PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI Untuk Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam Ribuan Rupiah) 31 Maret 2012 (Tiga Bulan) 31 Maret 2011 (Tiga Bulan) ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Pengeluaran kas kepada: Pemasok dan untuk beban operasi lainnya Beban Operasional 1.110.033.214 (996.652.764) (79.921.146) Penerimaan (pengeluaran) kas dari operasi Pembayaran untuk: Beban bunga Pajak Penerimaan dari pendapatan bunga Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi 960.814.879 (852.631.624) (88.949.963) ________________________________ 33.459.304 19.233.292 (13.359.333) (10.063.730) 154.800 (11.950.079) 113.241 457.644 10.191.041 ________________________________ 7.854.098 _________________________________ ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI hasil penjualan aset tetap Penurunan (peningkatan) investasi jangka pendek Pembayaran sewa jangka panjang Perolehan aset tetap Penurunan (peningkatan) piutang kepada pihak-pihak berelasi 382.975 (100.800) 1.780.969 (195.896.245) - Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas investasi (193.833.102) ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Perolehan (pembayaran) dari (ke) : Hutang sewa Pembiayaan Hutang bank jangka pendek Hutang bank jangka panjang Peningkatan (penurunan) hutang kepada pihak berelasi Setoran modal kepentingan non pengendali pada Entitas Anak (18.215.099) ________________________________ (140.669) 11.525.143 3.148.217 400.000 3.283.102 ________________ _______________ 192.957.323 PENINGKATAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE ________________________________ (173.696) 56.234.660 134.383.257 (770.000) Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan KAS DAN SETARA KAS AWAL PERIODE 428.365 (1.289.157) 476.287 (17.996.018) 165.424 14.932.691 ________________________________ 9.315.262 4.571.690 30.853.320 ________________ 28.362.209 ________________ 40.168.582 ===================== 7 32.933.899 ===================== PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM a. Pendirian Perusahaan PT Catur Sentosa Adiprana (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Hendra Karyadi, S.H., No. 93 tanggal 31 Desember 1983. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5216.HT.01-01.TH.1984 tanggal 18 September 1984 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1155 tanggal 27 November 1984, Tambahan No. 95. Pada tahun 2000, status hukum Perusahaan berubah menjadi Penanaman Modal Asing dan telah memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Surat Keputusan No. 208/V/PMA/2000 tanggal 21 Desember 2000 dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-1701 HT.01.04-TH.2001 tanggal 7 Maret 2001. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir melalui akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, No. 186 tanggal 25 Mei 2010, mengenai persetujuan perubahan ruang lingkup kegiatan Perusahaan. Akta perubahan tersebut telah disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-41979.AH.01.02.Tahun 2010 , tanggal 25 Agustus 2010. Berdasarkan keputusan sirkuler pemegang saham Perusahaan tanggal 6 Juni 2007, para pemegang saham menyetujui perubahan status hukum Perusahaan dari perseroan terbatas dengan fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi perseroan terbatas non-fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA)/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), termasuk memberikan persetujuan untuk mencabut dan/atau membatalkan setiap surat perjanjian Perusahaan yang berkaitan dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah sebagai distributor atau sub-distributor, agen atau pemasok bahan bangunan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1983. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan 35 (tiga puluh lima) cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Daan Mogot Raya No. 234, Jakarta. PT Buanatata Adisentosa adalah entitas induk Perusahaan dan juga merupakan entitas induk terakhir dari Perusahaan dan Entitas Anak. b. Penawaran Umum Efek Perusahaan Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 181 tanggal 21 September 2007, Perusahaan mengubah status Perusahaan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka dan nama Perusahaan menjadi PT Catur Sentosa Adiprana Tbk, peningkatan modal dasar dan pencatatan saham Perusahaan yang diterbitkan pada Bursa Efek Indonesia. Akta perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 11017 tanggal 9 November 2007, Tambahan No. 90 Berdasarkan Surat Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. S-608/BL/2007 tanggal 30 November 2007, Pernyataan Pendaftaran Perusahaan dalam rangka Penawaran Umum Perdana telah dinyatakan efektif. Pada tanggal 12 Desember 2007, Perusahaan mencatatkan 600.000.000 lembar sahamnya dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp100 (dalam jumlah penuh) per saham di Bursa Efek Indonesia. c. Susunan Entitas Anak Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, susunan Entitas Anak adalah sebagai berikut: Entitas Anak Domisili Kegiatan Usaha Tahun Awal Operasi Komersial Persentase Pemilikan (%) Maret 2012 Des 2011 Jumlah Aktiva Maret 2012 Des 2011 Pemilikan langsung/ PT Catur Mitra Sejati Sentosa (CMSS) Jakarta Perdagangan peralatan dan bahan bangunan 1997 99,65 99,65 547.599.044 496.302.697 PT Catur Karda Sentosa (CKS) Medan Distributor bahan bangunan 1995 99,00 99,00 17.720.323 28.484.410 PT Caturaditya Sentosa (CAS) Jakarta Distributor bahan keramik “Mulia” 1995 90,00 90,00 43.271.251 38.139.473 Yogyakarta Distributor bahan bangunan 1997 70,00 70,00 33.871.100 36.926.810 PT Catur Logamindo Sentosa (CLS) 8 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (lanjutan) c. Susunan Entitas Anak (lanjutan) Entitas Anak Domisili Kegiatan Usaha Tahun Awal Operasi Komersial Persentase Pemilikan (%) Maret 2012 PT HCG Indonesia (HCG) Jakarta Distributor produk saniter 2007 65,00 PT Satya Galang Kemika (SGK) Jakarta Distributor bahan-bahan kimia 1997 60,00 Perdagangan furnitur 2009 PT Catur Shaw Brother (CSB) Jakarta Des 2011 65,00 Jumlah Aktiva Maret 2012 Des 2011 12.538.006 13.552.283 60,00 35.324.126 35.067.105 60,00 60,00 25.922.043 21.949.786 PT Catur Hasil Sentosa (CHS) Lampung Distributor bahan bangunan 1997 55,00 55,00 38.987.603 39.694.562 PT Eleganza Tile Indonesia (ETI) Jakarta Distributor bahan bangunan 2010 51,00 51,00 17.251.093 13.027.139 PT Caturadiluhur Sentosa (CALS) Palembang Distributor bahan bangunan 1995 51,00 51,00 77.109.758 67.319.790 Distributor bahan-bahan kimia 1990 51,00 51,00 144.123.593 142.945.032 2001 99,35 99,35 65.001.999 62.619.391 PT Kusuma Kemindo Sentosa (KKS) Jakarta Pemilikan tidak langsung melalui CMSS PT Mitra Bali Indah Surabaya (MBI), dimiliki CMSS dengan pemilikan sebesar 99,7% pada Maret 2012 dan Desember 2011 Perdagangan peralatan dan bahan bangunan Investasi di ETI Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 236 tanggal 30 Agustus 2010, Perusahaan mendirikan sebuah Perseroan Terbatas dengan nama PT Eleganza Tile Indonesia. Akta pendirian tersebut telah disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam surat keputusan No. AHU-50432.AH.01.01.Tahun 2010, tanggal 27 Oktober 2010. Modal dasar dari perusahaan ini berjumlah Rp20.000.000 yang terbagi dalam 20.000 saham, masing-masing mempunyai nilai nominal sebesar Rp1.000.000 (dalam jumlah penuh). Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 21 tanggal 2 November 2011, Pemegang saham ETI menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh dari Rp10.000.000 menjadi Rp12.500.000 yang terdiri dari 12.500 lembar saham. Perusahaan mengambil bagian sebanyak 1.275 saham atau sebesar Rp1.275.000 (51%) sedangkan sisanya sebanyak 1.225 saham atau sebesar Rp1.225.000 (49%) diambil oleh Tn. Budyanto Totong dan Ny. Lim Pit Fan. Atas peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut di atas, kepemilikan Perusahaan tetap sebesar 51%. Investasi di CSB Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 60 tanggal 6 September 2010, pemegang saham CSB meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh dari semula sebesar Rp18.710.000 menjadi sebesar Rp22.919.750. Sehubungan dengan peningkatan tersebut, Perusahaan telah memesan dan membayar sebesar Rp2.525.850 untuk mempertahankan persentase pemilikan Perusahaan pada CSB tetap sebesar 60%. d. Komisaris, direktur dan karyawan Susunan dewan komisaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris (Independen) : : : : Tn. Drs. Jusuf Arbianto Tjondrolukito Ny. Srililanti Totong Tn. Darmawan Putra Totong Ny. Henny Ratnasari Dewi 9 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 1. UMUM (lanjutan) d. Komisaris, direktur dan karyawan (lanjutan) Dewan Komisaris Komisaris (Independen) : Tn. Tan Alexander Song Susunan dewan direksi Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Dewan Direksi Direktur Utama Direktur Direktur : Tn. Budyanto Totong : Ny. Dra. Tjia Tjhin Hwa : Tn Agoes Prasetyo Adhie Gaji dan tunjangan lain yang diberikan untuk Dewan Komisaris dan Direksi adalah sekitarRp. 1.267.520 pada Maret 2012 dan Rp. 8.270.906 tahun 2011 yang merupakan imbalan jangka pendek. Susunan Komite Audit Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Ketua Anggota Tn. Tan Alexander Song Tn. Suhardi Ny. Fitria Perusahaan dan Entitas Anak memiliki 4.632 dan 4.621 karyawan tetap (tidak diaudit) masing-masing pada 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING a. Dasar penyajian laporan keuangan konsolidasian Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (“SAK”), yang mencakup Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (“DSAK”) dan Peraturan-peraturan serta Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK. Seperti diungkapkan dalam catatancatatan terkait laporan keuangan konsolidasian, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan diterbitkan, diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011 secara prospektif atau retrospektif. Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”, yang diterapkan pada tanggal 1 Januari 2011. PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, yaitu antara lain, tujuan pelaporan, komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus, perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, informasi komparatif, konsistensi penyajian dan memperkenalkan pengungkapan baru, antara lain, sumber estimasi ketidakpastian dan pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif lainnya, penyimpangan dari standar akuntansi keuangan dan pernyataan kepatuhan. Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) memberikan pengaruh yang signifikan bagi penyajian dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan konsolidasian. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak untuk bulan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, kecuali bagi penerapan beberapa PSAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 seperti yang telah diungkapkan pada catatan ini. Laporan keuangan konsolidasian telah disusun berdasarkan basis akrual dan menggunakan konsep biaya historis, kecuali untuk akun tertentu yang diukur dengan menggunakan dasar seperti yang disebutkan dalam catatan yang relevan di bawah ini . 10 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) a. Dasar penyajian laporan keuangan konsolidasian (lanjutan) Laporan arus kas konsolidasian menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi disajikan dengan menggunakan metode langsung. Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 2 (Revisi 2009), "Laporan Arus Kas", yang menggantikan PSAK No. 2 dengan judul yang sama. Penerapan PSAK No. 2 (Revisi 2009) tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. Mata uang pelaporan yang digunakan pada laporan keuangan konsolidasian adalah rupiah. b. Prinsip-prinsip konsolidasi Sejak Tanggal 1 Januari 2011 Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara retrospektif PSAK No. 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri”, kecuali beberapa hal berikut yang diterapkan secara prospektif: (i) rugi entitas anak yang menyebabkan saldo defisit bagi kepentingan nonpengendali (“KNP”); (ii) kehilangan pengendalian pada entitas anak; (iii) perubahan kepemilikan pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian; (iv) hak suara potensial dalam menentukan keberadaan pengendalian; dan (v) konsolidasi atas entitas anak yang memiliki pembatasan jangka panjang. PSAK No. 4 (Revisi 2009) mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk sekelompok entitas yang berada dalam pengendalian suatu entitas induk, dan akuntansi untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas dan entitas asosiasi ketika laporan keuangan tersendiri disajikan sebagai informasi tambahan. Penerapan PSAK No. 4 (Revisi 2009) tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan, termasuk pengungkapan terkait, dalam laporan keuangan konsolidasian. Laporan keuangan konsolidasian meliputi akun-akun Perusahaan dan Entitas Anak dengan persentase pemilikan lebih dari 50%, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seluruh transaksi material dan saldo akun antar perusahaan (termasuk laba atau rugi yang signifikan yang belum direalisasi) telah dieliminasi. Entitas Anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perusahaan memperoleh pengendalian, sampai dengan tanggal entitas induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap ada ketika Perusahaan memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui Entitas Anak, lebih dari setengah kekuasaan suara suatu entitas. Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat: a) kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan investor lain; b ) kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; c) kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut; atau d) kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada Perusahaan, yang masing-masing disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan dalam ekuitas pada laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari bagian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Rugi entitas anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada KNP bahkan jika hal ini mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit. Jika kehilangan pengendalian atas suatu entitas anak, maka Perusahaan dan Entitas Anak: • menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill) dan liabilitas entitas anak; • menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP; • menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat di ekuitas, bila ada; • mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima; 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 11 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) b. Prinsip-prinsip konsolidasi (lanjutan) Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) • mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya; mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian; dan • mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya ke laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, atau mengalihkan secara langsung ke saldo laba. • Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 Bagian pemilikan pemegang saham minoritas pada aset bersih dan laba atau rugi bersih dari Entitas Anak yang dikonsolidasi sebelumnya disajikan sebagai “Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan yang Dikonsolidasikan” pada neraca konsolidasi dan sebagai “Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan” dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu Entitas Anak dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor Entitas Anak tersebut. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas dibebankan kepada Perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas, kecuali pemegang saham minoritas memiliki kepentingan jangka panjang lainnya pada Entitas Anak terkait atau terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila selanjutnya Entitas Anak melaporkan laba, maka laba tersebut harus dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas, dalam hal ini, Perusahaan, sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang sebelumnya dibebankan kepada Perusahaan dapat dipulihkan. c. Kombinasi bisnis Sejak Tanggal 1 Januari 2011 Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif PSAK No. 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” yang berlaku bagi kombinasi bisnis yang terjadi pada atau setelah awal tahun/periode buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. PSAK No. 22 (Revisi 2010) menjelaskan transaksi atau peristiwa lain yang memenuhi definisi kombinasi bisnis guna meningkatkan relevansi, keandalan dan daya banding informasi yang disampaikan entitas pelapor dalam laporan keuangannya tentang kombinasi bisnis dan dampaknya. Sesuai dengan ketentuan transisi dari PSAK No. 22 (Revisi 2010), sejak tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak: • menghentikan amortisasi goodwill; • mengeliminasi jumlah tercatat goodwill negatif dan diakui sebagai laba atau rugi . Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK No. 22 (Revisi 2010) tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan, berikut pengungkapan terkait dalam laporan keuangan konsolidasian. Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya perolehan dari sebuah akuisisi diukur pada nilai agregat imbalan yang dialihkan, diukur pada nilai wajar pada tanggal akuisisi, dan jumlah setiap KNP pada pihak yang diakuisisi. Untuk setiap kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi mengukur KNP pada entitas yang diakuisisi baik pada nilai wajar ataupun pada proporsi kepemilikan KNP atas aset neto yang teridentifikasi dari entitas yang diakuisisi. Biaya-biaya akuisisi yang timbul dibebankan langsung dan disertakan dalam bebanbeban administrasi. Ketika melakukan akuisisi atas sebuah bisnis, Perusahaan mengklasifikasikan dan menentukan aset keuangan yang diperoleh dan liabilitas keuangan yang diambil alih berdasarkan pada persyaratan kontraktual, kondisi ekonomi, dan kondisi terkait lain yang ada pada tanggal akuisisi. Hal ini termasuk pemisahan derivatif melekat dalam kontrak utama oleh pihak yang diakuisisi. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 12 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) c. Kombinasi bisnis (lanjutan) Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) Dalam suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, pihak pengakuisisi mengukur kembali kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Imbalan kontijensi yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi diakui pada nilai wajar tanggal akuisisi. Perubahan nilai wajar atas imbalan kontijensi setelah tanggal akuisisi yang diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas, diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian atau pendapatan komprehensif lainnya sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Jika diklasifikasikan sebagai ekuitas, imbalan kontijensi tidak diukur kembali sampai penyelesaian selanjutnya diperhitungkan dalam ekuitas. Pada tanggal akuisisi, goodwill awalnya diukur pada harga perolehan yang merupakan selisih lebih nilai agregat dari imbalan yang dialihkan dan jumlah setiap KNP atas selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Jika imbalan tersebut kurang dari nilai wajar aset neto entitas anak yang diakuisisi, selisih tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Setelah pengakuan awal, goodwill diukur pada harga perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas (“UPK”) dari Perusahaan dan Entitas Anak yang diharapkan akan bermanfaat dari sinergi kombinasi tersebut, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditetapkan atas UPK tersebut. Jika goodwill telah dialokasikan pada suatu UPK dan operasi tertentu atas UPK tersebut dihentikan, maka goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut termasuk dalam jumlah tercatat operasi tersebut ketika menentukan keuntungan atau kerugian dari pelepasan. Goodwill yang dilepaskan tersebut diukur berdasarkan nilai relatif operasi yang dihentikan dan porsi UPK yang ditahan. Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 Sebagai perbandingan dengan persyaratan-persyaratan tersebut di atas, kebijakan akuntansi atas kombinasi bisnis sebelum tanggal 1 Januari 2011: • Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode pembelian. Biaya-biaya transaksi yang secara langsung dapat diatribusikan pada akuisisi merupakan bagian dari harga perolehan akuisisi. KNP (sebelumnya dikenal sebagai hak minoritas) diukur berdasarkan proporsi atas nilai tercatat aset neto teridentifikasi. • Kombinasi bisnis yang diperoleh secara bertahap diakui sebagai tahap-tahap yang terpisah. Tambahan kepemilikan saham tidak mempengaruhi goodwil yang telah diakui sebelumnya; • ketika perusahaan dan entitas anak mengakuisisi sebuah bisnis, derivatif melekat yang dipisahkan dari kontrak utama oleh pihak yang diakuisisi tidak diukur kembali pada saat akusisi, kecuali kombinasi bisnis menyebabkan perubahan syarat-syarat kontrak yang secara signifikan merubah arus kas yang semula disyaratkan dalam kontrak; • imbalan kontijensi diakui jika, dan hanya jika, Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai kewajiban saat ini, yaitu kemungkinan besar atas arus ekonomis keluar, yang dapat secara memadai diestimasi. Penyesuaian setelah tanggal akuisisi terhadap imbalan kontijensi diakui sebagai bagian dari goodwill. d. Kas dan Setara kas Deposito berjangka dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal penempatan, dan tidak digunakan sebagai jaminan, diklasifikasikan sebagai “Setara Kas”. e. Investasi jangka pendek Deposito berjangka yang digunakan sebagai jaminan tanpa pembatasan penggunaan atau yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan tetapi kurang dari satu tahun pada saat investasi diklasifikasikan sebagai “Investasi Jangka Pendek”. Deposito berjangka yang digunakan sebagai jaminan dalam perjanjian dengan supplier untuk menjadi distributor atau sub-distributor, disajikan sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar Lainnya”. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 13 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) f. Cadangan penurunan nilai Sebelum tahun 2010, cadangan penurunan nilai, jika ada, ditetapkan berdasarkan evaluasi manajemen terhadap kolektibilitas masing-masing piutang pada akhir tahun. Mulai tahun 2010, nilai cadangan ditentukan berdasarkan kebijakan yang dijabarkan pada Catatan 2t g. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen dalam laporan keuangan konsolidasian. Tidak terdapat dampak signifikan dari penerapan PSAK yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak. Rincian saldo dan transaksi yang material dengan pihak-pihak berelasi disajikan dalam Catatan 7. h. Persediaan Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (weighted-average method). Penyisihan persediaan usang dibentuk untuk mengurangi nilai tercatat persediaan ke nilai realisasi bersih. i. Biaya dibayar di muka Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat dengan menggunakan metode garis lurus. Bagian tidak lancar dari biaya dibayar di muka, kecuali sewa disajikan sebagai bagian dari “Aktiva Tidak Lancar Lainnya” pada laporan posisi keuangan konsolidasian. j. Sewa Menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa”, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), dalam sewa pembiayaan, lessee mengakui aset dan kewajiban dalam laporan posisi keuangan pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Beban keuangan tercermin dalam laba atau rugi. Aset sewaan (disajikan sebagai bagian dari aset tetap) disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa. Dalam sewa operasi, lessee mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa. k. Aktiva tetap Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan untuk kelangsungan dari pengoperasian suatu aset tetap, setiap biaya dari setiap inspeksi yang signifikan itu diakui ke dalam jumlah tercatat (“carrying amount”) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dibebankan ke operasi berjalan. Penyusutan aset tetap dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun ganda, kecuali bangunan dan renovasi bangunan sewa yang disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, berdasarkan taksiran masa manfaat aset tetap sebagai berikut: 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 14 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) k. Aktiva tetap (lanjutan) Tahun Bangunan Renovasi bangunan sewa Kendaraan Peralatan kantor, toko dan gudang 20 2 - 15 4- 8 4- 8 Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak diamortisasi. Aset dalam penyelesaian dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap. Biaya perolehan aset dalam penyelesaian tersebut akan dialihkan ke akun aset tetap yang bersangkutan apabila telah selesai dan siap untuk digunakan Sesuai dengan PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”, Perusahaan mencatat harga perolehan tanah secara terpisah dari biaya pengurusan legal yang terjadi untuk memperoleh hak atas tanah serta pengeluaran untuk perpanjangan hak. Pengeluaran tersebut ditangguhkan dan disajikan sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar Lainnya” pada neraca konsolidasi dan diamortisasi selama umur hukum hak Biaya signifikan sehubungan dengan renovasi bangunan sewa dikapitalisasi dan diamortisasi selama masa sewa. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya. Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan aset tetap di-review, dan jika sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif. l. Penurunan nilai aset non keuangan Sejak Tanggal 1 Januari 2011 Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif PSAK No. 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”, termasuk goodwill dan aset yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum tanggal 1 Januari 2011. PSAK No. 48 (Revisi 2009) menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika nilai tercatatnya melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan PSAK yang direvisi ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang direvisi ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan. Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2009) tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pelaporan keuangan. Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan dan Entitas Anak menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai asset diperlukan maka Perusahaan dan Entitas Anak membuat estimasi jumlah terpulihkan atas aset tersebut. Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau UPK dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut dipertimbangkan mengalami penurunan nilai dan nilai tercatat aset diturunkan nilainya menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai “rugi penurunan nilai”. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 15 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) l. Penurunan nilai aset non keuangan (lanjutan ) Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan neto didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset. Dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, digunakan harga penawaran pasar terakhir, jika tersedia. Jika tidak terdapat transaksi tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak menggunakan model penilaian yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset. Perhitungan-perhitungan ini dikuatkan oleh penilaian berganda atau indikator nilai wajar yang tersedia. Penilaian dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik hanya jika terdapat perubahan asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Pembalikan tersebut dibatasi sehingga jumlah tercatat aset tidak melebihi jumlah terpulihkannya maupun jumlah tercatat, neto setelah penyusutan, seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut pada tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Setelah pembalikan tersebut, penyusutan aset tersebut disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama sisa umur manfaatnya. Goodwill diuji untuk penurunan nilai setiap tahun dan ketika terdapat suatu indikasi bahwa nilai tercatatnya mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai bagi goodwill ditetapkan dengan menentukan jumlah tercatat tiap UPK (atau kelompok UPK) dimana goodwill terkait. Jika jumlah terpulihkan UPK kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui. Rugi penurunan nilai terkait goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya. Sesuai dengan PSAK No. 19 (Revisi 2010), piranti lunak yang tidak merupakan bagian terkait dari suatu perangkat keras diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama 4 tahun dan dinilai untuk penurunan nilai saat terdapat indikasi penurunan nilai. Perusahaan dan Entitas Anak melakukan reviu atas periode amortisasi dan metode amortisasi untuk piranti lunak setidaknya setiap akhir tahun buku. Nilai residu diasumsikan sama dengan nol. Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan terhadap penurunan nilai aset non keuangan sebelum tanggal 1 Januari 2011, sesuai dengan PSAK No. 48, “Penurunan Nilai Aktiva”, Perusahaan dan Entitas Anak menelaah apabila terdapat indikasi penurunan nilai aset pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset, Perusahaan dan Entitas Anak melakukan estimasi terhadap nilai yang dapat dipulihkan dari aset tersebut. Kerugian atas penurunan nilai aset diakui sebagai beban pada operasi berjalan. m. Biaya emisi efek ekuitas Biaya emisi efek yang terjadi sehubungan dengan penerbitan efek ekuitas dikurangkan langsung dari tambahan modal disetor yang diperoleh dari penerbitan efek tersebut. n. Pengakuan pendapatan dan beban Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak mengadopsi PSAK No. 23 (Revisi 2010), “Pendapatan”. PSAK revisi ini mengidentifikasi kondisi terpenuhinya kriteria pengakuan pendapatan, sehingga pendapatan dapat diakui, dan mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu, serta memberikan panduan praktis dalam penerapan kriteria mengenai pengakuan pendapatan. Tidak terdapat dampak signifikan dari standar akuntansi yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh oleh Perusahaan dan Entitas Anak dan jumlahnya dapat diukur secara handal. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima, tidak termasuk diskon, rabat dan pajak pertambahan nilai. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 16 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) n. Pengakuan pendapatan dan beban (lanjutan) Pendapatan dari penjualan diakui bila risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan telah dipindahkan kepada pembeli, yang umumnya bersamaan waktunya dengan pengiriman dan penerimaannya. Beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual. o. Liabilitas Imbalan kerja Perusahaan dan Entitas Anak mengakui kewajiban imbalan kerja yang tidak didanai berdasarkan Undangundang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (“UU No. 13”) dan PSAK No. 24 (Revisi 2004) ”Imbalan Kerja”. Berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), biaya imbalan kerja dihitung berdasarkan UU No. 13 dengan menggunakan metode perhitungan aktuarial projected unit credit. Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai penghasilan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum diakui untuk masing-masing program pada akhir periode pelaporan sebelumnya melebihi jumlah 10% dari kewajiban imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian aktuarial yang melewati 10% ini diakui selama rata-rata sisa masa kerja karyawan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya jasa lalu yang timbul akibat pengenalan program imbalan pasti atau perubahan kewajiban imbalan kerja dari program sebelumnya harus diamortisasi sampai imbalan kerja tersebut telah menjadi hak karyawan. Perhitungan biaya imbalan kerja periode Maret 2012 dan 2011 berdasarkan estimasi sementara. p. Goodwill negatif Sebelum 1 Januari 2011, goodwill negatif diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama 20 tahun. Sejak 1 Januari 2011, goodwill diukur berdasarkan kebijakan yang dijabarkan pada Catatan 2c. q. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang rupiah menggunakan kurs terakhir yang berlaku pada tanggal tersebut dan laba atau rugi kurs yang terjadi dikredit atau dibebankan pada operasi tahun berjalan. Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, kurs yang digunakan adalah sebagai berikut: Mata Uang Asing 1 Dolar Amerika Serikat 1 Euro Maret 2012 Des 2011 (dalam jumlah penuh) 9.180 12.259 9.068 11.739 r. Pajak penghasilan Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut. Pengaruh pajak untuk satu tahun dialokasikan pada usaha tahun berjalan, kecuali untuk pengaruh pajak dari transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Untuk setiap perusahaan yang dikonsolidasi, pengaruh pajak atas perbedaan temporer dan akumulasi rugi pajak, yang masing-masing dapat berupa aset atau liabilitas, disajikan dalam jumlah neto untuk masing-masing perusahaan tersebut. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 17 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) r. Pajak penghasilan (lanjutan) Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Keputusan Pajak diterima atau jika dilakukan banding pada saat hasil banding atas surat keputusan pajak tersebut telah ditetapkan. s. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Berdasarkan PSAK No. 38 mengenai “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, tidak ada laba atau rugi yang diakui pada saat terjadi pengalihan aktiva, kewajiban, saham dan instrumen pemilikan lainnya di antara entitas sepengendali. Oleh karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, kewajiban, saham atau instrumen pemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan dicatat sesuai dengan nilai buku berdasarkan metode penyatuan kepemilikan. Selisih antara nilai pengalihan dengan nilai buku sehubungan dengan restrukturisasi entitas sepengendali dicatat sebagai akun “Selisih Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, dan disajikan sebagai bagian dari ekuitas pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Saldo akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dapat berubah pada saat hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi; atau pelepasan saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Perubahan selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tersebut diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada tahun berjalan. t. Selisih transaksi perubahan ekuitas Entitas Anak Sesuai dengan PSAK No. 40, ”Akuntansi Perubahan Ekuitas Entitas Anak atau Perusahaan Asosiasi”, selisih nilai tercatat penyertaan Perusahaan dan bagian proposional atas nilai wajar aset bersih Entitas Anak yang timbul dari perubahan pada ekuitas Entitas Anak, yang bukan berasal dari transaksi antara Perusahaan dan Entitas Anak terkait, dicatat sebagai ”Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Entitas Anak” dan disajikan sebagai bagian dari Ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. u. Instrumen Keuangan Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak mengadopsi PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pelaporan” (PSAK No. 50R), dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” (PSAK No. 55R), yang menggantikan PSAK No. 50, “Akuntansi untuk Investasi Efek Tertentu”, dan PSAK No. 55 (Revisi 1999), “Akuntansi untuk Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”. PSAK No. 50R mengatur persyaratan tentang penyajian instrumen keuangan dan mengidentifikasi informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian tersebut berlaku terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, kewajiban keuangan, dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan, dan keadaan di mana aset keuangan dan kewajiban keuangan akan saling hapus. PSAK ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain, informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang yang terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk instrumen tersebut. PSAK No. 55R mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian dan penjualan item non keuangan. Pernyataan ini, antara lain, memberikan definisi dan karakteristik terhadap derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan hubungan lindung nilai. Tidak terdapat penyesuaian transisi dari penerapan awal secara prospektif standar revisi tersebut atas laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 1 Januari 2010. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 18 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) u. Instrumen Keuangan (lanjutan) i. Aset Keuangan Pengakuan awal Aset keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55R diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi aset keuangan pada saat pengakuan awal dan, jika diperbolehkan dan sesuai, akan mengevaluasi kembali pengklasifikasian aset keuangan tersebut setiap akhir tahun keuangan. Perusahaan dan Entitas Anak tidak memiliki aset keuangan selain pinjaman yang diberikan dan piutang dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Aset keuangan pada awalnya diakui pada nilai wajar ditambah, dalam hal investasi tidak diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pembelian atau penjualan aset keuangan yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan dan kebiasan yang berlaku di pasar (pembelian secara reguler) diakui pada tanggal perdagangan, seperti tanggal perusahaan berkomitmen untuk membeli atau menjual aset. Pada tanggal 31 Maret 2012, aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak mencakup kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha dan piutang lain-lain, piutang hubungan istimewa dan aset tidak lancar lainnya Pengukuran setelah pengakuan awal Pengukuran setelah pengakuan awal dari aset keuangan tergantung pada klasifikasi sebagai berikut: • Pinjaman yang diberikan dan piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut dicatat pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode tingkat bunga efektif. Laba atau rugi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat pinjaman yang diberikan dan piutang dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi. Kas dan setara kas, investasi jangka pendek - deposito berjangka, piutang usaha dan piutang lain-lain, piutang hubungan istimewa dan aset tidak lancar lainnya milik Perusahaan dan Entitas Anak termasuk dalam kategori ini. • Aset keuangan tersedia untuk dijual Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo. Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau rugi yang belum terrealisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut dihentikan pengakuannya. Pada saat itu, laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas harus direklas ke dalam laba atau rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi. Investasi yang diklasifikasi sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut: - Investasi pada saham yang tidak tersedia nilai wajarnya dengan kepemilikan kurang dari 20% dan investasi jangka panjang lainnya dicatat pada biaya perolehannya - Investasi dalam modal saham yang tersedia nilai wajarnya dengan kepemilikan kurang dari 20% dicatat pada nilai wajar. Perusahaan mempunyai investasi jangka pendek pada surat berharga yang dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 19 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) u. Instrumen Keuangan (lanjutan) ii. Liabilitas Keuangan Pengakuan awal Kewajiban keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55R diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, hutang dan pinjaman atau derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif, jika sesuai. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi kewajiban keuangan pada saat pengakuan awal. Perusahaan dan Entitas Anak menetapkan bahwa kewajiban keuangan mereka dikategorikan sebagai hutang dan pinjaman. Pada awalnya kewajiban keuangan diukur pada nilai wajar dan, dalam hal hutang dan pinjaman, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pada tanggal 31 Maret 2012, kewajiban keuangan Perusahaan dan Entitas Anak mencakup hutang usaha dan hutang lain-lain, beban masih harus dibayar, hutang bank jangka pendek, hutang bank jangka panjang dan pinjaman lainnya dan hutang sewa pembiayaan. Pengukuran setelah pengakuan awal Setelah pengakuan awal, hutang dan pinjaman yang dikenakan bunga diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Laba atau rugi harus diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi ketika kewajiban tersebut dihentikan pengakuannya serta melalui proses amortisasinya. iii. Saling hapus instrumen keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya dilaporkan dalam neraca konsolidasi jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui dari aset keuangan dan kewajiban keuangan tersebut dan terdapat intensi untuk menyelesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara bersamaan. iv. Nilai wajar instrumen keuangan Nilai wajar instrumen keuangan yang secara aktif diperdagangkan di pasar keuangan ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga pasar yang berlaku pada penutupan pasar pada akhir tahun pelaporan. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian tersebut meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar (arm’s-length market transactions), referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substantial sama, analisis arus kas yang didiskonto, atau model penilaian lainnya. Penyesuaian risiko kredit Perusahaan dan Entitas Anak menyesuaikan harga di pasar yang lebih menguntungkan untuk mencerminkan adanya perbedaan risiko kredit pihak lawan antara instrumen yang diperdagangkan di pasar tersebut dengan instrumen yang dinilai untuk posisi aset keuangan. Dalam penentuan nilai wajar posisi kewajiban keuangan, risiko kredit Perusahaan dan Entitas Anak terkait dengan instrumen keuangan tersebut ikut diperhitungkan. v. Biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan Biaya perolehan diamortisasi diukur dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi cadangan penurunan nilai dan pembayaran atau pengurangan pokok. Perhitungan ini mencakup seluruh premi atau diskonto pada saat perolehan dan mencakup biaya transaksi serta fee yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 20 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) u. Instrumen Keuangan (lanjutan) vi. Penurunan nilai aset keuangan Pada setiap tanggal neraca, Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. • Aset keuangan dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, Perusahaan dan Entitas Anak terlebih dahulu menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Perusahaan dan Entitas Anak menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang (tidak termasuk kerugian kredit di masa mendatang yang belum terjadi). Nilai kini estimasi arus kas masa datang didiskontokan dengan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif terkini. Nilai tercatat atas aset keuangan dikurangi melalui penggunaan pos cadangan penurunan nilai dan jumlah kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pendapatan bunga tetap diakui sebesar nilai tercatat yang telah diturunkan nilainya berdasarkan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Pinjaman yang diberikan dan piutang beserta dengan cadangan terkait dihapuskan jika tidak terdapat kemungkinan pemulihan di masa mendatang yang realistis dan seluruh agunan telah terealisasi atau dialihkan kepada Perusahaan dan Entitas Anak. Jika, pada tahun berikutnya, nilai estimasi kerugian penurunan nilai aset keuangan bertambah atau berkurang karena peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang diakui sebelumnya bertambah atau berkurang dengan menyesuaikan pos cadangan penurunan nilai. Jika di masa mendatang penghapusan tersebut dapat dipulihkan, jumlah pemulihan tersebut diakui pada laba atau rugi. • Aset keuangan yang tersedia untuk dijual Dalam hal investasi ekuitas diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang tersedia untuk dijual, bukti obyektif akan termasuk penurunan nilai wajar yang signifikan dan berkepanjangan di bawah nilai perolehan investasi tersebut. Ketika terdapat bukti penurunan nilai, kerugian kumulatif - yang diukur sebagai selisih antara biaya perolehan dan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai investasi yang sebelumnya diakui pada laba atau rugi direklas dari ekuitas ke dalam laba atau rugi. Kerugian penurunan nilai atas investasi ekuitas tidak dihapuskan melalui laba atau rugi; peningkatan nilai wajar setelah penurunan nilai, diakui dalam ekuitas. vii. Penghentian pengakuan aset dan liabilitas keuangan Aset keuangan Suatu aset keuangan (atau mana yang berlaku, bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis) dihentikan pengakuannya pada saat: (1) hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset tersebut berakhir; atau (2) Perusahaan dan Entitas Anak mentransfer hak mereka untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau kewajiban untuk membayar arus kas yang diterima secara penuh tanpa penundaan yang signifikan kepada pihak ketiga melalui suatu kesepakatan penyerahan; dan salah satu diantara (a) Perusahaan dan Anak Perusahaan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan tersebut, atau (b) Perusahaan dan Anak 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 21 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) u. Instrumen Keuangan (lanjutan) vii. Penghentian pengakuan aset dan liabilitas keuangan (lanjutan) Aset keuangan (lanjutan) Perusahaan secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan tersebut, namun telah mentransfer kendali atas asset tersebut. Liabilitas keuangan Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. Ketika liabilitas keuangan yang ada digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dicatat sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru dan selisih antara nilai tercatat masing-masing liabilitas keuangan tersebut diakui dalam laba atau rugi. v. Laba per saham Sesuai dengan PSAK No. 56 mengenai “Laba Per Saham”, laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih bulan berjalan dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama bulan yang bersangkutan sebesar 2.895.037.800 saham untuk Maret 2012 dan Desember 2011. w. Pelaporan segmen Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap laporan keuangan konsolidasian. Segmen adalah bagian khusus Perusahaan dan Entitas Anak yang terlibat baik dalam menyediakan produkproduk tertentu (segmen usaha), atau dalam menyediakan produk dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen geografis), yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lainnya. Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang sesuai dengan segmen tersebut. Segmen ditentukan sebelum saldo dan transaksi antar Perusahaan dan Entitas Anak dieliminasi sebagai bagian dari proses konsolidasi. x. Provisi Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 57 (Revisi 2009), "Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi". PSAK No. 57 (Revisi 2009) harus diterapkan secara prospektif dan menetapkan kriteria pengakuan dan dasar pengukuran untuk provisi, liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi, dan untuk memastikan bahwa informasi yang memadai diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk memungkinkan pengguna dalam memahami sifat, waktu dan jumlah yang terkait dengan informasi tersebut. Penerapan PSAK No. 57 (Revisi 2009) tidak memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. Provisi diakui jika Perusahaan atau Entitas Anak memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) jika, sebagai akibat peristiwa masa lalu, besar kemungkinan penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika kemungkinan besar tidak terjadi arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, maka provisi dibatalkan. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 22 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) y. Penerapan Standar Akuntansi Revisi Lain dan Interpretasi Selain standar akuntansi revisi yang telah disebutkan sebelumnya di atas, Perusahaan dan Entitas Anak juga telah menerapkan standar akuntansi revisi dan interpretasi berikut pada tanggal 1 Januari 2011, yang dianggap relevan terhadap laporan keuangan interim konsolidasian namun tidak menimbulkan dampak yang signifikan kecuali bagi pengungkapan terkait: • PSAK No. 8 (Revisi 2010), “Peristiwa Setelah Periode Pelaporan” • PSAK No. 25 (Revisi 2009), “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” • ISAK No. 10, “Program Loyalitas Pelanggan”. 3. PENGGUNAAN PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI OLEH MANJEMEN Penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak mensyaratkan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan atas pendapatan, beban, aset dan liabilitas, serta pengungkapan liabilitas kontinjensi, pada akhir periode pelaporan. Namun, ketidakpastian estimasi dan asumsi ini dapat menyebabkan hasil yang memerlukan penyesuaian material atas nilai tercatat aset dan liabilitas yang berdampak pada masa mendatang. Pertimbangan Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan dan Entitas Anak, manajemen telah membuat pertimbangan-pertimbangan berikut ini, yang terpisah dari estimasi dan asumsi, yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang dicatat dalam laporan keuangan konsolidasian: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Keuangan Perusahaan dan entias anak menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan pertimbangan bila definisi yang ditetapkan PSAK No. 55R terpenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi seperti diungkapkan pada Catatan 2u. Cadangan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi adanya pelanggan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit saat ini dari pelanggan berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga (jika tersedia) dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi spesifik atas pelanggan terhadap jumlah piutang pelanggan guna mengurangi total piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan dan Entitas Anak. Provisi spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan atas penurunan nilai piutang usaha. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6. Estimasi dan Asumsi Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk periode keuangan berikutnya, diungkapkan di bawah ini. Perusahaan dan Entitas Anak mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan konsolidasian disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan, mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi diluar kendali Perusahaan dan Entitas Anak. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya. Pensiun dan Imbalan Kerja Penentuan liabilitas dan beban Perusahaan dan Entitas Anak sehubungan dengan pensiun dan liabilitas imbalan kerja bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlahjumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk, antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat cacat, usia pensiun dan tingkat kematian. Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Perusahaan dan Entitas Anak yang memiliki pengaruh lebih dari 10% liabilitas imbalan pasti, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus selama ekspektasi rata-rata sisa masa kerja karyawan. Sementara Perusahaan dan Entitas Anak berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan 3. PENGGUNAAN PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI OLEH MANJEMEN (LANJUTAN) 23 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Pensiun dan Imbalan Kerja (lanjutan) Perusahaan dan Entitas Anak dapat mempengaruhi secara material liabilitas diestimasi atas pensiun dan imbalan kerja dan beban imbalan kerja neto. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 15. Penyusutan Aset Tetap Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 2 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur yang secara umum diharapkan dalam industri di mana Perusahaan dan Entitas Anak menjalankan bisnisnya. Perubahan ekspektasi tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya penyusutan masa depan mungkin direvisi. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 10. Pajak Penghasilan Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal. Perusahaan dan Entitas Anak mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 13 . Realisasi dari Aset Pajak Tangguhan Perusahaan dan Entitas Anak melakukan penelaahan atas nilai tercatat aset pajak tangguhan pada setiap akhir periode pelaporan dan mengurangi nilai tersebut sampai sebesar kemungkinan aset tersebut tidak dapat direalisasikan, di mana penghasilan kena pajak yang tersedia memungkinkan untuk penggunaan seluruh atau sebagian dari aset pajak tangguhan tersebut. Penelaahan Perusahaan dan Entitas Anak atas pengakuan aset pajak tangguhan untuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan didasarkan atas tingkat dan waktu dari penghasilan kena pajak yang ditaksirkan untuk periode pelaporan berikutnya. Taksiran atas penghasilan kena pajak berdasarkan hasil pencapaian Perusahaan dan Entitas Anak di masa lalu dan ekspektasi di masa depan terhadap pendapatan dan beban, sebagaimana juga dengan strategi perencanaan perpajakan di masa depan. Tetapi tidak terdapat kepastian bahwa Perusahaan dan Entitas Anak dapat menghasilkan penghasilan kena pajak yang cukup untuk memungkinkan penggunaan sebagian atau seluruh bagian dari aset pajak tangguhan tersebut. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 13. Ketidakpastian Liabilitas Perpajakan Dalam situasi tertentu, Perusahaan dan Entitas Anak tidak dapat menentukan secara pasti jumlah liabilitas pajak mereka pada saat ini atau masa depan karena proses pemeriksaan oleh otoritas perpajakan. Ketidakpastian timbul terkait dengan interpretasi dari peraturan perpajakan yang kompleks dan jumlah dan waktu dari penghasilan kena pajak di masa depan. Dalam menentukan jumlah yang harus diakui terkait dengan liabilitas pajak yang tidak pasti, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan pertimbangan yang sama yang akan mereka gunakan dalam menentukan jumlah cadangan yang harus diakui sesuai dengan PSAK No. 57, “Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi”. Perusahaan dan Entitas Anak membuat analisa untuk semua posisi pajak terkait dengan pajak penghasilan untuk menentukan jika liabilitas pajak untuk manfaat pajak yang belum diakui harus diakui. Perusahaan dan Entitas Anak menyajikan bunga dan denda untuk kekurangan pembayaran pajak penghasilan sebagai bagian dari “Beban Operasi - pajak dan perijinan” pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Penyisihan untuk persediaan usang Penyisihan untuk persediaan usang diestimasi berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas kepada, kondisi fisik persediaan yang dimiliki, harga jual pasar, estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang akan timbul untuk penjualan. Provisi dievaluasi kembali dan disesuaikan jika terdapat tambahan informasi yang mempengaruhi jumlah yang telah diestimasi. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 8. 4. KAS DAN SETARA KAS 24 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Kas dan setara kas terdiri dari: Maret 2012 Desember 2011 Kas Rupiah Dolar Amerika Serikat 8.642.338 443.381 6.551.818 132.471 Jumlah kas 9.085.719 6.684.289 Bank Rupiah PT Bank Central Asia Tbk 13.595.178 PT Bank Mandiri Tbk 3.556.803 PT Bank Ekonomi Rahardja Tbk 2.272.060 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 2.161.738 PT Bank CIMB Niaga Tbk 724.515 PT Bank Negara Indonesia Tbk 719.455 PT Bank UOB Indonesia 621.013 PT Bank Permata Tbk 585.853 PT Bank Rabobank International Indonesia 435.640 Lain-lain (masing-masing di bawah Rp400.000) 974.223 ______________ Jumlah bank – Rupiah 25.646.479 ______________ US Dollar PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Permata Tbk Lain-lain (masing-masing di bawah Rp250.000) Jumlah bank – US Dollar 180.060 513.119 ______________ 17.345.377 ______________ 699.331 126.993 - 459.142 755.941 948.290 302.530 275.042 78.229 50.878 904.553 2.791.823 _______________ ______________ Jumlah bank Deposito berjangka Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Mega Tbk Jumlah deposito berjangka – Rupiah Jumlah kas dan setara kas 7.191.400 1.396.035 1.738.664 2.014.898 976.531 154.432 3.051.085 129.153 26.551.032 20.137.200 2.500.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 31.831 - 31.831 2.000.000 4.531.831 4.031.831 40.168.582 30.853.320 Pada tanggal 31 Maret 2012, kas Perusahaan dan Entitas Anak telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko yang mungkin terjadi. 5. INVESTASI JANGKA PENDEK 25 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Investasi jangka pendek terdiri dari: Maret 2012 Desember 2011 Deposito berjangka Rupiah PT Bank Permata Tbk 21.600 21.600 Jumlah deposito berjangka – Rupiah 21.600 21.600 US Dollar PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Permata Tbk 4.773.600 3.488.400 6.347.600 1.813.600 Jumlah deposito berjangka – USD 8.262.000 8.161.200 Investasi dalam bentuk saham - 2.026.668 Lembar saham PT Arwanacitra Mulia 1.003.200 739.734 Jumlah investasi jangka pendek 9.286.800 8.922.534 Deposito berjangka Deposito berjangka dalam dolar Amerika Serikat merupakan margin deposito tanpa bunga untuk letters of credit. Pada tanggal 31 Maret 2012, deposito berjangka milik KKS yang ditempatkan pada PT Bank Rabobank International Indonesia sebesar US$ 520.000 (setara dengan Rp. 4.773.600), dan milik KKS dan SGK yang ditempatkan di PT Bank Permata Tbk sebesar US$ 380.000 (setara dengan Rp. 3.488.400) digunakan sebagai jaminan atas hutang bank yang diperoleh dari masing-masing bank tersebut (Catatan 10). Surat berharga Laba yang belum direalisasi yang timbul dari perubahan nilai pasar saham sebesar Rp. 111.466 pada Maret 2012 dan Rp. 152.000 pada tahun 2011, disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan Komprehensif Lainnya” . 6. PIUTANG USAHA Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut: Maret 2012 Pihak ketiga Rupiah Tk Panca Jaya Tk Dwi Setia Jaya Tk Santi Tk Murah Tk Anugerah Tk Sadar Manunggal Tk Terang Bulan Tk Norton Kondang Murah Tk Roda Selatan Tk Hidup Baru UD. Kadar Jaya Tk Kurnia Tk Arly Tk Sumber Mas Tk Sinar Eterna Tk Sumber Jaya Tk Candi Mas Jaya Keramik Wibisono Jadhisno Tk Warna Indah Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 1.700 juta) Desember 2011 4.911.100 4.434.523 3.146.613 3.024.753 3.008.847 2.848.598 2.735.930 2.596.733 2.593.556 2.244.236 2.235.698 2.230.287 2.186.485 2.105.231 2.086.081 2.058.329 1.904.525 1.759.253 1.643.753 21.591 3.650.243 3.645.424 2.671.914 2.843.025 3.390.666 1.568.165 1.578.259 1.928.939 2.582.221 193 521.489 1.597.636 1.883.078 1.674.936 2.168.256 2.204.087 2.494.368 1.872.121 2.260.523 1.998.767 518.689.935 ______________ 467.436.356 ______________ 568.466.061 509.970.666 6. PIUTANG USAHA (lanjutan) 26 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut: Maret 2012 Desember 2011 Dolar Amerika Serikat PT Karunia Catur Perkasa 1.489.536 PT Arsitek Highpolymer 1.409.294 PT Surabaya Perdana Rotopack 1.013.223 PT Multi Anugerah Lestari Texindo Lain-lain (di bawah Rp 750 juta) 48.293.834 56.559.686 52.205.886 59.821.101 Jumlah Pihak Ketiga Cadangan penurunan nilai 620.671.947 (9.102.109) 569.791.767 (8.678.503) Pihak ketiga - bersih 611.569.838 561.113.264 1.025.285 1.085.416 1.150.714 Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut: (lanjutan) Maret 2012 Pihak-pihak berelasi PT Masadjaya Indomakmur PT Kreasi Sentosa Abadi PT Caturkarda Depo Bangunan PT Mega Depo Indonesia Jumlah pihak-pihak berelasi Desember 2011 2.868.547 967.801 344.585 293.344 2.353.733 1.357.650 651.622 222.046 4.474.276 4.585.051 Rincian piutang usaha berdasarkan umur piutang adalah sebagai berikut: Maret 2012 Pihak Ketiga Kurang dari 31 hari 31 - 60 hari 61 - 90 hari Lebih dari 90 hari Desember 2011 580.380.239 14.677.525 5.447.235 20.166.235 526.231.100 11.052.323 2.907.730 29.600.614 620.671.947 (9.102.109) 569.791.767 (8.678.503) 611.569.839 561.113.264 Pihak-pihak berelasi Kurang dari 31 hari 31 - 60 hari 61 - 90 hari Lebih dari 90 hari 4.141.283 332.993 - 3.983.689 601.362 - Jumlah pihak pihak berelasi 4.474.276 4.585.051 Jumlah Cadangan penurunan nilai Pihak ketiga - bersih 6. PIUTANG USAHA (lanjutan) 27 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Mutasi cadangan penurunan nilai piutang adalah sebagai berikut: Maret 2012 Desember 2011 Saldo awal tahun Pencadangan selama tahun berjalan Penghapusan piutang ragu ragu 8.678.503 425.679 (2.073) 6.272.519 2.614.859 (208.875) Saldo akhir tahun 9.102.109 8.678.503 Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa jumlah cadangan penurunan nilai piutang adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang tersebut. Pada tanggal 31 Maret 2012, piutang usaha yang dimiliki oleh CAS, Entitas Anak, sebesar Rp 8.815.043 digunakan sebagai jaminan berdasarkan perjanjian distribusi dengan PT Mulia Industrindo Tbk, pemasok utama CAS . Pada tanggal 31 Maret 2012, piutang usaha sebesar Rp 448.716.393 digunakan sebagai jaminan atas hutang bank jangka pendek dan hutang bank jangka panjang dan pinjaman lainnya (Catatan 10 dan 13). 7. TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan dan Entitas Anak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi yang terutama terdiri dari: a. Penjualan bersih barang dagang: Persentase terhadap jumlah penjualan Maret 2012 Penjualan PT Masadjaya Indomakmur PT Kreasi Sentosa Abadi PT Catur Karda Depo Bangunan PT Mega Depo Indonesia Jumlah Maret 2011 Maret 2012 Maret 2011 3.183.995 1.831.378 1.728.318 953.310 0,27 % 0,16 % 0,17 % 0,10 % 841.077 256.762 614.701 - 0,07 % 0,02 % 0,06 % 0,00 % 6.113.212 3.296.329 0,53 % 0,33 % Piutang kepada pihak-pihak berelasi yang berasal dari transaksi penjualan tersebut di atas disajikan sebagai “Piutang Usaha” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 6). Penjualan kepada pihak-pihak yang berelasi dilakukan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak (Catatan 19). b. Pembelian bersih barang dagang: Persentase terhadap jumlah penjualan Maret 2012 Pembelian bersih PT Primagraha Keramindo SB Furniture Pte Ltd Hocheng Pilippines PT Catur Karda Depo Bangunan Hocheng China Corporation PT Kreasi Sentosa Abadi Jumlah Maret 2011 Maret 2012 Maret 2011 229.152.789 2.084.993 1.644.806 211.940.315 1.812.195 1.398.984 19,74 % 0,18 % 0,14 % 21,46 % 0,18 % 0,14 % 100.000 102.591 - 564.800 27.059 41.175 0,10 % 0.06 % 0,10 % 0,00 % 233.085.179 215.784.529 20,08 % 21,84 % Hutang kepada pihak-pihak berelasi yang berasal dari transaksi pembelian tersebut di atas disajikan sebagai “Hutang Usaha” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 11). 7. TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI (lanjutan) 28 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) c. Pembelian bersih barang dagang: (lanjutan) Pembelian dari pihak-pihak berelasi dilakukan dengan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak . d. Sifat transaksi dan hubungan dengan pihak-pihak berelasi adalah sebagai berikut: Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa Hubungan Sifat saldo akun/transaksi PT Masadjaya Indomakmur PT Catur Karda Depo Bangunan Manajemen kunci yang sama Penjualan barang dagang Manajemen kunci yang sama Penjualan barang dagang PT Mega Depo Indonesia Manajemen kunci yang sama Penjualan barang dagang PT Kreasi Sentosa Abadi Manajemen kunci yang sama Manajemen kunci yang sama Pihak berelasi Pihak berelasi Penjualan dan pembelian barang dagang PT Primagraha Keramindo Hocheng Philippines Corporation SB Furniture Industry Co,- Ltd 8. PERSEDIAAN Persediaan terdiri dari: Maret 2012 Cat Keramik Perlengkapan kamar mandi & dapur Bahan-bahan kimia Alat listrik Home Etc Kaca dan glass block Pipa Atap gelombang dan genteng Alat pertukangan Semen Kunci dan aksesoris pintu Partisi Lain-lain Desember 2011 338.676.279 161.924.171 84.840.465 66.943.438 39.679.191 20.959.282 19.225.322 14.133.365 7.284.034 6.953.214 5.362.218 4.343.209 3.394.486 56.803.425 329.816.082 167.586.133 70.718.003 75.265.483 38.191.791 22.684.177 17.762.120 12.700.261 6.391.250 7.360.499 4.233.189 4.994.952 4.223.302 46.479.584 Jumlah persediaan 830.522.098 808.406.826 Persediaan barang dalam perjalanan Penyisihan persediaan usang 8.436.454 (10.019.951) 20.432.399 (11.375.264) Persediaan - bersih 828.938.601 817.463.961 Mutasi penyisihan persediaan usang adalah sebagai berikut: Maret 2012 Desember 2011 Saldo awal tahun Penyisihan selama tahun berjalan Penghapusan 11.375.264 761.069 (2.116.383) 4.727.551 8.538.350 (1.890.637) Saldo akhir 10.019.951 11.375.264 8. PERSEDIAAN (LANJUTAN) 29 Pembelian barang dagang Pembelian barang dagang Pembelian barang dagang PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada kuartal pertama, manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa jumlah penyisihan persediaan usang adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas persediaan usang dan nilai persediaan yang ada telah mencerminkan nilai realisasi bersih. Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan keramik dan glass block yang dimiliki CAS, Entitas Anak, sebesar Rp 6.152.686 digunakan sebagai jaminan berdasarkan perjanjian distribusi dengan pemasok utama Entitas Anak, PT Mulia Industrindo Tbk . Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan sebesar Rp 497.783.589 digunakan sebagai jaminan atas hutang bank jangka pendek dan hutang bank jangka panjang dan pinjaman lainnya (Catatan 10 dan 13). Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan Perusahaan dan Entitas Anak telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, kecurian dan risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan atas asuransi tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas persediaan dan nilai persediaan yang ada telah mencerminkan nilai realisasi bersih. 9. AKTIVA TETAP Aktiva tetap terdiri dari: Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Reklasifikasi Mutasi 2012 Nilai tercatat Pemilikan langsung Tanah Bangunan Peralatan kantor, toko dan gudang Kendaraan Renovasi bangunan sewa Jumlah pemilikan langsung Aset Sewaan Kendaraan Aktiva dalam penyelesaian Bangunan 122.824.611 189.161.008 143.834.025 24.242.156 - 19.402.461 266.658.636 232.805.625 99.695.420 91.749.395 46.821.892 8.034.122 2.138.444 1.634.487 50.295 750.722 - - 107.679.248 93.137.118 48.456.379 550.252.326 179.883.235 801.016 19.402.461 748.737.006 1.929.728 168.650 - - 2.098.378 58.376.633 15.843.456 - (19.402.461) 54.817.628 610.558.687 195.895.341 801.016 - 805.653.012 ( Jumlah nilai tercatat Akumulasi penyusutan- Pemilikan Langsung Bangunan Peralatan kantor, toko dan gudang Kendaraan Renovasi bangunan sewa Jumlah akumulasi penyusutan Aset sewaan Kendaraan 48.834.059 2.595.232 - - 51.429.291 75.424.181 57.475.226 12.828.080 2.703.020 2.442.443 1.159.672 38.415 743.595 - - 78.088.785 59.174.074 13.987.752 194.561.546 8.900.367 782.011 - 202.679.902 - 945.249 839.139 106.110 - Jumlah akumulasi Penyusutan 195.400.685 9.006.477 782.011 Nilai buku 415.158.002 203.625.152 602.027.860 9. AKTIVA TETAP (lanjutan) 30 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Reklasifikasi Mutasi 2011 Nilai tercatat Pemilikan langsung Tanah Bangunan Peralatan kantor, toko dan gudang Kendaraan Renovasi bangunan sewa 110.405.971 168.571.530 12.418.640 2.683.319 6.979.933 24.886.092 122.824.611 189.161.008 95.006.057 86.337.824 48.153.984 11.028.549 12.894.178 971.795 6.339.186 8.272.779 2.346.387 790.172 42.500 99.695.420 91.749.395 46.821.92 508.475.366 39.996.481 23.938.285 25.718.764 550.252.326 1.900.384 1.198.729 379.213 (790.172)- 1.929.728 20.500.243 62.804.982 - (24.928.592) 58.376.633 530.875.993 104.000.192 24.317.498 -) 610.558.687 40.378.141 9.713.118 1.257.200 - 48.834.059 67.459.267 53.596.617 16.677.587 12.469.061 10.121.980 4.219.623 4.504.147 6.243.371 8.069.130 - 75.424.181 57.475.226 12.828.080 178.111.612 36.523.782 20.073.848 - 194.561.546 624.488 432.723 218.072 - 839.139 Jumlah akumulasi Penyusutan 178.736.100 36.956.505 20.291.920 - 195.400.685 Nilai buku 352.139.893 Jumlah pemilikan langsung Aset sewaan Kendaraan Aktiva dalam penyelesaian Bangunan Jumlah nilai tercatat Akumulasi penyusutan Bangunan Peralatan kantor, toko dan gudang Kendaraan Renovasi bangunan sewa Jumlah akumulasi penyusutan Aset sewaan Kendaraan 415.158.002 Penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 dibebankan sebagai berikut (Catatan 19): Maret 2012 Desember 2011 Beban penjualan Beban umum dan administrasi 7.025.720 1.980.758 27.713.295 9.243.210 Jumlah 9.006.477 36.956.505 Rincian penjualan aktiva tetap adalah sebagai berikut: Maret 2012 Harga perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Desember 2011 798.267 (778.358) 17.592.075 (13.976.829) 19.910 3.615.246 Perolehan kas (harga jual) 382.975 6.414.597 Laba (rugi) penjualan aktiva tetap 363.065 2.799.351 Pada Maret 2012 dan Desember 2011, penjualan aktiva tetap merupakan penjualan atas, kendaraan, dan peralatan kantor, toko, dan gudang. Pada tanggal 31 Maret 2012, aktiva tetap (di luar tanah) telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, kerusakan dan risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko tersebut. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa tidak terdapat peristiwa atau perubahan keadaan yang menunjukan adanya penurunan nilai aktiva tetap tersebut di atas. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki beberapa bidang tanah yang terletak di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Manado dan beberapa kota lain di Indonesia dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang 9. AKTIVA TETAP (lanjutan) 31 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) berjangka waktu 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun dimana jatuh tempo terakhir pada tahun 2038. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan HGB karena tanah tersebut diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai. Berdasarkan penelaahan manajemen, tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aktiva tetap pada Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Maret 2012. 10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK Hutang bank jangka pendek terdiri dari: Maret 2012 Rupiah Kredit Time Loan PT Bank Central Asia Tbk Kredit rekening koran PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Bank Ekonomi Raharja Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Danamon Tbk PT Bank Permata Tbk Pinjaman Akseptasi PT Bank Ekonomi Raharja Tbk PT Bank Central Asia Tbk Dollar Amerika Serikat Trust Receipts PT Bank Permata Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia Kredit Modal Kerja (KMK) Valas PT Bank Mandiri Tbk Jumlah hutang bank jangka pendek Desember 2011 334.790.625 264.562.500 32.040.887 4.979.979 9.424.501 39.626.838 4.979.878 9.279.883 5.075.286 4.704.175 1.552.109 4.524.049 4.917.275 1.736.204 59.962.500 - 59.925.000 4.000.000 17.887.604 12.944.071 19.255.784 12.485.174 - 2.029.418 15.973.246 15.778.320 499.334.983 443.100.323 PT Bank Central Asia Tbk a. Pada tahun 2010, CALS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan time loan dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp4.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja. Tanggal jatuh tempo fasilitas kredit rekening koran dan time loan ini adalah 9 Desember 2012. Pinjaman ini dijamin dengan persediaan yang dimiliki oleh CALS (Catatan 9), tanah dan bangunan dan gudang yang dimiliki oleh Tn. Budyanto Totong (pihak yang mempunyai hubungan istimewa) dan Tn. Simonardi S. (pemegang saham). b. Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan BCA setuju untuk memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit sebesar Rp18.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja, dan fasilitas bank garansi (Catatan 24i) sampai dengan 11 Juni 2012. Fasilitas kredit ini dijamin dengan beberapa tanah dan bangunan milik Perusahaan dan CMSS (Catatan 9), Tn. Budyanto Totong, Tn. Darmawan Putra Totong, Tn. Totong Kurniawan, Ny. Janty dan Ny. Lily Suryana Setiawan (pihak-pihak berelasi),piutang usaha dan persediaan milik Perusahaan (Catatan 6 dan 8), dan jaminan korporasi tidak terbatas yang dikeluarkan oleh CMSS dan MBI atas nama Perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan berkisar antara 9 % sampai dengan 9,5% pada tahun 2012 dan 10 % pada tahun 2011. c. Pada bulan Juni 2008, CMSS dan MBI memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp1.000.000. Fasilitas tersebut digunakan untuk membiayai modal kerja CMSS dan MBI. Fasilitas pinjaman tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir yang dibuat pada 5 Agustus 2011 mengenai peningkatan pagu kredit untuk CMSS menjadi sebesar Rp. 35.000.000. Jatuh tempo pinjaman rekening koran milik CMSS telah diperpanjang sampai dengan tanggal 10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan) 32 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT Bank Central Asia Tbk ( lanjutan) 11 Juni 2012, sedangkan MBI telah melunasi hutangnya pada saat tanggal jatuh tempo. Fasilitas kredit ini dijamin dengan beberapa tanah dan bangunan milik Perusahaan dan CMSS (Catatan 9), Tn. Budyanto Totong, Tn. Darmawan Putra Totong, Tn. Totong Kurniawan, Ny. Janty dan Ny. Lily Suryana Setiawan (pihak-pihak berelasi), piutang usaha dan persediaan milik Perusahaan (Catatan 6 dan 8). Pinjaman tersebut juga dijamin dengan jaminan korporasi tidak terbatas yang dikeluarkan oleh CMSS dan MBI atas nama Perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan yang berkisar antara 9 % sampai dengan 9,5% pada tahun 2012 dan sebesar 10% pada tahun 2011. PT Bank Mandiri Tbk a. Pada tanggal 11 Agustus 2010, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit sebesar Rp. 20.000.000. Pinjaman tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10% dan dijamin dengan piutang dagang, persediaan dan tanah beserta bangunan di atasnya (Catatan 6, 8 dan 9) milik Perusahaan. Fasilitas kredit tersebut telah dilunasi pada tanggal jatuh temponya. b. Pada tanggal 28 April 2010, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran, KMK valas dan trust receipt dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp5.000.000, US$2.000.000 dan US$4.000.000. Fasilitas kredit tersebut tersedia sampai dengan tanggal 28 April 2013. Pinjaman ini dijamin dengan beberapa tanah dan bangunan milik Perusahaan dan persediaan barang dagang milik KKS (Catatan 8 dan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 11% pada tahun 2012 untuk kredit rekening koran dan sebesar 7,5% untuk pinjaman KMK valas dan trust receipt. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk a. Perusahaan memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan pinjaman akseptasi dengan pagu kredit masingmasing sebesar Rp 10.000.000 dan Rp 20.000.000. Dalam perubahan terakhir tanggal 27 Juni 2011, PT Bank Ekonomi Raharja Tbk memberikan fasilitas kredit baru berupa pinjaman akseptasi 2 dengan pagu kredit sebesar Rp 40.000.000. Jangka waktu fasilitas kredit kredit rekening koran dan pinjaman akseptasi tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 29 Juni 2012. Pinjaman tersebut dikenakan tingkat bunga tahunan berkisar antara 9 % pada Maret 2012 serta dijamin dengan beberapa bidang tanah berikut bangunan diatasnya yang dimiliki oleh perusahaan serta persediaan barang dagang milik Perusahaan (Catatan 8 dan 9). b. Pada tanggal 8 Juli 2003, CMSS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan bank garansi (BG) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp1.000.000, dan Rp2.000.000. Fasilitas kredit tersebut digunakan untuk membiayai modal kerja CMSS dan dijamin dengan hak tanggungan atas beberapa tanah dan bangunan milik Perusahaan, dan beberapa unit kendaraan milik CMSS . Kedua fasilitas kredit tersebut telah dilunasi pada saat jatuh temponya. PT Bank Rabobank International Indonesia a. Pada tanggal 17 Maret 2010, SGK memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit sebesar Rp 1.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja. Tanggal jatuh tempo fasilitas kredit rekening koran ini telah diperpanjangan sampai dengan 17 Mei 2012. Fasilitas kredit ini dijamin dengan sebidang tanah milik Tn. Budyanto Totong (pihak berelasi) dan dikenakan tingkat bunga tahunan 11 % sampai pada Maret 2012. b. Pada bulan Mei 2006, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan usance letters of credit (L/C) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp3.000.000 dan US$1.000.000. Pada bulan Mei 2007, pagu fasilitas usance letter of credit ditingkatkan menjadi US$1.250.000. Pada tahun 2008, pagu fasilitas rekening koran ditingkatkan menjadi Rp. 4.500.000 dan pada tahun 2010, pagu fasilitas trust receipt ditingkatkan menjadi US$ 1.750.000. Jatuh tempo fasilitas kredit tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 17 Mei 2012. Fasilitas kredit ini dikenakan tingkat bunga tahunan berkisar 11 % pada Maret 2012. Pinjaman tersebut dijamin dengan sebidang tanah yang dimiliki oleh Tn. Budyanto Totong (pihak berelasi), sedangkan pinjaman usance letters of credit (L/C) dijamin dengan tanah yang sama milik Tn. Budyanto Totong (pihak berelasi) dan deposito berjangka yang ditempatkan pada PT Bank Rabobank International Indonesia (Catatan 5). 10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan) 33 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT Bank Danamon Indonesia Tbk Pada tanggal 13 Agustus 2011, Perusahaan mendapat fasilitas pinjaman rekening koran (Catatan 14) dengan pagu kredit sebesar Rp 5.000.000 yang digunakan sebagai modal kerja. Jatuh tempo fasilitas rekening koran ini adalah tanggal 13 Agustus 2012. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang, persediaan dan tanah milik Perusahaan (Catatan 6, 8 dan 10). Pinjaman tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,25% pada tahun 2012. PT Bank Permata Tbk a. Pada tahun 2011, SGK memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan trust receipt dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp1.000.000 dan US$3.000.000. Fasilitas kredit tersebut tersedia sampai dengan tanggal 24 November 2012. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang ditempatkan pada bank yang sama (Catatan 5), piutang usaha dan persediaan milik SGK (Catatan 6 dan 8) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 12% sampai dengan 12,5% pada tahun 2012 untuk kredit rekening koran dan sebesar 6,5% pada tahun 2012 untuk pinjaman trust receipt. b. Pada tahun 2011, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan trust receipt dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp1.000.000 dan US$2.000.000. Fasilitas kredit tersebut tersedia sampai dengan tanggal 24 November 2012. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang ditempatkan pada bank yang sama (Catatan 5), piutang usaha dan persediaan milik KKS (Catatan 6 dan 8) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 12,0% pada tahun 2011 untuk kredit rekening koran dan sebesar 6,5% pada tahun 2011 pinjaman trust receipt. 11. HUTANG USAHA Hutang usaha terdiri dari: Maret 2012 Pihak ketiga Rupiah PT ICI Paint Indonesia PT Mowilex PT Propan Raya PT Satya Langgeng Sentosa PT Mulia Industrindo PT American Standard Indonesia PT Cipta Mortar Utama PT Knauf Gypsum Indonesia PT Osram Indonesia PT Jotun Indonesia PT Nipsea Indonesia PT Satya Djaya Raya Trading PT Aceoldfield PT Perintis Teknoprima PT Lingkar Matra PT Sumbertaman Keramika PT Kualimas Aditama Lain-lain (di bawahRp5.000.000) US Dollar Mitsui & Co Ltd Lanxees Pte Ltd Kolon Sikisui Speciality Sojitz Indonesia Wacker Chemical Lain-lain (dibawah Rp 1.000.000) Jumlah pihak ketiga 11. Desember 2011 123.415.873 60.516.153 49.680.238 27.665.780 19.991.474 13.798.706 13.671.532 12.238.684 9.963.465 9.514.385 9.329.582 7.455.600 6.970.666 6.542.660 5.872.467 5.661.973 4.154.267 190.044.158 89.644.629 69.656.257 55.262.249 26.976.842 16.354.644 10.642.812 13.018.955 10.673.777 10.658.808 7.707.715 9.849.113 6.880.102 6.303.919 7.818.523 6.546.978 1.386.660 5.140.132 168.052.406 27.104.717 2.391.231 994.378 - 32.968.972 966.123 1.004.281 2.475.564 1.638.737 2.312.231 11.815.673 3.994.811 618.793.660 567.935.240 HUTANG USAHA (lanjutan) 34 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Hutang usaha terdiri dari: Maret 2012 Desember 2011 Pihak-pihak berelasi PT Primagraha Keramindo Hocheng Philippines Corporation SB Furniture Thailand Hocheng China Corporation PT Caturkarda Depo Bangunan PT Kreasi Sentosa Abadi 178.215.174 1.320.046 1.472.732 78.168 - 190.203.689 2.330.170 653.431 3.264 111.600 19.432 Jumlah pihak pihak berelasi 181.086.120 193.321.586 Rincian hutang usaha berdasarkan umur hutang adalah sebagai berikut: Maret 2012 Desember 2011 Pihak ketiga Kurang dari 31 hari 31 - 60 hari 61 - 90 hari Lebih dari 90 hari 563.187.051 28.196.195 22.800.621 4.609.793 506.229.146 25.087.291 11.681.652 24.937.151 Pihak ketiga 618.793.660 567.935.240 Pihak-pihak berelasi Kurang dari 31 hari 31 - 60 hari 61 - 90 hari Lebih dari 90 hari 172.102.219 3.263.228 2.527.040 3.193.634 174.667.539 3.688.822 1.202.722 528.935 Pihak-pihak berelasi 181.086.120 180.088.018 12. PERPAJAKAN a. Pajak dibayar di muka terdiri dari: Maret 2012 b. Desember 2011 Perusahaan Pajak pertambahan nilai - 275.407 Entitas Anak Pajak pertambahan nilai 4.530.395 570.883 Jumlah pajak dibayar dimuka 4.530.395 846.290 Taksiran tagihan pajak penghasilan terdiri dari: Maret 2012 2012 2011 2010 2009 2006 2000 Jumlah tagihan pajak penghasilan Desember 2011 2.823.841 7.293.966 12.369.767 362.220 308.462 7.293.966 12.369.767 362.220 308.462 23.158.256 20.334.415 13. PERPAJAKAN (LANJUTAN) 35 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) c. Hutang Pajak terdiri dari: Maret 2012 Desember 2011 Perusahaan Pajak penghasilan Pasal 4 (2) Pasal 21 Pasal 23 Pasal 25 Pasal 29 Pajak pertambahan nilai 399.049 2.064.279 1.042.711 3.540.779 2.274.479 121.198 1.528.665 2.018.229 1.042.711 1.995.542 - Entitas Anak Pajak penghasilan Pasal 4 (2) Pasal 21 Pasal 23 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 29 Pajak pertambahan nilai 326.569 458.488 358.402 7.500 2.357.789 - 88.320 1.155.710 117.050 357.419 1.839.921 - 12.830.045 10.264.765 Jumlah d. Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan, seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi dan taksiran penghasilan kena pajak Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 sebagai berikut: Maret 2012 Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi Laba sebelum pajak penghasilan Entitas Anak Laba yang belum direalisasi atas Transaksi antar perusahaan – bersih Amortisasi Goodwill Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan Perusahaan - bersih Beda waktu: Imbalan kerja karyawan - bersih Pencadangan bersih (penghapusan) Dari penurunan nilai piutang Penyisihan persediaan usang Penyusutan Beda tetap: Beban yang tidak dapat dikurangkan : Representasi dan perjamuan Penyusutan Penghasilan yang pajaknya bersifat final Pendapatan bunga Pendapatan sewa Taksiran penghasilan (rugi) kena pajak Perusahaan Maret 2011 27.309.871 28.084.129 (6.511.312) (12.725.444) (3.973.293) - (6.830) 16.825.266 15.351.855 2.072.754 1.726.151 327.786 603.746 127.109 276.921 463.860 106.057 399.703 351.179 224.497 383.644 (17.282) (399.111) (20.933) (70.311) 20.291.151 18.441.742 12. PERPAJAKAN (LANJUTAN) 36 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) e. Perhitungan beban pajak kini dan taksiran hutang pajak penghasilan adalah sebagai berikut: Maret 2012 Taksiran penghasilan kena pajak Perusahaan Entitas Anak Penghasilan kena pajak Rugi fiskal awal Rugi fiskal tahun berjalan Rugi fiskal akhir periode Akumulasi Kompensasi rugi fiskal Maret 201 20.291.151 18.441.742 9.055.060 (28.556.890) (1.185.448) (26.926.841) 16.261.177 (45.185.770) (2.516.787) (41.779.517) (2.815.496) (5.923.040) Penghasilan kena pajak - bersih 6.239.564 10.338.137 Pajak penghasilan kini Perusahaan Entitas Anak 5.072.788 1.559.891 4.610.436 2.584.534 6.632.679 7.194.970 42.901 356.518 3.128.132 140.746 133.148 2.284.651 3.527.552 2.558.544 2.496.770 378.955 989.481 1.930.704 251.387 1.319.990 3.865.206 3.502.081 1.545.236 2.051.891 Beban pajak penghasilan kini Pajak penghasilan dibayar di muka Perusahaan Pasal 22 Pasal 23 Pasal 25 Entitas Anak Pasal 22 Pasal 23 Pasal 25 Hutang (tagihan) pajak penghasilan Perusahaan f. Entitas Anak Hutang pajak penghasilan Taksiran Tagihan pajak Penghasilan 518.525 601.430 (2.823.841) (1.267.590) Taksiran tagihan pajak Penghasilan (2.305.316) (666.160) Manfaat (beban) pajak tangguhan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: Maret 2012 Perusahaan Pengaruh beda temporer Imbalan kerja karyawan - bersih Pencadangan bersih (penghapusan) Dari penurunan nilai piutang Penyisihan persediaan usang Penyusutan Bersih Maret 2011 518.189 431.538 81.947 150.937 31.777 69.230 115.965 26.514 782.850 643.247 12. PERPAJAKAN (LANJUTAN) 37 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) f. Manfaat (beban) pajak tangguhan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: Maret 2012 Entitas Anak Rugi fiskal Imbalan kerja karyawan Pencadangan bersih (penghapusan) Dari penurunan nilai piutang Penyusutan Penyisihan persediaan usang Lain-lain Bersih Manfaat pajak tangguhan - bersih Maret 2011 (407.512) 258.496 (1.101.885) 211.562 24.473 (86.790) 39.331 9.932 22.060 111.695 29.579 16.022 (162.070) (710.967) 620.780 (67.720) g. Aktiva pajak tangguhan Maret 2012 Perusahaan Penyusutan Liabilitas imbalan kerja Pencadangan penurunan nilai Piutang Cadangan Persediaan Usang Beban tangguhan Entitas Anak Rugi fiskal Liabilitas Imbalan kerja Pencadangan penurunan nilai Piutang Penyusutan Cadangan persediaan usang Beban tangguhan Biaya konsultasi Konsolidasi Laba yang belum direalisasi Atas transaksi antar Perusahaan – bersih Aktiva pajak tangguhan Desember 2011 (251.213) 11.308.877 (282.983) 10.790.689 1.946.890 2.209.820 (33.655) 1.864.943 2.058.866 (33.655) 6.713.248 5.890.789 7.120.761 5.632.292 258.680 (2.651.531) 776.471 (756.259) 6.250 234.207 (2.394.810) 737.140 (936.118) 6.250 2.065.254 2.576.874 27.483.620 27.374.456 h. Lainnya Pada tahun 2011, Perusahaan menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB tersebut, Perusahaan terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21, 4(2)) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp184.740 yang dicatat sebagai beban pada tahun 2011. Di samping itu, pada tanggal yang sama, Perusahaan juga menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (“SKPLB”) tanggal 23 Mei 2011 untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak penghasilan badan Perusahaan untuk tahun 2009 sebesar Rp7.531.012 (lebih kecil dari jumlah tercatat Rp599.138). Pada tanggal 13 Juni 2011, Perusahaan menerima pengembalian atas tagihan tersebut sebesar Rp7.346.272 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp184.740). Pada tahun 2011, MBI menerima SKPKB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB tersebut, MBI terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21 dan 23) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp216.035. MBI mengajukan keberatan atas kekurangan pengembalian tersebut sebesar Rp202.035, sisanya sebesar Rp13.971 dicatat sebagai beban pada tahun 2011. Di samping itu, pada tahun yang sama, MBI juga menerima SKPLB tanggal 26 Mei 2011 untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak penghasilan MBI untuk tahun 2009 sebesar Rp275.132 (lebih kecil dari jumlah tercatat Rp38.270). MBI mengajukan keberatan atas kekurangan pembayaran tersebut. Pada tanggal 30 Mei 2011, MBI menerima 12. PERPAJAKAN (LANJUTAN) 38 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) h. Lainnya (lanjutan) pengembalian atas tagihan pajak tahun 2009 sebesar Rp59.097 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp216.035). Di samping itu, berdasarkan SKPLB yang sama, rugi fiskal MBI tahun 2009 sebesar Rp6.939.264 dikoreksi menjadi Rp5.331.482 Pada tahun 2011, MBI menerima keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatan perusahaan atas SKPKB untuk tahun pajak 2006. Berdasarkan keputusan tersebut, Kantor Pajak menyetujui pengembalian tagihan pajak MBI tahun 2006 sebesar Rp1.102.947 (lebih kecil dari jumlah tercatat sebesar Rp47.596) dan pendapatan bunga sebesar Rp296.903. Pada tahun 2011, CKS menerima SKPKB dan Surat Tagihan Pajak (“STP”) untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB dan STP tersebut, Perusahaan terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21, 23 dan 29) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp663.076 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011. Pada tahun 2011, KKS menerima SKPKB dan STP untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB dan STP tersebut, KKS terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21 dan 23) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp135.603 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011. Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak KKS tahun 2009 sebesar Rp1.972.961 (lebih kecil dengan jumlah yang tercatat sebesar Rp363.968). Pada tanggal 30 Mei 2011, KKS menerima tagihan tersebut sebesar Rp1.843.241 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp129.720) Pada tanggal 27 April 2011, CMSS menerima SKPKB dan STP untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB dan STP tersebut, CMSS terhutang tambahan Pajak Penghasilan (pasal 21, 23 dan 4 (2)) dan Pajak Pertambahan Nilai beserta dendanya sejumlah Rp427.830 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011. Di samping itu, pada tanggal yang sama, CMSS juga menerima SKPLB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak CMSS tahun 2009 sebesar Rp933.548 (lebih kecil dari jumlah tercatat Rp941.962), sedangkan sisanya sejumlah Rp8.414 dikompensasikan dengan hutang Pajak Penghasilan pasal 21 bulan Januari 2011. Pada tanggal 31 Mei 2011, CMSS menerima tagihan tersebut sebesar Rp505.718 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp427.830). Pada tahun 2011, HCG menerima SKPKB untuk tahun pajak 2007 dan 2009. Berdasarkan SKPKB tersebut, HCG terhutang tambahan Pajak Penghasilan (pasal 21, 25/29) sebesar Rp5.078 yang dicatat sebagai beban pada tahun 2011. Di samping itu,HCG juga menerima SKPLB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak HCG tahun 2009 sebesar Rp145.161(setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp5.078), yang diterima oleh HCG pada tanggal 21 April 2011. Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2007 tentang “Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka”, yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008, mengatur tentang perseroan terbuka dalam negeri di Indonesia yang dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5,00% lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat 1b Undang-undang Pajak Penghasilan, dengan memenuhi kriteria yang ditentukan, yaitu perseroan yang saham atau efek bersifat ekuitas lainnya tercatat di Bursa Efek Indonesia yang jumlah kepemilikan saham publiknya 40,00% atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak, masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5,00% dari keseluruhan saham yang disetor. Ketentuan sebagaimana dimaksud harus dipenuhi oleh perseroan terbuka dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, berdasarkan surat keterangan No. DE/I/2011-0004 yang diterbitkan oleh PT Datindo Entrycom (biro administrasi efek) tanggal 5 January 2012, Perusahaan telah memenuhi kriteria tersebut dan oleh karenanya telah menerapkan penurunan tarif pajak ini terhadap beban pajak kini untuk tahun 2011. 39 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA Akun ini merupakan pinjaman yang diperoleh Perusahaan dan Entitas Anak dan terdiri dari: Maret 2012 Desember 2011 Hutang bank jangka panjang PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Jasa Jakarta 198.424.823 16.340.991 2.698.150 63.423.176 16.477.924 2.998.546 2.707.192 2.864.502 203.272 227.022 220.374.427 85.991.170 19.966.425 1.161.395 906.092 15.693.648 1.624.170 1.106.053 PT Bank Rabobank International Indonesia 633.764 631.930 Pinjaman lainnya PT BCA Finance 101.181 98.678 Jatuh tempo dalam waktu 1 tahun 22.768.569 19.154.479 Bagian yang jatuh tempo lebih dari satu tahun 197.605.569 66.836.691 PT Bank Rabobank International Indonesia Pinjaman lainnya PT BCA Finance Jumlah Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Hutang bank jangka panjang PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Jasa Jakarta PT Bank Central Asia Tbk Pada tanggal 22 Juli 2010, berdasarkan akta notaris No. 13 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan BCA setuju untuk memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran (Catatan 10) dan fasilitas bank garansi yang telah dimiliki oleh Perusahaan, sampai dengan 11 Juni 2011. Di samping itu, Perusahaan juga memperoleh beberapa fasilitas kredit baru dari BCA sebagai berikut: 1. Time loan (TL) 1 dan 2 yang masing-masing digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman Perusahaan dari bank sindikasi (tranche B) dan pembelian barang konsumsi dari PT Procter & Gamble Home Products Indonesia (pemasok) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp. 205.000.000 dan Rp. 30.000.000. 2. Kredit investasi (KI) 1, 2 , 3 yang masing-masing digunakan untuk (1) pembangunan gudang Perusahaan di Padang, Kediri dan Pangkalpinang, (2) mendanai pelunasan pinjaman Perusahaan dari PT Bank Rabobank International Indonesia, (3) mendanai pelunasan pinjaman bank sindikasi (Tranche A) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp19.875.000, Rp3.719.000, dan Rp. 8.250.000. Jatuh tempo pinjaman TL dan KI 3 (Catatan 10) adalah masing-masing pada tanggal 11 dan 19 Juni 2011, sedangkan pinjaman KI 1 dan 2 terhutang dalam cicilan bulanan masing-masing sampai dengan bulan Juni 2017 dan Desember 2016. Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan BCA setuju untuk merubah perjanjian kredit dengan memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran, TL (Catatan 10) dan fasilitas bank garansi sampai dengan 11 Juni 2012. Pinjaman KI 3 telah dilunasi Perusahaan pada tanggal jatuh temponya. Selain itu, BCA menambah pagu kredit pinjaman TL 2 menjadi sebesar Rp130.000.000, serta memberikan tambahan fasilitas baru yaitu fasilitas KI 4 dan 5 dengan pagu kredit masingmasing sebesar Rp10.000.000 dan Rp 16.000.000. Pinjaman KI 4 digunakan untuk pembagunan kantor di Banjarmasin sedangkan pinjaman KI 5 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman dari PT Bank Maybank Syariah Indonesia. Pinjaman KI 4 dan 5 terhutang dalam cicilan triwulanan sampai dengan tahun 2018 untuk KI 4 dan 2014 untuk KI 5. 13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA (lanjutan) 40 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT Bank Central Asia Tbk (lanjutan) Seluruh pinjaman di atas tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 9 % pada Maret 2012 dan 9,5% pada tahun 2011 dan dijamin dengan jaminan yang sama dengan jaminan untuk fasilitas kredit rekening koran (Catatan 10). Berdasarkan syarat dalam perjanjian kredit, Perusahaan diwajibkan untuk mematuhi beberapa kondisi tertentu, diantaranya adalah menjaga rasio-rasio keuangan tertentu. Pada tanggal 31 Maret 2012, semua rasio keuangan tersebut telah terpenuhi. Pada tanggal 12 Juli 2010, CMSS juga memperoleh beberapa fasilitas kredit dari BCA sebagai berikut: 1. Time loan (TL) dengan pagu kredit sebesar Rp15.000.000 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman CMSS dari PT Bank UOB Indonesia. 2. Kredit investasi (KI) 1, 2 dan 3 dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp7.500.000, Rp5.300.000 dan Rp8.500.000 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman CMSS dari PT Bank UOB Indonesia. 3. Kredit investasi (KI) 4 dengan pagu kredit Rp. 40.000.000 digunakan untuk mendanai pembukaan 2 outlet baru. Jatuh tempo pinjaman TL (Catatan 10) adalah pada tanggal 11 Juni 2012, sedangkan pinjaman KI 1, 2 ,3 dan masing-masing adalah 12 November 2012, 12 Maret 2014 , 12 September 2015 dan 26 September 2018. Seluruh pinjaman dari BCA tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 9,5 % dan dijamin dengan jaminan yang sama dengan jaminan untuk fasilitas kredit rekening koran (Catatan 10). Pada tanggal 24 November 2010, CALS memperoleh fasilitas kredit investasi dari BCA dengan pagu kredit sebesar Rp8.000.000. Jatuh tempo pinjaman ini adalah selama tujuh tahun termasuk grace period selama satu tahun dan terhutang dalam cicilan bulanan. Pinjaman ini digunakan untuk membiayai perluasan gudang CALS di Palembang. Pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan sebesar 9,5 % pertahun dan dijamin dengan tanah dan bangunan milik Tn. Budyanto Totong dan Tn. Simonardi Setiawan (pihak pihak yang berelasi). PT Bank Danamon IndonesiaTbk Pada tanggal 13 Agustus 2010, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit open account financing buyer (OAF) dan kredit angsuran berjangka (KAB) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp10.000.000 dan 18.658.000 yang digunakan untuk modal kerja dan program investasi Perusahaan. Jatuh tempo fasilitas OAF adalah tanggal 13 Agustus 2011. Pada tanggal 13 Agustus 2011, Perusahaan dan Danamon setuju untuk mengubah OAF menjadi fasilitas kredit rekening koran (PRK) dan kredit berjangka (KB) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp5.000.000, serta memperpanjang jangka waktu kredit sampai dengan tanggal 13 Augustus 2012 (Catatan 10). Fasilitas KAB terhutang dalam cicilan bulanan sampai dengan tanggal 13 Agustus 2017. Selama 2011, Perusahaan melakukan 3 penarikan tambahan dari fasilitas KAB, pada bulan Maret, Mei dan Juli masing-masing sebesar Rp4.000.000, Rp4.000.000 dan Rp4.311.870 yang akan dicicil dalam cicilan bulanan dimulai sejak bulan Maret, Mei dan Juli 2013 sampai dengan bulan Maret, Mei dan Juli 2018. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang, persediaan dan tanah milik Perusahaan (Catatan 6, 8 dan 9). Pinjaman KAB tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,25% pada Maret 2012 dan 2011. PT Bank Jasa Jakarta a. b. KKS memperoleh fasilitas kredit angsuran dengan pagu kredit sebesar Rp188.800. Pinjaman tersebut dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan berkisar antara 11,50% sampai dengan 13,04% pada tahun 2011 dan 2010. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu tiga tahun sampai dengan tanggal 10 April 2014. Pada tanggal Juni 2007, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Jasa Jakarta dengan pagu kredit sebesar Rp. 6.000.000 yang digunakan oleh Perusahaan untuk membiayai pembelian tanah di Jl. Daan Mogot Prima II Kav. No. 19 dan No. 20, Jakarta Barat. Pinjaman tersebut dijamin dengan tanah yang dimilikili melalui hutang tersebut. Pinjaman tersebut harus dicicil secara bulanan selama jangka waktu 7 tahun sampai dengan 8 September 2014 dan dikenakan tingkat bunga tahunan 11 % sampai Maret 2012. (Catatan 9). 13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA (lanjutan) 41 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT Bank Jasa Jakarta (lanjutan) c. Pada tanggal 7 Agustus 2009, CKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp435.600 yang digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10% pada Maret 2012. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu 3 (tiga) tahun sampai dengan tanggal 7 Juli 2012. PT Bank Rabobank International Indonesia Pada tahun 2008, KKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp4.550.000 yang digunakan oleh KKS untuk membiayai pembelian bangunan di Tangerang. Pinjaman tersebut dijamin dengan hak atas tanah dan bangunan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 11 % pada Maret 2012. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu delapan tahun sampai dengan tahun 2016. Pada September 2010, KKS juga memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp185.000 yang digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 11,50% .Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu 3 tahun sampai dengan bulan September 2013. PT BCA Finance Pada tahun 2011, KKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp304.560 yang digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,06% pada Maret 2012. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu tiga tahun sampai dengan tanggal 15 Februari 2014. 14. LIABILITAS IMBALAN KERJA Perusahaan dan Entitas Anak memberikan imbalan kerja kepada karyawannya yang telah mencapai usia pensiun yaitu 55 tahun sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Kewajiban imbalan kerja tersebut tidak didanai. Tabel berikut menyajikan ringkasan jumlah yang dicatat dalam laporan posisi keuangan konsolidasian untuk liabilitas imbalan kerja sesuai dengan perhitungan sementara. Mutasi liabilitas imbalan kerja adalah sebagai berikut: Maret 2012 Desember 2011 Saldo awal tahun Penyisihan selama tahun berjalan Pembayaran selama tahun berjalan 65.691.924 3.220.749 (114.010) 57.999.551 12.691.408 (4.999.035) Liabilitas yang diakui di neraca 68.798.664 65.691.924 15. KEPENTINGAN NON PENGENDALI Rincian jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang dikonsolidasikan adalah sebagai berikut: Maret 2012 PT Kusuma Kemindo Sentosa PT Caturadiluhur Sentosa PT Catur Hasil Sentosa PT Catur Shaw Brother PT Catur Logamindo Sentosa PT Eleganza Tile Indonesia PT Satya Galang Kemika PT HCG Indonesia PT Caturaditya Sentosa PT Catur Mitra Sejati Sentosa PT Catur Karda Sentosa Desember 2011 16.630.195 11.685.509 9.566.161 7.996.381 4.873.678 6.711.018 3.795.234 3.379.663 2.505.906 652.379 152.349 16.560.398 10.964.718 9.084.809 5.761.315 4.791.191 5.222.583 3.932.330 3.340.327 2.403.794 638.246 152.365 15. KEPENTINGAN NON PENGENDALI (lanjutan) 42 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Rincian jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang dikonsolidasikan adalah sebagai berikut: (lanjutan) Maret 2012 PT Mitra Bali Indah Jumlah Desember 2011 75.300 76.872 68.023.771 62.928.948 Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang dikonsolidasikan adalah sebesar Rp. 1.811.722 pada Maret 2012 dan Rp. 8.259.034 pada Desember 2011 16. MODAL SAHAM Rincian pemegang saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Pemegang saham Jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh PT Buanatata Adisentosa PT Ekasentosa Jayasukses Tn. Budyanto Totong (Direktur Utama) Tn. Darmawan Putra Totong (Komisaris) Ny. Dra. Tjia Tjhin Hwa (Direktur) Lain-lain – publik (masing-masing dibawah 5%) Jumlah 2.895.037.800 Persentase pemilikan Jumlah 825.345.000 456.142.000 28,51 15,76 82.534.500 45.614.200 85.200.000 2,94 8.520.000 60.950.000 10.079.000 2,11 0,35 6.095.000 1.007.900 1.457.321.800 50,34 145.732.180 100,00 289.503.780 17. TAMBAHAN MODAL DISETOR Rincian tambahan modal disetor pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Jumlah Penawaran umum perdana (IPO) 600.000.000 saham dengan harga Rp200 per saham Biaya-biaya penerbitan saham dalam rangka IPO 60.000.000 Saldo 31 Maret 2012 51.456.262 (8.543.738) 18. PENJUALAN BERSIH Rincian penjualan bersih konsolidasian berdasarkan kelompok produk utama adalah sebagai berikut: Jenis Produk Keramik Cat Bahan-bahan kimia Perlengkapan kamar mandi dan dapur Kaca dan glass block Alat listrik Partisi Home Etc Perangkat Keras Pipa Atap gelombang dan genteng Semen Kuas cat Maret 2012 Maret 2011 421.839.814 328.980.981 63.707.929 53.816.819 41.803.980 31.354.307 20.698.007 18.588.052 17.514.821 16.602.245 12.635.968 11.384.993 8.076.189 356.067.601 297.283.311 62.412.083 46.538.260 36.420.158 27.661.381 14.963.864 12.409.422 15.995.469 13.688.685 10.369.880 7.514.155 6.744.219 18. PENJUALAN BERSIH (lanjutan) 43 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Rincian penjualan bersih konsolidasian berdasarkan kelompok produk utama adalah sebagai berikut: (lanjutan) Jenis Produk Alat pertukangan Lain-lain Jumlah Maret 2012 Maret 2011 4.543.523 109.257.064 5.031.681 74.714.629 1.160.804.693 987.814.799 Penjualan kepada pihak-pihak berelasi (Catatan 7a) mencapai 0,53% dan 0,33% dari penjualan bersih konsolidasian masing-masing untuk bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011. Perusahaan dan Entitas Anak tidak melakukan penjualan kepada pihak tertentu yang melebihi 10% dari penjualan bersih konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011. 19. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian beban pokok penjualan adalah sebagai berikut: Maret 2012 Persediaan barang dagang - awal Maret 2011 828.839.225 655.446.478 Pembelian bersih 1.012.427.561 857.608.407 Tersedia untuk dijual 1.841.266.786 1.513.054.885 Persediaan barang dagang - akhir (838.958.552) (655.748.778) Jumlah beban pokok penjualan 1.002.308.234 857.306.107 Pembelian dari pihak-pihak berelasi (Catatan 7b) mencapai 20,08 % dan 21,84 % dari jumlah penjualan masingmasing untuk bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011. 20. BEBAN USAHA Rincian beban usaha adalah sebagai berikut: Maret 2012 Beban penjualan dan distribusi Gaji dan tunjangan Pengangkutan Penyusutan Sewa Promosi Kantor Perjalanan dinas Pemeliharaan Keamanan dan kebersihan Pajak dan perijinan Penyisihan barang rusak Perlengkapan kantor Asuransi Pembungkus Alat tulis & cetakan Penyisihan piutang ragu-ragu Lain-lain (di bawah Rp 300 juta) Jumlah Maret 2011 34.510.442 8.177.343 7.025.720 6.458.705 6.344.372 3.686.768 2.910.731 2.302.268 1.363.478 1.198.616 761.069 737.444 548.007 508.574 467.972 425.679 1.085.897 28.673.813 7.473.689 6.247.534 3.667.822 5.385.512 3.091.918 2.419.412 1.929.597 1.639.504 871.684 588.267 737.040 508.437 391.481 401.876 365.162 742.765 78.513.086 65.135.514 20. BEBAN USAHA (lanjutan) 44 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Rincian beban usaha adalah sebagai berikut: Maret 2012 Beban umum dan administrasi Gaji dan tunjangan Administrasi Bank Penyusutan Kantor (Listrik, air, telepon) Perjalanan dinas Sewa Jasa Professional Pemeliharaan Perlengkapan Kantor Pajak dan perijinan Alat tulis & cetakan Lain-lain (di bawah Rp 200 juta) Jumlah Jumlah beban usaha Maret 2011 24.033.819 2.566.359 1.980.758 1.943.094 1.561.173 839.417 540.323 497.299 395.292 360.313 247.495 692.897 20.373.722 1.921.021 2.057.659 1.609.713 1.372.633 905.260 666.151 427.918 381.130 188.682 286.805 739.076 35.658.238 30.929.770 114.171.324 96.065.284 21. INFORMASI SEGMEN Berdasarkan informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi kinerja segmen dan menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki, Perusahaan dan Entitas Anak menggunakan segmen usaha sebagai segmen primer dan segmen geografis sebagai segmen sekunder. Informasi segmen konsolidasi menurut segmen primer adalah sebagai berikut: Distribusi Retail Jumlah Maret 2012 Penjualan bersih Laba bruto 902.816.661 257.988.032 1.160.804.693 98.917.161 51.170.528 150.087.689 Beban usaha tidak dapat dialokasikan (114.171.324) Laba usaha Penghasilan (beban) lain-lain yang tidak dapat dialokasikan Pendapatan bunga Beban Keuangan Lain lain bersih 35.916.365 154.800 (12.936.104) 4.174.809 Laba sebelum pajak penghasilan Beban pajak penghasilan - bersih 27.309.871 (6.011.899) Laba bersih periode berjalan 21.297.972 Aktiva segmen 1.719.938.710 566.222.639 2.286.161.349 Kewajiban segmen 1.306.961.274 359.764.815 1.666.726.089 21. INFORMASI SEGMEN (lanjutan) 45 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Informasi segmen konsolidasi menurut segmen primer adalah sebagai berikut: (lanjutan) Distribusi Retail Jumlah Maret 2011 Penjualan bersih Laba bruto 763.886.643 223.928.156 987.814.799 88.528.153 41.980.539 130.508.692 Beban usaha tidak dapat dialokasikan (96.065.284) Laba usaha 34.443.408 Penghasilan (beban) lain-lain yang tidak dapat dialokasikan Pendapatan bunga Beban keuangan Lain lain bersih 457.644 (12.169.170) 5.352.248 Laba sebelum pajak penghasilan 28.084.129 Beban pajak penghasilan - bersih (7.262.689) Laba bersih periode berjalan 20.821.440 Aktiva segmen Kewajiban segmen 1.285.734.431 470.694.406 1.756.428.837 931.582.549 281.105.419 1.212.687.968 Informasi penjualan bersih berdasarkan segmen geografis sebagai segmen sekunder adalah sebagai berikut: Maret 2012 Jawa dan Bali Sumatera Sulawesi Kalimantan Jumlah Maret 2011 967.486.271 100.787.464 51.014.216 41.516.742 827.571.599 87.611.352 38.074.551 34.557.297 1.160.804.693 987.814.799 22. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN PERIKATAN a. Pada tahun 2010, Perusahaan mengadakan perjanjian distribusi dengan PT Procter & Gamble Home Products Indonesia (supplier), dimana dalam perjanjian ini Perusahaan ditunjuk sebagai distributor atas beberapa produk tertentu dalam suatu wilayah dan dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. b. Perusahaan dan Entitas Anak tertentu mengadakan perjanjian dengan beberapa pemasok, dimana Perusahaan dan/atau Entitas Anak ditunjuk sebagai distributor atau sub-distributor atas beberapa produk tertentu dalam suatu wilayah dan dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Perjanjian-perjanjian tersebut dijamin dengan bank garansi dari bank-bank tertentu (Catatan 10, 24h dan 24i). Selain itu, perjanjian distribusi yang dilakukan CAS dengan pemasok tertentu dijamin dengan piutang dan persediaan milik CAS (Catatan 6 dan 8). c. Perusahaan dan beberapa Entitas Anak mengadakan perjanjian dengan beberapa pihak sehubungan dengan penyewaan bangunan kantor, toko dan gudang yang digunakan untuk kegiatan operasi. Perjanjian-perjanjian tersebut memiliki jangka waktu antara satu tahun sampai dengan 15 tahun. d. Pada tanggal 27 Juni 2011, Perusahaan dan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk melakukan perubahan atas perjanjian kredit (Catatan 10), dimana dalam perubahan tersebut termasuk melakukan penurunan jumlah fasilitas Bank Guarantee line 1 (BG 1) yang semula Rp16.500.000 menjadi Rp3.000.000. Dalam perubahan itu PT Bank Ekonomi Raharja Tbk setuju untuk memperpanjang jangka waktu BG 1 sampai dengan tanggal 29 Juni 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011, fasilitas bank garansi yang belum digunakan adalah sebesar Rp3.000.000.. 46 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 22. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN PERIKATAN (lanjutan) e. Perusahaan memperoleh fasilitas kredit berupa penerbitan letter of credit (L/C) dengan nilai sebesar US$350.000 dari PT Bank Rabobank International Indonesia, yang digunakan untuk menjamin pembayaran Perusahaan kepada pemasok sehubungan dengan pembelian bahan baku atau barang modal Perusahaan. Jangka waktu fasilitas kredit tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 17 Mei 2012. f. Pada bulan Juni 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian hutang piutang dengan CMSS dan MBI, dimana Perusahaan setuju untuk memberikan pinjaman kepada CMSS dan MBI untuk keperluan modal kerja dengan batas maksimum sebesar Rp54.750.000. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2014. Pinjaman tersebut dikenakan bunga sesuai suku bunga pasar. Pendapatan bunga yang diterima oleh Perusahaan dan beban bunga yang dibayar oleh CMSS dan MBI sebesar Rp3.326.581 dan Rp7.888.494 masing-masing pada tahun 2011 dan 2010 telah dieliminasi dalam laporan keuangan konsolidasi. g. Pada bulan Desember 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian sewa menyewa dengan PT Buanatata Adisentosa (pemegang saham) sehubungan dengan rencana Perusahaan untuk menyewa sebuah gudang dengan jangka waktu sewa lima tahun dimulai sejak tanggal 1 Januari 2009 dengan harga sewa Rp3.750.000. Biaya sewa sebesar Rp750.000 telah dibebankan masing-masing ke operasi tahun 2011 dan 2010 (Catatan 7c). h. Pada bulan November 2008, CAS memperoleh beberapa fasilitas bank garansi (Catatan 24b) dengan keseluruhan jumlah sebesar Rp2.175.000 dari PT Bank Ekonomi Raharja Tbk sehubungan dengan kewajiban CAS kepada PT Mulia Industrindo Tbk (pemasok). Untuk memperoleh fasilitas bank garansi tersebut, CAS harus membuka deposito dengan jumlah yang sama dengan keseluruhan nilai fasilitas bank garansi tersebut, yang dicatat sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar Lainnya” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. Fasilitas bank garansi tersebut tersedia sampai dengan tanggal 1 November 2012. i. Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan BCA setuju untuk merubah perjanjian kredit dimana dalam perubahan tersebut, BCA menyetujui perpanjangan fasilitas Bank Garansi sebesar Rp20.000.000 (Catatan 10) yang diberikan kepada Perusahaan, serta memberikan tambahan sub-limit Bank Garansi sebesar Rp5.000.000. pada tanggal 31 Desember 2011, fasilitas Bank Garansi yang belum terpakai sebesar Rp2.680.000. j. Pada tanggal 5 Agustus 2011, CMSS memperoleh fasilitas bank garansi, omnibus L/C dan forward line dengan jumlah masing-masing sebesar Rp5.000.000, US$4.000.000 dan US$2.000.000 dari PT Bank Central Asia Tbk yang masing-masing akan digunakan untuk counter-guarantee, impor barang, dan hedging. Fasilitas tersebut tersedia sampai dengan tanggal 11 Juni 2012. Untuk fasilitas bank garansi dapat digunakan juga oleh CSB, sedangkan fasilitas omnibus L/C dapat digunakan juga oleh CSB dan ETI. 23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN Instrumen keuangan utama Perusahaan dan Entitas Anak terdiri dari kas dan setara kas dan hutang dan pinjaman. Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai aset dan liabilitas keuangan yang lain seperti piutang usaha dan lain-lain dan hutang usaha dan lain-lain, yang timbul langsung dari kegiatan usahanya. Risiko utama dari instrumen keuangan Perusahaan adalah risiko suku bunga, risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko mata uang. Penelaahan direktur dan kebijakan yang disetujui untuk mengelola masing-masing risiko ini dijelaskan secara detail sebagai berikut: a. Risiko tingkat suku bunga Risiko tingkat suku bunga adalah risiko bahwa nilai wajar atau arus kas dimasa depan dari instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat dari berubahnya suku bunga pasar. Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi risiko atas perubahan suku bunga pasar sehubungan dengan hutang bank Perusahaan dan Entitas Anak yang dikenakan tingkat suku bunga mengambang. Perusahaan dan Entitas Anak melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pergerakan suku bunga pasar untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap Perusahaan dan Entitas Anak. Di samping itu, Perusahaan dan Entitas Anak berusaha mengurangi risiko tingkat suku bunganya dengan cara mengurangi biaya operasional Perusahaan dan Entitas Anak. 47 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN (lanjutan) b. Risiko kredit Risiko kredit yang dihadapi oleh Perusahaan dan Entitas Anak berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan. Untuk mengurangi resiko ini, ada kebijakan untuk memastikan penjualan produk hanya didistribusikan kepada pelanggan yang dapat dipercaya dan terbukti mempunyai sejarah kredit yang baik. Ini merupakan kebijakan Perusahaan dan Entitas Anak dimana semua pelanggan yang akan melakukan pembelian secara kredit harus melalui prosedur verifikasi kredit. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan yang membatasi jumlah kredit untuk pelanggan tertentu. Di samping itu, Perusahaan dan Entitas Anak akan menghentikan penyaluran semua produk kepada pelanggan yang telat/gagal bayar. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih. Sehubungan dengan risiko kredit yang timbul dari aset keuangan lainnya yang mencakup kas dan setara kas, investasi jangka pendek dan aset tidak lancar lainnya, risiko kredit yang dihadapi Perusahaan dan Entitas Anak timbul karena wanprestasi dari counterparty. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan untuk tidak menempatkan investasi pada instrument yang memiliki risiko kredit tinggi dan hanya menempatkan investasinya pada bank-bank dengan peringkat kredit yang tinggi. c. Risiko likuiditas Perusahaan dan Entitas Anak mengelola profil likuiditasnya untuk dapat mendanai pengeluaran modalnya dan membayar hutang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara kas, dan ketersediaan pendanaan melalui jumlah fasilitas kredit berkomitmen yang cukup. Perusahaan dan Entitas Anak secara regular mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual dan terus menerus menilai kondisi pada pasar keuangan dalam mencari kesempatan untuk mengejar inisiatif penggalangan dana. Inisiatif-inisiatif ini termasuk hutang bank dan pinjaman dan penerbitan saham di pasar modal. d. Risiko mata uang asing Mata uang pelaporan Perusahaan dan Entitas Anak adalah rupiah. Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena pinjaman, penjualan dan pembelian dalam mata uang dolar Amerika Serikat atau harga yang secara signifikan dipengaruhi oleh tolak ukur perubahan harganya dalam mata uang asing (terutama dolar AS) seperti yang dikutip dari pasar internasional. Perusahaan dan Entitas Anak tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata uang asing. Akan tetapi, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf di atas, fluktuasi dalam nilai tukar rupiah dan dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Perusahaan dan Entitas Anak. Manajemen modal Tujuan utama pengelolaan modal Perusahaan dan Entitas Anak adalah untuk memastikan pemeliharaan rasio modal yang sehat untuk mendukung usaha dan memaksimalkan imbalan bagi pemegang saham. Perusahaan dan Entitas Anak tertentu disyaratkan untuk memelihara tingkat permodalan tertentu oleh perjanjian pinjaman. Persyaratan permodalan eksternal tersebut telah dipenuhi oleh entitas terkait pada tanggal 31 Maret 2012 dan Desember 2011. Selain itu, Perusahaan dan Entitas Anak juga dipersyaratkan oleh Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, efektif sejak tanggal 16 Agustus 2007, untuk mengalokasikan sampai dengan 20% dari modal saham diterbitkan dan dibayar penuh ke dalam dana cadangan yang tidak boleh didistribusikan. Perusahaan dan Entitas Anak mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian, bila diperlukan, berdasarkan perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur permodalan, Perusahaan dan Entitas Anak dapat menyesuaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham, imbalan modal kepada pemegang saham atau menerbitkan saham baru. Tidak ada perubahan atas tujuan, kebijakan maupun proses pada bulan yang berakhir tanggal 31 Maret 2012 dan Desember 2011. 23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN (lanjutan) 48 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) Manajemen modal (lanjutan) Perusahaan dan Entitas Anak mengawasi modal dengan menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER), dengan membagi liabilitas berbunga dengan ekuitas. Kebijakan Perusahaan dan Entitas Anak adalah menjaga DER dalam kisaran dari perusahaan terkemuka dalam industri sejenis di Indonesia untuk mengamankan akses terhadap pendanaan pada biaya yang rasional. Perusahaan dan Entitas Anak menyertakan dalam liabilitas berbunga, hutang bank jangka pendek dan liabilitas jangka panjang (termasuk hutang bank jangka panjang dan hutang sewa pembiayaan). Yang dikelola sebagai modal oleh manajemen adalah modal saham, ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk dan kepentingan nonpengendali. 24. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Berikut ini ikhtisar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) revisi dan baru, yang telah diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan relevan bagi Perusahaan dan Entitas Anak yang akan efektif pada tanggal 1 Januari 2012 : • • • • • • • • • PSAK No. 10 (Revisi 2010), ”Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”, menetapkan bagaimana memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan. PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, sehingga pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas dalam aset tetap dan perubahan dalam investasi tersebut. Masalah utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilainya. PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”, mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”, mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee maupun lessor terkait dengan sewa, yang berlaku untuk perjanjian yang mengalihkan hak untuk menggunakan aset meskipun penyediaan jasa substansial oleh lessor tetap diperlukan dalam mengoperasikan atau memelihara aset tersebut. PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Akuntansi Pajak Penghasilan”, menetapkan perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan konsolidasian; serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada tahun kini yang diakui pada laporan keuangan. PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, mengatur prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan. PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan. Persyaratan penyajian informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK No. 50 (revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”. Persyaratan pengungkapan informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK No. 60 “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”. PSAK No. 56 (Revisi 2011), “Laba per Saham”, menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama. PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan; dan jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama tahun dan pada akhir tahun pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko-risiko tersebut. Perusahaan dan Entitas Anak tidak menerapkan lebih dini PSAK ini. Perusahaan dan Entitas Anak sedang mengevaluasi dampak dari PSAK revisi dan baru tersebut dan belum menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan konsolidasian Perusahaan. 25. PEMBENTUKAN SALDO LABA YANG TELAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA. Dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Perusahaan yang diselenggarakan pada tanggal 24 Mei 2011, yang telah diaktakan dalam akta notaris Fransiskus Wanto Widjaja, S.H. No. 9, pemegang saham memutuskan untuk, antara lain, membentuk dana cadangan umum sebesar Rp200.000 dari saldo laba dan membagikan dividen kas sejumlah Rp5.790.076 kepada pemegang saham. Dividen kas tersebut telah dibayar pada tanggal 11 Oktober 2011. 49 PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 (Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain) 25. PEMBENTUKAN SALDO LABA YANG TELAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA. (lanjutan) Dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Perusahaan yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2010, yang telah diaktakan dalam akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi., No. 185, pemegang saham memutuskan untuk, antara lain, membentuk dana cadangan umum sebesar Rp200.000 dari saldo laba. 26. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasi yang telah diselesaikan pada tanggal 30 April 2012. 50