BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang berkaitan dengan topik penelitian penulis baik teori umum dan teori khusus. 2.1 Teori-teori umum yang berhubungan dengan topik yang dibahas 2.1.1 Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling sentral yang kian hari kian disadari kegunaannya bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa komunikasi, karena setiap perilaku memiliki potensi komunikasi, bahkan pada saat seseorang tidak berkata-kata pun mereka sesungguhnya telah melakukan komunikasi. Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan sehingga pesan yang disampaikan dimengerti atau di terima dengan baik oleh penerima. Komunikasi itu sendiri tidak hanya penting dalam kehidupan sehari-hari bagi individu dalam sebuah keluarga atau masyarakat, komunikasi yang efektif juga dibutuhkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan terutama dalam mengimplementasikan visi dan misi perusahaan. 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy (2011: 9) yaitu komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama di sini adalah sama makna. Berdasarkan terjemahan tersebut, komunikasi dapat diartikan sebagai adanya percakapan atau hubungan komunikasi yang berlangsung antara dua pihak dengan tujuan untuk memperoleh pengertian bahasa atau kesamaan makna antara dua pihak yang melakukan percakapan atau hubungan komunikasi tersebut, serta kegiatan komunikasi tersebut tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga harus persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Begitu banyak definisi mengenai komunikasi, penulis mengutip pendapat Alfikalia dan Anita Maharani, Faktor-faktor Pendukung Kompetensi Komunikasi Interpersonal Jurnal Vol. 6, No. 1, Wood (2004) yaitu, “komunikasi sebagai proses sistemik di mana individu berinteraksi dengan dan melalui symbol-simbol untuk membentuk dan menginterpretasi makna”. Dengan definisi komunikasi yang dikemukakan diatas tentu saja belum menyikap keseluruhan dari definisi komunikasi yang ada. Dari definisi yang telah disampaikan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal, dari pengirim (komunikator) kepada penerimanya (komunikan) yang terjadi secara berkesinambungan sehingga terjadi kesamaan makna antara pelaku komunikasi tersebut, dan yang bertujuan untuk memberikan pesan dari narasumber atau komunikator kepada publik atau komunikan dan kegiatan komunikasi tersebut harus informatif dan persuasif agar mengerti dan menerima pesan apa yang kita sampaikan. Dalam proses ini terjadilah interaksi yang memungkinkan adanya reaksi umpan balik dari komunikan. Komunikasi erat kaitannya dengan public relations, karena dalam kegiatan public relations PT. Pertamina (Persero), komunikasi merupakan sarana dalam penyampaian pesan dari perubahan melalui public relations (komunikator) kepada publiknya (komunikan). Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai fungsi public relations. Public relations merupakan metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama, sebagai objek studi ilmu komunikasi, dan juga memiliki peran sebagai wahana komunikasi ke dalam maupun keluar. Komunikasi dalam bidang public relations perlu diprioritaskan dalam perusahaan dan sebagai seorang public relations atau komunikator harus mampu berkomunikasi secara efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima publik atau komunikan dengan baik, karena publik dapat menilai dan mengakui kinerja yang baik dari perusahaan. Sehingga proses komunikasi yang dilakukan komunikator dan komunikan ini yaitu mengenai proses dari kegiatan komunikasi yang terjadi antara public relations PT. Pertamina (Persero) sebagai komunikator dengan komunikan yaitu publik yang memberikan penilaian mengenai citra perusahaan setelah mengalami suatu krisis perusahaan. 2.1.2 Public Relations Menurut Joe Marcony dalam Elvinaro Ardianto (2011: 76) mengatakan, bahwa masih banyak yang salah mengerti mengenai PR. Mereka menyamakan PR dengan agen pers dan menggeneralisasikan PR hanya memperhatikan media saja. PR adalah sebuah payung yang mencakup berbagai area dan fungsi diantaranya yaitu; communication (komunikais), community relations (hubungan komunitas), customer relations (hubungan pelanggan), consumer affairs (hubungan konsumen), employee relations (hubungan karyawan), media relations (hubungan media), dan hubungan lainnya. Fungsi PR meliputi; kreasi, produksi, dan publikasi literatur (buku), penelitian, laporan, survei, materi audio visual, program-program online, newsletter (terbitan cetak berkala), poster, seminar atau workshop (lokakarya). 2.1.2.1 Definis Public Relations Menurut Scott M. Cultip, Allen H. Center, Glen M. Broom (2009: 5) menyatakan “Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”. Menurut Elvinaro Ardianto (2011: 1) Public relations merupakan sebuah ilmu dalam kelompok ilmu sosial, dan menjadi bagian ilmu dari induknya ilmu komunikasi. Public relations adalah sebuah profesi di bidang komunikasi. Istilah lain Public Relations yang banyak digunakan institusi-institusi pemerintah di Indonesia yaitu Hubungan Masyarakat (humas). Sebenarnya istilah Hubungan Masyarakat ini tidak tepat karena istilah public terjemahan yang tepat yaitu publik atau khalayak. Sedangkan masyarakat yang diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi society atau general public, pengertiannya lebih luas dari public itu sendiri. Sementara dalam setiap kegiatan public relations yang menjadi target publiknya bukan society atau general public, melainkan public, dimana public adalah bagian dari society atau general public. Definisi menurut Institute of Public Relations (IPR) seperti di kutip Nova (2009: 35) menyatakan “Public relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. Definisi public relations yang dikutip menurut Dr. Rex F. Harlow dalam Nova (2009: 35) menyatakan bahwa “Public relations merupakan fungsi manajemen yang khas yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi dan merespon pendapat umum, mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset serta komunikasi yang logis dan etis sebagai sarana utamanya” Kata kunci yang perlu diingat dalam mendefinisikan public relations menurut Elvinaro Ardianto (2011: 13) yaitu ; 1. “Sengaja (deliberate). Kegiatan PR adalah sesuatu yang disengaja, dirancang untuk mempengaruhi, mendapatkan pengertian, memberikan informasi, dan memperoleh umpan balik (reaksi dari mereka yang terkena dampak kegiatan). 2. Terencana (planned). Kegiatan PR adalah sesuatu yang terorganisasi. Solusi masalah diketahui dan logistik dipikirkan, dengan kegiatan yang memerlukan jangka waktu. Kegiatan ini sistematis, membutuhkan riset dan analisis. 3. Kinerja (performance). PR yang efektif didasarkan pada kebijakan dan penampilan nyata dari seseorang atau sebuah organisasi. Tidak ada public relations yang dapat menciptakan simpati serta dukungan jika organisasi yang bersangkutan merupakan pemilik usaha yang tidak tanggap terhadap kepentingan masyarakat. pepatah kuno mengatakan, “Anda tidak dapat membuat dompet sutra dari kuping induk babi”. 4. Kepentingan publik (public interest). Dasar dari setiap kegiatan PR adalah melayani kepentingan publik dalam suatu masyarakat, bukan sekedar memperoleh keuntungan bagi organisasi. Idealnya, saling menguntungkan bagi organisasi dan masyarakat. ini adalah benang yang menjalin kepentingan diri organisasi dengan kepentingan dan urusan masyarakat. Misalnya, Atlantik Richfield Company mensponsori penyusunan program berkualitas untuk televisi pemerintah. Karena usaha ini, selain akan meningkatkan citra perusahaan, pada saat yang sama masyarakat pun mendapat keuntungan dengan ditayangkannya program seperti itu. 5. Komunikasi dua arah (two way communication). Kamus sering kali memberikan kesan bahwa PR terdiri hanya dari penyebaran materi melalui informasi. Namun, penting juga bahwa definisi itu termasuk umpan balik dari khalayak. Kemampuan mendengarkan adalah bagian dari keahlian komunikasi yang pokok. 6. Fungsi manajemen (management function). PR paling efektif apabila berfungsi menjadi bagian dari pengambilan keputusan oleh manajemen puncak. PR melibatkan konsultasi dan pengentasan masalah tingkat tinggi, tidak hanya mengeluarkan informasi setelah keputusan dibuat. PR didefinisikan oleh Denny Griswold, pendiri dan pemilik PR News sebagai “fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur sebuah organisasi dengan kepentingan masyarakat, dan melaksanakan suatu program tindakan (dan komunikasi) untuk mendapatkan pengertian masyarakat dan dapat diterima oleh masyarakat”. Berkaitan dengan definisi mengenai public relations yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa public relations merupakan suatu kegiatan komunikasi terencana yang dilakukan oleh perusahaan untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan publik dan publik juga dapat membantu manajemen dalam membangun, mempertahankan citra perusahaan, dan juga dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis. Dikaitkan dengan masalah dalam penelitian ini, public relations merupakan fungsi manajemen PT. Pertamina (Persero) yang dapat mengatasi publiknya ketika sedang mengalami krisis. 2.1.2.2 Peranan Public Relations Menurut Firsan Nova (2009: 45) bahwa ada empat peranan utama public relations yang mendeskripsikan sebagian besar praktik untuk menyesuaikan pola perilaku untuk menangani situasi yang senantiasa terjadi di dalam organisasi dan mengakomodasi ekspentasi orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam organisasi. a. Pertama peranan public relations sebagai Penasehat ahli (expert prescriber) Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencari solusi dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi public relations dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar public relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. b. Kedua peranan public relations sebagai Fasilitator komunikasi (communication facilitator) Dalam hal ini, praktisi public relations bertindak sebagai komunikator atau mediator yang membantu pihak manajemen mendengar apa yang diinginkan dan diharpakan oleh publiknya. Di pihak lain, praktisi public relations juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan organisai kepada publiknya. Dengan komunikasi timbal balik diharapkan dapat tercipta saling pengertian, saling percaya, saling menghargai, saling mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. c. Ketiga peranan public relations sebagai Fasilitator proses pemecah masalah (problem solving process facilitator) Peranan praktisi public relations dalam proses pemecahan persoalan public relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi maka akan dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli public relations dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan, dan produk yang tengah didera krisis tertentu. d. Keempat peranan public relations sebagai Teknisi komunikasi (communication technician) Peranan public relations ini berbeda dengan tiga peranan public relations sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication technician ini menjadikan praktisi public relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication. Penjelasan penulis dari keempat hal yang dikemukakan di atas mengenai peranan public relations yaitu; 1. Public relations yang berperan sebagai penasehat ahli. Publik relations disisni mampu memberikan solusi dari suatu krisis yang terjadi. PT. Pertamina (Pesero) yang mengalami krisis pada saat itu, segera menjalani peranannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan publik-nya. Peran public relations pada saat mengalami krisis memang sangat di perlukan, karena peran public relations dianggap sebagai sumber terpercaya dalam memberikan informasi mengenai perusahaan. Perusahaan akan sulit merangkul publik-nya apabila public relations perusahaan tersebut tidak memiliki keahlian untuk dapat mencari dan menemukan solusi ketika menghadapi masalah atau krisis. Disinilah peranan public relations sebagai penasehat ahli dibutuhkan untuk membuat citra perusahaan tetap baik di mata publiknya. 2. Public relations berperan sebagai fasilitator komunikasi. Public relations disini merupakan sebagai perantara antara perusahaan dengan publiknya. Public relations didalam perusahaan berupaya sebagai mediator atau sebagai penengah antara perusahaan dengan publiknya. Pada PT. Pertamina (Persero) public relations menjadi penghubung perusahaan dengan publiknya ketika menyampaikan suatu informasi. Informasi ini merupakan pemberitahuan secara resmi dari perusahaan kepada publik-nya. Informasi tersebut dapat menimbulkan reaksi timbal balik dari publik yaitu reaksi positif dan reaksi negatif. Disinilah tugas dari public relations sebagai fasilitator komunikasi yang mampu mengatasi reaksi timbal balik tersebut agar tidak adanya kesalah pahaman. 3. Public relations berperan sebagai fasilitator proses pemecahan masalah. Semua perusahaan pasti pernah mengalami krisis, yaitu salah satunya PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) ini juga sudah pasti pernah mengalami krisis. Peranan public relations sangat dibutuhkan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Karena public relations merupakan gambaran dari perusahaan, sehingga citra perusahaan merupakan tanggung jawab dari apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh public relations. agar tidak berdampak pada citra perusahaan diperlukan kerja sama dalam mengatasi krisis perusahaan yang muncul secara tibatiba. 4. Public relations dalam bidang komunikasi jurnalistik merupakan peranan yang ke empat, yaitu menjelaskan mengenai kemampuan dalam menulis, pengeditan, produksi audio visual, grafis, dan produksi pesan yang digunakan dalam melaksanakan program public relations. Peranan ini lebih mengutamakan kepentingan publik guna menerima informasi yang jelas, dan juga menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan media. 2.1.2.3 Fungsi Public Relations Menurut Firsan Nova (2009: 38) bahwa fungsi utama public relations ialah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya baik internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi public relations merupakan cara bagaimana menciptakan hubungan yang baik antara internal perusahaan (karyawan) dan eksternal perusahaan (publik-nya) guna mendapatkan opini publik yang positif terhadap perusahaan. 2.1.2.4 Aktivitas Public Relations Menurut Firsan Nova (2009:38) aktivitas public relations yaitu menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways traffic communication) antara lembaga dengan publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. 2.1.2.5 Sasaran Public Relations Dalam menanggapi citra positif perusahaan, public reloations melakukan suatu kegiatan atau aktivitas. Dalam suatu kegiatan atau aktivitas tersebut sudah pasti public relations memiliki sasaran dalam menjalankan tugasnya. Aktivitas yang dilakukan public relations pada PT. Pertamina (Persero) mempunyai sasaran-sasaran dalam memenuhi kepentinganya. Menurut kutipan H. Fayol mengenai sasaran kegiatan public relations dalam Firsan Nova (2009: 43) yaitu; a. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image). 1. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif. 2. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. b. Menghadapi krisis (facing of crisis). Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan Public Relations recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage. c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes). 1. Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik. 2. Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan menghindari obat-obatan terlarang. 2.2 Teori-teori khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas 2.2.1 Citra 2.2.1.1 Definisi Citra Citra menurut Elvinaro Ardianto (2011: 62) adalah perasaan gambaran diri publik terhadap perusahaan, organisasi, atau lembaga; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi. Seperti fenomena “gunung es”, citra perusahaan di mata publik dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir komunal saat memersepsikan realitas yang terjadi. Sehingga satu hal yang patut dipahami dari terbentuknya sebuah citra perusahaan ialah adanya persepsi yang berkembang dalam benak publik terhadap realitas yang muncul dalam media (Wasesa & Macnamara, 2010: 55). Mengacu pada pendapat Wasesa-Macnamara (2010: 55) yaitu untuk mendapatkan citra yang diinginkan oleh manajemen perusahaan, kita harus memahami secara persis proses seleksi apa yang terjadi ketika publik menerima informasi mengenai realitas yang terjadi. Dengan demikian, seberapa jauh citra akan terbantuk sepenuhnya akan ditentukan oleh bagaimana public relations mampu membangun persepsi yang didasarkan oleh realitas yang terjadi. Dari tiga definisi citra yang telah di paparkan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa suatu citra tergantung dari kondisi interaksi yang dilakukan perusahaan dengan publik-nya. Interaksi yang dilakukan terhadap publik tersebut menimbulkan suatu pandangan dan penilaian terhadap suatu perusahaan, lembaga, atau pun organisasi yang dapat dilihat dari sudut pandang opini publik yang berbeda-beda, ada yang positif dan negatif. Opini dari publik tergantung dari bagaimana publik tersebut memandang suatu permasalahan atau krisis di dalam perusahaan. PT. Pertamina (Persero) yaitu sebagai perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang bertanggung jawab atas citra perusahaan dan juga citra negara di mata publik. Terjadinya krisis di dalam perusahaan ini memang tidak diinginkan terjadi, namun kejadian krisis yang tidak disengaja dan tidak terduga ini sudah tidak dapat dielakan lagi. Peristiwa ledakan gas elpiji 3 kg di salah satu rumah warga di Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada 25 Juli 2010 yang memakan korban luka-luka sebanyak 10 orang dan salah satu korbanya meninggal dunia. Peristiwa tersebut sudah pasti dan barang tentu akan terekam oleh media. Media disini berperan dalam membuat dan memberikan berita kepada publik dan dari berita yang diberikan oleh media ke pada publik tersebut akan memunculkan berbagai opini publik mengenai peristiwa tersebu dan hal itu berdampak pada citra perusahaan yaitu PT. Pertamina (Persero). Citra dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif, dan citra itu sendiri merupakan satu aset terpenting dari suatu perusahaan, lemabaga, atau pun organisasi. Tugas perusahaan dalam membentuk citranya adalah dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publik atau masyarakatnya. Meurut Siswanto Sutojo, citra perusahan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai keputusan penting, misalnya membeli barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan), merekomendasikan kepada orang lain (Elvinaro Ardianto, 2011: 62-63). 2.2.1.2 Jenis-jenis Citra Menurut Elvinaro Ardianto (2011: 63) menyatakan ada beberapa jenis citra, yaitu sebagai berikut : a. Citra bayangan (mirror image) Jenis citra ini adalah citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi, dan citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra bayangan itu hampir selalu tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. b. Citra yang berlaku (current image) Jenis citra ini adalah kebalikan dari citra bayangan atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. c. Citra yang diharapkan (wish image) Jenis citra ini adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya, citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada. d. Citra perusahaan atau citra lembaga (corporate image) Jenis citra ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Suatu badan usaha yang memiliki citra perusahaan positif lebih mudah menjual produk atau jasanya. e. Citra majemuk (multiple image) Jenis citra ini yaitu banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan harus ditegakkan secara keseluruhan. Penulis dalam penulisan skripsi ini akan membahas mengenai citra perusahaan pada PT. Pertamina (Persero). Citra perusahaan pada PT. Pertamina (Persero) merupakan sesuatu yang penting dan harus dijaga. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian bagaimana PT. Pertamina (Persero) mampu atau tidak dalam mempertahankan citra pasca terjadinya ledakan gas elpiji 3kg disalah satu rumah warga Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang memakan korban luka-luka sebanyak 10 orang dan salah satunya meninggal dunia tersebut. 2.2.2 Krisis 2.2.2.1 Definisi Krisis Sesuai dengan judul penelitian yang penulis akan bahas yaitu mengenai peranan public relations pada PT. Pertamina (Persero) dalam mempertahankan citra pasca menghadapi krisis perusahaan. Perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) ini telah menghadapi krisis yang terjadi pada tanggal 25 Juli 2010 lalu, yaitu sebuah kecelakaan yaitu ledakan gas elpiji 3 kg. Dalam hal ini penulis ingin membahas lebih dalam lagi mengenai krisis. Krisis adalah isu, yaitu isu yang dihadapi perusahaan dimana isu itu telah mencapai tahap krisis. Kata krisis berasal dari bahasa Yunani, krisis yang memiliki arti “keputusan” (Nova, 2009: 54). Menurut Fearn-Banks yang dikutip dalam Putra oleh Elvinaro Ardianto (2011: 305) krisis adalah situasi atau kejadian besar dengan dampak negatif yang secara potensial mempengaruhi sebuah organisasi atau industri, termasuk publiknya, produknya, jasanya atau nama baik. Sedangkan menurut Holsti dikutip oleh Elvinaro Ardianto (2011: 305) krisis adalah situasi-situasi yang ditandai dengan keterkejutan dan mengancam nilai-nilai penting, serta membuat keputusan dalam waktu singkat. Menurut Wasesa-Macnamara (2010: 73) krisis adalah salah satu berkah dalam PR karena saat itu organisasi berada di tengah pusaran pencitraan, dimana semua media massa datang memberikan liputan, publik memperbincangkannya setiap saat. Tidak semua krisis itu adalah krisis public relations. Suatu krisis dikatakan krisis public relations yaitu apabila krisis tersebut diketahui oleh publik dan mengakibatkan munculnya persepsi negatif terhadap perusahaan, organisasi atau citra seseorang. Krisis public relations tidak hanya menyerang perusahan besar saja, melainkan dapat menyerang siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan dimana saja (Nova, 2009: 165, 55). Dapat disimpulkan krisis merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diprediksi atau datang secara tiba-tiba, yang membawa dampak mengancam, dan dapat menyerang siapa saja baik itu perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi, dan individu itu sendiri. Krisis ini dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi perusahaan, seperti kejadian ledakan gas elpiji 3 kg yang dapat menimbulkan berbagai opini dari publik yang mengakibatkan citra perusahaan menjadi buruk. Dalam Firsan Nova (2009: 54-55) krisis public relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history life”, yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa. Berikut ini merupakan gambar bagan menenai krisis public relations ; Gambar 2.1 Bagan Krisis PR Types of Crisis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Natural Disaster Crisis Industrial Accidents Crisis Product Failure Crisis Public Perception Crisis Industrial Relation Crisis Bisiness Management Crisis Criminal Event Crisis Management Turnover crisis Hostile Takeover Crisis Stimulate Extensive - News - Media Coverage Public Affect your reputation, image, or credibility in negative way Sumber : Firsan Nova (2009: 166) Pada krisis public realtions media merupakan faktor terpenting yang dapat mentransformasi dari krisis internal menjadi krisis public raletions. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar bagan dari Firsan Nova (2009: 166) di atas. Salah satu kasus contoh krisis internal yang kemudian berubah menjadi krisis public relations yaitu sesuai dengan kasus krisis yang penulis angkat adalah kejadian ledakan gas elpiji 3 kg disalah satu rumah warga Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat 25 Juli 2010 lalu. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah guna mengatasi krisis public relations tersebut. Lima langkah ini penulis mengutip dari Firsan Nova (2009 : 172-175), yaitu sebagai berikut : 1. Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi respon kepada publik. 2. Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan lebih mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada perusahaan tersebut berbohong. 3. Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga masyarakat, media akan menciptakan versi mereka sendiri apabila perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau gosip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi lebih baik perusahaan mengatakan yang sebenarnya. 4. Penting untuk memperlihatkan kepada publik anda peduli karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis. 5. Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan. Suatu informasi pada masa sekarang ini akan lebih cepat sekali sampai terdengar ke telinga masyarakat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya alat untuk menyampaikan suatu informasi, mulai dari HP, media online, tv, radio, dan alat-alat komunikasi lainnya. Kecepatan informasi yang luar biasa tersebut menjadi suatu tantangan bagi setiap perusahaan untuk memiliki kemampuan dan melakukan solusi apabila terjadi krisis yang tidak diinginkan secara efektif dan profesional. Terkait dengan objek penelitian penulis, akan diteliti peranan public relations pada PT. Pertamina (Persero) ketika mengatasi krisis dan tetap dapat mempertahankan citra perusahaan agar selalu positif di mata pubik-nya. Dikarenakan menurut penulis PT. Pertamina(Persero) merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang sudah dikenal berpengalaman dan profesional. 2.2.2.2Faktor-faktor Penyebab Krisis Krisis tidak dapat di prediksi datangnya. Jalan yang terbaik bagi perusahaan ialah dengan membuat perencanaan guna menghadapinya. Berikut ini merupakan sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya menurut Firsan Nova, (2009: 61-81) : 1. Krisis karena bencana alam 2. Krisis karena kecelakaan industri 3. Krisis karena produk yang kurang sempurna 4. Krisis karean persepsi publik 5. Krisis karena hubungan kerja yang buruk 6. Krisis karena kesalahan strategi bisnis 7. Krisis karena terkait masalah kriminal 8. Krisis karena penggantian manajemen 9. Krisis karena persaingan bisnis Penulis dapat menyimpulkan bahwa krisis itu memang datangnya secara tiba-tiba atau tidak di duga-duga, karena penyebabnya itu bisa dari bencana alam, masalah teknis, kesalahan dari manusia itu sendiri, dan keputusan manajemen yang tidak sesuai atau tidak tepat dalam mengambil keputusan. 2.2.2.3 Penyelesaian Krisis Krisis mempunyai karakter, salah satu karekter krisis adalah adanya kejutan. Untuk menyelesaikan krisis, manajemen perusahaan harus memiliki crisis managemen plans yang didesain secara teliti dalam menghadapi berbagai level krisis yang mungkin terjadi. Oleh karena itu jika terjadi kondisi kritis, perusahaan dapat mendefinisiskan dan merespon dengan baik (Frisan Nova, 2009: 146). Gambar 2.2 : Crisis as a tringger for change Initiation of change Communication for change Preparedness for crisis Consolidation of learning Crisis resolution Sumber : Firsan Nova (2009: 147) Gambar di atas dalam Firsan Nova (2009: 147) memperlihatkan bagaimana cara mengidentifikasi siklus krisis, yaitu dimulai dari ; a. Persiapan menghadapi krisis (prepared for crisis) b. Penyelesaian krisis (crisis resolution) c. Mengambil pelajaran dari krisis (consolidation of learning) d. Mengkomunikasikan kepada publik (communication for change) e. Berkomitmen untuk melakukan perbaikan dimasa datang (initiation of change) 2.2.2.4 Teori Lasswell Teori ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948 yang menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat (Riswandi, 2009: 39). Model komunikasi Lasswell merupakan ungkapan verbal berikut ini : a. Who (siapa) b. Say What (mengatakan apa) c. In Which Channel (dengan saluran yang mana) d. To Whom (kepada siapa) e. With What Effect? (dengan efek apa) Unsur sumber (who) mengundnag pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (say what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian mengenai efek pesan pada khalayak. Oleh karena itu, model komunikasi Lasswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa. Dan dapat digambarkan model Lasswell tersebut sebgai berikut : Gambar 2.3 : Model Lasswell Who Say What Sumber : Wiryanto (2008: 17) In Which Chann To Whom With What Effect Pada penelitian ini suatu proses komunikasi memang sangat berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan pubic relations. Public Relations pada PT. Pertamina (Persero) menggunakan kelima unsur diatas dalam berinteraksi dengan publiknya ketika memberikan keterangan mengenai masalah krisis yang terjadi yaitu ledakan gas elpiji 3 kg di salah satu rumah warga Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada 25 Juli 2010. Public Relations berperan sebagai komunikator atau sumber, sedangkan publik sebagai penerima pesan. Kemudian efek yang ditimbulkan saat menerima pesan yang disampaikan melalui media tersebut yang akan berdampak pada citra perusahaan (Wiryanto, 2008: 17). 2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan kerangka teori di atas, maka penulis menetapkan kerangka sebagai berikut: Gambar 2.4: Kerangka Pikir Komunikasi Krisis Perusahaan Public Relations Peranan Public Relations Feedback (Publik) 1. Penasehat Ahli 2. Fasilitator Komunikasi 3. Fasilitator Proses pemecahan masalah 4. Teknisi Komunikasi Citra Perusahaan Tidak Mempertahankan Mempertahankan Publik Sumber : Hasil Pemikiran Penulis Gambar di atas merupakan kompilasi antara pemikian penulis dengan berbagai sumber yang dikutip dari Firsan Nova (2009: 45-46), Onong Uchjana Effendy (2011: 9), dan Elvinaro Ardianto (2011: 1, 76). Berdasarkan kerangka pikir yang dibuat oleh penulis, dijelaskan komunikasi merupakan cara yang digunakan oleh public relations dalam menyampaikan pesan kepada publiknya ketika perusahaan mengalami atau menghadapi suatu krisis. Krisis tersebut diselelesaikan dan public relations menyampaikan pesan kepada publiknya yaitu dengan cara memanfaatkan peranan public relations yaitu dengan adanya penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator proses pemecahan masalah, dan teknisi komunikasi. Setelah keempat peranan tersebut berjalan berpengaruh pada citra atau reputasi perusahaan yang sudah terbangun sejak perusahaan itu berdiri. Citra perusahaan dapat dipertahankan atau tidak dapat dipertahankan tergantung dari peranan public relations tersebut berjalan dengan baik atau tidak dan dari bagaimana publik memandang krisis perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari feedback publik kepada perusahaan. Penulis menganalisis sejarah mana peranan public relations PT. Pertamina (Persero) dalam mempertahankan citra perusahaan pasca terjadinya krisis ledakan gas elpii 3 kg pada tahun 2010.