Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 DAFTAR ISI Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Y.A. Didik Cahyanto............................................................... 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Kamaruddin. ..................................................................... 13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Multinasional Di Bursa Efek Indonesia Kristina .............................................................................. 25 Pengaruh Managerial Ownership, Profitability, Firm Size, Growth, Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating Dan Price Earning Ratio Terhadap Leverage Maris Agung T ...................................................................... 43 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen R. Purwoko ....................................................................... 57 The Influence Of Profitability, Firm Size, Asset Tangibility, Non-Debt Tax Shield And Growth Toward Capital Structure Satriyo Wibowo ................................................................ 71 Pengaruh Risiko Bisnis, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Collateral Value Of Asset Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal Stella ................................................................................. 85 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Dine Ranette dan Esika Wahasari .............................................. 99 Pengaruh Struktur Aset, Risiko Bisnis, Peluang Pertumbuhan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kepemilikan Institusional Syafril Yurisno ....................................................................... 111 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Widyawati Lekok .................................................................... 129 Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Integritas Laporan Keuangan Wenny dan Lie Lie Pien ............................................................ 141 Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 1-12 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Y.A. DIDIK CAHYANTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to provide empirical evidence whether insider ownership, collateralizable assets, growth in assets, liquidity, firm size, and debt policy have significant influence to dividend policy. Samples in this research are manufacturing companies, which are listed in Indonesia Stock Exchange for three years period from 2008 until 2010. This research used purposive sampling method. The samples of this research consist of 34 companies that meet the criterias. This research used multiple regresion analysis to find out the influence of all independent variables above to dividend policy. The result of the research showed that insider ownership, collateralizable assets, growth in assets, liquidity, firm size, and debt policy had no influence to dividend policy. Keywords: Dividend Policy, Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth in Assets, Liquidity, Firm Size, and Debt Policy. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris apakah kepemilikan manajerial/orang dalam, aset kolateral, pertumbuhan aset, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tiga tahun dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 34 perusahaan yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial/orang dalam, aset kolateral, pertumbuhan aset, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden. Kata kunci: Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial/orang dalam, Aset kolateral, Pertumbuhan Aset, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Hutang. 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 PENDAHULUAN Investasi merupakan penempatan sejumlah dana dari investor kepada suatu aktiva dengan harapan untuk memperoleh return di masa yang akan datang. Saat ini, investasi sudah menjadi hal yang lazim dilakukan oleh banyak orang dikarenakan cukup menjanjikan. Hal inilah yang menarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang investasi, yaitu investasi dalam bentuk saham. Ada dua keuntungan yang bisa di dapat oleh investor saham yaitu dividen dan capital gain. Wahyudi (2008) menyatakan bahwa, dividen merupakan bagian laba bersih perusahaan kepada pemegang saham, sedangkan keuntungan modal merupakan selisih positif antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham. Pembagian dividen kepada para investor berdasarkan pada kebijakan dividen yang ditentukan oleh perusahaan. Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli 2004), oleh karena itu penetapan kebijakan dividen sangatlah menarik untuk diteliti dan dibahas lebih lanjut. Investor sebagai pemegang saham perusahaan (principal) memiliki hak untuk memilih dewan komisaris perusahaan yang kemudian mengangkat manajer (agen) untuk melaksanakan beberapa kegiatan atau pekerjaan bagi kepentingan principal. Hal ini menimbulkan suatu masalah yang disebut dengan agency conflict, yaitu konflik yang terjadi dikarenakan oleh perbedaan 2 November 2013 kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Insider ownership menjadi salah satu pemecahan dari masalah keagenan yaitu dengan memberi proporsi saham kepada manajer untuk meningkatkan keselarasan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Konflik kepentingan juga terjadi antara pemegang saham dengan kreditor. Pembayaran dividen yang besar tentunya mengurangi laba perusahaan yang akan digunakan untuk membayar hutang dan hal ini menyebabkan kekhawatiran kreditor. Collateralizable assets dapat digunakan untuk mengurangi kekhawatiran kreditor serta benturan kepentingan tersebut. Pembagian dividen juga dipengaruhi oleh kebijakan investasi atau kesempatan investasi yang diproyeksikan oleh variabel growth in net assets. Menurut pendapat Wahyudi (2008) laba yang diperoleh perusahaan digunakan untuk mendanai investasi perusahaan sehingga akan mengurangi proporsi dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Selain itu likuiditas ikut menentukan juga kebijakan dividen yang diambil perusahaan. Menurut pendapat Suharli (2008), pada perusahaan yang membukukan keuntungan lebih tinggi ditambah likuiditas yang lebih baik, maka semakin besar jumlah dividen yang dibagikan. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian Wahyudi (2008) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel insider ownership, collateralizable assets, growth in assets dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Peneliti menambahkan dua variabel independen dari penelitian Dewi ISSN: 1410 -9875 (2008), yaitu ukuran perusahaan dan kebijakan hutang. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Bird in The Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang menyatakan bahwa investor menilai lebih tinggi pendapatan yang berasal dari dividen dibandingkan pendapatan yang berasal dari keuntungan modal dikarenakan ketidakpastian yang tinggi dalam mendapatkan keuntungan modal. Oleh sebab itu menurut Suwaldiman (2006), perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan pula yang tinggi. Teori Dividend Irrelevant Teori ini dinyatakan oleh Modigliani dan Miller (1961) dalam Hatta (2002) bahwa investor tidak peduli atas pendapatan dividen maupun keuntungan modal, sehingga kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan di mata investor. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnis atau tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya. Teori Keagenan Teori keagenan JensenMeckling (1976) dalam Fauz (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini biasa disebut agency problem. Penyebab konflik tersebut adalah perbedaan kepentingan diantara pihak pemilik dengan pihak Y.A. Didik Cahyanto pengelola yang dalam hal ini adalah manajer dengan pemegang saham. Masalah keagenan mengakibatkan munculnya agency cost. Biaya agensi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam merancang, mengimpelemntasikan dan mengembangkan sistem kontrol dalam organisasi untuk mengontrol kerugian yang dihasilkan dalam pemecahan masalah kontrol secara lengkap. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya agensi, yaitu peningkatan kepemilikan managerial, penggunaan kebijakan hutang dalam pendanaan, dan mengaktifkan pengawasan melalui kepemilikan oleh investor-investor institusional. Teori Preferensi Pajak Litzenberger-Ramaswamy (1979) dalam Nuringsih (2005) berpendapat bahwa investor lebih memilih dividen yang rendah yang disebabkan oleh dua alasan, yaitu: 1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen 2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu. Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan yang menerapkan hubungan keagenan sering mengalami konflik yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Akibatnya, pemegang saham mengeluarkan biaya untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manajer yang disebut dengan biaya agensi. Salah 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 satu cara untuk mengurangi biaya agensi adalah kepemilikan manajerial. Peningkatan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan menimbulkan rasa kepemilikan manajemen terhadap perusahaan sehingga tindakan manajer selaras dengan kepentingan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2008) mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fauz (2007), Suwaldiman (2006) dan Hatta (2002). Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Pujiastuti (2008) dan Putra (2006) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha1 : Insider Ownership berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Collateralizable Assets terhadap Kebijakan Dividen Di dalam perusahaan, konflik kepentingan juga terjadi antara pemegang saham dengan kreditur. Pembayaran dividen yang besar tentunya mengurangi laba perusahaan yang akan digunakan untuk membayar hutang dan hal ini menyebabkan kekhawatiran kreditor. Agar dapat mengurangi kekhawatiran kreditur serta benturan kepentingan tersebut, perusahaan harus memiliki aset yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai jaminan atas 4 November 2013 hutang-hutang perusahaan, yang disebut collateralizable assets. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2006), Wahyudi (2008) dan Fauz (2007) menyatakan bahwa variabel collateralizable assets berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian oleh Pujiastuti (2008) yang juga menyatakan bahwa variabel collateralizable assets berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha2 : Collateralizable Assets berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Growth in Assets terhadap Kebijakan Dividen Growth in assets digunakan sebagai variabel yang memproyeksikan investment opportunity. Pertumbuhan perusahaan cepat, maka perusahaan akan meningkatkan kebijakan investasinya agar perusahaan tidak mengalami underinvestment. Sebaliknya, apabila perusahaan sedang mengalami pertumbuhan yang lambat, maka perusahaan akan menurunkan kebijakan investasinya agar tidak mengalami overinvestment. Salah satu sumber dana perusahaan untuk melakukan investasi adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang merupakan sumber dana yang sama yang digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2008) menyatakan bahwa variabel growth in assets berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Pribadi (2012) dan Suwaldiman (2006) yang ISSN: 1410 -9875 menyatakan bahwa variabel growth in assets tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha3 : Growth in Assets berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Likuiditas juga digunakan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan. Manajemen perusahaan berusaha untuk mempertahankan likuiditas perusahaan dengan tingkat tertentu untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan perusahaan atas ketidakpastian yang mungkin terjadi. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik dan kemudian memperoleh laba, kemungkinan besar hanya akan menggunakan sebagian kecil laba yang dihasilkannya untuk membayar kewajiban perusahaan. Sehingga laba yang tersedia untuk digunakan dalam pembagian dividen lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2008) menyatakan bahwa variabel likuiditas berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Lopolusi (2013) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha4 : Likuiditas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Y.A. Didik Cahyanto Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung lebih mature dan mempunyai akses yang lebih mudah untuk masuk ke dalam pasar modal yang akan mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap pendanaan dari internal perusahaan, salah satu pendanaan internal perusahaan adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Pribadi (2012). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Suwaldiman (2006) dan Nuringsih (2005) yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha5 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen Dalam mendanai kegiatan operasional maupun mendanai investasi, perusahaan menggunakan pendanaan internal dan eksternal. Salah satu pendanaan eksternal perusahaan berasal dari hutang. Pemanfaatan hutang yang terlalu besar dalam hal pendanaan dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sumber dana internal, yaitu laba perusahaan. Selain itu penggunaan hutang yang tinggi menyebabkan 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 sebagian besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan dialokasikan untuk cadangan pelunasan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa variabel kebijakan hutang berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nuringsih (2005) dan Fauz (2007). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Marlina (2010) yang menyatakan bahwa variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen. Ha6 : Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. November 2013 pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010. 2. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 3. Perusahaan yang setiap tahun penelitiannya memiliki earning after tax yang positif. 4. Perusahaan yang membagikan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian. 5. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah pada laporan keuangannya. METODA PENELITIAN Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Kebijakan dividen adalah keputusan yang diambil oleh perusahaan tentang pembagian keuntungan bersih perusahaan atau pembagian kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau menahan dalam bentuk laba ditahan (Djumahir 2009). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel dependen kebijakan dividen adalah skala rasio. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan periode sampling dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan yang telah terdaftar sebagai perusahaan manufaktur Cash dividends per share Dividend Payout Ratio = Earnings per share Mengacu pada penelitian Suwaldiman et. Al (2006), kepemilikan manajerial atau insider ownership menggambarkan besarnya kepemilikan saham oleh manajemen dalam persentase. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kepemilikan manajerial adalah skala nominal, 6 (Dewi 2008) yaitu menggunakan variabel dummy untuk menunjukan ada tidaknya kepemilikan manajerial. Angka 1 digunakan untuk menandakan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan angka 0 untuk menandakan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. ISSN: 1410 -9875 Y.A. Didik Cahyanto Mengacu pada penelitian Fauz et al (2007), collateralizable asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjam kreditor yang seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel collateralizable assets adalah skala rasio. Total aktiva tetap bersih Collateralizable asset = Total Aktiva Growth in Assets memproyeksikan variabel kesempatan investasi. Perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi akan membutuhkan dana dalam jumlah besar sehingga membayar dividen lebih rendah (Putra 2006) dibandingkan perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang rendah (Wahyudi 2008). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel growth in assets adalah skala rasio. Total aktiva (t) – Total aktiva (t-1) Growth in Assets = Total Aktiva (t-1) (Pribadi 2012) Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas diproyeksikan oleh quick ratio yang menggunakan skala rasio. Cash and Cash Equivalents + Marketable Securities + Account Receivables Quick Ratio = Current Liabilities Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Alat ukur yang Size digunakan untuk mengukur variabel size adalah skala rasio. = Log n (Total Aktiva) Kebijakan hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi yang timbul dari kewajiban sekarang dari kesatuan tertentu untuk mentransfer aktiva atau jasa (Subramanyam 2009) (Nuringsih 2005) produktif ke kesatuan lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi di masa lalu (Kieso et al 1995). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kebijakan hutang adalah skala rasio. 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Total liabilities Debt to assets ratio = Total Assets (Dewi 2008) HASIL PENELITIAN Prosedur pemilihan sampel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Sampel per Tahun Perusahaan yang terdaftar secara berturut127 turut dari tahun 2008-2010 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (6) keuangan setiap tanggal 31 Desember Perusahaan yang tidak memiliki earning (47) after tax yang positif secara berturut-turut selama periode pengamatan Perusahaan yang tidak membagikan dividen (35) secara berturut-turut selama periode pengamatan Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (1) keuangan dalam mata uang rupiah Jumlah perusahaan yang dijadikan 34 sampelsebelum outlier Data yang di outlier Jumlah data setelah outlier Total Sampel 381 (18) (141) (105) (3) 102 (4) 98 Hasil pengujian statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 8 KD N 98 KM CA 98 98 GA 98 LK 98 Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 0,06237006 1,31352282 0,47678299620 2 5 4 0 1 0,43 0,05991683 0,73132227 0,32296675737 4 4 8 0,35505718 0,10156785837 0,19317432 4 8 6 0,08273787 6,77616679 1,96908478509 9 1 2 Std. Deviation 0,283870828828 0,497 0,159052348615 2 0,096882725876 1,72698794753 ISSN: 1410 -9875 SIZE 98 KH 98 Y.A. Didik Cahyanto 24,8502035 2 0,09430329 5 32,3571426 5 0,89396405 5 28,1967880208 1,62021386173 0,35733850732 7 0,184988308177 Hasil uji t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 Variabel (Constant) KM CA GA LK SIZE KH B 0,002 -0,094 -0,285 -0,218 -0,003 0,025 -0,154 Tabel 3 Hasil Uji T T Sig 0,003 0,998 -1,574 0,119 -1,380 0,171 -0,697 0,487 -0,119 0,906 1,205 0,231 -0,655 0,514 Nilai signifikansi kepemilikan manajerial (KM) adalah sebesar 0,119 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen (DPR), sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak dapat diterima. Nilai signifikansi collateral asset (CA)adalah sebesar 0,171 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara collateral asset (CA) terhadap kebijakan dividen (DPR), sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha2) tidak dapat diterima. Nilai signifikansi growth in assets (GA) adalah sebesar 0,487 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara growth in assets (GA) terhadap kebijakan dividen (DPR), sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha3) tidak dapat diterima. Nilai signifikansi likuiditas (LK) adalah sebesar 0,906 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara likuiditas (LK) terhadap kebijakan Kesimpulan Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh dividen (DPR), sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha4) tidak dapat diterima. Nilai signifikansi ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 0,231 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan dividen (DPR) , sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha5) tidak dapat diterima. Nilai signifikansi kebijakan hutang (KH) adalah sebesar 0,514 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara kebijakan hutang (KH) terhadap kebijakan dividen (DPR) , sehingga hipotesis alternatif pertama (Ha6) tidak dapat diterima. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan adalah Kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi kebijakan dividen karena persentase kepemilikan 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 manajerial di perusahaan manufaktur di Indonesia tidaklah signifikan, sedangkan penentuan kebijakan dividen dilakukan pada saat RUPS dan yang dapat mengikuti RUPS hanya pemegang saham yang persentase kepemilikannya signifikan. Collateral Asset tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibayarkan karena hutang yang dimiliki oleh perusahaan di Indonesia lebih di dominasi oleh hutang jangka pendek daripada kewajiban jangka panjang, sedangkan jaminan berupa asset tetap biasanya lebih banyak digunakan sebagai jaminan hutang jangka panjang. Growth in assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena secara umum perusahaan yang diajdikan sampel adalah perusahaan yang sudah beroperasi beberapa tahun, sehingga perusahaan tidak akan mengubah atau mengurangi proporsi pembagian dividen walaupun perusahaan memiliki kesempatan investasi yang besar karena memiliki laba ditahan. Besar kecilnya quick ratio (QR) tidak mempengaruhi kebijakan dividen karena secara umum perusahaan yang dijadikan sampel telah melakukan pencadangan likuiditas selama tahun-tahun sebelumnya, sehingga untuk tahun penelitian likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR) dikarenakan pembagian dividen lebih terkait pada kegiatan operasional dan keuangan perusahaan, bukan dikarenakan skala besar atau 10 November 2013 kecilnya perusahaan yang diukur melalui asset yang dimiiki perusahaan tersebut. Kebijakan hutang (KH) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR) dikarenakan komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan (Marlina 2009). Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni: 1. Penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen padahal masih terdapat variabel independen lainnya yang dapat mempengaruhi variabel dependen, kebijakan dividen. 2. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian selama periode 2008 sampai dengan 2010. 3. Dalam penelitian ini, uji F menunjukan bahwa model regresi tidak layak dipakai untuk memprediksi kebijakan dividen. Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lainnya yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti kepemilikan ISSN: 1410 -9875 institusional, free cash flow, dan profitabilitas. 2. Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian lebih banyak dan hasil Y.A. Didik Cahyanto penelitian dapat mewakili keseluruhan populasi. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengatasi masalah tidak fit dalam uji F dengan cara menambahkan variabel lain. REFERENSI Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 10, No. 1, hlm 47-58. Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 11, No. 2, hlm 144-153. Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 8, No. 2, hlm 259-267. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance 12th Edition. United States: Prentice Hall. Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi di Indonesia. JAAI Vol. 10, No. 2, hlm 121-136. Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Vol. 6, No. 2, hlm 122. Kieso, Donald E, Jerry T Weygandt, dan Terry D Warfield. 2011. Intermediate Accounting Vol. 1. USA: Wiley. Lopolusi, Ita. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2, No. 1, hlm 1-18. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, hlm 1-6. Mollah, A. Sabur, Rafiqul Bhuyan Rafiq dan Peter A. Sharp. 2007. Relevance of Agency Theory for Dividend Policy in an Emerging Economy: The case of Bangladesh. The Icfai Journal of Applied Finance Vol.13, No.12, hlm 5-15. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 2, No. 2, hlm 103-123. Pribadi, Anggit Satria dan R. Djoko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio. 2012. Diponegoro Journal of Management Vol. 1, No. 1, hlm 212-222. Pujiastuti, triani. 2008. Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen pad Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. 2008. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 12, No. 2, hlm 183-197. Putra, I Nyoman Nugraha Ardana. 2006. Analisis Biaya Keagenan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma Vol. 5, No. 2, hlm 37-46. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. United Kingdom: Wiley. Subramanyam, K R dan John J wild. 2009. Financial Statement Analysis 10th edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 9, No. 1, hlm 9-17. Suwaldiman dan Ahmad Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 8, No.1, hlm 53-64. Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable assets, Growth in Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20022006. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 6, No. 3, hlm 474-482. 12 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 13-24 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA KAMARUDDIN STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to determine some factors that may have influence on capital structure. The independent variables of this research are growth, firm size, profitability, asset structure, liquidity, and firm age. The object of this research are listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange from period of 2009 to 2012. Seventy two companies met the criteria using purposive sampling and were analyzed descriptive statistics and multiple regression were performed to test the hypotheses. The conclusion shows that liquidity and firm age have influence to capital structure. On the other hand, firm growth, firm size, profitability, and asset structure do not have influence to capital structure. Keywords: Growth, Firm Size, profitability, Asset Structure, Liquidity, Firm Age, Capital Structure. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel independen dari penelitian ini adalah pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode 2009 sampai 2012. Tujuh puluh dua perusahaan memenuhi kriteria purposive sampling dan dianalisis dengan menggunakan deskriptif statistik dan regresi berganda untuk menguji hipotesis. Kesimpulan menunjukkan bahwa likuiditas dan umur perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Di sisi lain, pertumbuhan perusahaan, ukuran, profitabilitas, dan struktur aktiva perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kata Kunci: Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Aset, Likuiditas, Umur Perusahaan, Struktur Modal tentunya dituntut untuk siap menghadapi persaingan usaha. Dalam hal ini manajer bertugas memikirkan cara untuk PENDAHULUAN Dalam ketatnya persaingan global masa kini, setiap perusahaan 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 meningkatkan performa perusahaan melalui peningkatan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi kegiatan produksi serta pemasaran. Kegiatan ini menyangkut usaha perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan dalam persaingan ketat antar perusahaan. Salah satu keputusan penting yang harus dilakukan manajer berhubungan dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yakni keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek, serta saham preferen dan saham biasa yang digunakan oleh perusahaan (Margaretha dan Ramadhan 2010). Manajer harus dapat menghimpun dana internal ataupun eksternal secara efisien dan optimal, sehingga mampu meminimalkan biaya modal yang akan ditanggung oleh perusahaan. Dana internal dapat berasal dari laba ditahan. Sedangkan dana eksternal dapat berasal dari hutang maupun penerbitan saham baru. Persoalan struktur modal ini menarik untuk diteliti karena setiap keputusan yang dipilih dari alternatif-alternatif yang ada akan menghasilkan struktur modal perusahaan yang bervariasi. Tantangannya adalah bagaimana manajer dapat menciptakan struktur modal yang baik bagi perusahaan dengan biaya modal yang seminimal mungkin sehingga kemakmuran pemegang saham tetap terjamin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dapat dikatakan tidak konsisten. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk 14 November 2013 melakukan pengembangan penelitian dengan mempertahankan variabel yang sama serta menggabungkan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya untuk melihat sejauh mana perbedaan hasil penelitian tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, sruktur aset, likuiditas dan umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Menurut Myres (1996) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), seorang manajer lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan. Urutan pengunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). Menurut pecking order theory, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan cenderung tidak menggunakan hutang untuk membiayai investasinya. Hal ini menurut Setiawan (2006) disebabkan karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi mempunyai dana internal yang besar. Sesuai dengan pecking order theory, profitabilitas yang tinggi akan menghasilkan laba ditahan ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin yang cukup besar sehingga dapat menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum mengambil pembiayaan eksternal melalui hutang. perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang bertumbuh lambat. Asymmetric Information Theory Asymmetric information theory merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa manajer perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai prospek dan risiko yang dihadapi perusahaan (Firnanti 2011). Keadaan ini memungkinkan manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya dalam pengambilan keputusan, khususnya yang berkaitan dengan pendanaan perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan harga saham yang disebabkan oleh keputusan manajer tersebut, dimana informasi ini harusnya tersedia bagi semua pihak dan bersifat murah. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, rata-rata tigkat penjualan, dan rata-rata total aset (Seftianne dan Handayani 2011). Struktur Modal Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada 2 macam tipe modal menurut Gitman dan Zutter (2009, 561) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya hutang jangka panjang. Tingkat Pertumbuhan Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk mendanai Profitabilitas Menurut Prihadi (2011, 164) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri. Tingginya profit berarti lebih banyak pendapatan untuk dilindungi dari pajak. Perusahaan dengan profit tinggi mendapatkan insentif untuk menggunakan hutang yang lebih banyak sehubungan dengan keuntungan tax deductability dari penggunaan hutang. Tingginya tingkat profit akan membawa pada kemungkinan kebangkrutan yang lebih rendah dan insentif yang lebih tinggi untuk menggunakan tax shield, sehingga menyebabkan tingginya hutang. Struktur Aset Struktur aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aset baik dalam aset lancar maupun aset tetap. Menurut Mardiana (2005) struktur aset 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 mencerminkan dua komponen aset secara garis besar dalam komposisinya yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah uang kas dan aset-aset lain yang dapat direalisasikan menjadi uang atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal, sedangkan aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Likuiditas Menurut Wild et al. (2007, 9), Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya. Berdasarkan pecking order theory, sebuah perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi cenderung tidak menggunakan November 2013 pembiayaan melalui hutang. Hal ini karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar. Menurut Setiawan (2006) perusahaan akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternalnya melalui hutang. Umur Perusahaan Umur perusahaan menggambarkan seberapa lama perusahaan tersebut telah didirikan. Perusahaan yang telah lama didirikan cenderung lebih dipercaya oleh pihak luar ketika meminjam dana, dan sebaliknya perusahaan kecil yang relatif berumur muda akan lebih sulit meminjam dana karena dianggap kurang mampu dalam memenuhi kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang kurang memadai bagi investor. Tingkat Pertumbuhan Ukuran Perusahaan Profitabilitas Struktur Modal Struktur Aset Likuiditas Umur Perusahaan 16 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin Pengembangan Hipotesis Berdasarkan rerangka teoritis di atas, maka pengembangan hipotesis penelitian ini adalah: Ha1 Tingkat pertumbuhan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha2 Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha3 Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha4 Struktur aset mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha5 Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha6 Umur Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. penelitian ini, kriteria yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012. 2. Periode laporan keuangan perusahaan manufaktur yang berakhir tanggal 31 Desember. 3. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan dengan mata uang Rupiah. 4. Perusahaan manufaktur yang memiliki laba sebelum bunga dan pajak selama periode penelitian. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Struktur Modal Menurut Javid dan Imad (2012) struktur modal diperoleh dari perbandingan total hutang jangka panjang dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir tahun tertentu. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan purposive sampling. Struktur Modal = dalam secara Pada Total Hutang Jangka Panjang Total Aktiva Tingkat Pertumbuhan Menurut Joni dan Lina (2010) tingkat pertumbuhan menunjukkan jumlah dana yang dialokasikan perusahaan ke dalam asetnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: TAn – TA(n-1) Tingkat Pertumbuhan = TA(n-1) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Javid dan Imad (2012) ukuran perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural dari total penjualan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan rum 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Ukuran Perusahaan = Log natural dari total penjualan Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam suatu periode tertentu. Menurut Javid dan Imad (2012) skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: Laba Sebelum Bunga dan Pajak Profitabilitas = Total Aset Struktur Aset Struktur aset mencerminkan dua komponen aset secara garis besar dalam komposisinya yaitu aset lancar dan aset tetap. Menurut Javid dan Imad (2012) struktur aset diperoleh dari perbandingan antara aset tetap dengan total aset. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: Aset Tetap Struktur Aset = Total Aset Likuiditas Menurut Seftianne dan Handayani (2011) likuiditas diperoleh dari perbandingan antara aset lancar dengan hutang lancar. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: Aset Lancar Likuiditas = Hutang Lancar Umur Perusahaan Umur perusahaan menunjukan berapa lama perusahaan tersebut sudah didirikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung umur perusahaan menurut Margaretha dan Ramadhan (2010) adalah sebagai berikut: Umur Perusahaan = Log (Tahun Penelitian- Tahun Pendirian) 18 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin ANALISIS DAN PEMBAHASAN Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012. No 1 2 3 4 5 Pemilihan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dimana sampel dipilih secara tidak acak dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan di dalam penelitian. Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Keterangan Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di 122 Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012 (4) Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember Perusahaan yang tidak (13) menyajikan laporan keuangan dalam bentuk mata uang Rupiah Perusahaan yang tidak memiliki laba (33) sebelum bunga dan pajak yang positif selama periode penelitian 72 Total perusahaan dan data yang digunakan dalam penelitian N ST_MD PERT UK_PER PROFIT ST_AS LIKUID UMUR 288 288 288 288 288 288 288 Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum 0,0057 -0,3235 24,7852 0,0003 0,0052 0,5249 1,0792 1,8740 0,8536 32,8677 0,5635 0,7880 11,7428 2,0294 Mean 0,1350 0,1317 28,0292 0,1465 0,3412 2,4127 1,5111 Data 488 (16) (52) (132) 288 Std. Deviation 0,2098 0,1729 1,6077 0,1093 0,1809 1,8602 0,1754 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Model 1 (Constant) PERT UK_PER PROFIT ST_AS LIKUID UMUR Tabel 3 Hasil Uji t Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 0,391 -0,082 0,002 0,113 0,022 -0,025 -0,169 0,233 0,072 0,009 0,126 0,072 0,007 0,077 -0,067 0,012 0,059 0,019 -0,218 -0,141 November 2013 t 1,678 -1,135 0,180 0,897 0,303 -3,338 -2,200 Sig 0,095 0,257 0,857 0,370 0,762 0,001 0,029 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19 Variabel tingkat pertumbuhan memiliki nilai signifikansi 0,257 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan cenderung memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah, sehingga hutang yang dijadikan sebagai alternatif utama dalam pengadaan dana eksternal cenderung tidak berubah atau tetap. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,857 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dapat dimungkinkan karena perusahaan yang besar sudah memiliki alokasi pendanaan internal yang dirasa cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan. Sehingga berapapun besarnya ukuran perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap jumlah pinjaman jangka panjangnya. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,370 lebih besar dari 0,05 maka dapat 20 disimpulkan bahwa profitablitas suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan struktur modal, karena manajemen beranggapan bahwa laporan laba rugi tidak menjadi daya tarik utama bagi para kreditor ataupun investor. Pada umumnya dasar penilaian kreditor dan investor adalah posisi keseluruhan pada laporan keuangan, bukan hanya berdasarkan profitabilitas yang tercermin dari laporan laba rugi. Variabel struktur aset memiliki nilai signifikansi 0,762 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dapat disebabkan oleh proporsi aset tetap yang kecil dalam aset yang dimiliki perusahaan. Sehingga aset tetap yang dimiliki perusahaan dirasa tidak akan cukup kuat untuk menjamin hutang jangka panjang. Maka tidak adanya variabel ini tidak mempengaruhi keputusan menentukan struktur modal. ISSN: 1410 -9875 Variabel likuiditas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel likuiditas memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Variabel likuiditas memiliki nilai beta sebesar -0,025 yang berarti variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Jika variabel likuiditas naik sebesar 1 satuan, maka variabel struktur modal akan turun sebesar 0,025 dengan asumsi variabel tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan tetap. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar. Perusahaan akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternalnya melalui hutang. Semakin besar likuiditas perusahaan maka pembiayaan eksternal melalui hutang semakin kecil. Variabel umur perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Variabel umur perusahaan memiliki nilai beta sebesar -0,169 yang berarti variabel struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Jika variabel umur perusahaan naik sebesar 1 satuan, maka variabel struktur modal akan turun sebesar 0,169 satuan dengan asumsi variabel tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan tetap. Hal ini dikarenakan Kamaruddin perusahaan yang telah lama didirikan memiliki kemampuan financial yang baik sehingga lebih memilih untuk menggunakan dana internal dari pada dana eksternal melalui hutang. Semakin tua umur perusahaan maka pembiayaan eksternal melaui hutang semakin kecil. PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah variabel tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pertumbuhan tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Rahayu dan Faisal (2005), namun tidak konsisten dengan penelitian Prabansari dan Kusuma (2005), Musyafikin (2005), Hasan (2006), serta Joni dan Lina (2010). 2. Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiawan (2006), Margaretha dan Ramadhan (2010), serta Joni dan Lina (2010), namun tidak konsisten dengan penelitian Rahayu dan Faisal (2005), Hasan (2006), serta Seftianne dan Handayani (2011). 3. Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 konsisten dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011), namun tidak konsisten dengan penelitian Kusumawati (2004), Rahayu dan Faisal (2005), serta Setiawan (2006). 4. Struktur aset tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya dan Hadianto (2008) dan Seftianne dan Handayani (2011), namun tidak konsisten dengan penelitian Joni dan Lina (2010). 5. Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiawan (2006), Wijaya dan Hadianto (2008), serta Margaretha dan Ramadhan (2010), namun tidak konsisten dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011). 6. Umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramlall (2009), namun tidak konsisten dengan penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010) Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel selama empat tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. 2. Variabel bebas yang diteliti hanya terbatas pada tingkat November 2013 pertumbuhan, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan. 3. Penelitian hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitiannya sehingga belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada. 4. Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal dan terjadi masalah heteroskedastisitas pada variabel tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, struktur aset, dan likuiditas. Beberapa rekomendasi peneliti bagi penelitian selanjutnya: 1. Periode penelitian ditambah agar sampel menjadi lebih banyak sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih memadai. 2. Melakukan penambahan variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi struktur modal tetapi belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas obyek penelitian menjadi perusahaan manufaktur dan perusahaan non-keuangan. 4. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah ju mlah data sehingga data ber distri busi normal dan tidak terjadi heteroskedastisitas. REFERENSI Bangun, Nurainun dan Vivi Surianty. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi empiris terhadap perusahaan 22 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi. Tahun. XII. No. 01. Januari. hlm. 35-47. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 (2), Agustus 2011, hlm. 119-128. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2009. Principles of Managerial Finance 12th Edition. New York: Pierson Prentice Hall. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Prihadi, Toto. 2011. Praktis Nemahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK. Jakarta Pusat: PPM. Hasan, H. Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6. No. 6. November. hlm. 1-21. Javid, Attiya Yasmin and Qaisar Imad. 2012. A Decomposition Analysis of Capital Structure: Evidence from Pakistan’s Manufacturing Sector. The Lahore Journal of Economics Vol. 17 No. 1, 2012, pp. 1-31. Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Agustus. hlm. 81-96. Mardiana. 2005. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan metal yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen & Akuntansi. Vol. 2. No. 2. September. hlm. 149-169. Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Agustus. hlm. 119-130. Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan hubungannya terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol. 7. No. 1. Maret. hlm. 82-99. Mgudlwa, Nosipho. 2009. Size and Other Determinants of Capital Structure in South African Manufacturing Listed Companies. PhD diss., Nelson Mandela Metropolitan University. Nanok, Yanuar. 2008. Capital structure determinan di Indonesia. Akuntabilitas. Vol. 7. No. 2. Maret. hal. 122-127. Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen. hlm. 1-15. Rahayu, Dyah Sih dan Faisal. 2005. Pengaruh kepemilikan saham manajerial dan insitusional pada struktur modal perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7. No. 2. Agustus. hlm. 190-203. Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of Capital Structure Among NonQuoted Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and Economics, Vol. 31, hlm. 83-92. 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 1. April. hal. 39-56. Sekaran U dan R Bougie. 2010. Research Methods For Business A Skill Building Approach Fifth Edition. Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory : Studi pada Industri Makanan dan Minuman di BEJ. Majalah Ekonomi Tahun XVI, No.3 Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur. Fenomena. Maret 2009, hal. 39-47 Wijaya, M. Sienly Veronica dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh struktur aktiva, ukuran, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal emiten sektor ritel di Bursa Efek Indonesia: sebuah pengujian hipotesis pecking order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 1. hlm. 71-84. Wild, John J., Subramanyam, K.R. & Halsey, Robert F. 2007. Financial statement analysis 9 th edition. USA: McGraw-Hill. Winahyuningsih, Panca., Kertati Sumekar dan Hanar Prasetyo. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Hlm. 1-17. 24 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 25-42 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL DI BURSA EFEK INDONESIA KRISTINA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the factors which influence voluntary disclosure. Independent variables used in this research are firm size, proportion of ownership by the public, the base of the company, type of industry, size of the board of commissioners, profitability, and leverage to voluntary disclosure. This research used 54 samples of companies in the multinational companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that takes for the period of 2010 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The results show that firm size, type of industry, and size of the board of commissioners have influence toward voluntary disclosure. Proportion of ownership by the public, the base of the company, and profitabilty have no influence toward voluntary disclosure. Keywords: Firm Size, Proportion of Ownership by The Public, The Base of Company, Type of Industry, Size of The Board of Commissioners, Profitabilty, Leverage, Voluntary Disclosure, Multinational Companies (MNCs). Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan publik, basis perusahaan, jenis industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage. Penelitian ini menggunakan 54 sampel perusahaan dalam perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengambil periode 2010 sebagai sampel. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, jenis industri, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Proporsi kepemilikan oleh publik, basis perusahaan, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Kata Kunci: Ukuran Perusahan, Proporsi Kepemilikan Publik, Basis Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage, Pengungkapan Sukarela, Perusahaan Multinasional PENDAHULUAN Perubahan yang terjadi dalam suatu kondisi lingkungan ekonomi memiliki pengaruh terhadap dunia usaha. Perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaan untuk dapat bersaing. Kondisi ini terkait banyaknya skandal keuangan perusahaan yang terjadi. Untuk itu dalam rangka melindungi investor yang melakukan investasi di negaranya, pemerintah berhak mengeluarkan government regulation. Government regulation harus ditaati oleh setiap perusahaan yang berada dalam suatu negara dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya karena pemerintah merupakan salah satu stakeholder perusahaan. Government regulation dibuat untuk melindungi pemilik perusahaan karena beberapa pemilik perusahaan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari perusahaan. Seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) diharuskan memberikan pengungkapan wajib mengenai beberapa informasi yang diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dengan adanya informasi yang wajib diungkapkan, diharapkan mendorong perusahaan untuk dapat melakukan transparansi dan keterbukaan informasi kepada masyarakat 26 terutama investor yang akan melakukan investasi. Teori pensignalan yang mendasari adanya pengungkapan sukarela menyatakan bahwa manajemen akan selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya kalau informasi tersebut berita baik (Wulandari dan Shanti 2008). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Kiswara (2009) yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela oleh perusahaan multinasional di indonesia. Pada Penelitian ini menambahkan dua variabel tambahan, yaitu profitabilitas dan leverage. Tahun pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah tahun 2010. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2005. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut, pertama pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang dan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan mengenai teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar dalam pengambilan hipotesis penelitian. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan definisi operasional variabel dalam penelitian. Keempat, hasil pengujian hipotesis, dan terakhir terkait pada kesimpulan, ISSN: 1410 -9875 keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan merupakan salah satu yang mendasari adanya pengungkapan sukarela. Teori keagenan mempelajari hubungan yang terjadi antara dua pihak yaitu agen dan prinsipal dimana agen sebagai manajer, kepala departemen, bawahan, atau orang yang dijamin oleh prinsipal dan prinsipal sebagai pemilik, shareholders, atasan, atau penjamin agen. Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, prinsipal mengajak agen untuk melayani kepentingan prinsipal dan dalam pengambilan keputusan, prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa melihat kontrak antara pemegang saham dan manajer sebagai suatu hubungan keagenan (agency relationship), dimana pemegang saham adalah prinsipal yang memberikan wewenang kepada manajer sebagai agen untuk mengelola perusahaan atas nama pemegang saham (Utami 2010). Sehingga pemberian wewenang untuk mengelola suatu perusahaan oleh pemegang saham kepada manajer menimbulkan suatu hubungan yang ditunjukkan melalui kontrak antara kedua belah pihak dimana pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Kristina Teori Pensignalan Teori pensignalan merupakan salah satu yang mendasari adanya pengungkapan sukarela. Teori pensignalan menyatakan bahwa pengungkapan informasi privat yang sangat diminati oleh investor dan pemegang saham akan selalu diusahakan oleh manajemen terutama mengenai informasi yang mengandung berita baik. Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi itu tidak diwajibkan oleh peraturan yang berlaku. Alat analisis dan pengawasan yang digunakan oleh para investor terhadap kinerja manajemen perusahaan ialah informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan. Penyampaian informasi perusahaan secara berkualitas merupakan salah satu keterbukaan perusahaan. Keterbukaan informasi bagi manajemen bertujuan untuk menunjukkan keseriusan dalam mengelola perusahaan secara profesional sehingga hal ini dapat,mempengaruhi pengambilan keputusan investasi oleh para investor. Pengungkapan Sukarela Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan secara sukarela melebihi yang diwajibkan di dalam standar peraturan yang diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi mengenai kondisi perusahaan yang sengaja dikeluarkan oleh perusahaan tanpa 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 ada ketentuan atau peraturan yang dijadikan pedoman. Meek et al. (1995) dalam Kiswara (2009) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi dari yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku dan merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya. Peraturan mengenai pengungkapan ini salah satunya adalah peraturan yang dibuat oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Sukarela Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Teori keagenan dalam Nugrahani (2009) menyatakan bahwa perusahaan kecil memiliki biaya keagenan yang lebih kecil dibandingkan perusahaan besar. Untuk mengurangi biaya keagenan, perusahaan besar akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan Kiswara (2009) menunjukan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Afifurahman dan Hapsoro (2008) yang menunjukan hasil yang sama yaitu tidak adanya pengaruh yang signifikan antara 28 November 2013 ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Namun, penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Marwata (2001), Hanifa dan Cooke (2002) dan Leung (2005) dalam Nuryaman (2009) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif dengan pengungkapan sukarela. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kiswara (2009) juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Meek, Roberts dan Gray (1995) dan Zarzeski (1996) dalam Almilia (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela Proporsi Kepemilikan Saham oleh Publik dan Pengungkapan Sukarela Proporsi kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah kepemilikan saham dalam suatu perusahaan yang dimiliki oleh publik (masyarakat) berdasarkan persentase saham yang dimiliki oleh publik terhadap jumlah keseluruhan saham perusahaan. Teori keagenan dalam Almilia (2008) menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan, ISSN: 1410 -9875 perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Hasil penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) menunjukan tidak adanya pengaruh siginfikan antara kepemilikan saham dengan tingkat pengungkapan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiswara (2009) ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadi dan Sabeni (2002), Susanto (1992) dalam Nadi dan Sabeni (2002) dan Naim (2000) dalam Nadi dan Sabeni (2002). Namun, penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) bertentangan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mei Tan, Hossan, dan Adain (1994) dalam Nadi dan Sabeni (2002) serta Chau dan Gray (2002) dalam Almilia (2008) yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara proporsi kepemilikan saham oleh pihak luar (outside ownership) dengan tingkat pengungkapan sukarela.Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Proporsi Kepemilikan Sahanm oleh publik berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela. Basis Perusahaan dan Pengungkapan Sukarela Basis perusahaan adalah pengklasifikasian jenis suatu perusahaan berdasarkan letak atau negara asal kepemilikan saham terbesar dari jumlah saham keseluruhan dalam suatu perusahaan. Marwata (2001) dalam Noegraheni (2005) menyatakan afiliasi perusahaan dengan perusahaan asing (multinasional) Kristina mungkin akan memiliki kualitas ungkapan yang lebih tinggi daripada yang tidak berafiliasi. Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan Noegraheni (2005) menunjukan basis perusahaan tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Noegraheni (2005) ini konsisten dengan temuan Suripto (1998) dalam Noegraheni (2005) dan Marwata (2001) dalam Noegraheni (2005). Namun, penelitian yang dilakukan Noegraheni (2005) memiliki hasil penelitian yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara basis perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Hasil penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) mendukung hasil penelitian yang dilakukan Nadi dan Sabeni (2002) serta Susanto (1992) dalam Nadi dan Sabeni (2002) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara basis perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Basis Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela. Tipe Industri dan Pengungkapan Sukarela Tipe industri adalah kelompok industri perusahaan berdasarkan akitivitas usahanya yaitu kelompok industri manufaktur dan kelompok industri non manufaktur. Hasil penelitian Meek 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 et al. dalam Kiswara (2009) menunjukkan bahwa tipe industri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dimana sampel dari penelitian ini terdiri dari 11 industri sesuai dengan daftar perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan pengklasifikasian menjadi dua kelompok industri yaitu industri manufaktur dan industri non manufaktur. Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan Kiswara (2009) menunjukkan tipe industri berpengaruh secara signifikan dengan tingkat pengungkapan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Meek et al. (1995) dalam Kiswara (2009) yang menyatakan bahwa tipe industri berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Namun, penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) memiliki hasil penelitian yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hashim dan Shaleh (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan antara basis perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 Tipe Industri berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela. Ukuran Dewan Komisaris dan Pengungkapan Sukarela Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris yang menjadi dasar pengukuran untuk wakil pemegang saham dalam perusahaan yang 30 November 2013 terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka pengungkapan yang dibuat perusahaan akan semakin luas (Kiswara 2009). Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan Kiswara (2009) menunjukkan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Hasil penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) mendukung penelitian Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Namun, penelitian yang dilakukan Kiswara (2009) memiliki hasil penelitian yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Willekens et al. (2003), Lueng (2005), Cheng dan Courteney (2004), dan Susilowati et al. (2005) dalam Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran dewan komisaris dilihat dari besarnya komposisi komisaris independen terhadap pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha5 Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela Profitabilitas dan Pengungkapan Sukarela Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dengan berbagai cara yang dilakukan. Menurut Ng dan Koh (1994) dalam ISSN: 1410 -9875 Hapsoro (2009), perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi lebih mungkin mendapat perhatian dari publik, oleh karena itu adanya kemungkinan dalam menyediakan mekanisme pemantauan sendiri untuk mengurangi pengelolaan dan keamanan publik. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Almilia (2008) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Singhvi dan Desai (1971) dalam Almilia (2008) yang memberikan bukti bahwa terdapat hubungan positif antara profitabilitas dan kualitas pengungkapan. Hasil penelitian yang dilakukan Almilia (2008) juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Hapsoro (2009) yang menyatakan hasil yang sama bahwa terdapat hubungan positif antara profitabilitas dan pengungkapan sukarela. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2008) bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendes dan Christensen (2004) dalam Hapsoro (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif antara profitabilitas dan kualitas pengungkapan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendes dan Christensen (2004) ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ashbaugh et al. (1999) dalam Hapsoro (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Kristina Ha6 Profitabilitas berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela. Leverage dan Pengungkapan Sukarela Leverage adalah kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam melunasi hutang perusahan dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Hashim dan Saleh (2007), biaya modal menjadi lebih tinggi untuk perusahaan dengan proposi hutang yang besar pada struktur modal mereka sejak transfer kekayaan potensial dari pemegang utang ke pemegang saham dan manajer meningkat dengan leverage. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Hapsoro (2009) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sukarela. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Meek et al. (1995) dalam Hapsoro (2009) yang memberikan bukti bahwa terdapat hubungan negatif antara leverage dan pengungkapan sukarela. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Hapsoro (2009) memiliki hasil penelitian yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Mckinnon dan Dalimunthe (1993), Aitken et al. (1997), Brennan dan Hourigan (2000) dalam Hapsoro (2009) serta Almilia (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap pengungkapan sukarela. Dari penjelasan di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Leverage berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela. 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Berdasarkan uraian diatas, maka model yang diajukan dalam penelitian berikut: November 2013 ini adalah sebagai Ukuran Perusahaan Proporsi Kepemilikan Saham oleh Publik Basis Perusahaan Tipe Industri Pengungkapan Sukarela Ukuran Dewan Komisaris Profitabilitas Leverage Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Yang dimaksud dengan perusahaan multinasional yakni perusahaan yang mempunyai cabang perusahaan di luar negeri atau anak perusahaan di luar negeri yang kegiatan usahanya masih dalam satu segmen dengan induk perusahaan. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metoda Purposive Sampling dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut: Tabel 1 Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan yang terdaftar di Indonesian Stock Exchange sebagai perusahaan multinasional pada tahun 2010. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan pada tahun 2010 di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah. Perusahaan yang tidak memiliki laba positif pada tahun 2010. Perusahaan yang tidak memiliki ekuitas positif (defisiensi ekuitas). Perusahaan yang dijadikan sampel Sumber: data yang dikumpulkan 32 Jumlah Sampel 77 (2) (10) (7) (4) 54 ISSN: 1410 -9875 Kristina Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan jumlahaktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan diukur berdasarkan nilai logaritma natural dari total aktiva yang diambil laporan keuangan perusahaan (Hapsoro 2009). Rumus untuk menghitung ukuran perusahaan: SIZE = Ln. total aktiva x 100% Proporsi kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah kepemilikan saham dalam suatu perusahaan yang dimiliki oleh publik (masyarakat) berdasarkan persentase saham yang dimiliki oleh publik terhadap jumlah keseluruhan saham perusahaan. Konsentrasi kepemilikan saham diproksi dengan jumlah kepemilikan terbesar oleh individu (Nuryaman 2009). Rumus untuk menghitung proporsi kepemilikan saham ini ialah: jumlah saham yang dimiliki publik PUBLIK = total kepemilikan saham Basis perusahaan adalah pengklasifikasian jenis suatu perusahaan berdasarkan letak atau negara asal kepemilikan saham terbesar dari jumlah saham keseluruhan dalam suatu perusahaan. Untuk pengukuran basis perusahaan maka kita dapat melihat dari informasi mengenai letak atau negara asal kepemilikan saham. Basis perusahaan diukur dengan variabel dummy yaitu diberi skor nol bila perusahaan berbasis domestik dan diberi skor satu bila perusahaan berbasis asing. Tipe industri adalah pengklasifikasian kelompok industri perusahaan berdasarkan akitivtas usahanya yaitu kelompok industri manufaktur dan kelompok industri non manufaktur. Untuk pengukuran tipe industri maka kita dapat melihat dari informasi mengenai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Tipe industri diukur dengan variabel dummy yaitu diberi skor nol bila perusahaan manufaktur dan diberi skor satu bila perusahaan non manufaktur. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dengan berbagai cara yang dilakukan. Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba bersih dari jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung profitabilitas: Laba Bersih – Dividen Saham Preferen ROE = Jumlah Ekuitas – Saham Preferen 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Leverage adalah kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam melunasi hutang perusahan dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya. Leverage perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung leverage: Total Hutang LEV = Total Aktiva Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan secara sukarela melebihi yang diwajibkan di dalam standar peraturan yang diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Untuk pengukuran pengungkapan sukarela maka kita dapat melihat November 2013 dari berbagai item yang diungkapkan. Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis untuk menguji hipotesis yang diilustrasikan sebagai berikut: Y= α +β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε Dengan Keterangan: Y= Pengungkapan Sukarela, α = Konstanta, β1 ‐ β7 =Koefisien, X1 = Ukuran Perusahaan, X2= Proporsi Kepemilikan Saham oleh Publik, X3= Basis Perusahaan, X4 = Tipe Industri, X5= Ukuran Dewan Komisaris, X6 = Profitabilitas, X7 = Leverage. HASIL PENELITIAN Hasil dari statistik deskriptif untuk menjelaskan mengenai gambaran data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum Maksimum Mean UNGKAP SIZE PUBLIK BASIS TIPE DEWKOM PROFIT LEV 54 54 54 54 54 54 54 54 28 24.26053 0.0073 0 0 2 0.000020 0.000733 65 33,73977 0,7685 1 1 11 0.812249 0.679110 43.67 29.63837 0.272661 0.30 0.67 5.39 0.17095264 0.29018024 Std. Deviation 10.094 1.977642 0.1693842 0.461 0.476 2,227 0.150612017 0.205075122 Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5 Tabel 3 Hasil Frekuensi Variabel Basis Perusahaan Information Frekuensi Persentasi Domestik 38 70.4% Asing 16 29.6% 54 100% Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5 34 ISSN: 1410 -9875 Kristina Tabel 4 Hasil Frekuensi Variabel Tipe Industri Information Frekuensi Persentasi Manufaktur 18 33.3% Non Manufaktur 36 66.7% 54 100% Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Hasil normalitas dari residual pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data Asymp.Sig. (2-tailed) Keterangan 0,858 Data berdistribusi normal Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Dari tabel tersebut diperoleh nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,858 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal sehingga baik untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Variabel SIZE PUBLIK BASIS TIPE DEWKOM PROFIT LEV Hasil uji asumsi klasik yang dimulai dengan uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Keterangan Tidak terjadi 0.448 2.232 multikolinearitas Tidak terjadi 0.894 1.118 multikolinearitas Tidak terjadi 0.775 1.290 multikolinearitas Tidak terjadi 0.790 1.266 multikolinearitas Tidak terjadi 0.502 1.990 multikolinearitas Tidak terjadi 0.917 1.090 multikolinearitas Tidak terjadi 0.706 1.416 multikolinearitas Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham oleh publik, basis perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage tidak mengalami masalah multikolinearitas karena nilai tolerancenya lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Uji asumsi klasik yang terakhir terkait dengan pengujian heteroskedastisitas dengan uji November 2013 Glejser, yang dapat dijelaskan pada tabel 6 berikut ini: Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Keterangan Variabel Sig SIZE Tidak terjadi 0.992 heteroskedastisitas Tidak terjadi PUBLIK 0.338 heteroskedastisitas BASIS Tidak terjadi 0.132 heteroskedastisitas TIPE Tidak terjadi 0.731 heteroskedastisitas DEWKOM Tidak terjadi 0.692 heteroskedastisitas PROFIT Tidak terjadi 0.928 heteroskedastisitas LEV Tidak terjadi 0.640 heteroskedastisitas Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas karena lebih besar dari alpha (α=0,05). Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Model R 1 0,691 Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Dari tabel tersebut dapat disimpullkan bahwa hubungan antara pengungkapan sukarela dengan variabel ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham oleh publik, basis perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage adalah kuat karena nilai koefisien korelasi (R) 0,691 lebih dari 0,5. Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Adjusted RModel square 1 0,478 Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai adjusted R-square sebesar 0,478 yang berarti variasi dari variabel dependen ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham oleh publik, basis perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage sebesar 47,8% sedangkan sisanya sebesar 52,2% dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Tabel 10 Hasil Uji F Model F Sig 1 6.007 0,000 Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 36 ISSN: 1410 -9875 Kristina Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa menunjukkan nilai sig 0,000. Nilai sig nya lebih kecil dari 0,05 berarti model fit. Variabel SIZE PUBLIK BASIS TIPE DEWKOM PROFIT LEV Hal ini menunjukkan data layak digunakan dalam model penelitian. Tabel 11 Hasil Uji t B Sig 1.793 0.032 7.479 0.271 -1.184 0.657 5.240 0.045 1.675 0.018 -6.919 0.358 0.017 0.998 Keterangan Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Sumber: pengolahan data SPSS 11.5 Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,032. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha1 diterima. Nilai koefisien sebesar 1,793 yang berarti bahwa jika ukuran perusahaan meningkat, maka pengungkapan sukarela meningkat. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena perusahaan ingin mengurangi biaya keagenan dengan melakukan pengungkapan sukarela. Jika perusahaan besar, maka biaya keagenan yang dimiliki perusahaan juga besar. Variabel proporsi kepemilikan saham oleh publik (PUBLIK) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,271. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel proporsi kepemilikaan saham oleh publik terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha2 gagal diterima. Proporsi kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena perusahaan ingin menghindari konflik keagenan yang timbul dari penyebaran kepemilikan saham perusahaan dengan memandang sama semua pemilik saham. Untuk mengurangi biaya keagenan akibat penyebaran kepemilikan saham perusahaan tersebut, maka perusahaan melakukan pengungkapan sukarela tanpa melihat seberapa banyak kepemilikan saham oleh publik. Variabel basis perusahaan (BASIS) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,657. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel basis perusahaan terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha3 gagal diterima. Basis perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena perusahaan dengan kategori penanaman modal asing belum tentu memberikan pengungkapan sukarela lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan kategori penanaman modal dalam negeri. Alasan yang mendasari hal ini adalah perusahaan dengan kategori 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 penanaman modal dalam negeri memiliki kepentingan yang sama dengan perusahaan dengan kategori penanaman modal asing dalam hal persaingan perolehan tambahan dana investasi di pasar modal, sehingga hal ini mendorong perusahaan dengan kategori penanaman modal dalam negeri akan memberikan pengungkapan informasi secara sukarela minimal menyamai perusahaan dengan kategori penanaman modal asing untuk memenangkan persaingaan tersebut. Variabel tipe industri (TIPE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,045. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel tipe industri terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha4 diterima. Nilai koefisien sebesar 5,240 yang berarti bahwa jika tipe industri meningkat, maka pengungkapan sukarela meningkat. Tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena perusahaan manufaktur memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada perusahaan non manufaktur sehingga mendorong perusahaan manufaktur untuk mengungkapkan informasi secara sukarela lebih luas daripada perusahaan non manufaktur. Variabel ukuran dewan komisaris (DEWKOM) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha5 diterima. Nilai koefisien sebesar 1,675 yang berarti bahwa jika ukuran dewan komisaris meningkat, maka pengungkapan 38 November 2013 sukarela meningkat. Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena semakin besar komposisi keanggotaan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan maka fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris terhadap pengelolaan perusahaan akan semakin efektif. Selain itu dalam rangka melindungi hak-hak pemegang saham minoritas, dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (komisaris independen) dapat berfungsi dalam menyelaraskan kepentingan para pemegang saham. Variabel profitabilitas (PROFIT) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,358. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha6 gagal diterima. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena tinggi rendahnya profitabilitas tidak mempengaruhi banyaknya pengungkapan sukarela. Profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan hanya menjadi sebagian kecil informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan. Sehingga, perusahaan akan lebih mengungkapkan informasi secara keseluruhan dibandingkan hanya mengungkapkan profitabilitas. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,998. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela sehingga Ha7 gagal diterima. Leverage tidak berpengaruh terhadap ISSN: 1410 -9875 pengungkapan sukarela karena tinggi rendahnya leverage tidak mempengaruhi banyaknya pengungkapan sukarela. Tinggi atau rendahnya nilai leverage yang dimiliki perusahaan tidak akan mempengaruhi pengungkapan sukarela karena hal ini bukan termasuk berita baik yang banyak disukai para investor. Selain itu, perusahaan multinasional lebih cenderung tertarik ke dalam hal yang sama yakni biaya rendah dan reaksi risiko rendah terhadap ketidakpastian yang terjadi di lingkungan PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan bahwa: 1. perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuryaman (2009), Marwata (2001) dalam Nuryaman (2009), Hanifa dan Cooke (2002) dalam Nuryaman (2009) dan Leung (2005) dalam Nuryaman (2009) Meek, Roberts dan Gray (1995) dalam Almilia (2008) dan Zarzeski (1996) dalam Almilia (2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Kiswara (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. 2. Proporsi kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Kristina sukarela. Penelitian ini sesuai dengan Mei Tan, Hossan, dan Adain (1994) dalam Nadi dan Sabeni (2002) serta Chau dan Gray (2002) dalam Almilia (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara proporsi kepemilikan saham pihak luar (outside ownership) terhadap pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian penelitian Kiswara (2009), Nadi dan Sabeni (2002), Susanto (1992) dalam Nadi dan Sabeni (2002) dan Naim (2000) dalam Nadi dan Sabeni (2002) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara proporsi kepemilikan saham oleh publik terhadap pengungkapan sukarela. 3. Basis perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Noegraheni (2005), Suripto (1998) dalam Noegraheni (2005) dan Marwata (2001) dalam Noegraheni (2005) yang menyatakan bahwa basis perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hasil Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiswara (2009), Nadi dan Sabeni (2002) dan Susanto (1992) dalam Nadi dan Sabeni (2002) yang menyatakan adanya pengaruh antara basis perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. 4. Tipe industri berpengaruh terhadap pengungkaapan sukarela. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kiswara (2009) dan 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Meek et al (1995) dalam Kiswara (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hashim dan Shaleh (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara tipe industri terhadap pengungkapan sukarela. 5. Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Willekens et al. (2003), Lueng (2005), Cheng dan Courteney (2004), dan Susilowati et al (2005) dalam Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran dewan komisaris dilihat dari besarnya komposisi komisaris independen terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiswara (2009) dan Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. 6. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mendes dan Christensen (2004) dan Ashbaugh et al. (1999) dalam Hapsoro (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini tidak konsisten dengan 40 November 2013 penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2008), Singhvi dan Desai (1971) dalam Almilia (2008) dan Hapsoro (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela. 7. Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mckinnon dan Dalimunthe (1993), Aitken et al. (1997), Brennan dan Hourigan (2000) dalam Hapsoro (2009) serta Almilia (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara leverage terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsoro (2009) dan Meek et al. dalam Hapsoro (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara leverage terhadap pengungkapan sukarela. Dari penelitian yang telah dilakukan, masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu dalam melakukan pengukuran pengungkapan sukarela dengan menggunakan indeks pengungkapan yang diperoleh dari interpretasi dalam membaca data laporan tahunan perusahaan, sehingga sangat mungkin dipengaruhi oleh subjektivitas dan tingkat kejelian ketika membaca laporan tahunan, variabel independen yang digunakan hanya terbatas pada 7 variabel, periode pengamatan penelitian ini hanya 1 tahun (data yang digunakan berupa data cross sectional) yaitu hanya tahun 2010, ISSN: 1410 -9875 sehingga hasil penelitian tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelum atau sesudahnya. Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya. Rekomendasi tersebut antara lain yaitu melakukan pembobotan pada setiap item informasi, sehingga dapat Kristina memberikan hasil penelitian yang lebih representative, dapat memperluas variabel independen lainnya yang berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela seperti ukuran dewan direksi, solvabilitas, likuiditas, menambah periode pengamatan (data yang digunakan berupa data time series) sehingga diharapkan hasil yang didapat bisa lebih akurat. REFERENSI Almilia, Luciana Spica. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela “Internet Financial and Sustainability Reporting”. JAAI, Volume 12, No.2, Desember 2008 hal 117-131. Surabaya: STIE Perbanas. BAPEPAM. Surat Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-38/PM/1996 mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. BAPEPAM. Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Choi, F.D.S., C.A. Frost, and G. K. Meek. 2002. International Accounting. New Jersey: Prentice Hall. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Cetakan V.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hapsoro, Dody. 2009. Investigation of Factors Influencing Voluntary Disclosure of Financial Information on The Internet by Indonesian Companies. The Indonesian Journal of Accounting Research, Vol. 12, No.3, September 2009. Page 195-215. Yogyakarta: Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Pendidik. Hashim dan Saleh. 2007. Voluntary Annual Report Disclosures by Malaysian Multinational Corporations. Malaysian Accounting Review, Volume 6 No. 1, June 2007. Page 129-156. Bangi Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia.http://eprints.ptar.uitm.edu.my/287/1/Pages_from_Vol.6_No ._1_page_129_to_156.pdf (accesed June 20, 2012) Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriyani. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debt). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, November 2009 Hal. 88-100. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Khodadadi et al. 2010. The Effect of Corporate Governance Structure on The Extent of Voluntary Disclosure in Iran. Business Intelligence Journal, Vol. 3 No. 2 July 2010 Page 151-164. Bruseels: IIU Press and Research Centre. http://www.saycocorporativo.com/saycoUK/BIJ/journal/Vol3No2/Artic le_11.pdf (accesed June 20, 2012) 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Kiswara, Endang. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela oleh Perusahaan Multinasional di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 20, No. 2, Agustus 2009 Hal. 107-117. Semarang: Universitas Diponegoro. Mendes-da-silva, W., and L.A. de Lira Alves. 2004. The Voluntary Disclosure of Financial Information on the internet and the Firm Value Efect in Companies Across Latin America. Proceedings of 13th International Symposium on Ethics, Business and Society. Retrived from http://ssrn.com/abstract=493805 Nadi, Nor dan Sabeni. 2002. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. JURNAL MAKSI, Vol.1, Agustus 2002 Hal 89-105. Semarang: Universitas Diponegoro . Noegraheni L. 2005. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. EQUITY Vol. 2, No.1, Juli-Desemebr 2005 Hal 61-80. Jakarta http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21056170.pdf (accesed April 2, 2012) Nugrahani, Tri Siwi. 2009. Perbedaan Karakteristik Perusahaan High dan Low Prrofile Pada Pengungkapan Sukarela, Tanggung Jawab Sosial, Likuiditas, Solvabilitas dan Size. AKMENIKA UPY, Volume 3, 2009 Hal 4974. Yogyakarta: STIE YKPN Yogyakarta. Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keungan Indonesia. Volume 6 – Nomor 1, Juni 2009 Hal 89-116. Bandung: Universitas Widyatama. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Utami, Wiwik. 2010. Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi sebagai Variable Intervening (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Jurnal Telaah Akuntansi dan bisnis, Vol. 1, No.2, 2010 Hal. 57-84. Jakarta: Universitas Mercu Buana Wulandari, Cynthia dan Shanti. 2008. Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadapa Asimetri Informasi pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di PT. Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19, No.3, Desember 2008 Hal. 173-183. Surabaya: Unika Widya Mandala. 42 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 43-56 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH MANAGERIAL OWNERSHIP, PROFITABILITY, FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, NON-DEBT TAX SHIELD, CREDIT RATING DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP LEVERAGE MARIS AGUNG T STIE TRISAKTI [email protected] Abstract : The purpose of this study is to analyze the influence of Managerial Ownership, Profitability, Firm Size, Growth, Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and Price Earning Ratio towards Leverage. This study also employs financing and investment decision in order to predict the leverage of company. The population in this research is companies that listed in Indonesia Stock Exchange with research period since 2006 until 2011. The sampling technique used in this research is purposive sampling: where in 14 companies met the criteria. This research is using panel data which is the combination of time series and cross section data. The analysis methods are multiple regressions, hypothesis test that is determined coefficient, t-test and F-test. The research result can be summarized as follow. First, there is influence of all the independent variables simultaneously in order to predict leverage. Second, there is influence of fifth independent variables individually towards leverage. The variables are managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, and price earning ratio in property companies that listed in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating, price earning ratio and leverage. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh managerial ownership, profitability, firm size, Growth, Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and Price Earning Ratio terhadap Leverage. Penelitian ini juga bermaksud untuk membandingkan hasil penelitian yang didapatkan dengan penelitian sebelumnya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2011 sebanyak 14 perusahaan, dianalisis dengan statistik deskriptif serta regresi data panel dengan model t test dan F test untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh terhadap leverage, yaitu managerial 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 ownership, profitability, firm size, Growth, Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and Price Earning Ratio Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap leverage. Kata Kunci: Managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating, price earning ratio and leverage. PENDAHULUAN Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan usahanya. Salah satu upaya adalah dengan menentukan keputusan pendanaan yang tepat. Perusahaan memiliki dua sumber pendanaan yaitu sumber pendanaan internal dan eksternal. Penggunaan kombinasi sumber pembiayaan yang tepat akan memberikan struktur modal optimal bagi perusahaan. Struktur modal optimal merupakan struktur modal dimana biaya modal perusahaan minimum dengan demikian nilai perusahaan akan maksimum (Gitman dan Zutter 2012, 535). Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan perusahaan tentunya menimbulkan biaya tetap berupa pembayaran bunga. Dalam hal ini bunga harus dibayarkan setiap periodenya tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan apakah sedang baik atau buruk (Gitman dan Zutter 2012, 524). Oleh karena itu penggunaan utang sebagai sumber pendanaan tentu saja mengandung risiko. Faktor – faktor tersebut antara lain managerial ownership, 44 profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating dan price earning ratio. Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah apakah terdapat pengaruh managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating dan price earning ratio terhadap leverage pada perusahaan properti yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2006 – 2011. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat leverage, managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating, dan price earning ratio. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. ISSN: 1410 -9875 RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Leverage Menurut Gitman dan Zutter (2012, 508), leverage merupakan “refers to the effects that fixed costs have on the returns that shareholders earn.” Penelitian mengenai struktur modal didominasi oleh dua teori dasar yaitu pecking order theory dan trade off theory. Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari operasional perusahaan dengan wujud laba ditahan) namun apabila diperlukan pendanaan eksternal maka manajer akan memilih sumber pembiayaan yang paling aman. Trade off theory didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat utama dari pembiayaan dengan modal pinjaman adalah perlakuan pajak dari pemerintah yang mengijinkan bahwa pembayaran bunga atas pinjaman dapat dikurangan dalam menghitung pendapatan kena pajak (Sundjaja dan Barlian 2003, 286). Managerial Ownership Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial suatu perusahaan maka semakin baik dalam pengawasan terhadap kebijakan yang diambil manajemen termasuk kebijakan dalam penggunaan utang dimana penggunaan utang yang tinggi akan berdampak pada risiko yang akan semakin tinggi sehingga penggunaan utang sebagai sumber pendanaan dapat diminimumkan. Ha1 : Terdapat pengaruh managerial ownership terhadap leverage Maris Agung T Profitability Berdasarkan pecking order theory apabila perusahaan memiliki profit yang tinggi maka perusahaan akan lebih memilih menggunakan sumber pembiayaan internal karena dianggap lebih mudah dan lebih efektif dari segi biaya jika dibandingkan dengan utang sehingga ketika profit perusahaan meningkat maka penggunaan utang akan cenderung menurun. Ha2 : Terdapat pengaruh profitability terhadap leverage Firm Size Menurut Riyanto (2003, 313) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat jumlah total aktiva perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva perusahaan. Berdasarkan trade-off theory, semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin stabil aliran kas perusahaan tersebut, risiko bisnis juga akan semakin kecil sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk mengakses hutang. Ha3 : Terdapat pengaruh firm size terhadap leverage Growth Perusahaan dengan pertumbuhan yang cepat mengindikasikan adanya permintaan yang tinggi sehingga diperlukan pendanaan yang cukup besar untuk memenuhi permintaan tersebut. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin tinggi utang yang digunakan perusahaan tersebut (Brigham dan Ehrhardt 2005, 573). Ha4 : Terdapat pengaruh growth terhadap leverage 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Tangibility Tangibility sering dijadikan sebagai jaminan perusahaan saat melakukan pinjaman. Perusahaan dengan jumlah fixed asset yang besar dapat melakukan pinjaman dengan akses kredit yang lebih mudah, melalui penggunaan fixed asset sebagai jaminan kepada kreditor. (Brigham dan Ehrhardt 2005, 572). Ha5: Terdapat pengaruh fixed asset terhadap leverage Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah besarnya laba perusahaan yang akan dibagikan ke pemegang saham dalam bentuk dividen. Perusahaan dengan pembagian dividen yang tinggi akan cenderung menggunakan utang relatif besar dikarenakan laba ditahan perusahaan menjadi lebih sedikit sehingga dibutuhkan dana tambahan untuk kegiatan operasional perusahaan. Ha6 : Terdapat pengaruh dividend payout ratio terhadap leverage Non-Debt Tax Shield Non-debt tax shield merupakan penghematan pajak yang diperoleh perusahaan bukan berasal dari bunga hutang seperti depresiasi. Semakin besar jumlah non-debt tax shield maka akan semakin besar pula penghematan perusahaan yang diperoleh dari penghematan pengurangan pajak. 46 November 2013 Akibatnya penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan juga akan berkurang. Ha7 : Terdapat pengaruh non-debt tax shield terhadap leverage Credit Rating Credit rating merupakan suatu peringkat yang diberikan lembaga pemeringkat kepada perusahaan yang memiliki kredibilitas yang baik. Perusahaan dengan peringkat diyakini dapat memenuhi kewajiban – kewajibannya sehingga kreditor merasa aman untuk meminjamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan yang memiliki peringkat akan cenderung menggunakan utang dalam kegiatan operasionalnya. Ha8 : Terdapat pengaruh credit rating terhadap leverage Price Earning Ratio Price earning ratio mengukur kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Semakin tinggi PER maka semakin baik prospek perusahaan sehingga semakin mendorong investor untuk menanamkan modalnya dan penggunaan utang dapat berkurang. Ha9 : Terdapat pengaruh price earning ratio terhadap leverage Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini: ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Managerial Ownership Profitability Firm Size Growth Leverage Tangibility Dividend Payout Ratio Nondebt tax shield Credit Rating Price Earning Ratio Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 – 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metoda purposive sampling, dengan kriteria pengambilan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel KRITERIA SELEKSI SAMPEL Total perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2011 Perusahaan properti yang tidak memiliki laporan keuangan lengkap selama tahun 2006 – 2011 PERUSAHAAN DATA 35 210 (12) (72) Total data yang digunakan dalam penelitian 23 186 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Perusahaan property yang tidak memiliki net income positif (9) (54) Jumlah akhir sampel yang digunakan 14 84 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Leverage Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Leverage. Leverage adalah penggunaan asset dan dana tetap untuk kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jie (Michael) Guo, et al. (2010), leverage suatu perusahaan dapat diukur melalui debt ratio, yang diformulasikan sebagai berikut : Kepemilikan Manajerial � Profitability Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Perusahaan dengan profit yang ��� � ���� ����� � ����� ����� Managerial Ownership Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan, misalnya direktur dan komisaris. Pengukuran kepemilikan manajerial ini sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian Jie (Michael) Guo, et al. (2010). Jumlah saham pihak manajemen Total saham yang beredar tinggi cenderung mengurangi penggunaan utangnya. Adapun rumus Return on Assets menurut Gitman dan Zutter (2012, 81) adalah sebagai berikut: ��� ������ � 100% ����� ����� Firm Size Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai total aktiva dari suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan merupakan cerminan dari besarnya kekayaan perusahaan (Jie (Michael) Guo, et al., 2010) dengan rumus : ���� � ��������� ������� ������ ����� ������ 48 ����� ���� ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Growth nilai sales. Pada penelitian yang dilakukan Jie (Michael) Guo, et al. (2010), growth dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Growth merupakan perubahan atau kenaikan suatu nilai dari karakteristik keuangan suatu perusahaan yang dapat digambarkan dengan perubahan ������ � �� � ���� ���� Tangibility Tangibility merupakan asset yang dimiliki perusahaan berupa asset tetap, perusahaan dengan tingkat tangibility yang tinggi akan cenderung menggunakan utang karena asset tersebut dapat ����������� � Dividend Payout Ratio Kebijakan Dividen diukur dengan menggunakan dividend payout ratio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 577) dividend payout �������� ������ ����� � Non-Debt Tax Shield Non-debt tax shield adalah pengurang pajak pendapatan perusahaan yang bukan berasal dari bunga utang. Non-debt tax shield ���� � dijadikan jaminan bagi kreditur. Penelitian yang dilakukan Jie (Michael) Guo, et al. (2010), menggunakan Fixed Asset to Total Assets Ratio sebagai indikator untuk mengukur tangibility. ����� ������ ����� ������ ratio diukur dengan membagi dividend per share dengan earning per share. Skala pengukuran variable dividend payout ratio adalah skala rasio. ������������� ������� ��� ����� diproksikan melalui perhitungan total depreciation expense dibagi dengan total asset (Jie (Michael) Guo, et al.,2010). ����� ������������ ������ � ����� ������ 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Credit Rating Price Earning Ratio Sartono (2006) mengatakan bahwa Price Earning Ratio merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan dan menggambarkan kondisi harga saham atau kondisi keuangan suatu perusahaan di bursa saham. Dimana price earning ratio diukur dengan rumus sebagai berikut: Gitman dan Zutter (2012, 82) Credit Rating adalah suatu evaluasi menyeluruh mengenai kredibilitas suatu perusahaan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat seperti PT PEFINDO. Credit Rating diukur dengan menggunakan dummy variable dimana nilai 1 diberikan untuk perusahaan yang memiliki credit rating dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki credit rating. ����� ������� ����� � Metoda Analisis Data Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Model regresi data panel adalah November 2013 ����� ����� ������� ��� ���� � regresi dengan menggunakan data panel. Data akan dianalisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 + b9x9 + e Keterangan: Y = Leverage a = Konstanta X1 = Managerial Ownership X2 = Profitability X3 = Firm Size X4 = Growth X5 X6 X7 X8 X9 e = = = = = = Tangibility Dividend Payout Ratio Non-Debt Tax Shield Credit Rating Price Earning Ratio Error HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Tabel 2 Statistik Deskriptif 50 Variabel N Mean Maksimum Minimum Leverage MO Profitability Firm Size 84 84 84 84 0.4769 0.0541 0.1057 1.4404 0.8015 0.4400 0.3068 1.6720 0.1497 0.0000 0.1817 1.1467 Deviasi Standard 0.1790 0.1149 0.0916 1.2726 ISSN: 1410 -9875 Growth Tangibility DPR NDTS CR PER Maris Agung T 84 84 84 84 84 84 0.1422 0.1751 0.0389 0.3091 0.3571 1.9401 1.1393 0.6194 0.4658 1.8730 1.0000 1.0282 -0.3264 0.0023 0.0000 -1.7488 0.0000 -4.2210 0.2677 0.1383 0.1071 0.3902 0.4820 2.3474 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Uji Hausman Tabel 3 Hasil Uji Hausman Test Summary Cross-section Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 18.134768 9 0.0000 random Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai statistik uji Hausman sebesar 18.134768 lebih besar dibandingkan nilai tabel chi-square dengan df 9 adalah 16.919, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Nilai p-value dari chi-square lebih kecil dibanding alpha 0.05 yang berarti berdasarkan p-value, hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Fixed Effect. Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Profitability 0.210782 2.266103 2.507123 0.285486 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai hitung Jarque-Bera sebesar 2.507123 lebih kecil dibandingkan dengan nilai chisquare dengan alpha sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) 2 sebesar 5,991. Selain itu berdasarkan nilai p-value sebesar 0,285486 lebih besar dari alpha 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 5 Uji Multikolinearitas PROF SIZE GROWTH TANG DPR NDTS CR -0.1301 0.2468 0.0772 0.1222 0.3053 0.2100 0.4338 1.0000 0.0524 0.1892 0.0846 0.0778 -0.2054 -0.0810 SIZE 1.0000 0.0695 0.1301 0.2468 MO 0.0524 1.0000 0.0939 -0.0303 0.1362 -0.1597 0.4218 0.1247 GROWTH 0.0772 0.1892 0.0939 1.0000 -0.0527 0.0545 -0.0837 -0.0184 -0.1297 TANG 0.1222 0.0846 -0.0303 -0.0527 1.0000 0.1985 0.0488 0.1424 -0.0554 DPR 0.3053 0.0778 0.1362 0.0545 0.1985 1.0000 -0.0272 0.3734 -0.0574 NDTS 0.2100 -0.2054 -0.1597 -0.0837 0.0488 -0.0272 1.0000 0.1891 0.0904 CR 0.4338 -0.0810 0.4218 -0.0184 0.1424 0.3734 0.1891 1.0000 -0.0241 PER 0.0695 -0.2298 0.1247 -0.1297 -0.0554 -0.0574 0.0904 -0.0241 1.0000 MO PROF PER -0.2298 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Tabel 5 menunjukkan semua korelasi antara variabel independen dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, sehingga data baik untuk digunakan. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Tabel 6 Uji Park Variable C MO 2. PROF SIZE GROWTH TANG DPR NDTS CR 1. PER Coefficien t - 068873 0.235900 -2. 597348 -0. 144457 -1. 344907 2.038920 -3. 200154 0.235474 - 147564 -0. 004957 Std. Error t-Statistic Prob. 3.254851 2.491233 2.883877 0.229008 0.949881 1.834330 2.571414 0.690755 0.659648 0.011024 -0.635628 0.094692 -0.900644 -0.630794 -1.415869 1.111533 -1.244511 0.340893 -1.739662 -0.449604 0.5270 0.9248 0.3707 0.5301 0.1610 0.2699 0.2172 0.7341 0.0861 0.6543 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai probabilitas managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating dan price earning 52 ratio lebih besar dari apha 0,05 hal ini menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari heteroskedastisitas. ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Uji Autokorelasi Uji Durbin Watson dilakukan autokorelasi untuk mendeteksi apakah terdapat penelitian. Tabel 7 Uji Durbin Watson Durbin-Watson stat dalam model 1,972265 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai Durbin-Watson sebesar 1,972265. Dengan jumlah observasi 84 data dan 9 variabel independen dapat diperolah nilai dL 1.417 sebesar dan dU sebesar 1,887. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian. Uji t Tabel 8 Uji t Variable Coefficient MO -0.648425 PROF 0.539492 SIZE 0.012156 GROWTH 0.143892 TANG 0.486411 DPR 0.011354 NDTS 0.001138 CR 0.03111 PER 0.548577 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai probabilitas dari managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility dan price earning ratio kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility dan price Std. Error 0.241558 0.207437 0.006068 0.072142 0.192619 0.135714 0.050676 0.040883 0.208841 t-Statistic -2.684342 2.600756 2.003258 1.994561 2.525248 0.083664 0.022451 0.760947 2.626764 Prob. 0.0088 0.0110 0.0485 0.0494 0.0135 0.9335 0.9821 0.4489 0.0103 earning ratio terhadap leverage. Sementara nilai probabilitas dari dividend payout ratio, non-debt tax shield dan credit rating lebih dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel dividend payout ratio, non-debt tax shield dan credit rating tidak berpengaruh terhadap leverage. Uji F Tabel 9 Uji F Variable C MO PROF SIZE GROWTH TANG DPR Coefficient 0.857194 -0.965541 0.483521 -0.017826 0.080806 0.046251 -0.155341 Std. Error 0.263684 0.290423 0.217437 0.017226 0.071470 0.143440 0.146619 t-Statistic 3.250840 -3.324600 2.223730 -1.034833 1.130623 0.322443 -1.059494 Prob. 0.0017 0.0014 0.0292 0.3041 0.2619 0.7480 0.2928 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 NDTS 0.007677 CR 0.125785 PER 0.097550 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 0.050492 0.050644 0.000820 November 2013 0.152051 2.483739 0.118902 0.8796 0.0153 0.9057 Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 + b9x9 + e Leverage = 0.857194 – 0.965541 MO + 0.483521 PROF – 0.017826 SIZE + 0.080806 GROWTH + 0.046251 TANG – 0.155341 DPR + 0.007677 NDTS + 0.125785 CR + 0.097550 PER Tabel 10 Nilai Statistik F F-Statistic Prob (F-Statistic) 2.547277 0.013180 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Diperoleh nilai statistik F sebesar 2,547277. Nilai statistik F berada di daerah penolakan hipotesis nol dimana F ≥ Fα/2 (2.547277 ≥ 2,01) sehingga dapat diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil ini juga didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0,013180 yang kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating, dan price earning ratio terhadap leverage. PENUTUP Dari hasil penelitian, terlihat bahwa hanya variabel managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility dan price earning ratio yang berpengaruh terhadap leverage, sementara sisanya tidak berpwngaruh terhadap leverage. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya perusahaan properti yang terdaftar di BEI sehingga hasilnya kurang bisa mengeneralisasikan perusahaan ada di BEI. Selain itu, penelitian ini terbatas pada variabel independen yaitu managerial ownership, profitability, firm size, growth, tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit rating, dan price earning ratio. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. Menambah variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (leverage) seperti business risk dan liquidity. REFERENSI: Ali, Liaqat. 2011. “The Determinants of Leverage of the Listed-Textile Companies in India”. European Journal Business and Management, Vol 3 No.12. 54 ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams., 2011. Statistics for Business and Economics. 11th Edition. South-Western: Cengage Learning. Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/ Bayrakdaroglu et al. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western Cengage Learnings. Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen., 2006. Corporate Finance. 8th Edition. New York: McGraw-Hall Companies. Brigham, Eugene F and Michael C. Ehrhardt. 2012. Financial Management: Theory and Practice. 14th Edition. England: Nelson Education Limited. Bursa Efek Indonesia, 2013. IDX Yearly Highlight 2006-2011. Jakarta: Bursa Efek Indonesia. Copeland et al. 2005. Financial Theory and Corporate Policy. 14th edition. United States of America: Pearson Education, Inc. Damodaran, Aswath. 2001. Corporate finance theory and practice, 2nd edition. Wiley and Sons, Inc. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, edisi 2, penerbit salemba empat, Jakarta. Domash, Harry. 2010. Fire Your Stock Analyst!. Second Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. Emery, Douglas R., and D. Finnerty, and John D. Stowe. 2004. Corporate Financial Management 2nd Editio. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Gitman, J. Lawrence and Chad J. Zutter., 2012. Principle of Managerial Finance. 13th Edition. Harlow: Pearson Education. Ghozali, Iman. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, N. Damodar and Dawn C. Porter., 2009. Basic Econometrics. 5th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. Guo, Jie (Michael). 2010. Company Ownership and Capital Structure. Journal of Finance. Durham Business School, Durham University, Mill Hill Lane, Durham, UK. Hair, F. Joseph, Ronald L. Tatham, Rolph E. Anderson, Bill Black., 2006. Multivariat Analysis. 6th Edition. Pearson Education. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Haggins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management. 6th Edition. Boston: McGraw-Hill Companies. Indonesian Stock Exchange. http://www.idx.co.id/. Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. “Determinasi Capital Structure Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Khaled dan Nurwati Ashikkin. 2012. “The Determinants of Capital Structure of Qatari Listed Companies”. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences, vol , Issue 2. 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Khusnul, Fatkhiatur. 2012. Analisis Pengaruh Capital Expenditure, Sales, Growth, Profitability, Size, dan Rating Premium terhadap Struktur Modal, Hlm. 1-88. Pefindo. http://www.pefindo.com/. Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Riyanto, Bambang. 2003. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D. Jordan. 2008. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc Graw Hill. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Edisi 3. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Sujianto. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Sugiyono., 2009. Metoda Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).13th Edition. Bandung: Alfabeta. Sukirni, Dwi. 2012. ‘Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividend dan kebijakan utang analisis terhadap nilai perusahaan’. Accounting Analisis Journal, vol 12, no.2, 1-12. Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta : Literata Lintas Media. Tambunan, Andy P. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Jakarta: PT. Elex Media Koputimdo. Weygandt, Jerry J. Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition. United State of America: Wiley & Sons, Inc. White, Gerald I, Ashwinpaul C. Sondhi and Dov Fried. 2003. The Analysis and Use of Financial Statement. 3rd Edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc. Winarno, Wing Wahyu., 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. 3rd Edition. UPP STIM YKPN: Yogyakarta. 56 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 57-70 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN R. PURWOKO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the factors which influence dividend policy. Independent variables used in this research are managerial ownership, institutional ownership, debt policy, return on asset, firm size, growth and collateral assets to dividend policy. The population used in this study are nonfinancial companies except bank and financial institution listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2008 to 2010 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The results show that institutional ownership, return on asset, firm size and growth have influence toward dividend policy. Managerial ownership, debt policy and collateral assets have no influence toward dividend policy. Keywords: Institutional Ownership, Return on Asset, Firm Size, Growth, Dividend Policy. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, return on asset, ukuran perusahaan, pertumbuhan dan aset jaminan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan kecuali Bank dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sampel diambil dari periode 2008-2010. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, return on asset, ukuran perusahaan dan pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan aset jaminan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Return on Asset, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, Aset Jaminan, Kebijakan Dividen PENDAHULUAN Kebijakan dividen merupakan keputusan dari manajemen mengenai besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan. Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam mengelolah laba yang diperoleh perusahaan apakah akan membagikannya sebagai dividen atau menahan laba tersebut untuk menambah modal dalam perusahaan. Kebijakan dividen berhubungan dengan kepentingan para pemegang saham dan pihak manajemen. Kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen tersebut berbeda, sehingga terjadi konflik kepentingan antara mereka. Pihak manajemen menginginkan laba yang diperoleh perusahaan ditahan untuk pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Sedangkan para pemegang saham menginginkan agar laba tersebut dibagikan sebagai dividen. Konflik ini disebut masalah keagenan. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pihak manajemen telah menjalankan tugasnya sesuai dengan kepentingan dari para pemegang saham. Terutama dalam hal penetapan kebijakan dividen yang tepat dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam menetapkan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan nonkeuangan yang 58 November 2013 terdaftar di Indonesia). BEI (Bursa Efek RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang dimaksud dengan agen adalah para professional atau manajemen atau (CEO), yang dipercayai oleh principal untuk menjalankan dan mengelola usaha dalam perusahaan (Pujiastuti 2008, 185). Agency theory menjelaskan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Investor menanamkan modalnya untuk mendapatkan pengembalian yaitu berupa deviden. Dividen tersebut dibagikan dari laba yang diperoleh perusahaan, namun pihak manajemen menginginkan agar laba tersebut ditahan. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan kepentingan diantara keduanya yang dikenal sebagai konflik kepentingan (agency conflict). Untuk mengurangi konflik tersebut, maka pemegang saham harus mengeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya keagenan. Biaya keagenan adalah biaya- biaya yang dikeluarkan untuk memonitor kegiatan manager sehingga manajer dapat bekerja sesuai dengan keinginan dari pemegang saham. Asymmetric Information Theory Teori ini menyatakan adanya perbedaan informasi yang dimiliki ISSN: 1410 -9875 oleh para pemegang saham dan manajer. Pihak manejemen memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak mengenai prospek masa depan dari pemegang saham (Pujiastuti 2008, 184). Manajer mengetahui kondisi sebenarnya dari perusahaan karena manajer yang mengelolah perusahaan tersebut sehari- hari. Kepemilikan Managerial Terhadap Kebijakan Dividen Insider ownership adalah jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam atau orang yang mengelolah perusahaan, yang dalam penelitian ini diwakili oleh manajer dan komisaris (Pujiastuti 2008, 187). Kepemilikan manajerial adalah perbandingan atau rasio jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen yaitu direksi dan manajer terhadap jumlah saham yang beredar (Fadah dan Rian 2007, 18). Ha1 Terdapat pengaruh : kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan Institutional Terhadap Kebijakan Dividen Institusional ownership ialah jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi dari luar perusahaan dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar. Yang termasuk pihak institusi dari luar perusahaan disini adalah semua pihak dalam bentuk lembaga lain atau pihak yang ada di luar perusahaan yang memiliki saham perusahaan (Djumahir 2009, 148). Ha2 Terdapat pengaruh : kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. R. Purwoko Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Kebijakan hutang adalah total utang dibagi dengan nilai buku dari total asset (Thanatawee 2011, 55). Hutang merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh perusahaan apabila perusahaan mengalami keterbatasan dalam memiliki laba ditahan, namun apabila penggunaan hutang yang terlalu besar dapat mengakibatkan kebangkrutan (Nuringsih 2005, 109). Ha3 Terdapat pengaruh : kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas adalah tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dalam usahanya (Fadah dan Rian 2007, 18). Profit yang dihasilkan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham. Profit tinggi seringkali menghasilkan aliran kas yang baik. Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam mengelolah usahanya (Arilaha 2009, 390). Pengembalian asset (ROA) digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia (Gitman 2006, 68). Ha4 Terdapat pengaruh : profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 diukur dengan logaritma natural dari total asset (Thanatawee 2011). Ukuran dari suatu perusahaan dapat dilihat dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan (Sofyaningsih dan Hardiningsih 2011, 74). Ha5 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi cenderung akan menginvestasikan kembali dana yang diperolehnya ke dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin tinggi kebutuhan dana yang digunakan oleh perusahaan untuk investasi. Untuk itu perusahaan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai investasinya, daripada membagikan dividennya (Arilaha 2009, 389). Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan atau berkembang dalam menjalankan usahanya dari tahun ke tahun (Sulistiyowati, Anggraini dan Utaminingtyas 2010, 11). Ha6 Terdapat pengaruh : pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen. Collateral Assets Terhadap Kebijakan Dividen Collateral assets adalah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, aset tersebut dapat digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai jaminan peminjaman yang dilakukan oleh perusahaan (Fauz dan Rosidi 60 November 2013 2007, 263). Semakin tinggi collateral assets yang dimiliki oleh perusahaan maka dapat mengurangi masalah yang terjadi antara para pemegang saham dengan pihak kreditor (Wahyudi dan Baidori 2008, 476). Ha7 Terdapat pengaruh : collateral assets terhadap kebijakan dividen. METODA PENELITIAN Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. 2) Perusahaan nonkeuangan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah selama periode penelitian. 3) Perusahaan nonkeuangan yang laporan keuangannya dilaporkan pada 31 Desember selama periode penelitian. 4) Perusahaan nonkeuangan yang memiliki laba bersih yang positif secara berturutturut selama periode penelitian. 5) Perusahaan nonkeuangan yang memiliki kepemilikan institusional. 6) Perusahaan nonkeuangan yang berturut-turut membagikan dividen selama periode penelitian. Kebijakan dividen dapat diukur dengan membagikan dividen per share dan Earning per share. Earning per share dapat diperoleh dengan pengurangan laba bersih dengan dividen yang dibagikan kepada pemilik saham preferen lalu dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar (Nuringsih 2005, 107). ISSN: 1410 -9875 R. Purwoko Dividen per saham Dividend payout ratio = Laba per saham Kepemilikan managerial dapat diperoleh dengan menggunakan variabel dummy dalam menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial dalam perusahaan (Dewi 2009). D = 0 digunakan untuk menunjukan bahwa di dalam perusahaan tersebut tidak terdapat kepemilikan manajerial dan D = 1 menunjukan bahwa terdapat kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Kepemilikan institutional menunjukan prosentase saham yang dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Kepemilikan institusional dapat dilihat dari persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional yang dibandingkan dengan total saham perusahaan (Sanjaya 2009, 19). Kepemilikan institusional diproksikan dengan persentase saham yang dimiliki oleh institusi atau pihak luar terhadap jumlah saham yang beredar yang dihitung setiap tahun (Fadah dan Rian 2007, 18). Jumlah saham Intitusional dan Blockholder Kepemilikan Institusional = Jumlah Saham Beredar Kebijakan hutang diperoleh maupun hutang jangka panjang dengan pembagian antara total terhadap total aset yang dimilki oleh hutang yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih 2005, 109). perusahaan yaitu baik hutang lancar Total Hutang Kebijakan Hutang = Total Aset Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Variabel ini diukur dengan Return On Asset (ROA). ROA Laba Bersih ROA = Total Aktiva memberitahu kita berapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap dolar aset yang diinvestasikan (Palepu, Healy dan Bernard 2004, 5-6). Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal yaitu total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan (Sanjaya 2009, 19). Selain itu ukuran perusahaan dapat diukur dengan 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 menggunakan logaritma dari total aktiva. UKP = Log Total Aktiva Pertumbuhan perusahaan menunjukkan seberapa cepat perusahaan berkembang. (Asset t – Asset GROWTH November 2013 Pertumbuhan perusahaan diukur dengan total asset tahun ini dikurangi total asset tahun lalu dibagi total asset tahun lalu (Sulistiyowati, Anggraini dan Utaminingtyas 2010, 11). t-1) = Asset t-1 Collateral assets menunjukkan seberapa besar aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Collateral assets dapat diukur dengan membagi antara aktiva tetap bersih yang dimiliki perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Pujiastuti 2008, 188). Aset Tetap ASCOL = Total Aset HASIL PENELITIAN Populasi dalam penelitiaan ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Obyek dari penelitian ini adalah 310 perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2010 dan mengeliminasi dengan menggunakan purposive sampling method, hasilnya 68 perusahaan dengan 204 sampel yang digunakan selama 3 tahun penelitian. [Lihat Tabel 4] [Lihat Tabel 2] Data yang dihasilkan setelah uji outlier adalah sebanyak 193 data, sehingga data yang dibuang adalah sebanyak 11 data. Berdasarkan Tabel 4, hasil uji KolmogorovSmirnov menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal, hal ini dikarenakan nilai Assymp. Sig lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,020. [Lihat Tabel 3] [Lihat Tabel 5] [Lihat Tabel 1] 62 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menurut Tabel 3 menunjukkan asymp. Sig lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal sehingga memerlukan uji outlier. ISSN: 1410 -9875 Hasil uji multikolonieritas berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang disajikan melalui Tolerance diatas 0,10 dan VIF dibawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi ini tidak mengalami masalah multikoloniearitas diantara variabel-variabel independennya. [Lihat Tabel 6] Berdasarkan tabel 6, nilai sig residual 2 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi dalam penelitian ini. [Lihat Tabel 7] Berdasarkan tabel 7, variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi yang berada dibawah 0,05 sehingga mengalami heteroskedastisitas. Selain profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain tidak mengalami heteroskedastisitas. [Lihat Tabel 8] Berdasarkan tabel 8, nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,407 mendekati angka 0 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan collateral asset terhadap variabel R. Purwoko dependen, kebijakan adalah lemah positif. dividen, [Lihat Tabel 8] Berdasarkan tabel 8, hasil pengujian koefisien determinasi ditunjukkan oleh angka Adjusted R Square yaitu sebesar 0,136. Hal itu menunjukkan bahwa 13,6% variasi dari variabel kebijakan dividen yang dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel independen, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan collateral asset. Sedangkan sisanya sebesar 86,4% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak tedapat dalam penelitian ini. [Lihat Tabel 9] Dari tabel 9 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan F hitung 5,557. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa model regresi fit dengan model penelitian. [Lihat Tabel 10] Dari tabel 10 pengaruh independen dependen. Hal berikut: kita dapat melihat setiap variabel terhadap variabel ini diringkas sebagai 1. Kepemilikan manajerial (MNG) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,393. Nilai signifikansi 0,393 lebih besar dari 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 2. 3. 4. 5. 64 0,05 berarti Ha1 tidak dapat diterima, artinya kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional (INST) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,022. Nilai signifikansi 0,022 lebih kecil dari 0,05 berarti Ha2 diterima, artinya kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Kebijakan hutang (DEBT) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,604. Nilai signifikansi 0,604 lebih besar dari 0,05 berarti Ha3 tidak dapat diterima, artinya kebijakan hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.\ Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti Ha4 diterima, artinya profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,039. Nilai signifikansi 0,039 lebih kecil dari 0,05 berarti Ha5 diterima, artinya ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. November 2013 6. Pertumbuhan perusahaan (GWTH) berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,030. Nilai signifikansi 0,030 lebih kecil dari 0,05 berarti Ha6 diterima, artinya pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijkan dividen. 7. Collateral asset (ASCOL) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikansi 0,606. Nilai signifikansi 0,606 lebih besar dari 0,05 berarti Ha7 tidak dapat diterima, artinya collateral asset tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan, hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: kepemilikan managerial, kebijakan hutang dan asset collateral tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan kepemilikan institusional, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen dan pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen, padahal masih banyak ISSN: 1410 -9875 variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Data dalam penelitian ini tidak normal dan terdapat 2 variabel independen yaitu profitabilitas dan ukuran perusahaan yang mengalami heteroskedastisitas. Rekomendasi berdasarkan keterbatasan yang telah diungkapkan yang diharapkan berguna untuk penelitian selanjutnya, yaitu : untuk penelitian R. Purwoko selanjutnya dianjurkan untuk menambah variabel-variabel independen lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Contoh variabel independen yang dapat ditambahkan untuk penelitian selanjutnya adalah free cash flow. Untuk penelitian selanjutnya dianjurkan untuk menggunakan periode penelitian yang lebih panjang. REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. S., Thomas A. W. 2011. Statistics for Business and Economics. 7th edition. South Western: Cengage Learning. Arilaha, M.A. 2009a. Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, hlm 386-394. Arilaha, M.A. 2009b. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, hlm. 78-87. Bukhori, I. 2008. Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional, Kesempatan Bertumbuh, Kebijakan Hutang, Profit dan Tingkat Resiko terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. XVI, No. 2, hlm 135-143. Dewi, S.C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 1, hlm 4758. Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 2, hlm 144-153. Fadah, I. dan D. Rian . 2007. Analisis Faktor- Faktor Penentu Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No. 1, hlm 14-29. Fauz, A. dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 8, No. 2, hlm 259-267. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Hatta, A.J. 2002. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI, Vol. 6, No. 2. Kahar, S.H.A. 2008. Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Pendanaan Dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3, hlm. 399410. Murhadi, W.R. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance, Analyst Coverage, dan Tahapan Daur Hidup Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 10, No. 1, hlm. 111-126. Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, hlm. 103123. Pujiastuti, T. 2008. Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2, hlm 183-197. Sanjaya, I.P.B. 2009. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Kajian Akuntansi, Vol. 4, No. 1, hlm. 15-24. Sofyaningsih, S. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, hlm. 68-87. Suharli, M. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, hlm. 9-17. Sulistiyowati, I., R. Anggraini., dan T.H. Utaminingtyas. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII, hlm 1-23. Suwaldiman dan A. Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen. Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 8, No. 1, hlm. 53-64. Thanatawee, Y. 2011. Life-Cycle Theoy and Free Cash Flow Hypothesis : Evidence From Dividend Policy In Thailand. International Journal of Financial Research, Vol. 2, No. 2, hlm 52-60. Wahyudi, E. dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3, hlm. 474-482. Wiagustini, N.L.P. 2009. Investment Opportunity, Instiusional Ownership, Cash Flow, Company Life Cycle Terhadap Kebijakan Dividend dan Return Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, hlm 373-385. Wijayanti, S. dan Supatmi. 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kebijakan Dividen. Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 66 ISSN: 1410 -9875 R. Purwoko Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel N Valid Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum DPR 204 0 MNG 204 0 INST 204 0 DEBT 204 0 ROA 204 0 .332165 .0077 SIZE 204 0 28.22041 3 1.535839 8 24.8502 .419134 .48 .720469 .411136 .120546 .2784908 .501 .0442 0 .184175 7 .1232 .188668 7 .0325 1.90372 96 -.5059 ASCOL 204 0 .28857 7 .19369 73 .0013 1.5470 1 .9864 .9482 .4116 32.3571 24.3715 .9968 .0907593 GWTH 204 0 Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS v. 19 Tabel 2 Frekuensi Kepemilikan Manajerial Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid TIDAK ADA ADA Total 106 52.0 52.0 52.0 98 204 48.0 100.0 48.0 100.0 100.0 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas N Mean Std. Deviation Absolute Unstandardized Residual 204 .0000000 .25438793 .142 Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. .142 -.088 2.022 .001 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Sesudah Uji Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Mean Std. Deviation Unstandardized Residual 193 .0000000 .23010064 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Most Extreme Differences November 2013 Absolute .109 Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. .109 -.073 1.521 .020 Tabel 5 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients(a) Collinearity Statistics Toleran ce VIF Model 1 MNG .829 1.206 INST .858 1.165 DEBT .888 1.126 ROA .741 1.349 SIZE .921 1.086 GWTH .984 1.016 ASCOL .947 1.056 a Dependent Variable: DPR Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Coefficients(a) Standardize d Unstandardized Coefficient Coefficients s Std. B Error Beta Model (Const ant) MNG INST DEBT ROA SIZE GWTH -.022 .352 -.002 .040 -.004 .003 .108 .002 -.006 .103 -.004 -.007 .234 -.003 .001 .012 .005 -4.680E.010 .000 05 ASCOL .010 .098 .008 RES_2 -.009 .073 -.009 a Dependent Variable: Unstandardized Residual 68 t Sig. -.062 .951 -.046 .025 -.056 -.031 .063 .963 .980 .956 .975 .950 -.005 .996 .105 -.128 .917 .898 ISSN: 1410 -9875 R. Purwoko Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Model 1 Unstandardized Coefficients Std. Error B (Const ant) MNG INST DEBT ROA SIZE GWTH ASCOL .546 Standardize d Coefficient s Beta .231 -.009 .026 .104 .070 .018 .067 .416 .153 -.017 .008 -.006 .006 -.018 .064 a Dependent Variable: -.025 .109 .019 .214 -.150 -.070 -.020 ARES_1 t Sig. 2.370 .019 -.332 1.487 .264 2.715 -2.114 -1.020 -.280 .740 .139 .792 .007 .036 .309 .779 Tabel 8 Hasill Analisa Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary Adjuste Std. Error Mode R dR of the Square Square Estimate l R 1 .407(a) .166 .136 .2588907 a Predictors: (Constant), ASCOL, ROA, GWTH, SIZE, DEBT, INST, MNG Tabel 9 Hasil Uji F ANOVA(b) Sum of Square Mean s Model Df Square F Sig. 1 Regressio 2.607 7 .372 5.557 .000(a) n Residual 13.137 196 .067 Total 15.744 203 a Predictors: (Constant), ASCOL, ROA, GWTH, SIZE, DEBT, INST, MNG b Dependent Variable: DPR 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Tabel 10 Hasil Uji t Coefficients(a) Standardize d Unstandardized Coefficient Coefficients s Std. Error B Beta Model 1 70 (Constant ) MNG INST DEBT ROA SIZE GWTH ASCOL -.585 .350 .034 .040 .061 .246 .107 .163 -.053 .102 -.036 .830 .233 .271 .026 .012 .142 -.021 .010 -.144 .050 .096 .035 a Dependent Variable: DPR November 2013 t Sig. -1.670 .096 .856 2.310 -.519 3.570 2.083 -2.185 .517 .393 .022 .604 .000 .039 .030 .606 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 71-84 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, FIRM SIZE, ASSET TANGIBILITY, NON-DEBT TAX SHIELD AND GROWTH TOWARD CAPITAL STRUCTURE SATRIYO WIBOWO STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of profitability, tangibility, growth, firm size, and non-debt tax shield toward capital structure. This study was also to compare result of the previous research within the research. Sample of this research is mining companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2011. The purposive sampling is used as sampling technique, where 7 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with random effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that firm size, non-debt tax shield and growth does influence the capital structure, while profitability and tangibility do not influence the capital structure. Overall, the independent variables influence capital structure simultaneously. Keywords: Profitability, Tangibility, Growth, Firm Size, Non-Debt Tax Shield, Capital Structure. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh profitabilitas, tangibility, Growth, Firm Size, dan Non-Debt Tax Shield terhadap Capital Structure. Penelitian ini juga membandingkan hasil dari penelitian sebelumnya dalam penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2011 untuk. The purposive sampling digunakan sebagai teknik sampling, di mana 7 perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi data panel dengan model efek random untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Firm Size, Non-Debt Tax Shield dan Growth tidak mempengaruhi Capital Structure, sedangkan Profitability dan Tangibility tidak mempengaruhi Capital Structure. Secara keseluruhan, variabel independen mempengaruhi Capital Structure secara bersamaan Kata kunci: Profitability, Tangibility, Growth, Firm Size, Non-Debt Tax Shield, Capital Structure 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 INTRODUCTION Generally, capital structure management in a corporate level of strategic planning has several main objectives, such as determining the optimal capital structures combination for corporate over the short-term and long-term financial planning, deciding the amount of fund from each sources. In any firm, one of the major duties of manager is determining the optimal capital structure of the firm. In general, manager can choose any mix of different types of assets to form their capital structure in order to decide the best decision in financing their financial needs. Firms can either issue a large amount of debt or very little debt. The companies tend to use debt is the companies that have high growth rate, high level of assets and had same level of sales throughout the years. However, no matter which combination does the firm chosen, the higher debt used in financing the company, the higher level of company’s leverage would be. A number of theories have been suggested in explaining the capital structure of firms. However, there is no specific method for firms to choose their optimal debt level yet. Basically, financing sources can be defined into two main categories. There are internal and external sources which have different characteristics. Internal financing sources can obtained with using retained earnings of issuing new stock to raise additional fund, called internal sources because it was involving the internal stakeholder such as management and the owner of the firm as the 72 November 2013 stakeholder. On the other hand, external source is associated to debt and loan from bank or other financial institutions. There are many several factors that can seemly affect the leverage and the company capital structure. From the proportion of the capital structure we can know that many ways to affect it for the example like the profit company generate, size of the firms, the assets company have, the used of debt, investment and etc. The factor that can affect leverage, which proxy by debt ratio, is profitability. In this research profitability can be measure by using basic earning power (BEP) which we can see the profit that company generate before paid tax and any interest and from that we can see the company either its profit or in loss condition. According to the pecking order theory, when the company in profitable condition the external financing is not used and prefer to uses internal financing. Indonesia itself as a developing country is becoming one of many foreign investor targets to invest the money in Indonesia companies. Investing itself can affect the financing proportion in firm’s capital structures. One of the sectors that have a good growth investing realization is mining sector. Mining sector itself is included in Indonesia government plan in “Accelerated Industrialization 2012-2014” from 3 major groups. The acceleration is aimed to encourage the growth of the industrial sector as a major catalyst in improving national economic growth. ISSN: 1410 -9875 And head of BKPM as Indonesia Investment Coordinating Board announce in that in 2012, the total foreign investment Indonesia get is Rp. 221,0 trillion or same as 24,6 billion U.S dollar. Then from that value mining sectors as one of the biggest sectors that take a foreign investment with total 4,3 billion U.S dollar followed with transport and telecommunication sector with 2,8 billion U.S dollar. Therefore, the purpose of this research is to find empirical evidence of the influence of profitability, firm size, asset tangibility, non-debt tax shield and growth either partially or simultaneously toward capital structure of mining companies listed in Indonesia stock exchange (IDX) Period 2005-2011. This research was prepared by the following sequence of writing, first is introduction about research background, research problem, research ojectives and benefits, and systematical review. Second is theoretical framework and hypothesis development, including previous research and reserach model.Third is research method about of sampling method and data collecting technique, operational definition of variables and itsmeasurement. Fourth is analysis and discussion about the research result. Fifth is closing that contains conclusion, research limitation, and recommendation for to the next researches. THEORETICAL FRAMEWORK AND HYPOTHESIS DEVELOPMENT Capital structure was the most complex areas in financial decisions because of its interrelationship with other Satriyo Wibowo financial decisions variables. Poor capital structure decisions can result in a high cost of capital. Effective capital structure decisions can lower the cost of capital, resulting in higher NPVs and more acceptable projects-and thereby increasing the value of firm Three important theories are used to explain more about capital structure, they are Pecking Order Theory, Trade-Off Theory, and Agency Cost Theory. Pecking order is a hierarchy of financing that begins with retained earnings, which is followed by debt financing and finally external equity financing (Gitman and Zutter 2012, 533). Trade-off theory stated that corporation seeks an optimal capital structure. This theory is trying through a balance between benefits and costs of debt to reach an optimal capital structure for the company. There are several factors that influencing capital structure, this research focus on five factors, they are profitability, firm size, asset tangibility, non-debt tax shield and growth. Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s assets-both current and fixed-in productive activities (Gitman and Zutter, 2012, 601). A company can increase their profitability by reduces their costs or increasing the sales revenue. And can be measured through Basic Earning Power. According to pecking order theory, profitable firms tend to have lower debt level. The ability of firm to get debt is also determined by firm size that refers to how large or small a firm (Brown and Reilly 2009, 161), 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 whereas larger firms tend to use debt financing in their capital structure since they have more stable cash flows and less probability of bankruptcy which cause their businesses are more diversified than smaller firms.In the same way Tangible asset are refers to the physical asset such as plant, machinery, and officers (Brealey et al. 2006, 1005). According to tradeoff theory, in the time when firms need some funds, their need tangible asset to offer collaterals to debt providers.NDTS refers to the percentage of benefit in debt financing the firms get, According to Ross et al. (2008, 320) Depreciation tax shield is the tax saving that results from the depreciation deduction, calculated as depreciation multiplied by corporate tax rate. Based with trade-off theory the higher NDTS will decrease the using of debt in the capital structure. Growth refers to the percentage of change in earning per share, dividend per share, revenue, market price of stock or total asset compared to a base year amount (Siegel and Shim 2000, 211). Based on pecking order theory, firm with higher growth tend to required higher volume of financial resources as providing internal fund. Previous Research Profitability and Capital Structure Many studies empirically examined profitability as a determinant of capital structure, most of them found an insignificant impact between profitability and capital structure, for example Ahmad et al (2011); Liu et al (2012). But in Al-Qudah (2011); Janbaz (2010); Santika and 74 Sudiyatno (2011) that between capital structure impact between capital structure. November 2013 research found profitability and has a significant profitability and Tangibility and Capital Structure Many studies empirically examined tangibility measured by (fixed assets/ total assets) as a determinant of capital structure. Those studies include different firms from different sectors and different countries. A number of empirical studies found an significant impact between tangibility and capital structure for example Janbaz (2010); Liu et al (2009); and Al-Qudah (2011) while Santika and Sudiyatno (2011) found an insignificant impact between tangibility and capital structure. Size and Capital Structure A number of studies investigated size as a determinant of capital structure. Some of the scholars found a significant impact between size and capital structure, for example Janbaz (2010) and Liu et al (2009). On the other hand, some studies report an insignificant impact between size and capital structure, for example Al-Qudah (2011) and Ahmad et al (2011) Non-Debt Tax Shield and Capital Structure A significant impact between non-debt tax shield and capital structure found by Ahmad et al (2011). While others found an insignificant impact between nondebt tax shields and capital structure such as Afza and Hussain (2011). ISSN: 1410 -9875 Satriyo Wibowo Growth and Capital Structure A number of studies found an significant impact between growth and capital structure such as Janbaz (2010) and Santika and Sudiyatno (2011). While, others found an insignificant impact between growth and capital structure, for example Al-Qudah (2011), Ahmad et al (2011) and Chen (2011). The model of this research can be depicted as follows: Profitability Firm Size Tangibility Capital Structures Non-Debt Tax Shield Growth Figure 1 Research Model Hypothesis Development Ha1: Profitability does influence capital structure. H02: Size doesn’t influence capital structure. Ha2: Size does influence capital structure. H03: Tangibility doesn’t influence capital structure. Ha3: Tangibility does influence capital structure. H04: Non-debt tax shield doesn’t influence capital structure. Ha4: Non-debt tax shield does influence capital structure. H05: Growth doesn’t influence capital structure. Ha5: Growth does influence capital structure. H06: Profitability, size, tangibility, non-debt tax shield and growth do not influence capital structure simultaneously. Ha6: Profitability, size, tangibility, non-debt tax shield and growth do influence capital structure simultaneously. 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 RESEARCH METHODS Research Objects This research mining companies uses listed the in November 2013 Indonesia Stock Exchange (IDX) for period 2005-2011 andusing purposive sampling as sampling method, the criteria as follow: Table 1 Sample Procedures Sampling Criteria Mining companies consistent Number of Companies 14 listed in IDX from 2005 – 2011 Have negative net and EBIT (5) income from 2005 – 2011 Not issuing financial statements (1) on December 31 from 2005 – 2011 Total companies 8 Total sample data 56 data Research Period 2005 – 2011 7 years Operational Definition of Variables and Measurement The dependent variable of this research is capital structure that can be measured by leverage or debt ratio. Total debt ratio measures the proportion of total assets financed by the firm’s creditors. The higher this ratio, the greater amount of other people’s money being used to generate profits Gitman and Zutter (2012, 77). Capital Structure (CS)is used ratio scale. Total Debt Ratio = Independent variables of this research are Profitability, size, 76 tangibility, non-debt tax shield and growth. ISSN: 1410 -9875 Satriyo Wibowo Profitability (PROF) in this research is using BEP (Basic Earning Power). Profitability is used ratio scale. Basic Earning Power = Firm Size (FS) reflects the condition of company (large or small) based on total assets. Measurement of size of the firm is measured by natural logarithm of total asset. Firm Size is used ratio scale. Firm Size ratio Asset Tangibility(AT) is used scale. This variable is measured by fixed assets divided by total assets. AssetTangibility Non-Debt Tax Shield is benefit in debt financing with permits the depreciation to be deducted in firm tax bill. The scale is used is ratio scale. NDTS is used ratio scale. Tax Provision = Growth (GROW) is measured by growth of asset.Growth is percentage change in asset of company in recent year which compared to year previously. Growth is used ratio scale. Growth = Percentage Change in Total Assets Data Analysis Method Based on research model, data analysis method in this research will be done by using panel data of simple and multiple regressions through Eviews 7 as statistical data processing program. The regression models used in this research are simple regression model and multiple regression model. Simple regression model is regression model with a single independent variable and multiple regressions model is regression model with two or more independent variables to explain 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 the variation that occur in the single dependent variable (y). Simple regression model Yit = β0 + β1X1it+ εit Multiple regression model Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + εit Where: Yit = Capital Structure (Proxy by Leverage Ratio) β0 = Intercept or Constanta β1, β2, β3, β4, β5 = Slope or Coefficient Regression of Variable X1 = Profitability X2 = Firm Size X3 = Asset Tangibility X4 = X5 = εit = Non-Debt Tax Shield Growth Error Term RESULTS AND ANALYSIS Descriptive Statistics The result from descriptive statistic that has been done is summarized as following table: Table 2 Descriptive Statistics T_DEBT 0.393389 0.856692 0.084303 0.213741 49 Mean Maximum Minimum Std. Dev. Observatio ns Source: Eviews 7 Processed PROFIT 0.225683 0.845420 0.009979 0.168989 49 TANGI 0.341935 0.869447 0.044967 0.234746 49 SIZE 29.33720 30.78145 20.75912 1.852617 49 NDTS 0.218402 0.600214 0.004539 0.169334 49 GROWTH 0.154169 0.650807 -0.160638 0.163804 49 Panel Model Selection Analysis Hausman Test Analysis Theresult of Hausman test can be seen in the following table: Table 3 Hausman Test Result Test Summary Chi-Sq. Statistic Cross-section random 19.77924 5 Chi-Sq. d.f. Prob. 5 0.0014 Source: Eviews 7 Processed The Chi-Square or Hausman statistic value is 19.779245 higher 78 than Chi-Squares table value alpha 0.05 (d.f) 5. The probability value ISSN: 1410 -9875 Satriyo Wibowo 0.0014 also less than alpha (0.05), then the null hypothesis (H0) is rejected. It means the model used is Fixed Effect Model. Data Quality Test Analysis Normality Test Analysis The result of normality test by Jarque-Bera(JB) statistics value shownas follow: Table 4Normality Test Result Skewness Kurtosis JarqueBera Probability Source: Eviews 7 Processed Value of JB 0.238916 lowers than value of Chi Squares (df) 2 which is 5.991, also its probability 0.887401 greater than alpha (0.05), can be concluded the null -0.090359 2.709550 0.238916 0.887401 hypothesis (H0) is not rejected, means data normally distributed. Classical Assumption Test Analysis Multicollinearity Test Analysis Result of multicollinearity test is shown as follow: Table 5 MulticollinearityTest PROFIT PROFIT 1.000000 TANGI -0.047044 SIZE 0.446149 NDTS 0.298398 GROWTH 0.231000 Source: Eviews 7 Processed TANGI -0.047044 1.000000 0.138409 0.527815 -0.187476 Table 4 shows that all correlation between independent variables lower than 0.85, it means multicollinearity does not happen in the regression model, therefore data in this research is good to be used. SIZE 0.446149 0.138409 1.000000 0.433503 -0.185751 NDTS 0.298398 0.527815 0.433503 1.000000 -0.258575 GROWTH 0.231000 -0.187476 -0.185751 -0.258575 1.000000 Heteroscedasticity Test Analysis Glejser test can be done to detect the heteroscedasticity, the result as follow: 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Table 6 Glejser Test Result Variable C PROFIT TANGI SIZE NDTS GROWTH Coefficie nt Std. Error t-Statistic -0.061379 -0.015452 0.121694 0.002824 -0.070899 0.034071 Prob. 0.266423 -0.230380 0.029908 -0.516638 0.063801 1.907414 0.009027 0.312886 0.042207 -1.679785 0.027603 1.234334 0.8191 0.6085 0.0643 0.7561 0.1014 0.2249 Source: Eviews 7 Processed Variables of Profitability, Autocorrelation Test Analysis Firm Size, Tangibility, NDTS and Autocorrelation test can be done by Growth have probability value Durbin-Watson test as follow: lower than alpha (0.05), means there are heteroscedasticity in those variables. Table 7 Autocorrelation Test Durbin-Watson stat 1.926804 Source: Eviews 7 Processed H0 is rejected, Positive H0 Inconclusive Autocorrelation No Evidence of Inconclusive is rejected, Negative Autocorrelation Autocorrelation 0 4 1.3258 1.7716 2 2.2284 1.926804 Figure 2 Durbin-Watson Statistic Test Result 80 2.6742 ISSN: 1410 -9875 Satriyo Wibowo Because the statistic value of Durbin-Watson is in No Evidence of Autocorrelation zone, means H0 is not rejected, there is no autocorrelation occurred in model. Data Analysis and Hypothesis Testing Table 8 R, R2, and t-Test results Variable PROFITABILITY R 0.916948 R2 0.840795 Coeff 0.044246 t-Statistic 0.996438 Prob. 0.3249 SIZE 0.925496 0.856543 -0.044133 -2.437728 0.0192 TANGIBILITY NDTS GROWTH 0.923927 0.943040 0.933584 0.853642 0.889325 0.871580 0.206938 -0.512064 0.170756 1.621362 -9.026193 4.406924 0.1126 0.0000 0.0001 Source: Eviews 7 Processed (Appendix 3) The probability value of profitability and asset tangibility was 0.3249 and 0.1126 greater than alpha 0.05, so it means this variable are not influencing capital structures. while the probability FStatistic Testing value from size, NDTS and growth is 0.0192, 0.0000, 0.0001 is less than alpha 0.05 which means this variable influence capital structure partially Table 9 Coefficient of Regression of H8 Variable C PROFIT TANGI SIZE NDTS GROWTH Coefficie nt Std. Error t-Statistic 1.822787 0.043688 0.250777 -0.049493 -0.407152 0.103137 The multiple regression equation which also including panel data regression (with random effect model) as follows: Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + εit Capital Structure = 1.822787 + 0.043688Profitability + 0.250777Asset Tangibility - 0.460795 3.955743 0.048491 0.900954 0.120374 2.083315 0.015640 -3.164423 0.078655 -5.176395 0.051271 2.011610 Prob. 0.0003 0.3734 0.0442 0.0031 0.0000 0.0516 0.049493Size - 0.407152NDTS + 0.103137Growth + εit The equation means that: β0 =1.822787. It means if the variables value of profitability, size, tangibility, non-debt tax shield and growth simultaneously toward capital structure are equal to 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 β1 β2 zero (0), then the value of capital structure is equal to 1.822787.This intercept value also represents the mean value of all the cross-sectional intercepts. = 0.043688. It means if variable of profitability is increased 1unit, then capital structure will increase 0.043688 units, with other independent variables constant assumption. = 0.250777.It means if variable of tangibility is increased 1 unit, then capital structure will increase 0.250777 units, with other independent variables constant assumption. β3 β4 β5 November 2013 = ‐0.049493.It means if variable of size is increased 1 unit, then capital structure will decrease 0.049493 units, with other independent variables constant assumption = ‐0.407152.It means if variable of NDTS variable is increased 1unit, then capital structure will decrease 0.407152 units, with other independent variables constant assumption = 0.103137.It means if variable of growth increased 1 unit, then capital structure will increase 0.103137 units, with other independent variables constant assumption Table 10 Coefficient of Regression H8 Result F-statistic 29.07446 Prob(F-statistic) 0.000000 Source: Eviews 7 Processed (Appendix 3) CLOSING Based on result and analysis that has been discussed of hypothesis test on sample data of mining companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) for period 2005 until 2011, therefore the conclusions shows that profitability, asset and tangibility does not influence the capital structure partially, while firm size, NDTS, growth influence capital structure partially. Furthermore, of profitability, size, tangibility, nondebt tax shield and growth 82 influence capital structure simultaneously. This research has several limitations which are only used five variables that were considered can influence capital structure, while factors influencing capital structure there are many or more than five variables; sample that used was restricted for mining companies, so that still less in representing of all emitters listed in IDX; and this research only took 7-years period from 2005 until 2011, hence the data perhaps might not reflect fully the condition of the firms in the long term. ISSN: 1410 -9875 To cope with the limitations, recommendations that can be used for next research which is related with capital structure are use some variables, such as business risks, managerial ownership, dividend, and liquidation (as additional variables that were used in this research) that may influence the capital structure; the sample can Satriyo Wibowo be extended to not only listed mining companies in Indonesia Stock Exchange; and a longer research period can be used as consideration to get an accuracy of the result because the consistency of independent variables’ effect on the capital structure can be determined. REFERENCES Ahmad, Fawad., Juniad-ul-Haq, Rao Umer Nasir, Mohsin Ali, Wasim Ullah. 2011. Extension of determinants of capital structure: Evidence from Pakistani non-financial firms. African Journal of Business Management Vol. 5(28), pp. 11375-11385, 16 November, 2011 http://www.academicjournals.org/AJBM Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learning. Ali, Khizer and Muhammad Farhan Akhtar. 2011. Practical Implication of Capital Structure Theories: Empirical Evidence from the Commercial Banks of Pakistan. European Journal of Social Sciences – Volume 23, Number 1 (2011) Al-Qudah, Ali Mustafa Abdullah. 2011. The Determinants of Capital Structure of Jordanian Mining and Extraction Industries: Empirical Evidence. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 29 (2011) Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance 8th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin Brigham, Eugene F., and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management Theory and Practice. Singapore: Thomson South Western. Downess, John and Jordan Elliot Goodman. 2001. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Elex Media. Gibson, Charles H., 2009 Financial Reporting & Analysis. 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learning. Gitman, Lawrence. J., and Chad J. Zutter. 2012 Principles of Managerial Finance. 13th Edition. New York: Pearson Prentice Hall Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics 5th Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics 4th Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc. Harris, Milton, and Artur Raviv. 1991. The Theory of Capital Structure. The Journal of Finance Vol. 46, no.1 pp. 297-355. 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education Higgins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management 6th Edition. Boston: McGraw Hill. Janbaz, Mehdi. 2010. Capital Structure Decisions in the Iranian Corporate Sector. International Research Journal of Finance and Economics, no. 58, ISSN 1450-2887. Keown, Arthur J., John D. Martin, J.William Petty, David F. Scott. 2005. Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson Prentice Hall. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Volume 1. John Wiley and Sons. Liu, Yuanxin and Jing Ren. 2009. An Empirical Analysis on the Capital Structure of Chinese Listed IT Companies. International Journal of Business and Management, vol. 4, no. 8, pp. 46-51 Reily , Frank K., and Keith C. Brown. 2006. Investment Analysis and Portfolio Management 8th Edition. USA: Thomson South – Western Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey F. Jaffe, and Bradford D Jordan. 2009. Modern Financial Management 8th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Santika, Rista Bagus and Bambang Sudiyatno. 2011. Determinant of Capital Structure on the Manufacturing Company Capital in Indonesia Stock Exchange. Dinamika Keuangan dan Perbankan, vol. 3, no. 2 ISSN 19794878, pp. 172-182. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Viviani, Jean-Laurent. 2004. Capital Structure Determinants: An Empirical Study of French Companies in the Wine Industry. International Journal of Wine Business Research Vol. 20, ISSN 1751 – 1062, pp. 171 – 194 White, Gerald I., Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements 3rd edition. USA : John Wiley & Sons, Inc Winarno, Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN, Yogyakarta 84 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 85-98 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH RISIKO BISNIS, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, COLLATERAL VALUE OF ASSET DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL STELLA STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze the effect of firm size, growth, profitability, collateral value of asset, and business risk tocapital structure. This study was also to improve consistency of result from prior studies.Property and real estate that has been listing on BEI 2007-2011 were examined. Ten companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and multiple regressions with fixed effect model for panel data were performed to test the hypotheses.The empirical evidences from this study shows that growthare affecting capital structure. Firm sixe, profitability, collateral value of asset, and business risk are not affecting capital structure. Altogether, there is an effect of all independent variables simultaneously to leverage. Keywords: Capital Structure, Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset, Business Risk, Profitability. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset, dan Capital Structure. Penelitian ini juga untuk meningkatkan konsistensi hasil dari penelitian sebelumnya. Properti dan real estate nyata telah listing di BEI 20072011 diperiksa. Sepuluh perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi dengan model yang berlaku tetap untuk data panel dilakukan untuk menguji hipotesis. Bukti-bukti empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa growth mempengaruhi Capital Structure. Enam perusahaan, Profitability, nilai agunan aset, dan Business Risk tidak mempengaruhi Capital Structure. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua variabel independen secara bersamaan untuk leverage. Kata kunci: Capital Structure, Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset, Business Risk, Profitability 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 PENDAHULUAN Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode tertentu. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan yaitu dalam hal sumber pembiayaan. Perusahaan memiliki dua sumber pembiayaan eksternal, yaitu melalui penerbitan hutang jangka panjang dan penerbitan saham. Kombinasi penggunaan hutang jangka panjang dan ekuitas sebagai sumber pembiayaan disebut capital structure. Penggunaan kombinasi sumber pembiayaan yang tepat akan memberikan struktur modal optimal bagi perusahaan. Struktur modal optimal merupakan struktur modal dimana biaya modal perusahaan minimum dengan demikian nilai perusahaan akan maksimum (Gitman dan Zutter 2012, 535). Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Opportunity cost adalah aliran kas yang seharusnya dapat diperoleh atas penggunaan terbaik dari aktiva yang dimiliki. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independennya adalah profitabilitas, ukuran 86 November 2013 perusahaan, risiko bisnis, collateral value of asset dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal terhadap property and real estate. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat Capital Structure Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset, Business Risk, Profitability. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Capital Structure Menurut Gitman (2012, 508), struktur modal adalah “The mix of long-term debt and equity maintained by the firm”. Penelitian mengenai struktur modal didominasi oleh dua teori dasar yaitu trade-off theory dan pecking order theory. Pecking order theory menjelaskan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dengan urutan pertama, yaitu laba ditahan kemudian utang dan terakhir penjualan saham baru (Sjahrial 2008, 205). Trade-off theory menyatakan bahwa komposisi struktur modal yang optimal dapat tercapai apabila perusahaan mampu ISSN: 1410 -9875 menyeimbangkan beban yang timbul dengan manfaat yang diperoleh dari penghematan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan (Sayeed 2011, 22). Firm Size Menurut White et al. (2003, 178), menjelaskan bahwa ukuran perusahaan diukur dari total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki dan kemampuan finansial perusahaan tersebut. Ha1: Tidak terdapat pengaruh firm size terhadap struktur modal Growth Brown dan Reilly (2012, 325) menyatakan bahwa “Growth companies are firms that have the opportunities and abilities to rated of return on investment that are consistenly above their required rates of return.” Jadi pertumbuhan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan, nilai penjualan dan total aktiva. Ha2: Terdapat pengaruh growth terhadap struktur modal Profitability Berdasarkan pecking order theory, perusahaan akan memilih pendanaan internal terlebih dahulu sebelum mencari dana dari pihak eksternal. Sehingga, semakin besar profitabilitas perusahaan maka itu berarti perusahaan memiliki tingkat dana internal yang lebih besar, sehingga akan berpengaruh terhadap berkurangnya hutang yang digunakan oleh perusahaan. Stella Menurut Gitman (2012, 601), profitability adalah “The relationship between revenues and costs generated by using the firms assets both current and fixed in productive activities” Jadi, dapat disimpulkan bahwa profitability adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva-aktiva yang dimilkinya untuk menghasilkan laba. Ha4: Tidak profitabilitas modal terdapat pengaruh terhadap struktur Collateral value of asset Aktiva biasanya dikelompokkan menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Menurut Weygandt et al. (2010, 164), aktiva lancar adalah jenis aktiva yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Menurut Higgins (2001, 178), adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasional dan tidak untuk dijual kembali dalam waktu dekat dan bisa dijadikan jaminan untuk meminjam dana. Ha5: Tidak terdapat pengaruh collateral value of asset terhadap stuktur modal Business Risk Menurut Gitman (2012, 527), business risk adalah “The risk to the firm of being unable to cover its operating costs” Jadi risiko bisnis merupakan risiko perusahaan tidak dapat menutupi biaya operasionalnya dan merupakan suatu ketidakpastian atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Business risk merupakan risiko dasar yang dimiliki perusahaan selain financial risk sebagai tambahan risiko perusahaan akibat penggunaan hutang. November 2013 Ha6: Tidal terdapat pengaruh business risk terhadap struktur modal Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini: Firm Size Growth Profitability Collateral Struktur Modal Business Risk Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Property and real estate pada tahun 2007-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria pengambilan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1 Pemilihan Sampel No. 1. 2. 88 Keterangan Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode Januari 2007-Desember 2011 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan Jumlah 10 0 ISSN: 1410 -9875 3. 4. 5. Perusahaan yang tidak menerbitkan keuangan Perusahaan yang tidak melaporkan keuangan 31 desember Total data penelitian (10x 5 tahun) Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Struktur Modal Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal adalah hasil dari campuran antara hutang dan ekuitas yang dikelola oleh perusahaan, diproksikan dengan menggunakan rasio hutang (Gitman 2012, 77). Struktur modal merupakan variabel yang berskala rasio. Firm Size Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki dan kemampuan finansial perusahaan tersebut. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai logaritma natural dari total aktiva (Yoga 2010, 37). Skala yang digunakan adalah rasio. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus: Growth Stella Pertumbuhan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan, nilai penjualan dan total aktiva. Skala yang digunakan adalah rasio. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan perhitungan sebagai berikut (Indrajaya et al 2011, 12 ) laporan 0 laporan 0 50 Collateral Value of Asset Jadi dari pendapat-pendapat collateral value of asset adalah sebagai kemampuan aktiva tetap untuk menjadi jaminan atas suatu pinjaman perusahaan. Variabel ini diukur dengan rasio aktiva tetap yang merupakan hasil dari aktiva tetap dibagi dengan total aktiva (Sayeed 2011, 6). CVA merupakan variabel berskala rasio. Business Risk Risiko bisnis merupakan suatu ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan usahanya, dimana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasionalnya. Risiko bisnis diproksikan dengan menggunakan standar deviasi, dan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Yoga 2010, 36) Keterangan: EBIT= Earning Before Interest Tax Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data. Data akan 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 dianalisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu: X2 Keterangan: Y = Struktur Modal βo = Konstanta β1 – β5 = Koefisien regresi variabel X1 – X5 X1 = Firm size X3 X4 X5 ε = = = = = Growth Business Risk Profitability Collateral Value of Asset Error HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Variabel N CapStruc Collateral Growth Profitability Risk Size 50 50 50 50 50 50 Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean Median Maksimum Minimum 0,454194 0,158861 0,206492 0,056989 0,118920 16,35113 0,496759 0,127279 0,210416 0,041917 0,022103 19,46011 0,734117 0,508813 0,495372 0,255229 1,876260 23,21875 0,004703 5,000005 0,000414 0,001166 0,000659 8,455277 Deviasi Standar 0,211153 0,131142 0,108180 0,056829 0,317708 5,935238 Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (Lampiran 3) Uji Signifikansi Random Effect Tabel 3 Hasil Uji Hausman Chi-Sq. ChiTest Summary Statistic Sq. d.f. Cross-section random 7.045280 5 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7. (Lampiran 3) Dari hasil Uji Hausman, nilai statistik uji Hausman adalah 7.045280, sedangkan nilai chi square yang ada pada tabel dengan α sebesar 0,05 dan degree of freedom (df) 5 adalah 11.07050. Dengan demikian, nilai statistik < dari chi square, sehingga Ho 90 Prob. 0,2173 diterima. Ini berarti bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Random Effect. Hasil yang sama juga diperoleh dari nilai probabilitasnya, dimana nilai probabilitas lebih besar dari α (0,2173 > 0,05) yang berarti Ho diterima. ISSN: 1410 -9875 Stella Uji Normalitas Tabel 4 Tabel Normalitas Skewness -0,554136 Kurtosis 2,228016 Jarque-Bera 3,800471 Probability 0,149533 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7. (Lampiran 3) Berdasarkan tabel 4 dilihat bahwa nilai statistik Jarque-Bera (JB) adalah 3,800471, sedangkan nilai Chi Squares dengan α sebesar 0,05 dan df (2) sebesar 5,9915. Berarti, nilai statistik JB < nilai kritis JB, sehingga Ho tidak dapat ditolak. Hal tersebut menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Selain itu juga dapat dilihat dari probabilitas JB yang lebih besar α (0,149533 > 0,05), yang berarti Ho tidak dapat ditolak. Selain itu, skewness dan kurtosis dari penghitungan juga mendekati karakteristik suatu distribusi yang normal, yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Variabel Independen Collateral Growth Profit Risk Collater al 1,000000 -073223 -0,171493 -135084 Growth -0,073223 1,000000 0,613100 -0,029855 Profit -0,171493 0,613100 1,000000 -0,069537 Risk -0,135084 -0,029855 -0,069537 1,000000 Size 0,085509 -0,422303 -0,271411 0,182578 Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 3) Tabel 5 menunjukkan semua korelasi antara variabel independen dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan Size 0,085509 -0,422303 -0,271411 0,182578 1,000000 tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, sehingga data baik untuk digunakan. Uji Heteroskedastisitas Tabel 6 Hasil White’s General Heteroscedasticity Test Obs*R-Squared 3.541413 Prob. Chi-Square 0.6171 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 3) Dari hasil data diatas pada tabel 6, diketahui bahwa nilai hasil Chi Square hitung adalah 3.541413 yang diperoleh dari Obs*R-Squared, yaitu jumlah observasi dikalikan dengan koefisien determinasi. Kemudian, nilai kritis Chi Square yang pada α sebesar 0.05 dengan df 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 5 yaitu 11.070. Karena nilai Chi Square hitung lebih kecil dari Chi Square kritis (3.541413 < 11.070), November 2013 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Tabel 7 Nilai Durbin Watson Durbin-Watson 1.509113 stat Lampiran: Hasil Pengolahan Eviews7 Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil nilai Durbin Watson adalah 1,509113. Dengan jumlah observasi 50 sampel dan 5 variabel independen, maka diperoleh nilai dL= 1,34 dan du= 1,77. Kesimpulan dari uji Durbin Watson dapat digambarkan sebagai berikut: Uji Durbin Watson Auto korelasi negatif Auto korelasi positif 0 Tidak ada keputusan 1,34 1,77 Tidak ada bukti terjadinya autokorelasi 2 Tidak ada keputusan 2,23 2,66 4 1,509113 Gambar 2 Uji DW Dari gambar diatas dapat autokorelasi. Dari hasil DW tidak dilihat bahwa nilai hitung yang mendapatkan hasil yang pasti, didapat dari uji Durbin Watson maka peneliti menggunakan uji terletak di wilayah tidak ada Lagrange Multiplier untuk keputusan. Sehingga, dapat diambil mendeteksi autokorelasi. Hasil uji kesimpulan bahwa tidak ada Lagrange Multiplier sebagai berikut: keputusan/kesimpulan untuk Tabel 8 Hasil Uji Lagrange Multiplier F-statistic 1.138920 Prob. F(2.49) 0.7107 Obs*R-squared 0.806664 Prob. Chi0.6681 Square(2) Lampiran: Hasil Pengolahan EViews 7 Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai dari Chi-square statistik 0.806664 lebih kecil dari nilai Chi-square tabel α 0.05 df (2) 5.991 dan nilai p-value 0.6681 lebih 92 besar dari α (0.6681 > 0.05). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ho tidak dapat ditolak. Model regresi tidak terjadi autokolerasi. ISSN: 1410 -9875 Stella Uji t Tabel 9 Hasil Analisis Uji t H1 Variable C RISK Coefficie nt Std. Error t-Statistic Prob. 0.450666 0.029669 0.0000 0.5575 0.065963 0.050223 6.832115 0.590742 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Tabel 10 Hasil Analisis Uji t H2 Variable C PROFIT Coefficie nt Std. Error t-Statistic 0.473277 -0.334861 0.053810 8.795374 0.298632 -1.121317 Prob. 0.0000 0.2677 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Tabel 11 Hasil Analisis Uji t H3 Variable C SIZE Coefficie nt Std. Error t-Statistic Prob. 0.391522 0.003833 0.0000 0.1258 0.077549 0.002460 5.048721 1.557972 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Tabel 12 Hasil Analisis Uji t H4 Variable C COLLATERAL Coefficie nt Std. Error t-Statistic Prob. 0.407082 0.296558 0.0000 0.2351 0.075190 0.246638 5.414057 1.202404 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 3) Tabel 13 Hasil Analisis Uji t H5 Variable Coefficie nt Std. Error t-Statistic Prob. 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 C GROWTH 0.536793 -0.400012 0.068165 7.874957 0.178844 -2.236655 November 2013 0.0000 0.0300 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Uji F Variable C COLLATERAL GROWTH PROFIT RISK SIZE Tabel 14 Uji F Coefficie nt Std. Error t-Statistic 0.485827 0.282951 -0.395001 -0.071662 0.002527 0.000536 0.105344 4.611798 0.294251 0.961597 0.254895 -1.549660 0.347554 -0.206190 0.050252 0.050277 0.002931 0.182886 Prob. 0.0001 0.3428 0.1302 0.8378 0.9602 0.8559 Effects Specification Crosssection fixed (dummy variables) R-squared Adjusted Rsquared Mean dependent 0.843248var 0.454194 0.780547 S.D. dependent var 0.211153 Akaike info 1.545761 S.E. of regression 0.098916criterion Sum squared resid 0.342455 Schwarz criterion 0.972154 Hannan-Quinn 1.327328 Log likelihood 53.64402criter. 1.50911 3 F-statistic 13.44878 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y_SM = 0.485827 +0.282951*X1_COLLATERAL – 0.39001*X2_ GROWTH-0.071662*X3_PROFIT +0.002527*X4_RISK +0.000536*X5_SIZE + e Tabel 15 Hasil Uji F Statistik F-statistic 13.44878 Prob(F-statistic) 0.000000 94 ISSN: 1410 -9875 Stella Hasil Analisis Koefisien Regresi H6. (Lampiran 3) 13.44878 Ho tidak dapat ditolak 2.43 Gambar 3 Kurva Distribusi F Dari tabel 4.21 didapatkan hasil F statistik lebih besar dari F tabel (13.44878 ≥ 2.43) dengan df1 = k – 1 = 5 dan df2 = n – k =44 pada α =0.05. nilai k adalah jumlah variabel yang ada pada model regresi, sedangkan n adalah jumlah sampel. Sehingga, nilai F statistik jatuh di titik pada daerah Ho dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0.000000 ≤ 0.05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel risiko bisnis, profitabilitas, ukuran perusahaan, collateral value of asset dan pertumbuhan perusahaan secara bersama-sama terhadap struktur modal. PENUTUP Dari hasil penelitian, terlihat bahwa hanya variabel pertumbuhan yang berpengaruh terhadap struktur modal sementara sisanya tidak berpwngaruh terhadap struktur modal. Kurangnya jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini, dimana penelitian ini hanya dititikkan pada perusahaan yang terdaftar secara terus-menerus di BEI selama tahun penelitian. Kurangnya variabel independen pada penelitian ini, dimana penelitian ini hanya menggunakan variabel risiko bisnis, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan collateral value of asset. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah Menggunakan obyek penelitian lain yang lebih luas sehingga jumlah sampel penelitian menjadi lebih besar. Menambahkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap struktur modal seperti kebijakan dividen, struktur kepemilikan, dan tax. 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 REFERENSI: Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western Cengage Learnings. Brealey, Richard A., Steward C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate finance, 8th edition. Singapore : McGraw Hill. Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and Management of Portofolio, 9th edition. Canada: South Western. Damodaran, Aswath. 2001. Corporate finance theory and practice, 2nd edition. Wiley and Sons, Inc. Downes, John., and Jordan E. Goodman. 2001. Kamus istilah keuangan dan Investasi. Jakarta : Elex Media Komputindo. Emery R. Douglas, John D. Finnery, and John D. Stowe. 2004. Corporate financial management, 2nd edition, Boston: Pearson Prentice Hall. Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of managerial finance, 13th edition. Boston, MA: Pearson Education, Inc. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic econometric. Singapore: McGraw-Hill Inc. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph F. Anderson and Rondal L. Tatham. 2006. Multivariate data analysis. New Jersey: Pearson Education, Inc. Higgins, Robert. 2001. Analysis for financial management. Singapore: McGraw-Hill Inc. Indrajaya, Glen., Herlina., Rini., 2011. “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 6, Tahun ke 2, September-Desember 2011. Joni dan Lina. 2010. ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal’. Jurnal bisnis dan akuntansi, vol. 12, no. 2, 81-86. Keown, Arthur J., John D. Martin., J. William Petty., David F. Scott JR. 2005. Financial Management. 10th edition. Pearson Education, Inc. Manurung, Prof. Dr. 2012. Teori Keuangan Perusahaan. Jakarta: STIEP Press. Newbold, Paul., William L. Carlson., and Bethy Thorne. 2007. Statistics for Business and Economics, 6th edition. Pearson Education, Inc. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, 2008. Corporate finance fundamentals, 8th edition. Singapore: McGraw-Hill Inc. Sayeed, Mohammad Abu. 2011. “The Determinants of Capital Structure for Selected Bangladeshi Listed Companies”. International review of business research papers, vol. 7, No.2, 21-36. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan, edisi 4. Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta CV. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi 3. Yogyakarta: Ekonisia 96 ISSN: 1410 -9875 Stella Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc. White, Gerard L., Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The analysis and use of financial statement, 3rd edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc. Yoga, Yoga. 2010. “Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal”. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Atma Bhakti Surakarta, vol. 6, 21-50 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 98 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 99-110 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DINE RANETTE dan ESIKA WAHASARI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of institutional ownership, managerial ownership, firm size, leverage, free cash flow, growth opportunities, and return on asset ratio to dividend policy. The population of this research is all manufacturing companies which listed in Indonesia Stock Exchange from 2008 until 2011. The data selected by using purposive sampling method and there are 33 manufacturing companies which suit with the criteria used over four year period from 2008 until 2011. This research used multiple regressions as the statistic analysis method. The results of this research indicates that institutional have a ownership, managerial ownership, firm size, leverage and free cash flow do not significant influence to dividend policy. While growth opportunities and profitability that have significant influence to dividend policy. Keywords: Dividend Policy, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Firm Size, Leverage, Free Cash Flow, Growth Opportunities and Profitability. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, arus kas bebas, peluang pertumbuhan, dan rasio pengembalian aset terhadap kebijakan deviden. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 hingga 2011. Data dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan ada 33 perusahaan manufaktur yang sesuai dengan kriteria yang digunakan selama periode empat tahun dari 2008 sampai 2011. Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai metode analisis statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage dan arus kas bebas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sementara peluang pertumbuhan dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kata Kunci: Kebijakan Deviden, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, Leverage, Arus Kas Bebas, Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 PENDAHULUAN Dividen adalah salah satu kebijakan perusahaan didalam mengatur keuangan perusahaan ketika perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang mengakibatkan terjadinya keuntungan dari hasil penjualan tersebut atau biasa yang disebut dengan penghasilan. Penghasilan yang dihitung adalah penghasilan setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ada dua kebijakan berhubungan dengan penghasilan setelah pajak yang diberlakukan oleh suatu perusahaan, yaitu membagikan penghasilan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, atau menginvestasikan kembali penghasilan tersebut ke dalam perusahaan yang dimasukkan ke laba ditahan. Dengan adanya dua kebijakan tersebut, manajer perusahaan harus jeli dalam membuat dan mengambil keputusan. Pasalnya, para pemegang saham menginginkan pembayaran dividen yang rutin sebagai bentuk hasil investasi mereka ke perusahaan, sedangkan perusahaan ingin agar keuntungan yang dihasilkan perusahaan lebih difokuskan pada aktivitas perusahaan, seperti kegiatan ekspansi perusahaan dan pembayaran hutang, sehingga penghasilan tersebut dimasukkan ke dalam laba ditahan. Manajer dalam membuat kebijakan harus dapat menentukan berapa besar dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham, dan berapa banyak laba yang akan dimasukkan ke dalam laba ditahan. Ini bukanlah hal yang mudah bagi manajer, 100 November 2013 karena kebijakan yang diambil akan mempengaruhi kesejahteraan para pemegang saham maupun perusahaan. Menurut Al-Gharaibeh et al. (2013), kebijakan dividen digunakan untuk mengakomodasi fluktuasi tak terduga dalam profitabilitas dan kesempatan yang diberikan untuk berinvestasi. Antara pemegang saham dan manajer dapat terjadi masalah keagenan. Pemegang saham mempunyai hak dalam menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan agar perusahaan dapat berkembang dengan baik. Perusahaan yang berkembang akan menghasilkan laba yang lebih besar. Dengan berkembangnya perusahaan yang disertai dengan laba yang meningkat, pemegang saham tentu mengharapkan adanya pengalokasian laba ke dalam pembayaran dividen tunai dalam jumlah yang besar. Akan tetapi, tidak sedikit manajer perusahaan yang ditunjuk oleh para pemegang saham bertindak atas kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan investor. Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik yang biasa disebut sebagai conflict agency. Menurut Dewi (2008), para investor dapat memperkecil masalah yang timbul dari agency conflict dengan cara mengawasi dan memonitor kinerja manajer. Dengan mengawasi dan memonitor kinerja manajer, para investor harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut agency cost. Investor dapat memperkecil biaya pengawasan tersebut dengan ISSN: 1410 -9875 cara melakukan kepemilikan manajerial. Hal ini bertujuan agar para manajer mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham supaya manajer lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, karena akan berdampak pada return dari hasil investasi manajer dalam bentuk persentase saham yang dimiliki, sehingga konsekuensi kerugian akan ditanggung dan dirasakan manajer juga jika manajer mengeluarkan banyak biaya yang menyebabkan cost perusahaan tinggi dan pembayaran dividen rendah. Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan. Selain kepemilikan manajerial, pengawasan melalui investorinvestor institusional juga dapat dilakukan untuk memperkecil agency cost. Dengan demikian, hal tersebut akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajerial. Adanya pemegang saham institusional dan kepemilikan manajerial diharapkan dapat menyelaraskan kepentingan manejer dengan para pemegang saham, sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan dividen. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan penelitian-penelitian terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, free cash flow, growth opportunities, dan Dine Ranette dan Esika Wahasari profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut: Pertama, pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat penelitian. Kedua, rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitan yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dividen merupakan nilai pendapatan bersih setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan oleh perusahaan. Sebagai keuntungan dari laba, perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Teori keagenan merupakan teori yang menyatakan adanya konflik antara manajer dan para pemegang saham yang disebabkan manajer lebih menfokuskan diri pada kepentingan pribadi. Godfrey et al. (2010) mengidentifikasi agency cost menjadi tiga tipe, yaitu monitoring costs, bonding costs, dan residual loss. Monitoring costs adalah biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh principal untuk memastikan bahwa agen bertindak atas kepentingan 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 principal. Bonding costs adalah biaya yang dikeluarkan oleh manajer atau agen untuk memastikan bahwa dirinya bertindak atas kepentingan principal. Residual loss adalah pengorbanan karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena dibatasinya kewenangan atau adanya perbedaan keputusan antara principal dan agen. Menurut Manurung dan Siregar (2009) dalam Irawan dan Nurdhiana (2012), terdapat beberapa teori yang relevan dengan kebijakan dividen, yaitu smoothing theory adalah teori yang menyatakan bahwa keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya akan mempengaruhi jumlah dividen yang dibayar kepada pemegang saham. Bird in the hand theory merupakan pembayaran dividen yang dilakukan mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima pada masa mendatang. Teori residual dari dividen ditentukan dengan beberapa cara yaitu dengan mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, membayar dividen apabila terdapat sisa laba, laba ditahan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dan mempertimbangkan target struktur modal perusahaan dalam menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi. Kebijakan dividen 102 November 2013 residual dilaksanakan dengan membayarkan dividen apabila ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai net present value (NPV) positif. Teori signal atau isi informasi dividen mengatakan bahwa dividen memiliki kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. Harga saham tidak dipengaruhi oleh dividen, tetapi oleh prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang dibayarkan akan menyebabkan perubahan saham. Menurut Litzenberger dan Ramaswarny (1979) dalam Irawan dan Nurdhiana (2012), tax preference theory menunjukan dividen bersifat tax deductible menyebabkan investor tidak terlalu menyukai dividen. Setiap investor yang mendapatkan capital gain atau dividen akan dikenakan pajak, besarnya pajak yang diberlakukan secara umum berbeda, yaitu pajak yang dikenakan pada dividen lebih tinggi daripada pajak yang dikenakan pada capital gain. Hipotesis pecking order yang dikemukakan Myers dan Majluf (1984) dalam Rosdini (2009) mengatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen yang rendah, karena dana dialokasikan ke laba ditahan untuk proyekproyek investasi perusahaan dan pengumuman dividen menjadi berita buruk bagi perusahaan. ISSN: 1410 -9875 Dine Ranette dan Esika Wahasari Model penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah: Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Ukuran Perusahaan Kebijakan Leverage Dividen Free Cash Flow Growth Opportunities Profitabilitas Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Deskripsi Kriteria Perusahaan Data Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan 2011 127 508 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan setiap tanggal 31 Desember (3) (12) Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah (18) (72) Perusahaan yang tidak mengalami laba positif dari tahun 2008 sampai 2011 (27) (108) 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Perusahaan yang tidak membagikan dividen berturutturut dari tahun 2008 sampai 2011 November 2013 (46) Outlier (184) (12) Sampel dan data yang digunakan dalam penelitian 33 120 Sumber: Data yang dikumpulkan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kebijakan dividen (DIV) merupakan keputusan yang diambil manajer mengenai berapa besar jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR). DPR = Dividend per Share Earnings per Share Kepemilikan institusional (INST) menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perorangan di atas lima persen tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider. Skala pengukuran variabel kepemilikan institusional menggunakan skala nominal. Variabel kepemilikan institusional menggunakan variabel dummy, dengan ketentuan D = 1 untuk perusahaan yang memiliki persentase nilai kepemilikan institusional lebih besar daripada persentase rata-rata sampel data, dan D = 0 untuk perusahaan yang memiliki persentase nilai kepemilikan institusional lebih kecil daripada persentase rata-rata sampel data. 104 Kepemilikan manajerial (MAN) terdiri dari direktur dan komisaris yang merupakan pemilik sekaligus pengelola perusahaan. Skala pengukuran variabel manajerial menggunakan skala nominal. Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial, dengan ketentuan D = 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan D = 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau kecilnya perusahaan memainkan perannya kebijakan dividen. pengukuran yang digunakan skala rasio yang diukur rumus Natural log Total Size it = Ln (Total Assets it). (SIZE) besar dalam dalam Skala adalah dengan Assets. Leverage (LEV) merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman dengan jumlah modal sendiri. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio (DER). DER = Total Liabilities Total Equity ISSN: 1410 -9875 Dine Ranette dan Esika Wahasari Free cash flow (FCF) merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: FCFit = AKOit - PMit - NWCit Keterangan : FCFit = Free Cash Flow AKOit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t Growth Opportunities (GROWTH) merupakan peningkatan pertumbuhan yang dicapai perusahaan yang dilihat dari perkembangan usaha dari tahun ke tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang diukur dengan rasio market to book value of equity (MV/BV). MV/BV = Share Price Beginning of the Year Net Asset Value per Share Profitabilitas (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki pada masa lalu, kemudian menganalisis dan memproyeksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa mendatang. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). ROA = Earnings After Tax Total Asset HASIL PENELITIAN Hasil uji statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik Variabel N DIV SIZE LEV FCF GROWTH ROA 120 120 120 120 120 120 sampel yang digunakan, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Desktiptif Minimum Maksimu Rata-Rata m 0,0624 1,4217 0,4828 24,8502 32,3571 28,0808 0,1041 2,7770 0,6851 4,7269E12 -8,2459E11 7,8853E12 12,0297 1,5476 0,0086 0,4156 0,1436 0,0094 Deviasi Standar 0,2956 1,5509 0,5662 1,8936649E12 2,0017 0,0939 Sumber: Output Data SPSS 11.5 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Variabel B Sig. (Constant) -0,035 0,946 INST 0,053 0,354 MAN 0,068 0,197 SIZE 0,009 0,619 LEV 0,012 0,813 FCF 1,335E-14 0,426 GROWTH 0,038 0,034 ROA 0,981 0,013 Sumber: Output Data SPSS 11.5 Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 3 di atas dapat diketahui kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,354. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha1 gagal diterima, artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan investor institusional lebih menyukai investasi jangka panjang sehingga laba yang diperoleh diinvestasikan kembali ke perusahaan. Hasil uji t juga menunjukkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,197. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha2 gagal diterima, berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan manajer menginginkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan dialokasikan untuk laba ditahan dibandingkan untuk membayar dividen. 106 Hasil uji t menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,619. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha3 gagal diterima, artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Besar kecilnya perusahaan tidak berpengaruh terhadap pembayaran dividen. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan tidak dipakai oleh manajemen dalam memutuskan pembayaran dividen, melainkan digunakan dalam menunjukkan performanya kepada investor. Hasil uji t menunjukkan leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,813. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha4 gagal diterima, artinya leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Besar kecilnya leverage yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan membagikan dividen berdasarkan keuntungan yang diperoleh ISSN: 1410 -9875 perusahaan bukan berdasarkan tingkat leverage perusahaan. Hasil uji t menunjukkan free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,426. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha5 gagal diterima, artinya free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang menginginkan pembagian dividen kepada para pemegang saham namun kondisi free cash flow tidak memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividen, maka perusahaan dapat menggunakan pendanaan eksternal untuk melakukan pembayaran dividen. Hasil uji t menunjukkan growth opportunities berpengaruh secara positif terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,034. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha6 diterima, artinya growth opportunities berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan, maka dividen yang dibayarkan akan semakin besar. Hal ini terjadi pada perusahaan besar dimana kebutuhan dananya telah terpenuhi. Oleh karena itu semakin banyak kesempatan untuk berinvestasi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar yang menjadikan perusahaan memiliki performa yang baik di masa mendatang di mata para investor. Hal tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan di pasar modal pun Dine Ranette dan Esika Wahasari akan naik sehingga laba perusahaan meningkat dan pembayaran dividen juga akan menjadi besar. Sebaliknya, semakin kecil kesempatan bertumbuh perusahaan, maka pembayaran dividen juga akan menjadi kecil, karena kesempatan pertumbuhan perusahaan yang kecil menyebabkan performa yang kurang baik dimata investor, sehingga menyebabkan harga saham perusahaan menjadi turun, dan pembayaran dividen pun akan menjadi kecil. Hasil uji t menunjukkan profitabilitas berpengaruh secara positif terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,013. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha7 diterima, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Semakin besar profitabilitas yang didapat perusahaan maka pembagian dividen kepada pemegang saham juga besar. Hal ini dapat menjadi sinyal yang bagus tentang performa perusahaan dan dapat menjadi pertimbangan para investor untuk berinvestasi. Sebaliknya, jika perusahaan mendapatkan profit yang rendah maka pembagian dividen juga akan menjadi rendah. PENUTUP Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa profitabilitas dan growth opportunities mempengaruhi kebijakan dividen. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 perusahaan, leverage dan free cash flow tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Keterbatasan penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan manufaktur sehingga objek penelitian belum mencakup jenis perusahaan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian yang relatif pendek. Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel independen, sementara masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan November 2013 kebijakan dividen antara lain menggunakan data keuangan jenis perusahaan lainnya, selain perusahaan manufaktur sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas terhadap kebijakan dividen, misalnya perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menggunakan data laporan keuangan perusahaan dalam periode yang lebih panjang sehingga periode penelitian bertambah, misalnya lima tahun, menggunakan variabel lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen, misalnya likuiditas, collateral asset dan investment opportunity set. REFERENSI Al- Gharaibeh Mohammad, Zurigat Ziad, Al-Harahsheh. 2013. The Effect of Ownership Structure on Dividends Policy in Jordanian Companies. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, January 2013, Vol. 4, No. 9, pp: 769-796. Amalia, S. Taqwami. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Dinamika Manajemen Vol.2, No.5, Januari 2013. http://journal.usm.ac.id/jurnal/634/penulis/Swastari-taqwamiamalia.html. Arilaha, M.A. 2007. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.13, No.1 Januari 2009, hal. 78-87 Dewi, S.Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April 2008, Vol.10, No.1, hlm. 47-58 Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.11, No.2, September 2009: 144-153 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro Gitman, J. Lawrence. 2011. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. Pearson International Edition 108 ISSN: 1410 -9875 Dine Ranette dan Esika Wahasari Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and ScottHolmes. 2010. Accounting Theory. Seventh Edition. United States of America: John Wiley & Sons Australia, LTD Hair, F. Joseph, William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson Education. Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI, Desember 2002, Vol.6, No.2 Irawan, Dafid dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis, volume 1 tahun 2012 Nuringsih, Kartika. 2005. Analisi Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember 2005, Vol 2, No.2, pp.103-123 Pribadi, Anggit Satria dan Sampurno R. Djoko. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of Management, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 212-211. http://ejournal-s l.undip.ac.id/index.php/djom Reilly Frank K and Brown Keith C. 2012. Analysis of Investments & Management of Portfolios. Tenth International Edition. South-Western Cengage Learning. Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio. Research Days, Faculty of Economics – Padjadjaran University, Bandung, Oktober 2009 Soesetio Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12, No.3 September 2008, hal. 384-398 Sulistiyowati, Indah, Ratna Anggraini, Tri Hesti Utaminingtyas. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto, 2010. Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2003, Vol.10, No.1, hal 67-82 Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ketujuh. Jakarta. Penerbit Erlangga Wibowoputra, Aloysius Steven. 2013. Pengaruh Leverage dan Growth Opportunities Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Vol.2, No.2, 2013. http://journal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/view/387 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 110 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 111-128 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH STRUKTUR ASET, RISIKO BISNIS, PELUANG PERTUMBUHAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL SYAFRIL YURISNO STIETRISAKTI [email protected] Abstract: The aim of this research is to test and analyze the effect of asset structure(tangibility asset), business risk, growth opportunity, and firm size to ownership structure using a panel data. Listed companies in agriculture sector from period 2000-2001 were examined. Four companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and multiple regressions with fixed effect model for panel data were performed to test the hypotheses. The result of this research shows that growth opportunity and firm size is affecting ownership structure. Altogether, there is an effect of all independent variables simultaneously to ownership structure. Keywords: Asset Structure (tangible asset), Business opportunity, Firm Size, Ownership Structure Risk,Growth Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh struktur aktiva (asset tangibility), Business Risk, Growth opportunity, dan Firm Size terhadap Ownership Structure menggunakan data panel. Perusahaan yang terdaftar di sektor pertanian dari periode 2000-2001 diperiksa. Empat perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi dengan model yang berlaku tetap untuk data panel dilakukan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Growth opportunity dan Firm Size mempengaruhi Ownership Structure. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua variabel independen secara bersamaan untuk Ownership Structure Kata kunci: Asset Structure (tangible asset), Business opportunity, Firm Size, Ownership Structure Risk, Growth Struktur kepemilikan manajerial merupakan struktur kepemilikan saham terbesar yang dimiliki oleh manajemen perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan institusional merupakan struktur kepemilikan PENDAHULUAN Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manjemen dalam kepemilikan saham perusahaan. 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 saham terbesar yang dimiliki oleh institusi di luar perusahaan. Dalam kerangka ini, diterima secara luas bahwa nilai pasar perusahaan tidak hanya hasil dari proyek-proyek investasi saja, tetapi adabeberapa masalah lain berpotensi mempengaruhi seperti struktur kepemilikan. Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Struktur kepemilikanmerupakan proporsi kepemilikan saham pada suatu perusahaan yang menitikberatkan pada modal sendiri karena adanya pertimbangan bahwa penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Investor adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadangkadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan telah dipenuhi. Dalam teori agency struktur kepemilikan yang optimal dapat meminimalisir biaya agency. Berdasarkan pada teori pecking order, sebuah perusahaan akan memilih pendanaan dari dalam perusahaan (modal sendiri) dibandingkan dari luar perusahaan, tetapi perusahaan masih tetap menerbitkan obligasi ketika perusahaan memerlukan dana Dapat dihitung dengan rumus: November 2013 tambahan untuk kegiatan opersional perusahaannya. Perusahaan dengan laba yang tinggi tentu memiliki laba di tahan yang besar. Perusahaan dengan laba yang kecil memiliki laba ditahan yang kecil pula. Investor pun akan memilih untuk menginvestasikan uangnya di perusahaan yang memiliki laba yang besar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dibuat dengan bentuk kausal karena dalam penelitian ini peneliti menjelaskan sebab dari satu atau lebih masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan industri yang bergerak di sektor pertanian sebagai objek penelitiannya. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam mengumpulkan data penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Data ini akan di analisis secara kuantitatif menggunakan EVIEWS. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal dan rasio, karena bentuk data penelitian yang digunakan dapat diukur dan merupakan angka yang sebenarnya. Variabel Independen Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh sebuah institusi atau lembaga yang ikut berperan terhadap kegiatan perusahaan. PIO = The Proportion of Institutional Ownership In a Firm 112 ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Variabel Dependen a. Struktur aset (tangible asset) Struktur aset (aset berwujud) adalah sumber daya berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dengan masa manfaat lebih dari satu tahun dan dapat digunakan sebagai jaminan. Dapat dihitung dengan rumus: Asset Structure: Fixed Assets Total Assets b. Risiko bisnis Risiko bisnis adalah risiko yang dihadapi perusahaan dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya operasionalnya. dihitung dengan rumus: Dapat Business Risk = Standard Deviation of Return on Assets Dimana: Return on Assets (ROA): c. Peluang pertumbuhan Pertumbuhan perusahaan adalah kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk berinvestasi dan juga merupakan peningkatan Earnings after Tax Total Assets kinerja yang memberikan laba bagi perusahaan. Dapat dihitung dengan rumus: Market-to-book ratio: Market Value per-Share Book Value per-Share d. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aset dan total penjualan. Dalam penelitin ini firm size diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan. SIZE : (Ln)Total Assets Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Data ini akan di analisis secara kuantitatif menggunakan EVIEWS. Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif karena metode penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Model regresi yang digunakan : Y = b0 + b1.x1 + b2.x2 + b3.x3 + b4.x4 +e 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Keterangan: Y = Kepemilikan Institusional b0 = Konstanta β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi untuk setiap variabel independen X1 = Struktur aset (tangible aset) X2 = Risiko bisnis X3 = Peluang Pertumbuhan X4 = Ukuran perusahaan e = error HASIL PENELITIAN Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di dalam sektor pertanian yang memenuhi kriteria-kriteria di dalam penelitian ini dari tahun 2000-2011. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu periode 2000 – 2011. Tidak terdaftar secara terus menerus selama periode 2000 – 2011. Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan untuk faktor-faktor yang diteliti. Total perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang dijadikan sampel Total data yang dijadikan sampel Berdasarkan dari tabel 1, jumlah perusahaan yang bergerak pada sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2000 - 2011 berjumlah 15 perusahaan. Dari 15 perusahaan tersebut, seluruhnya menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2000 2011. Kemudian, kriteria berikutnya adalah perusahaan yang tidak terdaftar secara terus menerus selama periode 2000 – 2011 berjumlah 7 perusahaan. 114 November 2013 Jumlah 15 7 4 4 48 Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan untuk faktor-faktor yang diteliti, terdapat 4 perusahaan. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian dan akan dijadikan sampel adalah sebanyak 4 perusahaan. Karena periode penelitian adalah selama 2000-2011, atau selama 12 tahun, maka sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 48 data. ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Analisis Statistik Deskriptif Variabel N Kepemilikan Institusional Risiko Bisnis 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 Struktur Aset Peluang Pertumbuhan Ukuran Perusahaan Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean Maksimum Minimum 45,85167 79,68000 0,000000 Deviasi Standar 27,13632 9,895958 53,09114 0,284179 12,41395 34.94490 77,76185 13,55498 14.12456 2.483125 10.86000 -0.740000 2.377548 28,10604 30,55967 25,65636 1,377051 Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (lampiran 4) Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48. Selain itu, dapat dijelaskan juga bahwa: 1. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 45,85167, nilai maksimum sebesar 79,68000, nilai minimum sebesar 0,000000 dan deviasi standar 0,169079, 2. Variabel risiko bisnis memiliki nilai rata-rata sebesar 9,895958, nilai maksimum sebesar 53,09114, nilai minimum sebesar 0,284179 dan deviasi standar 12,41395, 3. Variabel struktur aset memiliki nilai rata-rata sebesar 34.94490, nilai maksimum sebesar 77,76185, nilai minimum sebesar 13,55498 dan deviasi standar 14.12456, 4. Variabel peluang pertumbuhan memiliki nilai rata-rata sebesar 2.483125, nilai maksimum sebesar 10.86000, nilai minimum sebesar -0.740000 dan deviasi standar 2.377548, 5. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 28,10604, nilai maksimum sebesar 30,55967, nilai minimum sebesar 25,65636 dan deviasi standar 1,377051. Uji Chow Test Summary Cross-section random Tabel 3 Hasil Uji Chow Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. 27,199772 (3,40) Prob. 0,0000 Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (lampiran 4) 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Dari hasil uji chow (redundant fixed test), didapat bahwa nilai statistik uji chow (redundant fixed test) adalah 27,199772, sedangkan nilai kritis pada tabel chi-square sebesar 7,81 dengan α 0,05 dan degree of freedom (df) sebesar 3,40. Sehingga dapat disimpulkan nilai statistik F > nilai kritisnya, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Nilai probabilitas dari hasil uji chow (redundant fixed test) lebih kecil dari α (0,0000 < 0,05) yang berarti November 2013 Ho ditolak. Ini berarti bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Fixed effect. Pengujian data penelitian hanya dilakukan sampai dengan uji chow (redundant fixed test) dan tidak dapat dilanjutkan dengan uji hausman dikarenakan bentuk penelitian ini memiliki jumlah tahun data penelitian > jumlah objek yang diteliti. Uji Normalitas Tabel 4 Tabel Normalitas Skewness -0,541298 Kurtosis 2,314289 Jarque-Bera 3,284429 Probability 0,193551 Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. (lampiran 4). Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai statistik Jarque-Bera (JB) adalah 3,284429, sedangkan nilai Chi Squares dengan α sebesar 0,05 dan df (2) sebesar 5,99146. Berarti, nilai statistik JB < nilai kritis JB, sehingga Ho tidak dapat ditolak. Hal ini juga dapat dilihat dari probabilitas JB yang lebih besar α (0,193551 > 0,05), yang berarti Ho tidak dapat ditolak. Selain itu, skewness dan kurtosis dari penghitungan juga mendekati karakteristik suatu distribusi yang normal, yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3, dimana 116 skewness dan kurtosis dari hasil penghitungan masing-masing sebesar -0,541298 dan 2,314289. Ini berarti, data memiliki distribusi yang normal. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas dapat dikatakan terjadi antara variabel independen apabila dalam korelasi antar variabel independen pada suatu penelitian lebih dari 0,85. Jika kurang dari 0,85, maka tidak terjadi multikolinieritas. Adapun korelasi antar variabel independen adalah sebagai berikut: ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Variabel Independen SA RB PP UK SA 1,000000 -0.003859 -0.037599 -0.213141 RB -0.003859 1,000000 -0.125381 -0.145840 PP -0.037599 -0.125381 1,000000 0.212681 UK -0.213141 -0,145840 0.212681 1,000000 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Berdasarkan pada tabel 5. Hasil Korelasi antar 4 variabel independen adalah sebagai berikut: 1. Variabel struktur aset memiliki nilai korelasi sebesar -0.003859 dengan variabel risiko bisnis, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel struktur aset dengan variabel risiko bisnis. Variabel struktur aset memiliki nilai korelasi sebesar -0.037599 dengan variabel peluang pertumbuhan, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel struktur aset dengan variabel peluang pertumbuhan. Variabel struktur aset memiliki nilai korelasi sebesar -0.213141 dengan variabel ukuran perusahaan, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel struktur aset dengan variabel ukuran perusahaan. 2. Variabel risiko bisnis memiliki nilai korelasi sebesar -0.125381 dengan variabel peluang pertumbuhan, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel risiko bisnis dengan variabel peluang pertumbuhan. Variabel risiko bisnis memiliki nilai korelasi sebesar -0.145840 dengan variabel ukuran perusahaan, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel risiko bisnis dengan variabel ukuran perusahaan. 3. Variabel peluang pertumbuhan memiliki nilai korelasi sebesar 0.212681 dengan variabel ukuran perusahaan, artinya tidak terjadi multikolinieritas antara variabel peluang pertumbuhan dengan variabel ukuran perusahaan. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas, dapat dilihat dengan menggunakan Uji Glejser Tabel 6 Hasil Uji Glejser Variabel SA RB PP UK Probabilitas 0,6968 0,6119 0,7502 0,1996 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Berdasarkan pada tabel 6, dapat diketahui bahwa struktur aset memiliki hasil probabilitas yang lebih besar dari α (0,6968 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, atau data bersifat homoskedastisitas. Risiko bisnis memiliki hasil probabilitas yang lebih besar dari α (0,6119 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, atau data bersifat homoskedastisitas. Peluang pertumbuhan memiliki hasil November 2013 probabilitas yang lebih besar dari α (0,7502 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, atau data bersifat homoskedastisitas. Ukuran perusahaan memiliki hasil probabilitas yang lebih kecil dari α (0,1996 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dapat dilihat berdasarkan nilai Durbin-Watson. Tabel 7 Nilai Durbin Watson Durbin-Watson 0,778219 stat Lampiran: Hasil Pengolahan Eviews7. (Lampiran 4) Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah 0,778219. Dengan jumlah observasi 48 sampel dan 4 variabel independen, maka diperoleh nilai dL= 1,3619 dan du=1,7206. Kesimpulan dari uji Durbin Watson dapat digambarkan sebagai berikut: Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1 H01 : Tidak terdapat pengaruh struktur aset terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Ha1 : Terdapat pengaruh struktur aset terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Hasil perhitungan regresi antara struktur aset terhadap kepemilikan institusional terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi H1 R 0,171297 R-squared 0,029343 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 8 besarnya korelasi (R) yaitu 0,171297 artinya hubungan 118 antara struktur aset kepemilikan institusional dengan adalah ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno sangat rendah karena nilai R berada diantara 0,01-0,199. Besarnya 2 koefisien determinasi (R ) adalah 0,029343 atau 2,9343% artinya variabel kepemilikan institusional yang dapat dijelaskan oleh variabel Variabel C SA struktur aset adalah sebesar 2,9343% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Tabel 9 Hasil Uji t Struktur Aset Coefficient Std. Error t-Statistic 35.10822 9.942283 3.531203 0.309180 0.262189 1.179225 Prob. 0.0010 0.2444 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 9 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + e INST = 35.10822 + 0.309180 SA + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut: a = 35.10822 artinya jika variabel struktur aset sama dengan nol, maka variabel kepemilikan institusional bernilai 35.10822. b1 = 0.309180 artinya jika variabel struktur aset naik sebesar satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional naik sebesar 0.309180. Pengujian hipotesis antara struktur aset terhadap kepemilikan institusional dengan menggunakan uji t, diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai statistik t dari struktur aset berada di region of acceptance dimana t ≥ ‐tα/2 atau t ≤ tα/2 (1.179225 ≥ -2,01290 atau 1.179225 ≤ 2,01290) dengan df = n – 1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α= 0,05. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Ho tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari struktur aset sebesar 0.2444 yang lebih besar dari nilai α (0.2444 > 0,05). Ini berarti Ho tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur aset terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 2 H02 : Tidak terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Ha2 : Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 20002011. Hasil perhitungan regresi antara risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional terdapat pada tabel sebagai berikut: 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Tabel 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi H2 R 0,498108 R-squared 0,248112 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 10 besarnya korelasi (R) yaitu 0,498108 artinya hubungan antara risiko bisnis dengan kepemilikan institusional adalah sedang karena nilai R berada diantara 0,40-0,599. Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,248112 atau 24,8112% artinya Tabel 11 Hasil Uji t Risiko Bisnis Variabe l C RB variabel kepemilikan institusional yang dapat dijelaskan oleh variabel risiko bisnis adalah sebesar 24,8112% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Coefficient 1685 56.7 Std. Error t-Statistic Prob. 3.931756 14.42532 0.0000 -0.94 6762 0.243005 -3.896067 0.0003 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 11 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + e INST = 56.71685 - 0.946762 RB + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut: a = 56.71685 artinya jika variable risiko bisnis sama dengan nol, maka variabel kepemilikan institusional bernilai 56.71685. b1 = -0.946762 artinya jika variabel risiko bisnis naik sebesar satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional turun sebesar 0.946762. Dalam pengujian hipotesis antara risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional dengan menggunakan uji t, diperoleh hasil sebagai berikut: 120 Nilai statistik t dari risiko bisnis berada di region of rejection dimana dimana ‐ t ≤ tα/2 (-3.896067 ≤ ‐2,01290) dengan df = n – 1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α = 0,05. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari risiko bisnis sebesar 0.0003 yang lebih kecil dari nilai α (0.0003 < 0,05). Ini berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3 H03 : Tidak terdapat pengaruh peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Ha3 : Terdapat pengaruh peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Hasil perhitungan regresi antara peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Uji Koefisien Determinasi H3 R 0,170475 R-squared 0.029062 Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 4) Pada tabel 12 besarnya korelasi (R) yaitu 0,170475 artinya hubungan antara peluang pertumbuhan dengan kepemilikan institusional sangat rendah karena nilai R berada diantara 0,01-0,199. Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.029062 atau 2,9062% Variabel C PP artinya variabel kepemilikan institusional yang dapat dijelaskan oleh variabel peluang pertumbuhan adalah sebesar 2,9062% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Tabel 13 Hasil Uji t Peluang Pertumbuhan Coefficient Std. Error t-Statistic 42.70739 5.267836 8.107197 1.912351 1.629754 1.173399 Prob. 0.0000 0.2467 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 13 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + e INST = 42.70739 + 1.912351 PP + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut: a = 42.70739artinya jika variable peluang pertumbuhan sama dengan nol, maka variabel kepemilikan institusional bernilai 42.70739. b1 = 1.912351 artinya jika variabel peluang pertumbuhan naik sebesar satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional naik sebesar 1.912351. Dalam pengujian hipotesis antara peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional dengan menggunakan uji t, diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai statistik t dari peluang pertumbuhan berada di region of acceptance dimana t ≥ ‐tα/2 atau t ≤ tα/2 (1.173399 ≥ -2,01290 atau 1.173399 ≤ 2,01290) dengan df = n – 1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α= 0,05. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Ho tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari peluang pertumbuhan sebesar 0.2467 yang lebih besar dari nilai α (0.2467 > 0,05). Ini berarti Ho tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 pengaruh peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 4 H04 : Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional pada November 2013 sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Ha4 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Hasil perhitungan regresi antara ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 14 Hasil Uji Koefisien Determinasi H4 R 0,260246 R-squared 0,067728 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 14 besarnya korelasi (R) yaitu 0,260246 artinya hubungan antara ukuran perusahaan dengan kepemilikan institusional adalah rendah karena nilai R berada diantara 0,20-0,399. Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,067728 atau 6,7728% Variabel C UK artinya variabel kepemilikan institusional yang dapat dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 6,7728% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Tabel 15 Hasil Uji t Ukuran Perusahaan Coefficient Std. Error t-Statistic 169.9577 68.74561 2.472271 -4.500172 2.461712 -1.828066 Prob. 0.0172 0.0740 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4) Pada tabel 15 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + e INST = 169.9577 - 4.500172 UK + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut: A = 169.9577 artinya jika variable ukuran perusahaan sama dengan nol, maka variabel kepemilikan 122 b1 institusional bernilai 169.9577. artinya jika = -4.500172 variabel ukuran perusahaan naik sebesar satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional turun sebesar 4.500172. Dalam pengujian hipotesis antara ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional dengan ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno menggunakan uji t, diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai statistik t dari ukuran perusahaan berada di region of acceptance dimana t ≥ ‐tα/2 atau t ≤ tα/2 ( ‐1.828066 ≥ ‐2,01290 atau ‐1.828066 ≤ 2,01290) engan df = n – 1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α = 0,05. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Ho tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari ukuran perusahaan sebesar 0.0740 yang lebih besar dari nilai α (0.0740 > 0,05). Ini berarti Ho tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Analisis Data Hipotesis 5 dan Pengujian H05 : Ha5 Tidak terdapat pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. : Terdapat pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Hasil perhitungan regresi antara pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan terhadap kepemilikan institusional terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 16 Hasil Uji Koefisien Determinasi H5 R 0,648913 Adjusted R-squared 0,367237 Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 4) Pada tabel 16 besarnya korelasi (R) yaitu 0,648913 artinya hubungan antara pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan dengan kepemilikan institusional adalah kuat karena nilai R berada diantara 0,60-0,799. Besarnya adjusted R-squared adalah 0,367237 atau 36,7237% Variable C SA RB PRTB artinya variasi variable kepemilikan institusional yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan adalah sebesar 36,7237% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian Tabel 17 Hasil Uji F Coefficient Std. Error t-Statistic 160.9786 58.74848 2.740132 0.254626 0.186173 1.367684 -1.059127 0.234446 -4.517571 2.336731 1.356514 1.722600 Prob. 0.0089 0.1785 0.0000 0.0921 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 SIZE -4.252910 2.033078 November 2013 -2.091858 0.0424 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 (Lampiran 4) Berdasarkan tabel 17 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e INST = 160.9786 + 0.254626 SA – 1.059127 RB + 2.336731 PP – 4.252910 UK + e Arti dari persamaan di atas adalah sebagai berikut: a = 160.9786 artinya jika pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan sama dengan nol, maka variabel kepemilikan institusional akan sebesar 160.9786. b1 = 0.254626 artinya jika variabel struktur aset naik satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional akan naik sebesar 0.254626 satuan, dengan asumsi variabel risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaantetap atau konstan. b2 = – 1.059127 artinya jika variabel risiko bisnis naik b3 b4 satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional akan turun sebesar 1.059127 satuan, dengan asumsi variabel pengaruh struktur aset, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan tetap atau konstan. = 2.336731 artinya jika variabel peluang pertumbuhan naik satu satuan, maka variabel kepemilikan institusional akan naik sebesar 2.336731 satuan, dengan asumsi variabel pengaruh struktur aset, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan tetap atau konstan. = – 4.252910 artinya jika variabel ukuran perusahaan naik satu satuan, maka variabel kepemilikan institusionl akan turun sebesar 4.252910 satuan, denganasumsi variabel pengaruh struktur aset, risiko bisnis, dan peluang pertumbuhan tetap atau konstan. Tabel 18 Nilai Statistik F F-Statistic Prob (F-Statistic) 7,819362 0,000079 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7. (lampiran 4) Dalam pengujian hipotesis antara pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan terhadap 124 kepemilikan institusional dengan menggunakan uji F, diperoleh hasil sebagai berikut: ISSN: 1410 -9875 Dari tabel 4.32 diketahui bahwa nilai F statistik lebih besar dari nilai Fα (7,819362 ≥ 2,33 ) dengan df1 = k – 1 (df2 = 4 – 1 = 3) dan df2 = n – k (df = 48 – 4 = 44) pada α =0,05. Nilai k adalah jumlah parameter estimasi yang terdapat pada model regresi, sedangkan n adalah jumlah dari sampel. Sehingga, nilai F statistik berada di region of rejection dan dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari nilai α (0,000079 ≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur aset terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Tidak terdapat pengaruh peluang pertumbuhan terhadap kepemilikan institusional. tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kepemilikan Syafril Yurisno institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Terdapat pengaruh struktur aset, risiko bisnis, peluang pertumbuhan, dan ukuran perusahaan secara bersamasama terhadap kepemilikan institusional pada sektor pertanian yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2011. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini yang antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut: 1. Terbatasnya perusahaan yang digunakan sebagai sampel, dimana penelitian ini hanya difokuskan pada perusahaan yang masuk dalam sektor pertanian . 2. Terbatasnya variabel independen pada penelitian, dimana penelitian ini hanya menggunakan variabel profitabilitas, risiko bisnis, struktur aset, likuiditas, perumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Berdasarkan keterbatasanketerbasan di atas, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kepemilikan institusional, yaitu: 1. Menggunakan obyek penelitian lain yang lebih luas sehingga jumlah sampel penelitian menjadi lebih besar. 2. Memasukkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap kepemilikan institusional seperti kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan profitabilitas. 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 REFERENSI Al-Najjar, Basil. 2008. The relationship between capital structure and Ownership structure: New evidence from Jordanian panel data. Vol. 34 No. 12, pp. 919-933. United kingdom: Emerald Group Publishing, Limited. Al-Najjar, Basil. 2010. Corporate governance and Institutional ownership: evidence from Jordan. pp. 176-190. United kingdom: Emerald Group Publishing, Limited. Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control Systems. Salemba Empat: Jakarta Brigham, Eugene F., and Houston oel F. 2010. Essentials of Financial Management, 2nd ed. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Damayanti. 2013. Pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, peluang bertumbuh, dan profitabilitas terhadap struktur modal: Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di bursa efek indonesia. Vol.1 No. 1, pp. 17-32. Lampung: Jurnal Perspektif Bisnis. Farlex Financial Dictionary. @2012 Farlex, Inc. All rights reserved. http://www.financialdictionary.thefreedictionary.com/growth+opportuni ty Fitriati, Ika Rosyada. 2010. Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang. Gitman, Lawrence J., and Chad J Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, 13th ed. United States: Pearson Education. Gujarati, Damodar N., and Porter Dawn C. 2009. Basic econometrics. Singapore: McGraw-Hill Companies Inc. Hair, Joseph F., Black,William C., Barry J. Babin., and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th edition. USA: Pearson. Haryati, Rima. 2013. Pengaruh corporate social responsibility, kinerja lingkungan dan struktur corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa indonesia. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro: Semarang. Nuraina, Elva. 2012. Pengaruh kepemilikan instutusional dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2012, Hal. 110-125. Nuswandari, Cahyani. 2013. Determinan struktur modal dalam perspektif pecking order theory dan agency theory. Vol. 2, No. 1. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2013, Hal: 92 – 102. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Reeve, James M., Warren, Carl S., Duchac, Jonathan E., and Wang Wanncherng. 2011. Principles of Financial accounting: With the conceptual emphasis on IFRS. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, 2008. Corporate finance fundamentals, 8th edition. Singapore: McGraw-Hill Inc. 126 ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Setiawan, Heri Budi. 2012. Analisis faktor-faktor pembeda bagi perusahaan yang membayar dan yang tidak membayar dividen pada perusahaan publik sektor manufaktur. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma: Depok. Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 128 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 129-140 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG WIDYAWATI LEKOK STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to provide empirical evidences about variable that affect the audit report lag. The examined variable at this research are profitability, solvability, firm size, age of the company, industrial sector and audit opinion. Audit report lag is the time range between the end of the fiscal year and the date of auditor report or the end of auditing field working. This research used 227 of non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2008 till 2011. The selection of the samples used purposive sampling method. Data were analyzed using multiple regression method. The conclusion shows that profitability, firm size and audit opinion have influence on audit report lag. Solvability, age of the company, and industrial sector have no influence on audit report lag. Keywords: Audit report lag, profitability, solvability, firm size, age of the company, industrial sector and audit opinion Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang variabel yang mempengaruhi keterlambatan laporan audit. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, sektor industri dan opini audit. Keterlambatan laporan audit adalah rentang waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan auditor atau akhir masa audit lapangan. Penelitian ini menggunakan 227 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2008 sampai 2011. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda. Kesimpulan menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan dan opini audit berpengaruh terhadap keterlambatan laporan audit. Solvabilitas, usia perusahaan, dan sektor industri tidak memiliki pengaruh pada keterlambatan laporan audit. Kata kunci: Keterlambatan laporan audit, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, sektor industri dan opini audit 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ekonomi yang pesat, maka persaingan bisnispun semakin ketat. Keadaan ini mendorong tiap perusahaan untuk lebih berkualitas dan berkompeten. Agar publik dapat mengetahui keadaan perusahaan secara transparan, maka setiap perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini dilakukan BAPEPAM untuk melindungi pemegang saham dan calon investor karena laporan keuangan yang disampaikan merupakan gambaran tentang baik tidaknya perusahaan tersebut. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, sehingga semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Peraturan tersebut diperketat oleh Ketua Bapepam dengan mengeluarkannya keputusan No. 36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Lianto dan 130 November 2013 Kusuma (2010) yang berjudul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag”. Penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) menggunakan satu variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel independennya adalah profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan jenis industri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada periode pengamatan, objek penelitian dan variabel independen yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengembangan adanya penambahan variabel independen yaitu opini audit. Objek yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2008-2011. Peneliti memilih opini audit sebagai variabel independen yang dikembangkan karena opini audit berisi tentang bad news atau good news dari suatu laporan keuangan. Audit yang memberikan opini selain dari unqualified opinion dianggap sebagai bad news bagi perusahaan. Maka dari itu proses pemberian pendapat tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama karena adanya negosiasi klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior dan proses perluasan audit. Maka dari itu opini audit dianggap mempunyai kaitan dengan penyampaian laporan keuangan perusahaan. ISSN: 1410 -9875 KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Audit report lag yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Subekti dan Widiyanti 2004) Halim (2000) juga menyatakan bahwa Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yaitu sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Penjelasan tersebut tidak berbeda jauh dengan penjelasan dari penelitian lainnya seperti yang telah dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010), Rachmawati (2008), Petronila (2007) dan Wirakusuma (2004). Dalam penelitian tersebut diartikan secara garis besar bahwa audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit, Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut serta kasus yang seringkali terjadi, dapat disimpulkan bahwa audit report lag berhubungan dengan ketepatan waktu, sehingga sering digunakan sebagai parameter dalam mengukur ketepatan waktu. Widyawati Lekok Profitabilitas dan audit report lag Beberapa penelitian terdahulu menggunakan tingkat profitabilitas sebagai variabel yang berpengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan yang mampu menghasilkan profit yang tinggi cenderung mengalami audit report lag yang lebih pendek, sehingga good news tersebut dapat segera disampaikan kepada investor atau pihak yang berkepentingan lainnya. Namun sebaliknya, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah bahkan merugi membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang lebih lama karena auditor lebih berhati-hati dalam melakukan pengauditan sehingga terjadi keterlambatan dalam penyampaian bad news kepada publik dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Profitabilitas sebuah perusahaan merupakan tolak ukur kinerja manajemen. Jika profitabilitas sebuah perusahaan tinggi berarti kinerja manajemen perusahaan tersebut baik. Sebaliknya, profitabilitas perusahaan yang rendah dapat menggambarkan kurang baiknya kinerja manajemen perusahaan tersebut. Trisnawati dan Charistine (2008) menemukan adanya pengaruh signifikan dari rasio profitabilitas terhadap audit delay. Hal ini disebabkan karena tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukan kinerja manajemen yang baik (good news), sehingga manajemen tidak ragu dalam menujukan kinerjanya kepada pemegang saham. Sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan mengakibatkan suatu kabar buruk (bad news) bagi pemegang saham sehingga dapat membuat 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 manajemen menunda penyampaian laporan keuangannya sehingga menyebabkan audit delay yang lebih panjang. Subekti dan Widiyanti (2004) menemukan bahwa perusahaan yang profitabilitasnya tinggi membutuhkan waktu penyelesaian audit yang lebih pendek. Penelitian Lianto dan Kusuma (2004) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini konsiten dengan penelitian Petronila (2007), Subekti (2005) dan Trisnawati dan Charistine (2008). Namun terdapat ketidakkonsistenan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan. Seperti pada penelitian Rachmawati (2007), Wirakusuma (2004), Aryati dan Lindasari (2007), Supriyati dan Rolinda (2007), Soetodjo (2006), Ubaidillah (2008), Kartika (2009), Aryati dan Theresia (2005), Imelda dan Heri (2007) dan Halim (2000) menunjukan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi lamanya penyampaian laporan keuangan ke publik. H1: Profitablitas mempengaruhi audit report lag Solvabilitas dan audit report lag Rachmawati (2008) menyatakan bahwa proporsi yang besar dari utang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari utang akan meningkatkan pula risiko kerugiannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi 132 November 2013 keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen (mismanagement) dan kecurangan (fraud). Hal ini menyebabkan proses audit menjadi lebih lama. Berdasarkan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) dapat dibuktikan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag. Hal ini dapat disebabkan mungkin karena ada kesalahan manajemen dan kemungkinan adanya fraud. Selain itu tingginya rasio hutang terhadap aktiva dapat mengakibatkan masalah likuiditas dan kelangsungan hidup entitas (going concern), sehingga diadakan pemeriksaan yang lebih mendalam dan mengakibatkan proses audit menjadi lebih lama. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Imelda dan Heri (2007) dan Wirakusuma (2004) dimana menyatakan bahwa tingkat solvabilitas mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Sedangkan pada penelitian Trisnawati dan Charistine (2008) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan tingkat solvabilitas terhadap audit report lag karena rasio solvabilitas yang tinggi suatu perusahaan tidak menjamin bahwa audit report lag yang terjadi lebih panjang daripada perusahaan dengan rasio solvabilitas yang lebih rendah. H12: Solvabilitas mempengaruhi audit report lag Ukuran Perusahaan dan audit report lag Dalam penelitian Kartika (2009) menunjukan bahwa total asset memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ISSN: 1410 -9875 audit report lag. Semakin besar total asset yang dimiliki perusahaan maka semakin pendek audit report lag. Penelitian lain yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag adalah penelitian Lianto dan Kusuma (2010), Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007), Subekti (2005), Soetodjo (2006), Rachmawati (2008), Aryati dan Theresia (2005), dan Kartika (2009). Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi lamanya proses penyelesaian audit karna perusahaan dengan skala yang besar cenderung melaporkan laporan keuangannya lebih cepat karena diawasi oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Selain itu perusahaan yang besar memiliki ketersediaan sumber daya yang besar, tenaga kerja yang kompeten, peralatan teknologi yang mendukung sistem informasi yang canggih dan pengendalian internal yang baik, sehingga membuat proses audit lebih singkat. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian di Indonesia dimana ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Halim (2000), Imelda dan Heri (2007), Aryati dan Lindasari (2007), Ubaidillah (2008), Supriyati dan Rolinda (2007) dan Wirakusuma (2004). Hal ini dikarenakan setiap perusahaan dituntut untuk tidak terlambat dalam melaporkan laporan keuangannya. H3: Ukuran perusahaan mempengaruhi audit report lag Widyawati Lekok Umur Perusahaan dan audit report lag Umur perusahaan diperkirakan dapat mempengaruhi audit report lag. Perusahaan yang memiliki umur lebih lama dianggap memiliki pengalaman yang lebih dalam pengendalian internal. Selain itu perusahaan yang lama juga telah memiliki manajemen yang sudah baik sehingga membuat perusahaan lebih cepat mempublikasikan laporan keuangannya. Variabel umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag seperti yang ditemukan dalam penelitian Lianto dan Kusuma (2010). Hal ini didukung oleh penelitian Petronila (2007). Namun ada perbedaan dalam penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian Owushu-ansha (Petronila 2007) dan Courtis (Petronila 2007) yang menyimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh karena perusahaan yang baru berdiri juga dituntut untuk tidak terlambat dalam melaporkan laporan keuangannya dan untuk mendapat kepercayaan dari publik. H4: Umur perusahaan mempengaruhi audit report lag Jenis Industri dan audit report lag Penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) menyatakan bahwa jenis industri mempengaruhi audit report lag. Perusahaan non manufaktur memiliki audit report lag yang lebih pendek karena proporsi inventory yang sedikit menyebabkan auditor dapat menghilangkan atau mengurangi proses material errors yang merupakan bagian tersulit dari proses audit. Hal ini konsisten 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subekti dan widiyanti (2004), Sumiadji (2006), serta Supriyanti dan Rosalinda (2007), Subekti (2005) dan Halim (2000) yang menunjukan bahwa jenis industri berpengaruh terhadap audit report lag. Dari penelitian yang dilakukan Wirakusuma (2004) dan Lianto dan Kusuma (2010), didapatkan hasil bahwa jenis industri tidak dapat mempengaruhi audit report lag. Karakteristik perusahaan yang berbeda-beda ternyata tidak mempengaruhi lamanya waktu penyelesaian audit. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya personel atau staf professional yang ditugaskan untuk mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut cakap dan berpengalaman dalam bidangnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Wirakusuma (2004) dan Soetodjo (2006). H5: Jenis industri mempengaruhi audit report lag Opini audit dan audit report lag Subekti dan Widiyanti (2004) membuktikan bahwa audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion. Fenomena ini terjadi karena proses pemberian pendapat tersebut melibatkan adanya negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior dan perluasan lingkup audit. Perusahaan yang menerima opini unqualified opinion cenderung mengalami waktu audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menerima opini qualified opinion seperti yang dibuktikan pada penelitian 134 November 2013 Soetedjo (2006). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kartika (2009), Subekti dan Widiyanti (2004), Wirakusuma (2004), Aryati dan Lindasari (2007), Petronila (2007), Subeki (2005), Ubaidillah (2008) dan Wiwik (2005). Namun penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Supriyati dan Rolinda (2007) dan Trisnawati dan Charistine (2008) menunjukan adanya ketidakkonsistenan. Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa opini audit tidak mempengaruhi audit report lag. Hal ini disebabkan proses pemberian pendapat terhadap kewajaran suatu laporan keuangan merupakan tahap dari proses audit, sehingga jenis opini apapun yang diberikan tidak mempengaruhi lamanya audit report lag yang terjadi. H6: Opini audit mempengaruhi audit report lag METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Berdasarkan karakteristik penelitian, maka bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas. Populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2008-2011. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria: 1. Perusahaan non-keuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 atau sebelumnya sampai dengan akhir tahun 2011. ISSN: 1410 -9875 2. Perusahaan non-keuangan yang konsisten menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. 3. Perusahaan non-keuangan yang telah menerbitkan laporan keuangannya beserta laporan auditor independen per 31 Desember untuk 2008-2011 4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah pada laporan keuangannya. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi . Sumber data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang terdapat di bursa efek Indonesia, akses langsung ke www.bapepam.go.id dan www.idx.co.id . Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Variabel ini diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Subekti dan Widiyanti 2004). Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memanfaatkan asset yang ada untuk mendapatkan laba. Tingkat profitabilitas menunjukan keefektifan pemanfaatan asset untuk menghasilkan pendapatan. Se rasio profitabilitas diukur berdasarkan nilai ROA (Return on Asset). ROA adalah suatu rasio yang Widyawati Lekok mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya aktivanya. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menutupi seluruh kewajibannya dengan menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut (Rachmawati 2008). Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan investor. Variabel ini diproksi melalui rasio total debt to total assets dari total kewajiban dibagi dengan total aktiva ( Wirakusuma 2004). Ukuran perusahaan merupakan jumlah nilai kekayaan atau harta yang dimiliki suatu perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan pada tanggal neraca ( Wirakusuma 2004). Umur perusahaan dihitung berdasarkan tahun berdasarkan perusahaan tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal penelitian. Jenis industri dalam penelitian ini diidentifikasikan dalam dua kelompok, yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. Variabel ini dilambangkan dengan INDUS. Variabel ini merupakan dummy variable dengan menggunakan skala nominal. Perusahaan yang masuk ke dalam kategori manufaktur diberi kode 1 dan sebaliknya jika perusahaan yang masuk ke dalam kategori non manufaktur diberi kode 0. Opini audit adalah pendapat auditor atas kewajaran dari laporan keuangan suatu perusahaan. Variabel ini dinyatakan dalam dummy variable, yaitu diukur dengan menggunakan skala nominal atau pemberian kode untuk 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 pengukurannya. Kode 1 diberikan untuk laporan auditor dengan unqualified opinion, sedangkan untuk opini lainnya diberi kode 0. November 2013 HASIL PENELITIAN Berdasarkan data penelitian yang ada maka diperoleh hasil statistic deskriptif sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ARL ROA SLV SIZE AGE INDUS OPINI N 908 908 908 908 908 908 908 Minimum 12 -1,7065 0,0004 21,8424 0 0 0 Maximum 222 3,4747 5,0252 32,6649 61 1 1 Mean 77.5088 0,0443 0,5464 27,7397 12,8612 0,3767 0,9659 Std. Deviation 20,9589 0,1791 0,4455 1,7165 7,3330 0,4848 0,1817 Sumber: Output Data SPSS 17.0.0 Hasil Pengujian Hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil pengujian Hipotesis No 1 Variabel (Constant) B 131,482 T 11,063 Sig 0,000 Kesimpulan 2 ROA -13,073 -3,360 0,001 Berpengaruh 3 SLV 0,372 0,231 0,817 Tidak Berpengaruh 4 SIZE -1,280 -3,161 0,002 Berpengaruh 5 AGE -0,018 -0,182 0,856 Tidak Berpengaruh 6 INDUS -2,252 -1,509 0,132 Tidak Berpengaruh 7 OPINI -17,621 -4,483 0,000 Berpengaruh Dependent Variable: Audit Report Lag Sumber: Output Data SPSS 17.0.0 Dengan melihat hasil dari uji t diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas perusahaan (ROA) memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti 136 profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha diterima. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap audit report lag ISSN: 1410 -9875 dikarenakan profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang baik, sehingga manajemen tidak akan ragu-ragu untuk menunjukkan kinerjanya kepada pemegang saham. Variabel solvabilitas perusahaan (SLV) memiliki nilai signifikan sebesar 0,817 lebih besar daripada 0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa solvabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya rasio hutang terhadap total aktiva pada suatu perusahaan tidak dapat menggambarkan panjang pendeknya waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melaporkan laporan keuangannya. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 lebih kecil daripada 0,05 sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha dapat diterima. Hal ini dapat dijelaskan yaitu perusahaan besar cenderung menghadapi tekanan eksternal lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangannya lebih awal, sehingga sistem pengendalian internal pada perusahaan besar pada umumnya lebih baik agar auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. Variabel umur perusahaan (AGE) memiliki nilai signifikan sebesar 0,856 lebih besar daripada 0,05 sehingga umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang baru Widyawati Lekok berdiri juga dituntut untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Variabel jenis industri (INDUS) memiliki nilai signifikan sebesar 0,132 lebih besar daripada 0,05 sehingga jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hal ini dapat dijelaskan bahwa karakterisitik perusahaan yang berbeda-beda ternyata tidak mempengaruhi rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit. Hal ini disebabkan karena umumnya personel atau staf professional yang ditugaskan untuk mengaudit perusahaan- perusahaan tersebut cakap dan berpengalaman dalam bidangnya. Variabel opini audit (OPINI) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05 sehingga opini audit berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha dapat diterima. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika opini auditor adalah selain unqualified maka sebelum opini tersebut dipublikasikan maka manajemen akan berusaha melakukan konsultasi dan negoisasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan waktu yang relatif . Auditor harus memiliki bukti yang menguatkan judgement auditor untuk memberikan opini. Sehingga auditor biasanya melakukan konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau melakukan perluasan audit. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.10. diatas, maka model penelitian dapat dirumuskan dengan persamaan regresi sebagai berikut: 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 ARL = 131,482 – 13,073ROA + 0,372SLV – 1,280SIZE – 0,018AGE – 2,252INDUS – 17,621OPINI. PENUTUP Berdasarkan Hasil Penelitian yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan dan opini audit berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel Solvabilitas, umur perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Keterbatasan penelitian ini adalah Penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen. Sedangkan berdasarkan uji koefisien determinasi, variasi variabel independen hanya bisa dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 5,7% dan sisanya sebesar 94,3 % November 2013 dijelaskan oleh variabel lain. Sehingga masih terdapat variabelvariabel lain yang memiliki pengaruh terhadap audit report lag yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini.Selain itu pada penelitian ini terdapat masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini karena pendeknya periode penelitian yang dilakukan yaitu empat tahun. Sehubungan dengan keterbatasan tersebut maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah Menambahkan variabel independen yang dapat mempengaruhi audit report lag, seperti ukuran KAP, pengumuman laba / rugi dan likuiditas. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk memperpanjang periode pengamatan sehingga masalah heteroskedastisitas diharapkan dapat dihindari. REFERENSI Aryati, Titik, dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 5, No. 3, Desember. Aryati,Titik dan Venny Lindasari. 2007. Prediksi Probabilitas Audit Delay dan Faktor Determinannya dengan Pendekatan Regresi Logistik. Jurnal Akuntansi, Vol. 11 No. 03, September. Ghozali, Imam. (2011). Analisis Multivarate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: BP UNDIP. Halim, Varinanda. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.Vol. 2, No. 1, April. Imelda, Elsa dan Heri. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No2, Mei. Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.3, Desember. 138 ISSN: 1410 -9875 Widyawati Lekok Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia.Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 16, No. 1, Maret Lianto, Novice, dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, Maret. Prabandari, Jeane Deart Meity, dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay. Kinerja, Vol. 11, No. 1. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, November. Soetodjo, Soegeng. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag. Ventura, Vol. 9, No. 2, Agustus. Subekti, Imam, dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia. SNA VII Denpasar Bali, Desember. Subekti, Imam. 2005. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadapa Audit Delay di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Manajemen , Vol. 6, No. 1, Februari. Supriyati dan Yuliasri Rolinda. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Ventura, Vol 10, No.3, Desember. Trisnawati, Estralita, dan Charistine. 2008. Pengaruh Opini Audit, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran KAP terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntansi, Vol. 8, No. 1, Mei. Ubaidillah. 2008. Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur Studi Kasus: BAPEPAM tahun 2005. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, Juli. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek. Buletin Penelitian, No. 9. Wirakusuma, Made Gede. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik. SNA VII Denpasar Bali, Desember. 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 140 November 2013 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 141-152 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN WENNY dan LIE LIE PIEN STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to examine the factors which affect financial statement’s integrity. They are institutional ownership, management ownership, audit committee, independent commissioner, audit quality, audit opinion and firm size. Sample of this research select for manufacture company which listed in Indonesia Stock Exchange during period of 2009 until 2011. The total sample of this research was 107 manufacturing companies. Result of this analysis showes that independent commissioner and firm size has influence to financial statement’s integrity. On the other hand, institutional ownership, management ownership, audit committee and audit quality have no influence to financial statement’s integrity. Keywords: Institutional Ownership, Management Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner, Audit Quality, Audit Opinion, Firm Size and Integrity Of Fiancial Statement. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, opini audit dan ukuran perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Total sampel penelitian ini adalah 107 perusahaan manufaktur. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa komisaris independen dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Di sisi lain, kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kata Kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komite Audit, Komisaris Independen, Kualitas Audit, Opini Audit, Ukuran Perusahaan, Integritas Laporan Keuangan 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini sudah banyak terjadi kasus tentang manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan. Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai kepada auditor eksternal salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam Perusahaan. Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus (Susiana dan Herawaty, 2007). Skandal manipulasi laporan yang telah ada selama ini, mengungkapkan bahwa integritas laporan keuangan telah gagal untuk memberikan informasi yang jujur terhadap pengguna laporan, Penyajian laporan keuangan tersebut bukan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya dari ekonomi perusahaan. Integritas laporan keuangan didefinisi sebagai berikut: “integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur” (Mayangsari, 2003). Sedangkan definisi integritas laporan keuangan menurut Hardiningsih (2010), “integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau 142 November 2013 disembunyikan”. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manjemen laba (Mayangsari, 2003) Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Susiana dan Herawaty (2007) mengenai Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Penambahan variabel independen seperti opini audit dan ukuran perusahaan. Periode penelitian, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2009 – 2011. Penelitian ini menggunakan manajemen laba sebagai pengukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris Pengaruh kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, komite audit, komisaris independen, reputasi auditor, opini audit, ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Integritas Laporan Keuangan Mulyadi (2004) dalam Susiana dan Herawaty (2007) mendefinisikan integritas sebagai berikut: “integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya” ISSN: 1410 -9875 Dalam penelitian Hardiningsih (2010), integritas laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “integritas laporan keuangan adalah laporan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan”. Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur”. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan menejemen laba. Penelitian ini mengunakan manajemen laba sebagai ukuran integritas laporan keuangan. Healy dan Wahlen (1998) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyebutkan bahwa manajemen laba adalah proses dimana manajer memiliki kemampuan untuk menggunakan deskresi yang mereka miliki untuk menyesatkan stakeholders atau mempengaruhi hasil kontraktual mereka dengan owner. Faktor – faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba menurut scott (2000) adalah Alasan Bonus (bonus scheme), Kontrak Hutang Jangka Panjang, Motivasi Politisi (political motivation), Motivasi Pajak (taxtation motivation), Pergantian CEO (chief executive officer), IPO (initial public offering). Pola manajemen laba menurut scott (2000) dapat dilakukan dengan cara: Taking a Wenny Dan Lie Lie Pien Bath, Income Minimazation, Income Maximixation., Income Smoothing Kepemilikan Saham Institusional Kepemilikan saham institusional ini diperoleh dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berasal di dalam negeri maupun di luar negeri dijumlahkan oleh persentase saham pemerintah dalam negeri maupun luar negeri (Susiana dan Herawaty 2007). Kepemilikan institusional dalam perusahaan bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional mengindikasikan semakin besar insentif dan kapabilitas mereka untuk memonitor manajemen, karena investor institusional memiliki hak untuk melakukan pergantian CEO apabila dianggap kinerjanya tidak memuaskan (Faisal, 2005). Ha1: Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan Saham Manajerial Kepemilikan saham manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty, 2007). Manajer berkewajiban untuk memberikan suatu sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para pemilik saham melalui pengungkapan informasi akuntansi yaitu laporan keuangan yang mencerminkan keadaan ekonomi perusahaan untuk mengurangi 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 tingkat manipulasi laba (Hardiningsih 2010). Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa terdapat kesejajaran antara kepentingan manajer dan para pemegang saham pada saat manajer memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar. Dengan demikian, keinginan untuk membodohi pasar modal berkurang karena manajer ikut menanggung baik dan buruknya setiap keputusan yang diambil. Ha2: Kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Komite Audit Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, pembentukan komite audit merupakan keharusan. Komite audit menurut Kep-29/PM/2004 merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Tujuan pembentukan komite audit menurut (Susiana dan Herawaty, 2007) adalah: 1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktek akuntansi yang berlaku umum. 2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai. 3. Menindak lanjuti terhadap gugatan adanya penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya. 4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal. keanggotaan komite audit diatur dalam keputusan direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep- 144 November 2013 315/BEI/062000 bagian c, yaitu sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota. Seorang diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit. Sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen dimana sekurang kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan atau keuangan. Dengan adanya pengetahuan dan komite audit yang sesuai standar, maka laporan keuangan yang dihasilkan juga akan semakin berintegritas. Ha3: Komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris Independen Susiana dan Herawaty (2007) mendefinisikan bahwa komisaris independen merupakan sebuah badan di dalam suatu perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan para pemegang saham, direktur, dan komisaris lainnya yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan menyeluruh. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik, perusahaan wajib memiliki komisaris independen dengan jumlah sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah seluruh anggota komisaris. Dengan terpenuhinya pengelolaan perusahaan yang baik, maka komisaris independen dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga dapat menjamin kualitas laporan keuangan. ISSN: 1410 -9875 Ha4: Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Reputasi Auditor Penelitian ini membedakan reputasi auditor bedasarkan Kantor Akuntan Publik (KAP) big-four dan non big-four, karena reputasi auditor yang berasal dari KAP bigfour dianggap lebih baik dari KAP non big-four. Reputasi auditor terkait dengan bagaimana auditor dapat menemukan kesalahan material dalam laporan keuangan. Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk memastikan apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material sehingga tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Arens et al. 2008 dalam Herusetya, 2009). KAP big four adalah kantor akuntan publik yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibanding KAP non-big four. Oleh karena itu, KAP big four berusaha secara sungguh-sungguh untuk mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik. Jika KAP ini tidak dapat mempertahankan reputasinya maka masyarakat tidak memberi kepercayaan dan akan kehilangan klien. Untuk melindungi reputasinya, KAP big four akan bekerja secara cermat. Kecermatan dan pengalaman yang dimiliki oleh KAP akan mengurangi tindak manajemen laba, Sehingga integritas laporan keuangan akan meningkat (Sanjaya, 2008). Ha5: Reputasi auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Wenny Dan Lie Lie Pien Opini Audit Laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit (Arens et al, 2010). Menurut payamta (2006) auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, harus memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya berdasarkan keyakinan profesionalnya. Terdapat 5 jenis opini auditor (Mulyadi, 2002), yaitu: 1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).. 2. Opini Wajar Tabpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language). 3. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion). 4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion). 5. Tidak Memberikan Opini (Disclaimer). Dengan demikian, opini audit atas suatu laporan keuangan yang disajikan secara wajar tanpa pengecualian mengindikasikan laporan keuangan yang berintegritas karena sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU), sedangkan selain opini wajar tanpa pengecualian menjadi tidak berintegritas karena memiliki risiko salah saji laporan keuangan yang lebih tinggi. Ha6: Opini audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran Perusahaan Variabel lain yang berkorelasi dengan manajemen 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 laba adalah ukuran perusahaan. Menurut Prabandari dan Rustiana (2007) ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan melaporkan semakin cepat, karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber informasi. Penelitian Watt dan Zimmerman (1986) dalam Handayani dan Rachadi (2009) bahwa secara politis perusahaan November 2013 sedang dan besar lebih mendapat perhatian oleh para analis keuangan dan pemerintah karena pelaporan laba yang mencolok akan menyorot perhatian dari institusi pemerintah. Dengan mendapat perhatian tersebut maka keintegritasan laporan keuangan terjamin. Ha7: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan Saham Institusional Kepemilikan Saham Manajerial Komite Audit Komisaris Independen Reputasi Audit Opini Audit Ukuran Perusahaan Gambar 2.1. Model Penelitian 146 Integritas Laporan Keuangan ISSN: 1410 -9875 METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang Wenny Dan Lie Lie Pien terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 – 2011. Kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Prosedur pemilihan Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten sejak 2009 – 2011 124 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah (11) Perusahaan yang tidak memiliki akhir tahun buku 31 Desember (3) Informasi laporan keuangan perusahaan tidak lengkap (3) Total perusahaan yang menjadi sampel 107 Total sampel yang dipakai selama 3 tahun 321 Definisi Operasional Variabel dan adalah skala rasio. Kepemilikan pengukurannya institusi diukur dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor Kepemilikan saham institusional adalah persentase institusional dibandingkan dengan saham yang dimiliki oleh institusi total saham perusahaan. (I Guna atau pihak dari luar perusahaan. dan Herawaty, 2010) Skala pengukuran yang digunakan Jumlah saham yang dimiliki investor institusi INST = Total modal saham perusahaan beredar Kepemilikan saham manajerial adalah pesentase saham yang dimiliki oleh manajemen pribadi maupun oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan beserta afiliasinnya (I Guna dan Herawaty, 2010). Kepemilikan manajemen ini diukur dengan menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Angka 1 untuk mewakili perusahaan yang memiliki kepemilikan manajemen. Angka 0 untuk mewakili perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajemen (Nini dan Trisnawati, 2009). Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan. Komite audit dilihat dari jumlah anggota komite audit yang ada di perusahaan pada tahun t (Liu dan Sun, 2010). Komisaris independen adalah jumlah komisaris yang 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 independen yang ada dalam perusahaan.Variabel diukur dengan susunan komisaris di suatu menggunakan skala rasio antara persentase komisaris independen perusahaan, dengan fungsinya terhadap total komisaris (I Guna sebagai penjamin pelaksanaan dan Herawaty, 2010). perusahaan dan mengawasi pihak manajemen dalam menjalankan Jumlah anggota dewan komisaris independen KI = Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan Reputasi auditor ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big four dan KAP non-big four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non-big four (Susiana dan Herawaty, 2007) Opini audit adalah auditor memberikan suatu opini tentang kewajaran laporan keuangan tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu: 1 jika perusahaan mendapatkan opini unqualified dan 0 jika perusahaan mendapatkan opini selain unqualified (Payamta, 2006). Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan hasil logaritma dati total asset (I Guna dan Herawaty, 2010) SIZE = Ln (total asset) Manajemen Laba dalam penelitian ini menggunakan model Jones (1991), model ini dipilih karena dapat mendeteksi manajemen laba secara konsisten (Sanjaya, 2008). Rumus : TACt= NIt-OCFt Keterangan: TACt :Total Accruals pada periode t 148 NIt : Laba bersih periode t OCFt : Aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) periode t Setelah diperoleh nilai total accruals, selanjutnya dilakukan regresi untuk memperoleh angka koefisien α1 dan α2 dengan variabel dependen total accruals dan variabel independen adalah perubahan pendapatan, dan total aset tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t. TAC/ TAt-1 = (1/TAt-1) + α1(∆REVt/TAt-1) + α2(PPEt/TAt-1) + e Keterangan: TACt : Total accruals dalam periode t TAt-1 : Total aset pada akhir periode t-1 ∆REVt : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : Aset tetap (gross property plant and equipment) periode t. Setelah diperoleh nilai koefisien regresi α1 dan α2, maka dilanjutkan dengan menghitung komponen non-discretionary accruals yang dirumuskan sebagai berikut: NDAt = (1/TAt-1) + α1(∆REVt/ TAt-1) + α2(PPEt/TAt-1) ISSN: 1410 -9875 Wenny Dan Lie Lie Pien Keterangan: NDAt : Non-discretionary accruals pada tahun t TAt-1 : Total aset pada akhir periode t-1 ∆REVt : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : Aset tetap (gross property plant and equipment) periode t. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai dari discretionary accruals dengan mengurangi TACt dengan nilai NDAt. DAt = TACt / TAt-1 – NDAt Keterangan: n 321 321 321 321 321 321 321 321 DA INST MANJ KMA KI RA OPINI UK_PERSH DAt : Discretionary accruals pada periode t TACt / TAt-1 : Total accruals pada periode t NDAt : Non-discretionary accruals pada tahun t HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menunjukan jumlah sampel yang digunakan, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan deviasi standar dari masing-masing variabel Tabel 2 Deskriptif Statistik Minimum Maximum Mean -0,8693 6,672 0,000001 0,1113 0,9992 0,723118 0 1 0,45 2 5 3,90 0,1667 1,0000 0,401495 0 1 0,37 0 1 0,48 20,6191 32,6649 27,486967 Std. Deviation 0,4105768 1,888314 0,498 0,423 0,1277493 0,484 0,500 1,5861863 Tabel 3 Hasil Uji Statistik t (Constant) INST MANJ KMA KI RA OPINI UK_PRSH B 2,055 t 4,249 Sig. 0,000 -0,223 -1,819 0,070 0,038 0,816 0,415 0,067 0,956 0,340 0,429 2,467 0,014 0,095 1,762 0,079 -0,062 -1,394 0,164 -0,084 -5,208 0,000 kepemilikan institusional memiliki saham nilai Keterangan tidak Ha1 diterima tidak Ha2 diterima tidak Ha3 diterima Ha4 diterima Ha5 tidak diterima tidak Ha6 diterima Ha7 diterima signifikansi 0,070 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha1 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan kepemilikan saham institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. kepemilikan saham manajerial memiliki nilai signifikansi 0,415 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha2 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. komite audit memiliki nilai signifikansi 0,340 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha3 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas lapoan keuangan. komisaris independen memiliki nilai signifikansi 0,014 lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha4 dapat diterima. Hal ini menunjukan komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Variabel reputasi auditor memiliki nilai signifikansi 0,079 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha5 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan reputasi auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Variabel opini audit memiliki nilai signifikansi 0,164 lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ha6 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan opini audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka 150 November 2013 disimpulkan bahwa Ha7 dapat diterima. Hal ini menunjukan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. PENUTUP Setelah melakukan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa komisaris independen dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, komite audit, reputasi auditor dan opini audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, Keterbatasan penelitian ini antara lain: sampel yang digunakan masih terbatas dengan perusahaan manufaktur saja dengan jumlah populasi awal 124 perusahaan dan periode pengamatan selama tiga tahun yaitu 2009-2011, uji normalitas residual dan uji outlier model regresi tidak berdistribusi normal, penelitian ini masih terjadi masalah heterokedastisitas, penelitian ini hanya meneliti 7 variabel independen yang mempengaruhi integritas laporan keuangan sehingga variabel indepeden tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah dapat melakukan pengujian yang lebih akurat lagi untuk menghindari terjadinya heterokedastisitas seperti melakukan transformasi data, menambah variabel-variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. ISSN: 1410 -9875 Wenny Dan Lie Lie Pien REFERENSI Agrianti. 2009. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor, Pergantian Auditor, Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol. 14, No. 2, Juli 2009. Almilia, Luciana S. dan Setiady, Lucas. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ. Seminar Nasional Good Corporate Governance di Universitas Trisakti Jakarta (24-25 November 2006) Arrens, Alvin. A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2010. Auditing and Assurance Services. USA : Pearson Education International. Astuti, Dewi S. Puji. 2004. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba Diseputar Right Issue. http:// ejournal.unud.ac.id/abstrak/dewi%20saptantinah%20puji%20astuti .pdf. Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, 2005. Damayanthi, I G. A., Eka. 2008. Perbedaan Pengaruh Besaran Perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Memiliki Komite Audit dan Diaudit oleh Auditor berkualitas. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3 No. 1, Januari 2008, hal: 45-57. Faisal. 2005. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 2, Hal. 175-190. Farahmita, Aria. 2011. Apakah Transaksi Pihak Hubungan Istimewa Merupakan Insentif Untuk Melakukan Manajemen Laba?. Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 21-22 Juli, 2011. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan penelitian Universitas Dipenogoro. Handayani, Sri dan Rachadi, Agustono Dwi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009. Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian akuntansi, Vol. 2, No. 1, Pebruari 2010. Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal-Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen Laba. JAAI, Vol. 13, No. 2, Desember 2009. I Guna, W dan Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dam Faktor lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April, 2010. 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 Ikatan Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan publik. Jakarta : Salemba empat. 2001 Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour; Agency Cost and Ownership Sructure. Journal of Financial Economics, Vol. 13. Liu dan Sun. 2010. Director Tenure and Independent Audit Committee Effectiveness International Research Journal of Finance and Economics - Issue 51. 2010. Keputusan ketua BAPEPAM No:Kep-29/PMK.01/2004. September, 2004, Komite Audit. Mayangsari, Sekar. 2003. Analisi Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, 16-17, Oktober 2003 Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Nini, dan Trisnawati, E. 2009. Pengaruh Independensi Auditor pada KAP big-four terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar, Kimia dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009. Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, Independensi, dan Opini Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6, No. 1, 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Audit Nasional Kebijakan Covernance. Prabandari, Jeane D. M dan Rustiana.2007. Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay. (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di BEJ). KINERJA, Vol. 11, Th, 2007. Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11 No. 1, Januari, 2008, Hal: 97-116. Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. 6th edition. Toronto : Pearson Education Canada, Inc. Siregar, S.V dan Utama, S. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Prektek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Manajemen). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 19, No. 3, September 2006. Susiana dan Herawaty, A. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium National Akuntansi X, 2648 Juli 2007, Unhas Makasar. Trisnawati, Rina. 2009. Perbedaan mekanime corporate governance dan praktik manajemen laba: studi komparasi indeks syariah dan indeks konvensional di bursa efek indonesia. UNISA, Vol. 32, No. 72, . 32, No. 72, Desember 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 152