faktor–faktor yang memengaruhi kelengkapan pengungkapan

advertisement
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Ade Jahroh
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan faktor–faktor yang
memengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dimana variabel
independen dalam penelitian ini meliputi Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, porsi
kepemilikan saham publik, ukuran perusahaan, operating profit margin, net profit
margin dan return on equity yang diprediksikan memiliki pengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 72 perusahaan manufaktur kategori industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008–2009. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel likuiditas memengaruhi secara positif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan variabel ukuran
perusahaan secara negatif berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan dan variabel lainnya seperti leverage, profitabilitas, porsi kepemilikan
saham publik, operating profit margin, net profit margin dan return on equity tidak
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan
salah satu sumber informasi yang
sering digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan. Di dalamnya
terkandung informasi yang dapat
memberikan bahan pertimbangan bagi
para pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan.
Agar informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat
dipahami dan tidak menimbulkan salah
interprestasi maka penyajian laporan
keuangan harus disertai dengan
pengungkapan yang cukup (adequate
disclosure).
Laporan keuangan yang sudah
diperiksa oleh akuntan publik dapat
menjadi dasar yang berguna bagi
pengambilan keputusan, salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah
dengan membuat kriteria perlunya
pengungkapan (disclosure) tertentu
yang
dapat
mencakup
semua
perusahaan publik.
Pengungkapan badan usaha
merupakan
suatu
cara
untuk
menyalurkan
pertanggungjawaban
perusahaan kepada para investor untuk
memudahkan alokasi sumber daya.
Hal ini menunjukkan bahwa laporan
tahunan merupakan media yang
penting
untuk
menyampaikan
(corporate disclosure) pengungkapan
pada laporan tahunan oleh manajemen
suatu badan usaha dan merupakan
sumber informasi yang penting dalam
pengambilan keputusan investasi oleh
para investor.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengungkapan Laporan Keuangan
Menurut
Hendriksen,
(1994:203) mengemukakan bahwa
pengungkapan
dalam
pengertian
terluas hanya berarti penyampaian
informasi.
Pengungkapan
dalam
pengertian tersempitnya mencakup
hal–hal seperti pembahasan dan
analisis manajemen, catatan kaki dan
laporan pelengkap.
Wolk (1991) dalam Irawan
(2006)
mengemukakan
bahwa
pengungkapan merupakan informasi
yang ada di dalam laporan keuangan
maupun komunikasi pelengkap yang
mencakup catatan kaki, peristiwa
setelah pelaporan, analisis manajemen
tentang operasi yang akan datang,
peramalan keuangan dan operasi dan
laporan keuangan tambahan.
Pengungkapan dalam laporan
keuangan diperlukan oleh para
investor dan pemakai informasi
lainnya
sebagai
sarana
untuk
pengambilan keputusan. Hal ini sesuai
dengan apa yang dinyatakan Statement
of Financial Accounting Concept #5
(SFAC) dalam Irawan (2006) bahwa
kebutuhan
untuk
pengambilan
keputusan bagi investor, kreditur dan
pemakai informasi lain, meliputi
seluruh informasi yang terdapat di
dalam laporan keuangan, catatan atas
laporan
keuangan,
informasi
pelengkap, media pelaporan keuangan
lain dan informasi lain.
Manfaat Pengungkapan Laporan
Keuangan
Pengungkapan informasi oleh
perusahaan bermanfaat untuk beberapa
kepentingan. Elliot dan Jacobson
(1994)
dalam
Irawan
(2006)
menunjukkan manfaat pengungkapan
informasi oleh perusahaan–perusahaan
pencari
laba
(profit
making
enterprises) berdasarkan pada tiga
kategori
kepentingan
yaitu,
kepentingan perusahaan, kepentingan
investor
bukan
pemilik
dan
kepentingan nasional.
Luas Pengungkapan
Menurut Chariri dan Ghozali
(2001:247) pengungkapan (disclosure)
dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (mandatory
disclosure)
Pengungkapan wajib merupakan
pengungkapan tentang informasi
yang diharuskan oleh peraturan
yang telah ditetapkan oleh badan
otorirer (IAI dalam PSAK).
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary
disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan
informasi yang tidak diwajibkan
oleh suatu peraturan pasar modal
yang berlaku tetapi diungkapkan
oleh perusahaan yang go public
(emiten) karena dianggap relevan
dengan
tahunan.
kebutuhan
pemakai
Faktor–faktor yang mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan
Leverage
merupakan
perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Perusahaan
dengan
leverage
yang
tinggi
menanggung biaya pengawasan yang
tinggi. Jika menyediakan informasi
secara lebih komprehensif akan
membutuhkan biaya lebih tinggi maka
perusahaan dengan leverage yang lebih
tinggi akan menyediakan informasi
secara lebih komprehensif (Irawan,
2006).
Likuiditas, tingkat likuiditas
dapat dipandang dari dua sisi.
Kesehatan suatu perusahaan yang
dicerminkan dengan tingginya rasio
likuiditas (diukur dengan current
ratio) diharapkan berhubungan dengan
luasnya tingkat pengungkapan. Hal ini
didasarkan dari adanya pengharapan
bahwa secara finansial perusahaan
yang kuat akan lebih mengungkapkan
informasi dari pada perusahaan yang
lemah. Tetapi sebaliknya,
jika
likuiditas dipandang sebagai ukuran
kinerja, perusahaan yang mempunyai
rasio
likuiditas
rendah
perlu
memberikan informasi yang lebih rinci
untuk menjelaskan lemahnya kinerja
dibanding
perusahaan
yang
mempunyai rasio likuiditas yang tinggi
(Irawan, 2006).
Tingkat profitabilitas adalah
kemampuan
untuk
menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan,
asset dan modal. Ada tiga rasio yang
dapat
digunakan
dalam
rasio
profitabilitas yaitu rasio profit margin,
return on total asset (ROA) dan return
on equity (ROE). Return on total
assets
menunjukkan
efisiensi
perusahaan dalam menggunakan total
assetnya
untuk
menghasilkan
penjualan
(Sabardi,
1995:114).
Tingkat profitabilitas yang tinggi akan
mendorong para manajer untuk
memberikan informasi yang lebih
rinci, sebab mereka ingin meyakinkan
investor
terhadap
profitabilitas
perusahaan
dan
mendorong
kompensasi terhadap manajemen
(Irawan, 2006).
Saham
publik,
adanya
perbedaan dalam proporsi saham yang
dimiliki oleh investor luar dapat
memengaruhi
kelengkapan
pengungkapan oleh perusahaan. Hal
ini karena semakin banyak pihak yang
membutuhkan
informasi
tentang
perusahaan, semakin banyak pula
detail–detail butir yang dituntut untuk
dibuka
dan
dengan
demikian
pengungkapan perusahaan semakin
luas (Irawan, 2006).
Ukuran
perusahaan
yang
dinyatakan dengan market capitalized
diharapkan
berhubungan
positif
dengan luasnya tingkat pengungkapan.
Perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki public demand
akan informasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang
berukuran lebih kecil. Alasannya
lainnya adalah bahwa perusahaan
besar mempunyai biaya produksi
informasi yang lebih rendah yang
berkaitan
dengan
pengungkapan
mereka (Irawan, 2006).
Operating
Profit
Margin
(OPM) adalah informasi laba di dalam
laporan laba rugi yang dimaksudkan
untuk memberikan informasi kepada
publik tentang kegiatan utama
perusahaan. Informasi ini dianggap
penting untuk diungkapkan kepada
pengguna laporan keuangan adalah
sebagai dasar untuk membandingkan
kegiatan utama perusahaan dengan
perusahaan lain dalam industri yang
sama. Perusahaan dengan laba positif
cenderung untuk mengungkapkan
informasi secara luas dan sebaliknya
(Irawan, 2006).
Net Profit Margin (NPM)
fungsinya adalah untuk meramalkan
penghasilan
jangka
panjang,
mengevaluasi
resiko
investasi.
Informasi ini dianggap penting untuk
diungkapkan kepada publik sebagai
dasar untuk meramalkan kinerja masa
yang akan datang, menarik investor,
serta untuk mengukur harga saham di
pasar modal. Harga saham tersebut
adalah informasi yang penting yang
dibutuhkan oleh investor sebagai dasar
penilaian atas perusahaan. Dimana
perusahaan
yang
ingin
mensejahterakan investor cenderung
akan mengungkapkan informasi net
profit margin secara luas dalam
laporan keuangan (Irawan, 2006).
Return on equity (ROE), rasio
ini menunjukkan “earning power” dari
investasi nilai buku para pemegang
saham dan frekuensi penggunaan
dalam
membandingkan
dengan
beberapa perusahaan dalam industri
yang sejenis. ROE yang tinggi
menunjukkan penerimaan perusahaan
akan kesempatan investasi yang sangat
baik dan manajemen biaya yang sangat
efektif (Sabardi, 1995:115).
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah data sekunder,
baik untuk variabel independen
maupun variabel dependen yang
diperoleh dari laporan keuangan
tahunan
perusahaan
manufaktur
kategori industri dasar dan kimia tahun
2008-2009 yang sudah go public,
harga saham penutupan perusahaan,
total saham yang tercatat di BEI.
Seluruh
data
yang
dikumpulkan berasal dari publikasi
oleh Pusat Referensi Pasar Modal
(PRPM) dan Indonesian Capital
Market Directory.
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling. Maka diperoleh sampel
sebanyak 36 perusahaan dikali 2 tahun
jadi 76 perusahaan manufaktur
kategori industri dasar dan kimia.
Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian
ini diukur sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio, Rasio ini
merupakan perbandingan antara rasio
total utang dengan total aktiva yang
merupakan proxy dari leverage.
Current Ratio, Rasio ini
merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dengan utang lancar yang
merupakan proxy dari likuiditas.
ROA, diukur dengan membagi
EAT (earning after tax) dengan total
aktiva dan merupakan proxy dari
profitabilitas.
PUB, diukur dengan rasio,
dengan membagi antara jumlah saham
yang dimiliki masyarakat dengan total
saham perusahaan.
Size, diukur dengan kapitalisasi
pasar yaitu lnsize yang didapat dengan
mengalikan harga saham per 31
desember dengan jumlah saham yang
beredar (outstanding shares).
OPM,
diukur
dengan
membandingkan antara operating
profit dengan net sales.
NPM, diukur dengan membagi
antara profit (loss) after tax dengan
penjualan bersih dan merupakan proxy
dari profitabilitas.
ROE, membandingkan antara
earning profit (loss) after tax dengan
shareholders equity dan merupakan
proxy dari profitabilitas.
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Variabel ini mengukur berapa banyak
butir laporan keuangan yang material
diungkap oleh perusahaan diukur
dengan indeks disclosure. Indeks
disclosure merupakan hasil pembagian
antara skor disclosure yang telah
diraih dengan total nilai maksimum
yang
mungkin
diraih.
Butir
pengungkapan laporan keuangan yang
diukur meliputi yang bersifat wajib
(mandatory)
maupun
sukarela
(voluntary).
Dalam melakukan perhitungan
indeks, peneliti menggunakan cara
yang digunakan Verdiyana (2006) di
mana
item–item informasi yang
digunakan mencakup mandatory dan
voluntary. Misalkan jika jumlah item
yang dijadikan pedoman kelengkapan
pengungkapan
berjumlah
102
sedangkan yang dipenuhi perusahaan
dalam laporan tahunannya sebanyak
70, maka indeksnya sebesar 70 / 102 =
0,69 jadi rumusnya adalah:
Indeks = n
k
Keterangan:
n : jumlah item pengungkapan yang
dipenuhi
k : jumlah semua item yang
mungkin dipenuhi
Teknik Analisis yang Digunakan
Kegiatan
pengelolaan
data
meliputi
pemberian
skor
atas
pengungkapan item yang ada dilaporan
tahunan dan menyusun data sheet. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
skor dan menentukan tingkat luasnya
pengungkapan.
Analisis data menggunakan
regresi linier berganda (multiple linier
regression) untuk menguji pengaruh
variabel–variabel
bebas
terhadap
variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Scoring instrument adalah alat
untuk menetapkan indeks kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dan
nilai
karakteristik
perusahaan.
Kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan (Y) terdiri dari 20 item yang
terperinci dalam 102 sub item
(Verdiyana,
2006),
sedangkan
karakteristik
perusahaan
diukur
dengan nilai–nilai Debt to Equity Ratio
(X1), Current Ratio (X2), Profitabilitas
(X3), Porsi Saham Publik (X4), Ukuran
Perusahaan (size) (X5), Operating
Profit Margin (X6), Net Profit Margin
(X7) dan Return on Equity (X8).
Pengujian Data
Uji Asumsi Dasar
Uji
asumsi
dasar
yang
digunakan
adalah
Pengujian
Normalitas Data.
Penulis menggunakan output
Kurva
Normal
P-Plots.
Pada
normalisasi data dengan Normal PPlots, suatu variabel dikatakan normal
jika gambar distribusi dengan titik–
titik data yang menyebar disekitar
garis diagonal dan penyebaran titik–
titik data searah mengikuti garis
diagonal (Nugroho, 2005:24).
Gambar 4.1 Output Kurva Normal PPlots
Uji Asumsi Klasik
Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan untuk
membuktikan atau menguji ada
tidaknya hubungan yang linier antara
variabel bebas (independen) satu
dengan variabel bebas (independen)
lainnya.
Dalam penelitian ini deteksi
multikolinieritas
dapat
dilihat
berdasarkan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 atau
(VIF < 10) dan nilai Tolerance tidak
kurang dari 0,1 atau (Tolerance > 0,1)
maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinieritas.
Tabel 4.2
UJI MULTIKOLINIERITAS
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1 (Constant)
DER
CURRAT
ROA
PUB
LnSIZE
OPM
NPM
ROE
0.828
0.792
0.332
0.953
0.766
0.233
0.146
0.556
1.207
1.262
3.011
1.050
1.306
4.296
6.851
1.799
Autokorelasi
Pengujian autokorelasi ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui
apakah terjadi korelasi di antara data
pengamatan atau tidak dalam urutan
waktu.
Untuk mendeteksi autokorelasi
dalam penelitian ini digunakan metode
Durbin–Watson. Jika nilai Durbin
Watson hitung mendekati atau
disekitar angka 2 maka model tersebut
terbebas
dari
asumsi
klasik
autokorelasi karena angka 2 pada uji
Durbin Watson terletak di daerah No
Autocorelation.
Tabel 4.3
UJI AUTOKORELASI
Model Durbin-Watson
1
1.607
Tabel 4.4
Adjusted R Square
Heteroskedastisitas
Menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode
pengamatan ke periode pengamatan
yang lain.
Dalam penelitian ini penulis
memprediksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari pola gambar
scatterplo.
Analisis
pada
gambar
scatterplot yang menyatakan model
regresi linier berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas jika titik–titik data
menyebar di atas dan di bawah atau
sekitar angka nol, titik–titik data tidak
mengumpul hanya di atas atau di
bawah saja, penyebaran titik–titik data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali,
penyebaran titik–titik data sebaiknya
tidak berpola.
Berdasarkan hasil tabel 4.4 di
atas diperoleh angka R2 (Adjusted R
Square) sebesar 0,238 atau 23,8%. Hal
ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan
pengaruh
variabel
independen (DER, CURRAT, ROA,
PUB, SIZE, OPM, NPM, ROE)
terhadap variabel dependen (Indeks
Pengungkapan)
sebesar
23,8%
sedangkan sisanya sebesar 76,2%
dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
Gambar
4.3
Scatterplots
Heteroskedastisitas
1 (Constant)
DER
CURRAT
ROA
PUB
LnSIZE
OPM
NPM
ROE
uji
Analisis Data
Analisis Determinasi (R2)
Digunakan untuk mengetahui
persentase
sumbangan
pengaruh
variabel independen secara serentak
terhadap variabel dependen.
Model
1
0.238
Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui apakah
dalam
model
regresi
variabel
independen secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.5
Uji t
Model
t
Sig.
3.857
-1.077
-2.597
-0.136
-0.412
3.282
0.606
0.004
-0.129
0.000
0.286
0.012
0.892
0.681
0.002
0.547
0.997
0.898
1. DER (X1) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Diketahui nilai t hitung -1,077 < t
tabel -1,998 maka Ha ditolak dan
H0 diterima yang artinya DER
tidak ada pengaruh terhadap indeks
pengungkapan.
2. CURRAT (X2) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Nilai t hitung -2,597 > t tabel 1,998 maka Ha diterima dan H0
ditolak yang artinya CURRAT ada
pengaruh
secara
signifikan
terhadap indeks pengungkapan.
3. ROA (X3) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Nilai t hitung -0,136 < t tabel 1,998 maka H0 diterima yang
artinya ROA tidak ada pengaruh
terhadap indeks pengungkapan.
4. PUB (X4)
terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Berdasarkan kriteria penerimaan
dan penolakan tersebut karena t
hitung -0.412 < t tabel -1,998 maka
Ha ditolak dan H0 diterima yang
artinya PUB tidak ada pengaruh
terhadap indeks pengungkapan.
5. LnSIZE (X5) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Diketahui t hitung 3,282 > t tabel
1,998 maka Ha diterima dan H0
ditolak yang artinya LnSIZE ada
pengaruh
secara
signifikan
terhadap indeks pengungkapan.
6. OPM (X6) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Berdasarkan kriteria penerimaan
dan penolakan tersebut karena t
hitung 0,606 < t tabel 1,998 maka
H0 diterima yang artinya OPM
tidak ada pengaruh terhadap indeks
pengungkapan.
7. NPM (X7) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Nilai t hitung 0,004 < t tabel 1,998
maka H0 diterima yang artinya
NPM tidak ada pengaruh terhadap
indeks pengungkapan.
8. ROE (X8) terhadap Indeks
Pengungkapan (Y)
Berdasarkan kriteria penerimaan
dan penolakan tersebut karena t
hitung -0,129 < t tabel -1,998 maka
Ha ditolak dan H0 diterima yang
artinya ROE tidak ada pengaruh
terhadap indeks pengungkapan.
Uji Regresi Secara Bersama–sama
(Uji F)
Uji ini digunakan untuk
mengetahui
apakah
variabel
independen secara bersama–sama
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.6
Uji F (ANOVA)
Model
F
Sig.
1. Regression
Residual
Total
3.778
0.001a
Berdasarkan hasil perhitungan
spss yang terdapat pada tabel 4.6
diketahui bahwa F hitung sebesar
3,778. menggunakan taraf siginifikan
= 0,05 dan derajat bebas (df) =
(8,63) sehingga diketahui F tabel
sebesar 2,089
Maka kesimpulan yang didapat
adalah karena F hitung > F tabel
(3,778 > 2,089) maka H0 ditolak yang
artinya ada pengaruh secara signifikan
antara DER (X1), CURRAT (X2),
ROA (X3), PUB (X4), SIZE (X5),
OPM (X6), NPM (X7) dan ROE (X8)
secara bersama–sama terhadap Indeks
Pengungkapan (Y).
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Simpulan
1. Berdasarkan
analisis
regresi
berganda di atas secara parsial
dapat diketahui bahwa dua variabel
independen yaitu Current Ratio
(CURRAT) mempunyai pengaruh
secara
negatif
dan
ukuran
perusahaan (SIZE) mempunyai
pengaruh secara positif terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan manufaktur kategori
industri dasar dan kimia dan enam
variabel lainnya yakni Debt to
Equity Ratio (DER), Return on
Total Assets (ROA), Porsi Saham
Publik (PUB), Operating Profit
Margin (OPM), Net Profit Margin
(NPM) dan Return on Equity
(ROE) tidak berpengaruh terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan.
2. Berdasarkan
analisis
regresi
berganda dapat diketahui bahwa
variabel bebas yaitu Debt to Equity
Ratio (DER), Current Ratio
(CURRAT), Return on Total
Assets (ROA), Porsi Saham Publik
(PUB), Ukuran Perusahaan (SIZE),
Operating Profit Margin (OPM),
Net Profit Margin (NPM) dan
Return on Equity (ROE) secara
bersama–sama berpengaruh secara
signifikan
terhadap
tingkat
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan.
3. Berdasarkan
analisis
regresi
berganda dapat diketahui bahwa
persentase sumbangan pengaruh
variabel independen yang terdiri
dari Debt to Equity Ratio (DER),
Current Ratio (CURRAT), Return
on Total Assets (ROA), Porsi
Saham Publik (PUB), Ukuran
Perusahaan (SIZE), Operating
Profit Margin (OPM), Net Profit
Margin (NPM) dan Return on
Equity (ROE) secara serentak atau
bersama–sama terhadap variabel
independen yaitu kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan
sebesar 23,8% sedangkan sisanya
76,2% dipengaruhi oleh faktor lain
di luar model seperti biaya
pinjaman, umur perusahaan, status
perusahaan dan ukuran perusahaan
yang diukur dengan total aktiva.
Implikasi
1. Penelitian
selanjutnya
agar
mengambil
semua
kategori
perusahaan yang termasuk dalam
perusahaan manufaktur.
2. Perluasan periode penelitian
3. Jika jumlah item pengungkapan
yang digunakan lebih banyak, hasil
penelitian yang didapat mungkin
berbeda.
4. Model
regresi
linier
yang
digunakan dalam penelitian ini
menghasilkan R2 yang cukup kecil
(23,8%) oleh karena itu terdapat
kemungkinan penelitian lebih
lanjut
dengan
memasukkan
variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir. 2001. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
Keuangan. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Agus
Sabardi. 1995. Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Ainun Naim dan Fuad Rakhman.
2000.
Analisis
Hubungan
antara
Kelengkapan
Pengungkapan
Laporan
Keuangan dengan Struktur
Modal dan Tipe Kepemilikan
Perusahaan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia. Vol 15
No 1-4.
Anis Chariri dan Imam Ghozali. 2001.
Teori Akuntansi. Edisi 1.
Jakarta:
Badan
Penerbit
UNDIP.
Anthony, Robert N and Vijay
Govindarajan.
1995.
Management Control System.
Irwin:Homewood. Illinois.
Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana
Sularto.
2007.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan
Tipe Kepemilikan Perusahaan
Terhadap Luas Voluntary
Disclosure Laporan Keuangan
Tahunan. Proceeding PESAT.
Depok: Auditorium Kampus
Gunadarma.
Bambang Irawan. 2006. Faktor–
Faktor yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan
Keuangan
pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta.
Skripsi
S1.
Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Bhuno Agung Nugroho. 2005. Strategi
Jitu Memilih Metode Statistik
Penelitian
dengan
SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Dwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar
SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
Edi
Subiantoro. 1996. Hubungan
Antara
Kelengkapan
Pengungkapan
Laporan
Dengan
Karakteristik
Perusahaan
Publik
di
Indonesia. Tesis Master S2.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori
Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid
2. Alih bahasa Nugroho
Widjajanto. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Ikatan
Akuntan Indonesia. 2002.
Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Luciana Spica Almilia dan Ikka
Retrinasari. 2007. Analisis
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan
Dalam
Laporan
Tahunan
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di BEJ. Proceeding
Seminar Nasional. Jakarta: FE
Universitas Trisakti
Nur
R.
Indriantoro dan Bambang
Supomo.
1999.
Metode
Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
Badan Penerbit
Fakukltas
Ekonomi.
Gunawan Sudarmanto. 2005.
Analisis Regresi Linear Ganda
Dengan SPSS. Jakarta: Graha
Ilmu.
Renita Verdiyana. 2006. Variabel–
variabel yang Mempengaruhi
Luas Pengungkapan Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan.
Skripsi
S1.
Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Soemarso SR. 2007. Akuntansi Suatu
Pengantar. Buku 1. Edisi 5.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiarto. 2003. Teknik Sampling.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
www.idx.co.id
Zaki Baridwan. 2000. Intermediate
Accounting.
Edisi
7.
Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi.
Download