan.untuk gaya kepemimpinan transformational berpositif terhadap motivasi kepemimpinan sebesar transaksional (r=0.313, P>.001) berpositif sedangkan terhadap untuk motivasi gaya sebesar (r=0.362,p>0.01) Hasil penelitian yang di lakukan boateng and jeduah (2014) dengan judul effect of Organizational communication on employee performance: A Case Of The Agricultural Development. penelitian ini di lakukan pada karyawan di Bank Pembangunan Pertanian yang ada di tiga cabang Tamale Metropolis yaitu Tamale Main, Aboabo dan Kaladan .Penelitian tersebut di lakukan pada 30 responden dari 50 populasi dengan teknik pemilihan sampel yaitu random sampling dan stratified sampling.. Hasil nya mengatakan bahwa komunikasi memiliki hubungan positif terhadap kinerja kerja karyawan. Artinya suatu Komunikasi dapat memastikan bahwa organisasi bisa mencapai kinerja karyawan yang tinggi, Apabila karyawan mendapatkan umpan balik dari hasil kerja mereka, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, memberikan laporan kepada atasan. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Claire and Mathooko (2014) dengan judul“Effects Of Organizational Communication On Employee Motivation : A Case Study Of Nokia Siemens Networks Kenya” (2014) mengatakan bahwa komunikasi berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja pegawai. Penelitian ini menggunakan teknik perhitungan Regresi Linear. Di mana hasil Adjusted R Square sebesar 0,7114.atau sebesar 71.14% dan besarnya pengaruh variabel lain yang mempengaruhi variabel Motivasi (Y) diluar penelitian ini adalah sebesar 28.86% = 0,2886 Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Mahmudah (2011) dengan judul “Infulence of Motivation And Culture On Orgaizational Commitmen And 30 Perfomance Of Emplotee Of Medical Service” dengan variable motivasi, budaya organisasi, organisasi komitmen dan kinerja karyawan. Penelitian ini di lakukan pada 175 orang yang di jadikan responden yang diambil dari setiap unit pelayanan kesehatan rumah sakit medical and paramedics personel IbnuSina Hospital. Dari hasil analisis tersebut menunjukan bahwa Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Motivasi karyawan berpositif terhadap kinerja karyawan dengan koefisein sebesar 0.171 (p <0,05). 2.6. Kerangka Pemikrian Sangat banyak faktor yang mempengaruhi untuk memotivasi karyawan seperti reward,pujian dan lain sebagainya. kerja Namun penulis menyimpulkan beberapa faktor utama yang sering menjadi acuan dalam motivasi kerja karyawan dan di sertai kerangka pemikiran untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi. Kerangka pemikirian penelitian ini di tuangkan dalam hubungan gaya kepemimpinan transformational, dan komunikasi terhadap motivasi kerja dan dampaknya pada kinerja karyawan pada PT. Dell Pan Tunggal. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang di pertimbangkan dalam membentuk motivasi kerja karyawan berikut ini adalah gambar kerangka pemikirian nya sebagai berikut: Gaya Kepemimpinan Transformational Motivasi Komunikasi Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Kinerja 31 2.7 Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : Untuk T-1 Ho : Gaya Kepemimpinan Transformational(X1) dan k o m u n i k a s i (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Motivasi(Y) karyawan pada PT.Dell Pan Tunggal Ha : Gaya Kepemimpinan Transformational (X1) dan k o m u n i k a s i (X2) memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Motivasi (Y) karyawan pada PT.Dell Pan Tunggal. Untuk T-2 Ho : Gaya Kepemimpinan Transformational (X1) dan k o m u n i k a s i (X2) serta motivasi (Y) tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan (Z) pada PT.Dell Pan Tunggal Ha : Gaya Kepemimpinan Transformational (X1) dan k o m u n i k a s i (X2) serta motivasi (Y) memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan (Z) pada PT.Dell Pan Tunggal. Untuk T-3 Ho : Motivasi (Y) tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan (Z) pada PT.Dell Pan Tunggal Ha : Motivasi (Y) memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan (Z) pada PT.Dell Pan Tunggal 32