PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS

advertisement
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI
Untuk Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam Ribuan Rupiah)
31 Maret 2012
(Tiga Bulan)
31 Maret 2011
(Tiga Bulan)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan
Pengeluaran kas kepada:
Pemasok dan untuk beban operasi lainnya
Beban Operasional
1.110.033.214
(996.652.764)
(79.921.146)
Penerimaan (pengeluaran) kas dari operasi
Pembayaran untuk:
Beban bunga
Pajak
Penerimaan dari pendapatan bunga
Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk)
aktivitas operasi
960.814.879
(852.631.624)
(88.949.963)
________________________________
33.459.304
19.233.292
(13.359.333)
(10.063.730)
154.800
(11.950.079)
113.241
457.644
10.191.041
________________________________
7.854.098
_________________________________
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
hasil penjualan aset tetap
Penurunan (peningkatan) investasi jangka pendek
Pembayaran sewa jangka panjang
Perolehan aset tetap
Penurunan (peningkatan) piutang kepada pihak-pihak berelasi
382.975
(100.800)
1.780.969
(195.896.245)
-
Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk)
aktivitas investasi
(193.833.102)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Perolehan (pembayaran) dari (ke) :
Hutang sewa Pembiayaan
Hutang bank jangka pendek
Hutang bank jangka panjang
Peningkatan (penurunan) hutang kepada pihak berelasi
Setoran modal kepentingan non pengendali pada
Entitas Anak
(18.215.099)
________________________________
(140.669)
11.525.143
3.148.217
400.000
3.283.102
________________
_______________
192.957.323
PENINGKATAN (PENURUNAN) BERSIH
KAS DAN SETARA KAS
KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE
________________________________
(173.696)
56.234.660
134.383.257
(770.000)
Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk)
aktivitas pendanaan
KAS DAN SETARA KAS AWAL PERIODE
428.365
(1.289.157)
476.287
(17.996.018)
165.424
14.932.691
________________________________
9.315.262
4.571.690
30.853.320
________________
28.362.209
________________
40.168.582
=====================
7
32.933.899
=====================
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1. UMUM
a. Pendirian Perusahaan
PT Catur Sentosa Adiprana (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Hendra Karyadi, S.H., No. 93
tanggal 31 Desember 1983. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5216.HT.01-01.TH.1984 tanggal 18 September
1984 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1155 tanggal 27 November 1984, Tambahan
No. 95. Pada tahun 2000, status hukum Perusahaan berubah menjadi Penanaman Modal Asing dan telah
memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Surat Keputusan No.
208/V/PMA/2000 tanggal 21 Desember 2000 dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-1701 HT.01.04-TH.2001 tanggal 7 Maret 2001. Anggaran dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir melalui akta notaris
Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, No. 186 tanggal 25 Mei 2010, mengenai persetujuan perubahan ruang lingkup
kegiatan Perusahaan. Akta perubahan tersebut telah disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam
Surat Keputusan No. AHU-41979.AH.01.02.Tahun 2010 , tanggal 25 Agustus 2010.
Berdasarkan keputusan sirkuler pemegang saham Perusahaan tanggal 6 Juni 2007, para pemegang saham
menyetujui perubahan status hukum Perusahaan dari perseroan terbatas dengan fasilitas Penanaman Modal
Asing (PMA) menjadi perseroan terbatas non-fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA)/Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), termasuk memberikan persetujuan untuk mencabut dan/atau membatalkan setiap surat
perjanjian Perusahaan yang berkaitan dengan Penanaman Modal Asing (PMA).
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah sebagai
distributor atau sub-distributor, agen atau pemasok bahan bangunan. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial sejak tahun 1983.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan 35 (tiga puluh lima) cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Daan Mogot Raya No. 234, Jakarta.
PT Buanatata Adisentosa adalah entitas induk Perusahaan dan juga merupakan entitas induk terakhir dari
Perusahaan dan Entitas Anak.
b. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan
Soerodjo, S.H., MSi, No. 181 tanggal 21 September 2007, Perusahaan
mengubah status Perusahaan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka dan nama Perusahaan
menjadi PT Catur Sentosa Adiprana Tbk, peningkatan modal dasar dan pencatatan saham Perusahaan yang
diterbitkan pada Bursa Efek Indonesia. Akta perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 11017 tanggal 9 November 2007, Tambahan No. 90
Berdasarkan Surat Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. S-608/BL/2007
tanggal 30 November 2007, Pernyataan Pendaftaran Perusahaan dalam rangka Penawaran Umum Perdana
telah dinyatakan efektif. Pada tanggal 12 Desember 2007, Perusahaan mencatatkan 600.000.000 lembar
sahamnya dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp100 (dalam jumlah penuh) per
saham di Bursa Efek Indonesia.
c. Susunan Entitas Anak
Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, susunan Entitas Anak adalah sebagai berikut:
Entitas Anak
Domisili
Kegiatan Usaha
Tahun
Awal
Operasi
Komersial
Persentase Pemilikan (%)
Maret 2012
Des 2011
Jumlah Aktiva
Maret 2012
Des 2011
Pemilikan langsung/
PT Catur Mitra Sejati
Sentosa (CMSS)
Jakarta
Perdagangan
peralatan dan
bahan bangunan
1997
99,65
99,65
547.599.044
496.302.697
PT Catur Karda
Sentosa (CKS)
Medan
Distributor bahan
bangunan
1995
99,00
99,00
17.720.323
28.484.410
PT Caturaditya
Sentosa (CAS)
Jakarta
Distributor bahan
keramik “Mulia”
1995
90,00
90,00
43.271.251
38.139.473
Yogyakarta
Distributor bahan
bangunan
1997
70,00
70,00
33.871.100
36.926.810
PT Catur Logamindo
Sentosa (CLS)
8
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1. UMUM (lanjutan)
c. Susunan Entitas Anak (lanjutan)
Entitas Anak
Domisili
Kegiatan Usaha
Tahun
Awal
Operasi
Komersial
Persentase Pemilikan (%)
Maret 2012
PT HCG
Indonesia (HCG)
Jakarta
Distributor
produk
saniter
2007
65,00
PT Satya Galang
Kemika (SGK)
Jakarta
Distributor
bahan-bahan
kimia
1997
60,00
Perdagangan
furnitur
2009
PT Catur Shaw
Brother (CSB)
Jakarta
Des 2011
65,00
Jumlah Aktiva
Maret 2012
Des 2011
12.538.006
13.552.283
60,00
35.324.126
35.067.105
60,00
60,00
25.922.043
21.949.786
PT Catur Hasil
Sentosa (CHS)
Lampung
Distributor bahan
bangunan
1997
55,00
55,00
38.987.603
39.694.562
PT Eleganza Tile
Indonesia (ETI)
Jakarta
Distributor bahan
bangunan
2010
51,00
51,00
17.251.093
13.027.139
PT Caturadiluhur
Sentosa (CALS)
Palembang
Distributor bahan
bangunan
1995
51,00
51,00
77.109.758
67.319.790
Distributor
bahan-bahan
kimia
1990
51,00
51,00
144.123.593
142.945.032
2001
99,35
99,35
65.001.999
62.619.391
PT Kusuma Kemindo
Sentosa (KKS)
Jakarta
Pemilikan tidak langsung melalui CMSS
PT Mitra Bali Indah
Surabaya
(MBI), dimiliki
CMSS dengan
pemilikan sebesar
99,7% pada Maret
2012 dan Desember 2011
Perdagangan
peralatan dan
bahan bangunan
Investasi di ETI
Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 236 tanggal 30 Agustus 2010, Perusahaan
mendirikan sebuah Perseroan Terbatas dengan nama PT Eleganza Tile Indonesia. Akta pendirian tersebut telah
disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam surat keputusan No. AHU-50432.AH.01.01.Tahun
2010, tanggal 27 Oktober 2010. Modal dasar dari perusahaan ini berjumlah Rp20.000.000 yang terbagi dalam
20.000 saham, masing-masing mempunyai nilai nominal sebesar Rp1.000.000 (dalam jumlah penuh).
Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 21 tanggal 2 November 2011, Pemegang saham
ETI menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh dari Rp10.000.000 menjadi Rp12.500.000
yang terdiri dari 12.500 lembar saham. Perusahaan mengambil bagian sebanyak 1.275 saham atau sebesar
Rp1.275.000 (51%) sedangkan sisanya sebanyak 1.225 saham atau sebesar Rp1.225.000 (49%) diambil oleh
Tn. Budyanto Totong dan Ny. Lim Pit Fan. Atas peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut di
atas, kepemilikan Perusahaan tetap sebesar 51%.
Investasi di CSB
Berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi, No. 60 tanggal 6 September 2010, pemegang saham
CSB meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh dari semula sebesar Rp18.710.000 menjadi sebesar
Rp22.919.750. Sehubungan dengan peningkatan tersebut, Perusahaan telah memesan dan membayar sebesar
Rp2.525.850 untuk mempertahankan persentase pemilikan Perusahaan pada CSB tetap sebesar 60%.
d. Komisaris, direktur dan karyawan
Susunan dewan komisaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai
berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris (Independen)
:
:
:
:
Tn. Drs. Jusuf Arbianto Tjondrolukito
Ny. Srililanti Totong
Tn. Darmawan Putra Totong
Ny. Henny Ratnasari Dewi
9
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1. UMUM (lanjutan)
d. Komisaris, direktur dan karyawan (lanjutan)
Dewan Komisaris
Komisaris (Independen)
: Tn. Tan Alexander Song
Susunan dewan direksi Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai
berikut:
Dewan Direksi
Direktur Utama
Direktur
Direktur
: Tn. Budyanto Totong
: Ny. Dra. Tjia Tjhin Hwa
: Tn Agoes Prasetyo Adhie
Gaji dan tunjangan lain yang diberikan untuk Dewan Komisaris dan Direksi adalah sekitarRp. 1.267.520 pada
Maret 2012 dan Rp. 8.270.906 tahun 2011 yang merupakan imbalan jangka pendek.
Susunan Komite Audit Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Ketua
Anggota
Tn. Tan Alexander Song
Tn. Suhardi
Ny. Fitria
Perusahaan dan Entitas Anak memiliki 4.632 dan 4.621 karyawan tetap (tidak diaudit) masing-masing pada 31
Maret 2012 dan 31 Desember 2011.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
a. Dasar penyajian laporan keuangan konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
(“SAK”), yang mencakup Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (“DSAK”) dan Peraturan-peraturan serta Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK. Seperti diungkapkan dalam catatancatatan terkait laporan keuangan konsolidasian, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan diterbitkan,
diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011 secara prospektif atau retrospektif.
Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”)
No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”, yang diterapkan pada tanggal 1 Januari 2011.
PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, yaitu antara lain, tujuan pelaporan, komponen
laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus, perbedaan antara aset
lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, informasi komparatif, konsistensi
penyajian dan memperkenalkan pengungkapan baru, antara lain, sumber estimasi ketidakpastian dan
pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif lainnya, penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan dan pernyataan kepatuhan.
Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) memberikan pengaruh yang signifikan bagi penyajian dan pengungkapan
terkait dalam laporan keuangan konsolidasian.
Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian selaras dengan
kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan
Entitas Anak untuk bulan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, kecuali bagi penerapan beberapa
PSAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 seperti yang telah diungkapkan pada catatan ini.
Laporan keuangan konsolidasian telah disusun berdasarkan basis akrual dan menggunakan konsep biaya
historis, kecuali untuk akun tertentu yang diukur dengan menggunakan dasar seperti yang disebutkan dalam
catatan yang relevan di bawah ini .
10
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
a. Dasar penyajian laporan keuangan konsolidasian (lanjutan)
Laporan arus kas konsolidasian menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang diklasifikasikan dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi disajikan dengan menggunakan
metode langsung.
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 2 (Revisi 2009), "Laporan
Arus Kas", yang menggantikan PSAK No. 2 dengan judul yang sama. Penerapan PSAK No. 2 (Revisi 2009)
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian.
Mata uang pelaporan yang digunakan pada laporan keuangan konsolidasian adalah rupiah.
b. Prinsip-prinsip konsolidasi
Sejak Tanggal 1 Januari 2011
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara retrospektif PSAK No. 4
(Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri”, kecuali beberapa hal
berikut yang diterapkan secara prospektif: (i) rugi entitas anak yang menyebabkan saldo defisit bagi kepentingan
nonpengendali (“KNP”); (ii) kehilangan pengendalian pada entitas anak; (iii) perubahan kepemilikan pada entitas
anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian; (iv) hak suara potensial dalam menentukan
keberadaan pengendalian; dan (v) konsolidasi atas entitas anak yang memiliki pembatasan jangka panjang.
PSAK No. 4 (Revisi 2009) mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk
sekelompok entitas yang berada dalam pengendalian suatu entitas induk, dan akuntansi untuk investasi pada
entitas anak, pengendalian bersama entitas dan entitas asosiasi ketika laporan keuangan tersendiri disajikan
sebagai informasi tambahan.
Penerapan PSAK No. 4 (Revisi 2009) tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan
keuangan, termasuk pengungkapan terkait, dalam laporan keuangan konsolidasian.
Laporan keuangan konsolidasian meliputi akun-akun Perusahaan dan Entitas Anak dengan persentase
pemilikan lebih dari 50%, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seluruh transaksi material dan saldo akun antar perusahaan (termasuk laba atau rugi yang signifikan yang
belum direalisasi) telah dieliminasi.
Entitas Anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perusahaan memperoleh
pengendalian, sampai dengan tanggal entitas induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap ada
ketika Perusahaan memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui Entitas Anak, lebih dari setengah
kekuasaan suara suatu entitas. Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang
kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat:
a) kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan investor lain;
b ) kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar
atau perjanjian;
c) kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar direksi atau organ pengatur setara dan
mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut; atau
d) kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau organ pengatur setara dan
mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut
KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan
secara langsung maupun tidak langsung pada Perusahaan, yang masing-masing disajikan dalam laporan laba
rugi komprehensif konsolidasian dan dalam ekuitas pada laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari
bagian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Rugi entitas anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada KNP bahkan jika hal ini mengakibatkan
KNP mempunyai saldo defisit. Jika kehilangan pengendalian atas suatu entitas anak, maka Perusahaan dan
Entitas Anak:
• menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill) dan liabilitas entitas anak;
• menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP;
• menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat di ekuitas, bila ada;
• mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima;
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
11
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
b. Prinsip-prinsip konsolidasi (lanjutan)
Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan)
• mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya;
mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian; dan
•
mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan komprehensif
lainnya ke laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, atau mengalihkan secara langsung ke saldo
laba.
•
Sebelum Tanggal 1 Januari 2011
Bagian pemilikan pemegang saham minoritas pada aset bersih dan laba atau rugi bersih dari Entitas Anak yang
dikonsolidasi sebelumnya disajikan sebagai “Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan yang
Dikonsolidasikan” pada neraca konsolidasi dan sebagai “Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan”
dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu Entitas Anak dapat melebihi
bagiannya dalam modal disetor Entitas Anak tersebut. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi
bagian pemegang saham minoritas dibebankan kepada Perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas,
kecuali pemegang saham minoritas memiliki kepentingan jangka panjang lainnya pada Entitas Anak terkait atau
terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas dan pemegang saham minoritas mampu
memenuhi kewajibannya. Apabila selanjutnya Entitas Anak melaporkan laba, maka laba tersebut harus
dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas, dalam hal ini, Perusahaan, sampai seluruh bagian kerugian
pemegang saham minoritas yang sebelumnya dibebankan kepada Perusahaan dapat dipulihkan.
c. Kombinasi bisnis
Sejak Tanggal 1 Januari 2011
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif PSAK No. 22
(Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” yang berlaku bagi kombinasi bisnis yang terjadi pada atau setelah awal
tahun/periode buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011.
PSAK No. 22 (Revisi 2010) menjelaskan transaksi atau peristiwa lain yang memenuhi definisi kombinasi bisnis
guna meningkatkan relevansi, keandalan dan daya banding informasi yang disampaikan entitas pelapor dalam
laporan keuangannya tentang kombinasi bisnis dan dampaknya.
Sesuai dengan ketentuan transisi dari PSAK No. 22 (Revisi 2010), sejak tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan
dan Entitas Anak:
•
menghentikan amortisasi goodwill;
•
mengeliminasi jumlah tercatat goodwill negatif dan diakui sebagai laba atau rugi .
Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK No. 22 (Revisi 2010) tersebut tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pelaporan keuangan, berikut pengungkapan terkait dalam laporan keuangan
konsolidasian.
Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya perolehan dari sebuah akuisisi diukur
pada nilai agregat imbalan yang dialihkan, diukur pada nilai wajar pada tanggal akuisisi, dan jumlah setiap KNP
pada pihak yang diakuisisi. Untuk setiap kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi mengukur KNP pada entitas yang
diakuisisi baik pada nilai wajar ataupun pada proporsi kepemilikan KNP atas aset neto yang teridentifikasi dari
entitas yang diakuisisi. Biaya-biaya akuisisi yang timbul dibebankan langsung dan disertakan dalam bebanbeban administrasi.
Ketika melakukan akuisisi atas sebuah bisnis, Perusahaan mengklasifikasikan dan menentukan aset keuangan
yang diperoleh dan liabilitas keuangan yang diambil alih berdasarkan pada persyaratan kontraktual, kondisi
ekonomi, dan kondisi terkait lain yang ada pada tanggal akuisisi. Hal ini termasuk pemisahan derivatif melekat
dalam kontrak utama oleh pihak yang diakuisisi.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
12
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
c. Kombinasi bisnis (lanjutan)
Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan)
Dalam suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, pihak pengakuisisi mengukur kembali
kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi dan
mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Imbalan kontijensi yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi diakui pada nilai wajar tanggal akuisisi. Perubahan
nilai wajar atas imbalan kontijensi setelah tanggal akuisisi yang diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas,
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian atau pendapatan komprehensif lainnya sesuai
dengan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Jika diklasifikasikan sebagai ekuitas, imbalan kontijensi tidak diukur kembali
sampai penyelesaian selanjutnya diperhitungkan dalam ekuitas.
Pada tanggal akuisisi, goodwill awalnya diukur pada harga perolehan yang merupakan selisih lebih nilai agregat
dari imbalan yang dialihkan dan jumlah setiap KNP atas selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh
dan liabilitas yang diambil alih. Jika imbalan tersebut kurang dari nilai wajar aset neto entitas anak yang
diakuisisi, selisih tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Setelah pengakuan awal, goodwill diukur pada harga perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai.
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi
dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas (“UPK”) dari Perusahaan dan Entitas Anak yang diharapkan
akan bermanfaat dari sinergi kombinasi tersebut, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang
diakuisisi ditetapkan atas UPK tersebut.
Jika goodwill telah dialokasikan pada suatu UPK dan operasi tertentu atas UPK tersebut dihentikan, maka
goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut termasuk dalam jumlah tercatat operasi
tersebut ketika menentukan keuntungan atau kerugian dari pelepasan. Goodwill yang dilepaskan tersebut diukur
berdasarkan nilai relatif operasi yang dihentikan dan porsi UPK yang ditahan.
Sebelum Tanggal 1 Januari 2011
Sebagai perbandingan dengan persyaratan-persyaratan tersebut di atas, kebijakan akuntansi atas kombinasi
bisnis sebelum tanggal 1 Januari 2011:
• Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode pembelian. Biaya-biaya transaksi yang secara
langsung dapat diatribusikan pada akuisisi merupakan bagian dari harga perolehan akuisisi. KNP
(sebelumnya dikenal sebagai hak minoritas) diukur berdasarkan proporsi atas nilai tercatat aset neto
teridentifikasi.
•
Kombinasi bisnis yang diperoleh secara bertahap diakui sebagai tahap-tahap yang terpisah. Tambahan
kepemilikan saham tidak mempengaruhi goodwil yang telah diakui sebelumnya;
•
ketika perusahaan dan entitas anak mengakuisisi sebuah bisnis, derivatif melekat yang dipisahkan dari
kontrak utama oleh pihak yang diakuisisi tidak diukur kembali pada saat akusisi, kecuali kombinasi
bisnis menyebabkan perubahan syarat-syarat kontrak yang secara signifikan merubah arus kas yang
semula disyaratkan dalam kontrak;
• imbalan kontijensi diakui jika, dan hanya jika, Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai kewajiban saat
ini, yaitu kemungkinan besar atas arus ekonomis keluar, yang dapat secara memadai diestimasi.
Penyesuaian setelah tanggal akuisisi terhadap imbalan kontijensi diakui sebagai bagian dari goodwill.
d. Kas dan Setara kas
Deposito berjangka dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal penempatan, dan tidak
digunakan sebagai jaminan, diklasifikasikan sebagai “Setara Kas”.
e. Investasi jangka pendek
Deposito berjangka yang digunakan sebagai jaminan tanpa pembatasan penggunaan atau yang jatuh temponya
lebih dari tiga bulan tetapi kurang dari satu tahun pada saat investasi diklasifikasikan sebagai “Investasi Jangka
Pendek”. Deposito berjangka yang digunakan sebagai jaminan dalam perjanjian dengan supplier untuk menjadi
distributor atau sub-distributor, disajikan sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar Lainnya”.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
13
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
f. Cadangan penurunan nilai
Sebelum tahun 2010, cadangan penurunan nilai, jika ada, ditetapkan berdasarkan evaluasi manajemen
terhadap kolektibilitas masing-masing piutang pada akhir tahun. Mulai tahun 2010, nilai cadangan ditentukan
berdasarkan kebijakan yang dijabarkan pada Catatan 2t
g. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010),
“Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan
saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen dalam laporan keuangan konsolidasian. Tidak terdapat dampak
signifikan dari penerapan PSAK yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian Perusahaan
dan Entitas Anak.
Rincian saldo dan transaksi yang material dengan pihak-pihak berelasi disajikan dalam Catatan 7.
h. Persediaan
Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the
lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang
(weighted-average method). Penyisihan persediaan usang dibentuk untuk mengurangi nilai tercatat persediaan
ke nilai realisasi bersih.
i.
Biaya dibayar di muka
Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat dengan menggunakan metode garis lurus. Bagian
tidak lancar dari biaya dibayar di muka, kecuali sewa disajikan sebagai bagian dari “Aktiva Tidak Lancar
Lainnya” pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
j.
Sewa
Menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa”, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), dalam sewa pembiayaan, lessee mengakui aset dan kewajiban dalam
laporan posisi keuangan pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara
bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban sewa. Beban
keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga menghasilkan tingkat suku bunga
periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Beban
keuangan tercermin dalam laba atau rugi. Aset sewaan (disajikan sebagai bagian dari aset tetap) disusutkan
selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan dan periode masa sewa, jika tidak
ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
Dalam sewa operasi, lessee mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line
basis) selama masa sewa.
k. Aktiva tetap
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika
ada. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi
kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan untuk kelangsungan dari
pengoperasian suatu aset tetap, setiap biaya dari setiap inspeksi yang signifikan itu diakui ke dalam jumlah
tercatat (“carrying amount”) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua
biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dibebankan ke operasi berjalan.
Penyusutan aset tetap dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun ganda, kecuali bangunan dan
renovasi bangunan sewa yang disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, berdasarkan taksiran
masa manfaat aset tetap sebagai berikut:
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
14
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
k. Aktiva tetap (lanjutan)
Tahun
Bangunan
Renovasi bangunan sewa
Kendaraan
Peralatan kantor, toko dan gudang
20
2 - 15
4- 8
4- 8
Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak diamortisasi.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap.
Biaya perolehan aset dalam penyelesaian tersebut akan dialihkan ke akun aset tetap yang bersangkutan apabila
telah selesai dan siap untuk digunakan
Sesuai dengan PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”, Perusahaan mencatat harga perolehan tanah secara terpisah
dari biaya pengurusan legal yang terjadi untuk memperoleh hak atas tanah serta pengeluaran untuk
perpanjangan hak. Pengeluaran tersebut ditangguhkan dan disajikan sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar
Lainnya” pada neraca konsolidasi dan diamortisasi selama umur hukum hak
Biaya signifikan sehubungan dengan renovasi bangunan sewa dikapitalisasi dan diamortisasi selama masa
sewa.
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat
ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari
penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah
tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan aset tetap di-review, dan jika
sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif.
l.
Penurunan nilai aset non keuangan
Sejak Tanggal 1 Januari 2011
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif PSAK No. 48
(Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”, termasuk goodwill dan aset yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum
tanggal 1 Januari 2011.
PSAK No. 48 (Revisi 2009) menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak
melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika nilai tercatatnya melebihi
jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami
penurunan nilai dan PSAK yang direvisi ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang
direvisi ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang
diperlukan.
Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2009) tersebut tidak memberikan pengaruh
yang berarti terhadap pelaporan keuangan.
Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan dan Entitas Anak menilai apakah terdapat indikasi suatu aset
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai asset
diperlukan maka Perusahaan dan Entitas Anak membuat estimasi jumlah terpulihkan atas aset tersebut.
Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset
atau UPK dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus
kas masuk yang sebagian besar independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih
besar daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut dipertimbangkan mengalami penurunan nilai dan nilai
tercatat aset diturunkan nilainya menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang
berkelanjutan diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai “rugi penurunan nilai”.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
15
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
l.
Penurunan nilai aset non keuangan (lanjutan )
Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan)
Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan neto didiskontokan ke nilai kini dengan
menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang
dan risiko spesifik atas aset. Dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, digunakan harga
penawaran pasar terakhir, jika tersedia. Jika tidak terdapat transaksi tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak
menggunakan model penilaian yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset. Perhitungan-perhitungan ini
dikuatkan oleh penilaian berganda atau indikator nilai wajar yang tersedia.
Penilaian dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill mungkin tidak ada lagi
atau mungkin telah menurun.
Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik hanya jika
terdapat perubahan asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak
rugi penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkannya.
Pembalikan tersebut dibatasi sehingga jumlah tercatat aset tidak melebihi jumlah terpulihkannya maupun jumlah
tercatat, neto setelah penyusutan, seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset
tersebut pada tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian. Setelah pembalikan tersebut, penyusutan aset tersebut disesuaikan di periode mendatang untuk
mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama
sisa umur manfaatnya.
Goodwill diuji untuk penurunan nilai setiap tahun dan ketika terdapat suatu indikasi bahwa nilai tercatatnya
mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai bagi goodwill ditetapkan dengan menentukan jumlah tercatat tiap
UPK (atau kelompok UPK) dimana goodwill terkait. Jika jumlah terpulihkan UPK kurang dari jumlah tercatatnya,
rugi penurunan nilai diakui. Rugi penurunan nilai terkait goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya.
Sesuai dengan PSAK No. 19 (Revisi 2010), piranti lunak yang tidak merupakan bagian terkait dari suatu
perangkat keras diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama 4 tahun dan dinilai untuk penurunan nilai
saat terdapat indikasi penurunan nilai. Perusahaan dan Entitas Anak melakukan reviu atas periode amortisasi
dan metode amortisasi untuk piranti lunak setidaknya setiap akhir tahun buku. Nilai residu diasumsikan sama
dengan nol.
Sebelum Tanggal 1 Januari 2011
Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan terhadap penurunan nilai aset non keuangan sebelum tanggal
1 Januari 2011, sesuai dengan PSAK No. 48, “Penurunan Nilai Aktiva”, Perusahaan dan Entitas Anak menelaah
apabila terdapat indikasi penurunan nilai aset pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Jika terdapat
indikasi penurunan nilai aset, Perusahaan dan Entitas Anak melakukan estimasi terhadap nilai yang dapat
dipulihkan dari aset tersebut. Kerugian atas penurunan nilai aset diakui sebagai beban pada operasi berjalan.
m. Biaya emisi efek ekuitas
Biaya emisi efek yang terjadi sehubungan dengan penerbitan efek ekuitas dikurangkan langsung dari tambahan
modal disetor yang diperoleh dari penerbitan efek tersebut.
n. Pengakuan pendapatan dan beban
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak mengadopsi PSAK No. 23 (Revisi 2010),
“Pendapatan”. PSAK revisi ini mengidentifikasi kondisi terpenuhinya kriteria pengakuan pendapatan, sehingga
pendapatan dapat diakui, dan mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan
kejadian tertentu, serta memberikan panduan praktis dalam penerapan kriteria mengenai pengakuan
pendapatan. Tidak terdapat dampak signifikan dari standar akuntansi yang direvisi tersebut terhadap laporan
keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak.
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh oleh Perusahaan dan Entitas Anak
dan jumlahnya dapat diukur secara handal. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima, tidak
termasuk diskon, rabat dan pajak pertambahan nilai.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
16
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
n. Pengakuan pendapatan dan beban (lanjutan)
Pendapatan dari penjualan diakui bila risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan telah
dipindahkan kepada pembeli, yang umumnya bersamaan waktunya dengan pengiriman dan penerimaannya.
Beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual.
o. Liabilitas Imbalan kerja
Perusahaan dan Entitas Anak mengakui kewajiban imbalan kerja yang tidak didanai berdasarkan Undangundang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (“UU No. 13”) dan PSAK No. 24 (Revisi
2004) ”Imbalan Kerja”.
Berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), biaya imbalan kerja dihitung berdasarkan UU No. 13 dengan
menggunakan metode perhitungan aktuarial projected unit credit. Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui
sebagai penghasilan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum
diakui untuk masing-masing program pada akhir periode pelaporan sebelumnya melebihi jumlah 10% dari
kewajiban imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian aktuarial yang melewati 10% ini
diakui selama rata-rata sisa masa kerja karyawan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya jasa lalu
yang timbul akibat pengenalan program imbalan pasti atau perubahan kewajiban imbalan kerja dari program
sebelumnya harus diamortisasi sampai imbalan kerja tersebut telah menjadi hak karyawan.
Perhitungan biaya imbalan kerja periode Maret 2012 dan 2011 berdasarkan estimasi sementara.
p. Goodwill negatif
Sebelum 1 Januari 2011, goodwill negatif diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama 20
tahun. Sejak 1 Januari 2011, goodwill diukur berdasarkan kebijakan yang dijabarkan pada Catatan 2c.
q. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing
Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada
tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang rupiah
menggunakan kurs terakhir yang berlaku pada tanggal tersebut dan laba atau rugi kurs yang terjadi dikredit atau
dibebankan pada operasi tahun berjalan.
Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011, kurs yang digunakan adalah sebagai berikut:
Mata Uang Asing
1 Dolar Amerika Serikat
1 Euro
Maret 2012
Des 2011
(dalam jumlah penuh)
9.180
12.259
9.068
11.739
r. Pajak penghasilan
Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak
tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan
perpajakan setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum
digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut. Pengaruh pajak untuk satu
tahun dialokasikan pada usaha tahun berjalan, kecuali untuk pengaruh pajak dari transaksi yang langsung
dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku
pada tanggal neraca. Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh
perubahan tarif pajak dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang
sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
Untuk setiap perusahaan yang dikonsolidasi, pengaruh pajak atas perbedaan temporer dan akumulasi rugi
pajak, yang masing-masing dapat berupa aset atau liabilitas, disajikan dalam jumlah neto untuk masing-masing
perusahaan tersebut.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
17
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
r.
Pajak penghasilan (lanjutan)
Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Keputusan Pajak diterima atau jika dilakukan
banding pada saat hasil banding atas surat keputusan pajak tersebut telah ditetapkan.
s. Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Berdasarkan PSAK No. 38 mengenai “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, tidak ada laba atau rugi
yang diakui pada saat terjadi pengalihan aktiva, kewajiban, saham dan instrumen pemilikan lainnya di antara
entitas sepengendali. Oleh karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan
perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, kewajiban, saham atau instrumen pemilikan lainnya yang
dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan dicatat sesuai dengan nilai buku
berdasarkan metode penyatuan kepemilikan.
Selisih antara nilai pengalihan dengan nilai buku sehubungan dengan restrukturisasi entitas sepengendali
dicatat sebagai akun “Selisih Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, dan disajikan sebagai bagian dari
ekuitas pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Saldo akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dapat berubah pada saat hilangnya
status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi; atau pelepasan saham atau
instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
ke pihak lain yang tidak sepengendali. Perubahan selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
tersebut diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada tahun berjalan.
t. Selisih transaksi perubahan ekuitas Entitas Anak
Sesuai dengan PSAK No. 40, ”Akuntansi Perubahan Ekuitas Entitas Anak atau Perusahaan Asosiasi”, selisih
nilai tercatat penyertaan Perusahaan dan bagian proposional atas nilai wajar aset bersih Entitas Anak yang
timbul dari perubahan pada ekuitas Entitas Anak, yang bukan berasal dari transaksi antara Perusahaan dan
Entitas Anak terkait, dicatat sebagai ”Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Entitas Anak” dan disajikan sebagai
bagian dari Ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
u. Instrumen Keuangan
Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak mengadopsi PSAK No. 50 (Revisi 2006),
“Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pelaporan” (PSAK No. 50R), dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” (PSAK No. 55R), yang menggantikan PSAK No. 50, “Akuntansi untuk
Investasi Efek Tertentu”, dan PSAK No. 55 (Revisi 1999), “Akuntansi untuk Instrumen Derivatif dan Aktivitas
Lindung Nilai”.
PSAK No. 50R mengatur persyaratan tentang penyajian instrumen keuangan dan mengidentifikasi informasi
yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian tersebut berlaku terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari
perspektif penerbit, dalam aset keuangan, kewajiban keuangan, dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang
terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan, dan keadaan di mana aset keuangan dan
kewajiban keuangan akan saling hapus. PSAK ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain, informasi mengenai
faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang yang terkait dengan
instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk instrumen tersebut.
PSAK No. 55R mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan,
dan kontrak pembelian dan penjualan item non keuangan. Pernyataan ini, antara lain, memberikan definisi dan
karakteristik terhadap derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung
nilai dan penetapan hubungan lindung nilai.
Tidak terdapat penyesuaian transisi dari penerapan awal secara prospektif standar revisi tersebut atas laporan
keuangan konsolidasi Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 1 Januari 2010.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
18
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
u. Instrumen Keuangan (lanjutan)
i. Aset Keuangan
Pengakuan awal
Aset keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55R diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laba atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang dimiliki hingga
jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi
aset keuangan pada saat pengakuan awal dan, jika diperbolehkan dan sesuai, akan mengevaluasi kembali
pengklasifikasian aset keuangan tersebut setiap akhir tahun keuangan.
Perusahaan dan Entitas Anak tidak memiliki aset keuangan selain pinjaman yang diberikan dan piutang dan
aset keuangan tersedia untuk dijual.
Aset keuangan pada awalnya diakui pada nilai wajar ditambah, dalam hal investasi tidak diukur pada nilai
wajar melalui laba atau rugi, biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pembelian atau penjualan aset keuangan yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu yang
telah ditetapkan oleh peraturan dan kebiasan yang berlaku di pasar (pembelian secara reguler) diakui pada
tanggal perdagangan, seperti tanggal perusahaan berkomitmen untuk membeli atau menjual aset.
Pada tanggal 31 Maret 2012, aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak mencakup kas dan setara kas,
investasi jangka pendek, piutang usaha dan piutang lain-lain, piutang hubungan istimewa dan aset tidak
lancar lainnya
Pengukuran setelah pengakuan awal
Pengukuran setelah pengakuan awal dari aset keuangan tergantung pada klasifikasi sebagai berikut:
•
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap
atau telah ditentukan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut dicatat pada
biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode tingkat bunga efektif. Laba atau rugi diakui dalam
laporan laba rugi konsolidasi pada saat pinjaman yang diberikan dan piutang dihentikan pengakuannya
atau mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.
Kas dan setara kas, investasi jangka pendek - deposito berjangka, piutang usaha dan piutang lain-lain,
piutang hubungan istimewa dan aset tidak lancar lainnya milik Perusahaan dan Entitas Anak termasuk
dalam kategori ini.
•
Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai
tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi yang dimiliki hingga jatuh
tempo. Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan
laba atau rugi yang belum terrealisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut dihentikan
pengakuannya. Pada saat itu, laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas harus
direklas ke dalam laba atau rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.
Investasi yang diklasifikasi sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
- Investasi pada saham yang tidak tersedia nilai wajarnya dengan kepemilikan kurang dari 20% dan
investasi jangka panjang lainnya dicatat pada biaya perolehannya
- Investasi dalam modal saham yang tersedia nilai wajarnya dengan kepemilikan kurang dari 20%
dicatat pada nilai wajar.
Perusahaan mempunyai investasi jangka pendek pada surat berharga yang dikelompokkan sebagai
tersedia untuk dijual.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
19
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
u. Instrumen Keuangan (lanjutan)
ii.
Liabilitas Keuangan
Pengakuan awal
Kewajiban keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55R diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, hutang dan pinjaman atau derivatif yang ditetapkan sebagai
instrumen lindung nilai yang efektif, jika sesuai. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi
kewajiban keuangan pada saat pengakuan awal.
Perusahaan dan Entitas Anak menetapkan bahwa kewajiban keuangan mereka dikategorikan sebagai
hutang dan pinjaman.
Pada awalnya kewajiban keuangan diukur pada nilai wajar dan, dalam hal hutang dan pinjaman, termasuk
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pada tanggal 31 Maret 2012, kewajiban keuangan Perusahaan dan Entitas Anak mencakup hutang usaha
dan hutang lain-lain, beban masih harus dibayar, hutang bank jangka pendek, hutang bank jangka panjang
dan pinjaman lainnya dan hutang sewa pembiayaan.
Pengukuran setelah pengakuan awal
Setelah pengakuan awal, hutang dan pinjaman yang dikenakan bunga diukur pada biaya perolehan
diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Laba atau rugi harus diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi ketika kewajiban tersebut dihentikan
pengakuannya serta melalui proses amortisasinya.
iii.
Saling hapus instrumen keuangan
Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya dilaporkan dalam neraca
konsolidasi jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas
jumlah yang telah diakui dari aset keuangan dan kewajiban keuangan tersebut dan terdapat intensi untuk
menyelesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara
bersamaan.
iv. Nilai wajar instrumen keuangan
Nilai wajar instrumen keuangan yang secara aktif diperdagangkan di pasar keuangan ditentukan dengan
mengacu pada kuotasi harga pasar yang berlaku pada penutupan pasar pada akhir tahun pelaporan. Untuk
instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik
penilaian. Teknik penilaian tersebut meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara
wajar (arm’s-length market transactions), referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara
substantial sama, analisis arus kas yang didiskonto, atau model penilaian lainnya.
Penyesuaian risiko kredit
Perusahaan dan Entitas Anak menyesuaikan harga di pasar yang lebih menguntungkan untuk
mencerminkan adanya perbedaan risiko kredit pihak lawan antara instrumen yang diperdagangkan di pasar
tersebut dengan instrumen yang dinilai untuk posisi aset keuangan. Dalam penentuan nilai wajar posisi
kewajiban keuangan, risiko kredit Perusahaan dan Entitas Anak terkait dengan instrumen keuangan tersebut
ikut diperhitungkan.
v.
Biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan
Biaya perolehan diamortisasi diukur dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi cadangan
penurunan nilai dan pembayaran atau pengurangan pokok. Perhitungan ini mencakup seluruh premi atau
diskonto pada saat perolehan dan mencakup biaya transaksi serta fee yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari suku bunga efektif.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
20
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
u. Instrumen Keuangan (lanjutan)
vi. Penurunan nilai aset keuangan
Pada setiap tanggal neraca, Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi apakah terdapat bukti yang
obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.
•
Aset keuangan dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi
Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi,
Perusahaan dan Entitas Anak terlebih dahulu menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai
penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara
kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Perusahaan dan Entitas
Anak menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang
dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka aset tersebut
dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis
dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai
secara individual dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk
dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut
diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang (tidak
termasuk kerugian kredit di masa mendatang yang belum terjadi). Nilai kini estimasi arus kas masa
datang didiskontokan dengan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut.
Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan
untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif terkini.
Nilai tercatat atas aset keuangan dikurangi melalui penggunaan pos cadangan penurunan nilai dan
jumlah kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pendapatan bunga tetap
diakui sebesar nilai tercatat yang telah diturunkan nilainya berdasarkan tingkat suku bunga efektif
awal dari aset keuangan. Pinjaman yang diberikan dan piutang beserta dengan cadangan terkait
dihapuskan jika tidak terdapat kemungkinan pemulihan di masa mendatang yang realistis dan seluruh
agunan telah terealisasi atau dialihkan kepada Perusahaan dan Entitas Anak. Jika, pada tahun
berikutnya, nilai estimasi kerugian penurunan nilai aset keuangan bertambah atau berkurang karena
peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang diakui
sebelumnya bertambah atau berkurang dengan menyesuaikan pos cadangan penurunan nilai. Jika di
masa mendatang penghapusan tersebut dapat dipulihkan, jumlah pemulihan tersebut diakui pada
laba atau rugi.
•
Aset keuangan yang tersedia untuk dijual
Dalam hal investasi ekuitas diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang tersedia untuk dijual, bukti
obyektif akan termasuk penurunan nilai wajar yang signifikan dan berkepanjangan di bawah nilai
perolehan investasi tersebut.
Ketika terdapat bukti penurunan nilai, kerugian kumulatif - yang diukur sebagai selisih antara biaya
perolehan dan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai investasi yang sebelumnya diakui
pada laba atau rugi direklas dari ekuitas ke dalam laba atau rugi. Kerugian penurunan nilai atas
investasi ekuitas tidak dihapuskan melalui laba atau rugi; peningkatan nilai wajar setelah penurunan
nilai, diakui dalam ekuitas.
vii. Penghentian pengakuan aset dan liabilitas keuangan
Aset keuangan
Suatu aset keuangan (atau mana yang berlaku, bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset
keuangan sejenis) dihentikan pengakuannya pada saat: (1) hak kontraktual untuk menerima arus kas yang
berasal dari aset tersebut berakhir; atau (2) Perusahaan dan Entitas Anak mentransfer hak mereka untuk
menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau kewajiban untuk membayar arus kas yang
diterima secara penuh tanpa penundaan yang signifikan kepada pihak ketiga melalui suatu kesepakatan
penyerahan; dan salah satu diantara (a) Perusahaan dan Anak Perusahaan secara substansial
mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan tersebut, atau (b) Perusahaan dan Anak
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
21
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
u. Instrumen Keuangan (lanjutan)
vii. Penghentian pengakuan aset dan liabilitas keuangan (lanjutan)
Aset keuangan (lanjutan)
Perusahaan secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset
keuangan tersebut, namun telah mentransfer kendali atas asset tersebut.
Liabilitas keuangan
Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan
atau dibatalkan atau kadaluwarsa.
Ketika liabilitas keuangan yang ada digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang
sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara substansial atas
ketentuan liabilitas keuangan yang ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dicatat sebagai
penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru dan selisih antara nilai
tercatat masing-masing liabilitas keuangan tersebut diakui dalam laba atau rugi.
v. Laba per saham
Sesuai dengan PSAK No. 56 mengenai “Laba Per Saham”, laba bersih per saham dihitung dengan membagi
laba bersih bulan berjalan dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh
selama bulan yang bersangkutan sebesar 2.895.037.800 saham untuk Maret 2012 dan Desember 2011.
w. Pelaporan segmen
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 5 (Revisi 2009), “Segmen
Operasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan
ekonomi dimana entitas beroperasi. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang
berarti terhadap laporan keuangan konsolidasian.
Segmen adalah bagian khusus Perusahaan dan Entitas Anak yang terlibat baik dalam menyediakan produkproduk tertentu (segmen usaha), atau dalam menyediakan produk dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen
geografis), yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lainnya.
Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan langsung
kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang sesuai dengan segmen
tersebut. Segmen ditentukan sebelum saldo dan transaksi antar Perusahaan dan Entitas Anak dieliminasi
sebagai bagian dari proses konsolidasi.
x. Provisi
Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 57 (Revisi 2009), "Provisi,
Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi". PSAK No. 57 (Revisi 2009) harus diterapkan secara prospektif dan
menetapkan kriteria pengakuan dan dasar pengukuran untuk provisi, liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi,
dan untuk memastikan bahwa informasi yang memadai diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
untuk memungkinkan pengguna dalam memahami sifat, waktu dan jumlah yang terkait dengan informasi
tersebut. Penerapan PSAK No. 57 (Revisi 2009) tidak memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan
konsolidasian.
Provisi diakui jika Perusahaan atau Entitas Anak memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) jika, sebagai akibat peristiwa masa lalu, besar kemungkinan penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan estimasi yang andal
mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang
paling kini. Jika kemungkinan besar tidak terjadi arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, maka provisi dibatalkan.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)
22
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
y. Penerapan Standar Akuntansi Revisi Lain dan Interpretasi
Selain standar akuntansi revisi yang telah disebutkan sebelumnya di atas, Perusahaan dan Entitas Anak juga
telah menerapkan standar akuntansi revisi dan interpretasi berikut pada tanggal 1 Januari 2011, yang dianggap
relevan terhadap laporan keuangan interim konsolidasian namun tidak menimbulkan dampak yang signifikan
kecuali bagi pengungkapan terkait:
• PSAK No. 8 (Revisi 2010), “Peristiwa Setelah Periode Pelaporan”
• PSAK No. 25 (Revisi 2009), “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”
• ISAK No. 10, “Program Loyalitas Pelanggan”.
3. PENGGUNAAN PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI OLEH MANJEMEN
Penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak mensyaratkan manajemen untuk
membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan atas pendapatan,
beban, aset dan liabilitas, serta pengungkapan liabilitas kontinjensi, pada akhir periode pelaporan. Namun,
ketidakpastian estimasi dan asumsi ini dapat menyebabkan hasil yang memerlukan penyesuaian material atas nilai
tercatat aset dan liabilitas yang berdampak pada masa mendatang.
Pertimbangan
Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan dan Entitas Anak, manajemen telah membuat
pertimbangan-pertimbangan berikut ini, yang terpisah dari estimasi dan asumsi, yang memiliki pengaruh paling
signifikan terhadap jumlah yang dicatat dalam laporan keuangan konsolidasian:
Klasifikasi Aset dan Liabilitas Keuangan
Perusahaan dan entias anak menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan
liabilitas keuangan dengan pertimbangan bila definisi yang ditetapkan PSAK No. 55R terpenuhi. Dengan demikian,
aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi seperti diungkapkan pada
Catatan 2u.
Cadangan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha
Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi adanya pelanggan yang tidak
dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak mempertimbangkan,
berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu hubungan dengan
pelanggan dan status kredit saat ini dari pelanggan berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga (jika tersedia) dan
faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi spesifik atas pelanggan terhadap jumlah piutang
pelanggan guna mengurangi total piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan dan Entitas Anak.
Provisi spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah
cadangan atas penurunan nilai piutang usaha. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6.
Estimasi dan Asumsi
Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan yang
memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk periode
keuangan berikutnya, diungkapkan di bawah ini. Perusahaan dan Entitas Anak mendasarkan asumsi dan estimasi
pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan konsolidasian disusun. Asumsi dan situasi mengenai
perkembangan masa depan, mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi diluar kendali Perusahaan dan
Entitas Anak. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.
Pensiun dan Imbalan Kerja
Penentuan liabilitas dan beban Perusahaan dan Entitas Anak sehubungan dengan pensiun dan liabilitas imbalan
kerja bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlahjumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk, antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat
pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat cacat, usia pensiun dan tingkat kematian.
Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Perusahaan dan Entitas Anak yang memiliki pengaruh lebih
dari 10% liabilitas imbalan pasti, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus selama ekspektasi rata-rata sisa
masa kerja karyawan. Sementara Perusahaan dan Entitas Anak berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar
dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan
3. PENGGUNAAN PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI OLEH MANJEMEN (LANJUTAN)
23
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Pensiun dan Imbalan Kerja (lanjutan)
Perusahaan dan Entitas Anak dapat mempengaruhi secara material liabilitas diestimasi atas pensiun dan imbalan
kerja dan beban imbalan kerja neto. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 15.
Penyusutan Aset Tetap
Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun ganda
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap
antara 2 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur yang secara umum diharapkan dalam industri di mana
Perusahaan dan Entitas Anak menjalankan bisnisnya. Perubahan ekspektasi tingkat pemakaian dan
perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya
penyusutan masa depan mungkin direvisi. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 10.
Pajak Penghasilan
Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi
dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal.
Perusahaan dan Entitas Anak mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan
terdapat tambahan pajak penghasilan badan. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 13 .
Realisasi dari Aset Pajak Tangguhan
Perusahaan dan Entitas Anak melakukan penelaahan atas nilai tercatat aset pajak tangguhan pada setiap akhir
periode pelaporan dan mengurangi nilai tersebut sampai sebesar kemungkinan aset tersebut tidak dapat
direalisasikan, di mana penghasilan kena pajak yang tersedia memungkinkan untuk penggunaan seluruh atau
sebagian dari aset pajak tangguhan tersebut. Penelaahan Perusahaan dan Entitas Anak atas pengakuan aset
pajak tangguhan untuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan didasarkan atas tingkat dan waktu dari
penghasilan kena pajak yang ditaksirkan untuk periode pelaporan berikutnya.
Taksiran atas penghasilan kena pajak berdasarkan hasil pencapaian Perusahaan dan Entitas Anak di masa lalu
dan ekspektasi di masa depan terhadap pendapatan dan beban, sebagaimana juga dengan strategi perencanaan
perpajakan di masa depan. Tetapi tidak terdapat kepastian bahwa Perusahaan dan Entitas Anak dapat
menghasilkan penghasilan kena pajak yang cukup untuk memungkinkan penggunaan sebagian atau seluruh
bagian dari aset pajak tangguhan tersebut. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 13.
Ketidakpastian Liabilitas Perpajakan
Dalam situasi tertentu, Perusahaan dan Entitas Anak tidak dapat menentukan secara pasti jumlah liabilitas pajak
mereka pada saat ini atau masa depan karena proses pemeriksaan oleh otoritas perpajakan. Ketidakpastian timbul
terkait dengan interpretasi dari peraturan perpajakan yang kompleks dan jumlah dan waktu dari penghasilan kena
pajak di masa depan. Dalam menentukan jumlah yang harus diakui terkait dengan liabilitas pajak yang tidak pasti,
Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan pertimbangan yang sama yang akan mereka gunakan dalam
menentukan jumlah cadangan yang harus diakui sesuai dengan PSAK No. 57, “Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan
Aset Kontinjensi”. Perusahaan dan Entitas Anak membuat analisa untuk semua posisi pajak terkait dengan pajak
penghasilan untuk menentukan jika liabilitas pajak untuk manfaat pajak yang belum diakui harus diakui.
Perusahaan dan Entitas Anak menyajikan bunga dan denda untuk kekurangan pembayaran pajak penghasilan
sebagai bagian dari “Beban Operasi - pajak dan perijinan” pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Penyisihan untuk persediaan usang
Penyisihan untuk persediaan usang diestimasi berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak
terbatas kepada, kondisi fisik persediaan yang dimiliki, harga jual pasar, estimasi biaya penyelesaian dan estimasi
biaya yang akan timbul untuk penjualan. Provisi dievaluasi kembali dan disesuaikan jika terdapat tambahan
informasi yang mempengaruhi jumlah yang telah diestimasi. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 8.
4. KAS DAN SETARA KAS
24
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Kas dan setara kas terdiri dari:
Maret 2012
Desember 2011
Kas
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
8.642.338
443.381
6.551.818
132.471
Jumlah kas
9.085.719
6.684.289
Bank
Rupiah
PT Bank Central Asia Tbk
13.595.178
PT Bank Mandiri Tbk
3.556.803
PT Bank Ekonomi Rahardja Tbk
2.272.060
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
2.161.738
PT Bank CIMB Niaga Tbk
724.515
PT Bank Negara Indonesia Tbk
719.455
PT Bank UOB Indonesia
621.013
PT Bank Permata Tbk
585.853
PT Bank Rabobank International
Indonesia
435.640
Lain-lain (masing-masing
di bawah Rp400.000)
974.223
______________
Jumlah bank – Rupiah
25.646.479
______________
US Dollar
PT Bank Rabobank International
Indonesia
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Permata Tbk
Lain-lain (masing-masing
di bawah Rp250.000)
Jumlah bank – US Dollar
180.060
513.119
______________
17.345.377
______________
699.331
126.993
-
459.142
755.941
948.290
302.530
275.042
78.229
50.878
904.553
2.791.823
_______________ ______________
Jumlah bank
Deposito berjangka
Rupiah
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Rabobank International
Indonesia
PT Bank Mega Tbk
Jumlah deposito berjangka – Rupiah
Jumlah kas dan setara kas
7.191.400
1.396.035
1.738.664
2.014.898
976.531
154.432
3.051.085
129.153
26.551.032
20.137.200
2.500.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
31.831
-
31.831
2.000.000
4.531.831
4.031.831
40.168.582
30.853.320
Pada tanggal 31 Maret 2012, kas Perusahaan dan Entitas Anak telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan
risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup
untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko yang mungkin terjadi.
5. INVESTASI JANGKA PENDEK
25
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Investasi jangka pendek terdiri dari:
Maret 2012
Desember 2011
Deposito berjangka
Rupiah
PT Bank Permata Tbk
21.600
21.600
Jumlah deposito berjangka – Rupiah
21.600
21.600
US Dollar
PT Bank Rabobank International
Indonesia
PT Bank Permata Tbk
4.773.600
3.488.400
6.347.600
1.813.600
Jumlah deposito berjangka – USD
8.262.000
8.161.200
Investasi dalam bentuk saham - 2.026.668
Lembar saham PT Arwanacitra Mulia
1.003.200
739.734
Jumlah investasi jangka pendek
9.286.800
8.922.534
Deposito berjangka
Deposito berjangka dalam dolar Amerika Serikat merupakan margin deposito tanpa bunga untuk letters of credit.
Pada tanggal 31 Maret 2012, deposito berjangka milik KKS yang ditempatkan pada PT Bank Rabobank
International Indonesia sebesar US$ 520.000 (setara dengan Rp. 4.773.600), dan milik KKS dan SGK yang
ditempatkan di PT Bank Permata Tbk sebesar US$ 380.000 (setara dengan Rp. 3.488.400) digunakan sebagai
jaminan atas hutang bank yang diperoleh dari masing-masing bank tersebut (Catatan 10).
Surat berharga
Laba yang belum direalisasi yang timbul dari perubahan nilai pasar saham sebesar Rp. 111.466 pada Maret 2012
dan Rp. 152.000 pada tahun 2011, disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan Komprehensif Lainnya” .
6. PIUTANG USAHA
Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Pihak ketiga
Rupiah
Tk Panca Jaya
Tk Dwi Setia Jaya
Tk Santi
Tk Murah
Tk Anugerah
Tk Sadar Manunggal
Tk Terang Bulan
Tk Norton
Kondang Murah
Tk Roda Selatan
Tk Hidup Baru
UD. Kadar Jaya
Tk Kurnia
Tk Arly
Tk Sumber Mas
Tk Sinar Eterna
Tk Sumber Jaya
Tk Candi Mas Jaya Keramik
Wibisono Jadhisno
Tk Warna Indah
Lain-lain (masing-masing
di bawah Rp 1.700 juta)
Desember 2011
4.911.100
4.434.523
3.146.613
3.024.753
3.008.847
2.848.598
2.735.930
2.596.733
2.593.556
2.244.236
2.235.698
2.230.287
2.186.485
2.105.231
2.086.081
2.058.329
1.904.525
1.759.253
1.643.753
21.591
3.650.243
3.645.424
2.671.914
2.843.025
3.390.666
1.568.165
1.578.259
1.928.939
2.582.221
193
521.489
1.597.636
1.883.078
1.674.936
2.168.256
2.204.087
2.494.368
1.872.121
2.260.523
1.998.767
518.689.935
______________
467.436.356
______________
568.466.061
509.970.666
6. PIUTANG USAHA (lanjutan)
26
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Desember 2011
Dolar Amerika Serikat
PT Karunia Catur Perkasa
1.489.536
PT Arsitek Highpolymer
1.409.294
PT Surabaya Perdana
Rotopack
1.013.223
PT Multi Anugerah Lestari Texindo
Lain-lain
(di bawah Rp 750 juta)
48.293.834
56.559.686
52.205.886
59.821.101
Jumlah Pihak Ketiga
Cadangan penurunan nilai
620.671.947
(9.102.109)
569.791.767
(8.678.503)
Pihak ketiga - bersih
611.569.838
561.113.264
1.025.285
1.085.416
1.150.714
Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut: (lanjutan)
Maret 2012
Pihak-pihak berelasi
PT Masadjaya Indomakmur
PT Kreasi Sentosa Abadi
PT Caturkarda Depo Bangunan
PT Mega Depo Indonesia
Jumlah pihak-pihak berelasi
Desember 2011
2.868.547
967.801
344.585
293.344
2.353.733
1.357.650
651.622
222.046
4.474.276
4.585.051
Rincian piutang usaha berdasarkan umur piutang adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Pihak Ketiga
Kurang dari 31 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
Lebih dari 90 hari
Desember 2011
580.380.239
14.677.525
5.447.235
20.166.235
526.231.100
11.052.323
2.907.730
29.600.614
620.671.947
(9.102.109)
569.791.767
(8.678.503)
611.569.839
561.113.264
Pihak-pihak berelasi
Kurang dari 31 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
Lebih dari 90 hari
4.141.283
332.993
-
3.983.689
601.362
-
Jumlah pihak pihak berelasi
4.474.276
4.585.051
Jumlah
Cadangan penurunan nilai
Pihak ketiga - bersih
6. PIUTANG USAHA (lanjutan)
27
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Mutasi cadangan penurunan nilai piutang adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Desember 2011
Saldo awal tahun
Pencadangan selama tahun berjalan
Penghapusan piutang ragu ragu
8.678.503
425.679
(2.073)
6.272.519
2.614.859
(208.875)
Saldo akhir tahun
9.102.109
8.678.503
Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa jumlah cadangan penurunan nilai piutang adalah
cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang tersebut.
Pada tanggal 31 Maret 2012, piutang usaha yang dimiliki oleh CAS, Entitas Anak, sebesar Rp 8.815.043 digunakan
sebagai jaminan berdasarkan perjanjian distribusi dengan PT Mulia Industrindo Tbk, pemasok utama CAS .
Pada tanggal 31 Maret 2012, piutang usaha sebesar Rp 448.716.393 digunakan sebagai jaminan atas hutang bank
jangka pendek dan hutang bank jangka panjang dan pinjaman lainnya (Catatan 10 dan 13).
7. TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI
Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan dan Entitas Anak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi
yang terutama terdiri dari:
a. Penjualan bersih barang dagang:
Persentase terhadap
jumlah penjualan
Maret 2012
Penjualan
PT Masadjaya Indomakmur
PT Kreasi Sentosa Abadi
PT Catur Karda
Depo Bangunan
PT Mega Depo Indonesia
Jumlah
Maret 2011
Maret 2012
Maret 2011
3.183.995
1.831.378
1.728.318
953.310
0,27 %
0,16 %
0,17 %
0,10 %
841.077
256.762
614.701
-
0,07 %
0,02 %
0,06 %
0,00 %
6.113.212
3.296.329
0,53 %
0,33 %
Piutang kepada pihak-pihak berelasi yang berasal dari transaksi penjualan tersebut di atas disajikan sebagai
“Piutang Usaha” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 6).
Penjualan kepada pihak-pihak yang berelasi dilakukan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang disepakati
kedua belah pihak (Catatan 19).
b. Pembelian bersih barang dagang:
Persentase terhadap
jumlah penjualan
Maret 2012
Pembelian bersih
PT Primagraha Keramindo
SB Furniture Pte Ltd
Hocheng Pilippines
PT Catur Karda
Depo Bangunan
Hocheng China Corporation
PT Kreasi Sentosa Abadi
Jumlah
Maret 2011
Maret 2012
Maret 2011
229.152.789
2.084.993
1.644.806
211.940.315
1.812.195
1.398.984
19,74 %
0,18 %
0,14 %
21,46 %
0,18 %
0,14 %
100.000
102.591
-
564.800
27.059
41.175
0,10 %
0.06 %
0,10 %
0,00 %
233.085.179
215.784.529
20,08 %
21,84 %
Hutang kepada pihak-pihak berelasi yang berasal dari transaksi pembelian tersebut di atas disajikan sebagai
“Hutang Usaha” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian (Catatan 11).
7. TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI (lanjutan)
28
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
c. Pembelian bersih barang dagang: (lanjutan)
Pembelian dari pihak-pihak berelasi dilakukan dengan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang disepakati
kedua belah pihak .
d. Sifat transaksi dan hubungan dengan pihak-pihak berelasi adalah sebagai berikut:
Pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Hubungan
Sifat saldo akun/transaksi
PT Masadjaya Indomakmur
PT Catur Karda Depo Bangunan
Manajemen kunci yang sama
Penjualan barang dagang
Manajemen kunci yang sama
Penjualan barang dagang
PT Mega Depo Indonesia
Manajemen kunci yang sama
Penjualan barang dagang
PT Kreasi Sentosa Abadi
Manajemen kunci yang sama
Manajemen kunci yang sama
Pihak berelasi
Pihak berelasi
Penjualan dan pembelian barang dagang
PT Primagraha Keramindo
Hocheng Philippines Corporation
SB Furniture Industry Co,- Ltd
8. PERSEDIAAN
Persediaan terdiri dari:
Maret 2012
Cat
Keramik
Perlengkapan kamar mandi & dapur
Bahan-bahan kimia
Alat listrik
Home Etc
Kaca dan glass block
Pipa
Atap gelombang dan genteng
Alat pertukangan
Semen
Kunci dan aksesoris pintu
Partisi
Lain-lain
Desember 2011
338.676.279
161.924.171
84.840.465
66.943.438
39.679.191
20.959.282
19.225.322
14.133.365
7.284.034
6.953.214
5.362.218
4.343.209
3.394.486
56.803.425
329.816.082
167.586.133
70.718.003
75.265.483
38.191.791
22.684.177
17.762.120
12.700.261
6.391.250
7.360.499
4.233.189
4.994.952
4.223.302
46.479.584
Jumlah persediaan
830.522.098
808.406.826
Persediaan barang dalam perjalanan
Penyisihan persediaan usang
8.436.454
(10.019.951)
20.432.399
(11.375.264)
Persediaan - bersih
828.938.601
817.463.961
Mutasi penyisihan persediaan usang adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Desember 2011
Saldo awal tahun
Penyisihan selama tahun berjalan
Penghapusan
11.375.264
761.069
(2.116.383)
4.727.551
8.538.350
(1.890.637)
Saldo akhir
10.019.951
11.375.264
8. PERSEDIAAN (LANJUTAN)
29
Pembelian barang dagang
Pembelian barang dagang
Pembelian barang dagang
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada kuartal pertama, manajemen Perusahaan dan
Entitas Anak berpendapat bahwa jumlah penyisihan persediaan usang adalah cukup untuk menutup
kemungkinan kerugian atas persediaan usang dan nilai persediaan yang ada telah mencerminkan nilai realisasi
bersih.
Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan keramik dan glass block yang dimiliki CAS, Entitas Anak, sebesar Rp
6.152.686 digunakan sebagai jaminan berdasarkan perjanjian distribusi dengan pemasok utama Entitas Anak, PT
Mulia Industrindo Tbk .
Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan sebesar Rp 497.783.589 digunakan sebagai jaminan atas hutang bank
jangka pendek dan hutang bank jangka panjang dan pinjaman lainnya (Catatan 10 dan 13).
Pada tanggal 31 Maret 2012, persediaan Perusahaan dan Entitas Anak telah diasuransikan terhadap risiko
kebakaran, kecurian dan risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai
pertanggungan atas asuransi tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas persediaan dan nilai
persediaan yang ada telah mencerminkan nilai realisasi bersih.
9. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap terdiri dari:
Saldo
Awal
Penambahan
Pengurangan
Saldo
Akhir
Reklasifikasi
Mutasi 2012
Nilai tercatat
Pemilikan langsung
Tanah
Bangunan
Peralatan kantor, toko
dan gudang
Kendaraan
Renovasi bangunan sewa
Jumlah pemilikan langsung
Aset Sewaan
Kendaraan
Aktiva dalam penyelesaian
Bangunan
122.824.611
189.161.008
143.834.025
24.242.156
-
19.402.461
266.658.636
232.805.625
99.695.420
91.749.395
46.821.892
8.034.122
2.138.444
1.634.487
50.295
750.722
-
-
107.679.248
93.137.118
48.456.379
550.252.326
179.883.235
801.016
19.402.461
748.737.006
1.929.728
168.650
-
-
2.098.378
58.376.633
15.843.456
-
(19.402.461)
54.817.628
610.558.687
195.895.341
801.016
-
805.653.012
(
Jumlah nilai tercatat
Akumulasi penyusutan- Pemilikan Langsung
Bangunan
Peralatan kantor, toko dan
gudang
Kendaraan
Renovasi bangunan sewa
Jumlah akumulasi
penyusutan
Aset sewaan
Kendaraan
48.834.059
2.595.232
-
-
51.429.291
75.424.181
57.475.226
12.828.080
2.703.020
2.442.443
1.159.672
38.415
743.595
-
-
78.088.785
59.174.074
13.987.752
194.561.546
8.900.367
782.011
-
202.679.902
-
945.249
839.139
106.110
-
Jumlah akumulasi
Penyusutan
195.400.685
9.006.477
782.011
Nilai buku
415.158.002
203.625.152
602.027.860
9. AKTIVA TETAP (lanjutan)
30
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Saldo
Awal
Penambahan
Pengurangan
Saldo
Akhir
Reklasifikasi
Mutasi 2011
Nilai tercatat
Pemilikan langsung
Tanah
Bangunan
Peralatan kantor, toko
dan gudang
Kendaraan
Renovasi bangunan sewa
110.405.971
168.571.530
12.418.640
2.683.319
6.979.933
24.886.092
122.824.611
189.161.008
95.006.057
86.337.824
48.153.984
11.028.549
12.894.178
971.795
6.339.186
8.272.779
2.346.387
790.172
42.500
99.695.420
91.749.395
46.821.92
508.475.366
39.996.481
23.938.285
25.718.764
550.252.326
1.900.384
1.198.729
379.213
(790.172)-
1.929.728
20.500.243
62.804.982
-
(24.928.592)
58.376.633
530.875.993
104.000.192
24.317.498
-)
610.558.687
40.378.141
9.713.118
1.257.200
-
48.834.059
67.459.267
53.596.617
16.677.587
12.469.061
10.121.980
4.219.623
4.504.147
6.243.371
8.069.130
-
75.424.181
57.475.226
12.828.080
178.111.612
36.523.782
20.073.848
-
194.561.546
624.488
432.723
218.072
-
839.139
Jumlah akumulasi
Penyusutan
178.736.100
36.956.505
20.291.920
-
195.400.685
Nilai buku
352.139.893
Jumlah pemilikan langsung
Aset sewaan
Kendaraan
Aktiva dalam penyelesaian
Bangunan
Jumlah nilai tercatat
Akumulasi penyusutan
Bangunan
Peralatan kantor, toko dan
gudang
Kendaraan
Renovasi bangunan sewa
Jumlah akumulasi
penyusutan
Aset sewaan
Kendaraan
415.158.002
Penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 dibebankan
sebagai berikut (Catatan 19):
Maret 2012
Desember 2011
Beban penjualan
Beban umum dan administrasi
7.025.720
1.980.758
27.713.295
9.243.210
Jumlah
9.006.477
36.956.505
Rincian penjualan aktiva tetap adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Harga perolehan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
Desember 2011
798.267
(778.358)
17.592.075
(13.976.829)
19.910
3.615.246
Perolehan kas (harga jual)
382.975
6.414.597
Laba (rugi) penjualan aktiva tetap
363.065
2.799.351
Pada Maret 2012 dan Desember 2011, penjualan aktiva tetap merupakan penjualan atas, kendaraan, dan
peralatan kantor, toko, dan gudang.
Pada tanggal 31 Maret 2012, aktiva tetap (di luar tanah) telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, kerusakan
dan risiko lainnya. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut
cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko tersebut. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak
berpendapat bahwa tidak terdapat peristiwa atau perubahan keadaan yang menunjukan adanya penurunan nilai
aktiva tetap tersebut di atas.
Perusahaan dan Entitas Anak memiliki beberapa bidang tanah yang terletak di Jakarta, Surabaya, Bandung,
Semarang, Manado dan beberapa kota lain di Indonesia dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang
9. AKTIVA TETAP (lanjutan)
31
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
berjangka waktu 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun dimana jatuh tempo terakhir pada tahun
2038. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan HGB
karena tanah tersebut diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai.
Berdasarkan penelaahan manajemen, tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan
adanya penurunan nilai aktiva tetap pada Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Maret 2012.
10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK
Hutang bank jangka pendek terdiri dari:
Maret 2012
Rupiah
Kredit Time Loan
PT Bank Central Asia Tbk
Kredit rekening koran
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk
PT Bank Rabobank International
Indonesia
PT Bank Danamon Tbk
PT Bank Permata Tbk
Pinjaman Akseptasi
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
Dollar Amerika Serikat
Trust Receipts
PT Bank Permata Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
PT Bank Rabobank International
Indonesia
Kredit Modal Kerja (KMK) Valas
PT Bank Mandiri Tbk
Jumlah hutang bank
jangka pendek
Desember 2011
334.790.625
264.562.500
32.040.887
4.979.979
9.424.501
39.626.838
4.979.878
9.279.883
5.075.286
4.704.175
1.552.109
4.524.049
4.917.275
1.736.204
59.962.500
-
59.925.000
4.000.000
17.887.604
12.944.071
19.255.784
12.485.174
-
2.029.418
15.973.246
15.778.320
499.334.983
443.100.323
PT Bank Central Asia Tbk
a.
Pada tahun 2010, CALS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan time loan dengan pagu kredit
masing-masing sebesar Rp4.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja. Tanggal jatuh tempo
fasilitas kredit rekening koran dan time loan ini adalah 9 Desember 2012. Pinjaman ini dijamin dengan
persediaan yang dimiliki oleh CALS (Catatan 9), tanah dan bangunan dan gudang yang dimiliki oleh
Tn. Budyanto Totong (pihak yang mempunyai hubungan istimewa) dan Tn. Simonardi S. (pemegang
saham).
b. Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan
dan BCA setuju untuk memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit
sebesar Rp18.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja, dan fasilitas bank garansi
(Catatan 24i) sampai dengan 11 Juni 2012. Fasilitas kredit ini dijamin dengan beberapa tanah dan bangunan
milik Perusahaan dan CMSS (Catatan 9), Tn. Budyanto Totong, Tn. Darmawan Putra Totong, Tn. Totong
Kurniawan, Ny. Janty dan Ny. Lily Suryana Setiawan (pihak-pihak berelasi),piutang usaha dan persediaan
milik Perusahaan (Catatan 6 dan 8), dan jaminan korporasi tidak terbatas yang dikeluarkan oleh CMSS dan
MBI atas nama Perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan berkisar
antara 9 % sampai dengan 9,5% pada tahun 2012 dan 10 % pada tahun 2011.
c. Pada bulan Juni 2008, CMSS dan MBI memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit
masing-masing sebesar Rp1.000.000. Fasilitas tersebut digunakan untuk membiayai modal kerja CMSS dan
MBI. Fasilitas pinjaman tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir yang
dibuat pada 5 Agustus 2011 mengenai peningkatan pagu kredit untuk CMSS menjadi sebesar Rp.
35.000.000. Jatuh tempo pinjaman rekening koran milik CMSS telah diperpanjang sampai dengan tanggal
10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan)
32
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
PT Bank Central Asia Tbk ( lanjutan)
11 Juni 2012, sedangkan MBI telah melunasi hutangnya pada saat tanggal jatuh tempo. Fasilitas kredit ini
dijamin dengan beberapa tanah dan bangunan milik Perusahaan dan CMSS (Catatan 9), Tn. Budyanto Totong,
Tn. Darmawan Putra Totong, Tn. Totong Kurniawan, Ny. Janty dan Ny. Lily Suryana Setiawan (pihak-pihak
berelasi), piutang usaha dan persediaan milik Perusahaan (Catatan 6 dan 8).
Pinjaman tersebut juga dijamin dengan jaminan korporasi tidak terbatas yang dikeluarkan oleh CMSS dan MBI
atas nama Perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan yang berkisar antara
9 % sampai dengan 9,5% pada tahun 2012 dan sebesar 10% pada tahun 2011.
PT Bank Mandiri Tbk
a.
Pada tanggal 11 Agustus 2010, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit
sebesar Rp. 20.000.000. Pinjaman tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar
10% dan dijamin dengan piutang dagang, persediaan dan tanah beserta bangunan di atasnya (Catatan 6, 8
dan 9) milik Perusahaan. Fasilitas kredit tersebut telah dilunasi pada tanggal jatuh temponya.
b.
Pada tanggal 28 April 2010, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran, KMK valas dan trust receipt
dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp5.000.000, US$2.000.000 dan US$4.000.000. Fasilitas kredit
tersebut tersedia sampai dengan tanggal 28 April 2013. Pinjaman ini dijamin dengan beberapa tanah dan
bangunan milik Perusahaan dan persediaan barang dagang milik KKS (Catatan 8 dan 9) dan dikenakan
bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 11% pada tahun 2012 untuk kredit rekening koran dan
sebesar 7,5% untuk pinjaman KMK valas dan trust receipt.
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk
a. Perusahaan memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan pinjaman akseptasi dengan pagu kredit masingmasing sebesar Rp 10.000.000 dan Rp 20.000.000. Dalam perubahan terakhir tanggal 27 Juni 2011, PT
Bank Ekonomi Raharja Tbk memberikan fasilitas kredit baru berupa pinjaman akseptasi 2 dengan pagu
kredit sebesar Rp 40.000.000. Jangka waktu fasilitas kredit kredit rekening koran dan pinjaman akseptasi
tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 29 Juni 2012.
Pinjaman tersebut dikenakan tingkat bunga tahunan berkisar antara 9 % pada Maret 2012 serta dijamin
dengan beberapa bidang tanah berikut bangunan diatasnya yang dimiliki oleh perusahaan serta persediaan
barang dagang milik Perusahaan (Catatan 8 dan 9).
b.
Pada tanggal 8 Juli 2003, CMSS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan bank garansi (BG) dengan
pagu kredit masing-masing sebesar Rp1.000.000, dan Rp2.000.000. Fasilitas kredit tersebut digunakan
untuk membiayai modal kerja CMSS dan dijamin dengan hak tanggungan atas beberapa tanah dan
bangunan milik Perusahaan, dan beberapa unit kendaraan milik CMSS . Kedua fasilitas kredit tersebut
telah dilunasi pada saat jatuh temponya.
PT Bank Rabobank International Indonesia
a. Pada tanggal 17 Maret 2010, SGK memperoleh fasilitas kredit rekening koran dengan pagu kredit sebesar
Rp 1.000.000 yang digunakan untuk membiayai modal kerja. Tanggal jatuh tempo fasilitas kredit rekening
koran ini telah diperpanjangan sampai dengan 17 Mei 2012. Fasilitas kredit ini dijamin dengan sebidang
tanah milik Tn. Budyanto Totong (pihak berelasi) dan dikenakan tingkat bunga tahunan 11 % sampai pada
Maret 2012.
b. Pada bulan Mei 2006, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan usance letters of credit (L/C)
dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp3.000.000 dan US$1.000.000. Pada bulan Mei 2007, pagu
fasilitas usance letter of credit ditingkatkan menjadi US$1.250.000. Pada tahun 2008, pagu fasilitas rekening
koran ditingkatkan menjadi Rp. 4.500.000 dan pada tahun 2010, pagu fasilitas trust receipt ditingkatkan
menjadi US$ 1.750.000. Jatuh tempo fasilitas kredit tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 17
Mei 2012. Fasilitas kredit ini dikenakan tingkat bunga tahunan berkisar 11 % pada Maret 2012. Pinjaman
tersebut dijamin dengan sebidang tanah yang dimiliki oleh Tn. Budyanto Totong (pihak berelasi), sedangkan
pinjaman usance letters of credit (L/C) dijamin dengan tanah yang sama milik Tn. Budyanto Totong (pihak
berelasi) dan deposito berjangka yang ditempatkan pada PT Bank Rabobank International Indonesia
(Catatan 5).
10. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan)
33
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
Pada tanggal 13 Agustus 2011, Perusahaan mendapat fasilitas pinjaman rekening koran (Catatan 14) dengan pagu
kredit sebesar Rp 5.000.000 yang digunakan sebagai modal kerja. Jatuh tempo fasilitas rekening koran ini adalah
tanggal 13 Agustus 2012. Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang, persediaan dan tanah milik Perusahaan
(Catatan 6, 8 dan 10). Pinjaman tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,25%
pada tahun 2012.
PT Bank Permata Tbk
a.
Pada tahun 2011, SGK memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan trust receipt dengan pagu kredit
masing-masing sebesar Rp1.000.000 dan US$3.000.000. Fasilitas kredit tersebut tersedia sampai dengan
tanggal 24 November 2012. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang ditempatkan pada bank
yang sama (Catatan 5), piutang usaha dan persediaan milik SGK (Catatan 6 dan 8) dan dikenakan bunga
dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 12% sampai dengan 12,5% pada tahun 2012 untuk kredit
rekening koran dan sebesar 6,5% pada tahun 2012 untuk pinjaman trust receipt.
b.
Pada tahun 2011, KKS memperoleh fasilitas kredit rekening koran dan trust receipt dengan pagu kredit
masing-masing sebesar Rp1.000.000 dan US$2.000.000. Fasilitas kredit tersebut tersedia sampai dengan
tanggal 24 November 2012. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang ditempatkan pada bank
yang sama (Catatan 5), piutang usaha dan persediaan milik KKS (Catatan 6 dan 8) dan dikenakan bunga
dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 12,0% pada tahun 2011 untuk kredit rekening koran dan sebesar
6,5% pada tahun 2011 pinjaman trust receipt.
11. HUTANG USAHA
Hutang usaha terdiri dari:
Maret 2012
Pihak ketiga
Rupiah
PT ICI Paint Indonesia
PT Mowilex
PT Propan Raya
PT Satya Langgeng Sentosa
PT Mulia Industrindo
PT American Standard Indonesia
PT Cipta Mortar Utama
PT Knauf Gypsum Indonesia
PT Osram Indonesia
PT Jotun Indonesia
PT Nipsea Indonesia
PT Satya Djaya Raya Trading
PT Aceoldfield
PT Perintis Teknoprima
PT Lingkar Matra
PT Sumbertaman Keramika
PT Kualimas Aditama
Lain-lain (di bawahRp5.000.000)
US Dollar
Mitsui & Co Ltd
Lanxees Pte Ltd
Kolon
Sikisui Speciality
Sojitz Indonesia
Wacker Chemical
Lain-lain (dibawah
Rp 1.000.000)
Jumlah pihak ketiga
11.
Desember 2011
123.415.873
60.516.153
49.680.238
27.665.780
19.991.474
13.798.706
13.671.532
12.238.684
9.963.465
9.514.385
9.329.582
7.455.600
6.970.666
6.542.660
5.872.467
5.661.973
4.154.267
190.044.158
89.644.629
69.656.257
55.262.249
26.976.842
16.354.644
10.642.812
13.018.955
10.673.777
10.658.808
7.707.715
9.849.113
6.880.102
6.303.919
7.818.523
6.546.978
1.386.660
5.140.132
168.052.406
27.104.717
2.391.231
994.378
-
32.968.972
966.123
1.004.281
2.475.564
1.638.737
2.312.231
11.815.673
3.994.811
618.793.660
567.935.240
HUTANG USAHA (lanjutan)
34
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Hutang usaha terdiri dari:
Maret 2012
Desember 2011
Pihak-pihak berelasi
PT Primagraha Keramindo
Hocheng Philippines Corporation
SB Furniture Thailand
Hocheng China Corporation
PT Caturkarda Depo Bangunan
PT Kreasi Sentosa Abadi
178.215.174
1.320.046
1.472.732
78.168
-
190.203.689
2.330.170
653.431
3.264
111.600
19.432
Jumlah pihak pihak berelasi
181.086.120
193.321.586
Rincian hutang usaha berdasarkan umur hutang adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Desember 2011
Pihak ketiga
Kurang dari 31 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
Lebih dari 90 hari
563.187.051
28.196.195
22.800.621
4.609.793
506.229.146
25.087.291
11.681.652
24.937.151
Pihak ketiga
618.793.660
567.935.240
Pihak-pihak berelasi
Kurang dari 31 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
Lebih dari 90 hari
172.102.219
3.263.228
2.527.040
3.193.634
174.667.539
3.688.822
1.202.722
528.935
Pihak-pihak berelasi
181.086.120
180.088.018
12. PERPAJAKAN
a. Pajak dibayar di muka terdiri dari:
Maret 2012
b.
Desember 2011
Perusahaan
Pajak pertambahan nilai
-
275.407
Entitas Anak
Pajak pertambahan nilai
4.530.395
570.883
Jumlah pajak dibayar dimuka
4.530.395
846.290
Taksiran tagihan pajak penghasilan terdiri dari:
Maret 2012
2012
2011
2010
2009
2006
2000
Jumlah tagihan pajak
penghasilan
Desember 2011
2.823.841
7.293.966
12.369.767
362.220
308.462
7.293.966
12.369.767
362.220
308.462
23.158.256
20.334.415
13. PERPAJAKAN (LANJUTAN)
35
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
c.
Hutang Pajak terdiri dari:
Maret 2012
Desember 2011
Perusahaan
Pajak penghasilan
Pasal 4 (2)
Pasal 21
Pasal 23
Pasal 25
Pasal 29
Pajak pertambahan nilai
399.049
2.064.279
1.042.711
3.540.779
2.274.479
121.198
1.528.665
2.018.229
1.042.711
1.995.542
-
Entitas Anak
Pajak penghasilan
Pasal 4 (2)
Pasal 21
Pasal 23
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 29
Pajak pertambahan nilai
326.569
458.488
358.402
7.500
2.357.789
-
88.320
1.155.710
117.050
357.419
1.839.921
-
12.830.045
10.264.765
Jumlah
d. Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan, seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi
dan taksiran penghasilan kena pajak Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret
2012 dan 2011 sebagai berikut:
Maret 2012
Laba (rugi) sebelum pajak
penghasilan menurut laporan
laba rugi konsolidasi
Laba sebelum pajak penghasilan
Entitas Anak
Laba yang belum direalisasi atas
Transaksi antar
perusahaan – bersih
Amortisasi Goodwill
Laba (rugi) sebelum pajak
penghasilan Perusahaan - bersih
Beda waktu:
Imbalan kerja karyawan - bersih
Pencadangan bersih (penghapusan)
Dari penurunan nilai piutang
Penyisihan persediaan usang
Penyusutan
Beda tetap:
Beban yang tidak dapat dikurangkan :
Representasi dan perjamuan
Penyusutan
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final
Pendapatan bunga
Pendapatan sewa
Taksiran penghasilan (rugi) kena
pajak Perusahaan
Maret 2011
27.309.871
28.084.129
(6.511.312)
(12.725.444)
(3.973.293)
-
(6.830)
16.825.266
15.351.855
2.072.754
1.726.151
327.786
603.746
127.109
276.921
463.860
106.057
399.703
351.179
224.497
383.644
(17.282)
(399.111)
(20.933)
(70.311)
20.291.151
18.441.742
12. PERPAJAKAN (LANJUTAN)
36
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
e. Perhitungan beban pajak kini dan taksiran hutang pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Taksiran penghasilan kena pajak
Perusahaan
Entitas Anak
Penghasilan kena pajak
Rugi fiskal awal
Rugi fiskal tahun berjalan
Rugi fiskal akhir periode
Akumulasi Kompensasi
rugi fiskal
Maret 201
20.291.151
18.441.742
9.055.060
(28.556.890)
(1.185.448)
(26.926.841)
16.261.177
(45.185.770)
(2.516.787)
(41.779.517)
(2.815.496)
(5.923.040)
Penghasilan kena
pajak - bersih
6.239.564
10.338.137
Pajak penghasilan kini
Perusahaan
Entitas Anak
5.072.788
1.559.891
4.610.436
2.584.534
6.632.679
7.194.970
42.901
356.518
3.128.132
140.746
133.148
2.284.651
3.527.552
2.558.544
2.496.770
378.955
989.481
1.930.704
251.387
1.319.990
3.865.206
3.502.081
1.545.236
2.051.891
Beban pajak penghasilan kini
Pajak penghasilan dibayar di muka
Perusahaan
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 25
Entitas Anak
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 25
Hutang (tagihan) pajak
penghasilan
Perusahaan
f.
Entitas Anak
Hutang pajak penghasilan
Taksiran Tagihan pajak
Penghasilan
518.525
601.430
(2.823.841)
(1.267.590)
Taksiran tagihan pajak
Penghasilan
(2.305.316)
(666.160)
Manfaat (beban) pajak tangguhan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah
sebagai berikut:
Maret 2012
Perusahaan
Pengaruh beda temporer
Imbalan kerja karyawan
- bersih
Pencadangan bersih (penghapusan)
Dari penurunan nilai piutang
Penyisihan persediaan usang
Penyusutan
Bersih
Maret 2011
518.189
431.538
81.947
150.937
31.777
69.230
115.965
26.514
782.850
643.247
12. PERPAJAKAN (LANJUTAN)
37
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
f.
Manfaat (beban) pajak tangguhan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2012 dan 2011 adalah
sebagai berikut:
Maret 2012
Entitas Anak
Rugi fiskal
Imbalan kerja karyawan
Pencadangan bersih (penghapusan)
Dari penurunan nilai piutang
Penyusutan
Penyisihan persediaan usang
Lain-lain
Bersih
Manfaat pajak
tangguhan - bersih
Maret 2011
(407.512)
258.496
(1.101.885)
211.562
24.473
(86.790)
39.331
9.932
22.060
111.695
29.579
16.022
(162.070)
(710.967)
620.780
(67.720)
g. Aktiva pajak tangguhan
Maret 2012
Perusahaan
Penyusutan
Liabilitas imbalan kerja
Pencadangan penurunan nilai
Piutang
Cadangan Persediaan Usang
Beban tangguhan
Entitas Anak
Rugi fiskal
Liabilitas Imbalan kerja
Pencadangan penurunan nilai
Piutang
Penyusutan
Cadangan persediaan usang
Beban tangguhan
Biaya konsultasi
Konsolidasi
Laba yang belum direalisasi
Atas transaksi antar
Perusahaan – bersih
Aktiva pajak tangguhan
Desember 2011
(251.213)
11.308.877
(282.983)
10.790.689
1.946.890
2.209.820
(33.655)
1.864.943
2.058.866
(33.655)
6.713.248
5.890.789
7.120.761
5.632.292
258.680
(2.651.531)
776.471
(756.259)
6.250
234.207
(2.394.810)
737.140
(936.118)
6.250
2.065.254
2.576.874
27.483.620
27.374.456
h. Lainnya
Pada tahun 2011, Perusahaan menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) untuk tahun pajak
2009. Berdasarkan SKPKB tersebut, Perusahaan terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21, 4(2)) dan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp184.740 yang dicatat sebagai beban pada tahun 2011. Di samping itu,
pada tanggal yang sama, Perusahaan juga menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (“SKPLB”) tanggal 23
Mei 2011 untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak
penghasilan badan Perusahaan untuk tahun 2009 sebesar Rp7.531.012 (lebih kecil dari jumlah tercatat
Rp599.138). Pada tanggal 13 Juni 2011, Perusahaan menerima pengembalian atas tagihan tersebut sebesar
Rp7.346.272 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp184.740).
Pada tahun 2011, MBI menerima SKPKB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB tersebut, MBI terhutang
tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21 dan 23) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp216.035. MBI
mengajukan keberatan atas kekurangan pengembalian tersebut sebesar Rp202.035, sisanya sebesar Rp13.971
dicatat sebagai beban pada tahun 2011. Di samping itu, pada tahun yang sama, MBI juga menerima SKPLB
tanggal 26 Mei 2011 untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan
pajak penghasilan MBI untuk tahun 2009 sebesar Rp275.132 (lebih kecil dari jumlah tercatat Rp38.270). MBI
mengajukan keberatan atas kekurangan pembayaran tersebut. Pada tanggal 30 Mei 2011, MBI menerima
12. PERPAJAKAN (LANJUTAN)
38
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
h. Lainnya (lanjutan)
pengembalian atas tagihan pajak tahun 2009 sebesar Rp59.097 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas
sebesar Rp216.035).
Di samping itu, berdasarkan SKPLB yang sama, rugi fiskal MBI tahun 2009 sebesar Rp6.939.264 dikoreksi
menjadi Rp5.331.482
Pada tahun 2011, MBI menerima keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatan perusahaan atas
SKPKB untuk tahun pajak 2006. Berdasarkan keputusan tersebut, Kantor Pajak menyetujui pengembalian
tagihan pajak MBI tahun 2006 sebesar Rp1.102.947 (lebih kecil dari jumlah tercatat sebesar Rp47.596) dan
pendapatan bunga sebesar Rp296.903.
Pada tahun 2011, CKS menerima SKPKB dan Surat Tagihan Pajak (“STP”) untuk tahun pajak 2009.
Berdasarkan SKPKB dan STP tersebut, Perusahaan terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21, 23 dan
29) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp663.076 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011.
Pada tahun 2011, KKS menerima SKPKB dan STP untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB dan STP
tersebut, KKS terhutang tambahan Pajak Penghasilan (Pasal 21 dan 23) dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp135.603 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011.
Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak KKS tahun 2009 sebesar Rp1.972.961 (lebih kecil dengan jumlah yang
tercatat sebesar Rp363.968). Pada tanggal 30 Mei 2011, KKS menerima tagihan tersebut sebesar Rp1.843.241
(setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp129.720)
Pada tanggal 27 April 2011, CMSS menerima SKPKB dan STP untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPKB
dan STP tersebut, CMSS terhutang tambahan Pajak Penghasilan (pasal 21, 23 dan 4 (2)) dan Pajak
Pertambahan Nilai beserta dendanya sejumlah Rp427.830 yang dibebankan sebagai beban tahun 2011. Di
samping itu, pada tanggal yang sama, CMSS juga menerima SKPLB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan
SKPLB tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak CMSS tahun 2009 sebesar Rp933.548 (lebih kecil dari
jumlah tercatat Rp941.962), sedangkan sisanya sejumlah Rp8.414 dikompensasikan dengan hutang Pajak
Penghasilan pasal 21 bulan Januari 2011. Pada tanggal 31 Mei 2011, CMSS menerima tagihan tersebut
sebesar Rp505.718 (setelah dikurangi dengan SKPKB diatas sebesar Rp427.830).
Pada tahun 2011, HCG menerima SKPKB untuk tahun pajak 2007 dan 2009. Berdasarkan SKPKB tersebut,
HCG terhutang tambahan Pajak Penghasilan (pasal 21, 25/29) sebesar Rp5.078 yang dicatat sebagai beban
pada tahun 2011. Di samping itu,HCG juga menerima SKPLB untuk tahun pajak 2009. Berdasarkan SKPLB
tersebut, Kantor Pajak menyetujui tagihan pajak HCG tahun 2009 sebesar Rp145.161(setelah dikurangi dengan
SKPKB diatas sebesar Rp5.078), yang diterima oleh HCG pada tanggal 21 April 2011.
Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2007 tentang “Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan
Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka”, yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008, mengatur
tentang perseroan terbuka dalam negeri di Indonesia yang dapat memperoleh penurunan tarif Pajak
Penghasilan sebesar 5,00% lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal
17 ayat 1b Undang-undang Pajak Penghasilan, dengan memenuhi kriteria yang ditentukan, yaitu perseroan
yang saham atau efek bersifat ekuitas lainnya tercatat di Bursa Efek Indonesia yang jumlah kepemilikan saham
publiknya 40,00% atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh
300 (tiga ratus) pihak, masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5,00% dari keseluruhan
saham yang disetor. Ketentuan sebagaimana dimaksud harus dipenuhi oleh perseroan terbuka dalam waktu
paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, berdasarkan surat keterangan No. DE/I/2011-0004
yang diterbitkan oleh PT Datindo Entrycom (biro administrasi efek) tanggal 5 January 2012, Perusahaan telah
memenuhi kriteria tersebut dan oleh karenanya telah menerapkan penurunan tarif pajak ini terhadap beban
pajak kini untuk tahun 2011.
39
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA
Akun ini merupakan pinjaman yang diperoleh Perusahaan dan Entitas Anak dan terdiri dari:
Maret 2012
Desember 2011
Hutang bank jangka panjang
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Jasa Jakarta
198.424.823
16.340.991
2.698.150
63.423.176
16.477.924
2.998.546
2.707.192
2.864.502
203.272
227.022
220.374.427
85.991.170
19.966.425
1.161.395
906.092
15.693.648
1.624.170
1.106.053
PT Bank Rabobank International
Indonesia
633.764
631.930
Pinjaman lainnya
PT BCA Finance
101.181
98.678
Jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
22.768.569
19.154.479
Bagian yang jatuh tempo lebih dari
satu tahun
197.605.569
66.836.691
PT Bank Rabobank International
Indonesia
Pinjaman lainnya
PT BCA Finance
Jumlah
Dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Hutang bank jangka panjang
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Jasa Jakarta
PT Bank Central Asia Tbk
Pada tanggal 22 Juli 2010, berdasarkan akta notaris No. 13 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan BCA
setuju untuk memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran (Catatan 10) dan fasilitas bank garansi
yang telah dimiliki oleh Perusahaan, sampai dengan 11 Juni 2011. Di samping itu, Perusahaan juga memperoleh
beberapa fasilitas kredit baru dari BCA sebagai berikut:
1.
Time loan (TL) 1 dan 2 yang masing-masing digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman Perusahaan dari
bank sindikasi (tranche B) dan pembelian barang konsumsi dari PT Procter & Gamble Home Products
Indonesia (pemasok) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp. 205.000.000 dan Rp. 30.000.000.
2.
Kredit investasi (KI) 1, 2 , 3 yang masing-masing digunakan untuk (1) pembangunan gudang Perusahaan di
Padang, Kediri dan Pangkalpinang, (2) mendanai pelunasan pinjaman Perusahaan dari PT Bank Rabobank
International Indonesia, (3) mendanai pelunasan pinjaman bank sindikasi (Tranche A) dengan pagu kredit
masing-masing sebesar Rp19.875.000, Rp3.719.000, dan Rp. 8.250.000.
Jatuh tempo pinjaman TL dan KI 3 (Catatan 10) adalah masing-masing pada tanggal 11 dan 19 Juni 2011,
sedangkan pinjaman KI 1 dan 2 terhutang dalam cicilan bulanan masing-masing sampai dengan bulan Juni 2017
dan Desember 2016.
Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan dan
BCA setuju untuk merubah perjanjian kredit dengan memperpanjang jangka waktu fasilitas kredit rekening koran,
TL (Catatan 10) dan fasilitas bank garansi sampai dengan 11 Juni 2012. Pinjaman KI 3 telah dilunasi Perusahaan
pada tanggal jatuh temponya. Selain itu, BCA menambah pagu kredit pinjaman TL 2 menjadi sebesar
Rp130.000.000, serta memberikan tambahan fasilitas baru yaitu fasilitas KI 4 dan 5 dengan pagu kredit masingmasing sebesar Rp10.000.000 dan Rp 16.000.000. Pinjaman KI 4 digunakan untuk pembagunan kantor di
Banjarmasin sedangkan pinjaman KI 5 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman dari PT Bank Maybank
Syariah Indonesia. Pinjaman KI 4 dan 5 terhutang dalam cicilan triwulanan sampai dengan tahun 2018 untuk KI 4
dan 2014 untuk KI 5.
13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA (lanjutan)
40
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
PT Bank Central Asia Tbk (lanjutan)
Seluruh pinjaman di atas tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 9 % pada Maret
2012 dan 9,5% pada tahun 2011 dan dijamin dengan jaminan yang sama dengan jaminan untuk fasilitas kredit
rekening koran (Catatan 10).
Berdasarkan syarat dalam perjanjian kredit, Perusahaan diwajibkan untuk mematuhi beberapa kondisi tertentu,
diantaranya adalah menjaga rasio-rasio keuangan tertentu. Pada tanggal 31 Maret 2012, semua rasio keuangan
tersebut telah terpenuhi.
Pada tanggal 12 Juli 2010, CMSS juga memperoleh beberapa fasilitas kredit dari BCA sebagai berikut:
1.
Time loan (TL) dengan pagu kredit sebesar Rp15.000.000 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman
CMSS dari PT Bank UOB Indonesia.
2.
Kredit investasi (KI) 1, 2 dan 3 dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp7.500.000, Rp5.300.000 dan
Rp8.500.000 digunakan untuk mendanai pelunasan pinjaman CMSS dari PT Bank UOB Indonesia.
3.
Kredit investasi (KI) 4 dengan pagu kredit Rp. 40.000.000 digunakan untuk mendanai pembukaan 2 outlet
baru.
Jatuh tempo pinjaman TL (Catatan 10) adalah pada tanggal 11 Juni 2012, sedangkan pinjaman KI 1, 2 ,3 dan
masing-masing adalah 12 November 2012, 12 Maret 2014 , 12 September 2015 dan 26 September 2018. Seluruh
pinjaman dari BCA tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 9,5 % dan dijamin
dengan jaminan yang sama dengan jaminan untuk fasilitas kredit rekening koran (Catatan 10).
Pada tanggal 24 November 2010, CALS memperoleh fasilitas kredit investasi dari BCA dengan pagu kredit sebesar
Rp8.000.000. Jatuh tempo pinjaman ini adalah selama tujuh tahun termasuk grace period selama satu tahun dan
terhutang dalam cicilan bulanan. Pinjaman ini digunakan untuk membiayai perluasan gudang CALS di Palembang.
Pinjaman tersebut dikenakan suku bunga tahunan sebesar 9,5 % pertahun dan dijamin dengan tanah dan bangunan
milik Tn. Budyanto Totong dan Tn. Simonardi Setiawan (pihak pihak yang berelasi).
PT Bank Danamon IndonesiaTbk
Pada tanggal 13 Agustus 2010, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit open account financing buyer (OAF) dan
kredit angsuran berjangka (KAB) dengan pagu kredit masing-masing sebesar Rp10.000.000 dan 18.658.000 yang
digunakan untuk modal kerja dan program investasi Perusahaan. Jatuh tempo fasilitas OAF adalah tanggal 13
Agustus 2011. Pada tanggal 13 Agustus 2011, Perusahaan dan Danamon setuju untuk mengubah OAF menjadi
fasilitas kredit rekening koran (PRK) dan kredit berjangka (KB) dengan pagu kredit masing-masing sebesar
Rp5.000.000, serta memperpanjang jangka waktu kredit sampai dengan tanggal 13 Augustus 2012 (Catatan 10).
Fasilitas KAB terhutang dalam cicilan bulanan sampai dengan tanggal 13 Agustus 2017. Selama 2011, Perusahaan
melakukan 3 penarikan tambahan dari fasilitas KAB, pada bulan Maret, Mei dan Juli masing-masing sebesar
Rp4.000.000, Rp4.000.000 dan Rp4.311.870 yang akan dicicil dalam cicilan bulanan dimulai sejak bulan Maret, Mei
dan Juli 2013 sampai dengan bulan Maret, Mei dan Juli 2018.
Pinjaman tersebut dijamin dengan piutang, persediaan dan tanah milik Perusahaan (Catatan 6, 8 dan 9). Pinjaman
KAB tersebut dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,25% pada Maret 2012 dan 2011.
PT Bank Jasa Jakarta
a.
b.
KKS memperoleh fasilitas kredit angsuran dengan pagu kredit sebesar Rp188.800. Pinjaman tersebut dijamin
dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku
bunga tahunan berkisar antara 11,50% sampai dengan 13,04% pada tahun 2011 dan 2010. Pinjaman tersebut
terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu tiga tahun sampai dengan tanggal 10 April 2014.
Pada tanggal Juni 2007, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Jasa Jakarta dengan pagu kredit
sebesar Rp. 6.000.000 yang digunakan oleh Perusahaan untuk membiayai pembelian tanah di Jl. Daan Mogot
Prima II Kav. No. 19 dan No. 20, Jakarta Barat. Pinjaman tersebut dijamin dengan tanah yang dimilikili melalui
hutang tersebut. Pinjaman tersebut harus dicicil secara bulanan selama jangka waktu 7 tahun sampai dengan 8
September 2014 dan dikenakan tingkat bunga tahunan 11 % sampai Maret 2012. (Catatan 9).
13. HUTANG BANK JANGKA PANJANG DAN PINJAMAN LAINNYA (lanjutan)
41
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
PT Bank Jasa Jakarta (lanjutan)
c. Pada tanggal 7 Agustus 2009, CKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp435.600 yang
digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui
hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10% pada
Maret 2012. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu 3 (tiga) tahun sampai
dengan tanggal 7 Juli 2012.
PT Bank Rabobank International Indonesia
Pada tahun 2008, KKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp4.550.000 yang digunakan oleh
KKS untuk membiayai pembelian bangunan di Tangerang. Pinjaman tersebut dijamin dengan hak atas tanah dan
bangunan yang dimiliki melalui hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga
tahunan sebesar 11 % pada Maret 2012. Pinjaman tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu
delapan tahun sampai dengan tahun 2016.
Pada September 2010, KKS juga memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp185.000 yang
digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui
hutang tersebut (Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 11,50% .Pinjaman
tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu 3 tahun sampai dengan bulan September 2013.
PT BCA Finance
Pada tahun 2011, KKS memperoleh fasilitas kredit dengan pagu kredit sebesar Rp304.560 yang digunakan untuk
membiayai pembelian kendaraan. Pinjaman ini dijamin dengan kendaraan yang dimiliki melalui hutang tersebut
(Catatan 9) dan dikenakan bunga dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 10,06% pada Maret 2012. Pinjaman
tersebut terhutang dalam cicilan bulanan selama jangka waktu tiga tahun sampai dengan tanggal 15 Februari 2014.
14. LIABILITAS IMBALAN KERJA
Perusahaan dan Entitas Anak memberikan imbalan kerja kepada karyawannya yang telah mencapai usia pensiun
yaitu 55 tahun sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Kewajiban
imbalan kerja tersebut tidak didanai.
Tabel berikut menyajikan ringkasan jumlah yang dicatat dalam laporan posisi keuangan konsolidasian untuk
liabilitas imbalan kerja sesuai dengan perhitungan sementara.
Mutasi liabilitas imbalan kerja adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Desember 2011
Saldo awal tahun
Penyisihan selama tahun berjalan
Pembayaran selama tahun berjalan
65.691.924
3.220.749
(114.010)
57.999.551
12.691.408
(4.999.035)
Liabilitas yang diakui di neraca
68.798.664
65.691.924
15. KEPENTINGAN NON PENGENDALI
Rincian jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang
dikonsolidasikan adalah sebagai berikut:
Maret 2012
PT Kusuma Kemindo Sentosa
PT Caturadiluhur Sentosa
PT Catur Hasil Sentosa
PT Catur Shaw Brother
PT Catur Logamindo Sentosa
PT Eleganza Tile Indonesia
PT Satya Galang Kemika
PT HCG Indonesia
PT Caturaditya Sentosa
PT Catur Mitra Sejati Sentosa
PT Catur Karda Sentosa
Desember 2011
16.630.195
11.685.509
9.566.161
7.996.381
4.873.678
6.711.018
3.795.234
3.379.663
2.505.906
652.379
152.349
16.560.398
10.964.718
9.084.809
5.761.315
4.791.191
5.222.583
3.932.330
3.340.327
2.403.794
638.246
152.365
15. KEPENTINGAN NON PENGENDALI (lanjutan)
42
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Rincian jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang
dikonsolidasikan adalah sebagai berikut: (lanjutan)
Maret 2012
PT Mitra Bali Indah
Jumlah
Desember 2011
75.300
76.872
68.023.771
62.928.948
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non pengendali Entitas Anak yang dikonsolidasikan
adalah sebesar Rp. 1.811.722 pada Maret 2012 dan Rp. 8.259.034 pada Desember 2011
16. MODAL SAHAM
Rincian pemegang saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Pemegang saham
Jumlah saham
ditempatkan dan
disetor penuh
PT Buanatata Adisentosa
PT Ekasentosa Jayasukses
Tn. Budyanto Totong
(Direktur Utama)
Tn. Darmawan Putra
Totong (Komisaris)
Ny. Dra. Tjia Tjhin Hwa (Direktur)
Lain-lain – publik (masing-masing
dibawah 5%)
Jumlah
2.895.037.800
Persentase
pemilikan
Jumlah
825.345.000
456.142.000
28,51
15,76
82.534.500
45.614.200
85.200.000
2,94
8.520.000
60.950.000
10.079.000
2,11
0,35
6.095.000
1.007.900
1.457.321.800
50,34
145.732.180
100,00
289.503.780
17. TAMBAHAN MODAL DISETOR
Rincian tambahan modal disetor pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Jumlah
Penawaran umum perdana (IPO) 600.000.000 saham dengan harga
Rp200 per saham
Biaya-biaya penerbitan saham
dalam rangka IPO
60.000.000
Saldo 31 Maret 2012
51.456.262
(8.543.738)
18. PENJUALAN BERSIH
Rincian penjualan bersih konsolidasian berdasarkan kelompok produk utama adalah sebagai berikut:
Jenis Produk
Keramik
Cat
Bahan-bahan kimia
Perlengkapan kamar mandi dan dapur
Kaca dan glass block
Alat listrik
Partisi
Home Etc
Perangkat Keras
Pipa
Atap gelombang dan genteng
Semen
Kuas cat
Maret 2012
Maret 2011
421.839.814
328.980.981
63.707.929
53.816.819
41.803.980
31.354.307
20.698.007
18.588.052
17.514.821
16.602.245
12.635.968
11.384.993
8.076.189
356.067.601
297.283.311
62.412.083
46.538.260
36.420.158
27.661.381
14.963.864
12.409.422
15.995.469
13.688.685
10.369.880
7.514.155
6.744.219
18. PENJUALAN BERSIH (lanjutan)
43
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Rincian penjualan bersih konsolidasian berdasarkan kelompok produk utama adalah sebagai berikut: (lanjutan)
Jenis Produk
Alat pertukangan
Lain-lain
Jumlah
Maret 2012
Maret 2011
4.543.523
109.257.064
5.031.681
74.714.629
1.160.804.693
987.814.799
Penjualan kepada pihak-pihak berelasi (Catatan 7a) mencapai 0,53% dan 0,33% dari penjualan bersih
konsolidasian masing-masing untuk bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011.
Perusahaan dan Entitas Anak tidak melakukan penjualan kepada pihak tertentu yang melebihi 10% dari penjualan
bersih konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011.
19. BEBAN POKOK PENJUALAN
Rincian beban pokok penjualan adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Persediaan barang dagang - awal
Maret 2011
828.839.225
655.446.478
Pembelian bersih
1.012.427.561
857.608.407
Tersedia untuk dijual
1.841.266.786
1.513.054.885
Persediaan barang dagang - akhir
(838.958.552)
(655.748.778)
Jumlah beban pokok penjualan
1.002.308.234
857.306.107
Pembelian dari pihak-pihak berelasi (Catatan 7b) mencapai 20,08 % dan 21,84 % dari jumlah penjualan masingmasing untuk bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2012 dan 2011.
20. BEBAN USAHA
Rincian beban usaha adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Beban penjualan dan distribusi
Gaji dan tunjangan
Pengangkutan
Penyusutan
Sewa
Promosi
Kantor
Perjalanan dinas
Pemeliharaan
Keamanan dan kebersihan
Pajak dan perijinan
Penyisihan barang rusak
Perlengkapan kantor
Asuransi
Pembungkus
Alat tulis & cetakan
Penyisihan piutang ragu-ragu
Lain-lain (di bawah Rp 300 juta)
Jumlah
Maret 2011
34.510.442
8.177.343
7.025.720
6.458.705
6.344.372
3.686.768
2.910.731
2.302.268
1.363.478
1.198.616
761.069
737.444
548.007
508.574
467.972
425.679
1.085.897
28.673.813
7.473.689
6.247.534
3.667.822
5.385.512
3.091.918
2.419.412
1.929.597
1.639.504
871.684
588.267
737.040
508.437
391.481
401.876
365.162
742.765
78.513.086
65.135.514
20. BEBAN USAHA (lanjutan)
44
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Rincian beban usaha adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Beban umum dan administrasi
Gaji dan tunjangan
Administrasi Bank
Penyusutan
Kantor (Listrik, air, telepon)
Perjalanan dinas
Sewa
Jasa Professional
Pemeliharaan
Perlengkapan Kantor
Pajak dan perijinan
Alat tulis & cetakan
Lain-lain (di bawah Rp 200 juta)
Jumlah
Jumlah beban usaha
Maret 2011
24.033.819
2.566.359
1.980.758
1.943.094
1.561.173
839.417
540.323
497.299
395.292
360.313
247.495
692.897
20.373.722
1.921.021
2.057.659
1.609.713
1.372.633
905.260
666.151
427.918
381.130
188.682
286.805
739.076
35.658.238
30.929.770
114.171.324
96.065.284
21. INFORMASI SEGMEN
Berdasarkan informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi kinerja segmen dan
menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki, Perusahaan dan Entitas Anak menggunakan segmen usaha
sebagai segmen primer dan segmen geografis sebagai segmen sekunder.
Informasi segmen konsolidasi menurut segmen primer adalah sebagai berikut:
Distribusi
Retail
Jumlah
Maret 2012
Penjualan bersih
Laba bruto
902.816.661
257.988.032
1.160.804.693
98.917.161
51.170.528
150.087.689
Beban usaha tidak dapat dialokasikan
(114.171.324)
Laba usaha
Penghasilan (beban) lain-lain yang
tidak dapat dialokasikan
Pendapatan bunga
Beban Keuangan
Lain lain bersih
35.916.365
154.800
(12.936.104)
4.174.809
Laba sebelum pajak penghasilan
Beban pajak penghasilan - bersih
27.309.871
(6.011.899)
Laba bersih periode berjalan
21.297.972
Aktiva segmen
1.719.938.710
566.222.639
2.286.161.349
Kewajiban segmen
1.306.961.274
359.764.815
1.666.726.089
21. INFORMASI SEGMEN (lanjutan)
45
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Informasi segmen konsolidasi menurut segmen primer adalah sebagai berikut: (lanjutan)
Distribusi
Retail
Jumlah
Maret 2011
Penjualan bersih
Laba bruto
763.886.643
223.928.156
987.814.799
88.528.153
41.980.539
130.508.692
Beban usaha tidak dapat dialokasikan
(96.065.284)
Laba usaha
34.443.408
Penghasilan (beban) lain-lain yang
tidak dapat dialokasikan
Pendapatan bunga
Beban keuangan
Lain lain bersih
457.644
(12.169.170)
5.352.248
Laba sebelum pajak penghasilan
28.084.129
Beban pajak penghasilan - bersih
(7.262.689)
Laba bersih periode berjalan
20.821.440
Aktiva segmen
Kewajiban segmen
1.285.734.431
470.694.406
1.756.428.837
931.582.549
281.105.419
1.212.687.968
Informasi penjualan bersih berdasarkan segmen geografis sebagai segmen sekunder adalah sebagai berikut:
Maret 2012
Jawa dan Bali
Sumatera
Sulawesi
Kalimantan
Jumlah
Maret 2011
967.486.271
100.787.464
51.014.216
41.516.742
827.571.599
87.611.352
38.074.551
34.557.297
1.160.804.693
987.814.799
22. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN PERIKATAN
a. Pada tahun 2010, Perusahaan mengadakan perjanjian distribusi dengan PT Procter & Gamble Home Products
Indonesia (supplier), dimana dalam perjanjian ini Perusahaan ditunjuk sebagai distributor atas beberapa produk
tertentu dalam suatu wilayah dan dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian.
b. Perusahaan dan Entitas Anak tertentu mengadakan perjanjian dengan beberapa pemasok, dimana Perusahaan
dan/atau Entitas Anak ditunjuk sebagai distributor atau sub-distributor atas beberapa produk tertentu dalam
suatu wilayah dan dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Perjanjian-perjanjian tersebut
dijamin dengan bank garansi dari bank-bank tertentu (Catatan 10, 24h dan 24i). Selain itu, perjanjian distribusi
yang dilakukan CAS dengan pemasok tertentu dijamin dengan piutang dan persediaan milik CAS (Catatan 6
dan 8).
c. Perusahaan dan beberapa Entitas Anak mengadakan perjanjian dengan beberapa pihak sehubungan dengan
penyewaan bangunan kantor, toko dan gudang yang digunakan untuk kegiatan operasi. Perjanjian-perjanjian
tersebut memiliki jangka waktu antara satu tahun sampai dengan 15 tahun.
d. Pada tanggal 27 Juni 2011, Perusahaan dan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk melakukan perubahan atas perjanjian kredit
(Catatan 10), dimana dalam perubahan tersebut termasuk melakukan penurunan jumlah fasilitas Bank Guarantee line 1 (BG
1) yang semula Rp16.500.000 menjadi Rp3.000.000. Dalam perubahan itu PT Bank Ekonomi Raharja Tbk setuju untuk
memperpanjang jangka waktu BG 1 sampai dengan tanggal 29 Juni 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011, fasilitas bank
garansi yang belum digunakan adalah sebesar Rp3.000.000..
46
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
22. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN PERIKATAN (lanjutan)
e.
Perusahaan memperoleh fasilitas kredit berupa penerbitan letter of credit (L/C) dengan nilai sebesar
US$350.000 dari PT Bank Rabobank International Indonesia, yang digunakan untuk menjamin pembayaran
Perusahaan kepada pemasok sehubungan dengan pembelian bahan baku atau barang modal Perusahaan.
Jangka waktu fasilitas kredit tersebut telah diperpanjang sampai dengan tanggal 17 Mei 2012.
f.
Pada bulan Juni 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian hutang piutang dengan CMSS dan MBI, dimana
Perusahaan setuju untuk memberikan pinjaman kepada CMSS dan MBI untuk keperluan modal kerja dengan
batas maksimum sebesar Rp54.750.000. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Desember
2014. Pinjaman tersebut dikenakan bunga sesuai suku bunga pasar. Pendapatan bunga yang diterima oleh
Perusahaan dan beban bunga yang dibayar oleh CMSS dan MBI sebesar Rp3.326.581 dan Rp7.888.494
masing-masing pada tahun 2011 dan 2010 telah dieliminasi dalam laporan keuangan konsolidasi.
g.
Pada bulan Desember 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian sewa menyewa dengan PT Buanatata
Adisentosa (pemegang saham) sehubungan dengan rencana Perusahaan untuk menyewa sebuah gudang
dengan jangka waktu sewa lima tahun dimulai sejak tanggal 1 Januari 2009 dengan harga sewa Rp3.750.000.
Biaya sewa sebesar Rp750.000 telah dibebankan masing-masing ke operasi tahun 2011 dan 2010 (Catatan
7c).
h.
Pada bulan November 2008, CAS memperoleh beberapa fasilitas bank garansi (Catatan 24b) dengan
keseluruhan jumlah sebesar Rp2.175.000 dari PT Bank Ekonomi Raharja Tbk sehubungan dengan kewajiban
CAS kepada PT Mulia Industrindo Tbk (pemasok). Untuk memperoleh fasilitas bank garansi tersebut, CAS
harus membuka deposito dengan jumlah yang sama dengan keseluruhan nilai fasilitas bank garansi tersebut,
yang dicatat sebagai bagian dari “Aset Tidak Lancar Lainnya” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
Fasilitas bank garansi tersebut tersedia sampai dengan tanggal 1 November 2012.
i.
Pada tanggal 8 Agustus 2011, berdasarkan akta notaris No. 5 dari Arnasya A. Pattinama, S.H., Perusahaan
dan BCA setuju untuk merubah perjanjian kredit dimana dalam perubahan tersebut, BCA menyetujui
perpanjangan fasilitas Bank Garansi sebesar Rp20.000.000 (Catatan 10) yang diberikan kepada Perusahaan,
serta memberikan tambahan sub-limit Bank Garansi sebesar Rp5.000.000. pada tanggal 31 Desember 2011,
fasilitas Bank Garansi yang belum terpakai sebesar Rp2.680.000.
j.
Pada tanggal 5 Agustus 2011, CMSS memperoleh fasilitas bank garansi, omnibus L/C dan forward line dengan
jumlah masing-masing sebesar Rp5.000.000, US$4.000.000 dan US$2.000.000 dari PT Bank Central Asia Tbk
yang masing-masing akan digunakan untuk counter-guarantee, impor barang, dan hedging. Fasilitas tersebut
tersedia sampai dengan tanggal 11 Juni 2012. Untuk fasilitas bank garansi dapat digunakan juga oleh CSB,
sedangkan fasilitas omnibus L/C dapat digunakan juga oleh CSB dan ETI.
23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN
Instrumen keuangan utama Perusahaan dan Entitas Anak terdiri dari kas dan setara kas dan hutang dan
pinjaman. Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai aset dan liabilitas keuangan yang lain seperti piutang usaha
dan lain-lain dan hutang usaha dan lain-lain, yang timbul langsung dari kegiatan usahanya.
Risiko utama dari instrumen keuangan Perusahaan adalah risiko suku bunga, risiko kredit, risiko likuiditas dan
risiko mata uang. Penelaahan direktur dan kebijakan yang disetujui untuk mengelola masing-masing risiko ini
dijelaskan secara detail sebagai berikut:
a. Risiko tingkat suku bunga
Risiko tingkat suku bunga adalah risiko bahwa nilai wajar atau arus kas dimasa depan dari instrumen keuangan
akan berfluktuasi akibat dari berubahnya suku bunga pasar. Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi risiko
atas perubahan suku bunga pasar sehubungan dengan hutang bank Perusahaan dan Entitas Anak yang
dikenakan tingkat suku bunga mengambang.
Perusahaan dan Entitas Anak melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pergerakan suku bunga pasar
untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap Perusahaan dan Entitas Anak. Di samping itu, Perusahaan dan
Entitas Anak berusaha mengurangi risiko tingkat suku bunganya dengan cara mengurangi biaya operasional
Perusahaan dan Entitas Anak.
47
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN (lanjutan)
b. Risiko kredit
Risiko kredit yang dihadapi oleh Perusahaan dan Entitas Anak berasal dari kredit yang diberikan kepada
pelanggan. Untuk mengurangi resiko ini, ada kebijakan untuk memastikan penjualan produk hanya
didistribusikan kepada pelanggan yang dapat dipercaya dan terbukti mempunyai sejarah kredit yang baik. Ini
merupakan kebijakan Perusahaan dan Entitas Anak dimana semua pelanggan yang akan melakukan pembelian
secara kredit harus melalui prosedur verifikasi kredit. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan yang
membatasi jumlah kredit untuk pelanggan tertentu.
Di samping itu, Perusahaan dan Entitas Anak akan menghentikan penyaluran semua produk kepada pelanggan
yang telat/gagal bayar. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi
kemungkinan piutang yang tidak tertagih.
Sehubungan dengan risiko kredit yang timbul dari aset keuangan lainnya yang mencakup kas dan setara kas,
investasi jangka pendek dan aset tidak lancar lainnya, risiko kredit yang dihadapi Perusahaan dan Entitas Anak
timbul karena wanprestasi dari counterparty. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan untuk tidak
menempatkan investasi pada instrument yang memiliki risiko kredit tinggi dan hanya menempatkan investasinya
pada bank-bank dengan peringkat kredit yang tinggi.
c. Risiko likuiditas
Perusahaan dan Entitas Anak mengelola profil likuiditasnya untuk dapat mendanai pengeluaran modalnya dan
membayar hutang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara kas, dan ketersediaan
pendanaan melalui jumlah fasilitas kredit berkomitmen yang cukup.
Perusahaan dan Entitas Anak secara regular mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual dan terus
menerus menilai kondisi pada pasar keuangan dalam mencari kesempatan untuk mengejar inisiatif
penggalangan dana. Inisiatif-inisiatif ini termasuk hutang bank dan pinjaman dan penerbitan saham di pasar
modal.
d. Risiko mata uang asing
Mata uang pelaporan Perusahaan dan Entitas Anak adalah rupiah. Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi
risiko nilai tukar mata uang asing karena pinjaman, penjualan dan pembelian dalam mata uang dolar Amerika
Serikat atau harga yang secara signifikan dipengaruhi oleh tolak ukur perubahan harganya dalam mata uang
asing (terutama dolar AS) seperti yang dikutip dari pasar internasional.
Perusahaan dan Entitas Anak tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata
uang asing. Akan tetapi, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf di atas, fluktuasi dalam
nilai tukar rupiah dan dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Perusahaan dan Entitas
Anak.
Manajemen modal
Tujuan utama pengelolaan modal Perusahaan dan Entitas Anak adalah untuk memastikan pemeliharaan rasio
modal yang sehat untuk mendukung usaha dan memaksimalkan imbalan bagi pemegang saham.
Perusahaan dan Entitas Anak tertentu disyaratkan untuk memelihara tingkat permodalan tertentu oleh perjanjian
pinjaman. Persyaratan permodalan eksternal tersebut telah dipenuhi oleh entitas terkait pada tanggal 31 Maret
2012 dan Desember 2011. Selain itu, Perusahaan dan Entitas Anak juga dipersyaratkan oleh Undang-undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, efektif sejak tanggal 16 Agustus 2007, untuk mengalokasikan
sampai dengan 20% dari modal saham diterbitkan dan dibayar penuh ke dalam dana cadangan yang tidak boleh
didistribusikan.
Perusahaan dan Entitas Anak mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian, bila diperlukan,
berdasarkan perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur permodalan,
Perusahaan dan Entitas Anak dapat menyesuaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham, imbalan
modal kepada pemegang saham atau menerbitkan saham baru. Tidak ada perubahan atas tujuan, kebijakan
maupun proses pada bulan yang berakhir tanggal 31 Maret 2012 dan Desember 2011.
23. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN (lanjutan)
48
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Manajemen modal (lanjutan)
Perusahaan dan Entitas Anak mengawasi modal dengan menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER),
dengan membagi liabilitas berbunga dengan ekuitas. Kebijakan Perusahaan dan Entitas Anak adalah menjaga
DER dalam kisaran dari perusahaan terkemuka dalam industri sejenis di Indonesia untuk mengamankan akses
terhadap pendanaan pada biaya yang rasional. Perusahaan dan Entitas Anak menyertakan dalam liabilitas
berbunga, hutang bank jangka pendek dan liabilitas jangka panjang (termasuk hutang bank jangka panjang dan
hutang sewa pembiayaan). Yang dikelola sebagai modal oleh manajemen adalah modal saham, ekuitas yang
dapat diatribusikan kepada entitas induk dan kepentingan nonpengendali.
24. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Berikut ini ikhtisar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) revisi dan baru, yang telah diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan relevan bagi Perusahaan dan Entitas Anak yang akan efektif
pada tanggal 1 Januari 2012 :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
PSAK No. 10 (Revisi 2010), ”Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”, menetapkan bagaimana
memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam
laporan keuangan suatu entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang
pelaporan.
PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, sehingga pengguna
laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas dalam aset tetap dan
perubahan dalam investasi tersebut. Masalah utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset,
penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilainya.
PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”, mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja.
PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”, mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik
bagi lessee maupun lessor terkait dengan sewa, yang berlaku untuk perjanjian yang mengalihkan hak
untuk menggunakan aset meskipun penyediaan jasa substansial oleh lessor tetap diperlukan dalam
mengoperasikan atau memelihara aset tersebut.
PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Akuntansi Pajak Penghasilan”, menetapkan perlakuan akuntansi untuk pajak
penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan (penyelesaian)
jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan konsolidasian;
serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada tahun kini yang diakui pada laporan keuangan.
PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, mengatur prinsip penyajian instrumen
keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.
PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip
dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau
penjualan item nonkeuangan. Persyaratan penyajian informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK
No. 50 (revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”. Persyaratan pengungkapan informasi instrumen
keuangan diatur dalam PSAK No. 60 “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.
PSAK No. 56 (Revisi 2011), “Laba per Saham”, menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per
saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama
dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama.
PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, mensyaratkan pengungkapan dalam laporan
keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan atas
posisi dan kinerja keuangan; dan jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang
mana entitas terekspos selama tahun dan pada akhir tahun pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola
risiko-risiko tersebut.
Perusahaan dan Entitas Anak tidak menerapkan lebih dini PSAK ini. Perusahaan dan Entitas Anak sedang
mengevaluasi dampak dari PSAK revisi dan baru tersebut dan belum menentukan dampaknya terhadap
laporan keuangan konsolidasian Perusahaan.
25. PEMBENTUKAN SALDO LABA YANG TELAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA.
Dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Perusahaan yang diselenggarakan pada tanggal 24 Mei 2011,
yang telah diaktakan dalam akta notaris Fransiskus Wanto Widjaja, S.H. No. 9, pemegang saham memutuskan
untuk, antara lain, membentuk dana cadangan umum sebesar Rp200.000 dari saldo laba dan membagikan dividen
kas sejumlah Rp5.790.076 kepada pemegang saham. Dividen kas tersebut telah dibayar pada tanggal 11 Oktober
2011.
49
PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per
31 Maret 2012 dan 31 DESEMBER 2011 SERTA UNTUK PERIODE
TIGA BULAN YANG BERAKHIR 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011
(Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain)
25. PEMBENTUKAN SALDO LABA YANG TELAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA. (lanjutan)
Dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Perusahaan yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2010,
yang telah diaktakan dalam akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi., No. 185, pemegang saham memutuskan
untuk, antara lain, membentuk dana cadangan umum sebesar Rp200.000 dari saldo laba.
26. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasi yang
telah diselesaikan pada tanggal 30 April 2012.
50
Download