BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT

advertisement
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
25
BAB III
JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)
PT. TELKOM INDONESIA
Pada bab 2 (dua) telah dibahas tentang teknologi dan jaringan ADSL
(asymmetric digital subscriber line) secara umum. Mengingat bahwa pentingnya
kualitas kabel akses tembaga yang baik agar koneksi dengan menggunakan
teknologi ADSL (asymmetric digital subscriber line) ini mencapai kecepatan yang
maksimal, maka perlu dilakukan sebuah analisa tentang kondisi jaringan akses
kabel tembaga tersebut. Pada bab 3 (tiga) ini akan dibahas tentang jaringan local
akses tembaga (JARLOKAT) PT. Telkom Indonesia dan parameter-parameter
yang berpengaruh pada kualitas transfer (pengiriman) data untuk teknologi ADSL
(asymmetric digital subscriber line), karena seperti telah diketahui, semakin baik
kualitas dari suatu jaringan akses kabel tersebut maka akan semakin baik pula
kualitas transfer (pengiriman) datanya.
Permasalahan utama dari teknologi ADSL (asymmetric digital subscriber
line) dalam mencapai kualitas terbaiknya adalah redaman dan cakap silang
(crosstalk) yang terjadi pada jaringan local akses kabel tembaga (JARLOKAT)
tersebut. Seperti yang diketahui, semakin besar nilai suatu redaman yang terjadi
pada suatu saluran maka sinyal yang dikirimkan akan menjadi sangat lemah.
Sedangkan cakap silang (crosstalk) adalah interferensi yang terjadi antar kanal.
Ke-2 (dua) hal ini merupakan perhatian utama untuk mengukur baik atau
buruknya suatu jaringan local akses kabel tembaga (JARLOKAT) yang akan
digunakan pada teknologi ADSL (asymmetric digital subscriber line), yang mana
apabila jaringan ini digunakan untuk telepon (frekuensi rendah/suara) sebenarnya
baik, tapi untuk ADSL (asymmetric digital subscriber line) belum tentu jaringan
itu memadai (frekuensi tinggi/data).
Pertama-tama akan dibahas arsitektur jaringan local akses kabel tembaga
(JARLOKAT) beserta struktur jaringannya di PT. Telkom Indonesia, kemudian
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
26
baru selanjutnya akan dibahas parameter-parameter jaringan local akses kabel
tembaga (JARLOKAT) tersebut khususnya yang berpengaruh pada teknologi
ADSL (asymmetric digital subscriber line).
3.1.
ARSITEKTUR
JARINGAN
LOKAL
AKSES
TEMBAGA
(JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA
Jaringan local akses kabel tembaga (JARLOKAT) adalah salah
satu bentuk jaringan akses dengan konfigurasi dasar seperti pada gambar
3.1, yaitu : dimulai dari terminal blok vertical pada main distribution
frame/rangka pembagi utama (MDF/RPU) sampai kotak terminal batas
(KTB), baik yang hanya menggunakan akses kabel tembaga sebagai media
aksesnya maupun adanya tambahan perangkat lain yang bertujuan untuk
meningkatkan unjuk kerja dari kualitas alat yang dipergunakan tersebut.
Konfigurasi dasar jaringan local akses tembaga (JARLOKAT)
Adapun gambar konfigurasi dasar dari jaringan local akses kabel
tembaga (JARLOKAT) tersebut adalah sebagai berikut :
RK
KP
KTB
Public
Switch
SST
Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan Local Akses Tembaga (JARLOKAT)
PT. Telkom Indonesia
Keterangan :
STO
: Sentral Telepon Otomat.
MDF/RPU
: Main Distribution Frame/Rangka Pembagi Utama.
RK
: Rumah Kabel.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
KP
: Kotak Pembagi.
KTB
: Kotak Terminal Batas.
Pswt
: Pesawat Telepon (konsumen).
27
3.1.1. Struktur jaringan
Berdasarkan cara pencatuan saluran dari sentral ke pesawat
pelanggan (konsumen), jaringan akses kabel local dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : jaringan catu langsung, jaringan
catu tidak langsung dan jaringan catu kombinasi.
3.1.1.1.Jaringan catu langsung
Pada jaringan catu langsung ini, pesawat pelanggan
(konsumen) dicatu dari kotak pembagi (KP) terdekat yang
langsung
dihubungkan
dengan
main
distribution
frame/rangka pembagi utama (MDF/RPU) tanpa melalui
rumah kabel (RK), seperti yang di tunjukan pada gambar
3.2.a dan 3.2.b.
Kotak
Pembagi
GEDUNG
Saluran
Penanggal
STO
Kotak
Pembagi
Kotak
Pembagi
KTB
Switch
RPU
Cable
chamber
Roset
Duct
Duct
Indoor
cable
Kotak
Pembagi
SSK
SSK
Manhole
Manhole
Kabel Primer
Gambar 3.2.a. Instalasi Jaringan Catu Langsung
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
28
Gambar 3.2.b. Jaringan Catu Langsung
Keterangan :
STO
: Sentral telepon Otomat.
MDF/RPU
: Main Distribution Frame/Rangka Pembagi
Utama.
KP
: Kotak Pembagi
Pswt
: Pesawat Telepon (konsumen).
3.1.1.2.Jaringan catu tidak langsung
Jaringan catu tidak langsung adalah jaringan kabel
local akses, dimana pesawat telepon (pelanggan) dicatu dari
kotak pembagi (KP) terdekat, yang dihubungkan terlebih
dahulu ke rumah kabel (RK), dan baru kemudian
dihubungkan ke main distribution frame/rangka pembagi
utama (MDF/RPU).
Dalam hal ini, rumah kabel (RK) berfungsi sebagai
titik sambung antara kabel primer dan kabel sekunder.
Pemakaian jaringan catu tidak langsung, seperti ditunjukan
pada gambar 3.3.a dan 3.3.b.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
29
Kotak
Pembagi
STO
Drop
Wire
RK
KTB
Switch
RPU
Cable
chamber
Roset
Indoor
cable
Duct
Duct
SSK
Manhole
Kabel Primer
Kabel Sekunder
Gambar 3.3.a. Instalasi Jaringan Catu Tidak Langsung
Gambar 3.3.b. Jaringan Catu Tidak Langsung
Keterangan :
STO
: Sentral Telepon Otomat.
MDF/RPU
: Main Distribution Frame/Rangka Pembagi
Utama.
RK
: Rumah kabel.
KP
: Kotak Pembagi.
Pswt
: Pesawat Telepon (konsumen).
3.1.1.3.Jaringan catu kombinasi
Jaringan catu langsung adalah jaringan local akses,
dimana pesawat telepon (pelanggan) dicatu melalui 2 cara,
yaitu : sebagian menggunakan catu langsung, dan sebagian
lagi menggunakan catu tidak langsung.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
30
Pemakaian jaringan catu kombinasi, digunakan
hampir pada semua kota sedang dan kota besar, karena
letak sentral telepon biasanya di pusat kota atau pun pusat
kepadatan
penduduk.
Sedangkan
lokasi
pelanggan
umumnya menyebar, mulai dari yang dekat dengan sentral
telepon dan hingga tidak sedikit yang berada jauh dari letak
sentral
telepon
tersebut.
Pemakaian
jaringan
catu
kombinasi, seperti yang ditunjukan pada gambar 3.4.a dan
3.4.b.
Kotak
Pembagi
GEDUNG
Saluran
Penanggal
STO
RK
KT B
RPU
Switch
Cable
chamber
Roset
Duct
Duct
Indoor
cable
SSK
SSK
Manhole
Manhole
Kabel Primer
Gambar 3.4.a. Instalasi Jaringan Catu Kombinasi
Gambar 3.4.b. Jaringan Catu Kombinasi
Keterangan :
STO
: Sentral Telepon Otomat.
MDF/RPU
: Main Distribution Frame/Rangka Pembagi
Utama.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
31
KP
: Kotak Pembagi.
RK
: Rumah Kabel.
Pswt
: Pesawat Telepon (konsumen).
Ada 2 (dua) bentuk konfikurasi, yaitu : jaringan
lokal akses kabel tembaga (JARLOKAT) murni dan
jaringan lokal akses kabel tembaga (JARLOKAT) tidak
murni. Perbedaannya adalah dalam konfigurasi jaringan
lokal akses kabel tembaga (JARLOKAT) murni, yaitu :
tidak ada perangkat atau teknologi yang ditambahkan untuk
meningkatkan kemampuan akses dan jenis layanannya.
Sedangkan dalam konfigurasi jaringan lokal akses kabel
tembaga (JARLOKAT) tidak murni, yaitu : ada perangkat
atau
teknologi
tertentu
yang
ditambahkan
untuk
meningkatkan kemampuan akses dan jenis layanannya,
misalnya perangkat pengganda saluran digital (digital pair
gain).
3.1.2.
Jenis kabel yang digunakan pada teknologi jaringan
local
akses
tembaga
(JARLOKAT)
PT.
Telkom
Indonesia
3.1.2.1.Kabel tanah
Kabel tanah, yaitu : kabel yang diinstalasi
(dipasang) didalam tanah, baik secara langsung
(direct buried) maupun secara tidak langsung, yaitu
: melalui pipa (duct). Kabel jenis ini berkapasitas
antara 10 sampai dengan 2400 pasang, berisolasi
dan terselubung polietilen, berisi petrojeli dan
berpenghantar tembaga dengan diameter 0,4 mm,
0,6 mm dan 0,8 mm.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
32
Kabel jenis ini dapat digunakan sebagai
kabel primer, kabel sekunder dan kabel langsung.
3.1.2.2.Kabel udara
Kabel udara, yaitu : kabel yang diinstalasi
(dipasang) diudara dengan penyangga tiang telepon
sebagai medianya, berkapasitas 10 sampai dengan
120 pasang, berisolasi dan terselubung polietilen,
berpenghantar tembaga dengan diameter 0,6 mm,
0,8 mm dan 1,0 mm.
3.1.2.3.Kabel penanggal (dropwire)
Kabel penanggal (dropwire), yaitu : kabel
yang berisolasi polietilen, berpenguat kawat baja
untuk penggantung.
Kabel ini digunakan untuk penghubung
antara kotak pembagai (KP) dan kotak terminal
batas (KTB) di rumah pelanggan atau konsumen
PT. Telkom Indonesia.
3.1.2.4.Kabel rumah (Kabel PVC)
Kabel rumah (kabel PVC), yaitu : kabel
telepon
berisolasi
dan
berselubung
PVC,
berpenghantar tembaga, berdiameter 0,6 mm,
berkapasitas 1 pasang dan digunakan untuk instalasi
(dipasang) dalam rumah pelanggan atau konsumen
PT. Telkom Indonesia.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
3.1.3.
33
Mekanisme akses
3.1.3.1.Jaringan local akses tembaga (JARLOKAT)
murni
Mekanisme akses dari pelanggan atau
konsumen PT. Telkom Indonesia manuju sentral di
dalam
jaringan
local
akses
kabel
tembaga
(JARLOKAT) murni dapat dilakukan dengan
transmisi digital murni, analog voice ataupun analog
data (voice-band data).
Kemampuan akses ditentukan oleh hasil
ukur nilai elektris dari jaringan itu sendiri antara
lain : tahanan jerat dan redaman saluran.
3.1.3.2.jaringan local akses tembaga (JARLOKAT)
tidak murni
Mekanisme akses dari pelanggan atau
konsumen PT. Telkom Indonesia manuju sentral di
dalam jaringan local akses tembaga (JARLOKAT)
tidak murni bersikap transparan terhadap pelayanan
yang dicakup. Pada jaringan local akses kabel
tembaga
teknologi
(JARLOKAT)
atau
tidak
beberapa
murni
perangkat
ini ada
yang
ditambahkan ke dalamnya.
Kemampuan akses misalnya, kecepatan dan
jenis pelayanannya ditentukan oleh jenis teknologi
atau perangkat yang ditambahkannya.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
3.2.
34
PARAMETER SALURAN JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA
(JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA
Suatu saluran transmisi kabel local akes kabel tembaga
(JARLOKAT) memiliki suatu konstanta saluran (line costanta) yang
disebut konstanta primer dan konstanta sekunder.
Konstanta primer terdiri dari tahanan jerat penghantar ( R ),
induktansi ( L ), kapasitansi ( C ) dan kebocoran ( G ). Besarnya nilai
konstanta tersebut ditentukan oleh ukuran diameter dan jarak antar
penghantar, serta dipengaruhi oleh dielektrikum antar penghantarpenghantarnya. Sedangkan untuk konstanta sekunder salah satunya adalah
redaman saluran.
3.2.1. Konstanta primer
3.2.1.1.Tahanan jerat penghantar ( R )
Pada frekuensi rendah, besarnya tahanan ditentukan
oleh tahanan arus searah dan dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
R DC 
2. 
(3.1)
1
. .d 2
4
Dengan :
RDC : adalah tahanan arus searah saluran per-satuan
panjang (Ω/m)

: adalah tahanan jenis penghantar ( Ω.mm 2 /m )
(untuk tembaga besarnya  = 0,01754 mm 2 /m )
d
: adalah diameter penghantar kabel 0,6 (mm)
Nilai tahanan saluran pada frekuensi tinggi akan
meningkat akibat adanya pengaruh skin effect (efek
kulit), yaitu : pengaruh desakan arus didalam penghantar
sehingga arus cenderung mengalir dekat permukaan
penghantar,
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
dengan kata lain
hanya
bagian
luar
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
35
penghantar yang menghantar arus listrik. Karena arusnya
tertahan
pada
penampang
yang
lebih
kecil
dari
penghantar tersebut, maka seolah-olah resistansi pada
penghantar itu meningkat. Peningkatannya itu akan
tampak meningkat lebih jelas pada penghantar yang tebal
dan menggunakan frekuensi tinggi. Tebal efektif dari
penghantar δ , ditentukan oleh frekuensi arus listrik yang
dihantarkan, dan dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
 

mm 
 . f .
(3.2)
Dengan :

: adalah permeabilitas penghantar besaranya
= 4 x 10 7 H/m
   0 . r ;  r  1 dan  0  4 x 10 7
f
: adalah frekuensi arus listrik yang dihantarkan (Hz)
Dengan adanya skin effect (efek kulit) ini, maka
nilai tahanan dengan menggunkan frekuensi tinggi ini
dinyatakan dengan persamaan berikut :
 d  
R f  R DC 
  / m 
 4. 
(3.3)
Dengan :
RDC : adalah tahanan arus searah saluran persatuan
panjang (Ω/m)
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
d
: adalah diameter penghantar kabel 0,6 (mm)

: adalah tebal skin effect (efek kulit)
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
36
3.2.1.2.Konduktansi atau tahanan bocor ( G )
Konduktansi merupakaan besaran yang menyatakan
efektifitas aliran arus pada saluran akibat berkurangnya
arus yang disebabkan oleh rugi-rugi bocor akibat
rendahnya tahanan isolasi konduktor. Konduktor ( G )
suatu penghantar ditentukan dengan persamaan berikut :
G
1
mho 
Ris
(3.4)
Dengan :
Ris : adalah tahanan isolasi saluran M  .
nilai Ris didapat dari hasil pengukuran.
3.2.1.3.Induktansi saluran ( L )
Induktansi saluran ( L ) merupakan penjumlahan
dari induktansi dalam (Lin ) dan induktansi luar (Lex ) ,
dan untuk penghantar setangkup dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
L in 

mH / Km 
4 .
Lex 
  2.s 
In  mH
  d 
(3.5)
/ Km

(3.6)
L  Lm  Lex
L
(3.7)
   2.s 
 ln 
4.   d 
(3.8)
 2.s 
L  0,1  0,4In  mH / Km 
 d 
Dengan :
s
: adalah jarak antara dua konduktor (d x 2)
(0,6 x 2 = 1,2)
d
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
: adalah diameter kabel 0,6 (mm)
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang

37
: adalah permeabilitas konduktor
(4π x 10 7 H/m  0,4 mH/Km)
Pada frekuensi tinggi nilai induktansi dipengaruhi
oleh skin effect (efek kulit), maka persamaannya berubah
menjadi :

  s
s2

Lex  In 

1

  d
d2

Lin 
(3.9)
 2.

4. d
(3.10)
s

s2
 2. 

Ltotal   0,1

1
  0,4 ln 
2


d
d
d




(3.11)
Gambar 3.5 Penghantar Setangkup
3.2.1.4.Kapasitansi bersama ( C )
Untuk kabel berisolasi polietien, secara umum
besarnya kapasitansi bersama saluran dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
C
 .s
38
(3.12)
1


2
2


s
s

In    2  1 
 
d  d


Jika s >> d, maka berlaku :
C
 .e
2.s nF
In
d
/ Km

(3.13)
Dimana :
e  ee .er ; e0  8,84 nF/Km
er  20,332 untuk polietilen
Dari konstanta-konstanta primer diatas, suatu
saluran transmisi secara sederhana dapat digambarkan
rangkaian penggantinya, seperti gambar 3.6 dibawah ini.
Gambar 3.6 Rangkaian Pengganti Saluran Transmisi
3.2.2.
Konstanta redaman ( α )
Pada saat sebuah sinyal mengalir di dalam suatu saluran,
kekuatan sinyal tersebut akan menjadi lemah sepanjang saluran
tersebut. Semakin panjang suatu salurannya, maka akan semakin
lemah kekuatan sinyalnya di ujung penerima. Redaman adalah
indikasi pada suatu saluran yang menunjukan seberapa besar
saluran tersebut meredam/melemahkan suatu sinyal.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
39
Factor-faktor yang mempengaruhi redaman ini adalah
kondisi jaringan, panjang saluran dan frekuensi. Semakin tinggi
frekuensi maka akan semakin besar redaman saluran tersebut.
Dengan pengukuran maupun perhitungan, dapat ditentukan
suatu saluran tersebut bersifat induktif atau kapasitif. Persamaan
konstanta redaman saluran tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk frekuensi rendah :

.R.C
Neper
2
  8,686
/ Km 
 .R.C
dB
2
/ Km
(3.14)

(3.15)
Untuk frekuensi tinggi :

R C
Neper / Km 
2 L
  8,686
(3.16)
R C
dB / Km 
2 L
(3.17)
Untuk perhitungan terhadap jarak :
 x m  
3.2.3.

  dB / Km
1000

(3.18)
Crosstalk (Cakap silang)
Di dalam suatu jaringan akses, saluran-saluran transmisi
yang ada tidak di salurkan satu-persatu ke setiap pelanggan
(saluran tunggal), melainkan beberapa saluran di jadikan satu
dengan suatu bundel saluran. Dengan cara seperti ini, interferensi
antar saluran akan sangat memungkinkan banyak terjadi. Crosstalk
(cakap silang) merupakan salah satu unsur interinsik yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas sinyak yang dikirimkan. Crosstalk
(cakap silang) adalah perpindahan energi listrik dari suatu
pasangan kabel ke pasangan lainnya yang berdekatan yang bisa
terjadi akibat hubungan induktif, hubungan kapasitif dan atau
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
40
hubungan konduktif. Hubungan kapasitif (capacitive coupling)
biasa terjadi pada frekuensi yang tinggi, sedangkan hubungan
induktif (inductive coupling) biasanya terjadi pada frekuensi yang
rendah dan hubungan konduktif (conductive coupling) bisa terjadi
pada frekuensi rendah atau frekuensi tinggi.
Konsep terjadinya crosstalk (cakap silang) dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 3.7 Crosstalk (cakap silang)
Di dalam jaringan akses multipair terdapat dua type
crosstalk yang sangat berbeda, yaitu : Near End Crosstalk atau
yang seringa disebut “NEXT” dan Fair End Crosstalk atau yang
juga sering disebut “FEXT”. Keduanya dibedakan berdasarkan
letak dari sumber pengganggunya.
“NEXT” merupakan interferensi yang muncul pada
pasangan kabel lain pada daerah ujung yang sama dengan daerah
ujung sumber pengganggu. Besarnya tidak bergantung pada
panjang kabelnya.
Sedangkan “FEXT” merupakan interferensi yang muncul
pada pasangan kabel lain pada ujung yang berlawanan atau ujung
jauh dari sumber pengganggu.
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
3.3.
PENGUKURAN
KONDISI
JARINGAN
LOKAL
41
AKSES
TEMBAGA (JARLOKAT)
Untuk mendukung penelitian ini maka dilakukan suatu pengukuran
di lapangan. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pada
jaringan yang berada dilapangan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran
dilakukan pada sentral main distribution frame/rangka pembagi utama
(MDF/RPU) dan beberapa rumah kabel (RK).
Persiapan pengukuran :
 Mempersiapkan alat-alat tulis dan alat-alat penunjang lainnya seperti
dop, tang dan lain-lain
 Merencanakan rumah kabel (RK) mana yang akan dilakukan
pengukuran, setelah ditentukan rumah kabel (RK) yang akan diukur,
lalu dilakukan pencarian nomor primer dan nomor klem yang ada atau
tertera pada rumah kabel (RK) untuk kemudian dilakukan pencocokan
nomor primer dan nomor klem yang tertera pada main distribution
frame/rangka pembagi utama (MDF/RPU)
 Menentukan terminal mana yang akan menjadi titik pengukuran,
apakah itu di main distribution frame/rangka pembagi utama
(MDF/RPU) atau di rumah kabel (RK)
 Urat kabel yang akan diukur dihubungkan dengan sisi kirim sedang
ujung kabel lainnya dihubung dengan sisi terima alat ukur Continuity
Tester
 Bila menggunakan Multi tester ujung kirim dihubungkan dengan multi
meter sedang diujung lainnya dihubung singkat
 Alat ukur sisi kirim akan mengeluarkan nada frekuensi sebesar 550 Hz
 Bila kontinuitas kabel baik, maka pada sisi terima dapat didengar nada
tersebut melalui head phone
 Bila menggunakan multi tester, maka pada alat ukur akan menunjuk
suatu nilai tertentu dengan satuan (Ohm)
 Selanjutnya urat kabel berikutnya dilakukan langkah yang sama
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
42
 Hasil pengukuran setiap urat kabel (baik atau tidak) dicatat dalam
sebuah format yang telah tersedia
PC
SC
DW
RK
KTB
KP
RPU
Ruas Pengukuran
Gambar 3.8 Ruas Pengukuran Jaringan Kabel
3.3.1.
Pengukuran tahanan isolasi
3.3.1.1.Alat ukur yang dipergunakan
Untuk melakukan pengukuran pada tahanan isolasi,
maka digunakan sebuah alat yang bernama Megger
(insulation tester) 500 Vdc
3.3.1.2.Cara melakukan pengukuran
Skema konfigurasi pengukuran seperti pada gambar
3.9. setelah disusun seperti gambar, lalu dilakukan
pengukuran pada saluran satu persatu pada ujung jauh
terbuka.
Tahanan
isolasi
rendah
kadang-kadang
menyebabkan kerusakan dimasa mendatang karena
kualitas rendah penyambungan atau terminasi. Oleh sebab
itu semua konduktor harus diperiksa.
No. 1
No. 2
N o. 3
No. 4
M
S cre e n
Semua pair harus
dibundel dan ditanahkan
kecuali penghantar yang
diukur
Pengukuran tahanan isolasi
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
43
Gambar 3.9 Pengukuran Tahanan Isolasi
3.3.2. Pengukuran redaman
3.3.2.1.Alat ukur yang dipergunakan
Untuk melakukan pengukuran redaman, alat
ukur yang dipergunakan adalah alat yang benama
SLK/SLT-22 (Subcrible Line Tester). Alat ini
terdiri dari satu pasang yang keduanya identik.
Salah satunya apabila dijadikan master, maka yang
satunya lagi akan berperan sebagai remote.
3.3.2.2.Cara melakukan pengukuran
Pengukuran
dengan
gambar
redaman
3.10
dilakukan
konfigurasi.
sesuai
Sebelum
melakukan pengukuran dilapangan, SLK/SLT-22
(Subcrible Line Tester) harus diset terlebih dahulu
untuk memasukan limit-limit yang diinginkan.
Frekuensi yang dipergunakan untuk melakukan
pengukuran adalah 20 KHz, 40 KHz, 100 KHz, 200
KHz, 300 KHz, 500 KHz, 780 KHz dan 1100 KHz.
Gambar 3.10 Pengukuran Redaman
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Analisis Kondisi Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Kabel Plain Old Telephone Service (POTS)
Implementasi Pada Teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Studi Kasus Di Sentral Telepon Otomat (STO) Pasar Baru, Kota Tangerang
44
3.3.3. pengukuran crosstalk
3.3.3.1.Alat ukur yang dipergunakan
Pada pengukuran crosstalk (cakap silang)
alat ukur yang dipergunakan adalah alat yang sama
pada pengukuran redaman, yaitu : SLK/STL-22
(Subcrible Line Tester) metode penggunaanya juga
sama, yaitu : secara end-to-end (ujung ke ujung).
3.3.3.2.Cara melakukan pengukuran
Pengukuran crosstalk (cakap silang) ini
dilakukan dengan menggunakan cara yang hampir
sama dengan cara pengukuran pada redaman, yang
menjadi pembedanya adalah pada pengukuran
crosstalk digunakan 2 pair kabel yang saling
berdekatan. Pair yang kedua berfungsi sebagai
pengganggu. Hal ini bertujuan untuk melakukan tes
seberapa besar kemampuan ketahanan pair 1 (pair
yang dijual) terhadap crosstalk (cakap silang).
Gambar 3.11 Pengukuran Crosstalk
Hasan Mustafa Aba Diyah
414105010012
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Download