Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditas
pertanian yang sangat penting dan mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi. Produksi
kedelai tahun 2007 sebesar 592 530 ton biji
kering yang apabila dibandingkan dengan
produksi tahun 2006, terjadi penurunan
sebanyak 155 080 ton atau 20.74% (BPS
2008). Kebutuhan kedelai Indonesia sebesar 1
800 000 - 2 000 000 ton per tahun dan
Indonesia mengimpor rata-rata 65% dari
kebutuhan nasional (Kompas 2008).
Usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai dapat dilakukan dengan memperluas
areal pertanaman termasuk penggunaan lahan
marjinal. Salah satu lahan marjinal yang
sangat potensial di Indonesia ialah lahan asam
yang mengandung kadar aluminium yang
tinggi. Lahan marjinal yang memiliki luasan
cukup besar di Indonesia adalah tanah
podsolik merah kuning yang mempunyai pH
rendah (4.2-5.0) dan kelarutan aluminium
tinggi. Aluminium bersifat racun bagi
tanaman karena dapat merusak perakaran dan
menghambat pertumbuhan bintil akar.
Kedelai dapat tumbuh baik pada kisaran pH
antara 5.8–7.0. Oleh sebab itu, untuk dapat
memanfaatkan tanah asam dengan kelarutan
aluminium yang tinggi diperlukan kultivar
kedelai yang toleran terhadap keadaan
tersebut.
Untuk mendapatkan kultivar toleran asam
dan aluminium, Paserang (2003) telah
melakukan persilangan beberapa kultivar.
Salah satu persilangan yang diharapkan dapat
menghasilkan
kultivar
unggul
adalah
persilangan antara kultivar Slamet dan
Nokonsawon (Suharsono et al. 2006).
Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul
yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/ha),
berukuran biji sedang (12.5 g/100 biji), dan
toleran terhadap asam (Sunarto 1995).
Sedangkan kultivar Nokonsawon merupakan
kultivar introduksi dari Thailand memiliki biji
berukuran besar (19.6 g/100 biji), mempunyai
biji berwarna
kuning
bersih, tetapi
berproduksi rendah (1.1-2 ton/ha) (Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian 1999). Dari persilangan ini
diharapkan menghasilkan galur yang memiliki
sifat unggul kedua tetuanya, yaitu toleran
asam, produksi tinggi dan berbiji besar.
Seleksi terhadap hasil persilangan ini telah
dilakukan (Dasumiati 2003, Jambormias
2004, Suharsono et al. 2007). Pengujian
terhadap 75 galur harapan pada tanaman
generasi seleksi 5 (F7) telah menunjukkan
bahwa galur-galur tersebut telah seragam
secara genetik (Bastanta 2004, Herdiana 2005
& Santoso 2004). Pengujian galur-galur
harapan terhadap cekaman pH rendah dan
kandungan aluminium yang tinggi pada media
cair berdasarkan pertumbuhan vegetatif
menunjukkan bahwa galur KH 3, 31, 40, 44,
dan 55 merupakan galur yang lebih toleran
pada pH 4 + 1.6 mM Al (Sari 2005).
Penelitian ini merupakan lanjutan dari uji
adaptasi galur harapan yang dilakukan oleh
Gunawan (2005) dan Atmaji (2005).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji daya
adaptasi 9 galur harapan hasil persilangan
kedelai kultivar Slamet dan Nokonsawon di
tanah asam dengan kandungan aluminium
yang tinggi.
BAHAN DAN METODE
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan ialah 9
galur kedelai terpilih dari persilangan kultivar
Slamet x Nokonsawon yaitu KH 2, 3, 4, 6, 8,
31, 55, 58, dan 71. Kedelai kultivar Slamet,
Panderman, Wilis, dan Tanggamus digunakan
sebagai pembanding (Lampiran 1).
Kultivar Slamet merupakan pembanding
terhadap karakter toleran terhadap pH rendah
dan Aluminium. Panderman digunakan
sebagai
pembanding
kultivar
yang
menghasilkan biji besar dan produksi tinggi.
Tanggamus diginakan sebagai pembanding
kultivar yang memiliki karakter toleran
terhadap pH rendah. Wilis merupakan kultivar
yang banyak digunakan dan disukai oleh
petani di Indonesia.
Penanaman
Kedelai ditanam pada dua tanah yang
berbeda tingkat keasamannya, yaitu pH asam
(4.6-4.7) (Lampiran 2) dan pH netral (6.4-7.0)
(Lampiran 3). Peningkatan pH tanah menjadi
netral dilakukan melalui pemberian kapur, dan
kelompok tanpa pengapuran menjadi pH
asam.
Pemberian kapur dilakukan dengan
menaburkan kapur, kemudian diaduk dan
diinkubasi selama lebih kurang 1 bulan. Dosis
kapur
yang
diberikan
berdasarkan
rekomendasi dari Balai Penelitian Tanah
Bogor. Setelah pengapuran pH tanah menjadi
6.4-7.0.
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Percobaan Petak Terpisah (Split-Plot Design)
2
dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan.
Faktor pertama adalah pH tanah dan faktor
kedua adalah galur tanaman. Setiap petak
utama dibagi ke dalam tiga kelompok dan di
dalam kelompok terdapat sembilan anak petak
galur berukuran 3 x 2.5 m (Lampiran 4).
Benih ditanam dalam lubang yang dibuat
dengan tugal, dengan jarak tanam 40 x 20 cm
dan setiap lubang ditanam 2 biji.
Pemeliharaan
Pemupukan diberikan dua tahap yaitu
ketika penanaman dan penyiangan pertama.
Dosis pupuk yang diberikan adalah 150 kg/ha
urea, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl.
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3
dan 7 minggu setelah tanam (MST).
Pengendalian hama dilakukan dengan
pemberian Furadan 3G pada lubang tanam
ketika penanaman dan penyemprotan Thiodan
dilakukan setiap minggu yang berlangsung
dari 2 sampai dengan 8 MST.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika 90% polong
sudah berubah warna menjadi kuning
kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan
mencabut 10 tanaman sampel kemudian
dimasukkan ke dalam kantung kertas terpisah
untuk setiap tanaman sampel. Tanaman yang
tersisa pada setiap petak dimasukkan ke dalam
karung terpisah untuk setiap petak. Kemudian,
tanaman dijemur hingga polongnya pecah.
Selanjutnya, biji - biji yang diperoleh ditampi
dan dibersihkan.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
sampel dan tanaman petak. Setiap petak
diambil 10 tanaman secara acak sebagai
sampel. Karakter-karakter yang diamati pada
tanaman sampel adalah tinggi tanaman (cm),
umur panen (hari), jumlah buku subur, jumlah
cabang, bobot 100 biji (g), jumlah polong,
produksi biji per tanaman (g). Pada tanaman
petakan, karakter yang diamati adalah
produksi biji tiap petak (g) dan jumlah
tanaman tiap petak.
Analisa Data
Data Produksi biji per tanaman dan
produksi biji per petak dilakukan analisis
keragamannya
menggunakan
ANOVA
(Analysis of Variance) Rancangan Percobaan
Petak Terpisah (Split-Plot Design) dengan
model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + Ki + βj + σ ij + Gk + (KG)ik + єijk .
Keterangan :
Yijk
: Nilai pengamatan pada kapur ke-i,
kelompok ke-j dan galur ke-k.
µ
: Rataan umum
Ki
: Pengaruh kapur ke-i
βj
: Pengaruh kelompok ke-j
σij
: Pengaruh komponen acak petak
Gk
: Pengaruh galur ke-k
(KG)ik : Pengaruh interaksi kapur ke-i
dengan galur ke-k
: Pengaruh acak pada kapur ke-i,
єijk
kelompok ke-j dan galur ke-k.
Dugaan produksi per hektar diperoleh dari :
a. Produksi tiap Petak
Produksi tiap petak dihitung dari jumlah
produksi biji yang diperoleh dalam tiap petak.
Dari hasil produksi tiap petak dapat dihitung
produksi per ha dengan rumus :
Produksi per hektar (P)
P = Produksi per petak x 104 m2/ha
Luas petakan
b. Produksi rata-rata tanaman sampel :
P = Produksi rataan tanaman sampel x N
N = 250 000 (jumlah tanaman/ha dengan
jarak tanam 40x20 cm)
Reduksi Produksi
Nilai reduksi produksi dihitung sebagai
persentase reduksi yaitu perbandingan antara
selisih rataan produksi pada petak dikapur
dengan produksi petak tidak dikapur dibagi
rataan produksi petak yang dikapur dikali
100%.
Reduksi Produksi = PK – PTK x 100%
PK
PK = Produksi di tanah yang dikapur
PTK = Produksi di tanah yang tidak
dikapur
Download