RUMAH SEHAT – TERAPI ALAMI & ISLAMI InsyaaAllah Mengobati/Menyembuhkan Berbagai Macam Keluhan (Berat/Ringan): Jenis-Jenis Terapi/Pengobatan: Trauma/Phobia/Alergi: Takut Pada Sesuatu Gatal-gatal, dll Ketergantungan/Kecanduan: Rokok Narkoba, dll Sakit: Maag Akut, Migren, Nyeri Otot, Kanker, Stroke, dll *Rata-rata keluhan insyaaAllah bisa sembuh dalam 1-3 kali terapi. Terbit Setiap Jum’at Edisi Pra Perdana (- 2) ‘ASHABIYAH (FANATISME GOLONGAN) CP: 081 343 243 827 Menerima Undangan Untuk Kegiatan Dakwah & Sosial (Tanpa Biaya). Khutbah Jum‟at, Kultum, Tausiyah, Inspiring Share, dsj… Buletin Dakwah & Inspirasi AT-TAHRIR Terbit setiap Jum’at. Penerbit: Evav Media HP: 0852 1003 6116. Email: [email protected]. FB/IG/TW/YT/G+: Evav Media Bagi Masjid atau Lembaga Islam yang ingin mendapatkan Buletin ini, boleh dicetak dan disebar-luaskan untuk dakwah (tanpa mengubah apapun di dalamnya). bu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa yang keluar dari ketaatan dan memecah-belah jama‟ah (umat Islam), lalu mati, dia mati dalam keadaan mati jahiliah. Siapa yang terbunuh di bawah panji buta, dia marah untuk kelompok dan berperang untuk kelompok, dia bukan bagian dari umatku. Siapa saja yang keluar dari umatku untuk memerangi umatku, memerangi orang baik dan jahatnya, serta tidak takut akibat perbuatannya atas orang Mukminnya dan tidak memenuhi perjanjiannya, dia bukanlah bagian dari golonganku.” (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah dan an-Nasai). Dalam redaksi lainnya dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang memecah-belah jama‟ah (umat Islam) dan keluar dari ketaatan, lalu mati, maka dia mati jahiliah. Siapa saja yang keluar menyerang umatku dengan pedangnya, ia memerangi orang baik dan orang jahatnya, tidak takut akibat perbuatannya menimpa orang Mukmin karena keimanannya dan tidak memenuhi perjanjiannya, dia bukan bagian dari umatku. Siapa saja yang terbunuh di bawah panji buta, dia marah karena „ashabiyah, atau berperang untuk „ashabiyah atau menyerukan „ashabiyah, maka dia mati jahiliah.” (HR. Ahmad). Imam al-Baihaqi mengeluarkan hadits ini dari Abu Hurairah ra. dengan redaksi, “…siapa saja yang terbunuh di bawah panji buta, dia marah karena „ashabiyah, menolong karena „ashabiyah dan menyerukan „ashabiyah, maka dia mati jahiliah.” Hadits di atas menjelaskan: Pertama, haramnya keluar dari ketaatan kepada imam/khalifah dan haramnya memecah-belah jamâ‟ah al-muslimîn (jama‟ah kaum Muslim), yaitu jama‟ah kaum Muslim yang dipimpin oleh imam/khalifah. Kedua, haramnya sebagian kaum Muslim memerangi sebagian lainnya, yang tidak dibenarkan. Ini tidak mencakup perang yang dibenarkan, misalnya memerangi „khalifah kedua‟ yang dibai‟at, perang ta‟dîb terhadap pelaku bughât, dsb. Ketiga, haramnya menyeru, membela dan berperang demi „ashabiyah (fanatisme golongan; sukuisme, rasisme, primordialisme, dsj). Hadits di atas, meski redaksinya berita, karena disertai celaan, maknanya adalah larangan. Qarînah yang ada menunjukkan ketegasan larangan itu, yaitu qarînah “falaysa min ummati” atau “faqitlatuhu jâhiliyyah” atau disebut sebagai râyah „ummiyah. Imam an-Nawawi di dalam Syarh Shahîh Muslim menyatakan, “Râyah „ummiyyah adalah perkara buta yang tidak jelas arahnya. Begitulah yang dikatakan oleh Ahmad bin Hanbal dan jumhur ulama.” Ishaq bin Rahwaih berkata, “Ini seperti saling berperangnya kaum karena „ashabiyyah.” Mula Ali al-Qari di dalam Mirqah al-Mafâtîh mengatakan, “Di dalam kamus al„ummiyyah artinya kesombongan (al-kibru) dan kesesatan (adh-dhalâl).” Al-Qari melanjutkan, “Yaghdhabu yakni hâl (keterangan) kondisi dia marah karena „ashabiyah, yaitu kebiasaan yang dinisbatkan pada sifat „ashabiyah; artinya bukan untuk meninggikan kalimat thayyibah, “aw yad‟û (menyeru)” yakni yang lain untuk „ashabiyah, “aw yanshuru (menolong)”, yakni dengan perbuatan, pukulan dan perang secara„ashabiyyah.” An-Nawawi berkata, “Maknanya berperang tanpa pandangan dan pengetahuan karena ta‟ashub (fanatisme) seperti perang jahiliah dan tidak mengetahui yang haq dari yang bathil, melainkan ia marah karena „ashabiyah bukan karena menolong agama, dan „ashabiyah adalah menolong kaumnya di atas kezaliman.” Ath-Thaibi berkata, “Sabda Rasul SAW, „tahta râyah „ummiyyah‟ merupakan kinâyah (kiasan) dari jama‟ah yang berkumpul/berhimpun di atas perkara yang tidak jelas benar atau batil.” „Ashabiyah itu berasal dari „ushbah (kelompok) dan „ashabah (kerabat laki-laki). „Ashabiyah maknanya ikatan kelompok baik kelompok keturunan maupun yang lain. Nasionalisme, kesukuan, golongan, kedaerahan, jama‟ah, partai, kemadzhaban, dan lainnya termasuk dalam makna „ashabiyah (apabila dilandasi dengan fanatisme buta tanpa membedakan antara yang haq dan bathil atau bukan karena kepentingan membela Islam). Hanya saja, larangan atau keharaman ikatan „ashabiyah itu bukan berarti tidak boleh mencintai suku, daerah, keluarga, jama‟ah, kelompok, golongan, atau mazhab. Akan tetapi, maknanya adalah tidak boleh atau haram menjadikan ikatan „ashabiyah itu di atas segalanya; di atas kebenaran dan di atas ikatan Islam dan keimanan. Di dalam riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah JADWAL SHOLAT dari Fusailah binti Watsilah bin al-Asqa‟ dari bapaknya Jum’at/29/7/16 - 12 : 19 : 30 dikatakan: Aku berkata, “Apakah „ashabiyah itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Engkau menolong kaummu diatas kezaliman.” Oleh karena itu, dalam Islam tidak ada istilah right or wrong is my country, my nation, my madzhab, my party, my jama‟ah dan lainnya. Sikap „ashabiyah (fanatisme kelompok) itu harus ditinggalkan seperti yang diperintahkan Rasul SAW. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa, “dalam satu perang, seorang Muhajirin mendorong seorang Anshar, lalu orang Anshar itu berkata, „Tolonglah, hai Anshar‟. Orang Muhajirin itu berkata, „Tolonglah, hai Muhajirin‟. Nabi SAW pun mendengar itu dan beliau bersabda: „ada apa dengan seruan jahiliah itu?‟ Mereka berkata, „Ya Rasulullah, seorang dari Muhajirin memukul punggung seorang dari Anshar‟. Beliau bersabda: „tinggalkan itu, sebab hal itu muntinah (tercela, menjijikkan dan berbahaya)‟.” Oleh sebabnya, sebagai Muslim yang beriman, sudah seharusnya kita meninggalkan „ashabiyah yang merupakan hal yang terlarang dan tercela, menjijikkan dan berbahaya ini. Kemudian, mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya untuk menjalin ukhuwah dan membangun ikatan hanya semata dengan ikatan aqidah Islam. Menjadikan Islam sebagai aqidah, qaidah, dan qiyadah fikriyah serta hukum syara‟ sebagai satu-satunya sumber hukum sekaligus standar hidupnya. WalLahu a‟lam. Wama tawfiqi illa bilLah wa 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib.[] Dari Abdullah bin Amru ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh, lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan seorang Muslim.” (HR. anNasa’i, at-Tirmidzi dan al-Baihaqi). Dari jalur Bara’ bin ‘Azib ra. bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Sungguh, lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada pembunuhan atas seorang Mukmin tanpa haq.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi). Dari Abdullah bin Umar ra, ia menuturkan: Aku melihat Rasulullah SAW tawaf mengelilingi Ka’bah dan bersabda, “Alangkah baiknya engkau dan alangkah harumnya aromamu, alangkah agungnya engkau dan agungnya kehormatanmu. Demi Zat Yang jiwa Muhammad ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang Mukmin lebih agung di sisi Allah dari kamu baik menyangkut harta maupun darahnya, dan agar kami hanya berprasangka baik kepada dirinya.” (HR. Ibnu Majah). SILAHKAN BULETIN INI DICETAK & DIBAGIKAN TANPA IZIN TERLEBIH DULU & GRATIS (HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH SWT) ASALKAN UNTUK KEPENTINGAN ISLAM DAN TANPA MENGUBAH SEDIKITPUN SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITE: WWW.EVAV.CO UNTUK MENDOWNLOAD & MENCARI BERBAGAI REFERENSI KEISLAMAN