BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Reksa Dana
2.1.1 Sejarah Reksa Dana
Sejarah awal reksa dana bermula dari arisan (pooling fund) yang dikenal di
Eropa pada pertengahan 1800. Mula-mula pooling fund dikenal di Belgia (1822).
Pooling fund ini kemudian dikenal dengan nama unit trust, muncul di Belgia ketika
Raja William I dari Kerajaan Belanda menciptakan suatu unit penyertaan dana yang
memungkinkan investasi-investasi kecil memperoleh loan dari pemerintah asing.
Unit trust kemudian menyebar ke wilayah Inggris dan Skotlandia pada sekitar 1860an ketika pemerintahnya juga membuka peluang loan dari pemerintah asing bagi
rakyatnya. Pada tahun 1863, Inggris mendirikan unit trust pertama dengan nama The
London Financial Association and The International Financial Society. Lalu pada
tahun 1868, didirikan pula Foreign and Colonial Government Trust of London.
Unit trust di Inggris dan Skotlandia menginspirasikan berdirinya reksa dana
tertutup (closed end) pertama di Amerika pada 1863 dengan nama The Boston
Personal Property Trust. Istilah unit trust dikenal dengan istilah mutual fund di
Amerika Serikat. Baru pada tanggal 21 Maret 1924 terbentuk reksa dana modern
pertama dengan nama Massachussets Investor Trust dengan total dana US $ 50.000,-
7
berportofolio 45 stock dan aset,
lalu berkembang setahun kemudian menjadi
US$ 392.000,- dengan jumlah peserta 200 orang. Reksa dana ini pertama kali
memperkenalkan penawaran saham baru atau penyertaan-penyertaan unit baru serta
mengijinkan redemption setiap saat sesuai net asset value (nilai aktiva bersih).
Pada tahun 1976, John C. Bogle melansir indeks reksa dana ritel pertama yang
disebut First Index Investment Trust yang kini berganti nama menjadi Vanguard 500
Index Fund dengan total aset sebesar US $ 100.000.000.000,Reksa dana diperkenalkan di Indonesia ketika PT Danareksa berdiri pada
tahun 1976 dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat yang dikenal dengan
nama Sertifikat Danareksa I dan II. Setiap hari harga dari unit Danareksa diumumkan
melalui siaran radio bersama dengan harga sembilan bahan pokok. Kemudian pada
tahun 1995, PT BDNI Reksa Dana membuat sebuah reksa dana tertutup (closed end)
dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp. 500,- sehingga
terkumpul dana sebesar Rp. 300.000.000.000,- Berdirinya reksa dana ini merupakan
cikal bakal maraknya reksa dana di Indonesia yang hingga kini terus berkembang
dengan perkembangan terakhir pada April 2007, Indonesia memiliki 408 produk
reksa dana dengan pemegang unit 245,222 dan Nilai Aktiva Bersih Rp. 59,6 miliar.
2.1.2 Pengertian Reksa Dana
Menurut Manurung (2007), istilah mutual fund terkandung dalam kata fund
itu sendiri sebagaimana dinyatakan oleh Giles dkk, fund is a pool of money
contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other
organisations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those
8
9
investors. Selain itu, Pozen (1998) mendefinisikan mutual fund sebagai
an
investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified
of securities.
Manurung (2007) juga mencatat, menurut kamus keuangan, reksa dana
didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan
sebagai perusahaan investasi terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat
dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya
(diversified portfolio of securities, registered as an open-end investment company,
which sells shares to the public at an offering price and redeems them on demand at
net asset value). Sedangkan pengertian reksa dana yang termaktub dalam UU no 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah “wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi”.
Menurut Manurung (2007), dari berbagai definisi di atas ini, reksa dana
memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Kumpulan dana pemilik
2. Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi
3. Reksa dana dikelola oleh manajer investasi
4. Reksa dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang
5. Reksa dana merupakan produk investasi yang berisiko
6. Investor yang berinvestasi dalam reksa dana akan mendapatkan unit penyertaan
10
2.1.3 Jenis-jenis Reksa Dana
Berdasarkan sifat unit penyertaannya, reksa dana terdiri atas dua jenis yaitu :
1. Reksa dana tertutup
Reksa dana tertutup adalah reksa dana yang transaksi perdagangan unit
penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Unit penyertaan reksa dana tertutup
sama seperti saham, sehingga untuk mendapatkan dananya, pemegang saham
reksa dana harus menjual ke bursa melalui broker. Jumlahnya keseluruhan unit
tidak berubah dari waktu ke waktu kecuali ada tindakan perusahaan (corporate
action). Harga saham reksa dana tertutup selalu lebih rendah dari nilai aktiva
bersihnya karena terdapat biaya transaksi.
2. Reksa dana terbuka
Reksa dana terbuka adalah reksa dana yang unit penyertaannya dijual langsung
pada manajer investasi, terkecuali Exchange Traded Fund (ETF). Dalam hal ini,
manajer investasi wajib membeli unit penyertaan yang dijual kembali oleh
investor. Harga unit penyertaan ditentukan oleh harga penutupan perdagangan
pada hari yang bersangkutan. Karena itu, investor tidak mengetahui harga jual
atau beli dari unit penyertaan di hari yang sama. Hal ini mengakibatkan kecilnya
kemungkinan investor untuk melakukan arbitrase.
Berdasarkan jenis investasi, reksa dana terbagi atas:
1. Reksa dana pasar uang, yaitu reksa dana yang dananya ditempatkan pada
instrumen pasar uang. Reksa dana ini dalam perkembangannya terbagi dalam:
11
a. Money market fund: reksa dana yang menempatkan portofolio investasinya
dalam efek hutang jangka pendek, contohnya efek yang dijamin pemerintah,
deposito, surat berharga komersial, dll.
b. Tax-exempt money market fund: reksa dana yang berorientasi jangka pendek
dan portofolionya terdiri dari instrumen yang dibebaskan pajak, contoh:
obligasi pemerintah, atau obligasi pemerintah daerah (municipal bonds)
2. Reksa dana obligasi, yaitu reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan
pada obligasi. Reksa dana obligasi atau pendapatan tetap berkembang menjadi
produk-produk antara lain :
a. High yield bond funds: reksa dana yang menempatkan dana pada obligasi
yang berperingkat di bawah investment grade (dengan peringkat kurang dari
BBB), bahkan yang berkategori default (junk bond). Potensi meraih
keuntungan tinggi namun juga berisiko tinggi.
b. Flexible bond funds: reksa dana yang ditempatkan dalam berbagai jenis
obligasi tanpa batasan atau kriteria tertentu, baik untuk kualitas obligasi
maupun waktu jatuh temponya.
c. Corporate bond funds: reksa dana dengan portofolio obligasi yang berkualitas
BBB ke atas.
d. High quality corporate bond funds: reksa dana yang portofolio investasinya
pada obligasi yang berkualitas A dan atau lebih besar dari A.
e. Government bond funds: reksa dana yang menempatkan dananya hanya pada
obligasi pemerintah.
12
f. Global-bond funds: reksa dana yang berinvestasi dalam berbagai mata uang,
baik obligasi pemerintah maupun perusahaan.
g. Mortgage-backed bonds: reksa dana yang berinvestasi pada obligasi dan efek
yang dijaminkan dengan hipotek, misalnya rumah atau real estate yang
terasuransi dan didukung pemerintah.
h. Municipal bond funds: reksa dana yag berinvestasi hanya pada obligasi
pemerintah daerah.
3. Reksa dana saham, yaitu reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan
pada saham. Seiring berjalannya waktu, reksa dana ini pun mengalami
perkembangan, antara lain :
a. Aggresive growth funds: reksa dana yang portofolio investasinya pada saham
perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi pertumbuhan sangat tinggi,
biasanya bersifat spekulatif dengan risiko fluktuasi tinggi.
b. Small company funds: reksa dana yang berinvestasi pada perusahaan dengan
kapitalisasi kecil, karena ia cenderung memiliki tingkat pertumbuhan yang
lebih besar dari perusahaan besar dengan risiko fluktuasi yang lebih rendah
dari aggresive growth funds.
c. Growth funds: reksa dana yang berinvestasi pada perusahaan besar yang
memiliki tingkat pertumbuhan di atas rata-rata dengan risiko fluktuasi jauh
lebih rendah dari aggresive growth funds dan small company funds.
d. Global equity funds: reksa dana yang berinvestasi pada saham-saham dari
berbagai negara.
13
e. Growth and income funds: reksa dana yang portofolio investasinya terdiri dari
saham biasa dan preferen dari perusahaan besar dan mapan.
f. Equity–income funds: reksa dana yang berinvestasi pada saham perusahaan
yang memberi tingkat dividen tinggi.
4. Reksa dana campuran, yaitu reksa dana yang dananya ditempatkan pada saham,
obligasi, dan pasar uang dalam porsi yang bervariasi.
a. Hybrid funds: reksa dana yeng berinvestasi pada saham dan obligasi.
b. Balanced funds: reksa dana berimbang, berinvestasi pada saham dan obligasi
dengan proporsi obligasi sekitar 40-60%.
c. Specialty funds: reksa dana yang memiliki kriteria investasi tertentu.
d. Sector funds: reksa dana yang berinvestasi pada sektor industri tertentu saja.
e. Stock market index funds: reksa dana yang portofolio investasinya terdiri dari
saham perusahaan yang tercatat dalam indeks tertentu, contohnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan risiko yang dihadapi, reksa dana terbagi atas :
1. Reksa dana pasar uang
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang sangat
rendah. Tujuan dalam pengelolaannya adalah untuk likuiditas dan modal yeng
tetap.
2. Reksa dana pendapatan tetap
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang rendah.
Tujuan pengelolaannya adalah hasil atau yield terutama yang stabil.
14
3. Reksa dana pendapatan
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang rata-rata
saja (average). Tujuan pengelolaan reksa dana ini adalah adanya pendapatan
(income) yang membawa pertumbuhan kemudian.
4. Reksa dana pertumbuhan dan pendapatan
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang rata-rata
atau average. Tujuan dari pengelolaan reksa dana ini adalah pertumbuhan, baru
kemudian mendorong pendapatan.
5. Reksa dana pertumbuhan
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang tinggi.
Tujuan dari pengelolaannya adalah capital gain dalam jangka panjang.
6. Reksa dana pertumbuhan agresif
Reksa dana ini memiliki risiko terhadap volatilitas harga saham yang sangat
tinggi. Tujuan pengelolaan reksa dana ini adalah capital gain yang maksimum.
Jika reksa dana diklasifikasikan berdasarkan tingkat pengembalian dan risiko,
maka diurut dari yang paling rendah risikonya, reksa dana dapat dibagi atas :
1. Reksa dana pasar uang
2. Reksa dana obligasi
3. Reksa dana seimbang
4. Reksa dana pendapatan
5. Reksa dana pertumbuhan dan pendapatan
6. Reksa dana pertumbuhan
15
7. Reksa dana pertumbuhan agresif
Dalam prakteknya, sebenarnya reksa dana juga dapat ditempatkan pada reksa
dana (namun di Indonesia, hal ini belum dapat dilakukan). Jika dilihat dari praktek
ini, maka dikenal 2 jenis, yaitu :
1. Master fund, yaitu reksa dana yang dana kelolaannya ditempatkan di reksa dana
dalam negeri dan luar negeri.
2. Feeder fund, yaitu reksa dana yang dana kelolaannya hanya pada reksa dana luar
negeri.
2.1.4 Manfaat Berinvestasi Reksa Dana
Manfaat yang diperoleh dengan berinvestasi di reksa dana adalah sebagai
berikut:
•
Investor mendapatkan manfaat efisiensi dimana tanpa modal yang besar, ia dapat
melakukan diversifikasi investasi dalam efek untuk memperkecil risiko dengan
biaya yang kecil.
•
Investor tanpa memiliki pengetahuan yang khusus dapat dengan mudah
berinvestasi di pasar modal.
•
Investor tanpa memiliki keahlian profesional dapat mengelola dana investasinya
dengan bantuan manajer investasi.
•
Perusahaan penebit reksa dana menjamin likuiditas saham reksa dana (sewaktuwaktu dapat dijual kembali untuk mendapatkan uang tunai).
16
•
Investor dapat mengetahui informasi tentang harga reksa dana setiap harinya
melalui surat kabar dengan mudah dan mendapatkan laporan yang rutin.
•
Potensi return reksa dana lebih tinggi dari suku bunga deposito.
•
Reksa dana memiliki dasar hukum yang terjamin dan diatur secara ketat melalui
peraturan BAPEPAMLK.
•
Investor mendapatkan keuntungan pembebasan pajak berdasarkan PP No. 6/2002
untuk produk reksa dana yang berumur kurang dari 5 tahun.
•
Pertumbuhan aset reksa dana juga mendorong pertumbuhan ekonomi karena
membantu usaha ekspansi usaha yang berarti menggerakkan sektor riil. Secara
tidak langsung pun, reksa dana meningkatkan pendapatan pajak dengan adanya
peningkatan keuntungan di sektor riil.
2.1.5 Risiko yang Dihadapi
Menurut Manurung, terdapat empat faktor mengapa reksa dana disebut
produk investasi berisiko, yaitu :
1. Dana yang diperoleh dari masyarakat diinvestasikan pada portofolio efek yang
masing-masing efek memiliki tingkat risiko.
2. Portofolio efek tersebut sangat bervariasi sehingga masing-masing instrumen
tersebut memiliki tingkat pengembalian yang berbeda-beda.
3. Arus kas (selisih dana masuk-keluar atau selisih dana dari investor yang membeli
reksa dana dan investor yang menjual reksa dana) yang berubah-ubah
4. Keahlian manajer investasi pengelola reksa dana yang berbeda-beda
Risiko yang umumnya dihadapi oleh para investor reksa dana antara lain:
17
1. Risiko ekonomi saat ini, menggambarkan situasi ekonomi yang dapat
mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana.
2. Risiko berfluktuasinya nilai aktiva bersih yag dapat terjadi karena adanya
perubahan portofolio maupun kebijakan pemerintah atas tingkat bunga yang tidak
dapat dikendalikan manajer investasi.
3. Risiko likuiditas, menyatakan kemampuan reksa dana tidak dapat membayar
karena portofolio tidak dapat dijual atau karena adanya investor yang secara
bersamaan melakukan pencairan dana.
4. Risiko pertanggungan atas harta/kekayaan reksa dana, menguraikan risiko yang
dihadapi investor karena adanya instrumen investasi yang tidak dibayar jika
terjadi bencana alam. Untuk hal inilah, diperlukan melakukan asuransi oleh bank
kustodian.
Selain itu, investor reksa dana juga dihadapkan pada risiko investasi umum
karena berinvestasi, antara lain :
1. Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh pengaruh perubahan tingkat
suku bunga terhadap perubahan harga obligasi.
2. Reinvestment risk, yaitu risiko atas investasi dari bunga/kentungan dari hasil
investasi. Efek dari interest rate risk dan reinvestment risk bersifat saling
menghilangkan (offsetting effect).
3. Call risk, yaitu risiko investor yang membeli obligasi dengan hak beli penerbit
saat penerbit menggunakan hak tersebut untuk membeli lagi obligasi tersebut.
4. Default risk, yaitu risiko gagal bayar, risiko dimana penerbit tidak dapat
membayar sesuai perjanjian pada saat jatuh tempo.
18
5. Inflation risk, yaitu risiko akibat perubahan tingkat inflasi yang berpengaruh pada
perubahan kemampuan membeli (purchasing power) riil investor.
6. Exchange risk, yaitu risiko akibat perubahan nilai tukar mata uang asing, dihadapi
hanya oleh investor yang berinvestasi dengan obligasi dalam mata uang asing.
7. Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi investor dilihat dari
kemudahan
mencairkan investasi ke dalam bentuk uang tunai.
8. Volatility risk, yaitu risiko yang dihadapi investor berkaitan dengan hak opsi
tingkat suku bunga dari obligasi.
2.1.6 Lembaga yang Terlibat dalam Reksa Dana
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam reksa dana antara lain adalah:
1. Manajemen reksa dana
Pada dasarnya, reksa dana merupakan entitas ekonomi yang independen dan bisa
berbentuk Perseroan Terbatas. Dewan Direksi bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan. Mereka juga berwenang membuat kontrak-kontrak dengan instituri
penunjang mekanisme reksa dana.
2. Manajer Investasi
Direksi reksa dana pada umumnya tidak mengelola langsung aset perusahaan,
tetapi melimpahkannya pada Manajer Investasi. Melalui kontrak tertulis,
diformulasikan aturan main secara komprehensif. Dewan direksi tetap
bertanggung jawab kepada pemegang saham atas kelangsungan dan prestasi reksa
dana tersebut.
3. Bank Kustodian
19
Kekayaan reksa dana wajin disimpan pada Bank Kustodian yang tidak terafiliasi
dengan Manajer Investasi, dimana Bank Kustodian bertindak sebagai penitipan
kolektif dan administrator.
2.1.7 Mekanisme Reksa Dana
Mekanisme kerja yang terjadi dalam reksa dana, selain melibatkan Manajer
Investasi, Bank Kustodian, dan investor juga melibatkan pelaku (perantara) di pasar
modal (broker, underwriter) serta di pasar uang (bank) serta pengawasan yang
dilakukan oleh Bapepam.
LAPORAN BULANAN
BAPEPAM
PENGAWASAN
1
3
MANAJER
INVESTASI
INVESTOR
4
PERANTARA
5
PASAR MODAL
& PASAR UANG
2
6
7
9
8
10
BANK
KUSTODIAN
REKSA DANA
Gambar 2. 1 Mekanisme Reksa Dana
Keterangan:
1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) Unit
Penyertaan
20
2. Penyetoran Dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan
kembali
3. Perintah transaksi investasi.
4. Eksekusi transaksi investasi
5. Konfirmasi transaksi
6. Perintah penyelesaian transaksi
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta
8. Informasi Nilai Aktiva Bersih/Unit secara harian melalui media massa
9. Laporan valuasi harian dan bulanan
10. Laporan Bulanan kepada Bapepam
2.2
Imbal Hasil dan Risiko
2.2.1 Pengertian Imbal Hasil
Dalam melakukan investasi, setiap investor mengharapkan adanya sejumlah
hasil sebagai kompensasi atas waktu, tingkat inflasi, dan ketidakpastian hasil yang
diterima.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (1998, p92), return didefinisikan
sebagai ”Return can be define as the income received on an investment plus any
change in market price usually expressed as a percent of the beginning market price
of investment”.
21
Reilly dan Brown (2006, p1136), mendefinisikan imbal hasil sebagai
“Expected rate of return The return that analysts’ calculations suggest a security
should provide, based on the market’s rate of return during the period and the
security’s relationship to the market.”
Berdasarkan definisi-definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa imbal hasil
merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor atas investasi yang
dilakukan.
2.2.2 Pengukuran Imbal Hasil
Pratomo dan
Nugraha (2001,
p182),
memberi
contoh pengukuran
pengembalian reksa dana dalam periode mingguan yang dirumuskan sebagai:
Kinerja subperiode =
AK − AW
AW
dimana,
NAK = Nilai Aktiva Bersih/Unit akhir minggu ini (periode saat ini)
NAW = Nilai Aktiva Bersih akhir minggu sebelumnya (periode sebelumnya)
2.2.3 Pengertian Risiko
Menurut Reilly dan Brown (2006, p202), risiko adalah ”For most investors,
risks means the uncertainty of future outcomes. An alternative definition might be the
probability of an adverse outcome”.
Brigham dan Ehrhardt (2005, p129) mendefinisikan risiko sebagai “Risk is
defined in Webster’s as ‘a hazard; a peril; exposure to loss or injury.’ Thus, risk
refers to the chance that some unfavorable event will occur”.
22
Damodaran (2006) mendefinisikan risiko sebagai “...refers to likelihood that
we will receive a return on an investment that is different from the return we expected
to make.” Risiko tidak hanya termasuk hasil yang buruk (lebih rendah dari yang
diperkirakan), namun juga hasil yang baik (lebih bagus dari yang diperkirakan).
Menurut Keown (2005, pp 190-193), suatu investasi dikatakan lebih berisiko
apabila ada ketidakpastian yang lebih tinggi mengenai hasil akhir investasi. Keown
membagi risiko menjadi dua, yaitu:
1. firm-specific/company-unique risk, yaitu risiko yang dapat dihilangkan
melalui proses diversifikasi. Risiko ini dikenal pula dengan istilah
unsystematic risk atau diversifiable risk.
2. market-related risk, yaitu risiko pasar yang tidak dapat dihilangkan, meskipun
seberapa banyak diversifikasi telah dilakukan. Risiko ini dikenal pula dengan
istilah nondiversifiable risk atau systematic risk.
2.2.4 Pengukuran Risiko
Suatu risiko dapat diukur dengan dua cara (Brigham dan Ehrhardt, 2005,
p133-137) yaitu:
1. Standar Deviasi
Berdasarkan teori probabilitas, semakin ketat/sempit distribusi probabilitas dari
imbal hasil yang diharapkan, semakin kecil risiko investasi. Standar deviasi,
disimbolkan dengan σ, adalah nilai untuk mengukur keketatan distribusi
probabilitas.
Standar deviasi dapat dihitung melalui langkah-langkah berikut:
23
•
Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan, dengan rumus:
n
rˆ =
∑Pr
i i
i =1
•
Mengurangi setiap tingkat pengembalian yang diharapkan dengan setiap hasil
untuk memperoleh deviasi/penyimpangan dari tingkat pengembalian yang
diharapkan.
Deviasii = ri − rˆ
•
Pangkatkan setiap deviasi dan kalikan dengan dengan probabilitas
kemunculan setiap hasil. Penjumlahan hasil pengalian menghasilkan variance
(σ²) dari distribusi probabilitas.
n
σ2 =
∑ (r − rˆ)
2
i
Pi
i =1
•
Akarkan variance untuk memperoleh standar deviasi.
n
σ=
∑ (r − rˆ)
i
2
Pi
i =1
Semakin kecil nilai standar deviasi, maka distribusi probabilitas semakin sempit,
yang berarti risiko investasi semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
2. Koefisien Variasi (Coefficient of Variation)
Koefisien Variasi (CV) merupakan standar deviasi yang dibagi dengan imbal
hasil yang diharapkan. Koefisien Variasi menggambarkan nilai risiko dari setiap
unit imbal hasil dan nilai ini saat bermanfaat sebagai perbandingan apabila imbal
hasil dari dua alternatif tidak sama.
24
Koefisien variasi dirumuskan sebagai:
CV =
σ
rˆ
dimana,
CV
:
Koefisien variasi
σ
:
Standar deviasi
rˆ
:
Imbal hasil yang diharapkan
2.2.5 Kovarian dan Korelasi
Kovarian merupakan pengukuran absolut tingkat dua set angka bergerak
bersama-sama sepanjang waktu, yaitu bagaimana angka-angka tersebut bergerak naik
atau turun bersama-sama (Reilly dan Brown, 2006, p101). Bergerak bersama-sama
berarti biasanya berada diatas atau dibawah nilai rata-rata pada saat yang bersamaan.
Kovarian antara i dan j didefinisikan sebagai:
COVij =
=
∑ (i − i )( j − j )
n
∑ i ′j ′
n
Apabila kedua angka berada diatas atau dibawah nilai rata-rata masingmasing secara konsisten pada saat yang sama, maka hasil perkalian akan positif, dan
rata-rata atau kovariannya semakin besar. Namun apabila nilai i dibawah rata-rata dan
nilai j diatas rata-rata, atau sebaliknya, hasil perkalian menjadi negatif, sehingga hasil
kovarian pun negatif.
25
Korelasi atau koefisien korelasi merupakan nilai standar yang mengukur
hubungan antara dua variabel yang nilainya berkisar antara -1,00 sampai +1,00
(Reilly dan Brown, 2006, p1135).
Menurut Wikipedia, koefisien korelasi merupakan nilai yang menunjukkan
kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak (random variable).
Untuk bentuk arah dan hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam
positif (+) dan negatif (-). Tanda positif menunjukkan adanya hubungan positif antara
dua variabel, dimana kenaikan suatu variabel, akan diikuti oleh kenaikan variabel
lainnya. Demikian pula sebaliknya, penurunan satu variabel akan diikuti oleh
penurunan variabel lainnya. Sedangkan tanda negatif menunjukkan adanya hubungan
negatif antar variabel. Kenaikan satu variabel, akan menyebabkan penurunan variabel
yang lain, dan penurunan satu variabel, akan menyebabkan kenaikan variabel yang
lain.
Koefisien korelasi dirumuskan sebagai:
r ij =
COV
ij
σ iσ
j
dimana,
rij
:
COVij :
koefisien korelasi variabel i dan j
kovarian variabel i dan j
σi
:
standar deviasi i
σi
:
standar deviasi j
26
2.2.6 Beta
Menurut Keown (2005, pG-1), beta atau koefisien beta (β) merupakan ukuran
hubungan antara imbal hasil investasi dan imbal hasil pasar, atau ukuran risiko
sistematik.
Beta saham menunjukkan hubungan antara imbal hasil saham dan imbal hasil
pasar, sedangkan beta portofolio menunjukkan hubungan antara imbal hasil
portofolio dan imbal hasil pasar. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari
setiap beda investasi individual, misalnya saham, sesuai dengan proporsi tiap
investasi dalam portofolio.
Nilai koefisien beta dapat diperoleh melalui analisis regresi atau dengan
rumus:
βi =
COV iM
σ 2M
dimana,
βi
:
Beta investasi (saham, portofolio)
COViM :
kovarian investasi dan pasar
σM2
variance pasar
:
Pada umumnya, sebuah saham dengan nilai beta sama dengan nol (β = 0)
tidak memiliki risiko sistematik, saham dengan nilai beda sama dengan satu (β = 1)
memiliki risiko sistematik yang sama dengan saham-saham pada umumnya di pasar,
sedangkah saham dengan beta melebihi satu (β > 1) memiliki risiko pasar yang lebih
tinggi dari pada saham-saham pada umumnya.
27
2.3
Kinerja Portofolio
Secara sederhana, kinerja portofolio reksa dana dapat dilihat dari hasil
perolehan NABnya. Namun, dalam suatu investasi, harus diperhitungkan pula risiko
yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, metode yang digunakan harus
menyesuaikan risiko dalam memperhitungkan imbal hasil yang diukur. Metode
model ini kemudian dikembangkan oleh Jack Treynor, William Sharpe dan Michael
Jensen pada tahun 1970, secara simultan bersamaan dengan berkembangnya model
CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang menggunakan risiko sistematik (beta),
imbal hasil investasi bebas risiko, dan premi risiko, dalam valuasi nilai investasi.
Beberapa teori pengukuran kinerja portofolio adalah sebagai berikut:
1. Sharpe Performance Index
Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut
premium atas risiko atau risk premium. Risk premium adalah selisih antara
tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dengan tingkat investasi
bebas risiko. Sharpe Performance Index diperoleh dengan membagi premi risiko
selama periode tertentu dengan standar deviasi dari imbal hasil selama periode
tersebut. Sharpe mengukur trade-off antara kelebihan imbal hasil dan volatilitas
total. Menurut Sharpe, nilai tertinggi diberikan kepada reksa dana yang terbaik
dalam hal risk-adjusted average rate of return.
Perumusan SPI adalah sebagai berikut:
SPI =
(r
P
− rf
σ
P
)
28
dimana,
SPI :
Sharpe Performance Index, nilai rasio Sharpe
rP
:
rata-rata imbal hasil portofolio/reksa dana selama periode tertentu
rf
:
rata-rata imbal hasil investasi bebas risiko selama periode tertentu
σP
:
standar deviasi imbal hasil portofolio
2. M2 measure (Modigliani-squared)
Metode ini diperkenalkan oleh Graham dan Harvey, yang kemudian
dipopulerkan oleh Leah Modigliani dari Morgan Stanley dan kakeknya, Franco
Modigliani. Seperti halnya Sharpe, pengukuran M2 berfokus pada total volatilitas
sebagai pengukuran risiko. Namun untuk mengukur M2, portofolio harus
disesuaikan bobotnya dengan investasi bebas risiko agar memiliki standar deviasi
yang sama dengan pasar, atau dengan kata lain memiliki tingkat risiko yang sama
dengan pasar. Karena indeks pasar dan portofolio memiliki standar deviasi yang
sama, untuk membandingkan kinerja keduanya cukup dengan membandingkan
imbal hasilnya saja. Modigliani-squared dirumuskan sebagai berikut:
M 2 = rP* − rM
dimana,
M2
:
M2, Modigliani-squared
rP*
:
imbal hasil portofolio yang telah disesuaikan
rM
:
imbal hasil pasar
29
3. Treynor’s Performance Index
Seperti halnya metode Sharpe, metode Treynor juga didasarkan atas risk
premium. Namun, konsep indeks kinerja menurut Jack Treynor adalah lebih
didasarkan pada adanya systematic risk, yaitu risiko yang tidak dapat dihapuskan
melalui diversifikasi, yang diukur dengan koefisien beta portofolio, bukan
berdasarkan total risiko yang ukurannya adalah standar deviasi, sehingga dari
metode ini dapat diukur kelebihan imbal hasil per unit risiko sistematik.
Pengukuran beta dilakukan dengan melakukan regresi linier.
Nilai Treynor diperoleh dari:
TPI =
(r
P
− rf
)
βP
dimana,
TPI :
nilai rasio Treynor
rP
:
rata-rata imbal hasil portofolio selama periode tertentu
rf
:
rata-rata imbal hasil investasi bebas risiko selama periode tertentu
βP
:
beta/risiko sistematik dari portofolio
Pengukuran kinerja dengan metode Sharpe maupun Treynor bersifat
komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio reksa dana
yang tidak terdiversifikasi dengan baik akan mendapat peringkat yang tinggi
untuk Treynor, namun lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Perbedaan
peringkat pada kedua pengukuran tersebut menunjukan perbedaan baik buruknya
diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis.
30
Seperti halnya Sharpe Performance Index, nilai rasio Treynor yang
semakin tinggi menunjukkan semakin baik kinerja reksa dana.
4. Jensen measure (portfolio alpha)
Jensen mengukur rata-rata imbal hasil portofolio yang melebihi dari
prediksi dengan mengunakan CAPM yang menghitung beta portofolio, dan ratarata imbal hasil pasar. Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja Manajer
Investasi berdasarkan atas seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu
memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya.
Kelebihan ini digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi liner
pada sumbu y dan disebut dengan perpotongan Jensen (Jensen intercept) atau
alpha (α) dari suatu portofolio.
dan dapat diperoleh melalui:
[
(
α P = rP − r f + β P rM − r f
)]
dimana,
αP
:
nilai perpotongan Jensen, alpha portofolio
rP
:
rata-rata imbal hasil portofolio selama periode tertentu
rf
:
rata-rata imbal hasil investasi bebas risiko selama periode tertentu
rM
:
rata-rata imbal hasil pasar
βP
:
beta/risiko sistematik dari portofolio
Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi
menunjukkan kinerja reksa dana yang semakin baik.
Download