Vol. 15, No. 1a, Is. 8 November 2013 DAFTAR ISI Variabel

advertisement
Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
DAFTAR ISI
Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Y.A. Didik Cahyanto...............................................................
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Kamaruddin. .....................................................................
13
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Multinasional Di Bursa Efek Indonesia
Kristina ..............................................................................
25
Pengaruh Managerial Ownership, Profitability, Firm Size, Growth,
Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating
Dan Price Earning Ratio Terhadap Leverage
Maris Agung T ......................................................................
43
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
R. Purwoko .......................................................................
57
The Influence Of Profitability, Firm Size, Asset Tangibility,
Non-Debt Tax Shield And Growth Toward Capital Structure
Satriyo Wibowo ................................................................
71
Pengaruh Risiko Bisnis, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Collateral Value Of Asset Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Struktur Modal
Stella .................................................................................
85
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Dine Ranette dan Esika Wahasari ..............................................
99
Pengaruh Struktur Aset, Risiko Bisnis, Peluang Pertumbuhan, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kepemilikan Institusional
Syafril Yurisno ....................................................................... 111
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag
Widyawati Lekok .................................................................... 129
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Integritas Laporan Keuangan
Wenny dan Lie Lie Pien ............................................................ 141
Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Y.A. DIDIK CAHYANTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to provide empirical evidence
whether insider ownership, collateralizable assets, growth in assets, liquidity,
firm size, and debt policy have significant influence to dividend policy.
Samples in this research are manufacturing companies, which are listed in
Indonesia Stock Exchange for three years period from 2008 until 2010. This
research used purposive sampling method. The samples of this research consist
of 34 companies that meet the criterias. This research used multiple regresion
analysis to find out the influence of all independent variables above to
dividend policy. The result of the research showed that insider ownership,
collateralizable assets, growth in assets, liquidity, firm size, and debt policy
had no influence to dividend policy.
Keywords: Dividend Policy, Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth
in Assets, Liquidity, Firm Size, and Debt Policy.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
apakah kepemilikan manajerial/orang dalam, aset kolateral, pertumbuhan
aset, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode
tiga tahun dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 34 perusahaan
yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap kebijakan
dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial/orang
dalam, aset kolateral, pertumbuhan aset, likuiditas, ukuran perusahaan, dan
kebijakan utang tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden.
Kata kunci: Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial/orang dalam, Aset
kolateral, Pertumbuhan Aset, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan
Kebijakan Hutang.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN
Investasi
merupakan
penempatan sejumlah dana dari
investor kepada suatu aktiva dengan
harapan untuk memperoleh return
di masa yang akan datang. Saat ini,
investasi sudah menjadi hal yang
lazim dilakukan oleh banyak orang
dikarenakan cukup menjanjikan. Hal
inilah yang menarik peneliti untuk
meneliti lebih lanjut tentang
investasi, yaitu investasi dalam
bentuk saham.
Ada dua keuntungan yang
bisa di dapat oleh investor saham
yaitu dividen dan capital gain.
Wahyudi (2008) menyatakan bahwa,
dividen merupakan bagian laba
bersih
perusahaan
kepada
pemegang
saham,
sedangkan
keuntungan
modal
merupakan
selisih
positif
antara
harga
perolehan saham dengan harga
pasar saham.
Pembagian dividen kepada
para investor berdasarkan pada
kebijakan dividen yang ditentukan
oleh perusahaan. Kebijakan dividen
kas sebuah perusahaan memiliki
dampak penting bagi banyak pihak
yang terlibat di masyarakat (Suharli
2004), oleh karena itu penetapan
kebijakan dividen sangatlah menarik
untuk diteliti dan dibahas lebih
lanjut.
Investor sebagai pemegang
saham
perusahaan
(principal)
memiliki hak untuk memilih dewan
komisaris
perusahaan
yang
kemudian mengangkat manajer
(agen)
untuk
melaksanakan
beberapa kegiatan atau pekerjaan
bagi kepentingan principal. Hal ini
menimbulkan suatu masalah yang
disebut dengan agency conflict,
yaitu
konflik
yang
terjadi
dikarenakan
oleh
perbedaan
2
November 2013
kepentingan antara manajer dengan
pemegang saham. Insider ownership
menjadi salah satu pemecahan dari
masalah keagenan yaitu dengan
memberi proporsi saham kepada
manajer
untuk
meningkatkan
keselarasan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham.
Konflik kepentingan juga
terjadi antara pemegang saham
dengan
kreditor.
Pembayaran
dividen yang
besar
tentunya
mengurangi laba perusahaan yang
akan digunakan untuk membayar
hutang dan hal ini menyebabkan
kekhawatiran
kreditor.
Collateralizable
assets
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
kekhawatiran
kreditor
serta
benturan kepentingan tersebut.
Pembagian
dividen
juga
dipengaruhi oleh kebijakan investasi
atau kesempatan investasi yang
diproyeksikan oleh variabel growth
in net assets. Menurut pendapat
Wahyudi (2008) laba yang diperoleh
perusahaan
digunakan
untuk
mendanai investasi perusahaan
sehingga akan mengurangi proporsi
dividen yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham. Selain itu
likuiditas ikut menentukan juga
kebijakan dividen yang diambil
perusahaan. Menurut pendapat
Suharli (2008), pada perusahaan
yang membukukan keuntungan lebih
tinggi ditambah likuiditas yang lebih
baik, maka semakin besar jumlah
dividen yang dibagikan.
Penelitian ini merupakan
pengembangan penelitian Wahyudi
(2008) yang melakukan penelitian
mengenai pengaruh variabel insider
ownership, collateralizable assets,
growth in assets dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen. Peneliti
menambahkan
dua
variabel
independen dari penelitian Dewi
ISSN: 1410 -9875
(2008), yaitu ukuran perusahaan dan
kebijakan hutang.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh
Myron Gordon (1959) dan John
Lintner (1956) yang menyatakan
bahwa investor menilai lebih tinggi
pendapatan yang berasal dari
dividen dibandingkan pendapatan
yang berasal dari keuntungan modal
dikarenakan ketidakpastian yang
tinggi
dalam
mendapatkan
keuntungan modal. Oleh sebab itu
menurut
Suwaldiman
(2006),
perusahaan
yang
mempunyai
dividend payout ratio yang tinggi
akan mempunyai nilai perusahaan
pula yang tinggi.
Teori Dividend Irrelevant
Teori ini dinyatakan oleh
Modigliani dan Miller (1961) dalam
Hatta (2002) bahwa investor tidak
peduli atas pendapatan dividen
maupun
keuntungan
modal,
sehingga kebijakan dividen tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan di mata investor. Nilai
perusahaan
ditentukan
oleh
kemampuan
dasarnya
untuk
menghasilkan laba dan risiko bisnis
atau tergantung pada pendapatan
yang dihasilkan oleh aktivanya.
Teori Keagenan
Teori
keagenan
JensenMeckling (1976) dalam Fauz (2007)
menyatakan bahwa perusahaan yang
memisahkan fungsi kepemilikan
dengan fungsi pengelolaan akan
rentan terhadap konflik. Konflik ini
biasa disebut agency problem.
Penyebab konflik tersebut adalah
perbedaan kepentingan diantara
pihak
pemilik
dengan
pihak
Y.A. Didik Cahyanto
pengelola yang dalam hal ini adalah
manajer dengan pemegang saham.
Masalah
keagenan
mengakibatkan munculnya agency
cost. Biaya agensi adalah semua
biaya yang dikeluarkan dalam
merancang, mengimpelemntasikan
dan mengembangkan sistem kontrol
dalam organisasi untuk mengontrol
kerugian yang dihasilkan dalam
pemecahan masalah kontrol secara
lengkap.
Ada beberapa pendekatan
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengurangi biaya agensi, yaitu
peningkatan
kepemilikan
managerial, penggunaan kebijakan
hutang dalam pendanaan, dan
mengaktifkan pengawasan melalui
kepemilikan oleh investor-investor
institusional.
Teori Preferensi Pajak
Litzenberger-Ramaswamy
(1979) dalam Nuringsih (2005)
berpendapat bahwa investor lebih
memilih dividen yang rendah yang
disebabkan oleh dua alasan, yaitu:
1. Keuntungan modal dikenakan
tarif pajak lebih rendah daripada
pendapatan dividen
2. Pajak atas keuntungan tidak
dibayarkan
sampai
saham
terjual, sehingga ada efek nilai
waktu.
Insider
Ownership
terhadap
Kebijakan Dividen
Perusahaan yang menerapkan
hubungan
keagenan
sering
mengalami konflik yang diakibatkan
oleh benturan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham.
Akibatnya,
pemegang
saham
mengeluarkan
biaya
untuk
mengawasi
dan
menghalangi
perilaku oportunis manajer yang
disebut dengan biaya agensi. Salah
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
satu cara untuk mengurangi biaya
agensi
adalah
kepemilikan
manajerial.
Peningkatan
kepemilikan manajerial di dalam
perusahaan
menimbulkan
rasa
kepemilikan manajemen terhadap
perusahaan
sehingga
tindakan
manajer
selaras
dengan
kepentingan pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudi (2008) mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap
kebijakan
dividen
menyatakan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan
oleh
Fauz
(2007),
Suwaldiman (2006) dan Hatta
(2002). Namun, hasil penelitian ini
bertentangan
dengan
hasil
penelitian Pujiastuti (2008) dan
Putra (2006) yang menyatakan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap
variabel kebijakan dividen.
Ha1
:
Insider
Ownership
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen.
Collateralizable Assets terhadap
Kebijakan Dividen
Di dalam perusahaan, konflik
kepentingan juga terjadi antara
pemegang saham dengan kreditur.
Pembayaran dividen yang besar
tentunya
mengurangi
laba
perusahaan yang akan digunakan
untuk membayar hutang dan hal ini
menyebabkan
kekhawatiran
kreditor. Agar dapat mengurangi
kekhawatiran
kreditur
serta
benturan kepentingan tersebut,
perusahaan harus memiliki aset
yang
tinggi
sehingga
dapat
digunakan sebagai jaminan atas
4
November 2013
hutang-hutang perusahaan, yang
disebut collateralizable assets.
Penelitian yang dilakukan
oleh Putra (2006), Wahyudi (2008)
dan Fauz (2007) menyatakan bahwa
variabel collateralizable assets
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Hasil penelitian
ini didukung dengan hasil penelitian
oleh Pujiastuti (2008) yang juga
menyatakan
bahwa
variabel
collateralizable assets berpengaruh
terhadap
variabel
kebijakan
dividen.
Ha2 :
Collateralizable
Assets
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen.
Growth
in
Assets
terhadap
Kebijakan Dividen
Growth in assets digunakan
sebagai
variabel
yang
memproyeksikan
investment
opportunity.
Pertumbuhan
perusahaan cepat, maka perusahaan
akan
meningkatkan
kebijakan
investasinya agar perusahaan tidak
mengalami
underinvestment.
Sebaliknya, apabila perusahaan
sedang mengalami pertumbuhan
yang lambat, maka perusahaan akan
menurunkan kebijakan investasinya
agar
tidak
mengalami
overinvestment. Salah satu sumber
dana perusahaan untuk melakukan
investasi adalah laba yang dihasilkan
oleh perusahaan yang merupakan
sumber dana yang sama yang
digunakan untuk membayar dividen
kepada pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudi (2008) menyatakan
bahwa variabel growth in assets
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Namun hasil
penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Pribadi (2012) dan
Suwaldiman
(2006)
yang
ISSN: 1410 -9875
menyatakan bahwa variabel growth
in
assets
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel
kebijakan
dividen.
Ha3 : Growth in Assets berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen.
Likuiditas terhadap Kebijakan
Dividen
Likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
kewajiban
jangka
pendek. Likuiditas juga digunakan
untuk
mendanai
kegiatan
operasional
perusahaan.
Manajemen perusahaan berusaha
untuk mempertahankan likuiditas
perusahaan dengan tingkat tertentu
untuk memberikan perlindungan
dan
fleksibilitas
keuangan
perusahaan atas ketidakpastian
yang mungkin terjadi. Perusahaan
yang memiliki tingkat likuiditas yang
baik dan kemudian memperoleh
laba, kemungkinan besar hanya akan
menggunakan sebagian kecil laba
yang dihasilkannya untuk membayar
kewajiban perusahaan. Sehingga
laba yang tersedia untuk digunakan
dalam pembagian dividen lebih
besar.
Penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudi (2008) menyatakan
bahwa
variabel
likuiditas
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Namun hasil
penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Lopolusi (2013) yang
menyatakan
bahwa
variabel
likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel
kebijakan
dividen.
Ha4 : Likuiditas berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen.
Y.A. Didik Cahyanto
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Kebijakan Dividen
Ukuran
perusahaan
menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan. Perusahaan yang
memiliki ukuran besar cenderung
lebih mature dan mempunyai akses
yang lebih mudah untuk masuk ke
dalam pasar modal yang akan
mengurangi
ketergantungan
perusahaan terhadap pendanaan
dari internal perusahaan, salah satu
pendanaan internal perusahaan
adalah laba yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa
variabel
ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Pribadi
(2012). Namun hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian
Suwaldiman (2006) dan Nuringsih
(2005) yang menyatakan bahwa
variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen.
Ha5
:
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen.
Kebijakan
Hutang
terhadap
Kebijakan Dividen
Dalam mendanai kegiatan
operasional
maupun
mendanai
investasi, perusahaan menggunakan
pendanaan internal dan eksternal.
Salah satu pendanaan eksternal
perusahaan berasal dari hutang.
Pemanfaatan hutang yang terlalu
besar dalam hal pendanaan dapat
berdampak pada financial distress
dan kebangkrutan. Oleh karena itu,
perusahaan menggunakan sumber
dana
internal,
yaitu
laba
perusahaan. Selain itu penggunaan
hutang yang tinggi menyebabkan
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
sebagian besar laba yang dihasilkan
oleh perusahaan dialokasikan untuk
cadangan pelunasan hutang.
Penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa
variabel
kebijakan
hutang
berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen. Hasil penelitian
ini
didukung
oleh
penelitian
Nuringsih (2005) dan Fauz (2007).
Namun
hasil
penelitian
ini
bertentangan dengan penelitian
Marlina (2010) yang menyatakan
bahwa variabel kebijakan hutang
tidak berpengaruh
terhadap
variabel kebijakan dividen.
Ha6 : Kebijakan Hutang berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen.
November 2013
pada Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2008 sampai 2010.
2. Perusahaan yang memiliki
laporan
keuangan
yang
berakhir pada tanggal 31
Desember
3. Perusahaan yang setiap tahun
penelitiannya
memiliki
earning after tax yang
positif.
4. Perusahaan
yang
membagikan dividen secara
berturut-turut
selama
periode penelitian.
5. Perusahaan
yang
menggunakan mata uang
rupiah
pada
laporan
keuangannya.
METODA PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Kebijakan dividen adalah
keputusan yang diambil oleh
perusahaan tentang pembagian
keuntungan bersih perusahaan atau
pembagian kekayaan perusahaan
kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau menahan dalam
bentuk laba ditahan (Djumahir
2009). Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur variabel dependen
kebijakan dividen adalah skala
rasio.
Objek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
perusahaan-perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia dengan periode
sampling dari tahun 2008 sampai
tahun 2010. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang telah terdaftar
sebagai perusahaan manufaktur
Cash dividends per share
Dividend Payout Ratio
=
Earnings per share
Mengacu
pada
penelitian
Suwaldiman
et.
Al
(2006),
kepemilikan manajerial atau insider
ownership
menggambarkan
besarnya kepemilikan saham oleh
manajemen dalam persentase. Alat
ukur
yang
digunakan
untuk
mengukur variabel kepemilikan
manajerial adalah skala nominal,
6
(Dewi 2008)
yaitu menggunakan variabel dummy
untuk menunjukan ada tidaknya
kepemilikan manajerial. Angka 1
digunakan
untuk
menandakan
perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan manajerial dan angka 0
untuk menandakan perusahaan yang
tidak
memiliki
kepemilikan
manajerial.
ISSN: 1410 -9875
Y.A. Didik Cahyanto
Mengacu pada penelitian
Fauz et al (2007), collateralizable
asset adalah aset perusahaan yang
dapat digunakan sebagai jaminan
peminjam kreditor yang seringkali
meminta jaminan berupa aktiva
ketika memberi pinjaman kepada
perusahaan yang membutuhkan
pendanaan.
Alat
ukur
yang
digunakan untuk mengukur variabel
collateralizable assets adalah skala
rasio.
Total aktiva tetap bersih
Collateralizable asset
=
Total Aktiva
Growth
in
Assets
memproyeksikan
variabel
kesempatan investasi. Perusahaan
dengan kesempatan investasi yang
tinggi akan membutuhkan dana
dalam jumlah besar sehingga
membayar dividen lebih rendah
(Putra 2006)
dibandingkan
perusahaan
yang
memiliki kesempatan investasi yang
rendah (Wahyudi 2008). Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur
variabel growth in assets adalah
skala rasio.
Total aktiva (t) – Total aktiva (t-1)
Growth in Assets
=
Total Aktiva (t-1) (Pribadi 2012)
Likuiditas diartikan sebagai
kemampuan perusahaan melunasi
seluruh
kewajiban
jangka
pendeknya. Likuiditas diproyeksikan
oleh quick ratio yang menggunakan
skala rasio.
Cash and Cash Equivalents + Marketable Securities
+ Account Receivables
Quick Ratio =
Current Liabilities
Ukuran
perusahaan
menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan. Alat ukur yang
Size
digunakan untuk mengukur variabel
size adalah skala rasio.
= Log n (Total Aktiva)
Kebijakan hutang merupakan
kemungkinan pengorbanan masa
depan dari manfaat ekonomi yang
timbul dari kewajiban sekarang dari
kesatuan
tertentu
untuk
mentransfer aktiva atau jasa
(Subramanyam 2009)
(Nuringsih 2005)
produktif ke kesatuan lain di masa
depan sebagai hasil dari transaksi di
masa lalu (Kieso et al 1995). Alat
ukur
yang
digunakan
untuk
mengukur variabel kebijakan hutang
adalah skala rasio.
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Total liabilities
Debt to assets ratio
=
Total Assets
(Dewi 2008)
HASIL PENELITIAN
Prosedur pemilihan sampel penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
Jumlah
Sampel per
Tahun
Perusahaan yang terdaftar secara berturut127
turut dari tahun 2008-2010
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
(6)
keuangan setiap tanggal 31 Desember
Perusahaan yang tidak memiliki earning
(47)
after tax yang positif secara berturut-turut
selama periode pengamatan
Perusahaan yang tidak membagikan dividen
(35)
secara berturut-turut selama periode
pengamatan
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
(1)
keuangan dalam mata uang rupiah
Jumlah perusahaan yang dijadikan
34
sampelsebelum outlier
Data yang di outlier
Jumlah data setelah outlier
Total
Sampel
381
(18)
(141)
(105)
(3)
102
(4)
98
Hasil pengujian statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
KD
N
98
KM
CA
98
98
GA
98
LK
98
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
Mean
0,06237006 1,31352282 0,47678299620
2
5
4
0
1
0,43
0,05991683 0,73132227 0,32296675737
4
4
8
0,35505718 0,10156785837
0,19317432
4
8
6
0,08273787 6,77616679 1,96908478509
9
1
2
Std. Deviation
0,283870828828
0,497
0,159052348615
2
0,096882725876
1,72698794753
ISSN: 1410 -9875
SIZE
98
KH
98
Y.A. Didik Cahyanto
24,8502035
2
0,09430329
5
32,3571426
5
0,89396405
5
28,1967880208
1,62021386173
0,35733850732
7
0,184988308177
Hasil uji t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
Variabel
(Constant)
KM
CA
GA
LK
SIZE
KH
B
0,002
-0,094
-0,285
-0,218
-0,003
0,025
-0,154
Tabel 3 Hasil Uji T
T
Sig
0,003
0,998
-1,574
0,119
-1,380
0,171
-0,697
0,487
-0,119
0,906
1,205
0,231
-0,655
0,514
Nilai signifikansi kepemilikan
manajerial (KM) adalah sebesar
0,119 lebih besar dari 0,05 yang
berarti tidak terdapat pengaruh
antara
kepemilikan
manajerial
terhadap kebijakan dividen (DPR),
sehingga
hipotesis
alternatif
pertama (Ha1) tidak dapat diterima.
Nilai signifikansi collateral
asset (CA)adalah sebesar 0,171 lebih
besar dari 0,05 yang berarti bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
collateral asset (CA) terhadap
kebijakan dividen (DPR), sehingga
hipotesis alternatif pertama (Ha2)
tidak dapat diterima.
Nilai signifikansi growth in
assets (GA) adalah sebesar 0,487
lebih besar dari 0,05 yang berarti
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara growth in assets (GA)
terhadap kebijakan dividen (DPR),
sehingga
hipotesis
alternatif
pertama (Ha3) tidak dapat diterima.
Nilai signifikansi likuiditas
(LK) adalah sebesar 0,906 lebih
besar dari 0,05 yang berarti bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
likuiditas (LK) terhadap kebijakan
Kesimpulan
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
dividen (DPR), sehingga hipotesis
alternatif pertama (Ha4) tidak dapat
diterima.
Nilai
signifikansi
ukuran
perusahaan (SIZE) adalah sebesar
0,231 lebih besar dari 0,05 yang
berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh antara ukuran perusahaan
(SIZE) terhadap kebijakan dividen
(DPR) , sehingga hipotesis alternatif
pertama (Ha5) tidak dapat diterima.
Nilai signifikansi kebijakan
hutang (KH) adalah sebesar 0,514
lebih besar dari 0,05 yang berarti
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara kebijakan hutang (KH)
terhadap kebijakan dividen (DPR) ,
sehingga
hipotesis
alternatif
pertama (Ha6) tidak dapat diterima.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan yang dilakukan, maka
diperoleh
kesimpulan
adalah
Kepemilikan
manajerial
tidak
mempengaruhi kebijakan dividen
karena persentase kepemilikan
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
manajerial
di
perusahaan
manufaktur di Indonesia tidaklah
signifikan, sedangkan penentuan
kebijakan dividen dilakukan pada
saat RUPS dan yang dapat mengikuti
RUPS hanya pemegang saham yang
persentase
kepemilikannya
signifikan.
Collateral
Asset
tidak
berpengaruh
terhadap
besar
kecilnya dividen yang dibayarkan
karena hutang yang dimiliki oleh
perusahaan di Indonesia lebih di
dominasi oleh hutang jangka pendek
daripada kewajiban jangka panjang,
sedangkan jaminan berupa asset
tetap
biasanya
lebih
banyak
digunakan sebagai jaminan hutang
jangka panjang.
Growth in assets tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen karena secara umum
perusahaan yang diajdikan sampel
adalah perusahaan yang sudah
beroperasi
beberapa
tahun,
sehingga perusahaan tidak akan
mengubah atau mengurangi proporsi
pembagian
dividen
walaupun
perusahaan memiliki kesempatan
investasi yang besar karena memiliki
laba ditahan.
Besar kecilnya quick ratio
(QR) tidak mempengaruhi kebijakan
dividen karena secara umum
perusahaan yang dijadikan sampel
telah
melakukan
pencadangan
likuiditas
selama
tahun-tahun
sebelumnya, sehingga untuk tahun
penelitian
likuiditas
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Ukuran perusahaan (SIZE) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
(DPR)
dikarenakan
pembagian dividen lebih terkait
pada kegiatan operasional dan
keuangan
perusahaan,
bukan
dikarenakan skala besar atau
10
November 2013
kecilnya perusahaan yang diukur
melalui
asset
yang
dimiiki
perusahaan tersebut.
Kebijakan hutang (KH) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
(DPR)
dikarenakan
komitmen
perusahaan
disektor
manufaktur
untuk
melakukan
pembayaran dividen secara teratur
menyebabkan
kemampuan
pembayaran
dividen
tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya
hutang perusahaan bahkan kenaikan
hutang
dapat
meningkatkan
kemampuan perusahaan membayar
dividen selama penggunaan hutang
harus
selalu
diiringi
dengan
peningkatan
laba
perusahaan
(Marlina 2009).
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan, yakni:
1. Penelitian
ini
hanya
menggunakan enam variabel
independen
padahal
masih
terdapat variabel independen
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
variabel
dependen, kebijakan dividen.
2. Penelitian ini hanya mengambil
sampel
penelitian
selama
periode 2008 sampai dengan
2010.
3. Dalam penelitian ini, uji F
menunjukan
bahwa
model
regresi tidak layak dipakai untuk
memprediksi kebijakan dividen.
Untuk
mengatasi
keterbatasan dalam penelitian ini,
peneliti memberikan beberapa
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat
menambahkan
variabel
independen lainnya yang belum
dimasukkan dalam penelitian ini
seperti
kepemilikan
ISSN: 1410 -9875
institusional, free cash flow,
dan profitabilitas.
2. Penelitian selanjutnya dapat
memperpanjang
periode
penelitian sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian
lebih
banyak
dan
hasil
Y.A. Didik Cahyanto
penelitian
dapat
mewakili
keseluruhan populasi.
3. Penelitian
selanjutnya
diharapkan
bisa
mengatasi
masalah tidak fit dalam uji F
dengan cara menambahkan
variabel lain.
REFERENSI
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 10, No. 1,
hlm 47-58.
Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 11, No. 2, hlm
144-153.
Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan Collateral
Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 8,
No. 2, hlm 259-267.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS
Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance 12th Edition.
United States: Prentice Hall.
Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider
Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan Masalah
Agensi di Indonesia. JAAI Vol. 10, No. 2, hlm 121-136.
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Vol. 6, No. 2, hlm 122.
Kieso, Donald E, Jerry T Weygandt, dan Terry D Warfield. 2011. Intermediate
Accounting Vol. 1. USA: Wiley.
Lopolusi, Ita. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2,
No. 1, hlm 1-18.
Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, hlm 1-6.
Mollah, A. Sabur, Rafiqul Bhuyan Rafiq dan Peter A. Sharp. 2007. Relevance of
Agency Theory for Dividend Policy in an Emerging Economy: The case of
Bangladesh. The Icfai Journal of Applied Finance Vol.13, No.12, hlm 5-15.
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 2, No. 2, hlm
103-123.
Pribadi, Anggit Satria dan R. Djoko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset
terhadap Dividend Payout Ratio. 2012. Diponegoro Journal of Management
Vol. 1, No. 1, hlm 212-222.
Pujiastuti, triani. 2008. Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen pad
Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. 2008. Jurnal
Keuangan dan Perbankan Vol. 12, No. 2, hlm 183-197.
Putra, I Nyoman Nugraha Ardana. 2006. Analisis Biaya Keagenan terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma Vol. 5, No. 2, hlm 37-46.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th
Edition. United Kingdom: Wiley.
Subramanyam, K R dan John J wild. 2009. Financial Statement Analysis 10th
edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel
Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 9, No. 1, hlm 9-17.
Suwaldiman dan Ahmad Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko
Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen
Vol. 8, No.1, hlm 53-64.
Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable
assets, Growth in Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20022006. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 6, No. 3, hlm 474-482.
12
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 13-24
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
KAMARUDDIN
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to determine some factors that
may have influence on capital structure. The independent variables of this
research are growth, firm size, profitability, asset structure, liquidity, and
firm age. The object of this research are listed manufacturing companies in
Indonesia Stock Exchange from period of 2009 to 2012. Seventy two
companies met the criteria using purposive sampling and were analyzed
descriptive statistics and multiple regression were performed to test the
hypotheses. The conclusion shows that liquidity and firm age have influence
to capital structure. On the other hand, firm growth, firm size, profitability,
and asset structure do not have influence to capital structure.
Keywords: Growth, Firm Size, profitability, Asset Structure, Liquidity, Firm
Age, Capital Structure.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan beberapa
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel
independen dari penelitian ini adalah pertumbuhan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan umur perusahaan.
Objek
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari periode 2009 sampai 2012. Tujuh puluh dua perusahaan
memenuhi kriteria purposive sampling dan dianalisis dengan menggunakan
deskriptif statistik dan regresi berganda untuk menguji hipotesis. Kesimpulan
menunjukkan bahwa likuiditas dan umur perusahaan berpengaruh terhadap
struktur modal. Di sisi lain, pertumbuhan perusahaan, ukuran, profitabilitas,
dan struktur aktiva perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur
modal.
Kata Kunci: Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Aset,
Likuiditas, Umur Perusahaan, Struktur Modal
tentunya
dituntut
untuk
siap
menghadapi
persaingan
usaha.
Dalam hal ini manajer bertugas
memikirkan
cara
untuk
PENDAHULUAN
Dalam ketatnya persaingan
global masa kini, setiap perusahaan
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
meningkatkan performa perusahaan
melalui peningkatan produktivitas,
efektivitas, dan efisiensi kegiatan
produksi serta pemasaran. Kegiatan
ini menyangkut usaha perusahaan
dalam memaksimalkan keuntungan
dalam persaingan ketat antar
perusahaan.
Salah satu keputusan penting
yang harus dilakukan manajer
berhubungan dengan kelangsungan
operasi
perusahaan
adalah
keputusan
pendanaan
atau
keputusan struktur modal, yakni
keputusan keuangan yang berkaitan
dengan komposisi hutang, baik
jangka panjang maupun jangka
pendek, serta saham preferen dan
saham biasa yang digunakan oleh
perusahaan
(Margaretha
dan
Ramadhan 2010). Manajer harus
dapat menghimpun dana internal
ataupun eksternal secara efisien
dan optimal, sehingga mampu
meminimalkan biaya modal yang
akan ditanggung oleh perusahaan.
Dana internal dapat berasal dari
laba ditahan. Sedangkan dana
eksternal dapat berasal dari hutang
maupun penerbitan saham baru.
Persoalan struktur modal ini
menarik untuk diteliti karena setiap
keputusan
yang
dipilih
dari
alternatif-alternatif yang ada akan
menghasilkan
struktur
modal
perusahaan
yang
bervariasi.
Tantangannya adalah bagaimana
manajer
dapat
menciptakan
struktur modal yang baik bagi
perusahaan dengan biaya modal
yang seminimal mungkin sehingga
kemakmuran pemegang
saham
tetap terjamin.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti-peneliti
terdahulu dapat dikatakan tidak
konsisten.
Hal
inilah
yang
mendorong penulis tertarik untuk
14
November 2013
melakukan
pengembangan
penelitian dengan mempertahankan
variabel
yang
sama
serta
menggabungkan
variabel
yang
berbeda dari penelitian sebelumnya
untuk
melihat
sejauh
mana
perbedaan
hasil
penelitian
tersebut. Tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mendapatkan bukti
empiris
bahwa
tingkat
pertumbuhan, ukuran perusahaan,
profitabilitas,
sruktur
aset,
likuiditas dan umur perusahaan
mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur modal.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Teori
ini
pertama
kali
diperkenalkan oleh Donaldson pada
tahun 1961, sedangkan penamaan
pecking order theory
dilakukan
oleh Myers pada tahun
1984.
Menurut
Myres
(1996)
dalam
Prabansari dan Kusuma (2005),
seorang manajer lebih menyukai
penggunaan pendanaan dari modal
internal, yakni dana yang berasal
dari aliran kas dan laba ditahan.
Urutan
pengunaan
sumber
pendanaan dengan mengacu pada
pecking order theory
adalah
internal fund (dana internal), debt
(hutang), dan equity
(modal
sendiri).
Menurut
pecking
order
theory, semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, maka akan cenderung
tidak menggunakan hutang untuk
membiayai investasinya. Hal ini
menurut
Setiawan
(2006)
disebabkan
karena
perusahaan
dengan
profitabilitas
tinggi
mempunyai dana internal
yang
besar. Sesuai dengan pecking order
theory, profitabilitas yang tinggi
akan menghasilkan laba ditahan
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin
yang cukup besar sehingga dapat
menggunakan
dana
internalnya
terlebih dahulu sebelum mengambil
pembiayaan
eksternal
melalui
hutang.
perusahaan.
Perusahaan
yang
bertumbuh pesat cenderung lebih
banyak
menggunakan
hutang
daripada
perusahaan
yang
bertumbuh lambat.
Asymmetric Information Theory
Asymmetric
information
theory merupakan suatu teori yang
mengatakan
bahwa
manajer
perusahaan
akan
mempunyai
informasi
yang
lebih
banyak
mengenai prospek dan risiko yang
dihadapi
perusahaan
(Firnanti
2011). Keadaan ini memungkinkan
manajer
untuk
menggunakan
informasi yang diketahuinya dalam
pengambilan keputusan, khususnya
yang berkaitan dengan pendanaan
perusahaan.
Hal
ini
dapat
dibuktikan dengan perubahan harga
saham
yang
disebabkan
oleh
keputusan
manajer
tersebut,
dimana informasi ini harusnya
tersedia bagi semua pihak dan
bersifat murah.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
menggambarkan besar
kecilnya
suatu perusahaan. Besar kecilnya
perusahaan dapat ditinjau dari
lapangan usaha yang dijalankan.
Penentuan besar kecilnya skala
perusahaan
dapat
ditentukan
berdasarkan total penjualan, total
aset, rata-rata tigkat penjualan,
dan rata-rata total aset (Seftianne
dan Handayani 2011).
Struktur Modal
Struktur modal perusahaan
menggambarkan
perbandingan
antara hutang jangka panjang dan
modal sendiri yang digunakan oleh
perusahaan. Ada 2 macam tipe
modal menurut Gitman dan Zutter
(2009, 561) yaitu modal
hutang
(debt capital) dan modal sendiri
(equity capital). Tetapi dalam
kaitannya dengan struktur modal,
jenis
modal
hutang
yang
diperhitungkan
hanya
hutang
jangka panjang.
Tingkat Pertumbuhan
Suatu perusahaan
yang
berada
dalam
industri
yang
mempunyai laju pertumbuhan yang
tinggi harus menyediakan modal
yang
cukup
untuk
mendanai
Profitabilitas
Menurut Prihadi (2011, 164)
profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
hubungannya
dengan
penjualan, total aset,
maupun
modal sendiri. Tingginya profit
berarti lebih banyak pendapatan
untuk
dilindungi
dari
pajak.
Perusahaan dengan profit tinggi
mendapatkan
insentif
untuk
menggunakan hutang yang lebih
banyak
sehubungan
dengan
keuntungan tax deductability dari
penggunaan
hutang.
Tingginya
tingkat profit akan membawa pada
kemungkinan kebangkrutan yang
lebih rendah dan insentif yang lebih
tinggi untuk menggunakan tax
shield,
sehingga
menyebabkan
tingginya hutang.
Struktur Aset
Struktur
aset
adalah
penentuan berapa besar jumlah
alokasi
untuk
masing-masing
komponen aset baik dalam aset
lancar maupun aset tetap. Menurut
Mardiana (2005) struktur aset
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
mencerminkan dua komponen aset
secara
garis
besar
dalam
komposisinya yaitu aset lancar dan
aset tetap. Aset lancar adalah uang
kas dan aset-aset lain yang dapat
direalisasikan menjadi uang atau
dijual atau dikonsumsi dalam suatu
periode akuntansi yang normal,
sedangkan aset tetap adalah aset
berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu yang digunakan dalam
operasi
perusahaan,
tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan
dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun.
Likuiditas
Menurut Wild et al. (2007, 9),
Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas
dalam
jangka
pendek
untuk
memenuhi
kewajibannya.
Berdasarkan pecking order theory,
sebuah
perusahaan
yang
mempunyai
likuiditas
tinggi
cenderung tidak menggunakan
November 2013
pembiayaan melalui hutang. Hal ini
karena
perusahaan
dengan
likuiditas yang tinggi mempunyai
dana internal yang besar. Menurut
Setiawan (2006) perusahaan akan
lebih memilih menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum
menggunakan
pembiayaan
eksternalnya melalui hutang.
Umur Perusahaan
Umur
perusahaan
menggambarkan seberapa
lama
perusahaan
tersebut
telah
didirikan. Perusahaan yang telah
lama didirikan cenderung lebih
dipercaya oleh pihak luar ketika
meminjam dana, dan sebaliknya
perusahaan
kecil
yang
relatif
berumur muda akan lebih sulit
meminjam dana karena dianggap
kurang mampu dalam memenuhi
kewajibannya serta memberikan
tingkat pengembalian yang kurang
memadai
bagi
investor.
Tingkat Pertumbuhan
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Struktur Modal
Struktur Aset
Likuiditas
Umur Perusahaan
16
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan rerangka teoritis di
atas, maka pengembangan hipotesis
penelitian ini adalah:
Ha1
Tingkat
pertumbuhan
mempunyai
pengaruh
terhadap struktur modal.
Ha2
Ukuran
perusahaan
mempunyai
pengaruh
terhadap struktur modal.
Ha3
Profitabilitas
mempunyai
pengaruh terhadap struktur
modal.
Ha4 Struktur
aset
mempunyai
pengaruh terhadap struktur
modal.
Ha5
Likuiditas
mempunyai
pengaruh terhadap struktur
modal.
Ha6 Umur Perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap struktur
modal.
penelitian
ini,
kriteria
yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia dari tahun 2009
sampai 2012.
2. Periode
laporan
keuangan
perusahaan manufaktur yang
berakhir tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan manufaktur yang
memiliki laporan
keuangan
dengan mata uang Rupiah.
4. Perusahaan manufaktur yang
memiliki
laba
sebelum
bunga
dan
pajak
selama
periode penelitian.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Struktur Modal
Menurut Javid dan
Imad
(2012) struktur modal
diperoleh
dari perbandingan total hutang
jangka panjang dengan total aset
yang dimiliki oleh perusahaan pada
akhir tahun tertentu. Skala yang
digunakan adalah
skala
rasio
dengan rumus:
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Pemilihan
sampel
penelitian ini dilakukan
purposive
sampling.
Struktur Modal =
dalam
secara
Pada
Total Hutang Jangka Panjang
Total Aktiva
Tingkat Pertumbuhan
Menurut Joni dan Lina (2010)
tingkat pertumbuhan menunjukkan
jumlah dana yang dialokasikan
perusahaan ke dalam asetnya. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio dengan rumus:
TAn – TA(n-1)
Tingkat Pertumbuhan =
TA(n-1)
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
merupakan cerminan besar kecilnya
suatu perusahaan. Menurut Javid
dan Imad (2012) ukuran perusahaan
dapat diukur dengan logaritma
natural dari total penjualan. Skala
yang digunakan adalah skala rasio
dengan rum
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Ukuran Perusahaan = Log natural dari total penjualan
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba dalam suatu
periode tertentu. Menurut Javid
dan Imad (2012) skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio
dengan rumus:
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Profitabilitas =
Total Aset
Struktur Aset
Struktur aset mencerminkan
dua komponen aset secara garis
besar dalam komposisinya
yaitu
aset lancar dan aset
tetap.
Menurut Javid dan Imad (2012)
struktur
aset
diperoleh
dari
perbandingan antara aset tetap
dengan total aset. Skala yang
digunakan adalah
skala
rasio
dengan rumus:
Aset Tetap
Struktur Aset =
Total Aset
Likuiditas
Menurut
Seftianne
dan
Handayani
(2011)
likuiditas
diperoleh dari perbandingan antara
aset lancar dengan hutang lancar.
Skala yang digunakan adalah skala
rasio dengan rumus:
Aset Lancar
Likuiditas =
Hutang Lancar
Umur Perusahaan
Umur
perusahaan
menunjukan
berapa
lama
perusahaan
tersebut
sudah
didirikan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung umur perusahaan
menurut Margaretha dan Ramadhan
(2010) adalah sebagai berikut:
Umur Perusahaan = Log (Tahun Penelitian- Tahun Pendirian)
18
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah
seluruh
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2009-2012.
No
1
2
3
4
5
Pemilihan sampel dilakukan dengan
metode
pengambilan
sampel
bertujuan
(purposive
sampling)
dimana sampel dipilih secara tidak
acak dan memenuhi beberapa
kriteria yang telah ditetapkan di
dalam penelitian.
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
122
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009
sampai 2012
(4)
Perusahaan yang tidak menerbitkan
laporan keuangan per 31 Desember
Perusahaan
yang
tidak
(13)
menyajikan laporan keuangan dalam
bentuk mata uang Rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki laba
(33)
sebelum bunga dan pajak yang positif
selama periode penelitian
72
Total
perusahaan
dan
data
yang
digunakan dalam penelitian
N
ST_MD
PERT
UK_PER
PROFIT
ST_AS
LIKUID
UMUR
288
288
288
288
288
288
288
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Minimum
Maximum
0,0057
-0,3235
24,7852
0,0003
0,0052
0,5249
1,0792
1,8740
0,8536
32,8677
0,5635
0,7880
11,7428
2,0294
Mean
0,1350
0,1317
28,0292
0,1465
0,3412
2,4127
1,5111
Data
488
(16)
(52)
(132)
288
Std.
Deviation
0,2098
0,1729
1,6077
0,1093
0,1809
1,8602
0,1754
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Model
1
(Constant)
PERT
UK_PER
PROFIT
ST_AS
LIKUID
UMUR
Tabel 3
Hasil Uji t
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
0,391
-0,082
0,002
0,113
0,022
-0,025
-0,169
0,233
0,072
0,009
0,126
0,072
0,007
0,077
-0,067
0,012
0,059
0,019
-0,218
-0,141
November 2013
t
1,678
-1,135
0,180
0,897
0,303
-3,338
-2,200
Sig
0,095
0,257
0,857
0,370
0,762
0,001
0,029
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Variabel
tingkat
pertumbuhan
memiliki
nilai
signifikansi 0,257 lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pertumbuhan tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Hal ini dapat disebabkan
karena
perusahaan
cenderung
memiliki tingkat pertumbuhan yang
rendah, sehingga hutang yang
dijadikan sebagai alternatif utama
dalam pengadaan dana eksternal
cenderung tidak berubah
atau
tetap.
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi 0,857
lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan
bahwa
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap struktur modal. Hal ini
dapat
dimungkinkan
karena
perusahaan
yang besar
sudah
memiliki
alokasi
pendanaan
internal yang dirasa cukup untuk
membiayai kegiatan perusahaan.
Sehingga berapapun
besarnya
ukuran perusahaan tidak akan
berpengaruh
terhadap
jumlah
pinjaman jangka panjangnya.
Variabel
profitabilitas
memiliki nilai signifikansi 0,370
lebih besar dari 0,05 maka dapat
20
disimpulkan bahwa profitablitas
suatu
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Hal ini menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak dapat dijadikan
dasar
pertimbangan
bagi
manajemen
dalam
menentukan
struktur modal, karena manajemen
beranggapan bahwa laporan laba
rugi tidak menjadi daya tarik utama
bagi
para
kreditor
ataupun
investor. Pada umumnya dasar
penilaian kreditor dan investor
adalah posisi keseluruhan pada
laporan keuangan, bukan hanya
berdasarkan
profitabilitas
yang
tercermin dari laporan laba rugi.
Variabel
struktur
aset
memiliki nilai signifikansi 0,762
lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa struktur aset
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur modal. Hal ini dapat
disebabkan oleh proporsi aset tetap
yang kecil dalam aset yang dimiliki
perusahaan. Sehingga aset tetap
yang dimiliki perusahaan dirasa
tidak akan cukup kuat untuk
menjamin hutang jangka panjang.
Maka tidak adanya variabel ini tidak
mempengaruhi
keputusan
menentukan struktur modal.
ISSN: 1410 -9875
Variabel likuiditas memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti
variabel
likuiditas
memiliki
pengaruh terhadap variabel struktur
modal. Variabel likuiditas memiliki
nilai beta sebesar -0,025 yang
berarti variabel likuiditas memiliki
pengaruh negatif terhadap variabel
struktur
modal.
Jika
variabel
likuiditas naik sebesar 1
satuan,
maka variabel struktur modal akan
turun sebesar 0,025 dengan asumsi
variabel
tingkat
pertumbuhan,
ukuran perusahaan, profitabilitas,
struktur aset, likuiditas, dan umur
perusahaan
tetap.
Hal
ini
dikarenakan perusahaan dengan
likuiditas yang tinggi mempunyai
dana
internal
yang
besar.
Perusahaan akan lebih memilih
menggunakan
dana
internalnya
terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan eksternalnya melalui
hutang. Semakin besar likuiditas
perusahaan
maka
pembiayaan
eksternal melalui hutang semakin
kecil.
Variabel umur perusahaan
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,029 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti variabel umur perusahaan
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Variabel
umur perusahaan memiliki nilai
beta sebesar -0,169 yang berarti
variabel struktur aktiva memiliki
pengaruh negatif terhadap variabel
struktur modal. Jika variabel umur
perusahaan naik sebesar 1 satuan,
maka variabel struktur modal akan
turun sebesar 0,169 satuan dengan
asumsi
variabel
tingkat
pertumbuhan, ukuran perusahaan,
profitabilitas,
struktur
aset,
likuiditas, dan umur perusahaan
tetap.
Hal
ini
dikarenakan
Kamaruddin
perusahaan
yang
telah
lama
didirikan
memiliki
kemampuan
financial yang baik sehingga lebih
memilih untuk menggunakan dana
internal dari pada dana eksternal
melalui hutang. Semakin tua umur
perusahaan
maka
pembiayaan
eksternal melaui hutang semakin
kecil.
PENUTUP
Penelitian
ini
bertujuan
untuk mendapatkan bukti empiris
apakah
variabel
tingkat
pertumbuhan, ukuran perusahaan,
profitabilitas,
struktur
aset,
likuiditas, dan umur perusahaan
mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur modal. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat
pertumbuhan
tidak
mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal. Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian Rahayu dan Faisal
(2005), namun tidak konsisten
dengan penelitian
Prabansari
dan Kusuma
(2005),
Musyafikin
(2005), Hasan (2006), serta Joni
dan Lina (2010).
2. Ukuran
perusahaan
tidak
mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Setiawan
(2006),
Margaretha dan
Ramadhan
(2010), serta Joni dan Lina
(2010),
namun
tidak
konsisten
dengan penelitian
Rahayu
dan
Faisal (2005),
Hasan (2006), serta Seftianne
dan
Handayani (2011).
3. Profitabilitas tidak mempunyai
pengaruh terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
konsisten dengan penelitian
Seftianne
dan
Handayani
(2011), namun tidak konsisten
dengan penelitian Kusumawati
(2004), Rahayu dan Faisal
(2005), serta Setiawan (2006).
4. Struktur aset tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Wijaya dan Hadianto (2008) dan
Seftianne
dan
Handayani
(2011), namun tidak konsisten
dengan penelitian Joni dan Lina
(2010).
5. Likuiditas mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian
Setiawan
(2006),
Wijaya dan Hadianto (2008),
serta
Margaretha
dan
Ramadhan (2010), namun tidak
konsisten dengan penelitian
Seftianne
dan
Handayani
(2011).
6. Umur perusahaan mempunyai
pengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Ramlall (2009), namun tidak
konsisten dengan penelitian
Margaretha
dan
Ramadhan
(2010)
Beberapa
hal
yang
menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini
adalah:
1. Penelitian ini hanya mengambil
sampel selama empat tahun
yaitu dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012.
2. Variabel bebas yang diteliti
hanya terbatas pada tingkat
November 2013
pertumbuhan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
struktur aset, likuiditas, dan
umur perusahaan.
3. Penelitian hanya menggunakan
sampel perusahaan manufaktur
sebagai obyek
penelitiannya
sehingga
belum
mencakup
keseluruhan jenis perusahaan
yang ada.
4. Data dalam penelitian ini tidak
berdistribusi normal dan terjadi
masalah
heteroskedastisitas
pada
variabel
tingkat
pertumbuhan,
ukuran
perusahaan, struktur aset, dan
likuiditas.
Beberapa rekomendasi peneliti bagi
penelitian selanjutnya:
1. Periode penelitian ditambah
agar sampel menjadi lebih
banyak sehingga memberikan
hasil penelitian yang
lebih
memadai.
2. Melakukan
penambahan
variabel-variabel lain yang ikut
mempengaruhi struktur modal
tetapi belum dimasukkan dalam
penelitian ini seperti risiko
bisnis, dividen, kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan
institusional.
3. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya memperluas obyek
penelitian menjadi perusahaan
manufaktur dan perusahaan
non-keuangan.
4. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya
menambah ju mlah
data sehingga data ber
distri busi
normal
dan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
REFERENSI
Bangun, Nurainun dan Vivi Surianty. 2008. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal (studi empiris terhadap perusahaan
22
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi.
Tahun. XII. No. 01. Januari. hlm. 35-47.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 13 (2), Agustus 2011, hlm. 119-128.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2009. Principles of Managerial Finance
12th Edition. New York: Pierson Prentice Hall.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Prihadi, Toto. 2011. Praktis Nemahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan
PSAK. Jakarta Pusat: PPM.
Hasan, H. Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal (studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6.
No. 6. November. hlm. 1-21.
Javid, Attiya Yasmin and Qaisar Imad. 2012. A Decomposition Analysis of
Capital Structure: Evidence from Pakistan’s Manufacturing Sector. The
Lahore Journal of Economics Vol. 17 No. 1, 2012, pp. 1-31.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Agustus. hlm. 81-96.
Mardiana. 2005. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal
pada perusahaan metal yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Ilmiah Bidang Manajemen & Akuntansi. Vol. 2. No. 2. September. hlm.
149-169.
Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. Agustus. hlm.
119-130.
Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal dan hubungannya terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen
dan Bisnis. Vol. 7. No. 1. Maret. hlm. 82-99.
Mgudlwa, Nosipho. 2009. Size and Other Determinants of Capital Structure in
South African Manufacturing Listed Companies. PhD diss., Nelson
Mandela Metropolitan University.
Nanok, Yanuar. 2008. Capital structure determinan di Indonesia.
Akuntabilitas. Vol. 7. No. 2. Maret. hal. 122-127.
Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta.
Kajian Bisnis dan Manajemen. hlm. 1-15.
Rahayu, Dyah Sih dan Faisal. 2005. Pengaruh kepemilikan saham manajerial
dan insitusional pada struktur modal perusahaan. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol. 7. No. 2. Agustus. hlm. 190-203.
Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of Capital Structure Among NonQuoted Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a
Modified Pecking Order Theory. International Research Journal of
Finance and Economics, Vol. 31, hlm. 83-92.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 1. April. hal. 39-56.
Sekaran U dan R Bougie. 2010. Research Methods For Business A Skill Building
Approach Fifth Edition.
Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Dalam Perspektif Pecking Order Theory : Studi pada Industri Makanan
dan Minuman di BEJ. Majalah Ekonomi Tahun XVI, No.3
Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan manufaktur. Fenomena. Maret 2009, hal. 39-47
Wijaya, M. Sienly Veronica dan Bram Hadianto. 2008. Pengaruh struktur
aktiva, ukuran, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal
emiten sektor ritel di Bursa Efek Indonesia: sebuah pengujian hipotesis
pecking order. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 1. hlm. 71-84.
Wild, John J., Subramanyam, K.R. & Halsey, Robert F. 2007. Financial
statement analysis 9 th edition. USA: McGraw-Hill.
Winahyuningsih, Panca., Kertati Sumekar dan Hanar Prasetyo. 2011. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Hlm. 1-17.
24
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 25-42
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN
SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
MULTINASIONAL DI BURSA EFEK INDONESIA
KRISTINA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the
factors which influence voluntary disclosure. Independent variables used in
this research are firm size, proportion of ownership by the public, the base
of the company, type of industry, size of the board of commissioners,
profitability, and leverage to voluntary disclosure. This research used 54
samples of companies in the multinational companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) that takes for the period of 2010 as the sample. Sample
selection procedure carried out by implementing purposive sampling method.
Data are analyzed using multiple regression analysis. The results show that
firm size, type of industry, and size of the board of commissioners have
influence toward voluntary disclosure. Proportion of ownership by the public,
the base of the company, and profitabilty have no influence toward voluntary
disclosure.
Keywords: Firm Size, Proportion of Ownership by The Public, The Base of
Company, Type of Industry, Size of The Board of Commissioners,
Profitabilty, Leverage, Voluntary Disclosure, Multinational
Companies (MNCs).
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
proporsi kepemilikan publik, basis perusahaan, jenis industri, ukuran dewan
komisaris, profitabilitas, dan leverage. Penelitian ini menggunakan 54 sampel
perusahaan dalam perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan mengambil periode 2010 sebagai sampel. Prosedur
pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling.
Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, jenis industri, dan ukuran dewan
komisaris berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Proporsi
kepemilikan oleh publik, basis perusahaan, dan profitabilitas tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan sukarela.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Kata Kunci: Ukuran
Perusahan,
Proporsi
Kepemilikan
Publik,
Basis
Perusahaan,
Jenis
Industri,
Ukuran
Dewan
Komisaris,
Profitabilitas, Leverage, Pengungkapan Sukarela, Perusahaan
Multinasional
PENDAHULUAN
Perubahan
yang
terjadi
dalam suatu kondisi lingkungan
ekonomi
memiliki
pengaruh
terhadap dunia usaha. Perusahaan
dihadapkan pada kondisi
untuk
dapat lebih transparan dalam
mengungkapkan
informasi
perusahaan untuk dapat bersaing.
Kondisi
ini
terkait
banyaknya
skandal keuangan perusahaan yang
terjadi. Untuk itu dalam rangka
melindungi
investor
yang
melakukan investasi di negaranya,
pemerintah berhak mengeluarkan
government
regulation.
Government regulation
harus
ditaati oleh setiap perusahaan yang
berada dalam suatu negara dimana
perusahaan melakukan aktivitas
usahanya
karena
pemerintah
merupakan salah satu stakeholder
perusahaan.
Government
regulation dibuat untuk melindungi
pemilik
perusahaan
karena
beberapa pemilik perusahaan tidak
ikut berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari perusahaan.
Seluruh
perusahaan
yang
terdaftar
dalam
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
diharuskan
memberikan pengungkapan wajib
mengenai beberapa informasi yang
diatur oleh Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM). Dengan adanya
informasi yang wajib diungkapkan,
diharapkan mendorong perusahaan
untuk
dapat
melakukan
transparansi
dan
keterbukaan
informasi
kepada
masyarakat
26
terutama
investor
yang
akan
melakukan investasi.
Teori
pensignalan
yang
mendasari adanya pengungkapan
sukarela
menyatakan
bahwa
manajemen akan selalu berusaha
untuk mengungkapkan informasi
privat
yang
menurut
pertimbangannya sangat diminati
oleh investor dan pemegang saham,
khususnya kalau informasi tersebut
berita baik (Wulandari dan Shanti
2008).
Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian
yang
dilakukan oleh Kiswara (2009) yang
mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengungkapan
sukarela
oleh
perusahaan
multinasional di indonesia. Pada
Penelitian ini menambahkan dua
variabel
tambahan,
yaitu
profitabilitas dan leverage. Tahun
pengamatan yang dilakukan pada
penelitian ini adalah tahun 2010.
Penelitian sebelumnya dilakukan
pada tahun 2005.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut,
pertama pendahuluan menjelaskan
mengenai
latar
belakang
dan
sistematika
penulisan.
Kedua,
menjelaskan mengenai teori dan
hasil penelitian sebelumnya sebagai
dasar dalam pengambilan hipotesis
penelitian.
Ketiga,
metoda
pemilihan sampel dan definisi
operasional
variabel
dalam
penelitian.
Keempat,
hasil
pengujian hipotesis, dan terakhir
terkait
pada
kesimpulan,
ISSN: 1410 -9875
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan
salah satu yang mendasari adanya
pengungkapan
sukarela.
Teori
keagenan mempelajari hubungan
yang terjadi antara dua pihak yaitu
agen dan prinsipal dimana agen
sebagai
manajer,
kepala
departemen, bawahan, atau orang
yang dijamin oleh prinsipal dan
prinsipal
sebagai
pemilik,
shareholders,
atasan,
atau
penjamin agen. Dalam hubungan
antara agen dan prinsipal, prinsipal
mengajak agen untuk melayani
kepentingan prinsipal dan dalam
pengambilan keputusan, prinsipal
mendelegasikan wewenang kepada
agen.
Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa melihat kontrak
antara pemegang saham
dan
manajer sebagai suatu hubungan
keagenan (agency relationship),
dimana pemegang saham adalah
prinsipal
yang
memberikan
wewenang kepada manajer sebagai
agen untuk mengelola perusahaan
atas nama pemegang saham (Utami
2010).
Sehingga
pemberian
wewenang untuk mengelola suatu
perusahaan oleh pemegang saham
kepada manajer
menimbulkan
suatu hubungan yang ditunjukkan
melalui kontrak antara kedua belah
pihak dimana pemegang saham
sebagai prinsipal dan manajer
sebagai agen.
Kristina
Teori Pensignalan
Teori pensignalan merupakan
salah satu yang mendasari adanya
pengungkapan
sukarela.
Teori
pensignalan
menyatakan
bahwa
pengungkapan informasi privat yang
sangat diminati oleh investor dan
pemegang
saham
akan selalu
diusahakan
oleh
manajemen
terutama mengenai informasi yang
mengandung
berita
baik.
Manajemen
juga
berminat
menyampaikan
informasi
yang
dapat meningkatkan kredibilitas
dan
kesuksesan
perusahaan
meskipun
informasi
itu
tidak
diwajibkan oleh peraturan yang
berlaku.
Alat analisis dan pengawasan
yang digunakan oleh para investor
terhadap
kinerja
manajemen
perusahaan ialah informasi yang
disampaikan
oleh
manajemen
perusahaan. Penyampaian informasi
perusahaan
secara
berkualitas
merupakan salah satu keterbukaan
perusahaan. Keterbukaan informasi
bagi manajemen bertujuan untuk
menunjukkan
keseriusan
dalam
mengelola
perusahaan
secara
profesional
sehingga
hal
ini
dapat,mempengaruhi pengambilan
keputusan investasi oleh para
investor.
Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan
sukarela
adalah
pengungkapan
informasi
yang dilakukan oleh perusahaan
secara sukarela melebihi yang
diwajibkan
di
dalam
standar
peraturan yang diatur oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Pengungkapan sukarela merupakan
pengungkapan informasi mengenai
kondisi perusahaan yang sengaja
dikeluarkan oleh perusahaan tanpa
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
ada ketentuan atau peraturan yang
dijadikan pedoman.
Meek et al. (1995) dalam
Kiswara (2009) menyatakan bahwa
pengungkapan
sukarela
adalah
pengungkapan melebihi dari yang
diwajibkan oleh peraturan yang
berlaku dan merupakan pilihan
bebas manajemen
perusahaan
untuk
memberikan
informasi
akuntansi dan informasi lainnya
yang dipandang relevan untuk
pembuatan keputusan oleh para
pemakai
laporan
tahunannya.
Peraturan mengenai pengungkapan
ini salah satunya adalah peraturan
yang dibuat oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM).
Ukuran Perusahaan dan
Pengungkapan Sukarela
Ukuran perusahaan adalah
besar kecilnya suatu perusahaan
berdasarkan jumlah aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Teori keagenan dalam Nugrahani
(2009)
menyatakan
bahwa
perusahaan kecil memiliki biaya
keagenan
yang
lebih
kecil
dibandingkan perusahaan besar.
Untuk mengurangi biaya keagenan,
perusahaan besar akan melakukan
pengungkapan informasi yang lebih
luas.
Hasil
dari
penelitian
terdahulu yang dilakukan Kiswara
(2009)
menunjukan
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Afifurahman dan
Hapsoro (2008) yang menunjukan
hasil yang sama yaitu tidak adanya
pengaruh yang signifikan antara
28
November 2013
ukuran
perusahaan
terhadap
pengungkapan sukarela.
Namun,
penelitian
yang
dilakukan
Kiswara
(2009)
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh
Nuryaman
(2009) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh
positif
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Hasil
penelitian
ini
mendukung
penelitian
yang
dilakukan Marwata (2001), Hanifa
dan Cooke (2002) dan Leung (2005)
dalam
Nuryaman
(2009)
yang
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan mempunyai hubungan
positif
dengan
pengungkapan
sukarela. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Kiswara (2009) juga
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan Meek, Roberts dan
Gray (1995) dan Zarzeski (1996)
dalam
Almilia
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan berhubungan positif
dengan pengungkapan
sukarela.
Dari penjelasan di atas maka
hipotesis alternatif yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha1
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
terhadap
Pengungkapan Sukarela
Proporsi Kepemilikan Saham oleh
Publik dan Pengungkapan
Sukarela
Proporsi kepemilikan saham
oleh
publik
adalah
jumlah
kepemilikan saham dalam suatu
perusahaan yang dimiliki
oleh
publik (masyarakat) berdasarkan
persentase saham yang dimiliki oleh
publik terhadap jumlah keseluruhan
saham perusahaan. Teori keagenan
dalam Almilia (2008) menyatakan
bahwa
semakin
menyebar
kepemilikan saham perusahaan,
ISSN: 1410 -9875
perusahaan diekspektasikan akan
mengungkapkan
informasi
lebih
banyak yang bertujuan untuk
mengurangi biaya keagenan. Hasil
penelitian yang dilakukan Kiswara
(2009) menunjukan tidak adanya
pengaruh
siginfikan
antara
kepemilikan saham dengan tingkat
pengungkapan.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Kiswara (2009) ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nadi dan Sabeni
(2002), Susanto (1992) dalam Nadi
dan Sabeni (2002) dan Naim (2000)
dalam Nadi dan Sabeni (2002).
Namun, penelitian yang dilakukan
Kiswara
(2009)
bertentangan
dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Mei Tan, Hossan,
dan Adain (1994) dalam Nadi dan
Sabeni (2002) serta Chau dan Gray
(2002) dalam Almilia (2008) yang
menunjukkan
hubungan
yang
signifikan
antara
proporsi
kepemilikan saham oleh pihak luar
(outside ownership) dengan tingkat
pengungkapan
sukarela.Dari
penjelasan di atas maka hipotesis
alternatif yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha2 Proporsi Kepemilikan Sahanm
oleh publik berpengaruh terhadap
Pengungkapan Sukarela.
Basis Perusahaan dan
Pengungkapan Sukarela
Basis
perusahaan
adalah
pengklasifikasian
jenis
suatu
perusahaan berdasarkan letak atau
negara asal kepemilikan saham
terbesar
dari
jumlah
saham
keseluruhan
dalam
suatu
perusahaan. Marwata (2001) dalam
Noegraheni
(2005)
menyatakan
afiliasi
perusahaan
dengan
perusahaan asing (multinasional)
Kristina
mungkin akan memiliki kualitas
ungkapan yang lebih tinggi daripada
yang tidak berafiliasi. Hasil dari
penelitian terdahulu yang dilakukan
Noegraheni
(2005)
menunjukan
basis perusahaan tidak memilki
pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat
pengungkapan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Noegraheni (2005) ini konsisten
dengan temuan Suripto
(1998)
dalam Noegraheni (2005) dan
Marwata (2001) dalam Noegraheni
(2005).
Namun,
penelitian
yang
dilakukan
Noegraheni
(2005)
memiliki hasil penelitian yang
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan Kiswara (2009) yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh yang signifikan antara
basis
perusahaan
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Hasil
penelitian yang dilakukan Kiswara
(2009) mendukung hasil penelitian
yang dilakukan Nadi dan Sabeni
(2002) serta Susanto (1992) dalam
Nadi dan Sabeni (2002) yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh yang signifikan antara
basis
perusahaan
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Dari
penjelasan di atas maka hipotesis
alternatif yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha3 Basis
Perusahaan
berpengaruh
terhadap
Pengungkapan Sukarela.
Tipe Industri dan Pengungkapan
Sukarela
Tipe
industri
adalah
kelompok
industri
perusahaan
berdasarkan akitivitas
usahanya
yaitu kelompok industri manufaktur
dan
kelompok
industri
non
manufaktur. Hasil penelitian Meek
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
et al. dalam Kiswara (2009)
menunjukkan bahwa tipe industri
merupakan salah
satu
faktor
penting yang mempengaruhi luas
pengungkapan
sukarela
dimana
sampel dari penelitian ini terdiri
dari 11 industri sesuai dengan
daftar perusahaan di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
dengan
pengklasifikasian
menjadi
dua
kelompok industri yaitu industri
manufaktur
dan
industri
non
manufaktur. Hasil dari penelitian
terdahulu yang dilakukan Kiswara
(2009) menunjukkan tipe industri
berpengaruh
secara
signifikan
dengan tingkat pengungkapan.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Meek et al. (1995) dalam
Kiswara (2009) yang menyatakan
bahwa tipe industri berpengaruh
signifikan
terhadap
luas
pengungkapan sukarela. Namun,
penelitian yang dilakukan Kiswara
(2009) memiliki hasil penelitian
yang
bertentangan dengan
penelitian
yang
dilakukan
sebelumnya
oleh Hashim dan
Shaleh (2007) yang menyatakan
bahwa tidak terdapatnya pengaruh
yang
signifikan
antara
basis
perusahaan terhadap pengungkapan
sukarela. Dari penjelasan di atas
maka hipotesis alternatif yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha4
Tipe Industri berpengaruh
terhadap Pengungkapan Sukarela.
Ukuran Dewan Komisaris dan
Pengungkapan Sukarela
Ukuran
dewan
komisaris
adalah jumlah anggota dewan
komisaris yang menjadi dasar
pengukuran untuk wakil pemegang
saham dalam perusahaan yang
30
November 2013
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Semakin banyak jumlah
anggota dewan komisaris dalam
suatu
perusahaan
maka
pengungkapan
yang
dibuat
perusahaan akan semakin luas
(Kiswara
2009).
Hasil
dari
penelitian terdahulu yang dilakukan
Kiswara
(2009)
menunjukkan
ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap tingkat pengungkapan.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
Kiswara
(2009)
mendukung penelitian Nuryaman
(2009) yang menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap pengungkapan sukarela.
Namun, penelitian yang dilakukan
Kiswara (2009) memiliki hasil
penelitian
yang
bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Willekens et al.
(2003), Lueng (2005), Cheng dan
Courteney (2004), dan Susilowati et
al. (2005) dalam Nuryaman (2009)
yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara
ukuran dewan komisaris dilihat dari
besarnya
komposisi
komisaris
independen
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Dari
penjelasan di atas maka hipotesis
alternatif yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha5
Ukuran
Dewan
Komisaris
berpengaruh
terhadap
Pengungkapan Sukarela
Profitabilitas dan Pengungkapan
Sukarela
Profitabilitas
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam memperoleh laba dengan
berbagai cara yang dilakukan.
Menurut Ng dan Koh (1994) dalam
ISSN: 1410 -9875
Hapsoro (2009), perusahaan dengan
profitabilitas yang lebih tinggi lebih
mungkin mendapat perhatian dari
publik, oleh karena itu adanya
kemungkinan dalam menyediakan
mekanisme
pemantauan
sendiri
untuk mengurangi pengelolaan dan
keamanan publik. Hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan Almilia
(2008)
menunjukkan
bahwa
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sukarela.
Hasil
ini
mendukung
penelitian yang dilakukan Singhvi
dan Desai (1971) dalam Almilia
(2008) yang memberikan bukti
bahwa terdapat hubungan positif
antara profitabilitas dan kualitas
pengungkapan.
Hasil
penelitian
yang dilakukan Almilia (2008) juga
didukung oleh penelitian yang
dilakukan Hapsoro (2009) yang
menyatakan hasil yang sama bahwa
terdapat hubungan positif antara
profitabilitas dan pengungkapan
sukarela.
Namun, hasil penelitian yang
dilakukan
oleh
Almilia
(2008)
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Mendes dan Christensen (2004)
dalam
Hapsoro
(2009)
yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh
positif
antara
profitabilitas
dan
kualitas
pengungkapan.
Hasil
penelitian
yang dilakukan oleh Mendes dan
Christensen (2004) ini
didukung
oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ashbaugh et al.
(1999) dalam Hapsoro (2009) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara
profitabilitas
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Dari
penjelasan di atas maka hipotesis
alternatif yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Kristina
Ha6 Profitabilitas
berpengaruh
terhadap Pengungkapan Sukarela.
Leverage dan Pengungkapan
Sukarela
Leverage adalah kemampuan
yang dimiliki perusahaan dalam
melunasi hutang perusahan dengan
menggunakan
aktiva
yang
dimilikinya. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) dalam Hashim dan
Saleh (2007), biaya modal menjadi
lebih tinggi untuk perusahaan
dengan proposi hutang yang besar
pada struktur modal mereka sejak
transfer kekayaan potensial dari
pemegang utang ke
pemegang
saham dan manajer meningkat
dengan leverage. Hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan Hapsoro
(2009)
menunjukkan
bahwa
leverage
berpengaruh
negatif
terhadap pengungkapan sukarela.
Hasil
ini
mendukung
penelitian yang dilakukan Meek et
al. (1995) dalam Hapsoro (2009)
yang memberikan
bukti bahwa
terdapat hubungan negatif antara
leverage
dan pengungkapan
sukarela. Namun, penelitian yang
dilakukan oleh Hapsoro (2009)
memiliki hasil penelitian yang
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh
Mckinnon dan Dalimunthe (1993),
Aitken et al. (1997), Brennan dan
Hourigan (2000) dalam Hapsoro
(2009) serta Almilia (2008) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara
leverage terhadap pengungkapan
sukarela. Dari penjelasan di atas
maka hipotesis alternatif yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha7 Leverage
berpengaruh
terhadap Pengungkapan Sukarela.
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Berdasarkan uraian diatas,
maka model yang diajukan dalam
penelitian
berikut:
November 2013
ini
adalah
sebagai
Ukuran Perusahaan
Proporsi Kepemilikan
Saham oleh Publik
Basis Perusahaan
Tipe Industri
Pengungkapan Sukarela
Ukuran Dewan Komisaris
Profitabilitas
Leverage
Gambar 1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
multinasional
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2010. Yang dimaksud
dengan perusahaan multinasional
yakni perusahaan yang mempunyai
cabang perusahaan di luar negeri
atau anak perusahaan di luar negeri
yang kegiatan usahanya
masih
dalam satu segmen dengan induk
perusahaan.
Teknik
pemilihan
sampel yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metoda
Purposive
Sampling
dengan
prosedur pemilihan sampel sebagai
berikut:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
Perusahaan yang terdaftar di Indonesian Stock
Exchange sebagai perusahaan multinasional pada
tahun 2010.
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
tahunan pada tahun 2010 di Bursa Efek
Indonesia.
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dengan mata uang rupiah.
Perusahaan yang tidak memiliki laba positif
pada tahun 2010.
Perusahaan yang tidak memiliki ekuitas positif
(defisiensi ekuitas).
Perusahaan yang dijadikan sampel
Sumber: data yang dikumpulkan
32
Jumlah Sampel
77
(2)
(10)
(7)
(4)
54
ISSN: 1410 -9875
Kristina
Ukuran perusahaan adalah
besar kecilnya suatu perusahaan
berdasarkan jumlahaktiva yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Ukuran
perusahaan
diukur
berdasarkan nilai logaritma natural
dari total aktiva yang diambil
laporan
keuangan
perusahaan
(Hapsoro 2009).
Rumus untuk
menghitung ukuran perusahaan:
SIZE = Ln. total aktiva x 100%
Proporsi kepemilikan saham
oleh
publik
adalah
jumlah
kepemilikan saham dalam suatu
perusahaan yang dimiliki
oleh
publik (masyarakat) berdasarkan
persentase saham yang dimiliki oleh
publik terhadap jumlah keseluruhan
saham
perusahaan.
Konsentrasi
kepemilikan saham diproksi dengan
jumlah kepemilikan terbesar oleh
individu (Nuryaman 2009). Rumus
untuk
menghitung
proporsi
kepemilikan
saham
ini
ialah:
jumlah saham yang dimiliki publik
PUBLIK =
total kepemilikan saham
Basis perusahaan adalah
pengklasifikasian
jenis
suatu
perusahaan berdasarkan letak atau
negara asal kepemilikan saham
terbesar
dari
jumlah
saham
keseluruhan
dalam
suatu
perusahaan.
Untuk
pengukuran
basis perusahaan maka kita dapat
melihat dari informasi mengenai
letak atau negara asal kepemilikan
saham. Basis perusahaan diukur
dengan variabel dummy yaitu diberi
skor nol bila perusahaan berbasis
domestik dan diberi skor satu bila
perusahaan berbasis asing.
Tipe
industri
adalah
pengklasifikasian kelompok industri
perusahaan berdasarkan akitivtas
usahanya yaitu kelompok industri
manufaktur dan kelompok industri
non manufaktur. Untuk pengukuran
tipe industri maka kita dapat
melihat dari informasi mengenai
aktivitas
yang
dilakukan
oleh
perusahaan. Tipe industri diukur
dengan variabel dummy yaitu diberi
skor nol
bila
perusahaan
manufaktur dan diberi skor satu
bila perusahaan non manufaktur.
Profitabilitas
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam memperoleh laba dengan
berbagai cara yang dilakukan.
Profitabilitas perusahaan adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan laba bersih dari
jumlah
ekuitas
yang
dimiliki
perusahaan.
Rumus
untuk
menghitung profitabilitas:
Laba Bersih – Dividen Saham Preferen
ROE =
Jumlah Ekuitas – Saham Preferen
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Leverage adalah kemampuan yang
dimiliki perusahaan dalam melunasi
hutang
perusahan
dengan
menggunakan
aktiva
yang
dimilikinya. Leverage perusahaan
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam melunasi hutang dari total
aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rumus untuk menghitung leverage:
Total Hutang
LEV =
Total Aktiva
Pengungkapan
sukarela
adalah
pengungkapan
informasi
yang dilakukan oleh perusahaan
secara sukarela melebihi yang
diwajibkan
di
dalam
standar
peraturan yang diatur oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Untuk pengukuran pengungkapan
sukarela maka kita dapat melihat
November 2013
dari
berbagai
item
yang
diungkapkan.
Penelitian ini menggunakan
multiple regression analysis untuk
menguji
hipotesis
yang
diilustrasikan sebagai berikut:
Y=
α +β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε
Dengan
Keterangan:
Y=
Pengungkapan
Sukarela,
α
=
Konstanta, β1 ‐ β7 =Koefisien, X1 =
Ukuran Perusahaan, X2= Proporsi
Kepemilikan Saham oleh Publik, X3=
Basis Perusahaan, X4 =
Tipe
Industri,
X5=
Ukuran
Dewan
Komisaris, X6 = Profitabilitas, X7 =
Leverage.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari statistik deskriptif
untuk
menjelaskan
mengenai
gambaran data penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maksimum
Mean
UNGKAP
SIZE
PUBLIK
BASIS
TIPE
DEWKOM
PROFIT
LEV
54
54
54
54
54
54
54
54
28
24.26053
0.0073
0
0
2
0.000020
0.000733
65
33,73977
0,7685
1
1
11
0.812249
0.679110
43.67
29.63837
0.272661
0.30
0.67
5.39
0.17095264
0.29018024
Std.
Deviation
10.094
1.977642
0.1693842
0.461
0.476
2,227
0.150612017
0.205075122
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 3 Hasil Frekuensi Variabel Basis Perusahaan
Information
Frekuensi
Persentasi
Domestik
38
70.4%
Asing
16
29.6%
54
100%
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
34
ISSN: 1410 -9875
Kristina
Tabel 4 Hasil Frekuensi Variabel Tipe Industri
Information
Frekuensi
Persentasi
Manufaktur
18
33.3%
Non Manufaktur
36
66.7%
54
100%
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Hasil
normalitas
dari
residual
pengujian
dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data
Asymp.Sig. (2-tailed)
Keterangan
0,858
Data berdistribusi normal
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Dari tabel tersebut diperoleh
nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar
0,858 lebih besar dari alpha
(α=0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal
sehingga baik untuk dilakukan
pengujian selanjutnya.
Variabel
SIZE
PUBLIK
BASIS
TIPE
DEWKOM
PROFIT
LEV
Hasil uji asumsi klasik yang
dimulai
dengan
uji
multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel
5
berikut
ini:
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Keterangan
Tidak terjadi
0.448
2.232
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.894
1.118
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.775
1.290
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.790
1.266
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.502
1.990
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.917
1.090
multikolinearitas
Tidak terjadi
0.706
1.416
multikolinearitas
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel
independen ukuran perusahaan,
proporsi kepemilikan saham oleh
publik, basis perusahaan, tipe
industri, ukuran dewan komisaris,
profitabilitas, dan leverage tidak
mengalami
masalah
multikolinearitas
karena
nilai
tolerancenya lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF lebih kecil dari 10.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Uji asumsi klasik yang terakhir
terkait
dengan
pengujian
heteroskedastisitas
dengan
uji
November 2013
Glejser, yang dapat dijelaskan pada
tabel 6 berikut ini:
Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Keterangan
Variabel
Sig
SIZE
Tidak terjadi
0.992
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
PUBLIK
0.338
heteroskedastisitas
BASIS
Tidak terjadi
0.132
heteroskedastisitas
TIPE
Tidak terjadi
0.731
heteroskedastisitas
DEWKOM
Tidak terjadi
0.692
heteroskedastisitas
PROFIT
Tidak terjadi
0.928
heteroskedastisitas
LEV
Tidak terjadi
0.640
heteroskedastisitas
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini tidak
terjadi heteroskedastisitas karena
lebih besar dari alpha (α=0,05).
Tabel 8 Hasil Uji Koefisien
Korelasi (R)
Model
R
1
0,691
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Dari tabel tersebut
dapat
disimpullkan
bahwa
hubungan
antara
pengungkapan
sukarela dengan variabel ukuran
perusahaan, proporsi kepemilikan
saham
oleh
publik,
basis
perusahaan, tipe industri, ukuran
dewan komisaris, profitabilitas, dan
leverage adalah kuat karena nilai
koefisien korelasi (R) 0,691 lebih
dari 0,5.
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien
Determinasi (Adjusted R-square)
Adjusted RModel
square
1
0,478
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai adjusted
R-square sebesar 0,478 yang berarti
variasi dari variabel dependen
ukuran
perusahaan,
proporsi
kepemilikan saham oleh publik,
basis perusahaan, tipe industri,
ukuran
dewan
komisaris,
profitabilitas, dan leverage sebesar
47,8% sedangkan sisanya sebesar
52,2% dijelaskan faktor-faktor lain
yang tidak dimasukkan ke dalam
model penelitian ini.
Tabel 10 Hasil Uji F
Model
F
Sig
1
6.007
0,000
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
36
ISSN: 1410 -9875
Kristina
Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa menunjukkan
nilai sig 0,000. Nilai sig nya lebih
kecil dari 0,05 berarti model fit.
Variabel
SIZE
PUBLIK
BASIS
TIPE
DEWKOM
PROFIT
LEV
Hal ini menunjukkan data layak
digunakan dalam model penelitian.
Tabel 11 Hasil Uji t
B
Sig
1.793
0.032
7.479
0.271
-1.184
0.657
5.240
0.045
1.675
0.018
-6.919
0.358
0.017
0.998
Keterangan
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Sumber: pengolahan data SPSS 11.5
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,032. Nilai signifikansi
yang
lebih
kecil
dari
0,05
menunjukkan adanya pengaruh dari
variabel
ukuran
perusahaan
terhadap pengungkapan sukarela
sehingga
Ha1
diterima.
Nilai
koefisien
sebesar
1,793
yang
berarti
bahwa
jika
ukuran
perusahaan
meningkat,
maka
pengungkapan sukarela meningkat.
Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan sukarela
karena
perusahaan
ingin
mengurangi biaya keagenan dengan
melakukan pengungkapan sukarela.
Jika perusahaan besar, maka biaya
keagenan yang dimiliki perusahaan
juga besar.
Variabel
proporsi
kepemilikan saham oleh publik
(PUBLIK) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,271. Nilai signifikansi
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh dari variabel proporsi
kepemilikaan saham oleh publik
terhadap pengungkapan sukarela
sehingga Ha2 gagal
diterima.
Proporsi kepemilikan saham oleh
publik tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan
sukarela
karena
perusahaan ingin
menghindari
konflik keagenan yang timbul dari
penyebaran
kepemilikan
saham
perusahaan dengan memandang
sama semua pemilik saham. Untuk
mengurangi biaya keagenan akibat
penyebaran
kepemilikan
saham
perusahaan
tersebut,
maka
perusahaan
melakukan
pengungkapan
sukarela
tanpa
melihat
seberapa
banyak
kepemilikan saham oleh publik.
Variabel basis perusahaan
(BASIS) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,657. Nilai signifikansi
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh
dari
variabel
basis
perusahaan terhadap pengungkapan
sukarela
sehingga
Ha3
gagal
diterima. Basis perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela
karena
perusahaan
dengan
kategori
penanaman modal
asing belum
tentu memberikan pengungkapan
sukarela lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan dengan kategori
penanaman modal dalam negeri.
Alasan yang mendasari hal ini
adalah perusahaan dengan kategori
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
penanaman modal dalam negeri
memiliki kepentingan yang sama
dengan perusahaan dengan kategori
penanaman modal asing dalam hal
persaingan perolehan tambahan
dana investasi di pasar modal,
sehingga
hal
ini
mendorong
perusahaan
dengan
kategori
penanaman modal dalam negeri
akan memberikan pengungkapan
informasi secara sukarela minimal
menyamai
perusahaan
dengan
kategori penanaman modal asing
untuk memenangkan persaingaan
tersebut.
Variabel tipe industri (TIPE)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,045. Nilai signifikansi yang lebih
kecil dari
0,05
menunjukkan
adanya pengaruh dari variabel tipe
industri terhadap pengungkapan
sukarela sehingga Ha4 diterima.
Nilai koefisien sebesar 5,240 yang
berarti bahwa jika tipe industri
meningkat, maka pengungkapan
sukarela meningkat. Tipe industri
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela
karena
perusahaan manufaktur memiliki
aktivitas
yang
lebih
banyak
daripada
perusahaan
non
manufaktur sehingga mendorong
perusahaan
manufaktur
untuk
mengungkapkan informasi secara
sukarela
lebih
luas
daripada
perusahaan non manufaktur.
Variabel
ukuran
dewan
komisaris (DEWKOM) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,018. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari
0,05
menunjukkan
adanya
pengaruh dari variabel ukuran
dewan
komisaris
terhadap
pengungkapan sukarela sehingga
Ha5 diterima.
Nilai
koefisien
sebesar 1,675 yang berarti bahwa
jika
ukuran
dewan
komisaris
meningkat, maka pengungkapan
38
November 2013
sukarela meningkat. Ukuran dewan
komisaris berpengaruh terhadap
pengungkapan
sukarela
karena
semakin
besar
komposisi
keanggotaan dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan maka
fungsi pengawasan yang dilakukan
dewan
komisaris
terhadap
pengelolaan
perusahaan
akan
semakin efektif. Selain itu dalam
rangka
melindungi
hak-hak
pemegang saham minoritas, dewan
komisaris yang berasal dari luar
perusahaan (komisaris independen)
dapat
berfungsi
dalam
menyelaraskan kepentingan para
pemegang saham.
Variabel
profitabilitas
(PROFIT) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,358. Nilai signifikansi
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh
dari
variabel
profitabilitas
terhadap
pengungkapan sukarela sehingga
Ha6 gagal diterima. Profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sukarela
karena
tinggi rendahnya profitabilitas tidak
mempengaruhi
banyaknya
pengungkapan
sukarela.
Profitabilitas yang dihasilkan oleh
perusahaan hanya menjadi sebagian
kecil informasi yang mencerminkan
kondisi
suatu
perusahaan.
Sehingga, perusahaan akan lebih
mengungkapkan informasi secara
keseluruhan dibandingkan hanya
mengungkapkan profitabilitas.
Variabel
leverage
(LEV)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,998. Nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 menunjukkan tidak
adanya pengaruh dari variabel
profitabilitas
terhadap
pengungkapan sukarela sehingga
Ha7 gagal diterima. Leverage tidak
berpengaruh
terhadap
ISSN: 1410 -9875
pengungkapan sukarela
karena
tinggi rendahnya leverage tidak
mempengaruhi
banyaknya
pengungkapan sukarela. Tinggi atau
rendahnya nilai leverage yang
dimiliki perusahaan tidak akan
mempengaruhi
pengungkapan
sukarela karena hal ini bukan
termasuk berita baik yang banyak
disukai para investor. Selain itu,
perusahaan
multinasional
lebih
cenderung tertarik ke dalam hal
yang sama yakni biaya rendah dan
reaksi risiko rendah terhadap
ketidakpastian yang terjadi di
lingkungan
PENUTUP
Berdasarkan hasil
analisis
dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan
dapat
diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. perusahaan
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Nuryaman
(2009),
Marwata
(2001) dalam Nuryaman (2009),
Hanifa dan Cooke (2002) dalam
Nuryaman (2009) dan Leung
(2005) dalam Nuryaman (2009)
Meek, Roberts dan Gray (1995)
dalam
Almilia
(2008)
dan
Zarzeski (1996) dalam Almilia
(2008) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh
antara
ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan
sukarela.
Penelitian ini tidak konsisten
dengan
penelitian
Kiswara
(2009) yang menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh antara
ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan sukarela.
2. Proporsi kepemilikan saham
oleh publik tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
Kristina
sukarela. Penelitian ini sesuai
dengan Mei Tan, Hossan, dan
Adain (1994) dalam Nadi dan
Sabeni (2002) serta Chau dan
Gray (2002) dalam Almilia
(2008) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
proporsi kepemilikan saham
pihak luar (outside ownership)
terhadap
pengungkapan
sukarela. Hasil penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian penelitian Kiswara
(2009), Nadi dan Sabeni (2002),
Susanto (1992) dalam Nadi dan
Sabeni (2002) dan Naim (2000)
dalam Nadi dan Sabeni (2002)
yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
antara
proporsi kepemilikan
saham
oleh
publik
terhadap
pengungkapan sukarela.
3. Basis
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sukarela. Hasil
penelitian ini sesuai dengan
penelitian Noegraheni (2005),
Suripto
(1998)
dalam
Noegraheni (2005) dan Marwata
(2001) dalam Noegraheni (2005)
yang menyatakan bahwa basis
perusahaan tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela. Hasil Penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Kiswara (2009), Nadi dan Sabeni
(2002) dan Susanto
(1992)
dalam Nadi dan Sabeni (2002)
yang
menyatakan
adanya
pengaruh
antara
basis
perusahaan
terhadap
pengungkapan sukarela.
4. Tipe
industri
berpengaruh
terhadap
pengungkaapan
sukarela.
Penelitian
ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian Kiswara (2009) dan
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Meek et al (1995)
dalam
Kiswara
(2009)
yang
menyatakan bahwa terdapat
pengaruh tipe industri terhadap
pengungkapan
sukarela.
Penelitian ini tidak konsisten
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Hashim dan
Shaleh (2007) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara tipe industri terhadap
pengungkapan sukarela.
5. Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Willekens et al. (2003), Lueng
(2005), Cheng dan Courteney
(2004), dan Susilowati et al
(2005) dalam Nuryaman (2009)
yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara ukuran dewan
komisaris dilihat dari besarnya
komposisi komisaris independen
terhadap
pengungkapan
sukarela. Hal ini tidak konsisten
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Kiswara (2009)
dan Nuryaman (2009) yang
menyatakan
bahwa
ukuran
dewan
komisaris
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sukarela.
6. Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Penelitian
ini
konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mendes dan
Christensen
(2004)
dan
Ashbaugh et al. (1999) dalam
Hapsoro
(2009)
yang
menyatakan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
antara
profitabilitas
terhadap
pengungkapan sukarela. Hal ini
tidak
konsisten
dengan
40
November 2013
penelitian yang dilakukan oleh
Almilia (2008),
Singhvi
dan
Desai (1971) dalam Almilia
(2008) dan Hapsoro (2009) yang
menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara profitabilitas
terhadap
pengungkapan
sukarela.
7. Leverage tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Penelitian
ini
konsisten dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Mckinnon
dan
Dalimunthe
(1993), Aitken et al. (1997),
Brennan
dan Hourigan (2000)
dalam Hapsoro (2009) serta
Almilia (2008) yang menyatakan
bahwa
tidak terdapat
pengaruh
antara leverage
terhadap
pengungkapan
sukarela.
Hal
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hapsoro
(2009) dan Meek et al. dalam
Hapsoro
(2009)
yang
menyatakan bahwa terdapat
pengaruh
negatif
antara
leverage
terhadap
pengungkapan sukarela.
Dari penelitian yang telah
dilakukan,
masih
terdapat
beberapa keterbatasan yaitu dalam
melakukan
pengukuran
pengungkapan
sukarela
dengan
menggunakan indeks pengungkapan
yang diperoleh dari interpretasi
dalam membaca data laporan
tahunan
perusahaan,
sehingga
sangat mungkin dipengaruhi oleh
subjektivitas dan tingkat kejelian
ketika membaca laporan tahunan,
variabel
independen
yang
digunakan hanya terbatas pada 7
variabel,
periode
pengamatan
penelitian ini hanya 1 tahun (data
yang digunakan berupa data cross
sectional) yaitu hanya tahun 2010,
ISSN: 1410 -9875
sehingga hasil penelitian
tidak
dapat dibandingkan dengan tahun
sebelum atau sesudahnya.
Berdasarkan
keterbatasan
yang
ada,
maka
peneliti
mengajukan beberapa rekomendasi
kepada
peneliti-peneliti
selanjutnya. Rekomendasi tersebut
antara
lain
yaitu
melakukan
pembobotan pada setiap item
informasi,
sehingga
dapat
Kristina
memberikan hasil penelitian yang
lebih
representative,
dapat
memperluas variabel independen
lainnya yang berpengaruh terhadap
pengungkapan
sukarela
seperti
ukuran dewan direksi, solvabilitas,
likuiditas,
menambah
periode
pengamatan (data yang digunakan
berupa data time series) sehingga
diharapkan hasil yang didapat bisa
lebih akurat.
REFERENSI
Almilia, Luciana Spica. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sukarela “Internet Financial and Sustainability Reporting”. JAAI,
Volume 12, No.2, Desember 2008 hal 117-131. Surabaya: STIE Perbanas.
BAPEPAM. Surat Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-38/PM/1996 mengenai
pengungkapan informasi dalam laporan tahunan.
BAPEPAM. Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tentang pedoman penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik.
Choi, F.D.S., C.A. Frost, and G. K. Meek. 2002. International Accounting. New
Jersey: Prentice Hall.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19 Cetakan V.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hapsoro, Dody. 2009. Investigation of Factors Influencing Voluntary Disclosure
of Financial Information on The Internet by Indonesian Companies. The
Indonesian Journal of Accounting Research, Vol. 12, No.3, September
2009. Page 195-215. Yogyakarta: Ikatan Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan Pendidik.
Hashim dan Saleh. 2007. Voluntary Annual Report Disclosures by Malaysian
Multinational Corporations. Malaysian Accounting Review, Volume 6 No.
1, June 2007. Page 129-156. Bangi Selangor: Universiti Kebangsaan
Malaysia.http://eprints.ptar.uitm.edu.my/287/1/Pages_from_Vol.6_No
._1_page_129_to_156.pdf (accesed June 20, 2012)
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriyani. 2009. Pengaruh Good Corporate
Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of
Debt). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, November 2009
Hal. 88-100. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Khodadadi et al. 2010. The Effect of Corporate Governance Structure on The
Extent of Voluntary Disclosure in Iran. Business Intelligence Journal,
Vol. 3 No. 2 July 2010 Page 151-164. Bruseels: IIU Press and Research
Centre.
http://www.saycocorporativo.com/saycoUK/BIJ/journal/Vol3No2/Artic
le_11.pdf (accesed June 20, 2012)
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Kiswara, Endang. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sukarela oleh Perusahaan Multinasional di Indonesia. Jurnal Akuntansi
dan Manajemen, Vol. 20, No. 2, Agustus 2009 Hal. 107-117. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Mendes-da-silva, W., and L.A. de Lira Alves. 2004. The Voluntary Disclosure of
Financial Information on the internet and the Firm Value Efect in
Companies Across Latin America. Proceedings of 13th International
Symposium on Ethics, Business and Society. Retrived from
http://ssrn.com/abstract=493805
Nadi, Nor dan Sabeni. 2002. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik
di Bursa Efek Jakarta. JURNAL MAKSI, Vol.1, Agustus 2002 Hal 89-105.
Semarang: Universitas Diponegoro .
Noegraheni L. 2005. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas
Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan
Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. EQUITY Vol. 2,
No.1,
Juli-Desemebr
2005
Hal
61-80.
Jakarta
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21056170.pdf (accesed April 2,
2012)
Nugrahani, Tri Siwi. 2009. Perbedaan Karakteristik Perusahaan High dan Low
Prrofile Pada Pengungkapan Sukarela, Tanggung Jawab Sosial,
Likuiditas, Solvabilitas dan Size. AKMENIKA UPY, Volume 3, 2009 Hal 4974. Yogyakarta: STIE YKPN Yogyakarta.
Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela.
Jurnal Akuntansi dan Keungan Indonesia. Volume 6 – Nomor 1, Juni
2009 Hal 89-116. Bandung: Universitas Widyatama.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Utami, Wiwik. 2010. Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba
Terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi sebagai
Variable Intervening (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur).
Jurnal Telaah Akuntansi dan bisnis, Vol. 1, No.2, 2010 Hal. 57-84.
Jakarta: Universitas Mercu Buana
Wulandari, Cynthia dan Shanti. 2008. Pengaruh Pengungkapan Sukarela
Terhadapa Asimetri Informasi pada Perusahaan Perbankan yang Go
Public di PT. Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen,
Vol. 19, No.3, Desember 2008 Hal. 173-183. Surabaya: Unika Widya
Mandala.
42
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 43-56
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH MANAGERIAL OWNERSHIP, PROFITABILITY,
FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY, DIVIDEND PAYOUT
RATIO, NON-DEBT TAX SHIELD, CREDIT RATING DAN PRICE
EARNING RATIO TERHADAP LEVERAGE
MARIS AGUNG T
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract : The purpose of this study is to analyze the influence of
Managerial Ownership, Profitability, Firm Size, Growth, Tangibility, Dividend
Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and Price Earning Ratio
towards Leverage. This study also employs financing and investment decision
in order to predict the leverage of company. The population in this research
is companies that listed in Indonesia Stock Exchange with research period
since 2006 until 2011. The sampling technique used in this research is
purposive sampling: where in 14 companies met the criteria. This research is
using panel data which is the combination of time series and cross section
data. The analysis methods are multiple regressions, hypothesis test that is
determined coefficient, t-test and F-test. The research result can be
summarized as follow. First, there is influence of all the independent
variables simultaneously in order to predict leverage. Second, there is
influence of fifth independent variables individually towards leverage. The
variables are managerial ownership, profitability, firm size, growth,
tangibility, and price earning ratio in property companies that listed in
Indonesia Stock Exchange.
Keywords:
Managerial ownership, profitability, firm
size,
growth,
tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit
rating, price earning ratio and leverage.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan
menganalisis pengaruh managerial ownership, profitability, firm size, Growth,
Tangibility, Dividend Payout Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and
Price Earning Ratio terhadap Leverage. Penelitian ini juga bermaksud untuk
membandingkan hasil penelitian yang didapatkan dengan
penelitian
sebelumnya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2011 sebanyak 14 perusahaan, dianalisis dengan
statistik deskriptif serta regresi data panel dengan model t test dan F test
untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel
independen mempunyai pengaruh terhadap leverage, yaitu managerial
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
ownership, profitability, firm size, Growth, Tangibility, Dividend Payout
Ratio, Non-Debt Tax Shield, Credit Rating and Price Earning Ratio Secara
simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap leverage.
Kata
Kunci:
Managerial ownership, profitability, firm size, growth,
tangibility, dividend payout ratio, non-debt tax shield, credit
rating, price earning ratio and leverage.
PENDAHULUAN
Perkembangan
kondisi
perekonomian yang semakin pesat
dan adanya persaingan
yang
semakin tajam dalam pasar global
merupakan suatu tantangan dan
peluang bagi perusahaan untuk
melakukan
perkembangan
usahanya. Salah satu upaya adalah
dengan
menentukan
keputusan
pendanaan yang tepat. Perusahaan
memiliki dua sumber pendanaan
yaitu sumber pendanaan internal
dan
eksternal.
Penggunaan
kombinasi sumber pembiayaan yang
tepat akan memberikan struktur
modal optimal bagi perusahaan.
Struktur modal optimal merupakan
struktur modal dimana biaya modal
perusahaan
minimum
dengan
demikian nilai perusahaan akan
maksimum (Gitman
dan
Zutter
2012, 535).
Penggunaan utang sebagai
sumber
pendanaan
perusahaan
tentunya menimbulkan biaya tetap
berupa pembayaran bunga. Dalam
hal ini bunga harus dibayarkan
setiap
periodenya
tanpa
memperhatikan kondisi keuangan
perusahaan apakah sedang baik
atau buruk (Gitman dan
Zutter
2012, 524). Oleh karena itu
penggunaan utang sebagai sumber
pendanaan tentu saja mengandung
risiko. Faktor – faktor tersebut
antara lain managerial ownership,
44
profitability, firm size, growth,
tangibility, dividend payout ratio,
non-debt tax shield, credit rating
dan price earning ratio. Adapun
perumusan masalah penelitiannya
adalah apakah terdapat pengaruh
managerial
ownership,
profitability, firm size, growth,
tangibility, dividend payout ratio,
non-debt tax shield, credit rating
dan price earning ratio terhadap
leverage pada perusahaan properti
yang terdaftar di BEI pada periode
tahun 2006 – 2011.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat
leverage, managerial ownership,
profitability, firm size, growth,
tangibility, dividend payout ratio,
non-debt tax shield, credit rating,
dan price earning ratio. Ketiga,
metode penelitian yang memuat
metode pemilihan sampel dan
pengumpulan
data,
definisi
operasional
dan
pengukuran
variabel. Keempat, hasil penelitian
yang menguraikan analisis dan
pembahasan temuan penelitian.
Kelima,
penutup
yang
berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya.
ISSN: 1410 -9875
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Leverage
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 508), leverage merupakan
“refers to the effects that fixed
costs have on the returns that
shareholders
earn.”
Penelitian
mengenai
struktur
modal
didominasi oleh dua teori dasar
yaitu pecking order theory
dan
trade off theory. Pecking order
theory
menyatakan
bahwa
perusahaan
menyukai
internal
financing
(pendanaan
dari
operasional
perusahaan
dengan
wujud laba ditahan) namun apabila
diperlukan pendanaan eksternal
maka manajer
akan
memilih
sumber pembiayaan yang paling
aman. Trade off theory didasarkan
atas keseimbangan antara manfaat
dan biaya dari pembiayaan dengan
pinjaman. Manfaat utama dari
pembiayaan
dengan
modal
pinjaman adalah perlakuan pajak
dari pemerintah yang mengijinkan
bahwa pembayaran bunga atas
pinjaman dapat dikurangan dalam
menghitung pendapatan kena pajak
(Sundjaja dan Barlian 2003, 286).
Managerial Ownership
Semakin tinggi
tingkat
kepemilikan manajerial
suatu
perusahaan maka semakin baik
dalam
pengawasan
terhadap
kebijakan yang diambil manajemen
termasuk
kebijakan
dalam
penggunaan
utang
dimana
penggunaan utang yang tinggi akan
berdampak pada risiko yang akan
semakin
tinggi sehingga
penggunaan utang sebagai sumber
pendanaan dapat diminimumkan.
Ha1
:
Terdapat
pengaruh
managerial ownership
terhadap
leverage
Maris Agung T
Profitability
Berdasarkan pecking order
theory apabila perusahaan memiliki
profit yang tinggi maka perusahaan
akan lebih memilih menggunakan
sumber pembiayaan internal karena
dianggap lebih mudah dan lebih
efektif dari
segi biaya jika
dibandingkan
dengan
utang
sehingga ketika profit perusahaan
meningkat maka penggunaan utang
akan cenderung menurun.
Ha2
:
Terdapat
pengaruh
profitability terhadap leverage
Firm Size
Menurut Riyanto (2003, 313)
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan dapat diukur dengan
melihat
jumlah
total
aktiva
perusahaan yang dapat diukur
dengan
menggunakan
logaritma
natural
dari
total
aktiva
perusahaan. Berdasarkan trade-off
theory, semakin besar ukuran
perusahaan, maka akan semakin
stabil
aliran
kas
perusahaan
tersebut, risiko bisnis juga akan
semakin kecil sehingga perusahaan
akan lebih mudah untuk mengakses
hutang.
Ha3 : Terdapat pengaruh firm size
terhadap leverage
Growth
Perusahaan
dengan
pertumbuhan
yang
cepat
mengindikasikan
adanya
permintaan yang tinggi sehingga
diperlukan pendanaan yang cukup
besar untuk memenuhi permintaan
tersebut.
Semakin
cepat
pertumbuhan perusahaan maka
akan semakin tinggi utang yang
digunakan
perusahaan
tersebut
(Brigham dan Ehrhardt 2005, 573).
Ha4 : Terdapat pengaruh growth
terhadap leverage
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Tangibility
Tangibility sering dijadikan
sebagai jaminan perusahaan saat
melakukan pinjaman. Perusahaan
dengan jumlah fixed asset yang
besar dapat melakukan pinjaman
dengan akses kredit yang lebih
mudah, melalui penggunaan fixed
asset sebagai jaminan kepada
kreditor. (Brigham dan Ehrhardt
2005, 572).
Ha5: Terdapat pengaruh fixed asset
terhadap leverage
Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah
besarnya laba perusahaan yang
akan dibagikan ke pemegang saham
dalam bentuk dividen. Perusahaan
dengan pembagian dividen yang
tinggi
akan
cenderung
menggunakan utang relatif besar
dikarenakan
laba
ditahan
perusahaan menjadi lebih sedikit
sehingga
dibutuhkan
dana
tambahan
untuk
kegiatan
operasional perusahaan.
Ha6 : Terdapat pengaruh dividend
payout ratio terhadap leverage
Non-Debt Tax Shield
Non-debt
tax
shield
merupakan
penghematan
pajak
yang diperoleh perusahaan bukan
berasal dari bunga hutang seperti
depresiasi. Semakin besar jumlah
non-debt tax shield maka akan
semakin besar pula penghematan
perusahaan yang diperoleh dari
penghematan pengurangan pajak.
46
November 2013
Akibatnya
penggunaan
hutang
sebagai sumber pembiayaan juga
akan berkurang.
Ha7 : Terdapat pengaruh non-debt
tax shield terhadap leverage
Credit Rating
Credit
rating
merupakan
suatu peringkat yang diberikan
lembaga
pemeringkat
kepada
perusahaan
yang
memiliki
kredibilitas yang baik. Perusahaan
dengan peringkat diyakini dapat
memenuhi
kewajiban
–
kewajibannya
sehingga
kreditor
merasa aman untuk meminjamkan
modalnya
kepada
perusahaan
tersebut. Sehingga perusahaan yang
memiliki peringkat akan cenderung
menggunakan utang dalam kegiatan
operasionalnya.
Ha8 : Terdapat pengaruh credit
rating terhadap leverage
Price Earning Ratio
Price earning ratio mengukur
kinerja saham yang didasarkan atas
perbandingan antara harga pasar
saham terhadap pendapatan perlembar saham. Semakin tinggi PER
maka semakin baik
prospek
perusahaan
sehingga
semakin
mendorong
investor
untuk
menanamkan
modalnya
dan
penggunaan utang dapat berkurang.
Ha9 : Terdapat pengaruh price
earning ratio terhadap leverage
Berikut kerangka pemikiran dari
penelitian ini:
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Managerial Ownership
Profitability
Firm Size
Growth
Leverage
Tangibility
Dividend Payout Ratio Nondebt tax shield
Credit Rating
Price Earning Ratio
Gambar 1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2006 –
2011. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metoda purposive sampling,
dengan
kriteria
pengambilan
sampel yang diterapkan dalam
penelitian ini yaitu:
Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel
KRITERIA SELEKSI SAMPEL
Total perusahaan properti yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2011
Perusahaan properti yang tidak memiliki
laporan keuangan lengkap selama tahun
2006 – 2011
PERUSAHAAN
DATA
35
210
(12)
(72)
Total data yang digunakan dalam penelitian
23
186
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Perusahaan property yang tidak memiliki net
income positif
(9)
(54)
Jumlah akhir sampel yang digunakan
14
84
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Leverage
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Leverage.
Leverage adalah penggunaan asset
dan dana tetap untuk kegiatan
operasional
perusahaan.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Jie (Michael) Guo,
et al. (2010), leverage suatu
perusahaan dapat diukur melalui
debt ratio, yang diformulasikan
sebagai berikut :
Kepemilikan Manajerial �
Profitability
Profitability adalah tingkat
keuntungan bersih yang berhasil
diperoleh
perusahaan
dalam
menjalankan
operasionalnya.
Perusahaan dengan profit yang
��� �
���� ����� �
����� �����
Managerial Ownership
Kepemilikan
manajerial
adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan di
dalam
perusahaan,
misalnya
direktur dan komisaris. Pengukuran
kepemilikan manajerial ini sesuai
dengan yang digunakan dalam
penelitian Jie (Michael) Guo, et al.
(2010).
Jumlah saham pihak manajemen
Total saham yang beredar
tinggi
cenderung
mengurangi
penggunaan
utangnya.
Adapun
rumus Return on Assets menurut
Gitman dan Zutter (2012, 81)
adalah sebagai berikut:
��� ������
� 100%
����� �����
Firm Size
Ukuran perusahaan dapat
diartikan sebagai besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya
nilai total aktiva dari suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini
ukuran
perusahaan
merupakan
cerminan dari besarnya kekayaan
perusahaan (Jie (Michael) Guo, et
al., 2010) dengan rumus :
���� � ��������� ������� ������ ����� ������
48
����� ����
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Growth
nilai sales. Pada penelitian yang
dilakukan Jie (Michael) Guo, et al.
(2010), growth dapat diukur dengan
menggunakan
rumus
sebagai
berikut:
Growth
merupakan
perubahan atau kenaikan
suatu
nilai dari karakteristik keuangan
suatu perusahaan
yang
dapat
digambarkan dengan perubahan
������ �
�� � ����
����
Tangibility
Tangibility merupakan asset
yang dimiliki perusahaan berupa
asset tetap, perusahaan dengan
tingkat tangibility yang tinggi akan
cenderung
menggunakan
utang
karena
asset
tersebut
dapat
����������� �
Dividend Payout Ratio
Kebijakan
Dividen
diukur
dengan
menggunakan
dividend
payout ratio. Menurut Gitman dan
Zutter (2012, 577) dividend payout
�������� ������ ����� �
Non-Debt Tax Shield
Non-debt tax shield adalah
pengurang
pajak
pendapatan
perusahaan yang bukan berasal dari
bunga utang. Non-debt tax shield
���� �
dijadikan jaminan bagi kreditur.
Penelitian yang
dilakukan Jie
(Michael) Guo, et al. (2010),
menggunakan Fixed Asset to Total
Assets Ratio
sebagai
indikator
untuk mengukur tangibility.
����� ������
����� ������
ratio diukur dengan membagi
dividend per share dengan earning
per share. Skala
pengukuran
variable dividend payout ratio
adalah skala rasio.
�������������
������� ��� �����
diproksikan melalui perhitungan
total depreciation expense dibagi
dengan total asset (Jie (Michael)
Guo, et al.,2010).
����� ������������ ������ �
����� ������
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Credit Rating
Price Earning Ratio
Sartono (2006) mengatakan
bahwa
Price
Earning
Ratio
merupakan indikator kepercayaan
pasar
terhadap
prospek
pertumbuhan
perusahaan
dan
menggambarkan
kondisi
harga
saham atau kondisi keuangan suatu
perusahaan di bursa saham. Dimana
price earning ratio diukur dengan
rumus sebagai berikut: Gitman dan
Zutter (2012, 82)
Credit Rating adalah suatu
evaluasi
menyeluruh
mengenai
kredibilitas suatu perusahaan yang
dilakukan
oleh
lembaga
pemeringkat seperti PT PEFINDO.
Credit
Rating
diukur
dengan
menggunakan
dummy
variable
dimana nilai 1 diberikan untuk
perusahaan yang memiliki credit
rating dan nilai 0 untuk perusahaan
yang tidak memiliki credit rating.
����� ������� ����� �
Metoda Analisis Data
Metoda
analisis
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi data panel.
Model regresi data panel adalah
November 2013
����� �����
������� ��� ���� �
regresi dengan menggunakan data
panel. Data akan dianalisis dengan
menggunakan program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam
penelitian
ini
yaitu:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 + b9x9 + e
Keterangan:
Y
= Leverage
a
= Konstanta
X1
= Managerial Ownership
X2
= Profitability
X3
= Firm Size
X4
= Growth
X5
X6
X7
X8
X9
e
=
=
=
=
=
=
Tangibility
Dividend Payout Ratio
Non-Debt Tax Shield
Credit Rating
Price Earning Ratio
Error
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2 Statistik Deskriptif
50
Variabel
N
Mean
Maksimum
Minimum
Leverage
MO
Profitability
Firm Size
84
84
84
84
0.4769
0.0541
0.1057
1.4404
0.8015
0.4400
0.3068
1.6720
0.1497
0.0000
0.1817
1.1467
Deviasi
Standard
0.1790
0.1149
0.0916
1.2726
ISSN: 1410 -9875
Growth
Tangibility
DPR
NDTS
CR
PER
Maris Agung T
84
84
84
84
84
84
0.1422
0.1751
0.0389
0.3091
0.3571
1.9401
1.1393
0.6194
0.4658
1.8730
1.0000
1.0282
-0.3264
0.0023
0.0000
-1.7488
0.0000
-4.2210
0.2677
0.1383
0.1071
0.3902
0.4820
2.3474
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Uji Hausman
Tabel 3 Hasil Uji Hausman
Test Summary
Cross-section
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
18.134768
9
0.0000
random
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai statistik uji Hausman
sebesar 18.134768 lebih besar
dibandingkan nilai tabel chi-square
dengan df 9 adalah 16.919, dengan
demikian hipotesis nol ditolak. Nilai
p-value dari chi-square lebih kecil
dibanding alpha 0.05 yang berarti
berdasarkan p-value, hipotesis nol
ditolak. Hal ini berarti bahwa
model penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu model
Fixed Effect.
Uji Normalitas
Tabel 4 Uji Normalitas
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Profitability
0.210782
2.266103
2.507123
0.285486
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai
hitung
Jarque-Bera
sebesar
2.507123
lebih
kecil
dibandingkan dengan nilai chisquare dengan alpha sebesar 0,05
dan degree of freedom (df) 2
sebesar
5,991.
Selain
itu
berdasarkan nilai p-value sebesar
0,285486 lebih besar dari alpha
0,05 maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis nol tidak dapat
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Tabel 5 Uji Multikolinearitas
PROF
SIZE
GROWTH
TANG
DPR
NDTS
CR
-0.1301
0.2468
0.0772
0.1222
0.3053
0.2100
0.4338
1.0000
0.0524
0.1892
0.0846
0.0778
-0.2054
-0.0810
SIZE
1.0000
0.0695
0.1301
0.2468
MO
0.0524
1.0000
0.0939
-0.0303
0.1362
-0.1597
0.4218
0.1247
GROWTH
0.0772
0.1892
0.0939
1.0000
-0.0527
0.0545
-0.0837
-0.0184
-0.1297
TANG
0.1222
0.0846
-0.0303
-0.0527
1.0000
0.1985
0.0488
0.1424
-0.0554
DPR
0.3053
0.0778
0.1362
0.0545
0.1985
1.0000
-0.0272
0.3734
-0.0574
NDTS
0.2100
-0.2054
-0.1597
-0.0837
0.0488
-0.0272
1.0000
0.1891
0.0904
CR
0.4338
-0.0810
0.4218
-0.0184
0.1424
0.3734
0.1891
1.0000
-0.0241
PER
0.0695
-0.2298
0.1247
-0.1297
-0.0554
-0.0574
0.0904
-0.0241
1.0000
MO
PROF
PER
-0.2298
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Tabel 5 menunjukkan semua
korelasi antara variabel independen
dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan
tidak terjadi multikolinieritas pada
model regresi, sehingga data baik
untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park.
Tabel 6 Uji Park
Variable
C
MO
2.
PROF
SIZE
GROWTH
TANG
DPR
NDTS
CR
1.
PER
Coefficien
t
- 068873
0.235900
-2. 597348
-0. 144457
-1. 344907
2.038920
-3. 200154
0.235474
- 147564
-0. 004957
Std. Error
t-Statistic
Prob.
3.254851
2.491233
2.883877
0.229008
0.949881
1.834330
2.571414
0.690755
0.659648
0.011024
-0.635628
0.094692
-0.900644
-0.630794
-1.415869
1.111533
-1.244511
0.340893
-1.739662
-0.449604
0.5270
0.9248
0.3707
0.5301
0.1610
0.2699
0.2172
0.7341
0.0861
0.6543
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai probabilitas managerial
ownership, profitability, firm size,
growth, tangibility,
dividend
payout ratio, non-debt tax shield,
credit rating dan price earning
52
ratio lebih besar dari apha 0,05 hal
ini menunjukkan bahwa model
regresi
terbebas
dari
heteroskedastisitas.
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Uji Autokorelasi
Uji Durbin Watson dilakukan
autokorelasi
untuk mendeteksi apakah terdapat
penelitian.
Tabel 7 Uji Durbin Watson
Durbin-Watson stat
dalam
model
1,972265
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai Durbin-Watson sebesar
1,972265. Dengan jumlah observasi
84 data dan 9 variabel independen
dapat diperolah nilai dL 1.417
sebesar dan dU sebesar 1,887. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi dalam model
penelitian.
Uji t
Tabel 8 Uji t
Variable
Coefficient
MO
-0.648425
PROF
0.539492
SIZE
0.012156
GROWTH
0.143892
TANG
0.486411
DPR
0.011354
NDTS
0.001138
CR
0.03111
PER
0.548577
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai
probabilitas
dari
managerial
ownership,
profitability, firm size, growth,
tangibility dan price earning ratio
kurang dari nilai alpha 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat
pengaruh
managerial
ownership, profitability, firm size,
growth, tangibility dan price
Std. Error
0.241558
0.207437
0.006068
0.072142
0.192619
0.135714
0.050676
0.040883
0.208841
t-Statistic
-2.684342
2.600756
2.003258
1.994561
2.525248
0.083664
0.022451
0.760947
2.626764
Prob.
0.0088
0.0110
0.0485
0.0494
0.0135
0.9335
0.9821
0.4489
0.0103
earning ratio terhadap leverage.
Sementara nilai probabilitas dari
dividend payout ratio, non-debt tax
shield dan credit rating lebih dari
alpha
0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan variabel
dividend
payout ratio, non-debt tax shield
dan credit rating tidak berpengaruh
terhadap leverage.
Uji F
Tabel 9 Uji F
Variable
C
MO
PROF
SIZE
GROWTH
TANG
DPR
Coefficient
0.857194
-0.965541
0.483521
-0.017826
0.080806
0.046251
-0.155341
Std. Error
0.263684
0.290423
0.217437
0.017226
0.071470
0.143440
0.146619
t-Statistic
3.250840
-3.324600
2.223730
-1.034833
1.130623
0.322443
-1.059494
Prob.
0.0017
0.0014
0.0292
0.3041
0.2619
0.7480
0.2928
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
NDTS
0.007677
CR
0.125785
PER
0.097550
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
0.050492
0.050644
0.000820
November 2013
0.152051
2.483739
0.118902
0.8796
0.0153
0.9057
Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 + b9x9 + e
Leverage = 0.857194 – 0.965541 MO + 0.483521 PROF – 0.017826 SIZE +
0.080806 GROWTH + 0.046251 TANG – 0.155341 DPR + 0.007677 NDTS +
0.125785 CR + 0.097550 PER
Tabel 10 Nilai Statistik F
F-Statistic
Prob (F-Statistic)
2.547277
0.013180
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Diperoleh nilai statistik F
sebesar 2,547277. Nilai statistik F
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol dimana F ≥ Fα/2
(2.547277 ≥ 2,01) sehingga dapat
diputuskan bahwa H0 ditolak. Hasil
ini juga didukung oleh nilai
probabilitas sebesar 0,013180 yang
kurang dari nilai alpha 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat
pengaruh
managerial
ownership, profitability, firm size,
growth, tangibility,
dividend
payout ratio, non-debt tax shield,
credit rating, dan price earning
ratio terhadap leverage.
PENUTUP
Dari hasil penelitian, terlihat
bahwa hanya variabel managerial
ownership, profitability, firm size,
growth,
tangibility
dan
price
earning ratio yang berpengaruh
terhadap
leverage,
sementara
sisanya
tidak
berpwngaruh
terhadap leverage. Keterbatasan
penelitian ini adalah sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini
hanya perusahaan properti yang
terdaftar di BEI sehingga hasilnya
kurang
bisa
mengeneralisasikan
perusahaan ada di BEI. Selain itu,
penelitian ini terbatas
pada
variabel
independen
yaitu
managerial
ownership,
profitability, firm size, growth,
tangibility, dividend payout ratio,
non-debt tax shield, credit rating,
dan price earning ratio.
Rekomendasi
yang
dapat
diberikan untuk peneliti berikutnya
adalah
menambah
sampel
penelitian sehingga dengan begitu
jumlah data akan lebih banyak.
Menambah
variabel
independen
yang diduga memiliki pengaruh
terhadap
variabel
dependen
(leverage) seperti business risk dan
liquidity.
REFERENSI:
Ali, Liaqat. 2011. “The Determinants of Leverage of the Listed-Textile
Companies in India”. European Journal Business and Management, Vol 3
No.12.
54
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams., 2011. Statistics
for Business and Economics. 11th Edition. South-Western: Cengage
Learning.
Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/
Bayrakdaroglu et al. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition.
South Western Cengage Learnings.
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen., 2006. Corporate
Finance. 8th Edition. New York: McGraw-Hall Companies.
Brigham, Eugene F and Michael C. Ehrhardt. 2012. Financial Management:
Theory and Practice. 14th Edition. England: Nelson Education Limited.
Bursa Efek Indonesia, 2013. IDX Yearly Highlight 2006-2011. Jakarta: Bursa
Efek Indonesia.
Copeland et al. 2005. Financial Theory and Corporate Policy. 14th edition.
United States of America: Pearson Education, Inc.
Damodaran, Aswath. 2001. Corporate finance theory and practice, 2nd
edition. Wiley and Sons, Inc.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab, edisi 2, penerbit salemba empat, Jakarta.
Domash, Harry. 2010. Fire Your Stock Analyst!. Second Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Emery, Douglas R., and D. Finnerty, and John D. Stowe. 2004. Corporate
Financial Management 2nd Editio. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Gitman, J. Lawrence and Chad J. Zutter., 2012. Principle of Managerial
Finance. 13th Edition. Harlow: Pearson Education.
Ghozali, Iman. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, N. Damodar and Dawn C. Porter., 2009. Basic Econometrics. 5th
Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.
Guo, Jie (Michael). 2010. Company Ownership and Capital Structure. Journal
of Finance. Durham Business School, Durham University, Mill Hill Lane,
Durham, UK.
Hair, F. Joseph, Ronald L. Tatham, Rolph E. Anderson, Bill Black., 2006.
Multivariat Analysis. 6th Edition. Pearson Education.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Haggins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management. 6th Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies.
Indonesian Stock Exchange. http://www.idx.co.id/.
Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. “Determinasi Capital Structure Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Khaled dan Nurwati Ashikkin. 2012. “The Determinants of Capital Structure of
Qatari Listed Companies”. International Journal of Academic Research
in Accounting, Finance and Management Sciences, vol , Issue 2.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Khusnul, Fatkhiatur. 2012. Analisis Pengaruh Capital Expenditure, Sales,
Growth, Profitability, Size, dan Rating Premium terhadap Struktur
Modal, Hlm. 1-88.
Pefindo. http://www.pefindo.com/.
Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Riyanto, Bambang. 2003. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
keempat. Yogyakarta: BPFE.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D.
Jordan. 2008. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc Graw
Hill.
Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Edisi 3. Yogyakarta: Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada.
Sujianto. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Sugiyono., 2009. Metoda Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D).13th Edition. Bandung: Alfabeta.
Sukirni, Dwi. 2012. ‘Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan dividend dan kebijakan utang analisis terhadap nilai
perusahaan’. Accounting Analisis Journal, vol 12, no.2, 1-12.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta :
Literata Lintas Media.
Tambunan, Andy P. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).
Jakarta: PT. Elex Media Koputimdo.
Weygandt, Jerry J. Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial
Accounting IFRS Edition. United State of America: Wiley & Sons, Inc.
White, Gerald I, Ashwinpaul C. Sondhi and Dov Fried. 2003. The Analysis and
Use of Financial Statement. 3rd Edition. United State of America: John
Wiley & Sons, Inc.
Winarno, Wing Wahyu., 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. 3rd Edition. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.
56
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 57-70
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
R. PURWOKO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the
factors which influence dividend policy. Independent variables used in this
research are managerial ownership, institutional ownership, debt policy,
return on asset, firm size, growth and collateral assets to dividend policy. The
population used in this study are nonfinancial companies except bank and
financial institution listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses
for the period of 2008 to 2010 as the sample. Sample selection procedure
carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed
using multiple regression analysis. The results show that institutional
ownership, return on asset, firm size and growth have influence toward
dividend policy. Managerial ownership, debt policy and collateral assets have
no influence toward dividend policy.
Keywords: Institutional Ownership, Return on Asset, Firm Size, Growth,
Dividend Policy.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, return on asset,
ukuran perusahaan, pertumbuhan dan aset jaminan. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan kecuali Bank dan
lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sampel
diambil dari periode 2008-2010. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional,
return on asset, ukuran perusahaan dan pertumbuhan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan aset jaminan
tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Kata Kunci:
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Hutang, Return on Asset, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, Aset
Jaminan, Kebijakan Dividen
PENDAHULUAN
Kebijakan dividen merupakan
keputusan
dari
manajemen
mengenai besar kecilnya dividen
yang
akan
dibayarkan
oleh
perusahaan kepada investor yang
menanamkan
modalnya
pada
perusahaan.
Kebijakan
dividen
adalah kebijakan dalam mengelolah
laba yang diperoleh perusahaan
apakah
akan
membagikannya
sebagai dividen atau menahan laba
tersebut untuk menambah modal
dalam perusahaan.
Kebijakan
dividen
berhubungan dengan kepentingan
para pemegang saham dan pihak
manajemen. Kepentingan antara
pemegang
saham
dan
pihak
manajemen
tersebut
berbeda,
sehingga terjadi konflik kepentingan
antara mereka. Pihak manajemen
menginginkan laba yang diperoleh
perusahaan
ditahan
untuk
pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang. Sedangkan para
pemegang saham menginginkan agar
laba tersebut dibagikan sebagai
dividen. Konflik ini disebut masalah
keagenan.
Motivasi dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah
pihak
manajemen
telah
menjalankan
tugasnya
sesuai
dengan kepentingan dari para
pemegang saham. Terutama dalam
hal penetapan kebijakan dividen
yang tepat dan untuk mengetahui
faktor-faktor
apa
saja
yang
berpengaruh dalam menetapkan
kebijakan dividen dalam suatu
perusahaan
nonkeuangan
yang
58
November 2013
terdaftar di
Indonesia).
BEI
(Bursa
Efek
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori
keagenan
(agency
theory) menyatakan bahwa yang
disebut principal adalah pemegang
saham dan yang dimaksud dengan
agen adalah para professional atau
manajemen atau (CEO), yang
dipercayai oleh principal untuk
menjalankan dan mengelola usaha
dalam perusahaan (Pujiastuti 2008,
185). Agency theory menjelaskan
bahwa
adanya
perbedaan
kepentingan antara
pemegang
saham dengan pihak manajemen.
Investor
menanamkan
modalnya
untuk
mendapatkan
pengembalian yaitu berupa deviden.
Dividen tersebut dibagikan dari laba
yang diperoleh perusahaan, namun
pihak manajemen
menginginkan
agar laba tersebut ditahan. Hal ini
mengakibatkan adanya perbedaan
kepentingan diantara keduanya yang
dikenal sebagai konflik kepentingan
(agency conflict). Untuk mengurangi
konflik tersebut, maka pemegang
saham
harus
mengeluarkan
sejumlah biaya yang disebut biaya
keagenan. Biaya keagenan adalah
biaya- biaya yang dikeluarkan untuk
memonitor
kegiatan
manager
sehingga manajer dapat bekerja
sesuai
dengan
keinginan
dari
pemegang saham.
Asymmetric Information Theory
Teori ini menyatakan adanya
perbedaan informasi yang dimiliki
ISSN: 1410 -9875
oleh para pemegang saham dan
manajer.
Pihak
manejemen
memiliki informasi yang lebih baik
dan lebih banyak mengenai prospek
masa depan dari pemegang saham
(Pujiastuti 2008, 184). Manajer
mengetahui kondisi sebenarnya dari
perusahaan karena manajer yang
mengelolah perusahaan tersebut
sehari- hari.
Kepemilikan Managerial Terhadap
Kebijakan Dividen
Insider ownership
adalah
jumlah saham yang dimiliki oleh
orang dalam atau orang yang
mengelolah perusahaan, yang dalam
penelitian ini diwakili oleh manajer
dan komisaris (Pujiastuti 2008, 187).
Kepemilikan
manajerial
adalah
perbandingan atau rasio jumlah
saham yang dimiliki oleh pihak
manajemen yaitu
direksi
dan
manajer terhadap jumlah saham
yang beredar (Fadah dan Rian 2007,
18).
Ha1
Terdapat
pengaruh
:
kepemilikan managerial terhadap
kebijakan dividen.
Kepemilikan
Institutional
Terhadap Kebijakan Dividen
Institusional ownership ialah
jumlah kepemilikan saham oleh
investor
institusi
dari
luar
perusahaan dibandingkan dengan
jumlah seluruh saham yang beredar.
Yang termasuk pihak institusi dari
luar perusahaan disini adalah semua
pihak dalam bentuk lembaga lain
atau pihak yang
ada di luar
perusahaan yang memiliki saham
perusahaan (Djumahir 2009, 148).
Ha2
Terdapat pengaruh
:
kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen.
R. Purwoko
Kebijakan
Hutang
Terhadap
Kebijakan Dividen
Kebijakan
hutang
adalah
total utang dibagi dengan nilai buku
dari total asset (Thanatawee 2011,
55). Hutang merupakan salah satu
alternatif yang digunakan oleh
perusahaan
apabila
perusahaan
mengalami
keterbatasan
dalam
memiliki laba ditahan, namun
apabila penggunaan hutang yang
terlalu besar dapat mengakibatkan
kebangkrutan (Nuringsih 2005, 109).
Ha3
Terdapat
pengaruh
:
kebijakan
hutang
terhadap
kebijakan dividen.
Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Dividen
Profitabilitas adalah tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh
perusahaan dalam usahanya (Fadah
dan Rian 2007, 18). Profit yang
dihasilkan
perusahaan
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
dividen kepada para pemegang
saham. Profit tinggi seringkali
menghasilkan aliran kas yang baik.
Profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukan
kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan
laba dalam mengelolah usahanya
(Arilaha 2009, 390). Pengembalian
asset
(ROA)
digunakan
untuk
mengukur keefektifan manajemen
dalam menghasilkan laba dengan
aset yang tersedia (Gitman 2006,
68).
Ha4
Terdapat
pengaruh
:
profitabilitas terhadap kebijakan
dividen.
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kebijakan Dividen
Ukuran
perusahaan
merupakan besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
diukur dengan logaritma natural dari
total asset (Thanatawee 2011).
Ukuran dari suatu perusahaan dapat
dilihat dari aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Semakin besar
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
menunjukan
bahwa
perusahaan
tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan
(Sofyaningsih
dan
Hardiningsih 2011, 74).
Ha5
: Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan
dividen.
Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen
Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan tinggi cenderung akan
menginvestasikan
kembali
dana
yang
diperolehnya
ke
dalam
perusahaan. Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan maka semakin tinggi
kebutuhan dana yang
digunakan
oleh perusahaan untuk investasi.
Untuk
itu
perusahaan
akan
menggunakan laba yang diperoleh
untuk
membiayai
investasinya,
daripada membagikan dividennya
(Arilaha 2009, 389). Perusahaan
yang
berkembang
adalah
perusahaan
yang
mengalami
peningkatan
pertumbuhan
atau
berkembang dalam menjalankan
usahanya dari tahun ke tahun
(Sulistiyowati,
Anggraini
dan
Utaminingtyas 2010, 11).
Ha6
Terdapat
pengaruh
:
pertumbuhan perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
Collateral Assets Terhadap
Kebijakan Dividen
Collateral assets adalah aset
yang dimiliki oleh suatu perusahaan,
aset tersebut dapat digunakan oleh
perusahaan
tersebut
sebagai
jaminan peminjaman yang dilakukan
oleh perusahaan (Fauz dan Rosidi
60
November 2013
2007, 263).
Semakin
tinggi
collateral assets yang dimiliki oleh
perusahaan maka dapat mengurangi
masalah yang terjadi antara para
pemegang saham dengan pihak
kreditor (Wahyudi dan Baidori 2008,
476).
Ha7
Terdapat
pengaruh
:
collateral assets terhadap kebijakan
dividen.
METODA PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini
adalah perusahaan nonkeuangan
yang ada di Bursa Efek Indonesia
tahun
2008-2010.
Teknik
pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Sampel dipilih
dengan kriteria sebagai berikut: 1)
Perusahaan
nonkeuangan
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008-2010. 2) Perusahaan
nonkeuangan
yang
menerbitkan
laporan keuangan dalam mata uang
Rupiah selama periode penelitian.
3) Perusahaan nonkeuangan yang
laporan keuangannya dilaporkan
pada 31 Desember selama periode
penelitian.
4)
Perusahaan
nonkeuangan yang memiliki laba
bersih yang positif secara berturutturut selama periode penelitian. 5)
Perusahaan
nonkeuangan
yang
memiliki kepemilikan institusional.
6) Perusahaan nonkeuangan yang
berturut-turut membagikan dividen
selama periode penelitian.
Kebijakan
dividen
dapat
diukur dengan membagikan dividen
per share dan Earning per share.
Earning per share dapat diperoleh
dengan pengurangan laba bersih
dengan dividen yang dibagikan
kepada pemilik saham preferen lalu
dibagi dengan jumlah lembar saham
yang beredar (Nuringsih 2005, 107).
ISSN: 1410 -9875
R. Purwoko
Dividen per saham
Dividend payout ratio =
Laba per saham
Kepemilikan
managerial
dapat
diperoleh
dengan
menggunakan
variabel
dummy
dalam menunjukkan ada tidaknya
kepemilikan
manajerial
dalam
perusahaan (Dewi 2009). D = 0
digunakan untuk menunjukan bahwa
di dalam perusahaan tersebut tidak
terdapat kepemilikan manajerial
dan D = 1 menunjukan bahwa
terdapat kepemilikan manajerial di
dalam perusahaan.
Kepemilikan
institutional
menunjukan prosentase saham yang
dimiliki oleh pihak luar perusahaan.
Kepemilikan
institusional
dapat
dilihat dari persentase saham yang
dimiliki oleh pihak institusional yang
dibandingkan dengan total saham
perusahaan (Sanjaya 2009, 19).
Kepemilikan
institusional
diproksikan
dengan
persentase
saham yang dimiliki oleh institusi
atau pihak luar terhadap jumlah
saham yang beredar yang dihitung
setiap tahun (Fadah dan Rian 2007,
18).
Jumlah saham Intitusional dan Blockholder
Kepemilikan Institusional =
Jumlah Saham Beredar
Kebijakan hutang diperoleh
maupun hutang jangka panjang
dengan pembagian antara total
terhadap total aset yang dimilki oleh
hutang
yang
dimiliki
oleh
perusahaan (Nuringsih 2005, 109).
perusahaan yaitu baik hutang lancar
Total Hutang
Kebijakan Hutang =
Total Aset
Profitabilitas
merupakan
rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
laba. Variabel ini diukur dengan
Return On Asset (ROA). ROA
Laba Bersih
ROA
=
Total Aktiva
memberitahu kita berapa banyak
keuntungan yang dapat dihasilkan
oleh perusahaan untuk setiap dolar
aset yang diinvestasikan (Palepu,
Healy dan Bernard 2004, 5-6).
Ukuran
perusahaan
merupakan besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan
merupakan skala besar kecilnya
perusahaan yang ditentukan oleh
beberapa hal yaitu total penjualan,
total aktiva, dan rata-rata tingkat
penjualan perusahaan
(Sanjaya
2009, 19). Selain itu ukuran
perusahaan dapat diukur dengan
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
menggunakan logaritma dari total
aktiva.
UKP = Log Total Aktiva
Pertumbuhan
perusahaan
menunjukkan
seberapa
cepat
perusahaan
berkembang.
(Asset t – Asset
GROWTH
November 2013
Pertumbuhan perusahaan diukur
dengan total asset tahun ini
dikurangi total asset tahun lalu
dibagi total asset tahun lalu
(Sulistiyowati,
Anggraini
dan
Utaminingtyas 2010, 11).
t-1)
=
Asset
t-1
Collateral
assets
menunjukkan seberapa besar aset
yang dimiliki oleh suatu perusahaan
yang dapat digunakan sebagai
jaminan peminjaman. Collateral
assets
dapat
diukur
dengan
membagi antara aktiva tetap bersih
yang dimiliki perusahaan terhadap
total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan (Pujiastuti 2008, 188).
Aset Tetap
ASCOL =
Total Aset
HASIL PENELITIAN
Populasi dalam penelitiaan
ini
adalah
perusahaan
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Obyek dari penelitian ini
adalah 310 perusahaan nonkeuangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2010
dan
mengeliminasi
dengan
menggunakan purposive sampling
method, hasilnya 68 perusahaan
dengan 204 sampel yang digunakan
selama 3 tahun penelitian.
[Lihat Tabel 4]
[Lihat Tabel 2]
Data yang dihasilkan setelah uji
outlier adalah sebanyak 193 data,
sehingga data yang dibuang adalah
sebanyak 11 data. Berdasarkan
Tabel 4, hasil uji KolmogorovSmirnov menunjukkan bahwa data
tidak terdistribusi normal, hal ini
dikarenakan nilai Assymp. Sig lebih
kecil dari 0,05 yaitu 0,020.
[Lihat Tabel 3]
[Lihat Tabel 5]
[Lihat Tabel 1]
62
Hasil
uji
Kolmogorov-Smirnov
menurut Tabel 3 menunjukkan
asymp. Sig lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
data tidak terdistribusi normal
sehingga memerlukan uji outlier.
ISSN: 1410 -9875
Hasil
uji
multikolonieritas
berdasarkan tabel 5 menunjukkan
bahwa variabel-variabel independen
yang disajikan melalui Tolerance
diatas 0,10 dan VIF dibawah 10. Hal
ini menunjukkan bahwa
dalam
model regresi ini tidak mengalami
masalah multikoloniearitas diantara
variabel-variabel independennya.
[Lihat Tabel 6]
Berdasarkan tabel 6, nilai sig
residual 2 lebih besar dari tingkat
signifikansi
0,05
maka
dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah
autokorelasi
dalam
penelitian ini.
[Lihat Tabel 7]
Berdasarkan tabel 7, variabel
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan
memiliki
tingkat
signifikansi yang berada dibawah
0,05
sehingga
mengalami
heteroskedastisitas.
Selain
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan, variabel lain tidak
mengalami heteroskedastisitas.
[Lihat Tabel 8]
Berdasarkan tabel 8, nilai koefisien
korelasi
(R)
sebesar
0,407
mendekati angka 0 maka korelasi
atau hubungan antara variabel
independen,
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan
dan
collateral asset terhadap variabel
R. Purwoko
dependen, kebijakan
adalah lemah positif.
dividen,
[Lihat Tabel 8]
Berdasarkan tabel 8, hasil pengujian
koefisien determinasi ditunjukkan
oleh angka Adjusted R Square yaitu
sebesar 0,136. Hal itu menunjukkan
bahwa 13,6% variasi dari variabel
kebijakan dividen yang dapat
dijelaskan oleh ketujuh variabel
independen,
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan
dan
collateral asset. Sedangkan sisanya
sebesar 86,4% dapat dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak tedapat
dalam penelitian ini.
[Lihat Tabel 9]
Dari tabel 9 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 dengan F
hitung 5,557. Nilai signifikansi 0,000
lebih kecil dari 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa model regresi
fit dengan model penelitian.
[Lihat Tabel 10]
Dari tabel 10
pengaruh
independen
dependen. Hal
berikut:
kita dapat melihat
setiap
variabel
terhadap
variabel
ini diringkas sebagai
1. Kepemilikan manajerial (MNG)
tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikansi
0,393.
Nilai
signifikansi 0,393 lebih besar dari
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
2.
3.
4.
5.
64
0,05 berarti Ha1 tidak dapat
diterima, artinya kepemilikan
manajerial tidak mempunyai
pengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Kepemilikan institusional (INST)
berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikansi
0,022.
Nilai
signifikansi 0,022 lebih kecil dari
0,05
berarti
Ha2 diterima,
artinya kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Kebijakan hutang (DEBT) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
dengan
tingkat
signifikansi
0,604.
Nilai
signifikansi 0,604 lebih besar dari
0,05 berarti Ha3 tidak dapat
diterima,
artinya
kebijakan
hutang
tidak
mempunyai
pengaruh terhadap kebijakan
dividen.\
Profitabilitas (ROA) berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan
dividen
dengan
tingkat
signifikansi
0,000.
Nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari
0,05
berarti
Ha4 diterima,
artinya profitabilitas mempunyai
pengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Ukuran
perusahaan
(SIZE)
berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikansi
0,039.
Nilai
signifikansi 0,039 lebih kecil dari
0,05
berarti
Ha5 diterima,
artinya
ukuran
perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
November 2013
6. Pertumbuhan
perusahaan
(GWTH) berpengaruh terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikansi
0,030.
Nilai
signifikansi 0,030 lebih kecil dari
0,05
berarti
Ha6 diterima,
artinya pertumbuhan perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap
kebijkan dividen.
7. Collateral asset (ASCOL) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
dengan
tingkat
signifikansi
0,606.
Nilai
signifikansi 0,606 lebih besar dari
0,05 berarti Ha7 tidak dapat
diterima, artinya collateral asset
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kebijakan dividen.
PENUTUP
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan, hasil dari penelitian
ini
adalah
sebagai
berikut:
kepemilikan managerial, kebijakan
hutang dan asset collateral tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Sedangkan
kepemilikan
institusional,
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
positif terhadap kebijakan dividen
dan
pertumbuhan
perusahaan
memiliki pengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen.
Beberapa
keterbatasan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
penelitian
ini
hanya
menggunakan
7
variabel
independen, padahal masih banyak
ISSN: 1410 -9875
variabel lain yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan.
Data dalam penelitian ini tidak
normal dan terdapat 2 variabel
independen yaitu profitabilitas dan
ukuran perusahaan yang mengalami
heteroskedastisitas.
Rekomendasi
berdasarkan
keterbatasan
yang
telah
diungkapkan
yang
diharapkan
berguna
untuk
penelitian
selanjutnya, yaitu : untuk penelitian
R. Purwoko
selanjutnya
dianjurkan
untuk
menambah
variabel-variabel
independen
lain
yang
dapat
mempengaruhi kebijakan dividen
suatu perusahaan. Contoh variabel
independen
yang
dapat
ditambahkan
untuk
penelitian
selanjutnya adalah free cash flow.
Untuk
penelitian
selanjutnya
dianjurkan
untuk
menggunakan
periode penelitian yang lebih
panjang.
REFERENSI
Anderson, David R., Dennis J. S., Thomas A. W. 2011. Statistics for Business and
Economics. 7th edition. South Western: Cengage Learning.
Arilaha, M.A. 2009a. Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13,
No. 3, hlm 386-394.
Arilaha, M.A. 2009b. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan
Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol. 13, No. 1, hlm. 78-87.
Bukhori, I. 2008. Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional, Kesempatan
Bertumbuh, Kebijakan Hutang, Profit dan Tingkat Resiko terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. XVI, No. 2, hlm
135-143.
Dewi, S.C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 1, hlm 4758.
Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11,
No. 2, hlm 144-153.
Fadah, I. dan D. Rian . 2007. Analisis Faktor- Faktor Penentu Kebijakan Dividen
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol. 1, No. 1, hlm 14-29.
Fauz, A. dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 8, No. 2, hlm
259-267.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Hatta, A.J. 2002. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen :
Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI, Vol. 6, No. 2.
Kahar, S.H.A. 2008. Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Pendanaan
Dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3, hlm. 399410.
Murhadi, W.R. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance, Analyst Coverage,
dan Tahapan Daur Hidup Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Manajemen
dan Bisnis, Vol. 10, No. 1, hlm. 111-126.
Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang,
ROA Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, hlm. 103123.
Pujiastuti, T. 2008. Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol. 12, No. 2, hlm 183-197.
Sanjaya, I.P.B. 2009. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Kajian Akuntansi, Vol. 4, No. 1,
hlm. 15-24.
Sofyaningsih, S. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan
Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, hlm.
68-87.
Suharli, M. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel
Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, hlm. 9-17.
Sulistiyowati, I., R. Anggraini., dan T.H. Utaminingtyas. 2010. Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan
Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, hlm 1-23.
Suwaldiman dan A. Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar
Terhadap Kebijakan Dividen. Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 8, No.
1, hlm. 53-64.
Thanatawee, Y. 2011. Life-Cycle Theoy and Free Cash Flow Hypothesis :
Evidence From Dividend Policy In Thailand. International Journal of
Financial Research, Vol. 2, No. 2, hlm 52-60.
Wahyudi, E. dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable
Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode
2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3, hlm. 474-482.
Wiagustini, N.L.P. 2009. Investment Opportunity, Instiusional Ownership, Cash
Flow, Company Life Cycle Terhadap Kebijakan Dividend dan Return
Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, hlm 373-385.
Wijayanti, S. dan Supatmi. 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Kebijakan Dividen. Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
66
ISSN: 1410 -9875
R. Purwoko
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel
N Valid
Missing
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
DPR
204
0
MNG
204
0
INST
204
0
DEBT
204
0
ROA
204
0
.332165
.0077
SIZE
204
0
28.22041
3
1.535839
8
24.8502
.419134
.48
.720469
.411136
.120546
.2784908
.501
.0442
0
.184175
7
.1232
.188668
7
.0325
1.90372
96
-.5059
ASCOL
204
0
.28857
7
.19369
73
.0013
1.5470
1
.9864
.9482
.4116
32.3571
24.3715
.9968
.0907593
GWTH
204
0
Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS v. 19
Tabel 2
Frekuensi Kepemilikan Manajerial
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
TIDAK
ADA
ADA
Total
106
52.0
52.0
52.0
98
204
48.0
100.0
48.0
100.0
100.0
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
N
Mean
Std. Deviation
Absolute
Unstandardized
Residual
204
.0000000
.25438793
.142
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
.142
-.088
2.022
.001
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Sesudah Uji Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Mean
Std. Deviation
Unstandardized Residual
193
.0000000
.23010064
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Most Extreme
Differences
November 2013
Absolute
.109
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
.109
-.073
1.521
.020
Tabel 5
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients(a)
Collinearity
Statistics
Toleran
ce
VIF
Model
1
MNG
.829
1.206
INST
.858
1.165
DEBT
.888
1.126
ROA
.741
1.349
SIZE
.921
1.086
GWTH
.984
1.016
ASCOL
.947
1.056
a Dependent Variable: DPR
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Coefficients(a)
Standardize
d
Unstandardized
Coefficient
Coefficients
s
Std.
B
Error
Beta
Model
(Const
ant)
MNG
INST
DEBT
ROA
SIZE
GWTH
-.022
.352
-.002
.040
-.004
.003
.108
.002
-.006
.103
-.004
-.007
.234
-.003
.001
.012
.005
-4.680E.010
.000
05
ASCOL
.010
.098
.008
RES_2
-.009
.073
-.009
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
68
t
Sig.
-.062
.951
-.046
.025
-.056
-.031
.063
.963
.980
.956
.975
.950
-.005
.996
.105
-.128
.917
.898
ISSN: 1410 -9875
R. Purwoko
Tabel 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized
Coefficients
Std.
Error
B
(Const
ant)
MNG
INST
DEBT
ROA
SIZE
GWTH
ASCOL
.546
Standardize
d
Coefficient
s
Beta
.231
-.009
.026
.104
.070
.018
.067
.416
.153
-.017
.008
-.006
.006
-.018
.064
a Dependent Variable:
-.025
.109
.019
.214
-.150
-.070
-.020
ARES_1
t
Sig.
2.370
.019
-.332
1.487
.264
2.715
-2.114
-1.020
-.280
.740
.139
.792
.007
.036
.309
.779
Tabel 8
Hasill Analisa Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjuste Std. Error
Mode
R
dR
of the
Square
Square
Estimate
l
R
1
.407(a)
.166
.136
.2588907
a Predictors: (Constant), ASCOL, ROA, GWTH, SIZE, DEBT, INST,
MNG
Tabel 9
Hasil Uji F
ANOVA(b)
Sum of
Square
Mean
s
Model
Df
Square
F
Sig.
1
Regressio
2.607
7
.372
5.557 .000(a)
n
Residual
13.137
196
.067
Total
15.744
203
a Predictors: (Constant), ASCOL, ROA, GWTH, SIZE, DEBT, INST, MNG
b Dependent Variable: DPR
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Tabel 10
Hasil Uji t
Coefficients(a)
Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients
s
Std.
Error
B
Beta
Model
1
70
(Constant
)
MNG
INST
DEBT
ROA
SIZE
GWTH
ASCOL
-.585
.350
.034
.040
.061
.246
.107
.163
-.053
.102
-.036
.830
.233
.271
.026
.012
.142
-.021
.010
-.144
.050
.096
.035
a Dependent Variable: DPR
November 2013
t
Sig.
-1.670
.096
.856
2.310
-.519
3.570
2.083
-2.185
.517
.393
.022
.604
.000
.039
.030
.606
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 71-84
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, FIRM SIZE, ASSET TANGIBILITY,
NON-DEBT TAX SHIELD AND GROWTH
TOWARD CAPITAL STRUCTURE
SATRIYO WIBOWO
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the
influence of profitability, tangibility, growth, firm size, and non-debt tax
shield toward capital structure. This study was also to compare result of the
previous research within the research. Sample of this research is mining
companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2011. The
purposive sampling is used as sampling technique, where 7 companies met
the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data
regressions with random effect model to test the hypotheses. The result of
this research shows that firm size, non-debt tax shield and growth does
influence the capital structure, while profitability and tangibility do not
influence the capital structure. Overall, the independent variables influence
capital structure simultaneously.
Keywords:
Profitability, Tangibility, Growth, Firm Size, Non-Debt Tax
Shield, Capital Structure.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
secara empiris pengaruh profitabilitas, tangibility, Growth, Firm Size, dan
Non-Debt Tax Shield terhadap Capital Structure. Penelitian ini juga
membandingkan hasil dari penelitian sebelumnya dalam penelitian. Sampel
dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2005-2011 untuk. The purposive sampling digunakan
sebagai teknik sampling, di mana 7 perusahaan memenuhi kriteria dan
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi data panel dengan
model efek random untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Firm Size, Non-Debt Tax Shield dan Growth tidak mempengaruhi
Capital Structure, sedangkan
Profitability
dan
Tangibility
tidak
mempengaruhi Capital Structure. Secara keseluruhan, variabel independen
mempengaruhi Capital Structure secara bersamaan
Kata kunci: Profitability, Tangibility, Growth, Firm Size, Non-Debt Tax
Shield, Capital Structure
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
INTRODUCTION
Generally, capital structure
management in a corporate level of
strategic planning has several main
objectives, such as determining the
optimal
capital
structures
combination for corporate over the
short-term and long-term financial
planning, deciding the amount of
fund from each sources.
In any firm, one of the major
duties of manager is determining
the optimal capital structure of the
firm. In general, manager can
choose any mix of different types
of assets to form their capital
structure in order to decide the
best decision in financing their
financial needs. Firms can either
issue a large amount of debt or
very little debt. The companies
tend to use debt is the companies
that have high growth rate, high
level of assets and had same level
of sales throughout the years.
However,
no
matter
which
combination does the firm chosen,
the higher debt used in financing
the company, the higher level of
company’s leverage would be. A
number of theories have been
suggested in explaining the capital
structure of firms. However, there
is no specific method for firms to
choose their optimal debt level yet.
Basically, financing sources
can be defined into two main
categories. There are internal and
external
sources
which
have
different characteristics. Internal
financing sources can obtained with
using retained earnings of issuing
new stock to raise additional fund,
called internal sources because it
was
involving
the
internal
stakeholder such as management
and the owner of the firm as the
72
November 2013
stakeholder. On the other hand,
external source is associated to
debt and loan from bank or other
financial institutions.
There are many several
factors that can seemly affect the
leverage and the company capital
structure. From the proportion of
the capital structure we can know
that many ways to affect it for the
example like the profit company
generate, size of the firms, the
assets company have, the used of
debt, investment and etc.
The factor that can affect
leverage, which proxy by
debt
ratio, is profitability. In this
research
profitability
can
be
measure by using basic earning
power (BEP) which we can see the
profit that company generate
before paid tax and any interest
and from that we can see the
company either its profit or in loss
condition. According to the pecking
order theory, when the company in
profitable condition the external
financing is not used and prefer to
uses internal financing.
Indonesia
itself
as
a
developing country is becoming one
of many foreign investor targets to
invest the money in Indonesia
companies. Investing itself can
affect the financing proportion in
firm’s capital structures. One of
the sectors that have a good growth
investing realization is mining
sector. Mining sector itself is
included in Indonesia government
plan
in
“Accelerated
Industrialization 2012-2014” from 3
major groups. The acceleration is
aimed to encourage the growth of
the industrial sector as a major
catalyst in improving national
economic growth.
ISSN: 1410 -9875
And head of BKPM as
Indonesia Investment Coordinating
Board announce in that in 2012, the
total foreign investment Indonesia
get is Rp. 221,0 trillion or same as
24,6 billion U.S dollar. Then from
that value mining sectors as one of
the biggest sectors that take a
foreign investment with total 4,3
billion U.S dollar followed with
transport and telecommunication
sector with 2,8 billion U.S dollar.
Therefore, the purpose of this
research is to find empirical
evidence of the influence of
profitability,
firm
size,
asset
tangibility, non-debt tax shield and
growth
either
partially
or
simultaneously
toward
capital
structure of
mining
companies
listed in Indonesia stock exchange
(IDX) Period 2005-2011.
This research was prepared by
the following sequence of writing,
first is introduction about research
background,
research
problem,
research ojectives and benefits,
and systematical review. Second is
theoretical
framework
and
hypothesis development, including
previous research and reserach
model.Third is research method
about of sampling method and data
collecting technique, operational
definition
of
variables
and
itsmeasurement. Fourth is analysis
and discussion about the research
result. Fifth is closing that contains
conclusion, research limitation, and
recommendation for to the next
researches.
THEORETICAL FRAMEWORK AND
HYPOTHESIS DEVELOPMENT
Capital structure was the
most complex areas in financial
decisions
because
of
its
interrelationship
with
other
Satriyo Wibowo
financial decisions variables. Poor
capital structure decisions
can
result in a high cost of capital.
Effective capital structure decisions
can lower the cost of capital,
resulting in higher NPVs and more
acceptable projects-and thereby
increasing the value of firm Three
important theories are used to
explain
more
about
capital
structure, they are Pecking Order
Theory, Trade-Off Theory, and
Agency Cost Theory.
Pecking order is a hierarchy
of financing that
begins with
retained
earnings,
which
is
followed by debt financing and
finally external equity financing
(Gitman and Zutter 2012, 533).
Trade-off
theory
stated
that
corporation
seeks
an
optimal
capital structure. This theory is
trying through a balance between
benefits and costs of debt to reach
an optimal capital structure for the
company.
There are several factors
that influencing capital structure,
this research focus on five factors,
they are profitability, firm size,
asset tangibility, non-debt
tax
shield and growth. Profitability is
the relationship between revenues
and costs generated by using the
firm’s assets-both current and
fixed-in
productive
activities
(Gitman and Zutter, 2012, 601). A
company
can
increase
their
profitability by reduces their costs
or increasing the sales revenue.
And can be measured through Basic
Earning Power.
According
to
pecking order theory, profitable
firms tend to have lower debt
level. The ability of firm to get
debt is also determined by firm size
that refers to how large or small a
firm (Brown and Reilly 2009, 161),
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
whereas larger firms tend to use
debt financing in their capital
structure since they have more
stable cash flows and
less
probability of bankruptcy which
cause their businesses are more
diversified than smaller firms.In the
same way Tangible asset are refers
to the physical asset such as plant,
machinery, and officers (Brealey et
al. 2006, 1005). According to tradeoff theory, in the time when firms
need some funds, their
need
tangible asset to offer collaterals to
debt providers.NDTS refers to the
percentage of benefit in debt
financing the firms get, According
to Ross et al. (2008, 320)
Depreciation tax shield is the tax
saving that results from the
depreciation deduction, calculated
as depreciation multiplied by
corporate tax rate. Based with
trade-off theory the higher NDTS
will decrease the using of debt in
the capital structure. Growth refers
to the percentage of change in
earning per share, dividend per
share, revenue, market price of
stock or total asset compared to a
base year amount (Siegel and Shim
2000, 211). Based on pecking order
theory, firm with higher growth
tend to required higher volume of
financial resources as providing
internal fund.
Previous Research
Profitability and Capital Structure
Many
studies
empirically
examined
profitability
as
a
determinant of capital structure,
most of them found an insignificant
impact between profitability and
capital structure, for example
Ahmad et al (2011); Liu et al
(2012). But in Al-Qudah (2011);
Janbaz
(2010);
Santika
and
74
Sudiyatno (2011)
that between
capital structure
impact between
capital structure.
November 2013
research found
profitability and
has a significant
profitability and
Tangibility and Capital Structure
Many
studies
empirically
examined tangibility measured by
(fixed assets/ total assets) as a
determinant of capital structure.
Those studies include different
firms from different sectors and
different countries. A number of
empirical
studies
found
an
significant
impact
between
tangibility and capital structure for
example Janbaz (2010); Liu et al
(2009); and Al-Qudah (2011) while
Santika and Sudiyatno (2011) found
an insignificant impact between
tangibility and capital structure.
Size and Capital Structure
A
number
of
studies
investigated size as a determinant
of capital structure. Some of the
scholars found a significant impact
between size and capital structure,
for example Janbaz (2010) and Liu
et al (2009). On the other hand,
some studies report an insignificant
impact between size and capital
structure, for example Al-Qudah
(2011) and Ahmad et al (2011)
Non-Debt Tax Shield and Capital
Structure
A significant impact between
non-debt tax shield and capital
structure found by Ahmad et al
(2011). While others found an
insignificant impact between nondebt tax shields and capital
structure such as Afza and Hussain
(2011).
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Growth and Capital Structure
A number of studies found an
significant impact between growth
and capital structure
such
as
Janbaz (2010) and Santika and
Sudiyatno (2011). While, others
found an insignificant impact
between
growth
and
capital
structure, for example Al-Qudah
(2011), Ahmad et al (2011) and
Chen (2011).
The model of this research can be depicted as follows:
Profitability
Firm Size
Tangibility
Capital
Structures
Non-Debt
Tax Shield
Growth
Figure 1 Research Model
Hypothesis Development
Ha1: Profitability does influence
capital structure.
H02: Size doesn’t influence capital
structure.
Ha2: Size does influence capital
structure.
H03: Tangibility doesn’t influence
capital structure.
Ha3: Tangibility
does
influence
capital structure.
H04: Non-debt tax shield doesn’t
influence capital structure.
Ha4: Non-debt tax shield does
influence capital structure.
H05: Growth
doesn’t
influence
capital structure.
Ha5: Growth does influence capital
structure.
H06: Profitability, size, tangibility,
non-debt
tax shield
and
growth do not influence
capital
structure
simultaneously.
Ha6: Profitability, size,
tangibility, non-debt tax
shield and growth do influence
capital structure
simultaneously.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
RESEARCH METHODS
Research Objects
This research
mining
companies
uses
listed
the
in
November 2013
Indonesia Stock Exchange (IDX) for
period
2005-2011
andusing
purposive sampling as sampling
method, the criteria as follow:
Table 1 Sample Procedures
Sampling Criteria
Mining companies
consistent
Number of Companies
14
listed in IDX from 2005 – 2011
Have negative net and EBIT
(5)
income from 2005 – 2011
Not issuing financial statements
(1)
on December 31 from 2005 –
2011
Total companies
8
Total sample data
56 data
Research Period 2005 – 2011
7 years
Operational
Definition
of
Variables and Measurement
The dependent variable of
this research is capital structure
that can be measured by leverage
or debt ratio. Total debt ratio
measures the proportion of total
assets financed by the firm’s
creditors. The higher this ratio, the
greater amount of other people’s
money being used to generate
profits Gitman and Zutter (2012,
77). Capital Structure (CS)is used
ratio scale.
Total Debt Ratio =
Independent variables of this
research are Profitability, size,
76
tangibility, non-debt tax shield and
growth.
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Profitability (PROF) in this
research is using BEP (Basic Earning
Power). Profitability is used ratio
scale.
Basic Earning Power =
Firm Size (FS) reflects the
condition of company (large or
small) based on total assets.
Measurement of size of the firm is
measured by natural logarithm of
total asset. Firm Size is used ratio
scale.
Firm Size
ratio
Asset Tangibility(AT) is used
scale. This variable is
measured by fixed assets divided by
total assets.
AssetTangibility
Non-Debt Tax Shield is
benefit in debt financing with
permits the depreciation to be
deducted in firm tax bill. The scale
is used is ratio scale. NDTS is used
ratio scale.
Tax Provision =
Growth (GROW) is measured
by growth of asset.Growth is
percentage change in asset of
company in recent year which
compared to year previously.
Growth is used ratio scale.
Growth = Percentage Change in Total Assets
Data Analysis Method
Based on research model,
data analysis method in this
research will be done by using
panel data of simple and multiple
regressions through Eviews 7 as
statistical data processing program.
The regression models used in this
research are simple
regression
model and multiple regression
model. Simple regression model is
regression model with a single
independent variable and multiple
regressions model is regression
model
with
two
or
more
independent variables to explain
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
the variation that occur in the
single dependent variable (y).
Simple regression model
Yit = β0 + β1X1it+ εit
Multiple regression model
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + εit
Where:
Yit = Capital Structure (Proxy by
Leverage Ratio)
β0 = Intercept or Constanta
β1, β2, β3, β4, β5
= Slope
or Coefficient Regression of
Variable
X1 = Profitability
X2 = Firm Size
X3 = Asset Tangibility
X4 =
X5 =
εit =
Non-Debt Tax Shield
Growth
Error Term
RESULTS AND ANALYSIS
Descriptive Statistics
The result from descriptive
statistic that has been done is
summarized as following table:
Table 2 Descriptive Statistics
T_DEBT
0.393389
0.856692
0.084303
0.213741
49
Mean
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Observatio
ns
Source: Eviews 7 Processed
PROFIT
0.225683
0.845420
0.009979
0.168989
49
TANGI
0.341935
0.869447
0.044967
0.234746
49
SIZE
29.33720
30.78145
20.75912
1.852617
49
NDTS
0.218402
0.600214
0.004539
0.169334
49
GROWTH
0.154169
0.650807
-0.160638
0.163804
49
Panel Model Selection Analysis
Hausman Test Analysis
Theresult of Hausman test can be seen in the following table:
Table 3 Hausman Test Result
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Cross-section
random
19.77924
5
Chi-Sq. d.f.
Prob.
5
0.0014
Source: Eviews 7 Processed
The Chi-Square or Hausman
statistic value is 19.779245 higher
78
than Chi-Squares table value alpha
0.05 (d.f) 5. The probability value
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
0.0014 also less than alpha (0.05),
then the null hypothesis (H0) is
rejected. It means the model used
is Fixed Effect Model.
Data Quality Test Analysis
Normality Test Analysis
The result of normality test
by
Jarque-Bera(JB)
statistics
value shownas follow:
Table 4Normality Test Result
Skewness
Kurtosis
JarqueBera
Probability
Source: Eviews 7 Processed
Value of JB 0.238916 lowers
than value of Chi Squares (df) 2
which is 5.991, also its probability
0.887401 greater than alpha (0.05),
can
be
concluded
the
null
-0.090359
2.709550
0.238916
0.887401
hypothesis (H0) is not rejected,
means data normally distributed.
Classical Assumption Test Analysis
Multicollinearity Test Analysis
Result of multicollinearity test is shown as follow:
Table 5 MulticollinearityTest
PROFIT
PROFIT
1.000000
TANGI
-0.047044
SIZE
0.446149
NDTS
0.298398
GROWTH
0.231000
Source: Eviews 7 Processed
TANGI
-0.047044
1.000000
0.138409
0.527815
-0.187476
Table 4 shows that all correlation
between independent
variables
lower
than
0.85,
it
means
multicollinearity does not happen
in the regression model, therefore
data in this research is good to be
used.
SIZE
0.446149
0.138409
1.000000
0.433503
-0.185751
NDTS
0.298398
0.527815
0.433503
1.000000
-0.258575
GROWTH
0.231000
-0.187476
-0.185751
-0.258575
1.000000
Heteroscedasticity Test Analysis
Glejser test can be done
to
detect the heteroscedasticity, the
result as follow:
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Table 6 Glejser Test Result
Variable
C
PROFIT
TANGI
SIZE
NDTS
GROWTH
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
-0.061379
-0.015452
0.121694
0.002824
-0.070899
0.034071
Prob.
0.266423 -0.230380
0.029908 -0.516638
0.063801 1.907414
0.009027 0.312886
0.042207 -1.679785
0.027603 1.234334
0.8191
0.6085
0.0643
0.7561
0.1014
0.2249
Source: Eviews 7 Processed
Variables of Profitability,
Autocorrelation Test Analysis
Firm Size, Tangibility, NDTS and
Autocorrelation test can be done by
Growth have
probability
value
Durbin-Watson test as follow:
lower than alpha (0.05),
means
there are heteroscedasticity in
those variables.
Table 7 Autocorrelation Test
Durbin-Watson stat
1.926804
Source: Eviews 7 Processed
H0 is rejected,
Positive
H0
Inconclusive
Autocorrelation
No Evidence of
Inconclusive
is
rejected,
Negative
Autocorrelation
Autocorrelation
0
4
1.3258
1.7716
2
2.2284
1.926804
Figure 2 Durbin-Watson Statistic Test Result
80
2.6742
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Because the statistic value of
Durbin-Watson is in No Evidence of
Autocorrelation zone, means H0 is
not
rejected,
there
is
no
autocorrelation occurred in model.
Data Analysis and Hypothesis Testing
Table 8 R, R2, and t-Test results
Variable
PROFITABILITY
R
0.916948
R2
0.840795
Coeff
0.044246
t-Statistic
0.996438
Prob.
0.3249
SIZE
0.925496
0.856543
-0.044133
-2.437728
0.0192
TANGIBILITY
NDTS
GROWTH
0.923927
0.943040
0.933584
0.853642
0.889325
0.871580
0.206938
-0.512064
0.170756
1.621362
-9.026193
4.406924
0.1126
0.0000
0.0001
Source: Eviews 7 Processed (Appendix 3)
The probability value of
profitability and asset tangibility
was 0.3249 and 0.1126 greater than
alpha 0.05, so it means this
variable are not influencing capital
structures. while the probability FStatistic Testing
value from size, NDTS and growth is
0.0192, 0.0000, 0.0001 is less than
alpha 0.05 which means
this
variable influence capital structure
partially
Table 9 Coefficient of Regression of H8
Variable
C
PROFIT
TANGI
SIZE
NDTS
GROWTH
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
1.822787
0.043688
0.250777
-0.049493
-0.407152
0.103137
The
multiple
regression
equation which also including panel
data regression (with random effect
model) as follows:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it
+ β4X4it + β5X5it + εit
Capital Structure = 1.822787 +
0.043688Profitability
+
0.250777Asset
Tangibility
-
0.460795 3.955743
0.048491 0.900954
0.120374 2.083315
0.015640 -3.164423
0.078655 -5.176395
0.051271 2.011610
Prob.
0.0003
0.3734
0.0442
0.0031
0.0000
0.0516
0.049493Size - 0.407152NDTS +
0.103137Growth + εit
The equation means that:
β0 =1.822787. It means if the
variables
value
of
profitability, size, tangibility,
non-debt
tax shield
and
growth simultaneously toward
capital structure are equal to
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
β1
β2
zero (0), then the value of
capital structure is equal to
1.822787.This intercept value
also represents
the mean value of all the
cross-sectional intercepts.
= 0.043688. It means if
variable of profitability is
increased 1unit, then capital
structure
will
increase
0.043688 units, with other
independent
variables
constant assumption.
=
0.250777.It
means
if
variable of tangibility is
increased 1 unit, then capital
structure
will
increase
0.250777 units, with other
independent
variables
constant assumption.
β3
β4
β5
November 2013
=
‐0.049493.It means
if
variable of size is increased 1
unit, then capital structure
will decrease 0.049493 units,
with
other
independent
variables constant assumption
=
‐0.407152.It
means
if
variable of NDTS variable is
increased 1unit, then capital
structure
will
decrease
0.407152 units, with other
independent
variables
constant assumption
=
0.103137.It
means
if
variable of growth increased 1
unit, then capital structure
will increase 0.103137 units,
with
other
independent
variables constant assumption
Table 10 Coefficient of Regression H8 Result
F-statistic
29.07446
Prob(F-statistic)
0.000000
Source: Eviews 7 Processed (Appendix 3)
CLOSING
Based on result and analysis
that has
been discussed of
hypothesis test on sample data of
mining companies
listed
in
Indonesia Stock Exchange (IDX) for
period 2005 until 2011, therefore
the
conclusions
shows
that
profitability, asset and tangibility
does not influence the capital
structure partially, while firm size,
NDTS, growth influence capital
structure partially. Furthermore, of
profitability, size, tangibility, nondebt tax shield and growth
82
influence
capital
structure
simultaneously.
This research has several
limitations which are only used five
variables that were considered can
influence capital structure, while
factors influencing capital structure
there are many or more than five
variables; sample that used was
restricted for mining companies, so
that still less in representing of all
emitters listed in IDX; and this
research only took 7-years period
from 2005 until 2011, hence the
data perhaps might not reflect fully
the condition of the firms in the
long term.
ISSN: 1410 -9875
To cope with the limitations,
recommendations that can be used
for next research which is related
with capital structure are use some
variables, such as business risks,
managerial ownership, dividend,
and liquidation (as additional
variables that were used in this
research) that may influence the
capital structure; the sample can
Satriyo Wibowo
be extended to not only listed
mining companies
in
Indonesia
Stock Exchange; and a longer
research period can be used as
consideration to get an accuracy of
the result because the consistency
of independent variables’ effect on
the capital structure can be
determined.
REFERENCES
Ahmad, Fawad., Juniad-ul-Haq, Rao Umer Nasir, Mohsin Ali, Wasim Ullah.
2011. Extension of determinants of capital structure: Evidence from
Pakistani non-financial firms. African Journal of Business Management
Vol.
5(28),
pp.
11375-11385,
16
November,
2011
http://www.academicjournals.org/AJBM
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western:
CENGANGE Learning.
Ali, Khizer and Muhammad Farhan Akhtar. 2011. Practical Implication of
Capital Structure Theories: Empirical Evidence from the Commercial
Banks of Pakistan. European Journal of Social Sciences – Volume 23,
Number 1 (2011)
Al-Qudah, Ali Mustafa Abdullah. 2011. The Determinants of Capital Structure
of Jordanian Mining and Extraction Industries: Empirical Evidence.
European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences
ISSN 1450-2275 Issue 29 (2011)
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
Finance 8th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin
Brigham, Eugene F., and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management
Theory and Practice. Singapore: Thomson South Western.
Downess, John and Jordan Elliot Goodman. 2001. Kamus Istilah Keuangan dan
Investasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Elex Media.
Gibson, Charles H., 2009 Financial Reporting & Analysis. 11th Edition. South –
Western: CENGANGE Learning.
Gitman, Lawrence. J., and Chad J. Zutter. 2012 Principles of Managerial
Finance. 13th Edition. New York: Pearson Prentice Hall
Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics 5th
Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics 4th Edition.
New York: McGraw – Hill Companies, Inc.
Harris, Milton, and Artur Raviv. 1991. The Theory of Capital Structure. The
Journal of Finance Vol. 46, no.1 pp. 297-355.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New
Jersey: Pearson Education
Higgins, Robert C. 2001. Analysis for Financial Management 6th Edition.
Boston: McGraw Hill.
Janbaz, Mehdi. 2010. Capital Structure Decisions in the Iranian Corporate
Sector. International Research Journal of Finance and Economics, no.
58, ISSN 1450-2887.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J.William Petty, David F. Scott. 2005.
Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson
Prentice Hall.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010.
Intermediate Accounting: IFRS Edition. Volume 1. John Wiley and Sons.
Liu, Yuanxin and Jing Ren. 2009. An Empirical Analysis on the Capital
Structure of Chinese Listed IT Companies. International Journal of
Business and Management, vol. 4, no. 8, pp. 46-51
Reily , Frank K., and Keith C. Brown. 2006. Investment Analysis and Portfolio
Management 8th Edition. USA: Thomson South – Western
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey F. Jaffe, and Bradford D
Jordan. 2009. Modern Financial Management 8th Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Santika, Rista Bagus and Bambang Sudiyatno. 2011. Determinant of Capital
Structure on the Manufacturing Company Capital in Indonesia Stock
Exchange. Dinamika Keuangan dan Perbankan, vol. 3, no. 2 ISSN 19794878, pp. 172-182.
Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th
Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Viviani, Jean-Laurent. 2004. Capital Structure Determinants: An Empirical
Study of French Companies in the Wine Industry. International Journal of
Wine Business Research Vol. 20, ISSN 1751 – 1062, pp. 171 – 194
White, Gerald I., Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The Analysis and
Use of Financial Statements 3rd edition. USA : John Wiley & Sons, Inc
Winarno, Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
UPP STIM YKPN, Yogyakarta
84
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 85-98
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH RISIKO BISNIS, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN,
COLLATERAL VALUE OF ASSET
DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL
STELLA
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze the effect of
firm size, growth, profitability, collateral value of asset, and business risk
tocapital structure. This study was also to improve consistency of result from
prior studies.Property and real estate that has been listing on BEI 2007-2011
were examined. Ten companies met the criteria and were analyzed using
descriptive statistics and multiple regressions with fixed effect model for
panel data were performed to test the hypotheses.The empirical evidences
from this study shows that growthare affecting capital structure. Firm sixe,
profitability, collateral value of asset, and business risk are not affecting
capital structure. Altogether, there is an effect of all independent variables
simultaneously to leverage.
Keywords:
Capital Structure, Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset,
Business Risk, Profitability.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset,
dan
Capital
Structure. Penelitian ini juga untuk meningkatkan konsistensi hasil dari
penelitian sebelumnya. Properti dan real estate nyata telah listing di BEI 20072011 diperiksa. Sepuluh perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis
menggunakan statistik deskriptif dan regresi dengan model yang berlaku tetap
untuk data panel dilakukan untuk menguji hipotesis. Bukti-bukti empiris dari
penelitian ini menunjukkan bahwa growth mempengaruhi Capital Structure.
Enam perusahaan, Profitability, nilai agunan aset, dan Business Risk tidak
mempengaruhi Capital Structure. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua
variabel independen secara bersamaan untuk leverage.
Kata kunci: Capital Structure, Firm Size, Growth, Profitability, Fixed Asset,
Business Risk, Profitability
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN
Pada
umumnya
suatu
perusahaan didirikan dengan tujuan
untuk memperoleh laba. Laba
merupakan
hasil
yang
menguntungkan atas usaha yang
dilakukan perusahaan pada suatu
periode tertentu.
Salah satu faktor penting
yang mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan yaitu dalam hal
sumber pembiayaan. Perusahaan
memiliki dua sumber pembiayaan
eksternal, yaitu melalui penerbitan
hutang
jangka
panjang
dan
penerbitan
saham.
Kombinasi
penggunaan hutang jangka panjang
dan
ekuitas
sebagai
sumber
pembiayaan
disebut
capital
structure.
Penggunaan
kombinasi
sumber pembiayaan yang tepat
akan memberikan struktur modal
optimal bagi perusahaan. Struktur
modal optimal merupakan struktur
modal
dimana
biaya
modal
perusahaan
minimum
dengan
demikian nilai perusahaan akan
maksimum (Gitman
dan
Zutter
2012, 535).
Ketika manajer menggunakan
hutang, jelas biaya modal yang
timbul
sebesar
bunga
yang
dibebankan
oleh
kreditur,
sedangkan
jika
manajer
menggunakan dana internal atau
dana
sendiri
akan
timbul
opportunity cost dari dana atau
modal sendiri yang digunakan.
Opportunity cost adalah aliran kas
yang seharusnya dapat diperoleh
atas penggunaan terbaik dari aktiva
yang dimiliki.
Dalam penelitian ini terdapat
variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independennya
adalah
profitabilitas,
ukuran
86
November 2013
perusahaan, risiko bisnis, collateral
value of asset dan pertumbuhan
perusahaan, sedangkan variabel
dependennya adalah struktur modal
terhadap property and real estate.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan hipotesis memuat
Capital Structure Firm
Size,
Growth, Profitability, Fixed Asset,
Business Risk, Profitability. Ketiga,
metode penelitian yang memuat
metode pemilihan sampel dan
pengumpulan
data,
definisi
operasional
dan
pengukuran
variabel. Keempat, hasil penelitian
yang menguraikan analisis dan
pembahasan temuan penelitian.
Kelima,
penutup
yang
berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Capital Structure
Menurut Gitman
(2012,
508), struktur modal adalah “The
mix of long-term debt and equity
maintained by the firm”.
Penelitian mengenai struktur
modal didominasi oleh dua teori
dasar yaitu trade-off theory dan
pecking order theory.
Pecking
order
theory
menjelaskan bahwa manajer lebih
senang menggunakan pembiayaan
dengan urutan pertama, yaitu laba
ditahan kemudian utang
dan
terakhir penjualan saham baru
(Sjahrial 2008, 205).
Trade-off
theory
menyatakan
bahwa komposisi struktur modal
yang optimal
dapat
tercapai
apabila
perusahaan
mampu
ISSN: 1410 -9875
menyeimbangkan beban
yang
timbul
dengan
manfaat
yang
diperoleh dari penghematan pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan
(Sayeed 2011, 22).
Firm Size
Menurut White et al. (2003,
178), menjelaskan bahwa ukuran
perusahaan diukur dari total aktiva
yang dimiliki perusahaan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan adalah ukuran
besar kecilnya suatu perusahaan
yang dapat dilihat dari total aktiva
yang dimiliki dan kemampuan
finansial perusahaan tersebut.
Ha1: Tidak terdapat pengaruh firm
size terhadap struktur modal
Growth
Brown dan Reilly (2012,
325) menyatakan bahwa “Growth
companies are firms that have the
opportunities and abilities to rated
of return on investment that are
consistenly above their required
rates of return.”
Jadi
pertumbuhan
perusahaan
adalah
kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan
ukuran perusahaan, nilai penjualan
dan total aktiva.
Ha2: Terdapat pengaruh growth
terhadap struktur modal
Profitability
Berdasarkan pecking order
theory, perusahaan akan memilih
pendanaan internal terlebih dahulu
sebelum mencari dana dari pihak
eksternal. Sehingga, semakin besar
profitabilitas perusahaan maka itu
berarti perusahaan memiliki tingkat
dana internal yang lebih besar,
sehingga
akan
berpengaruh
terhadap berkurangnya hutang yang
digunakan oleh perusahaan.
Stella
Menurut Gitman
(2012,
601), profitability adalah “The
relationship between revenues and
costs generated by using the firms
assets both current and fixed in
productive activities”
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
profitability
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan aktiva-aktiva yang
dimilkinya
untuk
menghasilkan
laba.
Ha4: Tidak
profitabilitas
modal
terdapat pengaruh
terhadap
struktur
Collateral value of asset
Aktiva
biasanya
dikelompokkan
menjadi aktiva lancar dan aktiva
tidak lancar. Menurut Weygandt et
al. (2010, 164), aktiva lancar
adalah jenis aktiva yang dapat
digunakan dalam jangka waktu
dekat, biasanya satu tahun.
Menurut Higgins (2001, 178),
adalah aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan untuk digunakan dalam
kegiatan operasional
dan
tidak
untuk dijual kembali dalam waktu
dekat dan bisa dijadikan jaminan
untuk meminjam dana.
Ha5: Tidak terdapat pengaruh
collateral value of asset terhadap
stuktur modal
Business Risk
Menurut
Gitman
(2012,
527), business risk adalah “The risk
to the firm of being unable to
cover its operating costs”
Jadi risiko bisnis merupakan
risiko perusahaan tidak dapat
menutupi biaya operasionalnya dan
merupakan suatu
ketidakpastian
atas modal yang diinvestasikan
dalam perusahaan.
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Business risk
merupakan
risiko dasar
yang
dimiliki
perusahaan selain financial risk
sebagai tambahan risiko perusahaan
akibat penggunaan hutang.
November 2013
Ha6: Tidal terdapat pengaruh
business risk terhadap struktur
modal
Berikut kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Firm Size
Growth
Profitability
Collateral
Struktur Modal
Business Risk
Gambar 1 Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Property and real estate pada
tahun 2007-2011. Pemilihan sampel
dilakukan dengan metode purposive
sampling,
dengan
kriteria
pengambilan
sampel
yang
diterapkan dalam penelitian ini
yaitu:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
No.
1.
2.
88
Keterangan
Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode
Januari 2007-Desember 2011
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
rupiah dalam laporan keuangan
Jumlah
10
0
ISSN: 1410 -9875
3.
4.
5.
Perusahaan yang tidak menerbitkan
keuangan
Perusahaan yang tidak melaporkan
keuangan 31 desember
Total data penelitian (10x 5 tahun)
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Struktur Modal
Variabel dependen dalam
penelitian ini
adalah struktur
modal. Struktur modal adalah hasil
dari campuran antara hutang dan
ekuitas
yang
dikelola
oleh
perusahaan, diproksikan dengan
menggunakan rasio hutang (Gitman
2012,
77).
Struktur
modal
merupakan variabel yang berskala
rasio.
Firm Size
Ukuran perusahaan adalah
ukuran
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang dapat dilihat dari
total aktiva yang dimiliki dan
kemampuan finansial perusahaan
tersebut.
Variabel
ukuran
perusahaan dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan nilai
logaritma natural dari total aktiva
(Yoga 2010, 37). Skala yang
digunakan adalah rasio. Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rumus:
Growth
Stella
Pertumbuhan
perusahaan
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
meningkatkan
ukuran
perusahaan, nilai penjualan dan
total aktiva. Skala yang digunakan
adalah
rasio.
Pertumbuhan
perusahaan dapat diukur dengan
perhitungan
sebagai
berikut
(Indrajaya et al 2011, 12 )
laporan
0
laporan
0
50
Collateral Value of Asset
Jadi dari pendapat-pendapat
collateral value of asset adalah
sebagai kemampuan aktiva tetap
untuk menjadi jaminan atas suatu
pinjaman perusahaan.
Variabel ini diukur dengan
rasio aktiva tetap yang merupakan
hasil dari aktiva
tetap
dibagi
dengan total aktiva (Sayeed 2011,
6).
CVA
merupakan
variabel
berskala rasio.
Business Risk
Risiko
bisnis
merupakan
suatu ketidakpastian yang dihadapi
perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya, dimana perusahaan tidak
dapat
menutup
biaya
operasionalnya.
Risiko
bisnis
diproksikan dengan menggunakan
standar deviasi, dan diukur dengan
menggunakan
rumus
sebagai
berikut: (Yoga 2010, 36)
Keterangan:
EBIT= Earning Before Interest Tax
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi panel data. Data akan
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
dianalisis
dengan
menggunakan
program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu:
X2
Keterangan:
Y
= Struktur Modal
βo
= Konstanta
β1 – β5 = Koefisien regresi variabel
X1 – X5
X1
= Firm size
X3
X4
X5
ε
=
=
=
=
=
Growth
Business Risk
Profitability
Collateral Value of Asset
Error
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Variabel
N
CapStruc
Collateral
Growth
Profitability
Risk
Size
50
50
50
50
50
50
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Mean
Median
Maksimum Minimum
0,454194
0,158861
0,206492
0,056989
0,118920
16,35113
0,496759
0,127279
0,210416
0,041917
0,022103
19,46011
0,734117
0,508813
0,495372
0,255229
1,876260
23,21875
0,004703
5,000005
0,000414
0,001166
0,000659
8,455277
Deviasi
Standar
0,211153
0,131142
0,108180
0,056829
0,317708
5,935238
Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (Lampiran 3)
Uji Signifikansi Random Effect
Tabel 3
Hasil Uji Hausman
Chi-Sq.
ChiTest Summary
Statistic Sq. d.f.
Cross-section random
7.045280
5
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7. (Lampiran 3)
Dari hasil Uji Hausman, nilai
statistik
uji
Hausman
adalah
7.045280, sedangkan nilai chi
square yang ada pada tabel dengan
α sebesar 0,05 dan degree of
freedom (df) 5 adalah 11.07050.
Dengan demikian, nilai statistik <
dari chi square, sehingga Ho
90
Prob.
0,2173
diterima. Ini berarti bahwa model
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Random
Effect. Hasil yang sama juga
diperoleh dari nilai probabilitasnya,
dimana nilai
probabilitas
lebih
besar dari α (0,2173 > 0,05) yang
berarti Ho diterima.
ISSN: 1410 -9875
Stella
Uji Normalitas
Tabel 4
Tabel Normalitas
Skewness
-0,554136
Kurtosis
2,228016
Jarque-Bera
3,800471
Probability
0,149533
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7. (Lampiran 3)
Berdasarkan tabel 4 dilihat
bahwa nilai statistik Jarque-Bera
(JB) adalah 3,800471, sedangkan
nilai Chi Squares dengan α sebesar
0,05 dan df (2) sebesar 5,9915.
Berarti, nilai statistik JB < nilai
kritis JB, sehingga Ho tidak dapat
ditolak. Hal tersebut menunjukan
bahwa data berdistribusi normal.
Selain itu juga dapat dilihat dari
probabilitas JB yang lebih besar α
(0,149533 > 0,05), yang berarti Ho
tidak dapat ditolak. Selain itu,
skewness
dan
kurtosis
dari
penghitungan
juga
mendekati
karakteristik suatu distribusi yang
normal, yaitu skewness sebesar 0
dan kurtosis sebesar 3.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Tabel 5
Hasil Uji Korelasi Variabel Independen
Collateral
Growth
Profit
Risk
Collater
al
1,000000
-073223
-0,171493
-135084
Growth -0,073223 1,000000
0,613100
-0,029855
Profit -0,171493 0,613100
1,000000
-0,069537
Risk -0,135084 -0,029855
-0,069537
1,000000
Size 0,085509 -0,422303
-0,271411
0,182578
Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 3)
Tabel 5 menunjukkan semua
korelasi antara variabel independen
dibawah 0,89. Hal ini menunjukkan
Size
0,085509
-0,422303
-0,271411
0,182578
1,000000
tidak terjadi multikolinieritas pada
model regresi, sehingga data baik
untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 6
Hasil White’s General Heteroscedasticity Test
Obs*R-Squared
3.541413
Prob. Chi-Square
0.6171
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 3)
Dari hasil data diatas pada
tabel 6, diketahui bahwa nilai hasil
Chi Square hitung adalah 3.541413
yang diperoleh dari Obs*R-Squared,
yaitu jumlah observasi dikalikan
dengan
koefisien
determinasi.
Kemudian, nilai kritis Chi Square
yang pada α sebesar 0.05 dengan df
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
5 yaitu 11.070. Karena nilai Chi
Square hitung lebih kecil dari Chi
Square kritis (3.541413 < 11.070),
November 2013
maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 7
Nilai Durbin Watson
Durbin-Watson
1.509113
stat
Lampiran: Hasil Pengolahan Eviews7
Dari tabel 7 dapat dilihat
bahwa hasil nilai Durbin Watson
adalah 1,509113. Dengan jumlah
observasi 50 sampel dan 5 variabel
independen, maka diperoleh nilai
dL= 1,34 dan du= 1,77. Kesimpulan
dari uji Durbin Watson dapat
digambarkan sebagai berikut:
Uji Durbin Watson
Auto
korelasi
negatif
Auto
korelasi
positif
0
Tidak ada
keputusan
1,34
1,77
Tidak ada bukti terjadinya
autokorelasi
2
Tidak ada
keputusan
2,23
2,66
4
1,509113
Gambar 2 Uji DW
Dari gambar diatas dapat
autokorelasi. Dari hasil DW tidak
dilihat bahwa nilai hitung yang
mendapatkan hasil
yang
pasti,
didapat dari uji Durbin Watson
maka peneliti menggunakan uji
terletak di wilayah tidak ada
Lagrange
Multiplier
untuk
keputusan. Sehingga, dapat diambil
mendeteksi autokorelasi. Hasil uji
kesimpulan
bahwa
tidak
ada
Lagrange Multiplier sebagai berikut:
keputusan/kesimpulan
untuk
Tabel 8
Hasil Uji Lagrange Multiplier
F-statistic
1.138920
Prob. F(2.49)
0.7107
Obs*R-squared 0.806664
Prob. Chi0.6681
Square(2)
Lampiran: Hasil Pengolahan EViews 7
Dari tabel 8 diatas dapat
dilihat bahwa nilai dari Chi-square
statistik 0.806664 lebih kecil dari
nilai Chi-square tabel α 0.05 df (2)
5.991 dan nilai p-value 0.6681 lebih
92
besar dari α (0.6681 > 0.05).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
Ho tidak dapat ditolak. Model
regresi tidak terjadi autokolerasi.
ISSN: 1410 -9875
Stella
Uji t
Tabel 9
Hasil Analisis Uji t H1
Variable
C
RISK
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
Prob.
0.450666
0.029669
0.0000
0.5575
0.065963
0.050223
6.832115
0.590742
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Tabel 10
Hasil Analisis Uji t H2
Variable
C
PROFIT
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
0.473277
-0.334861
0.053810 8.795374
0.298632 -1.121317
Prob.
0.0000
0.2677
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Tabel 11
Hasil Analisis Uji t H3
Variable
C
SIZE
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
Prob.
0.391522
0.003833
0.0000
0.1258
0.077549
0.002460
5.048721
1.557972
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Tabel 12
Hasil Analisis Uji t H4
Variable
C
COLLATERAL
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
Prob.
0.407082
0.296558
0.0000
0.2351
0.075190
0.246638
5.414057
1.202404
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 3)
Tabel 13
Hasil Analisis Uji t H5
Variable
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
Prob.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
C
GROWTH
0.536793
-0.400012
0.068165 7.874957
0.178844 -2.236655
November 2013
0.0000
0.0300
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Uji F
Variable
C
COLLATERAL
GROWTH
PROFIT
RISK
SIZE
Tabel 14 Uji F
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic
0.485827
0.282951
-0.395001
-0.071662
0.002527
0.000536
0.105344 4.611798
0.294251 0.961597
0.254895 -1.549660
0.347554 -0.206190
0.050252 0.050277
0.002931 0.182886
Prob.
0.0001
0.3428
0.1302
0.8378
0.9602
0.8559
Effects Specification Crosssection fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted Rsquared
Mean dependent
0.843248var
0.454194
0.780547
S.D. dependent var 0.211153
Akaike info
1.545761
S.E. of regression 0.098916criterion
Sum squared resid 0.342455 Schwarz criterion 0.972154
Hannan-Quinn
1.327328
Log likelihood
53.64402criter.
1.50911
3
F-statistic
13.44878 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y_SM =
0.485827
+0.282951*X1_COLLATERAL
– 0.39001*X2_
GROWTH-0.071662*X3_PROFIT
+0.002527*X4_RISK
+0.000536*X5_SIZE + e
Tabel 15
Hasil Uji F Statistik
F-statistic
13.44878
Prob(F-statistic)
0.000000
94
ISSN: 1410 -9875
Stella
Hasil Analisis Koefisien Regresi H6. (Lampiran 3)
13.44878
Ho tidak
dapat ditolak
2.43
Gambar 3
Kurva Distribusi F
Dari tabel 4.21 didapatkan hasil F
statistik lebih besar dari F tabel
(13.44878 ≥ 2.43) dengan df1 = k –
1 = 5 dan df2 = n – k =44 pada α
=0.05. nilai k adalah jumlah
variabel yang ada pada model
regresi, sedangkan n adalah jumlah
sampel. Sehingga, nilai F statistik
jatuh di titik pada daerah Ho dapat
ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas lebih kecil dari nilai α
(0.000000
≤
0.05).
Dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh variabel risiko bisnis,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
collateral value of asset dan
pertumbuhan perusahaan secara
bersama-sama terhadap struktur
modal.
PENUTUP
Dari
hasil
penelitian, terlihat
bahwa hanya variabel pertumbuhan
yang berpengaruh terhadap struktur
modal sementara sisanya tidak
berpwngaruh terhadap struktur
modal.
Kurangnya
jumlah
perusahaan yang digunakan sebagai
sampel
dalam
penelitian
ini,
dimana penelitian
ini
hanya
dititikkan pada perusahaan yang
terdaftar secara terus-menerus di
BEI selama tahun penelitian.
Kurangnya variabel
independen
pada
penelitian
ini, dimana
penelitian ini hanya menggunakan
variabel risiko bisnis, profitabilitas,
ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan collateral value of
asset.
Rekomendasi yang dapat diberikan
untuk peneliti berikutnya adalah
Menggunakan obyek penelitian lain
yang lebih luas sehingga jumlah
sampel penelitian menjadi lebih
besar.
Menambahkan variabel-variabel lain
yang
mungkin
berpengaruh
terhadap struktur modal seperti
kebijakan
dividen,
struktur
kepemilikan, dan tax.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
REFERENSI:
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011.
Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western
Cengage Learnings.
Brealey, Richard A., Steward C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
finance, 8th edition. Singapore : McGraw Hill.
Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of Investment and
Management of Portofolio, 9th edition. Canada: South Western.
Damodaran, Aswath. 2001. Corporate finance theory and practice, 2nd
edition. Wiley and Sons, Inc.
Downes, John., and Jordan E. Goodman. 2001. Kamus istilah keuangan dan
Investasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Emery R. Douglas, John D. Finnery, and John D. Stowe. 2004. Corporate
financial management, 2nd edition, Boston: Pearson Prentice Hall.
Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of managerial finance, 13th edition.
Boston, MA: Pearson Education, Inc.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic econometric. Singapore: McGraw-Hill Inc.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph F. Anderson and
Rondal L. Tatham. 2006. Multivariate data analysis. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Higgins, Robert. 2001. Analysis for financial management. Singapore:
McGraw-Hill Inc.
Indrajaya, Glen., Herlina., Rini., 2011. “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis
Terhadap Struktur Modal”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 6, Tahun
ke 2, September-Desember 2011.
Joni dan Lina. 2010. ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal’.
Jurnal bisnis dan akuntansi, vol. 12, no. 2, 81-86.
Keown, Arthur J., John D. Martin., J. William Petty., David F. Scott JR. 2005.
Financial Management. 10th edition. Pearson Education, Inc.
Manurung, Prof. Dr. 2012. Teori Keuangan Perusahaan. Jakarta: STIEP Press.
Newbold, Paul., William L. Carlson., and Bethy Thorne. 2007. Statistics for
Business and Economics, 6th edition. Pearson Education, Inc.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, 2008.
Corporate finance fundamentals, 8th edition. Singapore: McGraw-Hill Inc.
Sayeed, Mohammad Abu. 2011. “The Determinants of Capital Structure for
Selected Bangladeshi Listed Companies”. International review of
business research papers, vol. 7, No.2, 21-36.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan, edisi 4. Mitra Wacana
Media.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta CV.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi 3.
Yogyakarta: Ekonisia
96
ISSN: 1410 -9875
Stella
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting
Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc.
White, Gerard L., Ashwinpaul C. Sondhi, and Dov Fried. 2003. The analysis
and use of financial statement, 3rd edition. New Jersey : John Wiley &
Sons Inc.
Yoga, Yoga. 2010. “Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur
Modal”. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Atma
Bhakti
Surakarta, vol. 6, 21-50
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
98
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 99-110
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
DINE RANETTE dan ESIKA WAHASARI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of
institutional ownership, managerial ownership, firm size, leverage, free cash
flow, growth opportunities, and return on asset ratio to dividend policy. The
population of this research is all manufacturing companies which listed in
Indonesia Stock Exchange from 2008 until 2011. The data selected by using
purposive sampling method and there are 33 manufacturing companies which
suit with the criteria used over four year period from 2008 until 2011. This
research used multiple regressions as the statistic analysis method. The
results of this research indicates that institutional have a ownership,
managerial ownership, firm size, leverage and free cash flow do not
significant influence to dividend policy. While growth opportunities and
profitability that have significant influence to dividend policy.
Keywords: Dividend Policy, Institutional Ownership, Managerial Ownership,
Firm Size, Leverage, Free Cash Flow, Growth Opportunities and
Profitability.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan, leverage, arus kas bebas, peluang pertumbuhan, dan rasio
pengembalian aset terhadap kebijakan deviden. Populasi penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2008 hingga 2011. Data dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling dan ada 33 perusahaan manufaktur yang sesuai dengan
kriteria yang digunakan selama periode empat tahun dari 2008 sampai 2011.
Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai
metode
analisis
statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage dan arus kas bebas
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Sementara peluang pertumbuhan dan profitabilitas yang berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Kata Kunci:
Kebijakan Deviden, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Perusahaan, Leverage, Arus Kas Bebas,
Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN
Dividen adalah salah satu
kebijakan
perusahaan
didalam
mengatur
keuangan
perusahaan
ketika
perusahaan
mengalami
peningkatan
penjualan
yang
mengakibatkan
terjadinya
keuntungan dari hasil penjualan
tersebut atau biasa yang disebut
dengan penghasilan. Penghasilan
yang dihitung adalah penghasilan
setelah dikurangi dengan pajak
penghasilan. Ada dua kebijakan
berhubungan dengan penghasilan
setelah pajak yang
diberlakukan
oleh
suatu perusahaan, yaitu
membagikan penghasilan kepada
para
pemegang
saham
dalam
bentuk
dividen,
atau
menginvestasikan
kembali
penghasilan tersebut ke dalam
perusahaan yang dimasukkan
ke
laba ditahan.
Dengan
adanya
dua
kebijakan
tersebut,
manajer
perusahaan
harus
jeli
dalam
membuat
dan
mengambil
keputusan.
Pasalnya,
para
pemegang
saham
menginginkan
pembayaran dividen yang rutin
sebagai bentuk hasil investasi
mereka ke perusahaan, sedangkan
perusahaan ingin agar keuntungan
yang dihasilkan perusahaan lebih
difokuskan
pada
aktivitas
perusahaan,
seperti
kegiatan
ekspansi
perusahaan
dan
pembayaran
hutang,
sehingga
penghasilan tersebut dimasukkan
ke dalam laba ditahan. Manajer
dalam membuat kebijakan harus
dapat menentukan berapa besar
dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham, dan berapa
banyak laba yang akan dimasukkan
ke dalam laba ditahan. Ini bukanlah
hal yang mudah bagi manajer,
100
November 2013
karena kebijakan yang diambil akan
mempengaruhi kesejahteraan para
pemegang
saham
maupun
perusahaan.
Menurut Al-Gharaibeh et al.
(2013),
kebijakan
dividen
digunakan untuk mengakomodasi
fluktuasi
tak
terduga
dalam
profitabilitas dan kesempatan yang
diberikan untuk
berinvestasi.
Antara pemegang saham
dan
manajer dapat terjadi masalah
keagenan.
Pemegang
saham
mempunyai hak dalam menunjuk
manajer
untuk
mengelola
perusahaan agar perusahaan dapat
berkembang
dengan
baik.
Perusahaan yang berkembang akan
menghasilkan laba yang
lebih
besar.
Dengan
berkembangnya
perusahaan yang disertai dengan
laba yang meningkat, pemegang
saham tentu mengharapkan adanya
pengalokasian
laba
ke
dalam
pembayaran dividen tunai dalam
jumlah yang besar. Akan tetapi,
tidak sedikit manajer perusahaan
yang ditunjuk oleh para pemegang
saham bertindak atas kepentingan
pribadi, bukan untuk kepentingan
investor. Perbedaan kepentingan
antara pemegang saham
dan
manajer
inilah
yang
dapat
menyebabkan terjadinya konflik
yang biasa disebut sebagai conflict
agency.
Menurut Dewi (2008), para
investor
dapat
memperkecil
masalah yang timbul dari agency
conflict dengan cara mengawasi
dan memonitor kinerja manajer.
Dengan mengawasi dan memonitor
kinerja manajer,
para
investor
harus bersedia mengeluarkan biaya
pengawasan yang disebut agency
cost. Investor dapat memperkecil
biaya pengawasan tersebut dengan
ISSN: 1410 -9875
cara
melakukan
kepemilikan
manajerial. Hal ini bertujuan agar
para
manajer
mempunyai
kesempatan untuk terlibat dalam
kepemilikan saham supaya manajer
lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan, karena akan berdampak
pada return dari hasil investasi
manajer dalam bentuk persentase
saham yang dimiliki, sehingga
konsekuensi
kerugian
akan
ditanggung dan dirasakan manajer
juga jika manajer mengeluarkan
banyak biaya yang menyebabkan
cost
perusahaan
tinggi
dan
pembayaran
dividen
rendah.
Manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya dalam
mengelola
perusahaan.
Selain
kepemilikan
manajerial,
pengawasan
melalui
investorinvestor institusional juga dapat
dilakukan untuk
memperkecil
agency cost. Dengan demikian, hal
tersebut
akan
mendorong
peningkatan pengawasan terhadap
kinerja
manajerial.
Adanya
pemegang saham institusional dan
kepemilikan manajerial diharapkan
dapat menyelaraskan kepentingan
manejer dengan para pemegang
saham, sehingga dapat membantu
perusahaan
dalam
mengambil
keputusan
terhadap
kebijakan
dividen.
Motivasi dari penelitian ini
adalah
untuk
mengembangkan
penelitian-penelitian
terdahulu
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur
modal
perusahaan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris
mengenai
pengaruh
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran
perusahaan, leverage, free cash
flow, growth opportunities, dan
Dine Ranette dan Esika Wahasari
profitabilitas terhadap kebijakan
dividen.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut:
Pertama,
pendahuluan
yang
menguraikan
isu
penelitian,
motivasi
penelitian,
rumusan
masalah, dan tujuan serta manfaat
penelitian. Kedua, rerangka teoritis
dan pengembangan hipotesis yang
memaparkan
rerangka
teoritis
sebagai
landasan
logis
untuk
mengembangkan
hipotesis
atau
model penelitian. Ketiga, metode
penelitian yang memuat metode
pemilihan sampel dan pengumpulan
data, definisi operasional dan
pengukuran
variabel.
Keempat,
hasil penelitan yang menguraikan
analisis dan pembahasan temuan
penelitian. Terakhir, penutup yang
berisi
simpulan,
implikasi,
keterbatasan penelitian, dan saran
untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dividen
merupakan
nilai
pendapatan bersih setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan
(retained earnings) yang ditahan
sebagai cadangan oleh perusahaan.
Sebagai keuntungan dari laba,
perusahaan membagikan dividen
kepada para pemegang saham.
Teori keagenan merupakan teori
yang menyatakan adanya konflik
antara manajer dan para pemegang
saham yang disebabkan manajer
lebih
menfokuskan
diri
pada
kepentingan pribadi. Godfrey et al.
(2010) mengidentifikasi agency cost
menjadi tiga tipe, yaitu monitoring
costs, bonding costs, dan residual
loss. Monitoring costs adalah biaya
pengawasan yang dikeluarkan oleh
principal untuk memastikan bahwa
agen bertindak atas kepentingan
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
principal. Bonding costs adalah
biaya yang dikeluarkan
oleh
manajer
atau
agen
untuk
memastikan
bahwa
dirinya
bertindak
atas
kepentingan
principal. Residual loss adalah
pengorbanan
karena
hilangnya
kesempatan untuk
memperoleh
laba
karena
dibatasinya
kewenangan
atau
adanya
perbedaan
keputusan
antara
principal dan agen.
Menurut Manurung
dan
Siregar (2009) dalam Irawan dan
Nurdhiana
(2012),
terdapat
beberapa teori yang relevan dengan
kebijakan dividen, yaitu smoothing
theory
adalah
teori
yang
menyatakan
bahwa
keuntungan
perusahaan sekarang dan dividen
tahun
sebelumnya
akan
mempengaruhi jumlah dividen yang
dibayar kepada pemegang saham.
Bird in the hand theory merupakan
pembayaran dividen yang dilakukan
mengurangi ketidakpastian karena
dividen
diterima
saat
ini,
sedangkan capital gain diterima
pada
masa
mendatang.
Teori
residual dari dividen ditentukan
dengan beberapa cara yaitu dengan
mempertimbangkan
kesempatan
investasi perusahaan, membayar
dividen apabila terdapat sisa laba,
laba
ditahan
dimanfaatkan
semaksimal
mungkin
untuk
memenuhi kebutuhan akan modal
sendiri dan
mempertimbangkan
target struktur modal perusahaan
dalam menentukan besarnya modal
sendiri yang dibutuhkan untuk
investasi.
Kebijakan
dividen
102
November 2013
residual
dilaksanakan
dengan
membayarkan dividen apabila ada
sisa
kas
setelah
perusahaan
mendanai semua usulan investasi
yang mempunyai net present value
(NPV) positif. Teori signal atau isi
informasi dividen
mengatakan
bahwa dividen memiliki kandungan
informasi,
yaitu
prospek
perusahaan di masa mendatang.
Harga saham tidak dipengaruhi oleh
dividen,
tetapi
oleh
prospek
perusahaan, yang ditunjukkan oleh
meningkatnya atau menurunnya
dividen yang dibayarkan akan
menyebabkan perubahan saham.
Menurut
Litzenberger
dan
Ramaswarny (1979) dalam Irawan
dan
Nurdhiana
(2012),
tax
preference
theory
menunjukan
dividen bersifat tax deductible
menyebabkan investor tidak terlalu
menyukai dividen. Setiap investor
yang mendapatkan capital gain
atau dividen akan dikenakan pajak,
besarnya pajak yang diberlakukan
secara umum berbeda, yaitu pajak
yang dikenakan pada dividen lebih
tinggi daripada pajak
yang
dikenakan pada capital
gain.
Hipotesis
pecking
order
yang
dikemukakan Myers dan
Majluf
(1984)
dalam
Rosdini
(2009)
mengatakan
bahwa
perusahaan
yang profitable memiliki dorongan
untuk membayar dividen yang
rendah, karena dana dialokasikan
ke laba ditahan untuk proyekproyek investasi perusahaan dan
pengumuman
dividen
menjadi
berita buruk bagi perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Dine Ranette dan Esika Wahasari
Model penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah:
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial
Ukuran Perusahaan
Kebijakan
Leverage
Dividen
Free Cash Flow
Growth Opportunities
Profitabilitas
Gambar 1
Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian
adalah metode purposive sampling
dimana
sampel
yang
dipilih
berdasarkan
kriteria-kriteria
tertentu.
Prosedur
pemilihan
sampel dapat dilihat pada tabel 1
di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel
Deskripsi Kriteria
Perusahaan
Data
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008 sampai dengan 2011
127
508
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
setiap tanggal 31 Desember
(3)
(12)
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah
(18)
(72)
Perusahaan yang tidak mengalami laba positif dari tahun
2008 sampai 2011
(27)
(108)
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Perusahaan yang tidak membagikan dividen berturutturut dari tahun 2008 sampai 2011
November 2013
(46)
Outlier
(184)
(12)
Sampel dan data yang digunakan dalam penelitian
33
120
Sumber: Data yang dikumpulkan
Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
Kebijakan
dividen
(DIV)
merupakan keputusan yang diambil
manajer mengenai berapa besar
jumlah
dividen
yang
akan
dibayarkan kepada para pemegang
saham. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio yang
diukur
dengan
menggunakan
Dividend Payout Ratio (DPR).
DPR = Dividend per Share
Earnings per Share
Kepemilikan
institusional
(INST)
menunjukkan
persentase
saham yang dimiliki oleh pemilik
institusi dan kepemilikan oleh
blockholder,
yaitu
kepemilikan
individu atau atas nama perorangan
di atas lima persen tetapi tidak
termasuk
dalam
golongan
kepemilikan
insider.
Skala
pengukuran variabel kepemilikan
institusional menggunakan skala
nominal.
Variabel
kepemilikan
institusional menggunakan variabel
dummy, dengan ketentuan D = 1
untuk perusahaan yang memiliki
persentase
nilai
kepemilikan
institusional lebih besar daripada
persentase rata-rata sampel data,
dan D = 0 untuk perusahaan yang
memiliki
persentase
nilai
kepemilikan institusional lebih kecil
daripada
persentase
rata-rata
sampel data.
104
Kepemilikan
manajerial
(MAN) terdiri dari direktur dan
komisaris yang merupakan pemilik
sekaligus pengelola perusahaan.
Skala
pengukuran
variabel
manajerial
menggunakan
skala
nominal.
Variabel
kepemilikan
manajerial menggunakan variabel
dummy untuk menunjukkan ada
tidaknya kepemilikan manajerial,
dengan ketentuan D = 1 untuk
perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan manajerial dan D = 0
untuk
perusahaan
yang
tidak
memiliki kepemilikan manajerial.
Ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau
kecilnya
perusahaan
memainkan
perannya
kebijakan
dividen.
pengukuran yang digunakan
skala rasio yang diukur
rumus Natural log Total
Size it = Ln (Total Assets it).
(SIZE)
besar
dalam
dalam
Skala
adalah
dengan
Assets.
Leverage (LEV) merupakan
rasio yang menunjukkan hubungan
antara jumlah pinjaman dengan
jumlah
modal
sendiri.
Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio yang diukur dengan
menggunakan Debt Equity Ratio
(DER).
DER = Total Liabilities
Total Equity
ISSN: 1410 -9875
Dine Ranette dan Esika Wahasari
Free
cash
flow
(FCF)
merupakan
kelebihan
yang
diperlukan untuk mendanai semua
proyek yang memiliki net present
value positif. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio
dengan rumus:
FCFit = AKOit - PMit - NWCit
Keterangan :
FCFit
= Free Cash Flow
AKOit = Aliran kas operasi
perusahaan i pada tahun t
PMit
= Pengeluaran modal
perusahaan i pada tahun t
NWCit = Modal kerja bersih
perusahaan i pada tahun t
Growth
Opportunities
(GROWTH) merupakan peningkatan
pertumbuhan
yang
dicapai
perusahaan
yang
dilihat
dari
perkembangan usaha dari tahun ke
tahun. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio yang
diukur dengan rasio market to book
value of equity (MV/BV).
MV/BV = Share Price Beginning of the Year
Net Asset Value per Share
Profitabilitas
(ROA)
merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan
aset yang dimiliki pada masa lalu,
kemudian
menganalisis
dan
memproyeksi
kemampuan
perusahaan menghasilkan laba di
masa mendatang. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio
yang diukur dengan menggunakan
Return on Asset (ROA).
ROA = Earnings After Tax
Total Asset
HASIL PENELITIAN
Hasil uji statistik deskriptif
untuk
mengetahui
karakteristik
Variabel
N
DIV
SIZE
LEV
FCF
GROWTH
ROA
120
120
120
120
120
120
sampel yang digunakan, dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Desktiptif
Minimum
Maksimu
Rata-Rata
m
0,0624
1,4217
0,4828
24,8502
32,3571
28,0808
0,1041
2,7770
0,6851
4,7269E12 -8,2459E11
7,8853E12
12,0297
1,5476
0,0086
0,4156
0,1436
0,0094
Deviasi Standar
0,2956
1,5509
0,5662
1,8936649E12
2,0017
0,0939
Sumber: Output Data SPSS 11.5
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
Variabel
B
Sig.
(Constant)
-0,035 0,946
INST
0,053 0,354
MAN
0,068 0,197
SIZE
0,009 0,619
LEV
0,012 0,813
FCF
1,335E-14 0,426
GROWTH
0,038 0,034
ROA
0,981 0,013
Sumber: Output Data SPSS 11.5
Berdasarkan
hasil
uji
hipotesis pada tabel 3 di atas dapat
diketahui kepemilikan institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikan 0,354. Nilai tersebut
lebih besar dari tingkat kesalahan
sebesar 0,05. Hal ini menunjukan
Ha1
gagal
diterima,
artinya
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Hal ini
dikarenakan
investor
institusional
lebih
menyukai investasi jangka panjang
sehingga
laba
yang
diperoleh
diinvestasikan
kembali
ke
perusahaan.
Hasil uji t juga menunjukkan
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,197. Nilai tersebut lebih besar
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukan Ha2 gagal
diterima,
berarti
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Hal ini
dikarenakan manajer menginginkan
laba
yang
dihasilkan
oleh
perusahaan dialokasikan untuk laba
ditahan
dibandingkan
untuk
membayar dividen.
106
Hasil uji t menunjukkan
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,619. Nilai tersebut lebih besar
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukan Ha3 gagal
diterima,
artinya
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Besar
kecilnya
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap pembayaran
dividen. Hal ini dikarenakan ukuran
perusahaan tidak dipakai oleh
manajemen dalam
memutuskan
pembayaran dividen, melainkan
digunakan
dalam
menunjukkan
performanya kepada investor.
Hasil uji t menunjukkan
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan
tingkat signifikan 0,813. Nilai
tersebut lebih besar dari tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hal ini
menunjukan Ha4 gagal diterima,
artinya leverage tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Besar
kecilnya leverage yang dimiliki
perusahaan tidak mempengaruhi
pembayaran
dividen
kepada
pemegang
saham.
Perusahaan
membagikan dividen berdasarkan
keuntungan
yang
diperoleh
ISSN: 1410 -9875
perusahaan
bukan
berdasarkan
tingkat leverage perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan free
cash
flow
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan
tingkat signifikan 0,426. Nilai
tersebut lebih besar dari tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hal ini
menunjukan Ha5 gagal diterima,
artinya free cash flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Perusahaan
yang
menginginkan pembagian dividen
kepada para pemegang saham
namun kondisi free cash flow tidak
memungkinkan perusahaan untuk
melakukan pembayaran dividen,
maka
perusahaan
dapat
menggunakan pendanaan eksternal
untuk
melakukan
pembayaran
dividen.
Hasil uji t menunjukkan
growth opportunities berpengaruh
secara positif terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,034. Nilai tersebut lebih kecil
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukan Ha6 diterima,
artinya
growth
opportunities
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Semakin besar kesempatan
bertumbuh
perusahaan,
maka
dividen yang dibayarkan akan
semakin besar. Hal ini terjadi pada
perusahaan
besar
dimana
kebutuhan
dananya
telah
terpenuhi. Oleh karena itu semakin
banyak
kesempatan
untuk
berinvestasi,
maka
keuntungan
yang diperoleh akan semakin besar
yang
menjadikan
perusahaan
memiliki performa yang baik
di
masa mendatang di mata para
investor.
Hal
tersebut
akan
menyebabkan
harga
saham
perusahaan di pasar modal pun
Dine Ranette dan Esika Wahasari
akan naik sehingga laba perusahaan
meningkat dan pembayaran dividen
juga
akan
menjadi
besar.
Sebaliknya,
semakin
kecil
kesempatan
bertumbuh
perusahaan,
maka
pembayaran
dividen juga akan menjadi kecil,
karena kesempatan pertumbuhan
perusahaan
yang
kecil
menyebabkan
performa
yang
kurang
baik
dimata
investor,
sehingga
menyebabkan
harga
saham perusahaan menjadi turun,
dan pembayaran dividen pun akan
menjadi kecil.
Hasil uji t menunjukkan
profitabilitas berpengaruh secara
positif terhadap kebijakan dividen
dengan tingkat signifikan 0,013.
Nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal
ini menunjukan Ha7
diterima,
artinya profitabilitas berpengaruh
terhadap
kebijakan
dividen.
Semakin besar profitabilitas yang
didapat
perusahaan
maka
pembagian
dividen
kepada
pemegang saham juga besar. Hal ini
dapat menjadi sinyal yang bagus
tentang performa perusahaan dan
dapat menjadi pertimbangan para
investor
untuk
berinvestasi.
Sebaliknya,
jika
perusahaan
mendapatkan profit yang rendah
maka pembagian dividen juga akan
menjadi rendah.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
uji
hipotesis, maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa profitabilitas
dan
growth
opportunities
mempengaruhi kebijakan dividen.
Kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
perusahaan, leverage dan free cash
flow tidak mempengaruhi kebijakan
dividen.
Keterbatasan penelitian ini
hanya
menggunakan
data
perusahaan manufaktur sehingga
objek penelitian belum mencakup
jenis perusahaan lainnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini hanya menggunakan
periode penelitian yang relatif
pendek.
Penelitian
ini
hanya
menggunakan
tujuh
variabel
independen,
sementara
masih
banyak variabel lain yang dapat
mempengaruhi kebijakan dividen.
Rekomendasi
yang
dapat
digunakan
untuk
penelitian
selanjutnya sehubungan dengan
November 2013
kebijakan dividen
antara lain
menggunakan data keuangan jenis
perusahaan
lainnya,
selain
perusahaan manufaktur sehingga
dapat memberikan gambaran yang
lebih luas terhadap kebijakan
dividen, misalnya perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, menggunakan data
laporan
keuangan
perusahaan
dalam periode yang lebih panjang
sehingga
periode
penelitian
bertambah, misalnya lima tahun,
menggunakan variabel lainnya yang
memiliki
pengaruh
terhadap
kebijakan
dividen,
misalnya
likuiditas, collateral asset dan
investment opportunity set.
REFERENSI
Al- Gharaibeh Mohammad, Zurigat Ziad, Al-Harahsheh. 2013. The Effect of
Ownership Structure on Dividends Policy in Jordanian Companies.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research
in
Business,
January 2013, Vol. 4, No. 9, pp: 769-796.
Amalia, S. Taqwami. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen. Dinamika Manajemen Vol.2, No.5, Januari 2013.
http://journal.usm.ac.id/jurnal/634/penulis/Swastari-taqwamiamalia.html.
Arilaha, M.A. 2007. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan
Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol.13, No.1 Januari 2009, hal. 78-87
Dewi, S.Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April 2008,
Vol.10, No.1, hlm. 47-58
Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.11,
No.2, September 2009: 144-153
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro
Gitman, J. Lawrence. 2011. Principles of Managerial Finance. Thirteenth
Edition. Pearson International Edition
108
ISSN: 1410 -9875
Dine Ranette dan Esika Wahasari
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and ScottHolmes.
2010. Accounting Theory. Seventh Edition. United States of America:
John Wiley & Sons Australia, LTD
Hair, F. Joseph, William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI, Desember 2002,
Vol.6, No.2
Irawan, Dafid dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas
Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010. Jurnal Kajian Akuntansi dan
Bisnis, volume 1 tahun 2012
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisi Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen: Studi
1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember
2005, Vol 2, No.2, pp.103-123
Pribadi, Anggit Satria dan Sampurno R. Djoko. 2012. Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on
Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of
Management, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 212-211.
http://ejournal-s l.undip.ac.id/index.php/djom
Reilly Frank K and Brown Keith C. 2012. Analysis of Investments &
Management of Portfolios. Tenth International Edition. South-Western
Cengage Learning.
Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout
Ratio. Research Days, Faculty of Economics – Padjadjaran University,
Bandung, Oktober 2009
Soesetio Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan
Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas
Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12,
No.3 September 2008, hal. 384-398
Sulistiyowati, Indah, Ratna Anggraini, Tri Hesti Utaminingtyas. 2010. Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen
dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening.
Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto, 2010.
Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret
2003, Vol.10, No.1, hal 67-82
Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ketujuh. Jakarta.
Penerbit Erlangga
Wibowoputra, Aloysius Steven. 2013. Pengaruh Leverage dan Growth
Opportunities Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang
Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Universitas
Katolik
Widya
Mandala
Surabaya,
Vol.2,
No.2,
2013.
http://journal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/view/387
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
110
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 111-128
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH STRUKTUR ASET, RISIKO BISNIS, PELUANG
PERTUMBUHAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
SYAFRIL YURISNO
STIETRISAKTI
[email protected]
Abstract: The aim of this research is to test and analyze the effect of asset
structure(tangibility asset), business risk, growth opportunity, and firm size
to ownership structure using a panel data. Listed companies in agriculture
sector from period 2000-2001 were examined. Four companies met the
criteria and were analyzed using descriptive statistics and
multiple
regressions with fixed effect model for panel data were performed to test
the hypotheses. The result of this research shows that growth opportunity
and firm size is affecting ownership structure. Altogether, there is an effect
of all independent variables simultaneously to ownership structure.
Keywords:
Asset Structure (tangible asset), Business
opportunity, Firm Size, Ownership Structure
Risk,Growth
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh struktur aktiva (asset
tangibility),
Business
Risk,
Growth
opportunity, dan Firm Size terhadap Ownership Structure menggunakan data
panel. Perusahaan yang terdaftar di sektor pertanian dari periode 2000-2001
diperiksa. Empat perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan regresi dengan model yang berlaku tetap untuk data
panel dilakukan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Growth opportunity dan Firm Size mempengaruhi Ownership
Structure. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua variabel independen
secara bersamaan untuk Ownership Structure
Kata kunci: Asset Structure (tangible asset), Business
opportunity, Firm Size, Ownership Structure
Risk,
Growth
Struktur kepemilikan manajerial
merupakan struktur kepemilikan
saham terbesar yang dimiliki oleh
manajemen perusahaan, sedangkan
struktur kepemilikan institusional
merupakan struktur kepemilikan
PENDAHULUAN
Struktur kepemilikan saham
adalah
proporsi
kepemilikan
institusional dan manjemen dalam
kepemilikan saham perusahaan.
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
saham terbesar yang dimiliki oleh
institusi
di
luar
perusahaan. Dalam kerangka
ini,
diterima secara luas bahwa nilai
pasar perusahaan tidak hanya hasil
dari proyek-proyek investasi saja,
tetapi adabeberapa masalah lain
berpotensi mempengaruhi seperti
struktur kepemilikan.
Dengan
tingginya kepemilikan manajerial,
para investor institusional akan
mendapatkan kesempatan kontrol
perusahaan yang lebih sedikit.
Struktur kepemilikanmerupakan
proporsi kepemilikan saham pada
suatu
perusahaan
yang
menitikberatkan pada modal sendiri
karena adanya pertimbangan bahwa
penggunaan
hutang
dalam
pembiayaan
perusahaan
mengandung risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan
modal sendiri. Investor adalah
pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan
harapan mendapat pengembalian
dimasa
yang
akan
datang.
Pemegang saham biasa kadangkadang disebut pemilik residual
sebab mereka hanya menerima sisa
setelah seluruh tuntutan atas
pendapatan telah dipenuhi.
Dalam teori agency struktur
kepemilikan yang optimal dapat
meminimalisir
biaya
agency.
Berdasarkan pada teori pecking
order, sebuah perusahaan akan
memilih pendanaan dari dalam
perusahaan
(modal
sendiri)
dibandingkan dari luar perusahaan,
tetapi perusahaan masih tetap
menerbitkan
obligasi
ketika
perusahaan
memerlukan
dana
Dapat dihitung dengan rumus:
November 2013
tambahan
untuk
kegiatan
opersional
perusahaannya.
Perusahaan dengan laba yang tinggi
tentu memiliki laba di tahan yang
besar. Perusahaan dengan laba
yang kecil memiliki laba ditahan
yang kecil pula. Investor pun akan
memilih untuk menginvestasikan
uangnya
di
perusahaan
yang
memiliki laba yang besar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibuat dengan
bentuk
kausal
karena
dalam
penelitian ini peneliti menjelaskan
sebab dari satu atau lebih masalah
penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan industri yang
bergerak di
sektor
pertanian
sebagai objek
penelitiannya.
Peneliti
menggunakan
teknik
purposive
sampling
dalam
mengumpulkan
data
penelitian.
Metode
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi data panel.
Data ini akan di analisis secara
kuantitatif menggunakan EVIEWS.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan
skala pengukuran ordinal dan rasio,
karena bentuk data penelitian yang
digunakan
dapat
diukur
dan
merupakan angka yang sebenarnya.
Variabel Independen
Kepemilikan
institusional
adalah kepemilikan saham yang
dimiliki oleh sebuah institusi atau
lembaga
yang
ikut
berperan
terhadap kegiatan perusahaan.
PIO = The Proportion of Institutional Ownership In a Firm
112
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Variabel Dependen
a. Struktur aset (tangible asset)
Struktur
aset
(aset
berwujud) adalah sumber daya
berwujud
yang
dimiliki
oleh
perusahaan dengan masa manfaat
lebih dari satu tahun dan dapat
digunakan sebagai jaminan. Dapat
dihitung dengan rumus:
Asset Structure: Fixed Assets
Total Assets
b. Risiko bisnis
Risiko bisnis adalah risiko
yang dihadapi perusahaan dimana
perusahaan tidak mampu menutup
biaya
operasionalnya.
dihitung dengan rumus:
Dapat
Business Risk = Standard Deviation of Return on Assets
Dimana:
Return on Assets (ROA):
c. Peluang pertumbuhan
Pertumbuhan
perusahaan
adalah kesempatan yang dimiliki
oleh perusahaan untuk berinvestasi
dan juga merupakan peningkatan
Earnings after Tax
Total Assets
kinerja yang memberikan laba bagi
perusahaan. Dapat dihitung dengan
rumus:
Market-to-book ratio: Market Value per-Share
Book Value per-Share
d. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
ukuran
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang dapat dilihat dari
total aset dan total penjualan.
Dalam penelitin ini firm size diukur
dengan
menggunakan
logaritma
natural dari total aset perusahaan.
SIZE : (Ln)Total Assets
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi data panel.
Data ini akan di analisis secara
kuantitatif menggunakan EVIEWS.
Penelitian ini dianalisis secara
kuantitatif
karena
metode
penelitiannya berupa angka-angka
dan
analisisnya
menggunakan
statistik.
Model
regresi
yang
digunakan :
Y = b0 + b1.x1 + b2.x2 + b3.x3 + b4.x4 +e
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Keterangan:
Y
= Kepemilikan Institusional
b0
= Konstanta
β1, β2, β3, β4
=
Koefisien
regresi
untuk
setiap
variabel
independen
X1
= Struktur aset (tangible
aset)
X2
= Risiko bisnis
X3
= Peluang Pertumbuhan
X4
= Ukuran perusahaan
e
= error
HASIL PENELITIAN
Prosedur Pemilihan Sampel
Perusahaan yang akan diteliti
adalah perusahaan yang terdaftar
di dalam sektor pertanian yang
memenuhi kriteria-kriteria di dalam
penelitian ini dari tahun 2000-2011.
Prosedur pemilihan sampel dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
pengamatan yaitu periode 2000 – 2011.
Tidak terdaftar secara terus menerus selama periode
2000 – 2011.
Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap selama
periode pengamatan untuk faktor-faktor yang diteliti.
Total perusahaan yang bergerak di sektor pertanian
yang dijadikan sampel
Total data yang dijadikan sampel
Berdasarkan dari tabel 1, jumlah
perusahaan yang bergerak pada
sektor pertanian yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
selama
periode 2000 - 2011 berjumlah 15
perusahaan. Dari 15 perusahaan
tersebut, seluruhnya menerbitkan
laporan keuangan dari tahun 2000 2011.
Kemudian,
kriteria
berikutnya adalah perusahaan yang
tidak
terdaftar
secara
terus
menerus selama periode 2000 –
2011 berjumlah 7 perusahaan.
114
November 2013
Jumlah
15
7
4
4
48
Perusahaan yang tidak memiliki
data yang lengkap selama periode
pengamatan untuk faktor-faktor
yang
diteliti,
terdapat
4
perusahaan.
Jumlah
perusahaan
yang
memenuhi kriteria penelitian dan
akan dijadikan sampel adalah
sebanyak 4 perusahaan. Karena
periode penelitian adalah selama
2000-2011, atau selama 12 tahun,
maka sampel yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah 48 data.
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Analisis Statistik Deskriptif
Variabel
N
Kepemilikan
Institusional
Risiko Bisnis
4
8
4
8
4
8
4
8
4
8
Struktur Aset
Peluang
Pertumbuhan
Ukuran Perusahaan
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean
Maksimum
Minimum
45,85167
79,68000
0,000000
Deviasi
Standar
27,13632
9,895958
53,09114
0,284179
12,41395
34.94490
77,76185
13,55498
14.12456
2.483125
10.86000
-0.740000
2.377548
28,10604
30,55967
25,65636
1,377051
Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (lampiran 4)
Berdasarkan tabel 2, dapat
dilihat bahwa jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah 48. Selain itu, dapat
dijelaskan juga bahwa:
1. Variabel
kepemilikan
institusional memiliki
nilai
rata-rata
sebesar
45,85167,
nilai
maksimum
sebesar
79,68000,
nilai
minimum
sebesar 0,000000 dan deviasi
standar 0,169079,
2. Variabel risiko bisnis memiliki
nilai
rata-rata
sebesar
9,895958,
nilai
maksimum
sebesar
53,09114,
nilai
minimum sebesar 0,284179 dan
deviasi standar 12,41395,
3. Variabel struktur aset memiliki
nilai
rata-rata
sebesar
34.94490,
nilai
maksimum
sebesar
77,76185,
nilai
minimum sebesar 13,55498 dan
deviasi standar 14.12456,
4. Variabel peluang pertumbuhan
memiliki nilai rata-rata sebesar
2.483125,
nilai
maksimum
sebesar
10.86000,
nilai
minimum sebesar -0.740000 dan
deviasi standar 2.377548,
5. Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai rata-rata sebesar
28,10604,
nilai
maksimum
sebesar
30,55967,
nilai
minimum sebesar 25,65636 dan
deviasi standar 1,377051.
Uji Chow
Test Summary
Cross-section random
Tabel 3
Hasil Uji Chow
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f.
27,199772
(3,40)
Prob.
0,0000
Sumber: Hasil pengolahan Eviews7. (lampiran 4)
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Dari hasil uji chow (redundant fixed
test), didapat bahwa nilai statistik
uji chow (redundant fixed test)
adalah 27,199772, sedangkan nilai
kritis pada tabel chi-square sebesar
7,81 dengan α 0,05 dan degree of
freedom (df)
sebesar
3,40.
Sehingga dapat disimpulkan nilai
statistik F > nilai kritisnya, dengan
demikian hipotesis nol ditolak. Nilai
probabilitas dari hasil uji chow
(redundant fixed test) lebih kecil
dari α (0,0000 < 0,05) yang berarti
November 2013
Ho ditolak. Ini berarti bahwa model
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Fixed
effect.
Pengujian data penelitian
hanya dilakukan sampai dengan uji
chow (redundant fixed test) dan
tidak dapat dilanjutkan dengan uji
hausman
dikarenakan
bentuk
penelitian ini memiliki
jumlah
tahun data penelitian > jumlah
objek yang diteliti.
Uji Normalitas
Tabel 4
Tabel Normalitas
Skewness
-0,541298
Kurtosis
2,314289
Jarque-Bera
3,284429
Probability
0,193551
Sumber: Hasil pengolahan EViews 7. (lampiran 4).
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa nilai statistik Jarque-Bera
(JB) adalah 3,284429, sedangkan
nilai Chi Squares dengan α sebesar
0,05 dan df (2) sebesar 5,99146.
Berarti, nilai statistik JB < nilai
kritis JB, sehingga Ho tidak dapat
ditolak. Hal ini juga dapat dilihat
dari probabilitas JB yang
lebih
besar α (0,193551 > 0,05), yang
berarti Ho tidak dapat ditolak.
Selain itu, skewness dan kurtosis
dari penghitungan juga mendekati
karakteristik suatu distribusi yang
normal, yaitu skewness sebesar 0
dan kurtosis sebesar 3, dimana
116
skewness dan kurtosis dari hasil
penghitungan
masing-masing
sebesar -0,541298 dan 2,314289. Ini
berarti, data memiliki distribusi
yang normal.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas
dapat
dikatakan terjadi antara variabel
independen apabila dalam korelasi
antar variabel independen pada
suatu penelitian lebih dari 0,85.
Jika kurang dari 0,85, maka tidak
terjadi multikolinieritas. Adapun
korelasi antar variabel independen
adalah sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Tabel 5
Hasil Uji Korelasi Variabel Independen
SA
RB
PP
UK
SA
1,000000 -0.003859 -0.037599 -0.213141
RB
-0.003859 1,000000 -0.125381 -0.145840
PP
-0.037599 -0.125381 1,000000 0.212681
UK
-0.213141 -0,145840 0.212681 1,000000
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Berdasarkan pada tabel 5.
Hasil Korelasi antar 4 variabel
independen adalah sebagai berikut:
1. Variabel struktur aset memiliki
nilai korelasi sebesar -0.003859
dengan variabel risiko bisnis,
artinya
tidak
terjadi
multikolinieritas antara variabel
struktur aset dengan variabel
risiko bisnis. Variabel struktur
aset memiliki nilai korelasi
sebesar
-0.037599
dengan
variabel peluang pertumbuhan,
artinya
tidak
terjadi
multikolinieritas antara variabel
struktur aset dengan variabel
peluang pertumbuhan. Variabel
struktur aset memiliki nilai
korelasi sebesar
-0.213141
dengan
variabel
ukuran
perusahaan, artinya tidak terjadi
multikolinieritas antara variabel
struktur aset dengan variabel
ukuran perusahaan.
2. Variabel risiko bisnis memiliki
nilai korelasi sebesar -0.125381
dengan
variabel
peluang
pertumbuhan,
artinya
tidak
terjadi multikolinieritas antara
variabel risiko bisnis dengan
variabel peluang pertumbuhan.
Variabel risiko bisnis memiliki
nilai korelasi sebesar -0.145840
dengan
variabel
ukuran
perusahaan, artinya tidak terjadi
multikolinieritas antara variabel
risiko bisnis dengan variabel
ukuran perusahaan.
3. Variabel peluang pertumbuhan
memiliki nilai korelasi sebesar
0.212681 dengan variabel ukuran
perusahaan, artinya tidak terjadi
multikolinieritas antara variabel
peluang pertumbuhan dengan
variabel ukuran perusahaan.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui apakah
terjadi heterokedastisitas, dapat
dilihat dengan menggunakan Uji
Glejser
Tabel 6
Hasil Uji Glejser
Variabel
SA
RB
PP
UK
Probabilitas
0,6968
0,6119
0,7502
0,1996
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Berdasarkan pada tabel 6, dapat
diketahui bahwa struktur aset
memiliki hasil probabilitas yang
lebih besar dari α (0,6968 > 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas,
atau
data
bersifat
homoskedastisitas.
Risiko
bisnis
memiliki hasil probabilitas yang
lebih besar dari α (0,6119 > 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas,
atau
data
bersifat
homoskedastisitas.
Peluang
pertumbuhan
memiliki
hasil
November 2013
probabilitas yang lebih besar dari α
(0,7502 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas,
atau
data
bersifat homoskedastisitas. Ukuran
perusahaan
memiliki
hasil
probabilitas yang lebih kecil dari α
(0,1996 < 0,05), maka dapat
disimpulkan
bahwa
terjadi
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat
berdasarkan nilai Durbin-Watson.
Tabel 7
Nilai Durbin Watson
Durbin-Watson
0,778219
stat
Lampiran: Hasil Pengolahan Eviews7. (Lampiran 4)
Dari tabel 7 dapat dilihat
bahwa nilai Durbin Watson adalah
0,778219. Dengan jumlah observasi
48
sampel
dan
4
variabel
independen, maka diperoleh nilai
dL=
1,3619
dan
du=1,7206.
Kesimpulan dari uji Durbin Watson
dapat digambarkan sebagai berikut:
Analisis
Data
dan
Pengujian
Hipotesis 1
H01 : Tidak
terdapat
pengaruh
struktur aset terhadap kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode 2000-2011.
Ha1 : Terdapat pengaruh struktur
aset
terhadap
kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di BEI
selama periode 2000-2011.
Hasil
perhitungan
regresi
antara struktur aset terhadap
kepemilikan institusional terdapat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi H1
R
0,171297
R-squared
0,029343
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 8 besarnya korelasi (R)
yaitu 0,171297 artinya hubungan
118
antara
struktur
aset
kepemilikan institusional
dengan
adalah
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
sangat rendah karena nilai R berada
diantara
0,01-0,199.
Besarnya
2
koefisien determinasi (R ) adalah
0,029343 atau 2,9343% artinya
variabel kepemilikan institusional
yang dapat dijelaskan oleh variabel
Variabel
C
SA
struktur aset adalah
sebesar
2,9343%
dan
sisanya
dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
termasuk
dalam
model
penelitian.
Tabel 9
Hasil Uji t Struktur Aset
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
35.10822
9.942283
3.531203
0.309180
0.262189
1.179225
Prob.
0.0010
0.2444
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 9 dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + e
INST = 35.10822 + 0.309180 SA + e
Arti dari persamaan regresi diatas
adalah sebagai berikut:
a = 35.10822
artinya jika
variabel struktur aset sama
dengan nol, maka variabel
kepemilikan institusional
bernilai 35.10822.
b1 = 0.309180
artinya jika
variabel struktur aset naik
sebesar satu satuan, maka
variabel kepemilikan
institusional naik sebesar
0.309180.
Pengujian hipotesis antara
struktur aset terhadap kepemilikan
institusional dengan menggunakan
uji t, diperoleh hasil
sebagai
berikut:
Nilai statistik t dari struktur
aset berada di region of acceptance
dimana t ≥ ‐tα/2 atau t ≤ tα/2
(1.179225 ≥ -2,01290 atau 1.179225
≤ 2,01290) dengan df = n – 1 – 1 (df
= 48 – 1 – 1 = 46) dan α= 0,05.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
Ho tidak dapat ditolak. Hasil ini
didukung oleh nilai probabilitas dari
struktur aset sebesar 0.2444 yang
lebih besar dari nilai α (0.2444 >
0,05). Ini berarti Ho tidak dapat
ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
struktur aset terhadap kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode 2000-2011.
Analisis
Data
dan
Pengujian
Hipotesis 2
H02 : Tidak terdapat
pengaruh
risiko
bisnis
terhadap
kepemilikan
institusional
pada sektor pertanian yang
terdaftar di BEI selama
periode 2000-2011.
Ha2 : Terdapat pengaruh risiko
bisnis terhadap kepemilikan
institusional pada sektor
pertanian yang terdaftar di
BEI selama periode 20002011.
Hasil perhitungan regresi
antara
risiko
bisnis
terhadap
kepemilikan institusional terdapat
pada tabel sebagai berikut:
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Tabel 10
Hasil Uji Koefisien Determinasi H2
R
0,498108
R-squared
0,248112
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 10 besarnya korelasi
(R) yaitu
0,498108
artinya
hubungan antara risiko bisnis
dengan kepemilikan institusional
adalah sedang karena nilai R berada
diantara
0,40-0,599.
Besarnya
koefisien determinasi (R2) adalah
0,248112 atau 24,8112%
artinya
Tabel 11
Hasil Uji t Risiko Bisnis
Variabe
l
C
RB
variabel kepemilikan institusional
yang dapat dijelaskan oleh variabel
risiko
bisnis
adalah
sebesar
24,8112%
dan
sisanya
dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
termasuk
dalam
model
penelitian.
Coefficient
1685
56.7
Std. Error
t-Statistic
Prob.
3.931756
14.42532
0.0000
-0.94 6762
0.243005
-3.896067
0.0003
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 11 dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + e
INST = 56.71685 - 0.946762 RB + e
Arti dari persamaan regresi diatas
adalah sebagai berikut:
a =
56.71685
artinya
jika
variable risiko bisnis sama
dengan nol, maka variabel
kepemilikan
institusional
bernilai 56.71685.
b1 = -0.946762 artinya
jika
variabel risiko bisnis naik
sebesar satu satuan, maka
variabel
kepemilikan
institusional
turun
sebesar
0.946762.
Dalam pengujian hipotesis
antara
risiko
bisnis
terhadap
kepemilikan institusional dengan
menggunakan uji t, diperoleh hasil
sebagai berikut:
120
Nilai statistik t dari risiko
bisnis berada di region of rejection
dimana dimana ‐ t ≤ tα/2 (-3.896067
≤ ‐2,01290) dengan df = n – 1 – 1
(df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α = 0,05.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
Ho ditolak. Hasil ini didukung oleh
nilai probabilitas dari risiko bisnis
sebesar 0.0003 yang lebih kecil dari
nilai α (0.0003 < 0,05). Ini berarti
Ho
ditolak,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh risiko bisnis terhadap
kepemilikan
institusional
pada
sektor pertanian yang terdaftar di
BEI selama periode 2000-2011.
Analisis
Data
dan
Pengujian
Hipotesis 3
H03 : Tidak
terdapat
pengaruh
peluang
pertumbuhan
terhadap
kepemilikan
institusional
pada
sektor pertanian yang terdaftar di
BEI selama periode 2000-2011.
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Ha3 : Terdapat pengaruh peluang
pertumbuhan terhadap kepemilikan
institusional
pada sektor
pertanian yang terdaftar di BEI
selama periode
2000-2011.
Hasil
perhitungan
regresi
antara
peluang
pertumbuhan
terhadap kepemilikan institusional
terdapat pada tabel
sebagai
berikut:
Tabel 12
Hasil Uji Koefisien Determinasi H3
R
0,170475
R-squared
0.029062
Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 4)
Pada tabel 12 besarnya korelasi
(R) yaitu
0,170475
artinya
hubungan
antara
peluang
pertumbuhan dengan kepemilikan
institusional sangat rendah karena
nilai R berada diantara 0,01-0,199.
Besarnya koefisien determinasi (R2)
adalah 0.029062 atau 2,9062%
Variabel
C
PP
artinya
variabel
kepemilikan
institusional yang dapat dijelaskan
oleh variabel peluang pertumbuhan
adalah sebesar 2,9062% dan sisanya
dapat dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam model
penelitian.
Tabel 13
Hasil Uji t Peluang Pertumbuhan
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
42.70739
5.267836
8.107197
1.912351
1.629754
1.173399
Prob.
0.0000
0.2467
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 13 dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + e
INST = 42.70739 + 1.912351 PP + e
Arti dari persamaan regresi diatas
adalah sebagai berikut:
a = 42.70739artinya jika variable
peluang pertumbuhan sama
dengan nol, maka variabel
kepemilikan
institusional
bernilai 42.70739.
b1 = 1.912351 artinya jika variabel
peluang
pertumbuhan
naik
sebesar satu satuan, maka
variabel
kepemilikan
institusional
naik
sebesar
1.912351.
Dalam pengujian hipotesis
antara
peluang
pertumbuhan
terhadap kepemilikan institusional
dengan
menggunakan
uji
t,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Nilai statistik t dari peluang
pertumbuhan berada di region of
acceptance dimana t ≥ ‐tα/2 atau t ≤
tα/2 (1.173399 ≥ -2,01290 atau
1.173399 ≤ 2,01290) dengan df = n –
1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α=
0,05. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa Ho tidak dapat ditolak. Hasil
ini didukung oleh nilai probabilitas
dari peluang pertumbuhan sebesar
0.2467 yang lebih besar dari nilai α
(0.2467 > 0,05). Ini berarti Ho tidak
dapat ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
pengaruh peluang pertumbuhan
terhadap kepemilikan institusional
pada
sektor
pertanian
yang
terdaftar di BEI selama periode
2000-2011.
Analisis
Data
dan
Pengujian
Hipotesis 4
H04 : Tidak terdapat pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
kepemilikan institusional
pada
November 2013
sektor pertanian yang terdaftar di
BEI selama periode 2000-2011.
Ha4 : Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan terhadap kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode 2000-2011.
Hasil
perhitungan
regresi
antara ukuran perusahaan terhadap
kepemilikan institusional terdapat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 14
Hasil Uji Koefisien Determinasi H4
R
0,260246
R-squared
0,067728
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 14 besarnya korelasi
(R) yaitu
0,260246
artinya
hubungan
antara
ukuran
perusahaan dengan kepemilikan
institusional adalah rendah karena
nilai R berada diantara 0,20-0,399.
Besarnya koefisien determinasi (R2)
adalah 0,067728
atau 6,7728%
Variabel
C
UK
artinya
variabel
kepemilikan
institusional yang dapat dijelaskan
oleh variabel ukuran perusahaan
adalah sebesar 6,7728% dan sisanya
dapat dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam model
penelitian.
Tabel 15
Hasil Uji t Ukuran Perusahaan
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
169.9577
68.74561
2.472271
-4.500172
2.461712
-1.828066
Prob.
0.0172
0.0740
Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. (Lampiran 4)
Pada tabel 15 dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + e
INST = 169.9577 - 4.500172 UK + e
Arti dari persamaan regresi diatas
adalah sebagai berikut:
A = 169.9577
artinya jika
variable ukuran perusahaan
sama dengan nol, maka
variabel kepemilikan
122
b1
institusional bernilai
169.9577.
artinya jika
= -4.500172
variabel ukuran perusahaan
naik sebesar satu satuan,
maka variabel kepemilikan
institusional turun sebesar
4.500172.
Dalam pengujian hipotesis
antara ukuran perusahaan terhadap
kepemilikan institusional dengan
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
menggunakan uji t, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Nilai statistik t dari ukuran
perusahaan berada di region of
acceptance dimana t ≥ ‐tα/2 atau t
≤ tα/2 ( ‐1.828066 ≥ ‐2,01290 atau
‐1.828066 ≤ 2,01290) engan df = n –
1 – 1 (df = 48 – 1 – 1 = 46) dan α =
0,05. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa Ho tidak dapat
ditolak.
Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas dari ukuran perusahaan
sebesar 0.0740 yang lebih besar
dari nilai α (0.0740 > 0,05). Ini
berarti Ho tidak dapat ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh ukuran
perusahaan terhadap kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode 2000-2011.
Analisis
Data
Hipotesis 5
dan
Pengujian
H05 :
Ha5
Tidak terdapat pengaruh
struktur aset, risiko bisnis,
peluang pertumbuhan, dan
ukuran perusahaan terhadap
kepemilikan
institusional
pada sektor pertanian yang
terdaftar di BEI selama
periode 2000-2011.
: Terdapat pengaruh struktur
aset, risiko bisnis, peluang
pertumbuhan, dan ukuran
perusahaan
terhadap
kepemilikan
institusional
pada sektor pertanian yang
terdaftar di BEI selama
periode 2000-2011.
Hasil
perhitungan
regresi
antara pengaruh struktur aset,
risiko
bisnis,
peluang
pertumbuhan,
dan
ukuran
perusahaan terhadap kepemilikan
institusional terdapat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 16
Hasil Uji Koefisien Determinasi H5
R
0,648913
Adjusted R-squared
0,367237
Sumber: Hasil Pengolahan EViews7. (Lampiran 4)
Pada tabel 16 besarnya
korelasi (R) yaitu 0,648913 artinya
hubungan antara pengaruh struktur
aset,
risiko
bisnis,
peluang
pertumbuhan,
dan
ukuran
perusahaan dengan kepemilikan
institusional adalah kuat
karena
nilai R berada diantara 0,60-0,799.
Besarnya
adjusted
R-squared
adalah 0,367237
atau 36,7237%
Variable
C
SA
RB
PRTB
artinya variasi variable kepemilikan
institusional yang dapat dijelaskan
oleh variasi variabel pengaruh
struktur aset, risiko bisnis, peluang
pertumbuhan,
dan
ukuran
perusahaan
adalah
sebesar
36,7237%
dan
sisanya
dapat
dijelaskan oleh variasi variabel lain
yang tidak termasuk dalam model
penelitian
Tabel 17 Hasil Uji F
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
160.9786
58.74848
2.740132
0.254626
0.186173
1.367684
-1.059127
0.234446
-4.517571
2.336731
1.356514
1.722600
Prob.
0.0089
0.1785
0.0000
0.0921
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
SIZE
-4.252910
2.033078
November 2013
-2.091858
0.0424
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 (Lampiran 4)
Berdasarkan
tabel
17
dapat
diperoleh
persamaan
regresi
sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 +
e
INST = 160.9786 + 0.254626 SA –
1.059127 RB + 2.336731 PP –
4.252910 UK + e
Arti dari persamaan di atas adalah
sebagai berikut:
a
= 160.9786 artinya
jika
pengaruh
struktur
aset,
risiko
bisnis,
peluang
pertumbuhan, dan ukuran
perusahaan sama dengan nol,
maka variabel kepemilikan
institusional akan sebesar
160.9786.
b1
= 0.254626 artinya
jika
variabel struktur aset naik
satu satuan, maka variabel
kepemilikan
institusional
akan naik sebesar 0.254626
satuan,
dengan
asumsi
variabel
risiko bisnis,
peluang
pertumbuhan,
dan ukuran perusahaantetap
atau konstan.
b2
= – 1.059127 artinya
jika
variabel risiko bisnis naik
b3
b4
satu satuan, maka variabel
kepemilikan
institusional
akan turun sebesar 1.059127
satuan,
dengan
asumsi
variabel pengaruh struktur
aset,
peluang
pertumbuhan, dan ukuran
perusahaan
tetap
atau
konstan.
= 2.336731
artinya
jika
variabel
peluang
pertumbuhan
naik
satu
satuan,
maka
variabel
kepemilikan
institusional
akan naik sebesar 2.336731
satuan,
dengan
asumsi
variabel pengaruh struktur
aset, risiko bisnis, dan
ukuran perusahaan
tetap
atau konstan.
= – 4.252910 artinya
jika
variabel ukuran perusahaan
naik satu satuan, maka
variabel
kepemilikan
institusionl akan
turun
sebesar 4.252910 satuan,
denganasumsi variabel
pengaruh
struktur
aset,
risiko bisnis, dan peluang
pertumbuhan
tetap
atau
konstan.
Tabel 18
Nilai Statistik F
F-Statistic
Prob (F-Statistic)
7,819362
0,000079
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews7. (lampiran 4)
Dalam pengujian hipotesis antara
pengaruh struktur aset, risiko
bisnis, peluang pertumbuhan, dan
ukuran
perusahaan
terhadap
124
kepemilikan institusional dengan
menggunakan uji F, diperoleh hasil
sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Dari tabel 4.32 diketahui
bahwa nilai F statistik lebih besar
dari nilai Fα (7,819362 ≥ 2,33 )
dengan df1 = k – 1 (df2 = 4 – 1 = 3)
dan df2 = n – k (df = 48 – 4 = 44)
pada α =0,05. Nilai k adalah jumlah
parameter estimasi yang terdapat
pada model regresi, sedangkan n
adalah
jumlah
dari
sampel.
Sehingga, nilai F statistik berada di
region of rejection dan dapat
dikatakan bahwa Ho ditolak. Hal ini
sejalan
dengan
nilai
dari
probabilitas yang lebih kecil dari
nilai α (0,000079 ≤ 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pengaruh struktur aset,
risiko
bisnis,
peluang
pertumbuhan,
dan
ukuran
perusahaan secara bersama-sama
terhadap kepemilikan institusional
pada
sektor
pertanian
yang
terdaftar di BEI selama periode
2000-2011.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
dan pembahasan yang dilakukan
pada bab IV, maka diperoleh
kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh struktur aset terhadap
kepemilikan
institusional
pada
sektor pertanian yang terdaftar di
BEI selama periode 2000-2011.
Terdapat pengaruh risiko bisnis
terhadap kepemilikan institusional
pada
sektor
pertanian
yang
terdaftar di BEI selama periode
2000-2011.
Tidak
terdapat
pengaruh peluang pertumbuhan
terhadap kepemilikan institusional.
tidak terdapat pengaruh ukuran
perusahaan terhadap kepemilikan
Syafril Yurisno
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode
2000-2011.
Terdapat
pengaruh struktur aset, risiko
bisnis, peluang pertumbuhan, dan
ukuran perusahaan secara bersamasama
terhadap
kepemilikan
institusional pada sektor pertanian
yang terdaftar di
BEI
selama
periode 2000-2011.
Keterbatasan-keterbatasan
dalam
penelitian ini yang antara lain
disebabkan oleh beberapa hal
berikut:
1. Terbatasnya perusahaan yang
digunakan
sebagai
sampel,
dimana penelitian ini hanya
difokuskan pada perusahaan yang
masuk dalam sektor pertanian .
2. Terbatasnya
variabel
independen pada
penelitian,
dimana penelitian
ini
hanya
menggunakan
variabel
profitabilitas,
risiko
bisnis,
struktur
aset,
likuiditas,
perumbuhan perusahaan, dan
ukuran perusahaan.
Berdasarkan
keterbatasanketerbasan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa rekomendasi
bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan
dengan
kepemilikan
institusional, yaitu:
1.
Menggunakan obyek penelitian
lain yang lebih luas sehingga
jumlah
sampel
penelitian
menjadi lebih besar.
2.
Memasukkan variabel-variabel
lain
yang
mungkin
berpengaruh
terhadap
kepemilikan
institusional
seperti
kepemilikan
manajerial, kebijakan dividen,
dan profitabilitas.
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
REFERENSI
Al-Najjar, Basil. 2008. The relationship between capital structure and
Ownership structure: New evidence from Jordanian panel data. Vol.
34 No. 12, pp. 919-933. United kingdom: Emerald Group
Publishing,
Limited.
Al-Najjar, Basil. 2010. Corporate governance and Institutional ownership:
evidence from Jordan. pp. 176-190. United kingdom: Emerald Group
Publishing, Limited.
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control
Systems. Salemba Empat: Jakarta
Brigham, Eugene F., and Houston oel F. 2010. Essentials of Financial
Management, 2nd ed. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Damayanti. 2013. Pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, peluang
bertumbuh, dan profitabilitas terhadap struktur modal: Studi pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di bursa efek indonesia. Vol.1 No.
1, pp. 17-32. Lampung: Jurnal Perspektif Bisnis.
Farlex Financial Dictionary. @2012 Farlex, Inc. All rights reserved.
http://www.financialdictionary.thefreedictionary.com/growth+opportuni
ty
Fitriati, Ika Rosyada. 2010. Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, dan
Book to Market Ratio dengan Return Saham. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro: Semarang.
Gitman, Lawrence J., and Chad J Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, 13th ed. United States: Pearson Education.
Gujarati, Damodar N., and Porter Dawn C. 2009. Basic econometrics.
Singapore: McGraw-Hill Companies Inc.
Hair, Joseph F., Black,William C., Barry J. Babin., and Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis, 7th edition. USA: Pearson.
Haryati, Rima. 2013. Pengaruh corporate social responsibility, kinerja
lingkungan dan struktur corporate governance terhadap kinerja
keuangan perusahaan
yang terdaftar di bursa indonesia. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro: Semarang.
Nuraina, Elva. 2012. Pengaruh kepemilikan instutusional dan ukuran
perusahaan terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi, September 2012, Hal. 110-125.
Nuswandari, Cahyani. 2013. Determinan struktur modal dalam perspektif
pecking order theory dan agency theory. Vol. 2, No. 1. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2013, Hal: 92 – 102.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank
Reeve, James M., Warren, Carl S., Duchac, Jonathan E., and
Wang
Wanncherng. 2011. Principles of Financial accounting: With the
conceptual emphasis on IFRS. Singapore: Cengage Learning Asia
Pte
Ltd.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, 2008.
Corporate finance fundamentals, 8th edition. Singapore: McGraw-Hill
Inc.
126
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Setiawan, Heri Budi. 2012. Analisis faktor-faktor pembeda bagi perusahaan
yang membayar dan yang tidak membayar dividen pada perusahaan
publik sektor manufaktur. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma:
Depok.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
128
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 129-140
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG
WIDYAWATI LEKOK
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to provide empirical evidences
about variable that affect the audit report lag. The examined variable at this
research are profitability, solvability, firm size, age of the company,
industrial sector and audit opinion. Audit report lag is the time range
between the end of the fiscal year and the date of auditor report or the end
of auditing field working. This research used 227 of non financial companies
listed in Indonesia Stock Exchange for period 2008 till 2011. The selection of
the samples used purposive sampling method. Data were analyzed using
multiple regression method. The conclusion shows that profitability, firm
size and audit opinion have influence on audit report lag. Solvability, age of
the company, and industrial sector have no influence on audit report lag.
Keywords:
Audit report lag, profitability, solvability, firm size, age of the
company, industrial sector and audit opinion
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
tentang variabel yang mempengaruhi keterlambatan laporan audit. Variabel
yang diuji pada penelitian ini adalah profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, sektor industri dan opini audit.
Keterlambatan laporan audit adalah rentang waktu antara akhir tahun fiskal
dan tanggal laporan auditor atau akhir masa audit lapangan. Penelitian ini
menggunakan 227 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2008 sampai 2011. Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan metode
regresi berganda. Kesimpulan menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran
perusahaan dan opini audit berpengaruh terhadap keterlambatan laporan
audit. Solvabilitas, usia perusahaan, dan sektor industri tidak memiliki
pengaruh pada keterlambatan laporan audit.
Kata kunci:
Keterlambatan laporan audit, profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, sektor industri dan opini audit
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
perkembangan ekonomi yang pesat,
maka persaingan bisnispun semakin
ketat. Keadaan ini mendorong tiap
perusahaan untuk lebih berkualitas
dan berkompeten. Agar
publik
dapat
mengetahui
keadaan
perusahaan secara
transparan,
maka setiap perusahaan yang
terdaftar di pasar modal wajib
menyampaikan laporan keuangan
kepada Badan Pengawas
Pasar
Modal (BAPEPAM). Hal ini dilakukan
BAPEPAM
untuk
melindungi
pemegang saham dan calon investor
karena laporan keuangan yang
disampaikan merupakan gambaran
tentang baik tidaknya perusahaan
tersebut.
Ketepatan
waktu
penyampaian
laporan
keuangan
telah diatur dalam UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal dan
Keputusan Ketua Bapepam No.
80/PM/1996
tentang
kewajiban
penyampaian
laporan
keuangan
berkala,
sehingga
semua
perusahaan yang terdaftar dalam
pasar modal wajib menyampaikan
laporan keuangan kepada Bapepam
dan
mengumumkannya
kepada
masyarakat
selambat-lambatnya
120 hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya tahun buku. Peraturan
tersebut diperketat oleh Ketua
Bapepam dengan mengeluarkannya
keputusan No. 36/PM/2003 yang
menyatakan
bahwa
laporan
keuangan disertai laporan akuntan
dengan pendapat yang lazim harus
disampaikan
kepada
Bapepam
selambat-lambatnya
pada
akhir
bulan ketiga (90 hari) setelah
tanggal laporan keuangan tahunan.
Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian Lianto dan
130
November 2013
Kusuma
(2010)
yang
berjudul
“Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap
audit
report
lag”.
Penelitian yang dilakukan
oleh
Lianto
dan
Kusuma
(2010)
menggunakan
satu
variabel
dependen
dan
lima
variabel
independen.
Variabel
independennya
adalah
profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan dan
jenis industri.
Perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
terdapat
pada
periode
pengamatan, objek penelitian dan
variabel
independen
yang
digunakan. Dalam penelitian ini,
penulis
akan
melakukan
pengembangan adanya penambahan
variabel independen yaitu opini
audit. Objek yang digunakan dalam
penelitian adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode pengamatan
2008-2011.
Peneliti memilih opini audit
sebagai variabel independen yang
dikembangkan karena opini audit
berisi tentang bad news atau good
news dari suatu laporan keuangan.
Audit yang memberikan opini selain
dari unqualified opinion dianggap
sebagai bad news bagi perusahaan.
Maka dari itu proses pemberian
pendapat
tersebut
akan
membutuhkan waktu yang lebih
lama karena adanya negosiasi klien,
konsultasi dengan partner audit
yang lebih senior dan proses
perluasan audit. Maka dari itu opini
audit dianggap mempunyai kaitan
dengan
penyampaian
laporan
keuangan perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Audit report lag
yaitu
rentang
waktu
penyelesaian
pelaksanaan
audit
laporan
keuangan
tahunan,
diukur
berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan
untuk
memperoleh
laporan auditor independen atas
audit laporan keuangan tahunan
perusahaan, sejak tanggal tutup
buku perusahaan yaitu 31 desember
sampai tanggal yang tertera pada
laporan
auditor
independen
(Subekti dan Widiyanti 2004)
Halim
(2000)
juga
menyatakan bahwa Audit report
lag
adalah
rentang
waktu
penyelesaian
pelaksanaan
audit
laporan keuangan tahunan yaitu
sejak tanggal
tutup
buku
perusahaan sampai dengan tanggal
yang tertera pada laporan auditor
independen. Penjelasan tersebut
tidak
berbeda
jauh
dengan
penjelasan dari penelitian lainnya
seperti yang telah dilakukan oleh
Iskandar dan Trisnawati (2010),
Rachmawati
(2008),
Petronila
(2007) dan Wirakusuma (2004).
Dalam penelitian tersebut diartikan
secara garis besar bahwa audit
report lag adalah lamanya waktu
penyelesaian audit terhitung mulai
dari tanggal penutupan tahun buku
sampai
dengan
tanggal
diterbitkannya laporan audit, Jadi,
berdasarkan penjelasan tersebut
serta kasus yang seringkali terjadi,
dapat disimpulkan bahwa audit
report lag berhubungan dengan
ketepatan waktu, sehingga sering
digunakan
sebagai
parameter
dalam mengukur ketepatan waktu.
Widyawati Lekok
Profitabilitas dan audit report lag
Beberapa
penelitian
terdahulu menggunakan tingkat
profitabilitas sebagai variabel yang
berpengaruh terhadap audit report
lag. Perusahaan
yang mampu
menghasilkan profit yang tinggi
cenderung mengalami audit report
lag yang lebih pendek, sehingga
good news tersebut dapat segera
disampaikan kepada investor atau
pihak yang berkepentingan lainnya.
Namun sebaliknya,
perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas
yang lebih rendah bahkan merugi
membutuhkan waktu pengauditan
laporan keuangan yang lebih lama
karena auditor lebih berhati-hati
dalam melakukan pengauditan
sehingga terjadi
keterlambatan
dalam penyampaian bad news
kepada publik dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya.
Profitabilitas
sebuah
perusahaan merupakan tolak ukur
kinerja
manajemen.
Jika
profitabilitas sebuah perusahaan
tinggi berarti kinerja manajemen
perusahaan
tersebut
baik.
Sebaliknya,
profitabilitas
perusahaan yang rendah dapat
menggambarkan kurang baiknya
kinerja
manajemen
perusahaan
tersebut. Trisnawati dan Charistine
(2008)
menemukan
adanya
pengaruh signifikan dari rasio
profitabilitas terhadap audit delay.
Hal ini disebabkan karena tingkat
profitabilitas
yang
tinggi
menunjukan kinerja manajemen
yang baik (good news), sehingga
manajemen tidak ragu dalam
menujukan
kinerjanya
kepada
pemegang saham.
Sebaliknya
tingkat profitabilitas yang rendah
akan mengakibatkan suatu kabar
buruk (bad news) bagi pemegang
saham sehingga dapat membuat
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
manajemen menunda penyampaian
laporan
keuangannya
sehingga
menyebabkan audit delay yang
lebih panjang.
Subekti dan Widiyanti (2004)
menemukan
bahwa
perusahaan
yang
profitabilitasnya
tinggi
membutuhkan waktu penyelesaian
audit yang lebih pendek. Penelitian
Lianto
dan
Kusuma
(2004)
menunjukan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini konsiten
dengan penelitian Petronila (2007),
Subekti (2005) dan Trisnawati dan
Charistine (2008).
Namun
terdapat
ketidakkonsistenan pada beberapa
penelitian yang telah dilakukan.
Seperti
pada
penelitian
Rachmawati (2007), Wirakusuma
(2004), Aryati dan Lindasari (2007),
Supriyati
dan
Rolinda
(2007),
Soetodjo (2006), Ubaidillah (2008),
Kartika (2009), Aryati dan Theresia
(2005), Imelda dan Heri (2007) dan
Halim (2000) menunjukan bahwa
tingkat profitabilitas perusahaan
tidak
mempengaruhi
lamanya
penyampaian laporan keuangan ke
publik.
H1: Profitablitas mempengaruhi
audit report lag
Solvabilitas dan audit report lag
Rachmawati
(2008)
menyatakan bahwa proporsi yang
besar dari utang terhadap total
aktiva
akan
meningkatkan
kecenderungan kerugian dan dapat
meningkatkan kehati-hatian dari
auditor terhadap laporan keuangan
yang
akan
diaudit.
Hal
ini
disebabkan
karena
tingginya
proporsi
dari
utang
akan
meningkatkan
pula
risiko
kerugiannya.
Oleh
karena
itu
perusahaan yang memiliki kondisi
132
November 2013
keuangan
yang
tidak
sehat
cenderung
biasanya
dapat
melakukan kesalahan manajemen
(mismanagement) dan kecurangan
(fraud). Hal ini
menyebabkan
proses audit menjadi lebih lama.
Berdasarkan
penelitian
Lianto dan Kusuma (2010) dapat
dibuktikan
bahwa
solvabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit report lag. Hal ini
dapat disebabkan mungkin karena
ada kesalahan manajemen dan
kemungkinan adanya fraud. Selain
itu tingginya rasio hutang terhadap
aktiva
dapat
mengakibatkan
masalah
likuiditas
dan
kelangsungan hidup entitas (going
concern),
sehingga
diadakan
pemeriksaan yang lebih mendalam
dan mengakibatkan proses audit
menjadi lebih lama. Penelitian
tersebut didukung oleh penelitian
Imelda dan Heri (2007) dan
Wirakusuma
(2004)
dimana
menyatakan
bahwa
tingkat
solvabilitas mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
Sedangkan pada penelitian
Trisnawati dan Charistine (2008)
menyatakan bahwa
tidak ada
pengaruh yang signifikan tingkat
solvabilitas terhadap audit report
lag karena rasio solvabilitas yang
tinggi suatu perusahaan tidak
menjamin bahwa audit report lag
yang terjadi lebih panjang daripada
perusahaan
dengan
rasio
solvabilitas yang lebih rendah.
H12: Solvabilitas mempengaruhi
audit report lag
Ukuran Perusahaan dan audit
report lag
Dalam penelitian
Kartika
(2009) menunjukan bahwa total
asset memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap
ISSN: 1410 -9875
audit report lag. Semakin besar
total asset yang dimiliki perusahaan
maka semakin pendek audit report
lag.
Penelitian
lain
yang
mengungkapkan
bahwa
ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
audit report lag adalah penelitian
Lianto dan Kusuma (2010), Subekti
dan Widiyanti (2004), Petronila
(2007), Subekti (2005), Soetodjo
(2006), Rachmawati (2008), Aryati
dan Theresia (2005), dan Kartika
(2009). Ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi
lamanya
proses
penyelesaian
audit
karna
perusahaan dengan
skala
yang
besar
cenderung
melaporkan
laporan keuangannya lebih cepat
karena diawasi oleh investor,
pengawas
permodalan,
dan
pemerintah. Selain itu perusahaan
yang besar memiliki ketersediaan
sumber daya yang besar, tenaga
kerja yang kompeten, peralatan
teknologi yang mendukung sistem
informasi
yang
canggih
dan
pengendalian internal yang baik,
sehingga membuat proses audit
lebih singkat.
Hasil
yang
berbeda
ditemukan pada penelitian di
Indonesia
dimana
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap audit report lag. Hasil ini
dapat dilihat dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Halim (2000),
Imelda dan Heri (2007), Aryati dan
Lindasari (2007), Ubaidillah (2008),
Supriyati dan Rolinda (2007) dan
Wirakusuma
(2004).
Hal
ini
dikarenakan
setiap
perusahaan
dituntut untuk tidak terlambat
dalam
melaporkan
laporan
keuangannya.
H3:
Ukuran
perusahaan
mempengaruhi audit report lag
Widyawati Lekok
Umur Perusahaan
dan audit
report lag
Umur
perusahaan
diperkirakan dapat mempengaruhi
audit report lag. Perusahaan yang
memiliki umur lebih lama dianggap
memiliki pengalaman yang lebih
dalam pengendalian internal. Selain
itu perusahaan yang lama
juga
telah memiliki manajemen yang
sudah baik sehingga membuat
perusahaan
lebih
cepat
mempublikasikan
laporan
keuangannya.
Variabel umur perusahaan
berpengaruh terhadap audit report
lag seperti yang ditemukan dalam
penelitian Lianto dan Kusuma
(2010). Hal ini didukung oleh
penelitian Petronila (2007). Namun
ada perbedaan dalam penelitian
sebelumnya, yaitu pada penelitian
Owushu-ansha (Petronila 2007) dan
Courtis (Petronila 2007) yang
menyimpulkan bahwa
umur
perusahaan tidak berpengaruh
karena perusahaan
yang baru
berdiri juga dituntut untuk tidak
terlambat
dalam
melaporkan
laporan keuangannya dan untuk
mendapat kepercayaan dari publik.
H4:
Umur
perusahaan
mempengaruhi audit report lag
Jenis Industri dan audit report
lag
Penelitian
Iskandar
dan
Trisnawati
(2010)
menyatakan
bahwa jenis industri mempengaruhi
audit report lag. Perusahaan non
manufaktur memiliki audit report
lag yang lebih pendek karena
proporsi inventory yang sedikit
menyebabkan
auditor
dapat
menghilangkan atau mengurangi
proses
material
errors
yang
merupakan bagian tersulit
dari
proses audit. Hal ini konsisten
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan
oleh
Subekti
dan
widiyanti (2004), Sumiadji (2006),
serta Supriyanti dan Rosalinda
(2007), Subekti (2005) dan Halim
(2000) yang menunjukan bahwa
jenis industri berpengaruh terhadap
audit report lag.
Dari
penelitian
yang
dilakukan Wirakusuma (2004) dan
Lianto
dan
Kusuma
(2010),
didapatkan
hasil
bahwa
jenis
industri tidak dapat mempengaruhi
audit report lag. Karakteristik
perusahaan
yang
berbeda-beda
ternyata
tidak
mempengaruhi
lamanya waktu penyelesaian audit.
Hal ini dapat disebabkan karena
umumnya
personel
atau
staf
professional yang ditugaskan untuk
mengaudit perusahaan-perusahaan
tersebut cakap dan berpengalaman
dalam bidangnya. Hal tersebut
didukung
oleh
penelitian
Wirakusuma (2004) dan Soetodjo
(2006).
H5: Jenis industri mempengaruhi
audit report lag
Opini audit dan audit report lag
Subekti dan Widiyanti (2004)
membuktikan bahwa audit report
lag yang lebih panjang dialami oleh
perusahaan
yang
menerima
pendapat
qualified
opinion.
Fenomena ini terjadi karena proses
pemberian
pendapat
tersebut
melibatkan
adanya
negosiasi
dengan klien, konsultasi dengan
partner audit yang lebih senior dan
perluasan lingkup audit.
Perusahaan yang menerima
opini
unqualified
opinion
cenderung mengalami waktu audit
yang lebih cepat dibandingkan
perusahaan yang menerima opini
qualified opinion seperti yang
dibuktikan
pada
penelitian
134
November 2013
Soetedjo (2006). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Kartika
(2009), Subekti dan Widiyanti
(2004), Wirakusuma (2004), Aryati
dan Lindasari (2007), Petronila
(2007), Subeki (2005), Ubaidillah
(2008) dan Wiwik (2005).
Namun penelitian Iskandar
dan Trisnawati (2010), Supriyati
dan Rolinda (2007) dan Trisnawati
dan Charistine (2008) menunjukan
adanya ketidakkonsistenan. Pada
penelitian ini, didapatkan hasil
bahwa
opini
audit
tidak
mempengaruhi audit report lag.
Hal
ini
disebabkan
proses
pemberian
pendapat
terhadap
kewajaran suatu laporan keuangan
merupakan tahap dari proses audit,
sehingga jenis opini apapun yang
diberikan
tidak
mempengaruhi
lamanya audit report lag yang
terjadi.
H6: Opini audit mempengaruhi
audit report lag
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Berdasarkan
karakteristik
penelitian, maka bentuk penelitian
yang digunakan dalam penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kausalitas. Populasi yang
akan menjadi objek
dalam
penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
dengan
periode
pengamatan
tahun
2008-2011.
Metode yang digunakan dalam
pemilihan sampel adalah purposive
sampling yang dipilih berdasarkan
kriteria:
1. Perusahaan non-keuangan yang
secara konsisten terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun
2008 atau sebelumnya sampai
dengan akhir tahun 2011.
ISSN: 1410 -9875
2. Perusahaan non-keuangan yang
konsisten menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember.
3. Perusahaan non-keuangan yang
telah
menerbitkan
laporan
keuangannya beserta
laporan
auditor independen per
31
Desember untuk 2008-2011
4. Perusahaan yang menggunakan
mata uang rupiah pada laporan
keuangannya.
Pengumpulan
data
menggunakan teknik dokumentasi .
Sumber data diperoleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) yang
terdapat di bursa efek Indonesia,
akses
langsung
ke
www.bapepam.go.id
dan
www.idx.co.id .
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
Audit report lag adalah
perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal
opini audit dalam laporan keuangan
mengindikasikan tentang lamanya
waktu penyelesaian audit yang
dilakukan oleh auditor. Variabel ini
diukur berdasarkan lamanya hari
yang dibutuhkan untuk memperoleh
laporan auditor independen atas
audit
laporan
keuangan
perusahaan, sejak tanggal tutup
buku perusahaan yaitu 31 Desember
sampai tanggal yang tertera pada
laporan
auditor
independen
(Subekti dan Widiyanti 2004).
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memanfaatkan asset yang
ada
untuk mendapatkan laba. Tingkat
profitabilitas
menunjukan
keefektifan pemanfaatan
asset
untuk menghasilkan pendapatan. Se
rasio
profitabilitas
diukur
berdasarkan nilai ROA (Return on
Asset). ROA adalah suatu rasio yang
Widyawati Lekok
mengukur tingkat pengembalian
perusahaan dalam memanfaatkan
seluruh sumber daya aktivanya.
Solvabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menutupi seluruh kewajibannya
dengan menggunakan aktiva yang
dimiliki
perusahaan
tersebut
(Rachmawati 2008).
Solvabilitas
juga mengindikasikan jumlah modal
yang dikeluarkan investor. Variabel
ini diproksi melalui rasio total debt
to total assets dari total kewajiban
dibagi dengan total aktiva (
Wirakusuma 2004).
Ukuran
perusahaan
merupakan jumlah nilai kekayaan
atau harta yang dimiliki suatu
perusahaan
yang
diukur
berdasarkan jumlah total aktiva
yang dimiliki perusahaan pada
tanggal neraca ( Wirakusuma 2004).
Umur perusahaan dihitung
berdasarkan
tahun
berdasarkan
perusahaan tersebut tercatat di
Bursa Efek Indonesia sampai dengan
tanggal penelitian.
Jenis
industri
dalam
penelitian
ini
diidentifikasikan
dalam
dua
kelompok,
yaitu
perusahaan
manufaktur
dan
perusahaan non
manufaktur.
Variabel ini dilambangkan dengan
INDUS. Variabel ini merupakan
dummy
variable
dengan
menggunakan
skala
nominal.
Perusahaan yang masuk ke dalam
kategori manufaktur diberi kode 1
dan sebaliknya jika perusahaan
yang masuk ke dalam kategori non
manufaktur diberi kode 0.
Opini audit adalah pendapat
auditor atas kewajaran dari laporan
keuangan
suatu
perusahaan.
Variabel ini dinyatakan dalam
dummy variable, yaitu diukur
dengan menggunakan skala nominal
atau
pemberian
kode
untuk
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
pengukurannya. Kode 1 diberikan
untuk laporan auditor dengan
unqualified opinion,
sedangkan
untuk opini lainnya diberi kode 0.
November 2013
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data penelitian
yang ada maka diperoleh hasil
statistic deskriptif sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
ARL
ROA
SLV
SIZE
AGE
INDUS
OPINI
N
908
908
908
908
908
908
908
Minimum
12
-1,7065
0,0004
21,8424
0
0
0
Maximum
222
3,4747
5,0252
32,6649
61
1
1
Mean
77.5088
0,0443
0,5464
27,7397
12,8612
0,3767
0,9659
Std. Deviation
20,9589
0,1791
0,4455
1,7165
7,3330
0,4848
0,1817
Sumber: Output Data SPSS 17.0.0
Hasil Pengujian Hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Hasil pengujian Hipotesis
No
1
Variabel
(Constant)
B
131,482
T
11,063
Sig
0,000
Kesimpulan
2
ROA
-13,073
-3,360
0,001
Berpengaruh
3
SLV
0,372
0,231
0,817
Tidak Berpengaruh
4
SIZE
-1,280
-3,161
0,002
Berpengaruh
5
AGE
-0,018
-0,182
0,856
Tidak Berpengaruh
6
INDUS
-2,252
-1,509
0,132
Tidak Berpengaruh
7
OPINI
-17,621
-4,483
0,000
Berpengaruh
Dependent Variable: Audit Report Lag
Sumber: Output Data SPSS 17.0.0
Dengan melihat hasil dari uji
t diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa
variabel
profitabilitas
perusahaan (ROA) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,001 lebih kecil
dari 0,05. Hal tersebut berarti
136
profitabilitas
perusahaan
berpengaruh terhadap audit report
lag, berarti Ha diterima. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh
terhadap
audit
report
lag
ISSN: 1410 -9875
dikarenakan profitabilitas
yang
tinggi
menunjukkan
kinerja
manajemen yang baik, sehingga
manajemen tidak akan ragu-ragu
untuk
menunjukkan
kinerjanya
kepada pemegang saham.
Variabel
solvabilitas
perusahaan (SLV) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,817 lebih besar
daripada
0,05.
Hal
tersebut
menjelaskan bahwa
solvabilitas
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap audit report lag, berarti
Ha tidak dapat diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
besar
kecilnya
rasio
hutang
terhadap total aktiva pada suatu
perusahaan
tidak
dapat
menggambarkan
panjang
pendeknya waktu yang dibutuhkan
perusahaan
dalam
melaporkan
laporan keuangannya.
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,002 lebih kecil daripada
0,05 sehingga ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap audit report
lag, berarti Ha dapat diterima. Hal
ini
dapat
dijelaskan
yaitu
perusahaan
besar
cenderung
menghadapi
tekanan
eksternal
lebih tinggi untuk mengumumkan
laporan keuangannya lebih awal,
sehingga
sistem
pengendalian
internal pada perusahaan besar
pada umumnya lebih baik agar
auditor
dapat
menyelesaikan
pekerjaannya lebih cepat.
Variabel umur perusahaan
(AGE) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,856 lebih besar daripada
0,05 sehingga umur perusahaan
tidak berpengaruh terhadap audit
report lag, berarti Ha tidak dapat
diterima. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa perusahaan yang baru
Widyawati Lekok
berdiri juga dituntut untuk tepat
waktu
dalam
menyampaikan
laporan keuangannya.
Variabel
jenis
industri
(INDUS) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,132 lebih besar daripada
0,05 sehingga jenis industri tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag, berarti Ha tidak dapat
diterima. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa karakterisitik perusahaan
yang berbeda-beda ternyata tidak
mempengaruhi
rentang
waktu
dalam proses pelaksanaan audit.
Hal ini disebabkan karena umumnya
personel atau staf professional yang
ditugaskan
untuk
mengaudit
perusahaan- perusahaan tersebut
cakap dan berpengalaman dalam
bidangnya.
Variabel opini audit (OPINI)
memiliki nilai signifikan sebesar
0,000 lebih kecil daripada 0,05
sehingga opini audit berpengaruh
terhadap audit report lag, berarti
Ha dapat diterima. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa ketika opini
auditor adalah selain unqualified
maka
sebelum
opini
tersebut
dipublikasikan maka manajemen
akan
berusaha
melakukan
konsultasi dan negoisasi secara
intensif dengan auditor sehingga
memerlukan waktu yang relatif .
Auditor harus memiliki bukti yang
menguatkan
judgement
auditor
untuk memberikan opini. Sehingga
auditor
biasanya
melakukan
konsultasi dengan partner audit
yang lebih senior atau melakukan
perluasan audit. Berdasarkan hasil
uji t pada tabel 4.10. diatas, maka
model penelitian dapat dirumuskan
dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
ARL
= 131,482 – 13,073ROA +
0,372SLV – 1,280SIZE
–
0,018AGE –
2,252INDUS –
17,621OPINI.
PENUTUP
Berdasarkan Hasil Penelitian
yang ada maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa profitabilitas,
ukuran perusahaan dan opini audit
berpengaruh terhadap audit report
lag. Variabel Solvabilitas, umur
perusahaan dan jenis industri tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag.
Keterbatasan penelitian ini
adalah
Penelitian
ini
hanya
menggunakan
enam
variabel
independen.
Sedangkan
berdasarkan
uji
koefisien
determinasi,
variasi
variabel
independen hanya bisa dijelaskan
oleh variabel dependen sebesar
5,7% dan sisanya sebesar 94,3 %
November 2013
dijelaskan
oleh
variabel
lain.
Sehingga masih terdapat variabelvariabel
lain
yang
memiliki
pengaruh terhadap audit report lag
yang tidak termasuk ke dalam
penelitian
ini.Selain
itu
pada
penelitian ini terdapat masalah
heteroskedastisitas
dalam
penelitian ini karena pendeknya
periode penelitian yang dilakukan
yaitu empat tahun.
Sehubungan
dengan
keterbatasan tersebut maka saran
untuk penelitian selanjutnya adalah
Menambahkan variabel independen
yang dapat mempengaruhi audit
report lag, seperti ukuran KAP,
pengumuman laba / rugi dan
likuiditas. Penelitian selanjutnya
juga
disarankan
untuk
memperpanjang
periode
pengamatan
sehingga
masalah
heteroskedastisitas
diharapkan
dapat dihindari.
REFERENSI
Aryati, Titik, dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan
Informasi, Vol. 5, No. 3, Desember.
Aryati,Titik dan Venny Lindasari. 2007. Prediksi Probabilitas Audit Delay dan
Faktor Determinannya dengan Pendekatan Regresi Logistik. Jurnal
Akuntansi, Vol. 11 No. 03, September.
Ghozali, Imam. (2011). Analisis Multivarate Lanjutan dengan Program SPSS.
Semarang: BP UNDIP.
Halim, Varinanda. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi.Vol. 2, No. 1, April.
Imelda, Elsa dan Heri. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No2, Mei.
Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.3,
Desember.
138
ISSN: 1410 -9875
Widyawati Lekok
Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia.Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 16, No. 1, Maret
Lianto, Novice, dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 12, No. 2, Agustus.
Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan
Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, Maret.
Prabandari, Jeane Deart Meity, dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor yang
Berdampak pada Perbedaan Audit Delay. Kinerja, Vol. 11, No. 1.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 10, No. 1, November.
Soetodjo, Soegeng. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag.
Ventura, Vol. 9, No. 2, Agustus.
Subekti, Imam, dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia. SNA VII Denpasar Bali,
Desember.
Subekti, Imam. 2005. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadapa Audit Delay
di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Manajemen , Vol. 6, No. 1, Februari.
Supriyati dan Yuliasri Rolinda. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Audit Delay. Ventura, Vol 10, No.3, Desember.
Trisnawati, Estralita, dan Charistine. 2008. Pengaruh Opini Audit, Rasio
Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran KAP terhadap Audit Delay.
Jurnal Akuntansi, Vol. 8, No. 1, Mei.
Ubaidillah. 2008. Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur Studi Kasus:
BAPEPAM tahun 2005. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi,
Vol. 2, No. 2, Juli.
Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa
Efek. Buletin Penelitian, No. 9.
Wirakusuma, Made Gede. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang
Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik. SNA VII Denpasar Bali,
Desember.
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
140
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 8, November 2013, Hlm. 141-152
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
WENNY dan LIE LIE PIEN
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to examine the factors which affect
financial statement’s integrity. They are institutional ownership,
management ownership, audit committee, independent commissioner, audit
quality, audit opinion and firm size. Sample of this research select for
manufacture company which listed in Indonesia Stock Exchange during period
of 2009 until 2011. The total sample of this research was 107 manufacturing
companies. Result of this analysis showes that independent commissioner
and firm size has influence to financial statement’s integrity. On the other
hand, institutional ownership, management ownership, audit committee and
audit quality have no influence to financial statement’s integrity.
Keywords:
Institutional Ownership, Management
Ownership,
Audit
Committee, Independent Commissioner, Audit Quality, Audit
Opinion, Firm Size and Integrity Of Fiancial Statement.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi integritas laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut adalah
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris
independen, kualitas audit, opini audit dan ukuran perusahaan. Sampel
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Total sampel penelitian ini
adalah 107 perusahaan manufaktur. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
komisaris independen dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Di sisi lain, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajemen, komite audit dan kualitas audit tidak memiliki
pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Kata Kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen,
Komite
Audit, Komisaris Independen, Kualitas Audit, Opini Audit, Ukuran
Perusahaan, Integritas Laporan Keuangan
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini sudah
banyak
terjadi
kasus
tentang
manipulasi
akuntansi
yang
dilakukan oleh perusahaan. Kasus
seperti ini melibatkan banyak pihak
dan
berdampak
cukup
luas.
Keterlibatan
CEO,
komisaris,
komite audit, auditor internal,
sampai kepada auditor eksternal
salah satunya dialami oleh Enron,
cukup
membuktikan
bahwa
kecurangan banyak dilakukan oleh
orang-orang
dalam
Perusahaan.
Terungkapnya
skandal-skandal
sejenis
ini
menyebabkan
merosotnya
kepercayaan
masyarakat khususnya masyarakat
keuangan, yang salah satunya
ditandai dengan turunnya harga
saham
secara
drastis
dari
perusahaan yang terkena kasus
(Susiana dan Herawaty, 2007).
Skandal manipulasi laporan
yang
telah
ada selama
ini,
mengungkapkan bahwa integritas
laporan keuangan telah gagal untuk
memberikan informasi yang jujur
terhadap
pengguna
laporan,
Penyajian
laporan
keuangan
tersebut
bukan
berdasarkan
keadaan yang sesungguhnya dari
ekonomi
perusahaan.
Integritas
laporan keuangan didefinisi sebagai
berikut:
“integritas
laporan
keuangan adalah sejauh mana
laporan keuangan yang disajikan
menunjukan informasi yang benar
dan jujur” (Mayangsari, 2003).
Sedangkan
definisi
integritas
laporan
keuangan
menurut
Hardiningsih
(2010),
“integritas
laporan keuangan adalah laporan
keuangan
yang
menampilkan
kondisi suatu perusahaan yang
sebenarnya,
tanpa
ada
yang
ditutup-tutupi
atau
142
November 2013
disembunyikan”. Ukuran integritas
laporan keuangan secara intuitif
dapat dibedakan
menjadi
dua,
yaitu diukur dengan konservatisme
serta
keberadaan
manipulasi
laporan keuangan yang biasanya
diukur dengan manjemen laba
(Mayangsari, 2003)
Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh
Susiana
dan
Herawaty
(2007)
mengenai
Analisis
Pengaruh
Independensi,
Mekanisme
Corporate
Governance,
dan
Kualitas Audit terhadap Integritas
Laporan Keuangan
Perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
Penambahan
variabel
independen seperti opini audit dan
ukuran
perusahaan.
Periode
penelitian,
penelitian
ini
menggunakan sampel perusahaan
manufaktur dari tahun 2009 – 2011.
Penelitian
ini
menggunakan
manajemen laba sebagai pengukuran.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan
bukti
empiris
Pengaruh
kepemilikan
saham
institusional, kepemilikan saham
manajerial, komite audit, komisaris
independen, reputasi auditor, opini
audit, ukuran perusahaan terhadap
integritas laporan keuangan.
KERANGKA TEORITIS DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
Integritas Laporan Keuangan
Mulyadi (2004) dalam Susiana
dan
Herawaty
(2007)
mendefinisikan integritas sebagai
berikut: “integritas adalah prinsip
moral yang tidak memihak, jujur,
seseorang yang berintegritas tinggi
memandang fakta seperti apa
adanya dan mengemukakan fakta
tersebut seperti apa adanya”
ISSN: 1410 -9875
Dalam
penelitian
Hardiningsih
(2010), integritas laporan keuangan
didefinisikan
sebagai
berikut:
“integritas laporan
keuangan
adalah laporan yang menampilkan
kondisi suatu perusahaan yang
sebenarnya,
tanpa
ada
yang
ditutup-tutupi
atau
disembunyikan”. Mayangsari (2003)
mendefinisikan integritas laporan
keuangan
sebagai
berikut:
“Integritas laporan
keuangan
adalah
sejauh
mana
laporan
keuangan
yang
disajikan
menunjukan informasi yang benar
dan jujur”. Ukuran integritas
laporan keuangan secara intuitif
dapat dibedakan
menjadi
dua,
yaitu diukur dengan konservatisme
serta
keberadaan
manipulasi
laporan keuangan yang biasanya
diukur dengan menejemen laba.
Penelitian ini mengunakan
manajemen laba sebagai ukuran
integritas laporan keuangan. Healy
dan
Wahlen
(1998)
dalam
Handayani dan Rachadi (2009)
menyebutkan bahwa manajemen
laba adalah proses dimana manajer
memiliki
kemampuan
untuk
menggunakan deskresi yang mereka
miliki
untuk
menyesatkan
stakeholders atau mempengaruhi
hasil kontraktual mereka dengan
owner.
Faktor – faktor yang memotivasi
pihak manajemen untuk melakukan
manajemen laba menurut scott
(2000) adalah Alasan Bonus (bonus
scheme), Kontrak Hutang Jangka
Panjang, Motivasi Politisi (political
motivation),
Motivasi
Pajak
(taxtation motivation), Pergantian
CEO (chief executive officer), IPO
(initial public offering).
Pola
manajemen
laba
menurut
scott
(2000)
dapat
dilakukan dengan cara: Taking a
Wenny Dan Lie Lie Pien
Bath, Income Minimazation, Income
Maximixation., Income Smoothing
Kepemilikan Saham Institusional
Kepemilikan
saham
institusional ini diperoleh dari
persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh perusahaan lain baik
yang berasal di dalam
negeri
maupun di luar negeri dijumlahkan
oleh persentase saham pemerintah
dalam negeri maupun luar negeri
(Susiana dan Herawaty 2007).
Kepemilikan institusional dalam
perusahaan bertindak sebagai pihak
yang
memonitor
perusahaan.
Semakin
besar
kepemilikan
institusional
mengindikasikan
semakin
besar
insentif
dan
kapabilitas
mereka
untuk
memonitor
manajemen,
karena
investor institusional memiliki hak
untuk melakukan pergantian CEO
apabila dianggap kinerjanya tidak
memuaskan (Faisal, 2005).
Ha1:
Kepemilikan
saham
institusional berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
Kepemilikan Saham Manajerial
Kepemilikan
saham
manajerial adalah
persentase
saham
yang
dimiliki
oleh
manajemen termasuk didalamnya
persentase saham yang dimiliki oleh
manajemen secara pribadi maupun
dimiliki
oleh
anak
cabang
perusahaan bersangkutan beserta
afiliasinya (Susiana dan Herawaty,
2007).
Manajer
berkewajiban
untuk memberikan suatu sinyal
mengenai
kondisi
perusahaan
kepada para pemilik saham melalui
pengungkapan informasi akuntansi
yaitu
laporan
keuangan
yang
mencerminkan keadaan ekonomi
perusahaan
untuk
mengurangi
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
tingkat
manipulasi
laba
(Hardiningsih 2010).
Jensen dan Meckling (1976)
berpendapat
bahwa
terdapat
kesejajaran
antara
kepentingan
manajer dan para pemegang saham
pada saat manajer memiliki saham
perusahaan dalam jumlah yang
besar. Dengan demikian, keinginan
untuk membodohi pasar modal
berkurang karena manajer ikut
menanggung baik dan buruknya
setiap keputusan yang diambil.
Ha2: Kepemilikan saham manajerial
berpengaruh
terhadap
integritas laporan keuangan.
Komite Audit
Dalam
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, pembentukan komite audit
merupakan keharusan.
Komite
audit
menurut
Kep-29/PM/2004
merupakan komite yang dibentuk
oleh
Dewan
Komisaris
untuk
melakukan
tugas
pengawasan
pengelolaan perusahaan.
Tujuan pembentukan komite
audit
menurut
(Susiana
dan
Herawaty, 2007) adalah:
1. Memastikan laporan keuangan
yang
dikeluarkan
tidak
menyesatkan dan sesuai dengan
praktek akuntansi yang berlaku
umum.
2. Memastikan
bahwa
internal
kontrolnya memadai.
3. Menindak
lanjuti
terhadap
gugatan adanya penyimpangan
yang
material
di
bidang
keuangan
dan
implikasi
hukumnya.
4. Merekomendasikan
seleksi
auditor eksternal.
keanggotaan komite audit
diatur dalam keputusan direksi PT
Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-
144
November 2013
315/BEI/062000 bagian c, yaitu
sekurang-kurangnya terdiri dari 3
(tiga) orang anggota. Seorang
diantaranya merupakan komisaris
independen perusahaan tercatat
yang sekaligus merangkap sebagai
ketua komite audit. Sedangkan
anggota lainnya merupakan pihak
eksternal yang independen dimana
sekurang
kurangnya
satu
diantaranya memiliki kemampuan
dibidang
akuntansi
dan
atau
keuangan.
Dengan
adanya
pengetahuan dan komite audit yang
sesuai standar, maka laporan
keuangan yang dihasilkan juga akan
semakin berintegritas.
Ha3: Komite audit berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
Komisaris Independen
Susiana dan Herawaty (2007)
mendefinisikan bahwa komisaris
independen
merupakan
sebuah
badan di dalam suatu perusahaan
yang biasanya
beranggotakan
dewan komisaris yang independen
yang berasal dari luar perusahaan
yang tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan para pemegang
saham, direktur, dan komisaris
lainnya yang
berfungsi
untuk
menilai kinerja perusahaan secara
luas dan menyeluruh.
Dalam
rangka
penyelenggaraan
pengelolaan
perusahaan yang baik, perusahaan
wajib
memiliki
komisaris
independen
dengan
jumlah
sekurang-kurangnya 30 persen dari
jumlah seluruh anggota komisaris.
Dengan terpenuhinya pengelolaan
perusahaan
yang
baik,
maka
komisaris
independen
dapat
menjalankan tugasnya dengan baik
sehingga dapat menjamin kualitas
laporan keuangan.
ISSN: 1410 -9875
Ha4:
Komisaris
independen
berpengaruh
terhadap
integritas laporan keuangan.
Reputasi Auditor
Penelitian ini membedakan
reputasi auditor bedasarkan Kantor
Akuntan Publik (KAP) big-four dan
non big-four, karena reputasi
auditor yang berasal dari KAP bigfour dianggap lebih baik dari KAP
non big-four. Reputasi auditor
terkait dengan bagaimana auditor
dapat
menemukan
kesalahan
material dalam laporan keuangan.
Tujuan audit atas laporan keuangan
adalah untuk memastikan apakah
laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material sehingga
tidak merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan
terhadap
perusahaan (Arens et al. 2008
dalam Herusetya, 2009).
KAP big four adalah kantor
akuntan publik yang memiliki
keahlian dan memiliki reputasi yang
tinggi dibanding KAP non-big four.
Oleh karena itu, KAP big four
berusaha secara sungguh-sungguh
untuk
mempertahankan
pangsa
pasar, kepercayaan masyarakat,
dan
reputasinya
dengan
cara
memberi
perlindungan
kepada
publik. Jika KAP ini tidak dapat
mempertahankan reputasinya maka
masyarakat
tidak
memberi
kepercayaan dan akan kehilangan
klien.
Untuk
melindungi
reputasinya, KAP big four akan
bekerja secara cermat. Kecermatan
dan pengalaman yang dimiliki oleh
KAP
akan
mengurangi
tindak
manajemen
laba,
Sehingga
integritas laporan keuangan akan
meningkat (Sanjaya, 2008).
Ha5: Reputasi auditor berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
Wenny Dan Lie Lie Pien
Opini Audit
Laporan
audit
adalah
langkah terakhir dari seluruh proses
audit (Arens et al, 2010). Menurut
payamta (2006) auditor sebagai
pihak yang independen di dalam
pemeriksaan laporan
keuangan
suatu
perusahaan,
harus
memberikan opini atas laporan
keuangan
yang
diauditnya
berdasarkan
keyakinan
profesionalnya.
Terdapat 5
jenis
opini
auditor (Mulyadi, 2002), yaitu:
1. Opini
Wajar
Tanpa
Pengecualian
(Unqualified
Opinion)..
2. Opini
Wajar
Tabpa
Pengecualian dengan Bahasa
Penjelasan
(Unqualified
Opinion
with
Explanatory
Language).
3. Opini
Wajar
dengan
Pengecualian
(Qualified
Opinion).
4. Opini Tidak Wajar (Adverse
Opinion).
5. Tidak
Memberikan
Opini
(Disclaimer).
Dengan demikian, opini audit
atas suatu laporan keuangan yang
disajikan
secara
wajar
tanpa
pengecualian
mengindikasikan
laporan
keuangan
yang
berintegritas karena sesuai dengan
Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (PABU), sedangkan selain
opini wajar tanpa pengecualian
menjadi tidak berintegritas karena
memiliki risiko salah saji laporan
keuangan yang lebih tinggi.
Ha6: Opini
audit
berpengaruh
terhadap integritas laporan
keuangan.
Ukuran Perusahaan
Variabel
lain
yang
berkorelasi
dengan
manajemen
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
laba adalah ukuran perusahaan.
Menurut Prabandari dan Rustiana
(2007)
ukuran
perusahaan
merupakan fungsi dari kecepatan
pelaporan
keuangan
karena
semakin besar suatu perusahaan
maka akan melaporkan semakin
cepat, karena perusahaan memiliki
lebih banyak sumber informasi.
Penelitian
Watt
dan
Zimmerman
(1986)
dalam
Handayani dan Rachadi (2009)
bahwa secara politis perusahaan
November 2013
sedang dan besar lebih mendapat
perhatian oleh
para
analis
keuangan dan pemerintah karena
pelaporan laba yang mencolok akan
menyorot perhatian dari institusi
pemerintah.
Dengan
mendapat
perhatian
tersebut
maka
keintegritasan laporan keuangan
terjamin.
Ha7:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
Kepemilikan Saham
Institusional
Kepemilikan Saham
Manajerial
Komite Audit
Komisaris Independen
Reputasi Audit
Opini Audit
Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1.
Model Penelitian
146
Integritas Laporan
Keuangan
ISSN: 1410 -9875
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan
manufaktur
yang
Wenny Dan Lie Lie Pien
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2009
–
2011.
Kriteria yang ditetapkan adalah
sebagai
berikut:
Tabel 1
Prosedur pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten sejak 2009 – 2011
124
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah
(11)
Perusahaan yang tidak memiliki akhir tahun buku 31 Desember
(3)
Informasi laporan keuangan perusahaan tidak lengkap
(3)
Total perusahaan yang menjadi sampel
107
Total sampel yang dipakai selama 3 tahun
321
Definisi Operasional Variabel dan
adalah skala rasio. Kepemilikan
pengukurannya
institusi diukur dengan
jumlah
saham yang dimiliki oleh investor
Kepemilikan
saham
institusional
adalah
persentase
institusional dibandingkan dengan
saham yang dimiliki oleh institusi
total saham perusahaan. (I Guna
atau pihak dari luar perusahaan.
dan Herawaty, 2010)
Skala pengukuran yang digunakan
Jumlah saham yang dimiliki investor institusi
INST =
Total modal saham perusahaan beredar
Kepemilikan saham manajerial
adalah pesentase saham yang
dimiliki oleh manajemen pribadi
maupun
oleh
anak
cabang
perusahaan
yang
bersangkutan
beserta afiliasinnya (I Guna dan
Herawaty,
2010).
Kepemilikan
manajemen ini diukur dengan
menggunakan skala nominal dengan
variabel dummy. Angka 1 untuk
mewakili perusahaan yang memiliki
kepemilikan manajemen. Angka 0
untuk mewakili perusahaan yang
tidak
memiliki
kepemilikan
manajemen (Nini dan Trisnawati,
2009).
Komite audit adalah komite
yang dibentuk
oleh
dewan
komisaris yang bertanggung jawab
untuk mengawasi proses pelaporan
keuangan. Komite audit
dilihat
dari jumlah anggota komite audit
yang ada di perusahaan pada tahun
t (Liu dan Sun, 2010).
Komisaris
independen
adalah jumlah komisaris yang
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
independen yang ada
dalam
perusahaan.Variabel diukur dengan
susunan
komisaris
di
suatu
menggunakan skala rasio antara
persentase komisaris independen
perusahaan,
dengan
fungsinya
terhadap total komisaris (I Guna
sebagai
penjamin
pelaksanaan
dan Herawaty, 2010).
perusahaan dan mengawasi pihak
manajemen dalam menjalankan
Jumlah anggota dewan komisaris independen
KI =
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
Reputasi auditor ini dibedakan
menjadi dua yaitu untuk KAP big
four dan KAP non-big four. Variabel
ini diukur dengan menggunakan
variabel dummy dimana angka 1
diberikan
jika
auditor
yang
mengaudit perusahaan merupakan
auditor dari KAP big four dan 0 jika
ternyata perusahaan diaudit oleh
KAP non-big four (Susiana dan
Herawaty, 2007)
Opini audit adalah auditor
memberikan suatu opini tentang
kewajaran
laporan
keuangan
tersebut. Variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan
variabel
dummy, yaitu: 1 jika perusahaan
mendapatkan opini
unqualified
dan 0 jika perusahaan mendapatkan
opini selain unqualified (Payamta,
2006).
Ukuran perusahaan diukur
dengan
menggunakan
hasil
logaritma dati total asset (I Guna
dan Herawaty, 2010)
SIZE = Ln (total asset)
Manajemen
Laba
dalam
penelitian ini menggunakan model
Jones (1991), model ini dipilih
karena
dapat
mendeteksi
manajemen laba secara konsisten
(Sanjaya, 2008).
Rumus :
TACt= NIt-OCFt
Keterangan:
TACt :Total Accruals pada periode
t
148
NIt
: Laba bersih periode t
OCFt : Aliran kas dari aktivitas
operasi (operating cash flow)
periode t
Setelah diperoleh nilai total
accruals,
selanjutnya
dilakukan
regresi untuk memperoleh angka
koefisien α1 dan α2 dengan variabel
dependen total accruals
dan
variabel
independen
adalah
perubahan pendapatan, dan total
aset tetap kotor perusahaan pada
tahun ke-t.
TAC/
TAt-1
=
(1/TAt-1)
+
α1(∆REVt/TAt-1) + α2(PPEt/TAt-1) + e
Keterangan:
TACt
: Total accruals dalam
periode t
TAt-1
: Total aset pada akhir
periode t-1
∆REVt
: Perubahan pendapatan
dari tahun t-1 ke tahun
t
PPEt
: Aset
tetap
(gross
property
plant
and
equipment) periode t.
Setelah
diperoleh
nilai
koefisien regresi α1 dan α2, maka
dilanjutkan
dengan
menghitung
komponen
non-discretionary
accruals yang dirumuskan sebagai
berikut:
NDAt = (1/TAt-1) + α1(∆REVt/ TAt-1) +
α2(PPEt/TAt-1)
ISSN: 1410 -9875
Wenny Dan Lie Lie Pien
Keterangan:
NDAt
: Non-discretionary
accruals pada tahun t
TAt-1 : Total aset pada
akhir
periode t-1
∆REVt : Perubahan pendapatan
dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt :
Aset
tetap
(gross
property
plant
and
equipment) periode t.
Langkah selanjutnya adalah
mencari nilai dari discretionary
accruals dengan mengurangi TACt
dengan nilai NDAt.
DAt = TACt / TAt-1 – NDAt
Keterangan:
n
321
321
321
321
321
321
321
321
DA
INST
MANJ
KMA
KI
RA
OPINI
UK_PERSH
DAt
: Discretionary
accruals
pada periode t
TACt / TAt-1 : Total accruals pada
periode t
NDAt : Non-discretionary
accruals pada tahun t
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif
menunjukan jumlah sampel yang
digunakan, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata dan
deviasi standar dari masing-masing
variabel
Tabel 2 Deskriptif Statistik
Minimum
Maximum
Mean
-0,8693
6,672
0,000001
0,1113
0,9992
0,723118
0
1
0,45
2
5
3,90
0,1667
1,0000
0,401495
0
1
0,37
0
1
0,48
20,6191
32,6649
27,486967
Std. Deviation
0,4105768
1,888314
0,498
0,423
0,1277493
0,484
0,500
1,5861863
Tabel 3 Hasil Uji Statistik t
(Constant)
INST
MANJ
KMA
KI
RA
OPINI
UK_PRSH
B
2,055
t
4,249
Sig.
0,000
-0,223
-1,819
0,070
0,038
0,816
0,415
0,067
0,956
0,340
0,429
2,467
0,014
0,095
1,762
0,079
-0,062
-1,394
0,164
-0,084
-5,208
0,000
kepemilikan
institusional
memiliki
saham
nilai
Keterangan
tidak
Ha1
diterima
tidak
Ha2
diterima
tidak
Ha3
diterima
Ha4 diterima
Ha5
tidak
diterima
tidak
Ha6
diterima
Ha7 diterima
signifikansi 0,070 lebih besar dari
0,05 maka disimpulkan bahwa Ha1
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
tidak dapat diterima. Hal ini
menunjukan kepemilikan saham
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
kepemilikan
saham
manajerial
memiliki
nilai
signifikansi 0,415 lebih besar dari
0,05 maka disimpulkan bahwa Ha2
tidak dapat diterima. Hal ini
menunjukan
kepemilikan
manajemen
tidak
berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
komite audit memiliki nilai
signifikansi 0,340 lebih besar dari
0,05 maka disimpulkan bahwa Ha3
tidak dapat diterima. Hal ini
menunjukkan komite audit tidak
berpengaruh terhadap integritas
lapoan keuangan.
komisaris
independen
memiliki nilai signifikansi 0,014
lebih
kecil
dari
0,05
maka
disimpulkan bahwa Ha4 dapat
diterima. Hal ini menunjukan
komisaris independen berpengaruh
positif terhadap integritas laporan
keuangan.
Variabel reputasi auditor
memiliki nilai signifikansi 0,079
lebih besar dari 0,05 maka
disimpulkan bahwa Ha5 tidak dapat
diterima. Hal ini menunjukan
reputasi
auditor
berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
Variabel opini audit memiliki
nilai signifikansi 0,164 lebih besar
dari 0,05 maka disimpulkan bahwa
Ha6 tidak dapat diterima. Hal ini
menunjukan opini audit tidak
berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi 0,000
lebih
kecil
dari
0,05
maka
150
November 2013
disimpulkan bahwa Ha7 dapat
diterima. Hal ini menunjukan
ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap integritas laporan
keuangan.
PENUTUP
Setelah melakukan pengujian
hipotesis yang
telah
dilakukan
maka disimpulkan bahwa komisaris
independen dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap integritas
laporan
keuangan.
Sedangkan
kepemilikan saham institusional,
kepemilikan
saham
manajerial,
komite audit, reputasi auditor dan
opini audit tidak berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan,
Keterbatasan penelitian ini
antara lain: sampel yang digunakan
masih terbatas dengan perusahaan
manufaktur saja dengan jumlah
populasi awal 124 perusahaan dan
periode pengamatan selama tiga
tahun
yaitu
2009-2011,
uji
normalitas residual dan uji outlier
model regresi tidak berdistribusi
normal, penelitian ini masih terjadi
masalah
heterokedastisitas,
penelitian ini hanya meneliti 7
variabel
independen
yang
mempengaruhi integritas laporan
keuangan
sehingga
variabel
indepeden tidak dapat menjelaskan
variabel dependen.
Saran yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya adalah
dapat melakukan pengujian yang
lebih akurat lagi untuk menghindari
terjadinya
heterokedastisitas
seperti
melakukan
transformasi
data, menambah variabel-variabel
lain yang belum diteliti dalam
penelitian
ini.
ISSN: 1410 -9875
Wenny Dan Lie Lie Pien
REFERENSI
Agrianti. 2009. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Kualitas
Auditor, Pergantian Auditor, Terhadap Integritas
Laporan
Keuangan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol. 14, No. 2, Juli 2009.
Almilia, Luciana S. dan Setiady, Lucas. 2006. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ. Seminar Nasional Good
Corporate Governance di Universitas Trisakti Jakarta (24-25
November 2006)
Arrens, Alvin. A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2010. Auditing and
Assurance Services. USA : Pearson Education International.
Astuti, Dewi S. Puji. 2004. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Manajemen Laba Diseputar Right Issue.
http://
ejournal.unud.ac.id/abstrak/dewi%20saptantinah%20puji%20astuti
.pdf.
Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII,
Solo, 15-16 September, 2005.
Damayanthi, I G. A., Eka. 2008. Perbedaan Pengaruh Besaran Perusahaan
dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang
Memiliki Komite Audit dan Diaudit oleh Auditor berkualitas. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3 No. 1, Januari 2008, hal: 45-57.
Faisal. 2005. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8,
No. 2, Hal. 175-190.
Farahmita, Aria. 2011. Apakah Transaksi Pihak Hubungan Istimewa
Merupakan Insentif Untuk Melakukan Manajemen Laba?.
Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 21-22 Juli, 2011.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19. Badan penelitian Universitas Dipenogoro.
Handayani, Sri dan Rachadi, Agustono Dwi. 2009. Pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009.
Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate
Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Kajian akuntansi, Vol. 2, No. 1, Pebruari 2010.
Herusetya, Antonius. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance
dan Audit Eksternal-Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam
Menghambat Manajemen Laba. JAAI, Vol. 13, No. 2, Desember
2009.
I Guna, W dan Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dam Faktor
lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 12, No. 1, April, 2010.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 8
November 2013
Ikatan Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan publik. Jakarta :
Salemba empat. 2001
Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behaviour; Agency Cost and Ownership Sructure.
Journal of Financial Economics, Vol. 13.
Liu dan Sun. 2010. Director Tenure and Independent Audit Committee
Effectiveness
International Research Journal of Finance and Economics - Issue 51. 2010.
Keputusan ketua BAPEPAM No:Kep-29/PMK.01/2004. September, 2004,
Komite Audit.
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisi Pengaruh Independensi, Kualitas Audit,
serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas
Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, 16-17,
Oktober 2003
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Nini, dan Trisnawati, E. 2009. Pengaruh Independensi Auditor pada KAP
big-four terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar,
Kimia dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 11, No. 3, Desember 2009.
Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, Independensi, dan Opini Audit
terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis
dan
Manajemen, Vol. 6, No. 1, 2006.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite
Audit Nasional Kebijakan Covernance.
Prabandari, Jeane D. M dan Rustiana.2007. Beberapa Faktor Yang
Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay. (Studi Empiris Pada
Perusahaan-Perusahaan Keuangan Yang
Terdaftar
Di
BEJ).
KINERJA, Vol. 11, Th, 2007.
Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan
Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11 No. 1,
Januari, 2008, Hal: 97-116.
Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. 6th edition. Toronto :
Pearson Education Canada, Inc.
Siregar, S.V dan Utama, S. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Prektek Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba (Earning Manajemen). Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 19, No. 3, September 2006.
Susiana dan Herawaty, A. 2007. Analisis Pengaruh Independensi,
Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Simposium National Akuntansi X, 2648 Juli 2007, Unhas Makasar.
Trisnawati, Rina. 2009. Perbedaan mekanime corporate governance dan
praktik manajemen laba: studi komparasi indeks syariah dan
indeks konvensional di bursa efek indonesia. UNISA, Vol. 32, No.
72, . 32, No. 72, Desember 2009.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
152
Download