FAKTOR–FAKTOR YANG MEMENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ade Jahroh Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan faktor–faktor yang memengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dimana variabel independen dalam penelitian ini meliputi Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, porsi kepemilikan saham publik, ukuran perusahaan, operating profit margin, net profit margin dan return on equity yang diprediksikan memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 perusahaan manufaktur kategori industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008–2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel likuiditas memengaruhi secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan variabel ukuran perusahaan secara negatif berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan variabel lainnya seperti leverage, profitabilitas, porsi kepemilikan saham publik, operating profit margin, net profit margin dan return on equity tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang sering digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interprestasi maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup (adequate disclosure). Laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat kriteria perlunya pengungkapan (disclosure) tertentu yang dapat mencakup semua perusahaan publik. Pengungkapan badan usaha merupakan suatu cara untuk menyalurkan pertanggungjawaban perusahaan kepada para investor untuk memudahkan alokasi sumber daya. Hal ini menunjukkan bahwa laporan tahunan merupakan media yang penting untuk menyampaikan (corporate disclosure) pengungkapan pada laporan tahunan oleh manajemen suatu badan usaha dan merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan investasi oleh para investor. TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut Hendriksen, (1994:203) mengemukakan bahwa pengungkapan dalam pengertian terluas hanya berarti penyampaian informasi. Pengungkapan dalam pengertian tersempitnya mencakup hal–hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki dan laporan pelengkap. Wolk (1991) dalam Irawan (2006) mengemukakan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan laporan keuangan tambahan. Pengungkapan dalam laporan keuangan diperlukan oleh para investor dan pemakai informasi lainnya sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Statement of Financial Accounting Concept #5 (SFAC) dalam Irawan (2006) bahwa kebutuhan untuk pengambilan keputusan bagi investor, kreditur dan pemakai informasi lain, meliputi seluruh informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, informasi pelengkap, media pelaporan keuangan lain dan informasi lain. Manfaat Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan informasi oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa kepentingan. Elliot dan Jacobson (1994) dalam Irawan (2006) menunjukkan manfaat pengungkapan informasi oleh perusahaan–perusahaan pencari laba (profit making enterprises) berdasarkan pada tiga kategori kepentingan yaitu, kepentingan perusahaan, kepentingan investor bukan pemilik dan kepentingan nasional. Luas Pengungkapan Menurut Chariri dan Ghozali (2001:247) pengungkapan (disclosure) dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: 1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure) Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otorirer (IAI dalam PSAK). 2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela merupakan informasi yang tidak diwajibkan oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku tetapi diungkapkan oleh perusahaan yang go public (emiten) karena dianggap relevan dengan tahunan. kebutuhan pemakai Faktor–faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Leverage merupakan perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif (Irawan, 2006). Likuiditas, tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Hal ini didasarkan dari adanya pengharapan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi dari pada perusahaan yang lemah. Tetapi sebaliknya, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi (Irawan, 2006). Tingkat profitabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit margin, return on total asset (ROA) dan return on equity (ROE). Return on total assets menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan total assetnya untuk menghasilkan penjualan (Sabardi, 1995:114). Tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen (Irawan, 2006). Saham publik, adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat memengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail–detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas (Irawan, 2006). Ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan market capitalized diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasannya lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka (Irawan, 2006). Operating Profit Margin (OPM) adalah informasi laba di dalam laporan laba rugi yang dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada publik tentang kegiatan utama perusahaan. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada pengguna laporan keuangan adalah sebagai dasar untuk membandingkan kegiatan utama perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Perusahaan dengan laba positif cenderung untuk mengungkapkan informasi secara luas dan sebaliknya (Irawan, 2006). Net Profit Margin (NPM) fungsinya adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapkan informasi net profit margin secara luas dalam laporan keuangan (Irawan, 2006). Return on equity (ROE), rasio ini menunjukkan “earning power” dari investasi nilai buku para pemegang saham dan frekuensi penggunaan dalam membandingkan dengan beberapa perusahaan dalam industri yang sejenis. ROE yang tinggi menunjukkan penerimaan perusahaan akan kesempatan investasi yang sangat baik dan manajemen biaya yang sangat efektif (Sabardi, 1995:115). METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, baik untuk variabel independen maupun variabel dependen yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur kategori industri dasar dan kimia tahun 2008-2009 yang sudah go public, harga saham penutupan perusahaan, total saham yang tercatat di BEI. Seluruh data yang dikumpulkan berasal dari publikasi oleh Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) dan Indonesian Capital Market Directory. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Maka diperoleh sampel sebanyak 36 perusahaan dikali 2 tahun jadi 76 perusahaan manufaktur kategori industri dasar dan kimia. Variabel Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini diukur sebagai berikut: Debt to Equity Ratio, Rasio ini merupakan perbandingan antara rasio total utang dengan total aktiva yang merupakan proxy dari leverage. Current Ratio, Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar yang merupakan proxy dari likuiditas. ROA, diukur dengan membagi EAT (earning after tax) dengan total aktiva dan merupakan proxy dari profitabilitas. PUB, diukur dengan rasio, dengan membagi antara jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan total saham perusahaan. Size, diukur dengan kapitalisasi pasar yaitu lnsize yang didapat dengan mengalikan harga saham per 31 desember dengan jumlah saham yang beredar (outstanding shares). OPM, diukur dengan membandingkan antara operating profit dengan net sales. NPM, diukur dengan membagi antara profit (loss) after tax dengan penjualan bersih dan merupakan proxy dari profitabilitas. ROE, membandingkan antara earning profit (loss) after tax dengan shareholders equity dan merupakan proxy dari profitabilitas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Variabel ini mengukur berapa banyak butir laporan keuangan yang material diungkap oleh perusahaan diukur dengan indeks disclosure. Indeks disclosure merupakan hasil pembagian antara skor disclosure yang telah diraih dengan total nilai maksimum yang mungkin diraih. Butir pengungkapan laporan keuangan yang diukur meliputi yang bersifat wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary). Dalam melakukan perhitungan indeks, peneliti menggunakan cara yang digunakan Verdiyana (2006) di mana item–item informasi yang digunakan mencakup mandatory dan voluntary. Misalkan jika jumlah item yang dijadikan pedoman kelengkapan pengungkapan berjumlah 102 sedangkan yang dipenuhi perusahaan dalam laporan tahunannya sebanyak 70, maka indeksnya sebesar 70 / 102 = 0,69 jadi rumusnya adalah: Indeks = n k Keterangan: n : jumlah item pengungkapan yang dipenuhi k : jumlah semua item yang mungkin dipenuhi Teknik Analisis yang Digunakan Kegiatan pengelolaan data meliputi pemberian skor atas pengungkapan item yang ada dilaporan tahunan dan menyusun data sheet. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat luasnya pengungkapan. Analisis data menggunakan regresi linier berganda (multiple linier regression) untuk menguji pengaruh variabel–variabel bebas terhadap variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Scoring instrument adalah alat untuk menetapkan indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan nilai karakteristik perusahaan. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y) terdiri dari 20 item yang terperinci dalam 102 sub item (Verdiyana, 2006), sedangkan karakteristik perusahaan diukur dengan nilai–nilai Debt to Equity Ratio (X1), Current Ratio (X2), Profitabilitas (X3), Porsi Saham Publik (X4), Ukuran Perusahaan (size) (X5), Operating Profit Margin (X6), Net Profit Margin (X7) dan Return on Equity (X8). Pengujian Data Uji Asumsi Dasar Uji asumsi dasar yang digunakan adalah Pengujian Normalitas Data. Penulis menggunakan output Kurva Normal P-Plots. Pada normalisasi data dengan Normal PPlots, suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik– titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik– titik data searah mengikuti garis diagonal (Nugroho, 2005:24). Gambar 4.1 Output Kurva Normal PPlots Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas Uji ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) lainnya. Dalam penelitian ini deteksi multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 atau (VIF < 10) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 atau (Tolerance > 0,1) maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Tabel 4.2 UJI MULTIKOLINIERITAS Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) DER CURRAT ROA PUB LnSIZE OPM NPM ROE 0.828 0.792 0.332 0.953 0.766 0.233 0.146 0.556 1.207 1.262 3.011 1.050 1.306 4.296 6.851 1.799 Autokorelasi Pengujian autokorelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak dalam urutan waktu. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode Durbin–Watson. Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati atau disekitar angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No Autocorelation. Tabel 4.3 UJI AUTOKORELASI Model Durbin-Watson 1 1.607 Tabel 4.4 Adjusted R Square Heteroskedastisitas Menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini penulis memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplo. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika titik–titik data menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka nol, titik–titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, penyebaran titik–titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik–titik data sebaiknya tidak berpola. Berdasarkan hasil tabel 4.4 di atas diperoleh angka R2 (Adjusted R Square) sebesar 0,238 atau 23,8%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (DER, CURRAT, ROA, PUB, SIZE, OPM, NPM, ROE) terhadap variabel dependen (Indeks Pengungkapan) sebesar 23,8% sedangkan sisanya sebesar 76,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Gambar 4.3 Scatterplots Heteroskedastisitas 1 (Constant) DER CURRAT ROA PUB LnSIZE OPM NPM ROE uji Analisis Data Analisis Determinasi (R2) Digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Model 1 0.238 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 4.5 Uji t Model t Sig. 3.857 -1.077 -2.597 -0.136 -0.412 3.282 0.606 0.004 -0.129 0.000 0.286 0.012 0.892 0.681 0.002 0.547 0.997 0.898 1. DER (X1) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Diketahui nilai t hitung -1,077 < t tabel -1,998 maka Ha ditolak dan H0 diterima yang artinya DER tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. 2. CURRAT (X2) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Nilai t hitung -2,597 > t tabel 1,998 maka Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya CURRAT ada pengaruh secara signifikan terhadap indeks pengungkapan. 3. ROA (X3) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Nilai t hitung -0,136 < t tabel 1,998 maka H0 diterima yang artinya ROA tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. 4. PUB (X4) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan tersebut karena t hitung -0.412 < t tabel -1,998 maka Ha ditolak dan H0 diterima yang artinya PUB tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. 5. LnSIZE (X5) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Diketahui t hitung 3,282 > t tabel 1,998 maka Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya LnSIZE ada pengaruh secara signifikan terhadap indeks pengungkapan. 6. OPM (X6) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan tersebut karena t hitung 0,606 < t tabel 1,998 maka H0 diterima yang artinya OPM tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. 7. NPM (X7) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Nilai t hitung 0,004 < t tabel 1,998 maka H0 diterima yang artinya NPM tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. 8. ROE (X8) terhadap Indeks Pengungkapan (Y) Berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan tersebut karena t hitung -0,129 < t tabel -1,998 maka Ha ditolak dan H0 diterima yang artinya ROE tidak ada pengaruh terhadap indeks pengungkapan. Uji Regresi Secara Bersama–sama (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 4.6 Uji F (ANOVA) Model F Sig. 1. Regression Residual Total 3.778 0.001a Berdasarkan hasil perhitungan spss yang terdapat pada tabel 4.6 diketahui bahwa F hitung sebesar 3,778. menggunakan taraf siginifikan = 0,05 dan derajat bebas (df) = (8,63) sehingga diketahui F tabel sebesar 2,089 Maka kesimpulan yang didapat adalah karena F hitung > F tabel (3,778 > 2,089) maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh secara signifikan antara DER (X1), CURRAT (X2), ROA (X3), PUB (X4), SIZE (X5), OPM (X6), NPM (X7) dan ROE (X8) secara bersama–sama terhadap Indeks Pengungkapan (Y). SIMPULAN DAN IMPLIKASI Simpulan 1. Berdasarkan analisis regresi berganda di atas secara parsial dapat diketahui bahwa dua variabel independen yaitu Current Ratio (CURRAT) mempunyai pengaruh secara negatif dan ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai pengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur kategori industri dasar dan kimia dan enam variabel lainnya yakni Debt to Equity Ratio (DER), Return on Total Assets (ROA), Porsi Saham Publik (PUB), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 2. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRAT), Return on Total Assets (ROA), Porsi Saham Publik (PUB), Ukuran Perusahaan (SIZE), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) secara bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 3. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yang terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRAT), Return on Total Assets (ROA), Porsi Saham Publik (PUB), Ukuran Perusahaan (SIZE), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) secara serentak atau bersama–sama terhadap variabel independen yaitu kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebesar 23,8% sedangkan sisanya 76,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model seperti biaya pinjaman, umur perusahaan, status perusahaan dan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva. Implikasi 1. Penelitian selanjutnya agar mengambil semua kategori perusahaan yang termasuk dalam perusahaan manufaktur. 2. Perluasan periode penelitian 3. Jika jumlah item pengungkapan yang digunakan lebih banyak, hasil penelitian yang didapat mungkin berbeda. 4. Model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2 yang cukup kecil (23,8%) oleh karena itu terdapat kemungkinan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel lain. DAFTAR PUSTAKA Agnes Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Agus Sabardi. 1995. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Ainun Naim dan Fuad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15 No 1-4. Anis Chariri dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit UNDIP. Anthony, Robert N and Vijay Govindarajan. 1995. Management Control System. Irwin:Homewood. Illinois. Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT. Depok: Auditorium Kampus Gunadarma. Bambang Irawan. 2006. Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S1. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Bhuno Agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Dwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Edi Subiantoro. 1996. Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis Master S2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid 2. Alih bahasa Nugroho Widjajanto. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEJ. Proceeding Seminar Nasional. Jakarta: FE Universitas Trisakti Nur R. Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakukltas Ekonomi. Gunawan Sudarmanto. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda Dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu. Renita Verdiyana. 2006. Variabel– variabel yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi S1. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Soemarso SR. 2007. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 1. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. www.idx.co.id Zaki Baridwan. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.